Anda di halaman 1dari 45

REGULASI ATURAN UJIAN

SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

1. ARSELIA A RUMAMBI (1801093)


2. SRI NURMA PIONG (1801090)
3. ISWAHYUDI F.TOME (1801068)
4. FHARISCA R. PARANSI (1801065)
5. WANDA A. ALULU (1801087)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2021/2022

A. Teori SIPP (Surat Izin Praktek Perawat)


Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan adalah
tindakan mandiri perawat profesional atau ners melalui kerjasama yang bersifat
1
kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan, termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok. Sementara
pengetahuan teoritik yang mantap dan tindakan mandiri perawat profesional dengan
menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan
ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan sebagai
pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan (pojok keperawatan CHS, 2002).
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-soiso-spiritual yang komprehensif, di
tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan yang di berikan
berupa bantuan karena adaya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri.
Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 23
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dan wajib memiliki ijin (mendapatkan registrasi) dari pemerintah
yang diatur oleh peraturan menteri. Upaya pelaksanaan amanat undang-undang tersebut
selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Adapun peraturan menteri
kesehatan yang mengatur tentang perubahan atas peraturan menteri kesehtan Nomor HK
02.02 / Menkes / 148/ 1 / 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat
yaitu Permenkes No.17/MenKes/2013. Dalam permenkes ini juga diatur bagaimana
perawat yang melaksanakan praktik mandiri harus bertindak sesuai dengan
kewenangannya yang ada dan sesuai dengan standar praktek keperawatan.

B. GAMBARAN PELAKSANAAN SIPP


Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon
terhadap perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan
sistem pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan
tergambarkan dalam kegiatan kegiatan berikut :
a. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi
pengkajian, monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat
2
bekerjasama dengan individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji
kesehatan klien, mendeteksi penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian
dan menginterpretasikannya, memilih dan memonitor interprensi tarapeutik yang
cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan yang suportif dan carring.
Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan kapan harus
dirujuk ke profesi lain.
b. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan
sendiri, memonitor efek-efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan
personil yang kurang terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena
ruang lingkup dan kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan
keterampilan-keterampilan dan pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak
etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.
c. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam
praktik keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan,
memberikan kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan
keperawatan. Peran membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien
dalam perencanaan asuhan, pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan.
Perawat memberikan informasi penting mengenai proses penyakit, gejala-
gejalanya, dan efek samping pengobatan.
d. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai
masalah-masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
e. Mengorganisir dan mengola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi
dalam membentuk dan mengola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk
menjamin kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi
birokrasi, membangun dan memelihara tim terapeutik, dan mendapatkan asuhan
spesialis untuk pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan rumah sakit,
puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan
harus mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional
maupun internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan, pengalokasian
dana, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan informasi kepada semua
level.

C. Undang-Undang Praktek Keperawatan


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
3
NOMOR 26 TAHUN 2019 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN

Bagian Kedua
SIPP
Pasal 7

(1) Perawat untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan wajib memiliki SIPP.
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat yang telah
memiliki STRP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(5) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STRP masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.

Pasal 8

(1) Perawat hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPP.(2) Permohonan SIPP
kedua harus dilakukan dengan menunjukkan SIPP pertama yang masih berlaku.

Pasal 9

(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STRP yang masih berlaku dan dilegalisasiasli;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tempat Perawat berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4x6 (empat kali enam) cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat atau pejabat yang
4
ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.

(2) Dalam hal SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan
rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.

Pasal 10

SIPP dinyatakan tidak berlaku dalam hal:


a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP;
b. masa berlaku STRP telah habis dan tidak diperpanjang;
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau
d. Perawat yang bersangkutan meninggal dunia.

Pasal 11

Perawat Warga Negara Asing mengajukan permohonan


memperoleh SIPP setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf g kecuali huruf b; dan
b. memiliki STR Sementara Perawat.

Pasal 12

SIPP bagi Perawat Warga Negara Asing berlaku sepanjang STR


Sementara Perawat masih berlaku.

Pasal 13

(1) Perawat dan Perawat Warga Negara Asing yang akan


memperpanjang SIPP harus mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1).
(2) SIPP bagi Perawat Warga Negara Asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan hanya

5
dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

Pasal 14

(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Perawat yang tidak
memiliki SIPP.
(2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Perawat yang bekerja dan
berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala
dinas kesehatan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi
Profesi.

BAB IV
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

(1) Perawat menjalankan Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau


tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya.
(2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a. tempat praktik mandiri Perawat;
b. klinik;
c. pusat kesehatan masyarakat; dan/atau
d. rumah sakit.
(3) Tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi rumah Klien, rumah jompo, panti asuhan, panti sosial, perusahaan, sekolah, dan
tempat lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Praktik Keperawatan di tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk kunjungan rumah Klien, rumah jompo, panti
asuhan, panti sosial, dan sekolah tidak memerlukan SIPP sepanjang telah memiliki SIPP
di tempat praktik mandiri Perawat, klinik, atau pusat kesehatan masyarakat pada wilayah
kerja yang sama.
6
(5) Praktik Keperawatan di tempat lain sesuai dengan Klien sasarannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan berdasarkan penugasan dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Perawat bekerja.
(6) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan secara mandiri di tempat praktik
mandiri Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a harus memasang papan nama praktik.
(7) Papan nama praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus diletakkan pada bagian
atau ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat.
(8) Papan nama praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) paling sedikit
memuat nama Perawat,
nomor STRP, nomor SIPP, dan keterangan “memberikan
Asuhan Keperawatan”.
(9) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan secara mandiri di tempat praktik
mandiri Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus memiliki kualifikasi
pendidikan paling rendah profesi ners.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang

Pasal 16

Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:


a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Pasal 17

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan


Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a di bidang upaya kesehatan
perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
7
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

D. Syarat pengurusan Sipp

1. STR yang masih berlaku


2. Ijasah
3. Surat keterangan sehat dari dokter
4. Pas foto berwarna ukuran 4x6
5. KTP
6. Untuk praktik perawat mandiri melampirkan :
Denah lokasi praktik, daftar peralatan, surat pernyataan, memiliki tempat praktik.
7. Surat keterangan dari pimpinan instansi kesehatan yang menyatakan bekerja di instansi
tersebut
8. Rekomendasi dari PPNI
9. Foto copy SIPP lama bagi perawat yang memiliki sebelumny
ANALISA JURNAL

JURNAL 1
Judul jurnal : Implementasi Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Permenkes RI
No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat di
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi / Rosliana Dewi

NO PICOT ANALISA

1. P (Populasi) Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 270 orang


dengan rincian berdasarkan pendidikan yaitu:

8
SPK/SPRG (5 orang)

D3 KEP (201 orang)

S1 KEP (12 orang)

S1 KEP NERS (12 orang)

D3 KEBIDANAN (33 orsng)

D4 KEBIDANAN (5 orang)

2. I (Intervensi) Dalam penelitian ini perawat melaksanakan praktik


keperawatan berwenang untuk (PERMENKES NO.
148/2010 Pasal 8) :

Praktik keperawatan dapat dilaksanakan pada fasilitas


pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua,
dan tingkat ketiga.

Praktik keperawatan ditunjukan kepada individu,


keluarga, kelompok, dan masyarakat

Praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan :


pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan upaya
promotif, prefentif, pemulihan dan pemberdayaan
masyarakat

Asuhan keperawatan meliputi pengkajian diagnose


perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi

Implementasi keperawatan penerapan perencanaan


dan pelaksanaan tindakan keperawatan

Melakukan observasi pendidikan dan konseling


kesehatan

Perawat dapat memberikan obat bebas dan obat


bebas terbatas

3. C (Compration) Tidak ada perbandingan dalam jurnal tersebut

4. O (Outcome) Perawat berkewajiban memiliki STR,SIPP, dan SIKP,


menghormati hak pasien, melakukan rujukan,
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan UU,
memberikan informasi tentang masalah kesehatan
pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan, meminta
persetujuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan, melakukan pencataran asuhan
keperawatan secara sistematis dan mematuhi standar

5. T (Time) Pada jurnal ini tidak dijelaskan berapa lama waktu


penelitian dilaksanakan tetapi, sesuai dengan judul
9
jurnal ini bahwa untuk melakukan perubahan UU
Permenkes RI Nomor 148 tahun 2010 ke permenkes RI
nomer 27 tahun 2013 tentang izin penyelenggaraan
praktik keperawatan

ANALISA JURNAL 2
Judul jurnal : IZIN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI PERAWAT DALAM
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DIHUBUNGKAN DENGAN UU KESEHATAN No. 36 TAHUN
2009\Aceng Ali Awaludin

N0 PICOT ANALISA

1. P (Populasi) Dalam jurnal ini membahas tentang izin praktik


keperawatan mandiri sebagai pelaksana fungsi
perawat dalam upaya pelayanan kesehatan
masyarakat yang dihubungkan dengan UU kesehatan
Nomor 36 tahun 2009. Dimana perawat dibolehkan
untuk melakukan praktek keperawatan mandiri. Oleh
karena itu paradigma keperawatan harus diubah
bahwa keperawatan adalah pelayanan yang
profesional, bukan hanya membantu pelaksanaan
tugas dokter tetapi menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis dalam bentuk izin
pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan

2. I (Intervensi) Tindakan medis yang sering dilakukan perawat:

Menetapkan diagnose penyakit (92,6%)

Membuat resep obat (93,1%)

Melakukan tindakan pengobatan didalam maupun


diluar gedung puskesmas (97,1%)

Melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%)

10
Melakukan pertolongan persalinan (57,7%)

3. C (Compration) Tidak ada perbandingan dalam jurnal tersebut

4. O (Outcome) Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa peraturan


praktek keperawatan mandiri disarana pelayanan
kesehatan puskesmas atau rumah sakit, khususnya
dikabupaten garut sudah dilaksanakan sebagaimana
mestinya, diantaranya pemberlakukan perizinan SIP,
SIK, dan SIPP serta telah memiliki kode etikprofesi
sehingga mampu menerapkan SOP sebagaimana
mestinya, dan bersedia meningkatkan kemampuan
dan kualitas profesionalnya sebagai perawat dalam
kondidi dan situasi apapun

5. T (Time) Pada jurnal ini tidak dijelaskan berapa lama waktu


penelitian dilaksanakan

IZIN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI


PERAWAT DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
DIHUBUNGKAN DENGAN UU KESEHATAN No. 36 TAHUN 2009

11
1
Aceng Ali Awaludin

Abstrak

Ketidaktersediaan dokter di daerah terpencil menjadi cikal-bakal terjadinya pendelegasian


tindakan medis dari dokter kepada perawat secara menahun. Akibatnya sudah tidak dapat lagi
dipisahkan wilayah (grey area) mana saja yang patut dikerjakan oleh perawat dan wilayah mana
pula yang dilarang untuk dilakukan oleh perawat. Inilah salah satu pemicu dari penolakan atau
keberatan dari kalangan dokter terkait legislasi RUU Keperawatan yang didalamnya
membolehkan perawat melakukan Praktek Keperawatan Mandiri (PKM). Oleh karena itu,
paradigma keperawatan harus dirubah bahwa keperawatan adalah pelayanan profesional, bukan
hanya membantu pelaksanaan tugas dokter, tetapi menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan
asuhan medis dalam bentuk izin pelayanan atau praktek keperawatan mandiri sebagai upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan jalannya praktek perawat mandiri serta akibat dari adanya praktek tersebut, serta untuk
mengetahui batasan-batasan praktek perawat mandiri agar sejalan dengan praktek dokter dan
tidak merugikan profesi bidang kesehatan yang lain. Jenis penelitian ini menggunakan metode
kualitatif melalui pendekatan induktif secara deskriptif untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi, serta hubungan dan pengaruh antar fenomena yang satu dengan atau terhadap yang
lain. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas untuk mendapatkan data yang lebih obyektif dengan tingkat
validitas yang tinggi. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa peraturan Praktek Keperawatan
Mandiri di Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas atau Rumah Sakit, khususnya di Kabupaten
Garut, sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya, di antaranya pemberlakukan perizinan SIP,
SIK, dan SIPP, serta telah memiliki Kode Etik Profesi sehingga mampu menerapkan SOP
sebagaimana mestinya, dan bersedia meningkatkan kemampuan dan kualitas profesionalnya
sebagai perawat dalam kondisi dan situasi apapun. Para perawat juga telah mampu dan
mendapat kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara komplementer untuk
menggantikan ketiadaan dokter atau tenaga medis lain dalam kondisi darurat tertentu, serta
sudah mampu mengimplementasikan aspek manajemen keperawatan melalui perencanaan
program kesehatan di wilayah kerjanya, serta melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan kewenangannya. Selain itu, pengawasan terhadap Kewenangan Praktek Keperawatan
Mandiri dihubungkan dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menunjukkan, bahwa
para perawat yang sudah mendapatkan kewenangan praktek mandiri sebagian besar telah
melakukan registrasi dan mendapatkan lisensi dan legalitas atau kepastian hukum dengan
penatalaksanaan yang objektif sesuai bidangnya. Hal ini merupakan indikator adanya kerjasama
antara tenaga keperawatan dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Kata kunci : praktek keperawatan mandiri, fungsi perawat, UU Kesehatan

Abstract

Unavailability of doctor in secluded areas became the factors of the medical action delegation
of doctors to nurses chronically. As a result, could no separated region (gray area) that should
be done by nurses and oppositely. This is one of the triggers of rejection or objection among
doctors and nurses therein associated with the Act of Independent Nursing Practice (PKM).
Therefore, the nursing paradigm must change that nursing is a professional

12
service, not only to help the tasks of doctor, but to be a part of efforts to achieve the goals of
medical care services in the form of license or independent nursing practice as an effort to
achieve the goal of nursing care. This research was conducted in order to determine the state of
the nurses practice independently as well as a result of such practices, as well as to determine
the boundaries of independent nurse practices in line with the practice of the doctor and
not detrimental to the health of the other health profession The research uses a qualitative
method through inductive-descriptive approach to explain the phenomena occured, the
relationship and influence between or against ones to the other phenomenon. The data
analysis techniques used are credibility, transferability, dependability, and confirmability to
obtain more objective data with a high degree of validity. The research concluded, that the
regulation of Independent Nursing Practice in Public Health Care Facilities or hospital,
especially in Garut District, has implemented properly, including the owner of licensing SIP,
SIK, and SIPP, and Professional Ethics Code so implementing the SOP as it should, and are
willing to improve their professional capabilities and the quality of nursing in more conditions
and situations. The nurses have the authority to perform nursing actions as complementary
agents to replace the absence of a doctor or other medical personnel in certain emergency
conditions, and have been able to implement the aspects of nursing management through the
planning of health programs in their working area, as well as carry out nursing actions in
accordance with their authority. In addition, supervision of the Independent Nursing Practice
authority associated with Act No. 36/2009 about Health showed that nurses have authority
independent practice mostly registered and obtained a license and the legality or the rule of law
with the management objective according to the field. These are indicators of cooperation
between nursing staff with other health professionals agents in order to improve public health
status.
Keywords : Independent nursing practice, nurse function, act of healthy

PENDAHULUAN pengobatan seperti di Puskesmas namun


Kesehatan merupakan hak semua orang dan perawat tidak dibolehkan memberikan
wajib diperjuangkan oleh siapa pun demi pelayanan pengobatan mandiri tanpa
mencapai kesehatan yang diharapkan untuk pendelegasian dari pihak yang berwenang.
memenuhi B hajat hidupnya. Pasal 23 ayat 2 Keefektifan pendelegasian sangatlah penting
UU Kesehatan No.36 tahun 2009 dalam merealisasikan upaya kesehatan dalam
menerangkan bahwa tenaga kesehatan pengobatan atau kuratif.
berwenang untuk menyelenggarakan Pelayanan kesehatan diselenggara- kan
pelayanan kesehatan. Termasuk dalam hal ini dengan kewajiban memiliki izin dari
perawat yang merupakan bagian dari tenaga pemerintah yang tertuang dalam Pasal 23
kesehatan berhak memberikan pelayanan Ayat 3 UU Kesehatan No.36 tahun 2009.
kesehatan dalam segala upaya kesehatan. Dalam hal ini Ketentuan mengenai perizinan
Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sebagaimana dimaksud pada ayat
fungsi dari profesi perawat. (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
Saat ini masyarakat menganggap Pemerintah dalam hal ini wajib untuk
bahwa perawat bisa memberikan membenahi sistem aturan perizinan harus
melakukan perubahan yang memberikan
keadilan bagi semua tenaga kesehatan. Izin keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
pemerintah haruslah bersih dari unsur politik tujuan asuhan keperawatan.
dan rumitnya birokrasi. Sebagai ilustrasi, berdasarkan bukti hasil
Hampir dua dekade profesi perawat evaluasi peran dan fungsi perawat di
Indonesia mengkampanyekan perubahan Puskesmas di daerah terpencil tahun 2005
paradigma. Pekerjaan perawat yang semula yang dirilis oleh Kemenkes dan Universitas
vokasional digeser menjadi pekerjaan Indonesia (UI), bahwa tindakan medis yang
profesional. Perawat berfungsi sebagai sering dilakukan perawat, antara lain:
perpanjangan tangan dokter, kini berupaya 1. Menetapkan diagnosis penyakit
menjadi mitra sejajar dokter sebagaimana (92.6%),
para perawat di negara maju. 2. Membuat resep obat (93.1%),
Tuntutan perubahan paradigma ini tentu 3. Melakukan tindakan tindakan
mengubah sebagian besar bentuk hubungan pengobatan di dalam maupun di luar
perawat dengan manajemen organisasi gedung Puskesmas (97.1%),
tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat 4. Melakukan pemeriksaan kehamilan
sebagai praktik profesi, maka harus ada (70.1%), dan
otoritas atau kewenangan, ada kejelasan 5. Melakukan pertolongan persalinan
batasan, siapa melakukan apa. Karena diberi (57.7%).
kewenangan maka perawat bisa digugat, Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa
perawat harus bertanggung jawab terhadap ketidaktersediaan dokter di daerah terpencil
tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. menjadi cikal-bakal terjadinya pendelegasian
Wacana tentang perubahan paradigma tindakan medis dari dokter kepada perawat
keperawatan bermula dari Lokakarya secara menahun, akibatnya sudah tidak dapat
Nasional Keperawatan I tahun 1983, dalam lagi dipisahkan wilayah (grey area) mana
pertemuan itu disepakati bahwa keperawatan saja yang patut dikerjakan oleh perawat dan
adalah pelayanan profesional. Mengikuti wilayah mana pula yang dilarang untuk
perkembangan keperawatan dunia, perawat dilakukan oleh perawat. Inilah salah satu
menginginkan perubahan mendasar dalam pemicu dari penolakan atau keberatan dari
kegiatan profesinya. Dulu membantu kalangan Dokter terkait legislasi RUU
pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian Keperawatan yang didalamnya membolehkan
dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, Perawat melakukan Praktek Keperawatan
kini mereka menginginkan pelayanan Mandiri (PKM).

METODE PENELITIAN spesifikasi yang digunakan adalah penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang bersifat deskriptif analitis, karena hasil
ini adalah yuridis normatif, dengan penelitian akan memaparkan tentang fakta-
fakta hukum yang kemudian dianalisis secara dengan UU Kesehatan No 36 Tahun 2009..
sistematis. Dalam penelitian ini penulis Data dapat berbentuk tulisan atau gambar.
mencoba memberikan gambaran secara jelas, b. Wawancara, disini penulis melakukan
sistematis dan menyeluruh mengenai izin wawancara kepada Ketua PPNI
praktek keperawatan mandiri sebagai Kabupaten Garut, Kepala Dinkes, dan
pelaksana fungsi perawat dalam upaya Pemda Kabupaten Garut bagian Hukum
pelayanan kesehatan masyarakat dan HAM atas data sekunder yang
dihubungkan dengan UU Kesehatan No 36 diperoleh penulis pada studi
Tahun 2009 beserta permasalahan yang kepustakaan untuk memastikan
dihadapinya, juga berbagai bentuk kebenaran dari data sekunder tersebut.
perlindungan hukum yang diperlukan untuk Wawancara juga dilakukan untuk
melaksanakan tanggung jawab dan memperoleh data primer dengan
kewenangan perawat untuk kemudian ditarik bertanya langsung kepada responden1
kesimpulan yang bersifat umum dan dapat atau instansi yang terkait.
dipertanggungjawabkan. Data yang Lokasi Penelitian dilakukan pada Seluruh
digunakan dalam penelitian ini adalah data unit terkait dengan pendapaian Indeks
sekunder. Adapun teknik Pengumpulan data Pembangunan Kesehatan Manusia di
yang digunakan dalam pengumpulan data ini Kabupaten Garut khususnya dalam hal ini
adalah dengan cara : uapaya kesehatan yang dilakukan oleh
a. Studi dokumen, disini penulis akan perawat. Tugas dan praktik perawat dalam
melakukan pencarian, pengumpulan, UU No. 38 Tahun 2014 Pasal 2, bahwa
penggologan, dan penelaahan dari data “praktek keperawatan berasaskan pada:
sekunder yang ada dan berhubungan perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan
dengan izin praktek keperawatan profesionalitas, manfaat, keadilan,
mandiri sebagai pelaksana fungsi perlindungan, serta kesehatan dan
perawat dalam upaya pelayanan keselamatan klien”. Data yang diperoleh dari
kesehatan masyarakat dihubungkan hasil penelitian kemudian di analisa dengan
menggunakan metode deskriptif
kualitatif/yuridis kualitatif, berdasarkan
disiplin ilmu hukum dengan memperhatikan
fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian
dikelompokkan,

dihubungkan dan dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil


ketentuan hukum yang berkaitan dengan Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
lelang eksekusi hak tanggungan maupun ini berupa silogisme deduksi artinya
menyimpulkan dari ketentuan peraturan tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
perundang-undangan kemudian dikaitkan Perawat; serta UU No. 38 Tahun 2014
dengan fakta yang ada. Dari hasil analisis tentang Keperawatan.
tersebut dapat diketahui permasalahan yuridis Hasil penelitian yang tercantum merupakan
izin praktek keperawatan mandiri sebagai hasil wawancara dengan Kepala Dinas
pelaksana fungsi perawat dalam upaya Kesehatan Kabupaten Garut, Ketua Persatuan
pelayanan kesehatan masyarakat Perawat Nasional Indonesia Cabang Garut,
dihubungkan dengan UU Kesehatan No 36 dan salah satu perawat yang bekerja di
Tahun 2009. Rumah Sakit; hasil penelusuran dokumen,
dan hasil observasi didapatkan deskripsi
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai berikut:
Hasil penelitian terdiri dari hasil wawancara 1. Peraturan Praktek Keperawatan Mandiri
dengan Kepala Dinas, Ketua Persatuan di Sarana Pelayanan Kesehatan
Perawat Nasional Indonesia atau PPNI Puskesmas atau Rumah Sakit. Fokus
Cabang Garut, serta seorang perawat yang inkuiri atau kajian dari unit analisis
aktif secara institusional maupun profesional. tersebut terdiri dari:
Hasil penelitian juga merupakan rangkuman a. Pendidikan Minimal D III Keperawatan,
dari beberapa penelusuran dokumen dan menunjukkan, bahwa hampir 95%
observasi peneliti selama di lapangan atau perawat yang ada bekerja di bawah
objek penelitian. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut telah
Secara keseluruhan unit analisis yang memiliki latar belakang pendidikan
menjadi kajian penelitian ini terkait dengan minimal Diploma III Keperawatan,
izin praktek keperawatan mandiri, bahkan beberapa di antaranya ada yang
sebagaimana yang tercantum dalam UU No. sudah Sarjana dan Pascasarjana.
23 Tahun 1992 jo UU No. 36 Tahun 2009 b. Kompetensi Keperawatan, mengingat
tentang Kesehatan; Permenkes RI No. sudah memiliki latar belakang atau
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 kualifikasi pendidikan minimal
Diploma III Keperawatan, maka dari
sisi kompetensi, para perawat yang
bekerja di bawah Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut juga memiliki
kompetensi yang memadai untuk

melayani pemenuhan kesehatan warga menunjukkan baru sekitar 65% perawat


masyarakat Kabupaten Garut. di Kabupaten Garut memiliki izin dan
c. Perizinan SIP, SIK, dan SIPP, rekomendasi dalam bentuk SIP, SIK, dan
SIPP. Artinya, baru lebih dari sebagian menunjukkan, para perawat telah diberi
perawat terdaftar resmi sebagai tenaga kesempatan untuk menerima haknya sebagai
perawat profesional. perawat sesuai aturan perundang-undangan
d. Pemasangan Papan Nama, yang berlaku. Demikian pula kewajibannya
menunjukkan, bahwa hanya 65% terhadap pasien atau masyarakat yang
perawat yang sudah membuka praktek membutuhkan layanan kesehatan dari yang
mandiri dan memasang papan nama bersangkutan. Para perawat juga telah
yang bersangkutan sebagai perawat mampu menyampaikan kepada pasien
serta kualifikasi pendidikan tentang hak dan kewajiban pasien pada saat
keperawatannya. atau sesudah mendapatkan layanan kesehatan
e. Kode Etik Perawat dan Standar dari para perawat.
Operasional Prosedur atau SOP, 2. Kewenangan Praktek Perawat Mandiri
menunjukkan, bahwa perawat yang Dihubungkan dengan Kebutuhan
sudah bekerja di berbagai sektor Masyarakat terhadap Layanan
layanan kesehatan telah memiliki Kode Kesehatan di Rumah, Berkelompok,
Etik Profesi sehingga mampu atau Individu. Fokus inkuiri atau kajian
menerapkan SOP sebagaimana dari unit analisis tersebut terdiri dari:
mestinya, serta bersedia meningkatkan a. Praktik Keperawatan, dalam hal praktek
kemampuan dan kualitas profesionalnya keperawatan, para perawat sudah
sebagai perawat dalam kondisi dan mampu menerapka kewenangannya
situasi apapun. dengan memberikan asuhan
f. Hak dan Kewajiban, menunjukkan, keperawatan kepada warga masyarakat
hampir seluruh perawat di Kabupaten yang membutuhkan layanan kesehatan,
Garut memahami hak dan kewajibannya baik di rumah maupun di sarana
sebagai salah satu tenaga kesehatan kesehatan lain. Para perawat juga sudah
yang diperbantukan untuk mampu menerapkan upaya promotif
meningkatkan layanan kesehatan bagi dalam rangka meningkatkan derajat
masyarakat Garut. Hal ini kesehatan masyarakat, serta tindakan
preventif mencegah penularan bibit
penyakit, pemulihan pasien yang sudah
terdampak, dan pemberdayaan
masyarakat dalam kesehatan keluarga

dan lingkungan. Para perawat juga telah komplementer untuk


mampu dan mendapat kewenangan untuk menggantikan ketiadaan dokter atau tenaga
melakukan tindakan keperawatan secara medis lain dalam kondisi darurat tertentu.
b. Asuhan Keperawatan, secara khusus, pendidikan kesehatan dan melayani konseling
para perawat di Kabupaten Garut telah kesehatan bagi masyarakat yang
mendapatkan kewenangan untuk membutuhkan layanan kesehatan.
melakukan pengkajian penyakit yang 3. Pegawasan terhadap Kewenangan
diderita masyarakat, baik perorangan Praktek Keperawatan Mandiri
maupun kelompok komunitas tertentu. Dihubungkan dengan UU No. 36 Tahun
Kemudian berwenang melakukan 2009 tentang Kesehatan. Fokus inkuiri
diagnosa penyakit tersebut, dan atau kajian dari unit analisis tersebut
berwenang melakukan tindakan medis, terdiri dari:
baik dalam kapasitasnya sebagai a. Registrasi. Hasil pengawasan
perawat mandiri, maupun kapasitas menunjukkan bahwa para perawat yang
sebagai pembantu tenaga medis lain sudah mendapatkan kewenangan
atau dokter. praktek mandiri sebagian besar telah
c. Implementasi Keperawatan, para mencantumkan nama perawat dalam
perawat sudah berwenang melakukan register lembaga layanan, termasuk
perencanaan program kesehatan di papan nama praktek mandiri yang
wilayah kerjanya, serta melaksanakan dilakukannya. Hasil pengawasan juga
tindakan keperawatan sesuai dengan menunjukkan adanya penjaminan
kewenangannya atau dikonsultasikan kualitas kemampuan perawat yang
dengan pihak terkait. sudah membuka praktek mandiri.
d. Tindakan Keperawatan, menunjukkan Sementara penatalaksanaan sudah
bahwa para perawat sudah mampu dilakukan secara objektif sesuai dengan
melaksanakan prosedur keperawatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan
secara baik, demikian pula pelaksanaan yang dimiliki oleh para perawat. Hasil
observasi kesehatan individu atau pengawasan juga telah berhasil
lingkungan. Hal ini dilakukan mengidentifikasi jumlah dan kualifikasi
bersamaan dengan pemberian profesional dan vokasional yang
dimiliki tiap perawat, sehingga dapat
membantu mempermudah pemetaan
kebutuhan perawat di berbagai wilayah
di Kabuapten Garut.
b. Legislasi. Hasil pengawasan
menunjukkan, bahwa hampir seluruh
perawat yang sudah membuka praktek

mandiri telah mengantongi izin praktek perawat dengan berbagai kriterianya.


Beberapa catatan juga menunjukkan, bahwa undangan yang berlaku. Hal ini merupakan
setiap perawat yang membuka praktek indikator keberhasilan pembangunan
mandiri telah siap bertanggung jawab kesehatan di bidang administrasi dan
melindungi kepentingan masyarakat atas manajemen kesehatan, khususnya di
pelayanan kesehatan yang didapatkannya. lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
Hasil pengawasan juga menunjukkan, bahwa Garut. Artinya, antara tenaga keperawatan
setiap perawat yang membuka praktek dengan tenaga kesehatan lain, khususnya
mandiri sanggup memelihara kualitas layanan tenaga medis (dokter), saling bahu-membahu
perawatan kesehatan yang diberikan. Selain mengisi kekosongan dan kekurangan masing-
itu, para perawat telah memahami masing dalam rangka peningkatan derajat
kewenangannya yang agak terbatas sesuai kesehatan masyarakat.
dengan kategori bidang garapannya. Para Berdasarkan uraian permasalahan tersebut,
perawat juga telah mendapatkan jaminan tersirat sejumlah hal yang belum sejalan
kepastian hukum atas pelaksanaan tugasnya dengan aturan perundang-undangan tentang
sebagai perawat. kesehatan dan tenaga kesehatan yang berlaku,
c. Kursus Lanjutan. Hasil pengawasan di antaranya belum terimplementasikannya:
menunjukkan, bahwa para perawat telah 1. UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang
mendapatkan motivasi dan kesempatan Keperawatan BAB I tentang Ketentuan
meningkatkan wawasan pengetahuan Umum Pasal 3 ayat (d), bahwa:
dan keterampilan perawat serta “Pengaturan keperawatan bertujuan
pengembangan diri dari pimpinan dan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dinas terkait agar profesionalismenya masyarakat”.
meningkat dan lebih baik dalam 2. BAB IV tentang Regristrasi, Izin
melayani kesehatan masyarakat. Praktik, dan Registrasi Ulang Pasal 17,
d. Hubungan dengan Tenaga Kesehatan bahwa: “Untuk melindungi masyarakat
Lain. Hasil pengawasan menunjukkan, penerima jasa pelayanan kesehatan dan
bahwa jalinan kerjasama dengan tenaga meningkatkan mutu pelayanan
medis utama, yaitu dokter, serta tenaga kesehatan yang diberikan oleh Perawat,
kesehatan lain telah berjalan secara Menteri dan Konsil Keperawatan
hierarki dan sesuai aturan perundang- bertugas melakukan pembinaan dan

pengawasan mutu Perawat sesuai dengan dimaksud pada ayat (1) harus
kewenangan masing-masing”. didasarkan pada kode etik, standar
3. BAB V tentang Praktik Keperawatan pelayanan, standar profesi, dan standar
Pasal 28 ayat (3) dan (4), bahwa: prosedur operasional. Praktik
‘Praktik Keperawatan sebagaimana Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) didasarkan pada prinsip lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
kebutuhan pelayanan kesehatan dimengerti mengenai tindakan Keperawatan
dan/atau Keperawatan masyarakat kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai
dalam suatu wilayah”. dengan batas kewenangannya; f)
4. BAB VI tentang Hak dan Kewajiban melaksanakan tindakan pelimpahan
Pasal 31, bahwa: “Perawat dalam wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
melaksanakan Praktik Keperawatan sesuai dengan kompetensi Perawat; dan g)
berkewajiban: a) melengkapi sarana dan melaksanakan penugasan khusus yang
prasarana Pelayanan Keperawatan ditetapkan oleh Pemerintah”.
sesuai dengan standar Pelayanan 5. BAB X tentang Pengembangan,
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Pembinaan, dan Pengawasan, Pasal 53
Perundang-undangan; b) memberikan ayat (2) dan (4), bahwa:
Pelayanan Keperawatan sesuai dengan “Pengembangan Praktik Keperawatan
kode etik, standar Pelayanan bertujuan untuk mempertahankan atau
Keperawatan, standar profesi, standar meningkatkan keprofesionalan Perawat.
prosedur operasional, dan ketentuan Dalam hal meningkatkan
Peraturan Perundang-undangan; c) keprofesionalan Perawat sebagaimana
merujuk Klien yang tidak dapat dimaksud pada ayat (2) dan dalam
ditangani kepada Perawat atau tenaga memenuhi kebutuhan pelayanan,
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai pemilik atau pengelola Fasilitas
dengan lingkup dan tingkat Pelayanan Kesehatan harus
kompetensinya; d) mendokumentasikan memfasilitasi Perawat untuk mengikuti
Asuhan Keperawatan sesuai dengan pendidikan berkelanjutan.” Kemudian
standar; e) memberikan informasi yang Pasal 56, bahwa: “Pembinaan dan
pengawasan Praktik Keperawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
diarahkan untuk: a) meningkatkan mutu
Pelayanan Keperawatan; b) melindungi
masyarakat atas tindakan Perawat yang
tidak sesuai dengan standar; dan c)
memberikan kepastian hukum bagi
Perawat dan masyarakat.”

KESIMPULAN DAN SARAN bahwa:


Berdasarkan uraian hasil penelitian dan 1. Peraturan Praktek Keperawatan
analisis pembahasan dapat disimpulkan, Mandiri di Sarana Pelayanan Kesehatan
Puskesmas atau Rumah Sakit sudah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dilaksanakan sebagaimana mestinya, di Garut.
antaranya pemberlakukan Izin Praktek 2. Kewenangan Praktek Perawat
Perawat Mandiri harus memiliki Mandiri Dihubungkan dengan Kebutuhan
Pendidikan Minimal D III Keperawatan. Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan
Hal ini dilakukan agar kompetensi di Rumah, Berkelompok, atau Individu,
keperawatan yang dimiliki perawat menunjukkan bahwa dalam hal praktek
memadai untuk melayani pemenuhan keperawatan, para perawat sudah mampu
kesehatan warga masyarakat Kabupaten menerapkan kewenangannya dengan
Garut. Sementara dalam hal perizinan SIP, memberikan asuhan keperawatan,
SIK, dan SIPP, baru lebih dari sebagian menerapkan upaya promotif dalam rangka
perawat terdaftar resmi sebagai tenaga meningkatkan derajat kesehatan
perawat profesional, dan rata-rata sudah masyarakat, serta tindakan preventif
memasang papan nama yang bersangkutan mencegah penularan bibit penyakit,
sebagai perawat serta kualifikasi pemulihan pasien yang sudah terdampak,
pendidikan keperawatannya. Dari segi dan pemberdayaan masyarakat dalam
Kode Etik Perawat dan Standar kesehatan keluarga dan lingkungan. Para
Operasional Prosedur atau SOP, perawat juga telah mampu dan mendapat
menunjukkan, bahwa perawat yang sudah kewenangan untuk melakukan tindakan
bekerja di berbagai sektor layanan keperawatan secara komplementer untuk
kesehatan telah memiliki Kode Etik Profesi menggantikan ketiadaan dokter atau tenaga
sehingga mampu menerapkan SOP medis lain dalam kondisi darurat tertentu.
sebagaimana mestinya, serta bersedia Selain itu, para perawat juga sudah mampu
meningkatkan kemampuan dan kualitas mengimplementasikan aspek manajemen
profesionalnya sebagai perawat dalam keperawatan melalui perencanaan program
kondisi dan situasi apapun. Hal ini sangat kesehatan di wilayah kerjanya, serta
membantu para perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
melaksanakan hak dan kewajibannya dengan kewenangannya.
3. Pegawasan terhadap Kewenangan
Praktek Keperawatan Mandiri
Dihubungkan dengan UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan menunjukkan
hasil pengawasan terhadap aspek-aspek
perizinan seperti registrasi, lisensi, dan

legalitas, para perawat yang sudah mendapatkan kewenangan praktek mandiri


sebagian besar telah mencantumkan nama meningkat dan lebih baik dalam melayani
perawat dalam register lembaga layanan, kesehatan masyarakat. Sedangkan dari sisi
termasuk papan nama praktek. Hal ini hubungan dengan tenaga kesehatan lain,
menjamin kualitas kemampuan perawat jalinan kerjasama dengan tenaga medis
dilihat dari aspek kepastian hukum dengan utama, yaitu dokter, serta tenaga kesehatan
penatalaksanaan yang objektif sesuai bdang lain telah berjalan secara hierarki dan sesuai
perawatnya. Hasil pengawasan juga telah aturan perundang-undangan yang berlaku.
berhasil mengidentifikasi jumlah dan Hal ini merupakan indikator keberhasilan
kualifikasi profesional dan vokasional yang pembangunan kesehatan di bidang
dimiliki tiap perawat, sehingga dapat administrasi dan manajemen kesehatan
membantu mempermudah pemetaan sebagai gambaran adanya kerjasama antara
kebutuhan perawat di berbagai wilayah di tenaga keperawatan dengan tenaga kesehatan
Kabuapten Garut. Sementara dari sisi lain, khususnya tenaga medis (dokter) dalam
legislasi, hasil pengawasan menunjukkan, rangka peningkatan derajat kesehatan
bahwa hampir seluruh perawat yang sudah masyarakat.
membuka praktek mandiri telah mengantongi Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas,
izin praktek perawat dengan berbagai ada beberapa hal yang merupakan tantangan
kriterianya. Artinya, perawat yang membuka dalam upaya meningkatkan mutu layanan
praktek mandiri telah siap bertanggung kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut.
jawab melindungi Untuk itu diperlukan suatu perubahan
kepentingan masyarakat atas pelayanan paradigma dan konsep pembangunan
kesehatan yang didapatkannya, serta sanggup kesehatan yang lebih objektif, efektif, efisien,
memelihara kualitas layanan perawatan akuntabel, dan transparan. Terkait dengan hal
kesehatan yang diberikan. Para perawat juga ini disarankan kepada pihak-pihak yang
telah mendapatkan jaminan kepastian hukum berkepentingan agar:
atas pelaksanaan tugasnya sebagai perawat. 1. Lebih mendistribusikan jumlah perawat
Bahkan para perawat telah mendapatkan yang ada di sejumlah pelosok wilayah
motivasi dan kesempatan meningkatkan 2. Lebih mensosialisasikan perilaku
wawasan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang mendukung pola hidup
perawat serta pengembangan diri dari bersih dan sehat.
pimpinan dan dinas terkait agar 3. Lebih meningkatkan kegiatan lintas
profesionalismenya sektor dan mengelola suatu sistem
kesehatan kewilayahan.

4. Lebih menguatkan dukungan peraturan sumber daya manusia, standarisasi,


perundang-undangan, kemampuan penilaian hasil penelitian produk,
pengawasan obat tradisional, kosmetik, Julianus Ake. Malpraktek Dalam Keperawatan.
EGC. Jakarta. 2008.
produk terapetik/obat, obat asli
Kaihatu. Asuransi Pengangkutan. Djambatan.
Indonesia, dan sistem informasi. Jakarta. 1980.
Koeswadi Hermein Hadiati. Hukum dan
1. Dosen STIKes Karsa Husada Garut Masalah Medik. Airlangga University Press.
Surabaya. 1994.
DAFTAR PUSTAKA Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik
Ameln F. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Keperawatan Profesional. EGC : Jakarta. 2008.
Grafikatama Jaya. Jakarta. 1991. Leibo. Bunga Rampai Hukum dan Profesi
Appelbaum. Paul Charles. Informed Consent Kedokteran dalam Masyarakat Indonesia.
Legal Theory and Clinical Practice. Oxford Liberty. Yogyakarta. 1986.
University Press. New York. 1987. M Jusuf Hanafiah dan Amri Amir. Etika
Aziz Alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC.
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2007. Jakarta. 2008.
Azwar A. Profesi Kedokteran. Tantangan dan Mashudi. Moch Chidir. Ali. Hukum Asuransi.
Harapan. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 1991. Mandar Maju. Bandung. 1998.
Barneveld. Pengantar dalam Pengetahuan Mimin Emi Suhaemi. Etika Keperawatan dan
Umum Asuransi. Bhratara Karya Aksara. Aplikasi Pada Praktek. EGC. Jakarta. 2008.
Jakarta. 1980. Moehadjir, N.H. Metodologi Penelitian
Bertens. Persfektif Etika. Kanisius. Kualitatif. Edisi IV. Penerbit Rake Sarasin.
Yogyakarta. 2001. Yogyakarta. 2002.
D mutiara Tata Negara Hukum. Pustaka Islam. Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta. 1999. Penerbit Remadja Rosda Karya. Bandung. 2002.
Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Muhamad Tahir Azhari. Negara Hukum, Suatu
Garut Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Studi Tentang Prinsip-prinsipnya dilihat dari
Garut. 2013. segi Hukum Islam. Bulan Bintang. Jakarta.
Djoko Prakoso, Bambang Riyadi. Dasar Hukum 1992.
Persetujuan Tertentu di Indonesia. Bina Aksara. Munir Fuadi. Teori Negara Hukum Modern
Jakarta. 1987. (Rechstaat). PT Reflika Aditama. Bandung.
Effendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan 2009.
Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam Nazir, Moh. Metode Penelitian. Cetakan
Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Ketujuh. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
2009. 2011.
Gunawan. Memahami Etika Kedokteran. Padmo Wahyono. Membudayakan Undang-
Kanisius. Yogyakarta. 1992 undang Dasar 1945. Ind Hild-co. Jakarta. 1991.
Guwandi J. Dokter dan Hukum. Monella. Perry and Potter. 2008. Buku Ajar Fundamental
Jakarta. 1988. Keperawatan, Konsep, Praktek dan Teori. EGC.
Hans Kelsen. Pure Theory of Law. University of Jakarta.
Press. Los Angeles. 1967. Picard, Ellen. Legal Liability of Doctor and
Helm Ann. Malpraktek Keperawatan Hospital in Canada. Carswell Legal
Menghindari Masalah Hukum. EGC. Jakarta. Publications. 1984.
2008. Poedjosoebroto. Beberapa Aspek tentang
Hendrik. Etika dan Hukum Kesehatan. EGC. Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia.
Jakarta. 2008. Karya Aksara. Jakarta. 1980.
RPJMD Pemkab Garut. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Garut 2014-2019. Perda
Kabupaten Garut No. 3 Tahun 2014 tanggal 2
Juli 2014. Reg. Perda Kabupaten Garut pada
Propinsi Jabar No. 65/2014, Garut, 2014.
Implementasi Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan Permenkes RI Nomor 17
Tahun 2013

Tentang Perubahan atas Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan

IMPLEMENTASI PERMENKES RI NO. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 DAN


PERMENKES RI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERMENKES RI NO. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN
DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT DI BLUD RS SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI

Rosliana Dewi

ABSTRAK
Perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta
memperhatikan kode etik dan moral profesi. Hal ini dimanifestasikan melalui praktik profesi yang
diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
dan Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. Sehingga
diharapkan perlindungan hukum dan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam
praktik. Permenkes ini perlu diimplementasikan di setiap rumah sakit termasuk BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Tujuan: untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban
perawat dalam praktik keperawatan di rumah sakit dan implementasi Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat. Metode: metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan penelaahan hukum
melalui studi kepustakaan dan wawancara untuk memperoleh data sekunder dan primer.. Hasil:
Perawat berkewajiban memiliki STR, SIKP dan SIPP, menghormati hak pasien, melakukan
rujukan, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan informasi
tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan, meminta persetujuan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan, melakukan pencataran asuhan keperawatan secara
sitematis dan mematuhi standar. Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan Permenkes RI No 17
Tahun 2013 belum sepenuhnya dapat melindungi perawat secara hukum karena kedudukan
Permenkes masih lemah dalam hirarki hukum dibandingkan dalam bentuk Undang-Undang
sedangkan implementasinya di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi belum berjalan
dengan baik.
Rekomendasi : studi ini menyediakan informasi penting bagi perawat dan penyedia pelayanan
kesehatan lainnya tentang pentingnya proses registrasi, ijin dan penyelenggaraan praktik perawat,
dan apa yang perawat harus lakukan dalam proses perijinan dan penyelenggaraan praktik perawat.
Kata kunci : Perawat, Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010, Permenkes RI
Nomor 17 Tahun 2013

21
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi

PENDAHULUAN terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang

Keperawatan merupakan salah satu profesi tertuang di dalam Undang-Undang tentang

dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, Kesehatan No. 36 Tahun 2009.

pelayanan yang diberikan harus profesional, Tugas tenaga kesehatan berdasarkan

sehingga para perawat harus memiliki ketentuan Pasal 23 UU Kesehatan Nomor

kompetensi dan memenuhi standar praktik 36/2009 adalah berwenang untuk

keperawatan, serta memperhatikan kode etik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

dan moral profesi agar masyarakat menerima dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang

pelayanan dan asuhan keperawatan yang dimiliki. Agar tugas terlaksana dengan baik,

bermutu. Keperawatan sebagai profesi pasal 3 PP 32/19961 menentukan “Setiap

dimanifestasikan antara lain melalui praktik tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan

profesi yang diatur dalam suatu ketetapan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang

hukum, yaitu Permenkes RI Nomor pendidikannya yang dibuktikan dengan

HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan ijasah.” Dengan demikian, bidang tugas dan

Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang kewenangan tenaga kesehatan akan ditentukan

Perubahan atas Permenkes RI Nomor berdasarkan ijasah yang dimilikinya. Hanya

HK.02.02/MENKES/148/I/2010 ijasah yang dikeluarkan oleh lembaga yang

Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik sah dan diakui kompetensinya oleh lembaga

Perawat. Dengan demikian diharapkan yang berwenang yang dapat dipergunakan

perlindungan hukum dan masyarakat terjamin sebagai dasar pemberian tugas dan

melalui akuntabilitas perawat dalam praktik. kewenangan tenaga kesehatan dalam upaya

Di Indonesia, usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan.2

pelayanan kesehatan yang memadai, yaitu


memenuhi standar pelayanan kesehatan, telah
diusahakan dan tertera dalam kebijakan 1
PP No. 32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan mencantumkan

pemerintah yang intinya mengusahakan bahwa rumpun tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan.

pembangunan kesehatan agar


2
Sri Praptianingsih, Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006., hlm. 8.

22
Apabila melihat realita yang ada, dunia diatur dalam Permenkes tersebut sehingga
keperawatan di Indonesia masih perawat mempunyai legitimasi dalam
memprihatinkan. Fenomena “gray area” pada menjalankan praktik profesinya. Seorang
berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang perawat harus menyadari bahwa terbitnya
ada maupun dengan profesi kesehatan lainnya Permenkes RI Nomor
masih sulit dihindari. Berdasarkan hasil kajian HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
(Depkes & UI, 2005) menunjukkan bahwa Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
terdapat perawat yang menetapkan diagnosis Perubahan atas Permenkes RI Nomor
penyakit (92,6%), membuat resep obat HK.02.02/MENKES/148/I/2010
(93,1%), melakukan tindakan pengobatan di Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
dalam maupun di luar gedung Puskesmas Perawat bukan merupakan keberhasilan
(97,1%), melakukan pemeriksaan kehamilan perawat sebagai tenaga profesional secara
(70,1%), melakukan pertolongan otomatis, tetapi harus dijadikan motivasi bagi
persalinan (57,7%), tenaga perawat untuk meningkatkan
melaksanakan tugas petugas kebersihan kompetensi, tanggung jawab dan tanggung
(78,8%), dan melakukan tugas administrasi gugat.
3
seperti bendahara, dll (63,6%). Kewenangan memiliki dua aspek yaitu
Keluarnya Permenkes RI Nomor kewenangan formil dan materiil. Kewenangan
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan materiil diperoleh sejak memperoleh sertifikat
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang kompetensi dan kemudian ter-registrasi dan
Perubahan atas Permenkes RI Nomor mendapatkan STR (Surat Tanda
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Registrasi). Kewenangan formil adalah ijin
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik kepada penerimanya untuk melakukan praktek
Perawat lebih mengukuhkan perawat sebagai profesi, yaitu SIKP (Surat Ijin Kerja Perawat)
profesi di Indonesia. Kewenangan perawat bila bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan di
dalam menjalankan tugas profesi luar praktik mandiri dan SIPP (Surat Ijin
Praktik Perawat) bila menjalankan praktik
3
Yudi Ariesta Candra, Pentingnya Undang-Undang keperawatan, keperawatan di praktik
http://pemikirulung.multiply.com/journal, diakses tgl 14 Oktober
2008.
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi

mandiri.4 Kewenangan perawat adalah BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi


kewenangan dalam melaksanakan asuhan adalah rumah sakit yang terletak di Cibadak
keperawatan, sedangkan kewenangan Kabupaten Sukabumi, pada tahun 1994
melaksanakan tindakan medis hanya sampai sekarang status rumah sakit menjadi
diperoleh bila ada pelimpahan wewenang dari kelas C sesuai SK Menkes No.
tenaga medis, baik langsung maupun melalui 95/Menkes/SK/II/1994. Pada tahun 2002
SOP. Rumah Sakit Sekarwangi berubah menjadi
Berdasarkan beberapa kenyataan di atas, rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi
diperlukan suatu ketetapan hukum yang Kabupaten Sukabumi berdasarkan Peraturan
mengatur praktik keperawatan dalam rangka Bupati No. 6 tahun 2002 tanggal 22 April
menjamin perlindungan terhadap masyarakat Tahun 2002 dengan akreditasi 5 pelayanan
penerima pelayanan asuhan keperawatan serta dasar penuh oleh Direktorat Jendral Pelayanan
perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan Medik Departemen Kesehatan Sertifikasi No.
keperawatan. Hanya perawat yang memenuhi YM.00.03.2.2.489. Berdasarkan data tenaga
persyaratan yang mendapatkan izin keperawatan pada Bulan Maret 2015
melakukan praktik keperawatan. Untuk keseluruhan berjumlah
penerapan praktik keperawatan tersebut perlu 270 orang. Dengan rincian berdasarkan
ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan pendidikan yaitu 5 orang berpendidikan
kewajiban perawat yang terkait dengan SPK/SPRG, 201 orang berpendidikan D3
pekerjaan profesi. Legislasi dimaksudkan Keperawatan, 12 orang berpendidikan S1
untuk memberi perlindungan hukum bagi keperawatan, 12 orang berpendidikan S1
masyarakat dan perawat. Dalam rangka Keperawatan Ners, 33 orang berpendidikan
perlindungan hukum tersebut perawat perlu D3 Kebidanan, dan 5 orang berpendidikan D4
disertifikasi, diregistrasi, dan memperoleh izin Kebidanan.
praktek. Berdasarkan pengamatan peneliti di ruangan
rawat inap, tugas perawat lebih banyak pada

4
tugas-tugas rutin seperti menyuntik, ganti
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas

Permenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin


balutan dan melakukan pemeriksaan tanda-
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. tanda vital. Pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan yang

24
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi

dibuat sesuai dengan standar disetiap ruangan


perawatan sudah dilaksanakan menggunakan
format yang sama tetapi pemahaman dalam METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis
penulisannya masih belum sama. Hal ini
deskriptif kualitatif mengenai gambaran yang
menunjukkan bahwa ada beberapa masalah
menyeluruh mengenai peraturan perundang-
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
undangan di Indonesia yang berkaitan dengan
perawat, perlindungan hukum perawat
ijin dan penyelenggaraan praktik perawat.
dan implementasi dari peraturan perundang-
Pendekatan yuridis normatif dilakukan
undangan tentang perawat itu sendiri.
melalui penelaahan hukum melalui studi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kepustakaan untuk memperoleh data sekunder
mengetahui sejauhmana hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan pengaturan
perawat dalam praktik keperawatan di rumah
perundang-undangan mengenai ijin dan
sakit berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan, mengetahui peran penyelenggaraan praktik perawat.

Permenkes RI No. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan teknik Purposive Sampling dengan

Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 menentukan sampel berdasarkan


pertimbangan yang disesuaikan dengan
Tentang Perubahan atas Permenkes RI No.
kebutuhan peneliti. Teknik pengambilan data
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
dilakukan dengan studi kepustakaan untuk
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
memperoleh data sekunder dalam mengkaji
terhadap perlindungan hukum bagi perawat
dan menginventarisasikan bahan hukum
dan mengetahui implementasi Permenkes RI
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan
hukum tersier. Bahan hukum primer, yaitu
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
peraturan perundang-undangan antara lain :
Perubahan atas Permenkes RI No.
UUD RI 1945, UU RI No. 36 Tahun 2009
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
Tentang Kesehatan, UU RI No. 10 Tahun
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat di
2004 Tentang Pembentukan Peraturan
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Perundang-undangan, PP No. 32

25
Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, kemudian dianalisis dalam bentuk deskripsi
Permenkes RI Nomor dan tidak memakai perhitungan ataupun
HK.02.02/MENKES/148/I/2010, Permenkes rumusan statistik.
RI No. 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Permenkes RI No.
HASIL PENELITIAN
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. Bahan Gambaran Permenkes RI No.
hukum sekunder, yaitu tulisan-tulisan para HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan
ahli hukum dan bidang lain yang erat Permenkes RI No. 17 Tahun 2013 Tentang
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti Perubahan atas Permenkes RI No.
atau berkaitan dengan bahan hukum primer HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
seperti buku, majalah ilmiah, hasil penelitian. dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang Ijin (vergunning) dapat juga diartikan sebagai
memberi petunjuk maupun penjelasan dispensasi atau
terhadap bahan hukum primer dan bahan pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.
hukum sekunder seperti kamus, majalah, surat Dengan memberi ijin, penguasa
kabar, web site di internet. Pengambilan data memperkenankan orang yang memohonnya
juga dilakukan melalui wawancara mendalam untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
(depth interview) terhadap pihak-pihak yang yang sebenarnya dilarang demi
berkaitan dengan masalah penelitian dalam memperhatikan kepentingan umum yang
hal ini pihak BLUD RS Sekarwangi mengharuskan adanya pengawasan. Hal
Kabupaten Sukabumi. pokok pada ijin, bahwa sesuatu tindakan
Analisis data yang digunakan dalam dilarang kecuali diperkenankan dengan tujuan
penelitian ini adalah normatif kualitatif. agar dalam ketentuan-ketentuan yang
Normatif karena penelitian ini berpangkal dari bersangkutan dilakukan dengan cara-cara
peraturan-peraturan yang ada sebagai norma tertentu. Penolakan ijin terjadi bila kriteria-
hukum positif dan terkait dengan masalah, kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa
sedangkan kualitatif karena semua data tidak dipenuhi. Misalnya, tentang hal ini
disusun dan disajikan secara sistematis, adalah : dilarang mendirikan bangunan,
kecuali ada ijin tertulis dari pejabat yang konstitutif dan yang digunakan oleh
berwenang dengan ketentuan mematuhi pemerintah untuk menghadapi atau
5
persyaratan-persyaratan. menetapkan peristiwa konkret. Kedua,
Menurut Sjachran Basah, ijin adalah pembuatan dan penerbitan ketetapan ijin
perbuatan hukum administrasi negara bersegi merupakan tindakan hukum pemerintah.
satu yang mengaplikasikan peraturan dalam Sebagai tindakan hukum, maka harus ada
hak konkret berdasarkan persyaratan dan wewenang yang diberikan oleh peraturan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh perundang-undangan atau harus berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. E. pada asas legalitas. Tanpa dasar wewenang,
Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat tindakan hukum itu menjadi tidak sah. Oleh
peraturan umumnya tidak melarang suatu karena itu, dalam hal membuat dan
perbuatan, tetapi masih juga menerbitkan ijin haruslah didasarkan pada
memperkenankannya asal saja diadakan wewenang yang diberikan oleh peraturan
secara yang ditentukan untuk masing- masing perundang-undangan yang berlaku karena
hal konkret, keputusan administrasi negara tanpa adanya dasar wewenang tersebut
yang memperkenankan perbuatan tersebut ketetapan ijin tersebut menjadi tidak sah.
6
bersifat suatu ijin (vergunning). Ketiga, organ pemerintah adalah organ yang
Berdasarkan pemaparan pendapat pakar menjalankan urusan pemerintahan baik di
tersebut, dapat disebutkan bahwa ijin adalah tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
perbuatan pemerintah bersegi satu Menurut Sjachran Basah, dari penelusuran
berdasarkan peraturan perundang-undangan pelbagai ketentuan penyelenggaraan
untuk diterapkan pada peristiwa konkret pemerintahan dapat diketahui bahwa mulai
menurut prosedur dan persyaratan tertentu. dari administrasi negara tertinggi (presiden)
Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam sampai dengan administrasi negara terendah
perijinan, yaitu sebagai berikut : Pertama, ijin (lurah) berwenang memberikan ijin. Ini berarti
merupakan instrumen yuridis dalam bentuk terdapat aneka ragam administrasi negara
ketetapan yang bersifat (termasuk instansinya) pemberi ijin, yang
didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik
5
Idem., hlm. 63. di tingkat pusat maupun daerah. Keempat,
6
W. Riawan Tjandra, Op. Cit. , hlm. 207. ijin merupakan instrumen
yuridis yang berbentuk ketetapan, yang 3. Praktik keperawatan dilaksanakan
digunakan oleh pemerintah dalam melalui kegiatan: (a) pelaksanaan
menghadapi peristiwa konkret dan individual. asuhan keperawatan, (b) pelaksanaan
Peristiwa konkret artinya peristiwa yang upaya promotif, preventif, pemulihan,
terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, dan pemberdayaaan masyarakat, (c)
tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. pelaksanaan tindakan keperawatan
Kelima, pada umumnya permohonan ijin komplementer.
harus menempuh prosedur tertentu oleh 4. Asuhan keperawatan meliputi
pemerintah, selaku pemberi ijin. Disamping pengkajian, penetapan diagnosa
harus menempuh prosedur tertentu, pemohon keperawatan, perencanaan,
ijin juga harus memenuhi persyaratan- implementasi, dan evaluasi.
persyaratan tertentu yang ditentukan secara 5. Implementasi keperawatan meliputi
sepihak oleh pemerintah atau pemberi ijin. penerapan perencanaan dan
Prosedur dan persyaratan perijinan itu pelaksanaan tindakan keperawatan.
berbeda-beda tergantung jenis ijin, tujuan ijin, 6. Tindakan keperawatan meliputi
7
dan instansi pemberi ijin. pelaksanaan prosedur keperawatan,
Perawat dalam melaksanakan praktik observasi keperawatan, pendidikan dan
keperawatan berwenang untuk (Permenkes konseling kesehatan.
8
No. 148/2010 Pasal 8) : 7. Perawat dalam menjalankan asuhan
1. Praktik keperawatan dapat dilaksanakan keperawatan dapat memberikan obat
pada fasilitas pelayanan kesehatan bebas dan/atau obat bebas terbatas.
tingkat pertama, tingkat kedua, dan Dalam Permenkes 17/2013 tentang
tingkat ketiga. Perubahan atas Permenkes No
2. Praktik keperawatan ditujukan kepada HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin
individu, keluarga, kelompok, dan dan Penyelnggaraan Praktik Perawat pada
masyarakat. Pasal 3 Ayat (1) bahwa setiap perawat yang
menjalankan praktik keperawatan di fasilitas
7
Lihat Idem, hlm. 210. pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri
8
Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin wajib memiliki SIKP, Ayat (2), Setiap
Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. perawat yang menjalankan praktik
keperawatan di praktik mandiri wajib Perawat juga menyatakan bahwa pejabat yang
memiliki SIPP, dan Ayat (3) SIKP dan SIPP berwenang mengeluarkan dan mencabut SIKP
dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau SIPP adalah Pemerintah daerah
kabupaten/kota dan berlaku untuk 1 tempat. Kabupaten/Kota.
Pada Pasal 5 Ayat (1) Permenkes 17/2013
tentang Perubahan atas Permenkes No HASIL ANALISIS TEMATIK
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin A. Hak Dan Kewajiban Perawat Dalam
dan Penyelnggaraan Praktik Perawat Praktik Keperawatan di Rumah
dinyatakan bahwa untuk memperoleh SIKP Sakit berdasar Undang-Undang
dan SIPP perawat harus mengajukan Kewajiban perawat dalam praktik merupakan
permohonan kepada pemerintah daerah suatu perbuatan dalam menjalankan tugas
kabupaten/kota dengan melampirkan : praktik dan yang harus di penuhi oleh
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan perawat. Pemenuhan kewajiban perawat
dilegalisasi. tersebut sebagai suatu hasil dari implementasi
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter kebijakan ijin dan penyelenggaraan praktik
yang memiliki surat ijin Praktik. perawat. Kewajiban perawat tertulis pada
c. Surat pernyataaan memiliki tempat di Permenkes No
praktik mandiri atau di fasilitas HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
pelayanan kesehatan di luar praktik Permenkes 17/2013 tentang Perubahan atas
mandiri. Permenkes No
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin
cm sebanyak 3 lembar. dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, seperti
e. Rekomendasi dari kepala dinas dalam pasal 3, Perawat berkewajiban
kesehatan kabupaten/kota atau pejabat memiliki SIKP jika menjalankan praktik
yang ditunjuk. keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
f. Rekomendasi dari organisasi profesi. di luar praktik mandiri, dan SIPP jika
Sedangkan pada Pasal 14 Permenkes RI menjalankan praktik keperawatan di praktik
17/2013 tentang Perubahan atas Permenkes RI mandiri.
No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Namun bila dibandingkan dengan hasil
Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik wawancara dan diskusi terfokus, bahwa
kewajiban ijin dan penyelenggaraan praktik melakukan praktik mandiri keperawatan
perawat masih ada yang belum dilaksanakan komplementer tapi belum memiliki SIPP,
di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten SIPP perawat tersebut baru pada tahap sedang
Sukabumi. Kewajiban perawat adalah diproses, sehingga belum berhak untuk
hal/pekerjaan yang harus dilakukan sesuai melaksanakan asuhan
dengan kewenangan yang diperoleh, keperawatan/tindakan keperawatan di praktik
kewajiban itu sendiri tidak hanya sekedar mandiri.
menjalankan pekerjaan yang diberikan tetapi Surat izin kerja perawat (SIKP) atau Surat ijin
bagaimana pekerjaan itu dikerjakan sesuai praktik perawat (SIPP) diperoleh dari Dinas
dengan batas kewenangan agar dapat Kesehatan Kabupaten Sukabumi sesuai
dipertanggung jawabkan. Kewajiban registrasi dengan Permenkes No 148 Tahun 2010 dan
perawat sesuai dengan Permenkes RI No. Permenkes No. 17 Tahun 2013 tentang
148/2010 yaitu SIKP atau SIPP, dimana Perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
kewajiban registrasi perawat di BLUD RS 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi baru pada perawat. Perawat di BLUD RS Sekarwangi
tahap hanya sebagian perawat yang memiliki Kabupaten Sukabumi semua belum memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR), sebagian yang surat ijin kerja perawat (SIKP), dalam
lain baru pada tahap dalam proses pembuatan Permenkes No
STRnya, dan semua perawat di BLUD RS 148 Tahun 2010 dan Permenkes No. 17 Tahun
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi belum ada 2013 tentang Perubahan atas Permenkes No
yang memiliki SIKP, sebagian perawat hanya 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
memiliki SIK berdasarkan Kepmenkes penyelenggaraan praktik perawat diperoleh
1239/2001 yang belum diperbaharui menjadi dari Dinas Kesehatan setempat. Penerbitan
SIKP sehingga semua perawat tersebut belum SIKP dilakukan oleh Dinas Kesehatan
berhak untuk melaksanakan asuhan setempat dengan melampirkan persyaratan
keperawatan/tindakan keperawatan di yang telah ditentukan: (1) fotocopy STR yang
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri. masih berlaku dan dilegalisasi, (2) Surat
Sedangkan ada 1 orang perawat BLUD RS keterangan sehat fisik dari dokter yang
Sekarwangi yang telah memiliki surat ijin praktik,
(3) Surat pernyataan memiliki tempat di
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik tentang Perubahan atas Permenkes RI No
mandiri, (4) Pas foto berwarna terbaru ukuran 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
4x6 cm sebanyak 3 lembar, dan (5) surat penyelenggaraan praktik perawat. Selain
rekomendasi dari organisasi profesi. kewajiban registrasi, perawat memiliki
Ijin praktik perawat dari Dinas Kesehatan kewajiban dalam praktik perawatan. Praktik
setempat masih belum dilakukan dan perawatan adalah tindakan yang dilakukan
pemberlakuan penilaian kemampuan oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan
keilmuan dan keterampilan belum dilakukan dasar pasien dengan menggunakan
sehingga dapat mengaburkan tujuan pendekatan asuhan keperawatan.
pelaksanaan registrasi dan praktik perawatan Sedangkan kewajiban menghormati hak
itu sendiri. Dinas Kesehatan diberi pasien, memberikan asuhan keperawatan
kewenangan untuk mengatur penerbitan surat sesuai standar profesi dan batas
ijin kerja perawat dan memberikan izin kewenangannya, memberikan informasi yang
praktik bagi perawat yang akan melaksanakan adekuat tentang tindakan keperawatan kepada
praktik mandiri keperawatan. Daerah klien/keluarga, mengikuti perkembangan iptek
selayaknya melaksanakan peran regulasi bidang keperawatan secara terus menerus dan
dengan menerapkan kebijakan yang mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
memacu para penyedia pelayanan kesehatan sesuai standar profesi keperawatan telah
meningkatkan mutu layanannya. Regulasi terpenuhi di BLUD RS Sekarwangi
pelayanan setidaknya dapat menjamin mutu Kabupaten Sukabumi, sedangkan dalam hal
dan keamanan yang langsung terkait dengan pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan
standar pelayanan dan standar perizinan. baru sebatas penyamaan penggunaan format
Regulasi yang baik akan menghasilkan rasa asuhan keperawatan di semua ruangan akan
keadilan dan mutu pelayanan kesehatan. tetapi dalam pemahaman penulisan isi
Dengan menjalankan perannya sebagai pendokumentasiannya masih belum sama
regulator, setidaknya pemerintah daerah pemahaman diantara para perawat.
mencoba menjawab masalah yang timbul Sejalan dengan pemenuhan tugas dan
sebagai dampak pemberlakuan Permenkes RI kewajiban perawat maka akan diperoleh hak
No 148 Tahun 2001 dan Permenkes RI No perawat, hak sebagai kepemilikan untuk
17 Tahun 2013
mendapatkan sesuatu. Pemenuhan hak Perawat masih dijadikan objek dalam
perawat merupakan hasil dari implementasi kesalahan atau kelemahan pelayanan karena
kebijakan ijin dan penyelenggaraan praktik lemahnya kewenangan perawat sehingga
perawat. Sesuai dengan hasil wawancara dan perlindungan hukum tidak didapatkan.
diskusi terfokus hak perawat sebagian belum Ketetapan perlindungan hukum perawat
terpenuhi di BLUD RS Sekarwangi terdapat pada peraturan Permenkes RI Nomor
Kabupaten Sukabumi. Pemenuhan hak 148 Tahun 2010, Permenkes RI No
perawat dalam melakukan praktik sesuai 17 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah
dengan kewenangannya tidak maksimal, tentang Tenaga Kesehatan Nomor 32 tahun
kenyataan dilapangan kewenangan yang 1996. Pasal 23 (1) perlindungan hukum
paling dominan adalah kewenangan diberikan pada tenaga kesehatan yang
dependen, tugas perawat lebih banyak melakukan tugas sesuai dengan standar
melaksanakan pemenuhan tugas berdasarkan profesi tenaga kesehatan, dan belum ada
order dari dokter, juga di dalam fungsional upaya pembinaan hukum pada tingkat daerah
perawat adalah fungsi pelaksanaan program oleh PPNI.
pengobatan, masih sedikitnya tugas dan fungsi Sebagian hak perawat lainnya yang belum
kewenangan mandiri dari perawat, terpenuhi, yakni hak jaminan perlindungan
mengakibatkan praktik perawatan menjadi terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
lemah. Tidak terpenuhinya praktik tugasnya, dimana ketersediaan Alat Pelindung
berdasarkan kewenangan perawat akibat dari Diri (APD) disemua ruangan masih belum
masih belum diterapkannya standar praktik maksimal tersedia dan dalam hal pelaksanaan
perawatan, dan belum diterapkan sistem Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di
model praktik keperawatan profesional semua ruangan pun masih belum optimal
disetiap ruangan. Dalam hal pelimpahan dilaksanakan, sehingga resiko penyebaran
wewenang dari dokter kepada perawat pun infeksi nosokomial di Rumah Sakit sangat
masih belum ada di ruangan, kecuali baru ada besar akan terjadi.
di ruangan Unit Gawat Darurat (UGD), Sedangkan hak-hak yang lainnya yaitu hak
sehingga hak perawat untuk mendapatkan mendapat informasi yang lengkap dan jujur
perlindungan hukum dalam melaksanakan dari pasien atau keluarganya, hak
praktik keperawatannya belum terpenuhi.
mengembangkan karier, hak melaksanakan Perubahan atas Permenkes RI No.
tugas sesuai dengan kompetensi dan hak HK.02.02/148/I/2010 Tentang Ijin dan
menerima imbalan jasa profesi telah terpenuhi Penyelenggaraan Praktik Perawat
di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Keluarnya UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang
Sukabumi. Hak informasi dari pasien secara Kesehatan, PP No. 32 tahun 1996 tentang
otomatis terpenuhi karena didalam standar Tenaga kesehatan, serta Permenkes RI Nomor
operasional prosedur pengkajian keperawatan 148 Tahun 2010 dan Permenkes RI Nomor 17
yang selalu dilakukan oleh perawat selama Tahun 2013 tentang Perubahan atas
praktik tertuang format pengkajian yang Permenkes RI Nomor 148 Tahun 2010
bertujuan menggali informasi dari pasien, tentang ijin dan penyeknggaraan praktik
terutama informasi tentang riwayat kesehatan perawat lebih mengukuhkan perawat sebagai
dan tindakan yang sudah dilakukan sebelum profesi di Indonesia, kewenangan perawat
datang minta bantuan perawat. Hak dalam menjalankan tugas profesi diatur dalam
mengembangkan karier sesuai profesinya Peraturan Menteri Kesehatan tersebut
terpenuhi dimana perawat diberi ijin untuk sehingga perawat mempunyai legitimasi
melanjutkan studi keperawatan yang lebih dalam menjalankan praktik profesinya.
tinggi, dan di fasilitasi untuk mengikuti Sekarang ini tepatnya Bulan September 2014
pelatihan-pelatihan tentang IPTEK bidang telah disyahkan Undang-Undang Praktik
keperawatan. Hak menerima imbalan profesi Keperawatan, walaupun belum diterbitkan
telah terpenuhi dimana BLUD RS Sekarwangi Peraturan Pemerintah tentang profesi perawat
telah memberlakukan sistem remunerasi yang yang memberikan batasan wewenang
dilakukan dengan cara menetapkan point pekerjaan perawat professional yang
berdasarkan dari kriteria pendidikan, lama merupakan turunan dari Undang- Undang
kerja, kinerja perawat dan resiko kerja. tersebut.
Perlindungan terhadap hukum bagi perawat
B. Peran Permenkes RI No. masih belum terpenuhi. Perawat masih
HK.02.02/148/I/2010 dan Permenkes dijadikan objek dalam kesalahan atau
RI No. 17 Tahun 2013 Tentang kelemahan pelayanan kesehatan karena
lemahnya kewenangan perawat sehingga Profesi perawat yang bertanggung jawab
perlindungan hukum tidak didapatkan. terhadap keselamatan dan kemaslahatan umat
Ketetapan perlindungan hukum perawat seharusnya diatur dalam sebuah UU. Perawat
terdapat pada peraturan Permenkes RI No. butuh aturan hukum yang lebih tinggi yang
148 Tahun 2010, Permenkes RI No. 17 Tahun mengatur mengenai kualitas dan pelayanan
2013 dan Peraturan Pemerintah tentang termasuk juga sanksi bagi perawat yang tidak
Tenaga Kesehatan Nomor 32 tahun 1996. melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada
Pasal 23 (1) perlindungan hukum diberikan saat ini memang telah disyahkan Undang-
pada tenaga kesehatan yang melakukan tugas Undang Praktik Keperawatan akan tetapi
sesuai dengan standar profesi tenaga Peraturan Pemerintah yang menjadi turunan
kesehatan. Komite perawatan masih belum Undang- Undang tersebut belum tersedia.
optimal memberikan advokasi terhadap hak C. Implementasi Permenkes RI No.
perawat, dan tidak ada upaya pembinaan HK.02.02/148/I/2010 dan Permenkes
hukum pada tingkat daerah oleh PPNI. RI No. 17 Tahun 2013 Tentang
Kedudukan Permenkes masih lemah dalam Perubahan atas Permenkes RI No.
hirarki hukum. Bentuk hirarki dalam sistem HK.02.02/148/I/2010 Tentang Ijin
hukum yakni : (1)UUD / Konstitusi, dan Penyelenggaraan Praktik
(2) Undang-Undang /PERPU, (3) Peraturan Perawat Di BLUD RS Sekarwangi
Pemerintah, (4) Peraturan Presiden, (5) Kabupaten Sukabumi
PERDA; ( Tingkat I, II, Peraturan Desa). Menurut Ka.Sie Pelayanan Keperawatan dan
Sedangkan Keputusan Menteri (Kepmen) Ketua Komite Keperawatan BLUD RS
dalam UU nomor 10 tahun 2004 hanya Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, perawat
sebagai acuan saja. Untuk itu kedudukan yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
Permenkes RI No. 148 Tahun 2010 dan baru sekitar 80% dan 20% sisanya sedang
Permenkes RI No. 17 Tahun 2013 tentang dalam proses membuatan STR. Dalam proses
Perubahan atas Permenkes RI No. 148 Tahun penilaian akreditasi Rumah Sakit STR Perawat
2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik yang sedang dalam proses telah ternyata telah
perawat harus di dukung dengan UU sehingga dianggap perawat tersebut memiliki STR.
mempunyai kekuatan hukum. Dalam hal memiliki SIKP
belum ada satu pun Perawat BLUD RS Sedangkan tindakan menghormati hak pasien,
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang melakukan rujukan, menyimpan rahasia sesuai
memiliki SIKP, mereka hanya memiliki SIK dengan peraturan perundang- undangan,
yang belum diperbaharui menjadi SIKP sesuai memberikan informasi tentang masalah
ketentuan Kepmenkes 1239 Tahun 2001. kesehatan pasien dan pelayanan yang
Sedangkan dalam hal memiliki SIPP ada satu dibutuhkan, meminta persetujuan tindakan
orang perawat BLUD RS Sekarwangi keperawatan yang akan dilakukan, dan
Kabupaten Sukabumi yang telah melakukan mematuhi standar telah terpenuhi di BLUD RS
praktik mandiri keperawatan komplementer Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, sedangkan
tapi perawat tersebut belum memiliki SIPP, dalam hal pencatatan asuhan keperawatan baru
akan tetapi SIPP perawat tersebut sedang dalam sebatas penyamaan penggunaan format asuhan
proses pembuatannya. keperawatan di semua ruangan akan tetapi
Perawat di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten dalam pemahaman penulisan isi
Sukabumi masih banyak yang belum pendokumentasiannya masih belum sama
memahami aplikasi hukum kesehatan dan pemahaman diantara para perawat.
sebagian besar perawat yang praktik di luar Perawat di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
praktik mandiri maupun yang berpraktik Sukabumi dalam melaksanakan praktik
mandiri telah melakukan pelanggaran terhadap keperawatan telah melaksanakan asuhan
hukum administrasi, yaitu tidak memiliki STR, keperawatan yang meliputi pengkajian,
SIKP dan SIPP yang merupakan syarat penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
administrasi yang harus dipenuhi apabila melaksanakan tindakan keperawatan dan
perawat melakukan praktik di rumah sakit evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan
ataupun praktik pribadi di rumah. Tidak yang dilakukan meliputi intervensi
sampainya informasi-informasi yang berkaitan keperawatan, observasi keperawatan,
dengan pelaksanaan ijin dan penyelenggaraan pendidikan, dan konseling kesehatan.
praktik perawat karena rendahnya koordinasi Langkah yang diambil selanjutnya untuk
yang terjadi antara PPNI Pusat, PPNI melihat gambaran implementasi Permenkes No
Kabupaten Sukabumi, PPNI Komisariat RS 148 Tahun 2010 dan Permenkes No 17
Sekarwangi serta Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi.
Tahun 2013 tentang perubahan atas Permenkes Kabupaten Sukabumi dan lokasi BLUD RS
No 148 Tahun 2010 tentang ijin dan Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD RS strategis dan mudah dijangkau. Sedangkan
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah kelemahan (weakness) yang ditemukan adalah
dengan melakukan strategi dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada belum
menggunakan instrumen analisis SWOT. sesuai dengan kualifikasi yaitu dari sebanyak
Analisis SWOT merupakan suatu alat yang 270 orang tenaga keperawatan di BLUD RS
efektif dalam membantu menstrukturkan Sekarwangi Kabupaten Sukabumi terdiri dari 5
masalah, terutama dengan melakukan analisis orang berpendidikan SPK/SPRG, 201 orang
atas lingkungan internal dan eksternal. berpendidikan D3 Keperawatan, 12 orang
Melakukan analisis internal dan eksternal ini berpendidikan S1 keperawatan, 12 orang
pada dasarnya terdapat 4 unsur yang selalu kita berpendidikan S1 Keperawatan Ners, 33 orang
miliki dan hadapi yakni secara internal kita berpendidikan D3 Kebidanan, dan 5 orang
memiliki sejumlah kekuatan (strength) dan berpendidikan D4 Kebidanan dan sarana
kelemahan (weakness) dan secara eksternal kita prasarana yang tersedia belum mencukupi
akan berhadapan dengan berbagai peluang untuk mendukung kegiatan pelayanan
(opportunities) dan tantangan (threats). kesehatan.
Kegiatan dalam rangka analisis lingkungan ini Adapaun peluang (opportunities) yang ada di
lazim disebut environment scanning yaitu BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
kegiatan peneropongan lingkungan untuk adalah adanya peraturan perundang-undangan
mendapatkan gambaran yang persis mengenai yang dapat memperkuat operasionalisasi
diri dan lingkungan kita. pelaksanaan ijin dan penyelenggaraan praktik
Kekuatan (strength) yang terdapat di BLUD RS perawat dan adanya kemampuan dan motivasi
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah kerja yang tinggi perawat di BLUD RS
adanya struktur organisasi dan tata kerja serta Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Sedangkan
tupoksi yang jelas, tersedianya kuantitas tantangan (threats) yang dihadapinya adalah
Sumber Daya Manusia yang memadai yaitu rendahnya kesadaran hukum perawat di BLUD
sebanyak 270 orang tenaga keperawatan di RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, belum
BLUD RS Sekarwangi optimalnya koordinasi antar instansi/unit
kerja yang terkait dalam pelaksanaan ijin dan pemahaman tentang hak dan kewajiban
penyelenggaraan praktik perawat dan belum menjadi syarat mutlak. Masyarakat bukan
adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggar penonton bagaimana hukum ditegakkan, akan
ketentuan perundangan yang berlaku dalam ijin tetapi masyarakat aktif berperan dalam
dan penyelenggaraan praktik perawat. penegakan hukum”. Jadi, masyarakat yang
Secara nyata dapat dikatakan bahwa jumlah berperan aktif dalam pelaksanaan Permenkes
pelanggaran Permenkes No 148 Tahun 2010 No 148 Tahun 2010 dan
dan Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Permenkes No perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
148 Tahun 2010 tentang ijin dan 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD perawat untuk kepentingan profesinya berarti
RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi cukup telah menegakkan hukum. Hal tersebut
banyak. Hal tersebut merupakan indikator merupakan titik awal dari penegakan hukum.
bahwa tingkat kesadaran hukum perawat di Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas,
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi maka Permenkes No 148 Tahun 2010 dan
yang masih rendah. Ini didukung oleh Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang
minimnya sanksi yang tegas terhadap para perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
pelanggar ketentuan perundangan yang 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
berlaku dalam ijin dan penyelenggaraan perawat sudah saatnya diubah atau diperbaiki
praktik perawat. Kesadaran hukum dalam diri dengan penetapan peraturan perundang-
perawat sangat penting dalam proses undangan yang lebih tinggi sehingga dapat
meminimalkan pelanggaran Permenkes No memberikan perlindungan hukum bagi
148 Tahun 2010 dan Permenkes No 17 Tahun perawat. Pada saat ini walaupun Undang-
2013 tentang perubahan atas Permenkes No Undang Praktik Keperawatan telah disyahkan
148 Tahun 2010 tentang ijin dan akan tetapi Peraturan Pemerintah yang
penyelenggaraan praktik perawat, hal ini merupakan menjabaran dari Undang- Undang
didukung oleh teori penegakan hukum tersebut belum ada. Sehingga diharapkan
menurut Koesnadi Harjasoemantri, bahwa pemerintah segera menentapkan Peraturan
“Penegakan hukum adalah kewajiban dari Pemerintan tersebut.
seluruh masyarakat dan untuk ini
sepenuhnya dapat melindungi perawat secara
hukum karena kedudukan Permenkes masih
lemah dalam hirarki hukum dibandingkan
KESIMPULAN dalam bentuk Undang-Undang.
Berdasarkan uraian dan analisis implementasi 3. Implementasi Permenkes RI No 148
Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan Tahun 2010 dan Permenkes RI No 17
Permenkes RI No 17 Tahun 2013 tentang Tahun 2013 tentang perubahan atas
perubahan atas Permenkes RI No Permenkes RI No 148 Tahun 2010
148 Tahun 2010 tentang ijin dan tentang ijin dan penyelenggaraan
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD praktik perawat di BLUD RS
RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, penulis Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
dapat menyimpulkan sebagai berikut belum berjalan dengan baik dibuktikan
: dengan adanya pelanggaran hukum
1. Perawat berkewajiban memiliki STR, admnistrasi dimana sebagian besar
SIKP dan SIPP, menghormati hak perawat tidak memiliki STR, SIKP dan
pasien, melakukan rujukan, menyimpan SIPP.
rahasia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, memberikan IMPLIKASI KEPERAWATAN
informasi tentang masalah kesehatan Studi ini memberikan wawasan, informasi,
pasien/klien dan pelayanan yang dan pemahaman tentang penerapan
dibutuhkan, meminta perseyujuan Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan
tindakan keperawatan yang akan Permenkes RI No 17 Tahun 2013 tentang
dilakukan, melakukan pencataran perubahan atas Permenkes RI No
asuhan keperawatan secara sitematis 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
dan mematuhi standar. penyelenggaraan praktik perawat yang pada
2. Peran Permenkes RI No 148 Tahun gilirannya memberikan pemahaman yang luas
2010 dan Permenkes RI No 17 Tahun dan dalam bagi perawat tentang pelaksanaan
2013 tentang perubahan atas Permenkes terhadap permenkes tersebut. Implikasi pada
RI No 148 Tahun 2010 tentang ijin dan bidang keperawatan dan
penyelenggaraan praktik perawat belum
kesehatan umumnya, studi ini menyediakan
informasi penting bagi perawat dan penyedia Julianus Ake, Malpraktik dalam Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.
pelayanan kesehatan lainnya tentang
pentingnya proses registrasi, ijin dan Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran
penyelenggaraan praktik perawat, dan apa dan Hukum Kesehatan, EGC: Jakarta, 1999.

yang perawat harus lakukan dalam proses Kusnanto, Pengantar Profesi & Praktik
Keperawatan Profesional, Penerbit Buku
perijianan dan penyelenggaraan praktik Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
perawat.
La Ode Jumadi Gaffar, Pengantar Keperawatan
Profesional, EGC, Jakarta, 1999.

DAFTAR PUSTAKA Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi,


Bayumedia Publishing, Malang, 2004.
Alexandra Indrayanti Dewi, Etika dan Hukum
Kesehatan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, Mimin Emi Suhaemi, Etika Keperawatan Aplikasi
2008. pada Praktik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2004.
Ann Helm, Malpraktik Keperawatan :
Menghindari Masalah Hukum, Penerbit Buku M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir, Etika
Kedokteran EGC, Jakarta, 2006. Kedokteran & Hukum Kesehatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1999.
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan
Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, M. Sofyan Lubis & Muhammad Harry, Konsumen
Jakarta, 2005. & Pasien Dalam Hukum Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 2008.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Nila Ismani, Etika Keperawatan, Widya Medika,
Jakarta, 2001.
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran
(Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Mana Patricia A. Potter dan Anne G. Perry,
Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), PT Citra Fundamental Of Nursing : Concepts, Proses &
Aditya Bakti, Bandung, 1998 Practice, Mosby Year Book, St. Louis Missouri,
1997.
Ishaq , Dasar-dasar Ilmu Hukum , Sinar Grafika:
Jakarta, 2008. Patricia W. Hikey, Nursing Process Handbook,
The C.V Mosby Company, St. Louis, Philadelpia,
J. Guwandi, Dugaan Malpraktek Medik & Draft Baltimore, Toronto, 1990.
RPP : “Perjanjian Terapetik antara Dokter dan
Pasien”, Fakultas Kedokteran Universitas Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Indonesia, Jakarta, 2006. Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2007. Kesehatan Vol. 1 No. 2 Tahun 2008.
Sofyan Lubis & Muhammad Harry, Konsumen H.A. Djaelani, Pelimpahan Kewenangan dalam
dan Pasien dalam Hukum Indonesia, Liberty, Praktik Kedokteran Kepada Perawat Bidan
Yogyakarta, 2008. Secara Tertulis Dapat Mengeliminasi Tanggung
Jawab Pidana & Perdata, Jurnal Hukum
Sri Praptianingsih , Kedudukan Hukum Perawat Kesehatan, Biro Hukum dan Organisasi
dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Departemen Kesehatan, Vol. 1 No. 1, 2008
Sakit , PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2006.
Agus Purwadianto, Hukum Responsif Paradigma
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Hukum Kesehatan, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro
Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga Hukum dan Organisasi Departemen Kesehatan,
Melakukan Medikal Malpraktek, Mandar Maju, Vol. 1 No. 1, 2008
Bandung, 2008.
Roberia, Nursal, dan Ali Usman, Pelayanan Surat
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Izin Praktik Dokter (Analisis Yuridis Konsep
Mandar Maju : Bandung, 2001. Pelayanan Perizinan Terpadu Di Daerah Dengan
Pelayanan Perizinan Dokter Menurut UU Praktik
W. Riawan Tjandra, Dinamika Peran Pemerintah Kedokteran), Jurnal Hukum Kesehatan
dalam Perspektif Hukum Administrasi, Universitas , Biro Hukum dan Organisasi Departemen
Atmajaya, Yogyakarta, 2004. Kesehatan, Vol. 1 No. 2,
2008, hlm. 50.
Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan : Problem dan
Upaya Pembenahan, PT Gramedia Widiasarana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Indonesia, Jakarta, 2009. Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Y.A Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Kedokteran (Tinjauan dari Berbagai Peraturan Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundangan dan UU Praktik Kedokteran), Perundang –undangan
Bayumedia Publishing, Malang, 2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan 32 tahun 1996 Tentang Tenaga
Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT Citra Aditya Kesehatan.
Bakti, Bandung, 2009.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Zainuddin , Filsafat Hukum , Sinar Grafika: Nomor
Jakarta, 2006. Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Bambang Hartono, Permasalahan dalam
Operasional Kebijakan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Jurnal Hukum Kesehatan, Biro Hukum dan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas
Organisasi Departemen Kesehatan, Jurnal Hukum Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
DAFTAR REFERENSI

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=JURNAL+REGULASI+ATURAN+SIPP+KEPERAWATAN&btnG=
https://www.researchgate.net/profile/Rosliana
https://www.jurnalskhg.ac.id/index.php/medika/article/view/50
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0826513e7e30ec8972123207b0bdefd6.p
df

Anda mungkin juga menyukai