PENDAHULUAN
A. Faktor filsafat negara adalah Dasar filsafat negara yang disebut juga dasar
atau landaasan idial . Dasar filsafat ini berakar pada pandangan hidup
masyarakat yang mendukung negara itu, misalnya Pancasila .
B. Faktor konstitusi atau UUD adalah Ketentuan hukum mengenai struktu
negara dan pemerintahannya .
C. Faktor garis poitik adalah garis kebijaksanaan atau pengarahan jalannya
pemerintahan negara sehingga dapat dicapai tujuan negara .
Sejalan dengan uraian yang sebelumnya , bahwasanya ada 3 faktor utama dalam
ketatanegaraan, sehingga ditampilkan adanya landasan ketatanegaraan . Ada 3
landasan ketatanegaraan yang menentukan corak dan suasana hidup
ketatanegaraan, termasuk suasana keidupan bernegara yang seharusnya ditempuh
dan dihayati oleh masyarakat, yaitu :
Pribadi, keluarga dan juga masyarakat bangsa yang berada di tengah-tengah lalu
lintas persintuhan budaya, akan mengalami pengaruh yang mungkin menimbulkan
perubahan atau pergeseran pandangan. Di sepanjang sejarah ketatanegaraan faktor
filsafat negara kelihatan sebagai faktor tetap, sedangkan faktor konstitusi
mengalami perubahan sehingga di negara ini berlangsung 4 babak konstitusi
semenjak tahun 1945 sampai sekarang. Sedangakan faktor politik menunjukan
pula pergeseran dari masa ke masa karena bergeser dan berubahnya pandangan
kebijaksanaan.Mengingatkan pentingnya peranan ketiga landasan yang di bahas
pada materi sebelumnya, yakni landasan filosofik, landasan juridik, landasan
politik, dapat dikatan bahwa stabil tidaknya jalnnya pemerintahan negara
tergantung pada stabil tidaknya landasan-landasan itu, baik kestabilan dalam arti
konsepsional maupun dalam arti operasional.
Dalam sidang umum MPR bulan maret 1978, oleh MPR telah di tetapkan sebuah
“Pedoman Penghayatan dan Pengmalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa)”
melalui Tap MPR No.II tahun 1978. Sebagai pedoman, berarti sebagain penuntun,
pegangan atau petunjuk hidup, baikbagi tiap warga negara, tiap pejabat
pemerintahan dalam kedudukannyasebagai penyelenggara negara, tiap lembaga
pemerintahan, tiap kolektiva masa dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sesuai
dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing.
5. Unsur-Unsur Negara
A. Adanya rakyat, rakyat suatu negara adalah semua orang yang ada dalam
daerah negara .
UUD adalah seumber utama dari norma-norma hukum tata negara. Sejalan dengan
definisi hukum tata negara, maka juga Undang-Undang Dasar memuat norma-
norma yang mengatur struktur pemerintahan negara. Dalam segi kebijaksanaan
politik dan tujuan negara UUD juga merupakan induk ketentuan dalam negara
kita. Jelas dalam pembukaan UUD 1945 disebut garis utama bagi kebijaksanaan
politik pemerintahan kita yang sekaligus merupakan tujuan negara yaitu pada
alinea ke-IV pembukaan itu. Tujuan ini menjadi kebijaksanaan politik bagi MPR
dalam perencanaan dan penetapan GBHN.
Ideologi negara adalah falsafah kenegaraan dan merupakan basis idealis bagi
negara dan bangsa yang bersangkutan. Ideologi negara ini merupakan “dasar atau
UUD dan GBHN, merupakan 2 dokumen penting dalam negara. Pengertian dari
UUD sendiri adalah ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur struktur
pemerintahan negara. Sedangkan GBHN adalah ketentuan-ketentuan pokok
mengenai jalannya pemerintahan atau kebijaksanaan politik dalam negara, dengan
kata lain, garis politik baik mengenai politik dalam negeri maupun politik luar
negeri. Persamaan keduanya adalah menganut ideologi yang sama dan tujuan
yang sama yaitu Pancasila.
Suatu UUD diakatakan mulur dan fleksibel kalau UUD itu sedemikian elastik dan
mudah disesuaikan dalam penggunaanya. Mulur (elastik) berarti mulur, dapat
diulur dan fleksibel yaitu selalu daat disesuaikan dengan kemauan masyarakat.
Mulur dan flesibelnya suatu UUD tidak bergantung pada sedikitnya pasal atau
singkatanya bunyi UUD itu, teteapi terletak pada ada tidaknya kemungkinan-
kemungkinan buat dipergunakan mengatur dan memenuhi kepentingan-
kepentingan dan hasrat-hasrat hukum dari masyarakat dalam setiap situasi dan
peristiwa.
BAB II
Menurut Van Vollenhoven, berbeda dengan Montesquieu bahwa tugas begara itu
bukan 3 tetapi 4 yaitu : 1. Tugas Legilatif, 2. Tugas Eksekutif, 3. Tugas Judikatif,
4. Tugas Polisonil (memelihara ketentraman dan keamanan). Yang dimaksud 4
tugas itu ialah tugas pemerintah untuk mengawasi pelaksaan peraturan-peraturan
hukum oleh warga negara individual.
Menurut John Locke, kekuasaan negara harus dibagi dalam 3 kekuasaan yaitu : 1.
Kekuasaan Legislatif (wewenang membuat pemerintah), 2. Kekuasaan Eksekutif
(mempertahankan peraturan serta mengadili perkara), 3. Kekuasaan F ederatif
(wewenang yang tidak termasuk legislatif dan eksekutif) hubungannya dengan
luar negeri.
2. Wewenang Legilatif
Apabila perlemen yang pertama terbentuk di dunia, tidak dapat dipastikan, namun
menurut sejarah parlemen yang tertua sudah ditemukan misalnya di Norwegia,
Eslandia, dan lain-lain. Di zaman Wilian the Conqueror diawal abad ke-11, telah
dikenal suatu badan “Great Council” yang merupakan badan penasehat bagi raja,
tetapi badan ini belum dapat disebu badan perwakilan rakyat karena yang duduk
didalamnya ukan wakil rakyat, melainkan kaum bangsawan.
Asal Parpol dan Golkar menurut Uutersebut, ialah Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan Parpol dan Golkar : 1. Mewujudkan cita-cita bangsa, 2.Menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur, 3. Mengembangkan kehidupan Demokrasi dan
Pancasila. Fungsi keduanya yaitu : 1. Sebagai Lembaga Demokrasi Pancasila
menyalurkan pendapat dan aspirasi secara sehat dan mewujudkan hak-hak politik
rakyat, 2. Membina warganya menjadi warganegara Indonesia yang bermoral
Pancasila.
Ada 3 dasar pembuatan peraturan negara baik di tingkt pusat maupun legislatif,
yaitu :
Rapat DPR adalah suatu kumpulan dari anggota-anggota DPR dalam hari-hari
tertentu , sedangkan sidang adalah rentetan dari rapat-rapat yang diadakan oleh
DPR dalam waktu yang tertentu. Di dalam pasal 66 UUD tahun 1950, dimana
daitur sebagai berikut :
Disamping wewenang eksekutif dan legislatif juga ada wewenang judikatif, yang
bertugas menjalankan wewenang kehakiman, baik dilapangan hukum publik dan
dilapangan hukum privat, baik dikalangan sipil maupun militer.
Bahwa suatu undang-undang tidak sah dapat dilihat dalam 2 alasan, yakni alasan
material dan alasan formal. Suatu UU tidak sah karena alasan material berarti UU
itu tidak sah karena bertentangan dengan UUD. Suatu UU tidak sah dengan alasan
formal kalau dalam proses pembuatan UU itu terdapat cacat. Dalam pasal 26 UU
No.14 tahun 1970 diatur :
Negara pelayanan (Service state), public service adalah istilah cakupan meliputi
seluruh peranan dan fungsi pemerintah baik sebagai political state ataupun legal
state maupun sebagai adminitrative state. Pelayanan umum tugas mana
merupakan tugas dari semua aparat pemerintahan termasuk para pegawai negeri
sebagai alat pemerintahan.
Asas-asas yang baik menurut pendapat Prof. Crince le Roy adalah asas yang tepat
bagi pemerintahan yang baik dan bagi kehidupan bernegara hukum di Indonesia,
akan ditemukan serentak dengan penemuan sistem hukum yang tepat untuk
Indonesia di masa yang akan datang. Langkah pertama, ialah menemukan dasar-
dasar penghayatan filsafat negara, konstitusi negara, tujuan negara, dan kaidah-
kaidah yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Kemudian menetapkan
sistemnasional untuk berbagai bidang kehidupan bernegara.
BAB III
PEMERINTAHAN DAERAH
4. Distribusi Kekuasaan
1. Pembabak UUD RI
Semenjak proklamasi kemerdekaan dan berdirinya negara RI, sudah kurang leih
30 tahun berjalan bersama ddenga Republik ini, menempuh berbagai peristiwa
dan pengalaman-pengalaman ketatanegaraan ditanah air. UUD 1945 berlaku
kembali. Sebagaiman diketahui UUD 1950 yang berlaku mulai dai tanggal 17
agustus1950sampai tanggal 1959, adalah UUD yang sifatnya sementara, dan
diharapkan pada ketika itu, konstituante akan dapat terbentuk dan selanjutnya
akan menyusun sebuah UUD yang baru buat menggantikan UUD 1950 tersebut .
Disepanjang sejarah dan pasang surutnya ketatanegaraan indonesia ini telah
menempuh 4 babak perundang-undangan dengan mempergunakan 3 macam
UUD, yakni :
A. UUD 1945 yang berlaku dimassa RI yogya, mulai dari bulan agustus 1949
– desember 1949.
B. UUD RIS 1949, mulai dari bulan desember 1949 sampai bulan agustus
1950.
C. UUD 1950 mulai dari bulan agustus1950 sampai bulan juli 1959.
D. UUD 1945 berlaku kembali mulai dari tahun 1959 sampai sekarang.
Sebagai suatu UUD, kesemua UUD termasuk UUD 1945, UUD RIS 1949 dan
UUD 1950 adalah merupakan induk hukum dan landasan hukum yang tertinggi
bagi ketatanegaraan. Ketiga UUD ini menganut dasar filsafat yang sama yaitu
Pancasila. Tetapi mengenai susunan adalah berbeda. UUD 1945 dan UUD 1950
menghendaki negara kesatuan sedangkan UUD RIS 1949 menghendaki negara
serikat. Perbedaan yang lebih menonjol adalah pada struktur kekuasaan
pemerintah. Pada UUD RIS 1949 dan UUD 1950 dikenal konstituante sebagai
Ada beberapa hal yang sangat spesifik dalam UUD 1945 diantaranya adalah :
Diantara tahun 1959dan 1973 dapat dikatakan sifat kesementaraan amat menonjol
dalam ketatanegaraan kita, baik dibidang perlengkapan negara maupun bidang
perundang-undangan. Pada taraf permulaan lahir MPRS, DPRGR dan DPAS yang
bersifat sementara sebelum diadakannya pemilihan umum untuk pembentukan
badan-badan tersebut. MPRS dimasa kepemimpinan soekarno tidak menjalankan
tugas nya dengan baik dengan pemerintah. Banyak penyimpangan terhadap
pemerintahan, baik di bidang perundang-undangan, bidang perlengkapan negara,
berjalan tanpa control yang semestinya dari MPRS selaku lembaga tertinggi di
negara ini.
5. Pemerintahan Daerah
6. Hak-Hak Asasi
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang teah dimiliki sesorang sejak ia ada
didalam kandungan. Masalah jaminan hak asasi, secara teori adalah merupakan
salah satu pertandakah pada negeri hukum. Hak asasi tidak lepas dari kebebasan
asasi maupun kewajiban asasi. Hak yang dimaksud adalah hak selaku warga
negara atau sebagai manusia yang perbedaanya menurut sarana atau jalan untuk
memperoleh hak asasi itu. Bahwa kebebasan ini adalah sarana untuk mencapai
hak asasi.
Pembabakan masa jabatan presiden ini, kami mulai dari tahun 1959 yaitu dalam
rangka berlakunya kembali UUD 1945, yang mengandung rentetan tahap-tahap
kepresidenan. Melalui judul ini kita akan mengikuti tahapan sengkat kepresidenan
khusus semenjak berlakunya kembali UUD 1945 sampai sekarang.
A. Dekrit Presiden
B. Ketetapan MPRS No III tahun 1963
C. Peristiwa G30S/PKI
D. Super Semar 1966
E. Ketetapan MPRS No. IX tahun 1966
F. Penyerahan kekuasaan tanggal 20 februari 1967
G. Resolusi dan memorandum DPRGR 9 maret 1967
H. Ketetapan MPRS No. XXXIII tahun 1967
I. Ketetapan MPRS No. XLIV tahun 1968
Seperti yang dibahasa dalam materi selanjutnya tentang ketetapan MPRS. Dalam
sidangu mum MPRS ditahun 1966,1967 dan 1968, dilahirkan beberapa tap-tap
MPRS dalam rangka usaha tersebutyang sekaligus merupakan landasan
kebijaksanaan bagai pemerintah. Sidang umum ke-IV ini berlangsung dari tanggal
20 juni 1966 dan menghasilkan 24 ketetapan resolusi dan 1 keputusan MPRS.
Ketetapan MPRS ini meliputi berbagai bidang ketatanegaraan dan kebanyakan
berupa usaha memurnikan kembali pelaksaaan pemerintah sesuai UUD 1945.
MPR yang diilih melalui pemilu 3 jul 1972, dan yang diresmikan 1 oktober 1972,
melakukan sidang umum yang pertama pada bulan maret 1973 dan melahirkan 11
tap yaitu :
11. Rangkuman
1. Tiga landasan ketatanegaraan yang senantiasa menjadi dasar pelaksanaan
kekuasaan, yaitu : landasan filosofik, landasan juridik, landasan politik.
2. Kemantapan 3 landasan itu, baik secara konsepsional maupun operasional
merupakan syarat kemantapan organisasi dan jalannya pemerintahan untuk
mencapai tujuan negara.
3. Di sepanjang sejarah ketatanegaraan RI tercatat adanya pergantian babak,
baik di bidang perundang-undangan dasar mapun di bidang haluan negara.
4. Masalah pokok dalam kehidupan bernegara adalah bagaimana seharusnya
menjalankan pemerintahan menurut ketentuan UUD untuk
membahagiakan masyarakat sesuai denga tujuan nasional yang ada dalam
UUD.
5. Jika suatu GBHN telah rapung dan ditetapkan oleh MPR, berarti telah di
temukan konsensus mengenai haluan negara dan berakhirlah perbedaan
pendapat mengenai tersebut.
6. UUD 1945 dan tap MPR No III tahun 1978 mengandung dasar pengakuan
akan adanya kemungkinan perbedaan pandangan dan pendapat antara DPR
dan presiden mengenai pelaksaan GBHN dan UUD.
7. DPR atas nama forum tidak berwenang minta pertanggungjawaban
presiden.
8. Diaharapakan benar agar pihak DPR di masa yang akan datang lebih giat
di bidang perundang-undangan dan mempergunakan hak prakarsanya