Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

http://ojs.stikessorong.ac.id

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Preoperasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi
Elektif Mayor di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun 2019

Hardono1., Agil Faliandra2., Dian Arif W3., Ikhwan A4


Program Studi Ilmu Keperawatan ,Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu , Lampung, Indonesia,
hardonoaisyah2009@gmail.com; jamanuap19@gmail.com; dianarief31@gmail.com;ikhwan.amirudin@ui.ac.id

ABSTRAK

Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang sarat akan ketegangan (stress). Klien yang mengalami
pembedahan umumnya mengalami kecemasan yang dapat menimbulkan stress sehingga memicu terjadinya
stress dan peningkatan tekanan darah yang akan berdampak pada penundaan operasi. Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi Elektif Mayor di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu. Metode penelitian ini
menggunakan desain Quasi Experiment dengan pendekatan One group pretest Posttest without control.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien preoperasi Elektif Mayor di RSKB Kurnia Medical Center. Tekhnik
sampling yang digunakan adalah Quota samplingdengan sampel sebanyak 64 responden. Analisis univariat
diketahui rata-rata tingkat kecemasan pasien sebelum intervensi adalah 39,53 dan rata-rata tingkat kecemasan
pasien setelah intervensi adalah 34,63. Analisa bivariat menggunkan paired test diketahui ada pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi Elektif Mayor dengan p-value sebesar
0,000. Diharapkan dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang akan menajalani prosedur
operasi dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

Kata kunci : pendidikan kesehatan, preoperasi,kecemasan


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelayanan yang prima merupakan tuntutan dari kalangan pasien maupun keluarga pasien saat menjalani
proses perawatan di Rumah Sakit. Kebutuhan keselamatan dan keamanan menjadi permasalah yang sering
ditemui pada pasien yang menjalani proses perawatan (25). Kebutuhan keselamatan dan keamanan berkaitan
erat dengan kecemasan yang dirasakan pasien. Kecemasan adalah hal yang normal bagi semua manusia, akan
tetapi menjadi tidak normal bila berlebihan dan mengakibatkan gangguan fisik, psikis, dan sosial (24).
Kecemasan muncul akibat peristiwa traumatik yang dialami individu yang mengalami, menyaksikan atau
menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang menegangkan melibatkan kematian aktual atau ancaman
kematian atau cidera serius atau ancaman integritas fisik diri sendiri seperti operasi atau pembedahan.(32)
Kecemasan sebelum operasi merupakan respon antisipasi yang muncul akibat mengalami sesuatu yang
dianggap pasien sebagai ancaman terhadap peranya dalam hidup, integritas tubuh, bahkan kehidupanya itu
sendiri seperti contoh dalam hal pembedahan. Pembedahan merupakan suatu stressor yang dapat menimbulkan
stres fisiologis dan stress psikologis sehingga dapat menimbulkan permasalahan pada pasien yang akan
menjalani operasi dan perawatan setelah operasi berikutnya. Permasalahan keperawatan yang berhubungan
dengan klien yang akan menjalani prosedur pembedahan yaitu kecemasan (32). Pembedahan elektif maupun
kedaruratan yang sifatnya mayor merupakan peristiwa komplek yang menegangkan sehingga selain mengalami
gangguan fisik akan memunculkan pula masalah psikologis seperti kecemasan. Prosedur pembedahan tersebut
akan selalu didahului dengan reaksi emosional dari pasien, diantaranya adalah kecemasan (4). Salah satu cara
untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan preoperatif ini akan membantu mengurangi rasa takut akibat ketidaktahuan klien dan keluarga dan
akan mengurangi masa rawat di rumah sakit, mengurangi penggunaan analgesic, pascaopertif, dan klien dapat
mematuhi aturan pasca operatif (25). Pendidikan kesehatan preoperatif merupakan standar perawatan

70 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

preoperatif dan harus dilaksanakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pendidikan kesehatan yang
biasa dilakukan perawat meliputi edukasi informal maupun terstruktur. Pendidikan kesehatan preoperasi yang
terstruktur merupakan prosedur standar yang efektif menurunkan kecemasan sebelum pembedahan selain itu
edukasi dan informasi yang didapatkan individu sebelum operasi mampu meningkatkan pemulihan terutama
pada individu yang membutuhkan support atau yang tidak dapat melakukan pergerakan dengan baik (15).
Kecemasan pada pasien pre operasi akan berdampak pada jalannya operasi, pasien dengan riwayat
hipertensi yang mengalami kecemasan akan berdampak pada sistem kardiovaskuler dan dapat menyebabkan
terjadinya penundaan operasi. Peningkayan tekanan darah pada pasien pre operasi merupakan salah satu alasan
utama pembatalan dan penundaan operasi karena mahalnya biaya operasi dan pasien menolak. Penundaan
operasi elektif selain meningkatkan kejadian kematian juga dapat meningkatkan resiko operasi ulang,
memerlukan perawatan intensif (ICU), dan komplikasi post operasi yang meningkat. Mortalitas untuk pasien
operasi dengan penundaan dengan waktu lebih dari 48 jam terjadi peningkatan kematian dari 7% menjadi 15,8%
(29).
Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan November 2018 pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu, didapatkan hasil dari 10 responden
didapatkan 4 responden mengatakan tidak mengetahui tentang prosedur tindakan pembedahan maupun
persiapan yang harus dilakukan sebelum menjalankan operasi. Hasil observasi kecemasan juga didapatkan
bahwa 3 pasien mengalami kecemasan ringan dan 7 pasien lain mengalami kecemasan sedang. Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “pengaruh pendidikan kesehatan
preoperasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif elektif mayor di RSKB Kurnia Medical Center
Pringsewu”.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain Quasi experiment. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pasien yang melakukan operasi elektif mayor di RSKB Kurnia. Jumlah sampel yang digunakan 40
responden. Pengumpulan data dengan memberikan Kuisioner tingkat kecemasan SAS/SARS (Zung Self-Rating
Anxiety Scale) dan memberikan perlakuan pendidikan kesehatan kepada pasien preoperasi.Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari
sampai Februari 2019 di RSKB Kurnia. Analisa data menggunakan uji t-Test.

HASIL

1. Karakteristik Responden
a. Umur responden
Tabel 1
Distribusi RespondenBerdasarkan Usiadi RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu
Usia Jumlah Persentase
Dewasa Awal (18-40 tahun) 2 5
Dewasa akhir (40-60 tahun) 32 80
Lanisa( >60 tahun) 6 15
40 40 100

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar responden berusia Dewasa Akhir dengan jumlah 32
responden atau sebanyak 80%.

b. Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu

Jeniskelamin Jumlah Presentase


Laki-laki 34 85
Perempuan 6 15
Jumlah 40 100

71 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar responden di berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 34 responden (85%).

c. Tingkat Pendidikan
Tabel 3
DistribusiFrekuensitingkat pendidikan di RSKB
Kurnia Medical Center Pringsewu

Pendidikan Jumlah Presentase


SD 23 57,5
SMP 11 27,5
SMA 5 97,5
Perguruan Tinggi 1 2,5
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar SD yaitu sebanyak
23 responden (57,5%).

d. Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi

Tabel 4
Distribusifrekuensi tingkat kecemasan sebelum intervensi di RSKB Kurnia Medical Center
Kecemasan Jumlah Presentase
Normal 19 47,5
Cemas Ringan 14 35,0
Cemas Sedang 7 17,5
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 responden
(47,5%), responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 14 responden (35%) dan respondan yang
mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 responden (17,5%).

e. Kecemasan Setelah Intervensi


Tabel 5
Distribusifrekuensitingkat kecemasan setelah intervensi di RSKB Kurnia Medical Center
Kecemasan Jumlah Presentase
Normal 33 82,5
Cemas Ringan 5 12,5
Cemas Sedang 2 5,0
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5 diketahui responden yang tidak mengalamai kecemasan sebanyak 33 responden
(82,5%), responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 5 responden (12,5%) dan respondan yang
mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 responden (5,0%).

72 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

2. Analisa Univariat

a. Rata-rata kecemasan Sebelum Intervensi


Tabel 6
Rata-ratakecemasan pasien sebelum pendidikan kesehatan di RSKB Kurnia Medical Center
Pringsewu
Variabel Mean Median Min Max
Kecemasan 39,53 45,00 22 63

Berdasarkantabel 6 terlihat rata-rata kecemasan pasien sebelum dilakukan pendidikan kesehatan


adalah 39,53, nilai kecemasan minimal pasien 22 dan nilai maksimal pasien adalah 63.

b. Rata-rata kecemasan sesudah Intervensi


Tabel 7
Rata-rata kecemasan pasien setelah pendidikan di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu

Variabel Mean Median Min Max


Kecemasan 34,53 29,00 21 60

Berdasarkan tabel 7 terlihat rata-rata kecemasan pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
adalah 34,53, nilai kecemasan minimal pasien 21 dan nilai maksimal pasien adalah 60.

3. Analisa Bivariat

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Preoperasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif
Elektif Mayor Di RSKB Kurnia
Medical Center Pringsewu

Mean N SD SE P-Value
Pre 0,70 40 0,758 0,120
0,001
Post 0,2250 40 0,53048 0,08388

Berdasarkan tabel 9 hasil ujistatistik diketahui bahwa p-valueyaitu 0,001<0,05 (p-value<0,05),


sehingga Ho ditolak. Hal inimenunjukanbahwaterdapatpengaruh pendidikan kesehatan preoperasi
terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif elektif mayor di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu
Tahun 2019.

PEMBAHASAN

Kecemasan Sebelum Intervensi


Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata kecemasan yang dialami pasien preoperasi sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan di RSKB Kurnia Medical Center adalah sebesar 39,53. Nilai kecemasan
minimal pasien 22 dan nilai maksimal pasien adalah 6
Menurut (25) pengalaman masa lalu klien atau pengetahuan klien tentang bedah mempengaruhi kondisi
fisik maupun psikologis saat prosedur operasi akan dilakukan. Klien yang belum mempunyai pengalaman atau
pengetahuan tentang bedah kemungkinan mempunyai persepsi yang berbeda dengan orang yang sudah pernah
mengalaminya.
Responden mempunyai pengetahuan ataupun pengalaman tentang pembedahan cenderung memiliki
kontrol terhadap kecemasan lebih baik dibandingkan dengan responden yang belum memiliki pengalaman serat
pengetahuan yang baik tentang proses pembedahan.

73 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

Kecemasan Seteleh Intervensi


Berdasarkan analisa univariat terlihat bahwa rata-rata kecemasan pasien preoperasi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan di RSKB Kurnia Medical Center adalah 34,53. Nilai kecemasan minimal pasien 22 dan
nilai maksimal pasien adalah 63
Pendidikan kesehatan preoperasi memiliki manfaat yang sangat positif untuk pasien, baik dalam
mempersiapkan mental sebelum dilakukannya pembedahan itu sendiri ataupun mempersiapkan pasien pada post
operasi. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan pre operasi tentang perilaku yang diharapkan dilakukan oleh pasien
pada preoperasi, yang diberikan melalui format yang sistematik dan terstruktur sesuai dengan prinsip-prinsip
belajar mengajar, mempunyai pengaruh yang positif bagi pemulihan pasien(25).
Disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang tidak tersusun secara sistematis atau terstruktur tidak
memiliki pengaruh terhadap penurunan kecemasan pasien sebelum operasi karena informasi yang disajikan
tidak lengkap akan menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran tentang bagaimana sensasi yang akan dirasakan
waktu pembedahan dan setelah pembedahan.

Pengaruh pendidikan kesehatan preoperasi terhadap tingkat kecemasan


Hasil penelitian diketahui bahwa p-value yaitu 0,001<0,05 (p-value<0,05). Hal ini menunjukan bahwa
terdapat Pengaruh pendidikan kesehatan preoperasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif elektif
mayor di RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu. Menurut (13); (23); (18) kecemasan adalah suatu respon
yang pertama muncul yang menandakan sesuatu yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya disertai
respon otonom atau tidak diketahui sumbernya dimana setiap orang berbeda-beda dalam menghadapi stimulus
dan perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien. Kecemasan timbul karena ada
stimulus cemas yang di transmisikan berlebihan ke otak oleh karena itu kecemasan dapat memicu beberapa
kondisi tubuh atau respon fisiologis salah satu yang dapat terpicu oleh respon kecemasan ini adalah system
kardiovaskuler bentuk responya seperti: jantung berdebar, tekanan darah meningkat, dan lainya. Itu merupakan
salah satu contoh respon fisiologi sterhadap kecemasan.
Sebagai contoh kasus, kecemasan ini dapat muncul ketika seseorang akan menjalani operasi dalam hal ini
operasi elektif mayor dimana persepsi serta pengetahuan klien tentang pembedahan dapat mempengaruhi
kondisi fisik dan psikologisnya saat prosedur pembedahan dilakukan. Orang yang belum mempunyai
pengetahuan atau pengalaman tentang pembedahan kemungkinan untuk mengalami kecemasan sangat tinggi
dibandingkan dengan orang yang sudah memilikinya (25).
Menurut (13) Manfaat pendidikan preoperasi adalah bagian penting asuhan keperawatan, penelitian telah
membuktikan bahwa pendidikan preoperasi dapat menurunkan kecemasan dan komplikasi pasca operasi serta
meningkatkan kepuasan klien dalam pengalaman pembedahan. Disamping teori diatas ada beberapa penelitian
yang memperkuat bahwa tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi bisa diatasi dengan
pemberian pendidikan kesehatan(.2). Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Kecemasan pasien preoperasi
menurun seiring diberikannya pendidikan kesehatan(11).
Pemberian pendidikan kesehatan yang terstruktur dinilai merupakan salah satu cara untuk setidaknya
menjadi alat penurun tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi karena pada umumnya pasien
yang masuk dan akan menjalani pembedahan belum atau tidak tahu tentang prosedur pembedahan

KESIMPULAN

Karakteristik responden menurut umur sebagian besar responden berusia dewasa akhir, sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki dan sebagian besar responden berpendidikan dasar SD. Ada pengaruh
antara pendidikan kesehatan preoperasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif elektif di RSKB Kurnia
Medical Center Pringsewu. diharapkan untuk tindakan pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur
operasi dapat melaksanakan secara terstruktur kepada pasien yang akan menjalani operasi elektif, sebagai upaya
dalam menurunkan kecemasan pasien, dan tindakan ini direkomendasikan untuk dapat diterapkan kepada pasien
yang akan menjalani tindakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ali Z. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi. Kesehatan. Jakarta: Trans info
Media. 2010

74 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Oktober 2019) e-ISSN 2686-5084

2. Arif K. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Preoperasi tehadap Tingkat Kecemasan Pada pasien
Preoperasi Hernia di RSUD Kudus. 2012
3. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.Rineka Cipta. 2010
4. Carpenito LJ. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan). Ed 6. Jakarta: EGC.
2010
5. Departemen Kesehatan. RI. .http:/kemenkes.go.id. 2014
6. Dharma KK. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
Penelitian, Jakarta, Trans Info Media 2011.
7. Fitriani S. Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu 2011
8. Hastono SP. Statistik Kesehatan. Raja Grafindo. EGC. Jakarta. 2010
9. Hubner KF, McDonald TW, Niethammer JG, et al. Assessment of primary and metastatic ovarian
cancer by positron emission tomography PET using 2-[18F]deoxyglucose 2-[18F]FDG. Gynecol
Oncol, 1993; 51:197–204.
10. Long BC. Perawatan medikal bedah, Vol 2. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Padjajaran. 2013
11. Lukman. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Kecemasan Pasien Preoperasi di Rumah Sakit dr.
Mohammad Hosein Palembang tahun 2010.
12. Kelana K. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
Penelitian, Jakarta, Trans Info Media. 2011
13. Kozier B. Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, & Praktik. EGC, Jakarta. 2010
14. Machfoed I. pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan, Yogyakarta, Fitramaya. 2006
15. McDonald, JW. dan Sadowsky C. Spinal-Cord Injury. Lancet. 2;359(9304),417-25. 2008. doi :
10.1016/S0140-6736(02)07603-1
16. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulaplus, Jakarta. 2010
17. Mesah B. Pengaruh Terapi Religius terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Mahdi Rahayu Kudus tahun 2009.
18. Nasir A. & Muhith A. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta. 2011
19. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Renika Cipta, Jakarta. 2010
20. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Renika Cipta, Jakarta. 2012
21. Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta.
Salemba. 2011
22. Nursalam. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik. Jakarta. Salemba. 2011
23. Nursalam.). Metedologi Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba; 2013
24. Pieter HZ., Janiwarti B. & Saragih M. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencan
2011
25. Potter PA. & Perry AG. Fundamental of Nursing. Fundamental Keperawatan. Selemba Medika.
Jakarta. 2010
26. Potter PA & Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed 4. Jakarta : EGC. 2006
27. Purwaningsih. Derajat Kecemasan Pasien dengan Tindakan Operatif Dapat Diminimalisir dengan
Persiapan yang Matang. Jakarta : EGC. 2012
28. Profil Rumah Sakit Khusus Bedah Kurnia Medical Center. Pringsewu. 2018
29. Rondhianto. Perawatan Post Anestesi di Ruang Pemulihan(RecoveryRoom). http://Keperawatan-
perioperatif.htm.. 2008
30. Sjamsuhidajat, R dan De Jong Wim (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005
31. Sjamsuhidajat, R & Wim, de J. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 3. Jakarta: EGC. 2011
32. Smeltzer CZ & Bare BG. Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner & Suddarth. EGC, Jakarta. 2010
33. Soemarmo M. Dasar-dasar neuropsikologis klinis. Jakarta. Cv. Sagung seto. 2009
34. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2012
35. Suryani E. & Machfoedz IPendidikan Kesehatan Bagian Dari PromosiKesehatan. F Tranaya :
Yogyakarta. 2006
36. Tarwoto, Wartonah.. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. SalembaMedika, Jakarta.
2011

75 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Anda mungkin juga menyukai