PENDAHULAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang sedang giat untuk
melaksanakan pembangunan nasional dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang sedang
dikembangkan dan perlu ditingkatkan adalah bidang perekonomian pada sektor industri. Sampai
saat ini, pembangunan industri di Indonesia terus mengalami peningkatan terutama
pembangunan industri kimia, baik yang menghasilkan produk jadi maupun produk untuk diolah
lebih lanjut. Pembangunan industri kimia ini sangat penting karena dapat mengurangi
pengeluaran devisa negara akan banyaknya impor bahan kimia dari industri luar negeri. Salah
satunya industri yang perlu didirikan adalah pabrik silikon oksida.
Silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa oksidasi non logam yang berbentuk bubuk
padat, berwarna putih, tidak berbau & larut dalam air. Silikon dioksida mempunyai beberapa
struktur kristal, seperti karbon yang berbentuk granit dan intan serta memiliki komposisi yang
sama dengan pasir dan gelas tetapi bentuk molekulnya kubus, sedangkan gelas mempunyai
struktur tetrahedral (Ulman, 2005). Silikon dioksida digunakan sebagai bahan baku dalam
industri yang menggunakan bahan karet, insektisida, dan bahan penunjang dalam sebuah industri
makanan atau minuman, industri keramik dan penyaring air. Kebutuhan silikon dioksida (SiO2)
di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan banyaknya industri yang
menggunakannya, oleh karena itu pendirian pabrik ini sangat diperlukan untuk dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan silikon dioksida (SiO2) dalam negeri dan diharapkan juga dapat
membuka lapangan kerja.
Pendirian pabrik silicon dioksida di dalam negeri memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
1. Dapat memenuhi kebutuhan natrium nitrat dalam negeri dan mengurangi impor
sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
2. Menghemat devisa negara karena natrium nitrat diperoleh dari industri lokal.
3. Memacu dan mendukung perkembangan industri dengan bahan baku natrium nitrat di
dalam negeri.
Bahan baku asam sulfat diperoleh dari PT. Indonesian Acid Industry yang berlokasi di
Cakung, Jakarta Timur dan natrium silikat diperoleh dari PT. Ajidharmamas Tritunggal Sakti
yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sehingga penyaluran bahan baku ke pabrik
silikon dioksida akan lebih mudah.
Kapasitas produksi suatu pabrik ditentukan berdasarkan data impor, data ekspor,
kebutuhan konsumsi produk dalam negeri, serta data produksi yang telah ada. Sehingga, dari
data-data tersebut akan didapat kapasitas produksi pabrik yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan produk dalam negeri.
Tahu
Jumlah (Ton/Tahun)
n
2016 34.877,509
2017 39.934,521
2018 49.807,244
2019 50.971,152
2021 54.358,694
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan silikon dioksida di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, diperlukan industri yang memproduksi
silicon dioksida guna memenuhi kebutuhan yang meningkat di dalam negeri sehingga dapat
menekan angka kebutuhan impor. Grafik kebutuhan impor silikon dioksida dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
f(x) = 0
R² = 0 Data Impor Silikon Dioksida di Indonesia
12
Impor Silikon Dioksida (Ton)
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun Ke-
Pada Gambar 1.1, sumbu x merupakan tahun ke-n dan sumbu y perkiraan kebutuahn impor
pada silikon dioksida.
Tahun 2016 = Tahun ke-1
Berdasarkan data-data yang diplotkan pada Gambar 1.1 dilakukan pendekatan polinomial.
x = tahun ke (11)
Dari grafik tersebut didapatkan persamaan garis y = -860,55x 2 + 10163x + 24966. Dengan
persamaan garis tersebut, diperkirakan untuk tahun 2026 kebutuhan impor silikon dioksida di
Indonesia sebesar 32.632,45 ton/tahun.
2019 21.859,266
2020 21.870,2
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021)
Dari data ekspor diatas diperoleh grafik untuk perkiraan jumlah silicon dioksida yang di ekspor
pada tahun 2026.
f(x) = 0
R² = 0 Data Ekspor Silikon Dioksida di Indonesia
12
0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun Ke-
Dari data ekspor diatas didapatkan juga nilai proyeksi ekspor pada tahun 2026 dengan persamaan
y = -227,24x2 + 3942,8x + 8439. Berdasarkan data tersebut, proyeksi nilai ekspor pada tahun
2026 yaitu sebesar 24.314,36 ton/tahun.
2019 265.247
2020 285.250
f(x) = 0
R² = 0 Data Konsumsi Silikon Dioksida di Indonesia
12
0
0 2 4 6 8 10 12
Tahun Ke-
Dari data konsumsi silikon dioksida diindonesia, maka diperoleh nilai proyeksi ekspor pada
tahun 2026 dengan persamaan y = -1121,2x2 + 39140x + 120848. Berdasarkan data tersebut,
proyeksi nilai ekspor pada tahun 2026 yaitu sebesar 415.722,8 ton/tahun.
No Kapasitas
Pabrik Lokasi Pabrik
. (Ton/tahun)
1. PT. Crosfield Indonesia Pasuruan 10.000
PT. Sanmas Dwika
2. Sidoarjo 10.000
Abadi
PT. Silicaindo Makmur
3. Banten 50.000
Sentosa
4. PT. Tensindon Sejati Semarang 80.000
(Sumber : a. PT. Crosfield Indonesia, b. PT. Sanmas Dwika Abadi, c. PT. Silicaindo Makmur
Sentosa, d. PT. Tensindon Sejati )
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kapasitas produksi pabrik di Indonesia pada tahun
2026. Adapun persamaan kapasitas produksi adalah sebagai berikut:
KP = DI + DK – DP – DE
Dimana
KP = Kapasitas Produksi pada Tahun 2026
KP = DI + DK – DP – DE
= 274.040,9 ton/tahun
KP = 68.510,22 ton/tahun
Dari Pertimbangan diatas, maka kapasitas rancangan pabrik silikon dioksida yang akan
didirikan pada tahun 2026 adalah sebesar 70.000 ton/tahun.
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor terpenting dari keberhasilan
membangun suatu pabrik. Penentuan lokasi pabrik yang tepat akan menghasilkan biaya produksi
dan distribusi yang minimal sehingga pabrik tersebut dapat berjalan efisien, ekonomis dan juga
menguntungkan.
Lokasi juga penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan
dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Pada penentuan
lokasi pabrik harus diusahakan agar biaya transportasi serta upah pekerja memiliki nilai sekecil
mungkin.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pendirian pabrik
antara lain: