Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs
DOI: 10.18196/jmmr.6137
Kata kunci: Penelitian ini merupakan penelitian metode campuran, kombinasi metode
Mutu; penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian cross
Manajemen: sectional. Metode penelitian kuantitatif untuk menggambarkan penerapan
ISO; QMS ISO 9001: 2008. Kebijakan reformasi birokrasi QMS ISO 9001: 2008
di puskesmas, alasan kuat untuk merehabilitasi struktur fisik semua
puskesmas. Aspek proses: Manajemen Organisasi Hasil Aspek: Sasaran
mutu merupakan indikator keberhasilan, penerapan QMS ISO 9001:
2008. QMS ISO meningkatkan kepuasan pelanggan, penerapan kriteria
mutu SMM 9001: 2008 di puskesmas 48%, kriteria Tidak kurang dari 8%.
Perbedaan besar dalam persepsi pusat kesehatan dan Departemen
Kesehatan. Di Puskesmas sudah memenuhi persyaratan pasal 8 dalam
pelaksanaan QMS ISO 9001: 2008.
© 2017 JMMR. All rights reserved
Article history: received 5 May 2017; revised 15 Juni 2017; accepted 25 July 2017
menyatakan tujuan dari SMM ISO setiap tahunnya bertambah, antara lain
9001:2008 dan akreditasi adalah sama disebabkan adanya penambahan
untuk menstandarkan sistem pelayanan di barang inventaris penunjang pelayanan
puskesmas. Sebaiknya salah satu saja. klinis maupun peralatan pendukung
Pada aspek efisiensi, akreditasi lebih administrasi. Penerapan sistem
efisien karena bersifat menyeluruh. Jika manajemen mutu ISO 9001:2008
implementasi keduanya adalah sebuah merupakan langkah perbaikan mutu
pilihan, maka perlu upaya kolaborasi antara baik sumber daya maupun kegiatan
SMM ISO 9001:2008 dengan Akreditasi pelayanan organisasi pelayanan
Puskesmas. kesehatan. Berkaitan dengan hal
tersebut, hasil penelitian (Wijayanti,
Evaluasi Implementasi Sistem 2008) menyebutkan bahwa semua
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 karyawan atau petugas harus memiliki
Puskesmas dari aspek Sruktur: komitmen yang kuat dalam berusaha
memberikan pelayanan kesehatan yang
Berdasarkan hasil yang terungkap baik.3 Integrasi system informasi
dalam penelitian ini, Dinas Kesehatan dengan Dinas Kesehatan belum
Kabupaten Sleman menerapkan sistem diterapkan untuk semua jenis laporan
manajemen mutu merupakan upaya dalam skor 68%. Peralatan non medis untuk
reformasi birokrasi. Menurut Djoko Wijono pelayanan puskesmas bisa
(2000), menyatakan bahwa hubungan mutu dianggarkan melalui anggaran
dan aspek-aspek dalam pelayanan puskesmas, sehingga dalam
kesehatan dan cara-cara peningkatan mutu mekanisme perencanaan, harus
pelayanan kesehatan dapat melalui memperhitungkan kebutuhan dalam
pendekatan institusional atau individu.2 tahun berjalan maupun tahun yang
Menurut Prof. A Donabedian, dalam Djoko akan datang. Kendala di lapangan,
Wijono (2000), ada 3 (tiga ) pendekatan tidak semua puskesmas mempunyai
evaluasi mutu aspek: struktur, proses, tenaga Sopir, sehingga perlu
output. Komponen struktur untuk penambahan tenaga sebagai
kesesuaian sumber daya listrik dengan pengemudi di puskesmas. Dari hasil
kebutuhan.2 penelitian Pongpirul K, et al, (2006),
1. Aspek struktur untuk sarana fisik Integrasi dan pemanfaatan informasi
perlengkapan & peralatan: kondisi fisik menduduki peringkat tertinggi sebagai
bangunan skor 100%. tata ruang suatu hambatan yang besar. 21
pelayanan skor 74%. Hal ini merupakan 2. Aspek Organisasi & Manajemen
dampak positif bagi jajaran Dinas Struktur organisasi ISO di puskesmas,
Kesehatan Kabupaten Sleman, karena disusun berdasarkan Struktur
penerapan SMM ISO 9001:2008 dapat organisasi puskesmas. Setiap unsur
dijadikan alasan kuat untuk advokasi ke mempunyai Tupoksi masing-masing
Pemerintah Daerah guna memperbaiki yang harus dilaksanakan dalam rangka
fasilitas bangunan di puskesmas. Hal menjalankan SMM ISO 9001:2008. Hal
ini sesuai yang diungkapkan Wijayanti ini sesuai dengan yang dinyatakan
(2008), puskesmas yang memilik ruang Suryanto, dkk (2011) bahwa ada
pelayanan yang lebih banyak , hubungan positif yang sangat signifikan
diharapkan pelayanan bisa berjalan antara kepuasan kerja dan persepsi
lebih cepat.3 Aspek utilitas dan perawat tentang kepemimpinan dengan
prasarana, kapasitas daya listrik 67%, kinerja perawat pasca sertifikasi ISO
kondisi sumber listrik cadangan 69%, 9001/2008.4 Dalam penelitian Enny WM
kesesuaian daya listrik dengan µ7RWDO PDQDMHPHQ PXWX GDQ
kebutuhan 68%. Kebutuhan daya listrik lingkungan kerja memiliki dampak
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6 (2), 147-157 | 152 |
kurang. Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada perbedaan substansial antara
informasi bahwa komitmen akreditasi dan sertifikasi ISO.9 Konfirmasi
manajemen dan continuous hasil analisis statistik ada perbedaan
improvement masih perlu signifikan dengan sistem audit ekternal,
peningkatan terutama pasca tampak jelas kualitas stuktur dan prosedur.
assessment baik internal maupun
ekternal. Kecenderungan perbaikan SIMPULAN
hanya dilakukan pada saat menjelang
audit saja. Berdasarkan hasil pembahasan seperti
yang diutarakan di atas dapat di tarik
Keberlangsungan Implementasi Sistem kesimpulan sebagai berikut; Evaluasi
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO
Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas 9001:2008 Puskesmas di Wilayah Kerja
Kesehatan Kabupaten Sleman pasca Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman:
Regulasi Jaminan Kesehatan Kebijakan reformasi birokrasi dengan
Nasional/JKN. Berdasarkan dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 di
regulasi tentang JKN, dalam rangka puskesmas, sangat menguntungkan Dinas
pelayanan kepada pelanggan dengan Kesehatan Kabupaten Sleman, karena
sistem kapitasi, puskesmas wajib menjadi alasan kuat untuk merehabilitasi
terakreditasi. Hasil wawancara yang bangunan fisik semua puskesmas. Sarana
dilakukan terhadap Kepala Bidang prasarana terpenuhi, yang belum sinkron
Pelayanan Medik Dinas Kesehatan adalah kebutuhan kapasitas daya listrik
Sleman, meskipun kepala puskesmas dengan perencanaan penambahan
menghendaki menggunakan satu sistem peralatan penunjang pelayanan. Sistem
saja yakni akreditasi namun Dinas informasi puskesmas sudah berjalan,
Kesehatan sepertinya menginginkan hal namun integrasi dengan sistem informasi
yang berbeda. Pada aspek efisiensi, Dinas Kesehatan belum semuanya bisa
akreditasi lebih efisien karena bersifat diakses melalui sistem, terutama untuk
menyeluruh atau komplit (Adminstrasi laporan bulanan (LB) program. Kendala di
Manajemen, UKM & UKP). lapangan, tidak semua puskesmas
Keberlangsungan Implementasi Sistem mempunyai tenaga sopir, sehingga perlu
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 penambahan tenaga sebagai pengemudi di
Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas puskesmas.
Kesehatan Kabupaten Sleman pasca Dari aspek proses, Manajemen
Regulasi Akreditasi Puskesmas: Organisasi di Puskesmas sudah memenuhi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan klausul- klausul persyaratan dalam
Nomor 75 tahun 2014, dalam upaya implementasi SMM ISO 9001:2008
meningkatkan mutu pelayanan, puskesmas sebanyak delapan klausul prinsip
wajib diakreditasi secara berkala paling manajemen mutu. Implementasi SMM ISO
sedikit 3 (tiga) tahun sekali. 16 9001:2008 sudah berjalan dalam rentang
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini waktu yang panjang, sehingga muncul
terungkap adanya persepsi dari puskesmas kejenuhan di tingkat puskesmas,
yang menyatakan tujuan dari SMM ISO berdampak pada fluktuasi komitmen.
9001:2008 dan akreditasi adalah sama Dari aspek outcome/luaran, Dalam
untuk menstandarkan sistem pelayanan di penentuan sasaran mutu berpedoman
puskesmas. Penerapan sistem standar pada standar pelayanan minimal (SPM).
wajib, kalau bisa salah satu saja, karena Sasaran mutu juga merupakan solusi untuk
yang ada di SMM ISO 9001:2008 sudah target yang belum tercapai. Sistem
ada di akreditasi. Hal ini sesuai dengan manjemen mutu ISO 9001:2008 telah
yang dinyatakan Shaw, et al (2010), bahwa berhasil meningkatkan kepuasan
JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6 (2), 147-157 | 156 |