1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa setiap jenis biaya akan dinaikkan
jumlahnya pada tingkat kenaikan yang relatip sama tanpa memperhatikan
kebutuhan yang seharusnya. Cara membuat anggaran dengan pendekatan ini
adalah mengidentifikasi seluruh jenis belanja yang akan dilaksanakan oleh
organisasi. Ciri-ciri pendekatan tradisional adalah :
a. Disusun berdasrkan daftar belanja yang akan dilakukan oleh organisasi
sehingga bentuknya terlihat seperti daftar pos-pos belanja suatu organisasi.
b. Bertujuan membatasi pengeluaran atau mengendalikan belanja organisasi.
c. Umumnya bersifat inkremental.
Contoh :
Anggaran Untuk Polres Damai, dimana belanja gaji diperinci menjadi :
Per Orang Jumlah Total
Belanja Gaji :
1. Kepala Polisi 3.000.000 3.000.000
2. Kapten Polisi 2.000.000 4.000.000
3. 8 Staf Administrasi 1.000.000 8.000.000 15.000.000
Belanja Persediaan
Persediaan Kantor 4.000.000
Peralatan Kebersihan 2.000.000
Bahan Bakar 9.500.000
Seragam 2.000.000
Lain-Lain 1.000.000 18.500.000
Belanja Makanan 7.500.000
Belanja Perjalanan 5.600.000
Belanja Lain-Lain 1.400.000
Total Anggaran 48.000.000
26
Pada Kasus ini, Eksekutip dapat memiliki kebebasan dalam realisasi anggaran
selama jumlah dalam anggaran tidak terlampaui. Manajemen tidak memiliki
kebebasan untuk menentukan sendiri alokasi anggaran tersebut.
2. Pendekatan kinerja
Pendekatan ini menggeser pendekatan yang sebelumnya berfokus pada pos-
pos belanja beralih pada kinerja terukur dari program kerja.
Karateristik utama dari pendekatan ini :
1. Mengelompokkan anggaran berdasarkan program atau aktivitas
2. Setiap program atau aktivitas dilengkapi dengan indikator kinerja yang
menjadi tolak ukur keberhasilan.
3. Pada tingkat yang lebih maju, pendekatan ini dicirikan dengan diterapkanya
unit coting untuk setiap aktifitas. Dengan demikian, total anggaran untuk
satuan organisasi adalah jumlah dari perkalian biaya standar per unit dengan
jumlah unit aktifitas yang diperkirakan pada periode mendatang.
27
Contoh anggaran kinerja :
Anggaran Polres
Anggaran Realisasi Indikator
Kinerja
1.Pengamanan Lantas Tingkat
kecelakaan
laulintas dan
kemacetan
menurun 50%
Belanja Gaji 6.000.000 7.000.000
Belanja Peralatan 7.500.000 7.000.000
Belanja Makanan 1.500.000 1.500.000
Belanja Perjalanan 4.000.000 3.900.000
Jumlah 19.000.000 19.400.000
2. Diklat Pengembangan
kemampuan
personel yang
berkelanjutan
Belanja gaji 2.000.000 1.000.000
Belanja peralatan 2.000.000 2.000.000
Belanja makanan 4.500.000 5.000.000
Belanja lain-lain 1.000.000 1.100.000
9.500.000 9.100.000
Indikator Kinerja
Dapat diartikan sebagai ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan
memperhitungkan indikator masukan, keluaran, manfaat dan dampak.
28
dana, Sumber daya manusia, material, waktu, kebijakan dan lain-lain yang
digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan.
Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan dapat berupa fisik atau non fisik.
Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan,
Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positip maupun negatip
terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asusmsi yang telah ditetapkan.
29
Indikator tersebut dapat dicapai secara rasional tanpa mengurangi tingkat
tantanga yang seharusnya
4. Relevan
Indikator kinerja harus terkait aspek relevan
5. Timebound
Indikator yang ditetapkan dimungkinkan untuk diukur dalam perspektip waktu
tertentu yang telah ditetapkan.
Konsep PPBS
Perencanaan
Analisis
Mengukur dan
Pembuatan Program
mengkalkulasikan hasil Pengambil-
an
Informasi Keputusan
Informasi
Implementasi
Informasi
PeNGANGGARAN
30
dievaluasi secara ekplisit. Dalam bentuk kuatittatif sepanjang memungkinkan
dan secara naratif di semua kasus.
2. PPBS mengasumsikan bahwa semua program akan dievaluasi secara tahunan .
Jadi program yang jelek akan dibuang dan program yang baru ditambahkan
3. Keputusan mengani program pada pendekatan ini dibuat pada tingkat
manajemen puncak untuk tujuan harmonisasi dan kesesuain dengan rencana
strategis , kemudian unit organisasi dibawahnya diharapkan menyesuaikan
aktivitas mereka untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang telah disepakati.
Keterbatasan PPBS
1. Cukup sulit membuat pernyataan yang bermakna mengenai tujuan dan sasaran
pemerintah yang dapat disetujuai secara bersama oleh mereka yang
berkepentingan , tanpa memedulikan betapa bernilai dan bermaknanya
pernyataan tersebut.
2. Pengukuran yang bersifat objektip lebih menjadi masalah dalam PPBS
dibandingkan dalam pendekatan kinerja sebab biaya dan manfaat dalam
beberapa periode harus dapat diperkirakan.
3. PPBS berfokus pada program yang selaras dengan perencanaan strategis .
Fokus ini seringkali berbeda dengan unit organisasi yang mempunyai
paradigma tradisonal baik legislatif maupun eksekutip. Kemudian para pejabat
ini melihat PPBS sebagai ancaman terhadap kekuasaan mereka dalam
membelanjakan anggaran.
Keuntungan ZBB
1. Tidak tercipta asusmsi bahwa alokasi sumberdaya periode yang lalu akan selalu
diterapkan sama pada periode sekarang. Dengan demikian organisasi membuat
review secara tahunan dari semua program, aktifitas dan pengeluaran.
31
2. Menghemat biaya dengan menghilangkan program yang sudah tidak diperlukan
3. Memfokuskan pehatian pada biaya dan manfaat dari jasa yang diberikan
4. Meningkatkan kemampuan manajemen guna merencanakan dan mengevaluasi
5. Memberkan justifikasi yang lebih baik untuk penyediaan anggaran.
Kelemahan ZBB
1. Memerlukan banyak sumber daya seperti dokumen-dokumen menyita banyak
waktu dari staf dan merepotkan karena harus mengidentifikasi dan membuat
rangking dari unit unit keputusan.
2. Sulit untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menghitung biaya dari
aktivitas laternatif untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Ada faktor-faktor lain misalnya pemerintah memutuskan secra resmi untuk
tetap meyediakan sejumlah tertentu dari anggaran untuk jasa tertentu walupun
ZBB merekomendasikan bahwa jasa tersebut duhapus saja.
32