Anda di halaman 1dari 7

Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit

Sebagaimana telah disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam ISA 315 (Revised) dan ISA
330, bukti audit untuk menarik kesimpulan yang memadai sebagai dasar opini auditor, diperoleh
dengan melaksanakan :

a. Prosedur – prosedur penilaian risiko atau risk assessment procedures, dan


b. Prosedur – prosedur audit selanjutnya atau further audit procedures, yang terdiri atas :
i. Uji penegendalian atau test of control , jika diwajibkan ISAs atau ketika auditing
memilih untuk melaksanakannya, dan
ii. Prosedur – prosedur substantif atau substantive procedures, termasuk uji rincian atau
test of details dan prosedur – prosedur analitikal substantif atau substantive analytical
procedures.

Prosedur – prosedur audit berikut dapat digunakan sebagai prosedur – prosedur penilaian risiko
(Risk assessment procedures), uji pengendalian (Test of controls) atau prosedur – prosedur
substansif (substansive procedures), tergantung konteks di mana prosedur iu diterapkan auditor.

1. Inspection (inspeksi)
ISA 500 menggunakan istilah inspeksi dalam dua makna :
a. Pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya; atau
b. Pemeriksaan fisik suatu asset.
Inspeksi terhadap catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan berbagai
tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumber catatan dan dokumen. Dalam hal
catatan atau dokumen internal, tergantung efektifnya pengendalian atas pembuatan
catatan atau dokumen tersebut.
Contoh penggunaan inspeksi dalam uji pengendalian adalah inspeksi atas catatan
untuk membuktikan adanya otorisasi atau transaksi.
Dokumen tertentu merupakan bukti audit langsung, seperti surat saham atau obligasi
yang membuktikann eksistensi suatu asset. Inspeksi atas dokumen tersebut tidak serta
merta memberikan bukti audit atas kepemilikan atau nilai aset itu.
Inspeksi atas suatu kontrak yang dilaksanakan dapat memberikan bukti audit
mengenai pelaksanaan kebijakan accounting, seperti pengakuan pendapatan.
Inspeksi dalam makna kedua, pemeriksaan atas aset berwujud, dapat memberikan
bukti audit yang andal mengenai eksistensi aset tersebut. Namun, tidak serta merta
memberikan bukti audit atas hak dan kewajiban maupun penilaian aset tersebut.
Inspeksi atas item persediaan tertentu dapat dilakukan pada saat pengamatan
penghitungan persediaan (observation of inventory counting).
2. Observation (observasi)
Pengertian observasi atau mengamati tidak lain dari melihat suatu proses atau
prosedur yang dilakukan orang lain. Misalnya, auditor mengamati penghitungan
persediaan yang dilakukan oleh karyawan pabrik atau auditor mengamati pelaksanaan
kegiatan pengendalian tertentu.
Pengamatan memberikan bukti audit atas pelaksanaan suatu proses atau prosedur,
namun terbatas pada : (a) titik waktu atau periode ketika pengamatan dilakukan , dan (b)
kenyataan bahwa auditor sedang mengamati (justru yang membuat) proses atau prosedur
dilaksanakan.
ISA 501 Audit Evindence – Specific Considerations for Selected Items
memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pengamatan atas perhitungan persediaan.
3. External confirmation (konfirmasi eksternal)
Konfirmasi eksternal adalaj bukti audit berupa tanggapan tertulis secara langsung
(direct written response) yang diperoleh auditor, atas permintaanya, dari pihak ketiga
(pihak pemberi konfirmasi, atau confirming party), dalam bentuk kertas, elektronik, atau
media lainnya.
Prosedur konfirmasi eksternal sering kali sangat relevan ketika menangani asersi
yang berkaitan dengan saldo – saldo akun dan unsur – unsurnya. Namun, prosedur ini
tidak usah dibatasi pada saldo akun saja. Contoh, auditor dapat meminta konfirmasi
mengenai syarat – syarat dalam suatu perikatan atau transaksi dengan pihak lain;
permintaan konfirmasi dapat menanyakan apakah ada perubahan dalam perikatan yang
dibuat, dan jika ada, apa rincian yang relevan.
Prosedur konfimasi eksternal juga digunakan untuk memperoleh bukti audit
tentang tidak adanya kondisi tertentu, sepeti tidak adanya perjanjian tambahan (“side
agreement”) yang bisa berdampak terhadap pengakuan pendapatan.
4. Recalculation (perhitungan kembali)
Perhitungan kembali berarti mengecek akurasi atau ketelitian matematik (tambah,
kurang, kali, bagi, dan lain – lain) dalam catatan atau dokumen. Perhitungan kembali
dapat dilakukan secara manual (dengan tangan atau “dalam kepala”) atau secara
elektronik.
5. Reperformance (lakukan kembali)
Auditor melakukan kembali secara independen prosedur atau pengendalian yang
telah (atau seharusnya sudah) dikerjakan sebagai bagian dari system pengendalian
internal di entitas yang bersangkutan.
6. Analytical procedures (prosedur analitikal)
Prosedur analitikal meliputi evaluasi atas informasi keuangan denngan
menganalisa hubungan yang nalar (analysis of plausible relationship) antara data
keuangan dan non keuangan.
Prosedur analitikal juga meliputi penelitian yang lebih mendalam (investigation)
itu perlu untuk mengidentifikasi fluktuasi atau keterkaitan yang tidak konsisten dengan
informasi relevan lainnya, atau yang berbeda dari yang diharapkan (expected value)
dalam jumlah yang signifikan.
Lihat ISA 520 Analytical Procedures untuk petunjuk lebih lanjut.
7. Inquiry (bertanya)
Inquiry (bertanya) adalah mencari informasi dari orang yang mengetahui
masalahnya, baik masalah keuangan dan non keuangan , dari orang di dalam atau di luar
entitas. Inquiry digunakan secara ekstensif spanjang audit.
Inquiries bisa berupa mengajukan pertanyaan secara formal dan tertulis atau
informasi dan lisan. Menilai jawaban yang diberikan terhadap inquiries, adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari suatu inquiry process.
Tanggapan atas inquiries dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak
dimiliki auditor, atau mendukung bukti audit yang sudah ada (corroborative audit
evidence) atau sebaliknya, tanggapan memberikan informasi yang berbeda secara
signifikan dari informasi lain yang sudah diperoleh auditor, misalnya tentang manajemen
yang “memotong kompas” atas pengendalian (management override of controls).
Dalam hal tertentu tanggapan atas inquiries memungkinkan auditor memodifikasi
atau menambah prosedur auditnya. Penguumpulan bukti audit yang saling mendukung
melalui inquiry, sangat penting. Namun, inquiries mengenai niat manajemen mungkin
terbatas atau sangat terbatas. Dalam hal tertentu auditor bisa memahaminya dari “sejarah,
atau masa lalu” manajemen dalam mengambil keputusan.
Dalam hal tertentu auditor perlu mempertimbangkan untuk meminta representasi
tertulis (written representations) dari manajemen yang dan, jika perlu, dari TCWG (those
charged with governance) untuk mengkonfirmasi tanggapan lisan atau inquiries.
Lihat ISA 560 Written Representation untuk petunjuk lebih lanjut.

Seperti dijelaskan dalam ISA 330, bukti audit yang diperoleh dari audit atau audit – audit yang
lalu, dalam hal tertentu memberikan bukti audit yang tepat, jika auditor menerapkan prosedur
audit yang membuat informasi itu tetap relevan.
Relevansi dan keandalan

Seperti yang telah disebutkan pada paragraf A1, meskipun bukti audit umumnya diperoleh dari
prosedur audit yang dilakukan selama pelaksanaan audit, bukti audit mungkin juga diperoleh di
luar pelaksanaan audit periode kini, termasuk informasi yang diperoleh melalui sumber lain
misalnya dalam beberapa situasi, audit periode lalu dan prosedur pengendalian mutu KAP untuk
penerimaan dan keberlanjutan klien. Kualitas semua bukti audit dipengaruhi oleh relevansi dan
keandalan basis informasi yang digunakan.

Relevansi
Relevansi berkaitan dengan hubungan logis dengan tujuan prosedur audit dan jika relevan,
dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevansi informasi yang digunakan sebagai bukti audit
mungkin dipengaruhi oleh arah pengujian. Sebagai contoh, jika tujuan prosedur audit adalah
untuk menguji lebih saji (overstatement) keberadaan atau penilaian utang usaha, pengujian utang
usaha yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan. Di lain pihak, ketika menguji kurang
saji (understatement) keberadaan atau penilaian utang usaha, pengujian utang usaha yang tercatat
tidak akan relevan, namun pengujian informasi seperti pembayaran setelah tanggal laporan posisi
keuangan, faktur yang belum dibayar, pernyataan dari pemasok, dan laporan penerimaan barang
yang belum dicocokkan dengan order pembelian mungkin relevan.

Suatu set prosedur audit tertentu dapat memberikan bukti audit yang relevan untuk beberapa
asersi, namun tidak untuk asersi yang lainnya. Sebagai contoh, inspeksi atas dokumen yang
berhubungan dengan penerimaan kas dari piutang setelah akhir periode dapat memberikan bukti
audit yang berkaitan dengan keberadaan dan penilaian, namun tidak untuk pisah batas. Demikian
juga, pemerolehan bukti audit tentang suatu asersi tertentu, sebagai contoh, keberadaan
persediaan, bukan merupakan pengganti dalam mendapatkan bukti audit berkaitan dengan asersi
lainnya, misalnya asersi penilaian. Di lain pihak, bukti audit dari sumber yang berbeda atau bukti
audit yang memiliki sifat yang berbeda mungkin dapat menjadi relevan pada asersi yang sama.
Pengujian pengendalian dirancang untuk mengevaluasi \efektivitas operasi pengendalian dalam
mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi kesalahan penyajian material dalam tingkat asersi.
Perancangan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang relevan mencakup
pengidentifikasian kondisi (karakteristik atau atribut) yang menunjukkan pelaksanaan
pengendalian dan kondisi penyimpangan dari pelaksanaan yang memadai. Keberadaan atau
ketiadaan kondisi-kondisi tersebut dapat diuji lebih lanjut oleh auditor.
Prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi. Prosedur ini terdiri dari pengujian rinci dan prosedur analitis substantif. Perancangan
prosedur substantif mencakup pengidentifikasian kondisi yang relevan dengan tujuan pengujian
yang dapat mendeteksi kesalahan penyajian pada tingkat asersi yang relevan.
Keandalan
Keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit, dan oleh karena itu merupakan bukti
audit itu sendiri, dipengaruhi oleh sumber bukti tersebut dan sifatnya serta kondisi saat bukti
tersebut diperoleh, termasuk pengendalian dalam penyusunan dan pemeliharannya, jika relevan.
Oleh karena itu, generalisasi mengenai keandalan berbagai macam bukti audit masih tergantung
pada beberapa pengecualian penting. Bahkan ketika informasi yang digunakan sebagai bukti
audit diperoleh dari sumber eksternal entitas, mungkin terdapat kondisi yang dapat memengaruhi
keandalannya. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh dari sumber luar yang independen dapat
menjadi tidak andal jika sumbernya tidak memiliki pengetahuan memadai, atau tidak adanya
objektivitas pakar manajemen. Meskipun diakui adanya pengecualian, generalisasi berikut
tentang keandalan bukti audit mungkin bermanfaat:
Keandalan bukti audit meningkat ketika bukti audit diperoleh dari sumber independen dari luar
entitas. Keandalan bukti audit yang diperoleh dari sumber internal meningkat ketika
pengendalian yang berkaitan, termasuk pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya,
dilaksanakan secara efektif oleh entitas.

Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor (sebagai contoh, observasi atas
penerapan suatu pengendalian) lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang
diperoleh secara tidak langsung atau dengan melalui penarikan kesimpulan dari beberapa
informasi (sebagai contoh, permintaan keterangan tentang penerapan sautu pengendalian).
Bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik, atau media lainnya, lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh secara lisan (sebagai contoh, catatan rapat
lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan representasi lisan tentang hasil yang dibahas).
Bukti audit yang diperoleh daridokumen asli lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti
audit yang diperoleh melalui fotokopi atau faksimili, atau dokumen yang telah difilmkan, diubah
ke dalam bentuk digital, atau diubah ke dalam bentuk elektronik, yang keandalannya dapat
bergantung pada pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya.

Anda mungkin juga menyukai