Anda di halaman 1dari 1

Pecel merupakan makanan khas masyarakat Jawa biasanya dijual di pedagang kaki lima (PKL)

sampai dijajakan di restoran.Hidangan pecel juga menjangkau semua kalangan, baik kalangan atas
maupun kalangan bawah.Pecel biasanya dijadikan sebagai menu untuk sarapan dan makan siang.

 Sejarah
Asal usul nama pecel tidak lepas dari sejarah Babad Tanah Jawi. Menurut Babad Tanah Jawi, pecel
asal muasalnya diceriterakan dihidangkan di daerah Yogyakarta. Dipecel berarti daun daunan yang
direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas. Babad Tanah Jawi diceritakan pada saat tengah hari
Sunan Kalijaga bertemu dengan Ki Gede Pamanahan di pinggir sungai. Ki Gede Pamanahan
menghidangkan sepiring sayuran sambel pecel dan nasi serta lauk pauk yg lain.Sunan Kalijaga
kemudian bertanya "Hidangan apa ini?"Maka dijawab oleh Ki Gede Pamanahan, "Puniko ron ingkang
dipun pecel," yang berarti "Ini adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya".Biasanya sayuran
dipecel berupa bayam, kangkung, ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang,
polong, kacang panjang, kecipir, kecambah. Bahan pecel umumnya didapat di pekarangan, pinggir
sawah, bahkan kadang tumbuh liar di tepi jalan. Sebagai penambah rasa ada sambel pecel yang
disiram di atas aneka sayuran rebus tersebut. Sambel pecel dari ulekan kacang tanah halus memiliki
cita rasa manis, asam, pedas, dan gurih. Berbeda dengan saus gado-gado dan karedok yang harus
dibuat saat ingin disantap, sambel pecel terbilang lebih praktis. Dapat disimpan dan disantap di lain
waktu.
Setiap daerah memiliki ciri khas pecel tersendiri. Misalnya di Yogyakarta dan sekitar, pecel disajikan
dengan tempe dan tahu bacem. Di Solo dan Madiun, pecel disajikan dengan kerupuk karak. Pecel
disebutkan lambang kesederhanaan dan perjalanan. Salah satu buktinya pecel adalah hidangan yang
paling sering ditemui di sepanjang perjalanan kereta api. Ia disantap oleh berbagai kalangan
masyarakat.

 Langkah dan bahan


Bahan

Anda mungkin juga menyukai