Cakupan
1. Covid-19: Dampak & Implikasi Strategi Kebijakan
2. MMT: Salient Features and Critiques
3. MMT dan Strategi Kebijakan di Masa Pandemi
4. Penutup: What’s Next?
The show must go on ….
1
5/29/2020
Covid-19 crisis dimulai dari disrupsi penawaran dan (secara hoipotesis) berisiko mengganggu sistem keuangan…
DISRUPSI
‘SUPPLY CHAIN’
2
5/29/2020
Short-run trade-off between flattening the epidemic curve and the size of the recession.
“Economic policymakers need to act fast and do whatever it takes”. Governments should deploy policies that ‘flatten the recession curve’ while avoiding long-
lasting damage to our economies. But it’s not that simple. (Baldwin, 2020).
Cakupan
1. Covid-19: Dampak & Implikasi Strategi Kebijakan
2. MMT: Salient Features and Critiques
3. MMT dan Strategi ‘Cetak Uang’ di Masa Pandemi
4. Penutup: What’s Next?
3
5/29/2020
Missing links?
• Lessons learned from the GFC: “macro-financial linkages”, no macro-stability without financial stability
• A (new) post-GFC central bank policy paradigm: “Policy Mix”
4
5/29/2020
1. Kelembagaan. MMT menekankan pada penggunaan praktis uang fiat sebagai monopoli publik dari otoritas
penerbit, yaitu pemerintah. Kas negara (kementerian keuangan) dan bank sentral sebagai komponen dari
unit tunggal (negara). Bank sentral tidak independen (secara implisit), terutama ketika menyangkut
operasi fiskal dan quasi-fiskal.
2. Penciptaan uang. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai kapasitas penuh (full
employment), menciptakan uang baru untuk mendanai pengeluarannya. Utang selalu dapat didanai
melalui pencetakan uang.
3. Defisit fiskal. Pengeluaran pemerintah dapat menumbuhkan perekonomian hingga kapasitas penuh,
mendukung sektor swasta, mengatasi pengangguran, dan membiayai program-program strategis. Defisit
fiskal bukan masalah, karena per-definisi defisit tersebut menrupakan surplus sektor swasta.
4. Inflasi. Peningkatan pengeluaran pemerintah tidak akan menghasilkan inflasi selama kapasitas ekonomi
belum termanfaatkan penuh (below full employment). Ketika ekonomi mencapai constaints fisik atau alami
pada produktivitasnya (pada saat full employment), inflasi terjadi karena pada saat itu sisi penawaran gagal
memenuhi permintaan.
5. Pajak & inflasi. Pemerintah dapat mengendalikan inflasi dengan mengurangi pengeluaran atau menaikkan
pajak dan menerbitkan obligasi untuk mengurangi uang/perputaran uang dalam sistem.
6. Financial system stability ….??
MMT adalah campuran dari teori moneter lama dan baru. Teori "over-simplistic analysis" and
yang lama benar dan dapat dipahami dengan baik, sedangkan understating the risks of its policy
teori yang baru secara substansial salah. (Palley, 2014) implications
5
5/29/2020
An “on-off” model in which the economy is initially Elasticity represents the responsiveness of an industry or a producer to
below full employment and then hits the full changes in demand for its product. The availability of critical resources,
technology innovation, and the number of competitors producing a
employment barrier. It’s not the way how economy
product or service also are factors
works.. (Palley, 2014).
1. Bias politik: Jika bank sentral ‘mengikuti’ arahan pemerintah, terdapat anggapan adanya bias politik, yang dapat
mengikis kepercayaan orang pada regulator keuangan. Mencetak uang untuk menyenangkan para politisi dalam
beberapa tahun terakhir mengakibatkan hiperinflasi dan keruntuhan ekonomi (Zimbawe, Venezuela, Argentina).
2. Tidak praktis secara politis: Mengandalkan perpajakan untuk menarik JUB dari perekonomian secara politis sulit
dilakukan di negara-negara di mana kenaikan pajak sangat tidak populer. Jika rumah tangga merasakan tekanan
kenaikan harga, politisi mungkin lebih cenderung memotong pajak mereka daripada menaikkannya.
3. Mengabaikan peran penting kebijakan pajak: Pajak memiliki peran distributif yg strategis. Membebaninya untuk
mengurangi JUB dapat mengabaikan (mengurangi efektivitas) perannya dalam pemerataan pendapatan masyarakat.
4. Memperburuk dampak shocks sisi penawaran: Guncangan sisi penawaran (seperti lonjakan harga minyak) dapat
menekan pertumbuhan ekonomi, tetapi memicu kenaikan harga. Menaikkan pajak dalam kasus ini dapat memperburuk
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pengangguran.
5. Kurangnya disiplin (time inconsitency): Pemerintah mungkin tidak mengantisipasi ketika ekonomi telah mencapai
kapasitas penuh, atau kurang disiplin untuk menghentikan pengeluaran, yang mengarah ke inflasi.
6. Memperburuk utang luar negeri: Jika utang pemerintah cukup besar, mencetak uang (dan mendepresiasi mata uang)
dapat membuat utang lebih sulit untuk dilunasi dan bahkan memaksanya default.
7. Memperburuk sentimen pasar uang: Mencetak uang “secara sembrono” bisa membuat investor jittery terhadap
volatilitas mata uang dan inflasi, mendorong “flight to quality”
6
5/29/2020
13
Cakupan
1. Covid-19: Dampak & Implikasi Strategi Kebijakan
2. MMT: Salient Features and Critiques
3. MMT dan Strategi Kebijakan di Masa Pandemi
4. Penutup: What’s Next?
Perlunya koordinasi kebijakan yang “optimal”, dengan fokus mitigasi penyebaran wabah (pertimbangan
kemanusiaan) serta mengurangi tekanan ekonomi di sektor-sektor terdampak dan upaya menjaga tingkat
keyakinan pelaku pasar (pertimbangan ekonomi) …..
7
5/29/2020
Best practice ‘cetak uang’ dilakukan melalui pembelian surat-surat berharga pemerintah dan swasta ….
Koordinasi pelonggaran likuiditas oleh Bank Indonesia, stimulus fiskal oleh Pemerintah, dan
restrukturisasi kredit oleh OJK untuk pemulihan ekonomi, khususnya UMKM
BankIndonesia
• • Bank Indonesiatelah
telahmelakukan
melakukaninjeksi
injeksilikuiditas
likuiditaskekeperbankan
perbankandalam
dalamjumlah
jumlahbesar
besarsejak
sejakawal
awal2020.
2020.Melalui
Melaluipembelian
pembelianSBN
SBNdaridaripasar
pasarsekunder,
sekunder,
penyediaanlikuiditas
penyediaan likuiditaskekeperbankan
perbankanmelalui
melaluimekanisme
mekanismeterm-repurchase
term-repurchaseagreement
agreement(repo),
(repo),serta
sertapenurunan
penurunanGWM.
GWM.Kondisi
Kondisilikuiditas
likuiditasperbankan
perbankan
lebihdari
lebih daricukup.
cukup.
Stimulusfiskal
• • Stimulus fiskalPemerintah
Pemerintahdalam
dalambentuk
bentukprogram-program
program-programsosial,
sosial,insentif
insentifindustri
industridan
danpemulihan
pemulihanekonomi
ekonomiakan
akanmendorong
mendorongkonsumsi
konsumsi
masyarakat,produksi
masyarakat, produksidan
daninvestasi
investasidunia
duniausaha
usahabaik
baikUMKM
UMKMdan
dankorporasi.
korporasi.
Relaksasipengaturan
• • Relaksasi pengaturanmikroprudensial
mikroprudensialoleh
olehOJK
OJKakan
akanmempermudah
mempermudahperbankan
perbankanuntuk
untukpembiayan
pembiayankepada
kepadaUMKM
UMKMdan
dandunia
duniausaha
usahadalam
dalamrangka
rangka
pemulihanekonomi.
pemulihan ekonomi.
Bank
BankIndonesia
Indonesiamenambah
menambahlagi
lagiQuantitative
QuantitativeEasing
Easing(QE)
(QE)dengan
denganinjeksi
injeksilikuiditas
likuiditaskekeperbankan
perbankandalam
dalam
jumlah
jumlahbesar,
besar,sehingga
sehinggasecara
secaratotal
totalmencapai
mencapaisekitar
sekitarRp
Rp503,8
503,8triliun.
triliun.
QE
QEJanuari-April
Januari-April2020
2020Rp
Rp386
386Triliun
Triliun Tambahan QE-Mei
Tambahan QE-Mei 2020
2020 Rp
Rp 117,8
117,8 Triliun
Triliun
• Pembelian SBN dari pasar sekunder Rp 166,2 Triliun • Penurunan GWM Rupiah (Mei 2020) sekitar Rp 102 triliun
• Term-repo perbankan Rp 137,1 triliun • Tidak mewajibkan tambahan Giro bagi yang tidak
• FX Swap Rp 29,7 Triliun memenuhi PLM, Rp 15,8 Triliun
• Penurunan GWM Rupiah (Januari dan April) Rp 53 triliun
8
5/29/2020
Pembelian SUN/SBSN di pasar perdana oleh Bank Indonesia dalam penanganan Covid-19
• Sebagai langkah dalam ”kondisi kegentingan yang memaksa”. • Bank Indonesia sebagai “last resort”. Pemerintah akan memaksimalkan
Tetap terukur dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap sumber dana yang ada (SILPA, BLU, dll), pinjaman Bank Dunia dan ADB,
inflasi. Apabila kondisi kembali normal, Bank Indonesia tidak serta penerbitan SUN/SBSN di pasar baik pasar domestik maupun
akan melakukan pembiayaan defisit fiskal dengan pembelian global. Dalam hal kapasitas pasar tidak mencukupi dan/atau
SUN/SBSN dari pasar perdana sebagaimana diatur dalam UU menyebabkan kenaikan yield yang terlalu tinggi, Bank Indonesia dapat
Bank Indonesia. ikut membeli sebagian di pasar perdana tersebut.
Gagasan teori MMT dalam penanganan covid-19: tidak ada batasan untuk pembiayaan (“defisit anggaran dapat diatasi oleh
bank sentral”). Negara harus mampu mengompensasi hilangnya pendapatan yang disebabkan oleh wabah covid-19 kepada
sektor perusahaan, pekerja, wiraswasta, dan seluruh masyarakat yang terkena dampak tanpa batasan keuangan.
Usulan DPR: BI dapat mencetak uang Rp 600 T untuk membiayai langkah pemerintah dalam penanganan Covid-19.
9
5/29/2020
19
Cakupan
1. Covid-19: Dampak & Implikasi Strategi Kebijakan
2. MMT: Salient Features and Critiques
3. MMT dan Strategi Kebijakan di Masa Pandemi
4. Penutup: What’s Next?
20
What’s Next? ……
1. Retaining prudent macro policy, credibility is not taken for granted. Is the central bank
the only ‘game in town’? Countercyclical fiscal role?
Stronger coordination: to continue the right national policy mix (integrated policy
framework) with an appropriate implementation strategy in the field.
2. Focus on generating and habituating new sources of growth (‘endowment-based’):
- Economic empowerment (SMEs, sharia-based economy),
- Innovative & creative economy (frugal innovation),
The show must go on ….
3. Navigating “the 2nd new normal”:
- Higher “expectation” vs. new forms of leadership
and governance; communication in time of crisis
- CB’s Dilemma: independence, submission, and
coordination (co-dependence with the government)
- “Knowledge is King”
10
5/29/2020
TERIMA KASIH
11
5/29/2020
Berbagai sumber shocks dari sisi permintaan dan penawaran perlu direspons secara koordinatif untuk
mendukung efektivitas pencapaian tujuan kebijakan serta meminimalkan biaya ekonomi ….
AS0
Harga AS1 Kebijakan Ekonomi Makro
(P) Pengelolaan Sisi Penawaran
(Supply Side Management)
- Kebijakan Ekonomi Sektoral
- Kebijakan Struktural (TK, Iptek)
p2
- Pengendalian Inflasi
p1 KOORDINASI (VF, AP)
KEBIJAKAN - Reformasi Struktural
p0 - SSK
12