DAFTAR ISI
1.
Instrumen S7 P1
2.
Menyiapkan dokumen
3.
Contoh dokumen
a. Program/Pedoman Mutu Pelayanan Medis
b. Program Keselamatan Pasien RSUD Salewangang Maros
c. Survey Kepuasan Masyarakat (dapat dilihat di sekretariat / Pokja Admen)
S.7.P.1.
Skor
0
D.O. = Program
peningkatan
mutu
Pelayanan
Medis
disusun
dengan
Siapkan instrumen yang masih berlaku saat ini (seperti lembar diatas)
a. Usahakan untuk mencapai nilai 5
b. Perhatikan beberapa kata kunci pada nilai 5 dan DO
c. Penuhi pernyataan pada DO yang tertera pada instrumen
d. DO dan pencapaian angka 5 instrumen sebagai berikut :
Ada program atau kegiatan peningkatan mutu pselayanan medis
Sudah ada program baku upaya peningkatan mutu Pelayanan Medis,
ditetapkan
oleh
Pimpinan
RS,
sudah
dievaluasi,
ditindak
lanjuti
dan
3.
4.
b.
c.
d.
Kumpulkan data, bila dimungkinkan semua, bila tidak pilih beberapa contoh :
a.
b.
Audit Medis
c.
d.
e.
f.
g.
5.
Buat programs mutu sesuai dengan data tersebut SPO dan Juknis
6.
b.
c.
7.
8.
b.
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam Sistem Kesehatan Nasional, bahwa
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen alur pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
sumber daya yang ada di Rumah Sakit secara wajar, efisien, dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika hukum dan
sosial
budaya
dengan
memperhatikan
keterbatasan
dan
kemampuan
Mengacu pada hal tersebut di atas, RSUD Salewangang Maros sebagai rumah
sakit rujukan bagi Wilayah Sulawesi Selatan dan merupakan lahan pendidikan
bagi Peserta Program Dokter Spesialis, dituntut untuk senantiasa memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional kepada masyarakat yang
meliputi pelayanan kuratif, rehabilitative, promotif, dan preventif.
Guna mewujudkan MISI dan VISI Rumah Sakit tersebut, maka RSUD
Salewangang Maros melalui Komite Medik beserta Staf Medis Fungsionalnya
senantiasa menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan medik melalui
beberapa program pengembangan mutu pelayanan medik diantaranya Program
Audit Medik yang bertujuan untuk memantau sejauh mana penerapan Standar
Pelayanan Medik di RSUD Salewangang Maros, Program Pelatihan dan
Pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan Staf Medis
Fungsional RSUD Salewangang Maros baik dalam pemakaian alat-alat
kedokteran
yang
baru maupun
keterampilan
dalam
memberikan
atau
II.
LATAR BELAKANG
Sesuai MISI dan VISI Rumah Sakit, menjadi RSUD Salewangang Maros
sebagai pusat rujukan bagi wilayah Kabupaten Maros yang berpenampilan,
berprofesi, dan beretik, maka Komite Medik yang merupakan kelompok tenaga
medik yang keanggotaannya terdiri dari Kelompok Staf Medis Fungsional,
bertanggung jawab membantu direktur dalam menyusun Standar Pelayanan
Medik, memantau pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan Etika Profesi,
mengatur kewenangan profesi anggota Staf Medis Fungsional dan senantiasa
mengembangkan program pelayanan medik.
III. TUJUAN
1.
TUJUAN UMUM
Membantu
Direktur
dalam
pengembangan
pelayanan
medik
guna
2. TUJUAN KHUSUS
Dengan disusunnya program pengembangan pelayanan medik diharapkan
Komite Medik dapat melaksanakan :
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan standar pelayanan medik melalui
Audit Medik.
b. Meningkatkan mutu Staf Medis Fungsional melalui berbagai Pelatihan
dan pendidikan.
c. Program orientasi bagi staf medis yang baru bergabung dalam
Kelompok staf Medis Fungsional, guna kelancaran pelayanan yang
sesuai dengan VISI, MISI Rumah Sakit dan standar pelayanan medik
yang berlaku di RSUD Salewangang Maros.
d. Senantiasa
menjaga
langkah-langkah
keselamatan
yang
terdapat
pasien
dengan
melaksanakan
dalam
program
Keselamatan
Pasien.
IV. SASARAN
Sasaran Program Pengembangan Mutu Pelayanan Medis ini adalah Komite
Medik beserta Kelompok Staf Medis Fungsionalnya.
V.
LANGKAH-LANGKAH
1.
Membentuk Tim audit Medik yang terdiri dari seorang ketua, seorang
sekretaris dan tiga orang anggota.
2.
3.
4. Menyusun program orientasi bagi staf medis yang hendak bergabung dalam
kelompok Staf Medis Fungsional RSUD Salewangang Maros.
5. Membentuk Tim Keselamatan Pasien yang terdiri dari seorang ketua,
seorang wakil ketua, seorang sekretaris dan beberapa anggota.
VI. PEMBIAYAAN
Semua biaya yang menyangkut pengembangan Pelayanan Medik dibebankan
kepada DPA RSUD Salewangang Maros.
VII. PELAKSANAAN
VIII. EVALUASI
Evaluasi setiap program pengembangan pelayanan medik akan dievaluasi
setiap tahun.
IX. PENUTUP
Demikian telah disusun program pengembangan mutu pelayanan medis RSUD
Salewangang Maros, yang dapat dipakai sebagai acuan dan pedoman dalam
pelaksanaan
kegiatan
Komite
Medik
sebagai
upaya
menjaga
dan
Pendahuluan
II.
Latar Belakang
III. Tujuan
IV. Sasaran
V.
VI. Pembiayaan
VII. Pelaksanaan
VIII. Evaluasi
IX. Penutup
Harapan kami, dengan adanya buku ini dapat dijadikan acuan / pedoman bagi
kita, khususnya yang bertugas sebagai Pengurus Komite Medik agar segala
kegiatan dapat terorganisasi dengan baik. Kami sadar bahwasanya buku ini
masih jauh dari harapan dan perlu peninjauan ulang guna perbaikan
selanjutnya. Kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan guna penyempurnaan buku pedoman ini. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu kami
menyusun buku pedoman ini.
Maros, Juli 2009
Tim Penyusun
PROGRAM KERJA
SUB KOMITE KESELAMATAN PASIEN
RSUD SALEWANGANG MAROS
PROGRAM KERJA
SUB KOMITE KESELAMATAN PASIEN
TAHUN 2009
I. PENDAHULUAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
II. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya Institusi rumah Sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (tiga)
elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam konsep dasar antara
lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality Assurance,
Total Quality Management, audit medis, Indikator Klinis, Akreditasi, ISO dan lain-lain.
Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit, tetapi pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang
tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum.
Oleh sebab itu perlu program latihan untuk memperbaiki proses pelayanan,
karena KTD sebagian besar dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan
yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif.
Program tersebut kemudian dikenal dengan istilah Keselamatan Pasien (Patient
Safety).
Dengan meningkatnya keselamatan pasien Rumah Sakit diharapkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit dapat meningkat, selain
itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD.
III. TUJUAN
3.1. Tujuan Umum
Karyawan mengetahui/ memahami tentang keselamatan pasien dan dapat
menerapkan budaya mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit sehingga
dapat menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD).
Meningkatkan
pengetahuan
tentang
penerapan
Manajemen
Keselamatan Pasien.
2.
3.
4.
Meningkatkan
pemahaman
dan
keterampilan
anggota
Pokja
Pelaksanaan 6 Goals :
a. Identifikasi pasien yang benar
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Mengurangi medication error (high alert medication)
d. Eliminasi salah operasi, salah orang, salah bagian dan salah prosedur
e. Mengurangi infeksi nosokomial dengan Hand Hygiene Guidelines.
f.
2.
3.
4.
Pelaporan insiden
5.
6.
Workshop / Pelatihan
2.
Survey harian
3.
Pembuatan laporan
VI. SASARAN
Meningkatkan profesionalisme SDM agar tercipta budaya mutu dan
keselamatan pasien sehingga dapat menurunkan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD).
VII. WAKTU DAN BIAYA
Program Sub Komite Keselamatan Pasien dilaksanakan Bulan Januari
sampai dengan Desember 2009. Biaya program ini dibebankan pada DPA RSUD
Salewangang Maros.
VIII. MONITORING EVALUASI
Monitoring dilaksanakan oleh Ketua Sub Komite Keselamatan Pasien
berdasarkan evaluasi pelaksanaan program. Evaluasi dilaksanakan oleh Ketua
Komite Mutu untuk menilai efektivitas program dan dampak terhadap mutu di unit
kerja.
IX. PELAPORAN
Laporan program keselamatan pasien dilaksanakan di akhir tahun oleh Ketua
Sub Komite Keselamatan Pasien.
Maros,
SUB KOMITE KESELAMATAN PASIEN
KETUA
__________________
NIP. .
No
Program
1 Pelaksanaan 6 Goals
1. Identifikasi pasien
yang benar
2. Meningkatkan
komunikasi yang
efektif
3. Mengurangi
medication error
(high alert
medication)
4. Eliminasi salah
operasi, salah
orang, salah
bagian, salah
prosedur.
5. Mengurangi infeksi
nosokomial
dengan Hand
Hygiene
Guidelenes
6. Mengurangi dan
mencegah pasien
jatuh.
2 Survey budaya
keselamatan pasien
3 Pelaksanaan matrix
garding
4 Pelaporan insiden
Sasaran
Tujuan
Waktu
Penanggung
Jawab
Outcome
6 Ronde keselamatan
pasien
PELAYANAN MEDIS
S7.P2. PEDOMAN AUDIT
DAFTAR ISI
1.
Instrumen S7 P1
2.
Menyiapkan dokumen
3.
Contoh dokumen
a. Tim Audit Medis Sub komite peningkatan mutu profesi medis
b. Pedoman Audit Medis
c. Contoh hasil audit, hasil audit dan TL
S.7.P.1.
Skor
0
= Tidak ada tim audit dan pedoman kegiatannya, tidak ada kegiatan
= Ada tim audit, tidak ada pedoman kegiatannya, tidak ada kegiatan
= Ada tim audit dan pedoman kegiatannya; ada kegiatan tidak teratur, tidak
ada laporan kegiatan.
= Ada tim audit dan pedoman kegiatannya, ada kegiatan teratur disertai
adanya laporan kegiatan.
= Ada tim audit dan pedoman kegiatannya; ada kegiatan teratur disertai
adanya laporan kegiatan, rekomendasi dan tindak lanjutnya.
D.O. = Yang dimaksud dengan tim audit adalah sebuah tim yang dapat
merupakan bagian dari panitia/Sub Komite Peningkatan Mutu dariKomite
Medis. Tim ini dibentuk untuk meneliti dan membahas kasus-kasus
medis penting. Audit medis, penerapan Indikator Klinis. Dalam
melaksanakan tugasnya tim audit dapat mengundang dokter ahli lain
yang berasal dari dalam dan dari luar rumah sakit (dokter ahli bukan
anggota tim audit) yang relevan dengan kasus-kasus yang diteliti dan
dibahas. Referensi KepMenKes RI, No. : 496/MENKES/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di RS.
Yang dimaksud dengan kegiatan teratur adalah jika tim audit meneliti
dan membahas paling sedikit 3 (tiga) kasus penting dalam satu tahun.
C.P. =
D
= -
Siapkan instrumen yang masih berlaku saat ini (seperti lembar diatas)
a. Usahakan untuk mencapai nilai 5
b. Perhatikan beberapa kata kunci pada nilai 5 dan DO
c. Penuhi pernyataan pada DO yang tertera pada instrumen
d. DO dan pencapaian angka 5 instrumen sebagai berikut :
Ada tim audit dengan pedoman kegiatannya
Ada tim audit dan pedoman kegiatannya; ada kegiatan teratur disertai adanya
laporan kegiatan, rekomendasi dan tindak lanjutnya.
Yang dimaksud dengan tim audit adalah sebuah tim yang dapat merupakan
bagian dari panitia/sub komite peningkatan mutu dari komite medis. Tim ini
dibentuk untuk meneliti dan membahas kasus-kasus medis penting. Audit
medis, penerapan indikator klinis. Dalam melaksanakan tugasnya tim audit
dapat mengundang dokter ahli lain yang berasal dari dalam dan dari luar rumah
sakit (dokter ahli bukan anggota tim audit) yang relevan dengan kasus-kasus
yang diteliti dan dibahas. Referensi : KepMen Kes RI, No. : 496
/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di RS.
Yang dimaksud dengan kegiatan teratur adalah jika tim audit meneliti dan
membahas paling sedikit 3 (tiga) kasus penting dalam satu tahun.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
Buat Tim Audit Medis (di RSUD Salewangang Maros dilaksanakan oleh Sub
Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis) lengkap dengan uraian tugas dan SK
direktur.
5.
6.
7.
8.
b.
c.
PELINDUNG
PENASEHAT
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
:
a.
b.
c.
d.
____________________
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
FALSAFAH DAN TUJUAN
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salewangang Maros merupakan Rumah Sakit
Tipe B Non Kependidikan. Sebagai rumah sakit Tipe D diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan menjadi rujukan institusi kesehatan
yang lebih rendah serta rujukan rumah sakit di wilayah Madiun dan sekitarnya
sesuai dengan fungsi rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan, tempat
pendidikan dan latihan, dan tempat penelitian. Dalam pelaksanaan upaya pelayanan
kesehatan diharapkan dilakukan secara cepat, bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan yang bermutu dari waktu ke waktu harus selalu
ditingkatkan. Salah satu prinsip upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
adalah perbaikan kualitas yang terus menerus.
Di era globalisasi sekarang ini, upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan harus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk menjamin bahwa
setiap pasien akan mendapatkan pelayanan terbaik berdasarkan kaidah-kaidah
medik yang baku. Dalam konteks ini Clinical Governance merupakan satu konsep
pelayanan kesehatan yang selain berorientasi kepada konsumen juga dilandasi oleh
sikap profesionalisme, berorientasi pada evidence base medicine dan dilaksanakan
di dalam lingkungan yang secara terus menerus mengakomodasi dan memfasilitasi
tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu.
Audit medik yang merupakan salah satu komponen dari audit klinik, adalah salah
satu perangkat bagi rumah sakit yang sangat penting untuk secara kontinyu untuk
memelihara
dan
meningkatkan
mutu
pelayanan
yang
diberikan
kepada
pelanggannya. Beberapa aspek kritis tertentu dapat dipilih untuk dilakukan audit
sehingga kinerja pelayanan dapat diketahui dan kekurangannya dapat diperbaiki
secara sistematis baik dari
pelayanan.
Dilaksanakannya audit medik pada saat ini semakin dirasa penting tidak hanya dari
segi manfaat tetapi karena audit medik sendiri juga menjadi salah satu instrumen
akreditasi rumah sakit.
Pada masa yang akan datang, dimana konsumen rumah sakit sudah menggunakan
jasa asuransi kesehatan, tentunya pihak pengelola asuransi kesehatan akan sangat
mempertimbangkan kinerja pelayanan suatu rumah sakit sebelum kerja sama
dilakukan.
RSUD Salewangang Maros sebagai rumah sakit tipe B dan merupakan rumah sakit
rujukan untuk daerah Kabupaten Maros, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
yang terus menerus, memerlukan pedoman bagaimana audit medik seharusnya
dilaksanakan.
Dengan adanya pedoman audit medik diharapkan bahwa ada kesamaan cara
pandang antar pelaksana audit medik yang akan melakukan kegiatan audit medik
dan perbedaan yang timbul bisa diminimalisir, sehingga bisa bekerja secara efektif
dan efisien.
BAB II
PELAKSANAAN AUDIT MEDIK
Terstruktur dimana para klinis menilai pelayanan yang dilakukan dan hasil yang
didapat, kemudian membandingkan dengan standar yang telah disepakati dan
melakukan modifikasi praktek pemberian pelayanan apabila didapatkan indikasi
untuk melakukan hal tersebut.
Audit klinik dilakukan memalui beberapa tahapan antara lain :
1. Pemilihan topik audit medik
2. Penyusunan kriteria
3. Pengumpulan data
4. Pelaporan data
5. Analisa penyimpangan, perkecualian dan komplikasi
6. Analisa data kekurangan
7. Tindakan dan pelaporan
8. Ringkasan audit
I. PEMILIHAN TOPIK
Dilakukan oleh Panitia Audit Rumah Sakit yang dibentuk Komite Medik.
Kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
Bersifat multidisiplin
Semakin banyak kriteria topik audit medik dapat dipenuhi, akan semakin kuat alasan
topik tersebut dipilih untuk menjadi topik karena akan memberikan daya ungkit yang
bermakna bagi rumah sakit dan seluruh petugas yang terkait.
Langkah untuk melakukan pemilihan topik adalah :
diselesaikan oleh
panitia Audit harus disetujui terlebih dahulu oleh Ketua dan Anggota Panitia Audit
serta para konsultan sebelum dilaksanakan proses pengumpulan data.
2. PENYUSUNAN KRITERIA
Setelah topik audit dan rincian audit ditentukan, maka Panitia Audit menyusun
kriteria yang akan menjadi pedoman audit. Pedoman audit berisi : unsur, standar,
perkecualian dan petunjuk pengumpulan data.
Unsur adalah pernyataan yang mengungkapkan bukti yang diperlukan dan yang
harus ada, yang akan menunjukkan kepada sejawat-sejawat bahwa pasien telah
diberikan pelayanan pada taraf yang seoptimal mungkin.
Unsur merupakan bukti yang paling obyektif dari diagnose, pengobatan, reaksi
pasien atau peristiwa yang ada kaitannya dengan penyakit atau kondisi yang
berhubungan dengan judul audit medik.
Standar adalah batasan yang menyatakan harus ada (100%) atau tidak ada (0%)
pada masing-masing unsur. Standar ini dipakai untuk menentukan apakah suatu
catatan medik memenuhi kriteria pedoman audit medik atau tidak.
Perkecualian adalah keadaan yang mungkin merupakan alasan bagi sebuah catatan
medik untuk tidak memenuhi unsur.
Pada umumnya perkecualian mencerminkan suatu bukti yang bersifat lebih subyektif
kurang meyakinkan, yang menunjukkan bahwa perawatan pasien telah dilakukan
pada taraf optimal yang dapat dicapai.
Perkecualian juga dapat merupakan suatu keadaan klinis yang ada dan dapat
menerangkan alasan tidak terpenuhinya suatu unsur.
Petunjuk pengumpulan data
Dalam formulir kriteria audit terdapat keterangan mengenai petunjuk pengumpulan
data yang menunjukkan bagian-bagian mana dan
dipercaya sebagai sumber data untuk menetapkan apakah suatu catatan medik itu
memenuhi pedoman audit atau tidak. Petunjuk harus ditulis secara obyektif dan
semua istilah harus disebutkan secara lengkap.
3. PENGUMPULAN DATA
Setelah penyusunan kriteria yang dibuat berdasarkan rincian audit selesai dilakukan,
Asisten Panitia Audit melakukan pengumpulan data. Aktifitas pengumpulan data
pada dasarnya merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui apakah catatan
medik memenuhi kriteria dalam pedoman audit atau tidak. Setiap catatan medik
yang tidak memenuhi kriteria dalam pedoman audit medik disebut catatan medik
yang mengalami penyimpangan. Asisten audit lalu memisahkan catatan medik yang
mengalami penyimpangan dari catatan medik yang tidak mengalami penyimpangan.
Dalam proses selanjutnya, Panitia Audit harus memeriksa seluruh catatan medik
yang mengalami penyimpangan untuk menentukan apakah penyimpangan tersebut
beralasan atau tidak. Catatan medik yang mengalami penyimpangan tanpa ada
alasan yang membenarkan terjadinya penyimpangan disebut catatan medik yang
mengalami kekurangan (defisiensi).
Menemukan Penyimpangan
Menemukan penyimpangan adalah proses pemeriksaan catatan medik untuk
menentukan dipenuhinya kriteria dan tidak dipenuhinya kriteria.
Pertama-tama Asisten Audit menyiapkan catatan medik sesuai dengan spesifikasi
catatan medik yang tertulis dalam formulir rincian audit dan formulir pedoman audit
yang telah diisi Panitia Audit.
Formulir yang akan diisi adalah formulir ringkasan data audit/RDA dan formulir
kertas kerja panitia.
Hasil analisa penyimpangan setiap catatan medik dituliskan dalam formulir
Ringkasan Data Audit/RDA. Formulir RDA memuat informasi mengenai klasifikasi
penyimpangan dan informasi lain yang diperlukan Panitia Audit.
Setelah data audit catatan medik dituliskan dalam Formulir Ringkasan Data Audit,
maka akan tampak dengan mudah apakah catatan medik tersebut memiliki unsur
yang menyimpang atau tidak.
Setiap catatan medik yang memiliki satu atau lebih penyimpangan dibuatkan
masing-masing satu formulir Kertas Kerja Panitia.
Formulir Kertas Kerja Panitia tersebut akan dipakai oleh Panitia Audit/ Peer
Reviewer untuk meneliti apakah penyimpangan yang terjadi beralasan atau tidak.
4. PELAPORAN DATA
Dalam kegiatan ini perlu disiapkan formulir Kertas Kerja Panitia dan formulir
Peragaan Data Audit.
4.1 Kertas Kerja Panitia
Formulir Kertas Kerja Panitia dibuat untuk catatan medik yang memiliki satu atau
lebih penyimpangan.
Untuk satu judul audit, formulir ini sudah disiapkan dengan mengisi satu atau lebih
penyimpangan.
Untuk suatu judul audit, formulir ini sudah disiapkan dengan mengisi nomor unsur
dan unsur perkecualian oleh asisten audit.
Apabila dalam pengisian formulir RDA didapatkan penyimpangan maka Asisten Audit
mengambil formulir Kerja.
Langkah pengisian formulir Kertas Kerja adalah sebagai berikut :
Baris pertama formulir tersebut diisi dulu, yang antara lain berisi nomer kode
untuk dokter yang merawat, nomor catatan medik, dan nomor dalam formulir
RDA.
Langkah pengisian formulir Peragaan Data Pengenal Audit adalah sebagai berikut :
Isikan dulu jumlah catatan medik, jumlah dokter dan unit yang terlibat dalam
catatan medik yang sedang diaudit.
Isikan resume data pasien yang berisi : jumlah pasien, jenis kelamin, dan
lama perawatan menurut golongan umur.
Isikan keterangan lain yang diperlukan sesuai dengan apa yang tertulis
dalam formulir RDA.
Isikan keterangan mengenai lama rawat inap yang dirinci menurut : lama
rawat inap pre operas dan post operasi (tergantung judul auditnya).
Isikan kode dokter atau unit dan jumlah catatan medik yang diaudit.
Apabila dianggap perlu dapat dibuat grafik pada ruang yang tersedia.
Setelah tahap ini, proses audit akan dilakukan oleh Panitia Audit atau Peer Reviewer
5. ANALISA PENYIMPANGAN DAN ANALISA PENYIMPANGAN MORTALITAS
Tujuan analisa penyimpangan adalah menentukan apakah penyimpangan yang
terjadi mempunyai alasan.
Kasus mortalitas selalu dianggap sebagai suatu penyimpangan yang memerlukan
analisa penyimpangan audit.
Analisa penyimpangan dilakukan oleh Panitia Audit berdasar data yang dilaporkan
oleh Asisten Audit.
5.1 Analisa Penyimpangan
Analisa penyimpangan dimulai dengan melengkapi Formulir Kertas Kerja Panitia
yang sudah diisi sebagian oleh Asisten Audit.
Catatan medik diteliti kembali terutama mengenai unsur yang menyimpang. Setelah
meneliti dengan seksama dan membaca keterangan pengumpulan data yang dibuat
oleh Asisten Audit. Panitia Audit mengisi kolom analisa penyimpangan dan
menyimpulkan apakah penyimpangan yang terjadi beralasan atau tidak.
Setelah semua catatan medik dengan penyimpangan diperiksa dan formulir Kertas
Kerja Panitia dilengkapi, Panitia Audit membuat laporan penyimpangan dan
analisanya.
Panitia Audit melengkapi formulir Kertas Kerja Panitia mengisi kolom analisa
penyimpangan. Dituliskan alasan secara singkat keterangan yang menyatakan
kenapa suatu penyimpangan yang didapatkan oleh Asisten Audit dapat dibenarkan
atau tidak dapat dibenarkan.
Suatu penyimpangan juga tidak dapat dibenarkan setelah dilakukan analisa oleh
Panitia Audit. Hal tersebut dapat disebabkan karena :
Tuliskan berapa banyak catatan medik yang menyimpang untuk setiap unsur
tersebut.
Tuliskan kode dokter/ unit yang catatan mediknya menyimpang dari unsur
tersebut.
Apabila didapatkan angka penyimpangan yang tinggi dan beralasan, hal tersebut
menandakan bahwa kriteria yang disusun tidak baik, banyak perkecualian yang
terlupakan, atau Panitia Audit terlalu baik hati.
5.3 Analisa Penyimpangan Mortalitas
Standar mortalitas adalah 0%, artinya tidak boleh ada kematian. Dengan demikian
setiap timbul kematian selalu dianggap terjadi penyimpangan dan harus dianalisa
secara khusus oleh Panitia Audit.
Analisa penyimpangan mortalitas yang sistematis dapat dilakukan bila didasarkan
atas jawaban terhadap serangkaian pertanyaan yang disusun secara khusus.
Rangkaian
pertanyaan
tersebut
termuat
dalam
DAFTAR
TILIK
alasan
untuk
membenarkan
ANALISA
PENYIMPANGAN MORTALITAS.
Dalam
pemeriksaan
mortalitas,
atau
tidak
Keadaan atau perjalanan penyakit pasien pada waktu masuk ke rumah sakit
sudah sedemikian lanjut, sehingga metode medis yang efektif tidak ada
(tidak diinginkan oleh pasien atau oleh wakilnya yang bertanggung jawab),
dan kematian merupakan akibat yang sudah diperkirakan sebelumnya.
Catatan
medik
memperlihatkan
bahwa
kejadian
penyebab
yang
Menentukan apakah ada pola yang tidak lazim (di bawah atau di atas rerata)
oleh semua atau oleh seorang pemberi pelayanan tertentu mengenai
terjadinya penyimpangan atau mengenai jumlah pembenaran penyimpangan.
Menentukan apakah ada pola yang meragukan oleh semuanya atau oleh
seorang Pemberi pelayanan, mengenai dipenuhinya pedoman karena
dipenuhinya perkecualian.
Apabila banyak catatan medik yang memenuhi kriteria pedoman karena dipenuhinya
perkecualian, mungkin ada suatu persoalan dalam mutu pelayanan dari sekelompok
Pemberi layanan atau mungkin pula pedoman dibuat tidak sempurna.
Formulir yang digunakan pada tahap ini adalah formulir angka penyimpangan
perkecualian, komplikasi terpilih.
Informasi yang bisa diperoleh dari formulir tersebut adalah angka penyimpangan
angka perkecualian, dan angka komplikasi menurut pemberian pelayanan (dokter/
unit tertentu).
Langkah pengisian formulir Angka Penyimpangan, Perkecualian, Komplikasi terpilih
adalah sebagai berikut :
Tulis kode Pemberi layanan dan jumlah catatan mediknya yang diaudit.
Hitung banyaknya penyimpangan tiap pemberi pelayanan untuk masingmasing unsur, lalu masukan ke dalam sel yang sesuai.
Periksa apakah ada masalah yang memerlukan tindakan atau kriteria dalam
pedoman audit perlu diubah.
Hitung jumlah catatan medik yang memenuhi kriteria pedoman tiap Pemberi
pelayanan untuk masing-masing unsur, lalu masukkan ke dalam sel yang
sesuai.
Hitung jumlah catatan medik yang memenuhi kriteria tiap Pemberi pelayanan
untuk masing-masing unsur, lalu masukkan ke dalam sel yang sesuai.
Tunggal :
kekurangan
hanya
didapatkan
pada
satu
Terdapat pola pada satu unsur : terjadi pada satu unsur dan
melibatkan lebih dari satu atau lebih pemberi pelayanan atau
melibatkan seluruh rumah sakit.
Seluruh temuan dan hasil audit dibuat ringkasannya dan dilaporkan untuk
menunjukkan akuntabilitas baik individu, kelompok maupun institusional.
Permasalahannya.
Apabila
ternyata
sebagian
besar
pemberian
pelayanan/ dokter terlibat dalam tindakan korektif, maka pendidikan kepada staff
yang sifatnya menyeluruh
Tulis secara detail tindakan koreksi untuk setiap permasalahan pada kolom
tindakan.
Tulis pada kolom berikutnya nama orang yang ditugasi dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tindakan tersebut.
Tentukan batas waktu kapan tindakan koreksi harus sudah selesai dilakukan
atau jangka waktu untuk dilakukannya monitoring.
9. RINGKASAN AUDIT
Langkah terakhir dalam pelaksanaan audit medik adalah membuat ringkasan audit.
Dalam ringkasan audit tidak disebutkan lagi nama / kode Pemberi pelayanan dan
nomor catatan medik. Ringkasan audit menjadi laporan yang ditujukan kepada ketua
Komite Medik, Direksi dan pihak lain yang berkepentingan dengan audit medik
sehubungan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Ringkasan audit dituliskan
dalam formulir Ringkasan Audit dalam bentuk narasi.
Altenatif
Mutu
Pelayanan
Pentingnya
Pelayanan
PE N I LAIAN
Kepastian/
Risiko
Peningkatan
Dukungan
Klinis
Pelayanan
Mutu
klinis
Konsensus
Self audit
JUDUL AUDIT
:
TUJUAN AUDIT :
KETERANGAN JUDUL AUDIT
Prosedur pembedahan
Prosedur khusus
Lain-lain
DATA PENGENAL PENDERITA
UMUR
TANGGAL :
CATATAN MEDIK PASIEN
KODE INDEKS
TERMASUK
TIDAK TERMASUK
LUAS DAN
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN AUDIT
Jumlah catatan medik yang dipakai :
Semua umum
6 bln terakhir
Audit pertama
12 bln terakhir
Audit ulangan
18 bln terakhir
24 bln terakhir
Audit gabungan
JENIS KELAMIN
Hanya laki-laki
Hanya perempuan
Dipilih, sbb
Laporan kepada :
Unsur Panitia Audit
Ketua
Koordinator pelaksana
Asisten audit
:
:
:
:
tanggal
Ketua Komite Medik_____________________________
Ketua Komite Keperawatan_______________________
Ketua Panitia Audit______________________________
________________________
________________________
Konsultan_____________________________________
Konsultan_____________________________________
Standar
100%
0%
No
Perkecualian
Uraian
TANGGAL :
Petunjuk Untuk Pengumpulan Data
No.
Uraian
Nomor
CM
Rerata
Dokter
Dokter
Dokter lain
Unit-unit
Lainnya
Lainnya
Kode pengisian : 1 = memenuhi kriteria 2 = memenuhi perkecualian 3 = komplikasi memenuhi perkecualian 4 = komplikasi tak memenuhi perkecualian
% Memenuhi kriteria
L=
Memenuhi krieria
Umur
Jenis kelamin
3&4
% Komplikasi
Identitas dan
pedoman
KETUA PANITIA :
% Komplikasi
JUDUL AUDIT :
JUDUL AUDIT :
Nomor unsur yang diingkari
menunjukkan mengapa catatan medik
pasien harus diperiksa lebih lanjut
Nomor
Unsur-unsur / perkecualian
Unsur
TANGGAL :
No. dokter jaga
Nomor
unsur
No. dokter
konsultan
KETERANGAN PENGUMPULAN
DATA
Lain-lain
Nomor
unsur
No.
unit/bangsal
No.
catatan
medik
ANALISIS PENYIMPANGAN
No. RDA
Ya
Berlasan
Tidak
JUDUL AUDIT :
Golongan Umur
Jumlah
Pasien
Jumlah
CM
DATA PASI EN
Rerata
P
LP
(hari)
Jumlah
pasien
Nomor
dokter
Jumlah
pasien
Jumlah
pasien
Lain-lain
Jumlah
hari
Total
Pre op
Distribusi unit
keperawatan
Distribusi dokter
Nomor
dokter
Jumlah
Dokter
Nomor
dokter
Jumlah
pasien
No. Unit
keprwtn
Jumlah
pasien
Keluar
RS
Post op
Rawat
khusus
JUDUL AUDIT :
TANGGAL :
Halaman .. Dari .
LAPORAN PENYIMPANGAN
No.
Pedoman
Jml
Penyimpn
Kode
dokter/
perawat
Nomor
catatan
medik
ANALISIS PENYIMPANGAN
Beralasan
Ya
Tidak
Penyimpangan
beralasan/ total
penyimpangan
No.
PERTANYAAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jawaban
YA
TIDAK
Pergi ke
Pergi ke
2
3
B
6
11
5
4
11
11
8
9
11
11
10
?
11
12
12
13
12
14
15
16
15
16
17
B
?
B
?
Keterangan
Jumlah atau%
Masalah (
ANGKA PENYIMPANGAN
ANGKA PERKECUALIAN
ANGKA KOMPLIKASI
Unsur
Nomor
Pemberi
Pelayanan
POLA DEFISIENSI
Jumlah
catatan
Alasan tidak dibenarkan
medik
Halaman .. dan
PENYEBAB KEKURANGAN
Sumber
Tingkat
keparahan
Uraian masalah
JUDUL AUDIT :
TANGGAL :
Rencana Tindakan Koreksi
Tindakan yang direncanakan
Permasalahan
Pelaksana
Bts. Waktu
Tgl.
Kepala Bagian
Tgl.
Ketua SMF
Tgl.
Cara
Kepala Perawat
Tgl.
Tgl.
JUDUL AUDIT :
Audit Pertama
Audit Ulang
No.
Unsur
TANGGAL :
Jumlah catatan medik :
KEADAAN SESUNGGUHNYA
Awal
Berbatasan
Jml
% sesuai
Penyp.
Jumlah
%
Kriteria Unsur
Diperiksa oleh
Ketua Panitia
Kepala Bagian
Ketua SMF
Kepala Pegawai
Jumlah dokter
RINGKASAN AUDIT
Tgl kirim
Tanda
tangan
Tgl. Tt
tgn
Final
% total
sesuai
Jumlah perawat
Jml ke
kurangan
TINDAK LANJUT
Tgl. kirim
Tanda tangan
Tgl tt tgn
Perlu
tindakan
Pengurus
(ben )