Anda di halaman 1dari 3

1.

Patung Garuda Wisnu Kencana, Bali


Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan - Jimbaran, Bali. Patung
ini berdiri menjulang di dalam kompleks Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana dan
merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan
sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa
Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di
kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung
Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa
Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan
20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda
Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung
ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan
lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di
dunia dan mengalahkan Patung Liberty.

2. Lambang Gedung MPR-DPR


Elemen estetika yang menonjol di pelataran utama kompleks MPR/DPR adalah sebuah
patung kontemporer karya But Mochtar. Patung tersebut melambangkan penjelmaan manusia
Indonesia yang hakiki, kehendak-kehendak maupun harapan yang ditampilkan lewat lembaga
perwakilan rakyat dalam perjalanan melalui dimensi masa lampau, masa sekarang dan masa
mendatang. Ketiga-tiganya bakal terjalin erat, terdiri dari sebuah kontruksi rangka besi
berlapiskan perunggu. Elemen estetika di tengah pelataran utama tersebut merupakan elemen
pemegang. Dalam arti, karya ini bakal tampil selaku pengukuh dan pembatas keseluruhan
bangunan yang terletak di sekitarnya. Sehingga jika elemen itu tidak ada, akan mudah sekali
ruangan yang terdapat di sekelilingnya tak menentu arahnya. Hal ini bakal mengakibatkan
sukar ditemukannya kembali skala manusia, sebagai akibat dari tidak jelasnya dimensi dan
arah.

3. Patung Pancoran
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan
dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh
Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat
patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri
adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan
oleh PN Hutama Karya dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30
September PKI pada tahun 1965.
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan
keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut
berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur,
Berani dan Bersemangat.
Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui oleh Bung Karno, sehingga
kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas menjaga keamanan sang kepala
negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu dengan menggunakan Derek tarikan
tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11 ton tersebut terbagi dalam potongan-potongan
yang masing-masing beratnya 1 ton.[1]
Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun 1966. Patung
Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan
Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu dekat dengan
(dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.

4. Patung Tigaraksa Tangerang


Monumen itu dikenal di masyarakat dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya
Patung Tiga Utusan, Patung Tiga Jawara, Patung Tiga Ksatria, Patung Tiga Tumenggung,
dan Patung Tigaraksa. Banyak orang yang tidak mengetahui apa makna dibalik monumen
tersebut. Padahal itu adalah monumen yang dibangun untuk mengenang tiga orang pejuang
yang berjihad melawan orang-orang kafir Belanda yang bernaung di bawah perusahaan
dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Dalam sejarah, ketiga orang itu ialah; Aria Yudanegara, Aria Wangsakara, dan Aria
Santika. Mereka adalah tiga orang Tumenggung yang berasal dari Sumedang, ditugasi untuk
memimpin sebuah wilayah di Kesultanan Banten yang mencakup daerah Tangerang, Jasinga,
dan Lebak. Oleh masyarakat, ketiga pemimpin ini dikenal dengan sebutan Tigaraksa, yang
berarti tiga tiang atau tiga pemimpin.

5. Patung Asmat
Suku Asmat merupakan salah satu suku yang ada di nusantara. Suku ini mendiami
kawasan timur Indonesia, tepatnya di sepanjang pesisir pantai selatan Pulau Irian Jaya.
Wilayah tinggal Suku Asmat kaya akan pohon sagu dan pohon bakau. Pohon-pohon ini
yang berperan sangat penting dalam kehidupan Suku Asmat. Tidak hanya menjadi sumber
kehidupan, tapi juga sebagai media yang digunakan untuk mengimplementasikan nilai seni
yang dimiliki masyarakat suku tersebut.
Berbagai patung ukiran Suku Asmat merupakan salah satu bentuk nilai seni yang
dimiliki masyarakat suku ini. Bagi masyarakat Suku Asmat, patung bukan sekadar benda
yang bernilai estetis. Patung juga menjadi penghubung mereka dengan arwah nenek
moyang. Patung mbis misalnya.
Patung mbis dibuat sebagai perlambang adanya sosok nenek moyang dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Masyarakat Suku Asmat percaya bahwa orang yang sudah meninggal
mampu ditemukan kembali di dalam bentuk patung mbis. Karenanya, setiap
patung mbis yang dibuat diberi nama sesuai dengan nama orang yang telah meninggal.
Tapi, tidak semua orang yang sudah meninggal dibuatkan patung mbis. Hanya orang
tertentu yang dibuatkan patung mbis.
Pembuatan patung yang terbuat dari kayu bakau ini melewati proses yang panjang.
Awalnya, kaum pria Suku Asmat berkumpul. Sambil berteriak yang membuat suasana jadi
hiruk pikuk, mereka merubuhkan pohon bakau. Setelah rubuh, batang pohon bakau
dibersihkan dari ranting-ranting dan kulitnya dikupas. Batang pohon bakau lalu dilumuri
cairan berwarna merah – yang bahannya juga dari pohon bakau. Selesai dilumuri cairan
merah, batang pohon bakau dibawa ke desa.
Konon, masyarakat Suku Asmat percaya bahwa batang pohon bakau merupakan
perwujudan tubuh nenek moyang. Sementara, cairan merah yang dioleskan ke batang
pohon bakau merupakan darahnya.
Menjadi bagian dalam rombongan penebangan pohon bakau merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi laki-laki dewasa Suku Asmat. Ketika sampai di desa,
masyarakat pun menyambut rombongan penebang pohon ini layaknya pahlawan yang
kembali dari medan perang.
Batang pohon bakau kemudian diberikan kepada wow ipits. Wow ipits merupakan
sebutan bagi orang-orang yang memiliki keahlian dalam membuat ukiran patung.
Biasanya, pengerjaan sebuah patung mbis dapat diselesaikan dalam waktu satu hari.
Setelah jadi, patung mbis dipajang di depan rumah sebagai simbol adanya komunikasi
antara dunia kematian dan dunia kehidupan.
Jenis patung lain yang dimiliki Suku Asmat adalah patung kewenak. Berbeda
dengan mbis, kewenak lebih berfungsi dalam sistem keluarga. Patung kewenak merupakan
patung yang dibuat untuk mengenang suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu keluarga.
Patung jenis ini biasanya disimpan di rumah yeu atau rumah laki-laki Suku Asmat. Dengan
ukuran tinggi yang tidak lebih dari satu meter, kewenak bisa dikatakan sebagai
dokumentasi keluarga layaknya foto.
Ada pula patung tunggal atau patung rangkap. Patung jenis ini biasanya
mendokumentasikan dongeng atau cerita rakyat, belakangan ada juga yang menceritakan
perjalanan hidup seseorang.
Sama dengan patung mbis, patung kewenak serta patung tunggal dan patung rangkap
juga dibuat dari batang pohon bakau. Hanya saja, proses pembuatan patung-patung
tersebut tidak memerlukan upacara khusus seperti pada patung mbis.
Masyarakat Suku Asmat masih menggunakan peralatan yang sederhana dalam
pembuatan patung-patung tersebut. Peralatan yang biasa digunakan seperti kapak batu,
pisau yang terbuat dari tulang, serta paku yang telah dipipihkan. Meski begitu, patung
yang dihasilkan memiliki nilai estetis yang tinggi – selain juga mengandung nilai-nilai
religius di dalamnya

Anda mungkin juga menyukai