Perubahan dalam laba kotor (gross profit) perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-
sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun
perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan) sehingga akan dapat diambil kesimpulan
dan atau diambil tindakan seperlunya untuk periode periode berikutnya.
Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh
kuantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut.
Oleh karena itu perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat
disebabkan adanya :
Faktor harga pokok penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan
harga pokok persatuan rata-rata produk yang dijual atau yang dihasilkan tersebut oleh karena
itu perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan
dapat disebabkan oleh :
Dengan memperbandingkan dua laporan perhitungan rugi laba suatu perusahaan dari
periode yang berbeda atau dengan memperbandingkan antara perhitungan laba kotor yang
telah dibudgetkan dengan realisasi laba kotor tahun yang bersangkutan akan dapat diketahui
perubahan (kenaikan maupun penurunan) laba kotor nya. Tetapi hal ini kurang berarti karena
dari laporan laporan tersebut tidak dapat diperoleh informasi atau data yang jelas tanpa
mengadakan analisa lebih lanjut misalnya informasi tentang :
Perubahan laba kotor baik itu merupakan penurunan atau kenaikan yang disebabkan
oleh faktor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan,
karena hal ini disebabkan oleh faktor ekstern perusahaan perubahan harga jual ditentukan
oleh keadaan pasar yang sulit dikendalikan oleh perusahaan lain halnya dengan perubahan
kuantitas produk yang dijual. Suatu perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya
perubahan kuantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba kotor karena ada kenaikan volume yang dijual
berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif (dengan anggapan bahwa biaya pemasaran tetap
maka perubahan laba kotor yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan berarti
perusahaan semakin effisien dalam operasinya).
Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan
menunjukkan bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien Hal ini dapat ditanyakan atau
dimintakan pertanggungan jawab kepada kepala bagian produksi Apa sebabnya terjadi
perubahan tersebut kenaikan Ini kemungkinan disebabkan oleh faktor ekstern misalnya
adanya kenaikan harga bahan tingkat upah atau kenaikan harga-harga secara umum yang
tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan atau mungkin disebabkan oleh faktor internal yang
yaitu adanya efisiensi atau pemborosan pemborosan.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perubahan laba bruto pada
dasarnya dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :
a. Perubahan harga jual (sales price variance) yaitu adanya perubahan antara harga jual
yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun
sebelumnya.
Perubahan laba kotor yang disebabkan artinya perubahan harga jual dapat ditentukan
dengan rumus :
(Harga jual menurut realisasi atau yang sesungguhnya – harga jual budget atau
tahun sebelumnya) X kwantitas produk yang sesungguhnya dijual tahun ini.
Atau
(Hj2 – Hj1) K2
Hj1 = Harga jual persatuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Hj2 = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya
K2 = Kwantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini
Apabila (Hj2 – Hj1) merupakan/menghasilkan angka positif berarti ada kenaikan harga
yang berarti menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sebaliknya bila negatif berarti ada
penurunan harga jual dan menunjukkan keadaan yang merugikan.
b. Perubahan kwantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance), yaitu adanya
perbedaan antara kwantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya dengan
kwantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir). Perubahan laba kotor yang
disebabkan oleh perubahan kwantitas/volume produk yang dijual dapat ditentukan
dengan rumus :
Atau
Bila (K2 – K1) menghasilkan angka positip menunjukkan bahwa kwantitas produk
yang sesungguhnya dijual lebih besar daripada yang di rencanakan, hal ini menunjukkan
keadaan yang menguntungkan atau bagian penjualan bekerja lebih baik. Sebaliknya bila
menghasilkan angka negatip berarti penjualan turun dan menunjukkan keadaan yang
merugikan.
c. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (Cost Price Variance). Yaitu
adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per satuan produk (Unit Cost)
menurut budget/tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya
Untuk menentukan besarnya perubahan laba kantor yang disebabkan adanya
perubahan harga pokok penjualan persatuan produk dapat ditentukan dengan rumus.
Contoh Pertama
Menurut data di atas tahun 1979 dibandingkan dengan tahun 1978 menunjukkan
adanya kenaikkan dalam penjualan sebesar Rp. 53.000,- dan kenaikkan harga pokok
penjualan Rp. 31.125,- sehingga laba kotor 1979 dibandingkan 1978 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 21.875,- apakah yang menyebabkan kenaikan ini? Untuk mengetahui sebab-
sebab perubahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisa sebagai berikut :
Langkah 1
Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor penjualan (faktor
kwantitas penjualan maupun faktor harga jual).
Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan
dengan menggunakan rumusnya, yaitu :
(Hj2 – Hj1) K2
(Rp. 220,- - Rp. 200,-) 1.150 = Rp. 23.000,-
Atau
= (K2 – K1) HJ1
= (1.150 – 1.000) Rp. 200,-
= Rp. 30.000,-
Langkah II
Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan
harga pokok penjualan per satuan produk maupun kwantitas nya.
a. Harga pokok penjualan 2017 Rp. 2.720.000,-
Kwantitas penjualan 2017x harga
Pokok 2016 (800 x Rp 3.200,-) Rp. 2.560.000,-
Atau :
= (HPP2 – HPP1) K2
= (Rp. 157.50 – Rp. 150,-)
= Rp. 8.625,-
Atau
= (K2 – K1) HPP1
= (1.150 – 1.000) Rp. 150,-
= Rp. 22.500,-
PT. INDIRASARI
Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir tahun 1978 dengan 1979
Kenaikan penjualan yang disebabkan
Kenaikan harga jual Rp. 320.000,-
Kenaikan kwantitas penjualan Rp. 800.000,-
Rp. 1.120.000,-
Kenaikan sektor penjualan sebesar Rp. 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan
Rp. 31.125,- dapat pula dianalisa faktor-faktor penyebab perubahan tersebut dengan
cara sebagai berikut :
a. Faktor kwantitas penjualan :
Kenaikan penjualan karena naiknya
Volume, jika tidak ada kenaikan
Harga jual.
Harga per unit 1978 Rp. 200,-
Kenaikan kwantitas 150
Analisa perubahan penjualan ini akan lebih jelas bila digambarkan dalam grafik
berikut ini :
Harga (Rp)
b. akibat faktor harga C. Akibat faktor dan harga kwantitas
220-1979 Rp. 3.000,-
Rp. 20.000,-
a. akibat faktor
200-1978 kwantitas
Rp. 30.000,-
Kwantitas
0 1978 1979
1000 1150 units
Analisa grafik akibat dari faktor kwantitas, harga dan faktor kwantitas dan harga terhadap
penjualan.
150,0-1978
Kwantitas
1978 1979
1000 1150 units
Analisa grafik akibat dari faktor kwantitas, biaya dan faktor kwantitas dan biaya
terhadap Harga pokok penjualan.
Untuk kepentingan management atau pihak-pihak yang ingin mengetahui sifat atau
pengaruh berbagai faktor terhadap perubahan laba kotor, maka laporan kepada management
atau pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Dalam Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor
Akhir Tahun 2016 dengan 2015
Penjualan Harga Pokok Penjualan Gross Profit
Jumlah Tahun 1979 Rp. 253.000,- Rp. 181.125,- Rp. 71.875,-
Jumlah Tahun 1978 Rp. 200.000,- Rp. 150.000,- Rp. 50.000,-
Kenaikkan Rp. 53.000,- Rp. 31.125 Rp. 21.875,-
a. Faktor kwantitas penjualan :
Kenaikan penjualan karena naiknya
Volume, jika tidak ada kenaikan
Harga jual.
Harga per unit 1978 Rp. 200,-
Kenaikan kwantitas 150
Analisa perubahan pe
Analisa perubahan pe
Dengan menggunakan prosedur analisa yang sama seperti untuk barang A maka untuk barang
B ini dapat juga disusun laporan perubahan penjualan, Harga pokok penjualan dan Laba
kotor.
Dari kedua laporan tersebut dapat disusun suatu laporan yang di kombinasikan atau
laporan gabungan sebagai berikut :
PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan tiap barang dan totalnya,
Tahun 1979 dengan tahun 1978
Barang Total
A B
Kenaikan Penurunan*
Dalam Penjualan
Faktor Kwantitas Rp. 30.000,- Rp. 20.000,-* Rp. 10.000,-
Faktor Harga jual “20.000,- “4.000,- “24.000,-
Faktor Kwantitas-Harga 3.000,- 400,-* 2.600,-
Jumlah Rp. 53.000,- Rp. 16.400,*- Rp. 36.600,-
Dalam Harga Pokok Penjualan
Faktor kwantitas Rp. 22.500,- Rp. 15.000,-* Rp. 7.500,-
Faktor HPP/unit
“7.500,- “6.000,- “13.500,-
Faktor Kwantitas dan
“1.125,- “600,-* “525,-
HPP/unit
Jumlah Rp. 31.125,- Rp. 9.600,-* Rp. 21.525,-
Dalam Laba Kotor Rp. 21.875,- Rp. 6.800,-* Rp. 15.075,-
Contoh Kedua
Dalam contoh pertama, analisa terhadap perubahan laba kotor dilakukan dengan cara
memperbandingkan antara dua periode laporan yaitu antara laporan rugi-laba periode yang
dianalisa perubahannya dengan laporan rugi-laba periode sebelumnya atau periode-periode
sebelumnya yang dianggap normal. Hasil analisa perubahan laba kotor dengan
memperbandingkan antara dua laporan rugi-laba dari periode yang berbeda ini kurang
bermanfaat atau kurang informatif bagi management, karena periode yang digunakan sebagai
dasar pembanding belum tentu menunjukkan atau mencerminkan tingkat operasi perusahaan
yang normal atau paling effisien; disamping itu tingkat perekonomian dari periode ke periode
akan mengalami perubahan.
Suatu perusahaan pada umumnya sebelum memulai kegiatan operasinya telah
menyusun budget secara menyeluruh, termasuk budget rugi-labanya dalam penyusunan
budget ini telah dilakukan analisa dan pertimbangan pertimbangan terhadap semua faktor-
faktor yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa mendatang dan diadakan
koordinasi atau sinkronisasi antara bagian-bagian yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh
karena itu sebaiknya analisa terhadap perubahan laba kotor dilakukan dengan cara
mengadakan perbandingan antara budget rugi-laba dengan realisasinya pada periode tersebut,
lebih-lebih kalau perusahaan menggunakan sistem standard terhadap biaya-biaya perusahaan.
Disamping itu dalam contoh pertama menganggap bahwa perusahaan hanya menjual
atau memproduksi satu jenis barang atau dua jenis barang yang dianalisa sendiri-sendiri (atau
masing-masing barang dianggap berdiri sendiri). Apabila perusahaan menjual lebih dari satu
jenis barang maka dapat pula dihitung atau dianalisa secara bersama-sama, dalam hal analisa
secara bersama (gabungan) ini ada kemungkinan meskipun kuantitas penjualan yang
sesungguhnya maupun harga jual sama dengan yang dibudgetkan namun masih terjadi
perubahan laba kotor. Hal ini disebabkan adanya perubahan komposisi barang yang dijual
dan dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Budget Realisasi
Penjualan :
Produk A 2.000kg a Rp. 200,- = Rp. 400.000,- 3.000kg a Rp 200,- = Rp. 600.000,-
Walaupun produk yang dijual sama jumlahnya tetapi karena komposisinya berubah maka
laba kotor nya juga akan berubah.
Oleh karena itu di dalam perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis barang,
jumlah perubahan kuantitas perubahan kuantitas penjualan ditambah (perubahan kuantitas
harga pokok penjualan) perlu dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui perubahan laba kotor
yang disebabkan oleh komposisi barang yang dijual (sales mix variance) dan yang
disebabkan oleh perubahan kuantitas secara total (final sales volume variance).
PT. INDIRA
Budget Rugi-Laba
Tahun 1979
Laporan I
A
6.000 Rp. 1.500,- Rp.9.000.000 Rp. 1.200,- Rp.7.200.000,- Rp. 300,- Rp.1.800.000,-
B
3.500 1.200,- 4.200.000,- 1.000,- 3.500.000,- 200,- 700.000,-
C
1.000 1.000,- 1.000.000,- 875,- 875.000,- 125,- 125.000,-
Rp.
10.500 Rp. 1.352.38 14.200.000,- Rp.1.102.38 Rp.11.575.000, Rp.250,- Rp.2.625.000,-
-
PT. INDIRA
Laporan Rugi-Laba
Tahun 1979
Laporan 2
A
5.000 Rp. 1.600,- Rp.8.000.000 Rp. 1.400,- Rp.7.000.000,- Rp. 200,- Rp.1.000.000,-
B
4.200 1.200,- 5.040.000,- 975,- 4.095.000,- 225,- 945.000,-
C
1.200 950,- 1.140.000,- 900,- 1.080.000,- 50,- 60.000,-
Rp.
10.400 Rp. 14.180.000,- Rp.1.170.67 Rp.12.175.000, Rp.192.79,- Rp.2.005.000,-
1.352.38 -
PT. INDIRA
Tahun 1979
Laporan 3
A
5.000 Rp. 1.500,- Rp.7.500.000 Rp. 1.200,- Rp.6.000.000,- Rp. 300,- Rp.1.500.000,-
B
4.200 1.200,- 5.040.000,- 1.000,- 4.200.000,- 200,- 840.000,-
C
1.200 1.000,- 1.200.000,- 875,- 1.050.000,- 125,- 150.000,-
Rp.
10.400 Rp. 1.321.15 13.740.000,- Rp.1.081.73 Rp.11.250.000, Rp.239,42 Rp.2.490.000,-
-
Menurut budget yang disusun pada awal periode menunjukkan bahwa produk A per
satuan merupakan barang yang paling menguntungkan, tetapi dalam realisasinya atau
kenyataan nya produk B lah yang paling menguntungkan. Menurut budget perusahaan telah
merencanakan untuk memperoleh laba kotor sebesar Rp. 2.625.000,- dengan taksiran
produksi dan penjualan sebesar 10.500 unit dan laba kotor rata-rata per unitnya sebesar Rp.
250,-. Tetapi kenyataan nya perusahaan hanya mampu merealisir laba kotor rata-rata per unit
sebesar Rp. 192.79 dan laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp. 620.000,- dibandingkan
dengan yang direncanakan (Rp. 2.625.000,- - RP. 2.005.000,-). Apa sebabnya laba kotor
menurun?IVB 7 okt
Sebab-sebab adanya penurunan laba bruto ini dapat dianalisa dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Langkah I :
Langkah II :
Penghitungan perubahan laba kotor karena
Perubahan volume dan harga pokok :
Perubahan kwantitas secara neto ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen yaitu
perubahan komposisi penjualan dan perubahan kwantitas itu sendiri secara total, yang
dapat dianalisa sebagai berikut :
a. Perubahan komposisi penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang di sebabkan adanya
perbedaan antara komposisi barang yang sesungguhnya dijual dengan yang di
budgetkan (tahun sebelumnya). Jumlah perubahan komposisi penjualan PT Indira
dapat ditentukan sebagai berikut :
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Harga jual menurut budget Rp. 13.740.000,-
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Harga pokok menurut budget Rp. 11.250.000,-
Rp. 2.490.000,-
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Laba kotor rata-rata per budget Rp. 2.600.000,-
Besarnya perubahan laba kotor karena perubahan komposisi penjualan ini dapat
ditentukan dengan rumus :
(kwantitas penjualan yang sesungguhnya X laba kotor tiap jenis produk) – (total
kwantitas penjualan yang sesungguhnya X laba kotor rata-rata menurut budget atau
tahun sebelumnya).
Atau :
(K2 x LB1) – (TK2 x LBR1)
Sehingga selisih komposisi penjuala dari data seperti pada contoh di atas adalah
sebagai berikut :
A = 5.000 x Rp. 300,- = Rp. 1.500.000,-
B = 4.200 x Rp. 200,- = Rp. 840.000,-
C = 1.200 x Rp. 125,- = Rp. 150.000,-
Laba kotor pada komposisi
Sesungguhnya = Rp. 2.490.000,-
10.400 x Rp. 250,- = Rp. 2.600.000,-
Rp. 110.000,-
b. Perubahan total kwantitas penjualan (final sales volume variance), yaitu perubahan
laba kotor yang disebabkan adanya perubahan total kwantitas penjualan. Besarnya
perubahan laba kotor karena hal ini dapat ditentukan dengan rumus:
(Kwantitas penjualan yang sesungguhnya – kwantitas penjualan menurut budget) X
laba kotor rata-rata per satuan menurut budget.
Atau :
(TK2 – TK1) LBR1
TK2 = Total kwantitas yang direalisir atau yang sesungguhnya dijual
TK1 = Total kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
LBR1 = Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
Dengan demikian besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan
kwantitas atau volume penjualan secara netto pada contoh diatas adalah :
(10.500 – 10.400) Rp. 250,- = Rp. 25.000,-(Rugi)
Dalam laporan nomor 3 menunjukkan bahwa rata-rata laba kotor per satuan
sebesar Rp. 239.42 jika harga jual dan harga pokok sesuai dengan budget. Tetapi
karena adanya perubahan dalam sektor harga jual, volume penjualan, komposisi
penjualan dan harga pokok penjualan mengakibatkan laba kotor yang di perolah
hanya sebesar Rp. 192.79 per satuan dan mengakibatkan laba kotor secara total turun
sebesar Rp. 620.000,- dibandingkan dengan budget yang dibuat pada awal tahun
1979, hal ini dapat dibuat rekapitulasi sebagai berikut :
PT. INDIRA
Laporan Perusahaan Laba Kotor Realisasi dan Budget 1979
Menguntungkan Merugikan
Rp. 440.000,- Rp. -
Kenaikkan harga Jual
- “ 925.000,-
Kenaikkan harga pokok
- “ 25.000,-
Penurunan kwantitas yang dijual
- “110.000,-
Penurunan Komposisi Penjualan
Rp. 440.000,- Rp. 1.060.000,-
620.000,- -
Penurunan Laba Kotor 1979 dibandingkan
dengan budget
Rp. 1.060.000,- Rp. 1.060.000,-
yang terjual maka bagian penjualan dapat diminta pertanggung jawab nya begitu pula
bila harga pokok persatuan mengalami kenaikan maka bagian produksi dapat diminta
keterangannya mungkin perubahan ini karena naiknya harga bahan naiknya upah buruh atau
mungkin karena adanya pemborosan pemborosan atau kecurangan-kecurangan.