Anda di halaman 1dari 25

BAB 9

ANALISA PERUBAHAN LABA KOTOR

Perubahan dalam laba kotor (gross profit) perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-
sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun
perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan) sehingga akan dapat diambil kesimpulan
dan atau diambil tindakan seperlunya untuk periode periode berikutnya.

Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh
kuantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut.
Oleh karena itu perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat
disebabkan adanya :

a. perubahan harga jual per satuan produk


b. perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual atau dihasilkan

Faktor harga pokok penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan
harga pokok persatuan rata-rata produk yang dijual atau yang dihasilkan tersebut oleh karena
itu perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan
dapat disebabkan oleh :

a. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan


b. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual

Dengan memperbandingkan dua laporan perhitungan rugi laba suatu perusahaan dari
periode yang berbeda atau dengan memperbandingkan antara perhitungan laba kotor yang
telah dibudgetkan dengan realisasi laba kotor tahun yang bersangkutan akan dapat diketahui
perubahan (kenaikan maupun penurunan) laba kotor nya. Tetapi hal ini kurang berarti karena
dari laporan laporan tersebut tidak dapat diperoleh informasi atau data yang jelas tanpa
mengadakan analisa lebih lanjut misalnya informasi tentang :

1. Apa sebabnya penjualan berubah (naik atau turun)?


- Berapa perubahan penjualan tersebut yang disebabkan oleh perubahan kuantitas atau
satuan barang yang dijual?
- Berapa perubahan penjualan tersebut yang disebabkan oleh perubahan harga jual
produk tersebut?
2. Apa sebabnya harga pokok penjualan mengalami perubahan (naik atau turun)?
- Berapa perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan oleh berubahnya kuantitas
atau satuan barang yang dijual?
- Berapa perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan berubahnya biaya atau
harga pokok per satuan (unit cost)?

Perubahan laba kotor baik itu merupakan penurunan atau kenaikan yang disebabkan
oleh faktor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan,
karena hal ini disebabkan oleh faktor ekstern perusahaan perubahan harga jual ditentukan
oleh keadaan pasar yang sulit dikendalikan oleh perusahaan lain halnya dengan perubahan
kuantitas produk yang dijual. Suatu perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya
perubahan kuantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba kotor karena ada kenaikan volume yang dijual
berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif (dengan anggapan bahwa biaya pemasaran tetap
maka perubahan laba kotor yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan berarti
perusahaan semakin effisien dalam operasinya).

Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan
menunjukkan bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien Hal ini dapat ditanyakan atau
dimintakan pertanggungan jawab kepada kepala bagian produksi Apa sebabnya terjadi
perubahan tersebut kenaikan Ini kemungkinan disebabkan oleh faktor ekstern misalnya
adanya kenaikan harga bahan tingkat upah atau kenaikan harga-harga secara umum yang
tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan atau mungkin disebabkan oleh faktor internal yang
yaitu adanya efisiensi atau pemborosan pemborosan.

Analisa Perubahan Laba Kotor

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perubahan laba bruto pada
dasarnya dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :

a. Perubahan harga jual (sales price variance) yaitu adanya perubahan antara harga jual
yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun
sebelumnya.
Perubahan laba kotor yang disebabkan artinya perubahan harga jual dapat ditentukan
dengan rumus :

(Harga jual menurut realisasi atau yang sesungguhnya – harga jual budget atau
tahun sebelumnya) X kwantitas produk yang sesungguhnya dijual tahun ini.
Atau

(Hj2 – Hj1) K2
Hj1 = Harga jual persatuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Hj2 = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya
K2 = Kwantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini

Apabila (Hj2 – Hj1) merupakan/menghasilkan angka positif berarti ada kenaikan harga
yang berarti menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sebaliknya bila negatif berarti ada
penurunan harga jual dan menunjukkan keadaan yang merugikan.

b. Perubahan kwantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance), yaitu adanya
perbedaan antara kwantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya dengan
kwantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir). Perubahan laba kotor yang
disebabkan oleh perubahan kwantitas/volume produk yang dijual dapat ditentukan
dengan rumus :

(Kwantitas penjualan yang sesungguhnya – kwantitas penjualan yang


dibudgetkan atau tahun sebelumnya) X harga jual yang dibudgetkan

Atau

(K2 – K1) Hj1


K2 = Kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisir tahun ini
K1 = Kwantitas penjualan yang di budgetkan atau tahun sebelumnya
Hj1= Harga jual per satuan produk yang di budgetkan atau tahun sebelumnya sebagai
Standard.

Bila (K2 – K1) menghasilkan angka positip menunjukkan bahwa kwantitas produk
yang sesungguhnya dijual lebih besar daripada yang di rencanakan, hal ini menunjukkan
keadaan yang menguntungkan atau bagian penjualan bekerja lebih baik. Sebaliknya bila
menghasilkan angka negatip berarti penjualan turun dan menunjukkan keadaan yang
merugikan.

c. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (Cost Price Variance). Yaitu
adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per satuan produk (Unit Cost)
menurut budget/tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya
Untuk menentukan besarnya perubahan laba kantor yang disebabkan adanya
perubahan harga pokok penjualan persatuan produk dapat ditentukan dengan rumus.

(Harga pokok penjualan yang sesungguhnya – harga pokok penjualan yang


dibudgetkan atau tahun sebelumnya) X kwantitas produk yang dijual.
Atau

(HPP2 – HPP1) K2 HPP2 : Harga pokok penjualan yang sesungguhnya


HPP1 : Harga pokok penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
K2 : Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
Apabila (HPP2 – HPP1) Menghasilkan angka positif berarti HPP Mengalami
kenaikkan, kenaikkan dalam sektor biaya menunjukkan keadaan yang merugikan,
sebaliknya bila hasilnya negatif berarti biaya mengalami penurunan yang berarti pula
menunjukkan keadaan yang menguntungkan.
d. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan (Cost Volume Variance), yaitu adanya
perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kwantitas/volume yang
dijual atau yang di produksi.
Rumus untuk menentukan besarnya perubahan laba bruto karena perubahan kwantitas
harga pokok penjualan adalah :

(Kwantitas yang sesungguhnya – kwantitas menurut budget atau tahun


sebelumnya) X harga pokok menurut budget atau tahun sebelumnya.
Atau

(K2 – K1) HPP1


K2 : Kwantitas Produk yang sesungguhnya dijual/dihasilkan
K1 : Kwantitas Produk menurut budget/tahun sebelumnya
HPP1 : Harga pokok penjualan per satuan barang menurut budget
Apabila (K2 – K1) menghasilkan angka positif berarti kwalitas yang
dijual/diproduksi bertambah (mengalami kenaikan), apabila kwantitas bertambah
maka harga pokok penjualan akan mengalami kenaikan pula dan bertambahnya harga
pokok penjualan menunjukkan keadaan yang tidak menguntungkan (merugikan).
Sebaliknya bila hasilnya negatif berarti ada penurunan biaya dan menunjukkan
keadaan yang menguntungkan.

Contoh Pertama

Untuk menentukan akibat perubahan-perubahan dalam kwantitas, harga jual maupun


biaya per satuan, maka berikut ini diberikan suatu ilustrasi prosedur analisa perubahan laba
kotor.

Laporan Perhitungan Rugi-Laba dari PT INDIRASARI akhir tahun 1979 yang


diperbandingkan dengan 1978 menunjukkan informasi sebagai berikut :

1978 1979 Kenaikan


Penjualan Netto Rp. 200.000,- Rp. 253.000,- Rp. 53.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 150.000,- Rp. 181.125,- Rp. 31.125,-
Laba Kotor Rp. 50.000,- Rp. 71.875,- Rp. 21.875,-
Kwantitas Yang dijual 1.000 1.150 150
Harga jual persatuan Rp. 200,- Rp. 220,- Rp. 20,-
Harga pokok persatuan Rp. 150,- Rp. 157,50 Rp. 7.50

Menurut data di atas tahun 1979 dibandingkan dengan tahun 1978 menunjukkan
adanya kenaikkan dalam penjualan sebesar Rp. 53.000,- dan kenaikkan harga pokok
penjualan Rp. 31.125,- sehingga laba kotor 1979 dibandingkan 1978 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 21.875,- apakah yang menyebabkan kenaikan ini? Untuk mengetahui sebab-
sebab perubahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisa sebagai berikut :
Langkah 1

Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor penjualan (faktor
kwantitas penjualan maupun faktor harga jual).

a. Penjualan 2017 Rp. 3.520.000-


Unit penjualan 2017 x harga jual 2016
800 xRp 4.000,- Rp.3.200.000,- (-)
Kenaikan Laba kotor karena perubahan
Harga jual Rp. 320.000,- (Laba)

Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan
dengan menggunakan rumusnya, yaitu :

(Hj2 – Hj1) K2
(Rp. 220,- - Rp. 200,-) 1.150 = Rp. 23.000,-

b. Kwantitas penjualan 2017 x harga jual 2016


800x Rp 4000,- Rp. 3.200.000,-
Penjualan 2016 (sebagai Standar) Rp. 2.400.000,-

Kenaikan laba kotor karena perubahan


Kwantitas penjualan Rp. 800.000,- (Laba)

Atau
= (K2 – K1) HJ1
= (1.150 – 1.000) Rp. 200,-
= Rp. 30.000,-
Langkah II
Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan
harga pokok penjualan per satuan produk maupun kwantitas nya.
a. Harga pokok penjualan 2017 Rp. 2.720.000,-
Kwantitas penjualan 2017x harga
Pokok 2016 (800 x Rp 3.200,-) Rp. 2.560.000,-

Kenaikan laba kantor karena perubahan


Harga pokok Rp.160.000,- (Rugi)

Atau :
= (HPP2 – HPP1) K2
= (Rp. 157.50 – Rp. 150,-)
= Rp. 8.625,-

b. Kwantitas penjualan 2017 x harga


Pokok 2016 (800x Rp 3.200,-) Rp. 2.560.000,-
Harga pokok penjualan 2016
(sebagai standard) Rp. 1.920.000,-

Kenaikan laba kotor karena perubahan


Kwantitas harga pokok penjualan Rp. 640.000,- (Rugi)

Atau
= (K2 – K1) HPP1
= (1.150 – 1.000) Rp. 150,-
= Rp. 22.500,-
PT. INDIRASARI
Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir tahun 1978 dengan 1979
Kenaikan penjualan yang disebabkan
Kenaikan harga jual Rp. 320.000,-
Kenaikan kwantitas penjualan Rp. 800.000,-
Rp. 1.120.000,-

Kenaikan harga pokok penjualan di-


Sebabkan
Kenaikan harga pokok per satuan
produk Rp. 160.000,-
Kenaikan kwantitas harga pokok
Penjualan Rp. 640.000,-
Rp. 800.000,-(-)

Kenaikan laba kotor Rp. 320.000,-


VB 14 okt

Kenaikan sektor penjualan yang disebabkan oleh kenaikan harga jual


seandainya tidak terjadi kenaikan volume atau kwantitas penjualnya hanyalah sebesar
Rp. 20.000,- (walaupun jumlah ini bukan merupakan jumlah total akibat dari
perubahan harga jual), sedangkan yang Rp. 3.000,- merupakan hasil kombinasi antara
kenaikan harga jual dan kenaikan kwantitas yang dijual (sebagain karena faktor
kwantitas dan sebagian karena faktor harga jual).

Kenaikan sektor penjualan sebesar Rp. 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan
Rp. 31.125,- dapat pula dianalisa faktor-faktor penyebab perubahan tersebut dengan
cara sebagai berikut :
a. Faktor kwantitas penjualan :
Kenaikan penjualan karena naiknya
Volume, jika tidak ada kenaikan
Harga jual.
Harga per unit 1978 Rp. 200,-
Kenaikan kwantitas 150

Kenaikan laba kotor karena kwantitas


Penjualan (Rp. 200,- x 150) Rp. 30.000,-

b. Faktor harga jual :


Kenaikan penjualan karena kenaikan
Harga jual, jika tidak ada kenaikan
Kwantitas penjualan :
Kenaikan harga jual (220-200) Rp. 20,-
Volume (kwantitas) penjualan
1978 1.000

Kenaikan laba kotor karena harga


Jual (Rp. 20,- x 1.000) Rp. 20.000,-

c. Faktor kwantitas penjualan dan


Harga jual :

Kenaikan harga jual per satuan


Dikalikan kenaikan kwantitas
Penjualan (Rp. 20,- x 150) Rp. 3.000,- -

Total Kenaikan laba bruto karena Penjualan Rp. 53.000,-

Analisa perubahan penjualan ini akan lebih jelas bila digambarkan dalam grafik
berikut ini :
Harga (Rp)
b. akibat faktor harga C. Akibat faktor dan harga kwantitas
220-1979 Rp. 3.000,-
Rp. 20.000,-
a. akibat faktor
200-1978 kwantitas
Rp. 30.000,-

Kwantitas

0 1978 1979
1000 1150 units

Analisa grafik akibat dari faktor kwantitas, harga dan faktor kwantitas dan harga terhadap
penjualan.

Kenaikan harga pokok penjualan Rp. 31.125,- dapat ditentukan faktor-faktor


penyebabnya sebagai berikut :
a. faktor kwantitas :
kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan
volume, jika tidak ada kenaikan harga pokok persatuan:
harga pokok 1978 Rp. 150,-
kenaikan kwantitas atau volume (1.150-1000) 150 unit
kenaikan karena faktor kwantitas (Rp. 150,- x 150) Rp. 22.500,-

b. Faktor Harga Pokok (Biaya) :


Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan
Harga pokok per unit, jika tidak ada kenaikan dalam
Volume :
Kenaikan harga pokok per satuan (157,5-150) Rp. 7,50
Volume (kwantitas) 1978 1.000
Kenaikan karena faktor harga pokok (Rp.7.50x1.000) Rp. 7.500,-

c. Faktor kwantitas dan harga pokok :


Kenaikan harga pokok per unit dikalikan volume
Rp. 7,50 x 150 Rp. 1.125,-
Total kenaikan harga pokok penjualan Rp. 31.125,-

Perubahan dalam Harga Pokok Penjualan ini dapat digambarkan


sebagai berikut :

b. akibat faktor biaya C.


(hargapokok per unit)
Rp. 7.500,-
a. akibat faktor kwantitas
Rp. 22.500,-

Biaya per unit (Rp)


Akibat faktor dan biaya dan kwantitas
157,5-1979 Rp. 1.125,-

150,0-1978

Kwantitas

1978 1979
1000 1150 units

Analisa grafik akibat dari faktor kwantitas, biaya dan faktor kwantitas dan biaya
terhadap Harga pokok penjualan.
Untuk kepentingan management atau pihak-pihak yang ingin mengetahui sifat atau
pengaruh berbagai faktor terhadap perubahan laba kotor, maka laporan kepada management
atau pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Dalam Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor
Akhir Tahun 2016 dengan 2015
Penjualan Harga Pokok Penjualan Gross Profit
Jumlah Tahun 1979 Rp. 253.000,- Rp. 181.125,- Rp. 71.875,-
Jumlah Tahun 1978 Rp. 200.000,- Rp. 150.000,- Rp. 50.000,-
Kenaikkan Rp. 53.000,- Rp. 31.125 Rp. 21.875,-
a. Faktor kwantitas penjualan :
Kenaikan penjualan karena naiknya
Volume, jika tidak ada kenaikan
Harga jual.
Harga per unit 1978 Rp. 200,-
Kenaikan kwantitas 150

Kenaikan laba kotor karena kwantitas


Penjualan (Rp. 200,- x 150) Rp. 30.000,-
b. Faktor harga jual :
Kenaikan penjualan karena kenaikan
Harga jual, jika tidak ada kenaikan
Kwantitas penjualan :
Kenaikan harga jual (220-200) Rp. 20,-
Volume (kwantitas) penjualan
1978 1.000

Kenaikan laba kotor karena harga


Jual (Rp. 20,- x 1.000) Rp. 20.000,-

c. Faktor kwantitas penjualan dan


Harga jual :

Kenaikan harga jual per satuan


Dikalikan kenaikan kwantitas
Penjualan (Rp. 20,- x 150) Rp. 3.000,- -

Total Kenaikan laba bruto karena Penjualan Rp. 53.000,-

Analisa perubahan pe

Kenaikkan – penurunan* disebabkan oleh :


Faktor Kwantitas Rp, 30.000,- Rp. 22.500,- Rp. 7.500
Faktor Harga Jual Rp. 20.000,- - Rp. 20.000
Faktor Harga Pokok - Rp. 7.500,- Rp. 7.500,-*
Faktor Kwantitas & Rp. 3.000,- - Rp. 3.000,-
Harga Jual
Faktor Kwantitas & - Rp. 1.125,- Rp. 1.125,-*
Harga Pokok
Jumlah Rp. 53.000,- Rp. 31.125,- Rp. 21.875,-
Analisa perubahan dalam penjualan, harga pokok penjualan maupun dalam laba bruto
ini dapat pula dilakukan terhadap beberapa barang, misalnya PT INDIRASARIdi samping
menjual barang A (seperti data di atas) juga menjual barang B yang datanya sebagai berikut:
1978 1979 Kenaikan/penurunan*
Penjualan (netto) Rp. 200.000,- Rp. 183.600,- Rp. 16.400,-*
Harga Pokok Rp. 150.000,- Rp. 140.400,- Rp. 9.600,-*
Penjualan
Laba Kotor Rp. 50.000,- Rp. 43.200,- Rp. 6.800,-*
Kwantitas yang 1.000 900 100*
dijual
Harga jual per satuan Rp. 200,- Rp. 204,- Rp. 4,-
Harga pokok Rp. 150,- Rp. 156 Rp. 6,-
persatuan

a. Faktor kwantitas penjualan :


Penurunan penjualan karena turunnya
Volume, jika tidak ada kenaikan
Harga jual.
Harga per unit 1978 Rp. 200,-
Penurunan kwantitas -100

Penurunan laba kotor karena kwantitas


Penjualan (Rp. 200,-X(100) Rp.( 20.000,-)

b. Faktor harga jual :


Kenaikan penjualan karena kenaikan
Harga jual, jika tidak ada kenaikan
Kwantitas penjualan :
Kenaikan harga jual (204-200) Rp. 4,-
Volume (kwantitas) penjualan
1978 1.000

Kenaikan laba kotor karena harga


Jual (Rp. 4,- x 1.000) Rp. 4.000,-

c. Faktor kwantitas penjualan dan


Harga jual :

Kenaikan harga jual per satuan


Dikalikan kenaikan kwantitas
Penjualan Rp. 4,- x (-100) Rp. ( 400),- -

Total Penurunan laba bruto karena Penjualan Rp. (16.400,)-

Perubahan harga pokok penjualan Rp. dapat ditentukan faktor-faktor penyebabnya


sebagai berikut :
a. faktor kwantitas :
Perubahan harga pokok penjualan karena perubahan
volume, jika tidak ada perubahan harga pokok persatuan:
harga pokok 1978 Rp. 150,-
perubahan kwantitas atau volume (900-1000) (100) unit
perubahan karena faktor kwantitas Rp. 150,- x (100) Rp. (15.000,-)

b. Faktor Harga Pokok (Biaya) :


Perubahan harga pokok penjualan karena perubahan
Harga pokok per unit, jika tidak ada perubahan dalam
Volume :
Kenaikan harga pokok per satuan (156-150) Rp. 6,-
Volume (kwantitas) 1978 1.000
Perubahan karena faktor harga pokok Rp 6 x1.000 Rp. 6.000,-

c. Faktor kwantitas dan harga pokok :


Perubahan harga pokok per unit dikalikan volume
Rp 6 x (100) Rp. ( 600,-)
Total perubahan harga pokok penjualan Rp. (9.600,-)

Analisa perubahan pe

Dengan menggunakan prosedur analisa yang sama seperti untuk barang A maka untuk barang
B ini dapat juga disusun laporan perubahan penjualan, Harga pokok penjualan dan Laba
kotor.
Dari kedua laporan tersebut dapat disusun suatu laporan yang di kombinasikan atau
laporan gabungan sebagai berikut :

PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Penjualan, Harga Pokok Penjualan dan tiap barang dan totalnya,
Tahun 1979 dengan tahun 1978
Barang Total
A B
Kenaikan Penurunan*
Dalam Penjualan
Faktor Kwantitas Rp. 30.000,- Rp. 20.000,-* Rp. 10.000,-
Faktor Harga jual “20.000,- “4.000,- “24.000,-
Faktor Kwantitas-Harga 3.000,- 400,-* 2.600,-
Jumlah Rp. 53.000,- Rp. 16.400,*- Rp. 36.600,-
Dalam Harga Pokok Penjualan
Faktor kwantitas Rp. 22.500,- Rp. 15.000,-* Rp. 7.500,-
Faktor HPP/unit
“7.500,- “6.000,- “13.500,-
Faktor Kwantitas dan
“1.125,- “600,-* “525,-
HPP/unit
Jumlah Rp. 31.125,- Rp. 9.600,-* Rp. 21.525,-
Dalam Laba Kotor Rp. 21.875,- Rp. 6.800,-* Rp. 15.075,-

Contoh Kedua
Dalam contoh pertama, analisa terhadap perubahan laba kotor dilakukan dengan cara
memperbandingkan antara dua periode laporan yaitu antara laporan rugi-laba periode yang
dianalisa perubahannya dengan laporan rugi-laba periode sebelumnya atau periode-periode
sebelumnya yang dianggap normal. Hasil analisa perubahan laba kotor dengan
memperbandingkan antara dua laporan rugi-laba dari periode yang berbeda ini kurang
bermanfaat atau kurang informatif bagi management, karena periode yang digunakan sebagai
dasar pembanding belum tentu menunjukkan atau mencerminkan tingkat operasi perusahaan
yang normal atau paling effisien; disamping itu tingkat perekonomian dari periode ke periode
akan mengalami perubahan.
Suatu perusahaan pada umumnya sebelum memulai kegiatan operasinya telah
menyusun budget secara menyeluruh, termasuk budget rugi-labanya dalam penyusunan
budget ini telah dilakukan analisa dan pertimbangan pertimbangan terhadap semua faktor-
faktor yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa mendatang dan diadakan
koordinasi atau sinkronisasi antara bagian-bagian yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh
karena itu sebaiknya analisa terhadap perubahan laba kotor dilakukan dengan cara
mengadakan perbandingan antara budget rugi-laba dengan realisasinya pada periode tersebut,
lebih-lebih kalau perusahaan menggunakan sistem standard terhadap biaya-biaya perusahaan.
Disamping itu dalam contoh pertama menganggap bahwa perusahaan hanya menjual
atau memproduksi satu jenis barang atau dua jenis barang yang dianalisa sendiri-sendiri (atau
masing-masing barang dianggap berdiri sendiri). Apabila perusahaan menjual lebih dari satu
jenis barang maka dapat pula dihitung atau dianalisa secara bersama-sama, dalam hal analisa
secara bersama (gabungan) ini ada kemungkinan meskipun kuantitas penjualan yang
sesungguhnya maupun harga jual sama dengan yang dibudgetkan namun masih terjadi
perubahan laba kotor. Hal ini disebabkan adanya perubahan komposisi barang yang dijual
dan dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Budget Realisasi
Penjualan :

Produk A 2.000kg a Rp. 200,- = Rp. 400.000,- 3.000kg a Rp 200,- = Rp. 600.000,-

Produk B 4.000kg a “ 300,- = “ 1.200.000,- 3.000kg a “ 300,- = “ 900.000,-

6.000kg Rp. 1.600.000,- 6.000 kg Rp. 1.500.000,-

Walaupun produk yang dijual sama jumlahnya tetapi karena komposisinya berubah maka
laba kotor nya juga akan berubah.

Oleh karena itu di dalam perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis barang,
jumlah perubahan kuantitas perubahan kuantitas penjualan ditambah (perubahan kuantitas
harga pokok penjualan) perlu dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui perubahan laba kotor
yang disebabkan oleh komposisi barang yang dijual (sales mix variance) dan yang
disebabkan oleh perubahan kuantitas secara total (final sales volume variance).

Untuk memberikan gambaran tentang prosedur analisa untuk perusahaan yang


menjual lebih dari satu jenis barang dengan menggunakan budget sebagai pembanding maka
berikut ini disajikan data budget dan realisasinya dari PT INDIRASARI untuk Tahun 1979
sebagai berikut :

PT. INDIRA

Budget Rugi-Laba

Tahun 1979

Laporan I

Penjualan Harga Pokok Gross Profit


Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah

A
6.000 Rp. 1.500,- Rp.9.000.000 Rp. 1.200,- Rp.7.200.000,- Rp. 300,- Rp.1.800.000,-

B
3.500 1.200,- 4.200.000,- 1.000,- 3.500.000,- 200,- 700.000,-
C
1.000 1.000,- 1.000.000,- 875,- 875.000,- 125,- 125.000,-

Rp.
10.500 Rp. 1.352.38 14.200.000,- Rp.1.102.38 Rp.11.575.000, Rp.250,- Rp.2.625.000,-
-

PT. INDIRA

Laporan Rugi-Laba

Tahun 1979

Laporan 2

Penjualan Harga Pokok Gross Profit


Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah

A
5.000 Rp. 1.600,- Rp.8.000.000 Rp. 1.400,- Rp.7.000.000,- Rp. 200,- Rp.1.000.000,-

B
4.200 1.200,- 5.040.000,- 975,- 4.095.000,- 225,- 945.000,-

C
1.200 950,- 1.140.000,- 900,- 1.080.000,- 50,- 60.000,-

Rp.
10.400 Rp. 14.180.000,- Rp.1.170.67 Rp.12.175.000, Rp.192.79,- Rp.2.005.000,-
1.352.38 -

PT. INDIRA

Unit Realisasi x Harga Budget

Tahun 1979

Laporan 3

Penjualan Harga Pokok Gross Profit


Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah

A
5.000 Rp. 1.500,- Rp.7.500.000 Rp. 1.200,- Rp.6.000.000,- Rp. 300,- Rp.1.500.000,-

B
4.200 1.200,- 5.040.000,- 1.000,- 4.200.000,- 200,- 840.000,-

C
1.200 1.000,- 1.200.000,- 875,- 1.050.000,- 125,- 150.000,-

Rp.
10.400 Rp. 1.321.15 13.740.000,- Rp.1.081.73 Rp.11.250.000, Rp.239,42 Rp.2.490.000,-
-

Menurut budget yang disusun pada awal periode menunjukkan bahwa produk A per
satuan merupakan barang yang paling menguntungkan, tetapi dalam realisasinya atau
kenyataan nya produk B lah yang paling menguntungkan. Menurut budget perusahaan telah
merencanakan untuk memperoleh laba kotor sebesar Rp. 2.625.000,- dengan taksiran
produksi dan penjualan sebesar 10.500 unit dan laba kotor rata-rata per unitnya sebesar Rp.
250,-. Tetapi kenyataan nya perusahaan hanya mampu merealisir laba kotor rata-rata per unit
sebesar Rp. 192.79 dan laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp. 620.000,- dibandingkan
dengan yang direncanakan (Rp. 2.625.000,- - RP. 2.005.000,-). Apa sebabnya laba kotor
menurun?IVB 7 okt

Sebab-sebab adanya penurunan laba bruto ini dapat dianalisa dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Langkah I :

Perhitungan perubahan laba kotor karena


Perubahan volume dan harga jual :

Hasil Penjualan 1979 Rp. 14.180.000,-


Unit penjualan 1979 x harga budget Rp. 13.740.000,-
Perubahan karena kenaikkan harga jual
(menguntungkan) Rp. 440.000,-

Unit penjualan 1979 x harga budget Rp. 13.740.000,-


Penjualan menurut budget 1979 Rp. 14.200.000,-

Perubahan karena berubahnya volume


(tidak menguntungkan) Rp. 460.000,-*

Langkah II :
Penghitungan perubahan laba kotor karena
Perubahan volume dan harga pokok :

Harga pokok penjualan 1979 Rp. 12.175.000,-


Unit penjualan 1979 x harga pokok per budget Rp. 11.250.000,-

Perubahan karena kenaikkan harga pokok


(tidak menguntungkan) Rp. 925.000,-

Unit penjualan x harga pokok per budget Rp. 11.250.000,-


Harga pokok penjualan per budget Rp. 11.575.000,-

Perubahan karena berubahnya volume harga


Pokok penjualan (menguntungkan) Rp. 325.000,-*

Bila digunakan rumus-rumus seperti yang telah dibicarakan di muka maka


perhitungan-perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Perubahan hasil penjualan karena perubahan harga jual adalah :
A = 5.000 (Rp. 1.600,- - Rp. 1.500,-) = Rp. 500.000,- (laba)
B = 4.200 (Rp. 1.200,- - Rp. 1.200,-) = Rp. 0
C = 1.200 (Rp. 950,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 60.000,- (rugi)
Rp. 440.000,- (laba)
b. Perubahan hasil penjualan karena perubahan kwantitas (volume) yang dijual adalah :
A = 1.500,- (5.000 - 6.000) = Rp. 1.500.000,- (rugi)
B = 1.200,-(4.200 - 3.500) = Rp. 840.000,- (laba)
C = 1.000,- (1.200 - 1.000) = Rp. 200.000,- (laba)
Rp. 460.000,- (rugi)
c. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan harga pokok
per unit adalah :
A = 5.000 (Rp. 1.400,- - Rp. 1.200,-) = Rp. 1.000.000,- (rugi)
B = 4.200 (Rp. 975,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 105.000,- (laba)
C = 1.200 (Rp. 900,- - Rp. 875,-) = Rp. 30.000,- (rugi)
Rp. 925.000,- (rugi)
d. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan kwantitas yang
dijual adalah :
A = 1.200,- (5.000 - 6.000 = Rp. 1.200.000,- (laba)
B = 1.000,- (4.200 - 3.500 = Rp. 700.000,- (rugi)
C= 875,-(1.200 - 1.000 = Rp. 175.000,- (rugi)
Rp. 325.000,- (laba)

Dari perhitungan-perhitungan di atas diketahui bahwa perubahan kwantitas dapat


berasal dari kwantitas penjualan dan kwantitas harga pokok penjualan, perubahan
kwantitas secara neto adalah :
Perubahan kwantitas penjualan : Rp. 460.000,- (rugi)
Perubahan kwantitas harga pokok penjualan : Rp. 325.000,- (laba)
Perubahan kwantitas neto : Rp. 135.000,- (rugi)

Perubahan kwantitas secara neto ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen yaitu
perubahan komposisi penjualan dan perubahan kwantitas itu sendiri secara total, yang
dapat dianalisa sebagai berikut :
a. Perubahan komposisi penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang di sebabkan adanya
perbedaan antara komposisi barang yang sesungguhnya dijual dengan yang di
budgetkan (tahun sebelumnya). Jumlah perubahan komposisi penjualan PT Indira
dapat ditentukan sebagai berikut :
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Harga jual menurut budget Rp. 13.740.000,-
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Harga pokok menurut budget Rp. 11.250.000,-
Rp. 2.490.000,-
Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x
Laba kotor rata-rata per budget Rp. 2.600.000,-

Perubahan laba kotor karena komposisi


Penjualan (rugi) Rp. 110.000.-*

Besarnya perubahan laba kotor karena perubahan komposisi penjualan ini dapat
ditentukan dengan rumus :
(kwantitas penjualan yang sesungguhnya X laba kotor tiap jenis produk) – (total
kwantitas penjualan yang sesungguhnya X laba kotor rata-rata menurut budget atau
tahun sebelumnya).
Atau :
(K2 x LB1) – (TK2 x LBR1)

K2 = Kwantitas penjualan yang sesungguhnya


LB1 =Laba kotor per unit yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
TK2 = Total kwantitas yang direalisir atau sesungguhnya dijual
LBR1 = Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya

Sehingga selisih komposisi penjuala dari data seperti pada contoh di atas adalah
sebagai berikut :
A = 5.000 x Rp. 300,- = Rp. 1.500.000,-
B = 4.200 x Rp. 200,- = Rp. 840.000,-
C = 1.200 x Rp. 125,- = Rp. 150.000,-
Laba kotor pada komposisi
Sesungguhnya = Rp. 2.490.000,-
10.400 x Rp. 250,- = Rp. 2.600.000,-
Rp. 110.000,-

b. Perubahan total kwantitas penjualan (final sales volume variance), yaitu perubahan
laba kotor yang disebabkan adanya perubahan total kwantitas penjualan. Besarnya
perubahan laba kotor karena hal ini dapat ditentukan dengan rumus:
(Kwantitas penjualan yang sesungguhnya – kwantitas penjualan menurut budget) X
laba kotor rata-rata per satuan menurut budget.
Atau :
(TK2 – TK1) LBR1
TK2 = Total kwantitas yang direalisir atau yang sesungguhnya dijual
TK1 = Total kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
LBR1 = Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.

Dengan demikian besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan
kwantitas atau volume penjualan secara netto pada contoh diatas adalah :
(10.500 – 10.400) Rp. 250,- = Rp. 25.000,-(Rugi)

Dalam laporan nomor 3 menunjukkan bahwa rata-rata laba kotor per satuan
sebesar Rp. 239.42 jika harga jual dan harga pokok sesuai dengan budget. Tetapi
karena adanya perubahan dalam sektor harga jual, volume penjualan, komposisi
penjualan dan harga pokok penjualan mengakibatkan laba kotor yang di perolah
hanya sebesar Rp. 192.79 per satuan dan mengakibatkan laba kotor secara total turun
sebesar Rp. 620.000,- dibandingkan dengan budget yang dibuat pada awal tahun
1979, hal ini dapat dibuat rekapitulasi sebagai berikut :
PT. INDIRA
Laporan Perusahaan Laba Kotor Realisasi dan Budget 1979
Menguntungkan Merugikan
Rp. 440.000,- Rp. -
Kenaikkan harga Jual
- “ 925.000,-
Kenaikkan harga pokok
- “ 25.000,-
Penurunan kwantitas yang dijual
- “110.000,-
Penurunan Komposisi Penjualan
Rp. 440.000,- Rp. 1.060.000,-
620.000,- -
Penurunan Laba Kotor 1979 dibandingkan
dengan budget
Rp. 1.060.000,- Rp. 1.060.000,-

Setelah diketahui sebab-sebab berubahnya laba kotor secara terperinci manajemen


dapat mengambil tindakan seperlunya misalnya dengan adanya penurunan unit atau kuantitas
MATERI FINAL TEST :
ANALISA LABA KOTOR
ANALISA KREDIT

yang terjual maka bagian penjualan dapat diminta pertanggung jawab nya begitu pula
bila harga pokok persatuan mengalami kenaikan maka bagian produksi dapat diminta
keterangannya mungkin perubahan ini karena naiknya harga bahan naiknya upah buruh atau
mungkin karena adanya pemborosan pemborosan atau kecurangan-kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai