Anda di halaman 1dari 10

UNSUR KEBUDAYAAN DALAM NOVEL BUMI MANUSIA

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


(KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)

Nivia Putri Ratna Juwita


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email:niviaprj@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to analyze the elements of culture in the novel Bumi Manusia by Pramoedya Ananta
Toer using the study of literary anthropology. Research data in the form of words, phrases, clauses,
and sentences contained in the novel Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer. The data collection
technique uses the library method by using document analysis techniques to select data that will be
used as the object of research. To analyze research data using the hermeneutic method. The results
of the study are seven cultural elements in Pramoedya Ananta Toer's novel Bumi Manusia by
Koentjaraningrat (2015: 165), namely language, knowledge systems, social organizations, living
systems and technology, living livelihood systems, religious systems, and art.

Keywords: elements of culture, literary anthropology, novels

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis unsur kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan kajian antropologi sastra. Data penelitian berupa
kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta
Toer. Teknik pengumpulan data menggunakan metode perpustakaan dengan menggunakan teknik
analisis dokumen untuk memilih data yang akan dijadikan objek penelitian. Untuk menganalisis data
penelitian menggunakan metode hermeneutika. Adapun hasil penelitian terdapat tujuh unsur
kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer seperti yang telah
dipaparkan oleh Koentjaraningrat (2015:165), yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.

Kata Kunci: unsur kebudayaan, antropologi sastra, novel

PENDAHULUAN
Ratna (2011: 6) antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra di
dalamnya terkandung unsur-unsur antropologi. Karya sastra menduduki posisi dominan,
sebaliknya unsur-unsur antropologi itu sendiri sebagai pelengkap. Antropologi sastra
adalah interdisiplin antara sastra dan antropologi, di dalamnya dibicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan relevansi aspek-aspek antropologi terhadap sastra. Perlu
diingat bahwa manusia adalah makhluk berbudaya yang gemar berpikir, mencipta, belajar,
dan berubah setiap saat (Endraswara, 2013:18-19).
Antropologi sastra menurut Al-Ma’ruf (2017:119-123) merupakan cabang ilmu sastra
yang mencoba mengkaji karya sastra dengan memandangnya sebagai karya sastra yang
sarat dengan dimensi kebudayaan. Penciptaan sastra diasumsikan tidak akan lepas dari
budaya yang mengitarinya (Endraswara, 2013:15). Antropologi dibedakan menjadi dua
macam yaitu antropologi fisik dan antropologi non fisik. Antropologi fisik, antropologi ragawi
semata-mata mempelajari manusia sebagai badan kasar, seperti dilakukan dalam bidang
ilmu kedokteran. Sebaliknya, antropologi non fisik memahami manusia sebagai badan
halus secara rohaniah, termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan emosional dan
intelektual (Ratna, 2011:31).
Pada umumnya penelitian antropologi sastra, menurut Bernard (dalam Endraswara,
2013:107) lebih bersumber pada tiga hal yaitu, (a) manusia/ orang, (b) artikel tentang

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


72
sastra, (c) bibliografi. Dari ketiga sumber data ini sering dijadikan pijakan seorang peneliti
sastra untuk mengungkap makna dibalik karya sastra. Ketiga data tersebut diipandang
sebagai documentation resources, hal ini memang patut dipahami karena karya sastra
sebenarnya juga merupakan sumber informasi. Menurut Koentjaraningrat (2015: 150),
terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu (a) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya; (b) wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; (c) wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Koentjaraningrat (2015:165) dengan mengambil sari dari berbagai kerangka tentang
unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana antropologi
itu,maka maka penulis berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi
pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah, (a) bahasa, (b) sistem pengetahuan, (c)
organisasi sosial, (d) sistem peralatan hidup dan teknologi, (e) sistem mata pencaharian
hidup, (f) sistem religi, dan (g) kesenian.
Penelitian mengenai unsur kebudayaan banyak dilakukan, namun analisis dalam
novel Bumi Manusia belum banyak ditemukan. Ada beberapa kajian pustaka yang relevan
dengan penelitian ini, yaitu penelitian Ngafifi (2014), Harmawati, dkk. (2016), dan
Rosramadhana, dkk (2017).

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Objek yang dikaji dalam
penelitian ini adalah tujuh unsur kebudayaan yang terkandung di dalam novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Data penelitian berupa kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode perpustakaan dengan menggunakan teknik
analisis dokumen untuk memilih data yang akan dijadikan objek penelitian. Untuk
menganalisis data penelitian menggunakan metode hermeneutika.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara keseluruhan unsur kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer seperti yang telah dipaparkan oleh Koentjaraningrat (2015:165).
Adapun masing-masing unsur kebudayaan dijelaskan di bawah ini.

Bahasa
Bahasa adalah sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk
berkomunikasi antara satu dengan yang lain (Koentjaraningrat, 2009:261). Bahasa yang
digunakan dalam novel Bumi Manusia terdiri dari empat bahasa, yaitu bahasa Jawa,
Belanda, Madura, Perancis, namun telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa
Indonesia.
Melongok melalui jendela aku lihat Mevrouw Télinga melambai kepadaku.
(BM, 2011:19)

Arti kata Mevrouw Télinga pada kutipan novel data (1) adalah sebutan Nyonya
dalam bahasa Belanda. Berhubung dalam waktu itu kata Nyoya belum dipergunakan
dalam Melayu dalam novel ini dipergunakan kata asli. Kata Télinga dibaca Teelingkha. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dalam novel Bumi Manusia tidak hanya bahasa Indonesia
yang ditampilkan namun juga menggunakan bahasa Belanda.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


73
“Alleluya, Minke, apa kabar hari ini?” tegurnya dalam Prancis yang memaksa aku
menggunakan bahasanya. (BM, 2011:19)
Dekat di belakang pagar kayu terpasang papan nama besar dengan tulisan:
Boerderij Buitenzorg. (BM, 2011:24)

Berdasarkan data (2) adanya pemakaian bahasa Perancis oleh Robert Suurhof yang
telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa Indonesia, untuk lebih memudahkan
pembaca menikmati jalannya cerita. Namun, dalam akhir tuturan tetap dijelaskan bahwa
tuturan tersebut sebenarnya menggunakan bahasa Perancis. Arti kata Boerderij
Buitenzorg pada data (3) adalah perusahaan pertanian yang menggunakan bahasa
Belanda.
Sebaliknya orang lebih banyak menyebut-nyebutnya gundik: Nyai Ontosoroh—
gundik yang banyak dikagumi oleh orang, rupawan, berumur tiga puluhan,pengendali
seluruh perusahaan pertanian besar itu. Dari nama Buitenzorg itu ia dapatkan nama
Ontosoroh—sebutan Jawa. (BM, 2011:25)
“Mengapa diam saja?”tegur Annelies dengan suara manis dalam Belanda
pergaulan. (BM, 2011:27)
“Tamu Annelies juga tamuku,” katanya dalam Belanda yang fasih.
“Bagaimana aku harus panggil? Tuan? Sinyo? Tapi bukan Indo….”. (BM, 2011:33)
“Bukan Indo,…” apa harus panggil dia? Nyai atau Mevrouw? (BM, 2011:33)
“Siapa kasih kowé ijin datang kemari, monyet!” dengusnya dalam Melayu-pasar,
kaku dan kasar,juga isinya. (BM, 2011:64)
Ia tunjukkan padaku sebuah cerpen Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken.
(BM, 2011:162)
Nyai memberikan perintah dalam Madura. Aku tak mengerti betul artinya.kita-kira
saja memerintahkan mengantarkan aku dengan dokar sampaiselamat di rumah. (BM,
2011:68)
“Papa tak pernah mau jalan-jalan denganku,” gadis itu mengadu dalam Belanda.
(BM, 2011:84)
Surat itu bertulis dalam bahasa Belanda yang patut dan benar. (BM, 2011:91)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat adanya penggunaan bahasa dalam novel
Bumi Manusia. Seperti pada data (2) penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia juga
digunakan bahasa Belanda seperti data (5), bahasa Melayu data (8), dan bahasa Madura
yang digunakan oleh Nyai Ontosoroh kepada Darsam untuk memerintahkannya
mengantar Minke kembali kepapokan. Pemilihan sebutan Sinyo, Nyai, Mevrouw juga
digunakan oleh Pram dalam novelnya, seperti pada data (6) dan data (7). Pada data (9)
digunakan adanya bahasa Belanda Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken yang
memiliki arti seorang Nyai biasa yang luar biasa yang aku kenal.

Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang segala hal yang akan
membantu manusia menjadi berkembang. Pengetahuan yang ditampilkan Pram di dalam
novel Bumi Manusia adaalah sistem pengetahuan pendidikan. Hal tersebut dibuktikan
pada data-data yang di temukan di bawah ini:
Ilmu dan pengetahuan, yang kudapatkan dari sekolah dan kusaksikan sendiri
pernyataanya dalam hidup, telah membikin pribadi menjadi agak berbeda dari sebangsaku
pada umumnya. Menyalahi wujudku sebagai Orang Jawa atau tidak akupun tidak tahu.
dan justru pengalaman hidup sebagai orang Jawa berilmu pengetahuan Eropa yang
mendorong aku suka mencatat-catat. (BM, 2011:12)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


74
Pada data (13) bahwa ilmu pengetahuan yang Minke dapatkan dari bangku
sekolahdan dari berbagai pengalaman hidup yang telah ia alami menjadinya sebagai
pribadi yang unggul. Bahwa kenyataanya pada abad ke-20 bangsa pribumi masih awam
dari bangku sekolah,hanya orang-orang tertentu yang dapat menikmati ilmu pengetahuan
dan belajar di bangku sekolah lewat pengajaran dari Belanda. Hal tersebut yang
membedakan Minke dari pribumi lainnya.
Aku lebih mempercayai ilmu pengetahuan, akal. setidak-tidaknya padanya ada
kepastian-kepastian yang bisa dipegang. (BM, 2011:16)
“Aku. dan akan meneruskan sekolah ke Netherland. Aku akan jadi Insinyur. Pada
waktu itu kita akan bisa bertemu lagi. aku akan berkunjung padamu bersama istriku”. (BM,
2011:23)
“Pelajar H.B.S., mama”. (BM, 2011:33)
“Apa sekolahmu dulu?”
“E.L.S., tidak tamat, belum lagi kelas empat”. (BM, 2011:35)
Ayahanda hanya tahu Jawa, kau tahu Belanda, kau siswa H.B.S. Ayahandamu
hanya dari Sekolah Rakyat. Kau punya pergaulan luas dengan Belanda. Ayahandamu
tidak. (BM, 2011:190)

Pada data (14) menunjukkan adanya sistem pengetahuan, yaitu Minke percaya
bahwa ilmu pengetahuan dapat dipegang kepastiannya. Hal tersebut dijelaskan pada data
(16) yang menunjukkan bahwa Minke adalah seorang pejar H.B.S. Pada data (15)
menunjukkan bahwa tingginya minat belajar Rubert Suurhof yang akan melanjutkan
belajarnya ke Netherland supaya nantinya ia dapat menjadi seorang Insinyur. Lain halnya
dengan data (18) bahwa Robert Mellema menunjukkan tingkat pendidikannya yang tidak
lulus E.L.S. Walaupun demikian data-data yang ditampilkan pada data (18) menunjukkan
adanya sistem pengetahuan yang ditampilakan oleh Pram dalam novel Bumi Manusia.
Dia membaca buku-buku Eropa, Nyai yang seorang ini!
“Benar, Mama, seperti dalam buku-buku cerita”. (BM, 2011:39)
“Bukan saja pandai dan baik hati. Dia juga mengajari aku segala tentang pertanian,
perusahaan, pemeliharaan hewan, pekerjaan kantor. Dia juga mengajari aku bahasa
Melayu, kemudian membaca dan menulis, setelah itu juga bahasa Belanda. (BM,
2011:111)
Dia tidak seperti diajarkan orang Jawa.: guru laki, guru dewa. Barangkali untuk
membuktikan kebenaran ucapannya ia berlangganan majalah wanita dari Netherland
untukku. (BM, 2011:135)

Data (20) menunjukkan sistem pengetahuan yaitu pernyataan Minke yang


menyatakan bahwa seorang Nyai saja dapat membaca atau belajar dari buku-buku Eropa,
yang hal tersebut tidak semua Nyai pada abad ke-20 dapat mengenal ilmu pengetahuan.
Namun, beda halnya dengan Nyai Ontosoroh yang menunjukkan bahawa seorang Nyai
pun dapat mempelajari apa yang Belanda pelajari pada waktu itu, hanya saja secara
otodidak tidak mengenyam bangku sekolah seperti Minke. Hal tersebut juga nampak pada
data (21) dan data (22) yang menunjukkan tingkat pengetahuan seorang Nyai Ontosoroh
dalam novel Bumi Manusia.
Ia bilang di bidang ilmu Jepang juga mengalami kebangkitan. Kitasato telah
menemukan kuman pes, Shiga menemukan kuman dysenteri—dan dengan demikian
Jepang telah berjasa pada umat manusia. (BM, 2011:167)
Dari majalah itulah aku tahu. Hindia Belanda tidak mempunyai Angkatan Laut. (BM,
2011:169)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


75
Berdasarkan data (23) dan data (24) menunjukkan adanya sistem pengetahuan. Hal
tersebut nampak pada data (23) bahwa padaabad ke-20 di negara Jepang sudah
mengalami majunya ilmu pengetahuan yang dijelaskan oleh Pram di dalam novel Bumi
Manusia. Data (24) Minke dapat mengetahui pengetahuan bahwa Hindia Belanda
padawaktu itu mempunyai Angkatan Laut, informasi tersebut ia dapatkan dari membaca
majalah.

Organisasi Sosial
Unsur organisasi sosial ini memiliki berbagai sub-unsur seperti sistem kekerabatan,
sistem komuniti, sistem pelapisan sosial, sistem pimpinan, dan sebagainya
(Koentjaraningrat, 1990:207-208). Setiap kehidupan masyarakat di organisasi atau diatur
oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Gambaran organisasi sosial dalam
novel Bumi Manusia, meliputi:
Ia dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Komandan regunya Kopral Bastiaan Télinga,
seorang Indo-Eropa. (BM, 2011:86)
Para jendral Belanda hampir-hampir tak sanggup meneruskan operasi
penumpasan. (BM, 2011:86)
“Aku punya forum Privilegiatum”. (BM, 2011:172)

Pada data (25) menunjukkan adanya organisasi sosial yaitu tokoh Jean Marais yaitu
kerabat dekat Minke seorang yang berasal dari Perancis, sebelum tinggal di Indonesia
utnuk menjadi seorang Pelukis pembuat kerabot rumah tangga, ia sempat bergabung
dalam organisasi perang melawan Aceh, hal tersebut dibuktikan pada data (25) yaitu Ia
dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Bahwa spandir memiliki arti yaitu serdadu kelas satu.
Organisasi sosial juga ditunjukkan pada data (27) yaitu tokoh Minke yang memiliki
forum Privilegiatum, yang artinya forum yang sederajat dengan orang Eropa di depan
pengadilan untuk bangsawan Pribumi sampai ke bawah bergelar Raden Mas atau
setarafnya dan anak sampai cucu Bupati. Minke adalah anak dari Bupati B. Namun, ia
sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi Bupati,ia ingin hidupnya berjalan
sebagaimana yang ia inginkan hidup bebas dengan segala hal yang ia sukai dan ingin
lakukan.

Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Sistem peralatan hidup dan teknologi merupakan segala hal yang dimiliki oleh
manusia meliputi segala cara bertindak dan berbuat dalam mengelola sumber daya alam.
Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer menampilkan peralatan-
peralatan dan alat transportasi yang dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-
hari. Hal ini ditunjukkan pada data yang telah ditemukan di bawah ini:
Betawi-Surabaya telah dapat ditempuh dalam tiga hari. Diramalkan akan Cuma
seharmal. Deretan panjang gerbong sebesar rumah, penuh arang dan orang pula, ditarik
oleh kekuatan air semata! Dunia rasanya tiada berjarak lagi-telah dihilangkan oleh kawat.
Kekuatan bukan lagi jadi monopoli gajah dan badak. Mereka telah digantikan oleh benda-
benda kecil buatan manusia: torak, sekrup, dan mur. (BM, 2011:13)
“Jangan main-main, Minke, ini bukan dokar sembarangan, bukan kretek, dokar
dengan pér—barangkali yang pertama menjelang akhir abad ini. barangkali juga pérnya
lebih mahal dari seluruh dokar”. (BM, 2011:20)
“Atau kau lebih suka naik kuda?” (BM, 2011:45)
“Pernah melihat bendi sebagus itu?” (BM, 2011:45)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


76
Sistem peralatan hidup dan teknologi pada abad ke-20 sistem teknologi belum maju
seperti sekarang ini. Hal tersebut ditunjukkan pada data (28) bahwa orang-orang dapat
menempuh perjalanan dari Betawi-Surabaya hanya dalam waktu seharmal (hari malam)
dengan kereta api. Yang biasanya ditempuh dalam waktu tiga hari dengan memanfaatkan
kendaraan yang dijalankan oleh hewan. Seperti pada data (29), (30), dan (31) bahwa
dokar, kuda, dan bendi adalah kendaraan mereka dalam sehari-hari. Sistem teknologi yang
masih rendah mengakibatkan pemanfaatan tenaga hewan untuk membantu manusia
dalam sistem transportasi.
Lima tahun yang lalu belum lagi gambar tercetak beredar dalam lingkungan hidupku.
Memang ada cetakan cukilan kayu atau batu, namun belum lagi dapat mewakili kenyataan
sesungguhnya. (BM, 2011:12)
Mataku mulai menggerayangi ruang tamu yang luas itu: perabot, langit-langit, kandil-
kandil Kristal yang bergelantungan, lampu-lampu gas gantung dengan kawat penyalur dari
tembaga. (BM, 2011:27)
Juga disini dinding seluruhnya terbuat dari kayu jati yang dipolitur coklat muda. Di
pojokan berdiri seperangkat meja makan dengan enam kursi. (BM, 2011:31)
Lemari itu berdiri pada dinding ditentang meja makan. Di dalamnya terpajang benda-
benda seni—tak pernah kulihat sebelumnya. (BM, 2011:31)
Pisau baja putih itu pun nampak tak terasah pada batu, tapi pada asahan roda
baja,sehingga tak barut-barut. (BM, 2011:41)
Prasangkaku, sekali waktu ia bercerita, bahwa parang dan tombak dan ranjau Aceh
takkan mampu menghadapi senapan dan meriam, juga keliru. (BM, 2011:87)
Cambuk kuda tunggangan dari kemaluan sapi itu berayun-ayun. (BM, 2011:172)

Pada data (31) menunjukkan adanya sistem peralatan hidup yang digunakan oleh
masyarakat dalam novel Bumi Manusia, yaitu gambar cetak atau photo yang dahulu masih
sedikit orang yang bisa melakukannya. Hal tersebut karena keterbatasan teknologi yang
berkembang pada kala itu. Data (32), (33), (34),(35), (36), (37) dan (38) menunjukkan
perabotan rumah tangga yang dimanfaatkan sebgai sistem peralatan hidup. Seperti,
kandil-kandil Kristal, lampu-lampu gas gantung, seperangkat meja makan dengan enam
kursi, benda-benda seni, Pisau baja putih, parang dan tombak, ranjau, senapan dan
meriam.

Sistem Mata Pencaharian Hidup


Sistem mata pencaharian hidup adalah segala hal yang dilakuakan oleh manusia
dalam usaha atau upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut pendapat
Koentjaraningrat (1990:204) sistem mata pencaharian hidup memiliki sub-unsur seperti
perburuan, perladangan, pertanian, peternakan, perdagangan, perkebunan, industri, dan
kerajinan. Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer banyak
menggambarkan mata pencaharian sebagai pekerja di perusahaan yang dilakukan oleh
Nyai Ontosoroh dan pelukis serta pembuat perabot rumah tangga oleh Jean Marais. Hal
tersebut dapat dilihat pada data-data yang ditemukan dalam novel, yang ditunjukkan di
bawah ini:
“Ada, Jean, ada pekerjaan untukmu. Satu perangkat perabot kamar,” aku berikan
padanya gambar sebagaimana dikehendaki pemesan.
“Beres. Akan kuperhitungkan biayanya. Dengan ukiran motif Jeparan, Minke”. (BM,
2011:19)
“Mama meneruskan pekerjaannya di kantor,” Annelies menerangkan
“Sehabis makan siang begini aku pun harus bekerja di belakang”. (BM, 2011:43)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


77
Jadi Nyai Ontosoroh melakukan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor macam apa
yang dia bisa?
“Administrasi”, tanyaku mencoba-coba.
“Semua. Buku, dagang, surat-menyurat, bank”. (BM, 2011:45)

Pada data (39) menunjukkan adanya sistem mata pencaharian hidup yaitu
pekerjaan yang dilakukan oleh Jean Marais sebagai seorang pembuat perabotrumah
tangga. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (40) dan data (41) bahwa seorang wanita
pun dapat bekerja sendiri, terbukti bahwa Nyai Ontosoroh melalukan pekerjaan di kantor
untuk membiayai kehidupan yang ia jalani. Dalam novel Bumi Manusia diceritakan bahwa
pada abad ke-20 seorang wanita tugasnya hanaya mengurus pekerjaan rumah tidak boleh
bekerja di luar rumah. Namun hal tersebut beda halnya dengan Nyai Ontosoroh yang
sudah meniru budaya Belanda, yaitu siapapun dapat bekerja. Wanita tidak selalu harus
mengurus urusan belakang (masak, nyuci, dan melayani suami).
Tidak semua lelaki. Sebagian perempuan, nampak dari kain batik di bawah baju
putihnya. Perempuan bekerja pada perusahaan! Mengenakan baju blacu pula! (BM,
2011:43)
“Tuan kemudian mendatangkan sapi baru juga dari Australia. Pekerjaan semakin
banyak. Pekerja-pekerja harus disewa. Semua pekerjaan di dalam lingkungan perusahaan
mulai diserahkan kepadaku oleh Tuan”, ucap Mama. (BM, 2011:132)
“Pada waktu itu perdagangan susu kita berkembang dengan baiknya. Setiap bulan
bertambah-tambah saja permintaan untuk jadi langganan baru. Komplex B.P.M.
sepenuhnya berlangganan pada kita,” mama. (BM, 2011:139)

Pada data (42) juga menunjukkan sistem mata pencaharian hidup yaitu Perempuan
bekerja pada perusahaan, yang normalnya seorang pribumi hanya berdiam diri di dalam
rumah tidak bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari
untuk bekerja dan mendapatkan upah. Data (43) menjelaskan bahwa orang yang bekerja
diangkat dengan menyewa dan memberikan upah bayaran atas jasa nya. Data (44)
menunjukkan bahwa perdagangan susu berkembang dengan baik, sehingga pekerjaan
yang harus dilakukan semakin banyak dari biasanya.

Sistem Religi
Sistem religi adalah sistem kepercayaan yang meliputi semua sistem. Maksudnya
istilah religi pengertiannya lebih luas dibandingkan dengan agama. Dalam novel Bumi
Manusia ada dua agama yang ditonjolkan oleh Pram, yaitu Islam yang diimani oleh Minke
dan Kristen yang menjadi agama Annelies, Mama, dan Robert Suurhof.

“Alleluya, Minke, apa kabar hari ini?” tegurnya dalam Prancis yang memaksa aku
menggunakan bahasanya. (BM, 2011:19)
“Katakan di belakang sana, jangan sampai tercampur babi”. (BM, 2011:35)
Setiap hari Minggu ia pergi ke kota Sidoarjo untuk bersembahyang di gereja
Protestan. (BM, 2011:117)

Pada data (45) menunjukkan sistem religi yang digambarkan oleh Pram di dalam
novel Bumi Manusia. Kata Alleluya menunjukkan adanya penyebutan salam yang diimani
oleh pemeluk agama Kristen. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (46) bahwa makanan
babi tidak dikonsumsi oleh pemeluk agama Islam.hal tersebut dibuktikan oleh ucapan
Annelies kepada orang yang memasak di rumahnya untuk menyajikan makanan tanpa
campuran babi yang akan dinikmati oleh Minke. Data (47) sistem religi ditunjukkan pada

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


78
ungkapan bahwa Juru tulis setiap hari Minggu ia pergi ke kota Sidoarjo untuk
bersembahyang di gereja Protestan.
“Tamuku Islam,” kata Annelies dalam Jawa pada pelayannya.
Kami dinikahkan secara Islam. Darsam bertindak sebagai saksi dan sekaligus wali
menurut hukum Islam bagi Annelies. (BM, 2011:451)
“Ya, Dik,” katanya pada Nyai, calon besan,” bocah kokbegini ayu seperti
Nawangwulan. Barangkali lebih cantik dari Banowati. Ya Allah, Dik tidak kusangka tidak
kunyana Adik mau mengambil anakku jadi menantu. Dunia-akhirat takkan kulupakan,
Dik…” (BM, 2011:450)
Berita sore itu, yang dimuat oleh Kommer, mengabarkan datangnya ulama-ulama
Islam ke Pengadilan Eropa di Surabaya, memprotes keputusan Pengadilan Amsterdam
dan pelaksanaannya oleh Pengadilan Surabaya. Mereka mengancam hendak membawa
persoalan ini pada Mahkamah Agama Islam di Surabaya. (BM, 2011:506)
Pada data (48) menunjukkan sistem religi,agama yang diimani oleh Minke adalah
Islam. Hal tersebut dibuktikan oleh tuturan Annelies yang menyebut bahwa Minke adalah
tamunya yang beragama Islam. Data (49) menunjukkan bahwa Minke dan Annelies
dinikahkan secara Islam. Hal tersebut menunjukkan adanya sistem religi yang diangkat
Pram di dalam novelnya. Begitu halnya dengan data (50) dan data (51) pengucapan Ya
Allah, Dunia-akhirat, ulama-ulama Islam, dan Mahkamah Agama Islam menunjukkan
adanya sistem religi yang dijelaskan oleh Pram.

Kesenian
Kesenian dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola berpola antara
seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton,
konsumen hasil kesenian, benda-benda indah, dan sebagainya (Koentjaraningrat,
1990:204). Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat beberapa
kesenian yang ditampilkan seperti pada data di bawah ini.
Tidak seperti pegawai Belanda lainnya, Tuan Besar Kuasa tidak suka ikut bertayub
dalam pesta giling. (BM, 2011:117)
“Nah,kenakan kain batik ini. Sekarang. Telah Bunda batikkan sendiri untukmu buat
kesempatan ini. Bertahun lamanya aku simpan dalam peti khusus, setiap minggu ditaburi
kembang melati, Gus. Setelah aku dengar cerita orang dari surat kabar tentang jalannya
siding itu, segera aku sucikan kain ini, Gus. Satu untuk kau, satu untuk menantuku. Coba
periksa batikan Bunda ini, dan cium harum melati bertahun ini. (BM, 2011:461)
“Husy, Kau yang terlalu percaya pada segala yang serba Belanda. Lima syarat yang
ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga, Bisa mengingat?” (BM,
2011:463)
“Stt. Diam, kau. Jadi kau larang istrimu dipangur?” (BM, 2011:459)

Unsur kebudayaan kesenian yang terdapat dalam novel Bumi Manusia ditunjukkan
pada data (52), (53), (54), dan (55). Pada data (52) adanya kalimat bertayub dalam pesta
giling hal tersebut merupakan kesenian yang adasejak abad ke-20. Data (53) kesenian
ditunjukkan pada kain batik yang dibuat oleh Ibunda Minke yang khusus dirawat untuk
nantinya dapat dikenakan Minke dan calon menantunya. Kain batik yang diperlakukan
khusus, disimpan dalam peti khusus dan setiap minggunya selalu ditaburi kembang melati.
Hal tersebut bertujuan agar nantinya ketika dikenakan dapat menciptakan aroma khas
melati yang harum. Pada data (54) menunjukkan adat Jawa dengan adanya lima syarat
yang ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga. Yang memiliki arti
yaitu: rumah, wanita, kuda, burung, dan keris. Data (55) menunjukkan adanya kesenian
gigi yang dipangur, artinya yaitu prosesi seni gigi yang di potong dan diratakan.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


79
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbandingan antara penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini. Berikut perbandingan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini. Ngafifi (2014) meneliti kemajuan teknologi dan pola hidup manusia
dalam perspektif sosial budaya. Hasil penelitian Ngafifi mengkaji mengenai sistem
teknologi yakni kemajuan teknologi terus berkembang sangat pesat dan melahirkan
masyarakat digital. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur kebudayaan
dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Harmawati, dkk. (2016) meneliti nilai budaya tradisi Dieng culture festival sebagai
kearifan lokal untuk membangun karakter bangsa. Hasil peneltian Harmawati adalah
analisis tujuh unsure kebudayaan dan persepsi masyarakat terhadap transformasi nilai
budaya tradisi Dieng Culture Festival secara turun-temurun tanpa mengubah makna
sebenarnya. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur kebudayaan dalam
novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi, dan kesenian.
Rosramadhana, dkk (2017) meneliti pengetahuan kearifan local dalam bercocok
tanam (nuan-nuan) suku Karo di desa Keling Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Hasil
penelitian Rosramadhana hanya mengkaji mengenai satu unsur kebudayaan yaitu
pengetahuan, bahwa suku Karo sudah mengetahui pengetahuan dalam bercocok tanam
jauh sebelum lahirnya para ilmuwan di bidang terkait dengan pengetahuannya yang baru
dan untuk menggunakan pengetahuan tersebut suku Karo mendapatkannya secara
otodidak. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur kebudayaan dalam novel
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi, dan kesenian.

SIMPULAN

Terdapat tujuh unsur kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya
Ananta Toer seperti yang telah dipaparkan oleh Koentjaraningrat (2015:165, yaitu bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.

REFERENSI
Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi.
Surakarta: CV Djiwa Amarta Press.
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra.Yogyakarta: Ombak.
Harmawati, dkk. 2016. “Nilai Budaya Tradisi Dieng Culture Festival sebagai Kearifan Lokal
untuk Membangun Karakter Bangsa”. Journal of Urban Society’s Arts, 03 (02): 82-
95.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ngafifi. 2014. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial
Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 02 (01): 33-47.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


80
Ratna, Kutha Nyoman. 2011. “Antropologi Sastra: Perkenalan Awal”. Metasastra, 04 (02):
150-159.
_______. 2011. Antropologi Sastra Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan Dalam Proses
Kreatif. Jakarta: Pustaka Pelajar
Rosramadhana, dkk. 2017. “Pengetahuan Kearifan Lokal dalam Bercocok Tanam (Nuan-
Nuan) Suku Karo di Desa Keling Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo”. Jurnal
Antropologi Sosial dan Budaya, 03 (01): 19-24.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Universitas PGRI Yogyakarta


81

Anda mungkin juga menyukai