12-Article Text-102-1-10-20191230
12-Article Text-102-1-10-20191230
ABSTRACT
This study aims to analyze the elements of culture in the novel Bumi Manusia by Pramoedya Ananta
Toer using the study of literary anthropology. Research data in the form of words, phrases, clauses,
and sentences contained in the novel Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer. The data collection
technique uses the library method by using document analysis techniques to select data that will be
used as the object of research. To analyze research data using the hermeneutic method. The results
of the study are seven cultural elements in Pramoedya Ananta Toer's novel Bumi Manusia by
Koentjaraningrat (2015: 165), namely language, knowledge systems, social organizations, living
systems and technology, living livelihood systems, religious systems, and art.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis unsur kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya
Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan kajian antropologi sastra. Data penelitian berupa
kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta
Toer. Teknik pengumpulan data menggunakan metode perpustakaan dengan menggunakan teknik
analisis dokumen untuk memilih data yang akan dijadikan objek penelitian. Untuk menganalisis data
penelitian menggunakan metode hermeneutika. Adapun hasil penelitian terdapat tujuh unsur
kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer seperti yang telah
dipaparkan oleh Koentjaraningrat (2015:165), yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
PENDAHULUAN
Ratna (2011: 6) antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra di
dalamnya terkandung unsur-unsur antropologi. Karya sastra menduduki posisi dominan,
sebaliknya unsur-unsur antropologi itu sendiri sebagai pelengkap. Antropologi sastra
adalah interdisiplin antara sastra dan antropologi, di dalamnya dibicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan relevansi aspek-aspek antropologi terhadap sastra. Perlu
diingat bahwa manusia adalah makhluk berbudaya yang gemar berpikir, mencipta, belajar,
dan berubah setiap saat (Endraswara, 2013:18-19).
Antropologi sastra menurut Al-Ma’ruf (2017:119-123) merupakan cabang ilmu sastra
yang mencoba mengkaji karya sastra dengan memandangnya sebagai karya sastra yang
sarat dengan dimensi kebudayaan. Penciptaan sastra diasumsikan tidak akan lepas dari
budaya yang mengitarinya (Endraswara, 2013:15). Antropologi dibedakan menjadi dua
macam yaitu antropologi fisik dan antropologi non fisik. Antropologi fisik, antropologi ragawi
semata-mata mempelajari manusia sebagai badan kasar, seperti dilakukan dalam bidang
ilmu kedokteran. Sebaliknya, antropologi non fisik memahami manusia sebagai badan
halus secara rohaniah, termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan emosional dan
intelektual (Ratna, 2011:31).
Pada umumnya penelitian antropologi sastra, menurut Bernard (dalam Endraswara,
2013:107) lebih bersumber pada tiga hal yaitu, (a) manusia/ orang, (b) artikel tentang
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Objek yang dikaji dalam
penelitian ini adalah tujuh unsur kebudayaan yang terkandung di dalam novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Data penelitian berupa kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode perpustakaan dengan menggunakan teknik
analisis dokumen untuk memilih data yang akan dijadikan objek penelitian. Untuk
menganalisis data penelitian menggunakan metode hermeneutika.
Bahasa
Bahasa adalah sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk
berkomunikasi antara satu dengan yang lain (Koentjaraningrat, 2009:261). Bahasa yang
digunakan dalam novel Bumi Manusia terdiri dari empat bahasa, yaitu bahasa Jawa,
Belanda, Madura, Perancis, namun telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa
Indonesia.
Melongok melalui jendela aku lihat Mevrouw Télinga melambai kepadaku.
(BM, 2011:19)
Arti kata Mevrouw Télinga pada kutipan novel data (1) adalah sebutan Nyonya
dalam bahasa Belanda. Berhubung dalam waktu itu kata Nyoya belum dipergunakan
dalam Melayu dalam novel ini dipergunakan kata asli. Kata Télinga dibaca Teelingkha. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dalam novel Bumi Manusia tidak hanya bahasa Indonesia
yang ditampilkan namun juga menggunakan bahasa Belanda.
Berdasarkan data (2) adanya pemakaian bahasa Perancis oleh Robert Suurhof yang
telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa Indonesia, untuk lebih memudahkan
pembaca menikmati jalannya cerita. Namun, dalam akhir tuturan tetap dijelaskan bahwa
tuturan tersebut sebenarnya menggunakan bahasa Perancis. Arti kata Boerderij
Buitenzorg pada data (3) adalah perusahaan pertanian yang menggunakan bahasa
Belanda.
Sebaliknya orang lebih banyak menyebut-nyebutnya gundik: Nyai Ontosoroh—
gundik yang banyak dikagumi oleh orang, rupawan, berumur tiga puluhan,pengendali
seluruh perusahaan pertanian besar itu. Dari nama Buitenzorg itu ia dapatkan nama
Ontosoroh—sebutan Jawa. (BM, 2011:25)
“Mengapa diam saja?”tegur Annelies dengan suara manis dalam Belanda
pergaulan. (BM, 2011:27)
“Tamu Annelies juga tamuku,” katanya dalam Belanda yang fasih.
“Bagaimana aku harus panggil? Tuan? Sinyo? Tapi bukan Indo….”. (BM, 2011:33)
“Bukan Indo,…” apa harus panggil dia? Nyai atau Mevrouw? (BM, 2011:33)
“Siapa kasih kowé ijin datang kemari, monyet!” dengusnya dalam Melayu-pasar,
kaku dan kasar,juga isinya. (BM, 2011:64)
Ia tunjukkan padaku sebuah cerpen Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken.
(BM, 2011:162)
Nyai memberikan perintah dalam Madura. Aku tak mengerti betul artinya.kita-kira
saja memerintahkan mengantarkan aku dengan dokar sampaiselamat di rumah. (BM,
2011:68)
“Papa tak pernah mau jalan-jalan denganku,” gadis itu mengadu dalam Belanda.
(BM, 2011:84)
Surat itu bertulis dalam bahasa Belanda yang patut dan benar. (BM, 2011:91)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat adanya penggunaan bahasa dalam novel
Bumi Manusia. Seperti pada data (2) penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia juga
digunakan bahasa Belanda seperti data (5), bahasa Melayu data (8), dan bahasa Madura
yang digunakan oleh Nyai Ontosoroh kepada Darsam untuk memerintahkannya
mengantar Minke kembali kepapokan. Pemilihan sebutan Sinyo, Nyai, Mevrouw juga
digunakan oleh Pram dalam novelnya, seperti pada data (6) dan data (7). Pada data (9)
digunakan adanya bahasa Belanda Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken yang
memiliki arti seorang Nyai biasa yang luar biasa yang aku kenal.
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang segala hal yang akan
membantu manusia menjadi berkembang. Pengetahuan yang ditampilkan Pram di dalam
novel Bumi Manusia adaalah sistem pengetahuan pendidikan. Hal tersebut dibuktikan
pada data-data yang di temukan di bawah ini:
Ilmu dan pengetahuan, yang kudapatkan dari sekolah dan kusaksikan sendiri
pernyataanya dalam hidup, telah membikin pribadi menjadi agak berbeda dari sebangsaku
pada umumnya. Menyalahi wujudku sebagai Orang Jawa atau tidak akupun tidak tahu.
dan justru pengalaman hidup sebagai orang Jawa berilmu pengetahuan Eropa yang
mendorong aku suka mencatat-catat. (BM, 2011:12)
Pada data (14) menunjukkan adanya sistem pengetahuan, yaitu Minke percaya
bahwa ilmu pengetahuan dapat dipegang kepastiannya. Hal tersebut dijelaskan pada data
(16) yang menunjukkan bahwa Minke adalah seorang pejar H.B.S. Pada data (15)
menunjukkan bahwa tingginya minat belajar Rubert Suurhof yang akan melanjutkan
belajarnya ke Netherland supaya nantinya ia dapat menjadi seorang Insinyur. Lain halnya
dengan data (18) bahwa Robert Mellema menunjukkan tingkat pendidikannya yang tidak
lulus E.L.S. Walaupun demikian data-data yang ditampilkan pada data (18) menunjukkan
adanya sistem pengetahuan yang ditampilakan oleh Pram dalam novel Bumi Manusia.
Dia membaca buku-buku Eropa, Nyai yang seorang ini!
“Benar, Mama, seperti dalam buku-buku cerita”. (BM, 2011:39)
“Bukan saja pandai dan baik hati. Dia juga mengajari aku segala tentang pertanian,
perusahaan, pemeliharaan hewan, pekerjaan kantor. Dia juga mengajari aku bahasa
Melayu, kemudian membaca dan menulis, setelah itu juga bahasa Belanda. (BM,
2011:111)
Dia tidak seperti diajarkan orang Jawa.: guru laki, guru dewa. Barangkali untuk
membuktikan kebenaran ucapannya ia berlangganan majalah wanita dari Netherland
untukku. (BM, 2011:135)
Organisasi Sosial
Unsur organisasi sosial ini memiliki berbagai sub-unsur seperti sistem kekerabatan,
sistem komuniti, sistem pelapisan sosial, sistem pimpinan, dan sebagainya
(Koentjaraningrat, 1990:207-208). Setiap kehidupan masyarakat di organisasi atau diatur
oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Gambaran organisasi sosial dalam
novel Bumi Manusia, meliputi:
Ia dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Komandan regunya Kopral Bastiaan Télinga,
seorang Indo-Eropa. (BM, 2011:86)
Para jendral Belanda hampir-hampir tak sanggup meneruskan operasi
penumpasan. (BM, 2011:86)
“Aku punya forum Privilegiatum”. (BM, 2011:172)
Pada data (25) menunjukkan adanya organisasi sosial yaitu tokoh Jean Marais yaitu
kerabat dekat Minke seorang yang berasal dari Perancis, sebelum tinggal di Indonesia
utnuk menjadi seorang Pelukis pembuat kerabot rumah tangga, ia sempat bergabung
dalam organisasi perang melawan Aceh, hal tersebut dibuktikan pada data (25) yaitu Ia
dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Bahwa spandir memiliki arti yaitu serdadu kelas satu.
Organisasi sosial juga ditunjukkan pada data (27) yaitu tokoh Minke yang memiliki
forum Privilegiatum, yang artinya forum yang sederajat dengan orang Eropa di depan
pengadilan untuk bangsawan Pribumi sampai ke bawah bergelar Raden Mas atau
setarafnya dan anak sampai cucu Bupati. Minke adalah anak dari Bupati B. Namun, ia
sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi Bupati,ia ingin hidupnya berjalan
sebagaimana yang ia inginkan hidup bebas dengan segala hal yang ia sukai dan ingin
lakukan.
Pada data (31) menunjukkan adanya sistem peralatan hidup yang digunakan oleh
masyarakat dalam novel Bumi Manusia, yaitu gambar cetak atau photo yang dahulu masih
sedikit orang yang bisa melakukannya. Hal tersebut karena keterbatasan teknologi yang
berkembang pada kala itu. Data (32), (33), (34),(35), (36), (37) dan (38) menunjukkan
perabotan rumah tangga yang dimanfaatkan sebgai sistem peralatan hidup. Seperti,
kandil-kandil Kristal, lampu-lampu gas gantung, seperangkat meja makan dengan enam
kursi, benda-benda seni, Pisau baja putih, parang dan tombak, ranjau, senapan dan
meriam.
Pada data (39) menunjukkan adanya sistem mata pencaharian hidup yaitu
pekerjaan yang dilakukan oleh Jean Marais sebagai seorang pembuat perabotrumah
tangga. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (40) dan data (41) bahwa seorang wanita
pun dapat bekerja sendiri, terbukti bahwa Nyai Ontosoroh melalukan pekerjaan di kantor
untuk membiayai kehidupan yang ia jalani. Dalam novel Bumi Manusia diceritakan bahwa
pada abad ke-20 seorang wanita tugasnya hanaya mengurus pekerjaan rumah tidak boleh
bekerja di luar rumah. Namun hal tersebut beda halnya dengan Nyai Ontosoroh yang
sudah meniru budaya Belanda, yaitu siapapun dapat bekerja. Wanita tidak selalu harus
mengurus urusan belakang (masak, nyuci, dan melayani suami).
Tidak semua lelaki. Sebagian perempuan, nampak dari kain batik di bawah baju
putihnya. Perempuan bekerja pada perusahaan! Mengenakan baju blacu pula! (BM,
2011:43)
“Tuan kemudian mendatangkan sapi baru juga dari Australia. Pekerjaan semakin
banyak. Pekerja-pekerja harus disewa. Semua pekerjaan di dalam lingkungan perusahaan
mulai diserahkan kepadaku oleh Tuan”, ucap Mama. (BM, 2011:132)
“Pada waktu itu perdagangan susu kita berkembang dengan baiknya. Setiap bulan
bertambah-tambah saja permintaan untuk jadi langganan baru. Komplex B.P.M.
sepenuhnya berlangganan pada kita,” mama. (BM, 2011:139)
Pada data (42) juga menunjukkan sistem mata pencaharian hidup yaitu Perempuan
bekerja pada perusahaan, yang normalnya seorang pribumi hanya berdiam diri di dalam
rumah tidak bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari
untuk bekerja dan mendapatkan upah. Data (43) menjelaskan bahwa orang yang bekerja
diangkat dengan menyewa dan memberikan upah bayaran atas jasa nya. Data (44)
menunjukkan bahwa perdagangan susu berkembang dengan baik, sehingga pekerjaan
yang harus dilakukan semakin banyak dari biasanya.
Sistem Religi
Sistem religi adalah sistem kepercayaan yang meliputi semua sistem. Maksudnya
istilah religi pengertiannya lebih luas dibandingkan dengan agama. Dalam novel Bumi
Manusia ada dua agama yang ditonjolkan oleh Pram, yaitu Islam yang diimani oleh Minke
dan Kristen yang menjadi agama Annelies, Mama, dan Robert Suurhof.
“Alleluya, Minke, apa kabar hari ini?” tegurnya dalam Prancis yang memaksa aku
menggunakan bahasanya. (BM, 2011:19)
“Katakan di belakang sana, jangan sampai tercampur babi”. (BM, 2011:35)
Setiap hari Minggu ia pergi ke kota Sidoarjo untuk bersembahyang di gereja
Protestan. (BM, 2011:117)
Pada data (45) menunjukkan sistem religi yang digambarkan oleh Pram di dalam
novel Bumi Manusia. Kata Alleluya menunjukkan adanya penyebutan salam yang diimani
oleh pemeluk agama Kristen. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (46) bahwa makanan
babi tidak dikonsumsi oleh pemeluk agama Islam.hal tersebut dibuktikan oleh ucapan
Annelies kepada orang yang memasak di rumahnya untuk menyajikan makanan tanpa
campuran babi yang akan dinikmati oleh Minke. Data (47) sistem religi ditunjukkan pada
Kesenian
Kesenian dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola berpola antara
seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton,
konsumen hasil kesenian, benda-benda indah, dan sebagainya (Koentjaraningrat,
1990:204). Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat beberapa
kesenian yang ditampilkan seperti pada data di bawah ini.
Tidak seperti pegawai Belanda lainnya, Tuan Besar Kuasa tidak suka ikut bertayub
dalam pesta giling. (BM, 2011:117)
“Nah,kenakan kain batik ini. Sekarang. Telah Bunda batikkan sendiri untukmu buat
kesempatan ini. Bertahun lamanya aku simpan dalam peti khusus, setiap minggu ditaburi
kembang melati, Gus. Setelah aku dengar cerita orang dari surat kabar tentang jalannya
siding itu, segera aku sucikan kain ini, Gus. Satu untuk kau, satu untuk menantuku. Coba
periksa batikan Bunda ini, dan cium harum melati bertahun ini. (BM, 2011:461)
“Husy, Kau yang terlalu percaya pada segala yang serba Belanda. Lima syarat yang
ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga, Bisa mengingat?” (BM,
2011:463)
“Stt. Diam, kau. Jadi kau larang istrimu dipangur?” (BM, 2011:459)
Unsur kebudayaan kesenian yang terdapat dalam novel Bumi Manusia ditunjukkan
pada data (52), (53), (54), dan (55). Pada data (52) adanya kalimat bertayub dalam pesta
giling hal tersebut merupakan kesenian yang adasejak abad ke-20. Data (53) kesenian
ditunjukkan pada kain batik yang dibuat oleh Ibunda Minke yang khusus dirawat untuk
nantinya dapat dikenakan Minke dan calon menantunya. Kain batik yang diperlakukan
khusus, disimpan dalam peti khusus dan setiap minggunya selalu ditaburi kembang melati.
Hal tersebut bertujuan agar nantinya ketika dikenakan dapat menciptakan aroma khas
melati yang harum. Pada data (54) menunjukkan adat Jawa dengan adanya lima syarat
yang ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga. Yang memiliki arti
yaitu: rumah, wanita, kuda, burung, dan keris. Data (55) menunjukkan adanya kesenian
gigi yang dipangur, artinya yaitu prosesi seni gigi yang di potong dan diratakan.
SIMPULAN
Terdapat tujuh unsur kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya
Ananta Toer seperti yang telah dipaparkan oleh Koentjaraningrat (2015:165, yaitu bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
REFERENSI
Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi.
Surakarta: CV Djiwa Amarta Press.
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra.Yogyakarta: Ombak.
Harmawati, dkk. 2016. “Nilai Budaya Tradisi Dieng Culture Festival sebagai Kearifan Lokal
untuk Membangun Karakter Bangsa”. Journal of Urban Society’s Arts, 03 (02): 82-
95.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ngafifi. 2014. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial
Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 02 (01): 33-47.