Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


NYERI AKUT PADA KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
DIRUANG RAWAT INAP PUSKESMAS KEDIRI

OLEH :

HAERUNNISA

036STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2021
BAB I
KONSEP DASAR

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan.

Donahue (1989) meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tidak untuk

mengupayakan kenyamanan, perawat memeberikan kekuatan, harapan,

hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.”(sumber buku ajar

fundamental keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2)

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sam

dengan nyeri. Kolcaba (1992) mendefenisikan kenyamanan sebagai

suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini

meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang

meningkatakan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi

masalah atau nyeri).(sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

Suatu cara panadang yang holistik tentenag kenyamanan

membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks :

1. Fisik : berhubungan dengan sensai tubuh.

2. Sosial : berhubungan dengan interpersonal, keluarg, dan

sosial.

3. Psikospiritual : berhubungan dengan kewaspadaan internal

dalam diri sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan

makna kehidupan.
4. Lingkungan : berhubungan dengan latar belakang

pengalaman ekstrenal manusia: cahaya, bunyi, temperatur,

warna, dan unsur-unsur alamiah.(sumber buku ajar

fundamental keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2)

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau

bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2005).

Rasa ketidak nyamanan (nyeri) dapat disebabkan oleh terjadinya

kerusakan saraf sensorik atau juga diawali rangsangan aktivitas sel T

ke kontraks selebri dan menimbulkan persepsi nyeri. Hipo/hipertermia

terjadi akibat terganggunya pusat pengatur suhu (dalam hal ini adalah

termogregulasi). (sumber buku saku praktikum. Kebutuhan Dasar

Manusia. A .Aziz Alimul Hidayat, S.Kp & Musrifatul Ulyah, S.Kp.

EGC).

A. Definisi

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengamalan sensori atau emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari

bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses

penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik

atau pengobatan. Nyeri sangat menganggu dan menyulitkan lebih

banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.(sumber buku


ajar. Keperawatan Medikal-Bedah. BRUNNER & SUDDARTH.

Volume 1)

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan

disebabkan oleh stimulus spesifik seperti :

mekanik,termal,kimia,mikroorganisme atau elektrik pada ujung

saraf serta tidak dapat diserah-terimakan kepada orang lain

( Copp, B.Summer.1985 dan sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar

Manusia. Pelania Heriana, S.Kep.Ners).

2. Sifat Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar

sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri

bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri

dapat berupa stimulus fisik atau mental,sedangkan kerusakan dapat

terjadi pada fungsi atau ego seseorang individuM( Mahon,1994 ).

(sumber buku ajar fundamental keperawatan.POTTER & PERRY.

Volume 2).

3. Jenis Nyeri

1. Nyeri Akut

Nyeri akut biasanya awitnya tiba-tiba dan umumnya

derkaitan dengan cedera spesipik. Jika kerusakan tidak lama terjadi

dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya kurang dari

satu bulan. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang

berlangsung dari bebrapa detik hingga enam bulan. Cedra atau

penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sebuh secara


sepontan atau adapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh, jari

yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang

hilang dengan cepat., barangakai dalam beberapa detik atau

beberapa menit.(sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2)

2. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu priode waktu. Nyeri ini beralangsung

diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak

dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedra spesipik. Nyeri kronis

dapat tidak memepunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan

sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak

memeberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabanya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri

yang berlangsung selama enam bulan atau lebih , meskipun enam

bulan merupakan suatu priode yang dapat berubah untuk

memebedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis.(sumber buku

ajar. Keperawatan Medikal-Bedah. BRUNNER & SUDDARTH.

Volume 1).

4. Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan prilaku.

Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan

membantu untuk menjelaskan tiga kompenen fisiologis berikut,

yakni :
1. Persepsi ialah semua kerusakan selular, yang disebabkan

oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi, atau stimulus

listrik menyebabkan pelepasan substansi yang

menghasilkan nyeri.

2. Persepsi ialah merupakan titik kesadaran seseprang

terhadap nyeri. Stimulis nyeri ditrasminasikan naik ke

medulla spinalis ketalamus dan tengah otak.

3. Reakasi ialah reaksi terhadap nyeri merupakan respon

fisiologis dan prilaku yang terjadi setelah memepresepsikan

nyeri. Stimulus penghasil-nyeri mengirikan infklus melalui

serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla

spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf

dan akhirnya sampai didalam masa berwarna abu-abu

dimedulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi

dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau ditrasmisi tanpa

hambatan ke kontraks selebral.Sekali stimulus nyeri

mencapai kontraks selebral, maka otak mengiterprestasi

kualitas nyeri dan memeperoses informasi tentang

pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi

kebudayaan dalam upaya memepersepsikan nyeri.

(McNair,1990).(sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).


Sumber fisik Nyeri:

a. Mekanik adalah gangguan dalam cairan tubuh distensi

duktus, distensi edema pada jaringan tubuh regangan

duktus lumen sempit misal: saluran batu ginjal melalui

uretra.

b. Kimia adalah perforasi organ viseral, iritasi kimiawi oleh

sekresi pada ujung-ujung saraf yang sensitif misal: ruptur

apendiks, ulkus di duodenum)

c. Termal adalah terbakar (akibat panas atau dingin yang

ekstrem), inflamasi atau hilangnya lapisan superfisal atau

efidermis, yang menyebabkan peningkatan sensitivitas

ujung-ujung saraf.

d. Listrik atau lekektrik adalah terbakar, lapisan kulit terbakar

disertai cedera jaringn subcutan dan cedera jaringan otot,

menyebabkan cedera pada ujung-ujung saraf.(sumber buku

ajar fundamental keperawatan. POTTER & PERRY.

Volume 2).

Mekanisme saraf kompleks secara keseluruhan tidak

dimengerti tentang keterlibatan dengan nyeri. Ada beberapa

kenyataan secara teori seperti penjelasan dibawah berikut.

(sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana,

S.Kep.Ners).

Teori awal merupakan suatu teori yang menjelaskan nyeri

sebagai suatu mekanisme relative sederhana yang menjelaskan


bahwa respon nyeri timbul apabila suatu stimuli nyeri

mengaktifasi reseptor nyeri (nociceptor). Stimuli dapat berupa

zat kimia, listrik, panas, mekanik, maupun mikroorganisme,

baik yang yang berasal dari luar maupun luar tubuh. (sumber

buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana,

S.Kep.Ners).

Informasi dari reseptor nyeri mencapai system syaraf

sentral melalui serabut saraf asenden. Bila informasi ini telah

sampai ditalamus, maka seseorang akan merasakan adanya

suatu sensasi serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan

stimulus. Bila informasi telah smpai pada korteks selebri, maka

seseorang akan lebih terlibat dengan sensasi nyeri, mencoba

menginterpretasi arti nyari dan mencari cara untuk menghindari

sensasi lebih lanjut. (sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar

Manusia. Pelania Heriana, S.Kep.Ners).

Teori gatecontrol menurut Melzak Wall. Teori ini lebih

konfrehensif dalam menjelaskan transmisi dan persepsi nyeri.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi Gelatinosa (SG)

yaitu suatu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung dorsal

serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal cord)

mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang (gating

mechanism). Mekanisme pintu gerbang ini dapat mengubah

sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks


selebri dan menimbulkan persepsi nyeri. (sumber buku ajar.

Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana, S.Kep.Ners).

Sinap yang berada pada kornu dorsalis bekerja seperti

sebuah pintu membuka atau menutup, sehingga apabila ada

rangsangan nyeri maka pintu tersebut tidak sampai di otak atau

pintu itu dibuka sehingga nyeri akan sampai di otak. (sumber

buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana,

S.Kep.Ners).

Hipotesis, teori ini adalah apabila ada sejumlah impuls

nyeri yang berjalan sepanjang serabut tebal (sepeti panas,

dingin, atau sentuhan) maka sejumlah impuls nyeri tersebut

berusaha untuk dicegah dengan cara menutup pintu pada

serabut tersebut. Individu akan merasakan nyeri hanya jika

pintu sinaps dibuka atau impuls nyeri sangat dominan. Tubh

kta menghasilkan zat kimia yang berfungsi sebagai regulator

dalam beradpatsi terhadap nyeri. Zat kimia yang dimaksud

adalah opium, dan yang dikenal ada tiga jenis, yaitu: Enkefalin,

endorphin, dinorfin. (buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia.

Pelania Heriana, S.Kep.Ners).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

1. Usia

Usia merupakan variabel yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak dan lansia. Perbedaan dan perkembangan, yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi


bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.(sumber

buku ajar fundamental keperawatan. POTTER & PERRY.

Volume 2).

2. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berepon terhadap nyeri. (Gil,1990). (sumber buku ajar

fundamental keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya memepengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang di harapkan dan

apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. (sumber buku ajar

fundamental keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

4. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mepengaruhi

pengalaman nyeri dengan cara seseorang beradaptasi terhadap

nyeri. (sumber buku ajar fundamental keperawatan.POTTER &

PERRY. Volume 2).

5. Perhatian

Tingkat seorang klien mefokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungan dengan nyeri yang mengingkat, sedangkan upaya

pengakihan (distraksi) dihubungkan dengan nyeri yang menurun.

(Gil, 1990).(sumber buku ajar fundamental keperawatan.POTTER

& PERRY. Volume 2).


6. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Anasietas

sering kali meningkatkam perepsi nyeri, nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. (sumber buku ajar

fundamental keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

7. Keletihan

Keletihan meningkatakan persepsi nyeri. Rasa keleahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin insentif dan menurunkan

kemampuan kopling. (sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

8. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

(sumber buku ajar fundamental keperawatan.POTTER & PERRY.

Volume 2).

9. Gaya kopling

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

anda merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri dikeadaan

perawatan kesehatan, seperti dirumah sakit, klien merasa tidak

berdaya dengan rasa sepi itu. (sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

10. Dukungan keluarga dan sosial.


Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. (sumber buku ajar fundamental

keperawatan.POTTER & PERRY. Volume 2).

1. Respons individu Terhadap Nyeri

a. Tahap Akrifasi (Actifation)

Dimulai saat pertama individ u menerima rangsangan nyeri

sampai tubuh bereaksi terhadap nyeri yang meliputi:

1. Respons simpatoadrenal

Respon yang tidak disengaja seringkali juga dinamakan

autonom juga bersifat protektif, mencakup:

a. Peningkatan pengeluaran keringat

b. TD naik

c. RR naik

d. Takipnea

e. Dilatasi pupil (pembesaran pupi)

f. Ketegangan otot

g. Mual dan muntah

h. Pucat

2. Respons muskular

Respon yang disengaja merupakan reaksi otot yang

mencetuskan usaha untuk menghilangkan rangsangan rasa

sakit, juga bersifat protektif, sebagai contoh:

a. Menggeliat kesakitan
b. Mengusap daerah yang sakit

c. Imubilitas

d. Buru-buru menarik dari sebuah benda yang panas

e. Mengambil posisi tertentu, contoh: menarik lutut

sampai menekan perut bilamana rasa sakit diperut tidak

tertahankan.

3. Respon emosional

Respon emosional terhadap rasa sakit mempunyai

ambang yang sangat luas dan berbeda-beda dari orang ke

orang. Respon terhadap sakit antara lain:

a. Bergejolak

b. Mudah tersinggung

c. Perubahan tingkah laku

d. Berteriak

e. Menangis

f. Diam

g. Kewaspadaan meningkat

(sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania

Heriana, S.Kep.Ners).

a. Tahap pemantauan

nyeri sangat hebat tetapi sangat singkat, pada tahap ini system

syaraf parasimpatis mengambil alih tugas sehingga terjadi

respon yang berlawanan dengan tahap aktifasi. (sumber buku

ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana, S.Kep.Ners).


b. Tahap Adaptasi.

Saat nyeri berlangsung lama, tubuh mencoba untuk

beradaptasi melalui peran endorphin. Reaksi tubuh ini terdapat

nyeri dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Bila

nyeri berkepanjangan mka akan menurunkn sekresi norepineprin

sehingga individu merasa tidak berdaya, tidak berharga, dan

lesu. (sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania

Heriana, S.Kep.Ners).

Respons perilaku yang mempengaruhi nyeri:


Vocal Ekspresi Wajah Gerakan Tubuh Interaksi social
1. Menangi 1. Meringis 1. Gelisah 1. Menghindar untuk
s 2. Mengatup gigi 2. Imobilisasi bicara
2. Berteriak 3. Melotot 3. Otot tegang 2. Menghindar untuk
3. Merintih 4. Menggigit bibir 4. Berjalan mondar- kontak sosial
4. Bicara 5. Gigi gemelutuk mandir 3. Perhatian terhadap
terengah- 5. Mengambil posisi linkungan sekitar
engah tertentu berkurang

 Alat pengukuran sekala nyeri adalah : skala deskritif & skala

nanlogi visual (VAS).

2. Istilah yang menggambarkan kualitas nyeri :

1. Sakit

2. Berdenyut-denyut

3. Menyengat
4. Tumpul

5. Menyebar

6. Terbakar

7. Kram

8. Kaku

9. Tertekan

10. Terpotong

11. Tertusuk

12. Tersayat

13. Dipukul

14. Tertikam

15. Tercekik

(sumber buku ajar. Kebutuhan Dasar Manusia. Pelania Heriana,

S.Kep.Ners).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

B. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengakajian

1. Identitas klien :

Nama, umur, pendidikan, agama, Alamat, pekerjaan, suku/

bangsa, tanggal masuk MRS: 13/07/2018. Dan identitas

penanggung jawab klien.

2. Keluhan utama

Merupakan keluhan atau Pernyataan pasien, sehingga

menjadi alasan pasien dibawa ke Rumah Sakit, seperti :

Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati +_ 2 jam yang

lalu tidak disertai dengan mual muntah, demam, pusing

berkurang makan minum bertambah, pasien dirawat inap

dengan diagnosa gasteritis (VAS ) sekala 5-6.

a. Riwayat penyakit sekarang

Meruapakan kronologis dari penyakit yang diderita

saat ini mulai awal hingga dibawa ke RS secara lengkap

meliputi : PQRST,seperti :

Meliputi keluhan utama datang dengan data subektif

mengeluh nyeri dibagian ulu hati, P : klien terlihat

meringis saat epigasterium ditekan , S : skala 5-6


(sekala nyeri 0-10), T: nyeri hilng timbul saat

epigasterium ditekan. Status kesehatan saat ini: 13 juli

2018 klien dibawa ke IGD pukesmas tanjung karang

dengan keluhan +_ 2 jam merasakan nyeri ulu hati,

TD :110/70 mmHg, N: 80 kali /mnit, S: 36,8℃, RR: 22

kali/ menit, dengan kesadaran composmentis (CM).

Klien mendapat pertolongan pertama dengan influs RL

20 tmp (tetes per menit), kemudian klien mendapatkan

perawatan di ruang inap.

b. Riwayat kesehatan masa lalu.

Merupakan Penyakit yang pernah diderita oleh pasien

sebelumnya,seperti:

Pasien mengtakan pernah dirawat di pukesmas

sumbawa dengan pnyakit yang sama (gasteritis), klien

tidak memepunyai penyakit keturunan (DM,

Hipertensi), maupun penyakit menular.

c. Kesehtan keluarga

Merupakan penyakit yang pernah dialami olah salah

satu dari kelurga pasien atau suatu penyakit keturuanan

dari pasien, atau setatus kesehtan keluarga pasien

seperti:

Pasien mengatakan tidak ada penyakit kelurga yang

mepeunyai penyakir seperti yang dideritaklien dan tidak


ada yang memepunyai penyakit menular atau keturunan

(DM, Hipertensi).

3. Genogram

Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang

menggunakan sismbol-simbol khusus untung menjelaskan

hubungan, pristiwa penting, dan dinamika keluarga dalm

beberapa generasi.

4. Kebutuhan bio-pisiko-sosial-spiritual

i. Pola manajemen kesehtan dan perepsi kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan itu penting dan jika ada

ada anggota kelurga yang sakit selalu membawanya

kepelayanan kesehatan.

b. Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan

dan elektrolit nafsu makan , pola makan, diet, flukttuasi

BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,

Mual/muntah, kebutuhan jumblah gizi,

maslah/penyembuhan kulit, makanan kesukaan, seperti:

No Kegiatan Sehari-hari Sebelum Sakit Sesuadah Sakit

1 Nutrisi : Cukup Kurang


Jenis makanan : Nasi, dan lauk pauk Bubur dan lauk pauk
Pola makan : 3 kali sehari hari 2 kali sehari
Frekwensi : pagi,siang,mlm pagi,siang,mlm
Porsi : 1 posi ½ porsi
Nafsu makan : Bertambah Berkurang
2 Minum : Cukup Kurang
Frekwensi minum : Setiap makan Setiap makan
Pola minum : 7-8 gelas 5-6 gelas
Jenis minum : Air putih Air putih
Jumblah minuman : 2500cc 100cc – 1200cc

c. Pola Eliminasi

Menjelaskan pla fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit

kebiasaan defekasi, ada tindakannya maslah defekasi,

maslah (oliguri, disuri, dll.). Penggunaan kateter, frekwensi

defekasi dan mikis, karakteristik urien dan fases, pola input

cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan,

perapirasi berlebih, dll. Seperti:

No Kegiatan Sehari-hari Sebelum Sakit Sesuadah Sakit

1 Eliminasi : Biasa Biasa


BAK : 3- 4 kali sehari 3-4 kali sehari
Frekwensi : Pagi,siang,mlm Pagi,siang,mlm
Warna : Kuning urien Kuning urien
Bau : bau yg khas Bau yg khas
2 BAB : 1 kali sehari 1 kali sehari
Frekwensi : Pagi hari Pagi hari
Warna : Kuning fases Kuning fases
Kosistensi : Padat Padat

d. Pola istirahat tidur dan kebersihan diri

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang

energi. Jumlah jam tidur pada siang dam malam, masalah

selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat,

mengeluh letih,seperti:
Sebelum sakit : pasien mengaktakan istirahat dengan cukup

yaitu malam hari dari jam 21:00-04:30.

Sesudah sakit :klien mengatakan susah tidur karena sering

merasakan nyeri ulu hatinya ketika tengah malam.

e. Pola aktivitas dan latihan

Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan

dan sirkulasi, pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat

dan sakit, gerak tubuh dan kesehatn berhubungan satu sama

lain.

Sebelum sakit: pasien mengatakan dapat melakukan

aktifitas sehati-hari tanpa bantuan orag lain atau keluarga.

Sesudah sakit: pasien mengatakan semua aktifitas dibantu

oleh oarang lain dan keluarga.

f. Pola kongnitif dan persepsi

Sistem panca indra pasien masih baik, hanya pengeliatan

menurun, untuk indra perasan, peraba, pendengaran,

penghidupan masih baik, pasien juga yakin dengan dibawa

kepukesmas, pasien akan cepet sembuh.

g. Pola persepsi diri

Menggambarkan tentang sikaptentang diri sendiri dan

persepsi terhadap kemampuan. Kemmpuan konsep diri

antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan

ide diri sendiri. Seperti:


Pasien percaya bahwa sakitnya dapat disembuhkan, pasien

mengatakan ingin cepat sembuh dan pung kerumah.

h. Pola peran dan hubungan

Menggambarakan dan mengetahui hubungan dan peran

pasien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat

tinggal pasien, tingkah laku yang passive atau agresif

terhadap orang lain, masalah keuangan dll. Seperti:

Pasien mengatakan bahwa orang terdekatnya dalah

suaminya, komunikasi dengan keluarganya juga baik,

komunikasi sehari-hari biasanya menggunakan bahasa

indonesia , pasien ibuk dari satu anak.

i. Pola seksualitas diri perroduksi

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau

dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap

sksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendidri,

riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genetalia, seperti:

Pasien adalah seorang perempuan berusia 40 thn, pasien

suadah memepunyai 1 orang anak laki-laki.

j. Pola kopling-toleransi stress

Menggambarkan kemampuan untuk menagani stress dan

penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk

menangani stress, iteraksi dengan orang terdekat, menangis,

kontak mata, metode kopling yang biasa digunakan, efek

penyakit terhadap tingkat stress. Seperti:


Pasien selalu memecahankan masalahnya dalam kelurganya

dengan masyarakt.

k. Pola nilai dan keyakinan

Menggambarakan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan

termasukspiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan

pasien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan

konsekkuensinya. Seperti:

Klien beragama islaam, selalu menjalankan iabadah soalt 5

waktu tepat waktu dan khususk, selama sakit pasien tetap

menjalankan solat dengan duduk karena merasa lemah dan

belum kuat berdiri, selama dipukesmas, pasien

menjalankan ibadah seperti biasa.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum: bagaiman keadaan pasien yg menyebabkan

dirawat. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.

Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada perut.

2. Kepala dan leher: apakah pasien mengeluh sakit kepala,

pengeliatan apakah ada masalah seperti kabur, pengeliatan

ganda, pakai kaca mata atau tidak, apakah pernah operasi mata.

Pendengaran apakah ada gangguan seperti nyeri, radang atau

berdengung. Hidung apakah ada polip, epitaksis, sinus dan

alergi. Yenggorokan ada mulut dilihat apakah ada caries, gigi

palsu, gangguan bicara, gangguan menelan, dan apakah ada

pembesaran kelenjar leher.


3. Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan

jalan nafas. Pada perkusi apakah ada cairan atau massa, apakah

ada ronchi, wheezing, krepitasi. Apakah ditemukan clubbing

finger.

4. Sistem percernaan, turgor kulit elastifitas atau tidak, bibir

lembab atau tidak, mukosa adakah radang, warna kemerahan

atau pucat. Kaji abdomen pada keempat kuadran, adakah yang

nyeri, auskultasi bising usus.

5. Sistem kardiovaskuler, observasi bentuk dada pasien, apakah

ada sianosis, capillary refill time, apakah tampak atau teraba

ictus cordis, pembesaraan jantung, BJ I, BJ II, gollop, murmur.

6. Sistem persarafan, kaji bagaimana tingkat kesadaran, GCS,

adanya kejang, kelumpuhaan, adakah gangguan dalam

mengatur gerak, feflexabnormal, kaji crainal nerves.

7. Sistem musculoskeletal, kaji adanya nyeri otot, atropi, range of

montion.

8. Sistem intergumen, nilai normal, turgor, kelembaban dan

kelainan dari kulit.

9. Sistem reproduksi, pada wanita bagaimana menutruasinya,

apakah ada keputihan, apakah sudah menopause.

10. Sistem perkemihan, nilai frekuensi buang air kecil dam

jumlahnya,dan apkah ada keluhan saat buang air keci.

D. Data penunjang : ( hasil pemeriksaan penunjang )


1. Endoskopi : akan tanpak emosi multi yg sebagian biasanya

berdarah dan letaknya tersebar.

2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tanpak kerusakan mukosa

karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.

3. Pemeriksaan radiologi

4. Pemeriksan laboratorium

5. Analisa gaster : utuk mengetahui tingkat sekresi HCL,sekresi

HCL menurun pada pasien dgn gasteritis kronik.

6. Kadar serium vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000Pg/ml,

kadar vitamin B12 yg rendah merupkan anemia megalostatik.

7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.

8. Gastroscopy : utk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)

mengidentifikasi area pendarahan dan mengambil jaringan

untuk biopsi.
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan

mencakup tindakan mandiri (indenpenden) dan tindakan

kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas

perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri

dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas

kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang

didasarkn hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas

kesehatan lain (Tarwoto & Wartonah, 2011).

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan. Rencana intervensi dan implementasinya. Tahap

evaluasi ini memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan”

yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan

implementasi (Rohmah, et,all, 2016).


DAFTAR PUSTAKA

Fundamental of nursing:concepts, process, dan pratice. Vol 2. POTTER &


PERRY.EGC.

Keperawatan Medikal-Bedah. BRUNNER & SUDDARTH. Volume 1. EGC.

Kebutuhan Dasar anusia. Pelania Heriana, S.Kep.Ners).

Buku saku praktikum. Kebutuhan Dasar Manusia. A .Aziz Alimul Hidayat, S.Kp
& Musrifatul Ulyah, S.Kp. EGC.

Wartonah Tarwoto (2010) KDM dan Proses Keperawatan ,edisi 4, Salemba

Medika Jakarta

Anda mungkin juga menyukai