Anda di halaman 1dari 8

WAHYU 11

BAGIAN PERTAMA - RUMAH ROHANI, ANTIKRIS, DAN FIRMAN TUHAN YANG


MERESAHKAN

Dalam perikop sebelumnya, telah dibahas bagaimana Yohanes menggambarkan penglihatannya


tentang Malaikat yang bersumpah tidak aka nada penundaan lagi. Ini adalah sebuah pernyataan
yang berarti hari terakhir akan segera tiba. Sebuah ultimatum bahwa kesempatan untuk bertobat
sudah selesai. Perisitiwa yang paling mengerikan akhirnya datang juga, namun dalam wahyu 11
ini kita akan melihat malapetaka besar itu akan sedikit tertunda.

Jika melihat film, kita mungkin akan mersaa jengkel dan gemes, sudah hampir selesai, tapi tidak
kunjung selesai, seperti diulur lagi.

Ayat 1, sebelum peristiwa itu terjadi, Yohanes diberikan tongkat pengukur untuk mengukur bait
suci. Biasanya orang mengukur sebuah bangunan karena memiliki tujuan untuk membangun atau
untuk memperbaiki bangunan tersebut, itulah makna dari tongkat pengukur yang diberikan
kepada Yohanes. Allah ingin membangun kembali baitnya. Bangunan fisik bait Allah saat
Yohanes menuliskan Kitab Wahyu (90M) memang telah hancur (sekitar 70M), walaupun
demikian, makna tongkat pengukur yang diberikan pada Yohanes, tidak menunjukkan pada
pembangunan fisik bait Allah, tetapi bermakna Bait Allah secara rohani, yaitu umat Allah
sendiri.

Perihal ini, Rasul Paulus mengatakan secara berulang-ulang bahwa orang percaya adalah Bait
Allah yang kudus. Membangun Bait Allah atau umat Allah mengandung arti yang sama dengan
memberikan materai di dahi setiap orang percaya. Tujuannya supaya umat Allah terlindungi.
Mereka terselamatkan dan dimampukan untuk melalui semua kengerian dan penderitaan. Hal ini
berarti bahwa, sekalipun malaikat tersebut sudah mengucapkan ultimatum : tidak ada penundaan
lagi dan antikris akan segera muncul, tetapi bencana tidak akan terjadi, sebelum umat Allah
diukur dan dimateraikan. Umat Allah akan diberikan “tanda” yaitu janji perlindungan dan
jaminan keselamatan.

Kemudian di ayatnya yang kedua. Bait Allah terdiri dari empat bagian (serambi). Serambi
pertama adalah serambi paling luar. Ini di sebut, serambi atau pelataran untuk orang kafir, di
sinilah orang kafir atau orang yang bukan bangsa Yahudi, namun yang sudah mulai tertarik
untuk mengenal kepercayaan agama Yahudi, datang ke Bait Allah dan beribadah. Mereka tidak
boleh masuk lebih dalam lagi ke Bait Allah. Pemerintah Romawi mendirikan tanda di pelataran
tersebut. Siapapun orang kafir yang melewati batas tersebut diancam hukuman mati.

Serambi kedua adalah serambi khusus wanita. Dalam pandangan orang Yahudi, wanita dan pria
tidak sejajar. Wanita merupakan warga kelas 2, sehingga mereka hanya boleh beribadah di
serambi ini

1
Serambi ke 3 adalah serambi untuk pria. Serambi ini ditujukan untuk orang Yahudi atau Israel,
atau juga orang kafir yang telah betul-betul masuk ke agama Yahudi.

Terakhir serambi keempat adalah ruangan paling dalam, dan khusus untuk para imam.

Serambi pertama atau yang paling luar adalah serambi pengecualian yang tidak ikut diukur. Hal
ini berarti bahwa janji penyelamatan Allah hanya diberikan kepada mereka yang betul-betul
umat Allah, di luar itu akan dibiarkan binasa.

Ayat ke 3. Banyak penafsir menganggap wahyu pasal 11 sebagai bagian yang paling penting
karena di dalamnya terangkum semua yang akan terjadi pada pasal-pasal selanjutnya, namun di
pihak lain, wahyu pasal 11 merupakan bagian yang paling sulit untuk di tafsirkan. Misalnya
siapa yang dimaksud dengan kedua saksi itu? Apa arti dari 1260 hari? Mengapa tidak 1000 atau
1250 hari saja? Terlepas dari semua itu, sebenarnya wahyu pasal 11 ingin mengatakan, bahwa
sekalipun sudah ada ultimatum tidak ada penundaan lagi, tetapi Tuhan masih berbelas kasihan
kepada umatnya. Ia masih mengutus 2 saksinya untuk bernubuat, memberi peringatan tentang
apa yang akan terjadi, tujuannya adalah orang bertobat. Manusia masih diberi kesempatan sekali
lagi, yaitu kesempatan terakhir, waktupun tidak sebentar, 1260 hari (42 bulan) itulah waktu
untuk kedua saksi untuk bernubuat.

Menurut perhitungan penanggalan Yahudi, 1260 hari berarti sekitar 3,5 tahun, atau kerap di tulis,
1 masa + 2 masa + 0,5 masa. 1 masa bukanlah waktu yang singkat, namu juga bukan berarti
tidak ada batas akhirnya. Masa untuk bertobat ada batasnya, bagi yang bertobat ia akan terbebas
dari penderitaan, yang akan datang. Tuhan sendiri yang akan melindungi mereka.

Lalu siapa kedua saksi yang di maksud di sini?

Bacalah ayat ke 4-6. Kedua saksi ini adalah 2 utusan Tuhan bukan saksi sembarangan. Mereka
adalah saksi yang memiliki kekuasaan yang sangat besar ; menutup langit supaya tidak turun
hujan, mengubah air menjadi darah, dan mendatangkan jenis malapetaka kepada orang yang
mengeraskan hatinya. Bisa dibilang, saksi-saksi ini sekualitas Elia atau Musa. Orangpun
kemudian menduga-duga dan mencoba menafsirkan siapa kedua saksi tersebut. Ada yang
menafsirkannya sebagai Taurat dan Nabi. Artinya pada hakikatnya Perjanjian Lama terdiri dari
bagian besar ini, yaitu berisi hukum, yaitu Taurat dan nubuat para nabi. Ada juga yang
menafsirkan sebagai Taurat dan Injil, artinya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, itulah kuasa
yang diberikan kepada firman yang menjadi saksi kebenaran Allah.

Ada juga yang menafsirkan kedua saksi ini sebagai Henokh dan Elia, alasannya, karena kedua
nabi ini, dalam PL tidak merasakan mati, tetapi seolah-olah diangkat ke sorga. Karena itu mereka
dianggap sebagai orang yang paling mampu untuk menjadi saksi Allah. Sebab itu, ada yang
menafsirkannya sebagai Musa dan Elia, memang tentang mereka sudah dikatakan di akhir jaman
nanti, mereka akan kebali lagi ke bumi untuk sekali lagi untuk menyatakan kebenaran Allah,
memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat.

2
Tidak ada yang tau persis kedua saksi ini. Satu yang ingin disampaikan dengan jelas adalah
memang tidak aka nada penundaan lagi, saatnya akan segera tiba, kebinasaan akan datang,
namun Tuhan tidak menginginkan umatNya binasa, berbagai usaha dilakukan Tuhan untuk
melindungi dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat. Di sinilah kita melihat
dengan jelas kuasa kasih dan keadilan Allah bertemu, di satu pihak keadilan Allah membuatnya
tidak mungkin membiarkan kejahatan ada untuk selama-lamanya. Karena jika demikian tentu
saja Allah dikatakan tidak adil, namun di pihak lain, kasih Allah kepada manusia begitu
besarnya, sehingga sangat berat bagi Nya untuk menghukum dan membinasakan satu manusia
satupun, karena itu, Allah memberikan kesempatan kepada sebanyak mungkin orang untuk
bertobat. Penting untuk diingat bahwa kesempatan tidak akan tersu datang, tidak selama-lamanya
manusia diberikan peluang untuk bertobat, suatu saat akan tiba pula batasnya, sehingga Allah
akan mengatakan, tidak aka nada penundaan lagi, keadilan harus ditegakkan.

Ayat ke7. Dalam ayat sebelum nya telah dikatakan bukan sembarang saksi yang diutus Allah,
melainkan saksi yang memiliki kekuasaan, api akan keluar dari mulut mereka saat berbicara. Api
akan menghanguskan orang yang melawan mereka (ayat 5). Apabila mereka telah selesai
bersaksi, kesempatan manusia untuk bertobat sudah selesai, dan Allah menganggap waktu
penderitaan sudah cukup, Allah akan membiarkan binatang yang keluar dari jurang maut
memerangi, mengalahkan, serta membunuh, saksi-saksi hebat ini. Binatang inilah yang disebut
dengan ANTIKRIS.

Siapa yang dimaksud antikris? Banyak sekali gambaran dan penjelasan dalam Alkitab mengenai
antikris ini. Misalnya : Yesaya 27:1 - Pada waktu itu TUHAN akan melaksanakan hukuman
dengan pedang-Nya yang keras, besar dan kuat atas Lewiatan, ular yang meluncur, atas
Lewiatan, ular yang melingkar, dan Ia akan membunuh ular naga yang di laut.

Menggambarkannya sebagai ular naga raksasa yang disebut leviathan. Ini merupakan symbol
kejahatan yang paling jahat. Tomas hobs, seorang filsuf inggris, menuliskan sebuah buku
berjudul Leviatan yang mengisahkan tentang bagaimana dunia sebenarnya telah dikuasai oleh
Leviatan.

Dalam Yesaya 51:9 - Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN!
Terjagalah seperti pada zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah
Engkau yang meremukkan Rahab, yang menikam naga sampai mati?.

Antikris digambarkan sebagai naga pengacau yang diberi nama Rahab. Ia bukan perempuan
pelacur dalam Wahyu 12, namun sifatnya sama. Salah satu ciri Antikris adalah menakutkan
sekaligus sangat pandai memperdaya orang. Ia bagaikan pelacur yang pandai menggoda. Ada
yang bahkan menyamakan ANTIKRIS dengan Lucifer, walaupun tidak ada istilah Lucifer dalam
Alkitab, tetapi Yesaya 14:12 - ”Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera
Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

3
Menggambarkannya sebagai putra fajar. Lucifer diceritakan sebagai malaikat cerdas yang
memberontak, lalu jatuh ke bumi. Karena itu kemudian ia dihukum, namun antikris yang
dimaksud bukan Lucifer, sebutan antikris ditujukan kepada manusia, orang yang berasal dari
dunia ini, sedangkan Lucifer adalah malaikat. Namun sekalipun ia manusia kejahatan, kekuatan,
dan kelicikannya sangat luar biasa, karena itu ia sering digambarkan sebagai sosok yang
mengerikan.

Apa sebenarnya dibalik gambaran tentang ANTIKRIS tersebut? Alkitab berbicara tentang
ANTIKRIS, sebagai kuasa yang menentang Allah. Kuasa yang memiliki tujuan untuk
menggagalkan rencana penyelamatan Allah. Keinginan terbesarnya adalah menjauhkan manusia
dari Allah. Itulah Antikris, kekuatan yang ANTI ALLAH. Awalnya antikris disembunyikan
Allah dalam jurang yang sangat dalam. Antikris tidak boleh keluar karena dunia bisa binasa,
nanti setelah mendekati akhir jaman, barulah jurang tersebut dibuka dan antikris dibiarkan
keluar. Antikris tidak saja memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi juga sangat cerdik. Jika
kekuatan tidak dapat mengalahkan orang percaya ia dapat mengalahkan dengan kecerdikannya.
Atau sebaliknya, ia bisa menggunakan cara yang keras, tetapi bisa beraksi dengan cara yang
lembut. Pada saat antikris mulai beraksi, memang banyak orang akan mengalami penderitaan
yang dahsyat, orang benar akan mengalami peristiwa mengerikan, bahkan kedua saksi yang
hebat juga bisa mati dibunuh antikris.

Jika kita cermati, antikris ini sebelumnya dikurung di jurang yang dalam dan barulah dilepaskan
mendekati akhir jaman. Ini menandakan betapapun hebat dan cerdiknya antikris tersebut, tetap
ada satu kuasa yang lebih besar yang di awal mengurungnya dalam jurang tersebut. Kuasa itu
adalah kuasa Allah sendiri. Antikris tidak dapat bekerja jika Allah tidak memberikan ijin
kepadanya.

Jadi berbahagialah yang setia kepada Allah. Kesetiaan mereka dalam memilih serta mengikut
yang lebih kuat, benar dan berkuasa, akhirnya akan memenangkan seluruh pertempuran.
Peristiwa kekalahan kedua saksi mengingatkan kita pada peristiwa penyaliban Yesus, bukankah
kita melihat dalam peristiwa itu, seolah-olah kebenaran yang kalah? Bukankah Yesus yang
datang dari Allah dengan membawa harapan akhirnya mati? Itulah yang memperdaya dalam
peristiwa penyaliban, Allah seperti kalah, peristiwa serupa juga akan terjadi menjelang akhir
jaman. Antikris akan memperdaya manusia. Dengan terbunuhnya kedua saksi itu, maka orang
akan, berfikir: Allah memang berkuasa namun dalam dunia ini, sepertinya begitu banyak yang
jauh lebih berkuasa dari Allah. Orang yang setia, taat, dan yang datang dari Allah justru kalah,
mati, dan terbunuh.

Ayat 8. Kedua saksi bahkan harus mengalami kejadian lebih tragis lagi, jenazahnya digeletakkan
begitu saja di tempat umum, mereka diletakkan di jalan raya yang ramai orang lalu lalang,
sehingga semua orang dapat melihatnya, orang pun mengatakan, “lihatlah Allahmu akhirnya
mati terkapar!”. Menurut tradisi yahudi, sebuah aib yang luar biasa bila seseorang mati dan
dibiarkan begitu saja, tidak dikuburkan atau tidak diurus. YANG SECARA ROHANI di sebut

4
Sodom dan Mesir, dan di mana Tuhan juga disalibkan. Ini berarti kota Yerusalem, kota suci yang
menjadi pusat kehidupan agama orang Yahudi.

Ayat ini hendak mengatakan, tidak ada tragedy lebih besar, dari pada sebuah kota suci, kota yang
seharusnya menjadi tempat nilai-nilai dan iman agama berkuasa, sekarang malah membiarkan
kedua saksi Allah terkapar di tengah jalan. Apa ada yang lebih tragis lagi selain hal itu? Ada
perumpamaan untuk menjelaskan ayat ini. Jika seorang tidak beragama berbuat kejahatan, orang
akan berkata, “wajar saja karena ia tidak mengenal Tuhan”, namun jika yang berbuat salah
tersebut adalah orang yang beragama maka orang lain akan mengatakan, “orang beragama kok
begitu?”. Sekalipun dunia ini sudah begitu bobrok seharusnya agama masih mampu, untuk
memancarkan cahaya pengharapan, namun jika cahaya agama sendiri sudah redup, dan tidak lagi
memancarkan sinar pengharapannya, sama saja dengan kepercayaan kepada allah-allah lainnya.
Artinya sudah tidak ada harapan lagi. Karena itu akhirnya, Yerusalem mendapat julukan Sodom,
padahal Sodom adalah lambang dosa, kebobrokan, kenajisan, kecemaran, dan segala sesuatu
yang buruk, yang membuat Allah tidak tahan lagi sehingga Ia harus mengirimkan hujan api dan
belerang. Yerusalem telah disejajarkan dengan Sodom.

Ayat 9. 3,5 hari bukan waktu yang singkat. Selama itulah mayat kedua saksi tersebut dibiarkan
tergeletak di jalan. Tidak boleh dikuburkan, jenasah mereka dibiarkan terlantar, ini sudah
menunjukkan kejahatan dan kebencian yang luar biasa. Apa tidak tragis? Jika orang yang datang
dari Tuhan, saksi yang sebenarnya mau menyerukan pertobatan dan memberi kesempatan untuk
manusia agar bertobat, justru dibenci dan kemudian dibunuh.

Ayat 10, kita bisa melihat dari ayat ini bahwa sebenarnya kehadiran kedua saksi tersebut telah
meresahkan banyak orang. Mereka tersiksa mendengar kebenaran yang dibawa kedua saksi
tersebut, karena itu saat kedua saksi itu mati, mereka pun berpesta bahkan saling berkirim
hadiah. Begitulah yang akan terjadi di akhir jaman. Kekerasan hati yang luar biasa, orang tidak
tahan lagi mendengar kebenaran, mereka kebenaran sebagai sebuah siksaan, sehingga lebih baik
dibungkam, disingkirkan, jika perlu dibunuh. Gelaja ini sebenarnya mulai terasa terjadi di sekitar
kita sekarang, bahkan di tengah orang Kristen.

2 Timotius 4:3-4 - Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,
tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya
bagi dongeng.

Memang mendengar dongeng itu menyenangkan, sementara mendengar kebenaran tidak selalu
demikian. Kadang kebenaran justru menyakitkan sehingga kerap dihindari, sayangnya hal
demikian juga mulai terjadi dalam kehidupan bergereja, coba perhatikan kita sering mengajak
atau merekomendasi orang lain untuk pergi mendengarkan kotbah di gereja tertentu bukan
karena kotbahnya menceritakan kebenaran, melainkan karena kotbahnya enak di dengar. Lihat
saja orang datang berduyun-duyun untuk hal yang mereka suka, sekedar untuk memuaskan

5
telinga saja. Kita hanya mau mendengarkan yang indah-indah, bukan kebenaran. Betapa
berbahayanya, jika kita sudah tidak dapat lagi mendengar dan mencari yang benar, tetapi hanya
mencari khotbah yang enak bagi kita.

Ayat 11. Ini yang dimaksud dengan memperdaya. Ketika kedua saksi berhasil dilenyapkan,
kelihatannya kemenangan berpihak pada antikris, mereka sudah berpesta, bertukar hadiah, dan
penuh sukacita. Namun ternyata mereka kalah. Kedua saksi yang diutus Allah itu dibangkitkan
kembali, mereka hanya dikalahkan untuk sementara, hanya kesannya saja telah dikalahkan, tetapi
sebenarnya tidak, ketika mereka bangkit dan naik ke sorga (ayat 12) orang yang melihat mereka
menjadi sangat takut.

Pada akhirnya di ayat 13 - Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh
bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain
sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.

Dalam bagian lain di kitab Wahyu kita sudah mendengar bahwa pada waktu Allah menimbulkan
kegemparan dan malapetaka, orang tetap saja tidak mau bertobat. Namun dalam ayat ini kita
melihat ada orang yang mau bertobat karena ketakutan menyaksikan kedahsyatan malapetaka
yang terjadi di depan mata mereka (lebih mengerikan dari belalang monster?). ketakutan yang
membuat mereka memuliakan Allah di sorga. Ini menunjukkan bahwa kejahatan tidak dapat
dilawan dengan kejahatan pula, kecenderungan kita berfikir bahwa, justru kejahatan dapat
dikalahkan, dengan kekuatan yang lebih jahat. Bila ada orang yang menyakiti kita, rasanya
orang itu baru dapat dikalahkan ketika kita menyakiti 2x lebih kuat dari yang ia lakukan.

Gambaran pada ayat ini membuktikan dengan jelas, bahwa kejahatan akhirnya dapat dikalahkan
oleh kesediaan berkorban sama hal nya ke 2 saksi, yang bersedia mati dalam tugas mereka untuk
mempertobatkan manusia. Mereka mati dalam ketaatan dan kesetiaan pada Allah. Hal seperti ini
sebenarnya masih relevan dilakukan pada saat ini. Yaitu mengalahkan kejahatan dengan kerelaan
berkorban, kitapun dapat melawan kejahatan dengan bersedia menderita, yaitu memilih untuk
tidak terlibat pada kejahatan tersebut, tapi sayangnya kerap orang Kristen dikalahkan oleh rasa
ketakutan mereka, takut menderita, takut rugi, takut dipecat, takut tidak naik pangkat, takut
dicurigai, takut tidak untung banyak, dll. Padahal ketakutan menderita dan malas berkorban
itulah yang justru membuat dosa menjadi merajalela.

BAGIAN KEDUA – SANGKAKALA KETUJUH – NYANYIAN PUJI-PUJIAN PARA


TUA-TUA

Ayat 15-18. Kesulitan bagian ini yaitu, bahwa kelihatannya ayat ini sudah berbicara tentang
kemenangan terakhir, padahal ini baru separuh dari kitab wahyu. Penjelasannya seperti yang
telah kita lihat, bahwa bagian ini merupakan ringkasan yang masih akan terjadi. Hal-hal yang
diramalkan di sini adalah sebagai berikut:

6
Ada kemenangan sehingga kerajaan-kerajaan dunia menjadi kerajaan-kerajaan milik Allah dan
milik Dia yang diurapiNya. Bagian ini merupakan cuplikan mazmur 2:2 - Raja-raja dunia
bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-
Nya.

Dan merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa pemerintahan Mesianis telah dimulai.
Dengan memandang pada kemenangan ini, ke24 tua-tua yang berarti keseluruhan gereja
terdorong untuk mengucap syukur. Kemenangan ini mengacu pada masa di mana Allah
memegang kekuasaan yang besar (ayat 17). Ini artinya: kemenangan ini mengacu pada,
pemerintahan Allah 1000 tahun (millennium) suatu periode penuh kedamaian dan sejahtera. Pada
akhir millennium itu akan datang serangan akhir dari semua kekuasaan yang dimusuhinya (ayat
18) mereka semua pada akhirnya akan dikalahkan, dan mengalami penghukuman terakhir

Ayat 19. Dalam ayat ini kita kembali ke masa kini. Ada penglihatan tentang bait suci sorgawi
yang terbuka dan juga tentang tabut perjanjian, ada 2 hal yang terlihat pada penglihatan ini.
Tabut perjanjian ada di ruang maha kudus, yang bagian dalam nya tidak pernah dilihat oleh
orang-orang biasa, dan bahkan imam besarpun tidak boleh masuk pada hari penebusan. Ini
berarti sekarang kemuliaan Allah akan disingkapkan secara penuh.

Rujukan pada tabut perjanjian adalah suatu peringatan terhadap perjanjian khsusu Allah dengan
umatNya. aslinya perjanjian itu dibuat dengan bangsa Israel, tetapi perjanjian yang baru dibuat
dengan setiap bangsa yang mengasihi dan percaya kepada Yesus Kristus, apapun terror yang
akan terjadi, Allah tak akan mengingkari janjiNya, ini adalah gambaran tentang kedatangan
kemuliaan Allah sepenuhnya, suatu ancaman mengerikan bagi musuh Allah, tetapi merupakan
janji yang menggembirakan umat perjanjianNya.

REFLEKSI

1. Dalam Kitab Wahyu 11, dalam masa-masa yang menengangkan kita melihat Yohanes
yang diajak untuk membangun jemaat Allah, bukan soal bangunan tetapi soal
manusianya. Terbangunnya jemaat Allah menandakan akan adanya manusia-manusia
yang diselamatkan. Refleksi dari hal ini, saya memiliki pertanyaan untuk anda semua :
sudahkah anda membangun diri anda secara pribadi sebagai Bait Allah yang hidup? Yang
bahkan mengajak keluarga anda menjadi bagian di dalamnya? Kesulitan terbesar apa
yang anda jumpai? Dan apakah anda memiliki solusi atau rencana, apa yang akan anda
lakukan guna membangun diri dan keluarga sebagai Bait Allah?
2. Antikris ada di sekitar kita, perilaku dan sikapnya jelas, anti kepada Kristus. Marilah kita
berkaca diri, apakah kita termasuk di dalamnya? Orang Kristen tapi menjadi antikris.
Sikap dan perbuatan kita mengacu pada antikris? Mari berubah bersama selagi ada
kesempatan

7
3. Apakah anda pernah memandang Khotbah sebagai seruan pertobatan? Yang jika tidak
dilakukan maka akan meresahkan dan menggelisahkan diri kita? Ingin cepat berubah
untuk lebih baik. Atau pernahkah anda memandang Khotbah sebagai perkataan yang
penuh kritik, sindiran sehingga membuat telinga, hati, dan pikiran anda menjadi panas?
Memang semua Tergantung pada pola pikir.
Pertanyaan refleksinya adalah:
Pada momen seperti apa anda dapat merasakan bahwa Khotbah bukan sesuatu yang
menyenangkan untuk didengar? Dan bila itu pernah anda alami, bagaimana anda
menyikapi khotbah yang anda anggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan
tersebut?
Bagaimana cara anda menjaga hati dan pikiran untuk tetap melihat Firman Tuhan yang
keras tetap menjadi sesuatu yang membangun?

Anda mungkin juga menyukai