Anda di halaman 1dari 3

Patung Sura dan Baya, Surabaya

Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak
di pantai utara Pulau Jawa bagian timur, berhadapan dengan selat Madura serta selat
Jawa. Kota Surabaya memiliki banyak kisah aksi perjuangan para pemuda-pemuda
surabaya atau yang dikenal sebagai arek-arek Suroboyo. Salah satu peristiwa yang
terkenal adalah pertempuran 10 November 1945. Namun, dalam artikel ini, kami akan
membahas monumen dari kota Surabaya yang tentunya sudah sangat familiar bagi kita
semua, yaitu Patung Sura dan Baya. Lambang dari kota Surabaya yang dibangun pada
tahun 1988 ini dapat ditemukan di Jalan Diponegoro. Monumen ini juga berdiri di
Bantaran Sungai Kalimas dan di Jalan Pantai Kenjeran. Di antara tiga patung tersebut,
patung di Jalan Pantai Kenjeran termasuk salah satu yang terbesar. Arsitek yang
membuat mahakarya Patung Sura dan Baya ini adalah Sutomo Kusnadi dengan
pemahatnya Sigit Margono. Patung ini terdiri atas dua hewan yang menjadi inspirasi
nama kota Surabaya, yaitu ikan sura (hiu) dan baya (buaya). Legenda pertarungan
antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya.

Awal mula adanya ikon ini tidak lepas dari legenda dan cerita rakyat warga
setempat. Konon, di lautan yang sangat luas, terjadi perkelahian antara Hiu dan Buaya
yang membuat Hiu kelelahan dan membuat kesepakatan pembagian wilayah dengan
Buaya yaitu lautan untuk Hiu dan Daratan untuk Buaya. Namun karena ikan di lautan
sudah habis, Sang Hiu pun mencari mangsa di sungai yang merupakan daerah
kekuasaan buaya. Buaya yang mengetahui hal itu lalu murka kepada Hiu dan memulai
kembali pertarungan. Hiu menggigit ekor buaya dan buaya menggigit ekor Hiu hingga
hampir putus. Pertarungan pun berakhir ketika Hiu kembali ke lautan dan Buaya di
daratan, tetap mempertahankan kekuasaannya.

Patung Sura dan Baya ini memiliki makna yang berbeda disamping legenda cerita
rakyat tersebut. Kata “Surabaya” diyakini memiliki filosofis yaitu “berjuang”. Kata
“Surabaya” berasal dari kata sura yang berarti ‘selamat’ dan baya berbarti ‘bahaya’ ,
sehingga arti Surabaya adalah Selamat dari Bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah
selamat dari serangan tentara Tar-Tar yang berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya
dimana hari kemenangan itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya

Patung Sura dan Baya ini termasuk ke dalam sejarah sebagai seni. Alasannya
karena dapat membuat penonton terpukau kepada seni yang diberikan seniman dalam
mempresentasikan sejarah dalam kegiatan seninya. Sejarah sebagai seni juga dapat
membuat penonton seolah-olah menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Teknik
pembuatan terlihat sederhana namun memiliki kesan tersendiri yang ingin diceritakan
melalui patung tersebut. Bahan yang digunakan saat memahat patung tersebut ialah
semen,pasir,batu bata untuk membantu menjadi lekukan yang sempurna dibutuhkan
palu,pahatan,amplas,cetakan. Kekurangan sejarah sebagai seni adalah bersifat imajinatif
dan banyak sejarawan menggunakan ilmu mereka ,hal ini menyebabkan kurang nya
objektivitas dan ketetapan.

Patung sura dan baya juga termasuk ke dalam sejarah sebagai kisah. Alasan nya
karena Sejarah dapat dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah kejadian-kejadian
pada masa lalu yang dikisahkan kembali. Memiliki sifat subyektif yang artinya suatu
peristiwa sejarah yang diceritakan oleh sejarawan dapat memiliki sudut pandang yang
berbeda dengan sejarawan lain. Meski begitu,para sejarawan juga harus tetap
menggambarkan peristiwa sejarah secara objektif,dilakukan langkah-langkah penelitian
sejarah.Sejarah merupakan gambaran masa lalu kalian sebagai individu, maupun
sebagai makhluk sosial. Kejadian-kejadian yang disusun secara ilmiah juga harus
berdasarkan fakta nya pada masa tersebut. Kemudian fakta-fakta itu ditafsirkan dan
dijelaskan secara rinci. sehingga dapat memberi pengertian kepada kita tentang
apa sih yang terjadi pada masa lalu.

Banyak dari cerita-cerita peristiwa, diceritakan kembali oleh para sejarawan dengan
tafsiran yang berbeda antarmereka. Para sejarawan ini memiliki caranya sendiri dalam
menafsirkan sejarah, biasanya disesuaikan dengan konteks zaman.
Daftar pusaka :
https://blog.airpaz.com/id/kisah-patung-sura-dan-buaya-ikon-surabaya/
Nama penulis: Zara 21 juli 2020
https://surabaya.liputan6.com/read/4200513/cerita-di-balik-patung-suro-dan-boyo-ikon-
surabaya
Nama penulis: Agustina Melani 13 Mar 2020
https://hello.web.id/mengenal-sejarah-patung-surabaya/
Nama penulis: Helo Inspirasi ( perusahaan artikel) 4 Februari 2021

Nama anggota kelompok: Aurel, Vellacia, Jenssen, Davina, Jonathan


IPS 2

Anda mungkin juga menyukai