www.penulispro.com
Bukankah suatu kebaikan ketika kita menghargai hasil jerih payah orang
lain?
Bukankah kita ingin melihat bangsa ini besar, jujur, dan tidak korup?
Terima kasih untuk tidak melakukan tindakan pembajakan dan penyebarluasan
materi ini tanpa izin tertulis dari penulispro.com
Prakata
Banyak orang yang ingin menulis novel, namun sering tidak mampu
diwujudkan dengan berbagai alasan. Mulai dari merasa tidak mampu
hingga tidak sabar menyelesaikan tulisan. Jika Anda punya keinginan
besar untuk menjadi seorang penulis, mengapa tidak berusaha
mewujudkannya?
iii
www.penulispro.com
Daftar Isi
Prakata iii
Daftar Isi iv
iv
J. Kreatif Memilih Kata 58
K. Tidak Pernah Takut 60
L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Bagus 62
v
www.penulispro.com
Penutup 157
Bonus Cerpen 158
Tentang Penulis 171
vi
Bab
1
Serba-Serbi
Fiksi
Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan 1
www.penulispro.com
Penulis adalah profesi yang belakangan ini terdengar begitu seksi dan
menjanjikan. Banyak orang yang ingin menjadi penulis fiksi dewasa ini.
Kalau tidak percaya, coba saja cek di berbagai jejaring sosial. Banyak
sekali grup-grup kepenulisan yang sengaja didirikan. Tujuannya antara
lain memberi pemahaman yang tepat kepada para anggota bagaimana
caranya menulis fiksi.
Jika kita pergi ke toko buku, rak yang memajang buku-buku fiksi
cenderung lebih banyak dibanding buku lainnya. Hal itu memberi indikasi
bahwa fiksi merupakan bentuk tulisan yang banyak peminatnya. Istilahnya,
fiksi itu nggak ada matinya. Terus berkembang sekaligus digilai.
Fiksi bisa saja ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan EYD. Tersusun
dalam kalimat yang rapi dan baku. Sementara nonfiksi sebaliknya. Itu
wajar-wajar saja. Tidak ada aturan kaku yang mengharuskan penggunaan
gaya bahasa tertentu. Semua terserah kepada penulisnya.
Serba-serbi Fiksi 3
www.penulispro.com
Intinya, halal saja untuk berimajinasi. Akan tetapi, seliar apapun tetap
harus patuh pada akal sehat. Jadi, tidak membuat kita semena-mena
memelintir nasib tokoh-tokoh kita. Karena hukum sebab dan akibat itu
berlaku, loh. Apa pun yang terjadi, pasti ada alasan yang melatarinya.
B. Jenis-Jenis Fiksi
Anda pasti hapal tulisan apa saja yang termasuk dalam genre fiksi. Karena
memang fiksi sangat diminati. Tapi, ada baiknya kita ulas lagi sekilas
seputar topik ini. Ada puisi, prosa, cerpen, novella atau novelet, novel,
serta skenario. Masalah seputar ini kadang masih diperdebatkan. Karena
ada yang menganggap kalau puisi atau prosa tidak perlu dibedakan,
misalnya. Demikian juga sebaliknya.
Pembeda lain cerpen dan novel adalah medianya. Jika ingin cerpen
Anda dimuat di media, maka naskah harus dikirim ke media yang
menyediakan rubrik cerpen. Sementara novel sedikit berbeda. Naskah
novel harus dikirimkan kepada penerbit yang banyak bertebaran di
Indonesia. Jika kelak novel Anda diterbitkan, akan menjadi sebuah buku
yang pasti akan sangat dibanggakan oleh penulisnya. Tidak perlu berbagi
halaman dengan tulisan lain. Istimewa, bukan?
Serba-serbi Fiksi 5
www.penulispro.com
Dalam menulis fiksi, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh penulis.
Unsur-unsur itu dikenal dengan nama unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
intrinsik merupakan unsur-unsur yang secara langsung membangun
sebuah karya. Cara mengenalinya sangat mudah karena unsur intrinsik
ini akan segera kita jumpai tatkala sedang membaca sebuah karya fiksi.
Serba-serbi Fiksi 7
www.penulispro.com
Nah, selain unsur intrinsik juga ada unsur ekstrinsik. Unsur-unsur ini
adalah unsur yang berada di luar karya namun secara tidak langsung
memiliki pengaruh terhadap tulisan seseorang. Antara lain :
• Sikap, pandangan hidup, atau atau keyakinan penulis.
• Kondisi sosial ketika sebuah karya dibuat
• Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
Bicara tentang fiksi tentu tidak bisa dilepaskan dari genre yang dianut.
Ada banyak genre di dunia fiksi, yang dipilih oleh penulisnya karena
berbagai pertimbangan. Ada penulis yang mengkhususkan diri menulis di
satu genre saja. Sementara ada pula yang menjajal banyak genre.
• Romance
• Komedi
Serba-serbi Fiksi 9
www.penulispro.com
• Sci-fi
• Horor
Serba-serbi Fiksi 11
www.penulispro.com
• Misteri
Serba-serbi Fiksi 13
www.penulispro.com
• Sejarah
Anda pasti sudah bisa menebak isi dari genre ini, kan? Tentu saja
novel yang ditulis berdasarkan sejarah yang memang terjadi. Tentunya
butuh riset dan penelitian yang mendalam agar tidak salah menuliskan
peristiwa apa yang sebenarnya terjadi. Karena bisa menimbulkan
perang opini atau protes hebat jika yang ditulis dianggap tidak sesuai
kenyataan.
• Petualangan
Nah, sudah jelas kalau genre fiksi itu ada cukup banyak. Anda bisa
menambahkannya dengan beberapa genre lainnya yang luput dituliskan
di sini. Karena pada dasarnya ada cukup banyak genre yang datang
Serba-serbi Fiksi 15
www.penulispro.com
dari pemikiran para ahli fiksi. Satu dan yang lainnya kadang berbeda
pendapat.
• Buku anak
• Remaja (teenlit)
• Dewasa
“T
ulislah novel yang paling membuat
Anda merasa bahagia. Mulai dari
genre hingga kategori usia. Karena
bahagia itu membuat kita nyaman
untuk menulis. Dan biasanya tulisan pun akan
mengalir deras, seakan berasal dari suatu tempat
di dalam diri kita.
Intinya sama saja dengan pekerjaan lainnya. Segala yang diminati selalu
memberi gairah yang besar untuk kita. Jadi, jangan lupa bertanya pada
diri sendiri, mana yang paling ingin Anda tulis.
Serba-serbi Fiksi 17
www.penulispro.com
Laskar Pelangi ditonton lebih dari 4 juta orang! Sehingga tidak heran
kalau film dan bukunya begitu populer.
Memang, menulis novel tidak menjamin akan laku keras. apalagi ada
banyak sekali pesaing dengan penerbit yang jumlahnya pun tidak sedikit.
Menerbitkan novel di penerbit besar tidak berarti akan selalu berimbas
pada tingginya angka penjualan. Di lain pihak, menerbitkan novel melalui
penerbit kecil tidak menjamin bahwa angka penjualannya jeblok. Tidak
selalu seperti itu.
R
esep kesuksesan komersil sebuah karya
fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum
tentu laku. Sementara banyak karya-karya
kacangan yang laris manis. Faktor penentu
bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak
perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan
meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal
tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk ditebak.
Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang
bagus belum tentu laku. Sementara banyak karya-karya kacangan yang
laris manis. Faktor penentu bahkan kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi,
tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang akan meledak.
Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya
akan sulit untuk ditebak.
Bicara tentang kesuksesan finansial, tahukah Anda buku apa saja yang
menjadi buku terlaris di dunia? Berikut ini beberapa judul buku yang
• Harry Potter
Novel dengan tokoh utama seperti judulnya ini terdiri atas tujuh
buah buku. Semuanya mencatat angka penjualan yang fantastis.
Wajar saja kalau novel ini ditasbihkan sebagai novel terlaris di dunia.
Semuanya sudah diterjemahkan ke lebih dari 63 bahasa.
Gambar 1.4
Harry Potter adalah ikon dunia
sihir yang paling populer di dunia.
Serba-serbi Fiksi 19
www.penulispro.com
Buku ini merupakan buah karya dari J.R.R. Tolkien yang terdiri
atas 3 jilid. Yaitu The Fellowship of The Ring, The Two Towers, serta
The Return of The King. Buku ini dianggap sebagai salah satu karya
sastra terbaik yang dihasilkan sepanjang masa. Novel ini pula yang
dijadikan rujukan oleh beberapa novel bergenre fantasi lainnya yang
terbit kemudian. Salah satunya adalah Harry Potter.
• To Kill a Mockingbird
The Da Vinci Code adalah karya gemilang dari Dan Brown yang
mengantarnya memuncaki popularitas. Memang isinya menjadi
perdebatan yang sangat panjang, namun tidak menyurutkan minat
orang untuk membacanya. Kontroversi yang muncul malah menjadi
Serba-serbi Fiksi 21
www.penulispro.com
1. Andrea Hirata
Siapa yang tak kenal nama ini? Bagi pencinta novel, Andrea Hirata
adalah penulis yang menempati posisi istimewa. Itulah sebabnya
tetralogi Laskar Pelangi miliknya sukses membius para pembaca.
Novek-novelnya membuat Anda tertawa dan menangis tanpa gengsi.
Hingga saat ini, Laskar Pelangi telah diterbitkan di lebih dari 20
negara.
2. Habiburrahman El Shirazy
Nama yang satu ini identik dengan novel laris “Ayat-Ayat Cinta”
yang kemudian diangkat ke layar lebar. Istimewanya, penulis yang
satu ini tidak hanya berprofesi sebagai penulis. Namun juga menjadi
dai dan sutradara.
Serba-serbi Fiksi 23
www.penulispro.com
3. Dewi Lestari
4. Raditya Dika
Menyebut nama Raditya Dika tentu tidak bisa lepas dari “Kambing
Jantan”. Raditya Dika memulai kariernya dengan menulis di blog.
Hingga kemudian tulisannya dibukukan dengan judul Kambing
Jantan.
5. Mira W.
Serba-serbi Fiksi 25
www.penulispro.com
Bab
2
Bakat Vs Latihan
26 Panduan Menulis Fiksi
Apakah Anda sering mendengar pernyataan “1% bakat, 99% latihan”?
Umumnya banyak yang berpendapat bahwa hasil yang gemilang bisa
dicapai dengan latihan yang luar biasa keras.
Bakat besar adalah karunia tak terhingga bagi Anda yang menekuni
dunia fiksi. Mengapa demikian? Karena dengan bakat itu Anda akan
menghasilkan karya yang tidak sembarangan.
Bakat Vs Latihan 27
www.penulispro.com
Coba saja lihat keliaran imajinasi J.K. Rowling! Bukan hal kebetulan
kalau dia berhasil menuntaskan 7 buah buku Harry Potter dengan hasil
yang gemilang. Dan ketika hasilnya dipindahkan ke layar lebar, penonton
pun terkagum-kagum melihatnya. Bagaimana foto-foto yang bergerak
itu terasa hidup dan yang utama... tidak terpikirkan! Hantu-hantu yang
beterbangan ke sana-kemari.
Sumber: www.digitopoly.org
Gambar 2.1
Tak dapat disangkal kalau J.K.
Rowling adalah penulis dengan
bakat yang sangat besar..
Begini, belum lama ini ada semacam polling di sebuah jejaring sosial. Para
pesertanya adalah penulis-penulis tanah air. Pertanyaannya sederhana :
“Mana yang lebih berpengaruh bagi Anda, bakat atau kerja keras”? Dan
umumnya peserta polling menjawab senada dengan “Kerja keras”.
Tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Namun bagi saya pribadi
bakat adalah hal yang sangat besar untuk diabaikan begitu saja. Kerja
keras memang akan mengantarkan seseorang untuk dekat dengan
kesuksesan. Namun bakat yang mengalir di dalam pembuluh darah akan
menjadi pembeda yang sangat besar.
Bakat Vs Latihan 29
www.penulispro.com
Misalnya saja, seorang penulis buku anak tidak akan menulis cerita
tentang peri. Kenapa? Karena sudah ada banyak pendahulunya yang
melakukan hal senada. Dia pasti akan mencari ide lain yang lebih segar
dan orisinil.
Jadi, kita tidak bisa mengesampingkan bakat sama sekali. Justru harus
bersyukur jika kebetulan Anda memilikinya. Karena Anda akan menjadi
orang yang mampu menulis hal-hal istimewa dengan cara yang istimewa
pula. Mungkin temanya sih tidak luar biasa, tapi caranya mengemas
konflik pasti tidak biasa.
Demikian juga dengan Sir Arthur Conan Doyle. Memang, penulis kisah
detektif tidak hanya Tuan Doyle ini. Ada banyak penulis lain yang juga
populer. Namun beliau berhasil menetapkan sebuah standar dalam kisah
misteri. Para pelaku kejahatan versi Doyle sangat sulit untuk ditebak.
Namun ketika terungkap kemudian, semuanya menjadi sangat masuk
akal bagi pembacanya.
Sir Arthur Conan Doyle sangat memperhatikan detail cerita. Hal itu yang
kadang terlupakan oleh penulis lain. Setiap kalimat tidak ditulis dengan
sia-sia karena selalu mempunyai korelasi dengan cerita.
Itulah sebabnya tulisan Sir Arthur Conan Doyle tidak terlupakan, meskipun
Sherlock Holmes sendiri sudah diluncurkan lebih dari seratus tahun silam.
Begitupun dengan J.K. Rowling. Dunia pasti akan mengenang hasil buah
penanya yang sangat fenomenal itu. Tidak diragukan lagi!
Bakat Vs Latihan 31
www.penulispro.com
Kombinasi antara bakat dan kerja keras itu akan menghasilkan prestasi
yang tidak main-main. Jika selama ini Anda merasa tidak mendapat
bakat yang cukup, bukan berarti harus melangkah mundur. Saatnya
untuk beralih kepada kerja keras dan mulai berlatih dengan serius. Satu
hal yang perlu diingat, kerja keras itu mendekatkan Anda pada kejaiban.
Percayalah! Ada banyak orang yang telah membuktikannya.
Bakat Vs Latihan 33
www.penulispro.com
Bab
3
Syarat Mutlak
Menjadi
Penulis Berkualitas
34 Panduan Menulis Fiksi
Mungkin Anda yang membaca judul di atas akan mencibir dan berkata,
“Siapa sih kamu?”. Saya memang bukan penulis terkenal yang memiliki
puluhan novel best seller. Setidaknya belum. Tapi ada satu hal yang bisa
saya tegaskan, bahwa saya selalu berusaha menulis dengan kualitas
yang baik. Tidak pernah asal-asalan hanya sekadar untuk memenuhi
target belaka.
Wajar kan jika kita mempunyai idealisme seperti itu? Karena itu
yang akan membedakan diri kita dengan orang lain. Sekali lagi saya
ingin mengingatkan bahwa kualitas kadang tidak berkolerasi dengan
laris manisnya suatu novel. Novel yang bagus belum tentu laku keras
di pasaran. Di lain pihak, novel yang berkali-kali cetak ulang pun belum
tentu memenuhi kualitas sebagai bacaan yang bermutu.
Cobalah tanyakan kepada para penulis senior di luar sana. Apa yang
kira-kira membuat mereka mampu menulis dengan indah? Jawabannya
tidak akan jauh-jauh dari “membaca”. Karena ini adalah suatu kegiatan
yang memberi manfaat luar biasa. Dengan membaca, Anda mentransfer
ilmu seseorang hingga menjadi bagian dari diri Anda. Dan ilmu itu diambil
terang-terangan.
Dengan membaca, Anda tentu bisa melihat bagaimana cara penulis
lain mengungkapkan pendapatnya. Pilihan kata, kalimat, serta informasi
yang disajikan tentu akan sangat berguna bagi Anda. Karena dari situ
Anda belajar untuk mengetahui bagaimana cara yang nyaman dan tepat
untuk mengungkapkan pendapat Anda melalui bahasa tertulis. Dalam hal
ini novel.
Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan
kata. Demikian juga dengan tema, plot, atau sudut pandang. Semuanya
bisa didapat dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian kata yang
dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Pengetahuan itu mungkin
Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari dia akan
mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan
itu akan muncul dan menuntun Anda dalam membuat tulisan.
Kini, banyak sekali orang yang ingin menjadi penulis. Itu hal yang
wajar. Namun sebaiknya temukan alasan yang jelas dan masuk akal,
mengapa Anda menginginkan pekerjaan ini. Banyak kok penulis di luar
sana yang tetap mempunyai pekerjaan tetap di luar profesinya sebagai
penulis. Sementara tidak sedikit pula yang memilih untuk menjadi
pengukir kata dengan total.
Apa pun pekerjaan yang kita pilih, rasa cinta itu harusnya berada
di peringkat pertama. Kalau ada yang bertanya alasannya, sederhana
saja. Karena cinta akan memberi kita kekuatan yang luar biasa dalam
Rasa cinta yang tidak cukup juga yang membuat seseorang tidak
pernah menyelesaikan tulisannya. Di awal sudah begitu bersemangat
akan menggarap novel dengan jumlah minimal 150 halaman. Sayang,
belum sampai menyentuh halaman lima puluh, sudah beralih ke novel
lain yang –menurutnya- akan lebih hebat. Begitu seterusnya. Hingga
akhirnya tidak ada satu karya pun yang bisa tuntas dengan sempurna.
Semua terkatung-katung tanpa penyelesaian.
Sumber: www.theminorityreport.com
Gambar 3.2
Menyelesaikan deadline tidaklah
mudah. Dan ini menjadi tantangan
tersendiri.
Selain itu, bila hanya sekadar ingin menulis saja tidak akan pernah
menjadi “bahan bakar” yang mumpuni untuk menghasilkan tulisan yang
cantik. Karena sudah terjebak pada pola “ala kadarnya”
Sekali lagi, milikilah alasan yang kuat untuk menjadi penulis. Sehingga
Anda akan benar-benar mengisi tulisan-tulisan Anda dengan gairah,
harapan, dan keindahan. Dan pembaca akan bisa merasakannya.
Di setiap profesi yang digeluti manusia, disiplin dan konsistensi itu hukum
wajib yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Begitu juga jika Anda ingin
menjadi penulis. Apalagi jika hendak menulis novel. Karena novel bukan
hanya beberapa halaman, melainkan menyentuh angka ratusan lembar.
Bayangkan jika Anda tidak memiliki disiplin yang memadai dan konsistensi
Nah, ini tantangan besar untuk Anda. Jika memang kecintaan pada
dunia menulis dmikian besar, tidak ada penghalang yang cukup kuat untuk
menghentikan Anda. Dengan kedisiplinan yang tinggi Anda bisa mengatur
waktu yang lebih baik sehingga tidak ada yang harus dikorbankan.
Semua godaan dan halangan baru akan bisa dilewati jika kita disiplin
dan konsisten menjalaninya. Dan semuanya hanya berarti satu hal:
menundukkan diri sendiri! Konsistensi yang membuat Mira W. berhasil
menulis puluhan novel selama puluhan tahun. disiplin juga yang membuat
beliau mampu membagi waktu dengan adil, menulis tanpa meninggalkan
profesinya sebagai dokter.
D. Sabar
Menjadi penulis berarti harus sabar. Itu syarat yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Kenapa? Tanpa kesabaran mustahil sebuah novel bisa
dituntaskan karena membutuhkan waktu. Anda yang tidak sabar sering
malah berpindah ke ide lain karena tidak memiliki kesabaran yang cukup
untuk menuntaskan sebuah naskah. Akibatnya, naskah tidak pernah
selesai dan hanya menggantung begitu saja. Sayang sekali, bukan?
Padahal Anda hanya perlu sedikit menahan diri.
Ya, tahanlah semua gairah untuk menulis naskah baru jika masih
ada naskah yang belum selesai. Memang, itu akan terasa sangat
menyiksa. Namun Anda tidak punya pilihan lain. Latih terus kesabaran
dan bertahanlah di tengah “ketersiksaan” itu. Hanya dengan demikian
maka naskah Anda bisa selesai.
Bahkan naskah yang sudah selesai pun bukan berarti bebas dari
ketergesaan. Banyak loh novel di pasaran yang kesannya diselesaikan
dengan tergesa-gesa. Dan biasanya pembaca bisa merasakan itu.
Apa indikasinya?
Mudah saja. Jika ada konflik yang belum dituntaskan atau pun masih
menyisakan pertanyaan karena terasa masih mengganjal, itu berarti sang
penulis tidak cukup sabar untuk menyelesaikan semuanya. Alasannya
bisa macam-macam. Entah karena keterbatasan waktu akibat mepetnya
deadline. Atau bisa juga karena sudah tidak bisa menahan diri untuk
segera beralih ke naskah baru.
S
Tahukah Anda kalau mengirim elagi menunggu
naskah ke sebuah majalah khusus kabar tentang
cerpen bisa memakan waktu naskah kita yang
hingga lebih setahun hingga dikirim ke penerbit,
dimuat? Sementara untuk novel teruslah menulis naskah lain.
bisa jauh lebih cepat dari itu. Tapi Jangan terpaku pada naskah
memang begitulah prosedurnya. yang sudah dikirim. Biarkan
Jadi memang seorang penulis naskah kita menemukan
wajib memiliki kesabaran yang takdirnya sendiri.
Prinsipnya begini saja, Anda sudah bekerja keras hingga naskah setebal
ratusan halaman pun tuntas. Anda juga sudah mengupayakan untuk
mengirimkannya kepada penerbit idaman. Kini biarkan Tuhan memberikan
keputusan yang terbaik bagi Anda. Jadi, tunggulah dengan sabar. Dan
supaya masa menunggu itu tidak menyiksa, sibukkan diri Anda untuk
menulis naskah lain yang tak kalah bagus.
Karena menjadi penulis itu harus memiliki mental yang kuat dan
tahan banting. Tidak boleh cengeng dan mudah menyerah. Seorang
penulis dituntut untuk selalu optimis dan
punya semangat yang terus berkobar. Dalam
prosesnya nanti, akan menjadikan Anda
seorang penulis yang matang.
Apa yang terjadi ketika naskah ditolak? Kecewa, itu pasti. Silakan
kalau Anda ingin “menangis semalam’ seperti judul lagunya Audy Item.
Namun jangan lama-lama, cukup semalam saja. Besoknya? Ada banyak
pilihan. Kalau merasa yakin naskah Anda cukup bagus, silakan kirim ke
penerbit lainnya yang kira-kira sesuai. Jika ingin memoles naskah agar
kian kinclong, tidak masalah juga Anda melakukan revisi dulu. Setelah
itu? Kembali kirim ke penerbit lain!
N
askah “Jungkir Balik Dunia
Mel” sebelumnya pernah saya
kirim ke sebuah penerbit top.
Setahun berlalu, tanpa kabar
yang jelas. Saya yakin naskah tersebut
ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang
Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5
jam saja!
Memang, ada sedikit revisi yang harus saya lakukan. Tapi tentu saja
tidak mengurangi kegembiraan yang meluap-luap. Hingga akhirnya
novel itu pun terbit dan terpajang dengan manis di toko buku.
Novel pertama saya memiliki cerita juga. Awalnya naskah itu saya
ikutsertakan di sebuah lomba. Bodohnya saya, tidak memperhatikan
penerbit yang menjadi penyelenggara acara tersebut. Novel saya
bertema metropop, tentu dengan fokus utama pada kisah cinta tokoh
utamanya. Sementara penerbit yang saya kirimi mengkhususkan diri
pada naskah bertema Islami.
“Saya bisa melihat lebih jauh dari orang lain karena saya berdiri di atas
bahu raksasa” (Sir Isaac Newton).
jauh dibanding yang lain. Maka tidak heran kalau Newton bisa “melihat”
banyak hal yang selama ini tidak pernah diketahui oleh orang lain.
Sehingga tidak berlebihan jika pemikirannya menjadi lebih maju, kan?
Sir Isaac Newton ini adalah contoh yang menarik. Kita bisa menjadikan
sosoknya sebagai rujukan. Dia berhasil melihat banyak hal-hal sederhana
dan menemukan rahasia besar di baliknya. Kita tidak mesti berotak jenius
seperti beliau, namun caranya untuk selalu berpikir “out ofthe box” itu
yang harus ditiru.
Sumber: www.qualityjunkyard.cim
Gambar 3.4
Berpikir out of the box itu sangat
penting bagi seorang penulis.
Tapi memang harus seperti itu. Supaya kita bisa berpikir di luar pagar
sembari memikirkan kemungkinan apa saja yang masuk akal di balik
sebuah fakta dasar. Nah, asah terus kemampuan ini saat akan menulis
fiksi. Kita diizinkan kok untuk menjungkirbalikkan cerita sedemikian rupa.
Syaratnya hanya satu: masuk akal. Karena di situlah poin besar yang
tidak boleh diabaikan.
Jika Anda tidak memiliki kesibukan lain di luar menulis, tentu tidak
masalah. Lain halnya jika masih harus bekerja sebagai karyawan kantoran.
Atau disibukkan dengan aktivitas mengurus rumah dan keluarga. Jangan
dikira menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mudah, loh!
Itu karena beliau harus bekerja dan setelah pulang ke rumah pun tidak
ingin melewatkan waktu bersama anak-anaknya. Setelah anak-anak tidur,
barulah beliau mulai menulis. Penulis terkenal ini tetap bisa produktif.
Padahal beliau hanya fokus menulis beberapa jam saja setiap harinya.
Tidak pernah terjaga sampai pagi. Namun karena sudah terbiasa dan
melakukannya dengan disiplin, beberapa jam pun bisa menjadi sangat
efektif. Buku-bukunya tidak henti terbit.
Saya punya sedikit kisah tentang masalah ini. Beberapa bulan yang
lalu saya membaca novel seorang penulis yang cukup kondang. Penulis
ini sudah menghasilkan ratusan cerpen dan puluhan buku. Nah, di salah
satu novel terbarunya terdapat suatu fakta yang menggelitik. Penulis top
ini memberi informasi yang tidak tepat. Menurutnya, penemu oksigen
adalah Sir Isaac Newton. Mengapa informasi ini menjadi menggelitik dan
tidak tepat? Karena memang salah!
Sir Isaac Newton adalah penemu gravitasi. Dia juga penemu kalkulus.
Juga “Hukum Gerak Newton”. Ada banyak prestasi luar biasa ilmuwan
satu ini. tapi, bukan oksigen. Itu merupakan kejayaan milik Antoine
Lavoisier, ilmuwan Prancis yang menemui ajal dihukum guillotine karena
masa lalunya sebagai pengumpul pajak.
Nah, bukankah ini suatu hal fatal yang seharusnya bisa dihindari?
Sampai di sini, bisa mengerti apa yang saya maksud, bukan? Meski
“hanya” kisah fiktif, novel yang kita tulis haruslah menyajikan fakta yang
benar dan tidak boleh berkhianat pada akal sehat.
Setiap penulis ingin memiliki ciri khas tersendiri. Entah itu dalam hal diksi,
penokohan, atau tema. Akan tetapi pada praktiknya tidak selalu mulus
untuk menemukan ciri yang bisa menunjukkan identitas Anda. Seorang
penulis kadang terseret ingin mengekor penulis idolanya.
Itu sesuatu hal yang sangat manusiawi, kok! Jangan berkecil hati jika
Anda belum menemukan ciri khas dalam menulis. Saya dulu sangat ingin
mengekor gaya Sidney Sheldon. Nyaris setiap bab berisi adegan-adegan
dramatis dan fakta yang mengejutkan. Membaca karya pengarang satu ini
Terus terang saya lega karena merasa sudah menemukan ciri yang
akan menajamkan identitas saya pribadi. Belakangan saya pun mulai
menambahkannya dengan puisi atau quote versi pribadi. Jadi, bukan
puisi atau kalimat terkenal milik orang ternama. Saya tidak melakukan
itu. Saya mencarinya di dalam diri sendiri. Karena itulah maka disebut ciri
khas, hal yang membedakan.
• Jantung bertrampolin
Itu beberapa padanan kata yang kadang saya gunakan. Intinya sama
saja, menyatakan bahwa dada seseorang sedang berdebar kencang.
Tujuannya untuk menghindari kebosanan dan memperkaya bahasa
yang kita gunakan. Toh, pada dasarnya mengandung arti yang tidak jauh
berbeda.
Reaksi norak itu datang lagi. Otot-otoku lemas karena lututku rasanya
nyaris enggak bisa menyangga tubuh. Dadaku hampir rontok oleh
gedoran jantung yang semena-mena. Pipiku terasa dijalari rasa panas
terus-menerus. Aku enggak asing dengan semua ini. Setahun setengah
yang lalu aku pernah mengalami kayak gini. Deja vu.
Kalau kalimat ini ada di novel yang sama untuk menggambarkan perasaan
Mel terhadap Wing. Letaknya di halaman 151.
Jadi, jangan takut untuk menjadi diri sendiri dan menulis dengan gaya
yang (mungkin) dianggap aneh atau berbeda. Kita memang harus kreatif
dan terus mengasah kemampuan itu dengan baik.
Mengapa ada bahasan tentang rasa takut di bab ini? Tahukah Anda kalau
banyak sekali penulis yang dihantui oleh rasa takut? Mulai dari takut
karyanya tidak bagus, takut ditolak oleh penerbit, hingga takut tidak laku.
Ya, dalam setiap tahapan naskah ada rasa takut yang terus menghantui.
Apa yang terjadi jika naskah Anda kirimkan ke penerbit? Ada berbagai
kemungkinan, kan? Bisa saja ditolak seperti kekhawatiran Anda. Tapi,
bisa juga diterima. Jadi, mengapa tidak mengambil risiko dengan adanya
dua kemungkinan kesempatan yang sama besarnya? Sementara jika
Kesalahan satu dua kata masih dimaklumi, namun jika dalam setiap
halaman ada terlalu banyak kata-kata yang keliru, jangan salahkan editor
bila tidak merasa perlu membaca naskah Anda. Saya dan banyak penulis
lain pernah melakukan kesalahan ini. Anda jangan sampai melakukannya,
ya?
Sumber: www.4.bp.blogspot.com
Gambar 3.7
Seorang penulis harus belajar
EYD untuk meningkatkan
pengetahuannya.
Sumber: www.4.bp.blogspot.com
Gambar 3.8
Seorang penulis pun harus
menguasai pengetahuan tentang
penggunaan tanda baca.
Step by Step :
Dari Ide Hingga
Menjadi Novel
Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan 75
www.penulispro.com
Sumber: www.a1.sphotos.ak.fbcdn.net
Gambar 4.1
Beginilah kira-kira tahapan-
tahapan menulis secara garis
besar.
76 Panduan Menulis Fiksi
Demikian juga dengan menulis novel. Nikmati saja step by step
hingga selesai. Saya sendiri malah punya kebiasaan jelek yang sangat
sulit untuk dihilangkan. Setiap kali menulis novel, saya cenderung “jatuh
hati” pada tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama lelaki. Setelah itu, saya
butuh sedikit waktu untuk “memulihkan” diri dari situasi itu. Bukan hal
yang ideal, bukan?
Tidak masalah andai Anda pun berpendapat serupa. Tak hanya saya
yang mengalami hal seperti ini. Banyak teman-teman penulis yang terseret
pada fiksi yang ditulisnya meski dengan cara yang sedikit berbeda.
A. Menggali Ide
Ide adalah nama lain dari gagasan. Banyak yang merasa kesulitan
menemukan ide sebelum mulai menulis. Ide memang faktor terpenting
sebelum beranjak ke langkah selanjutnya. Tanpa ide, bagaimana
Kesulitan mencari ide? Itu wajar sekali. Suatu hal yang jamak
dan bisa terjadi pada penulis manapun. Dulu, saya cenderung hanya
menunggu datangnya ide. Hingga suatu peristiwa mengubah pendapat
saya selamanya.
Saat itu saya dan beberapa orang teman diminta untuk mencari
ide untuk dijadikan novel anak. Sebenarnya saya merasa tidak pernah
punya kemampuan yang memadai untuk terjun di dunia buku anak.
Namun di sisi lain saya juga penasaran ingin mencoba sekaligus mencari
Nah, di saat diminta untuk mencari ide itulah saya merasa menabrak
dinding batu. Kepala saya kosong selama bermenit-menit, tanpa ada
bayangan sama sekali kisah apa yang akan diangkat. Rasanya benar-
benar putus asa! Hingga kemudian mentor saya yang baik itu menuliskan
sesuatu di chat room peserta kursus.
“Ide itu harus dipaksakan. Biasakan untuk memaksa keluarga ide dari
kepala kita. Jangan hanya menunggu hingga munculnya ide!” Begitulah
kira-kira kalimat yang tertulis. Saya pun merasa ditonjok. Selama ini saya
meyakini bahwa ide akan datang sendiri, bukan dipaksa keluar.
Saya ingat kalau setiap matryoshka ini terdiri dari beberapa boneka
sekaligus yang dipasang bertumpuk. Semakin keluar tentu semakin besar
pula bonekanya. Tiba-tiba terpikir, mengapa tidak membuat cerita yang
berbau misteri? Malam itu juga saya pun menuliskan sinopsis kasarnya.
Isinya kira-kira begini :
Ide kadang tidak harus dicari atau ditunggu. Ide bisa bersumber dari
banyak hal yang ada di sekitar kita. Pengalaman pribadi adalah salah
satu sumber yang luar biasa untuk dituangkan menjadi naskah fiksi. Anda
hanya perlu meramunya sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik.
Buat saya pribadi, ini menjadi semacam keharusan. Karena bila ada
bagian cerita yang berasal dari pengalaman sendiri, saat menuangkannya
menjadi tulisan akan sangat menyenangkan. Sangat beda rasanya
karena ada sentuhan personal yang merupakan bagian dari diri saya di
dalamnya.
Ide juga bisa berasal dari peristiwa sehari-hari yang diracik oleh alam
sekitar. Juga dari pengalaman orang lain yang kita dengar atau kita lihat.
Kalau Anda sering menjadi tempat curhat dari teman-teman, niscaya
Anda akan punya ide yang luar biasa banyaknya. Pengalaman orang lain
bisa dijadikan ide, loh! Tidak harus persis sama, tapi cukup diambil yang
paling menarik.
Oh ya, bacaan dan film pun bisa menjadi sumber ide yang tidak ada
habisnya. Dari sebuah novel yang Anda baca, bisa meletupkan ide-ide
brilian di kepala Anda. Pemicunya kadang bisa hanya lewat sebuah kalimat
saja! Itulah sebabnya seorang penulis harus banyak membaca pula.
Karena buku adalah santapan yang sangat berguna untuk memperkaya
bahasa dan meluaskan wawasan.
akhirnya novel ini pun selesai hingga setebal 200-an halaman. Dan
kemudian bertemu jodohnya.
Sumber: www.boxset4less.blog.com
Gambar 4.3
Serial krininal top CSI bisa
memberi banyak ide untuk novel-
novel saya.
Jadi, ide bisa berasal dari mana saja. Bahkan dari dialog sambil
lalu yang kita dengarkan saat berada di keramaian. Yang penting, jangan
sampai kita membatasi diri. Ide apa pun yang melintas di kepala, buru-buru
catat dengan detik. Setelah memiliki kesempatan, mulailah kembangkan
ide tersebut hingga menjadi sebuah cerita yang kira-kira menarik dan
juga unik.
Buat saya, kata kunci sebuah ide adalah “Unik”. Karena persaingan
yang sangat ketat, kita harus tampil dengan cerita yang unik agar bisa
menarik perhatian. Tanpa keunikan, maka akan sulit untuk mendapat
perhatian. Karena itu berarti Anda hanya melakukan pengulangan belaka.
Jadi, pastikan cerita yang Anda sajikan memiliki keunikan sebagai nilai
tambah. Jangan pernah mengikuti jalan yang sudah diretas oleh penulis
lainnya, meskipun orang tersebut sangat Anda kagumi.
Setelah mendapatkan ide yang menarik, saat bagi Anda untuk mulai
menyiapkan karakter yang akan mewakili Anda menjalin kisah. Karakter
ini bukan hal main-main, loh! Itulah sebabnya Anda harus menyiapkan
si tokoh utama ini dengan sebaik-baiknya. Karena merekalah yang akan
menggerakkan cerita. Sebagai sutradara, adakalanya seorang penulis
“tidak berdaya” dan mengikuti ke arah mana tokohnya hendak berjalan.
Penulis tunduk pada karakter ciptaannya.
Sekadar masukan, pilihlah karakter yang unik dan punya ciri khas.
Agar pembaca mudah terkenang pada tokoh ciptaan Anda. Itulah
sebabnya sangat penting memikirkan dengan detil semua hal tentang
karakter yang akan mengambil perang utama dan penghuni panggung
pertunjukan Anda.
Ada hal positif yang saya dapatkan dengan cara seperti ini. Hal-hal
yang terkadang tidak terpikirkan malah melintas di kepala seperti kilat.
Dan jika tidak buru-buru dieksekusi, saya sering kehilangan jejaknya.
Buat saya pribadi, pengalaman seperti ini benar-benar sangat pribadi.
Sulit diungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasa puas itu kemudian
memeluk saya.
Menurut pendapat (bodoh) saya ketika itu, cara seperti ini menjaga
kemurnian tulisan saya. Hingga akhirnya saya lebih banyak berdiam diri
di depan laptop yang terbuka tatkala ide enggan muncul. Dan inilah yang
terjadi. Waktu terbuang sia-sia karena tidak ada ide yang bisa ditulis.
Semuanya terasa hampa dan menyulitkan. Wah, kalau sedang dalam
kondisi seperti ini, saya tidak punya kekuatan untuk melakukan apa pun.
Selain hanya membuang waktu yang berharga.
Tuliskan di tempat khusus tentang ciri-ciri fisik sang tokoh. Mulai dari
tinggi, ciri fisik tertentu, atau kelebihan yang dimilikinya. Demikian juga
dengan sifat-sifatnya. Apakah galak, cerewet, suka mengatakan kalimat
tertentu. Pokoknya segala hal yang melekat padanya.
Mengapa ini penting? Karena jika tidak mendapat porsi yang tepat
untuk menggambarkan sosok sang tokoh utama, pembaca mungkin
hanya bisa meraba-raba. Sehingga tokoh utama ini pun seolah berdiri
di balik kabut, tidak terlihat jelas. Kita tahu dia ada, namun tidak bisa
menjelaskan bagaimana dirinya. Bagi pembaca, itu sesuatu yang kurang
nyaman.
Tema apa yang ingin Anda angkat? Jangan menulis naskah komedi
dengan tokoh-tokoh yang serius. Karena hal itu akan menjadi sebuah hal
yang tidak sesuai. Jadi, pastikan tokoh-tokoh cerita Anda sesuai dengan
tema yang diusung. Sehingga cerita pun menjadi padu dan tidak memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengernyitkan dahi. Setuju?
Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna baiknya dan sempurna
pula jahatnya. Manusia adalah makhluk yang lemah dan kadang tidak
mampu menghalau godaan. Kita maklum itu. Manusia juga sering berbuat
kesalahan, entah itu disengaja atau sebaliknya.
Nama mungkin dianggap hal yang tidak penting. Namun saya justru selalu
memilih nama terlebih dahulu sebelum menguraikan karakternya. Nama
buat saya sangat penting, karena bisa memberi gambaran akan sosok
Usahakan memilih nama yang tidak pasaran. Siapa bilang nama Tasya
itu tidak menarik? Akan tetapi, kalau sudah terlalu banyak digunakan, apa
lagi istimewanya? (Maaf untuk semua yang bernama Tasya). Coba saja
lihat di sekitar kita! Berapa banyak anak perempuan yang diberi nama
Tasya? Banyak sekali, bukan? Demikian juga dengan Nabila, Salsabila,
Indra, Bintang, Anita, Donny, Aldo, Adjie, dan banyak lagi. (Sekali lagi,
mohon maaf sebesar-besarnya untuk pemilik nama yang saya tulis di sini
ya ) Oleh karenanya, kita harus selektif memilih nama. Bila memungkinkan,
ciptakan nama sendiri. Mengapa tidak?
Tidak ada keharusan Anda harus menulis kisah di lokasi nyata. Anda
bisa kok menciptakan kota fiktif. Kisah-kisah fantasi atau yang mengambil
waktu di masa depan, sering menggunakan cara ini. Menciptakan lokasi
Tapi jika Anda ingin membuat novel dengan lokasi tempat yang belum
pernah dikunjungi sekalipun, tidak masalah. Anda bisa mencari referensi
di internet atau memborong buku-buku tentang kota yang diinginkan.
Melihat gambar bangunan atau kondisi kotanya juga akan sangat
membantu menajamkan bayangan Anda. Sehingga penulis pun punya
bayangan akan kota yang akan ditulisnya.
Buat saya pribadi, lebih nyaman menulis tentang kota yang benar-
benar saya kuasai. Itulah sebabnya novel-novel saya banyak berlatar di
Medan atau Bogor, tempat tinggal saya sekarang.
Satu hal yang harus diingat, jadikan menulis sebagai aktivitas yang
membuat Anda bergairah dan bahagia. Jangan takut untuk melakukan
eksplorasi meskipun itu berarti Anda harus menciptakan sebuah kota
fiktif. Tidak ada yang salah dengan segala hal yang berbau fiktif. Cuma
satu yang harus menjadi pegangan dan tidak boleh dilupakan sampai
kapanpun : logika harus dikedepankan.
“Dengan membuat sinopsis fiksi per bab, sekitar lima puluh persen
pekerjaan kita sudah selesai.”
Itu adalah ucapan salah satu mentor saya ketika belajar menulis.
Mentor saya sudah memiliki nama yang mentereng di dunia fiksi dengan
karya-karya yang mengalir deras seakan tanpa henti.
Awalnya, saya tidak terlalu yakin meski sudah banyak orang yang
menyarankan untuk membuat sinopsis terlebih dahulu. Seperti yang sudah
sayang singgung sebelumnya, saya adalah orang yang anti sinopsis.
Namun ketika mulai mencobanya, rasanya memang sangat membantu.
Tidak ada patokan yang serba pasti, hanya serba kira-kira. Namun buat
saya itu memberi bantuan yang sangat berarti. Makin sering melakukan
hal ini, semakin terbukti kata-kata mentor saya di atas. Lain halnya jika
ingin menulis nonfiksi, sinopsis hanya sekadar menjadi pemandu. Jika
diubah menjadi persentase, mungkin hanya menyelesaikan naskah
antara 5 hingga 10 persen.
Sumber: www.2.bp.blogspot.com
Gambar 4.6
Contoh mind map.
Ketika Anda sudah berhasil membuat sinopsis per bab dengan baik,
pekerjaan menjadi lebih mudah. Sangat mudah, malah. Anda tinggal
berpatokan pada sinopsis yang sudah dibuat setiap kali akan berpindah
bab. Setelah saya bandingkan dengan kondisi langsung menulis tanpa
sinopsis, hal ini ternyata menghemat banyak waktu. Nyaris tidak ada lagi
waktu yang terbuang percuma dengan layar laptop yang hanya ditatap
hampa. Kini, cukup melirik sinopsis dan membacanya sebentar. Imajinasi
bisa langsung berkeliaran dan tahu apa yang ingin ditulis.
Bagaimana jika di tengah jalan ternyata ada ide yang lebih keren dan
bisa membuat cerita kian menarik?
Setelah sinopsis per bab selesai dan dianggap matang, maka kini tiba
saatnya untuk mulai merangkai kata. Anda mulai menguraikan bab demi
bab yang gambarannya sudah tertulis jelas di sinopsis.
Sinopsis per bab adalah modal dasar yang menjadi peta bagi
penulisnya. Anda tentu sudah memiliki bayangan yang sangat jelas
mengenai kisah yang akan diangkat. Itulah sebabnya sangat penting
untuk membuat sebuah uraian yang sangat detail sehingga konsep
benar-benar matang. Setelah itu, tugas penting Anda selanjutnya adalah
mengurai tiap bab dalam jalinan cerita yang indah.
Jadi, uraikan bab demi bab yang sudah Anda buat gambarannya
dengan kegembiraan dan kegairahan yang besar. Karena nantinya
pembaca pun akan turut merasakan luapan perasaan yang Anda
paparkan.
Ketika Anda sudah terbiasa menulis cerpen, tentu tidak akan sulit
kalau diminta menulis sepuluh halaman, bukan? Namun, jika jumlahnya
digandakan menjadi dua puluh atau tiga puluh, pasti ada kesulitan yang
harus ditaklukkan. Itu adalah sesuatu yang sangat wajar, kok!
Itulah gunanya sinopsis per bab. Terutama untuk Anda yang belum
terbiasa menulis dalam jumlah banyak. Kehadiran sinopsis yang merinci
garis besar cerita tiap bab akan sangat bermanfaat. Ini bisa menghindarkan
Anda dari pengembangan cerita yang di luar kontrol.
Tapi entah kenapa saya tiba-tiba punya hasrat untuk menulis novel.
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, novel pertama sedianya
ditulis khusus untuk lomba. Perjuangan untuk menyelesaikannya pun
tidak mudah. Begitu juga dengan novel kedua. Namun kemudian saya
berusaha mengubah pola pikir untuk membuat pekerjaan yang saya cintai
ini menjadi lebih mudah.
Nah, hal seperti ini pada dasarnya sama saja dengan banyak pekerjaan
lainnya. Jika kita bisa mengeset pola pikir dan mengidentikkan banyak
hal dengan “mudah” atau “aku pasti bisa”, tidak akan ada problema yang
tidak bisa ditaklukkan. Sebaliknya, begitu kita merasa semuanya serba
sulit, maka kenyataan menjadi begitu berat. Sangat penting bagi kita
untuk selalu berpikir positif agar apa pun yang kita lakukan di dunia ini
akan menuai hasil yang positif pula.
F. Masa Pengendapan
Ketika nanti Anda kembali ke naskah ini, Anda akan melihatnya dengan
pandangan yang berbeda. Tidak lagi sama seperti sebelumnya. Semakin
lama waktu pengendapan, naskah akan menjadi semakin “asing” bagi
Anda. Dan “keasingan” ini akan sangat membantu saat penulis membaca
ulang naskahnya sendiri. Anda pasti akan mengalami banyak momen di
mana akan bertanya pada diri sendiri : “Benarkah aku yang sudah menulis
semua ini?”
Ketika naskah sudah diendapkan dan cibaca ulang, biasanya penulis akan
menemukan banyak hal yang harus diperbaiki. Entah itu berupa dialog
yang janggal, fakta yang saling bertentangan, atau alur yang berlebihan.
Nah, inilah saat yang tepat untuk menyiapkan gunting dan melakukan
“bersih-bersih”.
Sumber: www.lkscreativestudio.files.wordpress.com
Gambar 4.8
Setelah melakukan pengendapan,
kini saatnya untuk melakukan
pengeditan.
Bab
5
Sebelum
Mengirim Naskah
108
ke Penerbit
Panduan Menulis Fiksi
Setelah naskah Anda selesai, langkah selanjutnya tentu saja harus
mengirimkannya ke penerbit. Namun, tentu saja Anda tidak bisa gegabah
saat melakukan hal ini. ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
seorang penulis sebelum memasrahkan buah ciptanya kepada sebuah
penerbit.
Ada banyak sekali penerbit di luar sana. Tiap penerbit memiliki selera
dan kekhasan yang berbeda-beda. Misalnya saja penerbit A selalu
menerbitkan novel-novel komedi, penerbit B setia pada naskah berbau
roman, atau penerbit C hanya menerima naskah-naskah fantasi.
Sumber: www.3.bp.blogspot.com
Gambar 5.1
Jika Anda mengenali spesialisasi
penerbit dengan baik, sama
artinya sudah memegang kompas
di tangan.
Oh ya, ada pilihan lain yang bisa Anda lakukan jika (mungkin) merasa
gamang berurusan dengan penerbit secara langsung. Ada agensi
naskah yang bisa menjembatani. Saat ini ada banyak sekali agensi
naskah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung. Anda
berdomisili jauh dari kota-kota tersebut? Jangan khawatir, manfaatkan
teknologi modern. Internet, e-mail, SMS, atau jejaring sosial itu hadir
untuk dimanfaatkan, bukan? Jadi, gunakanlah kemudahan yang mereka
persembahkan bagi dunia, demi mendukung kinerja Anda.
• Ukuran kertas : A4
• Ukuran huruf : 12
• Spasi : 1,5
• Tebal naskah antara 150 – 250 halaman atau minimal 40.000 kata
Sumber: www.macbasics.files.wordpress.com
Gambar 5.2
Huruf Times New Roman paling
sering digunakan dalam penulisan
naskah.
Mengapa hal ini dirasa perlu? Sederhana saja, itu menandakan Anda
menghargai penerbit dan tahu betul keinginan dari penerbit yang dituju.
Coba kita analogikan dalam keseharian! Jika Anda ingin menarik hati
seseorang, tentu Anda akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan
hal-hal yang disenanginya, bukan? Anda mustahil menabrak rambu-
rambu yang telah ditetapkan. Memang, ini tidak menjadi jaminan
kalau naskah Anda akan lolos dengan mudah. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi.
Selain itu, jilid dengan rapi naskah Anda, tunjukkan kalau Anda
peduli pada buah karya ini. jangan mengirimkan naskah dalam keadaan
berantakan dan kotor. Editor pasti tidak berminat membaca naskah Anda.
Setelah itu, masukkan naskah yang sudah rapi ke dalam amplop. Seorang
editor pernah memberi bocoran tentang naskah yang akan menarik
perhatiannya pertama kali. Yaitu, naskah-naskah dengan pembungkus
yang khusus. Misalnya saja menggunakan kertas kado yang berwarna-
warni. Atau kotak khusus yang cantik. Semakin unik dan istimewa
bentuknya, semakin penasaran pula sang editor untuk membaca naskah
yang berada di dalamnya.
Saat ini sudah banyak pula penerbit yang menerima naskah via e-mail.
Hal ini tentu saja memudahkan penulis, sehingga tidak perlu menge-print
naskah. Ini penghematan yang cukup lumayan, loh! Anda tidak perlu
merogoh kocek untuk membeli kertas atau membayar biaya pengiriman
lewat jasa titipan kilat.
• Kelebihan naskah
• Sinopsis
Jadi, sembari menunggu hasil dari naskah yang sudah dikirim itu,
teruslah menulis cerita baru. Jangan hanya berdiam diri tanpa melakukan
apa-apa. Karena sebuah naskah itu baru akan mendapat kabar setelah
Sumber: www.dmorales809.files.wordpress.com
Gambar 5.3
Teruslah menulis dan
menuangkan ide selama
menunggu kabar naskah yang
sudah dikirim.
Anda tentu maklum kalau naskah Anda tidak sendiri. Ada puluhan,
ratusan, atau bahkan ribuan naskah yang harus dibaca oleh editor.
Semakin besar penerbit, tentu semakin banyak pula jumlah naskah
yang antri. Jadi, penulis harus bisa bersabar dan menahan diri. Jangan
buru-buru mempertanyakan nasib naskah Anda. Tunggu hingga waktu
Ini adalah cara kita menghormati diri sendiri. Sebagai manusia, kita
harus melakukan hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan.
Sebagai penulis, kehormatan dan nama baik adalah masalah yang sangat
S
aya pernah bertemu seorang penulis yang
kurang mengindahkan etika. Dia kerap
mengumbar kelemahan penulis lain di
akun jejaring sosial. Bahkan secara terang-
terangan menjelek-jelekkan agensi naskah yang sudah
membantunya. Pada akhirnya semua ulahnya itu
menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Sumber: www.img.humorsharing.com
Gambar 5.4
Junjung tinggi etika dan sopan
santun meski itu di jejaring sosial.
Jangan sampai langkah Anda
terganjal karenanya.
Apa yang Anda lakukan ketika tiba-tiba mendapat sebuah telepon dari
penerbit yang menyatakan kalau naskah Anda siap diterbitkan? Pasti
rasa senangnya tidak terkira, bukan? Saya pun mengalami hal yang
sama, bahkan sampai kehilangan kata-kata. Kegembiraan itu sulit untuk
diungkapkan dengan kata-kata. Semua perjuangan saat menuliskan
naskah pun terbayar lunas.
Sampai detik ini pun saya masih sering bertingkah norak tiap kali
melihat buku-buku saya terpajang dengan manisnya di toko buku. Ada
kepuasan yang tidak terkatakan untuk menggambarkan seluruh perasaan
yang berkecamuk. Berbagai perasaan pun bergumul jadi satu. Mulai dari
rasa takjub, tak percaya, kegembiraan yang melimpah ruah, bahkan
perasaan sedang bermimpi.
Saya selalu percaya bahwa tiap naskah itu ada jodohnya masing-
masing. Jadi, bukan perkara mudah untuk mewujudkannya. Kadangkala
penulis dapat merasakannya dengan cara yang tidak masuk akal.
Dulu, saya selalu nyaris histeris tiap kali teringat semua jerih payah
dan naskah jagoan saya malah ditolak. Sungguh, itu masa-masa yang
sangat berat karena ada harga diri yang runtuh hingga bertiarap. Kecewa
luar biasa hingga memakan waktu berminggu-minggu untuk kembali
kepada perasaan yang “normal”. Intinya, hidup menjadi kacau balau
karena penolakan naskah.
Sekarang?
Ketika ada satu pintu penerbit yang tertutup, masih ada pintu lain yang
terbuka. Tugas Andalah untuk menemukan pintu yang tepat, sehingga
bisa mengantar naskah tercinta menjadi novel yang akan dibaca oleh
dunia.
Ketika Novel
(Akhirnya)
Diterbitkan
Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan 127
www.penulispro.com
Setiap penulis pasti bermimpi suatu saat novelnya akan diterbitkan oleh
penerbit nasional. Kemudian novel tersebut bisa ditemukan di setiap toko
buku yang tersebar di setiap pelosok nusantara.
Meski dapat dikatakan tidak wajib, banyak penulis yang memilih untuk
melakukan promosi untuk buah karyanya. Ini adalah langkah yang
memang sudah seharusnya diambil. Karena pada akhirnya promosi
berdampak besar pada angka penjualan novel. Meski tidak selalu terjadi
demikian. Karena pada kenyataannya ada novel yang laris meski tanpa
promosi jor-joran. Demikian sebaliknya.
Gambar 6.1
Inilah stiker besar bergambar
kaver novel yang ditempelkan di
kaca belakang mobil.
Secara umum, tiap penulis bermimpi memiliki karier yang panjang dan
gemilang. Sebenarnya hal ini tidak hanya berlaku di dunia tulis-menulis saja,
melainkan di segala lapangan pekerjaan, terutama yang menjanjikan. Nah,
bagaimana cara penulis mempertahankan eksistensinya? Jawabannya
sederhana saja, kok! Tetaplah menulis selagi masih sanggup.
Itulah yang harus Anda lakukan dalam hidup ini jika memang
berkeinginan menjadi seorang penulis. Jangan pernah berhenti menulis
apa pun alasannya. Jika Anda terus menulis, otomatis produktivitas akan
tetap terjaga. Dan pada akhirnya akan membuat eksistensi Anda bisa
dipertahankan.
Semua itu adalah konsekuensi dari profesi yang Anda pilih. Meski
bukan selebriti yang wira-wiri di depan televisi atau kolom gosip, profesi
pengarang tetap dianggap memikat dan seksi.
Saya juga yakin, akan ada saatnya Anda merasakan gelombang rasa
haru ketika membaca pesan dari pembaca. Karena tulisan yang kita buat
banyak memberi dampak buat para pembaca di luar sana. Ada yang
terpukau hingga menyatakan kekagumannya. Atau bagaimana tulisan
Anda telah membuatnya ingin menjadi orang yang lebih baik, misalnya.
Banyak penulis yang mengalami momen magis saat membaca curahan
hati para pembacanya. Sungguh luar biasa rasanya tatkala tahu bahwa
buah pena Anda telah mempengaruhi perasaan seseorang.
C. Royalti
S
ekadar contoh: untuk satu semester novel yang
terjual adalah 1.000 eksemplar. Harga jual novel
sebesar Rp40.000,00. Jika penulis mendapat
royalti sebesar 10%, maka royalti yang diterimanya
adalah :
1.000 x Rp.40.000 x 10% = Rp4.000.000,00
Jumlah di atas masih harus dipotong pajak lagi. Jika Anda
memiliki NPWP maka royalti yang diterima adalah :
Royalti Rp4.000.000,00
PPh pasal 23 : Rp4.000.000,00 x 15%
Rp600.000,00
Royalti bersih Rp3.400.000,00
Gambar 6.2
Seorang penulis sebaiknya
memiliki NPWP untuk
menghindari pemotongan pajak
yang terlalu besar.
Jika naskah Anda laris manis dan dicetak ulang, maka pendapatan
bisa membengkak. Karena semakin banyak buku yang laku terjual,
semakin besar pula royalti yang Anda terima. Selain itu, penulis novel
laris berkesempatan mendapat tambahan royalti, loh! Wah, menggiurkan,
ya?
Namun, hal yang sebaliknya akan terjadi jika novel Anda kurang laku
di pasaran. Pendapatan minim sebanding jumlah buku yang terjual dan
harus menunggu hingga masa pembayaran royalti tiba.
Lalu bagaimana jika Anda memilih jual putus? Penulis hanya menerima
pembayaran satu kali saja, ketika sudah tercapai kesepakatan. Jadi,
tidak perlu menunggu periode tertentu untuk mendapat transferan dari
penerbit. Apakah novel Anda hanya laku 25 eksemplar atau cetak ulang
berkali-kali, tidak ada pengaruhnya lagi. Jumlah uang yang Anda terima
tidak berubah sama sekali.
Sumber: www3.bp.blogspot.com
Gambar 7.1
Jika ingin “menonjol”, seseorang
harus berani maju dengan
penampilan berbeda.
di sinetron. Namun terkadang hidup ini justru jauh lebih aneh dari sinetron.
Coba saja Anda amati berita-berita di televisi. Pasti akan terkejut dengan
beragam polah manusia, kan?
Jadi, apa poinnya di sini? Silakan Anda membuat cerita yang penuh
kejutan dan liukan yang mengejutkan pembaca. Silakan menciptakan
kisah yang lebih aneh dari sinetron sekalipun. Namun Anda harus
berpegang pada satu hal : semua cerita harus memiliki sebab atau pemicu
yang masuk akal. Sehingga pembaca tidak merasakan kejanggalan atau
keanehan sama sekali.
Jadi, latar belakang atau alasan itu sangat penting. Jangan sampai
pembaca tidak bisa mencernanya dengan baik dan malah tiba pada
satu kesimpulan: terlalu mengada-ada. Kadang hal ini yang luput dari
perhatian penulis. Terlalu asyik berimajinasi, cerita menjadi melenceng
dan tidak masuk akal. Penulis harus tetap menjaga agar alur tetap dalam
lingkaran logika.
Penulis memang harus kreatif, itu keharusan yang tidak bisa ditawar
lagi. Namun tidak boleh melenceng dari akal sehat. Jangan sampai ada
satu bagian pun yang asing dan berbeda. Apabila diibaratkan sebagai
kepingan-kepingan puzzle, maka tiap keping harus memiliki kecocokan
yang absolut. Sehingga pada akhirnya akan mampu membentuk gambar
yang tepat.
Begitu juga cerita. Tanamkan hal itu dalam benak kita, sehingga
mampu menghasilkan kisah yang logis. Unik atau aneh tidak masalah,
kok! Tetap halal selama mampu diterima oleh akal sehat.
seragam : jago basket, ketua OSIS, pintar, kalau tidak playboy malah
dingin sama cewek. Sementara tokoh utama ceweknya tidak jauh-jauh
dari sosok pemandu sorak yang glamor atau malah cewek kutu buku
yang saling berebut perhatian sang idola.
Hallooooo... apa tidak ada karakter lain yang cocok menjadi tokoh
sentral? Seingat saya, ketika SMA dulu cowok idola di sekolah saya ada
beragam. Ada cowok pecinta alam yang rada bengal tapi sangat keren.
Ada kakak kelas yang meski suka menari tapi tidak gemulai, atau cowok
jerawatan yang disukai gadis-gadis karena belasan tahun silam sudah
bawa mobil mewah ke sekolah. Artinya, saya menemukan banyak sekali
karakter unik yang menjadi idola tanpa harus menjadi jago basket, jago
matematika, atau ketua OSIS. Seingat saya lagi, para ketua OSIS di
sekolah saya memang berwibawa tapi tidak cukup menawan untuk digilai
gadis-gadis. Langganan juara umum malah punya berat badan yang
sangat berlebih. Si jago basket justru selalu dijauhi makhluk hidup karena
jarang mandi dan menebarkan horornya bau keringat.
Sumber: www.images.usatoday.com
Gambar 7.2
Sidney Sheldon adalah contoh
penulis yang memiliki keunikan.
Tulisannya tidak membosankan
dan “bertegangan tinggi”.
sangat memperkaya saya. Dan itu akan berpengaruh tatkala saya mulai
menulis, menuangkan adegan demi adegan di dalam kepala hingga
menjadi tulisan yang sesuai dengan keinginan.
Mungkin banyak yang merasa aneh jika saya katakan bahwa saya
nyaris tidak pernah membaca buku yang filmnya saya tonton. Atau
sebaliknya, tidak menonton film yang bukunya sudah saya baca. Sekarang
kan banyak sekali film-film yang diangkat dari novel-novel terkenal. Saya
cenderung memilih salah satunya. Jika belum membaca bukunya, saya
akan menonton filmnya. Namun jika sudah, maka tidak perlu datang dan
antre ke bioskop. Mengapa? Tentu saya punya alasan sendiri.
Saya pernah menonton film laris yang diangkat dari sebuah kisah
nyata. Menurut pemikiran saya yang sederhana, filmnya harusnya patuh
pada bukunya. Karena berdasarkan kisah nyata, kan? Ternyata oh
ternyata, banyak sekali adegan yang harus memenuhi standar “hiburan”
dan dramatisasi. Sehingga salah satu tokoh yang dalam kehidupan nyata
masih segar bugar, malah dijadikan meninggal dunia.
Apakah Anda penyuka film-film berbau psikologi? Jika ya, ada banyak
film bagus yang bisa ditonton demi mendapatkan referensi bagus. Film
kelas Oscar-nya Russel Crowe, A Beautiful Mind. Atau Secret Window-
nya Johnny Depp. Atau film Fight Club yang dibintangi Edward Norton dan
Brad Pitt. Judul-judul film di atas adalah beberapa di antaranya. Masih
ada banyak film-film sejenis.
Sumber: www.itusozluk.com
Gambar 7.3
Pecinta film romantis bisa
menjadikan “The Lake House”
yang mempertemukan lagi Keanu
Reeves dan Sandra Bullock,
sebagai referensi.
Jadi, tontonan menawan pun bisa dijadikan sumber ide yang tiada
habisnya. Bagaimana cinta bisa berpengaruh demikian besar bagi seorang
manusia, bukankah itu menakjubkan? Ide-ide dari film yang kita tonton
bisa diolah sehingga menghasilkan novel yang tak kalah menawan.
Jika hanya sekali atau dua kali, hal itu boleh disebut dengan kebetulan.
Bila kadarnya sudah terlalu tinggi? Itu namanya tidak kreatif, kekurangan
ide, serta tidak punya imajinasi. Ayolah, kebetulan cuma ada di kisah-
kisah sinetron. Cobalah tanya pada diri sendiri, sudah berapa kali Anda
mengalami kebetulan? Apakah terlalu sering? Tentu saja tidak, kan?
Kebetulan adalah sesuatu yang langka.
Perbanyak latihan dan membaca adalah syarat yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Keduanya merupakan keharusan yang mesti dilakukan oleh
penulis. Sehingga kemampuan untuk mengolah cerita yang proporsional
pun kian terasah.
Jika kebetulan Anda mengalami hal senada, apa yang biasanya Anda
lakukan? Berikut ada beberapa langkah yang biasa dilakukan seorang
penulis ketika berhadapan dengan writer’s block ini.
• Membaca novel atau buku. Siapa tahu dari bacaan ini akan mengucur
ide-ide menarik lainnya yang akan membantu Anda mengatasi
kebuntuan tadi.
Sumber: www.sukangeblog.blogdetik.com
Gambar 7.4
Membaca adalah kegiatan
yang sangat bermanfaat untuk
mengatasi writer’s block.
Di samping itu, jangan lupa mencari bahan dan melengkapi data yang
diperlukan. Sehingga tidak ada celah bagi Anda untuk merasa buntu dan
tidak mampu terus menulis. Bahan dan data membuat Anda memiliki
persediaan amunisi untuk terus melanjutkan perang hingga akhir.
Yang tak kalah penting adalah menulis apa yang memang Anda ketahui
dengan baik. Sehingga saat menulis kata-kata seakan mengalir deras
dalam setiap pembuluh darah yang ada di tubuh Anda. Hal sebaliknya
akan terjadi bila Anda tidak menulis apa yang memang benar-benar Anda
ketahui. Akan ada banyak sekali kegamangan dan keraguan karena
Anda khawatir akan menulis narasi atau dialog yang tidak tepat. Sebab
hal itu berarti membuka celah bagi orang lain untuk mempertanyakan
kemampuan Anda jika menyajikan informasi yang keliru.
Tanyakan juga pada diri Anda, ingin dibawa ke mana naskah ini. Ingat
kembali cita-cita awal saat hendak memulai kisah yang mentok ini. Jika
sudah tahu, akan menjadi mudah bagi Anda untuk kembali ke jalur awal.
Pada dasarnya (menurut saya), writer’s block itu harus dilawan, bukan
dimanjakan. Kalaupun Anda terpaksa meninggalkan naskah yang sedang
dirundung masalah itu, jangan lakukan terlalu lama!
Jeda atau rehat menulis tidak boleh terlalu lama. karena dikhawatirkan
gairah Anda pada naskah tersebut malah meredup. Usahakan Anda hanya
“menjauh” maksimal satu hari. Esoknya, siapkan mental dan “peralatan
perang” untuk melanjutkan perjalanan. Makanya, jangan pernah lupakan
sinopsis detail beserta data dan fakta pendukung. Dengan demikian,
tidak akan berani menghampiri!
F. Menundukkan Mood
Mood yang naik turun adalah persoalan klasik lain yang sering dihadapi
oleh penulis. Menurut saya, masalah ini seharusnya tidak menjadi problem
raksasa yang memusingkan dan membuat otot-otot di wajah menegang.
Santai saja! Anda hanya perlu mengambil alih kendali diri untuk mengatur
mood. Jangan sampai mood yang justru mengatur dan mengobrak-abrik
pekerjaan.
Sumber: www.quantifiedself.com
Gambar 7.5
Mood digambarkan dengan
berbagai ikon. Mood tidak
seharusnya mempengaruhi
pekerjaan.
Semangat itu harus dijaga. Ingatkan diri sendiri untuk terus bekerja
dengan maksimal. Mood hanyalah bagian sederhana yang tidak perlu
mempengaruhi kinerja Anda. Itulah sebabnya sangat penting bagi seorang
penulis untuk mengatur jam kerja yang tepat dan paling membuat nyaman.
Demikian juga dengan tempat untuk mengetik. Anda tentu orang yang
paling tahu emngenai hal-hal itu.
Apa pendapat Anda setelah membaca e-book ini? Mungkin ada beberapa
bagian yang Anda tidak setujui, atau sebaliknya. Tiap orang pasti punya
metode atau cara tersendiri. Yang pasti, lakukan yang menurut Anda
paling membuat nyaman.
Selamat menulis.
157
www.penulispro.com
Luisa dan Titi sudah pulang setelah memainkan “drama” yang membuat
Amanda jengah. Dua karibnya itu gembira hingga histeris ketika melihat
Leon dan tak alpa meminta tanda tangan.
“Aku tidak mau kalian saling bunuh.Jadi, biar aku saja yang mengalah.
Walau aku benar-benar nggak tahu bagaimana bentuk makhluk bernama
Leon itu,” gurau Amanda. Sejenak gadis itu mengerutkan keningnya.
“Kalian yakin dia pemain sinetron? Bukan penyanyi, kan?” tanyanya.
“Kamu mau pesan apa?” Leon memperhatikan daftar menu yang ada di
tangannya. Amanda pun sama. Hingga terjadi sesuatu yang membuat
keduanya terpaksa menunda untuk memesan makanan.
159
www.penulispro.com
tanda tangan? Dan yang lain segera mengikuti. Jadilah acara yang tadinya
dijadwalkan untuk makan siang, berubah menjadi ajang jumpa fans.
Amanda gadis mungil yang hanya sedikit lebih tinggi dari bahu
Leon. Wajahnya tidak terlalu cantik tapi punya daya tarik yang tak bisa
diabaikan.Apalagi dengan lesung pipinya.Rambut sehatnya menyentuh
punggung dengan bagian ujung yang ikal.Hanya bagian ujungnya, tapi
terlihat cantik sekali. Amanda berbibir tipis, dengan mata lebar
yang cantik. Hidungnya mungil, namun sangat proporsional. Dagunya
lancip, dengan wajah berbentuk hati.
“Ayo kita pergi dari sini,” Leon menarik tangan Amanda dengan
tergesa. Lamunan Amanda pun terputus dengan paksa.“Kalau kita terus
disini, antrian yang minta tanda tangan akan semakin panjang,” imbuh
Leon lagi.
161
www.penulispro.com
“Dulu?”
Leon tertawa kecil. “Minta maaf untuk apa? Aku yang minta acara hari
ini jangan ribet dengan aturan.”
Apa boleh buat. Amanda juga merasa kalau memberikan jawaban basa-
basi tidak ada untungnya. “Sebenarnya, aku nggak suka... sinetron. Aku
lebih suka nonton film-film dokumenter, serial Korea, atau The Biggest
Loser ,” katanya jujur. Ya, untuk apa berpura-pura? Walau dilanda
gelombang ketidaknyamanan, namun Amanda merasa lebih baik bicara
apa adanya. Toh mereka cuma bersama selama beberapa jam.Ada
baiknya Leon tahu bahwa tak semua orang memujanya.
163
www.penulispro.com
“Kamu ini penuh rasa ingin tau ya? Banyak pertanyaan.Apa nggak terpikir
kalau aku juga suka rahasia?” elak Amanda.
Kali ini Amanda tak bisa menahan diri.Tawanya meledak tanpa henti
sementara Leon hanya terperangah tanpa kata.
Leon menggeleng tidak setuju. “Bagiku ini masalah besar. Apalagi aku
kan harus traktir kamu. Kartu identitas, ATM, dan kartu kredit di dompet
semua.Mati aku,” Leon menepuksetir dengan gemas.Dari arah belakang
terdengar suara klakson yang bersahut-sahutan tanpa jeda.
Amanda menjadi panik. “Ayo kita jalan, jangan sampai dimarahi orang
apalagi ditilang. Ayo!”
165
www.penulispro.com
“Buat apa?Mau minta duit? Emangnya kamu mau makan apa? Biar
aku yang traktir.Ini kehormatan untukku lho,” sergah Amanda. Bintang
sinetron itu terpana mendengar kata-katanya itu.
“Tenang aja, aku pilihkan makanan yang enak untukmu. Biar wajahmu
nggak pucat terus.”
167
www.penulispro.com
“Oh ya, aku berterimakasih karena kita batal makan di restoran steak
tadi.Aku punya sebuah rahasia kecil,” Amanda memajukan tubuhnya.
Matanya berbinar jenaka. “Aku benci steak,” bisiknya.
“Ya.”
169
www.penulispro.com
“Bayar dulu makanan kita.Aku janji nanti kuganti duapuluh kali lipat,”
Leon mengingatkan Amanda.
“Mana dia punya duit untuk bayar,” sesosok tubuh tinggi besar yang
mengingatkannya pada beruang grizzly muncul tiba-tiba. Membuat
jantung Leon terasa berhenti berdetak dan lepas dari tempatnya. Langsung
terbayang di benaknya berita heboh di infotainmen.
Lalu Amanda berbalik ke arahnya. “Ini restoran nenekku, jadi kita nggak
perlu bayar. Sebenarnya... dompetku juga ketinggalan di mobil temanku
tadi,” Amanda tersenyum nakal.Lesung pipinya tercetak indah. Leon hanya
bisa bengong tanpa kata.Perlahan, dia merasa hidup lagi. Jantungnya
kembali berdetak normal. Tulang-tulangnya yang serasa menjadi jeli,
sudah kembali.
Catatan : Cerpen ini menjadi juara 1 pada lomba cerpen tabloid Gaul tahun
2009 dan pernah dimuat di majalah Story. Cerpen ini sudah mengalami
sedikit perubahan.
171