DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Bagian Kedua
SIPP
Pasal 7
(1) Perawat untuk dapat melakukan Praktik Keperawatan wajib memiliki SIPP.
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat yang telah
memiliki STRP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(5) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STRP masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
Pasal 8
(1) Perawat hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPP.(2) Permohonan SIPP
kedua harus dilakukan dengan menunjukkan SIPP pertama yang masih berlaku.
Pasal 9
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STRP yang masih berlaku dan dilegalisasiasli;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tempat Perawat berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4x6 (empat kali enam) cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat atau pejabat yang
4
ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Dalam hal SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan
rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
5
dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 14
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Perawat yang tidak
memiliki SIPP.
(2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Perawat yang bekerja dan
berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala
dinas kesehatan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi
Profesi.
BAB IV
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 16
Pasal 17
JURNAL 1
Judul jurnal : Implementasi Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Permenkes RI
No.HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat di
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi / Rosliana Dewi
NO PICOT ANALISA
8
SPK/SPRG (5 orang)
D4 KEBIDANAN (5 orang)
ANALISA JURNAL 2
Judul jurnal : IZIN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI PERAWAT DALAM
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DIHUBUNGKAN DENGAN UU KESEHATAN No. 36 TAHUN
2009\Aceng Ali Awaludin
N0 PICOT ANALISA
10
Melakukan pertolongan persalinan (57,7%)
11
1
Aceng Ali Awaludin
Abstrak
Abstract
Unavailability of doctor in secluded areas became the factors of the medical action delegation
of doctors to nurses chronically. As a result, could no separated region (gray area) that should
be done by nurses and oppositely. This is one of the triggers of rejection or objection among
doctors and nurses therein associated with the Act of Independent Nursing Practice (PKM).
Therefore, the nursing paradigm must change that nursing is a professional
12
service, not only to help the tasks of doctor, but to be a part of efforts to achieve the goals of
medical care services in the form of license or independent nursing practice as an effort to
achieve the goal of nursing care. This research was conducted in order to determine the state of
the nurses practice independently as well as a result of such practices, as well as to determine
the boundaries of independent nurse practices in line with the practice of the doctor and
not detrimental to the health of the other health profession The research uses a qualitative
method through inductive-descriptive approach to explain the phenomena occured, the
relationship and influence between or against ones to the other phenomenon. The data
analysis techniques used are credibility, transferability, dependability, and confirmability to
obtain more objective data with a high degree of validity. The research concluded, that the
regulation of Independent Nursing Practice in Public Health Care Facilities or hospital,
especially in Garut District, has implemented properly, including the owner of licensing SIP,
SIK, and SIPP, and Professional Ethics Code so implementing the SOP as it should, and are
willing to improve their professional capabilities and the quality of nursing in more conditions
and situations. The nurses have the authority to perform nursing actions as complementary
agents to replace the absence of a doctor or other medical personnel in certain emergency
conditions, and have been able to implement the aspects of nursing management through the
planning of health programs in their working area, as well as carry out nursing actions in
accordance with their authority. In addition, supervision of the Independent Nursing Practice
authority associated with Act No. 36/2009 about Health showed that nurses have authority
independent practice mostly registered and obtained a license and the legality or the rule of law
with the management objective according to the field. These are indicators of cooperation
between nursing staff with other health professionals agents in order to improve public health
status.
Keywords : Independent nursing practice, nurse function, act of healthy
pengawasan mutu Perawat sesuai dengan dimaksud pada ayat (1) harus
kewenangan masing-masing”. didasarkan pada kode etik, standar
3. BAB V tentang Praktik Keperawatan pelayanan, standar profesi, dan standar
Pasal 28 ayat (3) dan (4), bahwa: prosedur operasional. Praktik
‘Praktik Keperawatan sebagaimana Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) didasarkan pada prinsip lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
kebutuhan pelayanan kesehatan dimengerti mengenai tindakan Keperawatan
dan/atau Keperawatan masyarakat kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai
dalam suatu wilayah”. dengan batas kewenangannya; f)
4. BAB VI tentang Hak dan Kewajiban melaksanakan tindakan pelimpahan
Pasal 31, bahwa: “Perawat dalam wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
melaksanakan Praktik Keperawatan sesuai dengan kompetensi Perawat; dan g)
berkewajiban: a) melengkapi sarana dan melaksanakan penugasan khusus yang
prasarana Pelayanan Keperawatan ditetapkan oleh Pemerintah”.
sesuai dengan standar Pelayanan 5. BAB X tentang Pengembangan,
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Pembinaan, dan Pengawasan, Pasal 53
Perundang-undangan; b) memberikan ayat (2) dan (4), bahwa:
Pelayanan Keperawatan sesuai dengan “Pengembangan Praktik Keperawatan
kode etik, standar Pelayanan bertujuan untuk mempertahankan atau
Keperawatan, standar profesi, standar meningkatkan keprofesionalan Perawat.
prosedur operasional, dan ketentuan Dalam hal meningkatkan
Peraturan Perundang-undangan; c) keprofesionalan Perawat sebagaimana
merujuk Klien yang tidak dapat dimaksud pada ayat (2) dan dalam
ditangani kepada Perawat atau tenaga memenuhi kebutuhan pelayanan,
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai pemilik atau pengelola Fasilitas
dengan lingkup dan tingkat Pelayanan Kesehatan harus
kompetensinya; d) mendokumentasikan memfasilitasi Perawat untuk mengikuti
Asuhan Keperawatan sesuai dengan pendidikan berkelanjutan.” Kemudian
standar; e) memberikan informasi yang Pasal 56, bahwa: “Pembinaan dan
pengawasan Praktik Keperawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
diarahkan untuk: a) meningkatkan mutu
Pelayanan Keperawatan; b) melindungi
masyarakat atas tindakan Perawat yang
tidak sesuai dengan standar; dan c)
memberikan kepastian hukum bagi
Perawat dan masyarakat.”
Rosliana Dewi
ABSTRAK
Perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta
memperhatikan kode etik dan moral profesi. Hal ini dimanifestasikan melalui praktik profesi yang
diatur dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
dan Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. Sehingga
diharapkan perlindungan hukum dan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam
praktik. Permenkes ini perlu diimplementasikan di setiap rumah sakit termasuk BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Tujuan: untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban
perawat dalam praktik keperawatan di rumah sakit dan implementasi Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat. Metode: metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan penelaahan hukum
melalui studi kepustakaan dan wawancara untuk memperoleh data sekunder dan primer.. Hasil:
Perawat berkewajiban memiliki STR, SIKP dan SIPP, menghormati hak pasien, melakukan
rujukan, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan informasi
tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan, meminta persetujuan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan, melakukan pencataran asuhan keperawatan secara
sitematis dan mematuhi standar. Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan Permenkes RI No 17
Tahun 2013 belum sepenuhnya dapat melindungi perawat secara hukum karena kedudukan
Permenkes masih lemah dalam hirarki hukum dibandingkan dalam bentuk Undang-Undang
sedangkan implementasinya di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi belum berjalan
dengan baik.
Rekomendasi : studi ini menyediakan informasi penting bagi perawat dan penyedia pelayanan
kesehatan lainnya tentang pentingnya proses registrasi, ijin dan penyelenggaraan praktik perawat,
dan apa yang perawat harus lakukan dalam proses perijinan dan penyelenggaraan praktik perawat.
Kata kunci : Perawat, Permenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010, Permenkes RI
Nomor 17 Tahun 2013
21
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
dan moral profesi agar masyarakat menerima dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang
pelayanan dan asuhan keperawatan yang dimiliki. Agar tugas terlaksana dengan baik,
dimanifestasikan antara lain melalui praktik tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang kewenangan tenaga kesehatan akan ditentukan
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik sah dan diakui kompetensinya oleh lembaga
perlindungan hukum dan masyarakat terjamin sebagai dasar pemberian tugas dan
melalui akuntabilitas perawat dalam praktik. kewenangan tenaga kesehatan dalam upaya
pemerintah yang intinya mengusahakan bahwa rumpun tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan.
22
Apabila melihat realita yang ada, dunia diatur dalam Permenkes tersebut sehingga
keperawatan di Indonesia masih perawat mempunyai legitimasi dalam
memprihatinkan. Fenomena “gray area” pada menjalankan praktik profesinya. Seorang
berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang perawat harus menyadari bahwa terbitnya
ada maupun dengan profesi kesehatan lainnya Permenkes RI Nomor
masih sulit dihindari. Berdasarkan hasil kajian HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
(Depkes & UI, 2005) menunjukkan bahwa Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
terdapat perawat yang menetapkan diagnosis Perubahan atas Permenkes RI Nomor
penyakit (92,6%), membuat resep obat HK.02.02/MENKES/148/I/2010
(93,1%), melakukan tindakan pengobatan di Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
dalam maupun di luar gedung Puskesmas Perawat bukan merupakan keberhasilan
(97,1%), melakukan pemeriksaan kehamilan perawat sebagai tenaga profesional secara
(70,1%), melakukan pertolongan otomatis, tetapi harus dijadikan motivasi bagi
persalinan (57,7%), tenaga perawat untuk meningkatkan
melaksanakan tugas petugas kebersihan kompetensi, tanggung jawab dan tanggung
(78,8%), dan melakukan tugas administrasi gugat.
3
seperti bendahara, dll (63,6%). Kewenangan memiliki dua aspek yaitu
Keluarnya Permenkes RI Nomor kewenangan formil dan materiil. Kewenangan
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan materiil diperoleh sejak memperoleh sertifikat
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang kompetensi dan kemudian ter-registrasi dan
Perubahan atas Permenkes RI Nomor mendapatkan STR (Surat Tanda
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Registrasi). Kewenangan formil adalah ijin
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik kepada penerimanya untuk melakukan praktek
Perawat lebih mengukuhkan perawat sebagai profesi, yaitu SIKP (Surat Ijin Kerja Perawat)
profesi di Indonesia. Kewenangan perawat bila bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan di
dalam menjalankan tugas profesi luar praktik mandiri dan SIPP (Surat Ijin
Praktik Perawat) bila menjalankan praktik
3
Yudi Ariesta Candra, Pentingnya Undang-Undang keperawatan, keperawatan di praktik
http://pemikirulung.multiply.com/journal, diakses tgl 14 Oktober
2008.
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
4
tugas-tugas rutin seperti menyuntik, ganti
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas
24
Pengaruh Pelatihan Tentang Developmental Care Terhadap Kemampuan
Perawat Dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi
25
Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, kemudian dianalisis dalam bentuk deskripsi
Permenkes RI Nomor dan tidak memakai perhitungan ataupun
HK.02.02/MENKES/148/I/2010, Permenkes rumusan statistik.
RI No. 17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Permenkes RI No.
HASIL PENELITIAN
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. Bahan Gambaran Permenkes RI No.
hukum sekunder, yaitu tulisan-tulisan para HK.02.02/Menkes/148/I/2010 dan
ahli hukum dan bidang lain yang erat Permenkes RI No. 17 Tahun 2013 Tentang
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti Perubahan atas Permenkes RI No.
atau berkaitan dengan bahan hukum primer HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin
seperti buku, majalah ilmiah, hasil penelitian. dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang Ijin (vergunning) dapat juga diartikan sebagai
memberi petunjuk maupun penjelasan dispensasi atau
terhadap bahan hukum primer dan bahan pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.
hukum sekunder seperti kamus, majalah, surat Dengan memberi ijin, penguasa
kabar, web site di internet. Pengambilan data memperkenankan orang yang memohonnya
juga dilakukan melalui wawancara mendalam untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
(depth interview) terhadap pihak-pihak yang yang sebenarnya dilarang demi
berkaitan dengan masalah penelitian dalam memperhatikan kepentingan umum yang
hal ini pihak BLUD RS Sekarwangi mengharuskan adanya pengawasan. Hal
Kabupaten Sukabumi. pokok pada ijin, bahwa sesuatu tindakan
Analisis data yang digunakan dalam dilarang kecuali diperkenankan dengan tujuan
penelitian ini adalah normatif kualitatif. agar dalam ketentuan-ketentuan yang
Normatif karena penelitian ini berpangkal dari bersangkutan dilakukan dengan cara-cara
peraturan-peraturan yang ada sebagai norma tertentu. Penolakan ijin terjadi bila kriteria-
hukum positif dan terkait dengan masalah, kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa
sedangkan kualitatif karena semua data tidak dipenuhi. Misalnya, tentang hal ini
disusun dan disajikan secara sistematis, adalah : dilarang mendirikan bangunan,
kecuali ada ijin tertulis dari pejabat yang konstitutif dan yang digunakan oleh
berwenang dengan ketentuan mematuhi pemerintah untuk menghadapi atau
5
persyaratan-persyaratan. menetapkan peristiwa konkret. Kedua,
Menurut Sjachran Basah, ijin adalah pembuatan dan penerbitan ketetapan ijin
perbuatan hukum administrasi negara bersegi merupakan tindakan hukum pemerintah.
satu yang mengaplikasikan peraturan dalam Sebagai tindakan hukum, maka harus ada
hak konkret berdasarkan persyaratan dan wewenang yang diberikan oleh peraturan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh perundang-undangan atau harus berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. E. pada asas legalitas. Tanpa dasar wewenang,
Utrecht mengatakan bahwa bila pembuat tindakan hukum itu menjadi tidak sah. Oleh
peraturan umumnya tidak melarang suatu karena itu, dalam hal membuat dan
perbuatan, tetapi masih juga menerbitkan ijin haruslah didasarkan pada
memperkenankannya asal saja diadakan wewenang yang diberikan oleh peraturan
secara yang ditentukan untuk masing- masing perundang-undangan yang berlaku karena
hal konkret, keputusan administrasi negara tanpa adanya dasar wewenang tersebut
yang memperkenankan perbuatan tersebut ketetapan ijin tersebut menjadi tidak sah.
6
bersifat suatu ijin (vergunning). Ketiga, organ pemerintah adalah organ yang
Berdasarkan pemaparan pendapat pakar menjalankan urusan pemerintahan baik di
tersebut, dapat disebutkan bahwa ijin adalah tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
perbuatan pemerintah bersegi satu Menurut Sjachran Basah, dari penelusuran
berdasarkan peraturan perundang-undangan pelbagai ketentuan penyelenggaraan
untuk diterapkan pada peristiwa konkret pemerintahan dapat diketahui bahwa mulai
menurut prosedur dan persyaratan tertentu. dari administrasi negara tertinggi (presiden)
Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam sampai dengan administrasi negara terendah
perijinan, yaitu sebagai berikut : Pertama, ijin (lurah) berwenang memberikan ijin. Ini berarti
merupakan instrumen yuridis dalam bentuk terdapat aneka ragam administrasi negara
ketetapan yang bersifat (termasuk instansinya) pemberi ijin, yang
didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik
5
Idem., hlm. 63. di tingkat pusat maupun daerah. Keempat,
6
W. Riawan Tjandra, Op. Cit. , hlm. 207. ijin merupakan instrumen
yuridis yang berbentuk ketetapan, yang 3. Praktik keperawatan dilaksanakan
digunakan oleh pemerintah dalam melalui kegiatan: (a) pelaksanaan
menghadapi peristiwa konkret dan individual. asuhan keperawatan, (b) pelaksanaan
Peristiwa konkret artinya peristiwa yang upaya promotif, preventif, pemulihan,
terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, dan pemberdayaaan masyarakat, (c)
tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. pelaksanaan tindakan keperawatan
Kelima, pada umumnya permohonan ijin komplementer.
harus menempuh prosedur tertentu oleh 4. Asuhan keperawatan meliputi
pemerintah, selaku pemberi ijin. Disamping pengkajian, penetapan diagnosa
harus menempuh prosedur tertentu, pemohon keperawatan, perencanaan,
ijin juga harus memenuhi persyaratan- implementasi, dan evaluasi.
persyaratan tertentu yang ditentukan secara 5. Implementasi keperawatan meliputi
sepihak oleh pemerintah atau pemberi ijin. penerapan perencanaan dan
Prosedur dan persyaratan perijinan itu pelaksanaan tindakan keperawatan.
berbeda-beda tergantung jenis ijin, tujuan ijin, 6. Tindakan keperawatan meliputi
7
dan instansi pemberi ijin. pelaksanaan prosedur keperawatan,
Perawat dalam melaksanakan praktik observasi keperawatan, pendidikan dan
keperawatan berwenang untuk (Permenkes konseling kesehatan.
8
No. 148/2010 Pasal 8) : 7. Perawat dalam menjalankan asuhan
1. Praktik keperawatan dapat dilaksanakan keperawatan dapat memberikan obat
pada fasilitas pelayanan kesehatan bebas dan/atau obat bebas terbatas.
tingkat pertama, tingkat kedua, dan Dalam Permenkes 17/2013 tentang
tingkat ketiga. Perubahan atas Permenkes No
2. Praktik keperawatan ditujukan kepada HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin
individu, keluarga, kelompok, dan dan Penyelnggaraan Praktik Perawat pada
masyarakat. Pasal 3 Ayat (1) bahwa setiap perawat yang
menjalankan praktik keperawatan di fasilitas
7
Lihat Idem, hlm. 210. pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri
8
Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin wajib memiliki SIKP, Ayat (2), Setiap
Dan Penyelengaraan Praktik Perawat. perawat yang menjalankan praktik
keperawatan di praktik mandiri wajib Perawat juga menyatakan bahwa pejabat yang
memiliki SIPP, dan Ayat (3) SIKP dan SIPP berwenang mengeluarkan dan mencabut SIKP
dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau SIPP adalah Pemerintah daerah
kabupaten/kota dan berlaku untuk 1 tempat. Kabupaten/Kota.
Pada Pasal 5 Ayat (1) Permenkes 17/2013
tentang Perubahan atas Permenkes No HASIL ANALISIS TEMATIK
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin A. Hak Dan Kewajiban Perawat Dalam
dan Penyelnggaraan Praktik Perawat Praktik Keperawatan di Rumah
dinyatakan bahwa untuk memperoleh SIKP Sakit berdasar Undang-Undang
dan SIPP perawat harus mengajukan Kewajiban perawat dalam praktik merupakan
permohonan kepada pemerintah daerah suatu perbuatan dalam menjalankan tugas
kabupaten/kota dengan melampirkan : praktik dan yang harus di penuhi oleh
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan perawat. Pemenuhan kewajiban perawat
dilegalisasi. tersebut sebagai suatu hasil dari implementasi
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter kebijakan ijin dan penyelenggaraan praktik
yang memiliki surat ijin Praktik. perawat. Kewajiban perawat tertulis pada
c. Surat pernyataaan memiliki tempat di Permenkes No
praktik mandiri atau di fasilitas HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
pelayanan kesehatan di luar praktik Permenkes 17/2013 tentang Perubahan atas
mandiri. Permenkes No
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Ijin
cm sebanyak 3 lembar. dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, seperti
e. Rekomendasi dari kepala dinas dalam pasal 3, Perawat berkewajiban
kesehatan kabupaten/kota atau pejabat memiliki SIKP jika menjalankan praktik
yang ditunjuk. keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
f. Rekomendasi dari organisasi profesi. di luar praktik mandiri, dan SIPP jika
Sedangkan pada Pasal 14 Permenkes RI menjalankan praktik keperawatan di praktik
17/2013 tentang Perubahan atas Permenkes RI mandiri.
No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Namun bila dibandingkan dengan hasil
Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik wawancara dan diskusi terfokus, bahwa
kewajiban ijin dan penyelenggaraan praktik melakukan praktik mandiri keperawatan
perawat masih ada yang belum dilaksanakan komplementer tapi belum memiliki SIPP,
di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten SIPP perawat tersebut baru pada tahap sedang
Sukabumi. Kewajiban perawat adalah diproses, sehingga belum berhak untuk
hal/pekerjaan yang harus dilakukan sesuai melaksanakan asuhan
dengan kewenangan yang diperoleh, keperawatan/tindakan keperawatan di praktik
kewajiban itu sendiri tidak hanya sekedar mandiri.
menjalankan pekerjaan yang diberikan tetapi Surat izin kerja perawat (SIKP) atau Surat ijin
bagaimana pekerjaan itu dikerjakan sesuai praktik perawat (SIPP) diperoleh dari Dinas
dengan batas kewenangan agar dapat Kesehatan Kabupaten Sukabumi sesuai
dipertanggung jawabkan. Kewajiban registrasi dengan Permenkes No 148 Tahun 2010 dan
perawat sesuai dengan Permenkes RI No. Permenkes No. 17 Tahun 2013 tentang
148/2010 yaitu SIKP atau SIPP, dimana Perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
kewajiban registrasi perawat di BLUD RS 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi baru pada perawat. Perawat di BLUD RS Sekarwangi
tahap hanya sebagian perawat yang memiliki Kabupaten Sukabumi semua belum memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR), sebagian yang surat ijin kerja perawat (SIKP), dalam
lain baru pada tahap dalam proses pembuatan Permenkes No
STRnya, dan semua perawat di BLUD RS 148 Tahun 2010 dan Permenkes No. 17 Tahun
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi belum ada 2013 tentang Perubahan atas Permenkes No
yang memiliki SIKP, sebagian perawat hanya 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
memiliki SIK berdasarkan Kepmenkes penyelenggaraan praktik perawat diperoleh
1239/2001 yang belum diperbaharui menjadi dari Dinas Kesehatan setempat. Penerbitan
SIKP sehingga semua perawat tersebut belum SIKP dilakukan oleh Dinas Kesehatan
berhak untuk melaksanakan asuhan setempat dengan melampirkan persyaratan
keperawatan/tindakan keperawatan di yang telah ditentukan: (1) fotocopy STR yang
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri. masih berlaku dan dilegalisasi, (2) Surat
Sedangkan ada 1 orang perawat BLUD RS keterangan sehat fisik dari dokter yang
Sekarwangi yang telah memiliki surat ijin praktik,
(3) Surat pernyataan memiliki tempat di
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik tentang Perubahan atas Permenkes RI No
mandiri, (4) Pas foto berwarna terbaru ukuran 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
4x6 cm sebanyak 3 lembar, dan (5) surat penyelenggaraan praktik perawat. Selain
rekomendasi dari organisasi profesi. kewajiban registrasi, perawat memiliki
Ijin praktik perawat dari Dinas Kesehatan kewajiban dalam praktik perawatan. Praktik
setempat masih belum dilakukan dan perawatan adalah tindakan yang dilakukan
pemberlakuan penilaian kemampuan oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan
keilmuan dan keterampilan belum dilakukan dasar pasien dengan menggunakan
sehingga dapat mengaburkan tujuan pendekatan asuhan keperawatan.
pelaksanaan registrasi dan praktik perawatan Sedangkan kewajiban menghormati hak
itu sendiri. Dinas Kesehatan diberi pasien, memberikan asuhan keperawatan
kewenangan untuk mengatur penerbitan surat sesuai standar profesi dan batas
ijin kerja perawat dan memberikan izin kewenangannya, memberikan informasi yang
praktik bagi perawat yang akan melaksanakan adekuat tentang tindakan keperawatan kepada
praktik mandiri keperawatan. Daerah klien/keluarga, mengikuti perkembangan iptek
selayaknya melaksanakan peran regulasi bidang keperawatan secara terus menerus dan
dengan menerapkan kebijakan yang mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
memacu para penyedia pelayanan kesehatan sesuai standar profesi keperawatan telah
meningkatkan mutu layanannya. Regulasi terpenuhi di BLUD RS Sekarwangi
pelayanan setidaknya dapat menjamin mutu Kabupaten Sukabumi, sedangkan dalam hal
dan keamanan yang langsung terkait dengan pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan
standar pelayanan dan standar perizinan. baru sebatas penyamaan penggunaan format
Regulasi yang baik akan menghasilkan rasa asuhan keperawatan di semua ruangan akan
keadilan dan mutu pelayanan kesehatan. tetapi dalam pemahaman penulisan isi
Dengan menjalankan perannya sebagai pendokumentasiannya masih belum sama
regulator, setidaknya pemerintah daerah pemahaman diantara para perawat.
mencoba menjawab masalah yang timbul Sejalan dengan pemenuhan tugas dan
sebagai dampak pemberlakuan Permenkes RI kewajiban perawat maka akan diperoleh hak
No 148 Tahun 2001 dan Permenkes RI No perawat, hak sebagai kepemilikan untuk
17 Tahun 2013
mendapatkan sesuatu. Pemenuhan hak Perawat masih dijadikan objek dalam
perawat merupakan hasil dari implementasi kesalahan atau kelemahan pelayanan karena
kebijakan ijin dan penyelenggaraan praktik lemahnya kewenangan perawat sehingga
perawat. Sesuai dengan hasil wawancara dan perlindungan hukum tidak didapatkan.
diskusi terfokus hak perawat sebagian belum Ketetapan perlindungan hukum perawat
terpenuhi di BLUD RS Sekarwangi terdapat pada peraturan Permenkes RI Nomor
Kabupaten Sukabumi. Pemenuhan hak 148 Tahun 2010, Permenkes RI No
perawat dalam melakukan praktik sesuai 17 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah
dengan kewenangannya tidak maksimal, tentang Tenaga Kesehatan Nomor 32 tahun
kenyataan dilapangan kewenangan yang 1996. Pasal 23 (1) perlindungan hukum
paling dominan adalah kewenangan diberikan pada tenaga kesehatan yang
dependen, tugas perawat lebih banyak melakukan tugas sesuai dengan standar
melaksanakan pemenuhan tugas berdasarkan profesi tenaga kesehatan, dan belum ada
order dari dokter, juga di dalam fungsional upaya pembinaan hukum pada tingkat daerah
perawat adalah fungsi pelaksanaan program oleh PPNI.
pengobatan, masih sedikitnya tugas dan fungsi Sebagian hak perawat lainnya yang belum
kewenangan mandiri dari perawat, terpenuhi, yakni hak jaminan perlindungan
mengakibatkan praktik perawatan menjadi terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
lemah. Tidak terpenuhinya praktik tugasnya, dimana ketersediaan Alat Pelindung
berdasarkan kewenangan perawat akibat dari Diri (APD) disemua ruangan masih belum
masih belum diterapkannya standar praktik maksimal tersedia dan dalam hal pelaksanaan
perawatan, dan belum diterapkan sistem Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di
model praktik keperawatan profesional semua ruangan pun masih belum optimal
disetiap ruangan. Dalam hal pelimpahan dilaksanakan, sehingga resiko penyebaran
wewenang dari dokter kepada perawat pun infeksi nosokomial di Rumah Sakit sangat
masih belum ada di ruangan, kecuali baru ada besar akan terjadi.
di ruangan Unit Gawat Darurat (UGD), Sedangkan hak-hak yang lainnya yaitu hak
sehingga hak perawat untuk mendapatkan mendapat informasi yang lengkap dan jujur
perlindungan hukum dalam melaksanakan dari pasien atau keluarganya, hak
praktik keperawatannya belum terpenuhi.
mengembangkan karier, hak melaksanakan Perubahan atas Permenkes RI No.
tugas sesuai dengan kompetensi dan hak HK.02.02/148/I/2010 Tentang Ijin dan
menerima imbalan jasa profesi telah terpenuhi Penyelenggaraan Praktik Perawat
di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Keluarnya UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang
Sukabumi. Hak informasi dari pasien secara Kesehatan, PP No. 32 tahun 1996 tentang
otomatis terpenuhi karena didalam standar Tenaga kesehatan, serta Permenkes RI Nomor
operasional prosedur pengkajian keperawatan 148 Tahun 2010 dan Permenkes RI Nomor 17
yang selalu dilakukan oleh perawat selama Tahun 2013 tentang Perubahan atas
praktik tertuang format pengkajian yang Permenkes RI Nomor 148 Tahun 2010
bertujuan menggali informasi dari pasien, tentang ijin dan penyeknggaraan praktik
terutama informasi tentang riwayat kesehatan perawat lebih mengukuhkan perawat sebagai
dan tindakan yang sudah dilakukan sebelum profesi di Indonesia, kewenangan perawat
datang minta bantuan perawat. Hak dalam menjalankan tugas profesi diatur dalam
mengembangkan karier sesuai profesinya Peraturan Menteri Kesehatan tersebut
terpenuhi dimana perawat diberi ijin untuk sehingga perawat mempunyai legitimasi
melanjutkan studi keperawatan yang lebih dalam menjalankan praktik profesinya.
tinggi, dan di fasilitasi untuk mengikuti Sekarang ini tepatnya Bulan September 2014
pelatihan-pelatihan tentang IPTEK bidang telah disyahkan Undang-Undang Praktik
keperawatan. Hak menerima imbalan profesi Keperawatan, walaupun belum diterbitkan
telah terpenuhi dimana BLUD RS Sekarwangi Peraturan Pemerintah tentang profesi perawat
telah memberlakukan sistem remunerasi yang yang memberikan batasan wewenang
dilakukan dengan cara menetapkan point pekerjaan perawat professional yang
berdasarkan dari kriteria pendidikan, lama merupakan turunan dari Undang- Undang
kerja, kinerja perawat dan resiko kerja. tersebut.
Perlindungan terhadap hukum bagi perawat
B. Peran Permenkes RI No. masih belum terpenuhi. Perawat masih
HK.02.02/148/I/2010 dan Permenkes dijadikan objek dalam kesalahan atau
RI No. 17 Tahun 2013 Tentang kelemahan pelayanan kesehatan karena
lemahnya kewenangan perawat sehingga Profesi perawat yang bertanggung jawab
perlindungan hukum tidak didapatkan. terhadap keselamatan dan kemaslahatan umat
Ketetapan perlindungan hukum perawat seharusnya diatur dalam sebuah UU. Perawat
terdapat pada peraturan Permenkes RI No. butuh aturan hukum yang lebih tinggi yang
148 Tahun 2010, Permenkes RI No. 17 Tahun mengatur mengenai kualitas dan pelayanan
2013 dan Peraturan Pemerintah tentang termasuk juga sanksi bagi perawat yang tidak
Tenaga Kesehatan Nomor 32 tahun 1996. melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada
Pasal 23 (1) perlindungan hukum diberikan saat ini memang telah disyahkan Undang-
pada tenaga kesehatan yang melakukan tugas Undang Praktik Keperawatan akan tetapi
sesuai dengan standar profesi tenaga Peraturan Pemerintah yang menjadi turunan
kesehatan. Komite perawatan masih belum Undang- Undang tersebut belum tersedia.
optimal memberikan advokasi terhadap hak C. Implementasi Permenkes RI No.
perawat, dan tidak ada upaya pembinaan HK.02.02/148/I/2010 dan Permenkes
hukum pada tingkat daerah oleh PPNI. RI No. 17 Tahun 2013 Tentang
Kedudukan Permenkes masih lemah dalam Perubahan atas Permenkes RI No.
hirarki hukum. Bentuk hirarki dalam sistem HK.02.02/148/I/2010 Tentang Ijin
hukum yakni : (1)UUD / Konstitusi, dan Penyelenggaraan Praktik
(2) Undang-Undang /PERPU, (3) Peraturan Perawat Di BLUD RS Sekarwangi
Pemerintah, (4) Peraturan Presiden, (5) Kabupaten Sukabumi
PERDA; ( Tingkat I, II, Peraturan Desa). Menurut Ka.Sie Pelayanan Keperawatan dan
Sedangkan Keputusan Menteri (Kepmen) Ketua Komite Keperawatan BLUD RS
dalam UU nomor 10 tahun 2004 hanya Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, perawat
sebagai acuan saja. Untuk itu kedudukan yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
Permenkes RI No. 148 Tahun 2010 dan baru sekitar 80% dan 20% sisanya sedang
Permenkes RI No. 17 Tahun 2013 tentang dalam proses membuatan STR. Dalam proses
Perubahan atas Permenkes RI No. 148 Tahun penilaian akreditasi Rumah Sakit STR Perawat
2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik yang sedang dalam proses telah ternyata telah
perawat harus di dukung dengan UU sehingga dianggap perawat tersebut memiliki STR.
mempunyai kekuatan hukum. Dalam hal memiliki SIKP
belum ada satu pun Perawat BLUD RS Sedangkan tindakan menghormati hak pasien,
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang melakukan rujukan, menyimpan rahasia sesuai
memiliki SIKP, mereka hanya memiliki SIK dengan peraturan perundang- undangan,
yang belum diperbaharui menjadi SIKP sesuai memberikan informasi tentang masalah
ketentuan Kepmenkes 1239 Tahun 2001. kesehatan pasien dan pelayanan yang
Sedangkan dalam hal memiliki SIPP ada satu dibutuhkan, meminta persetujuan tindakan
orang perawat BLUD RS Sekarwangi keperawatan yang akan dilakukan, dan
Kabupaten Sukabumi yang telah melakukan mematuhi standar telah terpenuhi di BLUD RS
praktik mandiri keperawatan komplementer Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, sedangkan
tapi perawat tersebut belum memiliki SIPP, dalam hal pencatatan asuhan keperawatan baru
akan tetapi SIPP perawat tersebut sedang dalam sebatas penyamaan penggunaan format asuhan
proses pembuatannya. keperawatan di semua ruangan akan tetapi
Perawat di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten dalam pemahaman penulisan isi
Sukabumi masih banyak yang belum pendokumentasiannya masih belum sama
memahami aplikasi hukum kesehatan dan pemahaman diantara para perawat.
sebagian besar perawat yang praktik di luar Perawat di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
praktik mandiri maupun yang berpraktik Sukabumi dalam melaksanakan praktik
mandiri telah melakukan pelanggaran terhadap keperawatan telah melaksanakan asuhan
hukum administrasi, yaitu tidak memiliki STR, keperawatan yang meliputi pengkajian,
SIKP dan SIPP yang merupakan syarat penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
administrasi yang harus dipenuhi apabila melaksanakan tindakan keperawatan dan
perawat melakukan praktik di rumah sakit evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan
ataupun praktik pribadi di rumah. Tidak yang dilakukan meliputi intervensi
sampainya informasi-informasi yang berkaitan keperawatan, observasi keperawatan,
dengan pelaksanaan ijin dan penyelenggaraan pendidikan, dan konseling kesehatan.
praktik perawat karena rendahnya koordinasi Langkah yang diambil selanjutnya untuk
yang terjadi antara PPNI Pusat, PPNI melihat gambaran implementasi Permenkes No
Kabupaten Sukabumi, PPNI Komisariat RS 148 Tahun 2010 dan Permenkes No 17
Sekarwangi serta Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi.
Tahun 2013 tentang perubahan atas Permenkes Kabupaten Sukabumi dan lokasi BLUD RS
No 148 Tahun 2010 tentang ijin dan Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD RS strategis dan mudah dijangkau. Sedangkan
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah kelemahan (weakness) yang ditemukan adalah
dengan melakukan strategi dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada belum
menggunakan instrumen analisis SWOT. sesuai dengan kualifikasi yaitu dari sebanyak
Analisis SWOT merupakan suatu alat yang 270 orang tenaga keperawatan di BLUD RS
efektif dalam membantu menstrukturkan Sekarwangi Kabupaten Sukabumi terdiri dari 5
masalah, terutama dengan melakukan analisis orang berpendidikan SPK/SPRG, 201 orang
atas lingkungan internal dan eksternal. berpendidikan D3 Keperawatan, 12 orang
Melakukan analisis internal dan eksternal ini berpendidikan S1 keperawatan, 12 orang
pada dasarnya terdapat 4 unsur yang selalu kita berpendidikan S1 Keperawatan Ners, 33 orang
miliki dan hadapi yakni secara internal kita berpendidikan D3 Kebidanan, dan 5 orang
memiliki sejumlah kekuatan (strength) dan berpendidikan D4 Kebidanan dan sarana
kelemahan (weakness) dan secara eksternal kita prasarana yang tersedia belum mencukupi
akan berhadapan dengan berbagai peluang untuk mendukung kegiatan pelayanan
(opportunities) dan tantangan (threats). kesehatan.
Kegiatan dalam rangka analisis lingkungan ini Adapaun peluang (opportunities) yang ada di
lazim disebut environment scanning yaitu BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
kegiatan peneropongan lingkungan untuk adalah adanya peraturan perundang-undangan
mendapatkan gambaran yang persis mengenai yang dapat memperkuat operasionalisasi
diri dan lingkungan kita. pelaksanaan ijin dan penyelenggaraan praktik
Kekuatan (strength) yang terdapat di BLUD RS perawat dan adanya kemampuan dan motivasi
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi adalah kerja yang tinggi perawat di BLUD RS
adanya struktur organisasi dan tata kerja serta Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Sedangkan
tupoksi yang jelas, tersedianya kuantitas tantangan (threats) yang dihadapinya adalah
Sumber Daya Manusia yang memadai yaitu rendahnya kesadaran hukum perawat di BLUD
sebanyak 270 orang tenaga keperawatan di RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, belum
BLUD RS Sekarwangi optimalnya koordinasi antar instansi/unit
kerja yang terkait dalam pelaksanaan ijin dan pemahaman tentang hak dan kewajiban
penyelenggaraan praktik perawat dan belum menjadi syarat mutlak. Masyarakat bukan
adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggar penonton bagaimana hukum ditegakkan, akan
ketentuan perundangan yang berlaku dalam ijin tetapi masyarakat aktif berperan dalam
dan penyelenggaraan praktik perawat. penegakan hukum”. Jadi, masyarakat yang
Secara nyata dapat dikatakan bahwa jumlah berperan aktif dalam pelaksanaan Permenkes
pelanggaran Permenkes No 148 Tahun 2010 No 148 Tahun 2010 dan
dan Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Permenkes No perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
148 Tahun 2010 tentang ijin dan 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD perawat untuk kepentingan profesinya berarti
RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi cukup telah menegakkan hukum. Hal tersebut
banyak. Hal tersebut merupakan indikator merupakan titik awal dari penegakan hukum.
bahwa tingkat kesadaran hukum perawat di Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas,
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi maka Permenkes No 148 Tahun 2010 dan
yang masih rendah. Ini didukung oleh Permenkes No 17 Tahun 2013 tentang
minimnya sanksi yang tegas terhadap para perubahan atas Permenkes No 148 Tahun
pelanggar ketentuan perundangan yang 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
berlaku dalam ijin dan penyelenggaraan perawat sudah saatnya diubah atau diperbaiki
praktik perawat. Kesadaran hukum dalam diri dengan penetapan peraturan perundang-
perawat sangat penting dalam proses undangan yang lebih tinggi sehingga dapat
meminimalkan pelanggaran Permenkes No memberikan perlindungan hukum bagi
148 Tahun 2010 dan Permenkes No 17 Tahun perawat. Pada saat ini walaupun Undang-
2013 tentang perubahan atas Permenkes No Undang Praktik Keperawatan telah disyahkan
148 Tahun 2010 tentang ijin dan akan tetapi Peraturan Pemerintah yang
penyelenggaraan praktik perawat, hal ini merupakan menjabaran dari Undang- Undang
didukung oleh teori penegakan hukum tersebut belum ada. Sehingga diharapkan
menurut Koesnadi Harjasoemantri, bahwa pemerintah segera menentapkan Peraturan
“Penegakan hukum adalah kewajiban dari Pemerintan tersebut.
seluruh masyarakat dan untuk ini
sepenuhnya dapat melindungi perawat secara
hukum karena kedudukan Permenkes masih
lemah dalam hirarki hukum dibandingkan
KESIMPULAN dalam bentuk Undang-Undang.
Berdasarkan uraian dan analisis implementasi 3. Implementasi Permenkes RI No 148
Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan Tahun 2010 dan Permenkes RI No 17
Permenkes RI No 17 Tahun 2013 tentang Tahun 2013 tentang perubahan atas
perubahan atas Permenkes RI No Permenkes RI No 148 Tahun 2010
148 Tahun 2010 tentang ijin dan tentang ijin dan penyelenggaraan
penyelenggaraan praktik perawat di BLUD praktik perawat di BLUD RS
RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi, penulis Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
dapat menyimpulkan sebagai berikut belum berjalan dengan baik dibuktikan
: dengan adanya pelanggaran hukum
1. Perawat berkewajiban memiliki STR, admnistrasi dimana sebagian besar
SIKP dan SIPP, menghormati hak perawat tidak memiliki STR, SIKP dan
pasien, melakukan rujukan, menyimpan SIPP.
rahasia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, memberikan IMPLIKASI KEPERAWATAN
informasi tentang masalah kesehatan Studi ini memberikan wawasan, informasi,
pasien/klien dan pelayanan yang dan pemahaman tentang penerapan
dibutuhkan, meminta perseyujuan Permenkes RI No 148 Tahun 2010 dan
tindakan keperawatan yang akan Permenkes RI No 17 Tahun 2013 tentang
dilakukan, melakukan pencataran perubahan atas Permenkes RI No
asuhan keperawatan secara sitematis 148 Tahun 2010 tentang ijin dan
dan mematuhi standar. penyelenggaraan praktik perawat yang pada
2. Peran Permenkes RI No 148 Tahun gilirannya memberikan pemahaman yang luas
2010 dan Permenkes RI No 17 Tahun dan dalam bagi perawat tentang pelaksanaan
2013 tentang perubahan atas Permenkes terhadap permenkes tersebut. Implikasi pada
RI No 148 Tahun 2010 tentang ijin dan bidang keperawatan dan
penyelenggaraan praktik perawat belum
kesehatan umumnya, studi ini menyediakan
informasi penting bagi perawat dan penyedia Julianus Ake, Malpraktik dalam Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.
pelayanan kesehatan lainnya tentang
pentingnya proses registrasi, ijin dan Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran
penyelenggaraan praktik perawat, dan apa dan Hukum Kesehatan, EGC: Jakarta, 1999.
yang perawat harus lakukan dalam proses Kusnanto, Pengantar Profesi & Praktik
Keperawatan Profesional, Penerbit Buku
perijianan dan penyelenggaraan praktik Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
perawat.
La Ode Jumadi Gaffar, Pengantar Keperawatan
Profesional, EGC, Jakarta, 1999.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=JURNAL+REGULASI+ATURAN+SIPP+KEPERAWATAN&btnG=
https://www.researchgate.net/profile/Rosliana
https://www.jurnalskhg.ac.id/index.php/medika/article/view/50
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0826513e7e30ec8972123207b0bdefd6.p
df