Bab 5 - Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Bab 5 - Hak Dan Kewajiban Warga Negara
5.1 Pendahuluan
Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak. Hal yang tampak adalah unsur-unsur
negara, yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Rakyat yang tinggal
di wilayah suatu negara menjadi penduduk dari negara yang bersangkutan. Warga negara
adalah bagian dari penduduk suatu negara. Warga negara mempunyai hubungan dengan
negaranya. Kedudukan sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan,
hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik. Pemahaman yang baik mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara, sangat penting untuk mengembangkan
hubungan yang harmonis, konstruktif, produktif dan demokratis, yang pada akhirnya
pola hubungan yang baik antara warga negara dengan negara dapat mendukung
kelangsungan hidup bernegara.
Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan adalah penting. Ada tiga hal yang
dapat menjadi alasan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan (Hamdan Mansur, 1997),
yaitu :
a. Mahasiswa mengetahui hubungan antara warga negara dengan negara yang terdiri
dari hubungan emosional, hubungan fungsional dan hubungan formal,
b. Cinta tanah air yang terdiri tiga unsur, yaitu mensyukuri apa yang di peroleh dalam
hidup dan kehidupan, menjaga agar negara tetap aman dan waspada terhadap segala
sesuatu yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa, dan
56
Warga Negara adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris Citizens yang berarti
warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara, sesama penduduk, orang
setanah air, bawahan atau kawula. Warga negara bisa pula mengandung arti peserta,
anggota atau warga dari suatu organisasi, perkumpulan. Warga negara adalah warga atau
anggota dari organisasi yang bernama negara. Pengertian lain menyatakan, bahwa warga
negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah. Dalam UURI No. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 mengatur siapa saja yang termasuk warga negara
Republik Indonesia. Pasal tersebut dengan tegas menyatakan bahwa yang menjadi warga
negara Republik Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain, misalnya peranakan Cina, Arab, India atau peranakan bangsa lain yang
bertempat tinggal di Indonesia. Selain itu di persyaratkan pula untuk mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara.
Pada pasal 26 ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa penduduk adalah warganegara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Berdasarkan pengertian
warga negara dan penduduk ini dapat dikemukakan bahwa ada perbedaan antara warga
negara dan penduduk. Warga negara memerlukan penetapan, pengesahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan agar disahkan sebagai warga negara, sedangkan
penduduk tidak perlu penetapan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Warga
negara sudah pasti penduduk tetapi penduduk belum tentu warga negara. Dalam pasal 26
ayat (3) UUD 1945 disebutkan hal-hal mengenai menjadi warganegara dan penduduk
diatur dengan undang-undang.
Dapat disampaikan bahwa rakyat lebih merupakan konsep politis. Rakyat menunjuk
kepada orang-orang yang berada di bawah suatu pemerintahan dan tunduk kepada
pemerintahan itu. Istilah rakyat biasanya dilawankan dengan istilah penguasa. Penduduk
adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah negara dalam kurun waktu
tertentu. Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan menjadi penduduk
dan non penduduk. Adapun penduduk negara dapat dibedakan menjadi warga negara dan
57
orang asing atau bukan warga negara. Gambar 5.1 menyajikan deskripsi dari Penghuni
Negara.
Asli / Pribumi
Warga Negara
Keturunan/
peranakan
Penduduk
Orang Asing
Penghuni Negara
Non Penduduk
5.3 Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
adanya hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negaranya. Menurut
Penjelasan Undang-undang RI No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Istilah kewarganegaraan (Baso, 2018) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukan hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut
Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala
ikhwal yang berhubungan dengan negara.
a. Pengertian Kewarganegaran dapat di bagi menjadi dua, yaitu dalam arti yuridis dan
sosiologis, serta dalam arti formal dan material. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
58
1) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang dengan negara yang menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu bagi
orang-orang yang berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Adanya
ikatan hukum antara orang dengan negara ditandai dengan Surat Penyataan Bukti
Kewarganegaraan. Sebagai tindak lanjut tentang bukti kewarganegaraan, sesuai
Keputusan Presiden (Keppres) nomor 56 tahun 1996 tentang Bukti
Kewarganegaraan pasal 4 butir 2 berbunyi, bagi warga negara Republik Indonesia
untuk kepentingan tertentu cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Kartu Keluarga (KK) atau Akta Kelahiran. Namun saat ini ada juga hal yang
perlu diketahui bahwa selain KTP, KK, dan Akta Kelahiran harus juga memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi mereka yang sudah berpenghasilan
tetap.
Dari sudut pandang kewarganegaraan, dalam arti Yuridis, seseorang bisa dikatakan
tidak memenuhi kewarganegaraan yuridis karena tidak memiliki bukti ikatan hukum
antara dirinya dan negara. Sedangkan kalau dari sisi kewarganegaraan dalam arti
sosiologis ada hal yang belum terpenuhi, yaitu persyaratan yuridis yang merupakan
ikatan formal orang tersebut dengan negara. Namun di sisi lain, terdapat orang yang
memiliki kewarganegaraan yuridis, yang tidak memiliki kewarganegaraan sosiologis.
Orang tersebut memiliki tanda ikatan hukum dengan negara tetapi yang bersangkutan
tidak memiliki ikatan emosional dan penghayatan yang baik sebagai warga negara.
Jadi, bisa saja seseorang hanya menjadi warga negara secara yuridis akan tetapi secara
sosiologis belum memenuhi. Idealnya seorang warga negara harus memiliki
persyaratan yuridis dan sosiologis sebagai anggota dari suatu negara.
59
Kewarganegaraan dalam arti Formal merujuk pada tempat kewarganegaraan dalam
sistematika hukum. Masalah kewarganegaraan berada dalam ranah hukum publik.
Sedangkan Kewarganegaraan dalam arti Material, merujuk pada akibat hukum
dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum
serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang sudah memiliki
kewarganegaraan suatu negara tidak akan dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh
suatu kekuatan atau kesewenangan negara lain. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum negaranya kepada orang yang bukan warga
negaranya.
Hubungan dan kedudukan warga negara ini bersifat khusus, sebab hanya mereka
yang menjadi warga negaralah yang memiliki hubungan timbal balik dengan negaranya.
Orang orang yang tinggal di wilayah negara, tetapi bukan warga negara dari suatu negara
tidak memiliki hubungan timbal balik dengan negara tersebut.
60
IUS SANGUINIS
KELAHIRAN
IUS SOLI
PERSAMAAN
PERMOHONAN
NATURALISASI
DIBERIKAN
61
kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti halnya
sebelum mereka berkeluarga.
62
a. Karena kelahiran,
b. Karena pengangkatan,
c. Dikabulkan permohonannya,
d. Karena pewarganegaraan,
e. Karena perkawinan,
f. Karena mengikuti ayah dan atau ibunya, dan
g. Karena pernyataan.
63
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum si anak berusia 18 tahun atau belum kawin.
i. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
k. Anak yang lahir di luar wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. Anak yang lahir di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia, sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia.
5.6 Pewarganegaraan
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang-orang untuk memperoleh status
kewarganegaraan Republik Indonesia, melalui permohonan. Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh seseorang (pemohon), apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin,
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat selama 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat selama 10 (sepuluh) tahun tidak berturut turut,
c. Sehat jasmani dan rohani,
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945,
64
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara selama 1 tahun atau lebih,
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak lagi menjadi
berkewarganegaraan ganda,
g. Mempunyai pekerjaan dan atau berpenghasilan tetap,
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara, dan
i. Bersedia mengucapkan sumpah atau janji setia.
Dalam konteks Indonesia, hak warga negara terhadap negaranya telah diatur dalam
UUD 1945 dan berbagai peraturan pemerintah lainnya yang merupakan jabaran dari hak-
hak umum yang telah digariskan dalam UUD 1945. Hak-hak dan kewajiban warga
negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945, dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, yang berbunyi: Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pasal 27
ayat (2) yang merupakan asas Keadilan Sosial dan Kerakyatan.
b. Hak membela negara yang berbunyi : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. Selain itu ada pula pasal yang menyatakan bahwa
65
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
c. Hak berpendapat, berserikat dan berkumpul yang berbunyi : Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.
d. Hak kebebasan beragama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
yang berbunyi : Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masinng-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya
itu.
e. Hak untuk mendapatkan pengajaran, yang tercantum dalam dua ayat, yang berbunyi :
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang”.
f. Hak untuk mengembangkan dan memajukan Kebudayan Nasional Indonesia, yang
berbunyi : “Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
g. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial yang berbunyi :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan,
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai negara,
3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, dan
4) Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. Ketentuan lebih lanjut mengenai pasal ini diatur
dalam undang-undang.
h. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial, yang berbunyi : Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara.
Selanjutnya dalam UUD 1945 juga tercantum kewajiban warga negara terhadap negara
Indonesia. Kewajiban warga negara dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
66
a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan yang berbunyi : “segala warga negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya”,
b. Kewajiban membela negara seperti tercantum dalam uraian di atas, dan
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan dan keamanan negara seperti yang telah diuraikan
di atas.
Hak-hak warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
dinamakan Hak Konstitusional warga negara. Dengan demikian maka setiap warga
negara memiliki Hak Konstitusional sebagaimana yang ada dalam UUD 1945. Setiap
warga negara berhak menggugat apabila ada pihak-pihak yang berupaya membatasi atau
menghilangkan hak-hak konstitusionalnya. Prinsip utama dalam penentuan hak dan
kewajiban warga negara adalah terlibatnya warga dalam setiap perumusan kebijakan
negara tentang hak dan kewajiban tersebut, sehingga warga sadar dan menganggap hak
dan kewajiban tersebut sebagai bagian dari kesepakatan mereka.
Ada sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia yang diharapkan. Berikut
ini adalah sifat dan karakter yang di maksud :
a. Memiliki rasa hormat dan tanggungjawab, seperti : sikap dan perilaku sopan santun,
ramah tamah dan melaksanakan semua tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
nilai dan norma yang berlaku,
b. Bersikap kritis. Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan atas data dan
fakta yang valid (sah) serta argumentasi yang akurat. Sifat kritis diperlukan untuk
menyaring informasi, waspada terhadap aktivitas yang mungkin akan merugikan
dirinya merugikan masyarakat ataupun negara, seperti menyebar luaskan berita
bohong atau membuat ujaran kebencian dan lain-lain,
c. Bersikap terbuka. Sifat dan perilaku yang transparan serta terbuka sangat dianjurkan
sejauh masalah tersebut tidak bersifat rahasia. Keterbukaan akan dapat mencegah
67
pelanggaran atau penyimpangan dan mampu membangun sikap mental positif dan
profesional,
d. Rasional. Sikap dan perilaku berdasarkan rasio atau akal pikiran yang sehat,
e. Adil. Sikap dan perilaku menghormati dan menghargai persamaan derajat dan
martabat kemanusiaan, dan
f. Jujur. Sikap dan perilaku yang berdasarkan atas data dan fakta yang sah, tidak
dimanipulasi, ditambah atau dikurangi.
Selain hak dan kewajiban warga negara, dalam UUD 1945 Hasil Amandemen telah
dicantumkan pula hak asasi manusia. Hak asasi manusia perlu dibedakan dengan hak dan
kewajiban warga negara. Hak warga negara merupakan hak yang dicantumkan dalam
Konstitusi Negara. Hak-hak ini muncul karena adanya ketentuan undang-undang yang
berlaku bagi orang yang berstatus sebagai warga negara. Hak asasi manusia, umumnya
merupakan hak-hak yang sifatnya mendasar yang melekat dengan keberadaannya
sebagai manusia. Hak asasi manusia tidak diberikan oleh negara tetapi harus dijamin
keberadaannya oleh negara.
68
b. Kewajiban Negara atau Pemerintah
Kewajiban Negara atau Pemerintah sebagaimana tersebut dalam tujuan negara pada
Pembukaan UUD 1945 dan kewajiban negara menurut undang-undang yang berlaku,
meliputi banyak hal, yaitu :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2) Memajukan kesejahteraan umum,
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial,
5) Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk agama dan
kepercayaannya,
6) Membiayai Pendidikan, khususnya Pendidikan Dasar,
7) Mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional,
8) Memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
belanja negara dan belanja daerah,
9) Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia,
10) Memajukan kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat serta memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya,
11) Menghormati dan memelihara Bahasa Daerah sebagai kekayaan kebudayaan
nasional,
12) Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak,
13) Menguasai bumi, air dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat,
14) Memelihara fakir miskin dan anak terlantar,
15) Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan
16) Bertanggungjawab atas persediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
69
Tujuan negara tercantum pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945, adalah sebagai
berikut :
“... kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-undang dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
keTuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwaki'lan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
70