Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Tiga Faktor utama dalam ketatanegaraan

Ada 3 faktor yang utama dalam ketatanegaraan yaitu :

A. Faktor filsafat negara adalah Dasar filsafat negara yang disebut juga dasar
atau landaasan idial . Dasar filsafat ini berakar pada pandangan hidup
masyarakat yang mendukung negara itu, misalnya Pancasila .
B. Faktor konstitusi atau UUD adalah Ketentuan hukum mengenai struktu
negara dan pemerintahannya .
C. Faktor garis poitik adalah garis kebijaksanaan atau pengarahan jalannya
pemerintahan negara sehingga dapat dicapai tujuan negara .

2. Tiga Landasan Ketataegaraan

Sejalan dengan uraian yang sebelumnya , bahwasanya ada 3 faktor utama dalam
ketatanegaraan, sehingga ditampilkan adanya landasan ketatanegaraan . Ada 3
landasan ketatanegaraan yang menentukan corak dan suasana hidup
ketatanegaraan, termasuk suasana keidupan bernegara yang seharusnya ditempuh
dan dihayati oleh masyarakat, yaitu :

A. Landasan Filosofik adalah Pandangan hidup bernegara yang berakar pada


pandangan hidup bangsa dan masyarakat yang mendukung negara yang
bersangkutan . Contohnya landasan bagi kita adalah Pancasila .
B. Landasan Juridik adalah Ketentuan-ketentuan hukum mengenai struktur
organisasi negara dan mekanisme pemerintahannya . Contoh tata hukum
bagi kita adalah UUD 1945 .
C. Landasan Politik adalah Garis kebiijaksanaan atau pengarahan jalannya
pemerintahan sehingga dapat dicapai tujuan negara sebagaimana tersebut
dalam UUD negara . Contoh bagi kita adalah GBHN ( Garis Besar Haluan
Negara ) .

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 1


3. Pergeseran Landasan

Pribadi, keluarga dan juga masyarakat bangsa yang berada di tengah-tengah lalu
lintas persintuhan budaya, akan mengalami pengaruh yang mungkin menimbulkan
perubahan atau pergeseran pandangan. Di sepanjang sejarah ketatanegaraan faktor
filsafat negara kelihatan sebagai faktor tetap, sedangkan faktor konstitusi
mengalami perubahan sehingga di negara ini berlangsung 4 babak konstitusi
semenjak tahun 1945 sampai sekarang. Sedangakan faktor politik menunjukan
pula pergeseran dari masa ke masa karena bergeser dan berubahnya pandangan
kebijaksanaan.Mengingatkan pentingnya peranan ketiga landasan yang di bahas
pada materi sebelumnya, yakni landasan filosofik, landasan juridik, landasan
politik, dapat dikatan bahwa stabil tidaknya jalnnya pemerintahan negara
tergantung pada stabil tidaknya landasan-landasan itu, baik kestabilan dalam arti
konsepsional maupun dalam arti operasional.

4. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila

Dalam sidang umum MPR bulan maret 1978, oleh MPR telah di tetapkan sebuah
“Pedoman Penghayatan dan Pengmalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa)”
melalui Tap MPR No.II tahun 1978. Sebagai pedoman, berarti sebagain penuntun,
pegangan atau petunjuk hidup, baikbagi tiap warga negara, tiap pejabat
pemerintahan dalam kedudukannyasebagai penyelenggara negara, tiap lembaga
pemerintahan, tiap kolektiva masa dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sesuai
dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing.

5. Unsur-Unsur Negara

Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memlihara


masyarakat tertentu dengan kekuasaanya. Banyak para ahli berpendapat tentang
pengertian-pengertian negara. Dari berbagai rumusan-rumusanyang dibuat oleh
para ahli dapat ditarik suatu pengertian, bahwa negara mempunya 3 macam unsur
yaitu :

A. Adanya rakyat, rakyat suatu negara adalah semua orang yang ada dalam
daerah negara .

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 2


B. Adanya wilayah yang tertentu batas-batasannya, yang termasuk daerah
suatu negara adalah daratan, perairan dan udara diatas daratan dan perairan
itu.
C. Adanya pemerintah yang berdaualat, kekuasaan tertinggi dan
mengkaitkannya dengan legitimasi kekuasaan tertinggi itu.

6. Hukum Tatanegara dan Tata Laksana Pemerintahan

Hukum tatanegara adalah seperangkat peraturan mengenai struktur pemerintahan


negara, yakni peraturan-peraturan mengenai bentuk dan susunan negara, alat-alat
perlengkapannya, tugas-tugas dan hubungan antara alat-alat perlengkapan itu.
Sebenarnya hukum tata negara dan tata laksana pemerintahan itu sama teteapi
para ahli mendefinisikannya berbeda-beda. Hukum tata negara dan tata laksana
pemerintahan pada hakekatnya adalah terletak pada bidang yang sama, yaitu
bidang hkum yang mengatur struktur pemerintahan dan mekanisme aparatur
pemerintahan itu. Hukum tata negara menggambarkan struktur pemerintahan
suatu negara dan mekanisme aparaturnya, dimana disebut tugas-tugass dan
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara. Tetapi oleh hukum tata laksana
pemerintahan, digambarkan keadaan yang lebih jauh dari itu, yakni bagaimana
cara bekerjanya mesin-mesin pemerintahan itu, dalam memnuhi tugasnya masing-
masing sekaligus dalam hubungannya satu dengan lainnya.

7. Sumber-Sumber Hukum Tatanegara

Utrech membagi sumber-sumber hukum atas sumber-sumber hukum material dan


formal. Hukum material adalah keyakinan dan perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi dari hukum. Sedangkan smber hukum
formal adalah penentuan berlakunya hukum itu sendiri . Maka dari segi material,
yang tertonjol ialah isinya sedangkan dari segi formal yang menonjol adalah
berlakunya. Ciri-ciri yang khas pada hukum tatanegara adalah bahwa norma-
norma atau aturan-aturan hukum tatanegara ini, ialah mengenai struktur
pemerintahan dan mekanisme aparatur pemerintah negara, baik pada tingkat
pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerinta daerah.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 3


8. Konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari constiuer (bahasa perancis).yang berarti membentuk.


Diantara konstitusi-konstitusi yang ada di dunia, ada konstitusi tertulis dan tidak
tertulis. Contoh yang tidak tertulis seperti UUD 1945, UUD amerika serikat,
sedangkan yang tidak tertulis adalah berupa konvensi atau kebiasaan dalam
ketatanegaraan. Hampir semua negara mempunyai konstitusi tertulis kecuali
Inggris dan Canada. Bukan berarti di Inggris dan Canada tidak ada konstitusi
disana, karena pada dasarnya terdapat piagam-piagam fragmentaris yang memuat
norma-norma yang bernilai dan berkedudukan sebagai norma konstitusi.

9. Konstitusi Dulu dan Sekarang

Menurut sejarah perkembangan ilmu negara dan hukum tatanegara, konstitusi


diberi arti yang berubah-ubah sejalan dengan perkembangan waku. Pengertian
terhadap konstitusi itu kiranya dapat kita bagi atas : 1. Pengertian yang lama yaitu
pengertian konstitusi dimana masa pemerintahan-pemerintahan kuno (ancien
regime) , dan 2. Pengertian konstitusi menurut tafsiran modern yakni kira-kira
sejak tahun 1776 dimana lahirnya dokumen konstitusi yang pertama di dunia
dalam bentuk Virginia Bill of Rights.

10. UUD Sebagai Induk dan Sumber Hukum Negara

UUD adalah seumber utama dari norma-norma hukum tata negara. Sejalan dengan
definisi hukum tata negara, maka juga Undang-Undang Dasar memuat norma-
norma yang mengatur struktur pemerintahan negara. Dalam segi kebijaksanaan
politik dan tujuan negara UUD juga merupakan induk ketentuan dalam negara
kita. Jelas dalam pembukaan UUD 1945 disebut garis utama bagi kebijaksanaan
politik pemerintahan kita yang sekaligus merupakan tujuan negara yaitu pada
alinea ke-IV pembukaan itu. Tujuan ini menjadi kebijaksanaan politik bagi MPR
dalam perencanaan dan penetapan GBHN.

11. Dasar Idial dan Dasar Struktural Dalam UUD

Ideologi negara adalah falsafah kenegaraan dan merupakan basis idealis bagi
negara dan bangsa yang bersangkutan. Ideologi negara ini merupakan “dasar atau

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 4


landasan idial” dicantumkan dalam UUD 1945 misalnya, tercantum dalam
Pancasila sebagai ideologi atau landasan idial bagi negara kita. Dasar struktural
meruapakan dasar-dasar mengenai susunanpemeintahan negara, yang disebut
forma regimenis di atas. Dalam UUD 1945 misalnya, dicantumkan norma-norma
dasar mengenai struktur pemerintahan negara RI, yakni negara ini berbentuk
republik, bersusunan negara kesatuan, mempunyai MPR, DPR, Presiden dan
Menteri-Menteri dll, serta mengenai tugas masing-masing dan hubungan antara
alat perlengkapan itu satu sama lain.

12. UUD (Undang-Undang Dasar) dan GBHN (Garis Besar Haluan


Negara)

UUD dan GBHN, merupakan 2 dokumen penting dalam negara. Pengertian dari
UUD sendiri adalah ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur struktur
pemerintahan negara. Sedangkan GBHN adalah ketentuan-ketentuan pokok
mengenai jalannya pemerintahan atau kebijaksanaan politik dalam negara, dengan
kata lain, garis politik baik mengenai politik dalam negeri maupun politik luar
negeri. Persamaan keduanya adalah menganut ideologi yang sama dan tujuan
yang sama yaitu Pancasila.

13. UUD Yang Mulur dan Fleksibel

Suatu UUD diakatakan mulur dan fleksibel kalau UUD itu sedemikian elastik dan
mudah disesuaikan dalam penggunaanya. Mulur (elastik) berarti mulur, dapat
diulur dan fleksibel yaitu selalu daat disesuaikan dengan kemauan masyarakat.
Mulur dan flesibelnya suatu UUD tidak bergantung pada sedikitnya pasal atau
singkatanya bunyi UUD itu, teteapi terletak pada ada tidaknya kemungkinan-
kemungkinan buat dipergunakan mengatur dan memenuhi kepentingan-
kepentingan dan hasrat-hasrat hukum dari masyarakat dalam setiap situasi dan
peristiwa.

BAB II

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 5


TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN

1. Beberapa Teori dan Pandangan

Pembagian yang dimaksud disini adalah pembagian tugas pemerintah yang


meliputi 3 wewenang, yaitu : wewenang legislatif, eksekutif dan yudikatif. Ada
beberapa teori yang dikemukakan oleh sarjana mengenai tugas pemerintah, yaitu :

Menurut Montesquieu, bahwa kekuasaan negara harus dibagi-bagi dalam 3


kekuasaan yang terpisah-pisah, kekuasaan itu ialah : 1. Legislatif, 2. Eksekutif, 3.
Yudikatif. Ketiga kekuasaan tersebut harus dibagi sedemikian, sehingga yang satu
erpisah dari yang lainnya, dan pembagian ini perlu supaya kekuasaan
pemerintahan tidak terpusat pada satu tangan saja.

Menurut Immanuel Kant, untuk terjaminnya hak-hak dan kebebasan-kebebasan


itu perlu adanya pembagian kekuasaan yang ditegakkan oleh hukum dan keadilan.
Pembagian kekuasaan yang disebutnya “potestaslegilatora, rectoria et judiciaria”.

Menurut Van Vollenhoven, berbeda dengan Montesquieu bahwa tugas begara itu
bukan 3 tetapi 4 yaitu : 1. Tugas Legilatif, 2. Tugas Eksekutif, 3. Tugas Judikatif,
4. Tugas Polisonil (memelihara ketentraman dan keamanan). Yang dimaksud 4
tugas itu ialah tugas pemerintah untuk mengawasi pelaksaan peraturan-peraturan
hukum oleh warga negara individual.

Menurut John Locke, kekuasaan negara harus dibagi dalam 3 kekuasaan yaitu : 1.
Kekuasaan Legislatif (wewenang membuat pemerintah), 2. Kekuasaan Eksekutif
(mempertahankan peraturan serta mengadili perkara), 3. Kekuasaan F ederatif
(wewenang yang tidak termasuk legislatif dan eksekutif) hubungannya dengan
luar negeri.

2. Wewenang Legilatif

Sesuai dengan garis kebijaksanaan, maka baut pelaksanaanya diaturlah segala


sesuatu dalam bentuk peraturan, antara lain UU dan jenis peraturan lainnya.
Segala sesuatu ini meliputi berbagai kehidupan masyarakat maupun mengenai

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 6


hubungan antara negara dengan warganya, dan hubungan antara negara yang
bersangkutan dengan negara asing. Maka untuk perumusan peraturan-peraturan
guna ketertiban pelaksanaan segala sesuatu itu, umumnya suatu negara
mempunyai suatu majelis yang berwenang khusus dibidang pembuatan peraturan
yakni badan legilatif atau biasa disebut DPR. Tugas utama DPR ada 2 macam
yaitu : 1. Tugas perundang-undangan, 2. Tugas pengawasan.

3. Pertumbuhan Parlemen Di Inggris

Apabila perlemen yang pertama terbentuk di dunia, tidak dapat dipastikan, namun
menurut sejarah parlemen yang tertua sudah ditemukan misalnya di Norwegia,
Eslandia, dan lain-lain. Di zaman Wilian the Conqueror diawal abad ke-11, telah
dikenal suatu badan “Great Council” yang merupakan badan penasehat bagi raja,
tetapi badan ini belum dapat disebu badan perwakilan rakyat karena yang duduk
didalamnya ukan wakil rakyat, melainkan kaum bangsawan.

4. Partai Poliik dan Parlemen

Dalam sisim parlementer, partai-partai politik memainkan peranan penting,


khususnya dalam penentuan undang-undang yang bakal berlaku dalam negara. Di
Inggris hanya ada 2 partai besar, yakni PartaiLabour dan Partai Conservative.
Diantara kedua partai tersebut memperebutkan kursi dan suara terbanyak di
parlemen, yang mendapat suara terbanyak akan menjadi partai pemerintah sedang
yang lainnya aktif sebagai partai oposisi yang mengeritik kebijakan-keijakan
pemerintah.

5. Parpol dan Golkar Dibawah Rangka GBHN RI

Asal Parpol dan Golkar menurut Uutersebut, ialah Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan Parpol dan Golkar : 1. Mewujudkan cita-cita bangsa, 2.Menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur, 3. Mengembangkan kehidupan Demokrasi dan
Pancasila. Fungsi keduanya yaitu : 1. Sebagai Lembaga Demokrasi Pancasila
menyalurkan pendapat dan aspirasi secara sehat dan mewujudkan hak-hak politik
rakyat, 2. Membina warganya menjadi warganegara Indonesia yang bermoral
Pancasila.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 7


6. Bikameral dan Unikameral

Bikameral berarti terdiri dari 2 kamar atau 2 dewan, sedangkan Unikameral


berarti terdir dari 1 kamar atau 1 dewan. Perwakilan Birameral, misalnya Majelis
Tinggi dan Majelis Rendah. Di Inggris parlemen ini terdiri dari House of Lords
dan House of Commons. Ssedangkan perwakilan Unikameral misalnya, DPR
dalam UUD 1945 di Indonesia. Di Luxemburg Chamber of Deputies.

7. Hak-Hak Parlemen Di Bidang Perundang-Undangan

Parlemen sebagai badan legislatif mempunyai 2 macam peranan, yaitu : 1.


Sebagai badan yang bewenang dalam perundang-undangan, 2. Sebagain badan
pengawas. Parlemen itu mempunyai hak-hak di bidang perundang-undangan
yaitu:

A. Hak Inisiatif (Hak memperkasai undang-undang).


B. Hak Amandemen ( Hak untuk mengajukan usul perubahan atas sesuatu
RUU ).
C. Hak Budget ( Hak menetapkan anggaran keuangan negara).

8. Dasar-Dasar Pembuatan Peraturan Negara

Ada 3 dasar pembuatan peraturan negara baik di tingkt pusat maupun legislatif,
yaitu :

A. Dasar Filosofik : Yang enjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat


dan kebijaksanaan pemerintah kedalam suatu bentuk peraturan negara.
B. Dasar Juridik : Merupakan dasar juridik untuk pembuatan suatu UU, yang
mengatur pemerintah di daerah (pasal 18 UUD 1945).
C. Dasar Politik : Garis kebijaksanaa poltik yang menjadi dasar selanjutnya
bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan

9. Hak-Hak Parlemen Dibidang Pengawasan

Ada 3 hak-hak parlemen dibidang pengawasan, yaitu :

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 8


A. Hak Interpellasi : Hak minta pertanggung jawaban pemerintah atas sesuatu
tindakannya, pertanyaan bentuk interpellasi ini lain sifatnya dari
pertanyaan biasa (petisi).
B. Hak Petisi : Hak menanya oleh para anggota parlemen kepada pemerintah,
mengenai sesuatu hal.
C. Hak Angket : Hak mengadakan penelitian terhadap suatu hal atau kasus.
Penelitian atau penyelidikan diadakan dengan tidak ikut campurannya
pemerintah.

10. Sidang dan Rapat Parlemen

Rapat DPR adalah suatu kumpulan dari anggota-anggota DPR dalam hari-hari
tertentu , sedangkan sidang adalah rentetan dari rapat-rapat yang diadakan oleh
DPR dalam waktu yang tertentu. Di dalam pasal 66 UUD tahun 1950, dimana
daitur sebagai berikut :

A. Rapat-rapat DPR terbuka untuk umum, kecuali jika ketua menimbang


perlu pintu ditutup ataupun sekurang-kurangnya 10 anggota menuntut hal
itu.
B. Sesudah pintu tertutup, rapat memutuskan apakah musyawarah dilakukan
dengan pintu tertutup.
C. Tentang hal-hal yang dibicarakan dalam tertutup dapat juga diputuskan
denga pintu tertutup.

11. Wewenang Eksekutif

Sesuai dengan garis kebijaksanaan yang akan diterapkan dalam pemerintahan,


maka buat pelaksanaannya diaturlah segala sesuatu dalam bentuk peraturan,
antara lain UU dan konvensi-konvensi ketatanegaraan. Struktur eksekutif ini ada
hubungannya dengan badan-bdan kenegaraan lainnya, tidak akan sama pada
semua negara-negara. Arah dan tujuan negara telah digambarkan dalam UUD,
diperinci garis-garis kebijaksanaan dalam dokumen yang disebut GBHN yang
sekaligus menggambarkan program-program umum pemrintah.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 9


12. Pemerintah

Pemerintah adalah oganisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan


menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa
definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam
jenis pemerintahan di dunia. Tugas Pemerintah sebenarnya ialah tugas negara
sesuai dengan tujuan negara yang bersangkutan. Menurut Wirjono tugas
pemerintah adalah sangat luas, oleh karena itu meliputi semua aspek dari
kehidupan rakyat.

13. Tipe-Tipe Eksekutif (Kabinet)

Kabinet ada 2 macam yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas


eksekutif, yaitu :

1. Kabinet Material, suatu kabinet yang tugaseksekutifnya dipertanggung


jawabkan oleh para menteri.
2. Kabinet Presidensial, suatu kabinet yang tugas eksekutifnya dipertanggung
jawabkan oleh presiden.

Ada 2 kabinet yang di campuri secara politik oleh parlemen, yaitu :

1. Kabinet Parlementer, yaitu suatu kabinet yang pembentukannya dicampuri


oleh parlemen.
2. Kabinet extra parlementer, suatu kabinet yang pembentukannya diluar
campur tangan DPR.

Ada 3 kemungkinan yang bisa menjadi menteri, yaitu :

1. Kabinet Partai, suatu kabinet yang menterinya adalah orang-orang yang


berasal dari 1 partai yang menguasai kursi terbanyak DPR.
2. Kabinet Koalisi, suatu kabinet yang menterinya terdiri dari orang yang
berasal dari beberapa partai yang bersama-sama menguasai kursi di DPR.
3. Kabinet Nasional, suatu kabinet yang menterinya terdiri dari orang-orang
yang berasal dari seluruh partai yang mempunyai fraksi diparlemen.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 10


14. Kabinet Yang Bertanggung Jawab

Kabinet yang bertanggung jawab adalah dalam rangka pemerintahan dengan


sistem demokrasi parlementer, sebagaimana terdapat dalam beberapa konstitusi
diberbagai negara. Kabinet yang bertanggung jawab itu dapat bersifat parlementer
dan extra parlementer atau zaken kabinet. Batas antara pertanggung jawab kolektif
dan pertanggung jawab menteri perseorangan tidak dapat ditentukan dengan
peraturan-peraturan hukum, melainkan adalah soal “beleid”pemerintah.

15. Wewenang Judikatif

Disamping wewenang eksekutif dan legislatif juga ada wewenang judikatif, yang
bertugas menjalankan wewenang kehakiman, baik dilapangan hukum publik dan
dilapangan hukum privat, baik dikalangan sipil maupun militer.

16. Hak Menguji Peraturan Hukum

Bahwa suatu undang-undang tidak sah dapat dilihat dalam 2 alasan, yakni alasan
material dan alasan formal. Suatu UU tidak sah karena alasan material berarti UU
itu tidak sah karena bertentangan dengan UUD. Suatu UU tidak sah dengan alasan
formal kalau dalam proses pembuatan UU itu terdapat cacat. Dalam pasal 26 UU
No.14 tahun 1970 diatur :

1. Mahkamah agung berwenang untuk menyatakan tidak sah semua


peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari UU atas alasan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2. Putusan tentang pernyataan tidak sahnya peraturan perundangan tersebut
dapat diambil berhubun dengan pemeriksaan dalam tingkat kasasi.
Pencabutan dari peraturan yang dinyatakan tidak sah tersebut, dilakukan
oleh instansi yang bersangkutan.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 11


17. Negara Pelayanan dan Pelayanan Umum

Negara pelayanan (Service state), public service adalah istilah cakupan meliputi
seluruh peranan dan fungsi pemerintah baik sebagai political state ataupun legal
state maupun sebagai adminitrative state. Pelayanan umum tugas mana
merupakan tugas dari semua aparat pemerintahan termasuk para pegawai negeri
sebagai alat pemerintahan.

18. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Asas-asas yang baik menurut pendapat Prof. Crince le Roy adalah asas yang tepat
bagi pemerintahan yang baik dan bagi kehidupan bernegara hukum di Indonesia,
akan ditemukan serentak dengan penemuan sistem hukum yang tepat untuk
Indonesia di masa yang akan datang. Langkah pertama, ialah menemukan dasar-
dasar penghayatan filsafat negara, konstitusi negara, tujuan negara, dan kaidah-
kaidah yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Kemudian menetapkan
sistemnasional untuk berbagai bidang kehidupan bernegara.

BAB III

PEMERINTAHAN DAERAH

1. Cita-Cita Berpemerintahan Daerah

Yang amat penting pula dengan segera diselanggarakan ialah pemerintahan


daerah-daerah, oleh karena pemerintahan daerah itu adalah sendi negara kesatuan.
Sendi ini harus baik dan senantiasa agar supaya negara kesatuan mempunyai
pemerintahan yang stabil.

2. Asas Desentralisasi Dalam Negara Kesatuan

Bahwa dalam kesatua pemerintah daerah itu adalah sub-ordinate terhadap


pemerintahan pusat. Hubungan sub-ordinate itu dapat dijalankan menurut
beberapa asa teknik, yaitu asa sentralisasi, asas konsentrasi dan asas
dekonsentrasi. Dalam suatu negara kesatuan dengan asas desentralisasi terdapat

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 12


daerah-daerah yang pemerintah daerahnya diberi wewenang mengatur rumah
tangga daerahnya itu, yang biasa disebut swatantra atau otonomi.

3. Beberapa Segi Tijauan Desentralisasi


A. Segi Politik dan Teknik, dilihat dari segi politik desentralisasi bertujuan
menghindarkan penumpukan atau konsentrasi kekuasaan disatu pihak saja.
Sedangkan dari segi teknik desentralisasi itu dilihat dari teknik
organisatoris pemerintahan.
B. Segi Administratif, ialah segenap proses penyelenggara yang mencapai
tujuan tertentu. Eksekusi dari desentralisasi itu, mencakup pemberian
tugas delegasi kekuasaan dan tuntutan pertanggung jawaban terhadap
pelaksana tugas-tugas tersebut.
C. Segi Kultural, Kekhususan dann spesifikasi dari sesuatu daerah tertentu
misalnya iklim geografik, susunan penduduk, aktivitas ekonomi.
D. Segi Pembangunan Ekonomi, Sesudah perang dunia II dimana
pembangunan ekonomi menjadi fokus perhatian negara-negara, terutama
negara-negara yang baru muncul dan mulai berkembang.

4. Distribusi Kekuasaan

Distribusi kekuasaan adalah lain dari pembagian kekuasaan/pemisahan


kekuasaan . pembagian kekuasaan yang disebut terdahulu itu adalah perihal
pembagian kekuasaan pemerintah dalam bidang-bidang legislatif, eksekutif dan
judikatif, diantara sesama organ pemerintah pusat, ataupun antara sesama organ
pemerintah daerah. Sedangkan yang dimaksud kekuasaan disini adalah pembagian
kompetensi mengatur dan mengurus, antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, yang pada hakekatnya adalah perihal penentuan hal-hal apakah yang
termasuk wewenang pemerintah pusat dan hal-hal mana pula yang termasuk
wewenang pemerintah daerah.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 13


BAGIAN KEDUA

SELAYANG PANDANG KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

1. Pembabak UUD RI

Semenjak proklamasi kemerdekaan dan berdirinya negara RI, sudah kurang leih
30 tahun berjalan bersama ddenga Republik ini, menempuh berbagai peristiwa
dan pengalaman-pengalaman ketatanegaraan ditanah air. UUD 1945 berlaku
kembali. Sebagaiman diketahui UUD 1950 yang berlaku mulai dai tanggal 17
agustus1950sampai tanggal 1959, adalah UUD yang sifatnya sementara, dan
diharapkan pada ketika itu, konstituante akan dapat terbentuk dan selanjutnya
akan menyusun sebuah UUD yang baru buat menggantikan UUD 1950 tersebut .
Disepanjang sejarah dan pasang surutnya ketatanegaraan indonesia ini telah
menempuh 4 babak perundang-undangan dengan mempergunakan 3 macam
UUD, yakni :

A. UUD 1945 yang berlaku dimassa RI yogya, mulai dari bulan agustus 1949
– desember 1949.
B. UUD RIS 1949, mulai dari bulan desember 1949 sampai bulan agustus
1950.
C. UUD 1950 mulai dari bulan agustus1950 sampai bulan juli 1959.
D. UUD 1945 berlaku kembali mulai dari tahun 1959 sampai sekarang.

2. Perbandingan UUD 1945 Dengan UUD Lain

Sebagai suatu UUD, kesemua UUD termasuk UUD 1945, UUD RIS 1949 dan
UUD 1950 adalah merupakan induk hukum dan landasan hukum yang tertinggi
bagi ketatanegaraan. Ketiga UUD ini menganut dasar filsafat yang sama yaitu
Pancasila. Tetapi mengenai susunan adalah berbeda. UUD 1945 dan UUD 1950
menghendaki negara kesatuan sedangkan UUD RIS 1949 menghendaki negara
serikat. Perbedaan yang lebih menonjol adalah pada struktur kekuasaan
pemerintah. Pada UUD RIS 1949 dan UUD 1950 dikenal konstituante sebagai

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 14


badan yang kompeten membuat UUD, sedangkan pada UUD 1945 badan yang
kompeten membuat UUD adalah MPR.

3. Beberapa Hal Yang Spesifik Dalam UUD 1945

Ada beberapa hal yang sangat spesifik dalam UUD 1945 diantaranya adalah :

A. Sistimatika UUD 1945, Sistimatika yang dimaksud disini bukan sistim


pemerintahannya tetapi susudan isi UUD itu, mulai dengan pembukaan
sampai pada pasal-pasal yang merupakan batang tubuhnya, hingga aturan
peralihan yang terdapat didalamnya.
B. Pembukaan UUD 1945, bagian ini adalah bagian terpenting UUD karena
didalam pembukaan ini tersurat dan tersirat beberapa landasan-landasan
pokok dan ketentuan-ketentuan utama bagi ketatanegaraan kita, yang
selanjutnya direfleksikan agak terurai dalam fasal-fasalnya kemudian.
C. Sikap Politik, terlihat sikap politis dari bangsa indonesia untuk merdeka
dan berdiri sendiri, terlepas dari dominasi kolonialisme-imperialisme.
D. Tujuan Negara, untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
indonesia
E. Batang Tubuh UUD 194.

4. Periode Berlakunya Kembali UUD 1945

Diantara tahun 1959dan 1973 dapat dikatakan sifat kesementaraan amat menonjol
dalam ketatanegaraan kita, baik dibidang perlengkapan negara maupun bidang
perundang-undangan. Pada taraf permulaan lahir MPRS, DPRGR dan DPAS yang
bersifat sementara sebelum diadakannya pemilihan umum untuk pembentukan
badan-badan tersebut. MPRS dimasa kepemimpinan soekarno tidak menjalankan
tugas nya dengan baik dengan pemerintah. Banyak penyimpangan terhadap
pemerintahan, baik di bidang perundang-undangan, bidang perlengkapan negara,
berjalan tanpa control yang semestinya dari MPRS selaku lembaga tertinggi di
negara ini.

5. Pemerintahan Daerah

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 15


Menurut sepanjang sejarah ini garis kebijaksanaan politik mengenai peberian
otonomi kepada daerah di negara kita, semenjak tahun 1945 sampi sekarang telah
berulang kali berubah, sesuai dengan pergeseran di bidang perkonstituan dari
pergeseran politik pemerintahan pada umumnya. Masalah otonomi tetap
merupakan despute sejak lahirnya RI ini sampai sekarang, baik di forum legislatif
maupun di forum ilmiah. Lahirnya berturut-turut suatu UU menjadi bukti bahwa
indonesia masih mencari pola kebijaksanaan yang tepat mengenai pemberian
otonom bagi daerah.

6. Hak-Hak Asasi

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang teah dimiliki sesorang sejak ia ada
didalam kandungan. Masalah jaminan hak asasi, secara teori adalah merupakan
salah satu pertandakah pada negeri hukum. Hak asasi tidak lepas dari kebebasan
asasi maupun kewajiban asasi. Hak yang dimaksud adalah hak selaku warga
negara atau sebagai manusia yang perbedaanya menurut sarana atau jalan untuk
memperoleh hak asasi itu. Bahwa kebebasan ini adalah sarana untuk mencapai
hak asasi.

7. Jabatan Presiden Sejak Tahun 1959 s/d Sekarang

Pembabakan masa jabatan presiden ini, kami mulai dari tahun 1959 yaitu dalam
rangka berlakunya kembali UUD 1945, yang mengandung rentetan tahap-tahap
kepresidenan. Melalui judul ini kita akan mengikuti tahapan sengkat kepresidenan
khusus semenjak berlakunya kembali UUD 1945 sampai sekarang.

A. Dekrit Presiden
B. Ketetapan MPRS No III tahun 1963
C. Peristiwa G30S/PKI
D. Super Semar 1966
E. Ketetapan MPRS No. IX tahun 1966
F. Penyerahan kekuasaan tanggal 20 februari 1967
G. Resolusi dan memorandum DPRGR 9 maret 1967
H. Ketetapan MPRS No. XXXIII tahun 1967
I. Ketetapan MPRS No. XLIV tahun 1968

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 16


J. Ketetapan MPR No. IX dan No.XI tahn 1973
K. Ketetapan MPR No. X dan XI tahun 1978

8. Ketetapan- Ketetapan MPRS/MPR

Seperti yang dibahasa dalam materi selanjutnya tentang ketetapan MPRS. Dalam
sidangu mum MPRS ditahun 1966,1967 dan 1968, dilahirkan beberapa tap-tap
MPRS dalam rangka usaha tersebutyang sekaligus merupakan landasan
kebijaksanaan bagai pemerintah. Sidang umum ke-IV ini berlangsung dari tanggal
20 juni 1966 dan menghasilkan 24 ketetapan resolusi dan 1 keputusan MPRS.
Ketetapan MPRS ini meliputi berbagai bidang ketatanegaraan dan kebanyakan
berupa usaha memurnikan kembali pelaksaaan pemerintah sesuai UUD 1945.

9. Sidang Umum Pertama-MPR 1973

MPR yang diilih melalui pemilu 3 jul 1972, dan yang diresmikan 1 oktober 1972,
melakukan sidang umum yang pertama pada bulan maret 1973 dan melahirkan 11
tap yaitu :

A. 2 buah tap tentang tata tertib


B. 1 buah tap tentang delegasi wewenang
C. 2 buah tap tentang pengangkatan presiden
D. 2 buah tap tentang garis kebijaksanaan pemerintah
E. 4 buah tap mengenai struktur pemerintahan

10. Sebelas Ketetapan MPR 1978


- Tap MPR No. I tentang peraturan tatatertib MPR
- Tap MPR No. II tentang Pedoman dan penghayatan
- Tap MPR No. III tentang kedudukan dan hubungan tatakerja lembaga
tertinggi negara
- Tap MPR No. IV tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
- Tap MPR No. V tentang pertanggungjawaban presiden suharto selaku
mandataris MPR

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 17


- Tap MPR No. VI tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur
ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Tap MPR No. VII tentang pemilihan umum
- Tap MPR No. IX tentang tentang Perlunya Penyempurnaan yang
Termaktub dalam Pasal 3 Ketetapan MPR No. V/MPR/1973
- Tap MPR No. X tentang Perlunya Penyempurnaan yang Termaktub dalam
Pasal 3 Ketetapan MPR No. V/MPR/1973
- Tap MPR No. XI tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik
Indonesia.

11. Rangkuman
1. Tiga landasan ketatanegaraan yang senantiasa menjadi dasar pelaksanaan
kekuasaan, yaitu : landasan filosofik, landasan juridik, landasan politik.
2. Kemantapan 3 landasan itu, baik secara konsepsional maupun operasional
merupakan syarat kemantapan organisasi dan jalannya pemerintahan untuk
mencapai tujuan negara.
3. Di sepanjang sejarah ketatanegaraan RI tercatat adanya pergantian babak,
baik di bidang perundang-undangan dasar mapun di bidang haluan negara.
4. Masalah pokok dalam kehidupan bernegara adalah bagaimana seharusnya
menjalankan pemerintahan menurut ketentuan UUD untuk
membahagiakan masyarakat sesuai denga tujuan nasional yang ada dalam
UUD.
5. Jika suatu GBHN telah rapung dan ditetapkan oleh MPR, berarti telah di
temukan konsensus mengenai haluan negara dan berakhirlah perbedaan
pendapat mengenai tersebut.
6. UUD 1945 dan tap MPR No III tahun 1978 mengandung dasar pengakuan
akan adanya kemungkinan perbedaan pandangan dan pendapat antara DPR
dan presiden mengenai pelaksaan GBHN dan UUD.
7. DPR atas nama forum tidak berwenang minta pertanggungjawaban
presiden.
8. Diaharapakan benar agar pihak DPR di masa yang akan datang lebih giat
di bidang perundang-undangan dan mempergunakan hak prakarsanya

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 18


berdasarkan pasal 21 UUD tidak hanya untuk membahas dan menyetujui
usul prakarsa eksekutif berdasarkan pasal 20 UUD 1945.
9. Menteri-menteri menurut UUD 1945 tidak bertanggung jawab kepada
DPR, tetapi kepada presiden selaku pimpinan eksekutif.
10. Adanya DPA dalam rangka pemrintahan menrutu UUD 1945 adalah
dimana presiden selaku mandataris MPR dan sebagai kepala pemrintahan
memikul tanggung jawab yang berat.
11. BPK adalah independent dari pengaruh badan-badan lainny, tetapi bukan
di atas badan-badan itu.
12. MA adalah badan judisial yang independent dari badan-badan lainnya dan
memegang kekuasaan kehakiman bersama badan-badan pengadilan
lainnya dalam negara.
13. Hukum, selain sebagai alat penrtib pembangunan sekaligus menjadi objek
yang harus dibangun. Tujuan dari hukum adalah untuk membahagiakan
masyarakat lahir dan bathin.
14. Cukup luas jaminan atas hak-hak asasi dalam UUD 1945 untuk
dikembangkan kedalam perundang-undangan sehingga ia bermanfaat
secara konkrit bagi pendukung hak-hak asasi itu.
15. Masih diperlukan pengaturan berbagai hal di beberapa sektor
pembangunan melalui perundang-undangan untuk pelaksaaan prinsip-
prinsip yang telah digariskan dalam GBHN.
16. Ada 2 macam manfaat yang diharapan melalui gagasan pemberian
otonomi dan pembinaan daerah dan desa, yaitu : manfaat pembangunan di
daerah dan desa dan manfaat pengembangan demokrasi berpemerintahan
ke daerah-daerah dan desa-desa.
17. Menuju ketatanegaraan yang sehat diperlukan berbagai persiapan mental-
spiritual, antara lain pengertian/penghayatan/pengalaman hak dan
kewajiban secara ikhlas dan jujur.

PIH/M. SOLLY LUBIS, S.H Page 19

Anda mungkin juga menyukai