Anda di halaman 1dari 6

Materi Keperawatan Keluarga

Oleh Utang Rohmat


Dasar Hukum Keperawatan Keluarga
1. Undang-undang Dasar tahun 1945 Pasal 28 H
2. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2019 tentang PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG
KEPERAWATAN

ASPEL LEGAL /KREDENSIAL KEPERAWATAN KELUARGA


Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2019
(1)Perawat wajib memiliki STRP dalam melakukan Praktik Keperawatan.
(2)Untuk memperoleh STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat harus
memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4)STRP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
(1). Perawat menjalankan Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau tempat
lain sesuai dengan Klien sasarannya.
(2). Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. tempat praktik mandiri Perawat;
b. klinik;
c. pusat kesehatan masyarakat; dan/atau
d. rumah sakit.
(3)Tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
rumah Klien, rumah jompo, panti asuhan, panti sosial, perusahaan, sekolah, dan tempat lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)Praktik Keperawatan di tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dalam bentuk kunjungan rumah Klien, rumah jompo, panti asuhan, panti sosial, dan
sekolah tidak memerlukan SIPP sepanjang telah memiliki SIPP di tempat praktik mandiri
Perawat, klinik, atau pusat kesehatan masyarakat pada wilayah kerja yang sama.

Lingkup dan Wewenang dalam Keperawatan Keluarga


Pasal 21 Permenkes No 26 Tahun 2019
(1). Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16huruf a di bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat
berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga
dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c.membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e.melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m.melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.

(2). Perawat Profesi memiliki wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf m.
(3). Perawat Vokasi memiliki wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terbatas pada tingkat keluarga, huruf c, huruf e, huruf g, huruf j, huruf k kecuali
konseling, dan huruf m.
(4). Perawat Vokasi melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e dan huruf g di tingkat keluarga.
(5). Penyuluhan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k dilakukan dalam
rangka memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

Hak Dan Kewajiban Perawat dalam Keperawatan Keluarga

Pasal 35
(1). Dalam melaksanakan Praktik Keperawatan, Perawat mempunyai hak sebagai
berikut:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjangmelaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan Standar Profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan;
d. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
e. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, Standar Profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar;
g. memperoleh pelindungan atas keselamatan dankesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama;
h. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya; dan i.memperoleh
hak lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
(2). Selain menerima imbalan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
Perawat juga berhak mendapatkan imbalan jasa atas pelayanan kesehatan yang
telah diberikan.

Pasal 36 (Kewajiban Perawat )


(1). Dalam melaksanakan Praktik Keperawatan, Perawat mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
b. memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;
c. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan
bagi Perawat yang menjalankan praktik mandiri;
d. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, Standar Profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
f. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
g. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
h. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
i. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(2). Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi, Pemerintah
Daerah, atau Pemerintah.
Prinsip Etika Dalam Keperawatan Keluarga

Prinsip etika adalah cara pandang yang mengarahkan atau mengatur tindakan. Prinsip ini
diterima secara luas dan secara umum berdasarkan pada aspek kemanusiaan masyarakat.
Keputusan etis adalah kebenaran dan merefleksikan apa yang terbaik bagi klien dan
masyarakat. Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip etika, perawat menjadi lebih sistematik
dalam penyelesaian konflik etika. Prinsip etika dapat digunakan sebagai suatu panduan dalam
menganalisa dilema, dapat juga memberikan rasional untuk menyelesaikan masalah etika.
Prinsip etika bukan suatu yang mutlak, terdapat beberapa pengecualian pada setiap prinsip pada
beberapa situasi.
a. Autonomi
Prinsip autonomi adalah hak individu untuk memilih dan kemampuan untuk bertindak
sesuai pilihannya. Individualitas setiap individu dihargai jika autonomi dipertahankan.
Penghargaan pada kebebasan personal adalah dominan. perawat harus menghargai hak
klien untuk menentukan dan melindungi klien yang tidak dapat menentukan untuk
dirinya sendiri. Prinsip etika autonomi mereleksikan keyakinan bahwa setiap individu
yang kompeten memiliki hak untuk menentukan keinginannya untuk suatu tindakan.
Informed consent berdasarkan pada hak klien untuk memilih. Mempertahankan
autonomi berarti perawat menerima pilihan klien walaupun pilihan tersebut bukanlah
yang terbaik bagi klien.
b. Nonmaleficence
Nonmaleficence adalah kewajiban yang tidak menyebabkan bahaya untuk orang lain.
Bahaya dapat dibagi menjadi bahaya fisiologis, psikologis, social, dan spiritual.
Nonmaleficence meliputi bahaya actual dan resiko bahaya. Prinsip nonmaleficence
membantu mengarahkan keputusan untuk pendekatan pengobatan, dan pertanyaan
relevan seperti: ‘apakah pengobatan ini menyebabkan bahaya atau kebaikan untuk
klien?’. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah pengobatan memberikan
kemungkinan manfaat yang rasional dan tidak mengeluarkan banyak uang, tidak
menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan. Nonmaleficence memerlukan perawat
bertindak penuh pertimbangan dan berhati-hati, mengukur potensial bahaya dan
manfaat penelitian atau pengobatan. Kadang-kadang, mengukur bahaya lebih gampang
daripada manfaatnya. Untuk mempertahankan nonmaleficence, perawat bertindak sesuai
dengan standar perawatan professional dan legal.
c. Beneficence
Beneficence merupakan prinsip etika yang berarti kewajiban untuk mempromosikan
kebaikan dan untuk mencegah bahaya. Elemen utama beneficence adalah memberikan
manfaat dan mempertahankan manfaat dan bahaya. Hal yang tidak diinginkan dari
beneficence adalah paternalism. Paternalism merupakan suatu keadaan dimana petugas
kesehatan menentukan apa yang terbaik bagi klien dan berusaha untuk memberikan
penguatan untuk melawan keinginan klien sendiri. Petugas kesehatan yang bertindak
paternalistic memperlakukan klien dewasa yang kompeten seperti anak kecil yang
membutuhkan perlindungan. Paternalism bukan merupakan pendekatan yang etis, akan
tetapi pada beberapa keadaan paternalitik disarankan.
d. Justice
Prinsip justice berdasarkan konsep keadilan. Masalah kesehatan utama terkait justice
meliputi pengobatan yang adil bagi individu dan distribusi alokasi sumber. Keadilan
mempertimbangkan tindakan dari sudut pandang kelompok masyarakat yang paling
tidak beruntung. Hasil dari pengobatan yang sama dan seimbang, manfaat dan beban
didistribusikan secara seimbang. Prinsip etika keadilan membutuhkan semua orang
diperlakukan dengan sama kecuali untuk keadilan pada pengobatan yang tidak sama.
Konsep secara spesifik menyatakan sumber sebaiknya dialokasikan dengan:
 Seimbang
 sesuai kebutuhan individu
 sesuai kemampuan idividu
 sesuai kontribusi individu pada masyarakat
e. Veracity
Veracity merupakan kebenaran yaitu tidak berbohong atau menipu orang lain. Penipuan
bisa dalam bentuk kebohongan yang tidak disengaja, tidak membuka informasi,
informasi yang setengah terbuka. Kebenaran seringnya sulit untuk dicapai. itu mungkin
tidak sulit untuk menyatakan kebenaran tetapi akan menjadi bagaimana kebenaran
mempengaruhi klien.
f. Fidelity
Fidelity merupakan fondasi etika hubungan perawat-klien yang berarti keyakinan dan
menenuhi janji. Klien memiliki hak etis untuk mengharapkan perawat untuk bertindak
yang terbaik. Prinsip etika ini dapat diaplikasikan pada peran perawat sebagai advokat
klien. Fidelity didemonstrasikan ketika perawat:
 merepresentasikan pandangan klien kepada tim kesehatan lain
 menghindari nilai personal mempengaruhi advokasi pada klien
 mendukung keputusan klien walau itu tidak sesuai dengan pilihan perawat

Sehingga dalam menjalankan praktik keperawatan keluarga, kita juga harus


memperhatikan peran kita sebagai perawat. Menurut Herni (2011), peran perawat komunitas
terdiri dari care provider, nurse educator and counselor, role model, client advocate, case
manager, collaborator, discharge planner, case finder, change agent and leader (dalam
Helvie, 1998). Berikut penjelasan peran perawat:
1. Care provider
Sebagai pemberi pelayanan dalam penanggulangan penyakit melalui penemuan
kasus dini dan memberikan asuhan keperawatan diawali dengan penemuan kasus dini di
masyarakat, memberikan asuhan perawatan baik dalam level individu, keluarga dan
komunitas serta melakukan tindakan pencegahan.
2. Nurse educator and conselor
Peran perawat sebagai pendidik pada klien dan keluarga adalah dengan memberikan
penyuluhan secara berkala pada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan
media yang tersedia diwilayahnya. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
individu, keluarga dan masyarakat meliputi penularan dan pencegahan suatu penyakit.
Dan bagi yang sudah terkena suatu penyakit untuk berobat secara teratur sampai
sembuh
Peran perawat sebagai konselor dengan membantu klien memilih solusi terbaik dari
masalah yang dialami. Konseling yang diberikan kepada klien dan keluarga dalam
pengobatan untuk menghindari terjadinya ketidakpatuhan klien dalam berobat.
Memotivasi keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam menjalani
pengobatan. Konseling tidak berarti memberitahu klien apa yang harus dilakukan tetapi
mendampingi klien menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah yang
dimiliki sehingga dapat memutuskan tindakan yang terbaik. Perawat membantu klien
untuk memilih solusi yang terbaik dari masalah yang dialami oleh klien.
3. Client Advocate
Perawat memfasilitasi kebutuhan klien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang maksimal dengan memberikan informasi yang luas melalui kemitraan yang
dibangun bersama masyarakat dan LSM.
4. Case manager
Perawat sebagai manager membantu dengan mengumpulkan masalah yang ada di
masyarakat terutama masalah yang berkaitan dengan penyakit klien, berusaha
menyelesaikan masalah, memilih jenis bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan
masalah, menjelaskan kepada klien tentang sumber biaya yang bisa diakses melalui
jaminan kesehatan.
5. Collaborator
Peran perawat sebagai kolaborator bagi klien adalah melakukan kerjasama dengan
tim kesehatan lain, LSM dan masyarakat dalam penemuan kasus dini dan
penanggulangan penyakit yang dialami masyarakat.
6. Discharge planner
Peran perawat dalam discharge planner pada klien adalah mengidentifikasi
kebutuhan klien dan membuat perencanaan untuk memenuhi kebutuhan klien supaya
tetap menjalani mengobatan sampai tuntas dan menhindari penularan kepada orang lain.
7. Case finder
sebagai penemu kasus di masyarakat bekerjasama dengan kader kesehatan dan
masyarakat untuk berusaha secara aktif menemukan kasus-kasus penyakit dengan
membentuk kelompok-kelompok peduli. Menganjurkan kepada masyarakat untuk
segera melaporkan kepada petugas kesehatan bila menemukan kasus atau penyakit-
penyakit yang berbahaya.
8. Change agent and leader
Merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan mempunyai inisiatif
untuk melakukan perubahan secara terencana. Misalnya untuk merubah perilaku-
perilaku kesehatan yang kurang baik.
9. Community care provider and researher
Penelitian adalah bagian penting dari peran perawat komunitas, mengingat banyak
masalah yang bisa untuk diteliti di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai