Anda di halaman 1dari 1

Pengaturan Terkait Peminjaman Sindikasi

kredit sindikasi diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan
Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank (“PBI 7/2005”) dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 7/23/DPD tertanggal 8 Juli 2005 (“SEBI 7/2005”).

PBI 7/2005 dan SEBI 7/2005 memberikan beberapa pengaturan mengenai bentuk suatu kredit


sindikasi. Angka 3 SEBI 7/2005 yang menyatakan bahwa kredit sindikasi merupakan kredit yang
diberikan oleh lebih dari satu bank. Sedangkan, dari pengaturan Pasal 9 PBI 7/2005 dapat
diketahui bahwa kredit sindikasi mensyaratkan adanya lead manager yang berperan sebagai
koordinator bagi anggota sindikasi (pemberi pinjaman).

Lebih lanjut, dasar hukum kredit sindikasi sebagai suatu perjanjian dijelaskan dalam halaman 15
buku “Kewenangan Menggugat Pailit dalam Perjanjian Kredit Sindikasi” karangan Fennieka
Kristianto, adalah tunduk pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPer”) juncto Pasal 1338 KUHPer. Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut sudah sah
dan mengikat apabila telah memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPer.

Sebagai suatu kredit, perjanjian kredit sindikasi juga tunduk pada pengaturan Pasal 1 angka
12 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (“UU Perbankan”) yang menyatakan bahwa,
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

Anda mungkin juga menyukai