Urutan Peristiwa
Versi berikutnya, nama Surabaya berkait erat dengan cerita tentang perkelahian hidup dan
mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan tentara
Tartar (Mongol), Raden Wijaya yang merupakan raja pertama Majapahit, mendirikan kraton
di Ujung Galuh, sekarang kawasan pelabuhan Tanjung Perak, dan menempatkan Adipati
Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama Jayengrono makin kuat dan mandiri
karena menguasai ilmu Buaya, sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk
menaklukkan Jayengrono, diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Adu kesaktian
dilakukan di pinggir Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu
berlangsung tujuh hari tujuh malam dan berakhir tragis, keduanya meninggal kehabisan
tenaga.
Dalam versi lainnya lagi, kata Surabaya muncul dari mitos pertempuran antara ikan Suro
(Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), perlambang perjuangan antara darat dan laut.
Penggambaran pertarungan itu terdapat dalam monumen suro dan boyo yang ada dekat kebun
binatang di Jalan Setail SurabayaVersi terakhir, dikeluarkan pada tahun 1975, ketika
Walikota Subaya Soeparno menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota
Surabaya. Ini berarti pada tahun 2005 Surabaya sudah berusia 712 tahun. Penetapan itu
berdasar kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk pemerintah kota bahwa nama
Surabaya berasal dari kata sura ing bhaya yang berarti keberanian menghadapi bahaya
Reorientasi
Semua keterangan mengenai asal usul nama kota tersebut sebagian telah dibuktikan dengan
adanya peniggalan-peninggalan yang menjadi bukti otentik. Namun maih ada kemungkinan
bisa jadi asal-usul itu hanya sebuah cerita yang berkembang dimasyarakat yang terjadi secara
turun-temurun yang ditularkan pada masyarakat luas yang sejatinya akan menjadi
sebuah mitos belaka.