Anda di halaman 1dari 16

A.

PENDAHULUAN
Secara umum kitosan yang merupakan biopolimer daoat digunakan dalam sistem
nanopartikel. Kitosan termasuk dalam golongan polisakarida alam dengan nama lain
[β(1→4) glukosamin (2-amino-2-deoksi-d-glukosa)N-asetil-d-glukosamin(2-asetamido-
2-deoksi-dglukosa)]. Kitosan memiliki sifat yang berguna untuk sebuah penelitian, sifat-
sifat tersebut antara lain antimikroba, wound healing, tidak beracun, murah,
biokompatibel, dapat dibiodegradasi, dan larut akuades Kitosan memiliki potensi yang
dapat digunakan sebagai bahan eksipien atau gugus pembawa (Yuwono, dkk., 2015).
Sifat dari kitin tidak larut dalam sebagian besar pelarut, tetapi kitosan memiliki sifat larut
dalam sebagian besar larutan asam organik, jika larutan asam organik yang digunkan
sebagai pelarut memiliki pH kurang dari 6,5. Larutan asam organik yang digunakan
sebagai pelarut antara lain asam format, asetat, tartrat, dan sitrat, tetapi kitosan tidak larut
dalam asam fosfat dan asam sulfat. Berat molekul (BM) dan derajat deasetilasi (DD)
adalah faktor utama yang memengaruhi ukuran partikel, pembentukan partikel, dan
agregasi dari suatu molekul termasuk kitosan (Tiyaboonchai, 2003).

Gambar 1. Struktur kitosan (Rismana, dkk., 2014).

Pengolahan kitosan menjadi nanopartikel memungkinkan kitosan berfungsi


sebagai penghantar senyawa farmasi atau obat yang lebih efektif. Menurut Tiyaboonchai
(2003), keterbatasan efektivitas obat disebabkan karena kemampuannya untuk mencapai
sisi aksi terapeutik. Sebagian besar obat dengan bentuk dosis konvensional, tetapi hanya
sebagian kecil dosisnya akan mencapai sisi target, sedangkan sisa dari dosis yang telah
mencapai sisi target akan terdistribusi ke bagian tubuh lain sesuai dengan sifat
fisikokimia dan biokimia dari obat yang dibuat.

Bahan dengan ukuran partikel pada skala nanometer merupakan definisi dari
nanopartikel. Ukuran partikel di atas 100 nm dari beberapa bahan nanopartikel yang telah
berhasil disintesis untuk produk berasal dari bahan alam antara lain dari kurkumin,
paclitaxel dan praziquantel dengan ukuran partikel masing – masing adalah 450 nm,
147,7 nm, dan lebih dari 200 nm, maka nanopartikel dapat didefinisikan sebagai sistem
koloid submikronik (kurang dari 1 µm) (Rismana, dkk., 2014).

Formulasi nanopartikel kitosan dapat dilakukan dengan bahan pembentuk cross-


link natrium tripolifosfat dengan metode ionic gelation. Optimasi nanopartikel kitosan
dapat dilakukan menggunakan desain faktorial dengan dua variabel yaitu pH (4,0 dan
5,0) dan kecepatan pengadukan (350 dan 700 rpm), respon yang diamati dalam optimasi
nanopartikel kitosan adalah loading capacity. Nanopartikel yang telah terbentuk
kemudian dievaluasi ukuran partikel dan zeta potensialnya (Efiana, dkk., 2013).

Metode gelasi Ionik merupakan metode yang melibatkan proses sambung silang
antara polielektrolit dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik diikuti
dengan kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit yang berlawanan. Pembentukan
ikatan sambung silang memilki fungsi yang akan menyebabkan kekuatan mekanis dari
partikel yang terbentuk semakin kuat (Park, dkk., 2007). Kitosan yang merupakan
polimer kationik dapat bereaksi dengan anion multivalen seperti tripolifosfat (Mohanraj
dan Chen, 2006).

Potensial zeta berfungsi sebagai karakterisasi sifat dari muatan permukaan


nanopartikel yang berkaitan dengan interaksi elektrostatik dari nanopartikel.
Kecenderungan agregasi dan tolak menolak dapat ditentukan menggunakan interaksi
elektrostatik. Potensial zeta merupakan suatu ukuran muatan dari medium pendispersi
yang memiliki permukaan partikel. Muatan potensial zeta partikel idealnya harus lebih
tinggi daripada medium pendispersi dengan tujuan mencegah agregasi (Vaughn dan
Williams, 2007). Nanopartikel yang memiliki nilai potensial zeta lebih kecil dari -30 mV
dan lebih besar dari +30 mV akan memiliki stabilitas lebih tinggi (Murdock et al., 2008).
Sistem dispersi dengan nilai zeta potensial yang rendah akan lebih mudah untuk
membentuk agregat seiring dengan gaya Van der Waals dalam interaksi partikel
(Nanocomposix, 2012).

Aplikasi teknologi nano dalam bidang farmasi memiliki berbagai keunggulan


antara lain dapat meningkatkan kelarutan senyawa, mengurangi dosis pengobatan dan
meningkatkan absorbsi. Oleh karena itu pengaplikasian bahan nanopartikel sangat banyak
diapikasikan sebagai bahan penghantar obat (Rismana, dkk., 2014).

B. METODE GELASI IONIK UNTUK PEMBUATAN NANOPARTIKEL KITOSAN

Metode yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel kitosan adalah metode


gelasi ionik. Metode ini dapat dilakukan dengan cara kitosan dilarutkan dalam larutan
asam encer, hal ini bertujuan untuk memperoleh kation kitosan yang berupa gugus amin.
Gugus amin yang diperoleh memiliki muatan positif, muatan positif inilah yang akan
bertaut silang dengan gugus negatif dari polianion NaTPP. Ikatan silang yang antara
muatan positif dari gugus amin dengan gugus negatif dari polianion NaTPP yang bertaut
akan menghasilkan bentuk kompleksasi antara muatan yang berbeda. Kompeksasi antara
muatan yang berbeda menyebabakan nanopartikel kitosan yang dihasilkan akan lebih
stabil (Putri, dkk., 2018).

Gambar 2. Crosslink kitosan-TPP dengan menggunakan metode gelasi ionik (Husniati


dan Eva, 2014).

Ikatan silang secara fisik melalui interaksi elektrostatik merupakan cara alternatif
dari ikatan silang secara kimia telah diterapkan untuk menghindarki dari kemungkinan
toksisitas dari pereaksi dan akibat lain yang tidak dikehendaki. Mekanisme untuk
membentuk nanopartikel kitosan dapat digunakan metode gelasi ionik berdasarkan
interaksi elektrostatik antara grup amina kitosan dengan grup muatan negatif polianion
seperti TPP. Metode gelasi ionik dapat digunakan untuk penentukan morfologi dari
nanopartikel kitosan. Pembuatan kompleks TPP-kitosan dibuat dengan langkah yang
pertama dalam larutan TPP diteteskan droplet kitosan. Kemudian, kitosan dilarutkan
dalam larutan asam encer, yang diperoleh dari pelarutan kitosan adalah kation kitosan.
Kemudian larutan polianionik TPP ditambahkan dengan cara di teteskan ke dalam kation
kitosan sambil diaduk. Kitosan mengalami gelasi ionik dan presipitasi membentuk
partikel bulat seperti bola, merupakan akibat dari kompeksasi antara muatan yang
berbeda. Nanopartikel dapat terbentuk secara spontan saat terjadi pengadukan mekanis
pada suhu kamar. Ukuran dan muatan permukaan partikel dapat dimodifikasi dengan cara
memvariasi rasio dari kitosan terhadap bahan penstabil (stabilizer) (Irianto dan Ijah,
2011).

Pembuatan nanopartikel kitosan dibuat menggunakan bahan kitosan 0,2% b/v


yang dilarutkan dalam asam asetat 0,2 M, kemudian larutan ini difiltrasi menggunakan
kertas whatman 42. NaTPP 0,1% b/v dan tween 80 0,1% v/v ditambahkan ke dalam
filtrat kitosan dengan perbandingan 5:1:0,05. Proses gelasi berlangsung kurang lebih
selama 2 jam dengan pengadukan konstan pada suhu ruang, pengadukan dapat dilakukan
menggunakan magnetic stirrer, kemudian larutan yang telah diaduk dikeringkan
menggunakan spray dryer dari larutan yang telah kering akan diperoleh serbuk nano
partikel kitosan yang disebut NT 345. Proses pembuatan dilakukan dalam dua kali
ulangan (Husniati dan Eva, 2014).

Kitosan 0,2% b/v


Dilarutkan
Asam asetat 2M
Difilter

Kertas filter whatman 42

Filtrat kitosan

Ditambahkan
NaTPP 0,1% b/v Tween 80 0,1% v/v

Diaduk

Magnetic stirrer
Dikeringkan

Spray dryer

Serbuk nano partikel kitosan (NT 345)

Gambar 3. Diagram alir metode pembuatan nanopartikel kitosan menggunakan metode


gelasi ionik

Gambar 4. Bentuk morfologi nanopartikel kitosan yang disiapkan dengan metode gelasi
ionik (Irianto dan Ijah, 2011).

C. KARAKTERISASI NANOPARTIKEL KITOSAN

Nanopartikel kitosan (NT 345) yang terbentuk dapat diamati ukuran dan stabilitas
zeta potensialnya menggunakan peralatan Particle Size Analyzer (PSA) dan zetasizer.
Bentuk partikel dan komposisi kimianya diamati menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM) (Husniati dan Eva, 2014).
1. PSA
Rentang ukuran nanopartikel antara 10 sampai dengan 1000 nm, jika dalam
suatu percobaan didapatkan ukuran partikel antara 10 nm sampai 1000 nm, maka
partikel tersebut dapat diklasifikasikan sebagai nanopartikel. Pengaruh penggunaan
kitosan yang berlebih dalam pembuatan nanopartikel menyebabkan ukuran partikel
semakin besar, hal ini dikarenakan zat aktif yang bereaksi dengan kitosan sedikit,
sehingga sisa kitosan yang tidak bereaksi akan mengikat kembali zat aktif sehingga
menyebabkan ukuran partikel semakin besar (Napsah dan Iis, 2014).
Partikel dengan ukuran kurang dari 400 nm mempunyai kemampuan yang
baik untuk bahan pembuatan penghantar obat (Efiana, dkk., 2013). Terdapat faktor
yang mempengaruhi ukuran partikel yang terbentuk selain metode pembuatannya,
faktor lainnya antara lain; perbandingan antara jumlah kitosan dan TPP yang
digunakan, perbandingan antara jumlah kitosan dengan obat (yang akan
terenkapsulasi di dalamnya) dan faktor pH (Efiana, dkk., 2013).
Dalam suatu penelitian yang telah dilakukan didapatkan. Nanopartikel kitosan
yang diukur memiliki diameter rata-rata 290,3±52,6 nm (n=3), dengan
polidispersibility index sebesar 0,296 (Efiana, dkk., 2013).

Gambar 5. Nanopartikel kitosan dengan diameter rata-rata: 290,3±52,6 nm (n=3)


(Efiana, dkk., 2013).
Polydispersity Index (PDI) merupakan tingkat kehomogenan partikel dengan
nilai PDI berkisar antara 0,01-0,07, nilai PDI tersebut menunjukkan bahwa
nanopartikel yang dihasilkan memiliki tingkat homogenitas yang baik atau dapat
disebut monodispers. Nanopartikel yang memiliki nilai PDI yang melebihi dari 0,7
merupakan nanopartikel yang memiliki distribusi ukuran partikel yang luas atau
kurang homogen (Putri, dkk., 2018).

Stabilitas dari partikel dapat ditunjukan dari kehomogenan ukuran


nanopartikel. Semakin homogen maka semakin stabil partikelnya. Dapat dikatakan
bahwa sintesis nanopartikel kitosan pada penelitian ini telah berhasil (Putri, dkk.,
2018).

2. Zetasizer

Potensial zeta berfungsi untuk melihat stabilitas nanopartikel, karena


perbedaan muatan antar partikel akan mempengaruhi gaya tolak menolak antar
partikel. Suatu nanopartikel harus memiliki zeta potensial lebih dari ±30 mV untuk
memeroleh koloid nanopartikel yang stabil (Napsah dan Iis, 2014).

Pengukuran zeta potensial dengan menggunakan zeta size analyzer, hasil dari
pengukuran zeta potesial dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil pengukuran yang telah
diperoleh menunjukkan muatan nanopartikel dengan zeta potensial secara rata-rata
sebesar +50,8±4,8mV. Nilai parameter tersebut termasuk dalam kategori rentang
normal untuk zeta potensial dari nanopartikel kitosan yang dibuat dengan metode
gelasi ionik dengan TPP sebagai agen ikatan silang. Nilai parameter zeta potensial
dapat dikatakan normal saat nilainya berkisar antara +25mV hingga +54mV.
Stabilitas partikel suatu dispersi cair juga dipengaruhi oleh muatan, pengaruh dari
muatan tersebut memengaruhi gaya tolak-menolak antar partikel. Suatu sistem akan
semakin stabil apabila zeta potensial suatu partikel semakin mendekati nilai nol
(Efiana, dkk., 2013).
Gambar 6. Hasil pengukuran zeta potensial nanopartikel kitosan dengan nilai rata-
rata: +50,8±4,8 mV(n = 3) (Efiana, dkk., 2013).

Stabilitas nanopartikel dapat dievaluasi berdasarkan terbentuk atau tidak


terbentuknya endapan. Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh gaya vertikal (gaya
gravitasi) dan gaya horizontal (gerak Brown). Semakin kecil ukuran partikel, semakin
kecil pula massanya dan semakin kecil pula gaya vertikal atau gaya gravitasinya.
Semakin kecil ukuran, maka permukaan partikel semuakin luas. Hal ini menyebabkan
muatan di permukaan partikel juga semakin besar sehingga gaya tolak-menolak antar
partikel semakin meningkat. Gerakan tidak beraturan yang disebabkan oleh gaya
tolak-menolak antar partikel ini disebut gerak Brown. Gerak Brown akan lebih
dominan dibandingkan gaya gravitasinya ketika formulasi nanopartikelnya stabil.
Suatu sistem akan menjadi stabil jika partikel memiliki zeta potensial di atas +30,
atau di bawah -30 (Efiana, dkk., 2013).

3. SEM

Suatu sampel nanpartikel kitosan yang dianalisis menggunakan SEM jika


memiliki persen (%) nanopartikel tinggi akan menunjukkan bentuk permukaan
partikel yang menyerupai stalaktit dan stalakmit pada goa (Kurniasari dan Sri, 2017).
Gambar 7. Hasil SEM Sampel nanopartikel kitosan dengan perbesaran 5000x tampak
samping (a) dan tampak atas (b) (Kurniasari dan Sri, 2017).

Umumnya pembuatan kitosan berskala mikrometer hingga nanometer dapat


menggunakan metode gelasi ionik. Selama proses dengan metodde gelasi ionik gugus
NH2 dari molekul kitosan diprotonasi hinggak membentuk ion NH 3+. Proses
modifikasi kitosan terdapat interaksi antara ion positif dari gugus amino molekul
kitosan dengan ion negatif dari natrium tripolifosfat pada temperatur ambien
(temperatur lingkungan). Hasil SEM pada suatu sampel dapat ditunjukkan pada
Gambar 8 yang menunjukkan morfologi kitosan termodifikasi dengan gugus
tripolifosfat yang disintesis menggunakan konsentrasi awal kitosan terlarut 0,5 mg/l
dan 3 mg/l berbentuk seperti granula. Kitosan termodifikasi dapat disintesis
menggunakan konsentrasi awal kitosan terlarut sebesar 0,5 mg/l yang memiliki
tingkat aglomerasi yang rendah, sehingga menyebabkan batas antar partikel kitosan
termodifikasi masih dapat dibedakan secara jelas, sedangkan partikel kitosan
termodifikasi yang disintesis dengan konsentrasi awal kitosan terlarut 3 mg/l
berbentuk seperti granula tunggal dengan ukuran yang relatif lebih besar daripada
kitosan termodifikasi yang disintesis pada konsentrasi awal kitosan terlarut 0,5 mg/l
(Setiawan, dkk., 2015).
Gambar 8. SEM partikel kitosan termodifikasi yang di cross-linking dengan natrium
tripolifosfat pada konsentrasi kitosan (a) 0,5 mg/l dan (b) 3 mg/l (Setiawan, dkk.,
2015).
D. APLIKASI

Nanopartikel kitosan dibuat dengan metode gelasi ionik menggunakan natrium


tripolifosfat sebagai ikatan sambung silang memilki keuntungan sebagai preparat yang
sederhana dan ringan, tidak menggunakan pelarut organik yang berbahaya, dan tidak
memerlukan pemanasan yang dapat merusak bahan aktif. Berdasarkan hal ini
nanopartikel kitosan dapat digunakan sebagai obat dengan kategori tidak stabil (Laili,
dkk., 2014).

Pemilihan kitosan sebagai polimer pembawa nanopartikel (nanocarrier) karena


kitosan memiliki sifat yang biokompatibel, biodegradabel, dan tidak toksik. Penggunaan
kitosan sebagai penghantar obat dapat digunakan secara mukoadesif, penggunaan secara
mukodesif karena nanopartikel kitosan memiliki rantai polimer yang bermuatan positif
yang membentuk interaksi elektrostatik dengan mukosa yang bermuatan negatif. Selain
itu, kitosan yang memiliki rantai polimer yang bermuatan positif membentuk interaksi
elektrostatik dengan mukosa yang bermuatan negatif sehingga menimbulkan
peningkatkan penyerapan obat melalui rute paracellular dengan membuka tight junction
sel epitel (Laili, dkk., 2014).

Penggunaan nanopartikel kitosan sebagai pembuatan obat dapat dilakukan dengan


dua cara, cara yang pertama adalah inkorporasi dan cara yang kedua adalah inkubasi.
Cara pertama secara inkorporasi dilakukan selama saat dalam pembuatan nanopartikel.
Sedangkan, dengan cara inkubasi dilakukan setelah nanopartikel telah dibentuk. Maka,
melalui kedua cara ini obat yang telah terbentuk dapat melekat secara fisik maupun
diadsorpsi pada permukaan. Pembuatan obat secara maksimum dengan melalui
inkorporasi obat selama pembuatan partikel, dan proses parameter proses yang
memengaruhi kemampuan pemuatan. Parameter proses dipengaruhi berbagai macam hal
antara lain metode pembuatan, bahan aditif, dan lain-lain. Partikulat berbasis kitosan
dapat memuat obat larut dan obat tidak larut dalam air. Kitosan digunakan untuk material
pembawa karena memiliki basis kompleks polielektrolit. Pelepasan obat dari sistem
partikulat berbasis kitosan tergantung pada tingkat ikatan silang, bentuk morfologi,
ukuran dan densitas dari sistem partikulat, sifat fisikokimia obat, dan adjuvant yang
membantu peningkatan efek obat. Pelepasan obat secara in vitro tergantung pada
berbagai faktor, antara lain pH, polaritas, dan adanya enzim pada media disolusi.
Terdapat tiga mekanisme pelepasan partikulat kitosan, yaitu:

1. Pelepasan dari permukaan partikel


2. Difusi melalui swollen ruberry matrix
3. Pelepasan akibat erosi polimer

Beberapa aplikasi nanopartikel kitosan di bidang farmasi dan biomedik sebagai alat
penghantar obat telah banyak diteliti dengan berbagai target pengobatan (Irianto dan Ijah,
2011).

Polimer sebagai pembawa obat dapat digunakan sebagai penghantara obat secara
transdermal, oleh karena itu polimer banyak digunakan dalam pembuatan penghantar
obat. Kitosan merupakan biopolimer dengan nama lain (poli [β-(1-4)-2-amino-2 deoksi-
Dglukopiranosa]) sebagai bahan pembawa mempunyai sifat yang menguntungkan yaitu
bermuatan positif (kationik), biodegradable, biokompatibel dan nontoksik. Kitosan
nanopartikel memiliki stabilitas yang baik, toksisitas yang rendah dan metode
pembuatannya yang cukup sederhana, karena alasan tersebut bahan penghantar obat
dapat dinuat menggunakan nanopartikel kitosan. Ukuran nanopartikel kitosan kurang dari
400 nm sebagai penghantar obat dapat diberikan secara parenteral maupun non parenteral
(Efiana, dkk., 2013).

E. KESIMPULAN
Nanopartikel kitosan dapat diaplikasikan sebagai bahan pembawa obat karena
memiliki sifat yang menguntungkan yaitu bermuatan positif (kationik), biodegradable,
biokompatibel dan tidak beracun. Metode yang digunakan untuk membuat nanoparikel
kitosan sebagai bahan penghantar obat adalah metode gelasi ionik. Karakteristik dari
nanopartikel kitosan yang digunakan untuk bahan penghantar obat yaitu memiliki ukuran
kurang dari 400 nm, pengukuran nanopartikel kitosan menggunakan PAS. Nanopartikel
kitosan harus memiliki zeta potensial lebih dari ±30 mV supaya koloid nanopartikel yang
stabil, pengukuran zeta potensial menggunakan zettasizer. Bentuk morfologi dari
nanopartikel kitosan seperti bila berbentuk bola halus, bentuk morfologi dari nnaopartikel
kitosan dapat dketahui jika menggunakan SEM.

DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, Tedjo., dkk. 2015. Pengembangan Preparasi Nanopartikel Thymoquinonekitosan
Dengan Metode Kosolven Menggunakan Isopropil Alkohol. Pharmaҫiana. 5(2): 121-130.
Tiyaboonchai, Waree. 2003. Chitosan Sanoparticles: A Promising System for Drug Delivery.
Naresuan University Journal. 11 (3): 51-66.
Rismana, Eriawan., dkk. 2014. Pengujian Aktivitas Antiacne Nanopartikel Kitosan – Ekstrak
Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana). Media Litbangkes. 24(1): 19-27.
Efiana, Nuri Ari., Dkk. 2013. Formulasi Nanopartikel Losartan Dengan Pembawa Kitosan.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 11(1): 7-12
Mohanraj, VJ dan Chen Y. 2006. Nanoparticles-A Review. J PharmaceutRes.5(1): 561- 573.
Park, K., dkk. 2007. Microencapsulation Technology in: Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology 3rd Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Vaughn, J.M. and Williams R.O. 2007. Nanoparticle Engineering. In Swarbrick. James.
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition. Volume 1. New York: Nova
Science Publisher.
Nano Composix. 2012. Nanocomposix's Guide To Dynamic Light Scattering Measurement And
Analysis Vol 1.3. San Diego: Nano Composix.
Putri, Ade Indriani., dkk. 2018. Karakterisasi Nanopartikel Kitosan Ekstrak Daun Ubijalar
(Ipomoea Batatas L.) Menggunakan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu
Kimia. 2(2): 203-207.
Husniati dan Eva Oktarina. 2014. Sintesis Nano Partikel Kitosan Dan Pengaruhnya Terhadap
Inhibisi Bakteri Pembusuk Jus Nenas. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No.2:
89-95.
Irianto, Hari Eko dan Ijah Muljanah. 2011. Proses Dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan Sebagai
Penghantar Obat. Squalen. 6(1): 1-8.
Napsah, Rauhatun Dan Iis Wahyuningsih. 2014. Preparasi Nanopartikel Kitosan-Tpp/ Ekstrak
Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpa (Scheff) Boerl) Dengan
Metode Gelasi Ionik. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas. 11(1): 7-12.
Kurniasari, Dessy Dan Sri Atun. 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak
Etanol Temu Kunci (Boesenbergia Pandurata) Pada Berbagai Variasi Komposisi
Kitosan. Jurnal Sains Dasar. 6 (1): 31 - 35
Setiawan, Adhi,. Dkk. 2015. Sintesis Dan Karakterisasi Kitosan Mikropartikel Dengan
Modifikasi Gelasi Ionik. Jurnal Perikanan. 17(2): 90-95.
Laili, Helmi Nur., dkk. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Naringenin
dengan Variasi Rasio Massa Kitosan-Natrium Tripolifosfat (Preparation and
Caracterization of Naringenin-Chitosan Nanoparticles with Various Mass Ratio of
Chitosan-Sodium Tripolyphosphat). Jurnal Pustaka Kesehatan. 2 (2): 308-313.
LAMPIRAN
Judul 1: Formulasi Nanopartikel Losartan dengan Pembawa Kitosan

Nuri Ari Efiana. Akhmad Kharis Nugroho, Dan Ronny Martien

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, April 2013, hlm. 7-12

Judul 2: Karakterisasi Nanopartikel Kitosan Ekstrak Daun Ubijalar (Ipomoea Batatas L.)
Menggunakan Metode Gelasi Ionik
Ade Indriani Putri, Agus Sundaryono, dan Nyoman Candra
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2018:2(2): 203-207

Judul 3: Pembuatan Dan Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak Etanol Temu Kunci

(Boesenbergia Pandurata) Pada Berbagai Variasi Komposisi Kitosan

Dessy Kurniasari dan Sri Atun

Jurnal Sains Dasar 2017 6 (1) 31 – 35

DOI: 10.21831/jsd.v6i1.13610

Judul 4: Pengembangan Preparasi Nanopartikel Thymoquinonekitosan Dengan Metode


Kosolven Menggunakan Isopropil Alkohol

Tedjo Yuwono, Annas Binarjo, dan Renni Priyanti

Pharmaҫiana, Vol. 5, No. 2, 2015: 121-130

DOI: 10.12928/pharmaciana.v5i2.2363

Judul 5: Pengujian Aktivitas Antiacne Nanopartikel Kitosan – Ekstrak Kulit Buah


Manggis

(Garcinia Mangostana)

Eriawan Rismana, Susi Kusumaningrum, Olivia Bunga, dan Nizar, Marhamah

Media Litbangkes Vol. 24 No. 1, Mar 2014, 19-27

DOI: 10.22435/mpk.v24i1.3483.19-27

Judul 6: Preparasi dan Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Naringenin dengan Variasi

Rasio Massa Kitosan-Natrium Tripolifosfat

Helmi Nur Laili, Lina Winarti, Lusia Oktora Ruma Kumala Sari

Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014

Judul 7: Preparasi Nanopartikel Kitosan-TPP/ Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota


Dewa

(Phaleriamacrocarpa (Scheff) Boerl) Dengan Metode Gelasi Ionik Rauhatun

Napsah dan Iis Wahyuningsih

Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas, Mei 2014, hlm. 7-12


Judul 8: Proses Dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan Sebagai Penghantar Obat

Hari Eko Irianto dan Ijah Muljanah

Squalen Vol. 6 No.1, Mei 2011

Judul 9: Sintesis Dan Karakterisasi Kitosan Mikropartikel Dengan Modifikasi Gelasi Ionik

Adhi Setiawan, Dika R. Widiana, dan Priyambodo N. A. Nugroho

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 90-95 ISSN: 0853-6384

DOI: 10.22146/jfs.10367

Judul 10: Sintesis Nano Partikel Kitosan Dan Pengaruhnya Terhadap Inhibisi Bakteri

Pembusuk Jus Nenas

Husniati dan Eva Oktarina

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No.2 Tahun 2014

Cek Plagiat:

Anda mungkin juga menyukai