Anda di halaman 1dari 123

TUGAS AKHIR

KOMISIONING PEMASANGAN BARU


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 630 kVA
SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

Diajukan sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III

OLEH :

Fariza Amalia
NIM. C010316067

Ficha Meilawaty Choir


NIM. C010316068

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

KOMISIONING PEMASANGAN BARU


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 630 kVA
SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

Oleh:
Nama : Fariza Amalia NIM : C010316067
Nama : Ficha Meilawaty Choir NIM : C010316068

Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan serta telah


dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 24 Juli 2019.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Ir. Eddy Robinson Sampe., MT Nurkamilia, ST., MT


NIP. 196004061989031004 NIP. 196406141990032002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Saberan, ST., MT
NIP. 1964031001989031002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Judul : Komisioning Pemasangan Baru Transformator
Distribusi 630 kVA sebagai Penunjang Kegiatan
Pembelajaran di Politeknik Negeri Banjarmasin.
Oleh : Fariza Amalia NIM : C010316067
Ficha Meilawaty Choir NIM : C010316068

Telah disidangkan pada:


Hari : Rabu
Tangal : 24 Juli 2019
Tempat : Politeknik Negeri Banjarmasin

Mengetahui/ menyetujui:
Dosen Penguji Dosen Pembimbing

1. Setia Graha, ST., MT Ir. Eddy Robinson Sampe., MT


NIP. 19610928198031001 NIP. 196004061989031004

2. Ir. Paliling., MT Nurkamilia, S.T., MT


NIP. 196308151992031003 NIP. 196406141990032002

3. Ir. Puhrani Burhan., MT


NIP. 196103091995031001
iii
ABSTRAK

Transformator daya adalah peralatan yang paling penting


dalam sistem transmisi dan distribusi daya listrik serta
distribusi daya. Uji komisioning transformator daya harus
diverifikasi kesesuaian teknis pada aplikasi atau kondisi
transformator daya sebelum dihubungkan ke sistem catu
daya dan dibebani. Untuk memastikan transformator daya
sesuai spesifikasi dan kinerja, beberapa prosedur
pengujian harus dilakukan. Hasil tes pra-komisioning harus
dibandingkan dengan hasil uji pembuatan (pada plat nama
transformator atau pedoman manual) dan standar
internasional.

Pra-komisioning transformator daya adalah pengujian


transformator daya yang dilakukan sebelum pengujian
komisioning aktual transformator di lokasi. Pengujian yang
dilakukan seperti uji tahanan isolasi, uji pentanahan dan uji
oli. Tujuan dari laporan Tugas Akhir ini adalah untuk menilai
kondisi transformator daya sebelum dan sesudah dilakukan
pemasangan. Untuk menjamin operasinya dalam hal
kinerja, keandalan, dan keamanan.

Kata Kunci : Komisioning, Transformator, Keandalan

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah


SWT, karena atas ridho dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maksud
dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah
untuk memenuhi persyaratan kelulusan program DIII
Diploma di Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin. Selain itu penulis
juga dapat mencoba menerapkan dan membandingkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dibangku
kuliah dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja.
Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini
masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan,
disamping itu juga menyadari bahwa penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak.
Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak dan ibu penulis yang selalu memberikan doa dan


semangat kepada penulis.
2. Bapak Joni Riadi, S.ST., MT, selaku Direktur Politeknik
Negeri Banjarmasin.
3. Bapak Ir. Paliling, MT, selaku Ketua Program Studi
Teknik Listrik.
4. Bapak Setia Graha, ST., MT, selaku Ketua Panitia
Tugas Akhir Teknik Listrik.
5. Bapak Eddy Robinson Sampe, MT, sebagai dosen
pembimbing penulis yang telah bersedia untuk
v
meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa,
serta memberikan petunjuk-petunjuk serta saran
dalam penyusunan laporan ini.
6. Ibu Nurkamilia, ST., MT, sebagai dosen pembimbing
penulis yang telah bersedia untuk meluangkan waktu
untuk membimbing, memeriksa, serta memberikan
petunjuk-petunjuk dalam penyusunan laporan.
7. Bapak Hendra Mars Setiawan, ST selaku teknisi
Politeknik Negeri Banjarmasin.
8. Seluruh staf pengajar Politeknik Negeri Banjarmasin
yang telah membimbing dan memberikan materi
perkuliahan kepada penulis.
9. Teman-teman kelas D3K PLN Angkatan 2016 yang
selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa


melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal
budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan

Banjarmasin, 27 Juli 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Permasalahan Penelitian ............................................ 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................ 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ..................................... 3
1.2.3 Rumusan Masalah ............................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 4
1.3.1 Tujuan Operasional ............................................ 4
1.3.2 Manfaat Penelitian .............................................. 4
1.4 Sistematika Penulisan ................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 6


2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................ 6
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik .................................. 6
2.3 Gardu Distribusi Tenaga Listrik ................................... 8
2.3.1 Gardu Beton ....................................................... 9
2.4 Transformator ............................................................. 9
2.4.1 Transformator Distribusi ................................... 11
2.4.2 Bagian – Bagian Transformator Distribusi ........ 13
2.5 Komisioning dan SLO................................................ 17
2.5.1 Pengujian ......................................................... 17
2.5.2 Inspeksi ............................................................ 19
2.5.3 Komisioning...................................................... 19
2.6 Kerangka Pemikiran .................................................. 20

vii
BAB III STUDI KASUS .................................................... 21
3.1 Analisis Kebutuhan ................................................... 21
3.2 Perancangan Penelitian ............................................ 22
3.3 Teknik Analisis .......................................................... 23
3.3.1 Kondisi Transformator Sebelum Penggantian .. 24
3.3.2 Skema Pengujian dan Penggantian Trafo ........ 25
3.4 Komisioning Trafo Distribusi (Pemasangan Baru) ..... 28
3.5 Standar Evaluasi Hasil Pengujian ............................. 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................. 51


4.1 Penyebab Kerusakan Transformator ......................... 51
4.2 Hasil Pengujian Transformator .................................. 53

BAB V PENUTUP ............................................................ 63


5.1 Kesimpulan ............................................................... 63
5.2 Saran ........................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 65


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................. 67
LAMPIRAN ...................................................................... 69
LAMPIRAN 1 Lembar Revisi
LAMPIRAN 2 Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing
LAMPIRAN 3 Data Gangguan Trafo Area Banjarmasin
LAMPIRAN 4 Data Trafo Kontak
LAMPIRAN 5 Single Line Beban Transformator 630 kVA
Politeknik Negeri Banjarmasin
LAMPIRAN 6 Contoh Hasil Pengujian Oli
LAMPIRAN 7 SPLN Minyak Isolasi
LAMPIRAN 8 SPLN Vektor Daya
LAMPIRAN 9 Spesifikasi Transformator Trafindo
LAMPIRAN 10 Foto-foto Kegiatan

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 vektor group dan daya transformator ................ 12


Tabel 3.1 hasil pengukuran tahanan isolasi trafo lama ..... 24
Tabel 3.2 penjelasan name plate trafo distribusi ............... 34
Tabel 3.3 standar tegangan tembus minyak trafo:IEC 56 . 50
Tabel 4.1 hasil pengukuran tahanan isolasi trafo lama ..... 52
Tabel 4.2 hasil pengujian tahanan isolasi trafo lama......... 60
Tabel 4.3 hasil pengujian pentanahan .............................. 61

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 sistem distribusi tenaga listrik ......................... 6


Gambar 2.2 gardu beton .................................................... 9
Gambar 2.3 transformator .................................................. 9
Gambar 2.4 transformator step up dan step down ............ 10
Gambar 2.5 transformator distribusi ................................. 11
Gambar 2.6 konstruksi bagian luar trafo distribusi ............ 13
Gambar 2.7 kerangka pemikiran ...................................... 20
Gambar 3.1 lokasi gangguan ............................................ 21
Gambar 3.2 lokasi transformator distribusi ....................... 21
Gambar 3.3 teknik analisis ............................................... 23
Gambar 3.4 wiring transformator distribusi ....................... 25
Gambar 3.5 skema pengujian transformator lama ............ 26
Gambar 3.6 skema penggantian transformator................. 27
Gambar 3.7 pelepasan kabel sisi primer dan sekunder .... 31
Gambar 3.8 transformator yang mengalami kerusakan .... 32
Gambar 3.9 name plate transformator lama ..................... 33
Gambar 3.10 name plate transformator baru .................... 33
Gambar 3.11 alat ukur tahanan isolasi (insulation tester) . 39
Gambar 3.12 insulation tester........................................... 39
Gambar 3.13 pembersihan bushing transformator ............ 40
Gambar 3.14 pengukuran tahanan isolasi ........................ 41
Gambar 3.15 pengujian pentanahan ................................ 42
Gambar 3.16 earth tester ................................................. 42
Gambar 3.17 jarak pengujian pentanahan ........................ 43
Gambar 3.18 pengujian tegangan tembus minyak ............ 45
Gambar 3.19 bagan pengujian tegangan tembus minyak . 45
Gambar 3.20 alat sirkulasi oli trafo ................................... 45
Gambar 3.21 alat uji kekentalan oli (viskositas meter) ...... 46
Gambar 3.22 flow chart pengujian oli transformator.......... 47
Gambar 3.23 pengujian oli transformator.......................... 48
Gambar 4.1 transformator dan wiring transformator Dyn5 51
Gambar 4.2 pengujian tahanan isolasi ............................. 53

x
Gambar 4.3 pengujian tahanan isolasi Primer–Body ........ 54
Gambar 4.4 pengujian tahanan isolasi Primer–Netral ....... 54
Gambar 4.5 pengujian tahanan isolasi Primer–Sekunder . 55
Gambar 4.6 pengujian tahanan isolasi Sekunder–Body ... 55
Gambar 4.7 form pengujian tahanan isolasi trafo ............. 58
Gambar 4.8 pengujian pentanahan .................................. 58
Gambar 4.9 form pengujian pentanahan trafo .................. 59
Gambar 4.10 penggantian transformator lama - baru ....... 59

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformator merupakan sebuah alat yang dapat
memindahkan tenaga listrik antar dua rangkaian listrik
atau lebih melalui induksi elektromagnetik.
Transformator terbagi menjadi 2 jenis yaitu, trafo step-
up dan trafo step-down. Transformator digunakan
secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam
sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan
yang sesuai dan ekonomis untuk tiap –tiap
keperluan.
Kerusakan pada transformator dapat menyebabkan
kelangsungan pelayanan terhadap konsumen
terganggu dan mengakibatkan terjadinya
ketidaknormalan pada sistem daya. Ketika
transformator mengalami kerusakan yang fatal dan
tidak dapat diperbaiki lagi, maka salah satu cara yang
harus dilakukan adalah dengan melakukan penggantian
transformator. Pada saat penggantian transformator
langkah penting yang harus dilakukan adalah
melakukan uji komisioning sebelum menghubungkan
transformator ke beban.
Menurut International Electrical Vocabullary (IEV-
841-22-53) “Komisioning ialah suatu kegiatan inspeksi,
umumnya dilakukan oleh suatu organisasi (tim) atau
badan penguji resmi. Di dalamnya terdapat kegiatan
pengukuran, pengujian dan pembuktian terhadap
karakteristik tertentu dari suatu obyek atau aktifitas.
Umumnya hasilnya akan dibandingkan terhadap
persyaratan standar atau khusus untuk menentukan
apakah hasil uji tersebut sesuai”.
2

Masih menurut International Electrical Vocabullary


(Ibid,151-04-21 dan 411-53-06) “Komisioning adalah
pengujian terhadap peralatan atau mesin, yang
dilaksanakan di lapangan, untuk membuktikan
kesesuaian pemasanga dan operasinya”.
Sedangkan menurut SPLN (SPLN No.85, 1990: 2)
“Komisioning adalah suatu rangkaian kegiatan yang
terus-menerus, dimulai sejak saat pemasangan selesai
(construction essentialy complete) sampai saat serah
terima (taking over), dengan tujuan membawa sistem
dari kondisi non-aktif ke kondisi aktif dengan
melaksanakan kegiatan pemeriksaan, pembersihan, uji
individual, uji sub-sistem dan uji sistem serta uji unit
untuk pembuktian terhadap persyaratan kontrak,
keamanan serta keandalan operasi dan ramah
lingkungan”.
Jadi, uji Komisioning dilakukan di lapangan untuk
menjamin karakteristik peralatan secara individu, sub-
sistem dan sistem sebelum peralatan dioperasikan
secara komersial. Uji komisioning juga wajib dilakukan
bila terjadi perubahan pada hardware (antara lain:
rekondisi, perubahan instalasi, perubahan kapasitas,
dan relokasi) atau software yang mempengaruhi
performance.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
membahas mengenai proses pengujian “Komisioning”
pemasangan baru dari sebuah transformator distribusi
di Politeknik Negeri Banjarmasin.

1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah


Dalam suatu pendistribusian tenaga listrik
pasti akan terjadi gangguan – gangguan pada
transformator yang mengakibatkan terjadinya
3

ketidaknormalan pada sistem daya. Jika sudah


sangat fatal dapat mengakibatkan kerusakan
permanen pada transformator, salah satu cara
mengatasinya adalah dengan melakukan
penggantian pada transformator. Setelah
transformator tersebut dilakukan penggantian,
terlebih dahulu kita harus melakukan pengujian
sebelum transformator tersebut dihubungkan ke
beban. Pengujian tersebut kita sebut dengan uji
komisioning.

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah


Dalam Proyek Akhir ini berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, dapat ditarik
ruang lingkup masalah dengan pokok
pembahasan mengenai Komisioning
Transformator Distribusi di Politeknik Negeri
Banjarmasin. Hal ini dilakukan agar isi dan
pembahasan tugas akhir ini menjadi terarah dan
dapat mencapai hasil yang diharapkan.

1.2.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di
atas penulis merumuskan permasalaan yang
timbul sebagai berikut :
1. Apa pengertian komisioning?
2. Kenapa harus dilakukan uji komisioning?
3. Apa tahap-tahap yang harus dilakukan saat
melakukan uji komisioning?
4. Bagaimana hasil dari uji komisioning
transformator distribusi di Politeknik Negeri
Banjarmasin?
5. Apa yang harus dilakukan agar keandalan
transformator di Politeknik Negeri Banjarmsin
dapat terjaga?
4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Operasional


1. Untuk mengetahui apa itu komisioning.
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya uji
komisioning.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap dilakukannya
uji komisioning.
4. Untuk mengetahui hasil dari uji komisioning
transformator distribusi di Politeknik Negeri
Banjarmasin.
5. Untuk mengetahui sistem proteksi yang
dipasang agar keandalan transformator dapat
terjaga.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan
pembaca dapat mengetahui fungsi dilakukannya
komisioning pada transformator sebelum
menghubungkan transformator ke beban sebagai
jaminan terhadap keamanan sistem serta
keandalan operasi dan ramah lingkungan.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai laporan
ini maka penulis menyusun sistematika penulisan
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang,
permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
5

BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka,
landasan teori mengenai teori dasar sistem distribusi
tenaga listrik, teori dasar transformator distribusi,
bagian–bagian transformator distribusi, sistem proteksi
trafo distribusi, teori dasar komisioning, dan pedoman
komisioning transformator distribusi.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini menjelaskan mengenai analisis
kebutuhan, perancangan penelitian dan teknik analisis
dalam komisioning transformator distribusi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini berisi tentang penelitian dari penggantian
dan pengujian transformator distribusi.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang
diperoleh dari pengerjaan tugas akhir dan saran
yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi keterangan mengenai sumber-
sumber yang dijadikan sebagai bahan acuan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Dalam penyusunan proyek akhir ini, dibutuhkan adanya
beberapa referensi yang dapat menjadi acuan penulis
untuk melakukan penelitian :
1) Buku “Mekanisme Prosedure Komisioning dan SLO”
yang disusun oleh PT.PLN Persero membahas
tentang syarat dan tata-cara pelaksanaan
komisioning.
2) Buku “Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik” Tahun 2010 yang
disusun oleh PT.PLN Persero membahas tentang
penetapan standar konstruksi gardu distribusi dan
gardu hubung tenaga listrik

2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 2.1 sistem distribusi tenaga listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem


tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan tenaga
listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Adapun fungsi distribusi
tenaga listrik adalah membagi atau menyalurkan tenaga
listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan merupakan
sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat
7

beban (pelanggan) di layani langsung melalui jaringan


distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit
tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai
24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154 kV,
220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui
saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya
sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I 2.R).
Dengan daya yang sama jika nilai tegangannya
diperbesar maka arus yang mengalir semakin kecil
sehingga kerugian daya semakin kecil pula. Dari
saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20
kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu
induk distribusi, kemudian penyaluran tenaga listrik
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran
distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 Volt . Selanjutnya, disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan
menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa
konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan
dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain itu tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah
pusat beban tegangan saluran tinggi ini tegangan
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo
8

step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya,


maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai
tegangan berbeda-beda.

2.3 Gardu Distribusi Tenaga Listrik


Gardu Distribusi tenaga listrik adalah suatu
bangunan gardu listrik b terdiri dari instalasi
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah
(PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20
kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). .
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan
optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan
penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
dengan peraturan Pemda setempat.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
a. Jenis pemasangannya :
 Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu
Cantol
 Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu
Kios
b. Jenis Konstruksinya :
 Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton
 Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
 Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
 Gardu Pelanggan Umum
 Gardu Pelanggan Khusus
9

2.3.1. Gardu Beton

Gambar 2.2 gardu beton

Seluruh komponen utama instalasi yaitu


transformator dan peralatan switching atau proteksi,
terangkai di dalam bangunan sipil yang dirancang,
dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan
batu dan beton (masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan
persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

2.4 Transformator

Gambar 2.3 transformator


10

Transformator atau trafo adalah alat yang


memindahkan tenaga listrik antar dua rangkaian listrik
atau lebih melalui induksi elektromagnetik. Tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi primer
menimbulkan fluks magnet yang bersambung dengan
lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan
gaya gerak listrik (ggl) dalam lilitan sekunder. Jika
efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer
akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

a) Step Up b) Step Down

Gambar 2.4 transformator step up dan step down

Transformator pada sistem tenaga listrik biasanya


dibagi menjadi 2 jenis, yaitu transformator step-up dan
transformator step-down. Transformator step-up adalah
transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer yang berfungsi sebagai
penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada
pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan
menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh. Transformator step-down memiliki
lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan misalkan
tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220
volt..
Pada transformator memiliki dua buah gulungan
primer yaitu gulungan yang dihubungkan pada sumber
aliran, dan gulungan sekunder yaitu gulungan yang
dihubungkan pada beban.
11

2.4.1 Transformator Distribusi

Gambar 2.5 transformator distribusi


Transformator distribusi adalah transformator yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari
jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan
terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step
down transformator) yaitu pada tegangan 20 KV
menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt.
Untuk transformator fase tiga yang merujuk pada
SPLN, ada tiga tipe vektor grup yang digunakan, yaitu
Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Dengan titik netral langsung
dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan
transformator distribusi sepenuhnya merujuk pada
SPLN D3.002-1: 2007.
12

Tabel 2.1 vektor group dan daya transformator

NO Vektor Grup Daya Keterangan


(kVA)
1 Yzn5

50
100 Untuk
160 sistem 3
kawat

2 Dyn5

200
250
315
400 Untuk
500 sistem 3
630 kawat
13

3 Ynyn0

50
100
160 Untuk
200 Sistem 4
250 kawat
315
400
500
630

2.4.2 Bagian – Bagian Transformator Distribusi

Gambar 2.6 konstruksi bagian luar transformator


distribusi
14

1) Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk membangkitkan fluksi
yang timbul karena arus listrik dalam belitan atau
kumparan trafo, bahan ini terbuat dari lempengan-
lempengan baja tipis yang dimaksudkan untuk
mengurangi panas akibat arus eddy (eddy current).

2) Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder


Kawat email yang berisolasi membentuk
kumparan serta terisolasi baik antar sesama
kumparan maupun antara kumparan dan inti besi.
Terdapat dua kumparan pada inti tersebut yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder, bila
salah satu kumparan tersebut diberikan tegangan
maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi
pada inti serta menginduksi kumparan lainnya
sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul
tegangan.

3) Minyak Trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada
trafo terendam minyak trafo, hal ini dimaksudkan
agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan
inti trafo oleh minyak trafo selain itu minyak tersebut
juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.

4) Isolator Bushing
Pada ujung kedua kumparan trafo baik primer
ataupun sekunder keluar menjadi terminal melalui
isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan
dengan badan trafo.

5) Tangki dan Konservator


Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo
berada dalam tangki, sedangkan untuk pemuaian
15

minyak tangki dilengkapi dengan konservator yang


berfungsi untuk menampung pemuaian minyak
akibat perubahan temperature.

6) Katub Pembuangan dan Pengisian


Katup pembuangan pada trafo berfungsi untuk
menguras saat penggantian minyak trafo, hal ini
berlaku pada trafo diatas 100kVA, sedangkan katup
pengisian berfungsi untuk menambahkan atau
mengambil sample minyak pada trafo.

7) Oil Level
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk
mengetahui minyak pada tangki trafo, oil level inipun
hanya terdapat pada trafo diatas 100kVA.

8) Indikator Suhu Trafo


Untuk mengetahui serta memantau keberadaan
temperature pada oli trafo saat beroperasi, untuk
trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut
dihubungkan dengan rele temperature.

9) Pernapasan Trafo
Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu
udara luar, maka suhu minyaknya akan berubah-
ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara
diatas permukaan minyak keluar dari tangki,
sebaliknya bila suhu turun, minyak akan menyusut
maka udara luar akan masuk kedalam tangki.
Kedua proses tersebut diatas disebut pernapasan
trafo, akibatnya permukaan minyak akan
bersinggungan dengan udara luar yang tersebut
lembab.
16

Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan


alat dengan bahan yang mampu menyerap
kelembaban udara luar yang disebut kristal zat
Hygrokopis (Clilicagel).

10) Pendingin Trafo


Jika terjadi perubahan temperature yang
diakiatkan perubahan beban maka seluruh
komponen trafo akan menjadi panas, guna
mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin
pada trafo.
Cara pendinginan trafo terdapat dua macam
yaitu : alamiah atau natural (Onan) dan paksa atau
tekanan (Onaf). Pada pendinginan alamiah (natural)
melalui sirip-sirip radiator yang bersirkulasi dengan
udara luar sedangkan untuk trafo yang besar
minyak pada trafo disirkulasikan dengan pompa.
Sedangkan pada pendinginan paksa pada sirip-sirip
trafo terdapat fan yang bekerja sesuai setting
temperaturnya.

11) Tap Canger Trafo (Perubahan Tap)


Tap changer adalah alat perubah pembanding
transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi
sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder
yang diinginkan dari tegangan primer yang berubah-
ubah. Tap changer hanya dapat dioperasikan pada
keadaan trafo tidak bertegangan atau disebut
dengan “OffLoad Tap Changer” serta dilakukan
secara manual.
17

2.5 Komisioning dan SLO

2.5.1 Pengujian
Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, pengujian
adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk rnengukur
dan menilai unjuk kerja suatu instalasi.
Menurut kamus umum, pengujian adalah penilaian yang
dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan atau
kemampuan dari responden (produk/benda yang diuji).
Menurut IEC, pengujian produk dapat dibagi menjadi 5,
yaitu:

a. Pengujian Jenis (Type Test)


Uji jenis ialah pengujian yang lengkap untuk
menentukan apakah hasil produksi telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam
standar ini.
Pengujian ini bila telah dilakukan tidak perlu diulang,
kecuali bila ada perubahan bahan atau konstruksi
yang kemungkinan dapat merubah karakteristiknya.
b. Pengujian Rutin (Routine Test)
Uji rutin ialah pengujian yang dilakukan secara
rutin yang ditentukan dalam standar ini pada setiap
hasil produksi oleh produsen. Pengujian ini harus
dilakukan oleh pabrik pembuat terhadap setiap hasil
produksi.

c. Pengujian Contoh (Sample Test)


Uji contoh ialah pengujian yang dilakukan
terhadap contoh-contoh yang diambil dari satu
kelompok hasil produk untuk menentukan apakah
kelompok tersebut mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan uji jenis (Type Test) produk tersebut seperti
yang ditentukan dalam standar/ kontrak.
18

Pengujian ini umumnya dilaksanakan pada saat


serah terima barang. Pengujian ini sebagai verifikasi
terhadap hal-hal yang seharusnya telah
dilaksanakan oleh pabrik pembuat. Pengambilan
contoh-uji dan kriteria penilaian uji serah terima
sesuai aturan standar.

d. Pengujian Khusus (Special Test)


Yaitu pengujian yang dilakukan sesuai
kesepakatan antara penjual dan pembeli, karena
menyangkut waktu (lama), biaya (mahal) dan resiko
(rusak). Contoh : Pengujian temperature rise Trafo,
Tangen Delta.

e. Uji sesudah Instalasi (Test After Installation)


Yaitu pengujian yang dilakukan setelah produk
dipasang ditempat, untuk membuktikan bahwa
produk dan atau sistem bekerja (berfungsi) seperti
yang direncanakan, setelah mengalami bermacam
kondisi perubahan termasuk goncangan
transportasi.
Didalam kenyataan ada beberapa peralatan yang
tidak dapat diuji dilapangan sehingga harus di uji di
pabrik. Jenis peralatan, item uji dan waktu
pengujiannnya harus di tulis di dalam kontrak.
Pengujian ini biasanya disebut dengan Factory
Acceptance Test (FAT), yaitu pengujian serah
terima yang dilakukan di pabrik. Pengujian ini dapat
meliputi pengujian rutin (routine test) dan pengujian
khusus (special test).

Ibid Buku Mekanisme Prosedure Komisioning dan SLO


yang disusun oleh PT.PLN Persero membahas tentang
syarat dan tata-cara pelaksanaan komisioning.
19

2.5.2 Inspeksi
Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, inspeksi
adalah pemeriksaan suatu desain produk, jasa, proses,
atau pabrik dan penentuan kesesuaiannya terhadap
persyaratan tertentu atau persyaratan umum
berdasarkan pembuktian secara profesional.
Menurut kamus, Inspeksi adalah suatu pemeriksaan
atau pengujian individu terhadap standar yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan enjinering, inspeksi bisa
melibatkan pengukuran, tes, dan alat ukur yang
diterapkan untuk karakteristik tertentu terhadap obyek
(peralatan, instrumen, instalasi) atau kegiatan,
misalnya: organisasi, proyek1.
Hasilnya biasanya dibandingkan dengan
persyaratan dan atau standar tertentu, untuk
menentukan apakah item atau kegiatan ini sejalan
dengan target. Inspeksi biasanya non-destruktif.

Ibid Buku Mekanisme Prosedure Komisioning dan SLO


yang disusun oleh PT.PLN Persero membahas tentang
syarat dan tata-cara pelaksanaan komisioning.

2.5.3 Komisioning
Menurut International Electrical Vocabullary (IEV),
Komisioning ialah suatu kegiatan inspeksi, umumnya
dilakukan oleh suatu organisasi (tim) atau badan
penguji resmi. Di dalamnya terdapat kegiatan
pengukuran, pengujian dan pembuktian terhadap
karakteristik tertentu dari suatu obyek atau aktifitas.
Umumnya hasilnya akan dibandingkan terhadap
persyaratan standar atau khusus untuk menentukan
apakah hasil uji tersebut sesuai.
Masih menurut International Electrical Vocabullary
(IEV), Komisioning adalah pengujian terhadap peralatan
20

atau mesin, yang dilaksanakan di lapangan, untuk


membuktikan kesesuaian pemasanga dan operasinya.
Sedangkan menurut SPLN, Komisioning adalah
suatu rangkaian kegiatan yang terus-menerus, dimulai
sejak saat pemasangan selesai (construction essentialy
complete) sampai saat serah terima (taking over),
dengan tujuan membawa sistem dari kondisi non-aktif
ke kondisi aktif dengan melaksanakan kegiatan
pemeriksaan, pembersihan, uji individual, uji sub-sistem
dan uji sistem serta uji unit sebagai jaminan terhadap
persyaratan kontrak, keamanan serta keandalan
operasi.
Jadi, uji Komisioning dilakukan di lapangan untuk
membuktikan karakteristik peralatan secara individu,
sub-sistem dan sistem sebelum peralatan dioperasikan
secara komersial. Uji komisioning juga wajib dilakukan
bila terjadi perubahan pada hardware (antara lain:
rekondisi, perubahan instalasi, perubahan kapasitas,
dan relokasi) atau software yang mempengaruhi
performance.

Ibid Buku Mekanisme Prosedure Komisioning dan SLO


yang disusun oleh PT.PLN Persero membahas tentang
syarat dan tata-cara pelaksanaan komisioning.

2.6 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan dukungan landasan teori yang
diperoleh dari eksplorasi teori yang dijadikan rujukan
konsepsional, maka dapat disusun Kerangka Pekerjaan
sebagai berikut :

PEMASANGAN MENGETAHUI FUNGSI


PENGGANTIAN TRANSFORMATOR UJI KOMISIONING DILAKUKANNYA UJI
TRANSFORMATOR BARU TRANSFORMATOR KOMISIONING PADA
TRAFO

Gambar 2.7 kerangka pemikiran


BAB III
STUDI KASUS

3.1 Analisis Kebutuhan


Pengujian ini dilakukan oleh PT.PLN (Persero) Area
Banjarmasin bersama dengan Teknisi Teknik Elektro
Politeknik Negeri Banjarmasin. Sumber data didapat
dari kejadian tahun 2019 dimana terjadi gangguan
transformator yang menyebabkan transformator
tersebut tidak dapat beroperasi. Transformator tersebut
merupakan trafo pemakaian sendiri yang dimiliki oleh
Politeknik Negeri Banjarmasin yang beralamat di Jl. Brig
Jend. Hasan Basri, Pangeran, Kec. Banjarmasin Utara,
Kota Banjarmasin dengan kapasitas daya trafo yang
ada sebesar 630 kVA.

Gambar 3.1 lokasi gangguan

Gambar 3.2 lokasi transformator distribusi


22

3.2 Perancangan Penelitian


Dalam studi kasus ini dilakukan perancangan sebagai
berikut :
1. Mencari referensi yang dapat dijadikan acuan untuk
melakukan studi kasus dalam tinjauan pustaka di
bab 2.
2. Memahami teori-teori dasar dari landasan teori yang
dituliskan oleh penulis di bab 2.
3. Melakukan pengambilan data mengenai hasil
pengujian tahanan isolasi dan pentanahan
transformator distribusi baru yang diakibatkan
rusaknya transformator distribusi lama.
4. Menganalisis hasil pengujian transformator distribusi
baru.
23

3.3 Teknik Analisis

MULAI

PENGAMBILAN DATA
TRANSFORMATOR LAMA

MENGANALISIS PENYEBAB
KERUSAKAN PADA
TARNSFORMATOR LAMA

MELAKUKAN PENGGANTIAN
TRANSFORMATOR

TRANSFORMATOR BARU
MEMANTAU KINERJA
DILAKUKAN PENGUJIAN
PEMBEBANAN SIMETRIS
TAHANAN ISOLASI
PADA TRANSFORMATOR
MENGGUNAKAN MEGGER

ANALISIS HASIL DATA

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 3.3 teknik analisis


24

3.3.1 Kondisi Transformator Sebelum Penggantian

Tabel 3.1 hasil pengukuran tahanan isolasi trafo


lama

Dari kesimpulan tim teknik lapangan,


terjadinya kerusakan pada transfomator lama
disebabkan adanya kerusakan pada belitan
bagian dalam transformator yang menyebabkan
transformator mengalami hubung singkat dan
meledak. Dugaan ini dikarnakan hasil tahanan
isolasi dari transformator masih baik, akan tetapi
ketika dimasukan tegangan pada transformator,
transformator mengalami ledakan. Hal ini terjadi
karena megger tidak dapat mendeteksi adanya
kerusakan pada belitan bagian dalam trafo.
Gangguan ini menyebabkan kerugian karena
kegiatan perkuliahan di Politeknik Negeri
Banjarmasin menjadi terganggu serta adanya
biaya perbaikan atau penormalan kembali
tegangan.
Saat terjadi gangguan pada transformator
selain mengecek tahanan isolasi dari
transformator tersebut kita juga harus mengecek
bagian dalam transformator (kumparan
dalamnya). Pastikan ketika mengukur tahanan
isolasi melalui bushing trafo, belitan antar fasa
dan belitan antara primer ke sekunder tidak
terhubung. Pengukuran tahanan isolasi melalui
bushing transformator hanya mendeteksi isolasi
25

pada minyak trafo. Maka dari itu seharusnya


transformtor dibuka untuk melihat bagian dalam
(kumparan) transformatornya.

Gambar 3.4 wiring transformator distribusi

Dari Wiring Transformator Distribusi di atas


dapat kita lihat, vektror group yang di gunakan
adalah Dyn5. Yang mengindikasikan :
Belitan tiga phasa pada sisi tegangan tinggi
dihubungkan secara delta (D) dan belitan tiga
phasa pada sisi tegangan rendah dihubungkan
secara bintang (Y) dengan titik netralnya (n)
dibumikan, pergesaran phasa antara tegangan
tinggi dan tegangan rendahnya sebesar 150 o (5 x
30o). Artinya pada tansformator dengan Vektor
Group Dyn5, terjadi pergeseran phasa antara sisi
tegangan tinggi dengan tegangan rendahnya
sebesar 150o. Sehingga phasa R dengan r, S
dengan s dan T dengan t memiliki beda phasa
150o

3.3.2 Skema Pengujian dan Penggantian


Transformator
Adapun flowchart pengujian transformator
dengan Surat Perintah Kerja (SPK) terlampir
sebagai berikut :
26

a) Skema Pengujian Transformator Lama

LAPORAN GANGGUAN
TRAFO

PETUGAS MENUJU LOKASI

PETUGAS MELAKUKAN
PENGUJIAN TAHANAN
ISOLASI PADA TRAFO

PETUGAS TRAFO MASIH


MENGANALISA BISA DIGUNAKAN TRAFO DIAKTIFKAN
TAHANAN ISOLASI KEMBALI
PADA TRAFO

TRAFO TIDAK BISA


DIGUNAKAN LAGI

DILAKUKAN PEMADAMAN

PETUGAS MEMBUAT DITOLAK MENUNGGU TRAFO BARU


USULAN PERMOHONAN
PENGGANTIAN TRAFO DATANG

DISETUJUI

DILAKUKAN MANUVER BEBAN JIKA


STOK TRAFO TERSEDIA TIDAK MENCUKUPI MAKA
DILAKUKAN PEMADAMAN BERGILIR

DILAKUKAN
PENGGANTIAN TRAFO

SELESAI

Gambar 3.5 skema pengujian transformator lama


27

b) Skema penggantian Transformator

START

PERHATIKAN URUTAN
FASA PADA KABEL TRAFO

PELEPASAN KABELPADA
SISI PRIMER DAN
SEKUNDER TRAFO

PENGGANTIAN TRAFO

PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI


PADA TRAFO BARU SESUAI STANDAR
PENGUKURAN

PEMBERIAN TEGANGAN PADA


TRAFO SELAMA 5 MENIT
(TANPA BEBAN)

PENGUKURAN TEGANGAN
TIAP-TIAP JURUSAN TRAFO

PEMBERIAN DAN PENGUKURAN


TEGANGAN BEBAN PERJURUSAN

PENGGANTIAN TRAFO
SELESAI DILAKSANAKAN

Gambar 3.6 skema penggantian transformator


28

3.4 Komisioning Transformator Distribusi (Pemasangan


Baru)
Kegiatan Komisioning transformator distribusi
dilakukan pada saat pemasangan transformator baru
dari kondisi non-aktif ke kondisi aktif. Dimulai dari
transformator atau jaringan yang dialiri oleh
transformator tersebut terindikasi adanya gangguan
yang harus di lakukan analisis guna mengetahui
penyebab gangguan. Lalu dilanjutkan dengan
melakukan pengukuran tahanan isolasi pada
transformator, jika hasil dari tahanan isolasi tersebut
tidak mencapai standar kelayakan yang ditetapkan
maka transformator tersebut harus dilakukan
penggantian, setelah di lakukan penggantian maka
transformator di lakukan uji komisioning. Jika kondisi
transformator yang mengaliri beban sudah mencapi
batas bebannya sedangkan akan ada beban tambahan
baru maka harus di bangun transformator baru,
transformator baru tersebut akan dilakukan uji
komisioning sebagai jaminan kelayakan pakai, kondisi
keamanan dan keandalan operasi dari transformator
tersebut. Tahapan yang dilakukan saat melaksanakan
komisioning adalah :
1. Pemeriksaan dokumen dan kelengkapan meliputi :
a. Menyiapkan peralatan kerja
b. Menyiapkan material
c. Menyiapkan dokumen kelengkapan kerja seperti
SOP dan check list
d. Kelengkapan K3

2. Pemeriksaan K2 dan K3 meliputi :


a. Alat Pemadam Kebakaran (APAR, APAT)
b. Alat Pelindung Diri (APD)
c. P3K
29

d. Rambu : nama lokasi, tanda bahaya, amar


(petunjuk)
e. Pagar pengaman kawasan
f. Pagar pengaman instalasi dan pembumian
g. Lokasi evakuasi keadaan darurat

3. Pengujian Komisioning
Pengujian Komisioning dilakukan setelah peralatan
kerja disiapkan.
a. Peralatan Kerja
1) Tool set
2) Tang Ampere
3) Tool kit (alat kupas kabel, tang, kunci,
obeng, dsb)
4) Alat tulis material kerja
5) Alat ukur tahanan isolasi (Insulation Tester)
6) Voltage Detector

b. Material Kerja
1) Transfomator distribusi 630 kVA
2) Kain majun
3) Sakapen

c. Peralatan K3
1) Wearpack
2) Alat Pelindung Diri (Sarung Tangan Kulit,
Helm Safety, Sepatu 20 kV)

d. Langkah Kerja
1) Mempersiapkan semua dokumen, peralatan
kerja, material kerja dan peralatan K3.
2) Mengisolasi daerah tempat pekerjaan
berlangsung.
30

3) Memasang rambu-rambu yang menyatakan


bahwa sedang diadakannya komisioning
transformator.
4) Menganalisis penyebab kerusakan pada
transformator lama.
5) Tandai urutan fasa yang terhubung ke
transformator dan beban.
6) Melepas seluruh kabel terminasi sumber
(sisi primer) , grounding, dan hubungan
beban (sisi sekunder) yang terpasang pada
transformator yang akan diganti.
7) Penggantian transformator distribusi lama ke
transformator baru.
8) Melakukan serangkaian pengujian pada
transformator baru dalam keadaan tidak
bertegangan meliputi:
a. Tahanan isolasi
b. Pentanahan
c. Oli trafo (jika diperlukan)
9) Pastikan hasil pengujian sesuai dengan
standar yang berlaku.
10) Memasang seluruh kabel terminasi,
grounding dan fasa-beban pada
transformator baru, tetapi perhatikan urutan
fasa pada kabel transformator jangan
sampai tertukar.
11) Mengenergize transformator baru dengan
pemberian tegangan selama 5 menit (tanpa
beban).
12) Pemberian daya tegangan beban
perjurusan.
13) Memastikan sistem sudah berjalan dengan
lancar dan aman tanpa adanya gangguan.
14) Komisioning transformator selesai
dilaksanakan.
31

3.4.1 Pemasangan Baru pada Transformator


Pemasangan baru pada transformator
dilakukan karena adanya kerusakan pada
transformator lama. Sehingga untuk menyuplai
kebutuhan daya konsumen transformator harus
segera dilakukan penggantian. Pastikan
transformator lama dibebaskan dari tegangan dan
beban (menggunakan alat uji voltage detector).
Kemudian lepas seluruh kabel terminasi,
grounding dan fasa-beban pada transformator
lama.

Gambar 3.7 pelepasan seluruh kabel sisi primer dan sisi


sekunder
32

Sebelum melakukan uji komisioning perlu


dilakukan pengecekan visual trafo yang meliputi
pemeriksaan :
1. Name plate
2. Bushing transformator
3. Grounding

Gambar 3.8 transformator lama yang mengalami


kerusakan
33

Gambar 3.9 name plate transformator lama (mengalami


kerusakan)

Gambar 3.10 name plate transformator baru


34

3.4.2 Penjelasan Name Plate Transformator:

Tabel 3.2 penjelasan name plate pada transformator


distribusi

Variable Nilai Keterangan

Phase 3
Vektor Group Dyn5

Belitan tiga phasa pada


sisi tegangan tinggi
dihubungkan secara delta
(D) dan belitan tiga phasa
pada sisi tegangan rendah
dihubungkan secara
bintang (Y) dengan titik
netralnya (n) dibumikan,
pergesaran phasa antara
tegangan tinggi dan
tegangan rendahnya
sebesar 150o (5 x 30o).
35

Artinya pada
tansformator dengan
Vektor Group Dyn5, terjadi
pergeseran phasa antara
sisi tegangan tinggi dengan
tegangan rendahnya
sebesar 150o. Sehingga
phasa R dengan r, S
dengan s dan T dengan t
memiliki beda phasa 150o

Cooling ONAN Huruf pertama adalah


media pendingin internal
yang langsung
berhubungan dengan
windings/lilitan.
 O= mineral oil or
synthetic insulation fluid
with a fire point ≤
300°C / minyak atau
fluida sintetis dengan titik
pembakaran ≤ 300°C

Huruf kedua adalah


mekanisme sirkulasi untuk
media pendingin internal
 N = Natural convection
flow through cooling
equipment and in
windings

Huruf ketiga adalah media


pendingin eksternal
 A = Air / udara
36

Huruf keempat adalah


mekanisme sirkulasi untuk
media pendingin eksternal
 N = Natural convection /
konveksi natural

ONAN : oil natural air


natural
ONAN menggunakan
minyak untuk pendingin
internal dengan konveksi
natural di dalam tankinya
dan menggunakan udara
dengan konveksi natural
untuk pendingin eksternal.
High Voltage 20 KV Tegangan rendah yang
mengalir pada sisi primer
transformator distribusi.
Tegangan nominal sistem
jaringan tegangan
menengah 20 kV.
Low Voltage 400 V Tegangan rendah yang
mengalir pada sisi
sekunder transformator
distribusi. Dengan range
tegangan antara 50 V –
1000 V.
Impedence 4.00 Total jumlah keseluruhan
75° (%) perlawanan terhadap arus
AC didalam sebuah
peraltan mesin listrik.
Nilai 4% menunjukkan
bahwa drop tegangan yang
timbul karena impedansi
adalah 4 % dari tegangan
37

yang diterapkan.
Insulation A Temperature operasional
Class maksimum yang di
perbolehkan untuk
Insulation Class-A adalah
105 °C
HV BIL (kV) 1.25 Tingkat insulasi dasar yang
di rancang untuk menahan
tegangan lonjakan pada
peralatan listrik.
No-Load 835 Daya aktif yang diserap
Loss (W) ketika tegangan pengenal
pada frekuensi pengenal
diberikan pada terminal
salah satu belitan,
sedangkan belitan lainnya
terbuka.
Full-Load 5400 Daya aktif yang diserap
Loss (W) pada frekuensi pengenal
dan suhu acuan ketika arus
pengenal mengalir melalui
terminal fase salah satu
belitan, sedangkan terminal
belitan lainnya dihubung-
singkat.
HV-LV AL-AL - Bahan belitan primer
Winding Mat. (Alumunium).
- Bahan belitan sekunder
(Alumunium).
Insulating Oil Mineral Minyak sebagai media
pendingin dan isolasi
transformator adalah jenis
mineral.
Frequency 50 Frekuensi kerja pada
(Hz) transformator distribusi.
38

Rated-Power 630 Daya efektif yang disiapkan


(kVA) oleh pabrik pembuat
mesin.
HV Current 18.187 Arus yang mengalir pada
(A) sisi primer transformator
distribusi.
LV Current 909.327 Arus yang mengalir pada
(A) sisi sekunder transformator
distribusi.
Ambient 40 Temperature suhu sekitar
Temp (°C) transformator distribusi
saat pengujian.
Oil Temp 50 Peningkatan suhu oli pada
Rise (°C) transformator.
WDG Temp 55 Peningkatan suhu belitan
Rise (°C) pada transformator.
Oil Volume 730 Volume oli pada
(L) transformator distribusi.
Total Weight 3160 Berat total dari
(KG) transformator distribusi.
MFG-Date 11-2015 Manufacturing Date atau
tanggal produksi.
Serial NO. 1509443 Serial number atau tipe
produk.

3.4.3 Pengujian Tahanan Isolasi


Pengujian tahanan isolasi pada transformator
ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur
tahanan isolasi (insulation tester) guna memperoleh
nilai tahanan isolasi transformator yaitu antara
bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan
(body) yang ditanahkan maupun antara fasa – fasa ,
serta fasa – netral. Pengujian tahanan isolasi
39

bertujuan untuk mengetahui ada ada tidaknya


kelemahan isolasi tahanan.

Gambar 3.11 alat ukur tahanan isolasi (insulation


tester)

A. Alat dan Bahan


1) Alat uji tahanan isolasi (Insulation Tester) +
Probe penghubung

Gambar 3.12 insulation tester

B. Cara Pengujian
1) Mempersiapkan transformator.
2) Membersihan permukaan porselin bushing
dengan menggunakan material cleaner + lap
kain yang halus dan tidak merusak
permukaan isolator. Ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
40

Gambar 3.13 pembersihan bushing


transformator

3) Jika menggunakan alat uji tahanan isolasi


(insulation tester) tipe baterai pastikan baterai
masih ada.
4) Melakukan Kalibrasi. Saat melakukan
kalibrasi jarum penunjuk harus tepat berimpit
dengan garis skala (jika dengan analog).
Apabila memakai alat uji tahanan isolasi
(insuation tester) digital pastikan display
(layar) menunjuk angka zero. Bila tidak tepat,
atur pointer zero (10) pada alat ukur (analog)
5) Melakukan elektrical zero check. Memasang
kabel test pada megger terminal, serta
hubung singkatkan ujung probe satu dengan
yang lainnya. Letakkan saklar pemilih di
posisi 500. Dan saklar pemilih skala pada
posisi skala 1. Ketika alat uji tahanan isolasi
(insulation tester) dalam posisi On, jarum
akan bergerak dan akan menunjuk tepat ke
angka nol, bila kurang tepat kita bisa
mengatur pointer. Jika tidak berhasil
(penunjukan tidak mencapai nol) maka perlu
dilakukan pengecekan baterai kembali.
41

6) Memasang kabel probe ke peralatan yang


akan diukur. Kemudian menekan test button
(digital megger) lalu lepas dan catat hasilnya
ke dalam tabel pengukuran dan pengamatan.
7) Melakukan pengukuran tahanan isolasi
transformator antara::
a) Fasa – Fasa ( R – r , R – s , R – t ; S – r ,
S–s,S–t;T–r,T–s,T–t)
b) Fasa – Body ( R – b , S – b , T – b )
c) Fasa – Netral ( R – n , S – n , T – n )
8) Memilih Skala Ukur. Jika menggunakan tipe
digital, putar selector switch dan posisikan
saklar sesuai dengan ketentuan. Skala Ukur
yang dipakai harus lebih besar dari alat yang
akan diukur.
9) Menyalakan alat ukur tahanan isolasi
(Insulation Tester) dan membaca tampilan
skala yang tertampil.

Gambar 3.14 pengukuran tahanan isolasi

10) Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi.


11) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru
dan sebagai bahan evaluasi pembanding
dengan hasil pengukuran sebelumnya.
42

3.4.4 Pengujian Pentanahan (Grounding)


Pengujian pentanahan ialah sebuah proses untuk
mengetahui nilai hambatan atau resistansi
pentanahan (grounding) yang dipasang, sehingga
dapat dikatakan sistem grounding yang kita pasang
sudah sesuai standart atau belum. Sistem grounding
sangat diperlukan sebagai saluran pembuangan dari
arus lebih atau arus sisa yang melebihi batasan
normal dari daya yang terpasang.

Gambar 3.15 pengujian pentanahan

A. Alat dan Bahan


1. Earth Tester + Probe penghubung

Gambar 3.16 earth tester


43

B. Cara Pengujian
1) Alat ukur grounding earth tester dilengkapi
dengan 3 buah kabel ukur yang akan
digunakan.
2) Kabel berwarna merah (C), dihubungkan
ke lubang konektor berwarna merah pada
alat ukur, dan ujung yang lain dihubungkan
ke stick atau tongkat besi yang tersedia
yang sudah ditancapkan ke bumi atau
tanah.
3) Kabel berwarna kuning (P), dihubungkan
ke lubang konektor berwarna kuning pada
alat ukur, dan ujung lainnya dihubungkan
ke stick atau tongkat besi yang tersedia
yang sudah ditancapkan ke bumi atau
tanah.
4) Memastikan jarak antara stick atau tongkat
besi yang satu dengan yang lainnya sekita
5m – 10m. Jarak antar stick atau tongkat
besi dengan titik grounding juga harus
memiliki jarak antara 5m – 10m.

Gambar 3.17 jarak pengujian pentanahan

5) Kabel berwarna hijau (E), dihubungkan ke


lubang konektor berwarna hijau pada alat
44

ukur, dan ujung lainnya dihubungkan ke


kabel penghantar pada titik grounding atau
pentanahan yang sudah dipasang.
6) Memutar selector pada alat ukur (earth
tester) yang diarahkan pada pengukuran
dengan nilai tertinggi (skala 100 ohm),
kemudian tekan tombol test.
7) Jika jarum ukur belum bergerak atau
bergerak namun sangat kecil, putar
selector untuk mengubah satuan skala
menjadi lebih kecil (10 ohm).
8) Jika jarum ukur masih bergerak sedikit
juga, putar selector untuk mengubah
satuan skala menjadi lebih kecil (1 ohm),
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat.

3.4.5 Pengujian Oli


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan isolasi minyak dari transformator tersebut.
Untuk komisioning transformator yang kami lakukan
di Politeknik Negeri Banjarmasin tidak memerlukan
pengujian oli karena transformator yang digunakan
masih baru dan sudah dilakukan pengujian oli trafo
sebelumnya. Minyak trafo terdapat di dalam
transformator daya berfungsi untuk memisahkan
listrik kumparan primer dengan kumparan
sekundernya agar tidak terjadi tegangan tembus
(breakdown). Minyak trafo ini memiliki tingkat isolasi
yang lebih baik jika dibandingkan dengan udara
bebas. Salah satu parameter yang dapat
menunjukkan baik buruknya tinggal isolasi suatu
bahan adalah tegangan tembusnya.
45

Gambar 3.18 rangkaian pengujian tegangan tembus


minyak

Gambar 3.19 bagan pengujian tegangan tembus


minyak

A. Alat dan Bahan


1. Alat Pengambilan Sampel (Sirkulasi Oli)

Gambar 3.20 alat sirkulasi oli trafo


46

2. Viskositas Meter

Gambar 3.21 alat uji kekentalan oli (viskositas


meter)

B. Cara Pengujian
Cara pengujian minyak trafo dilakukan
sesuai dengan standar SPLN’50-1982 dan
IEC No.56.Thn1991. Cara kerja pengujian
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengambil sampel sebanyak setengah
liter dengan cara membuka katup buang
tanki yang terletak pada bagian bawah
tangki. Selanjutnya minyak tersebut
dimasukkan ke dalam alat uji.
2) Alat penguji tersebut dilengkapi dengan
dua buah elektroda positif dan negatif
dengan diameter 12,5 mm. Kerapatan
diatur 2,5 mm kemudian disambung pada
jalur listrik, tuas Main Circuit Breaker
(MCB) yang terdapat pada panel penguji
dinaikkan. Regulator diatur pada posisi
2kV, naikkan setiap detik sampai terjadi
loncatan bunga api antara dua buah
elektroda. Lakukan enam kali pengujian
47

dengan selang waktu 30 detik dan ambil


rata-rata tiap 6 kali pengujian.
MULAI

MENYIAPKAN PERALATAN
DAN
BAHAN PENGUJIAN

MENGATUR JARAK SELA


ELETRODA
1,5 ; 2 ; 2,5

TEMPERATUR PADA
SUHU RUANGAN

KONTAMINASI
PADA BAHAN UJI

MENAIKAN TEGANGAN SAMPAI


TERJADI TEMBUS KEMUDIAN
MERESET PERALATAN UNTUK
MENORMALKAN KEMBALI

MENCATAT TEGANGAN
TEMBUS EFEKTIF (rms) YANG
DIHASILKAN

6x

MENGHITUNG NILAI RATA-


RATA TEGANGAN TEMBUS

SELESAI

Gambar 3.22 flow chart pengujian oli


transformator
48

3) Menguji isolasi minyak trafo yang


dilakukan pada suhu 30 o C dengan
menggunakan alat uji viskositas meter.

Gambar 3.23 pengujian oli transformator

3.5 Standar Evaluasi Hasil Pengujian

Standar evaluasi adalah acuan yang digunakan


dalam mengevaluasi hasil pengujian komisioning untuk
dapat menentukan kondisi peralatan yang dilakukan
pengujian. Standar yang ada berpedoman kepada:
instruction manual dari pabrik, standar-standar
internasional maupun nasional (IEC, IEEE, CIGRE,
ANSI, SPLN, SNI dan lain-lain) dan pengalaman serta
observasi/pengamatan operasi di lapangan. Nilai
49

standar yang digunakan dapat acuan yang berasal dari


standar internasional maupun nasional.
Untuk transformator yang digunakan memiliki daya
630 kVA dengan sistem operasi tegangan 20kV ke
380/220.

a) Pengujian Tahanan Isolasi


Berdasarkan VDE (catalogue 228/4) minimum
besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi
dihitung setiap “1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm)”.
Jika tegangan sisi primer transformator yang
digunakan adalah 20kV dan tegangan sisi sekunder
adalah 400/231kV, maka batasan tahanan isolasi
yang didapat minimal 20 MΩ (Mega Ohm) untuk
tegangan primer dan 0,4/0,231 MΩ (Mega Ohm)
untuk tegangan sekundernya.

b) Pengujian Pentanahan
 Menurut badan NEC tercantum dalam NEC
250.56. Fasilitas dengan peralatan yang sensitif
nilai tahanan pembumiannya harus 5 Ohm atau
kurang.
 Menurut PUIL 2000 : 68 tingkat kehandalan
sebuah grounding ada dinilai konduktivitas
logam terhadap tanah yang ditancapinya.
Semakin konduktiv tanah terhadap benda
logam, semakin baik. Kelayakan grounding
harus bisa mendapatkan nilai tahanan sebaran
maksimal sebesar 5 Ohm.
c) Pengujian Oli
 Menurut SPLN’50-1982 dan IEC No. 56 tahun
1991, tegangan tembus minyak trafo sesuai
standar adalah 30 KV/2,5 mm.
 Menurut IEC 156 standar kelayakan minyak
trafo adalah :
50

Tabel 3.3 standar tegangan tembus minyak trafo


menurut IEC 56

Tegangan Nilai
Operasi Trafo Jarak Minimum
(kV) Gap (kV)
(mm)
Un ≤ 36 2.5 30
36 ≤ Un ≤ 70 2.5 35
70 < Un ≤ 170 2.5 40
170 < Un 2.5 45

 Standar yang biasa digunakan di lapangan


adalah untuk trafo yang sudah dipakai :
40Kv/2,5mm dan minyak baru adalah 50 kV/2,5
mm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyebab Kerusakan pada Transformator di


Politeknik Negeri Banjarmasin
Pada bab ini penulis akan membagi pembahasan
mengenai hasil pengujian daritransformator distribusi
630 kVA di Politeknik Negeri Banjarmasin.

Gambar 4.1 transformator dan wiring transformator


Dyn5

Transformator di Politeknik Negeri Banjarmasin


mengalami kerusakan yang mengakibatkan trafo
tersebut tidak dapat beroperasi. Dugaan awal
kerusakan disebabkan oleh surja petir. Petugas
kemudian melakukan pemerikaan pada transformator
yang rusak dengan melakukan pengukuran tahanan
isolasi. Sebelum melakukan pengukuran tahanan isolasi
menggunakan insulation tester, bushing pada
transformator dibersihkan terlebih dahulu.
52

Dari pengukuran tersebut menunjukan bahwa hasil


pengukuran sesuai dengan standar yang berlaku yaitu
berdasarkan VDE (catalogue 228/4) minimum besarnya
tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung setiap “1
kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm)”. Karena tegangan sisi
primer transformator yang digunakan adalah 20kV dan
tegangan sisi sekunder adalah 400/231kV, maka
batasan tahanan isolasi yang didapat minimal 20 MΩ
(Mega Ohm) untuk tegangan primer dan 0,4/0,231 MΩ
(Mega Ohm) untuk tegangan sekundernya.

Tabel 4.1 hasil pengukuran tahanan isolasi trafo lama

Dikarenakan hasil tahanan isolasi masih sangat


bagus dan sesuai dengan standar, petugas kemudian
mengaktifkan transformator kembali dan menyebabkan
transformator mengalami trip, hingga menyebabkan
transformator mengalami kerusakan fatal (meledak)
saat diaktifkan kembali untuk ketiga kalinya.
53

Disimpulkan bahwa penyebab terjadinya gangguan


pada transformator adalah karena adanya kerusakan
pada kumparan bagian dalam yang disebabkan oleh
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur).
Pada saat terjadi gangguan pada transformator dan
saat diaktifkan kembali transformator mengalami trip,
seharusnya jangan dilakukan pengaktifan kembali
namun lakukan pemeriksaan pada bagian kumparan
dalam transformator guna mengetahui secara pasti
penyebab gangguan pada transformator tersebut.
Kerusakan pada transformator menyebabkan
transformator tersebut tidak dapat berfungsi sehingga
tidak dapat menyuplai tegangan pada beban – beban
terpasang dan mengganggu kegiatan belajar dan
mengajar di Politeknik Negeri Banjarmasin. Salah satu
cara agar tegangan dapat kembali menyuplai beban
adalah dengan mengganti transformator yang rusak
dengan transformator baru.
Sebelum transformator dihubungkan ke beban ada
beberapa pengujian yang harus kita lakukan antara lain
pengujian tahanan isolasi dan pengujian pentanahan.

4.2 Hasil Pengujian Transformator

4.2.1 Pengujian Tahanan Isolasi

Gambar 4.2 pengujian tahanan isolasi


54

Pengujian Tahanan Isolasi di Politeknik Negeri


Banjarmasin dilakukan dengan cara mengukur tahanan
isolasi dengan menggunakan alat ukur insulation tester
melalui bushing transformator (BAB III, 3.4.3 Pengujian
Tahanan Isolasi), meliputi pengujian:
1) Sisi Primer (Fasa Primer – Body ; Fasa Primer
– Netral)
SISI SEKUNDER

r s t n

R S T

SISI PRIMER

Gambar 4.3 pengujian tahanan isolasi Fasa Primer –


Body
SISI SEKUNDER

r s t n

R S T

SISI PRIMER

Gambar 4.4 pengujian tahanan isolasi Fasa Primer –


Netral
55

2) Sisi Primer - Sekunder (Fasa Primer – Fasa


Sekunder)
SISI SEKUNDER

r s t n

R S T

SISI PRIMER

Gambar 4.5 pengujian tahanan isolasi Fasa Primer –


Fasa Sekunder

3) Sisi Sekunder (Fasa Sekunder – Body)


SISI SEKUNDER

r s t n

R S T

SISI PRIMER

Gambar 4.6 pengujian tahanan isolasi Fasa Sekunder –


Fasa Body

Dari pengujian tahanan isolasi yang dilakukan,


didapakan hasil :
56
57
58

Gambar 4.7 form pengujian tahanan isolasi transformator


distribusi

4.2.2 Pengujian Pentanahan


Pengujian pentanahan transformator distribusi di
Politeknik Negeri Banjarmasin menggunakan alat ukur
bernama earth tester (BAB III, 3.4.4 Pengujian
Pentanahan).

5 METER 5 METER

Gambar 4.8 pengujian pentanahan

Berdasarkan pengujian tersebut didapatkan hasil :


59

Gambar 4.9 form pengujian pentanahan transformator


distrbusi

a) Transformator Lama b) Transformator Baru

Gambar 4.10 penggantian transformator lama - baru


60

Sebelum transformator baru di energize (berikan


tegangan) perlu dilakukan pengujian tahanan isolasi
terlebih dahulu pada transformator baru, guna
memastikan transformator tersebut baik atau tidak jika
diberi beban.

Dari hasil pengujian tahanan isolasi pada


transformator baru didapat hasil :

Tabel 4.2 hasil pengujian tahanan isolasi trafo lama

Tabel tersebut menunjukan hasil tahanan isolasi


transformator baru, sesuai dengan standar yang
berlaku(diatas 20 MΩ untuk sisi tegangan primer dan
0,4/0,231 MΩ untuk sisi tegangan sekundernya). Dari
61

hasil pengujian tersebut diketahui bahwa hasil tahanan


isolasi pada transformator baru dalam keadaan yang
baik atau sesuai dengan standar yang berlaku.
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui
nilai pentanahan yang terpasang pada transformator
tersebut, apakah titik pentanahan tersebut masih bagus
nilai tahanannya atau tidak. Pada pengujian titik
arrester dan netral pentanahan, hasil yang diperoleh
adalah :

Tabel 4.3 hasil pengujian pentanahan

Hasil pengujian pentanahan tersebut


memperlihatkan bahwa nilai yang diperoleh untuk
tahanan pada arrester adalah 3 Ω dan 1.4 Ω pada titik
netral. Nilai standar maksimum dari hambatan atau
resistan kabel grounding terhadap bumi menurut PUIL
62

2000 : 68 adalah < 5 Ohm. Maka dari hasil pengujian


tersebut nilai tahanan pentanahannya masih dalam
kondisi yang baik karena masih sesuai dengan standar
( < 5 Ohm ).
Semua pengujian telah dilakukan dan hasil dari uji
komisoning transformator di Politeknik Negeri
Banjarmasin nilainya sesuai standar yang berlaku.
Selanjutnya dilakukan pemberian tegangan pada
transformator (energize). Energize dilakukan dengan
cara menyambungkan kabel R, S dan T pada sisi
primer dan sekunder transformator tanpa diberi beban,
pastikan kabel urutan fasa sesuai beban terpasang
karena nilai pembebanan pada tiap fasa berbeda.
Kemudian, sambungkan transformator ke beban R, S
dan T secara bertahap dimulai dari fasa R kemudian S
dan T selama 5 menit. Transformator tidak mengalami
masalah (tidak trip) maka transformator dalam keadaan
baik dan transformator siap untuk di sambungkan ke
beban secara keseluruhan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab sebelumnya, dapat diambil


beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Komisioning transformator adalah serangkaian
kegiatan dari awal penggantian transformator
hingga transformator di energize (di salurkan)
dengan tujuan membawa sistem dari kondisi non-
aktif ke kondisi aktif.
2. Komisioning transformator sangat diperlukan dalam
sistem distribusi untuk menjamin kelayakan pakai,
kondisi keamanan dan keandalan operasi
transformator.
3. Tahap-tahap komisioning pada transformator di
mulai dari penggantian transformator lama,
pemasangan transformator baru dan uji komisioning
transformator baru yang terdiri dari : pengujian
tahanan isolasi, pengujian pentanahan dan
pengujian minyak transformator (jika diperlukan).
4. Dari hasil pengujian yang di lakukan, transformator
dinyatakan dalam kondisi baik dan layak operasi (20
MΩ dan 0,4/0,231 MΩ untuk tegangan primer dan
sekundernya (nilai standart 1 kilo Volt = 1 MΩ)
sedangkan untuk tahanan isolasinya sebesar 3 Ω
dan 1.4 Ω untuk tahanan arrester dan netralnya
(nilai standar maksimum < 5 Ohm)
5. Sistem proteksi sangat diperlukan untuk melindungi
transformator. Sehingga jika transformator
mengalami gangguan dapat dideteksi terlebih
dahulu oleh sistem proteksi sebelum berlanjut ke
kejadian yang fatal.
64

5.2 Saran

1. Transformator merupakan sistem yang sangat


penting dalam pendistribusian sitem tenaga listrik.
Maka dari itu pentingnya memperhatikan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Uji
komisioning pada transformator harus dilaksanakan
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku agar sistem tersebut kembali berjalan
dengan normal tanpa adanya hambatan.
2. Pada saat terjadi gangguan transformator yang
belum diketahui secara pasti penyebabnya,
seharusnya dilakukan pemeriksaan pada bagian
kumparan dalam transformator guna mengetahui
secara pasti penyebab gangguan pada
transformator tersebut.
3. Saat dilakukan uji komisioning, pastikan kondisi
transformator off (tanpa beban).
4. Perlunya memperhatikan hasil dari uji komisioning
yang dilakukan agar kita dapat mengetahui
kelayakan dari transformator tersebut.
5. Memasang sistem proteksi yang handal agar lebih
mampu melindungi transformator dari kerusakan,
sehingga transformator dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. SPLN D3.002-1 Spesifikasi


Transformator Distribusi Bagian 1 :
Transformator Fase Tiga dan Tranfosmator
Fase Tunggal. Jakarta : PT. PLN (Persero)

Anonim. 2012. Instruction Manual : High


Voltage Insulation Tester . Tokyo, Japan:
KYORITSU ELECTRICAL INSTRUMENTS
WORKS, LTD.

Anonim. 2016. Mekanisme Prosedur


Komisioning dan SLO. Jakarta : PT. PLN
(Persero).

Anonim. 2016. Komisioning Gardu Induk


Bagian 1 : Manajemen Komisioning. Jakarta
: PT. PLN (Persero).

Sastrodinoto, Koesaeni. Et al. 1982. SPLN


49-1 Minyak Isolasi Bagian 1 : Pedoman
Penerapan Spesifikasi dan Pemeliharaan
Minyak Isolasi. Jakarta : Departemen
66

Pertambangan dan Energi Perusahaan


Umum Listrik Negara.

Wibowo, Ratno. Et al.. 2010. Buku 4 :


Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta : PT.
PLN (Persero).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LEMBAR REVISI
LEMBAR REVISI

Dengan ini dinyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul:

KOMISIONING PEMASANGAN BARU


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 630 kVA
SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

Oleh:

Fariza Amalia NIM : C010316067


Ficha Meilawaty Choir NIM : C010316068

Telah dilakukan dalam sidang tugas akhir dan telah


dilaksanakan revisi

Banjarmasin, 26 Juli 2019

Ketua Penguji,

Setia Graha, ST., MT


NIP. 19610928198031001

Penguji 1 Penguji 2

Ir. Paliling., MT Ir. Puhrani Burhan., MT


NIP. 196308151992031003 NIP. 196103091995031001
LAMPIRAN 2
LEMBAR KONSULTASI DOSEN PEMBIMBING
LAMPIRAN 3
DATA GANGGUAN TRAFO AREA BANJARMASIN
LAMPIRAN 4
DATA TRAFO KONTAK
LAMPIRAN 5
SINGLE LINE BEBAN TRANSFORMATOR 630 kVA
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
LAMPIRAN 6
CONTOH HASIL PENGUJIAN OLI
LAMPIRAN 7
SPLN MINYAK ISOLASI
LAMPIRAN 8
SPLN VEKTOR DAYA
LAMPIRAN 9
SPESIFIKASI TRANSFORMATOR TRAFINDO
LAMPIRAN 10
FOTO-FOTO KEGIATA

Anda mungkin juga menyukai