Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR AKTIVITAS MAHASISWA TUGAS MEMBUAT PARAGRAF

NAMA : MIRZA GHULAM BHAKTIAR HIJRIANTO


NIM : 18102030066

Buatlah karangan tentang PEMBERDAYAAN MASYARAKAT seperti metode pemberdayaan/ contoh kasus
atau kisah sukses pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya, bisa disesuaikan juga dengan tugas-
tugas pemberdayaan masyarakat di semester 5.
Bentuk paragraph dapat berupa eksposisi atau argumentasi.
Tulis tugas pada format berikut ini :

TEMA :
JUDUL : Pemanfaatan Digital Marketing dan Inovasi Produk dalam Mengembangkan
Usaha di Masa Pandemi
BENTUK PARAGRAF : EKSPOSISI/ARGUMENTATIF (Coret yang tidak perlu)
KERANGKA (silahkan isi ide pokok/kalimat utama pada masing masing paragraf berikut ini)

Paragraf 1 : metode pelaksanaan program kerja yang digunakan.


Paragraf 2 : melakukan pengamatan pada usaha kerupuk yang menjadi sasaran untuk
didampingi.
Paragraf 3 :
Paragraf 4 :
Paragraf 5 :
SILAHKAN ELABORASI MASING-MASING PARAGRAF SESUAI BENTUK PARAGRAF YANG DIPILIH (Bisa
menggunakan PREP (Point-Reason-Example-Point) atau kalimat penjelas/penjabaran dari kalimat utama
yang dibuat.
TUGAS KARANGAN

Pemanfaatan Digital Marketing dan Inovasi Produk dalam Mengembangkan Usaha


di Masa Pandemi

Dengan tema Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19, saya mendampingi salah
satu pelaku usaha pembuatan kerupuk. Metode pelaksanaan program kerja yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan cara melakukan pendampingan dan pelatihan khususnya
untuk membuat peluang pasar baru dengan memanfaatkan teknologi dan informasi untuk Digital
Marketing.
Pada minggu pertama, melakukan pengamatan pada usaha kerupuk yang menjadi sasaran untuk
didampingi. Hingga akhirnya dapat menemukan permasalahan yaitu selama masa pandemi Covid-19 sejak
awal tahun 2020, pemberlakuan PSBB mulai diterapkan, ditambah sejak pertengahan tahun 2021 dengan
adanya PPKM  membuat usaha ini mengalami penurunan omset yang sangat drastis. 
Karena selama PSBB dan PPKM akibat Covid-19 angka permintaan dan penjualan menjadi tidak
stabil. Kemudian permasalahan lainnya adalah karena usaha ini baru berdiri sejak 2 tahun yang lalu dan
hanya dipasarkan di dalam kota, hingga saat ini pemilik usaha tidak membuat label untuk kemasan atau
produknya. Permasalahan yang terakhir adalah usaha ini hanya memiliki 1 jenis produk yaitu kerupuk
ikan. 
Pada minggu kedua saya mulai menjalankan pelatihan pertama tentang digital marketing yang
berjudul digitalisasi pemasaran produk pada market place online. Pelatihan ini bertujuan untuk bisa
membuat peluang pasar baru dengan memanfaatkan teknologi dan informasi untuk Digital Marketing
karena permasalahan utama yang dialami pelaku usaha adalah masalah pemasaran produk.
Dari pelatihan tersebut saya memberikan pemahaman tentang pengertian, manfaat dan strategi
penggunaan digital marketing agar pelaku usaha yang saya dampingi mengerti dan paham tentang cara
kerja digital marketing. Setelah memberikan pelatihan saya juga membuatkan 2 akun media sosial yaitu
Instagram dan Facebook serta 1 akun marketplace online yaitu Shopee. Saya memanfaatkan platform
marketplace seperti Shopee dan media sosial seperti Instagram, dan Facebook untuk memperluas pasar.
Sehingga konsumen yang didapat tidak hanya disekitaran Kecamatan Sekaran atau Kabupaten Lamongan.
CONTOH
Generasi Digital Native

Telepon seluler adalah alat komunikasi yang diperuntukan bagi orang dewasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Seiring perkembangan teknologi, telepon seluler yang terhubung
internet bermetamorfosis menjadi smartphone yang digunakan sebagai alat komunikasi, alat pencarian
informasi serta sebagai sumber hiburan (menonton video, bermain games, dan lain sebagainya).
Perkembangan ini memunculkan generasi digital native yang sangat akrab dengan perangkat elektronik
(gadget).
Generasi digital native adalah sebuah generasi yg tumbuh dengan teknologi baru di era dunia
digital. Mereka tinggal dan hidup dikelilingi oleh perangkat teknologi canggih seperti komputer, video
games, digital music players, video cams, telepon seluler dan mainan dan alat canggih lainnya dan
menggunakananya dalam kehidupan sehari-hari. Digital natives adalah ‘native speaker’ dari perangkat
digital dan generasi asli pengguna digital yang sangat memahami komputer, video game dan internet.
Generasi ini adalah manusia yang lahir setelah tahun 1980. Mereka biasa mendapatkan informasi dengan
cepat, mereka menyukai proses paralel dan multi-task. Mereka memilih random akses seperti hypertext.
Mereka lebih mengusahakan pemenuhan kebutuhan media yang cepat dan lebih condong ke 'future'
content yaitu isi dalam bentuk digital dan bersifat teknologi (Prensky, 2001:1-3).
Hal ini menyebabkan anak-anak (kelahiran tahun 2010 ke atas) menjadi sangat mudah
beradaptasi dan akrab dengan perangkat pintar seperti smartphone. Smartphone banyak digunakan anak
untuk mengakses media sosial, bermain games online atau menonton video di laman video berbagi. Hal
ini tampak dari hasil survei 2018 yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII), bahwa
pengguna internet sudah merambah ke usia anak. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
mengeluarkan hasil survei terkait ‘Penetrasi dan Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2018’. Survei
ini menunjukan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 64,8 persen atau setara
dengan 171,17 juta dari total populasi penduduk Indonesia 264,16 Juta. Penetrasi tertinggi terjadi pada
kelompok umur 15-19 tahun yaitu 91 persen dari total populasi, sedangkan usia 10-14 tahun penetrasi
telah mencapai 66,2 persen (dari total populasi) dan kelompok usia 5-9 tahun mencapai 25,2 persen (dari
total populasi) (APJII, 2018).
Hasil survei tersebut menunjukan bahwa penetrasi internet/pengguna baru sudah merambah
pada kelompok usia dini yaitu 5 tahun. Hal ini cukup mengejutkan mengingat pada hasil survei 2017
penetrasi internet pada kelompok usia termuda adalah usia 13 tahun. APJII 2018 juga merilis informasi
tentang perangkat yang digunakan dalam mengakses internet setiap harinya. Smartphone/ponsel pintar
menjadi perangkat yang paling banyak digunakan untuk mengakses internet yaitu mencapai 93,9 persen
(APJII, 2018).

Anda mungkin juga menyukai