Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang sedang giat untuk
melaksanakan pembangunan nasional dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang sedang
dikembangkan dan perlu ditingkatkan adalah bidang perekonomian pada sektor industri. Sampai
saat ini, pembangunan industri di Indonesia terus mengalami peningkatan terutama
pembangunan industri kimia, baik yang menghasilkan produk jadi maupun produk untuk diolah
lebih lanjut. Pembangunan industri kimia ini sangat penting karena dapat mengurangi
pengeluaran devisa negara akan banyaknya impor bahan kimia dari industri luar negeri. Salah
satunya industri yang perlu didirikan adalah pabrik silikon oksida.

Silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa oksidasi non logam yang berbentuk bubuk
padat, berwarna putih, tidak berbau & larut dalam air. Silikon dioksida mempunyai beberapa
struktur kristal, seperti karbon yang berbentuk granit dan intan serta memiliki komposisi yang
sama dengan pasir dan gelas tetapi bentuk molekulnya kubus, sedangkan gelas mempunyai
struktur tetrahedral (Ulman, 2005). Silikon dioksida digunakan sebagai bahan baku dalam
industri yang menggunakan bahan karet, insektisida, dan bahan penunjang dalam sebuah industri
makanan atau minuman, industri keramik dan penyaring air. Kebutuhan silikon dioksida (SiO2)
di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan banyaknya industri yang
menggunakannya, oleh karena itu pendirian pabrik ini sangat diperlukan untuk dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan silikon dioksida (SiO2) dalam negeri dan diharapkan juga dapat
membuka lapangan kerja.

Pendirian pabrik silicon dioksida di dalam negeri memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

1. Dapat memenuhi kebutuhan natrium nitrat dalam negeri dan mengurangi impor
sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
2. Menghemat devisa negara karena natrium nitrat diperoleh dari industri lokal.
3. Memacu dan mendukung perkembangan industri dengan bahan baku natrium nitrat di
dalam negeri.

1.2 Kegunaan Produk


Kegunaan silikon dioksida, antara lain (Ulman, 2005) :
a. Industri karet menggunakan silikon dioksida sebagai bahan penguat
b. Industri kosmetik sebagai pemadat dan anti caking.
c. Industri pasta gigi sebagai bahan aktif tambahan dan agen abrasi.
d. Industri kertas sebagai pengisi.
e. Sebagai agent silicone rubber.
f. Pasir dilika digunakan sebagai bahan baku pabrik keramik.
g. Pada pengolahan air untuk penjernihan dengan menyerap lumpur, tanah, dan sedimen.

1.3 Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry yang berlokasi di
Cakung, Jakarta Timur dan natrium silikat diperoleh dari PT. Ajidharmamas Tritunggal Sakti
yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sehingga penyaluran bahan baku ke pabrik
silikon dioksida akan lebih mudah.

1.4 Kapasitas Pabrik

Kapasitas produksi suatu pabrik ditentukan berdasarkan data impor, data ekspor,
kebutuhan konsumsi produk dalam negeri, serta data produksi yang telah ada. Sehingga, dari
data-data tersebut akan didapat kapasitas produksi pabrik yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan produk dalam negeri.

1.4.1 Data Impor


Berikut ini data impor silikon dioksida di Indonesia pada beberapa tahun terakhir.
Tabel 1. 1. Data Impor Silikon Dioksida di Indonesia

Tahu
Jumlah (Ton/Tahun)
n
2016 34.877,509

2017 39.934,521

2018 49.807,244

2019 50.971,152

2021 54.358,694

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan silikon dioksida di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, diperlukan industri yang memproduksi
silicon dioksida guna memenuhi kebutuhan yang meningkat di dalam negeri sehingga dapat
menekan angka kebutuhan impor. Grafik kebutuhan impor silikon dioksida dapat dilihat pada
Gambar 1.1.

f(x) = 0
R² = 0 Data Impor Silikon Dioksida di Indonesia
12
Impor Silikon Dioksida (Ton)

10

0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun Ke-

Gambar 1. 1 Grafik Impor Asam Nitrat di Indonesia


(Sumber: BPS, 2021)

Pada Gambar 1.1, sumbu x merupakan tahun ke-n dan sumbu y perkiraan kebutuahn impor
pada silikon dioksida.
Tahun 2016 = Tahun ke-1

Tahun 2017 = Tahun ke-2

Tahun 2018 = Tahun ke-3

Dan seterusnya sampai Tahun 2026 = Tahun ke-11

Berdasarkan data-data yang diplotkan pada Gambar 1.1 dilakukan pendekatan polinomial.

Dimana: y = kebutuhan impor silicon dioksida (ton/tahun)

x = tahun ke (11)
Dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis y = -860,55x 2 + 10163x + 24966. Dengan
persamaan garis tersebut, diperkirakan untuk tahun 2026 kebutuhan impor silikon dioksida di
Indonesia sebesar 32.632,45 ton/tahun.

1.4.2 Data Ekspor


Berikut ini merupakan data ekspor silikon dioksida di Indonesia pada beberapa tahun
terakhir dalam Tabel 1.2.
Tabel 1. 2. Data Ekspor Silikon Dioksida di Indonesia

Tahun Jumlah Ekspor (ton/tahun)


2016 12.678,431
2017 14.449,107
2018 17.985,111

2019 21.859,266

2020 21.870,2
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021)

Dari data ekspor diatas diperoleh grafik untuk perkiraan jumlah silicon dioksida yang di ekspor
pada tahun 2026.
f(x) = 0
R² = 0 Data Ekspor Silikon Dioksida di Indonesia
12

Ekspor Silikon Dioksida (Ton)


10

0
0 2 4 6 8 10 12

Tahun Ke-

Gambar 1. 2 Grafik Ekspor silikon dioksida di Indonesia


(Sumber: BPS, 2021)

Dari data ekspor diatas didapatkan juga nilai proyeksi ekspor pada tahun 2026 dengan persamaan
y = -227,24x2 + 3942,8x + 8439. Berdasarkan data tersebut, proyeksi nilai ekspor pada tahun
2026 yaitu sebesar 24.314,36 ton/tahun.

1.4.3 Data Konsumsi


Pada Tabel 1.3 ditampilkan data konsumsi silikon dioksida karet, insektisida, makanan
atau minuman, industri keramik dan penyaring air.
Tabel 1. 3 Data Konsumsi Silikon Dioksida Pada Industri (Ton/Tahun)
Tahun Jumlah Konsumsi (ton/tahun)
2016 162.893
2017 185.832
2018 230.452

2019 265.247

2020 285.250
f(x) = 0
R² = 0 Data Konsumsi Silikon Dioksida di Indonesia
12

Data Konsumsi silikon Dioksida (Ton)


10

0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun Ke-

Dari data konsumsi silikon dioksida diindonesia, maka diperoleh nilai proyeksi ekspor pada
tahun 2026 dengan persamaan y = -1121,2x2 + 39140x + 120848. Berdasarkan data tersebut,
proyeksi nilai ekspor pada tahun 2026 yaitu sebesar 415.722,8 ton/tahun.

1.4.4 Data Produksi


Produksi Silikon Dioksida di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Data Produksi silikon dioksiada di Indonesia

No Kapasitas
Pabrik Lokasi Pabrik
. (Ton/tahun)
1. PT. Crosfield Indonesia Pasuruan 10.000
PT. Sanmas Dwika
2. Sidoarjo 10.000
Abadi
PT. Silicaindo Makmur
3. Banten 50.000
Sentosa
4. PT. Tensindon Sejati Semarang 80.000
(Sumber : a. PT. Crosfield Indonesia, b. PT. Sanmas Dwika Abadi, c. PT. Silicaindo Makmur
Sentosa, d. PT. Tensindon Sejati )

Dari data diatas, maka dapat ditentukan kapasitas produksi pabrik di Indonesia pada tahun
2026. Adapun persamaan kapasitas produksi adalah sebagai berikut:

KP = DI + DK – DP – DE

Dimana
KP = Kapasitas Produksi pada Tahun 2026

DK = Data Konsumsi pada Tahun 2026

DE = Data Ekspor pada Tahun 2026

DP = Data Produksi pada Tahun 2026

DI = Data Impor pada Tahun 2026

KP = DI + DK – DP – DE

= (32.632,45 + 415.722,8 - 150.000 - 24.314,36) ton/tahun

= 274.040,9 ton/tahun

KP = 25% x 274.040,9 ton/tahun

KP = 68.510,22 ton/tahun

Dari Pertimbangan diatas, maka kapasitas rancangan pabrik silikon dioksida yang akan
didirikan pada tahun 2026 adalah sebesar 70.000 ton/tahun.

1.5 Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor terpenting dari keberhasilan
membangun suatu pabrik. Penentuan lokasi pabrik yang tepat akan menghasilkan biaya produksi
dan distribusi yang minimal sehingga pabrik tersebut dapat berjalan efisien, ekonomis dan juga
menguntungkan.

Lokasi juga penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan
dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Pada penentuan
lokasi pabrik harus diusahakan agar biaya transportasi serta upah pekerja memiliki nilai sekecil
mungkin.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pendirian pabrik
antara lain:

1. Penyediaan bahan baku


Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penempatan lokasi pabrik yaitu letak
sumber bahan bakuyang tujuannya untuk memudahkan mendapatkan bahan baku menuju
lokasi pabrik dan memperkecil biaya peralatan transportasi. Pabrik silikon dioksida ini
akan didirikan di kota Cilegon, Banten karena dekat dengan sumber bahan baku natrium
hidroksida dan asam nitrat. Asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry yang
berlokasi di Cakung, Jakarta Timur dan sodium silikat diperoleh dari PT. Ajidharmamas
Tritunggal Sakti yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
2. Daerah pemasaran
Lokasi pabrik harus mempertimbangkan tempat produk dipasarkan. Selain untuk keperluan
dalam negeri, produk dari pabrik ini juga akan diekspor sehingga diusahakan lokasi yang
dekat dengan pelabuhan. Pemasaran produk Natrium Nitrat yang akan didirikan ditujukan
untuk kebutuhan dalam negeri. Natrium nitrat adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan
bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini penyediaannya sangat
tergantung pada impor.
3. Tenaga kerja
Pabrik sebaiknya didirikan di daerah yang memiliki kesediaan tenaga kerja terampil yang
memadai sehingga masalah tenaga kerja tidak akan menimbulkan masalah yang berarti.
Penyediaan tenaga kerja mempertimbangkan beberapa hal, meliputi : jumlah, kualitas,
besar upah minimum, keahlian, dan produktifitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja terlatih
dan berpendidikan di Jawa Barat meningkat seiring berkembangnya sekolah-sekolah
kejuruan, akademi, dan perguruan tinggi. 61 Disamping itu terbukanya lapangan kerja baru
akan menarik minat tenaga kerja dari luar Jawa Barat, khususnya Pulau Jawa.
4. Penyediaan air
Dalam menjalankan suatu proses dalam pabrik, dibutuhkan air yang jumlahnya cukup
besar yaitu untuk air pendingin, air proses serta untuk kebutuhan sehari-hari bagi
karyawannya dan masyarakat sekitar pabrik. Oleh sebab itu, lokasi pabrik harus berada di
daerahdekat dengan sumber air. Penyediaan air untuk pabrik ini diambil dari Sungai
Kalimalang, Bekasi.
5. Sarana transportasi
Pemilihan lokasi pabrik di Bekasi dikarenakan letaknya dekat ke areal-areal industri yang
tidak jauh dari pelabuhan Tanjung Priuk sehingga akan mempermudah dalam penanganan
memasok bahan baku serta mempermudah dalam jangkauan pemasaran produk.
6. Utilitas
Utilitas utama dalam pabrik ini meliputi kebutuhan listrik dan kebutuhan air yang
digunakan untuk proses dan sanitasi. Kebutuhan listrik dapat dipenuhi dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dan generator sebagai cadangan jika PLN mengalami gangguan,
sedangkan air diperoleh dari Sungai Kalimalang, Bekasi yang mempunyai debit air cukup
besar. Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar adalah faktor
penunjang yang paling penting. Tenaga listrik tersebut didapat dari PLN dan tenaga listrik
sendiri. Pembangkit listrik utama untuk pabrik adalah menggunakan generator diesel yang
bahan bakarnya diperoleh dari Pertamina. Lokasi pabrik dekat dengan Sungai, maka
keperluan air (air proses, air pendingin/penghasil steam, perumahan dan lain-lain) dapat
diperoleh dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai