Anda di halaman 1dari 261

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
P U T U S A N

si
Nomor : 502 K/Pdt.Sus/2010

ne
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)

do
gu dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara :

In
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU),
A
berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda No.36 Jakarta Pusat, dalam
hal ini memberi kuasa kepada MOHAMMAD REZA, SH. dan
ah

lik
kawan-kawan, para Pegawai Biro Penegakan Hukum dan Biro
Kebijakan Persaingan Sekretariat Komisi Pengawas Persaingan
am

ub
Usaha, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Februari 2010,
sebagai Pemohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan ;
melawan :
ep
k

PT CARREFOUR INDONESIA, yang berkedudukan di Carrefour


ah

Lebak Bulus, lantai 3 Jl. Lebak Bulus Raya No. 8 Jakarta 12310,
R

si
yang dalam hal ini memberikan kuasa kepada : IGNATIUS ANDY,
SH. dan kawan-kawan, para Advokat, berkantor di The East

ne
ng

Tower, lantai 32, Mega Kuningan LOT # E32, Jakarta 12950,


berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Maret 2010, sebagai

do
Termohon Kasasi dahulu PEMOHON KEBERATAN (dahulu
gu

TERLAPOR) ;
Mahkamah Agung tersebut ;
In
A

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;


Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Termohon
ah

lik

Kasasi dahulu sebagai Pemohon Keberatan (dahulu Terlapor) telah


mengajukan permohonan Keberatan terhadap putusan Komisi Pengawas
m

ub

Persaingan Usaha dahulu sebagai Termohon Keberatan di muka persidangan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai
ka

berikut :
ep

Bahwa Pemohon telah mengajukan permohonannya tentang keberatan


atas putusan KPPU Nomor : 09/KPPU.L/2009 tanggal 3 Nopember 2009; yang
ah

pada intinya berbunyi sebagai berikut:


es
M

ng

on
gu

Hal. 1 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Menyatakan bahwa PT. Carrefour

R
Indonesia terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 17 ayat (1)

si
dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun 1999;

ne
ng
2. Menyatakan bahwa terlapor, PT.
Carrefour Indonesia tidak terbukti melanggar pasal 20 dan pasal 28 ayat (2)
UU No. 5 Tahun 1999;

do
gu 3. Memerintahkan terlapor, PT. Carrefour
Indonesia untuk melepaskan seluruh kepemiliknnya di PT. Alfa Retailindo,

In
A
Tbk kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT. Carrefour Indonesia
selambat-lambatnya satu tahun setelah putusan ini berkekuatan hukum
ah

tetap;

lik
4. Menghukum terlapor PT. Carrefour
Indonesia membayar denda sebesar Rp.25.000.000.000,00 (Dua puluh lima
am

ub
miliar rupiah) yang harus disetor ke kas Negara, sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen
ep
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
k

Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan


ah

423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Perdagangan Usaha);


R

si
Bahwa Pemohon keberatan secara tegas menolak seluruh hal-hal yang
dinyatakan dalam putusan Termohon keberatan karena Pemohon keberatan

ne
ng

tidak melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha

do
gu

tidak sehat (UU Antimonopoli) kecuali hal-hal yang diakui secara tegas oleh
pemohon keberatan baik dalam pembelaan dari Pemohon keberatan tanggal 13
Oktober 2009 maupun dalam keberatan ini.
In
A

A. ARGUMENTASI HUKUM MATERIAL


A.I. PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN
ah

lik

KARENA PEMOHON KEBERATAN TIDAK MELANGGAR PASAL


17 AYAT (1) UU ANTIMONOPOLI
1. Termohon keberatan dalam butir 1 amar putusannya antara lain
m

ub

menyatakan bahwa Pemohon Keberatan melanggar Pasal 17


ka

ayat (1) UU Antimonopoli. Kami mohon Majelis Hakim Yang


ep

Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan


butir 1 tersebut karena Pemohon Keberatan sama sekali tidak
ah

melanggar Pasal 17 (1) UU Antimonopoli sebab unsur-unsur


es

ketentuan ini tidak terbukti.


M

ng

2. Pasal 17 UU Antimonopoli menyatakan :


on
gu

Hal. 2 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas

R
produksi dan / atau pemasaran barang dan / atau jasa yang

si
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau

ne
ng
persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang

do
gu dan/jasa sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila :
a. Barang dan / atau jasa yang bersangkutan

In
A
belum ada subtitusinya, atau
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat
ah

masuk ke dalam persaingan usaha barang dan / atau

lik
jasa yang sama; atau
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
am

ub
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen)
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
ep
3. Berdasarkan ketentuan di atas, unsur-unsur Pasal 17 ayat (1)
k

UU Antimonopoli adalah sebagai berikut :


ah

a. Melakukan penguasaan atas produksi dan


R

si
atau pemasaran barang/jasa; dan
b. Mengakibatkan praktek monopoli dan atau

ne
ng

persaingan usaha tidak sehat.


Kedua unsur di atas bersifat kumulatif. Artinya, apabila salah

do
gu

satu unsur tidak terpenuhi maka tuduhan pelanggaran terhadap


pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli tidak terbukti.
4. Dalam menentukan ada atau tidaknya ”Penguasaan atas
In
A

produksi dan atau pemasaran” pada unsur pertama di atas harus


merujuk kepada Pasal 17 ayat (2) UU Antimonopoli yang
ah

lik

menyatakan bahwa pelaku usaha baru dianggap melakukan


penguasaan atas produksi dan atau pemasaran sebagaimana
m

ub

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli apabila


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
ka

a. Barang atau jasa yang bersangkutan belum


ep

ada substitusinya; atau


ah

b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat


R

masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa


es

yang sama; atau


M

ng

on
gu

Hal. 3 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku

R
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa

si
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

ne
ng
Hal di atas sesuai dengan pendapat ahli hukum Prof. Erman
Rajagukguk, S.H.,LL.M.,Ph.D pada halaman 2 yang
menyatakan :

do
gu ”Selain syarat-syarat sebagaimana dirumuskan dalam pasal
17 ayat (1), maka pelaku usaha baru bisa diduga atau dianggap

In
A
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa (memenuhi syarat b pada Pasal 17 ayat
ah

(1)) apabila memenuhi Pasal 17 ayat (2) yaitu :

lik
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
am

ub
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;
ep
atau
k

c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha


ah

menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar


R

si
satu jenis barang atau jasa tertentu.
(Bukti P-2)

ne
ng

Termohon keberatan dan putusannya juga menyatakan /


mengakui bahwa pelaku usaha baru dianggap menguasai pasar

do
gu

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU


Antimonopoli apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam Pasal 17 ayat (2) UU Antimonopoli. Butir 6.3.6.1 halaman
In
A

264 Putusan Termohon Keberatan menyatakan :


”Pelaku usaha dianggap menguasai pasar sesuai dengan
ah

lik

ketentuan pasal 17 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999 apabila (a)


barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
m

ub

substitusinya; atau (b) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak


dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan jasa yang
ka

sama, atau (c) suatu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
ep

usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa


ah

pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”


R

A.I.1 Unsur Melakukan Penguasaan Pasar TIDAK TERBUKTI


es

5. Sesuai penjelasan di atas, Pemohon Keberatan baru dianggap


M

ng

melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran


on
gu

Hal. 4 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(menguasai pasar) apabila memenuhi syarat-syarat sebagai

R
berikut :

si
(i) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

ne
ng
substitusinya; atau
(ii) Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha atas barang/jasa yang sama; atau

do
gu (iii) Menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang
dan atau jasa tertentu

In
A
6. Ketiga syarat yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UU
Antimonopoli di atas dalam perkara ini tidak terbukti dengan
ah

penjelasan sebagai berikut:

lik
(i) Pemohon Keberatan
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
am

ub
pemasaran / penjualan berbagai jenis barang secara
eceran (usaha ritel modern). Barang-barang yang dijual
ep
oleh Pemohon Keberatan merupakan barang yang terdapat
k

banyak substitusi atau bahkan sama dengan barang yang


ah

dijual oleh peritel modern lainnya baik yang berbentuk


R

si
minimarket, supermarket, hypermarket, departement store,
grosir dan termasuk toko modern spesialis seperti

ne
ng

Electronic City. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan Tabel


1 pada halaman 38-39 yang pada intinya menunjukkan

do
gu

bahwa terdapat kesamaan barang yang dijual oleh


Pemohon Keberatan sebagai hypermarket dengan barang
yang dijual oleh peritel modern lainnya baik yang berbentuk
In
A

minimarket, supermarket, departement store, grosir,


maupun toko spesialis modern.
ah

lik

Oleh karena itu, Pemohon Keberatan tidak mungkin


mempunyai posisi monopoli karena barang yang dijual oleh
m

ub

Pemohon Keberatan bukan barang eksklusif, melainkan


barang yang sama, sejenis atau terdapat substitusi dengan
ka

barang yang dijual oleh peritel modern lainya. Selain itu,


ep

dilihat dari segi jenis usahanya juga terdapat banyak


ah

substitusi karena peritel modern di Indonesia jumlahnya


R

sangat banyak dengan berbagai format, baik di tingkat lokal


es

maupun nasional seperti yang dijelaskan pada bagan 4


M

ng

halaman 48-49. Dengan demikian unsur melakukan


on
gu

Hal. 5 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang yang

R
diatur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a UU Antiomonopoli

si
TIDAK TERBUKTI.

ne
ng
(ii) Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
sama sekali tidak pernah menghambat atau menghalangi
pihak manapun yang ingin melakukan kegiatan usaha yang

do
gu sama. Pemohon Keberatan tidak pernah mengakibatkan
pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

In
A
usaha ritel modern dan untuk menjual barang yang sama.
Para pelaku usaha lain sepenuhnya mempunyai kebebasan
ah

untuk masuk ke dalam pasar ritel modern yang sama atau

lik
melakukan kegiatan usaha yang sama. Berdasarkan
analisa pada Bagian B.III.2 halaman 72-75 terdapat bukti
am

ub
bahwa tidak ada hambatan masuk pasar (no entry barrier)
dalam sektor ritel modern di Indonesia. Hal ini karena
ep
jumlah peritel modern sangat banyak dan selalu bertambah
k

dari waktu ke waktu. Selain itu, masing-masing dari peritel


ah

modern tersebut terus menerus melakukan ekspansi untuk


R

si
membuka lahan atau gerai baru tanpa hambatan sehingga
setiap tahun jumlah gerainya bertambah banyak. Dengan

ne
ng

demikian unsur Pasal 17 ayat (2) huruf b UU Antimonopoli


TIDAK TERBUKTI.

do
gu

Tidak adanya hambatan tersebut juga sesuai dengan


pendapat ahli Prof. Erman Rajagukguk, S.H.,LL.M.,Ph.D
pada halaman 4 yang menyatakan :
In
A

”Syarat Pasal 17 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1999 juga


tidak terpenuhi, karena syarat ini haruslah mempunyai
ah

lik

hubungan kausalitas atau sebab akibat dengan


penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
m

ub

atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1


UU No. 5 Tahun 1999. (Bukti P-2)
ka

Berdasarkan penjelasan di atas unsur Pasal 17 ayat (2)


ep

huruf b TIDAK TERBUKTI.


ah

(iii) Sesuai analisa pada bagian B.I halaman 34-62 bahwa pasar
R

bersangkutan dalam perkara ini adalah ritel modern di


es

seluruh wilayah Indonesia. Pemohon Keberatan sama


M

ng

sekali tidak menguasai pangsa pasar sebesar lebih dari


on
gu

Hal. 6 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
50% dalam sektor ritel modern. Berdasarkan kajian AC

R
Nielsen jumlah pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam

si
sektor ritel modern hanya sebesar 17% (tahun 2008) (Bukti

ne
ng
P-3/C160), sedangkan berdasarkan kajian MARS Indonesia
pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor ritel
modern bahkan hanya sebesar 5,8% (tahun 2008) (Bukti P-

do
gu 4). Sementara itu, berdasarkan data Euromonitor yang ada
dalam Putusan Termohon Keberatan sendiri, pangsa pasar

In
A
Pemohon Keberatan hanya sebesar 19,63% (tahun 2007).
Pemohon Keberatan telah menjelaskan hal ini pada Bagian
ah

B.II halaman 62-69 dalam Keberatan ini. Oleh karena itu,

lik
dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar Pemohon
Keberatan masih jauh dari bawah 50%.
am

ub
Dengan demikian, unsur menguasai lebih dari 50% pangsa
pasar yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c UU
ep
Antimonopoli TIDAK TERBUKTI.
k

7. Berdasarkan seluruh analisa di atas unsur ”melakukan


ah

penguasaan atas produksi dan atau pemasaran” TIDAK


R

si
TERBUKTI karena syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 17
ayat (2) UU Antimonopoli TIDAK TERBUKTI. Dengan demikian,

ne
ng

terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 17


ayat (1) UU Antimonopoli.

do
gu

A.I.2 Unsur Mengakibatkan Praktek Monopoli dan atau Persaingan


Usaha Tidak Sehat
A.I.2.1Unsur Mengakibatkan Praktek Monopoli Tidak Terbukti
In
A

8. Pasal 1 angka 2 UU Antimonopoli menyatakan :


”Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh
ah

lik

satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya


produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
m

ub

sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat


merugikan kepentingan umum.”
ka

9. Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat beberapa syarat yang


ep

harus dipenuhi dalam menentukan terpenuhinya unsur praktek


ah

monopoli, yaitu :
R

(i) Terdapat pemusatan kekuatan ekonomi;


es

(ii) Mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau


M

ng

pemasaran;
on
gu

Hal. 7 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(iii) Menimbulkan persaingan usaha tidak sehat; dan

R
(iv) Merugikan kepentingan umum

si
10. Syarat-syarat dalam Pasal 1 angka 2 UU Antimonopoli di atas

ne
ng
tidak terbukti dengan penjelasan sebagai berikut :
(i) Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Antimonopoli, yang
dimaksud dengan pemusatan kekuatan ekonomi adalah

do
gu ”Penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan
oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat

In
A
menentukan harga barang dan atau jasa”.
Berdasarkan ketentuan di atas, Pemohon Keberatan sama
ah

sekali tidak mempunyai penguasaan yang nyata pada pasar

lik
bersangkutan dalam perkara ini, yaitu ritel modern.
Berdasarkan analisa pada bagian B.II halaman 62-69
am

ub
pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor moden
masih jauh di bawah 50%.
ep
Selain itu, Pemohon Keberatan juga tidak mempunyai
k

kekuasaan atau kemampuan untuk secara absolut


ah

menentukan harga barang yang hendak dijual kepada


R

si
konsumen akhir karena harga barang yang dijual oleh
Pemohon Keberatan sebelumnya sudah ditetapkan oleh

ne
ng

pamasok. Pemohon Keberatan dalam hal ini hanya


mengambil margin keuntungan tertentu yang wajar dari

do
gu

harga barang yang dibeli dari pemasok pada saat menjual


barang kepada konsumen akhir. Dalam Putusan Termohon
Keberatan juga tidak ada bukti bahwa Pemohon Keberatan
In
A

mempunyai kemampuan untuk menentukan harga kepada


konsumen Pemohon Keberatan.
ah

lik

Lebih lanjut, Pemohon Keberatan sama sekali tidak


mempunyai kemampuan untuk menetapkan margin
m

ub

keuntungan yang tinggi atau harga barang yang tinggi


kepada konsumen karena hal ini akan mengakibatkan
ka

konsumen dengan mudah akan berpidah ke peritel modern


ep

lain yang jumlahnya sangat banyak. Dalam sektor ritel tidak


ah

mungkin ada pelaku usaha yang mempunyai kemampuan


R

untuk menentukan harga (harga tinggi untuk keuntungan


es

yang sebesar-besarnya) karena persaingan usaha di sektor


M

ng

ritel modern sangat ketat. Kondisi ini hanya dapat terjadi


on
gu

Hal. 8 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam suatu sektor usaha yang sepenuhnya dimonopli oleh

R
Pelaku Usaha tertentu sehingga konsumen tidak

si
mempunyai pilihan lain selain membeli barang dari pelaku

ne
ng
usaha tersebut.
Oleh karena itu, dalam hal ini Pemohon Keberatan hanya
bertindak sebagai penerima harga (price taker) dan bukan

do
gu sebagai penentu harga (price maker) dalam pasar
bersangkutan. Dengan demikian unsur atau syarat terdapat

In
A
”pemusatan kekuatan ekonomi” dalam perkara ini TIDAK
TERBUKTI.
ah

(ii) Berdasarkan penjelasan

lik
di atas, terbukti bahwa tidak terdapat pemusatan kekuatan
ekonomi oleh Pemohon Keberatan. Dengan demikian,
am

ub
unsur atau syarat ”mengakibatkan dikuasainya produksi
dan atau pemasaran” dalam Pasal 1 angka 2 UU
ep
Antimonopoli secara otomatis tidak terpenuhi. Selain itu,
k

faktanya berdasarkan analisa pada Bagian B. II halaman


ah

62-69 Pemohon Keberatan tidak menguasai pasar ritel


R

si
modern di Indonesia karena pangsa pasar Pemohon
Keberatan dalam sektor ritel modern masih jauh di bawah

ne
ng

50%. Perlu kami tegaskan kembali bahwa peritel modern di


Indonesia jumlahnya sangat banyak dengan berbagai

do
gu

format, baik di tingkat lokal maupun nasional. Pemohon


Keberatan hanya merupakan salah satu peritel modern.
Pemohon Keberatan tidak menguasai pasar ritel modern
In
A

tersebut.
(iii) Pemohon Keberatan tidak
ah

lik

pernah melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan


persaingan usaha tidak sehat. Pemohon Keberatan tidak
m

ub

pernah menghambat atau menghalangi pelaku usaha lain


yang ingin masuk ke dalam pasar ritel modern. Pemohon
ka

Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu


ep

memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku.


ah

Pemohon Keberatan juga tidak pernah menghambat inovasi


R

pemasok. Pemohon Keberatan justru mendukung adanya


es

inovasi produk pemasok dan faktanya inovasi pemasok dari


M

ng

tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini secara


on
gu

Hal. 9 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
lengkap sudah Pemohon Keberatan analisa pada bagian B.

R
IX halaman 111-114.

si
Penerapan standard trading terms yang sama kepada

ne
ng
Pemasok Pemohon Keberatan (hypermarket) dan pemasok
PT. Alfa Retailindo, Tbk. (”Alfa Retailindo”), (supermarket)
tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.

do
gu Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

In
A
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
(”Perpres Ritel”) maupun Peraturan Menteri Perdagangan
ah

Republik Indonesia Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2008

lik
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
am

ub
(”Permendag Ritel”) sama sekali tidak ada larangan untuk
menerapkan standard trading terms yang sama kepada ritel
ep
modern karegori hypermarket dan supermarket karena
k

ketentuan-ketentuan tersebut diperuntukkan oleh semua


ah

toko modern sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Hal ini


R

si
secara lengkap Pemohon Keberatan analisa pada Bagian
B. V halaman 80-84 dalam Keberatan ini.

ne
ng

Pemohon Keberatan juga tidak pernah memaksa pemasok


Pemohon Keberatan untuk juga memasok kepada Alfa

do
gu

Retailindo. Para pemasok sepenuhnya mempunyai


kebebasan untuk memasok atau tidak memasok kemana
pun. Seringkali, justru pemasok sendiri yang mempunyai
In
A

keinginan untuk memasok baik kepada Pemohon


Keberatan maupun kepada Alfa Retailindo, karena hal
ah

lik

tersebut sangat menguntungkan yaitu semakin banyak


barang yang dapat dijual kepada paritel. Penjelasan
m

ub

mengenai hal ini secara lengkap Pemohon Keberatan


analisa pada Bagian B.X.1 halaman 115.
ka

Berdasarkan penjelasan di atas unsur ”menimbulkan


ep

persaingan usaha tidak sehat” tidak terbukti.


ah

Pemohon Keberatan juga tidak melakukan hal-hal yang


R

merugikan kepentingan umum atau konsumen. Kegiatan


es

usaha Pemohon Keberatan justru menguntungkan


M

ng

konsumen karena Pemohon Keberatan mampu menjual


on
gu

Hal. 10 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
barang dengan harga yang kompetitif atau bersaing karena

R
praktek bisnis yang efisien, pola distribusi yang singkat,

si
keunggulan manajemen dan sumber daya serta hal lainnya.

ne
ng
Dalam Putusan Termohon Keberatan tidak ada bukti bahwa
Pemohon Keberatan merugikan konsumen. Selain itu,
Putusan Termohon Keberatan pada butir 6.3.8.16 halaman

do
gu 269 yang menyatakan bahwa ”dalam jangka pendek
mengakibatkan konsumen kehilangan pilihan” merupakan

In
A
pernyataan yang tidak berdasar dan bertentangan dengan
bukti-bukti. Faktanya, dari waktu ke waktu jumlah peritel
ah

dan masing-masing gerainya terus bertambah sehingga

lik
justru konsumen semakin mempunyai banyak pilihan, baik
dari segi format ritel maupun barang yang hendak dibeli.
am

ub
Dengan demikian unsur ”merugikan kepentingan umum”
ini TIDAK TERBUKTI.
ep
11. Berdasarkan penjelasan di atas Pemohon Keberatan tidak
k

melakukan praktek monopoli karena unsur-unsur praktek


ah

monopoli yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU Antimonopoli


R

si
adalah TIDAK TERBUKTI.
A.I.2.2Unsur Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat TIDAK

ne
ng

TERBUKTI
12. Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli menyatakan :

do
gu

”Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku


usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara
In
A

tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan


usaha”.
ah

lik

Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat unsur yang harus


dipenuhi dalam menentukan adanya persaingan usaha tidak
m

ub

sehat, yaitu :
(i) Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
ka

kegiatan produksi atau pemasaran barang; dan


ep

(ii) Dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum


ah

atau menghambat persaingan usaha.


R

13. Yang dimaksud dengan persaingan antar pelaku usaha dalam


es

hal ini adalah persaingan antara Pemohon Keberatan dengan


M

ng

sesama peritel modern lainnya baik yang berbentuk minimarket,


on
gu

Hal. 11 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
supermarket, departement store, hypermarket, grosir termasuk

R
toko spesialis modern (hubungan horizontal). Masing-masing

si
dari peritel modern ini bersaing satu sama lain karena berada

ne
ng
dalam pasar bersangkutan yang sama. Namun demikian,
persoalan yang dipermasalahkan dalam Putusan Termohon
Keberatan adalah mengenai hubungan antara Pemohon

do
gu Keberatan dan pemasok (hubungan vertikal). Oleh karena
bersifat vertikal, maka Pemohon Keberatan dan pemasoknya

In
A
bukan merupakan pesaing satu sama lain karena tidak berada
dalam pasar bersangkutan yang sama. Hubungan antara
ah

pemasok dan Pemohon Keberatan adalah hubungan antara

lik
penjual barang (pemasok) dan pembeli barang (Pemohon
Keberatan). Dengan demikian, Termohon Keberatan salah
am

ub
dalam menerapkan hukum dalam perkara ini. Sebagai
konsekuensinya, unsur ”persaingan antar pelaku usaha” yang
ep
dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli ini tidak
k

terbukti.
ah

14. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya


R

si
selalu berlaku jujur dan tidak melawan hukum. Pemohon
Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu

ne
ng

memperhatikan etika bisnis serta ketentuan hukum yang berlaku.


Termohon Keberatan dalam Putusannya juga tidak

do
gu

menjelasnkan perbuatan tidak jujur atau melawan hukum apa


yang dilakukan oleh Pemohon Keberatan.
Selain itu, trading terms (syarat-syarat perdagangan) antara
In
A

Pemohon Keberatan dengan pemasok sudah sesuai dengan


ketentuan hukum yang berlaku dan ditandatangani sebagai hasil
ah

lik

negoisasi. Hal ini sesuai dengan analisa pada Bagian B.VIII


halaman 105-111 dalam Keberatan ini.
m

ub

Pemohon Keberatan dalam menjalankan usahanya tidak pernah


menghambat persaingan usaha. Pemohon Keberatan tidak
ka

pernah menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam


ep

pasar bersangkutan yang sama (pasar ritel modern).


ah

Sebaliknya, justru terdapat persaingan usaha yang sehat dan


R

kompetitif dalam sektor ritel modern, yang ditandai dengan ciri-


es

ciri sebagai berikut:


M

ng

on
gu

Hal. 12 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(i) Terdapat banyak pemaian dalam sektor ritel modern baik

R
di tingkat nasional maupun lokal;

si
(ii) Tidak ada hambatan terhadap pelaku usaha manapun

ne
ng
untuk masuk ke dalam pasar ritel modern (no entry barrier).
(iii) Terdapat strategi pemasaran barang antar sesama peritel
modern yang kreatif, inovatif dan menguntungkan

do
gu konsumen.
(iv) Konsumen mempunyai banyak pilihan baik dari jenis

In
A
barang yang hendak dibeli maupun jenis format ritel modern
yang dapat dikunjungi;
ah

(v) Barang yang dijual sangat homogen; dan

lik
(vi) Pelaku usaha bertindak sebagai penerima harga (price
taker) mengingat adanya persaingan yang sangat kompetitif
am

ub
dan sehat tersebut.
Hal ini secara lengkap Pemohon Keberatan jelaskan pada
ep
Bagian B.III halaman 69-75 dalam Keberatan ini.
k

Dengan demikian, unsur ”dilakukan dengan cara tidak jujur,


ah

melawan hukum atau menghambat persaingan usaha” tidak


R

si
terbukti.
15. Berdasarkan penjelasan di atas unsur persaingan usaha tidak

ne
ng

sehat yang diatur dalam Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli


TIDAK TERBUKTI.

do
gu

16. Dengan demikian Pemohon Keberatan tidak melangar Pasal 17


ayat (1) UU Antimonopoli karena unsur-unsur ketentuan tersebut
tidak terbukti. Hal ini juga sesuai dengan pendapat ahli Prof.
In
A

Erman Rajagukguk, SH.,LL.M., Ph.D pada halaman 9 yang


menyatakan :
ah

lik

”Sebagai kesimpulan PT. Carrefour Indonesia tidak melanggar


Pasal 17 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999. PT. Carrefour
m

ub

Indonesia tidak melakukan penguasaan atas produksi dan atau


pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
ka

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak


ep

sehat, karena PT. Carrefour Indonesia tidak memenuhi unsur-


ah

unsur Pasal 17 ayat (2a, b, c).”


R

(Bukti P-2)
es

17. Sebagai tambahan, uraian unsur-unsur Pasal 17 ayat (1) UU


M

ng

Antimonopoli dalam Putusan Termohon Keberatan adalah salah


on
gu

Hal. 13 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karena tidak sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Termohon

R
Keberatan menguraikan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan

si
isi Ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam perkara

ne
ng
ini. Selain itu, Termohon Keberatan juga tidak merujuk kepada
Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli dalam
mendefinisikan unsur praktek monopoli dan persaingan usaha

do
gu tidak sehat dalam perkara ini. Hal ini mengakibatkan Putusan
Termohon Keberatan menjadi salah karena didasarkan atas

In
A
uraian unsur-unsur yang salah.
18. Selain itu, penerapan atas unsur-unsur Pasal 17 ayat (1) UU
ah

Antimonopoli dalam Putusan Termohon Keberatan juga tidak

lik
tepat serta tidak konsisten dengan Putusan Termohon
Keberatan sebelumnya. Sebagai contoh, Termohon Keberatan
am

ub
dalam putusannya butir 6.3.7 halaman 265 menyatakan bahwa
salah satu unsur dari Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli adalah
ep
”Perilaku”. Namun demikian, Termohon Keberatan selalu keliru
k

mendefinisikan perilaku yang dimaksud adalah tindakan


ah

akuisisi yang dilakukan oleh Pemohon Keberatan terhadap Alfa


R

si
Retailindo. Penerapan unsur tersebut adalah salah karena
perilaku yang dimaksud seharusnya merupakan perilaku yang

ne
ng

bertentangan dengan hukum seperti menghambat pesaing.


Sedangkan akuisisi merupakan tindakan perusahaan yang

do
gu

wajar, lazim dan keberadaannya diakui dalam berbagai


peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti halnya
merger, peleburan, dan lain-lain. Hal ini diperkuat dengan fakta
In
A

bahwa Termohon Keberatan sendiri dalam perkara lain, yaitu


Putusan No. 07/KPPU-L/2007, mendefinisikan/menerapkan
ah

lik

unsur perilaku sebagai tindakan menghambat interkoneksi yang


dilakukan oleh pelaku usaha (lihat Putusan Termohon Keberatan
m

ub

No.07/KPPU-L/2007 halaman 674 butir 5.6.7.1). Dengan


demikian terbukti bahwa Termohon Keberatan telah keliru dalam
ka

menerapkan unsur-unsur Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli


ep

dalam perkara ini.


ah

19. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
R

membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan


es

4 karena Pemohon Keberatan terbukti tidak melanggar Pasal 17


M

ng

ayat (1) UU Antimonopoli.


on
gu

Hal. 14 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
A.II PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN

R
KARENA TERMOHON KEBERATAN SALAH MENERAPKAN

si
PASAL 17 AYAT (1) UU ANTIMONOPOLI

ne
ng
1. Butir 1 Amar Putusan Termohon Keberatan menyatakan :
”Menyatakan bahwa Terlapor, PT. Carrefour Indonesia terbukti
secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) ...”

do
gu Kami mohon Majelis Hakim yang Terhormat membatalkan amar
putusan di atas karena Termohon Keberatan salah dalam

In
A
menerapkan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam perkara
ini.
ah

2. Inti permasalahan yang dipersoalkan oleh Termohon Keberatan

lik
dalam Perkara ini adalah mengenai hubungan antara Pemohon
Keberatan dengan Pemasok, bukan antara Pemohon Keberatan
am

ub
dengan Konsumen Akhir. Lebih lanjut, pangsa pasar yang
dianalisa secara keliru oleh Termohon Keberatan juga adalah
ep
pasar pasokan dari pemasok kepada peritel atau pasar
k

pembelian dari peritel kepada pemasok, bukan pasar penjualan


ah

dari pemohon keberatan sebagai peritel kepada konsumen akhir.


R

si
Putusan Termohon Keberatan butir 4.15 halaman 240
menyatakan:

ne
ng

LHPL menyatakan pasar produk upstream sebagai pasar


pasokan barang di hypermarket dan supermarket, serta pasar

do
gu

jasa ritel hypermarket dan supermarket. Sedangkan pasar


geografis upstream adalah seluruh wilayah Indonesia”.
3. Oleh karena itu, apabila Termohon Keberatan hendak
In
A

mempersoalkan pasar pasokan barang (sekalipun sebenarnya


tidak ada pelanggaran), maka ketentuan hukum yang
ah

lik

seharusnya diterapkan oleh Termohon keberatan adalah pasal


18 UU Antimonopoli mengenai monopsoni yang menyatakan :
m

ub

(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan


atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa
ka

dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan


ep

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha


ah

tidak sehat.
R

(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai


es

penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal


M

ng

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku


on
gu

Hal. 15 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih

R
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis

si
barang atau jasa tertentu”.

ne
ng
Berdasarkan ketentuan di atas terbukti bahwa hal-hal yang
berkaitan dengan pemasokan atau pasar pasokan diatur dalam
Pasal 18 UU Antimonopoli dan bukan dalam Pasal 17 UU

do
gu Antimonopoli.
4. Namun demikian, termohon keberatan dalam perkara ini secara

In
A
salah menerapkan pasal 17 UU Antimonopoli (mengenai
monopoli) yang menyatakan :
ah

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas

lik
produksi dan / atau pemasaran barang dan / atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
am

ub
dan / atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
ep
penguasaan atas produksi dan / atau pemasaran barang
k

dan / jasa sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila :


ah

i. barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada


R

si
subtitusinya; atau
ii. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke

ne
ng

dalam persaingan usaha barang dan / atau jasa yang


sama; atau

do
gu

iii. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha


menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”.
In
A

Frase ”pemasaran barang” dalam rumusan ketentuan di atas


membuktikan bahwa pasar yang dimaksud dalam Pasal 17 UU
ah

lik

Antimonopoli adalah pasar penjualan (monopoli) dan bukan


pasar pasokan / pembelian (monopsoni). Pasar penjualan yang
m

ub

dimaksud adalah penjualan barang dari Pemohon Keberatan


kepada konsumen akhir.
ka

5. Monopsoni dan monopoli merupakan dua hal yang sangat


ep

berbeda. Monopsoni pada pokoknya mengenai penguasaan


ah

pasar pasokan atau pasar pembelian, sedangkan monopoli


R

mengenai pasar penjualan.


es
M

ng

on
gu

Hal. 16 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Susanti Adi Nugroho, dalam bukunya berjudul ”Hukum

R
Persaingan Usaha di Indonesia” (Mahkamah Agung, 2001)

si
halaman 49 menyatakan :

ne
ng
”Jika dalam hal monopoli, seorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk menjual suatu
produk, maka dalam monopsoni, demikian sebaliknya seorang

do
gu atau satu kelompok usaha yang menguasai pangsa pasar yang
besar untuk membeli suatu produk”.

In
A
6. Berdasarkan analisa di atas terbukti bahwa Termohon Keberatan
salah menerapkan hukum dalam perkara ini. Pemohon
ah

Keberatan seharusnya menerapkan Pasal 18 UU Antimonopoli

lik
(bukan Pasal 17 UU Antimonopoli).
7. Dengan demikian, terbukti bahwa Termohon Keberatan salah
am

ub
dalam menerapkan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam
perkara ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim
ep
Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
k

Keberatan butir 1 di atas. Sebagai konsekuensinya, Majelis


ah

Hakim Yang Terhormat juga patut membatalkan amar putusan


R

si
Termohon Keberatan butir 3 mengenai pelepasan saham dan
amar Putusan Termohon Keberatan butir 4 mengenai denda

ne
ng

sebesar Rp. 25.000.000,-,


A.III MAJELIS HAKIM YANG TERHORMAT PATUT MEMBATALKAN

do
gu

PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN KARENA PEMOHON


KEBERATAN TIDAK MELANGGAR PASAL 25 AYAT (1) HURUF A
UU ANTIMONOPOLI
In
A

1. Butir 1 amar Putusan Termohon Keberatan menyatakan sebagai


berikut :
ah

lik

”Menyatakan bahwa Terlapor, PT. Carrefour Indonesia terbukti


secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) dan
m

ub

pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun 1999.


Pemohon Keberatan secara tegas menolak amar Putusan
ka

Termohon Keberatan ini. Pemohon Keberatan mohon kepada


ep

Majelis Hakim Yang Terhormat untuk membatalkan amar


ah

Putusan Termohon Keberatan butir 1 di atas karena Pemohon


R

Keberatan sama sekali tidak melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a


es

UU Antimonopoli sebab unsur-unsur Pasal ini tidak terbukti.


M

ng

2. Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli menyatakan :


on
gu

Hal. 17 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
”Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik

R
secara langsung maupun tidak langsung untuk :

si
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan

ne
ng
untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen
memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas”.

do
gu 3. Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat beberapa unsur penting
yang harus dibuktikan apabila Termohon Keberatan hendak

In
A
menyimpulkan pelanggaran terhadap Pasal 25 ayat (1) huruf a
UU Antimonopoli, yaitu:
ah

a. Memiliki posisi dominan, dan

lik
b. Menetapkan syarat-syarat perdagangan untuk mencegah
dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan
am

ub
atau jasa yang bersaing.
Pembuktian seluruh unsur-unsur di atas bersifat kumulatif
ep
sehingga apabila ada salah satu unsur yang tidak terbukti maka
k

Termohon keberatan harus menyatakan tidak ada pelanggaran


ah

terhadap Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Pemohon


R

si
Keberatan di dalam proses pemeriksaan di KPPU telah
membuktikan bahwa seluruh unsur di atas tidak terbukti

ne
ng

sehingga Pemohon Keberatan terbukti tidak melanggar Pasal


25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Akan tetapi, Termohon

do
gu

Keberatan telah membuat keputusan yang salah yang


menyatakan bahwa Pemohon Keberatan terbukti tidak
melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Akan
In
A

tetapi, Termohon Keberatan melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a


UU Antimonopoli. Dengan demikian, sudah sepatutnya Majelis
ah

lik

Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon


Keberatan butir 1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon
m

ub

Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam perkara a


quo.
ka

Seluruh unsur-unsur Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli


ep

di atas tidak terbukti berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:


ah

A.III.1. UNSUR MEMILIKI POSISI DOMINAN TIDAK TERBUKTI


R

4. Pemohon Keberatan memohon kepada Majelis Hakim Yang


es

Terhormat untuk membatalkan amar Putusan Termohon


M

ng

Keberatan butir 1,3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon


on
gu

Hal. 18 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli karena unsur Pasal

R
25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli, yaitu unsur memiliki posisi

si
dominan, dalam perkara ini tidak terbukti berdasarkan alasan-

ne
ng
alasan sebagai berikut ini :
PANGSA PASAR PEMOHON KEBERATAN TIDAK DOMINAN :
SANGAT JAUH DI BAWAH 50%

do
gu 5. Yang dimaksud dengan posisi dominan dalam Pasal 25 ayat (1)
huruf a UU Antimonopoli di atas diatur dalam Pasal 25 ayat (2)

In
A
huruf a UU Antimonopoli yang menyatakan sebagai berikut :
”(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana
ah

dimaksud ayat (1) apabila :

lik
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar
am

ub
satu jenis barang atau jasa tertentu”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (2) huruf a UU
ep
Antimonopoli di atas, maka suatu pelaku usaha dikatakan
k

memiliki posisi dominan apabila pelaku usaha tersebut


ah

menguasai pangsa pasar sebesar 50% (lima puluh persen) atau


R

si
lebih atas satu jenis barang atau jasa tertentu.
6. Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi dominan

ne
ng

karena pangsa pasar Pemohon Keberatan sangat jauh dibawah


50% (lima puluh persen). Berdasarkan kajian AC Nielsen,

do
gu

pangsa pasar Pemohon Keberatan di pasar ritel modern


sebelum akuisisi Alfa Retailindo hanya sebesar 14,5% dan
sesudah akuisisi Alfa Retailindo hanya sebesar 17%.
In
A

Selain hasil kajian AC Nielsen di atas, MARS Indonesia juga


melakukan studi pangsa pasar ritel nasional adalah sebesar
ah

lik

2,7% dan di pasar ritel modern adalah sebesar 5,8%.


Bukti-bukti mengenai pangsa pasar Pemohon Keberatan
m

ub

berdasarkan kajian AC Nielsen dan MARS Indonesia ini akan


Pemohon Keberatan uraikan lebih lanjut pada bagian B.II
ka

halaman 62-69 dari keberatan ini.


ep

Perlu dicatat bahwa pangsa pasar ritel yang diteliti oleh AC


ah

Nielsen dan MARS Indonesia ini bahkan belum mencakup


R

perhitungan untuk format department store. Maka, jika pangsa


es

pasar format department store dihitung, pangsa pasar Pemohon


M

ng

Keberatan dalam sektor ritel tentu akan menjadi lebih kecil lagi.
on
gu

Hal. 19 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama

R
sekali tidak memiliki posisi dominan.

si
7. Hasil kajian atau studi dari AC Nielsen dan MARS Indonesia juga

ne
ng
membuktikan bahwa tidak terdapat pemusatan kekuatan
ekonomi atau penguasaan pasar oleh Pemohon Keberatan
karena pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor ritel

do
gu modern jumlahnya kecil dan tidak signifikan, sangat jauh di
bawah 50%. Dengan demikian, Pemohon Keberatan terbukti

In
A
sama sekali tidak memiliki posisi dominan di pasar ritel modern
pada saat sebelum dan sesudah akuisisi Alfa Retailindo.
ah

8. Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat kepada

lik
fakta bahwa sebenarnya Termohon Keberatan sama sekali tidak
memiliki posisi dominan. Data pangsa pasar ini bahkan
am

ub
merupakan data hasil olahan dari Termohon Keberatan sendiri
berdasarkan data-data yang di dapat dari Q-Data (Euromonitor).
ep
Hasil data ini jelas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
k

sama sekali tidak memiliki posisi dominan, karena pangsa pasar


ah

Pemohon Keberatan jauh di bawah 50% bahkan tidak pernah


R

si
mencapai 20%. Pemohon Keberatan akan menguraikan
mengenai hal ini lebih lanjut pada bagian B.II halaman 62-69 dari

ne
ng

keberatan ini.
9. Berdasarkan bukti dan dalil di atas, terbukti bahwa unsur memiliki

do
gu

posisi dominan tidak terbukti karena pangsa pasar Pemohon


Keberatan di ritel modern (baik sebelum maupun sesudah
akuisisi Alfa Retailindo) jumlahnya kecil bahkan sangat jauh di
In
A

bawah 50%. Dengan demikian, butir 6.4.6.2 halaman 271


Putusan Termohon Keberatan yang menyatakan bahwa
ah

lik

Pemohon Keberatan memiliki pangsa pasar lebih dari 50%


adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Nilai pangsa pasar Pemohon
m

ub

Keberatan sangat jauh dari kriteria memiliki posisi dominan.


Terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki
ka

posisi dominan.
ep

Pemohon keberatan tidak melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a


ah

UU Antimonopoli. Oleh karena itu amar Putusan Termohon


R

Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah salah dan patut dibatalkan.


es
M

ng

on
gu

Hal. 20 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PEMASOK MEMILIKI BANYAK PILIHAN TEMPAT UNTUK

R
MEMASOK DAN PEMASOK TIDAK TERGANTUNG KEPADA

si
PEMOHON KEBERATAN

ne
ng
10. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak memiliki posisi
dominan dapat dilihat dari fakta bahwa pemasok sama sekali
tidak tergantung kepada Pemohon Keberatan dan pemasok

do
gu memiliki banyak sekali pilihan toko modern lain sebagai tempat
memasok, tidak hanya memasok ke Pemohon Keberatan saja.

In
A
11. Sektor ritel di Indonesia merupakan sektor yang sangat terbuka
dan kompetitif. Hal ini dibuktikan antara lain dengan jumlah
ah

pelaku usaha / peritel yang terlibat di dalamnya sangat banyak,

lik
baik peritel pendatang / pemain baru maupun peritel lama yang
sampai saat ini masih bertahan dalam peta persaingan. Dengan
am

ub
demikian, terdapat banyak sekali pilihan atau alternatif gerai
(outlet) format ritel. Tingkat persaingan dalam sektor ritel sangat
ep
tinggi. Pesaing Pemohon Keberatan sebagai peritel modern
k

sangat banyak dan kuat. Banyak nama-nama besar peritel


ah

modern yang merupakan pesaing Pemohon Keberatan, antara


R

si
lain Hypermart, Giant, Hero, Makro, Indomart, Superindo,
Alfamart, Circle K, Foodmart, Matahari, Ramayana, ACE, Metro,

ne
ng

Foodhall, Ranch Market, Yogya, Griya, Borma, Mitra Adi


Perkasa Group, Index, Electronic City, dan masih banyak lagi

do
gu

peritel modern lainnya.


12. Fakta bahwa banyak peritel dalam sektor usaha ini
menguntungkan pihak konsumen dan pemasok. Bagi konsumen,
In
A

mereka memiliki banyak pilihan tempat untuk berbelanja dengan


harga yang sangat kompetitif antara satu tempat dan tempat
ah

lik

lainnya. Sedangkan bagi pemasok, mereka memiliki banyak


pilihan sebagai tempat untuk memasok produk-produk mereka.
m

ub

13. Selain itu, pemasok dapat dengan mudah dan bebas untuk
berhenti menjadi pemasok Pemohon Keberatan dan berpindah
ka

menjadi pemasok dari peritel lain. Sama sekali tidak ada sanksi
ep

bagi pemasok jika pemasok melakukan hal ini. Pemasok


ah

sepenuhnya memiliki kebebasan untuk tetap memilih menjadi


R

pemasok atau berhenti menjadi pemasok Pemohon Keberatan.


es

14. Penjelasan mengenai fakta banyaknya pilihan tempat untuk


M

ng

memasok bagi pemasok dan bahwa pemasok sama sekali tidak


on
gu

Hal. 21 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bergantung kepada Pemohon Keberatan ini akan Pemohon

R
Keberatan uraikan lebih lanjut pada bagian B.VII halaman 101-

si
106 dari Keberatan ini.

ne
ng
15. Seluruh hal di atas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
sama sekali tidak memiliki posisi dominan. Karena tidak memiliki
posisi dominan, maka Pemohon Keberatan juga sama sekali

do
gu tidak memiliki market power yang dituduhkan oleh Termohon
Keberatan. Dengan demikian, butir 5.26 halaman 257 dan butir

In
A
5.39 halaman 259-260 Putusan Termohon Keberatan yang pada
intinya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan memiliki market
ah

power adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Pemohon Keberatan

lik
terbukti tidak melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
Antimonopoli. Oleh karena itu amar Putusan Termohon
am

ub
Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah salah dan patut dibatalkan.
A.III.2.UNSUR MENETAPKAN SYARAT-SYARAT PERDAGANGAN
ep
UNTUK MENGHALANGI KONSUMEN MEMPEROLEH BARANG
k

DAN ATAU JASA YANG BERSAING (DARI SEGI HARGA


ah

MAUPUN KUALITAS) TIDAK TERBUKTI


R

si
16. Butir 6.4.9.4 halaman 275 Putusan Termohon Keberatan yang
pada pokoknya menyatakan bahwa trading terms yang

ne
ng

diterapkan Pemohon Keberatan terhadap pemasok


menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan menghambat

do
gu

konsumen memperoleh barang dan jasa yang bersaing adalah


SALAH dan TIDAK BENAR. Putusan Termohon Keberatan ini
adalah Putusan yang SALAH. Maka sudah sepatutnya Majelis
In
A

Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon


Keberatan butir 1,3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon
ah

lik

Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam perkara a


quo.
m

ub

17. Ketentuan syarat perdagangan (trading terms) antara pemohon


Keberatan dan para pemasoknya sama sekali tidak melanggar
ka

ketentuan hukum yang berlaku. Trading terms antara pemohon


ep

keberatan dan para pemasoknya di buat sesuai dengan Perpres


ah

Ritel dan Permedag Ritel. Seluruh jenis dan nilai yang diatur
R

dalam trading terms disepakati oleh Pemohon Keberatan dan


es

para pemasoknya berdasarkan ketentuan dalam Perpres Ritel


M

ng

dan permedag Ritel tersebut. Nilai dan / atau ketentuan syarat


on
gu

Hal. 22 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perdagangan antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya telah

R
sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (3) dan (4) Perpres Ritel

si
jo. Pasal 7 ayat (2) Permendag Ritel. Ketentuan trading terms

ne
ng
antara Pemohon Keberapatan dan para pemasoknya sama
sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
18. Trading terms antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya juga

do
gu merupakan hasil kesepakatan bersama melalui proses
negosiasi. Pemohon keberatan dan masing-masing pemasoknya

In
A
melakukan negosiasi atas ketentuan trading terms. Adanya
proses negosiasi ini menunjukkan bahwa tidak adanya paksaan
ah

atau tekanan dari Pemohon Keberatan kepada pemasok.

lik
Mengenai hal ini akan Pemohon Keberatan uraikan lebih lanjut
pada bagian B.VIII halaman 105-111 dari Keberatan ini.
am

ub
19. Bahkan, tim pemeriksa dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan (LHPL) sendiri telah mengakui bahwa traiding terms
ep
antara pemohon keberatan dengan para pemasoknya
k

merupakan hasil proses negosiasi dan kesepakatan bersama.


ah

Hal ini terbukti pada butir 46 halaman 20 LHPL yang


R

si
menyatakan sebagai berikut:
”Sedangkan besaran masing-masing jenis trading terms

ne
ng

bervariasi bergantung pada jenis barang dan negosiasi dengan


masing-masing pemasok”.

do
gu

20. Selain itu, Pemohon Keberatan mohon perhatian Majelis Hakim


Yang Terhormat bahwa angka atau nilai trading terms Pemohon
Keberatan bukan yang tertinggi dibandingkan dengan peritel
In
A

modern lainnya. Hal ini juga merupakan bukti lain yang


menunjukkan bahwa Pemohon Keberatan tidak menekan
ah

lik

pemasok. Mengenai hal ini akan Pemohon Keberatan uraikan


lebih lanjut pada bagian B.VIII halaman 105-111 dari Keberatan
m

ub

ini.
21. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
ka

selalu memegang prinsip saling menguntungkan untuk seluruh


ep

pihak (konsumen, pemasok dan Pemohon Keberatan). Hal ini


ah

dibuktikan berdasarkan laporan keuangan beberapa pemasok.


R

Margin keuntungan pemasok dari tahun ke tahun justru


es

mengalami peningkatan (Bukti P-5/C164). Dengan demikian,


M

ng

terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak menetapkan trading


on
gu

Hal. 23 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terms yang memberatkan pemasok. Jika Pemohon Keberatan

R
menetapkan trading terms yang memberatkan, pemasok justru

si
tidak akan mengalami peningkatan margin keuntungan. Selain

ne
ng
itu, pemasok dapat dengan bebas dan mudahnya untuk berhenti
menjadi pemasok Pemohon Keberatan dan kemudian memasok
ke peritel modern lainnya jika pemasok merasa trading pemohon

do
gu keberatan memberatkan.
22. Selain itu dalam konteks trading terms ini, Pemohon Keberatan

In
A
sama sekali tidak mengakibatkan terhambatnya insentif bagi
pemasok dalam melakukan inovasi produk-produk baru.
ah

Keberadaan sebagai pemasok Pemohon Keberatan justru

lik
terbukti membantu inovasi produk-produk dari para pemasok.
Mengenai hal ini akan Pemohon Keberatan uraikan lebih lanjut
am

ub
pada bagian B.IX halaman 111-114 dari Keberatan ini.
23. Lebih lanjut, dalam konteks unsur menetapkan syarat-syarat
ep
perdagangan untuk menghalangi konsumen memperoleh barang
k

dan atau jasa yang bersaing ini, perlu Pemohon Keberatan


ah

sampaikan bahwa unsur konsumen yang dimaksud adalah


R

si
konsumen dari peritel (masyarakat umum), bukan pemasok.
Perlu Majelis Hakim Yang Terhormat catat bahwa dalam

ne
ng

hubungan antara pemasok dan Pemohon Keberatan, kedudukan


pemasok adalah sebagai penjual dan Pemohon Keberatan justru

do
gu

merupakan konsumen dari pemasok.


Dengan demikian, jelas bahwa unsur konsumen yang diuraikan
oleh Termohon Keberatan pada butir 6.4.8 halaman 271 Putusan
In
A

Termohon Keberatan yang menyatakan bahwa unsur konsumen


adalah pemasok adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Putusan
ah

lik

Termohon Keberatan ini adalah Putusan yang SALAH. Maka


sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan
m

ub

amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 serta


menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
ka

Antimonopoli dalam perkara a quo.


ep

24. Berdasarkan seluruh dalil dan bukti di atas, maka terbukti bahwa
ah

Pemohon Keberatan tidak menetapkan syarat-syarat


R

perdagangan yang bertujuan untuk menghalangi konsumen


es

memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, bahkan


M

ng

sebaliknya, Pemohon Keberatan menguntungkan konsumen.


on
gu

Hal. 24 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian, seluruh unsur Pasal 25 ayat (1) huruf a UU

R
Antimonopoli tidak terbukti. Pemohon Keberatan tidak melanggar

si
Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Oleh karena itu,

ne
ng
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1 di atas adalah
SALAH dan patut DIBATALKAN dan maka secara otomatis,
amar Putusan Termohon Keberatan butir 3 dan 4 juga SALAH

do
gu dan juga patut DIBATALKAN.
25. Pemohon Keberatan mohon Majelis Hakim Yang Terhormat

In
A
untuk membatatkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,
3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
ah

melanggar UU Antimonopoli dalam perkara a quo.

lik
A.IV AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI PELEPASAN SAHAM PATUT

DIBATALKAN
am

ub
A.IV.1 AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI PELEPASAN SAHAM PATUT
DIBATALKAN KARENA TERMOHON KEBERATAN SALAH MENERAPKAN PASAL
ep
47 AYAT (2) UU ANTIMONOPOLI
k

1. Butir 3 amar Putusan Termohon Keberatan menyatakan:


ah

"Memerintahkan Terlapor, PT Carrefour Indonesia untuk


R

si
melepaskan seluruh kepemilikannya di PT. Alfa Retailindo, Tbk.
kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT Carrefour

ne
ng

Indonesia selambat-lambatnya satu tahun setelah putusan ini


berkekuatan hukum tetap."

do
gu

2. Amar Putusan di atas dikeluarkan oleh Termohon Keberatan


berkaitan dengan adanya tuduhan pelanggaran terhadap Pasal
17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (2) huruf a UU Antimonopoli (quad
In
A

non). Namun demikian, berdasarkan analisa pada bagian A.I


halaman 5-15 dan bagian A.Ill halaman 18-25 Pemohon
ah

lik

Keberatan terbukti tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal


25 ayat (2) huruf a UU Antimonopoli.
m

ub

3. Selain itu, Termohon Keberatan telah salah menerapkan hukum


dalam mengeluarkan amar Putusan di atas dengan analisa
ka

sebagai berikut.
ep

4. Wewenang KPPU dalam menjatuhkan sanksi adalah terbatas


ah

atau bersifat limitatif, yaitu diatur secara ketat dalam Pasal 36


R

huruf I UU Antimonopoli yang menyatakan:


es

"Wewenang komisi meliputi:


M

ng

on
gu

Hal. 25 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
I. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada

R
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini."

si
Jenis sanksi tindakan administratif tersebut diatur dalam Pasal

ne
ng
47 ayat (2) UU Antimonopoli. Termohon Keberatan tidak dapat
menjatuhkan sanksi di luar hal-hal yang sudah ditetapkan dalam
Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli tersebut.

do
gu 5. Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli menyatakan:
"Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

In
A
dapat berupa :
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
ah

dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal

lik
16; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
am

ub
vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
ep
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau
k

menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau


ah

merugikan masyarakat; dan atau


R

si
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau

ne
ng

e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau


peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham

do
gu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;..."


6. Berdasarkan ketentuan di atas (huruf e) terbukti bahwa jenis
sanksi pembatalan pengambilalihan saham (akuisisi) atau
In
A

pelepasan saham adalah jenis sanksi yang secara khusus hanya


dapat diterapkan apabila terdapat pelanggaran terhadap Pasal
ah

lik

28 UU Antimonopoli. Pasal ini menyatakan sebagai berikut:


(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau
m

ub

peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan


terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
ka

tidak sehat.
ep

(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pencjambilalihan saham


ah

perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat


R

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau


es

persaingan usaha tidak sehat.


M

ng

on
gu

Hal. 26 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau

R
peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana

si
dimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan mengenai

ne
ng
pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), diatur dalam Peraturan
Pemerintah."

do
gu 7. Oleh karena itu, Termohon Keberatan hanya dapat
mengeluarkan jenis sanksi pembatalan akuisisi atau pelepasan

In
A
saham apabila terdapat pelanggaran terhadap Pasal 28 UU
Antimonopoli. Dengan kata lain, Termohon Keberatan tidak
ah

dapat mengeluarkan jenis sanksi tersebut apabila tidak ada

lik
pelanggaran terhadap Pasal 28 UU Antimonopoli.
8. Selain itu, Termohon Keberatan tidak dapat merujuk kepada
am

ub
Pasal 47 ayat (2) huruf a, b, c dan d UU Antimonopoli sebagai
dasar dalam mengeluarkan butir 3 amar Putusan yang dikutip di
ep
atas. Hal ini karena jenis sanksi yang diatur dalam ketentuan-
k

ketentuan tersebut bukan mengenai akuisisi, melainkan


ah

mengenai hal-hal yang tidak relevan atau hal-hal yang secara


R

si
nyata dilarang dalam UU Antimonopoli seperti menghambat
pelaku usaha lain. Sedangkan akuisisi merupakan kegiatan yang

ne
ng

wajar, normal, dan diakui keberadaannya dalam peraturan


perundang-undangan yang berlaku. Jenis sanksi berkaitan

do
gu

dengan akuisisi sudah diatur secara khusus dalam Pasal 47 ayat


(2) huruf e Jo. Pasal 28 UU Antimonopoli di atas.
9. Namun demikian, Termohon Keberatan dalam perkara ini justru
In
A

salah menerapkan hukum bahkan melanggar hukum karena


Termohon Keberatan mengeluarkan amar Putusan mengenai
ah

lik

pelepasan saham di atas. sedangkan Termohon Keberatan


sendiri dalam Putusannya secara tegas menyatakan bahwa
m

ub

Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 28 ayat (2) UU


Antimonopoli.
ka

Butir 2 amar Putusan Termohon Keberatan menyatakan:


ep

"Menyatakan bahwa PT. Carrefour Indonesia tidak terbukti


ah

melanggar Pasal 20 dan Pasal 28 ayat (2) UU No. 5/1999;"


R

10. Berdasarkan penjelasan di atas Termohon Keberatan secara


es

tegas telah menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak


M

ng

melanggar Pasal 28 ayat (2) UU Antimonopoli. Oleh karena itu,


on
gu

Hal. 27 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Termohon Keberatan demi hukum seharusnya tidak

R
mengeluarkan amar Putusan berupa pembatalan akuisisi atau

si
pelepasan saham dalam perkara ini. Namun demikian,

ne
ng
Termohon Keberatan secara keliru telah mengeluarkan amar
Putusan butir 3 di atas. Dengan demikian terbukti bahwa
Termohon Keberatan telah salah menerapkan hukum bahkan

do
gu melanggar Pasal 47 ayat (2) huruf e UU Antimonopoli dalam
perkara ini.

In
A
11. Lebih lanjut, amar Putusan tersebut juga membuktikan bahwa
terdapat pertentangan atau kontradiksi antara amar Putusan
ah

Termohon Keberatan butir 3 dengan amar Putusan Termohon

lik
Keberatan butir 2. Hal ini karena di satu sisi Termohon
Keberatan secara tegas menyatakan bahwa Pemohon
am

ub
Keberatan tidak melanggar Pasal 28 ayat (2) UU Antimonopoli,
namun demikian di sisi lain Termohon Keberatan mengeluarkan
ep
amar Putusan yang membatalkan akuisisi.
k

12. Berdasarkan ketentuan hukum dan yurisprudensi tetap, dalam


ah

suatu putusan tidak boleh ada pertentangan atau kontradiksi


R

si
baik antara amar Putusan yang satu dengan amar Putusan yang
lain, maupun antara amar Putusan dengan pertimbangan

ne
ng

hukum. Pengadilan wajib membatalkan suatu putusan apabila


putusan tersebut mengandung pertentangan atau kontradiksi

do
gu

satu sama lain.


Surat Edaran Mahkamah Agung Rl No. 03 Tahun 1974 tanggal
23 November 1974 menyatakan:
In
A

"Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan,


bahkan apabila alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat
ah

lik

dimengerti ataupun bertentangan satu sama lain, maka hal


demikian dapat dipandang sebagai suatu kelalaian dalam acara
m

ub

("vormverzuim") yang dapat mengakibatkan batalnya putusan


Pengadilan..."
ka

(Mahkamah Agung Rl, Himpunan Surat Edaran Mahkamah


ep

Agung (SEMA) Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Republik


ah

Indonesia Tahun 1951-2002, Mahkamah Agung Republik


R

Indonesia, Jakarta: 2002, hal. 287)


es

Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung Rl No. 51K/Sip/1972


M

ng

tanggal 25 Maret 1972, menyatakan:


on
gu

Hal. 28 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Dalam putusan Hakim Pertama, tidak boleh mengandung

R
Kontradiksi antara "pertimbangan hukum" dengan "amar

si
putusan nya", setiap amar putusan harus didasarkan pada

ne
ng
pertimbangan hukum yang berkaitan."
Selain itu, Putusan Mahkamah Agung Rl No. 3648 K/Pdt/1994
tanggal 27 Maret 1997 menyatakan:

do
gu "Putusan Judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi)
yang mengandung pertentangan antara pertimbangan hukum

In
A
dengan amar putusannya atau amar putusan yang tidak sesuai
dengan pertimbangan hukumnya, maka putusan yang
ah

kontradiksi ini dibatalkan oleh Mahkamah Agung dalam

lik
pemeriksaan tingkat kasasi."
(M. Ali Budiarto, S.H., Kompilasi Kaidah Hukum Putusan
am

ub
Mahkamah Agung: Hukum Acara Perdata Masa Setengah Abad,
Swara Justitia, Jakarta: 2005, hal. 200 dan 245).
ep
13. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
k

membatalkan amar Putusan butir 3 dalam Putusan Termohon


ah

Keberatan karena Termohon Keberatan terbukti telah salah


R

si
menerapkan hukum bahkan melanggar hukum dalam perkara
ini.

ne
ng

A.IV.2 AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI


PELEPASAN SAHAM PATUT DIBATALKAN KARENA TIDAK

do
gu

BERDASAR SEBAB TIDAK ADA HUBUNGAN SEBAB AKIBAT


ANTARA AKUISISI ALFA RETAILINDO DENGAN DUGAAN
PELANGGARAN TERHADAP UU ANTIMONOPOLI
In
A

14. Kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar


Putusan Termohon Keberatan butir 3 mengenai pelepasan
ah

lik

saham Alfa Retailindo karena sama sekali tidak ada hubungan


sebab akibat antara akuisisi yang dilakukan oleh Pemohon
m

ub

Keberatan atas Alfa Retailindo dengan tuduhan pelanggaran


terhadap Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
ka

Antimonopoli.
ep

15. Termohon Keberatan menuduh bahwa Pemohon Keberatan


ah

telah melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a
R

UU Antimonopoli (quad non). Namun demikian, sesuai analisa


es

Pemohon Keberatan pada bagian A.I halaman 5-15 dan bagian


M

ng

on
gu

Hal. 29 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
A.lll halaman 18-25 Pemohon Keberatan terbukti tidak

R
melanggar ketentuan-ketentuan tersebut.

si
16. Selain itu, akuisisi Alfa Retailindo yang dilakukan oleh Pemohon

ne
ng
Keberatan sama sekali tidak mengakibatkan Pemohon
Keberatan mempunyai posisi monopoli dan posisi dominan. Hal
ini karena pangsa pasar Alfa Retailindo yang diakuisisi oleh

do
gu Pemohon Keberatan jumlahnya sangat kecil atau tidak
signifikan. Berdasarkan data dari AC Nielsen pangsa pasar Alfa

In
A
Retailindo dalam ritel modern di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 3,6% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2,5%.
ah

Bagan I

lik
Pangsa Pasar Carrefour Di Ritel Modern
am

ub
Pangsa Pasar Carrefour di Ritel Modern
2007 2008
ep
k

20

15
ah

si
10

ne
ng

0
Carrefour ex.Alfa Total

do
gu

(Bukti P-3/C160)
17. Akuisisi tersebut tidak mengakibatkan Pemohon Keberatan
In
mempunyai posisi monopoli dan posisi dominan dalam sektor
A

ritel modern di Indonesia. Akuisisi tersebut tidak mengakibatkan


Pemohon Keberatan mengalami peningkatan pangsa pasar
ah

lik

secara signifikan. Sebaliknya, berdasarkan data dari AC Nielsen


pangsa pasar Termohon Keberatan pasca akuisisi justru
m

ub

mengalami penurunan dari sebesar 17,5% (2007) menjadi


sebesar 17% (2008).
ka

18. Berdasarkan analisa di atas terbukti bahwa tidak ada hubungan


ep

sebab akibat antara akuisisi Alfa Retailindo dengan tuduhan


ah

pelanggaran terhadap Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (2)


R

huruf a UU Antimonopoli. Oleh karena itu, sudah sepatutnya


es

Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan


M

ng

on
gu

Hal. 30 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Termohon Keberatan butir 3 mengenai pelepasan saham

R
tersebut.

si
A.IV.3 AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI

ne
ng
PELEPASAN SAHAM PATUT DIBATALKAN KARENA
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR ASAS KEPASTIAN
HUKUM DAN ASAS PERLAKUKAN YANG SAMA DALAM

do
gu PERKARA INI
19. Asas kepastian hukum dan asas perlakuan yang sama (non-

In
A
diskriminasi) merupakan asas yang wajib dijunjung tinggi semua
pihak, termasuk Termohon Keberatan. Kedua asas tersebut
ah

dinyatakan secara tegas dalam Pasal 3 Undang-undang No. 25

lik
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ("UU Penanaman
Modal") yang menyatakan:
am

ub
"Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
ep
b. keterbukaan;
k

c. akuntabilitas;
ah

d. perlakuan yana sama dan tidak membedakan asal negara."


R

si
Kedua asas tersebut merupakan asas yang sangat penting
terutama dalam menciptakan iklim investasi dan iklim usaha

ne
ng

yang kondusifdi Indonesia.


20. Namun demikian, Termohon Keberatan dalam perkara ini telah

do
gu

melanggar asas kepastian hukum tersebut. Hal ini karena


Termohon Keberatan dalam perkara ini mempersoalkan kembali
bahkan membatalkan akuisisi Pemohon Keberatan terhadap Alfa
In
A

Retailindo sedangkan akuisisi tersebut sebelumnya sudah


dilakukan sesuai ketentuan hukum yang berlaku, yaitu sesuai
ah

lik

dengan peraturan di bidang pasar modal. Hal ini sesuai dengan


analisa Pemohon Keberatan pada bagian A.V halaman 32-34
m

ub

dalam Keberatan ini.


21. Bapepam sendiri dalam artikel dari detik.com tanggal 13 April
ka

2009 yang berjudul “Bapepam : Akuisisi Alfa Oleh Carrefour


ep

Sesuai Aturan Pasar Modal”:


ah

"Akuisisi PT Alfa Retailindo, Tbk. yang dilakukan PT. Carrefour


R

Indonesia pada Januari 2008 sudah sesuai dengan aturan


es

pasar modal."
M

ng

on
gu

Hal. 31 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
22. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa akuisisi

R
Pemohon Keberatan terhadap Alfa Retailindo telah dilakukan

si
sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, dalam

ne
ng
rangka menjamin adanya kepastian hukum. Termohon
Keberatan seharusnya tidak mempersoalkan kembali atau tidak
membatalkan akuisisi tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa

do
gu Termohon Keberatan telah melanggar asas kepastian hukum
yaitu melanggar Pasal 3 hurufa UU Penanaman Modal.

In
A
23. Selain itu, Termohon Keberatan dalam perkara ini telah
melanggar asas perlakuan yang sama atau non-diskriminasi
ah

terhadap Pemohon Keberatan. Hal ini karena Termohon

lik
Keberatan telah membatalkan kepemilikan Pemohon Keberatan
terhadap format ritel supermarket (Alfa Retailindo), sedangkan
am

ub
faktanya Termohon Keberatan tidak pernah mempermasalahkan
peritel-peritel modern lain yang mempunyai beberapa format ritel
ep
modern.
k

24. Berdasarkan bagan 2 pada halaman 34 Keberatan ini terbukti


ah

bahwa kepemilikan terhadap beberapa format ritel modern


R

si
merupakan hal yang wajar dan sebelumnya telah dimiliki oleh
beberapa peritel modern lain. Selain itu, berdasarkan ketentuan

ne
ng

hukum yang berlaku sama sekali tidak ada larangan bagi peritel
modern untuk memiliki beberapa format ritel. Oleh karena itu,

do
gu

Termohon Keberatan seharusnya tidak mempersoalkan/tidak


membatalkan akuisisi Pemohon Keberatan atas Alfa Retailindo
tersebut.
In
A

25. Namun demikian, Termohon Keberatan tanpa dasar hukum yang


sah dan benarjustru telah membatalkan akuisisi Pemohon
ah

lik

Keberatan terhadap Alfa Retailindo. Hal ini menunjukkan bahwa


Termohon Keberatan telah bertindak diskriminatif terhadap
m

ub

Pemohon Keberatan dalam hal ini melanggar Pasal 3 huruf d UU


Penanaman Modal.
ka

26. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
ep

membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 3


ah

mengenai pelepasan saham tersebut karena Termohon


R

Keberatan terbukti melanggar Pasal 3 UU Penanaman Modal


es

tentang asas kepastian hukum dan asas perlakukan yang sama


M

ng

terhadap Pemohon Keberatan dalam perkara ini.


on
gu

Hal. 32 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
A.V TINDAKAN AKUISISI PEMOHON KEBERATAN ATAS ALFA RETAILINDO SUDAH DILAKUKAN

si
SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU

1. Pada tanggal 17 Desember 2007, Pemohon Keberatan

ne
ng
menandatangani nota kesepakatan dengan PT Sigmantara
Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd untuk membeli (mengakuisisi)
paling banyak hanya 75% saham di Alfa Retailindo. Pelaksanaan

do
gu akuisisi tersebut didasarkan pada Peraturan Nomor IX.H.1
tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka ("Peraturan

In
A
Bapepam").
2. Butir 4 Peraturan Bapepam menyatakan:
ah

"Calon pengendali baru yang melakukan negosiasi yang dapat

lik
mengakibatkan Pengambilalihan Perusahaan Terbuka wajib
secara teratur menginformasikan kepada Perusahaan yang akan
am

ub
diambilalih, Bapepam, Bursa Efek di mana saham dari
perusahaan yang akan diambilalih tercatat, dan masyarakat
ep
semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan
k

negosiasi. Penyampaian informasi tersebut dilakukan selambat-


ah

lambatnya akhir hari kerja kedua setelah dimulainya negosiasi


R

si
dan setiap adanya perubahan baru" (Bukti P-6)
Berdasarkan peraturan di atas, Pemohon Keberatan selaku

ne
ng

calon pengendali baru wajib menginformasikan kepada


Bapepam, bursa efek dan masyarakat mengenai informasi

do
gu

terkait dengan perkembangan negosiasi.


3. Pemohon Keberatan telah mengirimkan surat pemberitahuan
kepada Bapepam pada tanggal 18 Desember 2007 mengenai
In
A

penandatanganan nota kesepakatan (memorandum of


understanding) tanggal 17 Desember 2007 antara Pemohon
ah

lik

Keberatan, PT. Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon, Pte. Ltd.


Pemohon Keberatan kemudian membuat pengumuman di media
m

ub

massa pada tanggal 19 Desember 2007 mengenai


penandatangan nota kesepakatan tersebut. Pemohon Keberatan
ka

juga telah menyerahkan salinan surat dan pengumuman di


ep

media massa tersebut kepada Termohon Keberatan (Bukti P-


ah

7/C168).
R

4. Lebih lanjut, Pemohon Keberatan kemudian telah mengirimkan


es

surat kepada Bapepam dan memberikan pengumuman di media


M

ng

massa pada tanggal 21 Januari 2008 mengenai pemberitahuan


on
gu

Hal. 33 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pelaksanaan akuisisi atas Alfa Retailindo oleh Pemohon

R
Keberatan dan pemberitahuan akan dilakukannya penawaran

si
tender. Bapepam sendiri pun telah menyetujui dan tidak

ne
ng
menyatakan keberatan atas akuisisi yang dilakukan oleh
Pemohon Keberatan tersebut. Pemohon Keberatan juga telah
menyerahkan salinan atas surat dan pengumuman tersebut

do
gu kepada Termohon Keberatan (Bukti P- 7/C168).
5. Pengiriman surat pemberitahuan ke Bapepam dan pengumuman

In
A
di surat kabar oleh Pemohon Keberatan serta adanya
persetujuan dari Bapepam menunjukkan bahwa akuisisi yang
ah

dilakukan oleh Pemohon Keberatan atas Alfa Retailindo

lik
merupakan akuisisi yang sah dan sudah sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini juga ditegaskan oleh
am

ub
Bapepam sendiri dalam artikel dari detik.com tanggal 13 April
2009 yang berjudul "Bapepam:
ep
Akuisisi Alfa Oleh Carrefour Sesuai Aturan Pasar Modal:
k

"Akuisisi Alfa Retailindo Yang dilakukan PT. Carrefour


ah

Indonesia pada Januari 2008 sudah sesuai dengan aturan


R

si
pasar modal."
6. Selain itu, tujuan dari Pemohon Keberatan melakukan akuisisi

ne
ng

Alfa Retailindo adalah untuk mengembangkan bisnis dan


mengikuti trend yang ada di mana peritel-peritel modern lainnya

do
gu

mempunyai beberapa format ritel, bahkan tidak hanya format


hypermarket dan supermarket saja. Hal ini tercantum dalam
Berita Acara Pemeriksaan ("BAP") Pemohon Keberatan tanggal
In
A

10 September 2009 sebagai berikut:


ah

lik

55. Pertanyaan : Dapat diceritakan background Carrefour


mengakuisisi Alfa?
Jawaban : Carrefour ingin memperluas/mengembangkan
m

ub

bisnis dan kebetulan pada saat itu yang


ka

menawarkan adalah Alfa, dan karena ada


ep

kesepakatan terjadi.
Carrefour merasa tidak ada ruginya mengakuisisi
ah

Alfa karena setelah mengakuisisi kami akan


es

meningkatkan penjualan dan menambah gerai,


M

selain itu Carrefour akan semakin berkembang


ng

on
gu

Hal. 34 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karena selain mempunyai hypermarket juga

R
supermarket seperti peritel-peritel lain yang sudah

si
terlebih dahulu mempunyai beberapa format ritel.

ne
ng
(Bukti P-8/B20)
7. Beberapa merek peritel-peritel lain yang memiliki beberapa

do
gu format ritel terlihat pada bagan berikut :

In
Bagan 2
A
Beberapa Toko Modern Mempunyai Berbagai Format
ah

lik
BEBERAPA TOKO MODERN
MEMPUNYAI BERBAGAI
FORMAT
am

ub
MATAHARI GROUP YOGYA
Hypermart (Hypermarket) Griya (Supermarket)
Foodmart (Supermarket) Yogya (Departement
ep
k

Boston (Drug Store) Store)


Matahari (Department Yomart (Minimarket)
ah

Store)
Times Link (Book Store)
R

si
RAMAYANA
Ramayana (Department

ne
ng

Store)
Ramayana Supermarket

do
gu

GIANT GROUP
Giant (Hypermarket)
Hero (Supermarket) INDOGROUP
Starmart (Minimarket)
In
A

Guardian (Drug Store) Superindo (Supermarket)


Indomaret (Minimarket)
ah

lik
m

ub

(Bukti P-9/C165)
ka

8. Berdasarkan bukti dan keterangan di atas, terbukti bahwa akuisisi Alfa


ep

Retailindo oleh Pemohon Keberatan adalah akuisisi yang sah karena


sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang
ah

berlaku. Dengan demikian, akuisisi Alfa Retailindo oleh Pemohon


es

Keberatan ini sudah seharusnya tidak dipermasalahkan karena hal ini


M

ng

on
gu

Hal. 35 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan mengganggu iklim

R
investasi di Indonesia.

si
ne
ng
B. ARGUMENTASI FAKTUAL DAN EKONOMI

B.I. PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA


TERMOHON KEBERATAN SALAH MENENTUKAN PASAR

do
gu BERSANGKUTAN
1. Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli menyatakan:

In
A
"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
ah

atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi

lik
dan barang dan atau jasa tersebut."
Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat dua dimensi dalam
am

ub
menentukan pasar bersangkutan, yaitu pasar produk dan pasar
geografis. Yang dimaksud dengan pasar produk adalah pasar
ep
yang berkaitan dengan barang atau juga yang sama, sejenis
k

atau substitusi dari barang atau jasa tersebut, sedangkan pasar


ah

geografis adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau


R

si
daerah pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atas
barang tersebut.

ne
ng

B.1.1 PASAR PRODUK

2. Pasar produk dalam perkara ini adalah ritel modern atau yang

do
gu

lebih dikenal dengan pasar modern. Hal ini berdasarkan kaidah


hukum. karakteristik, jenis barang yang dijual, maupun perilaku
konsumen. Hal ini kami uraikan sebagai berikut di bawah ini.
In
A

B.I.1.1 TINJAUAN HUKUM


3. Dalam menentukan pasar bersangkutan dalam perkara ini harus
ah

lik

berdasarkan pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku


yang secara spesifik mengatur sektor tersebut. Dalam sektor ritel,
m

ub

peraturan yang dimaksud adalah Perpres Ritel dan Permendag


Ritel.
ka

4. Pasal 1 angka 5 Perpres Ritel Jo. Pasal 1 angka 5 Permendag


ep

Ritel:
ah

"Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,


R

menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk


es

Minimarket, Supermarket, Department store, Hypermarket


M

ng

ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan."


on
gu

Hal. 36 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(Bukti P-10 dan P-11)

R
Pemohon Keberatan merupakan toko modern yang berbentuk

si
hypermarket. Dengan demikian, secara hukum Pemohon

ne
ng
Keberatan dikelompokkan atau dikategorikan ke dalam toko
modern bersama-sama dengan jenis toko modern lainnya yang
berbentuk minimarket, supermarket, department store, dan grosir

do
gu atau perkulakan.
5. Definisi atau kategori pasar modern di atas juga konsisten dengan

In
A
keterangan dari Departemen Perdagangan yang dalam Risalah
Pertemuan dengan Termohon Keberatan pada tanggal 5 Mei 2009
ah

pada butir 2 menyatakan sebagai berikut:

lik
2. Pertanyaan Apakah yang dimaksud dengan peritel modern dan
siapa saja yang menjadi pelaku usaha di dalamnya?
am

ub
Jawaban Untuk jenis peritel modern, kami membagi dalam 2
format. Pertama, peritel yang menjual kebutuhan
sehari-hari yaitu hypermarket, supermarket,
ep
k

minimarket, convinience store. Kedua, peritel yang


ah

menjual bahan-bahan kering, yaitu department store.


R
(Bukti P-12/B5)

si
6. Selain itu, berdasarkan izin usahanya, masing-masing dari toko

ne
ng

modern tersebut juga diklasifikasikan ke dalam jenis izin usaha


yang sama, yaitu Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Hal ini sesuai
dengan Pasal 10 Permendag Ritel yang menyatakan sebagai

do
gu

berikut:
"Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang
In
A

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern,


wajib memiliki:
ah

a. IUP2T untuk Pasar Tradisional;


lik

b. IUPP untuk Pertokoan, Mall, Plasa dan Pusat Perdagangan;


c. IUTM untuk Minimarket, Supermarket. Department Store.
m

ub

Hypermarket dan Perkulakan."


(Bukti P-11)
ka

ep

Berdasarkan ketentuan di atas, hypermarket, supermarket,


minimarket, department store dan perkulakan dikelompokkan atau
ah

diklasifikasikan ke dalam izin usaha yang sama, yaitu IUTM.


R

Dengan demikian Pemohon Keberatan sebagai hypermarket


es
M

mempunyai klasifikasi izin usaha yang sama dengan jenis toko


ng

on
gu

Hal. 37 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
modern lainnya. Oleh karena itu, secara hukum tidak ada alasan

R
untuk memisahkan masing-masing jenis toko modern tersebut

si
dalam mendefinisikan pasar bersangkutan.

ne
ng
7. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.27 halaman
242 menyatakan bahwa regulasi pemerintah (Permendag Ritel)
tidak dapat membatasi Termohon Keberatan dalam menentukan

do
gu pasar bersangkutan. Pernyataan Termohon Keberatan tersebut
membuktikan bahwa Termohon Keberatan sewenang-wenang.

In
A
Termohon Keberatan seharusnya merujuk kepada peraturan-
peraturan khusus dalam sektor tertentu, yaitu dalam sektor ritel,
ah

dalam mendefinisikan pasar bersangkutan agar tercipta

lik
konsistensi dan kepastian hukum. Selain itu, hal yang
dipersoalkan oleh Termohon Keberatan sendiri, yaitu mengenai
am

ub
syarat-syarat perdagangan (trading terms), diatur dalam kedua
peraturan tersebut. Olah karena itu, tidak ada alasan apapun bagi
ep
Termohon Keberatan untuk mengabaikan kedua peraturan
k

tersebut dalam mendefinisikan pasar bersangkutan dalam perkara


ah

ini.
R

si
8. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Pemohon
Keberatan merupakan pelaku usaha yang masuk dalam kategori

ne
ng

toko modern sehingga secara hukum pasar bersangkutan dalam


perkara ini adalah seluruh toko modern, baik yang berbentuk

do
gu

minimarket, supermarket, hypermarket, department store maupun


grosir. Putusan Termohon Keberatan yang hanya menyebut
hypermarket dan supermarket dalam satu pasar bersangkutan
In
A

adalah putusan yang bertentangan dengan kaidah hukum.


B.1.1.2 BARANG YANG DIJUAL DI PASAR RITEL MODERN RELATIF
ah

lik

SAMA
9. Parameter lain dalam mendefinisikan pasar bersangkutan adalah
m

ub

berdasarkan jenis barang yang dijual oleh para pelaku usaha.


Apabila terdapat kesamaan atau substitusi barang yang dijual
ka

maka dapat dipastikan bahwa para pelaku usaha tersebut berada


ep

dalam pasar bersangkutan yang sama. Parameter ini sudah


ah

sesuai dengan isi Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli yang telah


R

Pemohon Keberatan nyatakan di atas.


es

10. Semua toko modern, baik yang berbentuk minimarket,


M

ng

supermarket, department store, hypermarket maupun grosir


on
gu

Hal. 38 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dengan Pemohon

R
Keberatan. Hal ini karena barang-barang yang dijual oleh

si
Pemohon Keberatan juga dijual oleh toko-toko modern lainnya,

ne
ng
baik yang berbentuk minimarket, supermarket, department store,
hypermarket lain, dan grosir. Singkatnya, terdapat kesamaan
antara barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan dengan peritel

do
gu modern lainnya sehingga secara nyata Pemohon Keberatan
dengan toko-toko modern lainnya berada dalam pasar

In
A
bersangkutan yang sama.
11. Sebagai bukti adanya kesamaan tersebut, berikut ini kami
ah

lampirkan tabel mengenai kesamaan barang yang dijual oleh

lik
berbagai format ritel modern termasuk toko modern spesialis;
am

ub
Tabel 1
ep
Jenis Barang Yang Sama di Ritel Modern
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 39 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mini Hyper Cash &
Supermarket Dept. Store Speciality Stores

R
Market market Carry

si
Electronic Solution
Giant Supermarket

Index Furnishing
ACE Hardware

Best Denki

ne
Ramayana
Hypermart
ng
Superindo
Indomaret

Food Mart

Robinson

Carrefour

Matahari
Alfamart

Mitra 10
Centro
Makro
Giant
Hero
Category/ Items

do
gu
Kebutuhan
sehari-hari

In
Minuman Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
A
Produk
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Kebersihan
Produk
ah

lik
Perawatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Tubuh
Makanan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Produk Segar
am

ub
Sayur Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Buah Y Y Y Y Y Y Y Y
Daging Y Y Y Y Y Y Y Y
Lain-lain
ep
Alat Tulis dan
k

Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Buku
Alat Kebersihan
ah

Rumah (Sapu, Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
R

si
Ember)
Lampu, Baterai Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Peralatan
Y

ne
ng

Berkebun
Peralatan
Pertukangan,
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Bangunan,

do
gu

Kelistrikan
Olahraga
Y Y Y Y Y Y
Sepeda
Automotive Y
In
A

Furniture Y Y Y
Koper Y Y Y Y Y Y Y Y
Textil
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 40 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mini Hyper Cash &
Supermarket Dept. Store Speciality Stores
Market market Carry

si
Electronic Solution
Giant Supermarket

Index Furnishing
ACE Hardware

Best Denki
Ramayana
Hypermart
Superindo
Indomaret

Food Mart
Category/ Items

Robinson

Carrefour

Matahari

ne
Alfamart

Mitra 10
ng

Centro
Makro
Giant
Hero

do
gu Pakaian
Handuk, Seprai,
Taplak, Sarung
Y Y Y Y Y

Y
Y

Y
Y

Y Y
Bantal

In
A
Perlengkapan
Y Y Y Y Y Y Y
Bayi
Pakaian Dalam Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Accessories Y Y Y Y
ah

lik
Alas Kaki Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Elektronik
Kulkas, Mesin
Y Y Y Y Y Y
Cuci
am

ub
Strika, Rice
Cooker,
Y Y Y Y Y Y Y
Blender, Coffee
Maker
Camera Digital Y Y Y Y
ep
k

Hi Fi, Audio Y Y Y Y Y Y
TV, LCD, DVD
Y Y Y Y Y Y
ah

Player
Computer dan
R
Y Y Y Y Y Y

si
Aksesorisnya
Handphone Y Y Y Y Y Y

ne
ng

(Bukti P-13)
Berdasarkan tabel di atas, terbukti bahwa hampir semua barang

do
yang dijual di minimarket juga dijual di supermarket, hampir semua
gu

barang yang dijual di supermarket juga dijual di hypermarket.


Semua barang yang dijual di hypermarket juga dijual di grosir.
In
A

Sebagian barang yang dijual di hypermarket juga dijual di


department store. Selain itu, barang-barang yang dijual di toko
ah

lik

modern spesialis seperti Electronic Solution juga ada pada


hypermarket atau grosir. Dengan demikian terbukti terdapat
kesamaan barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan dengan
m

ub

barang yang dijual oleh peritel modern lainnya.


ka

12. Adanya kesamaan produk yang dijual pada hyopermarket dengan


ep

supermarket, minimarket dan toko modern lainnya juga sesuai


dengan bagan dari AC Nielsen sebagai berikut :
ah

es
M

Tabel 2
ng

on
gu

Hal. 41 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keseragaman Produk (Assortment)

R
Hypemarket vs SPM Hypermarket vs MM

si
No Category
Assortment Overlap Assortment Overlap
1 Powder milk 90.0 94.8

ne
ng
2 Biscuit 96.5 89.2
3 Instant noodles 80.7 68.6

do
4
5
gu Cooking oil
Cigarette
93.4
85.7
79.6
77.7

In
6 Detergent 96.2 89.7
A
7 Skincae 94.6 84.5
8 Shampoo 94.7 87.6
ah

lik
9 Toilet soap 94.5 82.3
10 Baby Diapers 98.1 88.2
am

ub
11 Liquid Milk 86.7 68.5
12 Cologne 86.7 81.0
13 Toothpaste 97.8 93.3
ep
k

14 Coffee 79.7 63.7


ah

15 Sweetened Condensed Milk 88.1 85.7


R

si
16 Snack 96.2 88.5
17 Chocolate 90.3 76.8

ne
ng

18 Insecticides 99.4 97.7


19 Sanitary Napkin 96.4 95.1

do
20 Syrup 88.2 71.6
gu

21 Ice Cream 83.0 75.0


22 Alcoholic Beverages 90.0 73.3
In
A

23 Fabric Conditioner 96.1 92.8


24 Tea 97.8 87.1
ah

lik

25 Facial Tissues 97.5 93.3


26 Baby Cereal 99.4 92.8
m

27 Margarine 85.7 75.3


ub

28 Vitamin 95.7 90.2


ka

29 Soy Sauce 90.3 81.6


ep

30 Breakfast Cereal 90.6 75.9


31 Diswashing Liquid 91.4 88.6
ah

32 Non Powder Detergent 96.4 82.0


es

33 Air Freshner 96.8 87.7


M

ng

34 Toothbrush 96.2 89.4


on
gu

Hal. 42 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
35 Battery 86.4 85.2

R
36 Chili Sauce 95.2 89.2

si
37 Cheese 83.6 50.5

ne
ng
38 Stock Soup 94.9 91.3
39 Talcum Powder 95.3 93.2
40 Hair Conditioner 98.3 90.4

do
41
gu House Hold Tissues 95.2 82.5
42 Hair Styling 98.6 96.4

In
A
43 Energy Drink 87.8 91.8
44 Razor Blade 97.0 83.3
ah

45 Analgesic And Cold Remedies 100.0 100.0

lik
46 Gum 100.0 97.6
47 Cough Syrup 100.0 98.4
am

ub
48 Dry Noodles 81.3 58.3
49 Bleaches 100.0 3.3
ep
50 Eye Drops 100.0 100.0
k

51 Antacids 83.3 91.7


ah

52 Fungicides 100.0 93.3


R

si
53 Plaster 95.0 95.0
54 Anti Dhiarreal 100.0 100.0

ne
ng

55 Cough Tablet 100.0 100.0


(Sumber : AC Bilesen)

do
(Bukti P-14 / C 162)
gu

Berdasarkan kedua bagan di atas terbukti bahwa jenis barang


yang dijual di setiap toko modern relatif adalah sama bahkan
In
A

sebagian besar menjual barang 100% produk yang sama seperti


obat batuk, obat diare, dan lainnya. Dengan demikian terbukti
ah

lik

terdapat kesamaan jenis barang yang dijual oleh masing-masing


toko modern.
m

13. Pihak yang dipanggil oleh Termohon Keberatan juga mengakui


ub

adanya kesamaan barang yang dijual pada ritel modern, antara lain
ka

antara format minimarket, supermarket dan hypermarket. Butir 33


ep

BAP Kus Wisnu Wardani tanggal 20 April 2009 dari Perkosmi


menyatakan:
ah

33 Pertanyaan Apakah dari sisi pemasok, ada perbedaan antara


es

ketiga bentuk pasar modern (minimarket,


M

ng

supermarket, hypermarket)
on
gu

Hal. 43 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Jawaban Perbedaan dari sisi trading terms, namun dari sisi

R
produk sama. Dari segi volume juga hampir sama

si
(BuktiP-15/B2)

ne
ng
14. Toko modern spesialis (specialty store) seperti Electronic City juga
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dalam perkara ini
karena menjual barang yang sama dengan Pemohon Keberatan.

do
gu Hal ini sesuai dengan keterangan ahli Arindra A. Zainal, Ph.D
pada halaman 3-4 yang menyatakan sebagai berikut:

In
A
"Konsumen dapat mensubstitusikan belanja kebutuhan-
kebutuhannya dari belanja di Carrefour dengan belanja di
ah

Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

lik
ataupun pusat Grosir karena ada kesamaan atas barang-barang
yang dijual di toko-toko tersebut. Hal yang sama juga terkait
am

ub
dengan specialty stores."
(Bukti P-16)
ep
15. Sementara itu, halaman 58 dari dokumen Kajian Penerapan UU
k

No. 5 Tahun 1999 dan Pengaruhnya terhadap Kepastian Hukum


ah

Berusaha Di Indonesia dari Lembaga Kajian Persaingan dan


R

si
Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang
disampaikan pada Seminar tanggal 13 Agustus 2009 (selanjutnya

ne
ng

disebut "Kajian LKPU FH Ul") menyatakan:


"KPPU juga harus mempertimbangkan keberadaan toko modern

do
gu

spesialis seperti electronic city dan lainnya yang juga menjual


barang yang sama dengan Carrefour.
Berdasarkan kajian Mars Indonesia bahkan terdapat trend
In
A

konsumen lebih banyak berbelanja kepada spesialis modern


store seperti electronic city dibandingkan membeli alat elektronik
ah

lik

dari hypermarket seperti Carrefour. Fakta ini menunjukkan


bahwa spesialis modern store juga merupakan pesaing
m

ub

Carrefour sehingga harus dimasukan dalam pasar bersangkutan


yang sama".
ka

(BuktiP-17)
ep

Dengan demikian terbukti bahwa semua toko modern termasuk


ah

toko modern spesialis (seperti Electronic City) berada dalam pasar


R

bersangkutan yang sama dalam perkara ini karena menjual produk


es

yang sama dengan Pemohon Keberatan.


M

ng

on
gu

Hal. 44 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
16. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa pasar

R
bersangkutan dalam perkara ini adalah seluruh toko modern

si
termasuk toko spesialis modern karena masing-masing menjual

ne
ng
barang yang sama dengan Pemohon Keberatan. Dengan kata
lain, pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah toko modern
yang meliputi minimarket, supermarket, departement store,

do
gu hypermarket, grosir (perkulakan) dan termasuk toko modern
spesialis seperti Electronic City.

In
A
B.I.1.3 RITEL MODERN MEMPUNYAI KARAKTERISTIK YANG SAMA
17. Termohon Keberatan seharusnya juga mendefinisikan pasar
ah

bersangkutan dalam perkara ini sebagai toko modern karena

lik
berdasarkan karakteristiknya masing-masing dari toko modern
(hypermarket, supermarket, department store, grosir, minimarket)
am

ub
tersebut mempunyai karakteristik yang sama.
18. Pasal 1 angka 5 Perpres Ritel Jo. Pasal 1 angka 5 Permendag
ep
Ritel menyatakan:
k

"Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,


ah

menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk


R

si
Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket
ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan."

ne
ng

(Bukti 10 dan 11)


Berdasarkan ketentuan tersebut kelima format atau jenis toko

do
gu

modern mempunyai karakteristik yang sama, yaitu (i) mempunyai


sistem pelayanan mandiri; dan (ii) menjual barang secara eceran.
19. Selain itu, Termohon Keberatan dalam Putusannya secara tegas
In
A

mengakui adanya kesamaan karakteristik dari toko atau pasar


modern tersebut. Butir 1.2.2 halaman 41-42 Putusan Termohon
ah

lik

Keberatan menyatakan;
"Pasar Modern (modern market)
m

ub

1.2.2.1 Bahwa kegiatan usaha ritel modern memiliki ciri-ciri, antara


lain:
ka

a. konsumen tidak dapat menawar harga barang yang


ep

hendak dibeli;
ah

b. terdapat label harga khusus pada barang yang dijual


R

(bar kode);
es

c. konsumen memilih dan mengambil sendiri barang


M

ng

yang hendak dibeli (swalayan);


on
gu

Hal. 45 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. kenyamanan toko atau tempat menjual menjadi

R
pertimbangan khusus bagi konsumen dalam memilih di toko

si
mana ia akan berbelanja;

ne
ng
e. semua barang yang dijual dipajang (display);
f. pada umumnya pengelola berbentuk badan usaha
dengan manajemen yang teratur;

do
gu g. pembayaran pada umumnya dapat dilakukan
secara tunai dan kredit."

In
A
20. Berdasarkan penjelasan di atas terdapat kesamaan karakteristik
secara signifikan antara sesama pasar modern (hypermarket,
ah

supermarket, department store, grosir, minimarket). Adanya

lik
perbedaan-perbedaan tertentu, seperti luas lahan, tidak
menghilangkan fakta adanya kesamaan-kesamaan fundamental
am

ub
dan signifikan tersebut.
21. Selain itu, semua toko modern mempunyai pola pemasaran
ep
barang yang sama, yaitu membeli barang dari pemasok untuk
k

selanjutnya dijual kembali secara eceran kepada konsumen akhir


ah

atau pengguna. Dalam interaksi antara pemasok dan peritel dibuat


R

si
berbagai persyaratan perdagangan (trading terms) sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan kesepakatan di antara kedua

ne
ng

belah pihak.
22. Lebih lanjut, semua toko modern juga mempunyai strategi

do
gu

marketing yang hampir sama satu sama lain. Masing-masing dari


toko modern tersebut melakukan strategi marketing dengan cara
antara lain membuat brosur promosi, melakukan promosi secara
In
A

langsung kepada konsumen dengan memanfaatkan berbagai


media massa, memberikan potongan harga (discount) pada
ah

lik

waktu-waktu tertentu, termasuk membuat kartu anggota untuk


pelanggan.
m

ub

23. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua toko modern,


baik yang berbentuk minimarket, supermarket, hypermarket,
ka

department store maupun grosir yang berbentuk perkulakan,


ep

berada dalam pasar bersangkutan yang sama karena masing-


ah

masing mempunyai karakteristik yang sama


R

24. Butir 4.33 halaman 243 Putusan Termohon Keberatan


es

menyatakan bahwa format perkulakan tidak berada dalam pasar


M

ng

bersangkutan yang sama karena perkulakan tidak menjual barang


on
gu

Hal. 46 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
secara langsung kepada konsumen akhir. Putusan Termohon

R
Keberatan ini adalah keliru karena perkulakan saat ini sepenuhnya

si
sudah mempunyai karakteristik yang sama dengan format ritel

ne
ng
modern lain, yaitu dapat menjual barang secara eceran secara
langsung kepada konsumen akhir. Hal ini ditegaskan dalam Pasal
1 angka 5 Perpres Ritel Jo. Pasal 1 angka 5 Permendag Ritel

do
gu yang menyatakan bahwa toko modern adalah toko dengan sistem
pelayanan yang mandiri yang menjual barang secara eceran yang

In
A
antara lain grosir yang berbentuk perkulakan. Selain itu, Pemohon
Keberatan juga sudah menyampaikan hal ini kepada Termohon
ah

Keberatan pada saat pemeriksaan perkara. Butir 4 BAP Pemohon

lik
Keberatan tanggal 13 April 2009 menyatakan:
4. Pertanyaan : Apakah tanggapan Saudara terhadap
am

ub
Laporan Dugaan Pelanggaran tersebut?
Jawaban : ... Selain itu pesaing kami adalah
perkulakan yang saat ini sudah menjual
ep
k

secara eceran, dan untuk menjadi


ah

konsumen tidak harus menjadi anggota.


R
(Bukti P-18/B1)

si
Namun demikian, Termohon Keberatan mengabaikan ketentuan

ne
ng

hukum dan keterangan dari Pemohon Keberatan. Dengan


demikian terbukti bahwa Putusan Termohon Keberatan di atas
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku dan fakta-

do
gu

fakta.
25. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.34 halaman
In
A

243 menyatakan bahwa minimarket tidak berada dalam pasar


bersangkutan yang sama dengan merujuk kepada hasil riset dari
ah

MARS Indonesia. Pertimbangan Termohon Keberatan ini adalah


lik

keliru karena didasarkan atas pemahaman yang salah terhadap


kajian MARS Indonesia. Kajian MARS Indonesia ini bukan
m

ub

mengenai kajian pasar bersangkutan, melainkan hanya mengenai


kecenderungan tujuan konsumen dalam berbelanja ke setiap
ka

ep

peritel. Dengan demikian, data tersebut tidak sama dengan definisi


pasar bersangkutan.
ah

26. Sebaliknya, MARS Indonesia sendiri dalam kajiannya menghitung


R

pangsa pasar Pemohon Keberatan pada toko modern termasuk


es
M

minimarket. Hal ini dapat dilihat pada bagian B.ll halaman 62-69
ng

on
gu

Hal. 47 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam Keberatan ini. Dengan adanya penghitungan pangsa pasar

R
tersebut, dapat disimpulkan bahwa MARS Indonesia sendiri

si
menempatkan Pemohon Keberatan berada dalam pasar

ne
ng
bersangkutan yang sama dengan minimarket sehingga
memasukkan unsur minimarket dalam menghitung pangsa pasar
Pemohon Keberatan. Dengan demikian, terbukti bahwa definisi

do
gu pasar bersangkutan dalam Putusan Termohon Keberatan adalah
salah.

In
A
B.l.1.4 KONSUMEN BERBELANJA DI SELURUH FORMAT RITEL
MODERN
ah

27. Berdasarkan perspektif perilaku konsumen, semua toko modern

lik
juga bersaing satu sama lain sehingga berada dalam pasar
bersangkutan yang sama, Hal ini karena faktanya konsumen tidak
am

ub
hanya berbelanja di satu format toko modern saja, melainkan
berbelanja di semua format toko modern. Hal ini sesuai dengan
ep
penelitian AC Nielsen yang terdapat pada bagan di bawah ini:
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es

(BuktiP- 19)
M

ng

on
gu

Hal. 48 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bagan di atas menunjukkan bahwa dari semua konsumen

R
Pemohon Keberatan pada tahun 2008, 51% berbelanja ke

si
Alfamart, 37% berbelanja ke Indomaret, 8% berbelanja ke

ne
ng
Hypermart, 11% berbelanja ke Giant, dan 8% berbelanja di
Ramayana. Sedangkan dari semua konsumen Alfamart pada
tahun 2008, 31% berbelanja ke Pemohon Keberatan, 38%

do
gu berbelanja ke Indomaret, 7% berbelanja ke Ramayana, 6%
berbelanja ke Hypermart, dan 8% berbelanja ke Giant.

In
A
28. Berdasarkan tabel dan keterangan di atas terbukti bahwa
konsumen tidak hanya berbelanja pada satu format ritel modern
ah

saja, melainkan juga berbelanja pada format ritel modern lainnya.

lik
Dengan demikian berdasarkan perilaku konsumen yang
berbelanja ke semua format pasar modern maka tiap format
am

ub
merupakan pesaing satu sama lain sehingga berada dalam pasar
bersangkutan yang sama.
ep
29. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.37 halaman
k

243 secara keliru menyatakan bahwa tabel cross shopping dari AC


ah

Nielsen di atas tidak dapat digunakan karena bagan di atas


R

si
mengenai cross shopping antar merek dan bukan antar format.
Pernyataan Termohon Keberatan tersebut adalah salah karena

ne
ng

dari setiap merek tersebut secara jelas dapat diketahui formatnya.


Selain itu, dari masing-masing merek tersebut secara lengkap

do
gu

mewakili format ritel yang berbeda-beda, baik yang berbentuk


minimarket, supermarket, hypermarket dan lainnya. Dengan
demikian, bagan tersebut tentunya sangat relevan untuk
In
A

menunjukkan bahwa masing-masing format ritel modern bersaing


satu sama lain karena faktanya konsumen berbelanja hampir di
ah

lik

semua format ritel modern yang ada.


30. Konsumen Pemohon Keberatan tidak hanya sekedar berbelanja di
m

ub

pasar modern berbentuk hypermarket saja, melainkan juga


berbelanja pada format-format pasar modern lainnya baik yang
ka

berbentuk minimarket, supermarket, department store, grosir atau


ep

toko modern spesialis.


ah

31. Fakta bahwa konsumen berbelanja di berbagai jenis format toko


R

modern juga sesuai dengan Kajian LKPU FH Ul halaman 58


es

sebagai berikut:
M

ng

on
gu

Hal. 49 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Selain itu, KPPU juga harus memperhatikan perilaku

R
konsumen dalam mendefinisikan pasar bersangkutan.

si
Berdasarkan Riset dari AC Nielsen, konsumen berbelanja di

ne
ng
semua toko multiformat, yaitu baik di format Hypermarket,
Supermarket, Minimarket, Departmen Store dan grosir. Lebih
jauh, intensitas konsumen berbelanja kepada toko modern

do
gu lainnya seperti minimarket jauh lebih tinggi dibandingkan
berbelanja di Carrefour atau Hypermarket. Masing-masing dari

In
A
format tersebut merupakan pesaing satu sama lain. Oleh
karena itu, KPPU harus memasukkan semua jenis toko
ah

modern multiformat dalam menghitung pangsa pasar

lik
Carrefour. Dengan demikian, pembatasan pasar bersangkutan
yang dilakukan oleh KPPU dalam perkara ini — hanya
am

ub
mendasarkan pada hypermarket dan supermarket saja -
adalah tidak akurat dan tidak valid."
ep
(Bukti P-17)
k

32. Selain itu, berdasarkan penelitian MARS Indonesia, toko modern


ah

spesialis juga merupakan salah satu pasar modern yang


R

si
dikunjungi oleh konsumen. Untuk alat elektronik, seperti LCD TV,
TV berwarna, AC, perlengkapan audio, dan komputer, pada

ne
ng

umumnya konsumen memilih untuk membelinya di toko


elektronik/specialty store. Dan untuk lemari pakaian, lemari buku,

do
gu

kasur, kitchen set, kursi/sofa, dan rak sepatu pada umumnya


konsumen memilih untuk membelinya di toko furniture/specialty
store (Bukti P- 20/C181).
In
A

Berdasarkan penelitian MARS Indonesia di atas, terbukti suatu


fakta lain bahwa selain minimarket, supermarket, department
ah

lik

store, grosir yang berbentuk perkulakan ataupun hypermarket lain,


specialty store jelas juga merupakan pesaing bagi Pemohon
m

ub

Keberatan.
33. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perilaku
ka

pola belanja konsumen adalah semua toko modern bersaing satu


ep

sama lain. Oleh karena itu, semua toko modern berada dalam
ah

pasar bersangkutan yang sama, baik peritel modern nasional


R

maupun peritel modern lokal seperti yang terdapat pada bagan di


es

bawah ini.
M

ng

on
gu

Hal. 50 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bagan 4
Daftar Peritel Nasional dan Peritel Lokal

si
Peritel Nasional

ne
ng
 Hyp  Cir

do
gu 
ermart
Gia 
cle K
Fo
nt odmart

In
A
 Her  Ma
o tahari
ah

lik
 Indo  Ra
maret mayana
 Sup  AC
am

ub
erindo E
 Alfa  Me
mart tro
ep
k
ah

Beberapa Peritel Lokal Yang Dopuler


R

si
Jakarta Yogyakarta Semarang
  

ne
ng

Foodhall (Sogo) Luwes Ada


  
Diamond Ramal Sri Ratu

do
gu

Tip Top Bali Surabaya


  
Naga Hardy’s Sinar
In
  
A

Ranch Market Minimart Bonet


  
Farmers Market Nova Bllka
ah

lik

 
Bandung Tiara Papaya
 
m

ub

Yogya Makasar Hartani


 
Griya Sejahtera
ka

 
ep

Borma Ball Pamal


 
ah

Tujuh Sebelas Toserba Murah



R

Medan Indo Murah


es

 
M

Suzuya Diamond
ng


on
gu

Hal. 51 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Yaohan

si
Mandiri

Kasimura

ne
ng

Metro

do
gu
34. Namun demikian, bertentangan dengan bukti dan penjelasan di

In
A
atas, Termohon Keberatan TIDAK melibatkan seluruh peritel
modern sebagai pesaing Pemohon Keberatan yang berada dalam
ah

pasar bersangkutan yang sama untuk menghitung pangsa pasar.

lik
Termohon Keberatan dalam Putusannya butir 4.45 halaman 246
hanya menyertakan pelaku usaha dengan format hypermarket dan
am

ub
supermarket saja.
35. Termohon Keberatan tidak dapat mendefinisikan pasar
ep
bersangkutan hanya berdasarkan kategori hypermarket dan
k

supermarket saja. Karena seharusnya pasar bersangkutan dalam


ah

perkara ini adalah pasar ritel/toko modern yang mencakup seluruh


R

si
jenis format yaitu minimarket, supermarket, department store,
hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan, termasuk

ne
ng

toko modern spesialis baik di tingkat lokal maupun nasional.


36. Karena tidak melibatkan semua pelaku usaha yang berada pada

do
gu

pasar bersangkutan yang sama (yaitu seluruh merek peritel


modern), maka jelas bahwa penghitungan pangsa pasar yang
dilakukan oleh Termohon Keberatan TIDAK BENAR serta tidak
In
A

mencerminkan pangsa pasar yang sebenarnya. Pangsa pasar


yang dihitung oleh Termohon Keberatan dalam Putusannya
ah

lik

adalah SALAH.
Ahli ekonomi dari Universitas Indonesia Arindra A. Zainal, Ph.D
m

ub

dalam keterangan ahlinya pada halaman 3 menyatakan :


"Apabila dalam penghitungan pangsa pasar tidak melibatkan
ka

semua pelaku usaha yang berada dalam pasar bersangkutan


ep

yang sama maka hasil penghitungan pangsa pasar tersebut akan


ah

menjadi bias dan tidak mencerminkan pangsa pasar yang


R

sebenarnya. Dengan tidak melibatkan semua total penjualan


es

pelaku usaha yang terdapat dalam pasar bersangkutan, maka


M

ng

on
gu

Hal. 52 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hasil penghitungan pangsa pasar perusahaan tersebut cenderung

R
akan lebih besar dibandingkan nilai pangsa pasar sebenarnya."

si
(Bukti P-16)

ne
ng
37. Selanjutnya, Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 9-10
menyatakan:
"Pasar bersangkutan merupakan salah satu elemen penting

do
gu dalam pemeriksaan perkara persaingan usaha, terutama dalam
perkara-perkara yang berkaitan dengan tuduhan adanya praktek

In
A
monopoli dan penyalahgunaan posisi dominan. Hal ini
dikarenakan lembaga persaingan usaha harus terlebih dahulu
ah

memastikan apakah pelaku usaha tersebut mempunyai posisi

lik
monopoli atau posisi dominan. Pendefinisian pasar haruslah
selalu merujuk kepada teori-teori ekonomi, konsep-konsep hukum
am

ub
yang berlaku dan harus sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Oleh
karena itu, bila terdapat kesalahan dalam mendefinisikan pasar
ep
bersangkutan maka secara otomatis pemeriksaan tersebut
k

menjadi tidak valid atau tidak sah dan oleh karena itu lembaga
ah

pengawas persaingan usaha sudah seharusnya menghentikan


R

si
atau membatalkan penyelidikan atau pemeriksaan tersebut."
(Bukti P-16)

ne
ng

38. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa berdasarkan


kaidah hukum, dilihat dari karakteristik toko modern, jenis barang

do
gu

yang dijual maupun berdasarkan perilaku belanja konsumen


semua toko modern, baik minimarket, supermarket, department
store, hypermarket, maupun grosir termasuk toko modern spesialis
In
A

adalah bersaing satu sama lain sehingga semua berada dalam


pasar bersangkutan yang sama. Dengan demikian pasar
ah

lik

bersangkutan khususnya pasar produk dalam perkara ini adalah


toko modern baik yang berbentuk minimarket, supermarket,
m

ub

department store, hypermarket ataupun grosir/perkulakan,


termasuk toko modern spesialis. Oleh karena itu, Termohon
ka

Keberatan salah dalam menentukan pasar produk hanyalah


ep

hypermarket dan supermarket saja dalam Putusannya.


ah

39. Butir 4.41 halaman 244-245 Putusan Termohon Keberatan


R

menyatakan bahwa tingginya cross shopping konsumen


es

hypermarket ke minimarket menunjukkan bahwa keberadaan


M

ng

minimarket merupakan pelengkap dari hypermarket. Atas dasar


on
gu

Hal. 53 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
itu, Termohon Keberatan menyatakan bahwa minimarket tidak

R
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dengan

si
hypermarket. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang

ne
ng
keliru karena didasarkan atas logika yang salah dalam memahami
perilaku konsumen.
40. Adanya kesamaan tingkat cross shopping tidak berarti antara

do
gu hypermarket dan minimarket tidak bersaing. Hal ini karena, sesuai
penelitian AC Nielsen di atas, adanya perilaku konsumen yang

In
A
berbelanja tidak hanya di satu format ritel melainkan di berbagai
format ritel, baik minimarket, supermarket, hypermarket,
ah

department store, grosir termasuk toko modern spesialis. Perilaku

lik
konsumen tersebut menunjukkan bahwa konsumen Indonesia
tidak mempunyai loyalitas terhadap format ritel modern tertentu.
am

ub
Dengan demikian, adanya kesamaan tingkat cross shopping
tersebut tidak berarti satu sama lain bukan pesaing, sebaliknya
ep
justru menunjukkan bahwa satu sama lain merupakan pesaing
k

karena adanya kunjungan konsumen yang multiformat tersebut.


ah

41. Berdasarkan bagan dari AC Nielsen pada halaman 46 terdapat


R

si
bukti bahwa adanya kesamaan tingkat frekuensi kunjungan justru
menunjukkan bahwa masing-masing dari peritel tersebut bersaing

ne
ng

satu sama lain, bukan sebagai pelengkap seperti yang secara


keliru dinyatakan oleh Termohon Keberatan. Hal ini terlihat dari

do
gu

adanya kesamaan tingkat cross shopping antara konsumen


Alfamart ke Indomart dan sebaliknya pada bagan AC Nielsen
tersebut. Dari seluruh konsumen Alfamart pada tahun 2008,
In
A

ternyata mereka juga berbelanja ke Indomart sebanyak 38%,


berbelanja ke Carrefour sebanyak 31%, berbelanja ke Ramayana
ah

lik

sebanyak 7%, dan sisanya berbelanja ke format lainnya. Hal yang


sama, dari seluruh konsumen Indomart pada tahun 2008, ternyata
m

ub

mereka juga berbelanja ke Alfamart sebanyak 49%, berbelanja


ke Carrefour 29%, ke Ramayana sebanyak 11%, dan sisanya
ka

berbelanja ke peritel lainnya. Dengan adanya kesamaan frekuensi


ep

kunjungan yang sama-sama tinggi ini sama sekali tidak dapat


ah

diartikan bahwa antara Alfamart dan Indomart tidak bersaing satu


R

sama lain. Sebaliknya, justru terdapat tingkat persaingan yang


es

tinggi di antara keduanya dan Termohon Keberatan seharusnya


M

ng

memahami hal tersebut.


on
gu

Hal. 54 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
42. Lebih lanjut, perbandingan lainnya secara jelas ditunjukkan

R
dengan bagan di bawah ini

si
Bagan 5

ne
ng
Frekuensi Kunjungan Konsumen Giant ke Ritel Modern Lain

do
gu 120%
100%
100%

76%
80% 69% 65%

In
A
60%
40%
14% 13% 11% 10%
20% 8% 7% 7% 6% 6% 6% 4% 3%
ah

lik
0%

)
AL

RY

NA
O

ET
R

T
T
T

P
O
T

YA
KE
D
A

A
N
U

TO
R
N

CE
AR

A
K
N

AG
IN
A
A

IO
AL F O

E
IA

BU
AR

AR
YA
M
M

R
P
ER
H

O
M

IS
G

N
E

TI

G
ER
O

R
M
M
A

A
am

FA

ub
D

/G
AM

ER
R

EK
A
AR

YP
IN

SU

TR

PE

AN
R

AR OD
C

SU

SU
R

T
A

KE
ER O R
AS

A
FA

Y
/P

AL

B
SU GH
YO

M
T
KE

EI
(N
ep
AR

P
O
M
k

K
ET

TO
W
ah

R
(Bukti P-21)

si
Bagan di atas menunjukkan bahwa terdapat kunjungan konsumen

ne
yang relatif sama tingginya antara ke Giant dengan ke Pemohon
ng

Keberatan. Namun demikian adanya frekuensi kunjungan yang


relatif sama tersebut tidak mengandung arti bahwa Giant dengan

do
gu

Pemohon Keberatan tidak bersaing atau Giant merupakan


pelengkap dari Pemohon Keberatan atau sebaliknya. Faktanya,
In
sesuai dengan definisi pasar bersangkutan dari Termohon
A

Keberatan sendiri Giant merupakan pesaing dari Pemohon


Keberatan.
ah

lik

Hal yang sama juga kita lihat pada bagan AC Nielsen di atas pada
halaman 46. Pada bagan tersebut terdapat fakta bahwa sebanyak
m

ub

63% dari konsumen Hero ternyata juga berbelanja ke Carrefour.


Namun demikian, hal tersebut bukan berarti Hero dan Pemohon
ka

Keberatan tidak bersaing, faktanya justru satu sama lain


ep

merupakan pesaing.
ah

Hal ini membuktikan bahwa Termohon Keberatan telah salah


R

dalam memahami dan menerapkan fenomena frekuensi tingkat


es
M

kunjungan konsumen tersebut. Fenomena tersebut seharusnya


ng

on
gu

Hal. 55 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dipahami bahwa konsumen Indonesia berbelanja ke berbagai

R
format dan oleh karena itu satu sama lain merupakan pesaing.

si
43. Selain itu, minimarket tidak mungkin dapat dikatakan sebagai

ne
ng
pelengkap dari hypermarket sebab terdapat kesamaan barang
yang dijual pada minimarket dan hypermarket. Istilah pelengkap
hanya dapat terjadi apabila barang yang dijual pada masing-

do
gu masing tempat tersebut berbeda sehingga keberadaan yang satu
melengkapi yang lainnya. Namun demikian, dalam hal ini

In
A
minimarket justru menjadi substitusi dari hypermarket dan toko
modern lainnya.
ah

Sebagai contoh, seorang konsumen bisa pergi ke hypermarket

lik
atau supermarket untuk membeli alat-alat mandi atau makanan
dan minuman atau konsumen bisa mendapatkan barang tersebut
am

ub
di minimarket yang dekat dengan rumahnya. Dalam hal ini terbukti
keberadaan minimarket menjadi substitusi atas barang-barang
ep
yang ada di hypermarket dan supermarket. Dengan demikian
k

minimarket berada dalam pasar bersangkutan yang sama dengan


ah

Pemohon Keberatan.
R

si
44. Selain itu, butir 4.43 halaman 245 Putusan Termohon Keberatan
menyatakan bahwa specialty store merupakan pelengkap dari

ne
ng

hypermarket dan supermarket sehingga tidak berada dalam pasar


bersangkutan yang sama. Pernyataan Termohon Keberatan di

do
gu

atas adalah keliru karena tidak mungkin ada istilah pelengkap


apabila terdapat kesamaan barang atau substitusi antara barang
yang dijual di toko spesialis modern dengan Pemohon Keberatan.
In
A

Dengan demikian terbukti bahwa Termohon Keberatan salah


dalam mendefinisikan pasar bersangkutan.
ah

lik

45. Termohon Keberatan dalam mendefinisikan pasar bersangkutan


mendasarkan pada survey yang dilakukan oleh SurveyOne dan
m

ub

PT Satria Lintas Nusa. Kami sangat meragukan validitas dan


kebenaran dari hasil kedua survey tersebut karena survey tersebut
ka

tidak dilakukan sesuai dengan metodologi dan prosedur yang


ep

layak. Arindra A. Zainal, Ph.D dalam halaman 8 menyatakan


ah

sebagai berikut:
R

" i'. Survey One;


es

Saya berpendapat bahwa survey ini bukanlah suatu survey yang


M

ng

layak untuk dijadikan pedoman/rujukan bagi kasus ini, karena


on
gu

Hal. 56 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sample yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak

R
representatif. Surveyor dalam hal ini hanya mensurvey 150

si
responden dari empat lokasi di Jakarta. Padahal, saya mengerti

ne
ng
bahwa konsumen ritel modern (termasuk Carrefour) berjumlah
jutaan orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Terlebih
menurut survey Mars, perilaku konsumen disetiap daerah

do
gu berbeda sehingga respon konsumen di Jakarta belum tentu
sama dengan respon konsumen daerah lain. Saya juga

In
A
mencatat bahwa surveyor sendiri mengakui bahwa margin of
error-nya 7,41% yang menurut pendapat saya adalah margin of
ah

error yang terlalu besar.

lik
ii. Survey PT Satria Lintas Nusa :
Jumlah responden memang terlihat cukup besar (1150
am

ub
responden) sementara margin of errornya tidak disebutkan dan
metode penentuan respondennya adalah dengan simple random
ep
saja dengan cara Mall Intercept. Oleh karenanya patut diduga
k

bahwa terdapat selection bias pada penelitian ini. Merujuk pada


ah

hasil surveynya, terlihat survey atau penelitian ini bertujuan untuk


R

si
mengetahui berapa jarak konsumen dari rumah tinggalnya ke ke
tempat mereka belanja yang diukur dengan jarak kilo meter dan

ne
ng

waktu tempuh.
Sebagaimana kami jelaskan dalam jawaban atas pertanyaan

do
gu

No. 6 di atas, parameter jarak dan waktu tempuh bukanlah


dasar untuk menentukan pasar bersangkutan. Oleh karena
itu penggunaan hasil penelitian ini untuk dijadikan rujukan dalam
In
A

mendefinisikan pasar bersangkutan sangatlah diragukan


keabsahannya."
ah

lik

(BuktiP-16)
Sesuai pendapat ahli di atas, Termohon Keberatan seharusnya
m

ub

tidak menggunakan kedua survey tersebut karena validitasnya


sangat diragukan. Penelitian SurveyOne tidak layak dijadikan
ka

acuan karena tidak representatif dan margin of error-nya sangat


ep

besar. Survey PT Satria Lintas Nusa bahkan tidak menyebutkan


ah

margin of e/ror-nya padahal dalam suatu penelitan ilmiah


R

perhitungan margin of error merupakan suatu keharusan untuk


es

mengukur validitas suatu survey.


M

ng

on
gu

Hal. 57 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
46. Butir 4.29 halaman 242 dari Putusan Termohon Keberatan

R
menyatakan bahwa terdapat dua indikator dalam menentukan

si
definisi pasar produk, yaitu (i) indikator harga, dan (ii) indikator

ne
ng
karakteristik dan kegunaan produk. Kedua indikator dari Termohon
Keberatan tersebut justru mendukung analisa pasar produk dari
Pemohon Keberatan yaitu pasar produk dalam perkara ini adalah

do
gu ritel modern baik yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hypermarket, grosir dan termasuk toko spesialis

In
A
modern. Hal ini karena terdapat kesamaan baik dari segi harga,
karakteristik maupun kegunaan produk antara barang yang dijual
ah

oleh Pemohon Keberatan dengan barang yang dijual oleh peritel

lik
modern lainnya. Sebagai contoh, harga, karakteristik, serta
kegunaan Indomie yang dijual oleh Pemohon Keberatan adalah
am

ub
sama dengan Indomie yang dijual oleh peritel modern lainnya.
47. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Termohon
ep
Keberatan SALAH dalam mendefinisikan pasar produk dalam
k

perkara ini. Pasar produk dalam perkara ini adalah ritel modern
ah

dalam wilayah geografis di seluruh Indonesia.


R

si
B.I.2 PASAR GEOGRAFIS
48. Sementara itu, pasar geografis dalam perkara ini adalah di seluruh

ne
ng

wilayah Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 angka 10 UU


Antimonopoli yang menyatakan:

do
gu

"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan


jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
In
A

atas barang dan atau jasa tersebut."


49. Berdasarkan ketentuan di atas, tolak ukur dalam menentukan
ah

lik

pasar geografis adalah pasar geografis dari pelaku usaha. Dalam


konteks ini, ruang lingkup kegiatan usaha yang dilakukan oleh
m

ub

Pemohon Keberatan adalah untuk seluruh wilayah di Indonesia.


Dengan demikian, pasar geografis dalam perkara ini adalah pasar
ka

geografis di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Termohon


ep

Keberatan juga memeriksa Pemohon Keberatan sebagai PT


ah

Carrefour Indonesia secara nasional, bukan hanya memeriksa


R

gerai Pemohon Keberatan di wilayah tertentu.


es

50. Selain itu, persaingan antara Pemohon Keberatan dengan para


M

ng

peritel nasional lainnya (seperti Hypermart, Giant, Hero,


on
gu

Hal. 58 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Indomaret, Alfamart, Ramayana, Makro, Circle K, dan lain-lain)

R
juga terjadi di tingkat nasional. Persaingan tersebut terjadi baik

si
mengenai strategi pemasaran, strategi pengembangan gerai,

ne
ng
promosi kepada konsumen, dan lain-lain. Dengan demikian pasar
geografis dalam perkara ini seharusnya dalam lingkup wilayah
nasional di seluruh Indonesia.

do
gu 51. Namun demikian, Termohon Keberatan dalam Putusannya
melakukan penghitungan pangsa pasar dengan menggunakan

In
A
metode yang salah. Dalam Putusan Termohon Keberatan butir
120 halaman 70-71 Termohon Keberatan memetakan pasar
ah

geografis untuk melakukan penghitungan pangsa pasar

lik
berdasarkan sebaran gerai outlet Alfa Retailindo, dan membaginya
menjadi 7 wilayah sebagai berikut:
am

ub
(i) Carrefour Express ex Alfa Sunter;
(ii) Carrefour Express Lodan;
ep
(iii) Carrefour Express Menteng;
k

(iv) Carrefour Express Tendean;


ah

(v) Carrefour Express Meruya Ilir;


R

si
(vi) Carrefour Express Kebayoran; dan
(vii) Carrefour Pasar Minggu

ne
ng

52. Selain itu, Termohon Keberatan juga memetakan pasar geografis


untuk melakukan penghitungan pangsa pasar berdasarkan

do
gu

beberapa titik yang teridentifikasi terdapat gerai Carrefour dan


Carrefour Ex Alfa, dan membaginya menjadi 8 wilayah di luar
Jakarta sebagai berikut:
In
A

(i) Carrefour Ex Alfa Dukuh Kupang Surabaya;


(ii) Carrefour Ex Alfa Ahmad Yani Surabaya;
ah

lik

(iii) Carrefour Ex Alfa Malang;


(iv) Carrefour Ex Alfa Maguwoharjo Yogyakarta;
m

ub

(v) Carrefour Ex Alfa Soekarno Hatta Bandung;


(vi) Carrefour Ex Alfa Pengayoman Makassar;
ka

(vii) Carrefour Ex AlfaTamalanrea MaMakassar; dan


ep

(viii) Carrefour Ex Alfa Karebosi dan MTC Karebosi Makassar.


ah

Metode penghitungan Termohon Keberatan ini tidak ada dasar


R

hukumnya. Termohon Keberatan tidak dapat menentukan pasar


es

geografis atau cakupan wilayah geografis hanya berdasarkan


M

ng

sebaran outlet Alfa Retailindo.


on
gu

Hal. 59 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
53. Perlu dicatat bahwa pihak yang diperiksa adalah Termohon

R
Keberatan yaitu PT Carrefour Indonesia yang mempunyai pasar

si
geografis di wilayah Indonesia, bukan outlet atau gerai Alfa

ne
ng
Retailindo. Sehingga seharusnya Termohon Keberatan
mendasarkan perhitungannya atas outlet Pemohon Keberatan di
pasar geografis Pemohon Keberatan, yaitu seluruh wilayah

do
gu Indonesia. Dengan demikian, untuk menghitung pangsa pasar
yang tepat adalah dengan menggunakan jangkauan atau daerah

In
A
pemasaran dari Pemohon Keberatan serta pelaku usaha lainnya
(semua pelaku usaha di sektor ritel modern) secara nasional,
ah

bukan hanya di beberapa wilayah tertentu saja.

lik
54. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam keterangan ahlinya
menyatakan bahwa cara menghitung pangsa pasar adalah
am

ub
dengan membandingkan rasio antara nilai penjualan satu
perusahaan tertentu terhadap nilai penjualan pasar keseluruhan di
ep
mana perusahaan tersebut berada.
k
ah

NilaiPenjualanPerusahaan
R
PangsaPasar =

si
TotalPenjualanPasar

ne
ng

Dengan demikian, untuk menghitung pangsa pasar yang tepat


adalah dengan menggunakan nilai penjualan pelaku usaha secara

do
nasional, bukan hanya nilai penjualan pelaku usaha berdasarkan
gu

beberapa wilayah tertentu saja.


Oleh karena itu, pangsa pasar Pemohon Keberatan adalah:
In
A

NilaipenjualanPemohonKeberandiIndonesia
PangsaPasarPemohonKebera tan =
ah

lik

Nilaipenjualanseluruhpelakuusahadiretail mod erndiIndonesia

55. Pasar geografis dalam perkara ini adalah toko/pasar modern di


m

seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, Putusan Termohon


ub

Keberatan butir 4.50 halaman 246 adalah SALAH karena Putusan


ka

tersebut hanya menganalisis keadaan dari beberapa lokasi dari


ep

beberapa gerai Pemohon Keberatan bukan seluruh wilayah


Indonesia.
ah

56. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.56 halaman


es

247 menyatakan bahwa pasar geografis dalam perkara ini adalah


M

ng

pasar geografis dalam radius 4 km untuk DKI Jakarta dan radius 5


on
gu

Hal. 60 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
km untuk luar DKI Jakarta. Definisi pasar geografis ini tidak

R
didasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku dan tidak sesuai

si
dengan fakta-fakta.

ne
ng
57. Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli menyatakan bahwa pasar
bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan
atau daerah pemasaran oleh pelaku usaha. Dengan demikian,

do
gu parameter utama dalam menentukan pasar geografis adalah
berdasarkan daerah pemasaran dari pelaku usaha. Definisi pasar

In
A
geografis dari Termohon Keberatan dalam perkara ini
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
ah

58. Selain itu, definisi pasar geografis dalam Putusan Termohon

lik
Keberatan yang menggunakan parameter jarak tersebut tidak
berdasar. Arindra A. Zainal, Ph.D dalam keterangan ahlinya pada
am

ub
halaman 6 menyatakan:
"Pandangan KPPU yang membagi pasar geografis Carrefour
ep
kedalam dua pasar yaitu (i) pasar geografis downstream radius 4
k

km untuk wilayah DKI Jakarta dan radius 5 km untuk wilayah luar


ah

DKI Jakarta; dan (ii) pasar geografis upstream secara nasional


R

si
(LHPL hal 65) juga sangat tidak berdasar. Tidak ada satu teori pun
yang membagi suatu pasar berdasarkan jarak yang sangat

ne
ng

sepesifik dan dekat. Penetepan KPPU dengan jarak yang 4km


untuk wilayah DKI dan 5 km untuk di luar wilayah DKI adalah

do
gu

sangat arbiter. Sebagai contoh, seorang yang tinggal di Jakarta


Selatan bisa saja pergi berbelanjanya di Jakarta Utara.
Pengalaman pribadi, saya yang tinggal di Bintaro Jaya 9 (propinsi
In
A

Banten) bisa saja belanja buah-buahan di Superindo di Bintaro


Jaya 1 ( Propinsi DKI Jaya) yang berjarak kurang lebih 8 km, atau
ah

lik

belanja sayuran di Hari-Hari Fatmawati yang berjarak 12 km


ataupun belanja daging di Indoguna Meat shop di Pasar Santa
m

ub

Kebayoran baru yang berjarak 15 km dari rumah)."


(BuktiP-16)
ka

59. Tidak dapat digunakannya parameter jarak tersebut juga sesuai


ep

dengan keterangan pihak yang diminta keterangan oleh Termohon


ah

Keberatan sendiri. Direktur Utama PD Pasar Jaya dalam BAP


R

tanggal 28 Agustus 2009 pada butir 14 menyatakan sebagai


es

berikut:
M

ng

14 Pertanyaan Apakah jarak 2,5 km efektif dijadikan tolak ukur


on
gu

Hal. 61 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bagi konsumen untuk berpindah ke tempat belanja

R
lain?

si
Jawaban Sebenarnya masyarakat kita tidak dapat diukur
berdasarkan jarak saja, tergantung juga dari

ne
ng
keinginan konsumen tersebut karena bisa saja
walaupun jaraknya jauh tetapi konsumen tetap

do
gu (BuktiP-22/B13)
datang ke tempat tersebut.

Oleh karena hal-hal tersebut di atas, tidak ada dasar hukum bagi

In
A
Termohon Keberatan untuk menggunakan parameter radius 4-5
km dalam menentukan pasar geografis.
ah

lik
60. Termohon Keberatan dalam putusan-putusan sebelumnya (baik
dalam perkara sektor ritel maupun bukan sektor ritel) juga tidak
am

ub
pernah menggunakan parameter jarak tertentu dalam
mendefinisikan pasar geografis. Sebagai contoh, Termohon
Keberatan dalam Putusan No. 03/KPPU-L/2000 tanggal 4 Juli
ep
k

2001 dalam perkara PT Indomarco Prismatama (Indomaret) tidak


mendefinisikan pasar bersangkutan dengan menggunakan
ah

R
parameter jarak dalam perkara tersebut. Lebih lanjut, Termohon

si
Keberatan dalam Putusan No. 02/KPPU-L/2005 tanggal 19

ne
ng

Agustus 2005 dalam perkara PT Carrefour Indonesia juga tidak


mengunakan definisi pasar geografis berdasarkan parameter jarak
tertentu. Dengan demikian terbukti bahwa penggunaan parameter

do
gu

jarak tersebut semata-mata hanya untuk menghitung supaya


pangsa pasar Pemohon Keberatan mencapai angka tertentu
In
A

sesuai yang dikehendaki oleh Termohon Keberatan untuk dapat


menghukum Pemohon Keberatan.
ah

61. Selain itu, terdapat inkonsistensi atau pertentangan dalam definisi


lik

pasar geografis dalam Putusan Termohon Keberatan. Termohon


Keberatan di satu sisi mendefinisikan pasar geografis upstream
m

ub

(quad non) dalam lingkup di seluruh wilayah Indonesia. Namun


demikian, Termohon Keberatan secara kontradiktif mendefinisikan
ka

ep

pasar geografis downstream hanya dalam radius 4-5 km. Hal


tersebut menunjukkan adanya inkonsistensi dalam mendefinisikan
ah

pasar bersangkutan padahal tolak ukur atau pihak yang diperiksa


R

dalam perkara ini adalah sama, yaitu Pemohon Keberatan.


es
M

ng

on
gu

Hal. 62 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
62. Adanya inkonsistensi ini juga terlihat pada saat Termohon

R
Keberatan mencari-cari alasan dalam mendefinisikan pasar

si
geografis upstream dan downstream tersebut (quad non). Di satu

ne
ng
sisi Termohon Keberatan menyatakan bahwa definisi pasar
geografis upstream adalah seluruh wilayah Indonesia dengan
alasan karena tidak ada hambatan bagi pemasok untuk

do
gu memasok secara nasional (Putusan Termohon Keberatan
butir4.18 halaman 240). Termohon Keberatan seharusnya

In
A
menerapkan atau menggunakan logika yang sama pada saat
mendefinisikan pasar geografis pada downstream, yaitu tidak ada
ah

hambatan bagi setiap konsumen untuk berbelanja di semua ritel

lik
modern secara nasional, regional atau di berbagai tempat lainnya
yang jaraknya lebih dari 4-5 km dari tempat tinggal. Namun
am

ub
demikian, Termohon Keberatan secara kontradiktif dan keliru
hanya mendefinisikan pasar geografis downstream dengan
ep
menggunakan radius jarak 4-5 km.
k

63. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa selain


ah

definisi pasar bersangkutan tersebut salah (tidak ada pasar


R

si
upstream dan downstream), dalam definisi pasar geografis pada
Putusan Termohon Keberatan terdapat kontradiksi atau

ne
ng

pertentangan satu sama lain. Hal ini menunjukkan adanya


kekeliruan yang fatal pada Putusan Termohon Keberatan dalam

do
gu

mendefinisikan pasar bersangkutan dalam perkara ini.


64. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa Putusan Termohon
Keberatan SALAH dalam mendefinisikan pasar geografis dalam
In
A

perkara ini.
B.I.3 TIDAK ADA PASAR UPSTREAM DAN DOWNSTREAM DALAM
ah

lik

SEKTOR USAHA RITEL MODERN


65. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada pokoknya
m

ub

menyatakan bahwa terdapat pasar upstream dan downstream


yang dimiliki oleh Pemohon Keberatan dalam perkara
ka

ini.Pernyataan ini tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan teori-


ep

teori ekonomi, serta tidak sesuai dengan fakta-fakta.


ah

66. Dalam sektor ritel baik secara hukum maupun faktual tidak dikenal
R

adanya pasar upstream dan pasar downstream. Kegiatan usaha


es

Pemohon Keberatan sebagai peritel adalah menjual barang


M

ng

kepada konsumen akhir atau pengguna. Dengan demikian satu-


on
gu

Hal. 63 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
satunya pasar yang dimiliki oleh peritel atau Pemohon Keberatan

R
adalah pasar yang berkaitan dengan penjualan barang kepada

si
konsumen akhir atau pengguna.

ne
ng
67. Hal ini sesuai dengan keterangan ahli ekonomi Arindra A. Zaenal,
Ph.D pada halaman 4-5 Pendapat Ahlinya yang menyatakan:
"Dari literatur ilmu ekonomi , dalam hal ini llmu Organisasi Industri

do
gu (Industrial Organization), pada dasarnya tidak ada pasar upstream
atau downstream, apalagi dalam pasar ritel. Yang dikenal adalah

In
A
upstream firm dan downstrean firm. Hal ini muncul pada saat
terjadi integrasi vertikal diantara perusahaan yang yang
ah

mempunyai keterkaitan proses produksi secara vertikal, misal

lik
pabrik benang dengan pabrik tekstil. Perusahaan yang memasok
input dalam proses produksi disebut sebagai upstream firm
am

ub
sedangkan perusahaan yang memproduksi outputnya disebut
sebagai downstream firm.
ep
Dengan demikian kami berpendapat bahwa dalam sektor ritel
k

tidak dikenal pasar upstream dan pasar downstream. Selain


ah

itu, suatu peritel tidak mungkin disebut sebagai upstream firm


R

si
karena kedudukan peritel hanya sebagai pihak yang menjual
kembali barang kepada konsumen akhir, bukan sebagai pihak

ne
ng

yang memproduksi atau memasok barang. "


(Bukti P-16)

do
gu

68. Pemohon Keberatan tidak mungkin mempunyai pasar upstream


karena dalam kaitannya dengan pemasok, kedudukan Pemohon
Keberatan justru sebagai konsumen dari pemasok. Pemohon
In
A

Keberatan adalah pihak yang membeli barang dari pemasok.


Selanjutnya, Pemohon Keberatan menjual barang tersebut kepada
ah

lik

konsumen akhir atau pengguna. Dengan demikian, seandainya


terdapat pasar upstream, maka pihak yang mempunyai pasar
m

ub

upstream tersebut adalah pemasok dan bukan Pemohon


Keberatan.
ka

Arindra A. Zainal, Ph.D dalam keterangan ahlinya pada halaman


ep

8-9 menyatakan:
ah

"Definisi pasar upstream yang ditetapkan oleh KPPU tidak tepat


R

secara ilmiah karena pada dasarnya tidak ada pasar upstream


es

dan suatu peritel tidak mungkin mempunyai pasar upstream


M

ng

karena kedudukannya semata-mata hanya sebagai pihak yang


on
gu

Hal. 64 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menjualkan kembali barang kepada konsumen akhir yang semula

R
diproduksi/dipasok oleh pemasok. Carrefour juga tidak dapat

si
disebut sebagai upstream firm justru pemasoklah yang dapat

ne
ng
dikelompokkan sebagai upstream firm.
Untuk lebih mudahnya, berikut ini kami gambarkan dengan sangat
sederhana proses kegiatan usaha dalam industri ritel:

do
gu PEMASOK

In
A
ah

lik
CARREFOUR
am

ub
ep
k

KONSUMEN
ah

si
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Carrefour tidak
mungkin dapat disebut sebagai upstream firm atau mempunyai

ne
ng

pasar upstream karena ia justru merupakan konsumen dari


pemasok. Pangsa pasar Carrefour hanya berkaitan dengan

do
gu

pangsa pasar penjualan Carrefour kepada konsumen akhir."


(Bukti P-16)
69. Pendapat di atas juga sesuai dengan Kajian LKPU FH Ul halaman
In
A

76 yang disampaikan oleh Kurnia Toha, SH., LL.M, Ph.D pada


Seminar tanggal 13 Agustus 2009 di Universitas Indonesia yang
ah

lik

menyatakan sebagai berikut:


"Dalam kasus akuisisi Alfa oleh Carrefour, KPPU keliru
m

ub

mendefinisikan pasar upstream dimana toko modern dianggap


sebagai penjual jasa, sedangkan pemasok sebagai pembeli jasa
ka

tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi yang ada,
ep

dimana dalam kasus ini toko modern sebagai pembeli dan


ah

pemasok sebagai penjual barang."


R

(BuktiP-17)
es

70. Selain itu, hal ini juga diperkuat dengan keterangan ahli Dr. Andi
M

ng

Fahmi Lubis dalam artike yang berjudul "Definisi Pasar Upstream


on
gu

Hal. 65 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan Downstream Peritel Tidak Tepat" pada harian Bisnis

R
Indonesia tanggal 27 Agustus 2009 yang menyatakan sebagai

si
berikut:

ne
ng
"Lembaga Kajian Persaingan Usaha (LKPU) Ul menilai Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tidak tepat menetapkan
definisi pasar down stream dan upstream terkait konteks

do
gu persaingan usaha di sektor ritel..."
(Bukti P-23)

In
A
71. Termohon Keberatan dalam mendefinisikan pasar
upstream dan downstream ini merujuk kepada pendapat Jorge
ah

Rodrigues (JR) dan Blair Harrison (BH) (Putusan Termohon

lik
Keberatan butir 4.6 halaman 237 dan butir 4.12 halaman 238).
Namun demikian, pendapat Jorge Rodrigues tersebut bukan
am

ub
merupakan pendapat yang berlaku umum di sektor ritel. Selain itu,
pendapat tersebut juga tidak layak untuk dijadikan acuan dalam
ep
perkara ini. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam
k

keterangan ahlinya pada halaman 7 menyatakan:


ah

"Hal lain yang perlu diketahui, bahwa pendapat JR tersebut


R

si
tidaklah atau belum merupakan suatu pendapat yang umum
berlaku di pasar ritel.

ne
ng

Menurut kami, mempermasalahkan pasar upstream dan


downstream untuk kasus Carrefour ini tidaklah relevan

do
gu

mengingat metode pengitungan yang dipergunakan KPPU untuk


menghitung pangsa pasarnya tidaklah tepat.
Sebagai catatan, JR tidaklah seorang Michael Porter dalam ilmu
In
A

Marketing yang menjelaskan soal masalah daya saing ataupun


seorang Milton Friedman dalam Ilmu Ekonomi Moneter yang
ah

lik

telah diakui reputasinya di dunia internasioal. Sincikat kata JR


bukanlah siapa-siapa yanq harus disetujui pendapatnya."
m

ub

(Bukti P-16) ;
72. Berdasarkan dasar hukum, bukti dan keterangan ahli di atas
ka

terbukti bahwa Termohon Keberatan SALAH dalam


ep

mendefinisikan pasar bersangkutan dalam perkara ini. Oleh


ah

karena itu, sudah seharusnya Majelis Hakim Yang Terhormat


R

membatalkan amar putusan butir 1, 3, dan 4 dalam Putusan


es

Termohon Keberatan serta menyatakan bahwa Pemohon


M

ng

Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli.


on
gu

Hal. 66 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
B.ll PEMOHON KEBERATAN SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI POSISI MONOPOLI DAN TIDAK DOMINAN

R
1. Butir 6.4.6.2 halaman 271 Putusan Termohon Keberatan yang

si
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan memiliki pangsa pasar

ne
ng
lebih dari 50% adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Nilai pangsa
pasar Pemohon Keberatan sangat jauh dari kriteria memiliki posisi
dominan. Terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama sekali tidak

do
gu memiliki posisi monopoli dan tidak dominan. Unsur monopoli dan
unsur dominan dalam Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)

In
A
huruf a UU Antimonopoli terbukti tidak terpenuhi. sehingga
Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal
ah

25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Oleh karena itu amar

lik
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah salah dan
patut dibatalkan dan Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
am

ub
Antimonopoli.
2. Pemohon Keberatan memohon kepada Majelis Hakim Yang
ep
Terhormat untuk membatalkan Putusan Termohon Keberatan
k

dalam perkara a quo karena Pemohon Keberatan sama sekali


ah

tidak memiliki posisi monopoli dan tidak memiliki posisi dominan.


R

si
Pangsa pasar Pemohon Keberatan sangat jauh dari kriteria posisi
monopoli dan posisi dominan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2)

ne
ng

dan Pasal 25 ayat (2) UU Antimonopoli.


3. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 25 ayat (2)

do
gu

UU Antimonopoli seperti yang telah diuraikan pada bagian A.I


halaman 5-15 dan bagian A.lll halaman 18-25 dari Keberatan
Pemohon Keberatan di atas, maka suatu pelaku usaha dikatakan
In
A

memiliki posisi monopoli dan/atau posisi dominan apabila pelaku


usaha tersebut menguasai pangsa pasar sebesar 50% (lima puluh
ah

lik

persen) atau lebih atas satu jenis barang atau jasa tertentu.
4. Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli
m

ub

dan tidak memiliki posisi dominan karena pangsa pasar Pemohon


Keberatan sangat kecil, sangat jauh di bawah 50% (lima puluh
ka

persen). Berdasarkan kajian AC Nielsen, pangsa pasar Pemohon


ep

Keberatan di pasar ritel modern di tahun 2008 sebelum akuisisi


ah

Alfa Retailindo hanya sebesar 14,5 % dan sesudah akuisisi Alfa


R

Retailindo hanya sebesar 17 %. Hal ini terlihat pada grafik berikut


es

ini:
M

ng

Bagan 1
on
gu

Hal. 67 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pangsa Pasar Carrefour Di Ritel Modern

si
Pangsa Pasar Carrefour di Ritel Modern

ne
ng
2007 2008

20
Pangsa Pasar (%)

do
gu 15

10

In
A
5

0
ah

lik
Carrefour ex.Alfa Total

(BuktiP-3/C150)
am

ub
5. Hasil kajian AC Nielsen di atas merupakan hasil yang valid dan
dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini juga didukung oleh
ep
pernyataan ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 11
k

dalam Pendapat Ahlinya tanggal 8 Oktober 2009 sebagai berikut:


ah

"Dengan metode yang digunakan oleh AC Nielsen tersebut kami


R

si
berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan mereka telah
memenuhi kaidah ilmiah sehingga hasil temuan/perhituncian AC

ne
ng

Nielsen mengenai pangsa pasar Carrefour dapat dipertan gung


jawabkan."

do
gu

(Bukti P-16).
6. Selain hasil kajian AC Nielsen di atas, MARS Indonesia juga
In
melakukan studi pangsa pasar ritel yang hasilnya menyatakan
A

bahwa pangsa pasar Pemohon Keberatan di pasar ritel nasional


adalah sebesar 2,7% dan di pasar ritel modern adalah sebesar
ah

lik

5,8%.
Tabel-1. Pangsa pasar masing-masing merek hypermarket
m

ub

Gerai Pangsa pasar di toko modern *) Pangsa pasar di Ritel


Nasional **)
ka

ep

Carrefour 5,8% 2,7% |


Hypermart 3,8% 1,8%
ah

Giant 2,6% 1,2%


R

Makro 2,4% 1,1%


es
M

Total 14,7% 6,8%


ng

on
gu

Hal. 68 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R
Keterangan:

si
* = terdiri dari hypermarket, supermarket, mini market, dan

ne
perkulakan (tidak termasuk format department store)

ng
** = terdiri dari hypermarket, supermarket, mini market, perkulakan
dan pasar tradisional (tidak termasuk format department store)

do
gu Sumber: MARS Indonesia
www.marsindonesia.com

In
(Bukti P-4)
A
7. Ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H-, LL.M-, Ph.D. dalam
Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober 2009 pada halaman 5
ah

lik
menyatakan sebagai berikut:
"Berdasarkan hasil kajian AC Nielsen pangsa pasar Carrefour
am

ub
pada pasar modern sebelum akuisisi sebesar 14,5% sedangkan
pasca akusisi sebesar 17%. Sementara itu, berdasarkan
perhitungan Mars Indonesia pangsa pasar Carrefour pada pasar
ep
k

modern sebesar 5,8%, dengan demikian syarat sebagaimana


ah

dirumuskan dalam Pasal 17 ayat (2) hurufc UU No. 5 Tahun 1999


R

si
tidak terpenuhi."
(Bukti P- 2)

ne
ng

8. Seperti yang telah Pemohon Keberatan jelaskan sebelumnya,


pangsa pasar ritel yang diteliti oleh AC Nielsen dan MARS

do
gu

Indonesia ini bahkan belum mencakup penghitungan untuk format


department store. Maka, jika pangsa pasar format department
store dihitung, pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor
In
A

ritel tentu akan menjadi lebih kecil lagi. Terbukti bahwa Pemohon
Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak
ah

lik

dominan.
9. Berdasarkan hasil kajian atau studi dari AC Nielsen dan MARS
m

ub

Indonesia di atas, terbukti bahwa tidak terdapat pemusatan


kekuatan ekonomi atau penguasaan pemasaran yang dilakukan
ka

oleh Pemohon Keberatan karena pangsa pasar Pemohon


ep

Keberatan dalam sektor ritel modern jumlahnya sangat kecil dan


ah

tidak signifikan. bahkan sangat jauh di bawah 50% (lima puluh


R

persen). Dengan demikian, Pemohon Keberatan terbukti sama


es

sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan di pasar


M

ng

on
gu

Hal. 69 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ritel modern pada saat sebelum dan sesudah akuisisi Alfa

R
Retailindo.

si
10. Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat kepada

ne
ng
fakta bahwa sebenarnya Termohon Keberatan sendiri telah
mengakui bahwa pangsa pasar Pemohon Keberatan kecil.
Termohon Keberatan memiliki data bahwa pangsa pasar

do
gu Pemohon Keberatan kecil dan Pemohon Keberatan sama sekali
tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan. Seperti yang

In
A
telah Pemohon Keberatan uraikan sebelumnya pada bagian A.I
halaman 5-15 dan bagian A.lll halaman 18-25 di atas, data pangsa
ah

pasar yang dimaksud ini bahkan merupakan data hasil olahan dari

lik
Termohon Keberatan sendiri berdasarkan data-data yang di dapat
dari Q-Data (Euromonitor). Hal ini terlihat pada Tabel 7 halaman 7-
am

ub
8 Putusan Termohon Keberatan sebagai berikut :
ep
k
ah

Tabel 7
R

si
Peringkat Hipermarket, Supermarket, dan Cash and Carry

ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 70 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

11. Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa:


R

si
- pada tahun 2004, pangsa pasar Pemohon Keberatan hanya
sebesar 14,22%;

ne
ng

- pada tahun 2005, pangsa pasar Pemohon Keberatan hanya


sebesar 16,72%;

do
gu

- pada tahun 2006, pangsa pasar Pemohon Keberatan hanya


sebesar 17,66%; dan
- pada tahun 2007, pangsa pasar Pemohon Keberatan hanya
In
A

sebesar 19,63%.
Hal ini merupakan bukti yang kuat bahwa Pemohon Keberatan
ah

lik

sama sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan,


karena pangsa pasar Pemohon Keberatan jauh di bawah 50%
m

ub

bahkan tidak pernah mencapai 20%.


12. Lebih lanjut, ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M.,
ka

Ph.D. dalam Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober 2009 pada


ep

halaman 7 menyatakan sebagai berikut:


ah

"PT. Carrefour Indonesia tidak dapat diangaap telah melakukan


R

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat apabila


es

terdapat keberatan dari pemasok terhadap trading terms yang


M

ng

on
gu

Hal. 71 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ditawarkan oleh Carrefour, berdasarkan alasan-alasan tersebut

R
di bawah ini:

si
a. PT. Carrefour Indonesia tidak pernah melarang pemasok untuk

ne
ng
memasok barangnya kepada pelaku usaha lain.
b. Pelaku usaha lain tetap dapat masuk kedalam persain gan
usaha barang atau jasa yang sama.

do
gu c. PT. Carrefour Indonesia tidak pernah menghalang-halangi
pemasok untuk memasok barangnya kepada pelaku usaha

In
A
lain.
d. PT. Carrefour Indonesia men guasai Pangsa pasar jauh dibawah
ah

50%..."

lik
(Bukti P-2)
13. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak memiliki posisi
am

ub
dominan di sektor ritel modern (baik sebelum dan sesudah akuisisi
Alfa Retailindo), adalah adanya fakta bahwa beberapa gerai/toko
ep
Pemohon Keberatan juga tutup, antara lain gerai/toko Pemohon
k

Keberatan di Mollis Bandung, Braga City Bandung, Pluit


ah

Megamall, dan Ratu Plaza Jakarta.


R

si
Di samping itu, beberapa gerai/toko Pemohon Keberatan yaitu di
ITC Surabaya, Kalimas, Bekasi Square, Kiara Condong Bandung,

ne
ng

Sukajadi Bandung, Cikarang, Daan Mogot, Rungkut Surabaya,


Madiun, Cakung dan Ciputat juga mengalami kerugian maupun

do
gu

penurunan penjualan (Bukti P-24). Hal ini juga membuktikan


bahwa Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi
monopoli dan tidak dominan. Pemohon Keberatan hanya pelaku
In
A

usaha biasa yang juga mengalami kerugian dalam berusaha.


14. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 11 dalam
ah

lik

Pendapat Ahlinya tanggal 8 Oktober 2009 menyatakan sebagai


berikut:
m

ub

"Pesaing Carrefour dalam sektor ritel di Indonesia adalah semua


pelaku usaha yang bergerak dalam sektor ritel modern atau toko
ka

modern."
ep

Lebih lanjut, Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 18 juga


ah

menyatakan sebagai berikut:


R

"Secara teori suatu pelaku usaha memiliki posisi monopoli bila


es

hanya ada satu produsen atau penjual (single firm) tanpa pesain g
M

ng

langsung atau tidak langsung, baik nyata maupun potensial


on
gu

Hal. 72 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sehingga berimplikasi pada tingginya pangsa pasar yang lebih dari

R
50%."

si
(BuktiP-16)

ne
ng
Berdasarkan 2 pernyataan di atas ini, maka terbukti bahwa
Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli
dan tidak dominan. Karena, posisi monopoli hanya dapat terjadi

do
gu apabila hanya ada 1 produsen atau penjual saja di pasar.
Sedangkan terbukti bahwa pesaing Pemohon Keberatan adalah

In
A
seluruh pelaku usaha/peritel modern yang jumlahnya sangat
banyak. Sehingga tidak mungkin Pemohon Keberatan memiliki
ah

posisi monopoli dan posisi dominan.

lik
15. Seluruh hal di atas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
sama sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan.
am

ub
Karena tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan, maka
Pemohon Keberatan juga sama sekali tidak memiliki market power
ep
seperti yang dituduhkan oleh Termohon Keberatan. Dengan
k

demikian, butir 5.26 halaman 257 dan butir 5.39 halaman 259-260
ah

Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya menyatakan


R

si
bahwa Pemohon Keberatan memiliki market power adalah SALAH
dan TIDAK BENAR.

ne
ng

16. Berdasarkan bukti-bukti dan dalil-dalil di atas, terbukti bahwa


unsur memiliki posisi monopoli dan posisi dominan tidak terpenuhi

do
gu

karena pangsa pasar Pemohon Keberatan di ritel modern (baik


sebelum akuisisi maupun sesudah akuisisi Alfa Retailindo)
jumlahnya sangat kecil dan tidak signifikan, bahkan sangat iauh di
In
A

bawah 50%. Nilai pangsa pasar Pemohon Keberatan ini sangat


iauh dari kriteria memiliki posisi monopoli dan posisi dominan.
ah

lik

Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli


dan tidak dominan. Unsur monopoli dan unsur dominan dalam
m

ub

Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli


terbukti tidak terpenuhi. Dengan demikian, Pemohon Keberatan
ka

terbukti tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)
ep

huruf a UU Antimonopoli. Oleh karena itu amar Putusan Termohon


ah

Keberatan butir 1,3 dan 4 adalah salah dan patut dibatalkan.


R

B.lll TERDAPAT PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT Dl SEKTOR RITEL MODERN


es

1.Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat bahwa


M

ng

Pemohon Keberatan sama sekali tidak melanggar UU


on
gu

Hal. 73 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Antimonopoli. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Pemohon

R
Keberatan selalu memperhatikan ketentuan hukum vang berlaku

si
termasuk UU Antimonopoli. Pemohon Keberatan tidak melakukan

ne
ng
praktek monopoli dan/atau melakukan tindakan yang menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat. Bahkan sebaliknya, Pemohon
Keberatan mendukung terjadinya persaingan usaha yang sehat di

do
gu industri ritel nasional khususnya ritel modern di Indonesia. Dan
faktanya pun, terdapat persaingan usaha yang sehat di sektor ritel

In
A
modern di Indonesia. Dengan demikian, sudah sepatutnya Majelis
Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
ah

Keberatan butir 1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon

lik
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam perkara a quo.
Fakta bahwa terdapat persaingan usaha yang sehat di industri ritel
am

ub
modern didukung bukti-bukti sebagai berikut ini:
B.lll.1. PERSAINGAN USAHA Dl SEKTOR RITEL MODERN SANGAT KOMPETITIF
ep
2.Suatu pasar dapat disebut sebagai pasar persaingan yang sehat
k

apabila pasar tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut: (i)


ah

terdapat banyak pemain {multiplayers); (ii) tidak ada hambatan


R

si
masuk pasar (no entry barrier); (iii) barang yang diperjualbelikan
homogen; (iv) pelaku usaha sebagai penerima harga {price taker);

ne
ng

(v) konsumen mempunyai banyak pilihan; dan


(vi) terdapat strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif antar

do
gu

sesama pelaku usaha.


3. Sektor ritel khususnya ritel modern merupakan sektor yang tingkat
persaingannya sangat tinggi dan kompetitif. Sektor ritel modern
In
A

mempunyai semua karakteristik di atas.


4. Terdapat banyak pemain dalam sektor ritel modern, baik pada
ah

lik

format minimarket, supermarket, department store, hypermarket,


grosir, termasuk toko modern spesialis. Selain itu, terdapat
m

ub

pertumbuhan yang stabil pada masing-masing peritel modern


tersebut. Masing-masing peritel modern tersebut secara terus
ka

menerus melakukan ekspansi dari waktu ke waktu dan dari satu


ep

wilayah ke wilayah lainnya. Berdasarkan data dari AC Nielsen,


ah

para pemain dan pertumbuhan ritel modern adalah seperti yang


R

terdapat pada bagan di bawah ini :


es
M

ng

on
gu

Hal. 74 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik

(Bukti P-25 dan P-26)


m

ub

5. Barang yang diper-jualbelikan dalam sektor ritel homogen.


Masing-masing peritel modern (baik pada format minimarket,
ka

supermarket, department store, hypermarket, dan grosir) menjual


ep

barang yang relatif sama bahkan sebagian menjual 100% produk


ah

yang sama (seperti obat batuk, obat diare, obat tetes mata dan
R

lainnya). Selain itu, terdapat banyak substitusi atas barang-barang


es

tersebut. Dengan demikian setiap konsumen dapat dengan mudah


M

ng

mendapatkan barang yang diinginkannya di gerai/toko ritel modern


on
gu

Hal. 75 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang dipilihnya. Konsumen mudah untuk berpindah dari satu

R
brand (toko) ke brand (toko) lainnya.

si
6. Konsumen mempunyai banyak pilihan mengenai barang yang

ne
ng
ingin dibeli. Selain itu, konsumen juga mempunyai banyak pilihan
mengenai format ritel modern yang hendak dikunjunginya.
Konsumen tidak tergantung hanya kepada 1 (satu) peritel modern

do
gu saja. Konsumen tidak tergantung hanya kepada Pemohon
Keberatan (Carrefour). Kondisi ini sangat menguntungkan

In
A
konsumen.
7. Selain itu, terdapat strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif
ah

antar sesama peritel dalam menarik minat konsumennya.

lik
Persaingan tersebut terjadi baik pada sesama format ritel maupun
format ritel yang berbeda karena satu sama lain saling bersaing.
am

ub
Mereka gencar melakukan berbagai promosi dan pemasaran baik
secara langsung, melalui media massa atau melalui berbagai
ep
media lainnya (Bukti P-27). Berbagai promosi tersebut sangat
k

penting dilakukan untuk mempertahankan konsumen karena


ah

konsumen dengan mudah dapat berpindah dari satu tempat/toko


R

si
ke tempat/toko lainnya. Konsumen Indonesia tidak mempunyai
loyalitas terhadap peritel atau format tertentu dalam membeli suatu

ne
ng

barang karena banyaknya pilihan tersebut.


8. Setiap peritel harus memperhatikan kepentingan konsumen. Hal

do
gu

ini karena ada banyak pesaing dan adanya kebebasan konsumen


dalam membeli barang. Oleh karena itulah, pelaku usaha seperti
halnya Pemohon Keberatan bertindak sebagai penerima harga
In
A

(price taker), bukan price maker. Konsumen dengan mudah dapat


berpindah kepada peritel modern lain apabila terdapat peritel yang
ah

lik

tidak memperhatikan konsumen. Situasi ini sangat menguntung-


kan konsumen.
m

ub

9. Tidak ada halangan untuk melakukan kegiatan usaha yang sama


dalam sektor ritel. Setiap pelaku usaha dapat dengan bebas dan
ka

mudah masuk ke dalam pasar bersangkutan yang sama (no entry


ep

barrier dan free entry and exit). Selain itu, juga tidak ada hambatan
ah

bagi setiap peritel untuk memperbanyak gerai atau wilayah


R

pemasarannya. Oleh karena itulah setiap tahun jumlah gerai toko


es

bertambah secara terus menerus. Dengan demikian sektor ritel


M

ng

merupakan sektor yang sangat dinamis.


on
gu

Hal. 76 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10. Adanya persaingan usaha yang sehat dan kompetitif di atas

R
sangat jelas terdapat dalam sektor ritel. Oleh karena itu

si
merupakan hal yang keliru apabila Termohon Keberatan

ne
ng
menyatakan bahwa terdapat persaingan usaha yang tidak sehat
dalam perkara ini. Pemohon Keberatan dalam menjalankan
kegiatan usahanya selalu memperhatikan ketentuan hukum yang

do
gu berlaku serta mendukung iklim persaingan usaha yang sehat.
11. Sebagai lembaga pengawas persaingan usaha, hal yang harus

In
A
dilakukan oleh Termohon Keberatan adalah menjaga ikiim
persaingan usaha yang saat ini sangat sehat dan kompetitif
ah

tersebut. Dalam konteks ini, tugas Termohon Keberatan adalah

lik
menjaga dan melindungi persaingan itu sendiri, bukan
melindungi/mendukung pesaing atau pihak-pihak tertentu yang
am

ub
belum tentu benardan mempunyai konflik kepentingan dalam
perkara ini.
ep
B.III.2 TIDAK ADA HAMBATAN MASUK (NO ENTRY BARRIER) DALAM SEKTOR RITEL MODERN:
k

JUMLAH PERITEL MODERN SANGAT BANYAK


ah

12. Butir 6.3.8.2 halaman 265, butir 6.3.8.15, 6.3.8.18 dan 6.3.8.20
R

si
halaman 269 dari Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya
menyatakan bahwa entry barrier pada pasar bersangkutan tinggi

ne
ng

karena adanya akuisisi Alfa Retailindo oleh Pemohon Keberatan


adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Pemohon Keberatan tidak

do
gu

pernah menghambat masuknya pelaku usaha baru ke dalam


pasar dan juga tidak menghambat perkembangan pelaku usaha
lain di sektor ritel.
In
A

13. Sektor ritel merupakan sektor usaha yang sangat kompetitif.


Terdapat persaingan usaha yang sehat dan tidak ada entry barrier
ah

lik

dalam sektor ritel. Hal ini dibuktikan antara lain dengan adanya
fakta bahwa banyak peritel baru yang masuk ke dalam sektor ritel
m

ub

dan bahkan, peritel lama (existing) juga terus melakukan ekspansi


usahanya. Berikut ini beberapa contoh peritel yang melakukan
ka

ekspansi:
ep

- Pada bulan April 2009 Matahari Group menerbitkan bonds


ah

(obligasi) senilai Rp 528 milyar untuk ekspansi lebih lanjut di


R

Indonesia (Bukti P-28/C195)


es

- Di samping itu, berita di harian Bisnis Indonesia pada hari Jumat


M

ng

tanggal 4 September 2009 melaporkan bahwa Matahari Group


on
gu

Hal. 77 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengalokasikan belanja modalnya (capital expenditure/capex}

R
untuk tahun depan senilai Rp. 1 Trilyun untuk membangun 9-

si
10 toko serba ada (department store) dan 10-12 Hypermart

ne
ng
baru (Bukti P-28/C195).
- Selain Matahari Group, Lotte Group juga telah melakukan
ekspansi secara besar-besaran di Indonesia dengan

do
gu mengakuisisi PT Makro Indonesia pada bulan Oktober tahun
2008 lalu. Lotte Group menyatakan bahwa mereka akan

In
A
berinvestasi sebesar Rp. 9 Trilyun dan bahkan menyatakan
target mereka untuk menjadi raja ritel di Indonesia (Bukti P-
ah

28/C195).

lik
Hal di atas membuktikan bahwa tidak ada entry barrier (hambatan
untuk masuk) di sektor ritel. Pemohon Keberatan sama sekali
am

ub
tidak mematikan persaingan dan merugikan pelaku usaha
lain, karena pelaku usaha lain masih dapat masuk dan bersaing
ep
serta para pelaku usaha tersebut secara konsisten dapat
k

mengembangkan usahanya bahkan optimis bisa menjadi nomor


ah

satu dalam sektor ritel di Indonesia.


R

si
14. Menurut ahli ekonomi, Arindra A. Zainal, Ph.D, dalam Pendapat
Ahlinya halaman 18-19 mengatakan:

ne
ng

"Perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanva hambatan


(barriers to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri

do
gu

yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya, hambatan masuk


dikelompokan menjadi hambatan teknis (technical barriers to
entry) dan hambatan legal itas (legal barrier to entry).
In
A

Adapun hambatan teknis diantaranya adalah


- Perusahaan memiliki kemampuan dan atau penqetahuan khusus
ah

lik

(special knowledge) yang memungkinkan berproduksi secara


efisien.
m

ub

- Tingainya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan


monopolis mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang
ka

menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin


ep

menurun, sehingga biaya produksi per unit (AC) makin rendah


ah

(decreasing MC and AC).


R

- Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor


es

produksi, baik berupa sumber daya alam, sumber daya


M

ng

manusia maupun lokasi produksi.


on
gu

Hal. 78 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sedangkan hambatan legalitas diantaranya adalah adanya

R
Undang-undang dan Hak khusus serta Hak patent (patent right)

si
atau hak cipta"

ne
ng
(Bukti P-16)
15. Semua hambatan teknis seperti tersebut di atas tidak ada dalam
sektor ritel modern di Indonesia. Banyaknya pelaku usaha dalam

do
gu sektor ritel modern di Indonesia menunjukkan bahwa hambatan
teknis tersebut tidak ada.

In
A
Pemohon Keberatan telah menyampaikan bukti yang
menunjukkan bahwa jumlah pemain dalam sektor ritel modern di
ah

Indonesia sangat banyak yaitu antara lain Giant, Hypermart,

lik
Makro/Lotte, Hero, Ramayana, Matahari, Foodmart, Superindo,
Indomaret, Alfamart, Circle K, ACE, Metro, Starmart, Yomart,
am

ub
Sogo, Diamond, Tip Top, Naga, Ranch Market, Farmer Market,
Yogya, Griya, Yaohan, Hardy's, Sri Ratu, dan masih banyak lagi
ep
lainnya.
k

16. Sementara itu, hambatan legalitas yang dimaksud di sini


ah

merupakan hambatan yang diciptakan oleh peraturan perundang-


R

si
undangan misalnya adanya peraturan yang menyatakan bahwa
suatu sektor tertutup bagi pelaku usaha lain atau adanya

ne
ng

peraturan yang melarang pelaku usaha lain untuk masuk ke sektor


tersebut, sehingga tercipta hambatan untuk masuk (barriers to

do
gu

entry) ke dalam pasar bersangkutan atau monopoli oleh pelaku


usaha tertentu. Namun, di Indonesia tidak ada larangan dalam
peraturan perundang-undangan bagi pelaku usaha untuk masuk
In
A

ke dalam sektor ritel modern. Dengan demikian, dapat disimpulkan


bahwa tidak ada hambatan legalitas dalam sektor ritel modern di
ah

lik

Indonesia.
17. Pendapat Arindra A. Zainal, Ph.D sebagai ahli ekonomi tersebut di
m

ub

atas juga dikuatkan dengan pendapat ahli hukum, Prof. Erman


Rajagukguk, S.H., LLM., Ph.D pada halaman 7 Pendapat
ka

Hukumnya, yang mengatakan:


ep

"PT. Carrefour Indonesia tidak dapat dianggap telah


ah

melakukan
R

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat...


es

berdasarkan alasan-asalan tersebut di bawah ini:


M

ng

on
gu

Hal. 79 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Pelaku usaha lain tetap dapat masuk kedalam persain gan

R
usaha barang atau jasa yang sama."

si
(Bukti P-2)

ne
ng
18. Dalam konteks tidak adanya entry barrier (hambatan untuk masuk)
ini, Pemohon Keberatan juga secara tegas menolak butir 6.3.8.9
halaman 266 - 267 dan 6.3.8.15 halaman 269 Putusan Termohon

do
gu Keberatan yang pada intinya menyatakan bahwa adanya
perkembangan industri tidak serta merta dapat diartikan bahwa

In
A
tingkat entry barrier rendah, karena suatu industri dapat saja
tumbuh dan pada saat bersamaan tingkat entry barrier tetap tinggi
ah

karena jumlah pelaku usaha tidak bertambah meskipun terjadi

lik
perubahan kepemilikan dan pertumbuhan gerai. Pernyataan
Pemohon Keberatan ini SALAH. Tidak adanya entry barrier pada
am

ub
pasar bersangkutan yang sama itu justru dibuktikan antara lain
oleh fakta-fakta bahwa:
ep
(i) industri pada pasar tersebut berkembang, dalam hal ini pelaku
k

usaha yang ada/existing melakukan ekspansi usahanya; dan (ii)


ah

masuknya pelaku usaha yang baru ke dalam pasar. Dengan


R

si
demikian, tidak adanya entry barrier tersebut tidak hanya
dibuktikan dengan fakta masuknya pelaku usaha baru ke dalam

ne
ng

pasar saja, namun juga dibuktikan dengan pertumbuhan industri


dimana pelaku usaha yang ada terus melakukan ekspansi dan

do
gu

adanya pertambahan jumlah gerai dari para pelaku usaha.


19. Berdasarkan uraian dua pendapat ahli dan bukti di atas dapat
disimpulkan bahwa baik dari segi ekonomi maupun hukum butir
In
A

6.3.8.2 halaman 265, butir 6.3.8.15, 6.3.8.18 dan 6.3.8.20 halaman


269 dari Putusan Termohon Keberatan adalah SALAH.
ah

lik

20. Mudahnya konsumen untuk berpindah dari satu brand (toko) ke


brand (toko) lainnya menunjukkan bahwa tidak ada kesetiaan
m

ub

konsumen pada satu ritel modern tertentu dan konsumen


mempunyai kebebasan untuk memilih ritel modern yang akan
ka

dikunjungi dan pilihan tempat berbelanja. Hal ini justru


ep

membuktikan bahwa tidak ada hambatan masuk di dalam sektor


ah

ritel modern di Indonesia karena setiap peritel mempunyai


R

kesempatan yang sama untuk mendapatkan basis konsumen


es

(consumer base). Konsumen Indonesia tidak terpaku hanya pada


M

ng

satu merek ritel modern saja.


on
gu

Hal. 80 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
21. Berdasarkan kajian ilmiah, pendapat ahli, fakta dan penjelasan di

R
atas, maka terbukti bahwa terdapat persaingan usaha yang sehat

si
di sektor ritel modern di Indonesia dan Pemohon Keberatan pun

ne
ng
mendukung persaingan usaha yang sehat di indutri ritel modern.
Pemohon Keberatan tidak melakukan tindakan yang menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak melakukan praktek

do
gu monopoli. Sehingga tidak ada pelanggaran UU Antimonopoli oleh
Pemohon Keberatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis

In
A
Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
Keberatan butir 1, 3 dan 4 dalam perkara ini dan menyatakan
ah

bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli.

lik
B.IV TERMOHON KEBERATAN SALAH MENGHITUNG NILAI HERFINDAHL-HIRSCHMAN INDEX (HHI) DAN

CONSENTRATION RATIO (CR) DALAM PERKARA INI


am

ub
1. Butir 6.3.8.12 halaman 268 Putusan Termohon Keberatan
menyatakan bahwa terdapat peningkatan Herfindahl-Hirschman
ep
Index (HHI) dan Concentration Ratio (CR4) pasca akuisisi, yaitu
k

masing-masing menjadi sebesar 3779,16 dan 96,70%. Putusan


ah

Termohon Keberatan tersebut adalah salah karena didasarkan


R

si
atas definisi pasar bersangkutan dan penghitungan pangsa pasar
yang salah.

ne
ng

2. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam halaman 13 Pendapat


Ahlinya menyatakan:

do
gu

"Herfindahl-Hirschman Index (HHI) merupakan penjumlahan


pangsa pasar kuadrat dan setiap perusahaan dalam suatu pasar.


N
In
HHI = S i2
A

i =1

Dimana S, merupakan pangsa pasar dari tiap perusahaan"


ah

Arindra A. Zainal, Ph.D selanjutnya menyatakan pada halaman 16


lik

Pendapat Ahlinya:
"Concentration ratio atau rasio konsentrasi (CR) digunakan untuk
m

ub

mengukur peranan sejumlah perusahaan terbesar di pasar.


Secara definisi didefinisikan sebagai penjumlahan pangsa pasar
ka

ep

yang dimiliki oleh n perusahaan teratas"


(Bukti P-16)
ah

3. Dengan demikian, benar atau tidaknya penghitungan HHI maupun


R

CR sangat ditentukan oleh akurat/tidaknya penghitungan pangsa


es
M

pasar dari para pelaku usaha yang berada dalam pasar


ng

on
gu

Hal. 81 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 81
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bersangkutan yang dikutip dalam menghitung HHI atau CR

R
tersebut. Sementara itu, akurat atau tidaknya penghitungan

si
pangsa pasar sangat ditentukan oleh benar atau tidaknya definisi

ne
ng
pasar bersangkutan. Oleh karena itu, apabila Termohon
Keberatan salah dalam mendefinisikan pasar bersangkutan maka
secara otomatis penghitungan HHI dan CR dalam Putusan

do
gu Termohon Keberatan juga menjadi salah.
4. Penghitungan HHI dan CR dalam Putusan Termohon Keberatan

In
A
adalah salah karena Termohon Keberatan salah dalam
mendefinisikan pasar bersangkutan dan menghitung pangsa pasar
ah

para pelaku usaha. Termohon Keberatan hanya menghitung

lik
pangsa pasar Pemohon Keberatan berdasarkan hypermarket dan
supermarket saja. Termohon Keberatan bahkan membuat kategori
am

ub
pasar upstream dan pasar downstream yang tidak dikenal dalam
sektor ritel dan tidak dimiliki oleh Pemohon Keberatan.
ep
5. Termohon Keberatan seharusnya menghitung pangsa pasar
k

seluruh pelaku usaha ritel modern (yang terdiri dari semua


ah

minimarket, supermarket, department store, hypermarket, grosir,


R

si
termasuk toko modern spesialis) yang berada dalam wilayah
geografis di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan keterangan

ne
ng

ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam halaman 14 Pendapat


Ahlinya sebagai berikut :

do
gu

"Kami sudah menjelaskan sebelumnya bahwa pasar produk dan


pasar aeografis yang relevan untuk Carrefour adalah pasar ritel
modern di seluruh Indonesia. Perhitungan HHI untuk pasar ritel
In
A

melibatkan seluruh pelaku retail modern atau toko modern baik


ritel kecil maupun ritel besar atau pasar hypermarket. Namun
ah

lik

dalam perkara ini KPPU hanya melibatkan pasar hypermarket dan


supermarket dalam menganalisis besarnya HHI untuk pasar ritel.
m

ub

Oleh karena itulah hasil hitungan HHI oleh KPPU bias ke atas
atau terlalu besar sehingga Carrefour terlihat sebagai pelaku
ka

usaha dominan di dalam pasar ritel."


ep

(Bukti P-16)
ah

6. Berdasarkan definisi pasar bersangkutan sesuai pendapat Arindra


R

A. Zainal, Ph.D di atas, HHI yang benar dalam perkara ini adalah
es

sebesar 1177,7 dan bukan sebesar 3779,16 seperti yang salah


M

ng

dinyatakan oleh Termohon Keberatan. Hal ini sesuai dengan


on
gu

Hal. 82 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 82
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penghitungan ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman

R
15 sebagai berikut:

si
Tabel 1. Nilai HHI Peritel Modern Tahun 2008

ne
ng
No. Ritel Modern Market Share Market Share
(%) Kuadrat

do
gu 1
2
Carrefour + Alfa
Indomaret
24,0054
13,8862
576,2569
192,8273

In
3 Alfamart 13,1108 171,8919
A
4 Hypermart 9,2189 84,9885
5 Giant 7,4113 54,9272
ah

lik
6 Makro 3,9768 15,8149
7 Hero + Compact Giant 3,8412 14,7550
am

8 Super Indo 3,5104 12,3231

ub
9 Foodmart 3,2049 10,2716
10 Yogya + Griya 3,0549 9,3324
ep
11 Ramayana 2,7910 7,7896
k

12 OMI 1,3214 1,7460


ah

13 Indogosir 0,8134 0,6617


R

si
14 Ceriamart 0,7701 0,5930
15 Circle K 0,6977 0,4868

ne
ng

16 Gelael 0,6056 0,3667


17 Yomart 0,5134 0,2635

do
18 Naga 0,4139 0,1714
gu

19 Starmart 0,4031 0,1625


20 Hari-hari 0,3923 0,1539
In
A

21 Jayasera 0,3742 0,1400


22 Tip Top 0,2874 0,0826
23 AM/PM 0,2205 0,0486
ah

lik

24 D'Best 0,2025 0,0410


25 Markaz 0,1844 0,0340
m

ub

26 Jamesons 0,1446 0,0209


27 Lainnya 4,6438 21,5649
ka

Total 100,0000
ep

HHI 1177.7158
Sumber: Media Data, AC Nielsen
ah

Berdasarkan tabel HHI di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur


R

es

pasar ritel modern tidak terkonsentrasi. Hal ini karena nilai HHI
M

ng

on
gu

Hal. 83 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 83
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(sebesar 1177,7) menunjukkan terdapat persaingan yang tinggi

R
dalam sektor ritel modern.

si
7. Penghitungan HHI dari ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D di atas

ne
ng
didasarkan atas definisi pasar bersangkutan yang benar yaitu ritel
modern di seluruh Indonesia. Selain itu, perhitungan HHI tersebut
didasarkan atas perhitungan pangsa pasar dari lembaga yang

do
gu kredibel dan menjadi rujukan berbagai pihak terutama dalam
sektor ritel, yaitu AC Nielsen. Termohon Keberatan dalam perkara

In
A
ini dalam beberapa hal juga merujuk kepada AC Nielsen namun
tidak sepenuhnya menggunakan data tersebut secara benar
ah

termasuk mengenai besarnya pangsa pasar Pemohon Keberatan.

lik
8. Selain itu, faktanya tidak mungkin pasar ritel modern terkonsentrasi
pada beberapa pelaku usaha saja karena para pemain dalam
am

ub
sektor ritel modern jumlahnya sangat banyak, baik di tingkat lokal
maupun nasional. Hal ini secara jelas digambarkan pada bagan
ep
B.I.1.4 halaman 46-54 dalam Keberatan ini. Dengan demikian
k

dapat dipastikan bahwa perhitungan HHI dari Termohon


ah

Keberatan tersebut bertentangan dengan fakta-fakta.


R

si
9. Nilai CR dalam Putusan Termohon Keberatan juga salah karena
didasarkan atas definisi pasar bersangkutan dan perhitungan

ne
ng

pangsa pasar yang salah. Selain itu, perhitungan CR tidak layak


untuk digunakan dalam menilai struktur pasar pada perkara ini

do
gu

karena mempunyai beberapa kelemahan yang signifikan. Arindra


A. Zainal, Ph. D pada halaman 17 pendapat ahlinya menyatakan:
"Penghitungan CR mempunyai beberapa kelemahan. Pertama,
In
A

harus ada lebih dari satu perusahaan, barulah CR dapat dihitung.


Kedua, hanya melihat beberapa perusahaan terbesar dan tidak
ah

lik

melibatkan semua perusahaan dalam pasar bersangkutan. Ketiga,


kesimpulan yang diciptakan dari analisa CR ini bisa saja bias,
m

ub

karena tidak dapat mengetahui bagaimana pendistribusian pangsa


pasar perusahaan terbesar yang masuk hitungan."
ka

(Bukti P-16)
ep

Dengan demikian terbukti bahwa CR tidak layak digunakan dalam


ah

perkara ini karena perhitungannya tidak melibatkan seluruh pelaku


R

usaha pada pasar bersangkutan yang sama. Dengan demikian


es

perhitungan CR dalam Putusan Termohon Keberatan patut


M

ng

diabaikan.
on
gu

Hal. 84 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 84
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10. Sebagai tambahan, HIH maupun CR bukan merupakan bukti

R
adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

si
HHI atau CR hanya petunjuk (yang tidak sempurna) tentang

ne
ng
struktur pasar dalam suatu sektor industri tertentu. Ahli ekonomi
Arindra A. Zainal, Ph.D dalam halaman 18 pendapat ahlinya
menyatakan:

do
gu "Selain itu yang patut diperhatikan adalah perhitungan rasio
konsentrasi melalui CR dan HHI hanya valid untuk menentukan

In
A
struktur pasar dalam industri ritel modern. Sedangkan untuk
melihat apakah sebuah perusahaan melakukan praktek
ah

monopoli dalam suatu pasar harus dikembalikan kepada

lik
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 17 UU No. 5
Tahun 1999".
am

ub
(Bukti P-16)
11. Selain itu, tingginya HHI maupun CR tidak serta merta
ep
menunjukkan adanya market power atau adanya entry barrier. Ahli
k

ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 13 pendapat


ah

ahlinya menyatakan:
R

si
"Harus dicatat bahwa perhitungan HHI hanya mencakup struktur
industri sehingga hasil perhitungan ini belum cukup untuk

ne
ng

menyimpulkan bahwa telah terjadi kolusi atau prilaku persaincian


tidak sehat, atau suatu pelaku usaha telah mempunyai market

do
gu

power. Seandainyapun suatu industri mempunyai angka HHI yang


tinggi, faktor ada, atau tidak adanya halangan masuk untuk
bersaing (barrier to entry) dan faktor-faktor lain seperti masalah
In
A

effisiensi tetap harus dipertimbangkan . Misalnya, konsentrasi


yang tinggi tidak berarti bahwa pesaing potensial (potential
ah

lik

entrant) tidak mempunyai kebebasan untuk masuk ke da/am


pasar. Da/am situasi seperti ini, pelaku usaha yang dominanpun
m

ub

tidak akan dapat semena-mena dalam menetapkan harga.


Dengan perkataan lain, HHI yang tinggi tidak selalu berarti si
ka

pelaku usaha mempunyai market power. "


ep

(BuktiP-16)
ah

12. Lebih lanjut, sekalipun perhitungan HHI dalam Putusan Termohon


R

Keberatan adalah salah, namun berdasarkan bagan HHI dalam


es

Putusan Termohon Keberatan sendiri pada halaman 267


M

ng

menunjukkan bahwa ternyata sejak tahun 2005 atau jauh sebelum


on
gu

Hal. 85 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 85
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adanya akuisisi, HHI maupun CR sudah mengalami kenaikan

R
secara terus menerus. Pada tahun 2005 nilai HHI sebesar 2084,38

si
dan pada tahun 2006 naik menjadi 2615,02 dan pada tahun 2007

ne
ng
terus naik hingga menjadi 2950,09. Sementara itu, CR pada tahun
2005 sebesar 87,30%, pada tahun 2006 naik menjadi 91,89% dan
pada tahun 2007 terus naik hingga menjadi 93,36%. Dengan

do
gu demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Putusan
Termohon Keberatan sendiri terbukti tidak ada hubungan sebab

In
A
akibat apapun antara kenaikan HHI dan CR pada tahun 2007-
2008 dengan akuisisi Pemohon Keberatan terhadap Alfa
ah

Retailindo pada tahun 2008 karena faktanya jauh sebelum adanya

lik
akuisisi, HHI dan CR sudah mengalami kenaikan.
13. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa perhitungan HHI
am

ub
dan CR dalam Putusan Termohon Keberatan adalah salah dan
tidak berdasar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim
ep
Yang Terhormat membatalkan amar putusan butir 1, 3 dan 4
k

Putusan Termohon Keberatan dan menyatakan Pemohon


ah

Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli.


R

si
B.V KESEPAKATAN DAGANG (TRADING TERMS) ANTARA PEMOHON KEBERATAN DAN PEMASOKNYA

SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU

ne
ng

1. Pemohon Keberatan secara tegas menolak butir 6.3.8.14.a dan b


halaman 268 serta butir 6.4.9.3.a dan b halaman 272-273 dari

do
gu

Putusan Termohon Keberatan yang pada pokoknya menuduh


bahwa Pemohon Keberatan mengeksploitasi surplus dari para
pemasok dan trading terms antara Pemohon Keberatan dan para
In
A

pemasoknya melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Butir


6.3.8.14.a dan b halaman 268 serta butir 6.4.9.3.a dan b halaman
ah

lik

272-273 dari Putusan Termohon Keberatan ini adalah SALAH dan


TIDAK BENAR
m

ub

Pemohon Keberatan tidak pernah mengeksploitasi surplus dari


para pemasoknya dan ketentuan kesepakatan dagang (trading
ka

terms) antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya sesuai


ep

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan demikian, amar


ah

Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah SALAH dan


R

patut DIBATALKAN.
es

2. Trading terms antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya


M

ng

sama sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.


on
gu

Hal. 86 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 86
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Trading terms antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya

R
telah sesuai dengan Perpres Ritel dan Permendag Ritel. Nilai

si
dan/atau ketentuan trading terms antara Pemohon Keberatan dan

ne
ng
pemasoknya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 avat (3) dan
(4) Perpres Ritel jo. Pasal 7 ayat (2) Permendag Ritel. Ketentuan
trading terms antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya

do
gu sama sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
3. Selain itu, penerapan trading terms yang sama terhadap pemasok

In
A
Carrefour hypermarket dan pemasok Carrefour supermarket (Ex-
Alfa) juga tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang
ah

berlaku. Perpres Ritel maupun Permendag Ritel tidak melarang

lik
penerapan standar trading terms vang sama oleh peritel terhadap
setiap jenis format toko ritel modern yang dimilikinya.
am

ub
4. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Perpres Ritel jo. Pasal 1 angka 10
Permendag Ritel, yang dimaksud kesepakatan/syarat
ep
perdagangan (trading terms) adalah syarat-syarat dalam
k

perjanjian kerjasama antara Pemasok dan Toko Modern/Pengelola


ah

Jaringan minimarket yang berhubungan dengan pemasokan


R

si
produk-produk yang diperdagangkan dalam Toko Modern yang
bersangkutan.

ne
ng

Berdasarkan ketentuan di atas, kesepakatan/syarat perdagangan


(trading terms) tersebut dapat diterapkan terhadap seluruh jenis

do
gu

toko modern yaitu minimarket, supermarket, department store,


hypermarket dan grosir/perkulakan. Dengan demikian, penerapan
standard trading terms yang sama terhadap pemasok Pemohon
In
A

Keberatan dan pemasok Alfa Retailindo adalah tidak melanggar


ketentuan hukum yang berlaku serta merupakan praktek yang
ah

lik

wajar.
5. Butir 6.4.9.3.k halaman 275 Putusan Termohon Keberatan
m

ub

menyatakan sebagai berikut:


"Majelis Komisi menilai bahwa penerapan standar trading terms
ka

yang sama antara pemasok Terlapor dengan pemasok Alfa


ep

bukanlah hal yang melanggar hukum...".


ah

Berdasarkan butir 6.4.9.3.k di atas, terbukti bahwa Termohon


R

Keberatan sendiri telah mengakui bahwa penerapan standar


es

trading terms yang sama terhadap pemasok Pemohon Keberatan


M

ng

on
gu

Hal. 87 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 87
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan pemasok Alfa Retailindo tidak melanggar ketentuan hukum

R
yang berlaku.

si
6. Bahwa penerapan standar trading terms yang sama terhadap

ne
ng
pemasok Pemohon Keberatan dan pemasok Alfa Retailindo
adalah tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku juga
ditegaskan oleh pernyataan ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk,

do
gu S.H., LL.M, Ph.D. dalam Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober
2009 pada halaman 13-14 sebagai berikut:

In
A
"Pada prinsipnya trading terms adalah suatu kesepakatan antar
pelaku usaha, maka tergantung pada persetujuan para pihak.
ah

Dengan demikian untuk hypermarket (Carrefour) dan

lik
supermarket (Alfa) dapat saja diterapkan suatu trading terms
yang sama.
am

ub
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perdagangan R.I No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tidak melarang
ep
adanya perjanjian perdagangan yang sama.
k

Oleh karenanya penerapan trading terms yang sama untuk setiap


ah

jenis format tidak melanggar ketentuan perundang-undanqan yang


R

si
berlaku".
(BuktiP-2).

ne
ng

7. Bahkan, peritel modern lain yang merupakan pesaing Pemohon


Keberatan juga menerapkan standar trading terms yang sama

do
gu

untuk setiap format gerai/toko modern yang dimilikinya. Hal ini


dibuktikan dengan hasil survey terhadap 500 pemasok yang
dilakukan oleh LPEM Ul sebagai berikut:
In
A
ah

lik

Gambar 14
Persentase Responden dengan perjanjian supply barang sama untuk
m

ub

setiap format gerai ritel modern Multiformat selain Carrefour


ka

ep

TIDAK, 32%
ah

SAMA, 68%
es
M

ng

on
gu

Hal. 88 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 88
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(Bukti P-29/C188)

R
8. Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa bukan hanya

si
Pemohon Keberatan saja yang menerapkan standard trading

ne
ng
terms yang sama untuk setiap format gerai yang dimilikinya,
namun begitupun peritel modern lain yang memiliki berbagai
format gerai yang berbeda-beda. Terbukti bahwa sebagian besar

do
gu pemasok (68%) yang juga memasok pada ritel modern multiformat
lainnya menghadapi standar perjanjian supply barang (trading

In
A
terms ) yang sama untuk setiap format gerai ritel modern dari ritel
modern multiformat lain yang dipasoknya.
ah

9. Selain itu, ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D.

lik
dalam pendapat hukumnya tanggal 7 Oktober 2009 pada halaman
8 menyatakan sebagai berikut:
am

ub
'Tindakan Carrefour untuk menerapkan trading terms yang sama
kepada pemasok yang memasok barangnya ke Carrefour
ep
Hypermarket dan Carrefour Express (Supermarket) tidak
k

bertentangan dengan Pasal 17 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999,


ah

berdasarkan alasan-alasan berikut ini:


R

si
a. Trading terms yang dimaksud tidak melanggar Pasal 8, Pasal 9,
dan Pasal 10 Peraturan Presiden R.I. No. 112 Tahun 2007

ne
ng

tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat


Perbelanjaan Dan Toko Modern..

do
gu

b. Trading terms yang dimaksud tidak melanggar Pasal 7, Pasal 8


Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 53/M-
DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman
In
A

Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat


Perbelanjaan Dan Toko Modern..."
ah

lik

(BuktiP-2)
10. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan fakta di atas, terbukti
m

ub

bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan masing-


masing pemasoknya sesuai dengan ketentuan hukum yang
ka

berlaku dan selain itu tidak ada larangan untuk menerapkan


ep

trading terms yang sama di setiap format gerai/toko modern yang


ah

dimiliki oleh para peritel modern. Dengan demikian, terbukti bahwa


R

butir 6.3.8.14.a dan b halaman 268 serta butir 6.4.9.3.a dan b


es

halaman 272-273 Putusan Termohon Keberatan adalah SALAH


M

ng

dan TIDAK BENAR. Pemohon Keberatan terbukti tidak melakukan


on
gu

Hal. 89 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 89
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pelanggaran terhadap UU Antimonopoli. Oleh karena itu, Majelis

R
Hakim Yang Terhormat sudah sepatutnya membatalkan amar

si
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dan menyatakan

ne
ng
bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli
dalam perkara ini
B.VI PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA PUTUSAN TERSEBUT

do
gu BERDASARKAN LHPL YANG SALAH

1. Majelis Hakim Yang Terhormat sudah sepatutnya membatalkan

In
A
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dalam perkara
ini karena amar putusan tersebut didasarkan atas LHPL yang
ah

salah. LHPL disusun oleh Tim Pemeriksa berdasarkan data dan

lik
pemahaman yang salah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
data dan pemahaman yang salah yang digunakan dalam
am

ub
menyusun LHPL:
B.VI.1 LHPL DIBUAT BERDASARKAN SUMBER DATA YANG TIDAK VALID SAMA SEKALI
ep
2. Pemohon Keberatan mohon perhatian Majelis Hakim Yang
k

Terhormat bahwa sumber data yang digunakan dalam LHPL


ah

adalah tidak sah. Data-data yang digunakan dalam menyusun


R

si
LHPL merupakan data-data yang diambil dari situs Google Maps.
3. Google Maps merupakan situs online yang terbuka. Setiap pihak

ne
ng

yang memiliki koneksi internet dapat memasukkan,


menambahkan, atau mengubah informasi atau data di dalam

do
gu

Google Maps. Tidak ada jaminan bahwa informasi atau data


tersebut lengkap, akurat, serta dapat dipertanggung jawabkan.
Google Maps tidak dibuat oleh ahli dan tidak dibuat berdasarkan
In
A

metodologi ilmiah.
4. Pada butir 4.53 halaman 247 Putusan Termohon Keberatan
ah

lik

dinyatakan sebagai berikut:


"Dengan demikian, penandaan lokasi gerai pada peta online
m

ub

tersebut dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan bukan oleh pihak lain".
Berdasarkan butir 4.53 di atas, terbukti bahwa Termohon
ka

Keberatan sendiri telah mengakui bahwa penandaan lokasi


ep

gerai/toko Pemohon Keberatan pada Google Maps dilakukan


ah

sendiri oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL. Hal ini membuktikan


R

bahwa seluruh hasil analisis yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa


es

dalam LHPL yang menggunakan Google Maps sebagai


M

ng

dasar/acuan sama sekali tidak dapat dibenarkan. Penandaan


on
gu

Hal. 90 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 90
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sendiri lokasi gerai/toko Pemohon Keberatan pada Google Maps

R
oleh Tim Pemeriksa berarti bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL

si
dapat melakukan penandaan itu sesuai dengan kepentingannya

ne
ng
sendiri saja dengan tujuan untuk menyatakan Pemohon Keberatan
bersalah. Hasil analisa yang dihasilkan tidak obyektif dan tidak
akurat

do
gu 5. Dengan demikian, Google Maps bukan merupakan dokumen
resmi yang akurat dan sahih. serta tidak obyektif. Data-data dari

In
A
situs Google Maps ini tidak dapat digunakan dalam suatu
dokumen hukum seperti LHPL yang kemudian digunakan oleh
ah

Termohon Keberatan sebagai dasar Putusan Termohon

lik
Keberatan. Data dalam suatu dokumen hukum seharusnya
merupakan data formal, akurat serta dapat dipertanggung
am

ub
jawabkan.
6. Berdasarkan dalil di atas, maka pertimbangan pada butir 4.54
ep
halaman 247 Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya
k

menyatakan bahwa informasi yang dihasilkan tidak akan berbeda


ah

apabila Tim Pemeriksa dalam LHPL menggunakan peta cetak dan


R

si
bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL telah menggunakan dan
mengolah informasi secara akurat dan tepat adalah pernyataan

ne
ng

yang SALAH.
Lagipula, Termohon Keberatan dalam menyatakan hal di atas

do
gu

sama sekali tidak memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaan


informasi atau hasil data yang diperoleh apabila dokumen yang
digunakan adalah peta cetak, bukan Google Maps.
In
A

7. Lebih lanjut, Tim Pemeriksa dalam LHPL ternyata menggunakan


Wikipedia sebagai sumber untuk suatu teori yang digunakan
ah

lik

dalam menganalisa pasar Pemohon Keberatan (yaitu teori two-


sided market). Tim Pemeriksa dalam LHPL melakukan terjemahan
m

ub

dari Wikipedia (Bukti P- 30). Wikipedia merupakan situs online


vang terbuka bagi siapapun balk individual maupun grup untuk
ka

memasukkan tulisan dan/atau gambar apapun di situs tersebut.


ep

Bahkan di dalam Wikipedia juga terdapat suatu pernyataan


ah

penyangkalan (disclaimer) dari pihak Wikipedia sendiri bahwa


R

semua yang tercantum di dalam Wikipedia tidak pernah diperiksa


es

oleh orang yang mempunyai keahlian yang dapat membuktikan


M

ng

bahwa isi dalam Wikipedia ini merupakan informasi yang lengkap,


on
gu

Hal. 91 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 91
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
akurat, dan dapat dipercaya (Bukti P- 31). Pihak kontributor

R
(penulis Wikipedia), sponsor Wikipedia, administrator Wikipedia,

si
atau pihak manapun yang mempunyai hubungan dengan

ne
ng
Wikipedia tidak dapat mempertanggung jawabkan keakurasian
dan kesahihan isinya dengan cara apapun.
8. Berdasarkan fakta di atas, terbukti bahwa LHPL yang dijadikan

do
gu dasar Putusan Termohon Keberatan itu adalah SALAH dan TIDAK
BENAR karena dibuat berdasarkan sumber data Google Maps dan

In
A
Wikipedia vang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang Terhormat
ah

sepatutnya membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir

lik
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini
am

ub
B.V1.2 TIM PEMERIKSA DALAM LHPL MELAKUKAN DUA KALI PENGHITUNGAN ATAS GERAI PEMOHON
KEBERATAN YANG SAMA

9. Pemohon Keberatan dengan tegas menolak hasil penghitungan


ep
k

pangsa lahan dan pangsa pasar yang dilakukan oleh Tim


ah

Pemeriksa dalam LHPL, karena hasil ini dibuat berdasarkan data


R

si
yang salah. Sebagian besar data dalam LHPL dimanipulasi untuk
mencapai suatu hasil tertentu. Manipulasi data dalam LHPL ini

ne
ng

dapat dilihat dari dicantumkannya atau dimasukkannya satu gerai


Pemohon Keberatan yang sama dalam perhitungan pangsa lahan

do
maupun pangsa pasar di beberapa wilayah yang berbeda.
gu

Sebagai contoh, satu gerai Carrefour Ambassador dimasukkan


ke dalam perhitungan pangsa lahan dan pangsa pasar di dua
In
A

wilayah, yaitu wilayah Carrefour Express Tendean dan


wilayah Carrefour Express Menteng Prada. Hal ini dapat dilihat
ah

lik

pada tabel berikut ini:


Carrefour Express Tendean
m

ub

Selling pangsa Penjual pangsa


No Nama Retailer
ka

Space lahan (%) Tahun 2008 pasar


ep

(m2) (%)
1 Carrefour Ambasador 7.131 16,68% Rp 449.587.000.000 43,54%
ah

2 Giant Kalibata 4.235 9,91% Rp 79.980.022.600 7,75%


R

3 Giant Plasa Semanggi 4.084 9,56% Rp 77.128.314.592 7,47%


4 Carrefour Ratu Plasa 6.393 14,96% Rp 72.253.000.000 7,00%
es

5 Carrefour Ex Alfa Pasar 3.096 7,24% Rp 69.345.000.000 6,72%


M

6 Ramayana Blok M 5.000 11,70% Rp 43.182.306.204 4,18%


ng

on
gu

Hal. 92 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 92
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7 Superindo Mampang 1.283 3,00% Rp 33.497.209.358 3,24%

R
8 Superindo Tebet
Waning Buncit 1.210 2,83% Rp 31.580.994.591 3,06%

si
9 Hero Kemang 1.192 2,79% Rp 29.812.967.044 2,89%
10 Hero Mampang 1.049 2,45% Rp 26.236.411.434 2,54%
11 Ramayana Pasar Tebet 3.000 7,02% Rp 25.909.383.722 2,51%

ne
ng
12 Superindo Pancoran 969 2,27% Rp 25.294.295.982 2,45%
13 Carrefour Express 1.247 2,92% Rp 23.506.000.000 2,28%
14 Hero Plasa Senayan 618 1,45% Rp 15.456.722.847 1,50%

do
15 Ramayana Blok M 1.619 3,79% Rp 13.982.430.749 1,35%
16 Hero Gatsu
17 Hero Blok M Plasa
gu 323
112
0,76%
0,26%
Rp 8.078.513.721
Rp 2.801.218.380
0,78%
0,27%
18 Hero Pasaraya Grande 105 0,25% Rp 2.626.142.231 0,25%
19 Matahari Aston . 75 0,18% Rp 2.294.884.617 0,22%

In
A
20 Carrefour Blok M 7.064 belum beroperasi 0,00%
Total Carrefour dan C. 17.867 41,80% Rp 614.691.000.000 59,53%
TOTAL REGIONAL 42.741 100% Rp 1.032.552.818.073
ah

lik
(Sumber: LHPL halaman
83) .
Carrefour Express Menteng Prada
am

ub
No Nama Retailer Selling pangsa Penjualan Tahun pangsa
Space lahan (%) 2008 pasar (%)
ep
1 Carrefour Ambasador 7.131 25,30% Rp 449.587.000.000 42,70%
k

2 Hypermart JACC 5.400 19,10% Rp 165.231.692.456 15,70%


3 Giant Plasa Semanggi 4.353 15,40% Rp 77.128.314.592 7,30%
ah

4 Ramayana Agus Salim 2.017 7,10% Rp 71.648.082.454 6,80%


R
5 Matahari Atrium 1.709 6,10% Rp 52.292.770.816 5,00%

si
6 Hero HOS Cokroaminoto 833 3,00% Rp 143.969.124.214 4,20%
7 Hero Sarinah Thamrin 1.162 4,10% Rp 39.792.307.523 3,80%

ne
8 Carrefour Express 1.731 6,10% Rp 35.890.000.000 3,40%
ng

9 Hero Pasaraya Manggarai 1.030 3,60% Rp 35.390.392.926 3,40%


10 Hero Gondangdia 373 1,30% Rp 31.788.826.437 3,00%
11 Superindo Tebet 1.210 4,30% Rp 31.580.994.591 3,00%

do
12 Giant Megaria 578 2,00% Rp 13.655.939.602 1,30%
gu

13 Matahari Aston Sudirman 75 0,30% Rp 2.294.884.617 0,20%


14 Hero Menteng Huis 629 2,20% Rp 1.900.826.758 0,20%
Total Carrefour dan C. Express 8.862 31,39% 485.477.000.000 46,14%
In
TOTAL REGIONAL 28.231 100% 1.052.151.156.986
A

(Sumber: LHPL halaman 84)


Contoh lainnya yaitu satu gerai Carrefour Permata Hijau
ah

lik

dimasukkan ke dalam perhitungan pangsa lahan dan pangsa


pasar di dua wilayah, yaitu wilayah Carrefour Express
m

ub

Kebayoran dan wilayah Carrefour Express Meruya. Hal ini dapat


dilihat pada tabel-tabel yang dicantumkan dalam LHPL di bawah
ka

ini.
ep

Carrefour Express Kebayoran


ah

No Nama Retailer Selling Pangsa pangsa


R

Penjualan Tahun 2008


Space (m2) lahan (%) pasar (%)
es

1 Carrefour Permata Hijau 7565 19,26% Rp 347.254.000.000 48,55%


M

ng

2 Carrefour Ratu Plaza 6393 16,27% Rp 72.253.000.000 10,10%


on
gu

Hal. 93 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 93
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3 Ramayana Ps. Kebayoran 5464 13,91% Rp 68.841.232.550 9,63%
4 Hero Pondok Indah Mall 1835 4,67% Rp 45.894.961.850 6,42%

si
5 Ramayana Blok M Mall 5000 12,73% Rp 43.182.306.204 6,04%
6 Carrefour Express 1591 4,05% Rp 42.320.000.000 5,92%
7 Superindo Kelapa Dua 1255 3,20% Rp 32.784.502.776 4,58%

ne
ng
8 Hero Permata Hijau 664 1,69% Rp 16.607.223.253 2,32%
9 Hero Plasa Senayan 618 1,57% Rp 15.456.722.847 2,16%
10 Ramayana Blok M Mall 1619 4,12% Rp 13.982.430.749 1,96%
11 Hero Blok M Plasa 112 0,29% Rp 13.982.430.749 1,96%

do
gu
12 Hero Pasaraya Grande
13 Carrefour Blok M Square
105
7064
Total Carrefour dan C. Express 22613
0,27%
17,98%
57,56%
Rp 2.626.142.231
Rp
Rp 461.827.000.000
0,37%
0,00%
64,57%
TOTAL REGIONAL 39285 100% Rp 715.184.953.209

In
A
(Sumber: LHPL halaman 81)
ah

lik
Carrefour Express Meruya
No Nama Retailer Selling pangsa Penjualan Tahun pangsa
Space (m2) lahan (%) 2008 pasar
am

ub
1 Carrefour Puri Indah 7.411 19,96% Rp 462.678.000.000 33,67%
2 Carrefour Permata Hijau 7.565 20,38% Rp 347.254.000.000 25,27%
3 Hypennart Puri Indah 9.672 26,05% Rp 295.948.320.266 21,53%
4 Hero PIM 1.445 3,89% Rp 45.894.961.850 3,34%
ep
k

5 Carrefour Express Meruya 1.766 4,76% Rp 34.754.000.000 2,53%


6 Superindo Sunrise 1.258 3,39% Rp 32.834.105.065 2,39%
ah

7 Superindo Kelapa Dua 1.256 3,38% Rp 32.784.502.776 2,39%


8 Superindo Kedoya 1.230 3,31% Rp 32.113.566.543 2,34%
R

si
9 Superindo Intercon 1.189 3,20% Rp 31.032.758.759 2,26%
10 Hero Green Garden 1.067 2,87% Rp 30.913.445.693 2,25%
11 Ramayana Pasar Kopro 3.270 8,81% Rp 28.097.638.616 2,04%

ne
ng

Total Carrefour dan C. Express 16.742 45,09% 844.686.000.000 61,46%


TOTAL REGIONAL 37.128 100% 1.374J05.299.569
(Sumber: LHPL halaman 85-86)

do
gu

10. Jika satu gerai Pemohon Keberatan yang sama diperhitungkan


dua kali atau berkali-kali, maka akan terlihat seolah-olah pangsa
lahan dan pangsa pasar Pemohon Keberatan menjadi lebih besar
In
A

dari yang sesungguhnya di berbagai lokasi. Cara Tim Pemeriksa


dalam LHPL ini sama sekali tidak dapat dibenarkan. Tidak
ah

lik

seharusnya satu gerai Pemohon Keberatan dihitung dua kali untuk


perhitungan dua wilayah yang berbeda. Hasil yang diperoleh Tim
m

ub

Pemeriksa dalam LHPL ini sama sekali tidak obyektif dan akurat.
11. Berdasarkan fakta dan penjelasan di atas, maka dapat
ka

disimpulkan bahwa data yang digunakan Tim Pemeriksa dalam


ep

LHPL untuk perhitungan pangsa lahan dan pangsa pasar dalam


ah

LHPL adalah tidak benar. Sehingga Putusan Termohon Keberatan


R

yang didasarkan oleh LHPL tersebut adalah Putusan yang


es

SALAH. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang Terhormat sudah


M

ng

sepatutnya membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir


on
gu

Hal. 94 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 94
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak

R
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.

si
B.V1.3 DATA PELAKU USAHA RITEL MODERN ADALAH TIDAK BENAR

ne
ng
12. Pernyataan Tim Pemeriksa dalam LHPL pada halaman 111 butir
229 yang menyatakan bahwa:
"Sejak tahun 1998 di mana Carrefour memasuki pasar

do
gu bersangkutan, praktis tidak ada lagi pelaku usaha baru di pasar
ini. adalah TIDAK BENAR. Hal ini dikarenakan:

In
A
13. Data-data yang digunakan oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL yang
terdapat pada Tabel 30 halaman 110 LHPL yang menjadi dasar
ah

Tim Pemeriksa dalam LHPL memberikan pernyataan ini tidak

lik
konsisten dengan Tabel 5 dan 6 halaman 6-7 LHPL.
am

ub
Tabel 30
Tahun Berdiri Pelaku Usaha Hypermarket dan Supermarket
ep
k

Nama Pelaku Usaha Brand Tahun Berdiri


ah

R
PT. Matahari Putra Prima Hypermart, Foodmart 1958

si
PT.Carrefour Indonesia Carrefour 1998
PT. Ramayana Lestari Sentosa Ramayana Supermarket 1978

ne
ng

PT. Hero Supermarket Hero Supermarket, Giant 1971

Alfa Retailindo Carrefour, Carrefour 1989

do
gu

PT. Akur Pratama Express


Toserba Yogya, Griya 1982
PT. Lion Superindo Lion Superindo 1997
(Sumber: Euromonitor, 2008 dan Kilas Kilau Bisnis, PT. Elex Media
In
A

Komputindo, Jakarta, 2006).


Tabel 6
ah

Peringkat Pasar Modern Pada Format Hipermarket Berdasarkan Penjualan


lik

Tahun 2004 – 2007


m

ub

2004 2005 2006 2007 Rank Rank Rank Rank


HIPERMARKET
ka

(Rp.Billion) (Rp.Billion) (Rp.Billion) (Rp.Billion) 2004 2005 2006 2007


ep

Carrefour
PT 4,167.5 5,736.2 7,140.9 9,099.7 1 1 1 1
ah

Matahari Putra
R

Prima PT 480.0 1,785.0 3,088.0 3,952.7 5 3 3 2


es

Hero Supermarket
M

PT 1,888.3 2,428.2 3,096.4 3,560.8 2 2 2 3


ng

on
gu

Hal. 95 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 95
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Lucky Strategies * * * 95.0 4

R
Mutiara
PT Ritelinti

si
PT 500.0 225.0 90.0 4 4 4
Alfa Retailindo PT 1,367.5 n.a n.a n.a 3

ne
ng
Others 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 8,403.3 10,174.4 13,415.3 16,708.2
Sumber :Q-Data (Euromonitor), data diolah 1

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 96 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 96
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
(i) Tabel 6 dan 7 di atas menunjukkan bahwa tidak ada penjualan

ne
ng
selama tahun 2004-2006 dari PT Lucky Strategies, yang
merupakan pelaku usaha ritel modern pada format
hypermarket. Penjualan PT Lucky Strategies baru ada pada

do
gu tahun 2007 sehingga terlihat bahwa PT Lucky Strategies baru
memasuki pasar ritel modern pada tahun 2007. Sedangkan

In
A
pada Tabel 30, PT Lucky Strategies tidak dimasukkan sebagai
pelaku usaha baru di pasar ini. Perbedaan ini secara jelas
ah

membuktikan bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL telah

lik
melakukan kesalahan.
(ii) Tabel 6 dan 7 juga menunjukkan bahwa masih banyak pelaku
am

ub
usaha ritel modern lainnya seperti PT Macan Yaohan
Indonesia, PT Lucky Strategies, PT Mutiara Ritelinti Wira, PT
ep
Makro Indonesia (sekarang PT. Lotte Shopping Indonesia), PT
k

Goro Batara Sakti, PT Metro Supermarket Realty, PT Mitra Adi


ah

Perkasa dan masih banyak peritel modern lainnya. Namun,


R

si
nama para pelaku usaha ini tidak ditemukan pada Tabel 30,
bahkan hanya terdapat 6 (enam) pelaku usaha yang tercatat

ne
ng

dalam Tabel 30. Hal ini memperlihatkan bahwa pernyataan Tim


Pemeriksa dalam LHPL pada butir 229 di atas adalah tidak

do
gu

benar karena bagaimana mungkin Tim Pemeriksa dalam LHPL


menyimpulkan bahwa tidak ada pelaku usaha baru setelah
Pemohon Keberatan masuk padahal Tim Pemeriksa dalam
In
A

LHPL sendiri salah dalam menentukan pelaku-pelaku usaha


dalam pasar ini. Perlu dicatat, sumber yang digunakan untuk
ah

lik

label 6, 7, dan 30 adalah sama yaitu Euromonitor.


14. Data yang digunakan oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL pada Tabel
m

ub

30 merupakan data yang SALAH dan TIDAK LENGKAP karena:


(1) keberadaan Pemohon Keberatan tidak menghambat masuknya
ka

pelaku usaha baru ke dalam pasar; dan (2) keberadaan Pemohon


ep

Keberatan juga tidak menghambat perkembangan pelaku usaha


ah

lain di pasar ritel. Hal ini dibuktikan dengan data-data sebagai


R

berikut:
es

(i) Hero Group


M

ng

on
gu

Hal. 97 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 97
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hero Group berawal dari sebuah CV bernama CV Hero yang

R
berdiri pada tanggal 5 Oktober 1954 dan bergerak di bidang

si
distribusi makanan dan minuman yang kemudian mulai memasuki

ne
ng
bisnis supermarket pada Agustus 1972. Pada akhir 2001 Dairy
Farm Group meningkatkan kepemilikan sahamnya pada Hero
Group menjadi 37% dari sebelumnya sebanyak 32%, hal ini berarti

do
gu dilakukan setelah Pemohon Keberatan didirikan tahun 1998. Sejak
saat itu, Hero Group terus mengembangkan usahanya dengan

In
A
cara diversifikasi usaha dengan memasuki segmen hypermarket
dengan merek Giant pada tahun 2002, setelah sebelumnya
ah

memasuki segmen minimarket dengan merek Starmart, serta

lik
segmen pharmacy specialty store dengan merek Guardian.
Sampai akhir tahun 2002, Hero Group telah memiliki 81 gerai Hero
am

ub
supermarket, gerai Giant hypermarket, 39 gerai Starmart, dan 65
gerai Guardian. Pada bulan November 2005, kepemilikan saham
ep
Dairy Farm Group pada Hero Group kembali meningkat hingga
k

mencapai 44,55%. Hero Group terus melakukan ekspansinya


ah

hingga pada tanggal 31 Desember 2008 telah memiliki 108 gerai


R

si
Hero dan Giant supermarket, 26 gerai Giant hypermarket, 182
gerai Guardian, dan 116 gerai Starmart. Suatu peningkatan yang

ne
ng

sangat signifikan dibandingkan dengan kepemilikan gerainya pada


tahun 2002. Ini menunjukkan bahwa berdirinya Pemohon

do
gu

Keberatan pada tahun 1998 sama sekali tidak memberikan


pengaruh terhadap ekspansi usaha Hero Group.
(ii) Matahari Group
In
A

Matahari Group membuka toko pertamanya pada tahun 1958 di


Pasar Baru, Jakarta. Pada tahun 1972 Matahari Group
ah

lik

memperkenalkan konsep ritel modern untuk pertama kali di


Indonesia melalui pembukaan gerai Matahari Department Store
m

ub

yang pertama. Pada tahun 2002 Matahari Group melakukan


restrukturisasi bisnis utamanya menjadi dua institusi yang
ka

independen, yaitu Matahari Department Store Division, yang


ep

membawahi bisnis department store dan Matahari Food Business


ah

Division yang membawahi bisnis hypermarket dan supermarket.


R

Sejak saat itu Matahari Group terus melakukan ekspansi dan


es

diversifikasi usaha, yaitu dengan launching Hypermart pada tahun


M

ng

2004, yang merupakan usaha bisnisnya di segmen hypermarket.


on
gu

Hal. 98 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 98
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Selain itu Matahari Group juga melakukan proses perbaikan bisnis

R
supermarketnya dengan mengganti nama menjadi 'Foodmart'

si
pada tahun 2007, kemudian membuka toko kecantikan dan obat-

ne
ng
obatan (health and beauty store/specialty store) dengan merek
Boston, mengembangkan jaringan arena bermain Time Zone-
nya, dan merambah pangsa buku impor dengan merek Times.

do
gu Pada 31 Desember 2008, Matahari Group mengelola antara lain
23 gerai supermarket Foodmart, 43 hypermarket Hypermart, 51

In
A
gerai Boston, 77 pusat hiburan keluarga Time Zone dan toko buku
Times yang keseluruhannya menyebar di lebih dari 50 kota di
ah

Indonesia. Lebih lanjut, guna mendukung ekspansi agresifnya ini

lik
pada bulan April 2009 Matahari Group menerbitkan obligasi
(bond) senilai 528 miliar Rupiah dan mengalokasikan belanja
am

ub
modal (capital expenditure) pada tanggal 4 September 2009
sebesar 1 triliun Rupiah untuk membangun 9-10 department store
ep
dan 10-12 Hypermart baru. Semua fakta ini menunjukkan bahwa
k

Matahari Group tetap mengalami perkembangan pesat pasca


ah

masuknya Pemohon Keberatan di pasar ritel Indonesia pada tahun


R

si
1998. Bahkan, data di bawah ini, bersumber dari PT. Matahari
Putra Prima Tbk. Company Presentation May 2008, menunjukkan

ne
ng

bahwa perkembangan Hypermart melebihi perkembangan


Pemohon Keberatan (Bukti P- 32).

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 99 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 99
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(iii) Ramayana Group

R
Ramayana Group berawal dari gerai dengan nama Ramayana

si
Fashion Store yang berdiri pada tahun 1978 yang dikhususkan

ne
ng
menjual garmen dan baju. Tahun 1985 dibuka gerai baru di
Bandung dan cakupan barang-barang yang dijual pun juga
semakin meluas, meliputi sepatu, tas tangan, dan aksesoris. Pada

do
gu tahun 1989 Ramayana Group telah menjadi sebuah jaringan ritel
yang terdiri atas 13 gerai. Ekspansi dan perluasan wilayah bisnis

In
A
juga terus mereka lakukan, dibuktikan dengan dibukanya gerai
pertama di luar Pulau Jawa, yaitu di Ball pada tahun 1997, di
ah

Bandar Lampung, Sumatera pada tahun 1999, di Banjarmasin,

lik
Kalimantan, pada tahun 2000 dan di Ujung Pandang, Sulawesi
pada tahun 2002. Pada tahun 2005 Ramayana Group
am

ub
menerapkan format supermarket yang lebih besar dengan menjual
barang-barang elektronik, dan makanan siap saji di supermarket-
ep
supermarketnya. Sampai dengan tahun 2008, Ramayana Group
k

telah memiliki 95 gerai yang tersebar di 42 kota di Indonesia


ah

dengan net income yang terus meningkat dari tahun ke tahun.


R

si
Dengan demikian, terbukti bahwa hadirnya Pemohon Keberatan di
Indonesia sejak tahun 1998 tidak mempengaruhi sama sekali

ne
ng

kinerja dan ekspansi usaha Ramayana Group.


(iv) Lotte Group

do
gu

Pada bulan Oktober 2008, Lotte Group, mengakuisisi 100%


saham PT Makro Indonesia senilai US$ 223 juta. Lebih lanjut,
Lotte Group akan menginvestasikan 9 triliun Rupiah untuk
In
A

membangun 26 gerai baru di seluruh Indonesia dalam jangka


waktu 5 tahun ke depan dengan target untuk menjadi raja dalam
ah

lik

bisnis ritel di Indonesia. Karena telah memiliki 19 gerai saat ini,


diperkirakan pada tahun 2013 nanti Lotte Group akan memiliki
m

ub

sebanyak 45 gerai. Lotte Group melakukan investasi besar-


besaran dengan alasan besarnya potensi pasar ritel di Indonesia.
ka

Ini membuktikan bahwa masuknya Pemohon Keberatan ke pasar


ep

ritel Indonesia sama sekali tidak mematikan persaingan dan


ah

meruqikan pelaku usaha lain. karena pelaku usaha masih dapat


R

masuk dan bersaing, bahkan optimis bisa menjadi nomor satu


es

dalam pasar ritel Indonesia.


M

ng

(v) Superindo Group


on
gu

Hal. 100 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 100
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Berdirinya Superindo Group berawal dari ditandatanganinya

R
perjanjian kerjasama antara Delhaize 'Ie lion' Group (Belgia)

si
dengan Salim Group (Indonesia) pada bulan Juni 1997 untuk

ne
ng
mengembangkan jaringan bisnis ritel di Indonesia lewat
perusahaan yang dinamakan PT Lion Super Indo. Pada awal
berdirinya, Superindo Group hanya memiliki gerai yang berjumlah

do
gu 10 gerai supermarket, yaitu 7 di Jakarta, 1 di Bandung, dan 2 di
Surabaya. Pada tahun 1999 jumlah gerainya bertambah menjadi

In
A
14 gerai, tahun berikutnya, yaitu tahun 2000 gerai Superindo
Group bertambah menjadi 16 gerai dan kemudian Superindo
ah

Group terus berkembang hingga memiliki 63 gerai pada tanggal 31

lik
Desember 2008 yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Untuk
tahun 2009 Superindo Group merencanakan untuk menambah 11
am

ub
gerai baru sehingga diharapkan dapat memiliki 74 gerai. Ini
merupakan bukti kuat bahwa berdirinya Pemohon Keberatan pada
ep
tahun 1998 sama sekali tidak mematikan pelaku usaha ritel
k

lainnya bahkan para pelaku usaha tersebut secara konsisten


ah

dapat mengembangkan usahanya, seperti yang terjadi pada


R

si
Superindo Group ini.
(Sumber data dari seluruh keterangan di atas dapat diperoleh

ne
ng

dari official website, press release, annual report, atau


company presentation dari masing-masing pelaku usaha ritel

do
gu

tersebut)
Hal di atas menunjukkan bahwa pernyataan pada halaman 111
butir 229 LHPL adalah SALAH karena faktanya masih terdapat
In
A

banyak pelaku usaha vang baru masuk ke pasar ritel modern


setelah Pemohon Keberatan berdiri. balk melalui akuisisi ataupun
ah

lik

ekspansi ke pasar ritel modern.


Lebih lanjut, keseluruhan fakta di atas juga menunjukkan bahwa
m

ub

butir 195 dan 196 LHPL yang menyatakan bahwa perkembangan


pangsa pasar merupakan zero sum game adalah SALAH karena
ka

pada kenyataannya usaha mereka terus berkembang, bahkan


ep

terus menerus melakukan ekspansi. Data-data tersebut semakin


ah

menegaskan bahwa selain tidak menghambat adanya pelaku


R

usaha baru di pasar ini, keberadaan Pemohon Keberatan juga


es

tidak menghambat pertumbuhan dari para pesaingnya.


M

ng

Pertumbuhan para pelaku usaha dalam pasar ini juga ditegaskan


on
gu

Hal. 101 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 101
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan data terlampir yang menunjukkan pertambahan jumlah

R
gerai dari para pelaku usaha setiap tahunnya (Bukti P- 33).

si
15. Dengan demikian, pernyataan Tim Pemeriksa dalam LHPL yang

ne
ng
menyatakan bahwa sejak tahun 1998 (yaitu sejak Pemohon
Keberatan rnemasuki pasar bersangkutan) tidak ada pelaku usaha
baru lagi yang masuk di pasar ritel modern ini adalah SAMA

do
gu SEKALI TIDAK BENAR. Sehingga LHPL pun tidak dapat
dibenarkan. Putusan Termohon Keberatan yang telah didasarkan

In
A
atas LHPL yang salah dan tidak benar ini adalah Putusan yang
SALAH. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang Terhormat sudah
ah

sepatutnya membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir

lik
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.
am

ub
B.VI.4 LUAS LAHAN YANG BESAR TIDAK SERTA MERTA BERARTI KEUNTUNGAN YANG BESAR ATAU

PANGSA PASAR YANG BESAR


ep
16. Peritel yang memiliki gerai dengan luas lahan yang besar belum
k

tentu menghasilkan keuntungan yang besar juga. Luas lahan tidak


ah

dapat dijadikan tolak ukur dalam memperhitungkan jumlah


R

si
keuntungan atau menunjukkan adanya pangsa pasar yang tinggi.
Terdapat gerai dengan luas lahan yang besar namun penjualan

ne
ng

atau keuntungannya rendah, sebaliknya terdapat gerai yang luas


lahannya kecil, namun keuntungannya tinggi. Sebagai contohnya,

do
gu

gerai Carrefour Bekasi Square dengan luas lahan sebesar 7.551


m2 mengalami kerugian. Sebaliknya, gerai Carrefour MT Haryono
yang memiliki luas lahan yang lebih kecil, yaitu sebesar 6.859,32
In
A

m2 justru mendapatkan keuntungan.


17. Hal ini juga didukung ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam
ah

lik

Pendapat Ahlinya tanggal 8 Oktober 2009 pada halaman 21 yang


menyatakan sebagai berikut:
m

ub

"...Penggunaan luas lahan sebagai penentuan pangsa pasar


adalah tidak benar..."
ka

Lebih lanjut, Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 22 juga


ep

menyatakan sebagai berikut:


ah

"Seperti telah dijelaskan di pertanyaan sebelumnya penggunaan


R

luas lahan tidak tepat sebagai indikator pangsa pasar, oleh


es

karenanya perhitungan KPPU tersebut tidak dapat dibenarkan."


M

ng

(BuktiP-16)
on
gu

Hal. 102 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 102
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
18. Pemahaman bahwa lahan yang besar tidak serta merta berarti

R
keuntungan yang besar atau pangsa pasar yang besar ini juga

si
sebenarnya diakui sendiri oleh Tim Pemeriksa pada butir 207

ne
ng
dalam LHPL
19. Namun demikian, kami mencatat bahwa Tim Pemeriksa dalam
LHPL tidak konsisten dalam menerapkan pemahaman luas lahan

do
gu tidak dapat digunakan sebagai indikator pangsa pasar yang besar.
Tindakan Tim Pemeriksa yang tidak konsisten ini dapat dilihat

In
A
pada butir 123 LHPL yang pada pokoknya justru menyatakan
bahwa luas lahan yang besar mengindikasikan keuntungan yang
ah

besar atau pangsa pasar yang besar.

lik
20. Termohon Keberatan pada butir 5.30 dan 5.31 halaman 258
Putusannya menyatakan:
am

ub
"5.30 Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor
menyatakan bahwa luas lahan penjualan yang besar
ep
tidak serta merta berarti keuntungan yang besar
k

maupun pangsa pasar yang besar.


ah

5.31 Majelis Komisi berpandangan sama terhadap


R

si
pernyataan Terlapor tersebut."
Berdasarkan butir-butir di atas, terbukti bahwa Termohon

ne
ng

Keberatan sendiri telah mengakui bahwa luas lahan penjualan


yang besar tidak serta merta berarti keuntungan yang besar.

do
gu

21. Berdasarkan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa LHPL telah


dibuat dengan data dan pemahaman yang salah. Sehingga LHPL
pun tidak dapat dibenarkan untuk dijadikan sebagai dasar/acuan
In
A

Putusan Termohon Keberatan. Oleh karena itu, amar Putusan


Termohon Keberatan butir 1, 3, dan 4 dalam perkara ini sudah
ah

lik

sepatutnya dibatalkan oleh Majelis Hakim Yang Terhormat serta


Pemohon Keberatan dinyatakan tidak melanggar UU Antimonopoli
m

ub

B.V1.5 PEMAHAMAN SERVICE LEVEL DALAM LHPL MERUPAKAN PEMAHAMAN YANG SALAH
22. Keterangan dari salah satu pihak (GABEL) pada pemeriksaan di
ka

KPPU tanggal 27 Agustus 2009 yang dicantumkan dalam LHPL


ep

butir 244 dan 275 menyatakan:


ah

"Kemudian supplier diwajibkan untuk mensupply barang ke Alfa


R

dan Carrefour, apabila tidak dilakukan maka akan dikenakan


es

service level."
M

ng

on
gu

Hal. 103 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 103
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
23. Keterangan di atas salah karena seolah-olah menyimpulkan

R
service level adalah penalty akibat pemaksaan. Service level

si
adalah hasil kesepakatan para pihak untuk mengatur mengenai

ne
ng
waktu pengiriman barang dan jumlah barang yang dapat dikirim.
Dalam perjanjian, pemasok memberikan komitmen kepada
Pemohon Keberatan untuk mengirimkan sejumlah barang tepat

do
gu waktu sesuai dengan yang telah disepakati dan jika pemasok tidak
memenuhi hal tersebut, maka pemasok bersedia membayar

In
A
penalty kepada Pemohon Keberatan.
24. Ketentuan yang telah disepakati kedua belah pihak ini
ah

memberikan keuntungan baik bagi Pemohon Keberatan maupun

lik
pemasok. Dengan adanya kesepakatan ini, Pemohon Keberatan
mendapat kepastian tersedianya sejumlah barang dalam jumlah
am

ub
tertentu, sehingga dapat dihindari dampak di mana konsumen
tidak mendapatkan suatu barang. Di pihak lain, pemasok juga
ep
mendapatkan keuntungan karena pemasok dapat mengatur
k

efisiensi biaya serta produktivitasnya. Jika tidak ada kesepakatan


ah

ini, maka pemasok tidak mempunyai kepastian mengenai jumlah


R

si
barang yang akan dikirim, serta berdampak dikeluarkannya biaya-
biaya yang besar yang tidak disertai produktivitas yang maksimal

ne
ng

dan efisien.
25. Dengan demikian, keterangan dalam butir 244 dan 275 LHPL

do
gu

merupakan keterangan yang didasarkan pada pemahaman yang


SALAH. Sehingga, analisis Tim Pemeriksa dalam LHPL
dipertanyakan kebenarannya karena analisis tersebut berdasarkan
In
A

keterangan pihak dengan pemahaman yang SALAH. Maka LHPL


pun tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang
ah

lik

Terhormat sudah sepatutnya membatalkan amar Putusan


Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dalam perkara ini karena
m

ub

telah didasarkan atas LHPL yang salah.


B.V1.6 TIM PEMERIKSA DALAM LHPL TIDAK MENGGUNAKAN DATA PRIMER TETAPI DATA HASIL
ka

PROYEKSI YANG TIDAK DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN


ep

26. Metode penghitungan pangsa pasar yang digunakan Tim


ah

Pemeriksa dalam LHPL yang salah ini ternyata dilakukan dengan


R

data yang tidak akurat serta tidak obyektif. Sebagian besar data
es

yang digunakan dalam LHPL hanya merupakan hasil proyeksi.


M

ng

bukan data asli yang sah. Mohon dicatat bahwa pada butir 126
on
gu

Hal. 104 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 104
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dari LHPL, Tim Pemeriksa dalam LHPL telah mengakui sendiri

R
bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL tidak berhasil mendapat

si
seluruh data secara lengkap, maka Tim Pemeriksa dalam LHPL

ne
ng
melakukan proyeksi data. yang metodenya pun patut
dipertanyakan. Dengan dilakukannya proyeksi oleh Tim Pemeriksa
dalam LHPL, maka tentunya hasil yang didapat juga merupakan

do
gu "proyeksi" vang dibuat-buat. tidak dapat dipertanggung jawabkan
dan karenanya tidak benar serta tidak obyektif.

In
A
27. Selain itu, Termohon Keberatan pada butir 5.43 halaman 261 -
262 Putusannya melakukan penghitungan pangsa pasar Pemohon
ah

Keberatan di 5 (lima) wilayah juga berdasarkan data penjualan

lik
hasil estimasi, bukan data yang sebenarnya. Hal ini dibuktikan dari
bagian keterangan yang menyatakan sebagai berikut:
am

ub
"Keterangan:
Untuk data Hypermart dan Giant (regional) menggunakan
ep
estimasi penjualan per meter persegi."
k

28. Tim Pemeriksa dalam LHPL juga melakukan proyeksi yang salah
ah

dengan melakukan asumsi bahwa luas lahan yang luas berarti


R

si
keuntungan yang besar. Luas lahan yang luas bukan berarti
keuntungan yang besar juga. Sebagai contohnya gerai Carrefour

ne
ng

Medan Fair dengan luas lahan sebesar 11.023 m 2 hanya


menghasilkan rata-rata 1,97 juta Rupiah per meter perseginya.

do
gu

Sebaliknya, Carrefour ITC Depok dengan luas lahan yang lebih


kecil yaitu sebesar 8.186 m 2 mendapatkan rata-rata penghasilan
sebesar 1,90 juta Rupiah per meter perseginya. Ini berarti
In
A

penghasilan Carrefour ITC Depok lebih besar daripada


penghasilan Carrefour Medan Fair yang memiliki lahan yang lebih
ah

lik

besar.
29. Berdasarkan penjelasan di atas, terbukti bahwa pernyataan Tim
m

ub

Pemeriksa dalam LHPL pada butir 189 halaman 96 LHPL, yang


pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan memiliki
ka

pangsa pasar di atas 50% di 6 (enam) pasar bersangkutan, yaitu


ep

di Kebayoran, Sunter, Lodan, Tendean, Meruya dan Yogyakarta


ah

serta memiliki pangsa pasar terbesar di 3 (tiga) pasar


R

bersangkutan, yaitu di Menteng Prada Jakarta, Pasar Minggu


es

Jakarta, dan Dukuh Kupang Surabaya adalah sama sekali TIDAK


M

ng

BENAR dan TIDAK BERDASAR karena Tim Pemeriksa


on
gu

Hal. 105 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 105
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mendasarkan pernyataannya ini hanya atas luas lahan yang luas

R
yang dimiliki Pemohon Keberatan di 9 (sembilan) lokasi seperti

si
disebut di atas serta berdasarkan data proyeksi / estimasi.

ne
ng
B.VII PEMASOK TIDAK BERGANTUNG KEPADA PEMOHON KEBERATAN KARENA PEMASOK

MEMILIKI BANYAK PILIHAN

1. Pemasok sama sekali tidak tergantung kepada Pemohon

do
gu Keberatan. Pemasok pada kenyataannya memiliki banyak sekali
pilihan toko modern lain sebagai tempat memasok, tidak hanya

In
A
memasok ke Pemohon Keberatan saja.
2. Sektor ritel di Indonesia merupakan sektor usaha vang sangat
ah

terbuka dan kompetitif. Pesaing Pemohon Keberatan sebagai

lik
peritel modern sangat banyak dan kuat. Hal ini dibuktikan antara
lain dengan jumlah pelaku usaha/peritel yang terlibat di dalamnya
am

ub
sangat banyak, baik peritel pendatang/pemain baru maupun peritel
lama yang sampai saat ini masih bertahan dalam peta persaingan.
ep
Banyak nama-nama besar peritel modern yang merupakan
k

pesaing Pemohon Keberatan, antara lain Hypermart, Giant, Hero,


ah

Makro, Indomaret, Superindo, Alfamart, Circle K, Foodmart,


R

si
Matahari, Ramayana, ACE, Metro, Foodhall, Ranch Market,
Yogya, Griya, Borma, Mitra Adi Perkasa Group, Index, Electronic

ne
ng

City, dan masih banyak lagi peritel modern lainnya. Dengan


demikian, terdapat banyak sekali pilihan atau alternatif gerai

do
gu

(outlet) format ritel.


3. Pemohon Keberatan merupakan peritel modern yang hanya
memiliki format hypermarket yang kemudian baru memiliki format
In
A

supermarket setelah Pemohon Keberatan mengakuisisi Alfa


Retailindo. Dengan demikian, Pemohon Keberatan hanya memiliki
ah

lik

2 (dua) jenis format toko modern saja, yaitu format hypermarket


dan supermarket. Sedangkan para pesaing Pemohon Keberatan
m

ub

memiliki berbagai jenis format toko modern. Sebagai contoh,


Matahari Group memiliki 4 (empat) jenis format yaitu:
ka

a. hypermarket (Hypermart),
ep

b. supermarket (Foodmart),
ah

c. department store (Matahari), dan


R

d. specialty store/Toko Obat (Boston).


es

Sebagai contoh lain adalah Dairy Farm Group memiliki 4 (empat)


M

ng

jenis format yaitu:


on
gu

Hal. 106 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 106
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. hypermarket (Giant),

R
b. supermarket (Hero),

si
c. minimarket (Starmart) dan

ne
ng
d. specialty store/Toko Obat (Guardian).
Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Keberatan mempunyai
banyak pesaing yang signifikan. Pemohon Keberatan sama sekali

do
gu bukan satu-satunya pelaku usaha di industri ritel modern, bahkan
banyak pesaing-pesaing Pemohon Keberatan merupakan peritel

In
A
modern yang lebih besar dan berkembang dibandingkan Pemohon
Keberatan sendiri. Pesaing-pesaing Pemohon Keberatan memiliki
ah

jenis format toko modern yang lebih banyak dibandingkan

lik
Pemohon Keberatan.
4. Fakta bahwa banyaknya peritel dalam sektor ritel modern ini juga
am

ub
menguntungkan pihak konsumen dan pemasok. Bagi konsumen.
mereka memiliki banyak pilihan tempat untuk berbelanja dengan
ep
harga yang sangat kompetitif antara satu tempat dan tempat
k

lainnya. Sedangkan bagi pemasok, mereka memiliki banyak


ah

pilihan sebagai tempat untuk memasok produk-produk mereka.


R

si
5. Selain itu, dengan banyaknya peritel modern membuat pemasok
dapat dengan mudah dan bebas untuk berhenti menjadi pemasok

ne
ng

Pemohon Keberatan dan berpindah menjadi pemasok dari peritel


modern lain. Sama sekali tidak ada sanksi bagi pemasok jika

do
gu

pemasok melakukan hal ini. Pemasok sepenuhnya memiliki


kebebasan untuk tetap memilih menjadi pemasok atau berhenti
menjadi pemasok Pemohon Keberatan.
In
A

6. Pada kenyataannya, sebagian besar pemasok Pemohon


Keberatan juga memasok kepada peritel modern lainnya yang
ah

lik

merupakan pesaing Pemohon Keberatan. Hal ini didukung dengan


survey LPEM FE Ul terhadap 500 pemasok di bawah ini:
m

ub

Gambar 2
Persentase pemasok yang hanya memasok ke PT Carrefour Indonesia
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 107 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 107
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hanya memasok

si
ke Carrefour,
16.70%

ne
ng

do
gu Memasok juga
ke tempat lain,
83.30%

In
A
(BuktiP-29/C188)
ah

lik
Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa sebagian besar
pemasok Pemohon Keberatan (83,3%) juga memasok barang
am

ub
produknya ke peritel modern lainnya. Dengan demikian terbukti
bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah menghambat pemasok
dan pemasok memiliki kebebasan untuk memasok ke peritel
ep
k

modern lainnya. Dengan demikian, para pemasok memiliki banyak


ah

pilihan toko modern sebagai tempat untuk memasok.


R
7. Hal di atas juga dikuatkan dengan pernyataan Chairman Hero

si
Group, Ipung Kurnia, dalam artikel koran "Hero siap hadapi

ne
ng

kompetitor", Bisnis Indonesia 9 Juli 2009, sebagai berikut:


"Harap diingat, persaincian antarperitel sangat ketat jadi pemasok
bisa memilih peritel yang dikehendaki, ungkap Ipung Kurnia."

do
gu

(Bukti P- 34)
8. Karena banyaknya pilihan sebagai tempat untuk memasok produk-
In
A

produknya, para pemasok sama sekali tidak tergantung kepada


Pemohon Keberatan. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil survey
ah

terhadap pemasok oleh LPEM Ul sebagai berikut:


lik

Gambar 11
m

ub

Kondisi Pemasok Jika berhenti memasok ke PT Carrefour Indonesia


ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 108 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 108
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Tidak
Tetap tumbuh Terpengaruh,
meski kecil, 36%

ne
35%

ng

do
gu Mengalami
Penurunan, 28%
Bangkrut, 1%

In
A
(BuktiP-29/C188)
9. Gambar 11 di atas ini membuktikan bahwa cukup banyak (35%)
ah

lik
pemasok yang menjawab bahwa jika mereka berhenti memasok
ke Pemohon Keberatan, kondisi perusahaan mereka tidak
am

ub
terpengaruh dan 36% berpendapat bahwa usaha mereka akan
tetap tumbuh. Artinya, ada sebesar 71% pemasok yang
menyatakan bahwa pemasok tidak tergantung kepada Pemohon
ep
k

Keberatan. Hanya 1% yang menyatakan bangkrut. Ini adalah


ah

suatu jumlah yang sangat kecil sekali atau sama sekali tidak
R

si
signifikan.
10. Selain itu, berdasarkan laporan keuangan beberapa pemasok yang

ne
ng

dipublikasikan, terlihat bahwa prosentase nilai penjualan pemasok


di Pemohon Keberatan jumlahnya sangat kecil (di bawah 5%)
dibandingkan dengan total penjualan pemasok secara menyeluruh

do
gu

(Bukti P-35/C164). Hal ini membuktikan bahwa pemasok tidak


hanya memasok ke Pemohon Keberatan saja. Bahkan porsi atau
In
A

bagian pasokan pemasok ke Pemohon Keberatan hanya


merupakan sebagian kecil saja. Pemasok juga banyak memasok
ah

lik

ke peritel lain. tidak hanya memasok ke Pemohon Keberatan saja.


Dengan demikian, terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama
sekali tidak mendominasi pemasok dan pemasok mempunyai
m

ub

banyak pilihan untuk memasok dan pemasok sama sekali tidak


tergantung kepada Pemohon Keberatan.
ka

ep

11. Banyaknya pilihan format ritel tempat memasok bagi pemasok


juga diakui oleh Ketua Nampa Indonesia dalam BAPnya tanggal
ah

21 Juli 2009 pada butir 5 halaman 3 sebagai berikut:


R

es

"Saya tidak memasok ke pasar modern seperti Carrefour, tetapi


M

saya tetap memasok ke Tiptop, Diamond."


ng

on
gu

Hal. 109 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 109
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(Bukti P- 36/B9)

R
12. Lebih lanjut, Ketua Umum AP3MI juga mengakui bahwa pemasok

si
memiliki banyak pilihan format ritel sebagai tempat untuk

ne
ng
memasok, tidak hanya memasok di Pemohon Keberatan saja. Hal
ini dinyatakan pada butir 14 dan 15 halaman 4 BAP dari Ketua
Umum AP3MI sebagai berikut:

do
gu 14 Pertanyaan Apakah seluruh anggota AP3MI mensuplai ke
Carrefour?
Jawaban Rata-rata ya, tapi tidak semua

In
A
15 Pertanyaan Sudah berapa tahun perusahaan Bapak menjadi
supplier Carrefour?
ah

lik
Jawaban Saya sampai saat ini belum menjadi
supplier Carrefour".
(Bukti P- 37/B3)
am

ub
13. Selain itu, Sekjen Asosiasi Pemasok Garmen & Aksesori
Indonesia (APGAI) dalam suratnya No. B/64/APGAI/VI/2009
tanggal 15 Juni 2009 kepada Termohon Keberatan juga telah
ep
k

menyampaikan informasi bahwa anggota APGAI yang bermitra


ah

dengan Pemohon Keberatan hanya 6 perusahaan saja. Dengan


R

si
demikian, hal ini membuktikan bahwa pemasok tidak tergantung
kepada Pemohon Keberatan. Pemasok memiliki banyak pilihan

ne
ng

sebagai tempat untuk memasok, tidak hanya memasok ke


Pemohon Keberatan. Pernyataan Sekjen APGAI adalah sebagai

do
berikut:
gu

"Bersama ini kami informasikan bahwa untuk anggota APGAI


vana bermitra dengan PT Carrefour Indonesia hanya 6
In
A

perusahaan".
(Bukti P- 38/A60)
ah

lik

Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat, surat dari


Sekjen APGAI di atas ini telah diterima oleh Termohon Keberatan.
Namun Termohon Keberatan tidak mempertimbangkan
m

ub

pernyataan dari Sekjen APGAI ini sebagai bukti bahwa Pemohon


ka

Keberatan bukanlah satu-satunya pilihan bagi pemasok sebagai


ep

tempat pemasok untuk memasok produk-produknya.


14. Berdasarkan data ilmiah, bukti dan dalil di atas, terbukti bahwa
ah

pemasok memiliki banyak pilihan merek peritel modern selain


R

es

Pemohon Keberatan sebagai tempat untuk memasok produk-


M

produknya. Selain itu pemasok sepenuhnya dapat menentukan


ng

on
gu

Hal. 110 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 110
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sendiri tetap menjadi pemasok atau berhenti meniadi pemasok

R
Pemohon Keberatan dan berpindah meniadi pemasok peritel

si
modern lain selain Pemohon Keberatan. Para pemasok sama

ne
ng
sekali tidak tergantung kepada Pemohon Keberatan.
15. Karena fakta bahwa terdapat banyak peritel di sektor ritel modern
telah terbukti, dengan demikian tidak mungkin Pemohon

do
gu Keberatan melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat ahli

In
A
hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D yang telah
Pemohon Keberatan uraikan pada bagian B.lll halaman 69-75
ah

Keberatan ini yang menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak

lik
dapat dianggap telah melakukan praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat karena pada faktanya pelaku usaha
am

ub
lain tetap dapat masuk ke dalam persaingan usaha di sektor ritel
modern.
ep
16. Dengan demikian, terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak
k

melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak


ah

sehat dan juga tidak memiliki posisi dominan. Sehingga tidak ada
R

si
pelanggaran Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
Antimonopoli oleh Pemohon Keberatan. Maka sudah sepatutnya

ne
ng

Majelis Hakim Yang Terhormat untuk membatalkan amar Putusan


Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dan menyatakan bahwa

do
gu

Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam


perkara a quo.
B.VIII
In
TRADING TERMS ANTARA PEMOHON KEBERATAN DENGAN PEMASOK MERUPAKAN HASIL
A

NEGOSIASI DAN KESEPAKATAN BERSAMA

1. Pemohon Keberatan secara tegas menolak seluruh dalil


ah

lik

Termohon Keberatan dalam Putusannya yang pada intinya


menyatakan ada dampak negatif dari syarat/ketentuan dagang
m

ub

(trading terms) antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya.


Pada bagian B.V halaman 81-84 Keberatan ini, Pemohon
ka

Keberatan telah menjelaskan bahwa trading terms antara


ep

Pemohon Keberatan dan para pemasoknya sesuai dengan


ah

ketentuan hukum yang berlaku. Tidak ada pelanggaran Pasal 25


R

ayat (1) huruf a UU Antimonopoli oleh Pemohon Keberatan.


es

Dengan demikian, sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang


M

ng

on
gu

Hal. 111 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 111
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir

R
1, 3, dan 4 dalam perkara ini.

si
2. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak

ne
ng
pernah menekan pemasok. Trading terms antara Pemohon
Keberatan dengan para pemasoknya sepenuhnya didasarkan atas
hasil negosiasi dan kesepakatan bersama yang menguntungkan

do
gu kedua belah pihak.
3. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh LPEM

In
A
Ul terhadap 500 pemasok Pemohon Keberatan sebagai berikut:
ah

Gambar 6

lik
Persentase pemasok yang melakukan dan tidak melakukan proses
negosiasi dengan PT Carrefour Indonesia
am

ub
ep
k

Tidak, 6.20%
ah

si
ne
ng

Ya, 93.80%

do
gu

(Bukti P-29/C188)
4. Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa sebelum
In
menandatangani trading terms, sejumlah besar pemasok bahkan
A

lebih dari 90% (93,8%) melakukan negosiasi terlebih dahulu


dengan Pemohon Keberatan. Hal ini membuktikan bahwa trading
ah

lik

terms tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara


pemasok dengan Pemohon Keberatan yang isinya dipahami oleh
m

ub

pemasok sebelum menandatanganinya. Adanya proses negosiasi


menunjukkan tidak adanya paksaan atau tekanan dari Pemohon
ka

Keberatan kepada pemasok serta juga menunjukkan bahwa posisi


ep

negosiasi Pemohon Keberatan ataupun pemasok adalah sama.


ah

Dengan demikian. butir 6.4.9.3. c dan d halaman 273 Putusan


R

Termohon Keberatan yang pada intinya menyatakan bahwa posisi


es

pemasok lemah dalam proses negosiasi trading terms antara


M

ng

Pemohon Keberatan dan pemasok dan bahwa Pemohon


on
gu

Hal. 112 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 112
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keberatan menggunakan posisinya untuk menekan pemasok yang

R
berdampak pada lessening competition adalah SALAH dan TIDAK

si
BENAR.

ne
ng
5. Prof. Erman Rajagukguk, S.H.,LL.M., Ph.D. pada halaman 20
Pendapat Hukumnya juga menyatakan sebagai berikut:
"Trading terms Carrefour dan Alfa dapat disimpulkan merupakan

do
gu hasil kesepakatan, melalui negosiasi para pihak, dan tidak
adanya paksaan dari Carrefour maupun PT Alfa Retailindo

In
A
kepada pemasok serta Carrefour tidak menetapkan trading
terms secara sepihak."
ah

(Bukti P-2)

lik
6. Lebih lanjut, Pemohon Keberatan secara tegas juga membantah
dan menolak pertimbangan Termohon Keberatan pada butir
am

ub
6.4.9.3. d dan e halaman 273-274 Putusan Termohon Keberatan
yang pada intinya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan
ep
melakukan strategi competitor check dengan tujuan untuk
k

mempengaruhi besaran nilai trading terms-nya terhadap pemasok.


ah

Pertimbangan ini adalah SALAH dan TIDAK BERDASAR.


R

si
Termohon Keberatan telah salah dalam memahami pengertian
strategi competitor check ini. Strategi ini adalah untuk melakukan

ne
ng

pengecekan harga jual kepada konsumen akhir (masyarakat


umum, bukan harga jual pemasok ke peritel lain. Sehingga jelas

do
gu

bahwa strategi ini sama sekali tidak relevan dan tidak ada
hubungannya dengan pemasok. Lagipula, strategi competitor
check ini merupakan hal yang tidak dilarang dan sama sekali tidak
In
A

melanggar hukum serta merupakan praktek bisnis yang wajar


dilakukan oleh para peritel dalam menjalankan kegiatan usahanya.
ah

lik

7. Putusan Termohon Keberatan didasari oleh LHPL yang disusun


oleh Tim Pemeriksa. Dalam LHPL butir 46 halaman 20 telah diakui
m

ub

bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dengan para


pemasoknya merupakan hasil proses negosiasi dan kesepakatan
ka

bersama:
ep

"Sedangkan besaran masing-masing jenis trading terms bervariasi


ah

bergantung pada jenis barang dan negosiasi dengan masing-


R

masing pemasok."
es

8. Selain itu, fakta bahwa tidak ada unsur paksaan dalam trading
M

ng

terms juga dikuatkan dengan pernyataan Chairman Hero Group,


on
gu

Hal. 113 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 113
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ipung Kurnia, dalam artikel koran "Hero siap hadapi kompetitor",

R
Bisnis Indonesia 9 Juli 2009, sebagai berikut:

si
"Terkait dengan trading term yang diterapkan peritel modern

ne
ng
sering diartikan memberatkan pemasok, Ipung tidak sependapat.
Menurut dia, tidak ada unsur pemaksaan dalam koridor bisnis
tersebut, dan pemasok justru diuntungkan karena produk yang

do
gu masuk jaringan ritel akan popular."
(Bukti P- 34)

In
A
9. Lebih lanjut, surat dari Sekjen APGAI No. B/64/APGAI/VI/2009
tanggal 15 Juni 2009 kepada Termohon Keberatan juga
ah

menunjukkan bahwa Pemohon Keberatan tidak melakukan

lik
paksaan atau tekanan terhadap para pemasoknya. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan Sekjen APGAI dalam suratnya
am

ub
sebagai berikut:
"Kami telah menghubungi ke enam anggota tersebut dan
ep
menanyakan apakah mereka mengalami masalah dalam
k

bekerjasama dengan PT Carrefour Indonesia. Adapun hasilnya


ah

sampai saat ini belum ada masalah yang muncul berkaitan


R

si
dengan hal di atas."
(Bukti P- 38/A60)

ne
ng

10. Kenyataan bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan


para pemasoknya adalah merupakan hasil negosiasi dan

do
gu

kesepakatan bersama juga diakui oleh Ketua Umum AP3MI pada


butir 39 halaman 6 dari BAPnya sebagai berikut:
In
A

39 Pertanyaan .. .bagaimana perbedaan trading terms yang


diterapkan oleh Carrefour antara tahun 2008 dan
ah

lik

2009?
Jawaban Untuk tahun 2008, secara total sekitar 18%, di
dalamnya ada regular discount, fix rebate. Untuk tahun
m

ub

2009, kami belum negosiasi"


ka

ep

(Bukti P-37/B3)
ah

11. Dalam konteks trading terms ini, Pemohon Keberatan juga secara
R

tegas membantah dan menolak butir 6.4.9.3. a halaman 272-273


es
M

Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya menyatakan


ng

on
gu

Hal. 114 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 114
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya

R
cenderung naik dari tahun ke tahun tanpa justifikasi yang jelas.

si
Butir 6.4.9.3.a Putusan Termohon Keberatan ini sama sekali

ne
ng
TIDAK BERDASAR dan MENYESATKAN. Nilai dan ketentuan
trading terms ini merupakan hasil negosiasi dan hasil kesepakatan
bersama antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya. Nilai

do
gu trading terms iuga sesuai dengan ketentuan dalam Perpres Ritel
dan Permendag Ritel. Tidak ada ketentuan dalam Perpres Ritel

In
A
dan Permendag Ritel yang melarang kenaikan trading terms.
Sehingga, ada atau tidak ada kenaikan atau penurunan trading
ah

terms itu dapat terjadi berdasarkan hasil negosiasi dan

lik
kesepakatan bersama antara para pihak.
12. Lebih lanjut, pada kenyataannya biaya trading terms peritel
am

ub
modern lain ada yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
trading terms Pemohon Keberatan. Hal ini dapat terlihat dari label
ep
berikut ini:
k
ah

Tabel 3
R

si
Perbandingan Trading Terms Pemohon Keberatan Dengan Peritel Lain
Summary Trading Terms 2006

ne
ng

Terms Peritel Lain Pemohon Keberatan

Per Item Kumulatif Per item Kumulatif


TOP 21 35

do
gu

Regular Discount 2% 9% 2% 8,5%


Fix Rebates 1% 0%
Promo Fund 6% 6.25%
Seasonal Support 37,500,000 0
In
A

Remodelling Support 2,500,000 0


New Store Support 2,500,000 15,000000
New Line ticket by product 2,500,000 0
ah

lik

New Line ticket by product by 2,500,000 0 15,000,000


store
m

Change barcode /SKU 0


ub

1,000,000
ka

Supplier code changing 2,500,000 51,000,000 0


ep

Anniversary Discount 2% 7,3% 0 2%


ah

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa trading terms


R

es

salah satu peritel lain nilainya lebih besar dibandingkan dengan


M

nilai trading terms Pemohon Keberatan untuk pemasok barang


ng

on
gu

Hal. 115 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 115
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang sama. Dihitung secara kumulatif, secara khusus dapat dilihat

R
sebagai berikut:

si
- untuk Regular Discount, Fix Rebates dan Promo Fund, nilai

ne
ng
trading terms peritel lain lebih besar dari nilai trading terms
Pemohon Keberatan. Peritel lain berjumlah 9 % sedangkan
Pemohon Keberatan hanya 8.5 %;

do
gu - untuk item Seasonal Support, Remodelling Support, New Store
Support, New Line ticket by product, New Line ticket by product

In
A
by store, Change barcode /SKU dan Supplier code changing,
nilai trading terms peritel lain jauh lebih besar dari nilai trading
ah

terms Pemohon Keberatan. Peritel lain berjumlah Rp.

lik
51.000.000,- sedangkan Pemohon Keberatan hanya Rp.
15.000.000,-; dan
am

ub
- untuk item Anniversary Discount, nilai trading terms peritel lain
jauh lebih besar dari nilai trading terms Pemohon Keberatan.
ep
Peritel lain berjumlah 7.3% sedangkan Pemohon Keberatan
k

hanya 2%
ah

Dengan demikian, terbukti bahwa biaya atau nilai trading terms


R

si
Pemohon Keberatan bukan yang tertinggi dibandingkan dengan
peritel modern lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Pemohon

ne
ng

Keberatan tidak menekan pemasok.


13. Pemohon Keberatan juga ingin membantah dan menolak

do
gu

pertimbangan Termohon Keberatan pada butir 6.4.9.3.f dan i


halaman 274-275 Putusannya yang pada intinya menyatakan
bahwa terjadi fenomena coordinated conduct dimana Pemohon
In
A

Keberatan merupakan leader dalam penentuan trading terms dan


para pesaing cenderung meniru trading terms dari Pemohon
ah

lik

Keberatan. Hal ini sama sekali tidak benar. Pemohon Keberatan


bukan merupakan leader dalam hal trading terms di sektor ritel.
m

ub

Setiap peritel memiliki karakteristik dan keunggulannya masing-


masing dalam kegiatan usahanya sehingga tidak benar ada
ka

fenomena coordinated conduct dan tidak benar bahwa Pemohon


ep

Keberatan menjadi leader dalam penentuan trading terms bagi


ah

para peritel lain.


R

14. Hal ini juga didukung oleh ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk,
es

S.H., LL.M., Ph.D. dalam Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober


M

ng

2009 pada halaman 8-9 yang menyatakan sebagai berikut:


on
gu

Hal. 116 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 116
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Bila KPPU mendalilkan bahwa penerapan trading terms oleh

R
Carrefour diikuti oleh retail-retail lainnya atau Carrefour menjadi

si
leader (coordinated conduct), hal itu tidaklah benar. Suatu

ne
ng
coordinated conduct haruslah dilakukan dengan sengaja, artinya
harus ada kesepahaman antar yang diikuti dengan yang
menqikuti. Apabila perilaku tersebut dilakukan atas kehendaknya

do
gu masing-masing, maka hal tersebut bukan coordinated conduct
atau parallel. Tindakan paralel dalam pasar yang oligopoli

In
A
merupakan penomena alami dan tidak dapat dihindarkan. Areeda
menyatakan bahwa untuk adanya coordinated conduct diperlukan
ah

adanya konspirasi antar pelaku usaha. Karena tidak terdapat dalil

lik
dan bukti adanya kolaborasi atau konspirasi antar pelaku usaha
untuk menentukan trading terms, maka tidak ada coordinated
am

ub
antar pelaku usaha, sehinaaa tidak ada bukti bahwa Carrefour
meniadi leader dalam menentukan trading terms."
ep
(Bukti P-2)
k

15. Pemohon Keberatan secara tegas juga membantah dan menolak


ah

butir 6.4.9.3.J halaman 275 Putusan Termohon Keberatan yang


R

si
pada intinya menyatakan bahwa perpindahan personel/karyawan
dari Pemohon Keberatan ke peritel pesaing juga memfasilitasi

ne
ng

adanya kesamaan trading terms Pemohon Keberatan yang diikuti


oleh peritel lain. Butir 6.4.9.3. j ini adalah TIDAK BENAR dan

do
gu

TIDAK BERDASAR. Seperti yang telah Pemohon Keberatan


uraikan sebelumnya, trading terms merupakan hasil negosiasi dan
kesepakatan bersama antara Pemohon Keberatan dan para
In
A

pemasoknya. Sehingga, adanya perpindahan personel/karyawan


ini tidak mempengaruhi dan tidak relevan dalam penentuan
ah

lik

trading terms.
16. Lebih lanjut, Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan
m

ub

usahanya selalu memegang prinsip saling menguntungkan untuk


seluruh pihak (konsumen, pemasok dan Pemohon Keberatan). Hal
ka

ini dibuktikan berdasarkan laporan keuangan beberapa pemasok,


ep

margin keuntungan pemasok dari tahun ke tahun justru mengalami


ah

peningkatan (Bukti P-5/C164). Dengan demikian, terbukti bahwa


R

Pemohon Keberatan tidak menetapkan trading terms yang


es

memberatkan pemasok. Jika Pemohon Keberatan menetapkan


M

ng

trading terms yang memberatkan, pemasok justru tidak akan


on
gu

Hal. 117 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 117
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengaiami peningkatan margin keuntungan. Selain itu, pemasok

R
dapat dengan bebas dan mudahnya untuk berhenti menjadi

si
pemasok Pemohon Keberatan dan kemudian memasok ke peritel

ne
ng
modern lainnya jika pemasok merasa trading terms Pemohon
Keberatan memberatkan.
17. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan bukti-bukti di atas,

do
gu terbukti bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan para
pemasoknya merupakan hasil negosiasi dan kesepakatan

In
A
bersama. Pemohon Keberatan tidak menekan pemasok dan tidak
menentukan trading terms secara sepihak. Pemohon keberatan
ah

terbukti tidak melanggar UU Antimonopoli. Dengan demikian,

lik
Majelis Hakim Yang Terhormat sudah sepatutnya membatalkan
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 serta
am

ub
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli dalam perkara ini.
ep
B.IX PEMOHON KEBERATAN MEMBANTU INOVASI PRODUK-PRODUK DARI PEMASOK PEMOHON
k

KEBERATAN
ah

1. Butir 6.4.9.3.g halaman 274 Putusan Termohon Keberatan yang


R

si
pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan
menghambat insentif pemasok dalam melakukan inovasi produk-

ne
ng

produk baru pemasok adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Putusan


Termohon Keberatan ini adalah Putusan yang SALAH. Maka

do
gu

sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan


amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3, dan 4 dalam
perkara a quo.
In
A

2. Putusan Termohon Keberatan mengandung kesimpulan yang


salah karena Pemohon Keberatan sama sekali tidak
ah

lik

mengakibatkan terhambatnya insentif bagi pemasok dalam


melakukan inovasi produk-produk baru. Keberadaan sebagai
m

ub

pemasok Pemohon Keberatan justru terbukti membantu inovasi


produk-produk dari para pemasok.
ka

3. Pemohon Keberatan memiliki peran sebagai perantara antara


ep

pemasok dan konsumen. Karena menjadi pemasok dari Pemohon


ah

Keberatan, pemasok memiliki informasi yang lebih baik mengenai


R

selera konsumen terhadap produknya, sehingga pemasok dapat


es

melakukan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan


M

ng

on
gu

Hal. 118 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 118
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
konsumen. Hal ini sesuai pula dengan hasil survey LPEM Ul

R
terhadap 500 pemasok sebagai berikut:

si
ne
ng
Gambar 16
Inovasi yang dilakukan setelah menjadi pemasok Carrefour

do
gu Terhambat,
6.4%

In
A
Sama saja,
30.5%
ah

lik
Terbantu,
63.1%
am

(Bukti P-29/C188)
ub
ep
k

Berdasarkan hasil survey tersebut terbukti bahwa 93,6% atau


ah

hampir semua pemasok tidak menganggap Pemohon Keberatan


R

si
menghambat inovasi produk pemasok. Bahkan bagian terbesar
pemasok (63,1%) menvatakan bahwa inovasinva terbantu setelah

ne
ng

menjadi pemasok Pemohon Keberatan. Hal ini terkait dengan


peranan Pemohon Keberatan mengenalkan produk pemasok

do
gu

kepada konsumen. Karena pengenalan produk pemasok,


konsumen akan semakin banyak membeli produk pemasok,
sehingga pemasok dapat mengetahui apa yang sebenarnya
In
A

diinginkan konsumen dan melakukan inovasi terhadap produk


mereka.
ah

lik

Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama sekali


tidak menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa
m

ub

yang bersaing (baik dari segi harga maupun kualitas). Pemohon


Keberatan tidak melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
ka

Antimonopoli.
ep

4. Hasil survey LPEM Ul di atas juga diperkuat dengan hasil riset AC


Nielsen di bawah ini:
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 119 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 119
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
(Bukti P- 39)
Dari hasil riset AC Nielsen di atas, dapat dilihat bahwa selalu
ep
terjadi pertambahan jenis produk baru dari pemasok dari tahun
k

2005 sampai tahun 2008. Pertambahan jenis produk baru ini


ah

membuktikan bahwa Pemohon Keberatan sama sekali tidak


R

si
menghambat inovasi pemasok, malahan pemasok terus
melakukan inovasi terhadap produknya dengan menghasilkan

ne
ng

banyak produk baru setiap tahunnya


5. Ahli Hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D pada

do
gu

halaman 16 Pendapat Ahlinya juga menyatakan sebagai berikut:


"...adanya inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pemasok
Carrefour, maka konsumen akan memperoleh barang-barang
In
A

yang lebih kompetitif baik dari segi harga maupun kualitas.


Dengan demikian program-program yang dilakukan Carrefour
ah

lik

adalah pro persaingan yaitu adanya inovasi-inovasi sehingga


menciptakan perkembangan teknologi dan produk yang lebih
m

ub

berkualitas dan biaya rendah".


(Bukti P-2)
ka

6. Bukti nyata bahwa inovasi produk dari pemasok meningkat antara


ep

lain adalah fakta yang terjadi pada PT Lotus Mas sebagai salah
ah

satu pemasok Pemohon Keberatan. Perusahaan ini didirikan pada


R

tahun 2002 dengan 6 orang karyawan dan hanya memproduksi 20


es

ton cairan pembersih kaca dan pembersih kamar mandi.


M

ng

Kemudian, PT Lotus Mas ini memutuskan untuk memasok ke


on
gu

Hal. 120 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 120
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemohon Keberatan dan sejak saat itu perusahaan ini

R
berkembang secara signifikan serta melakukan inovasi pada

si
produknya, bahkan pemasok ini dapat mengekspor produknya ke

ne
ng
luar negeri. Terbukti pada tahun 2009, PT Lotus Mas telah
memiliki 50 karyawan, menghasilkan 100 ton cairan pembersih
dengan 30 jenis varian. PT Lotus Mas ini merupakan salah satu

do
gu dari sekian banyak contoh bahwa Putusan Termohon Keberatan
tidak benar bahwa pemasok terhambat inovasi produknya.

In
A
Pemohon Keberatan justru turut membantu dalam meningkatkan
inovasi dan pendapatan pemasok terkait dengan produk-
ah

produknya seperti contohnya PT Lotus Mas ini.

lik
7. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan fakta di atas, terbukti
bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah menghambat inovasi
am

ub
produk dari para pemasoknya. Justru sebaliknya, Pemohon
Keberatan membantu inovasi produk-produk para pemasoknva.
ep
Oleh karena itu, butir 6.4.9.3.g halaman 274 Putusan Termohon
k

Keberatan yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon


ah

Keberatan menghambat insentif pemasok dalam melakukan


R

si
inovasi produk-produk baru pemasok adalah SALAH dan TIDAK
BENAR. Putusan Termohon Keberatan ini adalah Putusan yang

ne
ng

SALAH. Maka sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat


membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4

do
gu

serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar


UU Antimonopoli dalam perkara a quo.
B.X PEMOHON KEBERATAN TIDAK MERUGIKAN PEMASOK
In
A

1. Pemohon Keberatan mohon perhatian Majelis Hakim Yang


Terhormat terhadap fakta bahwa dalam menjalankan kegiatan
ah

lik

usahanya, Pemohon Keberatan tidak pernah melakukan tindakan


yang sengaja merugikan pemasok. Pemohon Keberatan selalu
m

ub

memperhatikan kepentingan mitra usahanya termasuk pemasok.


Hal ini dibuktikan oleh alasan-alasan berikut ini:
ka

B.X.I PEMOHON KEBERATAN TIDAK PERNAH MEMAKSA PEMASOK UNTUK MEMASOK KE ALFA
ep

RETAILINDO: SEBAGIAN BESAR PEMASOK MEMASOK KE PEMOHON KEBERATAN DAN KE ALFA


ah

RETAILINDO ATAS DASAR KEINGINAN PEMASOK SENDIRI


R

2. Butir 6.3.8.14.c halaman 268 dan 6.4.9.3.k halaman 275 dari


es

Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya menyatakan


M

ng

bahwa Pemohon Keberatan melakukan perilaku tying in dengan


on
gu

Hal. 121 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 121
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memaksa pemasoknya untuk juga memasok ke Alfa Retailindo

R
adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Pemohon Keberatan tidak

si
pernah memaksa pemasoknya untuk juga memasok ke Alfa

ne
ng
Retailindo. Hal itu sepenuhnya merupakan keinginan dan
keputusan dari pemasok sendiri.
3. Pemasok sendiri yang seringkali meminta kepada Pemohon

do
gu Keberatan untuk dapat memasok ke Alfa Retailindo juga karena
bagi pemasok, lebih banyak gerai yang menjual barangnya adalah

In
A
lebih baik. BAP NAMPA tanggal 21 Juli 2009 menyatakan:
25 Pertanyaan Ketika bapak memasok ke Carrefour secara
ah

nasional, apakah otomatis bapak juga

lik
memasok ke Carrfour ekspress (d/h.alfa)?
Jawaban Tidak. ...
am

ub
(Bukti P- 36/B9)
Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa tidak ada paksaan kepada
ep
k

pemasok untuk memasok ke Alfa Retailindo ketika pemasok


ah

memasok ke Pemohon Keberatan.


R
4. Selain itu, tidak semua pemasok Pemohon Keberatan juga

si
memasok ke Alfa Retailindo dan begitu pula sebaliknya, tidak

ne
ng

semua pemasok Alfa Retailindo iuga memasok ke Pemohon


Keberatan. Ada kurang lebih 635 pemasok Pemohon Keberatan
yang tidak memasok ke Alfa Retailindo, seperti Perintis Pelayanan

do
gu

P, Asianagro, dan Universal-Biscuit, serta terdapat 100 pemasok


Alfa Retailindo yang tidak memasok ke Pemohon Keberatan,
In
A

seperti Nilam Sari, Sri Pelangiwati, dan Puri Kadunsirung (Bukti P-


40).
ah

lik

5. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pertimbangan


Termohon Keberatan pada butir 6.3.8.14.C halaman 268 dan
6.4.9.3.k halaman 275 dari Putusan Termohon Keberatan
m

ub

merupakan pertimbangan yang SALAH, TIDAK BENAR dan


TIDAK BERDASAR. Dengan demikian, sudah sepatutnya Majelis
ka

ep

Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon


Keberatan butir 1,3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon
ah

Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.


R

es

B.X.2 PEMOHON KEBERATAN SELALU MEMBAYAR PEMASOK SECARA TEPAT WAKTU


M

ng

on
gu

Hal. 122 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 122
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah sengaja

R
merugikan pemasok dapat dibuktikan dengan fakta bahwa

si
Pemohon Keberatan selalu membayar pemasok secara tepat

ne
ng
waktu. Berdasarkan hasil survey terhadap 500 pemasok Pemohon
Keberatan yang dilakukan oleh LPEM Ul, dibuktikan bahwa
pemasok mendapat kepastian pembayaran dari Pemohon

do
gu Keberatan karena Pemohon Keberatan selalu membayar tagihan
pemasok tepat waktu (sesuai jadwal). Hal ini dapat dilihat pada

In
A
jawaban responden yang terdapat pada Gambar 4 berikut ini:
ah

Gambar 4

lik
Persentase jawaban responden mengenai ketepatan Carrefour
dalam membayar
am

Selalu tepat
ub
ep
41%
k

waktu
ah

Lebih banyak
41%
R

si
tepat waktu

Lebih banyak

ne
13%
ng

tidak tepat waktu

Selalu tidak tepat


6%
waktu

do
gu

0% 10% 20% 30% 40% 50%


In
A

(Bukti P-29/C188)
7. Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa sebesar 41%
ah

lik

pemasok menyatakan bahwa Pemohon Keberatan selalu tepat


waktu dalam melakukan pembayaran kepada pemasok dan
m

ub

sebesar 41% pemasok menjawab bahwa Pemohon Keberatan


lebih banyak tepat waktu. Hal ini berarti ada lebih dari 80%
ka

pemasok yang puas dengan waktu pembayaran dari Pemohon


ep

Keberatan. Pemasok mendapat kepastian pembavaran vang tinggi


ah

dari Pemohon Keberatan.


R

8. Lebih lanjut, hasil survey LPEM Ul bahkan membuktikan bahwa


es

dibandingkan dengan peritel lain, Pemohon Keberatan lebih


M

ng

on
gu

Hal. 123 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 123
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memberikan kepastian pembayaran bagi pemasok. Hal ini terbukti

R
dari gambar 5 berikut ini:

si
ne
ng
Gambar 5
Persentase jawaban responden mengenai ketepatan pembayaran yang
dilakukan Carrefour dibandingkan dengan pihak lain

do
gu
Pasar tradisional

In
A
Toko tradisional

Perkulakan
ah

lik
Mini market

Supermarket

Departemen store
am

ub
Hypermarket lain

0% 20% 40% 60% 80% 100%


ep
k

(Bukti P-29/C188)
ah

9. Berdasarkan Gambar 5 di atas terlihat persentase pemasok yang


R

si
menjawab bahwa ketepatan pembayaran yang dilakukan oleh
Pemohon Keberatan lebih pasti melebihi 50% dibandingkan

ne
ng

dengan peritel lain. Artinya mayoritas atau sebagian besar


pemasok merasa bahwa dibandingkan dengan tempat memasok

do
gu

lainnya manapun, pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon


Keberatan lebih pasti.
10. Berdasarkan bukti, data ilmiah dan dalil di atas, terbukti bahwa
In
A

Pemohon Keberatan tidak pernah sengaja merugikan pemasok.


Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Pemohon Keberatan
ah

lik

selalu memperhatikan kepentingan para pemasoknya. Pemohon


Keberatan terbukti tidak melakukan tindakan-tindakan yang
m

ub

melanggar UU Antimonopoli dalam menjalankan kegiatan


usahanya. Oleh karena itu sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang
ka

Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir


ep

1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak


ah

melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.


R

B.X.3 PEMOHON KEBERATAN TIDAK PERNAH MENEKAN/MEMAKSA PEMASOK UNTUK


es

MEMBERIKAN HARGA TERMURAH


M

ng

on
gu

Hal. 124 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 124
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
11. Selain bukti-bukti di atas, bukti lain bahwa Pemohon Keberatan

R
tidak pernah sengaja merugikan pemasok adalah fakta bahwa

si
Pemohon Keberatan tidak pernah menekan/memaksa

ne
ng
pemasoknya untuk memberikan harga termurah. Nilai harga dan
barang antara Pemohon Keberatan dan pemasok merupakan hasil
dari kesepakatan kedua pihak yang dilakukan dengan itikad baik

do
gu melalui proses negosiasi. Bahwa pemasok melakukan negosiasi
dengan Pemohon Keberatan dibuktikan berdasarkan hasil survey

In
A
yang dilakukan oleh LPEM Ul terhadap pemasok Pemohon
Keberatan di bawah ini:
ah

lik
Gambar 6
Persentase pemasok yang melakukan dan tidak melakukan
am

ub
proses negosiasi dengan PT Carrefour Indonesia

Tidak, 6.2%
ep
k
ah

si
ne
ng

Ya, 93.8%

(Bukti P-29/C 188)

do
gu

12. Gambar 6 di atas membuktikan bahwa hampir seluruh pemasok


(93,8%) melakukan proses negosiasi dengan Pemohon
In
Keberatan. Adanya proses negosiasi menunjukkan tidak adanva
A

paksaan ataupun tekanan dari Pemohon Keberatan kepada


pemasok. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan
ah

lik

usahanya selalu memegang prinsip saling menguntungkan untuk


seluruh pihak (konsumen, pemasok dan Pemohon Keberatan).
m

ub

13. Pemasok sendiri mengakui bahwa tidak ada tekanan atau


paksaan dari Pemohon Keberatan untuk memberikan harga
ka

termurah. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan bukti Surat


ep

Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI)


ah

kepada KPPU No. B/64/APGAI/VI/2009 tanggal 15 Juni 2009


R

(Bukti P- 38/A60) yang menyatakan bahwa tidak ada pemasok


es
M

yang mengalami masalah bekerjasama dengan Pemohon


ng

Keberatan. Pemohon Keberatan tidak pernah memaksa pemasok.


on
gu

Hal. 125 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 125
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
14. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya

R
sangat membutuhkan pemasok. Pemasok mempunyai banyak

si
pilihan ritel modern lain untuk dipasok selain Pemohon Keberatan

ne
ng
dan jika pemasok berhenti memasok ke Pemohon Keberatan dan
tidak tersedianya barang di Pemohon Keberatan maka konsumen
tidak akan berbelanja di gerai Pemohon Keberatan yang kemudian

do
gu menyebabkan matinya usaha Pemohon Keberatan.
15. Harga jual produk pemasok ke Pemohon Keberatan pun tidak

In
A
lebih rendah daripada harga jual produk pemasok ke pelaku ritel
lainnya. Dari hasil survey LPEM Ul kepada pemasok Pemohon
ah

Keberatan pada Tabel 3 berikut ini terlihat bahwa pemasok tidak

lik
menjual dengan harga lebih rendah ke Pemohon Keberatan, jika
dibandingkan dengan ritel modern lain (hypermarket, supermarket,
am

ub
minimarket, perkulakan, dan department store) serta pasar
tradisional dan toko tradisional.
ep
k

Tabel 3
ah

Persentase pemasok yang menjual dengan harga lebih rendah


R

si
di Carrefour dibandingkan dengan tempat lainnya

ne
ng

Tempat lain YA TIDAK Total


Hypermarket

do
lain 23.7% 76.3% 100.0%
gu

Department
store 20.9% 79.1% 100.0%
In
A

Supermarket 22.9% 77.1% 100.0%


Mini market 22.9% 77.1% 100.0%
Perkulakan 17.8% 82.2% 100.0%
ah

lik

Toko tradisional 26.1% 73.9% 100.0%


Pasar
m

ub

tradisional 27.8% 72.2% 100.0%


ka

(Bukti P-29/C188)
ep

16. Dalam konteks harga termurah ini, Pemohon Keberatan juga


ah

secara tegas menolak pertimbangan Termohon Keberatan pada


R

butir 6.4.9.3.C pada halaman 273 dari Putusan Termohon


es

Keberatan yang pada intinya menyatakan bahwa ada pemaksaan


M

ng

jual rugi terhadap pemasok oleh Pemohon Keberatan. Pemohon


on
gu

Hal. 126 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 126
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keberatan tidak pernah memaksa pemasok untuk memberikan

R
harga lebih rendah.

si
Jikapun ada pemasok yang menjual harga produknya dengan

ne
ng
harga yang lebih rendah ini karena didasari oleh beberapa alasan
yang positif. Hal ini dibuktikan oleh hasil survey terhadap 500
pemasok yang dilakukan oleh LPEM Ul .

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
(BuktiP-29/C188)

ne
ng

17. Berdasarkan Gambar 8 di atas, jelas terlihat alasan-alasan positif


yang mendasari tindakan pemasok menjual dengan harga yang

do
gu

lebih rendah. Alasan terbesar (49%) adalah dikarenakan adanya


volume pembelian vang lebih besar oleh Pemohon Keberatan
dibandingkan dengan peritel modern lainnya. Alasan positif lainnya
In
A

adalah karena adanya kepastian pembavaran dari Pemohon


Keberatan kepada pemasoknya (sebesar 19%), karena adanya
ah

lik

peranan Pemohon Keberatan untuk pengenalan produk pemasok


kepada masyarakat (sebesar 14%) yang mengakibatkan
m

ub

terbantunva inovasi produk pemasok, serta juga karena adanya


sistem jual beli putus antara pemasok dengan Pemohon
ka

Keberatan (sebesar 11%)


ep

Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pemasok yang menjual


ah

dengan harga yang lebih rendah ini bukan didasari karena adanya
R

paksaan dari Pemohon Keberatan terhadap pemasok, namun


es

karena didasari alasan-alasan positif.


M

ng

on
gu

Hal. 127 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 127
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
18. Dengan demikian, terbukti bahwa tindakan pemasok menjual

R
produknya dengan harga yang lebih rendah ini karena didasari

si
oleh alasan-alasan positif. bukan karena dipaksa oleh Pemohon

ne
ng
Keberatan. Pemohon Keberatan tidak pernah memaksa pemasok
untuk menjual dengan harga yang lebih rendah. Pemohon
Keberatan terbukti sama sekali tidak melakukan tindakan yang

do
gu sengaja merugikan pemasok.
19. Berdasarkan kajian ilmiah, pendapat ahli, fakta dan penjelasan di

In
A
atas, maka terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak merugikan
pemasok. Justru banyak hal positif yang dilakukan oleh Pemohon
ah

Keberatan terhadap pemasoknya. Pemohon Keberatan tidak

lik
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar UU Antimonopoli.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat
am

ub
membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4
serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar
ep
UU Antimonopoli dalam perkara ini.
k

C. ARGUMENTASI HUKUM FORMIL


ah

C.I PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA TERMOHON KEBERATAN


R

si
MELANGGAR ASAS AUDI ET ALTERAM PARTEM

1. Termohon Keberatan telah melanggar asas yuridis yang

ne
ng

fundamental, yaitu Asas Audi Et Alteram Partem karena Termohon


Keberatan tidak secara seksama dan tidak secara teliti melakukan

do
gu

pemeriksaan atas setiap bukti-bukti, dokumen-dokumen atau


pendapat yang diajukan oleh Pemohon Keberatan ataupun bukti-
bukti yang ada di dalam berkas perkara yang merupakan hasil
In
A

pemeriksaan dari Termohon Keberatan. Termohon Keberatan


tidak melakukan pertimbangan yang seksama, obyektif, dan
ah

lik

seimbang atas seluruh bukti atau dokumen yang seharusnya


diperiksa oleh Termohon Keberatan.
m

ub

2. Termohon Keberatan sendiri dalam Putusannya secara tegas telah


mengakui bahwa Termohon Keberatan tidak mempertimbangkan
ka

keseluruhan bukti, dokumen dan keterangan yang ada. Butir 3.3.5


ep

halaman 234 Putusan Termohon Keberatan menyatakan:


ah

”....Tim Pemeriksa tidak berada dalam kewajiban hukum untuk


R

mempertimbangkan keseluruhan bukti, dokumen, atau keterangan


es

yang dimilikinya....”.
M

ng

on
gu

Hal. 128 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 128
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Pengakuan dari Termohon Keberatan di atas merupakan bukti

R
yang sempurna, sehingga tidak diperlukan lagi alat bukti lainnya

si
mengenai adanya pelanggaran terhadap asas Audi Et Alteram

ne
ng
Partem yang dilakukan oleh Termohon Keberatan.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Prof. Dr. Sudikno
Mertokusumo, SH, dalam bukunya yang berjudul ”Hukum Acara

do
gu Perdata Indonesia” cetakan pertama, edisi keenam, 2002, terbitan
Liberty Yogyakarta, halaman 174 menyatakan :

In
A
”Dalam hal ini pengakuan bukan hanya sekedar merupakan alat
bukti yang sempurna saja tetapi juga merupakan alat bukti yang
ah

bersifat menentukan...”.

lik
4. Asas Audi Et Alteram Partem merupakan asas fundamental yang
harus dipatuhi dalam setiap proses pemeriksaan oleh lembaga
am

ub
ajudikatif seperti KPPU atau Termohon Keberatan. Dalam konteks
pemeriksaan di Pengadilan, asas ini ditegaskan dalam Pasal 5
ep
ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
k

Kehakiman yang berbunyi :


ah

”Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-


R

si
bedakan orang”
5. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH di dalam bukunya yang

ne
ng

berjudul ”Hukum Acara Perdata Indonesia”, cetakan pertama, edisi


keenam, 2002, terbitan Liberty Yogyakarta, halaman 15

do
gu

menjelaskan asas Audi Et Alteram Partem sebagai berikut :


”Asas bahwa kedua belah pihak harus didengar lebih dikenal
dengan asas ”audi et alteram partem” atau ”Eines mannes Rede
In
A

ist keines Mannes Rede, man soll sie horen alle beide”. Hal ini
berarti bahwa Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah
ah

lik

satu pihak sebagai benar, bila pihak lawan tidak didengar atau
tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya”.
m

ub

6. Sejak proses pemeriksaan dimulai hingga Putusan, Pemohon


Keberatan telah mengajukan bukti-bukti dokumen serta
ka

keterangan kepada Termohon Keberatan yang menunjukkan dan


ep

membuktikan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap Pasal 17


ah

ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli.


R

Akan tetapi, Termohon Keberatan tidak memeriksa bukti-bukti


es

dokumen-dokumen, dan keterangan yang diajukan oleh Pemohon


M

ng

Keberatan, antara lain yaitu :


on
gu

Hal. 129 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 129
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
No Nama Dokumen Keterangan
1 Pangsa pasar Pemohon Pemohon Keberatan tidak

si
Keberatan dalam pasar ritel mempunyai posisi monopoli dan
nasional (pasar tradisional dan posisi dominan atau tidak

ne
ng
pasar modern) berdasarkan menguasai pasar ritel lebih dari
riset AC Nielsen 50% karena pangsa pasar

do
gu (Bukti P-41 / C159) Pemohon Keberatan pada tahun
2008 hanya sebesar 5,3% dan

In
apabila digabung dengan pangsa
A
pasar Ex Alfa hanya sebesar 6,3%.
Dengan demikian, 93,7% pangsa
ah

lik
pasar ritel nasional tidak dikuasai
oleh Pemohon Keberatan. Bagi
am

ub
pemasok, pangsa pasar di luar
Pemohon Keberatan ini jauh lebih
besar.
ep
k

2 Pangsa pasar Pemohon Pemohon keberatan tidak memiliki


Keberatan dalam pasar ritel posisi monopoli atau posisi
ah

R
modern (toko modern) dominan atau tidak menguasai

si
(Bukti P-3 / C160) pasar ritel lebih dari 50% karena

ne
ng

pangsa pasar Pemohon Keberatan


dalam pasar ritel modern pada
tahun 2008 hanya sebesar 14,5%

do
gu

dan apabila digabung dengan


pangsa pasar Carrefour Ex Alfa
In
A

hanya sebesar 17%. Dengan


demikian, 83% pangsa pasar ritel
ah

modern tidak dikuasai oleh


lik

Pemohon Keberatan. Bagi


pemasok, pangsa pasar ritel
m

ub

modern di luar Pemohon


Keberatan ini jauh lebih besar.
ka

ep

Berdasarkan Perpres Ritel dan


ah

Permendag Ritel definisi toko


R

modern adalah minimarket,


es
M

supemarket, department store,


ng

on
gu

Hal. 130 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 130
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hypermarket, department store,

R
hypermarket, dan perkulakan.

si
Dengan demikian Pemohon

ne
ng
Keberatan termasuk dalam
kategori toko modern yang berada
dalam pasar bersangkutan yang

do
gu 3 Peritel Modern Lokal
sama dengan toko modern lainnya.
Tiap-tiap kota mempunyai peritel

In
berdasarkan AC Nielsen modern yang populer bagi
A
(Bukti P-42 / C161) konsumen setempat yang saling
bersaing dengan para peritel
ah

lik
modern lainnya.
am

ub
Bahkan beberapa peritel modern
lokal lebih sukses bersaing
dibandingkan peritel nasional. Bagi
ep
k

pemasok, memasok barang ke


ah

toko-toko lokal ini lebih menarik


R

si
daripada ke Pemohon Keberatan.
4 Keseragaman Produk Menunjukkan bahwa jenis barang

ne
ng

(Assortments) yang dijual dalam toko-toko


(Bukti P-14 / C162) modern yang satu dengan lainnya
relatif adalah sama bahkan

do
gu

sebagian menjual 100% produk


yang sama (seperti obat batuk,
In
A

obat diare, obat tetes mata dan


lainnya). Hal ini berarti bahwa
ah

Pemohon Keberatan bersaing


lik

dengan beragam format toko


modern seperti minimarket,
m

ub

supermarket, perkulakan dan


lainnya.
ka

ep
ah

5 Konsumen Indonesia Menunjukkan bahwa konsumen


R

berbelanja di 4 format ritel rata-rata berbelanja di empat


es

(hypermarket, supermarket, format tersebut dalam setiap


M

ng

minimarket, dan toko bulannya. Dengan demikian,


on
gu

Hal. 131 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 131
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tradisional) masing-masing format ritel modern

R
(Bukti P-43/C163) tersebut bersaing satu sama lain.

si
6 Frekuensi Kunjungan Menunjukkan bahwa konsumen
(frequency of visiting) dalam setiap bulan hanya 2 kali ke

ne
ng
(Bukti P-44 / C163) hypermarket sedangkan kunjungan
ke peritel lainnya seperti

do
gu minimarket dan toko tradisional
jauh lebih sering.
7 Perbandingan frekuensi Berdasarkan tabel ini, konsumen

In
A
kunjungan konsumen toko yang berbelanja di Pemohon
modern Keberatan juga mengunjungi toko
ah

lik
(Bukti P-45 / C163) modern toko modern lainnya
seperti Alfarmart (73%), Indomaret
am

ub
(31%), Ramayana (18%) atau
ep Superindo (13%).
k

Demikian pula, data yang serupa


dapat dilihat di peritel modern lain.
ah

R
Contohnya : konsumen Indomaret

si
berbelanja juga di toko modern

ne
ng

lainnya seperti Pemohon


Keberatan (26%), Giant (6%),
Alfamart (69%), Ramayana (14%),

do
gu

Hero (10%), atau Superindo (8%).


Hal ini menunjukkan bahwa
In
A

masing-masing toko modern


tersebut bersaing satu sama lain.
8 Konsumen berbelanja ke Berdasarkan tabel ini, konsumen
ah

lik

berbagai multiformat yang berbelanja di hypermarket


(Bukti P-46 / C163) juga mengunjungi format ritel
m

ub

lainnya seperti supermarket (44%)


dan minimarket (73%).
ka

Demikian pula, data yang serupa


ep

dapat dilihat di format lainnya.


ah

Contohnya : konsumen minimarket


R

berbelanja juga di hypermarket


es

(43%) dan supermarket (37%). Hal


M

ng

ini menunjukkan bahwa format ritel


on
gu

Hal. 132 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 132
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
modern tersebut bersaing satu

R
dengan yang lain.

si
9 Perilaku Konsumen Menunjukkan bahwa berdasarkan
(Bukti P-47 / C163) perilaku konsumen, masing-

ne
ng
masing toko modern merupakan
pesaing karena :

do
gu 1. Konsumen mempunyai
banyak pilihan toko modern.

In
2. Konsumen tidak mempunyai
A
loyalitas yang tinggi terhadap
merek toko modern tertentu.
ah

lik
3. Penawaran layanan pada
konsumen (consumer services)
am

ub
di berbagai toko cenderung
sama.
10 Perbandingan tingkat Menunjukkan bahwa tingkat
ep
k

keuntungan antara pemasok keuntungan para pemasok jauh


dan peritel lebih tinggi dibandingkan dengan
ah

R
(Bukti P-48 / C164) tingkat keuntungan peritel modern.

si
11 Tabel Perbandingan Total Menunjukkan bahwa penjualan
Penjualan Pemasok Secara Pemasok kepada Pemohon

ne
ng

Global dengan Penjualan Keberatan jumlahnya kecil


Pemasok pada Pemohon dibandingkan dengan total

do
gu

Keberatan saja. penjualan Pemasok. Dengan


(Bukti P-35 / C164) demikian, Pemohon Keberatan
tidak mendominasi Pemasok dan
In
A

Pemasok tidak tergantung pada


Pemohon Keberatan.
ah

lik
m

ub

12 Laporan Keuangan beberapa Menunjukkan bahwa ada


Pemasok yang telah diaudit peningkatan penjualan dari
ka

(Bukti P-5 / C164) beberapa pemasok dari tahun ke


ep

tahun ke tahun. Misalnya,


penjualan Mustika Ratu pada
ah

tahun 2007 sebesar Rp.


es

252.122.829.574,00 dan pada


M

ng

tahun 2008 naik menjadi sebesar


on
gu

Hal. 133 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 133
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rp. 307.804.260.789,00. Hal ini

R
menunjukkan bahwa pemasok

si
tidak mengalami kerugian.
13 Beberapa Toko Modern Menunjukkan bahwa :

ne
ng
mempunyai berbagai format (i) Usaha ritel multiformat
(Bukti P-9 / C 165) merupakan hal yang wajar di

do
gu (ii)
Indonesia;
Para peritel modern

In
berada dalam pasar yang
A
sama dan satu sama lain
saling bersaing;
ah

lik
(iii) Para peritel modern
bersaing melalui berbagai
am

ub
macam format;
Dengan demikian pembelian Alfa
Retailindo oleh Pemohon
ep
k

Keberatan merupakan suatu hal


ah

yang biasa.
R
14 Trading terms toko modern Menunjukkan bahwa :

si
lainnya (i) Trading terms

ne
ng

(Bukti P-49 / C 166) merupakan hal yang wajar dan


biasa (common practice) yang
dilakukan oleh semua peritel

do
gu

modern.
(ii) Beberapa peritel modern
In
A

juga menerapkan trading


terms yang sama pada
ah

hypermarket dan supermarket


lik

yang dimiliki oleh peritel


modern tersebut.
m

ub

15 Peningkatan Inovasi Produk Terdapat inovasi atau peningkatan


Pemasok jumlah produk baru pada para
ka

(Bukti P-50 / C167) pemasok dari tahun ke tahun baik


ep

untuk kategori pangan maupun


ah

non pangan. Dengan demikian,


R

pemohon keberatan tidak


es

menghambat inovasi atau


M

ng

peningkatan produk para


on
gu

Hal. 134 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 134
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pemasoknya.
16 Keterbukaan informasi terkait Menunjukkan bahwa akuisisi Alfa

si
akuisisi Alfa Retailindo telah dilakukan sesuai
(Bukti P-7 / C168) ketentuan hukum yang berlaku.

ne
ng
17 Tanggapan terhadap hasil Menunjukkan bahwa Termohon
Laporan Pemeriksaan Keberatan pada Pemeriksaan

do
gu Pendahuluan (LHPP)
(Bukti P-51 / C169)
Pendahuluan tidak memasukkan,
mempertimbangkan serta
menganalisa seluruh keterangan

In
A
dan dokumen yang disampaikan
oleh Pemohon Keberatan.
ah

lik
Keterangan dan dokumen yang
disampaikan oleh Pemohon
am

ub
Keberatan pada tahap
Pemeriksaan Pendahuluan lebih
lengkap dari hal-hal yang dikutip
ep
k

(terutama pada bagian A) dalam


Laporan Hasil Pemeriksaan
ah

R
Pendahuluan (LHPP) tersebut

si
yang kemudian menjadi dasar

ne
ng

Putusan Termohon Keberatan.


18 Hasil Penelitian mengenai Membuktikan bahwa hypermarket
Perilaku Berbelanja Konsumen pada umumnya dan terlebih lagi

do
gu

Indonesia (2009) (riset MARS pemohon Keberatan khususnya


Indonesia) tidak memiliki posisi dominan dan
(Bukti P-20 / C181) posisi monopoli dalam sektor ritel
In
A

di Indonesia.
ah

lik

Hasil penelitian ini juga dapat


digunakan dalam
m

ub

mempertimbangkan pasar
bersangkutan dalam perkara ini,
ka

yaitu ritel modern yang terdiri dari


ep

supermarket, minimarket,
ah

hypermarket, department store,


R

toko-toko khusus, dan sebagainya.


es

Pada dasarnya seluruh format ritel


M

ng

ini dikunjungi oleh semua


on
gu

Hal. 135 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 135
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
konsumen untuk berbelanja, bukan

R
hanya hypermarket saja apalagi

si
hanya Pemohon Keberatan saja.

ne
ng
Produk-produk yang djual di
masing-masing format ritel
umumnya sama. Dengan

do
gu demikian, pasar bersangkutan
dalam perkara ini bukan hanya

In
A
hypermarket dan supermarket
saja.
19 Tanggapan secara tertulis Menunjukkan bahwa Partisipasi
ah

lik
terhadap pernyataan- Indonesia banyak membuat
pernyataan dari Partisipasi pernyataan-pernyataan yang
am

ub
Indonesia di dalam ”Press spektakular, tidak benar, tidak
Release” sesuai fakta dan sama sekali tidak
(Bukti P-52 / C185) berdasarkan data di dalam salinan
ep
k

”Press Release” tersebut.


ah

Pernyataan-pernyataan ini akan


R

si
menyesatkan masyarakat umum
dan membentuk opini publik yang

ne
ng

salah dan merugikan Pemohon


Keberatan.
20 Bab 4 (Pangsa Pasar Ritel di Membuktikan bahwa pangsa pasar

do
gu

Indonesia) dari Studi Pangsa Pemohon Keberatan di dalam ritel


Pasar Ritel sebagai Lokasi modern, hanya sebesar 5,8%.
In
A

Belanja Konsumen Indonesia


yang dilakukan oleh lembaga Dengan demikian, Pemohon
ah

riset MARS Indonesia Keberatan sama sekali tidak


lik

(Bukti P-53 / C187) memiliki posisi dominan dalam


sektor ritel modern di Indonesia.
m

ub

21 Survey Interaksi Pemasok Hasil penelitian ini antara lain


ka

dengan Pemohon Keberatan membuktikan bahwa :


ep

(hasil riset LPEM UI). (i) Pemasok tidak hanya


ah

(bukti P-29 / C188) memasok ke Pemohon


R

Keberatan saja, tetapi juga


es

memasok ke hypermarket
M

ng

lain, department store,


on
gu

Hal. 136 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 136
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
supermarket, minimarket,

R
perkulakan, toko tradisional

si
dan pasar tradisional.

ne
ng
Artinya, pemasok tidak
tergantung dan tidak harus
memasok hanya ke

do
gu Pemohon Keberatan;
(ii) Pemohon Keberatan

In
A
memberikan tingkat
kepastian pembayaran
ah

kepada pemasok yang lebih

lik
baik dibandingkan dengan
peritel lain. Artinya, pemohon
am

ub
keberatan memperhatikan
hak dan kepentingan
ep
pemasok;
k

(iii) Perjanjian supply barang


ah

(trading terms)
R

si
ditandatangani setelah
melalui proses negosiasi

ne
ng

terlebih dahulu dan


merupakan hasil

do
gu

kesepakatan bersama antara


pemasok dengan Pemohon
Keberatan (demikian pula
In
A

dengan Alfa Retailindo).


Pemohon Keberatan tidak
ah

lik

pernah memaksa pemasok


untuk menandatangani
m

ub

perjanjian;
(iv) Harga jual produk
ka

pemasok ke Pemohon
ep

keberatan tidak lebih rendah


ah

daripada harga jual produk


R

pemasok ke peritel lainnya.


es

Apabila ada sebagian kecil


M

ng

pemasok yang menjual lebih


on
gu

Hal. 137 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 137
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
rendah, hal itu dikarenakan

R
volume pembelian Pemohon

si
Keberatan yang lebih besar

ne
ng
dibandingkan volume
pembelian peritel lain dan
karena adanya kepastian

do
gu pembayaran dari Pemohon
Keberatan;

In
A
(v) Secara umum keadaan
pemasok tidak terpengaruh
ah

bahkan akan tetapi tumbuh

lik
apabila pemasok berhenti
memasok ke Pemohon
am

ub
Keberatan. Artinya, pemasok
tidak tergantung dan tidak
ep
harus memasok hanya ke
k

Pemohon Keberatan;
ah

(vi) Peritel modern


R

si
multiformat menerapkan
standard / draft perjanjian

ne
ng

supply barang (trading terms)


yang sama untuk setiap

do
gu

format yang dimilikinya,


bukan hanya Pemohon
Keberatan; dan
In
A

(vii) Pemohon Keberatan


mendorong terjadinya
ah

lik

inovasi-inovasi pada
perusahaan masing-masing
m

ub

pemasok (jenis dan varian


produknya).
ka

22 Salinan Contoh Perjanjian Menunjukkan bahwa trading terms


ep

Nasional antara Pemohon Pemohon Keberatan telah sesuai


Keberatan dengan Pemasok dengan peraturan yang berlaku.
ah

tahun 2005
es

(Bukti P-54 / C192)


M

23 Salinan Contoh Perjanjian Menunjukkan bahwa trading terms


ng

on
gu

Hal. 138 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 138
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nasional antara Pemohon pemohon keberatan telah sesuai

R
Keberatan dengan Pemasok dengan peraturan yang berlaku.

si
tahun 2006-2008

ne
ng
(Bukti P-55 / C193)
24 Salinan Contoh Kontrak Menunjukkan bahwa trading terms
Nasional antara Pemohon Pemohon Keberatan telah sesuai

do
gu Keberatan dengan Pemasok
tahun 2009
dengan peraturan yang berlaku.

In
(Bukti P-56 / C194)
A
25 Tanggapan secara tertulis Menunjukkan bahwa Partisipasi
terhadap pernyataan- Indonesia banyak membuat
ah

lik
pernyataan dari Partisipasi pernyataan-pernyataan yang
Indonesia di dalam ”Fact spektakular, tidak benar, tidak
am

ub
Sheet” (Bukti P-28 / C195) sesuai fakta dan sama sekali tidak
berdasarkan data. Pernyataan-
pernyataan ini akan menyesatkan
ep
k

masyarakat umum dan


membentuk opini publik yang salah
ah

R
dan merugikan pemohon

si
keberatan.

ne
ng

7. Selanjutnya, di dalam 120 hari jangka waktu pemeriksaan (30 hari


Pemeriksaan Pendahuluan, 60 hari Pemeriksaan Lanjutan dan 30

do
gu

hari perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan), Termohon Keberatan


hanya melakukan pemanggilan kepada Pemohon Keberatan
sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada tanggal 13 April 2009, 12 Mei
In
A

2009, dan 10 September 2009. Di dalam 3 (tiga) perteman


tersebut, Termohon Keberatan meminta keterangan yang
ah

lik

berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dari Pemohon


Keberatan hanya di 1 (satu) pertemuan, yaitu sebagaimana
m

ub

tercatat pada BAP Pemohon Keberatan tanggal 10 September


2009. Sedangkan di dalam 2 pertemuan lain, termohon Keberatan
ka

hanya meminta tanggapan dari Pemohon Keberatan terhadap


ep

Laporan Dugaan Pelanggaran dan Surat Perubahan Perilaku


ah

(Bukti P-18, P-57 dan P-8 / B1, B6 dan B20). Selain itu, termohon
R

keberatan hanya mencantumkan dan menggunakan 6 butir


es

kutipan keterangan dari Pemohon Keberatan sebagai bahan


M

ng

pertimbangan di dalam LHPL yang menjadi dasar dalam Putusan


on
gu

Hal. 139 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 139
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Termohon Keberatan. Bahkan 2 dari 6 butir tersebut merupakan

R
butir yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Termohon Keberatan

si
tidak berlaku adil karena seharusnya keterangan Pemohon

ne
ng
Keberatan yang menjadi sumber utama lagi Termohon Keberatan
dalam memeriksa perkara ini.
8. Dalam butir 3.3.12, 3.3.13 dan 3.3.14 halaman 235 Putusan

do
gu Termohon Keberatan, Termohon Keberatan pada intinya
menyatakan bahwa berdasarkan pasal 42 UU Antimonopoli,

In
A
keterangan Terlapor merupakan alat bukti yang berada pada
urutan terakhir sehingga bukan merupakan sumber utama bagi
ah

Termohon Keberatan dalam melakukan pemeriksaan perkara ini.

lik
9. Termohon keberatan SALAH menerapkan Pasal 42 UU
Antimonopoli. Pasal 42 UU Antimonopoli mengatur bahwa
am

ub
keterangan dari Pemohon Keberatan selaku pelaku usaha
merupakan salah satu alat bukti yang sah dalam melakukan
ep
pemeriksaan dalam perkara persaingan usaha, di samping alat
k

bukti lainnya, seperti keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan


ah

atau dokumen dan petunjuk. Pasal 42 UU Antimonopoli tidak


R

si
mengatur adanya urutan alat bukti yang harus diutamakan.
Dengan demikian, kelima alat bukti yang disebutkan dalam Pasal

ne
ng

42 UU Antimonopoli, termasuk keteranagn dari Pemohon


Keberatan, sudah seharusnya menjadi alat bukti utama bagi

do
gu

termohon keberatan dalam melakukan pemeriksaan perkara ini.


Oleh karena itu, pertimbangan Termohon Keberatan yang
menyatakan bahwa keterangan Pemohon Keberatan bukan
In
A

sumber utama dalam pemeriksaan perkara ini adalah


pertimbangan yang SALAH sehingga Putusan Termohon
ah

lik

Keberatan patut dibatalkan.


10. Selanjutnya, Pemohon Keberatan pada tanggal13 Oktober 2009
m

ub

juga telah menyampaikan tanggapan / pembelaannya terhadap


LHPL disertai bukti-bukti relevan yang menunjukkan bahwa
ka

Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal


ep

25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Namun demikian, Termohon


ah

Keberatan tidak mempertimbangkan serta menganalisa secara


R

teliti dan seksama seluruh bukti-bukti tersebut dalam membuat


es

Putusan dalam Perkara a qua.


M

ng

on
gu

Hal. 140 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 140
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
11. Pemohon Keberatan juga telah berinisiatif berulang kali meminta

R
pertemuan intensif yang khusus antara Termohon Keberatan

si
dengan Pemohon Keberatan, yang bertujuan untuk membahas

ne
ng
lebih dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkara ini supaya
terdapat kejelasan dari masing-masing pihak dalam memahami
perkara ini. Hal ini dilakukan secara lisan sebagaimana yang

do
gu terdapat dalam BAP Pemohon Keberatan tanggal 12 Mei 2009
butir 9 :

In
A
“Kami berharap adanya forum yang bisa kami manfaatkan untuk
berdiskusi dan berdialog untuk memperjelas dimana letak
ah

kesalahan kami dan apa dasar-dasar dari Laporan KPPU serta

lik
bagaimana format perubahan perilaku yang diharapkan oleh
KPPU...”.
am

ub
Bukti (P-8 / B20)
Dan secara tertulis melalui surat No. 048AR09 01 tanggal 22 Mei
ep
2009 (Bukti P-58 / C170). Pemohon Keberatan memiliki itikad baik
k

untuk membahas dan memperjelas pokok permasalahan dari


ah

perkara ini namun Pemohon Keberatan sama sekali tidak


R

si
mendapat tanggapan dari Termohon Keberatan. Hal ini
menunjukkan bahwa Termohon Keberatan telah berlaku tidak adil

ne
ng

dan tidak memiliki itikad baik dalam melakukan pemeriksaan atas


perkara ini.

do
gu

12. Selain bukti, dokumen dan keterangan dari Pemohon Keberatan,


Termohon Keberatan juga tidak memeriksa dengan adil, seksama
dan teliti bukti, dokumen dan keterangan dari pihak-pihak lain yang
In
A

dimintai keterangannya oleh Termohon Keberatan sendiri, seperti :


a.Surat dari Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia
ah

lik

(APGAI) tanggal 15 Juni 2009 (Bukti P-38 / A60) yang


menegaskan bahwa anggota APGAI yang ermitra dengan
m

ub

Pemohon Keberatan tidak mengalami masalah dalam


melakukan kerja sama dengan Pemohon Keberatan. Namun,
ka

keterangan dari APGAI ini tidak dipertimbangkan sama sekali


ep

oleh Termohon Keberatan dalam Putusannya ;


ah

b. Dokumen dan informasi dari AC Nielsen tentang pola belanja


R

konsumen yang diminta oleh Termohon Keberatan sendiri


es

berdasarkan surat Nomor : 568/AK/ATP-PL/VII/2009 tanggal


M

ng

31 Juli 2009 (Bukti P-59/A91). Data dan informasi tersebut


on
gu

Hal. 141 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 141
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sama sekali tidak digunakan oleh Termohon Keberatan dalam

R
memutus perkara a quo. Sebagai catatan, Pemohon Keberatan

si
juga telah menyerahkan dokumen dan informasi dari AC

ne
ng
Nielsen dan MARS Indonesia tentang pangsa pasar, namun
dokumen dan informasi ini juga tidak digunakan oleh Termohon
Keberatan;

do
gu c.Dokumen dan informasi dari pelaku usaha ritel modern lain
seperti PT. Makro Indonesia, PT. Panen Lestari Internusa, PT.

In
A
Gelael Supermarket, PT. Tip Top Supermarket, PT. Akur
Pratama, dan lain-lain, juga tidak diperiksa dan
ah

dipertimbangkan oleh Termohon Keberatan dalam Putusannya

lik
(Bukti P-60 / A102-A109). Padahal seharusnya dokumen dan
informasi tersebut digunakan oleh Termohon Keberatan dalam
am

ub
rangka menentukan pesaing dan pangsa pasar Pemohon
Keberatan. Karena dokumen dan informasi dari pelaku usaha
ep
ritel modern lain tidak diperiksa, maka Putusan Termohon
k

Keberatan terutama mengenai pasar bersangkutan dan pangsa


ah

pasar Pemohon Keberatan adalah SALAH.


R

si
Seluruh hal di atas menunjukkan bahwa Termohon Keberatan
telah bertindak tidak adil karena Termohon Keberatan tidak

ne
ng

memeriksa dan mempertimbangkan seluruh bukti, dokumen dan


keterangan dengan lengkap dan teliti, melainkan hanya mengutip

do
gu

dokumen dan keterangan secara sepihak dengan tujuan


mendukung pendapat dari Termohon Keberatan secara sepihak,
BUKAN mencari kebenaran.
In
A

13. Dengan demikian, terbukti bahwa Termohon Keberatan telah


melanggar asas Audi Et alteram Partem. Oleh karena itu, kami
ah

lik

mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat untuk membatalkan


amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4 dan
m

ub

menyatakan bahwa Pemohon keberatan tidak melanggar UU


Antimonopoli.
ka

C.II PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA


ep

PERTIMBANGAN DALAM PUTUSAN YANG TERKAIT KETERANGAN


ah

AHLI DAN HASIL SURVEY YANG DIAJUKAN OLEH PEMOHON


R

KEBERATAN TIDAK BERDASAR.


es

1. Kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat untuk membatalkan


M

ng

amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4 karena butir


on
gu

Hal. 142 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 142
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4.8, 4.10, dan 4.11 dalam Putusan Termohon Keberatan yang

R
terkait dengan bukti keterangan ahli Kurnia Toha, SH., LL.M,

si
Ph.D., Dr. Andi Fahmi Lubis, dan Dr. Arindra A. Zainal serta hasil

ne
ng
survey LPEM UI adalah tidak berdasar sama sekali.
2. Pertama, pendapat ahli Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D dan Dr. Andi
Fahmi Lubis yang diuraikan dalam forum seminar ilmiah bernilai

do
gu sebagai alat bukti yang sah berdasarkan ketentuan UU
Antimonopoli. Pasal 42 UU Antimonopoli menyatakan :

In
A
”Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi berupa :
d. Keterangan saksi,
ah

e. Keterangan ahli

lik
f. Surat dan atau dokumen
g. Petunjuk
am

ub
h. Keterangan pelaku usaha”.
3. Ketentuan Pasal 42 UU Antimonopoli ini jelas menyatakan bahwa
ep
salah satu alat bukti pemeriksaan adalah keterangan ahli. Tidak
k

ada ketentuan dalam pasal tersebut yang menyatakan bahwa


ah

keterangan ahli harus diajukan secara khusus dan tidak dapat


R

si
berasal dari kutipan pendapat ilmiah yang diuraikan dalam forum
seminar ilmiah. Dengan demikian, butir 4.8 halaman 237 Putusan

ne
ng

Termohon Keberatan bahwa kutipan pendpat ahli bukan alat bukti


yang sah adalah tidak berdasar.

do
gu

4. Selain itu, koran atau media massa yang mengutip pendapat ahli
dalam forum seminar ilmiah juga merupakan dokumen publik yang
telah secara resmi diajukan oleh Pemohon Keberatan dalam
In
A

proses pemeriksaan. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan


Pasal 42 UU Antimonopoli, dokumen berupa koran atau media
ah

lik

massa merupakan alat bukti yang sah dalam pemeriksaan


Termohon Keberatan ini.
m

ub

5. Kedua, Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D., merupakan seorang doktor


ilmu hukum yang ahli dibidang hukum persaingan usaha sehingga
ka

mempunyai kompetensi untuk memberikan pendapat ahli


ep

berkaitan dengan hal persaingan usaha dan UU Antimonopoli.


ah

Beliau merupakan seorang ahli hukum persaingan usaha yang


R

juga dibuktikan dengan kedudukannya sebagai Ketua Umum pada


es

Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Universitas


M

ng

on
gu

Hal. 143 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 143
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Indonesia (Bukti P-17). Oleh karena itu, Termohon Keberatan

R
seharusnya memperhatikan dengan seksama pendapat ahli ini.

si
6. Ketiga, pendapat doktor ahli ekonomi Dr. Arindra A Zainal dalam

ne
ng
perkara ini juga merupakan keterangan yang patut untuk
dipertimbangkan oleh Termohon Keberatan karena merupakan
bukti yang kuat dan valid. Dr. Arindra A Zainal merupakan ahli

do
gu ekonomi khususnya di bidang struktur pasar, sehingga ia
merupakan orang yang mempunyai kompetensi untuk memberikan

In
A
pendapat ahli dalam perkara ini.
7. Keempat, butir 5.29 halaman 257 Putusan Termohon Keberatan
ah

yang pada intinya menyatakan bahwa hasil survey LPEM UI harus

lik
didukung oleh alat bukti lainnya ini tidak benar karena dalam
kenyataannya hasil survey LPEM UI ini juga didukung oleh
am

ub
berbagai alat bukti lainnya baik yang diajukan oleh Pemohon
Keberatan atau bukti-bukti yang ada di dalam berkas Termohon
ep
Keberatan.
k

8. Misalnya, di dalam berkas Termohon Keberatan ada surat dari


ah

Sekjen APGAI No. B/64/APGAI/VI/2009 tanggal 15 Juni 2009 yang


R

si
menunjukkan bahwa Pemohon Keberatan tidak melakukan
paksaan atau tekanan terhadap pemasok (Bukti P-38 / A60).

ne
ng

Selain itu, terdapat bukti lain yaitu data pertumbuhan jenis produk
dari AC Nielsen (Bukti P-39) dan contoh pemasok Pemohon

do
gu

Keberatan (PT. Lotus Mas) yang berkembang setelah menjadi


pemasok Pemohon Keberatan yang mendukung riset LPEM UI
bahwa Pemohon Keberatan membantu inovasi produk pemasok.
In
A

9. Hasil survey LPEM UI tersebut justru merupakan bukti yang valid


dan merupakan representasi dari jumlah pemasok Pemohon
ah

lik

Keberatan dibandingkan dengan keterangan dari 5 (lima) pihak


yang digunakan oleh Termohon Keberatan yang tidak bernilai
m

ub

saksi dan mempunyai konflik kepentingan seperti yang


disampaikan dalam bagian C.III halaman 137-141 dari Keberatan
ka

Pemohon Keberatan ini.


ep

10. Berdasarkan seluruh hal di atas, terbukti bahwa pertimbangan


ah

termohon keberatan dalam putusan termohon keberatan


R

merupakan pertimbangan yang salah karena seluruh bukti-bukti


es

yang diajukan oleh Pemohon Keberatan merupakan bukti-bukti


M

ng

yang valid dan patut dipertimbangkan. Oleh karena itu, sudah


on
gu

Hal. 144 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 144
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar

R
Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4 dan menyatakan

si
bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli

ne
ng
dalam perkara a quo.
C.III PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
PUTUSAN TERSEBUT DIDASARKAN ATAS KETERANGAN DARI

do
gu PIHAK YANG TIDAK PUNYA KAPASITAS SEBAGAI SAKSI SERTA
PIHAK YANG MEMPUNYAI BENTURAN KEPENTINGAN

In
A
1. Kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 karena Putusan
ah

Termohon Keberatan didasarkan atas keterangan dari pihak yang

lik
tidak mempunyai kapasitas sebagai Saksi dan didasarkan atas
keterangan dari pihak yang mempunyai benturan kepentingan
am

ub
(conflict of interest).
2. Pasal 42 UU Antimonopoli menyatakan :
ep
”Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi berupa :
k

a. Keterangan saksi
ah

b. Keterangan ahli
R

si
c. Surat dan atau dokumen
d. Petunjuk

ne
ng

e. Keterangan pelaku usaha”


Berdasarkan ketentuan di atas, salah satu alat bukti yang sah

do
gu

dalam perkara ini adalah keterangan saksi. Persoalannya, pihak


yang dimintai keterangan oleh Termohon Keberatan harus benar-
benar pihak yang memenuhi kualifikasi sebagai saksi.
In
A

3. Dalam UU Antimonopoli tidak terdapat ketentuan yang


mendefinisikan apa atau siapa yang dimaksud dengan saksi. Oleh
ah

lik

karena itu, ketentuan mengenai siapa pihak yang mempunyai


kualifikasi sebagai saksi dapat mengacu kepada hukum lainnya
m

ub

yang berlaku, yaitu dalam ketentuan Hukum Acara Perdata dan


Hukum Acara Pidana.
ka

4. Pasal 171 HIR / RIB menyatakan sebagai berikut :


ep

”(1) Tiap-tiap kesaksian harus berisi segala sebab pengetahuan


ah

b. Pendapat-pendapat atau persangkaan yang istimewa, yang


R

disusun dengan kata akal, bukan kesaksian”.


es

Ahli hukum R. Soesilo dalam bukunya ”RIB/HIR dengan


M

ng

Penjelasan”, Bogor: POLITEIA, 1995, halaman 125, menyatakan


on
gu

Hal. 145 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 145
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa ”penjelasan dari Pasal 171 HIR/RIB ini adalah bahwa

R
seorang saksi harus memberikan keterangan dari hal-hal yang ia l

si
ihat, dengar dan alami sendiri, dan bukanlah yang ia tahu dari

ne
ng
keterangan orang lain....” (Bukti P-61).
5. Pasal 1 angka 25 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (UU
No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana) menyatakan :

do
gu “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyelidikan, penuntutan, dan peradilan tentang

In
A
suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri”.
ah

Berdasarkan kedua ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa

lik
pihak yang dapat dikualifikasikan sebagai saksi adalah pihak yang
mendengar, melihat dan mengalami sendiri suatu peristiwa (bukan
am

ub
pihak yang hanya mendengar dari orang lain atau menyampaikan
sesuatu berdasarkan pendapatnya sendiri). Dengan demikian,
ep
pihak yang tidak memenuhi kualifikasi tersebut tidak dapat
k

dijadikan sebagai saksi dan keterangan yang disampaikan tidak


ah

mempunyai nilai kesaksian atau tidak sah.


R

si
6. Termohon Keberatan dalam mengeluarkan putusannya
mendasarkan pada keterangan-keterangan dari pihak-pihak : (i)

ne
ng

ketua nampa dan (ii) ketua AP3MI. Namun demikian, pihak-pihak


tersebut tidak mempunyai kapasitas untuk menjadi saksi karena

do
gu

ternyata kedua pihak tersebut bukan pemasok dari pemohon


keberatan. Hal ini secara tegas diakui dan dinyatakan sendiri oleh
kedua pihak tersebut dalam BAP-nya.
In
A

Ketua Nampa Indonesia dalam butir 5 BAP tanggal 21 Juli 2009


menyatakan :
ah

lik

“Saya tidak memasok ke pasar modern seperti Carrefour, tetapi


saya tetap memasok ke tiptop, Diamond”.
m

ub

(Bukti P-36/B9).
Ketua Umum AP3MI dalam butir 15 BAP tanggal 4 Mei 2009
ka

menyatakan :
ep

1 Pertanyaan Sudah berapa tahun perusahaan Bapak menjadi


ah

5 supplier Carrefour?
R

Jawaban Saya sampai saat ini belum menjadi supplier


es

carrefour”
M

(Bukti P-37/B3)
ng

on
gu

Hal. 146 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 146
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Berdasarkan kutipan BAP di atas terbukti bahwa kedua pihak di

R
atas tidak mempunyai kapasitas sebagai saksi sehingga

si
keterangan-keterangan yang disampaikannya tidak mempunyai

ne
ng
nilai kesaksian. Namun demikian, termohon keberatan secara
keliru dan tidak cermat telah menggunakan keterangan-
keterangan dari kedua pihak itu sebagai dasar dalam

do
gu mengeluarkan putusannya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Putusan termohon keberatan telah didasarkan atas

In
A
keterangan dari pihak yang tidak mempunyai kapasitas sebagai
saksi. Keterangan-keterangan yang disampaikan oleh kedua pihak
ah

tersebut bukan didasarkan atas dasar pengalamannya sendiri.

lik
8. Termohon keberatan juga mendasarkan Putusannya pada
keterangan dari pihak-pihak yang mempunyai benturan
am

ub
kepentingan, yaitu (i) Ketua Gabungan Elektronik (Gabel); (ii)
Koordinator Aliansi Pemasok dan (iii) Direktur Utama Ultra Jaya
ep
(Bukti P-62, P-15, P-63/B11, B2, dan B18). Ketiga pihak tersebut
k

merupakan pihak yang mempunyai kepentingan tertentu antara


ah

lain menginginkan agar trading terms diubah serendah-rendahnya


R

si
sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi
mereka. Oleh karena itu, keterangan atau pendapat yang mereka

ne
ng

sampaikan merupakan keterangan atau pendapat yang subyektif,


sepihak dan mengandung kepentingan tertentu.

do
gu

9. Termohon Keberatan seharusnya tidak menerima begitu saja


keterangan atau pendapat dari ketiga pihak tersebut. Termohon
keberatan seharusnya terlebih dahulu menguji kebenaran
In
A

keterangan tersebut dan meminta pendapat atau klarifikasi dari


pemohon keberatan sebagai pihak yang sangat berkaitan dengan
ah

lik

perkara ini. Namun demikian, termohon keberatan dalam perkara


ini begitu saja menerima keterangan dari ketiga pihak tersebut
m

ub

tanpa meminta klarifikasi / pendapat dari pemohon keberatan.


Termohon keberatan dalam perkara ini. Padalah berdasarkan
ka

pasal 42 huruf e UU Antimonopoli di atas, salah satu alat bukti


ep

yang sah dalam perkara ini adalah keterangan dari pelaku usaha,
ah

yaitu pihak Pemohon Keberatan.


R

10. Termohon keberatan dalam perkara ini hanya meminta keterangan


es

atau pendapat dari pihak-pihak tertentu secara selektif dan


M

ng

terbatas (tidak representatif) dengan motivasi hanya untuk


on
gu

Hal. 147 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 147
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mendukung tuduhan-tuduhan termohon keberatan kepada

R
pemohon keberatan. Termohon keberatan sama sekali tidak

si
mempunyai niat untuk mencari kebenaran yang sesungguh-

ne
ng
sungguhnya dalam perkara ini. Termohon keberatan seharusnya
memeriksa seluruh atau sebagian besar pemasok Pemohon
Keberatan yang jumlahnya sangat banyak. Apabila Termohon

do
gu Keberatan memeriksa atau meminta keterangan dari seluruh
pemasok pemohon Keberatan dalam jumlah yang lebih banyak,

In
A
tentunya termohon keberatan akan memperoleh hasil yang
berbeda atau bertentangan dengan hal-hal yang disampaikan oleh
ah

pihak-pihak yang dipanggil oleh Termohon keberatan tersebut.

lik
11. Hal ini terbukti karena berdasarkan survey LPEM Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia terhadap sekitar 500 pemasok
am

ub
Pemohon Keberatan ternyata hal-hal yang disampaikan oleh
pihak-pihak yang dipanggil oleh Termohon Keberatan tersebut
ep
berbeda atau bertentangan dengan keterangan atau pendapat
k

yang diperoleh dari hasil rise terhadap sekitar 500 pemasok


ah

Pemohon Keberatan. Dengan demikian, putusan termohon


R

si
keberatan pada butir 5.28 halaman 257 yang menyatakan bahwa
seluruh pemasok akan mempunyai kehendak yang sama dengan

ne
ng

pihak yang dimintai keterangan merupakan pernyataan yang tidak


berdasar dan bertentangan dengan bukti-bukti.

do
gu

12. Selain itu, berdasarkan hasil survey LPEM UI yang valid dan
representatif tersebut justru tuduhan-tuduhan yang disampaikan
oleh Termohon Keberatan kepada Pemohon Keberatan tidak
In
A

terbukti.
13. Lebih jauh, Termohon Keberatan dalam Putusannya juga
ah

lik

mendasarkan pada keterangan atau pendapat pihak yang


bernama Idqan Fahmi. Namun demikian, berdasarkan keterangan
m

ub

Idqan Fahmi sendiri ternyata sebelumnya antara termohon


Keberatan dan Idqan Fahmi ada hubungan tertentu atau pernah
ka

bekerjasama mengenai hal tertentu. Butir 4 BAP Idqan Fahmi


ep

tanggal 4 September 2009 menyatakan :


ah

”4. ....... saya sudah bekerjasama dengan KPPU untuk


R

pembekalan ekonomi industri dan organissi industri”.


es

(Bukti P-64/B16)
M

ng

on
gu

Hal. 148 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 148
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian, keterangan-keterangan atau pendapat dari

R
Idqan Fahmi tersebut patut diragukan kebenaran, independensi

si
dan obyektifitasnya dalam perkara ini.

ne
ng
14. Berdasarkan dalil dan analisa di atas terbukti bahwa Putusan
Termohon Keberatan didasarkan atas keterangan atau pendapat
dari pihak-pihak yang tidak mempunyai nilai kesaksian, atau pihak-

do
gu pihak yang mempunyai benturan kepentingan bahkan dari pihak
yang tidak independen dan mempunyai hubungan tertentu dengan

In
A
Termohon Keberatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis
Hakim yang terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
ah

Keberatan butir 1,3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon

lik
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli.
C.IV PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
am

ub
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR ASAS PRADUGA TIDAK
BERSALAH DALAM PROSES PERKARA INI.
ep
1. Kami mohon Majelis Hakim Yang Termormat
k

membatalkan putusan Termohon Keberatan karena Termohon


ah

Keberatan telah melanggar asas praduga tidak bersalah


R

si
(presumption of innocence) dalam pemeriksaan perkara ini.
2. Salah satu asas yang wajib dijunjung tinggi oleh

ne
ng

Termohon Keberatan dalam proses hukum adalah asas


praduga tidak

do
gu

bersalah (presumption of innocence). Asas ini mengandung arti


bahwa setiap pihak yan diperiksa harus dianggap tidak bersalah
sebelum adanya putusan yang menyatakan kesalahannya dan
In
A

putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap.


3. Asas praduga tidak bersalah ini merupakan asas
ah

lik

yang sangat fundamental dan diakui secara tegas dalam berbagai


peraturan perundang-undangan, antara lain dalam Pasal 8
m

ub

Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman


yang menyatakan :
ka

”Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dan / atau


ep

dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah


ah

sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya


R

dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.


es

4. Selain itu, Prof. Erman Rajagukguk, SH.,LL.M.,Ph.D


M

ng

dalam pendapat hukumnya pada halaman 23 menyatakan :


on
gu

Hal. 149 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 149
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
”Dalam proses pemeriksaan suatu perkara, maka penegak hukum

R
berkewajiban untuk tetap menjunjung tinggi prinsip praduga tidak

si
bersalah. Karena si terlapor dalam perkara Persaingan Usaha

ne
ng
adalah pihak yang belum dinyatakan bersalah, maka seyogyanya
pihak KPPU tidak banyak menyampaikan pernyataan-pernyataan
mengenai perkara yang sedang diperiksa....”.

do
gu (Bukti P-2)
5. Berdasarkan ketentuan dan pendapat ahli di atas,

In
A
Termohon Keberatan wajib menghormati dan memperlakukan
Pemohon Keberatan sebagai pihak yang tidak bersalah sampai
ah

dikeluarkannya Putusan dan Putusan tersebut mempunyai

lik
kekuatan hukum yang tetap. Oleh karena itu, Termohon keberatan
tidak boleh mengeluarkan berbagai pernyataan kepada publik
am

ub
terutama mengenai substansi perkara yang dapat menyudutkan
atau merugikan pemohon keberatan.
ep
6. Namun demikian, termohon keberatan dalam
k

perkara ini sering mengeluarkan berbagai pernyataan kepada


ah

publik yang menyudutkan pemohon keberatan seolah-olah


R

si
pemohon keberatan telah melanggar UU Antimonopoli.
Pernyataan tersebut disampaikan bahkan sebelum Termohon

ne
ng

Keberatan memanggil Pemohon Keberatan untuk dimintai


pendapat atau keterangannya mengenai perkara ini. Sebagai

do
gu

contoh, termohon keberatan kepada detikfinance. Com tanggal 26


Agustus 2008 dalam artikel berjudul ”KPPU Selidiki Penjualan
Makro” telah mengeluarkan pernyataan sebagai berikut :
In
A

”Carrefour dengan market power yang besar mampu menekan


pemasok dan meniadakan pilihan bagi pemasok untuk melakukan
ah

lik

transaksi dagang dengan pihak luar carrefour.


Carrefour juga dinilai Iqbal cenderung melakukan monopoli
m

ub

dengan terus menerus menerapkan trading terms dalam program


bentuk program minus margin, yang mengharuskan pemasok
ka

tidak memberi harga lebih murah kepada pesaing carrefour”.


ep

(Bukti P-65)
ah

Pernyataan di atas dinyatakan kepada publik oleh Termohon


R

Keberatan jauh hari sebelum proses perkara dimulai dan sebelum


es

Termohon Keberatan memanggil Pemohon Keberatan untuk


M

ng

dimintai pendapat atau keterangannya.


on
gu

Hal. 150 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 150
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Selain itu, selama proses pemeriksaan perkara Termohon

R
Keberatan juga sering mengeluarkan berbagai pernyataan kepada

si
publik yang merugikan dan menyudutkan pemohon keberatan.

ne
ng
Sebagai contoh, termohon keberatan dalam investor daily pada
tanggal 14 April 2009 menyatakan sebagai berikut :
”KPPU menilai, penyamaan persyaratan daging antara carrefour

do
gu dan Alfa Retailindo (Alfa) memberatkan pemasok”.
Selain itu, Ir. Dedie S. Martadisastra, SE., MM pada Koran Tempo

In
A
tanggal 15 Mei 2009 menyatakan :
“Pelanggaran Pasal 17 dan Pasal 25 dipicu oleh akuisisi....”
ah

8. Pernyataan-pernyataan Termohon keberatan kepada publik di atas

lik
jelas bertentangan atau melanggar asas praduga tidak bersalah
yang seharusnya dijunjung tinggi oleh termohon keberatan. Hal ini
am

ub
sesuai dengan keterangan ahli Prof. Erman Rajagukguk,
SH.,LL.M.,Ph.D dalam pendapat hukumnya pada halaman 24
ep
yang menyatakan :
k

“Prinsip due process of law pada intinya mengatur bahwa pelaku


ah

usaha yang sedang diperiksa haruslah dapat diperiksa secara


R

si
adil, jujur, transparan dan tidak memihak. Berdasarkan prinsip ini
pelaku usaha juga harus diberikan kesempatan untuk membela

ne
ng

diri dan diperlakukan sesuai dengan prinsip praduga tidak


bersalah. Oleh karenanya pernyataan-pernyataan kepada media

do
gu

massa oleh tim KPPU mengenai perkara yang sedang diperiksa


dapat melanggar prinsip-prinsip due process of law,
melanggar prinsip profesionalisme dan netralitas dalam
In
A

pemeriksaan suatu perkara”.


(Bukti P-2)
ah

lik

9. Selain itu, pernyataan Termohon Keberatan tersebut juga


bertentangan dengan Kode Etik dan Mekanisme Kerja KPPU No.
m

ub

06/KPPU/Kep/XI/2000 (Kode Etik KPPU”) dalam bagian V angka 4


Kode Etik KPPU tersebut secara tegas dinyatakan sebagai
ka

berikut :
ep

“Anggota Komisi dilarang memberi informasi kepada publik yang


ah

dapat mempengaruhi keputusan komisi atas suatu kasus yang


R

sedang ditangani”.
es

Pernyataan atau pemberian informasi kepada publik tersebut jelas


M

ng

bertentangan dengan prinsip kerahasiaan informasi yang diatur


on
gu

Hal. 151 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 151
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam kode Etik KPPU. Hal ini karena secara langsung maupun

R
tidak langsung pernyataan-pernyataan tersebut akan

si
mempengaruhi Putusan Termohon Keberatan di kemudian hari.

ne
ng
Dalam kasus ini termohon keberatan justru secara sengaja
membentuk opini publik seolah-olah Pemohon Keberatan
melanggar UU Antimonopoli sekalipun proses perkara baru

do
gu dimulai atau sedang berjalan. Namun demikian, anehnya
termohon keberatan menghapuskan ketentuan yang penting

In
A
tersebut dalam kode etik yang baru berdasarkan Keputusan
Termohon Keberatan No. 22/KPPU/KEP/I/2009 tanggal 28 Januari
ah

2009. Hal ini menunjukkan bahwa Termohon Keberatan memang

lik
tidak mempunyai komitmen untuk menghormati atau menegakkan
asas praduga tidak bersalah.
am

ub
10. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H.,MLI pada artikel Investor
Daily berjudul “KPPU Perlu Kelengkapan Kode Etik” tanggal 15-16
ep
Agustus 2009 menyatakan :
k

“Ningrum menyayangkan selama proses pemeriksaan, KPPU


ah

banyak mengeluarkan berbagai pernyataan atau informasi kepada


R

si
publik mengenai dugaan atau tuduhan lembaga tersebut terhadap
pihak terlapor. Pernyataan-pernyataan tersebut bahkan

ne
ng

dikeluarkan sebelum KPPU memanggil para pihak atau terlapor.


Hal ini menunjukkan KPPU tidak menghormati asas praduga tidak

do
gu

bersalah”.
(Bukti P-66)
11.Kajian LKPU FH UI, dalam kajiannya yang disampaikan oleh
In
A

Kurnia Toha, SH.,LL.M., Ph.D menyatakan :


“Dalam perkara carrefour ini KPPU sering mengeluarkan berbagai
ah

lik

pernyataan kepada publik melalui media massa. Pernyataan-


pernyataan atau informasi tersebut seringkali bukan hanya
m

ub

mengenai prosedur perkara, melainkan sudah menyangkut hal-hal


yang bersifat substantif atau mengenai pokok perkara ini dapat
ka

menyudutkan pelaku usaha. Tindakan KPPU tersebut tentunya


ep

bertentangan dengan due process of law. Hal ini karena


ah

pernyataan-pernyataan tersebut telah melanggar asas praduga


R

tidak bersalah yang seharusnya dijunjung tinggi oleh KPPU


es

sebagai lembaga penegak hukum. Selain itu, tindakan-tindakan


M

ng

KPPU tersebut juga melanggar prinsip kerhasiaan informasi yang


on
gu

Hal. 152 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 152
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
seharusnya dijunjung tinggi oleh KPPU. Pernyataan-pernyataan

R
atau informasi kepada publik tersebut seharusnya tidak dilakukan

si
karena secara langsung maupun tidak langsung dikhawatirkan

ne
ng
dapat mempengaruhi putusan KPPU di kemudian hari”.
(Bukti P-17).
12. Selain itu, ahli hukum Teddy Anggoro dari LKPU FH UI pada

do
gu harian Bisnis Indonesia tanggal 4 September 2009 menyatakan :
“Hal yang lebih penting lagi adalah pernyataan-pernyataan KPPU

In
A
tersebut cenderung untuk menciptakan opini publik seolah-olah
pelaku usaha tersebut telah benar-benar melanggar UU No. 5
ah

tahun 1999 pada saat pemeriksaan perkara belum dimulai atau

lik
masih berjalan. Padahal belum tentu dugaan pelanggaran yang
dituduhkan oleh KPPU kepada pelaku usaha terbukti”.
am

ub
Organ negara yang memiliki kewenangan yudisial (mengadili)
wajib melarang bagi pemeriksa dan pemutus perkara untuk
ep
berbicara kepada publik mengenai suatu perkara yang belum
k

selesai diperiksa. Hal ini ditunjukkan untuk menjamin kepastian


ah

hukum dan menjunjung asas praduga tidak bersalah....”.


R

si
(Bukti P-67).
13. Berdasarkan pendapat para ahli di atas terbukti bahwa Termohon

ne
ng

Keberatan telah melanggar asas praduga tidak bersalah. Oleh


karena itu, sudah seharusnya Putusan Termohon Keberatan

do
gu

dibatalkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. Erman


Rajagukguk, SH.,LL.M, Ph.D pada halaman 24 menyatakan :
”Putusan yang diberikan tanpa memperhatikan ”due process of
In
A

law” adalah putusan yang cacat secara prosedural sehingga dapat


dibatalkan dalam proses acara keberatan di pengadilan nanti”.
ah

lik

(Bukti P-2)
14. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
m

ub

membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan Butir 1,3 dan 4


karena putusan tersebut cacat hukum karena Termohon
ka

Keberatan melanggar asas praduga tidak bersalah atau due


ep

process of law.
ah

C.V PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA


R

TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR PASAL 36 UU


es

ANTIMONOPOLI
M

ng

on
gu

Hal. 153 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 153
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Pada tanggal 6 Mei 2009 Termohon Keberatan mengeluarkan

R
surat No. 289/AK/KTP-PP/V/2009 yang pada pokoknya

si
memerintahkan kepada Pemohon Keberatan untuk melakukan

ne
ng
perubahan perilaku.
2. Surat Termohon Keberatan tersebut menyatakan :
”Disampaikan bentuk perubahan perilaku yang diperintahkan oleh

do
gu Tim Pemeriksa, adalah sebagai berikut :
1. Melepaskan seluruh kepemilikan PT. Carrefour

In
A
Indonesia atas saham Alfa Retailindo kepada pihak yang tidak
terafiliasi; dan
ah

2. Mengubah syarat-syarat perdagangan (trading terms)

lik
PT Carrefour Indonesia sehingga pendapatan dari syarat-
syarat perdagangan (trading terms) maksimal 15 % (lima belas
am

ub
persen) dan transaksi penjualan dari pemasok ke PT Carrefour
Indonesia. Syarat-syarat perdagangan dimaksud adalah
ep
syarat-syarat perdagangan sesuai dengan ketentuan
k

Permendag No. 53/M-DAG/PER/12/2008”.


ah

(Bukti P-68/A19)
R

si
Surat perintah perubahan perilaku yang dikeluarkan oleh
Termohon Keberatan pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini

ne
ng

melanggar UU Antimonopoli karena termohon keberatan tidak


memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah perubahan

do
gu

perilaku.
3. Tidak ada satupun ketentuan dalam UU Antimonopoli yang
menyatakan bahwa termohon keberatan mempunyai wewenang
In
A

untuk memerintahkan pemohon keberatan melakukan perubahan


perilaku pada tahap pemeriksaan pendahuluan.
ah

lik

4. Wewenang termohon keberatan terbatas pada hal-hal yang


disebut didalam pasal 36 UU Antimonopoli saja. Pasal 36 UU
m

ub

Antimonopoli tidak memuat ketentuan apapun yang menyatakan


bahwa termohon keberatan mempunyai wewenang untuk
ka

memerintahkan perubahan perilaku.


ep

5. Pasal 36 UU Antimonopoli tersebut menyatakan :


ah

Wewenang komisi meliputi :


R

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau


es

dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli


M

ng

dan atau persaingan usaha tidak sehat;


on
gu

Hal. 154 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 154
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya

R
kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat

si
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

ne
ng
persaingan usaha tidak sehat;
c. Melakukan penyelidikan dan atau
pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan

do
gu atau persiangan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh

In
A
komisi sebagai hasil penelitiannya;
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau
ah

pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli

lik
dan persaingan usaha tidak sehat.
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
am

ub
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini;
ep
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi
k

ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran


ah

terhadap ketentuan undang-undang ini;


R

si
g. Meminta bantuan penyidik atau menghadirkan
pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana

ne
ng

dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi


panggilan komisi;

do
gu

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah


dalam kaitannya dengan penyeidikan dan atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-
In
A

undang ini;
i. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat,
ah

lik

dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau


pemeriksaan;
m

ub

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak


adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat;
ka

k. Memberitahukan putusan komisi kepada


ep

pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan


ah

atau persaingan usaha tidak sehat;


R

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan


es

administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan


M

ng

Undang-undnag ini”.
on
gu

Hal. 155 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 155
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. Namun pada kenyataannya termohon keberatan telah

R
mengeluarkan perintah perubahan perilaku kepada pemohon

si
keberatan pada tahap pemeriksaan pendahuluan. Ini berarti

ne
ng
termohon keberatan telah melakukan tindakan di luar
kewenangannya sehingga melanggar ketentuan pasal 36 UU
Antimonopoli ini.

do
gu 7. Disamping itu, perintah perubahan perilaku tersebut bertentangan
dengan peraturan yang dibuat oleh Termohon Keberatan sendiri

In
A
yang secara tegas menyatakan bahwa perubahan perilaku
merupakan hak yang dimiliki oleh Pemohon Keberatan (bukan
ah

kewajiban atas dasar perintah).

lik
Pasal 65 ayat (2) huruf g Peraturan Komisi No. 1 tahun 2006
menyatakan :
am

ub
”(2) dalam setiap tahapan pemeriksaan dan sidang majelis komisi,
terlapor berhak : g, mendapatkan kesempatan merubah perilaku di
ep
pemeriksaan pendahuluan”.
k

Berdasarkan ketentuan di atas Termohon Keberatan sendiri


ah

menyatakan bahwa perubahan perilaku merupakan hak dari


R

si
Pemohon Keberatan (bukan kewajiban).
8. Termohon keberatan juga telah mengakui hak dari pemohon

ne
ng

keberatan ini pada BAP pemohon keberatan tanggal 12 Mei 2009


butir 9 :

do
gu

Dalam pemikiran kami, perubahan perilaku tersebut merupakan


hak bagi terlapor”.
(Bukti P-8/B6).
In
A

9. Berdasarkan kedua hal di atas, termohon keberatan sendiri


mengakui bahwa perubahan perilaku pada tahap pemeriksaan
ah

lik

pendahuluan merupakan hak pemohon keberatan bukan


merupakan wewenang atau perintah dari termohon keberatan.
m

ub

10. Selain itu, perintah perubahan perilaku ini bersifat prematur dan
melanggar asas praduga tak bersalah. Perintah ini bersifat
ka

prematur karena Termohon mengeluarkan perintah ini padahal


ep

belum terbukti bahwa Pemohon Keberatan melanggar UU


ah

Antimonopoli. Termohon Keberatan sendiri tidak memberikan


R

bukti-bukti dan dasar-dasar yang menjadi alasan perintah


es

perubahan perilaku tersebut. Selanjutnya, Termohon Keberatan


M

ng

juga melanggar asas praduga tak bersalah karena Termohon


on
gu

Hal. 156 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 156
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Keberatan dalam perintah perubahan perilaku tersebut sudah

R
menuduh dan menyimpulkan bahwa Pemohon Keberatan

si
melakukan pelanggaran terhadap Ketentuan UU Antimonopoli

ne
ng
padahal masih dalam proses pemeriksaan dan belum terbukti
Pemohon Keberatan bersalah. Oleh karena itu Perintah Termohon
Keberatan ini tidak sesuai atau bertentangan dengan asas

do
gu praduga tak bersalah.
11. Berdasarkan hal di atas terbukti bahwa Termohon Keberatan

In
A
melanggar Pasal 36 UU Antimonopoli. Oleh karena itu, kami
mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk membatalkan
ah

amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4 dan

lik
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli.
am

ub
C.VI PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR PASAL 39 AYAT (1) DAN
ep
PASAL 43 AYAT (1), (2) DAN (3) UU ANTIMONOPOLI TENTANG
k

JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN


ah

1. Termohon Keberatan telah melanggar prosedur proses


R

si
pemeriksaan yang diatur dalam UU Antimonopoli karena jangka
waktu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Termohon

ne
ng

Keberatan melampaui jangka waktu yang ditetapkan oleh UU


Antimonopoli.

do
gu

2. Pasal 39 ayat (1) UU Antimonopoli menyatakan sebagai berikut


:
”Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
In
A

ayat (1) dan ayat (2), Komisi wajib melakukan Pemeriksaan


Pendahuluan dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
ah

lik

puluh) hari setelah menerima laporan, Komisi wajib menetapkan


perlu atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan.”
m

ub

3. Berdasarkan Artikel dari detikfinance.com yang berjudul


”Carrefour Diseret ke KPPU” tanggal 10 September 2008, pihak
ka

yang melaporkan Pemohon Keberatan kepada Termohon


ep

Keberatan adalah sebuah lembaga bernama Partisipasi Indonesia.


ah

Laporan tersebut disampaikan kepada Termohon Keberatan pada


R

hari Rabu 10 September 2008.


es

”Laporan tersebut disampaikan sebuah lembaga riset Partisipasi


M

ng

Indonesia (PI), Rabu (10/9/2008). PI menduga aktivitas bisnis


on
gu

Hal. 157 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 157
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Carrefour telah melanggar Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999

R
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

si
Sehat”.

ne
ng
(Bukti P-69).
4. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (1) UU Antimonopoli di
atas :

do
gu a. Termohon keberatan wajib untuk
melakukan Pemeriksaan Pendahuluan segera setelah

In
A
menerima laporan; dan
b. Pemeriksaan Pendahuluan tersebut
ah

dilakukan dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal

lik
Termohon Keberatan menerima laporan; dan
c. Termohon Keberatan wajib menetapkan
am

ub
perlu atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan selambat-
lambatnya 30 hari setelah menerima laporan.
ep
5. Sesuai dengan ketentuan tersebut, Termohon Keberatan
k

seharusnya melakukan Pemeriksaan Pendahuluan yang harus


ah

diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari


R

si
terhitung sejak 11 September 2008 dan berakhir pada tanggal
10 Oktober 2008.

ne
ng

6. Namun demikian, berdasarkan Petikan Penetapan KPPU No.


32/KPPU/PEN/III/2009 tanggal 31 Maret 2009, terbukti bahwa

do
gu

Termohon Keberatan baru melakukan Pemeriksaan Pendahuluan


pada tanggal 31 Maret 2009 sampai dengan 12 Mei 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa proses Pemeriksaan Pendahuluan yang
In
A

dilakukn oleh Termohon Keberatan telah melampaui jangka waktu


Pemeriksaan Pendahuluan selama 214 hari. Dengan demikian,
ah

lik

Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 39 ayat (1) UU


Antimonopoli.
m

ub

7. Selain itu, berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU Antimonopoli di


atas, Termohon Keberatan wajib menetapkan perlu atau tidaknya
ka

dilakukan tahap Pemeriksaan Lanjutan selambat-lambatnya 30


ep

hari setelah menerima laporan, yaitu tanggal 10 Oktober 2008.


ah

8. Namun demikian, Termohon Keberatan baru


R

menetapkan
es

perlunya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan pada tanggal 14 Mei


M

ng

2009 berdasarkan Petikan Penetapan KPPU No.


on
gu

Hal. 158 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 158
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
56/KPPU/PEN/V/2009 tanggal 14 Mei 2009. Hal ini menunjukkan

R
bahwa jangka waktu proses penetapan Pemeriksaan Lanjutan

si
yang dilakukan oleh Termohon Keberatan telah melampui jangka

ne
ng
waktu yang seharusnya yaitu selama 216 hari. Dengan demikian,
terbukti bahwa Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 39
ayat (1) UU Antimonopoli.

do
gu 9. Selanjutnya, Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU Antimonopoli
menyatakan :

In
A
(1) Komisi wajib menyelesaikan Pemeriksaan Lanjutan selambat-
lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dilakukan Pemeriksaan
ah

Lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1).

lik
(2) Bilamana diperlukan, jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang
am

ub
paling lama 30 (tiga puluh) hari”.
10. Pasal 43 ayat (1) UU Antimonopoli di atas mengatur bahwa
ep
Pemeriksaan Lanjutan dharus diselesaikan dalam jangka waktu 60
k

(enam puluh) hari sejak dimulainya Pemeriksaan Lanjutan yaitu


ah

sejak 11 Oktober 2008 dan berakhir pada tanggal 9 Desember


R

si
2008.
11. Namun demikian, Termohon Keberatan baru melakukan

ne
ng

Pemeriksaan Lanjutan pada tanggal 14 Mei 2009 hingga 10


Agustus 2009 berdasarkan Petikan Penetapan KPPU No.

do
gu

70/KPPU/PEN/VII/2009. Hal ini menunjukkan bahwa Termohon


Keberatan telah melampaui jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan
yang ditentukan oleh UU Antimonopoli, yaitu terlambat selama 244
In
A

hari. Dengan demikian, terbukti bahwa Termohon Keberatan telah


melanggar Pasal 43 ayat (1) UU Antimonopoli.
ah

lik

12. Pasal 43 ayat (2) UU Antimonopoli mengatur bahwa


Pemeriksaan
m

ub

Lanjutan hanya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling


lama 30 (tiga puluh) hari. Sesuai dengan ketentuan ini, Pemohon
ka

Keberatan seharusnya melakukan perpanjangan Pemeriksaan


ep

Lanjutan dimulai tanggal 10 Desember 2008 hingga 8 Januari


ah

2009.
R

13. Namun demikian, Termohon Keberatan baru melakukan


es

perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan mulai tanggal 11 Agustus


M

ng

2009 hingga 28 September 2009 berdasarkan Petikan Keputusan


on
gu

Hal. 159 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 159
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
KPPU No. 185/KKPU/KEP/VIII/2009 tanggal 11 Agustus 2009. Hal

R
ini menunjukkan bahwa Termohon Keberatan telah melampaui

si
jangka waktu pemeriksaan yang diatur dalam UU Antimonopoli

ne
ng
yaitu terlambat selama 263 hari. Dengan demikian, terbukti bahwa
Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 43 ayat (2) UU
Antimonopoli.

do
gu 14. Lebih lanjut, Pasal 43 ayat (3) UU Antimonopoli menyatakan
sebagai berikut :

In
A
“(3) Komisi wajib memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi
pelanggaran terhadap Undang-undang ini selambat-lambatnya 30
ah

(tiga puluh) hari terhitung sejak selesainya Pemeriksaan Lanjutan

lik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2).”
15. Berdasarkan Pasal 43 ayat (3) UU Antimonopoli di atas,
am

ub
Termohon Keberatan wajib memutuskan apakah terdapat
pelanggaran terhadap UU Antimonopoli atau tidak dalam jangka
ep
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Pemeriksaan Lanjutan atau
k

perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan berakhir. Dengan demikian,


ah

seharusnya Termohon Keberatan mengeluarkan Putusannya


R

si
paling lambat tanggal 7 Februari 2009.
16. Namun, faktanya Termohon Keberatan baru mengeluarkan

ne
ng

Putusannya pada tanggal 6 November 2009. Hal ini menunjukkan


bahwa Termohon Keberatan telah melampaui jangka waktu untuk

do
gu

mengeluarkan Putusan yaitu terlambat selama 271 hari. Dengan


demikian, terbukti bahwa Termohon Keberatan telah melanggar
Pasal 43 ayat (3) UU Antimonopoli.
In
A

17. Perbandingan jangka waktu pemeriksaan yang seharusnya


dilakukan berdasarkan UU Antimonopoli dengan jangka waktu
ah

lik

pemeriksaan yang faktanya dilakukan oleh Termohon Keberatan


dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

Termohon Keberatan UU Antimonopoli


on
gu

Hal. 160 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 160
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Laporan Diterima

R
10 September 10 September

si
2008 2008

ne
201 hari

ng
Pemeriksaan 30
244 hari Pendahuluan Dimulai hari
31 Maret 2009 11 September
2008

do
gu 43 hari
Pemeriksaan

In
Pendahuluan Berakhir
A
12 Mei 2009 10 Oktober 2008
ah

lik
Pemeriksaan
14 Mei 2009 Lanjutan Dimulai 11 Oktober 2008
am

ub
89 hari 60 hari
Pemeriksaan
10 Agustus 2009 Lanjutan Berakhir 9 Desember 2008
ep
k
ah

si
Perpanjangan Pemeriksaan
11 Agustus 2009 Lanjutan Dimulai 10 Desember

ne
ng

2008

49 hari 30 hari

do
gu

Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan Berakhir
28 September 8 Januari 2009
In
2009
A

39 hari
30 hari
ah

lik

Putusan
6 November 7 Februari 2009
2009
m

ub

18. Dari bukti dan fakta di atas, jelas bahwa proses pemeriksaan
ka

yang dilakukan oleh Termohon Keberatan nyata-nyata,


ep

melanggar ketentuan jangka waktu yang ditentukan oleh UU


ah

Antimonopoli, yaitu :
R

- Pada proses Pemeriksaan Pendahuluan, Termohon Keberatan


es

telah melampaui jangka waktu selama 214 hari;


M

ng

on
gu

Hal. 161 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 161
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Pada penetapan Pemeriksaan Lanjutan, Termohon Keberatan

R
telah melampaui jangka waktu selama 216 hari;

si
- Pada proses Pemeriksaan Lanjutan, Termohon Keberatan telah

ne
ng
melampaui jangka waktu selama 244 hari;
- Pada proses perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Termohon
Keberatan telah melampaui jangka waktu selama 263 hari;

do
gu - Pada proses memutuskan apakah ada pelanggaran terhadap
UU Antimonopoli atau tidak (Putusan), Termohon Keberatan

In
A
telah melampuai jangka waktu selama 271 hari.
19. Apabila Termohon Keberatan mendasarkan proses
ah

pemeriksaan ini pada Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006, yang

lik
didalamnya terdapat tambahan beberapa proses yang
bertentangan dengan UU Antimonopoli yaitu proses penelitian dan
am

ub
klarifikasi laporan, pemberkasan, serta gelar laporan, maka
Termohon Keberatan telah menggunakan dasar hukum yang
ep
salah. Berdasarkan tata urutan hirarki peraturan perundang-
k

undangan, UU Antimonopoli berada pada hirarki yang lebih tinggi


ah

dari Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006, sehingga apabila


R

si
terdapat pertentangan antara kedua peraturan tersebut maka
berdasarkan asas perundang-undangan “Lex Superior Derogat

ne
ng

Lex Inferior”, yang berlaku adalah UU Antimonopoli. Dengan


demikian, seharusnya Termohon Keberatan mengikuti ketentuan

do
gu

dalam UU Antimonopoli, bukan ketentuan dalam Peraturan Komisi


No. 1 Tahun 2006.
20. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Kurnia Toha
In
A

S.H.,LL.M.,Ph.D. dalam artikelnya yang berjudul “Peraturan KPPU


dapat Timbulkan Ketidakpastian Hukum” dalam Suara
ah

lik

Pembaharuan hari Rabu tanggal 9 September 2009 :


“Peraturan dan atau pedoman yang dikeluarkan oleh KKPU
m

ub

tersebut adalah ketentuan pelaksana, sehingga tidak boleh


bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi derajatnya, serta
ka

harus sesuai dengan prinsip hukum.”


ep

(Bukti P-70)
ah

21. Dengan demikian, berdasarkan dalil-dalil di atas terbukti bahwa


R

Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 39 ayat (1) dan Pasal


es

43 ayat (1), (2), dan (3) UU Antimonopoli karena Termohon


M

ng

Keberatan telah melampaui jangka waktu pemeriksaan (terhitung


on
gu

Hal. 162 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 162
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sejak diterimanya laporan hingga Putusan) pada perkara aquo.

R
Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat untuk

si
membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4

ne
ng
dan menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli.
C. VII PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA

do
gu PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN DIKELUARKAN OLEH
MAJELIS KOMISI YANG MEMPUNYAI BENTURAN KEPENTINGAN

In
A
DAN TIDAK ADIL
1. Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006 menyatakan
ah

bahwa :

lik
”Pasal 53
(1) Pada Sidang pertama Majelis Komisi memberikan kesempatan
am

ub
kepada Terlapor untuk menyampaikan pendapat atau
pembelaannya terkait dengan dugaan pelanggaran yang
ep
dituduhkan;
k

Pasal 54
ah

(1) Majelis Komisi memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi


R

si
pelanggaran berdasarkan penilaian Hasil Pemeriksaan
Lanjutan dan seluruh surat dan/atau dokumen atau alat bukti

ne
ng

lain yang disertakan di dalamnya termasuk pendapat atau


pembelaan Terlapor”.

do
gu

2. Ketentuan tersebut mengatur mengenai tugas


Majelis Komisi yaitu untuk memutus apakah telah terjadi atau tidak
terjadi pelanggaran terhadap UU Antimonopoli berdasarkan
In
A

penilaian terhadap LHPL yang dikeluarkan oleh Tim Pemeriksa


pada Pemeriksaan Lanjutan. Selain itu, Majelis Komisi wajib
ah

lik

mempertimbangkan pembelaan atau tanggapan dari Pemohon


Keberatan atas LHPL sebagai bahan pertimbangan dalam
m

ub

mengeluarkan Putusan.
3. Dengan demikian, seluruh atau mayoritas
ka

anggota Majelis Komisi seharusnya bukan pihak yang mempunyai


ep

benturan kepentingan supaya Majelis Komisi dapat bersikap adil,


ah

obyektif, dan netral dalam menilai LHPL dan mempertimbangkan


R

pembelaan atau tanggapan dari Pemohon Keberatan. Hal ini yang


es

seharusnya dilakukan agar Putusan Termohon Keberatan yang


M

ng

dikeluarkan merupakan Putusan yang adil.


on
gu

Hal. 163 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 163
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Akan tetapi, dalam perkara ini Termohon

R
Keberatan berlaku tidak adil terhadap Pemohon Keberatan karena

si
menetapkan susunan Majelis Komisi yang hampir semua

ne
ng
anggotanya mempunyai benturan kepentingan dalam perkara ini,
yaitu :
(i) Ir. Dedie S. Martadisastra,

do
gu S.E.,M.M.;
(ii) Prof. Dr. Ir. Tresna P.

In
A
Soemardi, S.E.,M.S.;
(iii) Dr. A.M. Tri Anggraini,
ah

S.H.,M.H; dan

lik
(iv) Benny Pasaribu, Ph.D.
5. Pertama, benturan kepentingan tersebut
am

ub
disebabkan kedudukan Ir. Dedie S. Martadisastra, S.E.,M.M., Prof.
Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S, dan Dr. A.M.Tri Anggraini,
ep
S.H., M.H sebagai Ketua dan anggota Majelis Komisi. Padahal
k

sebelumnya mereka merupakan Tim Pemeriksa dalam proses


ah

Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan yang telah


R

si
mengeluarkan LHPP dan LHPL, seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.

ne
ng

Tabel 4

do
gu

Susunan Tim Pemeriksa dan Majelis Komisi

Tim Pemeriksa Tim Pemeriksa


In
A

Posisi Pemeriksaan Pemeriksaan Lanjutan Majelis Komisi ***)


Pendahuluan *) **)
ah

lik

Ketua Ir. Dedie S. Martadisastra, Ir. Dedie S. Ir. Dedie S.


S.E.,M.M. Martadisastra, S.E.,M.M. Martadisastra,
S.E.,M.M.
m

ub

Anggota Ir. H. Tadjuddin Noer Said Prof. Dr. Ir. Tresna P. Prof. Dr. Ir. Tresna P.
Soemardi, S.E.,M.S Soemardi, S.E.,M.S
ka

Anggota Dr. Sukarmi, S.H.,M.H. Dr. A.M. Tri Anggraini, Dr. A.M. Tri Anggraini,
ep

S.H.,M.H S.H.,M.H
Anggota Didik Akhmadi, Erwin Syahril, S.H.
ah

Ak.,M.Com
Anggota Dr. Sukarmi, S.H.,M.H. Prof. Dr. Ir. H. Ahmad
es
M

Ramadhan Siregar,
ng

on
gu

Hal. 164 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 164
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
M.S.

si
Keterangan :
*) Keputusan KPPU No. 91/KPPU/KEP/III/2009 tanggal 31 Maret 2009

ne
ng
(Bukti P-71/A1).
**) Keputusan KPPU No. 119/KPPU/KEP/V/2009 tanggal 14 Mei 2009 (Bukti

do
gu P-72/A24).
***) Keputusan KPPU No. 222/KPPU/KEP/IX/2009 tanggal 28 September 2009

In
(Bukti P-73/A125).
A
6. Berdasarkan tabel di atas terdapat fakta benturan
kepentingan sebagai berikut :
ah

lik
a. Ir. Dedie S. Martadisastra, S.E., M.M yang
sekarang menjadi Ketua Majelis Komisi, sebelumnya adalah
am

ub
Ketua Tim Pemeriksa pada Pemeriksaan Pendahuluan yang
mengeluarkan LHPP dan juga Ketua Tim Pemeriksa pada
Pemeriksaan Lanjutan yang mengeluarkan LHPL yang
ep
k

menyimpulkan Pemohon Keberatan melanggar UU


ah

Antimonopoli. Posisinya sebagai Ketua menjadikan ia sebagai


R

si
pihak yang paling bertanggung jawab atas LHPP dan LHPL
tersebut sehingga sangat berkepentingan untuk

ne
ng

mempertahankan atau memperkuat kesimpulan baik di dalam


LHPP dan LHPL yang menuduh Pemohon Keberatan

do
melanggar UU Antimonopoli, walaupun kesimpulan di LHPP
gu

dan LHPL tersebut terbukti salah.


b. Prof. Dr.Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S
In
A

yang menjadi anggota Majelis Komisi dalam perkara ini


sebelumnya juga merupakan anggota Tim Pemeriksa pada
ah

lik

Pemeriksaan Lanjutan yang menuduh bahwa Pemohon


Keberatan bersalah melanggar UU Antimonopoli. Ia juga
mempunyai kepentingan untuk mempertahankan atau
m

ub

memperkuat LHPL yang telah dibuatnya sendiri dalam


ka

mengeluarkan Putusannya, walaupun kesimpulan di LHPP dan


ep

LHPL tersebut terbukti salah.


c. Dr. A.M. Tri Anggraini, S.H.,M.H adalah
ah

anggota Majelis Komisi yang sebelumnya juga merupakan


es

anggota Tim Pemeriksa pada tahap Pemeriksaan Lanjutan. Ia


M

ng

merupakan pihak yang membuat dan menandatangani LHPL


on
gu

Hal. 165 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 165
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang menuduh bahwa Pemohon Keberatan melanggar UU

R
Antimonopoli. Dengan demikian, ia juga merupakan pihak yang

si
mempunyai benturan kepentingan untuk mempertahankan atau

ne
ng
memperkuat LHPL dalam mengeluarkan Putusannya,
walaupun kesimpulan di LHPP dan LHPL tersebut terbukti
salah.

do
gu 7. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan
bahwa ketua dan mayoritas anggota Majelis Komisi (3 dari 5

In
A
anggota Majelis Komisi) dalam perkara ini adalah anggota
Termohon Keberatan yang mempunyai kepentingan atau berpihak
ah

untuk mempertahankan atau memperkuat LHPL yang dituangkan

lik
dalam Putusan Termohon Keberatan.
8. Kedua, keadaan benturan kepentingan ketiga
am

ub
komisioner di atas diperburuk dengan penggantian anggota
Majelis Komisi Erwin Syahril. S.H. denan Benny Pasaribu, Ph.D.
ep
Penggantian ini dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa
k

pemberitahuan apapun kepada Pemohon Keberatan. Pemohon


ah

keberatan baru mengetahui hal tersebut dari media massa dan


R

si
press release yang dikeluarkan oleh Termohon Keberatan pada
saat pembacaan Putusan Termohon Keberatan.

ne
ng

9. Perubahan anggota Majelis Komisi ini


mencerminkan tidak adanya transparansi dalam proses

do
gu

pemeriksaan yang dilakukan oleh Termohon Keberatan. Tidak


adanya transparansi menimbulkan pertanyaan tentang alasan
Termohon Keberatan mengganti anggota Majelis Komisi secara
In
A

tiba-tiba pada hari yang sama dengan pembacaan Putusan


Majelis.
ah

lik

10. Pertanyaan tersebut dipicu dengan fakta bahwa


anggota Majelis Komisi Pengganti, yaitu Benny Pasaribu, Ph.D,
m

ub

telah menuduh Pemohon Keberatan bersalah sejak awal


dimulainya proses pemeriksaan terhadap Pemohon Keberatan
ka

dan bahkan sebelum Pemohon Keberatan dimintai keterangan.


ep

Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Benny Pasaribu, Ph.D di


ah

Kompas.com tanggal 27 Maret 2009 dengan judul “Ada Bukti


R

Carrefour Melanggar Peraturan?”.


es

“Kami punya bukti Carrefour meminta terlalu banyak pada


M

ng

pemasok”.
on
gu

Hal. 166 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 166
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Selain itu dalam Harian Bisnis Indonesia tanggal 31 Maret 2009

R
dengan judul “KPPU Tangani 260 Kasus”, Benny Pasaribu, Ph.D

si
kembali menyatakan :

ne
ng
“Carrefour selain mengambil keuntungan dari jual beli juga
mendapatkan keuntungan dari menjual space yang cukup besar”.
11. Selain itu, penggantian anggota Majelis Komisi ini

do
gu menunjukkan ketidakadilan Termohon Keberatan terhadap
Pemohon Keberatan karena dengan penggantian anggota Majelis

In
A
pada tanggal 3 November 2009 (yaitu pada tanggal yang sama
dengan tanggal pembacaan Putusan Termohon Keberatan) maka
ah

anggota Majelis Komisi pengganti tersebut sudah pasti tidak

lik
memahami pembelaan Pemohon Keberatan yang disampaikan di
hadapan Majelis Komisi pada tanggal 13 Oktober 2009.
am

ub
Selanjutnya, jika anggota Majelis Komisi tersebut berniat untuk
mempelajari berkas perkara termasuk pembelaan Pemohon
ep
Keberatan maka sudah tentu merupakan hal yang tidak mungkin
k

dilakukan hanya dalam waktu beberapa jam saja, mengingat bukti-


ah

bukti serta dokumen-dokumen perkara ini sangat banyak


R

si
jumlahnya. Oleh karena itu, anggota Majelis Komisi tersebut sudah
jelas tidak akan menilai Pembelaan Pemohon Keberatan dan tetap

ne
ng

berpegang pada pernyataan / pendapatnya terdahulu yang disebut


dalam butir 10 di atas.

do
gu

12. Berdasarkan fakta di atas, Benny Pasaribu, Ph.D


sudah pasti tidak dapat bersikap adil, obyektif, dan netral dalam
menilai ada atau tidaknya pelanggaran dalam perkara ini.
In
A

13. Oleh karena itu, Benny Pasaribu, Ph.D sebagai


anggota Majelis Komisi pengganti juga mempunyai benturan
ah

lik

kepentingan untuk mempertahankan pernyataannya yang telah


dikeluarkan sejak awal kepada publik dan dituangkan dalam
m

ub

Putusan Termohon Keberatan.


14. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa
ka

Putusan Termohon Keberatan cacat hukum dan tidak adil karena


ep

dibuat oleh 4 dari 5 anggota Majelis Komisi yang merupakan


ah

pihak-pihak yang mempunyai benturan kepentingan. Oleh karena


R

itu, sudah seharusnya Majelis Hakim Yang Terhormat


es

membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4


M

ng

on
gu

Hal. 167 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 167
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU

R
Antimonopoli.

si
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas para Pemohon Keberatan

ne
ng
mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar memberikan putusan
sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Keberatan yang

do
gu diajukan oleh Pemohon Keberatan;
2. Membatalkan seluruh Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

In
A
No. 09/KPPU-L/2009 tanggal 3 November 2009 atau menyatakan Putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 09/KPPU-L/2009 tanggal 3
ah

November 2009 tidak berlaku, tidak mengikat, dan/atau tidak dapat

lik
dilaksanakan terhadap Pemohon Keberatan;
MENGADILI SENDIRI :
am

ub
1. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak melanggar Undang-undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
ep
Usaha Tidak Sehat;
k

2. Menyatakan bahwa Putusan Termohon Keberatan bertentangan


ah

dengan Undang-Undang yang berlaku dan karenanya menghukum Komisi


R

si
Pengawas Persaingan Usaha atau Termohon Keberatan untuk membayar
seluruh biaya perkara.

ne
ng

ATAU, jika Majelis Hakim Yang Terhormat mempertimbangkan lain, kami


mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aeque et bono).

do
gu

Menimbang, bahwa terhadap permohonan tersebut Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 1598/Pdt.G/
2009/PN.Jkt.Sel tanggal 17 Februari 2010 adalah sebagai berikut :
In
A

1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Pemohon;


2. Menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
ah

lik

terbukti melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 ;
m

ub

3. Membatalkan putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009


tanggal 03 Nopember 2009 untuk seluruhnya;
ka

4. Membebankan biaya perkara kepada Termohon


ep

sebesar Rp.221.000,- ( dua ratus dua puluh satu ribu rupiah ) ;


ah

bahwa sesudah putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut


R

diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 17 Februari
es

2010, kemudian terhadapnya oleh Termohon Keberatan dengan perantaraan


M

ng

kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Februari 2010 diajukan


on
gu

Hal. 168 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 168
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 1 Maret 2010 sebagaimana

R
ternyata dari Akta Pernyataan Permohonan Kasasi No. 1598/Pdt.G/2010/PN.

si
JKT.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,

ne
ng
permohonan mana diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12
Maret 2010 ;

do
gu bahwa setelah itu oleh Pemohon Keberatan yang pada tanggal tanggal
26 Maret 2010 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Termohon Keberatan

In
A
diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 7 April 2010 ;
ah

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

lik
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka
am

ub
oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon
ep
Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
k

I. TENTANG SYARAT FORMIL PENGAJUAN KASASI


ah

1. Bahwa ketentuan Pasal 45 ayat (3)


R

si
UU No.5 Tahun 1999, yang berbunyi sebagai berikut:
"Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri

ne
ng

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dalam waktu 14 (empat


belas) hari dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung

do
gu

Republik Indonesia".
2. Bahwa ketentuan Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Mahkamah Agung No.3
In
A

Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan


Terhadap Putusan KPPU ("Perma No. 3 Tahun 2005"), yang
ah

lik

berbunyi sebagai berikut:


"Keberatan diajukan melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri yang
m

ub

bersangkutan sesuai dengan prosedur pendaftaran perkara


perdata dengan memberikan salinan keberatan kepada KPPU".
ka

3. Bahwa sesuai dengan ketentuan


ep

Pasal 45 ayat (3) UU No.5 Tahun 1999 jo. Pasal 4 ayat (2) Perma
ah

No.3 Tahun 2005, Pemohon Kasasi dapat mengajukan permohonan


R

kasasi dalam waktu 14 (empat belas) hari. Pengajuan permohonan


es

kasasi disesuaikan dengan prosedur perkara perdata, karena


M

ng

keberatan yang diajukan oleh Termohon Kasasi didaftarkan sesuai


on
gu

Hal. 169 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 169
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan prosedur perkara perdata. Dengan demikian Pemohon Kasasi

R
mengacu pada Pasal 46 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun

si
2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985

ne
ng
ten tang Mahkamah Agung ("UUMA"), yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
"(1) Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara

do
gu tertulis atau lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama
yang telah memutus perkaranya, dalam tenggang waktu 14

In
A
(empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan
yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon".
ah

4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

lik
46 ayat (1) UUMA, maka Pemohon Kasasi diberikan waktu 14 (empat
belas) hari untuk menyampaikan permohonan kasasi sesuai dengan
am

ub
prosedur pendaftaran perkara perdata melalui Panitera Pengadilan
Tingkat Pertama yang telah memutus perkara, sesudah putusan atau
ep
penetapan Pengadilan diberitahukan kepada Pemohon Kasasi. Dalam
k

hal ini, keberatan atas Putusan KPPU diajukan pada Pengadilan


ah

Negeri Jakarta Selatan, yang kemudian diperiksa dan diputus oleh


R

si
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/
2009 /PN.Jkt.Sel.;

ne
ng

5. Selanjutnya, Pemohon Kasasi hadir


dalam pembacaan Putusan

do
gu

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel.


pada tanggal 17 Februari 2010;
6. Bahwa berdasarkan Risalah
In
A

Pernyataan Permohonan Kasasi


No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel., Pemohon Kasasi telah menyatakan
ah

lik

permohonan kasasi pada tanggal 1 Maret 2010 melalui Kepaniteraan


m

ub

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap Putusan Pengadilan


Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. permohonan
ka

kasasi a quo diajukan masih dalam tenggang waktu yang


ep

diperbolehkan untuk itu dan telah diajukan pada Panitera Pengadilan


ah

Pertama yang telah memutus perkara yaitu Kepaniteraan Pengadilan


R

Negeri Jakarta Selatan


es

Dengan demikian, permohonan kasasi ini telah diajukan sesuai


M

ng

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, kami


on
gu

Hal. 170 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 170
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mohon agar Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi dapat

R
menerima permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi;

si
7. Selanjutnya ketentuan Pasal 47 ayat

ne
ng
(1) UUMA, yang berbunyi sebagai berikut:
"(1) Dalam pengajuan permohonan kasasi pemohon wajib
menyampaikan pula memori kasasi yang memuat alasan-

do
gu alasannya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku daftar".

In
A
8. Berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) UUMA, Pemohon Kasasi
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan kasasi dicatat
ah

dalam buku daftar maka Pemohon Kasasi wajib menyampaikan

lik
Memori Kasasi;
9. Dalam hal ini Pemohon Kasasi telah menyatakan permohonan kasasi
am

ub
pada tanggal 1 Maret 2010, se1anjutnya Pemohon Kasasi telah
menyampaikan Memori Kasasi melalui Kepaniteraan Pengadilan
ep
Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12 Maret 2010, dengan demikian
k
ah

penyampaian Memori Kasasi yang telah disampaikan oleh Pemohon


R

si
Kasasi masih dalam tenggang waktu yang diperbolehkan untuk itu
dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena

ne
ng

itu, kami mohon agar Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi
dapat mempertimbangkan alasan-alasan atau dalil-dalil yang

do
gu

kami sampaikan dalam Memori Kasasi.


II. ALASAN-ALASAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI
1. Bahwa ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUMA, yang berbunyi sebagai
In
A

berikut:
"(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan
ah

lik

atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan


peradilan karena:
m

ub

a. tidak berwenang atau melampaui batas


wewenang;
ka

b. salah dalam menerapkan atau melanggar


ep

hukum yang
ah

berlaku;
R

c. lalai memenuhi syarat-syarat yang


es

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang


M

ng

mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang


on
gu

Hal. 171 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 171
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bersangkutan".

R
2. Sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUMA a quo,

si
Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan atau penetapan

ne
ng
pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan dengan
alasan-alasan sebagaimana tertuang dalam Pasal 30 ayat (1) UUMA
a quo. Dalam hal ini Pemohon Kasasi sangat tidak sependapat

do
gu dengan pertimbangan serta penerapan hukum yang dilakukan oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (Judex Facti) dalam memberikan

In
A
putusan, dimana menurut Pemohon Kasasi, Putusan Pengadilan
Negeri telah salah atau keliru dalam menerapkan hukum yang berlaku
ah

serta tidak memeriksa, meneliti dan mempertimbangkan Putusan

lik
KPPU, berkas perkara dan penjelasan dari Pemohon Kasasi secara
cermat dan seksama;
am

ub
3. Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemohon Kasasi mengajukan
permohonan kasasi ini dengan alasan yuridis bahwa Putusan
ep
Pengadilan Negeri telah salah dalam menerapkan atau melanggar
k

hukum yang berlaku. Oleh karena itu, Pemohon Kasasi memohon


ah

kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi yang


R

si
menangani perkara a quo untuk mempertimbangkan dalil-dalil yang
terdapat dalam Memori Penjelasan Keberatan, yang berlaku mutatis

ne
ng

mutandis dan dianggap sebagai satu-kesatuan dengan Memori


Kasasi ini.

do
gu

III. POKOK-POKOK MEMORI KASASI :


I. PENDAHULUAN
Pada bagian kedua ini, perkenankan kami, Pemohon Kasasi, untuk
In
A

menyampaikan pokok-pokok Memori Kasasi kami terhadap Putusan Pengadilan


ah

lik

Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. karena menurut kami


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menangani perkara
m

ub

No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. telah salah dalam menerapkan hukum yang


berlaku terutama dalam menerapkan unsur-unsur Pasal 1 Angka 10, Pasal 17
ka

Ayat (1) dan (2) serta Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999. Adapun
ep

susunan pokok-pokok Memori Kasasi ini kami uraikan sebagai berikut:


ah

I. PENDAHULUAN
R

II. URAIAN SINGKAT PUTUSAN KPPU No. 09/KPPU-L/2009


es

A. Latar Belakang Perkara


M

ng

B. Definisi Pasar Bersangkutan Termohon Kasasi


on
gu

Hal. 172 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 172
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
C. Pangsa Pasar Termohon Kasasi

R
D. Dampak Penguasaan Pasar Termohon Kasasi

si
E. Termohon Kasasi Melanggar UU No.5 Tahun 1999

ne
ng
F. Termohon Kasasi Pernah Melanggar UU No. 5 Tahun 1999 Sebelum
Perkara a quo
III. POKOK-POKOK MEMORI KASASI

do
gu A. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Melanggar
Ketentuan Pasal 5 UU No.4 Tahun 2004 ;

In
A
B. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999 ;
ah

B.1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah

lik
dalam Menentukan Parameter "Jenis Barang yang Dijual oleh Pelaku
Usaha Apabila Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang yang Dijual
am

ub
maka dapat Dipastikan bahwa Para Pelaku Usaha Tersebut Berada
dalam Pasar Bersangkutan yang Sama";
ep
B.2. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah
k

dalam Menentukan Parameter "Para Pelaku Usaha Harus Mempunyai


ah

Karakteristik: yang Sama, dan Mempunyai Pola Pemasaran Barang


R

si
yang Sama serta Mempunyai Strategi Marketing yang Hampir Sama
Satu Sama Lain";

ne
ng

B.3. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah


dalam Menentukan Parameter "Perspektif Perilaku Konsumen";

do
gu

B.4. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah


dalam Menentukan Pasar Produk dalam Pasar Bersangkutan
Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No.5
In
A

Tahun 1999;
B.5. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah
ah

lik

dalam Menentukan Pasar Geografis dalam Pasar Bersangkutan


Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No.5
m

ub

Tahun 1999.
C. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
ka

Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) UU No.5 Tahun 1999


ep

C.1. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena dalam


ah

Pertimbangan Hukumnya Terdapat Pertentangan antara Satu dengan


R

Lainnya;
es

C.2. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam


M

ng

Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No.5 Tahun 1999;


on
gu

Hal. 173 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 173
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
C.3. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam

R
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999;

si
C.4 Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam Menerapkan

ne
ng
Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999.
D. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999

do
gu E. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999 ;

In
A
Sebelum Pemohon Kasasi menguraikan Pokok-pokok Memori Kasasi,
perkenankan kami menyampaikan terlebih dahulu ten tang Uraian Singkat
ah

Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009, yakni sebagai berikut:

lik
II. URAIAN SINGKAT PUTUSAN KPPU NO. 09/KPPU-L/2009
A. LATAR BELAKANG PERKARA
am

ub
Bahwa Perkara ini bermula dari laporan masyarakat terkait dugaan
monopoli Termohon Kasasi melalui tindakan akuisisi terhadap PT Alfa
ep
Retailindo, Tbk. ("Alfa") yang dilakukan pada bulan Januari 2008. Setelah
k

melalui serangkaian klarifikasi dan penelitian terhadap laporan tersebut, pada


ah

bulan Maret 2009 Pemohon Kasasi menetapkan akuisisi Termohon Kasasi


R

si
terhadap Alfa sebagai perkara persaingan dan memulai proses pemeriksaan.
B. DEFINISI PASAR BERSANGKUTAN TERMOHON KASASI

ne
ng

Dalam hal ini Pemohon Kasasi mendefinisikan pasar bersangkutan


(relevant market) Peritel Modern menjadi dua pangsa pasar yaitu pasar

do
gu

upstream dan pasar downstream. Adapun yang dimaksud dengan pasar


upstream adalah pasar pasokan barang di hypermarket dan supermarket, serta
pasar jasa ritel hypermarket dan supermarket di seluruh wilayah Indonesia.
In
A

Pemohon Kasasi membatasi cakupan pasar upstream hanya pada


hypermarket dan supermarket yang mencakup selling space dan jumlah item
ah

lik

yang dapat ditampung, sebaran gerai, kenyamanan dan nilai rekreasi yang
diperoleh pengunjung. Selain berdasarkan perbedaan karakteristik jasa ritel
m

ub

tersebut, juga terdapat perbedaan jumlah dan besaran trading terms antara
minimarket dengan hypermarket dan supermarket.
ka

Pemohon Kasasi juga menilai pasar geografis pada pasar bersangkutan


ep

upstream adalah seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
ah

halangan bagi para pemasok untuk memasok secara nasional, promosi barang
R

yang dijual di hypermarket dan supermarket dapat dilakukan di media nasional


es

serta kontrak pasokan yang bersifat nasional.


M

ng

Kemudian yang dimaksud dengan pasar downstream adalah seluruh


on
gu

Hal. 174 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 174
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hypermarket dan supermarket dengan radius 4 Km di DKI Jakarta dan 5 Km di

R
luar DKI Jakarta. Dalam survei yang telah dilakukan oleh MARS sebagaimana

si
tersebut dalam LHPL, diperoleh hasil yang konsisten, yaitu pada kolom

ne
ng
perceptual mapping dimana hypermarket dan supermarket berada dalam satu
kuadran yang sama, sedangkan pasar tradisional dan minimarket masing-
masing berada pada kuadran yang berbeda. Bukti lain yang mendukung bahwa

do
gu tidak masuknya minimarket dalam pasar bersangkutan adalah bukti cross-
shopping antar format dari konsumen.

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k

Sumber : Survey MARS


ah

Berdasarkan bukti tersebut terlihat kecenderungan bahwa konsumen


R

si
pasar besar (tempat belanja utarna konsumen) cenderung banyak melakukan
cross shopping ke format yang lebih kecil (tempat belanja tarnbahan)

ne
ng

dibandingkan ke format yang lebih besar.


Tingginya cross shopping konsumen hypermarket ke minimarket sekali lagi

do
gu

menunjukkan bahwa keberadaan minimarket merupakan pelengkap dari


keberadaan hypermarket. Sebaliknya, rendahnya cross shopping konsumen
In
A

supermarket ke hypermarket mempertegas bahwa bagi konsumen supermarket,


ah

lik

keberadaan hypermarket merupakan substitusi bagi keberadaan supermarket.


Sedangkan untuk speciality store, convenience store dan department store
m

ub

dapat secara langsung dikeluarkan dari pasar bersangkutan dengan dasar


bahwa dari sisi produk yang dijual terdapat perbedaan yang cukup signifikan
ka

dengan ritel modern dalam format hypermarket dan supermarket.


ep

Pemohon Kasasi menyatakan bahwa pasar geografis untuk pasar


ah

downstream adalah radius 4 km untuk wilayah DKI Jakarta dan radius 5 km


R

untuk wilayah di luar DKI Jakarta. Pembagian wilayah ini harus dilakukan
es

dengan logika, seperti konsumen tidak akan menganggap gerai Carrefour di


M

ng

Lebak Bulus Jakarta merupakan substitusi langsung dari Carrefour di Dukuh


on
gu

Hal. 175 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 175
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kupang Surabaya.

R
Hasil studi Tim Pemeriksa yang melibatkan pihak ketiga menyimpulkan

si
bahwa jangkauan radius pasar geografis Termohon Kasasi adalah sejauh 4 km

ne
ng
untuk wilayah DKI Jakarta dan 5 km di luar wilayah DKI Jakarta yang dihitung
dari temp at dimana Termohon Kasasi memiliki gerai. Perhitungan radius
geografis tersebut dimulai dari titik gerai Carrefour Ex Alfa dengan dasar

do
gu pertimbangan bahwa perilaku anti persaingan yang dituduhkan kepada
Termohon Kasasi adalah akibat dari akuisisi Alfa oleh Termohon Kasasi.

In
A
Analisis kemudian dilakukan pada wilayah yang mengalami peru bahan struktur
pasar yaitu dimana gerai Alfa dan Termohon Kasasi secara bersama-sama
ah

berada dalam radius 4 km (empat kilometer) untuk wilayah DKI Jakarta dan 5

lik
km (lima kilometer) untuk wilayah di luar DKI Jakarta.
C. PANGSA PASAR TERMOHON KASASI
am

ub
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama proses pemeriksaan,
pangsa pasar Termohon Kasasi diketahui meningkat menjadi sebesar
ep
SV9% (2008) pasca akuisisi Alfa yang sebelumnya sebesar 46,30% (2007)
k

pada pasar upstream sehingga secara hukum memenuhi kualifikasi "menguasai


ah

si
pasar" dan
"posisi dominan", Secara lengkap pendapatan dari pasar upstream adalah

ne
ng

sebagai berikut:

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es

Persentase dari pendapatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


M

ng

on
gu

Hal. 176 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 176
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
MARKET SHARE UPSTREAM HYPERMARKET DAN SUPERMARKET
DI INDONESIA TAHUN 2005-2008

si
NAMA PERITEL 2005 2006 2007 2008
MATAHARI 22.53% 22.49% 21.14% 18.58%

ne
ng
CARREFOUR
INDONESIA 32.49% 40.82% 46.30% 57.99%
RAMAYANA 16.46% 10.13% 9.52% 8.61%

do
gu HERO
ALFA
15.82% 18.45% 16.40% 13.03%

RETAILINDO 9.21% 6.12% 4.79% -

In
A
YOGYA 0.31% 0.21% 0.23% 0.29%
LION
SUPERINDO 3.19% 1.79% 1.62% 1.51%
ah

lik
TOTAL 100% 100% 100% 100%

Pasal 17 Ayat (2) UU No 5 Tahun 1999 menyatakan pelaku usaha


am

ub
dianggap melakukan penguasaan antara lain apabila memiliki pangsa pasar
lebih dari 50%
ep
Pasal 25 Ayat (2) UU No 5 Tahun 1999 menyatakan pelaku usaha
k

dianggap memiliki posisi dominan antara lain apabila memiliki pangsa pasar
ah

sarna atau lebih dari 50%


R

si
D. DAMPAK PENGUASAAN PASAR TERMOHON KASASI
Selanjutnya hasil pemeriksaan menunjukkan, penguasaan pasar dan

ne
ng

posisi dominan Termohon Kasasi tersebut disalahgunakan kepada para


pemasok dengan meningkatkan dan memaksakan potongan-potongan harga

do
gu

pembelian barang-barang pemasok melalui skema yang disebut sebagai


"trading terms". Pasca akuisisi Alfa, potongan trading terms kepada pemasok
Alfa meningkat dalam kisaran sebesar 13% - 20%.
In
A

Selain itu ditemukan juga bukti bahwa pemasok Alfa dipaksa untuk
memasok Termohon Kasasi pasca akuisisi. Pemasok tidak berdaya untuk
ah

lik

menolak kenaikan tersebut karena faktual nilai penjualan pemasok di Termohon


m

ub

Kasasi cukup signifikan sehingga pemasok mau tidak mau mengikuti seluruh
kemauan Termohon Kasasi meskipun potongan trading terms sudah semakin
ka

memberatkan pemasok.
ep

E. TERMOHON KASASI MELANGGAR UU NO.5 TAHUN 1999


ah

Oleh karena itu, Majelis Komisi menilai telah terdapat bukti yang sah dan
R

meyakinkan bahwa Termohon Kasasi melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan Pasal
es

25 Ayat (1) Huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999. Ketentuan Pasal 17 Ayat (1) dan
M

ng

Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 dapat kami kutip sebagai
on
gu

Hal. 177 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 177
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
berikut:

R
• Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999

si
"(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau

ne
ng
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat".
• Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999

do
gu "(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan POSlSl dominan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk:

In
A
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan
tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen
ah

lik
memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi
harga maupun kualitas”.
dan kemudian Majelis Komisi memutus pada tanggal 3 November 2009, yang
am

ub
pada amarnya dapat kami kutip sebagai berikut:
MEMUTUSKAN
ep
1. Menyatakan bahwa PT Carrefour
k

Indonesia terbukti secara sah


ah

dan meyakinkan melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a
R

si
UU No 5 Tahun 1999;
2. Menyatakan bahwa PT Carrefour

ne
ng

Indonesia tidak terbukti melanggar Pasal 20 dan Pasal 28 Ayat (2) UU No 5


Tahun 1999;

do
gu

3. Memerintahkan PT Carrefour
Indonesia untuk melepaskan seluruh kepemilikannya di PT Alfa Retailindo,
In
Tbk kepada pihak yang tidak
A

terafiliasi dengan PT Carrefour Indonesia selambat-lambatnya satu


tahun setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap;
ah

lik

4. Menghukum PT Carrefour Indonesia


membayar denda sebesar
m

ub

Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus


disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
ka

bidang Persaingan Usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal


ep

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah


ah

dengan Kode Penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di


R

Bidang Persaingan Usaha) ;


es

F. TERMOHON KASASI PERNAH MELANGGAR UU NO. 5 TAHUN 1999


M

ng

SEBELUM PERKARA A QUO


on
gu

Hal. 178 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 178
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Disamping itu, perlu kami sampaikan kepada Yang Terhormat Majelis

R
Hakim Agung Kasasi, bahwa berkaitan dengan perilaku Termohon Kasasi

si
terhadap pemasok, pada tahun 2005, Termohon Kasasi juga pernah diputus

ne
ng
bersalah melalui Putusan KPPU Nomor: 02/KPPU-L/2005 berkaitan dengan
trading terms "minus margin" yang diterapkan terhadap pemasok.
Putusan ini juga telah dikuatkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

do
gu melalui Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
03/Pdt.KPPU/2005/PN.Jkt.Sel tanggal 15 November 2005 serta dikuatkan juga

In
A
oleh Mahkamah Agung melalui Putusan Mahkamah Agung No. 0IK/KPPU/2006
tanggal 18 Januari 2007.
ah

Putusan tersebut saat ini telah berkekuatan hukum tetap dan Termohon

lik
Kasasi yang pada saat itu juga menjadi Terlapor, telah melaksanakan Isi
Putusan Mahkamah Agung a quo dengan melakukan pembayaran denda
am

ub
sejumlah Rp. 1.500.000.000,-.
Berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi Pemohon Kasasi sudah tepat
ep
dan benar untuk menghukum Termohon Kasasi membayar denda sebesar
k

Rp. 25.000.000.000,- dan melepaskan seluruh kepemilikannya di PT Alfa


ah

Retailindo, Tbk kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan Termohon Kasasi,
R

si
mengingat perilaku Termohon Kasasi merupakan pengulangan pelanggaran
terhadap UU No.5 Tahun 1999.

ne
ng

. Adapun Pokok-pokok Memori Kasasi Pemohon Kasasi terhadap Putusan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel., dapat

do
gu

kami uraikan yang meliputi hal-hal sebagai berikut:


III. POKOK-POKOK MEMORI KASASI
A. PUTUSAN PENGADlLAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA
In
A

MELANGGAR KETENTUAN PASAL 5 UU NO.4 TAHUN 2004


1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena telah
ah

lik

melanggar ketentuan hukum Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor


4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman ("UU No. 4 Tahun
m

ub

2004");
2. Bahwa Pasal 5 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004, yang berbunyi sebagai
ka

ep

berikut:
ah

"(1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-


R

bedakan orang".
es

3. Berdasakan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004,


M

ng

Pengadilan Negeri dalam memeriksa perkara a quo telah melanggar


on
gu

Hal. 179 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 179
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
asas audi et alteram partem karena tidak memeriksa, meneliti dan

R
mempertimbangkan Putusan KPPU, berkas perkara dan Memori

si
Penjelasan Keberatan dari Pemohon Kasasi seluruhnya;

ne
ng
4. Bahwa Pengadilan Negeri dalam beberapa pertimbangan hukumnya
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
Ad. 1. Jenis Barang Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Apabila

do
gu Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang Yang
Dijual Maka Dapat Dipastikan Bahwa Para Pelaku

In
A
Usaha Tersebut Berada Dalam. Pasar Bersangkutan
Yang Sama
ah

Menimbang, bahwa secara umum barang-barang yang

lik
dijual oleh Pemohon juga dijual oleh toko-toko modern (Ritel
modern) lainnya baik yang berbentuk mini market,
am

ub
supermarket, departement store, hypermarket lain dan
grosir. Artinya terdapat kesamaan antara barang yang
ep
dijual oleh Pemohon dengan peritel modern lainnya,
k

sehingga secara nyata Pemohon Keberatan dengan toko-


ah

toko modern lainnya berada dalam pasar bersangkutan


R

si
yang sama. (vide Bukti P. 13 dan Bukti P.14/C.162),
Berdasarkan bukti tersebut (dimana bukti tersebut juga

ne
ng

diajukan dalam pemeriksaan di KPPU) terbukti bahwa


hampir semua barang yang dijual di mini market juga

do
gu

dijual di supermarket, hampir semua barang yang dijual di


supermarket juga dijual di hypermarket, semua barang
yang dijual di hypermarket juga di jual di grosir. Sebagian
In
A

barang yang dijual di hypermarket juga dijual di


departement store. Selain itu barang-barang yang dijual di
ah

lik

toko modern specialis ada pada hypermarket atau grosir


dengan demikian terbukti terdapat kesamaan barang yang
m

ub

dijual oleh Pemohon dengan barang yang dijual oleh Peritel


modern lainnya (hal tersebut sesuai pula dengan Bukti
ka

P.15/ B2)." (butir Ad.1. bagian Tentang Pertimbangan


ep

Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317).


ah

Ad. 2. Para Pelaku Usaha Harus Mempunyai Karakteristik Yang


R

Sama, Dan Mempunyai Pola Pemasaran Barang


es

Yang Sama Serta Mempunyai Strategi Marketing


M

ng

Yang Hampir Sama Satu Sama Lain


on
gu

Hal. 180 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 180
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa dalam perkara ini masing-masing toko

R
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket,

si
departement store, grosir dan minimarket). Kelima jenis toko

ne
ng
modern tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu
antara lain mempunyai sistim pelayanan mandiri, menjual
berbagai barang secara eceran, konsumen tidak dapat

do
gu menawar harga barang yang hendak dibeli, terdapat label
harga khusus pada barang yang dijual, dan semua barang

In
A
yang dijual dipajang (display). Disamping itu semua toko
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket,
ah

departement store, grosir dan minimarket) mempunyai pola

lik
pemasaran barang yang sama yaitu membeli barang dari
pemasok .untuk selanjutnya dijual kembali secara eceran
am

ub
kepada konsumen akhir atau pengguna. Dalam interaksi
antara peritel dan pemasok dibuat berbagai persyaratan
ep
perdagangan (trading terms) sesuai dengan ketentuan
k

hukum yang berlaku dan kesepakatan para pihak:." (butir


ah

Ad.2. bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan


R

si
Pengadilan Negeri halaman 317).
"Ad. 3. Perspektif Perilaku Konsumen

ne
ng

Menimbang, bahwa berdasarkan perspektif perilaku


konsumen temyata konsumen tidak: hanya berbelanja

do
gu

pada satu formal toko modern saja melainkan berbelanja di


semua toko modern/ ritel modern baik: yang berbentuk
hypermarket, supermarket, departement grosir dan juga di
In
A

toko specialis modern. (vide bukii P.19, P.20/ C.181).


Dengan demikiari menunjukkan bahwa masing-masing
ah

lik

format ritel modern bersaing satu sama lain karena


faktanya konsumen berbelanja hampir disemua format ritel
m

ub

modern yang ada .... " (butir Ad.3. bagian Tentang


Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri
ka

halaman 318).
ep

" .... Sehingga pangsa pasar pemohon berdasarkan kajian AC


ah

Nielsen jumlah pangsa pasar pemohon keberatan dalam sektor ritel


R

modern sebesar 17% (pada tahun 2008) (Setelah Akuisisi Ha


es

Retailindo). (Bukti P. 3/ C.160), berdasarkan kajian Mars Indonesia


M

ng

pangsa pasar pemohon keberatan dalam sektor ritel modern


on
gu

Hal. 181 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 181
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebesar 5,8% (tahun 2008) (Bukti P. 4.). Sedangkan berdasarkan

R
Euromonitor yang terdapat dalam putusan Termohon keberatan

si
pangsa pasar Pemohon Keberatan sebesar 19,63% (tahun 2008)."

ne
ng
(Paragraf keempat bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 319).
5. Dalam pertimbangan hukumnya, telah jelas bahwa

do
gu Pengadilan Negeri
dalam mengadili perkara keberatan a quo tidak memeriksa, meneliti

In
A
dan mempertimbangkan Putusan KPPU, berkas perkara dan Memori
Penjelasan Keberatan dari Pemohon Kasasi secara keseluruhan
ah

dengan cermat dan seksama, antara lain sebagai berikut:

lik
a. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir
Ad.l. di atas menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri hanya
am

ub
memeriksa bukti-bukti dari Termohon Kasasi yaitu P.13-P.15 dan
2 (dua) bukti dari berkas perkara Pemohon Kasasi yaitu B.2 dan
ep
C.162. Padahal dalam butir 1.2.2.2. Putusan KPPU halaman 42-
k

43 telah dijelaskan terdapat ciri-ciri yang berbeda antara


ah

hypermarket dan supermarket dengan format ritel modern lainnya,


R

si
selain itu Termohon Kasasi dalam butir B.2.1.2. dan B.2.1.3.
Memori Penjelasan Keberatan halaman 111-119 juga telah

ne
ng

memberikan penjelasan terkait dengan perbedaan antara


hypermarket dan supermarket dengan minimarket serta toko

do
gu

specialis modern. Namun Pengadilan Negeri tidak


mempertimbangkan penjelasan-penjelasan dari Pemohon Kasasi
a quo. Untuk lebih lengkapnya Pemohon Kasasi jelaskan dalam
In
A

butir B.1. Pokok-pokok Memori asasi;


b. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir
ah

lik

Ad.2. di atas menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri sama sekali


tidak memeriksa dan mempertimbangkan Putusan KPPU, berkas
m

ub

perkara dan Memori Penjelasan Keberatan dari Pemohon Kasasi.


Padahal dalam butir 1.2.2.2. bagian Tentang Duduk Perkara
ka

Putusan KPPU halaman 42-43 serta berkas perkara Pemohon


ep

Kasasi Bukti B10 dan Bukti B20 telah dijelaskan terdapat


ah

karakteristik yang berbeda antara hypermarket dengan ritel


R

modern lainnya. Namun Pengadilan Negeri tidak


es

mempertimbangkan penjelasan-penjelasan dari Pemohon Kasasi


M

ng

a quo. Untuk lebih lengkapnya Pemohon Kasasi jelaskan dalam


on
gu

Hal. 182 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 182
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
butir B.2. Pokok-pokok Memori Kasasi;

R
c. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir

si
Ad.3. di atas menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri hanya

ne
ng
memeriksa dan mempertimbangkan bukti dari Termohon Kasasi
yaitu P.19 dan P.20 serta 1 (satu) berkas perkara Pemohon
Kasasi yaitu C.181. Padahal dalam butir 31-34 Putusan KPPU

do
gu halaman 50-51, butir 1.1. Putusan KPPU halaman 40-62, butir
B.2.1.4. Memori Penjelasan Keberatan halaman 119-122, serta

In
A
berkas perkara Pemohon Kasasi bukti B 15, B 16, C 111 dan C
114 telah dijelaskan tentang perspektif perilaku konsumen. Namun
ah

Pengadilan Negeri tidak mempertimbangkan penjelasan

lik
penjelasan dari Pemohon Kasasi a quo. Untuk lebih lengkapnya
Pemohon Kasasi jelaskan dalam butir B.3. Pokok-pokok Memori
am

ub
Kasasi;
d. Terkait dengan pertimbangan hukum
ep
Pengadilan Negeri yang
k

hanya menggunakan kajian AC Nielsen, Euromonitor dan Mars


ah

adalah tidak adil, karena sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Ayat


R

si
(1) UU No. 4 Tahun 2004, Pengadilan Negeri seharusnya juga
mempertimbangkan dan memperhatikan kajian dari Pemohon

ne
ng

Kasasi secara keseluruhan dengan cermat dan seksama, antara


lain Bukti C111 dan C114.

do
gu

6. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka


cukup beralasan
dan berdasarkan hukum apabila Yang Terhormat Majelis Hakim
In
A

Agung Kasasi (Judex Juris) pada pemeriksaan kasasi membatalkan


Putusan Pengadilan Negeri.
ah

lik

B. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA


SALAH DALAM MENERAPKAN PASAL 1 ANGKA 10 UU NO.5 TAHUN
m

ub

1999
B.1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri. Patut Dibatalkan karena Salah
ka

dalam Menentukan Parameter "Jenis Barang Yang Dijual Oleh Pelaku


ep
ah

Usaha apabila Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang yang


R

Dijual maka dapat Dipastikan bahwa Para Pelaku Usaha Tersebut


es

Berada dalam Pasar Bersangkutan yang Sama"


M

ng

1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut


on
gu

Hal. 183 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 183
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dibatalkan karena salah

R
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Jenis

si
Barang yang Dijual oleh Pelaku Usaha apabila Terdapat Kesamaan

ne
ng
atau Substitusi Barang yang Dijual maka dapat Dipastikan bahwa
Para Pelaku Usaha Tersebut Berada dalam Pasar Bersangkutan
yang Sama", sebagaimana pertimbangan hukum a quo tertuang

do
gu dalam paragraf 1 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 317, yang dapat kami kutip sebagai

In
A
berikut:
Ad. 1. Jenis Barang Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Apabila
ah

Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang Yang

lik
Dijual Maka Dapat Dipastikan Bahwa Para Pelaku
Usaha Tersebut Berada Dalam Pasar Bersangkutan
am

ub
Yang Sama
Menimbang, bahwa secara umum barang-barang yang
ep
dijual oleh Pemohon juga dijual oleh toko-toko modern (Ritel
k

modern) lainnya baik: yang berbentuk mini market,


ah

supermarket, departement store, hypermarket lain dan


R

si
grosir. Artinya terdapat kesamaan antara barang yang
dijual oleh Pemohon dengan peritel modern lainnya,

ne
ng

sehingga secara nyata Pemohon Keberatan dengan toko-


toko modern lainnya berada dalam pasar bersangkutan

do
gu

yang sama. (vide Bukti P.13 dan Bukti P. 14/ C.162),


Berdasarkan bukti tersebut (dimana bukti tersebut juga
diajukan dalam pemeriksaan di KPPU) terbukti bahwa
In
A

hampir semua barang yang dijual di mini market juga


dijual di supermarket, hampir semua barang yang dijual di
ah

lik

supermarket juga dijual di hypermarket, semua barang


yang dijual di hypermarket juga di jual di grosir. Sebagian
m

ub

barang yang dijual di hypermarket juga dijual di


departement store. Selain itu barang-barang yang dijual di
ka

toko modern specialis ada pada hypermarket atau grosir


ep

dengan demikian terbukti terdapat kesamaan barang yang


ah

dijual oleh Pemohon dengan barang yang dijual oleh Peritel


R

modern lainnya."
es

2. Bahwa dalam pertimbangan hukumnya


M

ng

sebagaimana diuraikan pada butir 1 di atas dapat dilihat bahwa


on
gu

Hal. 184 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 184
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pengadilan Negeri tidak

R
mempertimbangkan penjelasan dan berkas-berkas perkara dari

si
Pemohon Kasasi secara keseluruhan, Pengadilan Negeri hanya

ne
ng
mempertimbangkan argumentasi atau dalil-dalil Termohon Kasasi;
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi
tidak sependapat dengan

do
gu pertimbangan hukum dari Pengadilan Negeri a quo. Dalam
pertimbangannya Pengadilan Negeri mengatakan bahwa

In
A
hypermarket, supermarket, minimarket, department store, toko
modern spesialis dan grosir berada pada satu pasar bersangkutan
ah

yang sama karena barang yang dijual adalah sama. Hal tersebut

lik
adalah tidak tepat dan salah, karena barang yang dijual di
hypermarket dan supermarket tidak semuanya dijual di minimarket,
am

ub
department store, toko modern specialis maupun grosir. Sebagai
contoh, karni berikan daftar barang yang dijual Termohon Kasasi
ep
(hypermarket) yang tidak dijual di minimarket (Putusan KPPU
k

Halaman 152-154), yaitu sebagai berikut:


ah

a. Sayur
R

si
b. Daging
c. Alat Kebersihan Rumah

ne
ng

d. Peralatan Tukang, Bangunan Kelistrikan


e. Olah Raga-Sepeda

do
gu

f. Koper
g. Pakaian
h. Perlengkapan Bayi
In
A

i. Kulkas, Mesin Cuci


j. Setrika Rice Cooker
ah

lik

k. TV
l. Camera
m

ub

m. Hi Fi
n. Computer
ka

o. Acesoris
ep

p. Handphone
ah

4. Selain itu dalam Putusan KPPU juga


R

dijelaskan jenis komoditi atau barang dagangan yang dijual pada


es

hypermarket, supermarket dan minimarket berbeda-beda,


M

ng

sebagaimana tercantum dalam butir 1.2.2.2. bagian Tentang Duduk


on
gu

Hal. 185 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 185
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perkara Putusan KPPU halaman 42-43, yang dapat kami kutip

R
sebagai berikut:

si
"1.2.2.2 Bahwa berdasarkan karakter pasar modern yang

ne
ng
diuraikan di atas,pasar modern dapat dikelompokan
menjadi minimarket, supermarket dan hypermarket. Masing-
masing bentuk pasar modern tersebut memiliki ciri-ciri

do
gu sebagai berikut:
4.2.2.2.1 Minimarket, memiliki ciri-ciri

In
A
sebagai berikut:
a. Jenis komoditi
ah

atau barang dagangan yang dijual merupakan

lik
barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-
hari seperti produk makanan dan minuman dalam
am

ub
kemasan yang siap saji;
b. kegiatan penjualan
ep
dilakukan secara eceran dan cara pelayanan
k

dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan


ah

menggunakan keranjang jinjing atau peralatan


R

si
lain (kereta dorong yang telah disediakan);
c. luas lantai

ne
ng

usahanya maksimal 200 m2;


d. harga barang

do
gu

dagangan yang dijual dicantumkan secarajelas


dan pasti ;
e. jumlah item produk
In
A

yang dijual antara 2.000 - 3.000 item produk;


f. keberadaan lokasi
ah

lik

gerai di sekitar perumahan;


g. memiliki cash
m

ub

register maksimal dua mesin (Bukti B7);


1.2.2.2.2. Supermarket, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ka

a. jenis komoditi atau barang dagangan yang dijual


ep

merupakan barang-barang atau kebutuhan rumah tangga


ah

sehari-hari termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok;


R

b. kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara


es

pelayanan dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan


M

ng

menggunakan keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta


on
gu

Hal. 186 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 186
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dorong yang telah disediakan);

R
c. harga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara

si
jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat

ne
ng
tertentu yang mudah terlihat oleh konsumen;
d. luas lantai usahanya maksimal 4.000 m2;
e. jumlah item produk yang dijual antara 10.000-18.000 item

do
gu produk (70% barang ritel dan 30% fresh product);
f. memiliki cash register lebih dari tiga mesin (Bukti B7);

In
A
1.2.2.2.3 Hypermarket, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. jenis komoditi barang dagangan yang dijual merupakan
ah

kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti produk

lik
makanan dan minuman dalam kemasan yang siap saji,
kebutuhan sembilan bahan pokok serta fresh product,
am

ub
household product dan electronics ;
b. kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara
ep
pelayanan dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan
k

menggunakan keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta


ah

do ro ng yang telah disediakan);


R

si
c. arga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara
jelas dan pasti pada kemasan pada suatu tempat tertentu

ne
ng

yang mudah dilihat oleh konsumen;


d. luas lantai usahanya lebih dari 4.000 m2 dan maksimal

do
gu

8.000 m2;
e. jumlah item produk yang dijual antara 19.000-40.000 item
produk (70% barang ritel dan 30% fresh product);
In
A

f. memiliki cash register sekurang-kurangnya duapuluh mesin


(Bukti B7);
ah

lik

5. Apabila dilihat dari karakteristik komoditi


atau barang dagangan yang dijual oleh hypermarket, supermarket
m

ub

dan minimarket maka masing-masing format ritel modern a quo


menjual jenis komoditi atau barang dagangan yang berbeda-beda,
ka

oleh karena itu sudah seharusnya Pengadilan Negeri dalam


ep

pertimbangan hukumnya tidak mengatakan bahwa terdapat


ah

kesamaan barang yang dijual oleh Termohon Kasasi dengan barang


R

yang dijual oleh peritel modern lainnya. Sebagai


es

contoh, secara logika umum pelaku usaha ritel semacam Indomaret


M

ng

dan Circle K (jenis minimarket) tentunya tidak dapat dibandingkan


on
gu

Hal. 187 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 187
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
head to head dengan Termohon Kasasi ataupun Giant (jenis

R
hypermarket dan supermarket), hal ini dapat dilihat secara kasat

si
mata, dikarenakan luas outlet dan selling space yang jelas berbeda

ne
ng
jauh, serta variasi jenis barang dijual di Termohon Kasasi lebih
beragam dan bervariasi yang tentunya tidak dapat ditemui di outlet
Indomaret atau Circle K;

do
gu 6. Sebagai contoh lainnya adalah barang-
barang yang dijual di toko

In
A
spesialis modern seperti Electronic City (menjual produk elektronik),
dan Depo Bangunan (menjual produk bahan bangunan), tidak dapat
ah

dibandingkan dengan Termohon Kasasi, Giant atau Hypermart,

lik
karena memiliki variasi barang yang jelas berbeda. Konsumen tidak
akan bisa menemui produk kebutuhan rumah tangga di Electronic
am

ub
City dan Depo Bangunan, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan
uraian-uraian terkait dengan perbedaan komposisi barang yang dijual
ep
di minimarket, toko spesialis modern, department store dengan
k

komposisi barang yang ada di hypermarket dan supermarket maka


ah

dapat disimpulkan bahwa antara minimarket, toko spesialis modern,


R

si
department store dengan hypermarket dan supermarket tidak dapat
disetarakan;

ne
ng

7. Bahwa hal ini sebagaimana dijelaskan


oleh Pemohon Kasasi dalam Putusan KPPU butir 4.44. - 4.45 pada

do
gu

halaman 245 - 246 yang dapat kami kutip sebagai berikut:


4.44 Majelis Komisi berpendapat bahwa dalam menentukan pasar
bersangkutan dalam industri ritel perlu memperhatikan
In
A

komposisi barang yang dibeli konsumen dari setiap format.


Komposisi barang yang dibeli di hypermarket dan supermarket
ah

lik

akan berbeda dengan komposisi barang yang dibeli oleh


konsumen di minimarket, speciality store, dan department
m

ub

store. Secara umum komposisi barang yang dibeli konsumen


di hypermarket dan supermarket akan lebih beragam
ka

dibanding dengan minimarket, speciality store, dan department


ep

store;
ah

4.45 Oleh karena itu Majelis Komisi sependapat dengan Tim


R

Pemeriksa yang telah tepat dalam membuktikan bahwa


es

cakupan pasar bersangkutan secara produk adalah


M

ng

hpermarket dan supermarket saja. Sedagkan untuk format


on
gu

Hal. 188 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 188
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pasar tradisional, perkulakan, dan minimarket, ditambah

R
dengan department store dan speciality store tidak

si
termasuk dalam pasar bersangkutan;

ne
ng
8. Fakta lain dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan mengenai
motif/alasan mengunjungi berbagai tempat berbelanja:
Gerai Prosentase Alasan

do
gu Carrefour 55.3% Dekat rumah
Produk lengkap
: 34.9%
: 36.1%

In
Diskon : 13.3%
A
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
ah

lik
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 34.9%
Dekat Tempat Kerja : 7.7%
am

ub
Produk lengkap : 7.7%
"penebalan dilakukan oleh Termohon Keberatan untuk penekanan
Dari data tersebut dapat dilihat Terrnohon Kasasi (perwakilan bentuk
ep
k

hypermarket) dikunjungi sebagian besar konsumen dikarenakan


ah

produknya yang lengkap dengan persentase sebesar 36,1 %.


R

si
Sementara
Alfamart (perwakilan bentuk minimarket) memiliki jenis produk yang

ne
ng

lebih sedikit ditunjukkan dengan rendahnya persentase kunjungan


konsumen atas motif/alasan kelengkapan produk dengan Angka

do
persentase sebesar 7,7%.
gu

9. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka barang-barang atau produk-


produk yang dijual di hypermarket dan supermarket tidak dapat
In
A

disetarakan dengan minimarket, department store, grosir maupun


toko modern specialis. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Yang
ah

lik

Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk


membatalkan Putusan Pengadilan Negeri karena salah dalam
menerapkan hukum yang berlaku.
m

ub

B.2. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah


ka

dalam Menentukan Parameter "Para Pelaku Usaha Harus Mempunyai


ep

Karakteristik yang Sama, dan Mempunyai Pola Pemasaran Barang


yang Sama serta Mempunyai Strategi Marketing yang Hampir Sama
ah

Satu Sama Lain"


es

1. Bahwa Putusan Pengadilan


M

Negeri patut dibatalkan karena salah


ng

on
gu

Hal. 189 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 189
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Para

R
Pelaku Usaha Hams Mempunyai Karakteristik yang Sama, dan

si
Mempunyai Pola Pemasaran Barang yang Sama serta Mempunyai

ne
ng
Strategi Marketing yang Hampir Sama Satu Sama Lain",
sebagaimana tertuang dalam butir Ad.2. bagian Tentang
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317, yang

do
gu dapat kami kutip sebagai berikut:
"Ad.2. Para Pelaku Usaha Harus Mempunyai Karakteristik Yang

In
A
Sama, Dan Mempunyai Pola Pemasaran Barang Yang
Sama Serta Mempunyai Strategi Marketing Yang Hampir
ah

Sama Satu Sama Lain ;

lik
Menimbang, bahwa dalam perkara ini masing-masing toko
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket, departement
am

ub
store, grosir dan minimarket). Kelima jenis toko modern
tersebut mempunyai karakteristik: yang sama yaitu antara lain
ep
mempunyai sistim pelayanan mandiri, menjual berbagai
k

barang secara eceran, konsumen tidak dapat menawar harga


ah

barang yang hendak dibeli, terdapat label harga khusus pada


R

si
barang yang dijual, dan semua barang yang dijual dipajang
(display). Disamping itu semua toko modern/ritel modern

ne
ng

(hypermarket, supermarket, departemen store, grosir dan


minimarket) mempunyai pola pemasaran barang yang sama

do
gu

yaitu membeli barang dari pemasok untuk selanjutnya dijual


kembali secara eceran kepada konsumen akhir atau
pengguna. Dalam interaksi antara peritel dan pemasok dibuat
In
A

berbagai persyaratan perdagangan (trading terms) sesuai


dengan ketentuan hukum. yang berlaku dan kesepakatan para
ah

lik

pihak."
2. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan
m

ub

pertimbangan hukum Pengadilan Negeri a quo. Putusan pengadilan


Negeri dalam pertimbangan hukumnya mengatakan bahwa masing-
ka

masing toko modern mempunyai karakteristik dan pola pemasaran


ep

yang sama. Hal tersebut sangatlah tidak tepat dan salah, karena
ah

Pengadilan Negeri tidak seksama dan cermat dalam melihat


R

karakteristik dari masing-masing toko modern;


es

3. Dalam Putusan KPPU telah dijelaskan bahwa hypermarket,


M

ng

supermarket dan minimarket memiliki karakteristik yang berbeda,


on
gu

Hal. 190 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 190
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagaimana tercantum dalam butir 1.2.2.2. bagian Tentang Duduk

R
Perkara Putusan KPPU halarnan 42-43, yang dapat kami kutip

si
sebagai berikut:

ne
ng
"1.2.2.2 Bahwa berdasarkan karakter pasar modern yang
diuraikan di atas.pasar modern dapat dikelompokan
menjadi minimarket, supermarket dan hypermarket.

do
gu masing-masing bentuk pasar modern tersebut memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:

In
A
1.2.2.2.1 Minimarket, memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
ah

a. jenis komoditi

lik
atau barang dagangan yang
dijual merupakan barang-barang kebutuhan
am

ub
rumah tangga sehari-hari seperti produk
makanan dan minuman dalam kemasan
ep
yang siap saji;
k

b. kegiatan
ah

penjualan dilakukan secara eceran


R

si
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri

ne
ng

oleh konsumen dengan menggunakan


keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta

do
gu

dorong yang telah disediakan);


c. luas lantai
usahanya maksimal 200 m2;
In
A

d. harga barang
dagangan yang dijual
ah

lik

dicantumkan secarajelas dan pasti;


e. jumlah item
m

ub

produk yang dijual antara 2.000 – 3.000


item produk;
ka

f. keberadaan
ep

lokasi gerai di sekitar perumahan;


ah

g. memiliki cash
R

register maksimal dua mesin


es

(Bukti B7);
M

ng

1.2.2.2.2 Supermarket, memiliki


on
gu

Hal. 191 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 191
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ciri-ciri sebagai berikut :

R
a. jenis komoditi

si
atau barang dagangan yang

ne
ng
dijual merupakan barang-barang atau
kebutuhan rumah tangga sehari-hari
termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok;

do
gu b. kegiatan
penjualan dilakukan secara eceran

In
A
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri
ah

oleh konsumen dengan menggunakan

lik
keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta
dorong yang telah disediakan);
am

ub
c. harga barang
dagangan yang dijual
ep
dicantumkan secara jelas dan pasti pada
k

kemasan barang pada suatu tempat tertentu


ah

si
yang mudah terlihat oleh konsumen;
d. luas lantai

ne
ng

usahanya maksimal 4.000 m2;


e. jumlah item

do
gu

produk yang dijual an tara 10.000 - 18.000


item produk (70% barang ritel dan 30%
fresh product);
In
A

f. memiliki cash
register lebih dari tiga mesin
ah

lik

(Bukti B7);
1.2.2.2.3 Hypermarket, memiliki
m

ub

ciri-ciri sebagai berikut :


a. jenis komoditi
ka

barang dagangan yang dijual


ep

merupakan kebutuhan rumah tangga sehari-


ah

hari seperti produk makanan dan minuman


es

dalam kemasan yang siap saji, kebutuhan


M

ng

sembilan bahan pokok serta fresh product,


on
gu

Hal. 192 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 192
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
household product dan electronics;

R
b. kegiatan

si
penjualan dilakukan secara eceran

ne
ng
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri
oleh konsumen dengan menggunakan

do
gu keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta
dorong yang telah disediakan);

In
A
c. harga barang
dagangan yang dijual
ah

dicantumkan secara jelas dan pasti pada

lik
kemasan pada suatu tempat tertentu yang
mudah dilihat oleh konsumen;
am

ub
d. luas lantai
usahanya lebih dari 4.000 m2 dan
ep
maksimal 8.000 m2;
k

e. jumlah item
ah

produk yang dijual antara 19.000 - 40.000


R

si
item produk (70% barang ritel dan 30%
fresh product);

ne
ng

f. memiliki cash
register sekurang-kurangnya

do
gu

dua puluh mesin (Bukti B7);


4. Apabila dilihat dari ketiga karakteristik tersebut di atas, maka sudah
seharusnya Pengadilan Negeri dalam pertimbangan hukumnya tidak
In
A

mengatakan bahwa masing-masing toko modern mempunyai


karakteristik yang sama, dengan demikian Putusan Pengadilan Negeri
ah

lik

a quo sudah sepatutnya untuk dibatalkan;


m

ub

5. Bahwa terdapat keterangan saksi PT Sigmantara Alfindo (pemilik


mayoritas dari Alfa sebelumnya) menegaskan mengenai pasar produk
ka

ep

dari hypermarket. Pada pemeriksaan tanggal 22 Juli 2009:


ah

28 Pertanyaan: Apakah antara supermarket/


R

. hypermarket berbeda
pengelolaannya dengan minimarket?
es

Jawaban: Ya
M

ng

29 Pertanyaan: Sebagai pelaku usaha yang awal


on
gu

Hal. 193 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 193
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
. usahanya di
hypermarket/supermarket, apakah

si
kesulitan apabila beralih ke
minimarket?
Jawaban: Hal itu tidak dapat dibandingkan

ne
ng
karena hypermarket dan minimarket
berbeda. Apabila pelaku usaha
hypermarket dan supermarket pindah

do
gu ke pangsa pasar yang lebih kecil
seperti minimarket, maka menurut
saya tidak terlalu sulit.
30 Pertanyaan: Apakah pasar supermarket dengan

In
A
. minimarket dapat disetarakan?
Jawaban: Tidak bisa, karena barang yang
dijual oleh supermarket lebih
ah

lik
banyak daripada minimarket.
*(vide B10)
*penebalan dilakukan Termohon untuk penegasan
am

ub
6. Bahwa selain itu keterangan yang diberikan oleh Termohon Kasasi
sendiri justru memperkuat fakta bahwa Termohon Kasasi berada
dalam pasar bersangkutan yang sama dengan peritel modern jenis
ep
k

supermarket dan hypermarket, sebagaimana dapat dilihat pada


ah

pemeriksaan tanggal 10 September 2009 (vide B20):


R

si
Pertanyaan : Betul atau tidak ada program “Ada
33 yang Lebih Murah Kami Ganti 10x”
sejak kapan program ini diberlakukan?

ne
ng

Jawaban : Kami memang memiliki program


tersebut dan masih berlaku sampai
sekarang tetapi ada kondisi tertentu

do
yang dipersyaratkan yaitu misalnya
gu

toko di Bandung Perbandingan


selisih hanya bisa dilakukan untuk
gerai modern (Griya/Yogya, Giant
In
Superindo, Hero, dan Hypermarket)
A

yang berjarak maksimum 2 km dari


Carrefour tempat Anda mengklaim
dan tidak berlaku untuk pembelian di
ah

lik

pasar tradisional atau toko kecil.


Program tersebut telah kami
laksanakan sejak 1,5 tahun yang lalu.
m

ub

* penebalan dilakukan oleh Pemohon Kasasi untuk penegasan


Karena program Termohon Kasasi tersebut dilakukan terhadap pelaku usaha
ka

pesaing yaitu: Griya, Superindo Hero (untuk jenis supermarket) dan


ep

Hypermart (untuk jenis hypermarket).


7. Pengadilan Negeri pada pertimbangan hukumnya yang tertuang
ah

dalam paragraf 2 bagian Ad.2. Putusan Pengadialn Negeri halaman


R

317, yang dapat kami kutip sebagai berikut:


es
M

" ... Disamping itu semua toko modern/ritel modern (hypermarket,


ng

on
gu

Hal. 194 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 194
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
supermarket, departement store, grosir dan minimarket) mempunyai

R
pola pemasaran barang yang sama yaitu membeli barang dari

si
pemasokuniuk; selanjutnya dijual kembali secara eceran kepada

ne
ng
konsumen akhir atau pengguna. Dalam interaksi antara peritel dan
pemasok dibuat berbagai persyaratan perdagangan (trading terms)
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan kesepakatan para

do
gu pihak. "
8. Dalam pertimbangan hukumnya sebagaimana diuraikan di atas,

In
A
Pengadilan Negeri mengatakan bahwa " ... membeli barang dari
pemasok untuk selanjutnya dijual kembali secara eceran kepada
ah

konsumen akhir atau pengguna ... ". Hal tersebut secara tidak

lik
langsung Pengadilan Negeri mengakui bahwa memang terdapat 2
(dua) pasar pada ritel modern, yaitu:
am

ub
a. Pasar antara pemasok dengan peritel , di mana pemasok
(penjual)
ep
menjual barang pasokannya kepada peritel (pembeli); dan
k

b. Pasar antara peritel dengan konsumen akhir atau


ah

pengguna,
R

si
dimana peritel (penjual) menjual barangy produknya kepada
konsumen akhir atau pengguna (pembeli).

ne
ng

9. Kemudian dalam pertimbangannya, Pengadilan Negeri mengatakan


" ... Dalam interaksi antara pentel dan pemasok dibuat berbagai

do
gu

persyaratan perdagangan (trading terms) sesuai dengan ketentuan


hukum yang berlaku dan kesepakatan para pihak";
10. Bahwa dalam kenyataannya, Termohon Kasasi dalam membuat
In
A

persyaratan perdagangan (trading terms) tidak sepenuhnya mentaati


peraturan yang ada, antara lain Pasal 7 Permendag No. 53/M-
ah

lik

DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan


Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dimana
m

ub

format trading terms dan besaran yang diberlakukan tidak sesuai


dengan aturan yang ada, sehingga tidak disepakatinya trading terms
ka

untuk perjanjian kerjasama tahun ini antara Termohon Kasasi dan


ep

pemasok (vide BI2). Hal ini diperkuat dengan adanya syarat


ah

additional
R

conditional rebate pada trading terms Termohon Kasasi yang tidak


es

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, sehingga


M

ng

menunjukkan trading terms Termohon Kasasi melanggar hukum dan


on
gu

Hal. 195 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 195
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

R
11. Hal tersebut juga telah dipertimbangkan dalam Putusan KPPU,

si
sebagaimana tertuang dalam butir 6.4.9. bagian Tentang Hukum

ne
ng
Putusan KPPU halaman 271-275, yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
6.4.9. Dampak Syarat Perdagangan;

do
gu 6.4.9.1. LHPL pada pokoknya menyatakan bahwa penerapan
trading terms oleh Terlapor menyebabkan dampak

In
A
negatif terhadap persaingan;
6.4.9.2. Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor pada
ah

pokoknya menyatakan:

lik
a. Ketentuan trading terms antara Terlapor dan para
pemasoknya sama sekali tidak melanggar ketentuan
am

ub
hukum yang berlaku dan LHPL juga sama sekali
tidak menyebutkan bahwa trading terms Terlapor
ep
melanggar hukum dan ketentuan perundang-undangan
k

yang berlaku ;
ah

b. Adanya proses negosiasi menunjukkan tidak adanya


R

si
paksaan atau tekanan dari Terlapor (maupun dari Alfa)
kepada pemasok serta juga menunjukkan bahwa posisi

ne
ng

negosiasi baik Terlapor ataupun pemasok adalah sama ;


c. Trading terms salah satu peritel lain nilainya lebih

do
gu

besar dibandingkan dengan nilai trading terms


Terlapor untuk pemasok barang yang sama, sehingga
membuktikan trading terms Terlapor bukan yang tertinggi
In
A

dibandingkan dengan peritel modern lainnya ;


d. Terlapor keberatan terhadap fenomena coordinated
ah

lik

conduct dimana Terlapor merupakan leader dalam


penentuan jenis dan jumlah trading terms ;
m

ub

e. Penerapan standar trading terms yang sama terhadap


pemasok Terlapor dan pemasok Alfa adalah tidak
ka

melanggar ketentuan hukum yang berlaku;


ep

6.4.9.3. Atas pendapat atau pembelaan Terlapor tersebut, Majelis


ah

Komisi berpendapat sebagai berikut;


R

a. Sesuai dengan LHPL dan keterangan pemerintah, terlihat


es

bahwa trading terms merupakan perilaku bisnis antara


M

ng

peritel dan pemasok, namun terdapat kecenderungan


on
gu

Hal. 196 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 196
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa trading terms yang selama ini diberlakukan tidak

R
hanya berhubungan langsung dengan penjualan produk

si
dari pemasok, dan cenderung naik dari tahun ke tahun

ne
ng
tanpa justifikasi yang jelas; (vide B2);
b. Bahwa dalam kenyataannya, Terlapor belum sepenuhnya
mentaati peraturan yang ada, dimana format trading

do
gu terms dan besaran yang diberlakukan tidak sesuai
dengan aturan yang ada sehingga tidak disepakatinya

In
A
trading terms untuk perjanjian kerjasama tahun ini antara
Terlapor dan pemasok (vide B12). Hal ini diperkuat
ah

dengan adanya syarat additional conditional rebate pada

lik
trading terms Terlapor yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada sehingga
am

ub
menunjukkan trading terms Terlapor melanggar
hukum dan peraturan perundangan yang berlaku;
ep
c. Dalam proses negosiasi antara pemasok dan Terlapor,
k

seringkali pemasok dalam posisi yang lemah (vide B2),


ah

dimana biasanya Terlapor ingin melakukan negosiasi


R

si
secara lisan dan menekan pemasok dengan cara
menetapkan harga secara sepihak bahkan pemasok

ne
ng

mendapat ancaman untuk mengangkut barang


pasokannya apabila tidak menyetujui tawaran Terlapor.

do
gu

Hal ini diperkuat dengan adanya pemaksaan jual rugi


yang diperkuat dengan survey LPEM UI (vide Cl88)
tentanginteraksi pemasok dengan Terlapor;
In
A

d. Selain itu Terlapor menggunakan posisi tawarnya untuk


menekan pemasok yang berdampak pada lessening
ah

lik

competition di pasar bersangkutan. Hal ini sesuai dengan


pengakuan Terlapor, bahwa Terlapor melakukan
m

ub

pengecekan harga di lapangan/competitor check (vide


B20) sehingga dapat diketahui kisaran harga barang
ka

pemasok di mpat lain;


ep

e. Dengan strategi competitor check tersebut, Terlapor akan


ah

memperoleh gambaran harga pemasok di tempat pesaing


R

sehingga mempengaruhi besaran trading terms Terlapor


es

kepada pemasok. Dengan kondisi adanya parallel


M

ng

conduct yang dilakukan Terlapor dengan pesaingnya,


on
gu

Hal. 197 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 197
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menyebabkan besaran trading terms antar peritel menjadi

R
terbatas, sehingga mengurangi dinamisnya besaran

si
trading terms yang seharusnya dapat menjadi pilihan bagi

ne
ng
pemasok.;
f. Hal ini juga diperkuat dengan jenis trading terms yang
dilakukan pesaing dari Terlapor yang cenderung meniru

do
gu trading terms Terlapor (vide B12),sehingga besaran
trading terms yang diterima pemasok pada pasar pesaing

In
A
juga ikut naik dan menghalangi pemasok untuk
mendapatkan pilihan trading terms yang bersaing;
ah

g. Dampak dari perilaku ini menyebabkan pemasok tidak

lik
mendapatkan ruang yang fleksibel dalam mendapatkan
trading terms yang lebih kecil. Akibatnya insentif bagi
am

ub
pemasok dalam melakukan inovasi produk-produk baru
akan berkurang karena keuntungan yang seharusnya
ep
bisa dinikmatinya akan diserap habis oleh Terlapor dan
k

peritel modern ;
ah

h. Bukti trading terms yang disampaikan Terlapor yang


R

si
menunjukkan trading terms Terlapor bukan trading
terms tertinggi di antara pelaku usaha pada pasar

ne
ng

bersangkutan upstream tidak dapat diterima, karena


trading terms tersebut tidak mencerminkan trading terms

do
gu

untuk pemasok lain, baik yang menjual barang yang


sama maupun berbeda;
i. Hasil pemeriksaan dari Tim Pemeriksa terhadap berbagai
In
A

pihak; menunjukkan fakta bahwa pada pasar


bersangkutan upstream terjadi fenomena oordinated
ah

lik

conduct atau tindakan paralel dalam pengenaan trading


terms kepada pemasok. Dimana Terlapor menjadi leader
m

ub

dalam perilaku tersebut sebagaimana terlihat pada


keterangan-keterangan yang terdapat pada LHPL;
ka

j. Di samping hal tersebut, faktor tingginya frekuensi


ep

perpindahan personel dari Terlapor ke perusahaan


ah

pesaing juga me mfasilitasi adanya kesamaan perilaku


R

sehingga bentuk trading terms apapun yang dilakukan


es

terlapor juga dilakukan oleh pesaing Terlapor;


M

ng

k. Majelis Komisi menilai bahwa penerapan standar trading


on
gu

Hal. 198 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 198
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terms yang sama antara pemasok Terlapor dengan

R
pemasok Alfa bukanlah hal yang melanggar hukum, akan

si
tetapi melalui proses negosiasi hanya dengan satu buyer

ne
ng
yang sama untuk dua transaksi yang berbeda,
menyebabkan adanya perilaku tying, dimana pemasok
dapat dipaksa untuk menerima besaran trading terms

do
gu Terlapor maupun trading terms Alfa, sebagaimana
dijelaskan dalam LHPL. Hal ini diperkuat dengan adanya

In
A
klausul additional conditional rebate dan keberatan dari
pemasok; (vide B12) ;
ah

6.4.9.4. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka Majelis Komisi

lik
menyimpulkan bahwa dampak syarat perdagangan (trading
terms) yang diterapkan oleh Terlapor terhadap pemasok
am

ub
menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan menghambat
konsumen memperoleh barang dan jasa yang bersaing;
ep
6.4.9.5. Dengan demikian unsur ini terpenuhi ;
k

12. Selain itu, persyaratan perdagangan (trading terms) yang dibuat


ah

antara peritel dan pemasok merupakan fakta akibat adanya interaksi


R

si
jual beli antara pemasok dengan peritel (pasar antara pemasok
dengan peritel), yaitu dimana pemasok sebagai penjual dan peritel

ne
ng

sebagai pembeli.
Namun menjadi sebaliknya ketika dibuat berbagai persyaratan

do
gu

perdagangan (trading terms), dimana pemasok menjadi pembeli dan


peri tel menjadi penjual. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam
persyaratan perdagangan a quo peritel menawarkan jasa-jasa ritel
In
A

kepada pemasok dalam hal pemasok menjual barang pasokannya di


gerai peritel. Oengan demikian pasar antara pemasok dengan peri tel
ah

lik

dapat terjadi 2 (dua) jenis transaksi jual beli, yaitu:


a. Hubungan jual beli antara pemasok dengan peritel ,
m

ub

dimana pemasok (penjual) menjual barang pasokannya kepada


peritel (pembeli); dan
ka

b. Hubungan jual beli antara peritel dengan pemasok,


ep

dimana peritel (penjual) menjual jasa-jasa ritel yang dibuat dalam


ah

bentuk persyaratan perdagangan (trding tems) kepada pemasok


R

(pembeli).
es

13. Bahwa ketentuan Pasal 1 Angka 9 UU No. 5 Tahun 1999, yang


M

ng

berbunyi sebagai berikut:


on
gu

Hal. 199 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 199
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual

R
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan

si
transaksi perdagangan barang dan atau jasa".

ne
ng
14. Apabila dilihat berdasarkan definisi "Pasar" dalam ketentuan Pasal 1
Angka 9 UU No. 5 Tahun 1999, maka terdapat 2 (dua) parameter
dalam menentukan "Pasar", yaitu Pertama, terdapat pembeli dan

do
gu penjual; Kedua, terdapat transaksi perdagangan barang dan atau
jasa. Berdasarkan kedua parameter dan ketentuan Pasal 1 Angka 9

In
A
UU No.5 Tahun 1999 a quo, maka dapat disimpulkan bahwa memang
ah

terdapat 2 (dua) pasar dalam ritel modern, yaitu:

lik
a. Pasar antara pemasok dengan peritel, dalam Pasar antara
pemasok dengan peritel, terdapat dua jenis transaksi jual beli
am

ub
yaitu:
• Hubungan jual beli antara pemasok dengan peritel, dimana
ep
pemasok (penjual) menjual barang pasokannya kepada peritel
k

(pembeli); dan
ah

• Hubungan jual beli antara peritel dengan pemasok,


R

si
dimana peritel (penjual) menjual jasa-jasa ritel yang dibuat
dalam bentuk persyaratan perdagangan (trading terms) kepada

ne
ng

pemasok (pembeli).
b. Pasar antara peritel dengan konsumen akhir atau pengguna ,

do
gu

dimana peritel (penjual) menjual barangj produknya kepada


konsumen akhir atau pengguna (pembeli).
15. Untuk diketahui Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi bahwa
In
A

dalam Putusan KPPU, Pemohon Kasasi juga mendefinisikan pasar


menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
ah

lik

a. Pasar Upstream, yaitu pasar yang terdapat transaksi jual beli


antara pemasok dengan peritel. Dalam Pasar Upstream ini,
m

ub

terdapat 2 (dua) jenis transaksi jual beli yaitu:


• Hubungan jual beli antara pemasok dengan peritel, dimana
ka

pemasok (penjual) menjual barang pasokannya kepada


ep

peritel (pembeli); dan


ah

• Hubungan jual beli antara peri tel dengan pemasok, dimana


R

peritel (penjual) menjual jasa-jasa rite1 yang dibuat dalam


es

bentuk persyaratan perdagangan (trading terms) kepada


M

ng

pemasok (pembeli).
on
gu

Hal. 200 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 200
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Pasar Downstream, yaitu pasar yang terdapat transaksi jual beli

R
antara peritel (penjual) dengan konsumen akhir atau pengguna

si
(pembeli).

ne
ng
untuk penjelasan lebih lanjut tentang Pasar Upstream dan Pasar
Downstream, maka Pemohon Kasasi akan uraikan pada butir B.4.
dan B.5. bagian Pokok-pokok Memori Kasasi.

do
gu 16. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk

In
A
membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.
B.3. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan Karena Salah
ah

Dalam Menentukan Parameter "Perspektif Perilaku Konsumen"

lik
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Perspektif
am

ub
Perilaku Korisumen", sebagaimana tertuang dalam butir Ad.3. bagian
Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman
ep
318;
k

2. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan


ah

pertimbangan hukum dari Pengadilan Negeri a quo. Pertimbangan


R

si
hukum yang mengatakan bahwa dengan tingginya cross shopping
konsumen hypermarket ke minimarket menunjukkan bahwa

ne
ng

konsumen tidak mempunyai loyalitas terhadap format ritel modern


tertentu adalah merupakan pertimbangan hukum yang salah dan

do
gu

tidak tepat. Penjelasan terkait dengan cross shopping Konsumen a


quo telah tercantum dalam butir 31-34 Bagian Tentang Duduk
Perkara Putusan KPPU halaman 50-51, yang dapat kami kutip
In
A

sebagai berikut:
(31) Selanjutnya Mars melakukan survey tentang cross shopping
ah

lik

konsumen. Cross shopping adalah perilaku belanja konsumen


yang menggunakan berbagai format ritel untuk memenuhi
m

ub

kebutuhannya. Hasil survey. konsumen Mars tentang cross


shopping menunjukkan prosentase sebagai berikut:
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 201 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 201
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng
(32) Berdasarkan prosentase di atas terlihat kecenderungan bahwa
konsumen pasar besar (tempat belanja utama konsumen)

do
gu cenderung ban yak yang cross shopping ke format yang lebih
kecil (tempat belanja tambahan) dibandingkan ke format yang
lebih besar;

In
A
(33) Tingginya cross shopping konsumen hypermarket ke
minimarket sekali lagi menunjukkan bahwa keberadaan
ah

lik
minimarket merupakan pelengkap dari keberadaan
hypermarket;
am

ub
(34) Sebaliknya, rendahnya cross shopping konsumen supermarket
ke ypermarket mempertegas bahwa bagi konsumen
supermarket, keberadaan hypermarket merupakan subsititusi
ep
k

bagi keberadaan supermarket;


ah

3. Hubungan cross shopping yang tinggi ini adalah bahwa konsumen


R

si
hyperrnarket mengunjungi minimarket dengan tujuan belanja
yang berbeda, yaitu melakukan "belanja utama" / belanja bulanan

ne
ng

(dengan nilai besar) di hypermarket dan melakukan "belanja


tambahan" di minimarket. Belanja tambahan adalah belanja yang
dilakukan untuk sekedar belanja untuk mengganti produk yang habis

do
gu

atau sekedar menambah produk yang tidak sempat didapatkan pada


saat konsumen melakukan belanja bulanan/belanja utama. Sifat
In
A

belanja tambahan ini tentunya dari sisi nilai tidak akan lebih besar
dari belanja utama namun dari sisi frekuensi mungkin akan terlihat
ah

lik

lebih sering;
4. Secara umum format ritel yang lebih kecil akan menjadi tujuan
belanja tambahan bagi konsumen yang melakukan belanja utama di
m

ub

format ritel yang lebih besar. Hal tersebut juga dijelaskan dalam oleh
ka

Competition Commission-Uio dalam riset terkait maupun penelitian


ep

yang dilakakukan oleh Tirbunal Tribunal Vasco de Defensa de la


Competencia;
ah

5. Sebagai ilustrasi, seorang ibu rumah tangga akan melakukan belanja


R

es

bulanan rumah tangganya (belanja utama) di Termohon Kasasi,


M

namun ia juga akan melengkapi keperluan insidentil dan kebutuhan


ng

on
gu

Hal. 202 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 202
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sehari-hari rumah tangganya (belanja tarnbahan) di Indomaret

R
(minimarket);

si
6. Fakta lain dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan mengenai

ne
ng
motif/ al as an mengunjungi berbagai tempat berbelanja.

Gerai Prosentase Alasan

do
gu Carrefour 55.3% Dekat rumah
Produk lengkap
: 34.9%
: 36.1%

In
Diskon : 13.3%
A
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
ah

lik
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 84.6%
Dekat Tempat Kerja : 7.7%
am

ub
Produk lengkap : 7.7%
Indomaret 13.3% Dekat rumah : 85.9%
Dekat Tempat Kerja : 10 %
ep
k

Diskon : 5%
ah

Dari data tersebut dapat dilihat, sebagian besar konsumen


R

si
mengunjungi Alfarnart dan Indomaret (perwakilan bentuk minimarket)
dengan alasan dekatnya jarak tempuh dengan temp at tinggal,

ne
ng

dengan persentase sebesar 84,6% dan 85%.


Berbeda dengan Termohon Kasasi (sebagai perwakilan bentuk

do
hypermarket) yang menunjukkan persentasi hanya sebesar 34,9%,
gu

jauh lebih rendah dibandingkan minimarket untuk alasan yang sama.


Hal ini menunjukkan konsumen akan lebih memilih minimarket
In
A

untuk keperluan berbelanja yang bersifat insidentil dan pelengkap


kebutuhan rumah tangga. Data AC Nielsen yang digunakan oleh
ah

lik

Termohon Kasasi sebaliknya tidak dapat dijadikan dasar argumentasi


dalam perkara a quo, karena data tersebut lebih tepat untuk
menjelaskan cross shopping antar merk dan bukan untuk antar
m

ub

format, karena tidak terlihat jelas pada format apa pelaku usaha
ka

beroperasi;
ep

7. Bahwa selain itu untuk mendukung dalil-dalil Pemohon Kasasi


tentang cross shopping a quo dan agar lebih jelas terkait dengan
ah

penilaian perspektif perilaku konsumen maka Pemohon Kasasi akan


es

uraikan lebih lanjut, sebagaimana telah diuraikan dalam butir 1.1.


M

bagian Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 40 - 62.


ng

on
gu

Hal. 203 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 203
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dalam hal ini, Pemohon Kasasi menggunakan 3 (tiga) lembaga

R
survey, yaitu Survey One, MARS dan PT Satria Lintas Nusa, untuk

si
selanjutnya hasil survey dari ketiga lembaga survey a quo akan

ne
ng
Pemohon Kasasi uraikan di bawah ini:
a. Hasil survey dari MARS adalah sebagai berikut:

do
gu Grafik 1
Prespesi Konsumen terhadap Sebuah Pasar

In
A
Persepsi Konsumen Terhadap Sebuah Pasar

Membeli sandal
ah

lik
/sepatu

Membeli pakaian

Hypermarket
Membeli buah-
buahan segar Membeli ikan
am

ub
/daging segar
Supermarket (ayam, sapi, ikan,
udang,…..)
Membeli bahan
Tradisional
Membeli bahan- sembako
bahan toiletries Membeli sayur
(sabun, shampo, mayur
pasta gigi)
Membeli kebutuhan
Membeli makanan
ep
sehari-hari
k

/minuman ringan
Minimarket
Membeli jajanan
anak
ah

si
Sebagaimana terlihat pada pemetaan di atas, keberadaan pasar

ne
ng

tradisional dipersepsikan sangat berbeda dengan format pasar-


pasar lainnya. Hal ini menunjukkan adanya konsistensi dengan
analisis perbedaan berdasarkan ciri-ciri pasar tradisional dengan

do
gu

pasar modern. Kesaksian Ahli The Smeru Research Insitute (vide


B15) dan Ahli Idqan Fahmi (vide B16) berdasarkan hasil
In
A

penelitiannya menyatakan bahwa antara pasar tradisional dan


pasar modern tidak berada dalam satu pasar bersangkutan yang
ah

sama. Selain itu berdasarkan keterangan Termohon Kasasi pada


lik

pemeriksaan di KPPU (vide B20) juga menyatakan bahwa


Termohon Kasasi tidak memandang pasar tradisional sebagai
m

ub

pesaingnya.
b. Hasil survey dari Survey One adalah sebagai
ka

ep

berikut:
Surevey One telah melakukan survey tentang hypermarket/
ah

minimarket yang dikunjungi pada 3 (tiga) bulan terkahir dengan


R

hasil prosestase sebagai berikut :


es
M

ng

on
gu

Hal. 204 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 204
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Grafik 2

R
Hypermarket/minimarket yang dikunjungi 3 bulan terakhir

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
Bahwa dalam survey tersebut, dengan pertanyaan hypermarket/
ep
k

supermarket/minimarket yang paling sering dikunjungi 3 (tiga)


ah

bulan terakhir, maka berikut adalah tabel yang menggarnbarkan


R

si
jawaban konsumen ;
Grafik 3

ne
ng

Hypermarket/minimarket yang dikunjungi 3 bulan terakhir

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub

Bahwa dalam survey yang sama untuk pertanyaan alasan sering


ka

mengunjungi hypermarket/supermarket/minimarket tersebut,


ep

didapatkan hasil sebagai berikut :


ah

Tabel 5
R

Alasan Sering mengunjungi hypermarket/supermarket/minimarket


es
M

ng

Gerai Prosentase Alasan


on
gu

Hal. 205 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 205
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Carrefour 55.3% Dekat rumah : 34.9%

R
Produk lengkap : 36.1%

si
Diskon : 13.3%

ne
ng
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 84.6%

do
gu Dekat Tempat Kerja : 7.7%
Produk lengkap : 7.7%

In
A
Indomaret 13.3% Dekat rumah : 85.9%
Dekat Tempat Kerja : 10 %
ah

Diskon : 5%

lik
Berdasarkan jawaban-jawaban konsumen tersebut maka secara
nyata dapat terlihat bahwa konsumen melakukan frekuensi
am

ub
kunjungan yang relatif sama tingginya baik ke Termohon Kasasi,
Alfarnart, dan Indomaret. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ep
keberadaan minimarket tidak menggantikan keberadaan
k

hypermarket bagi konsumen. Penjelasan yang rasional dan dapat


ah

diterima terkait hal tersebut adalah pelanggan tetap berbelanja di


R

si
minimarket untuk keperluan insidentil sekalipun sebelumnya telah
berbelanja di hypermarket. Oleh karena itu keberadaan minimarket

ne
ng

merupakan pelengkap bagi keberadaan hypermarket sehingga


dapat disimpulkan hypermarket dan minimarket tidak saling

do
gu

bersaing.
Sebaliknya, kunjungan yang tinggi ke hypermarket tidak diimbangi
dengan kunjungan yang tinggi ke supermarket. Penjelasan
In
A

terhadap hal ini adalah keberadaan hypermarket merupakan


pengganti (substitusi) dari keberadaan supermarket.
ah

lik

Alasan kansumen mengunjungi Termohon Kasasi memiliki


kesamaan dengan alasan kansumen mengunjungi Alfamart dan
m

ub

Indamaret yaitu karena dekat dengan tempat kerja atau kantor.


Hal ini kembali menunjukkan bahwa keberadaan minimarket
ka

merupakan pelengkap dari keberadaan hypermarket dan tidak


ep

saling mensubstitusi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa


ah

kansumen hypermarket memandang supermarket sebagai


R

substitusi dan minimarket sebagai pelengkap.


es

c. Hasil survey dari PT Satria Lintas Nusa menunjukkan pola belanja


M

ng

kansumen supermarket di wilayah DKI Jakarta adalah sebagai


on
gu

Hal. 206 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 206
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
berikut:

R
Tabel 6

si
Pola Belanja Konsumen diwilayah DKI Jakarta

ne
ng
JENIS BELANJA PERSENTASE
Bulanan 42.7%

do
gu Dua mingguan
Mingguan
Harian
8.3.%
16.0%
28.3%
Rekreasi 8.2%

In
A
lain-lain 3.1%

Sedangkan untuk kansumen supermarket di luar wilayah DKI


ah

lik
Jakarta menunjukkan pala belanja di supermarket sebagai berikut:
Tabel 7
am

ub
Pola Belanja Konsumen diluar wilayah DKI Jakarta
JENIS BELANJA PERSENTASE
Bulanan 34%
ep
Dua mingguan 8%
k

Mingguan 21%
ah

Harian 31%
R
Rekreasi 6%

si
lain-lain 1%

ne
ng

Kedua tabel menunjukkan baik bagi konsumen di DKI Jakarta


maupun di luar wilayah DKI Jakarta kunjungan ke supermarket

do
masih didominasi untuk melakukan belanja bulanan. Walaupun di
gu

luar wilayah DKI Jakarta persentase konsumen yang berbelanja


harian lebih besar dibandingkan dengan konsumen di wilayah DKI
In
A

Jakarta. Selanjutnya survey juga dilakukan terhadap konsumen di


wilayah DKI Jakarta terkait dengan substitusi dari supermarket
ah

lik

tempatnya berbelanja dalam hal supermarket tersebut tutup, maka


jawaban konsumen adalah sebagai berikut:
Tabel 8
m

ub

Substitusi tempat belanja bila supermarket tutup (konsumen


ka

Jakarta)
ep

Pertimbangan tempat belanja lain Hipermarket 55%


untuk jenis belanja yang sama jika Minimarket 70%
ah

gerai ini tutup Pasar Tradisional 39%


R

es

Tabel 9
M

Substitusi tempat belanja bila supermarket tutup (konsumen


ng

on
gu

Hal. 207 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 207
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
luar Jakarta)

R
Hipermarket 56%

si
Pertimbangan tempat belanja lain
untuk jenis belanja yang sama jika Minimarket 26%
gerai ini tutup Pasar Tradisional 17%

ne
ng
Jawaban konsumen di wilayah DKI Jakarta berbeda dengan
konsumen di luar wilayah DKI Jakarta, di mana untuk konsumen

do
gu di luar wilayah DKI Jakarta menunjukkan hypermarket sebagai
substitusi dari supermarket (56%), sedangkan untuk konsumen di

In
wilayah DKI Jakarta lebih banyak beralih ke minimarket (70%)
A
dibanding dengan yang beralih ke hypermarket (55%). Oleh karena
itu dalam kesimpulannya, Satria Lintas Nusa menyatakan:
ah

lik
" Pasar relevan produk dapat berupa:
a. Hypermarket, supermarket dan minimarket untuk
am

ub
wilayah
DKI Jakarta;
ep
b. Hypermarket dan supermarket untuk wilayah luar DKI
k
ah

Jakarta".
R

si
Meskipun tampak bertentangan dengan hasil-hasil survey
sebelumnya terkait dengan pasar produk, perlu untuk dipahami

ne
ng

bahwa ketiga survey dilakukan terhadap segmen konsumen yang


berbeda. Survey One melakukan survey kepada konsumen

do
gu

Carrefour sebagai representasi konsumen hypermarket, MARS


melakukan survey kepada rumah tangga, sedangkan Satria
Lintas Nusa melakukan survey kepada konsumen supermarket.
In
A

Oleh karena itu kesimpulan dari survey Satria Lintas Nusa harus
dibaca bersama-sama dengan hasil survey lainnya dan tidak
ah

lik

dapat dijadikan penentu mengenai pasar produk secara mandiri.


Diperlukan perspektif konsumen di format lainnya sehingga
m

ub

analisis mengenai pasar produk benar-benar akurat dan tidak bias.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minimarket tidak
ka

berada pada pasar bersangkutan yang sama dengan Termohon


ep

Kasasi.
ah

8. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya


R

Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk


es

membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.


M

ng

B.4. Bahwa Putusan Pengadilan Negen Patut Dibatalkan karena Salah


on
gu

Hal. 208 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 208
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam Menentukan Pasar Produk dalam Pasar Bersangkutan

R
Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5

si
Tahun 1999

ne
ng
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri sudah sepatutnya dibatalkan
karena Pengadilan Negeri salah atau keliru dalam menentukan pasar
produk dalam pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam

do
gu ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5 Tahun 1999, yang berbunyi
sebagai berikut:

In
A
"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan
atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan
ah

atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan

lik
atau jasa tersebut".
2. Dalam pengertian pasar bersangkutan a quo terdapat 2 (dua)
am

ub
cakupan pasar, yaitu pasar produk yang dapat dilihat pada kalimat:
“…. atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
ep
dari barang dan atau jasa tersebut", dan pasar geografis yang dapat
k

dilihat pada kalimat:” ... berkaitan dengan jangkauan atau daerah


ah

pemasaran tertentu ... ". Dalam bagian ini Pemohon Kasasi akan
R

si
membahas caku pan pasar produk.
3. Penentuan pasar bersangkutan sangatlah penting sekali Dalam

ne
ng

hukum persaingan usaha karena diperlukan untuk mengukur struktur


pasar dan batasan dari perilaku anti persaingan yang dilakukan oleh

do
gu

Termohon Kasasi, Dalam pertimbangan hukumnya Pengadilan


Negeri juga sependapat dengan Pemohon Kasasi, sebagaimana
tercantum Dalam paragraf 2 bagian Tentang Pertimbangan Hukum
In
A

Putusan Pengadilan Negeri halarnan 316, yang dapat karni kutip


sebagai berikut:
ah

lik

"Menimbang, bahwa dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999


dst...Istilah "Pasar" yang bersangkutan merupakan istilah sentral
m

ub

semua tata hukum antimonopoli. dst. .. ".


4. Dalam menentukan pasar produk Pengadilan Negeri melihat dari 3
ka

(tiga) parameter, yaitu:


ep

a. Jenis barang yang dijual oleh para pelaku usaha apabila


ah

terdapat kesamaan atau substitusi barang yang dijual maka


R

para pelaku usaha tersebut berada Dalam pasar bersangkutan


es

yang sama, sebagaimana diuraikan Dalam butir Ad. 1. bagian


M

ng

Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri


on
gu

Hal. 209 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 209
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
halarnan 317, yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon Kasasi

R
Dalam butir E.1. Pokok-pokok Memori Kasasi;

si
b. Para pelaku usaha mempunyai karakteristik yang sama dan

ne
ng
mempunyai pola pemasaran barang yang sama, serta mempunyai
strategi marketing yang hampir sama satu sama
lain, sebagaimana diuraikan dalam butir Ad.2. bagian Tentang

do
gu Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317,
yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon Kasasi dalam butir

In
A
B.2. Pokok-pokok Memori Kasasi;
c. Perspektif perilaku konsumen, sebagaimana diuraikan dalam butir
ah

Ad.3. bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan

lik
Negeri halaman 318, yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon
Kasasi dalam butir B.3. Pokok-pokok Memori Kasasi;
am

ub
5. Ketiga parameter dalam menentukan pasar produk yang digunakan
oleh Pengadilan Negeri telah dibahas oleh Pemohon Kasasi dalam
ep
butir B.1.-B.3. Pokok-pokok Memori Kasasi. Dengan demikian
k

berdasarkan dalil-dalil Pemohon Kasasi sebagaimana telah diuraikan


ah

dalam butir B.1.-B.3. bagian Pokok-pokok Memori Kasasi di atas,


R

si
maka pertimbangan hukum Pengadilan Negeri dalam menentukan
pasar produk adalah tidak tepat dan salah;

ne
ng

6. Dalam menilai pasar produk, Pemohon Kasasi membagi pasar


produk menjadi 2 (dua) cakupan, yaitu pasar produk upstream dan

do
gu

pasar produk downstream. Penilaian Pemohon Kasasi a quo


mengacu pada hasil penelitian Jorge Rodrigues (2006), dimana
penelitian Rodrigues mendefinisikan adanya 2 (dua) pasar yang
In
A

dihadapi ritel modern, dengan menggunakan istilah pasar yang


dihadapi oleh peritel yaitu pasar upstream yang didefinisikan sebagai
ah

lik

pasar ke pemasok, dan pasar downstream yang didefinisikan sebagai


pasar ke konsumen akhir. Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian
m

ub

tersebut, pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan fenomena ini


adalah pendekatan two-sided market. Dua sisi pasar yang dihadapi
ka

oleh peritel adalah sisi pasar upstream dan sisi pasar downstream
ep

Dalam ritel modern dimungkinkan terdapat 2 (dua) pasar,


ah

sebagaimana telah Pemohon Kasasi uraikan pada butir B.2. Angka


R

7-9 dan 12-14 Pokok-pokok Memori Kasasi;


es

7. Selain itu, Pemohon Kasasi dalam melaksanakan tugasnya dituntut


M

ng

harus bersikap progresif dan berani melakukan penafsiran-penafsiran


on
gu

Hal. 210 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 210
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R
guna membuat terang suatu masalah, sebagaimana tercantum pada

si
bagian Pertimbangan Hukum paragraf ketiga halaman 154 putusan

ne
ng
Pengadilan Negeri No. 05/KPPU/2008/PN.Jkt.Pst. dan telah
dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung
No. 255 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 28 Mei 2009, yang dapat kami kutip

do
gu sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa dalam rangka melaksanakan tugas-tugas

In
A
tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa Komisi dituntut harus
bersikap progresif dan berani melakukan yudisial activism, antara lain
ah

melakukan penafsiran-penafsiran dan mengacu pada praktik: yang

lik
berlaku di negara-negara lain yang telah lebih dahulu
mengimplementasikan hukum persaingan (dalam hal ini di Uni Eropa
am

ub
dan Amerika Serikat) guna membuat terang suatu masalah "
Oleh karena itu, Pemohon Kasasi untuk membuat terang suatu
ep
masalah dalam perkara ini maka Pemohon Kasasi mengacu pada
k

hasil penelitian Jorge Rodrigues.


ah

8. Bahwa sebagaimana telah diuraikan di atas, Pemohon Kasasi dalam


R

si
menilai pasar produk pada ritel modern membagi menjadi 2 (dual
caku pan , sebagaimana telah diuraikan dalam butir 1.1. bagian

ne
ng

Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 40 - 62, pada intinya

do
gu

akan diuraikan sebagai berikut:


8.1. Pasar produk upstream
a. Dalam pasar produk upstream pemasok
In
A

menjual barang berupa eceran maupun yang berbentuk


grosir ke peritel modern, dalam menjual barangnya ke peritel
ah

lik

modern maka pemasok dikenakan ketentuan trading terms


yaitu harga yang dibayar oleh pemasok kepada peritel untuk
m

ub

memperoleh jasa-jasa terkait dengan seluruh aktivitas peritel


dalam melakukan penjualan barang-barangnya. Jasa-jasa
ka

yang dimaksud antara lain adalah jasa untuk melakukan


ep

penjualan secara eceran kepada konsumen melalui


ah

penyewaan ruang, rak display, media promosi yang dikemas


R

dalam sistem manajemen modern dan pelayanan yang


es

nyaman bagi konsumen yang berbelanja. Oleh karena itu,


M

ng

Pemohon Kasasi berkesimpulan bahwa berkenaan dengan


on
gu

Hal. 211 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 211
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
transaksi antara pemasok dengan peritel telah terbentuk

R
suatu pasar upstream dimana didalamnya terdapat 2 (dua)

si
pasar yang tercipta, yaitu:

ne
ng
• pasar pasokan barang, dimana pemasok menjadi penjual
dan peritel menjadi pembeli; dan
• pasar jasa ritel, dimana pemasok menjadi pembeli dan

do
gu peritel menjadi penjual jasa tersebut.
b. Hal ini didukung oleh keterangan ahli Idqan Fahmi, sebagai

In
A
berikut:
11 Pertanyaan Dasar Bapak definisikan ada berapa pasar dalam
ah

bisnis ritel ?

lik
Jawaban Pasar umumnya hanya ada 2, yaitu pasar produk dan
pasar input. Jika objeknya adalah ritel modern, maka
am

ub
dia memiliki pasar terhadap konsumen dan disaat
yang sama juga memiliki pasar terhadap pemasok.
14 Pertanyaan Bagaimana pendapat Bapak mengenai penerapan
ep
trading terms oleh peritel kepada pemasok?
k

Jawaban Secara ekonomi, peritel ini tidak sekedar menjual


ah

tempat, tapi juga menjual nama/brand pemasok


R
dimana terdapat intangible benefit yang didapat oleh

si
pemasok. Jika hal ini terjadi, bisa jadi trading terms ini

ne
adalah biaya untuk membeli hal-hal tersebut yang
ng

dapat meningkatkan prestige produk si pemasok.


(vzde B16)

do
gu

c. Selain itu, eksistensi peritel sebagai penjual jasa juga dapat


dilihat dalam OECD Roundtable on Monopsony and Buyer
Power tanggal 21-23 Oktober 2008 sebagai berikut:
In
A

"To understand the buyer as a gate-keeper and the role


of market power downstream, it is useful to recognize
ah

lik

that the buyer is providing "distribution service" to the


seller. The buyer is a gate-keeper when it has market
m

ub

power -as a seller- in the market for distribution in a


geographic area ... "
ka

d. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa dalam hal


ep

pemasok memasarkan barangnya kepada peritel akan


dikenakan jasa ritel, dimana terdapat persyaratan dagang
ah

yang diatur dalam ketentuan pemerintah hanya terjadi pada


es

toko modern. Sedangkan pad a pasar tradisional tidak


M

ng

ditemukan kontrak persyaratan perdagangan yang diatur


on
gu

Hal. 212 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 212
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam ketentuan pemerintah. Pada pasar jasa ritel yang

R
mencakup adanya kontrak persyaratan perdagangan hanya

si
terjadi pada toko modern yang meliputi hypermarket,

ne
ng
supermarket dan minimarket. Namun demikian jasa retail
service pada minimarket memiliki karakteristik layanan yang
berbeda dengan jasa ritel yang ditawarkan pada hypermarket

do
gu dan supermarket;
e. Luas selling space dibatasi seluas 200 m2 dan oleh karena

In
A
itu jumlah item yang dapat dijual oleh minimarket pun
terbatas sampai dengan 4000 item. Sedangkan di
ah

hypermarket dan supermarket menyediakan selling space

lik
yang lebih luas sehingga dapat menyerap produk sampai
dengan 40.000 item. Selain itu ketentuan trading terms di
am

ub
minimarket lebih sedikit dibanding dengan jenis dan besaran
potongan trading terms di hypermarket dan supermarket.
ep
Lebih lagi motivasi konsumen untuk mengunjungi
k

hypermarket dan supermarket adalah untuk berekreasi, hal


ah

ini berbeda apabila dibandingkan dengan motivasi konsumen


R

si
untuk mengunjungi minimarket;
f. Oleh karena itu dapat disimpulkan, jasa ritel yang

ne
ng

dikenakan pada hypermarket dan supermarket berbeda


dengan minimarket. Mengingat tujuan rekreasi tersebut

do
gu

maka hal tersebut lebih dimanfaatkan oleh hypermarket dan


supermarket untuk mengenalkan produk baru dan demo
produk ke konsumen.
In
A

8.2. Pasar produk downstream


a. Pasar produk downstream adalah pasar yang
ah

lik

mempunyai
hubungan antara peritel (penjual) yang menjual barang
m

ub

dagangannya kepada konsumen (pembeli). Penilaian pasar


produk downstream ini sangat berkaitan dengan perspektif
ka

perilaku konsumen. Selanjutnya pembahasan terkait dengan


ep

perspektif perilaku konsumen a quo telah dibahas oleh


ah

Pemohon dalam butir B.3. Pokok-pokok Memori Kasasi;


R

Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas terkait dengan pasar produk


es
M

ng

upstream dan pasar produk downstream maka dapat disimpulkan


on
gu

Hal. 213 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 213
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa pasar produk dalam perkara ini adalah sebagai berikut:

R
i. pasar produk upstream:

si
• pasar pasokan barang di hypermarket dan supermarket; dan

ne
ng
• pasar jasa ritel hypermarket dan supermarket.
ii. pasar produk downstream: hypermarket dan supermarket;
9. Selain itu, dalam pertimbangan hukumnya, Pengadilan Negeri juga

do
gu mengatakan bahwa Pemohon Kasasi mengabaikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 1 Angka 5 Perpres

In
A
Ritel jo Pasal 1 Angka 5 Permendag Ritel, sebagaimana tertuang
dalam paragraf 2 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
ah

lik
Pengadilan Negeri halaman 319, yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
"Menimbang, bahwa disamping terdapat kesalahan dalam
am

ub
menentukan pasar bersangkutan dalam argumen faktual dan
ekonomi baik yang menyangkut dengan pasar produk maupun
ep
pasar geografis Termohon Keberatan mengabaikan peraturan
k

perundang-undangan yang berlaku yang mengatur sektor


ah

tersebut yakni pasal 1 Angka 5 Perpres Ritel jo Pasal 1 Angka 5


R

si
Permendag Ritel: yang memberikan pengertian dan kriteria toko
modern yakni toko modern adalah toko dengan sistim

ne
ng

pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran


yang berbentuk minimarket, supermarket, department store,

do
gu

hypermarket, ataupun qrosir yang berbentuk perkulakan".


10. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5 Tahun
In
1999, sebagaimana telah dikutip pada butir BA. Angka 1 di atas,
A

Pemohon Kasasi menilai pasar bersangkutan tidak didefinisikan


berdasarkan tinjauan hukum. Namun , Pasal 1 Angka 10 UU No.5
ah

lik

Tahun 1999 a quo dengan tegas menyatakan bahwa pasar


bersangkutan hanya terkait dengan " ... jangkauan atau daerah
m

ub

pemasaran tertentu dari pelaku usaha atas barang dan atau jasa
yang
ka

sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut".
ep
ah

Dengan kata lain regulasi pemerintah a quo tidak dapat membatasi


R

cakupan pasar bersangkutan dari UU No.5 Tahun 1999;


es

11. Dengan demikian definisi yang tertuang dalam Pasal 1 Angka 5


M

ng

Perpres Ritel jo. Pasal 1 Angka 5 Permedag Ritel a quo tidak dapat
on
gu

Hal. 214 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 214
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
membatasi dalam menentukan pasar bersangkutan. Peraturan

R
perundang-undangan a quo hanya mendefinisikan tentang toko

si
modern bukan dalam konteks mendefinisikan pasar bersangkutan

ne
ng
dalam perkara persaingan usaha. Hal tersebut telah dipertimbangkan
dan tertuang dalam butir 4.24 - 4.30 bagian Tentang Hukum Putusan
KPPU halaman 241-242, yang dapat kami kutip sebagai berikut:

do
gu 4.24. "Tinjauan Hukum;
4.25. Terlapor dalam pendapat atau pembelaannya mendalilkan

In
A
bahwa pasar bersangkutan pada perkara ini sesuai dengan
Pasal 1 Angka 5 Peraturan Menteri Perdagangan No. 531M-
ah

DAGIPER/12/2008 menyatakan "taka modern adalah toko

lik
dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis
barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
am

ub
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk Perkulakan ":
ep
4.26. Bahwa Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999 menyatakan
k

definisi pasar bersangkutan sebagai berikut;


ah

"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan


R

si
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku
usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis

ne
ng

atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut” ;


4.27. Berdasarkan ketentuan UU No.5 Tahun 1999 tersebut, Majelis

do
gu

Komisi menilai pasar bersangkutan tidak didefinisikan


berdasarkan suatu tinjauan hukum sebagaimana diuraikan
oleh Terlapor pada butir 4.22. Oleh karena itu Majelis Komisi
In
A

menilai bahwa pendapat atau pembelaan tersebut tidak sesuai


dengan UU No. 5 Tahun 1999 yang secara tegas menyatakan
ah

lik

bahwa pasar bersangkutan hanya terkait dengan " ..


jangkauan
m

ub

atau daerah pemasaran tertentu dari pelaku usaha atas barang


ka

dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari
ep

barang dan atau jasa tersebut". Dengan kata lain regulasi


ah

pemerintah tersebut tidak dapat membatasi cakupan pasar


R

bersangkutan dari UU No.5 Tahun 1999 ;


es

4.28. Dengan demikian definisi yang tertuang dalam Peraturan


M

ng

Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PERl12/2008 yang


on
gu

Hal. 215 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 215
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
digunakan Terlapor sebagai dasar penentuan pasar

R
bersangkutan tidak dapat membatasi Majelis Komisi dalam

si
menentukan pasar bersangkutan. Peraturan Menteri

ne
ng
Perdagangan tersebut hanya mendefinisikan tentang toko
modern bukan dalam konteks mendefinisikan pasar
bersangkutan dalam perkara persaingan usaha;

do
gu 4.29. Selain itu, Komisi juga telah mengeluarkan pedoman lerhadap
pasal pengaturan pasar bersangkutan. Definisi dari pasar

In
A
bersangkutan menurut pedoman tersebut terbagi menjadi dua
hal yaitu pasar produk dan pasar geografis. Dalam definisi
ah

pasar produk ada dua indikator yang dapat digunakan sebagai

lik
ukuran yaitu pertama, indikator harga dan kedua, indikator
karakteristik dan kegunaan produk. Sedangkan dalam definisi
am

ub
pasar geografis, penetapan pasar bersangkutan ditentukan
oleh ketersediaan produk yang menjadi obyek yang dianalisis.
ep
Beberapa faktor yang menentukan dalam ketersediaan produk
k

adalah kebijakan perusahaan, biaya transportasi, lamanya


ah

perjalanan, tarif dan peraturan-peraturan yang membatasi lalu


R

si
lintas perdagangan antar kota/wilayah. Tidak ada satupun
penjelasan dalam pedoman pasar bersangkutan tersebut yang

ne
ng

menyebutkan bahwa cakupan pasar bersangkutan dapat


dibatasi oleh definisi yang diatur dalam regulasi pemerintah ;

do
gu

4.30. Dengan demikian Majelis Komisi tidak mempertimbangkan


argumen Terlapor dari sisi tinjauan hukum terhadap definisi
pasar bersangkutan;
In
A

12. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya


Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
ah

lik

membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.


B.5. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah
m

ub

dalam Menentukan Pasar Geografis dalam Pasar Bersangkutan


Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5
ka

Tahun 1999
ep

1. Bahwa Putusan Pengadilan


ah

Negeri patut dibatalkan karena salah


R

dalam menentukan pasar geografis dalam pasar bersangkutan


es

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No.5


M

ng

Tahun 1999;
on
gu

Hal. 216 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 216
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa Pemohon Kasasi pada

R
intinya tidak sependapat dengan

si
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri terkait dengan tinjauan pasar

ne
ng
geografis dalam perkara a quo, sebagaimana tertuang dalam butir 2
bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri

do
gu halaman 318-319;
3. Bahwa ketentuan Pasal 1 Angka

In
A
10 UU No. 5 Tahun 1999, yang
berbunyi sebagai berikut:
ah

"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan

lik
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
am

ub
dan barang dan atau jasa tersebut".
4. Dalam pengertian pasar
ep
bersangkutan a quo, terdapat 2 (dua) cakupan pasar, yaitu pasar
k

produk yang dapat dilihat pada kalimat: " ... atas barang dan atau jasa
ah

yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa
R

si
tersebut", dan pasar geografis yang dapat dilihat pada kalimat:" ...
berkaitari dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu ... ".

ne
ng

Dalam bagian sebelumnya Pemohon Kasasi telah membahas


cakupan pasar produk, dan dalam bagian ini Pemohon Kasasi akan

do
gu

membahas cakupan pasar geografis;


5. Dalam pertimbangan hukumnya,
Pengadilan Negeri menilai bahwa
In
A

pasar geografis dalam perkara ini adalah pasar geografis dari pelaku
usaha, dimana kegiatan usaha yang dilakukan oleh Termohon Kasasi
ah

lik

untuk seluruh wilayah Indonesia, dengan demikian Pengadilan Negeri


berkesimpulan bahwa pasar geografis dalam perkara ini adalah
m

ub

seluruh wilayah Indonesia. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri


tentang pasar geografis a quo sangatlah tidak tepat dan salah.
ka

6. Dalam pengertiannya, pasar


ep

geografis adalah wilayah dimana suatu


ah

pelaku usaha dapat meningkatkan harganya tanpa menarik masuknya


R

es

pelaku usaha baru atau tanpa kehilangan konsumen signifikan, yang


M

ng

berpindah ke pelaku usaha lain di luar wilayah tersebut. Hal ini


on
gu

Hal. 217 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 217
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
antara lain terjadi karena biaya transportasi yang harus dikeluarkan

R
konsumen tidak signifikan, sehingga tidak mampu mendorong

si
terjadinya perpindahan konsumsi produk tersebut ;

ne
ng
7. Mengacu pada pengertian pasar
geografis pada Angka 6 di atas, maka tidak seharusnya Pengadilan
Negeri menyimpulkan bahwa pasar geografis dalam perkara ini

do
gu adalah seluruh wilayah Indonesia. Sebagai ilustrasi yaitu apabila
Termohon Kasasi meningkatkan harganya di gerai Carrefour Lebak

In
A
Bulus Jakarta maka tidak mungkin konsumen Carrefour Lebak Bulus
Jakarta untuk pindah berbelanja di gerai Carrefour Surabaya, atau
ah

sebaliknya apabila Termohon Kasasi

lik
meningkatkan harganya di Gerai Carrefour Surabaya maka tidak
mungkin konsumen Carrefour Surabaya untuk pindah berbelanja di
am

ub
Gerai Carrefour Lebak Bulus Jakarta. Fakta yang terjadi di lapangan
sangatlah bertentangan dengan pertimbangan hukum Pengadilan
ep
Negeri terkait dengan pasar geografis;
k

8. Pemohon Kasasi dalam perkara


ah

ini memfokuskan pada wilayah


R

si
dimana terdapat akuisisi Termohon Kasasi dengan PT Alfa Retailindo,

ne
ng

Tbk., karena pelanggaran UU No.5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh


Termohon Kasasi merupakan dampak dari akuisisi yang dilakukan

do
gu

oleh Termohon Kasasi, sehingga Termohon Kasasi memiliki kekuatan

monopoli dan posisi dominan. Seharusnya Pengadilan Negeri lebih


In
A

cermat dan seksama dalam menilai pasar geografis, karena


permasalahannya adalah akibat dari akuisisi yang dilakukan oleh
ah

lik

Termohon Kasasi. Terkait dengan perkara ini, Pemohon Kasasi


membagi pasar geografis menjadi 2 (dua) cakupan, yaitu pasar
m

ub

upstream dan pasar downstream;


9. Pemohon Kasasi dalam
ka

membagi pasar geografis menjadi 2 (dua)


ep

cakupan juga mengacu kembali pada hasil penelitian Jorge Rodrigues


ah

(2006) 10 sebelumnya, dimana penelitian Rodrigues mendefinisikan


es

adanya 2 (dua) pasar yang dihadapi ritel modern, dengan


M

ng

menggunakan istilah pasar yang dihadapi oleh peri tel yaitu pasar
on
gu

Hal. 218 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 218
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
upstream yang didefinisikan sebagai pasar ke pemasok, dan pasar

R
downstream yang didefinisikan sebagai pasar ke konsumen akhir.

si
Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian tersebut, pendekatan yang

ne
ng
dilakukan untuk menjelaskan fenomena ini adalah pendekatan two-
sided market. Dua sisi pasar yang dihadapi oleh peritel adalah sisi
pasar upstream dan sisi pasar downstream Dalam ritel modern

do
gu dimungkinkan terdapat 2 (dua) pasar, sebagaimana telah Pemohon
Kasasi uraikan pada butir B.2. angka 7-9 dan 12-14 Pokok-pokok

In
A
Memori Kasasi;
10. Dalam menentukan pasar
ah

geografis, Pemohon Kasasi membaginya

lik
menjadi 2 (dua) cakupan, sebagaimana telah diuraikan pada butir 1.2
bagian Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 62-69, pada
am

ub
intinya sebagai berikut:
10. 1. Pasar Geografis Upstream
ep
a. Dari penelitiannya, Jorge Rodrigues (2006) menjelaskan
k

dari
ah

sisi upstream, ukuran yang dipakai untuk menentukan sejauh


R

si
mana pasar geografis adalah sampai sejauh mana (dalam

ne
ng

konteks daerah) peritel memperoleh pasokan. Dalam hal ini,


Pemohon Kasasi tidak menemukan adanya hambatan bagi

do
gu

peritel dalam menerima pasokan barang dari pemasok


secara nasional, baik dari sisi regulasi, teknologi, sunk cost,
maupun transportation cost. Demikian pula sebaliknya,
In
A

pemasok dapat memasok barangnya ke seluruh outlet-outlet


yang dimiliki oleh peritel secara nasional;
ah

lik

b. Selain itu kontrak pasokan barang yang digunakan oleh


Termohon Kasasi adalah kontrak yang bersifat nasional
m

ub

(national contract) sehingga syarat dan ketentuan terhadap


pasokan barang berlaku secara nasional. Oleh karena itu
ka

pasar geografis untuk pasar upstream baik pasar


ep

pasokan barang, dimana pemasok menjadi penjual dan


ah

peritel menjadi pembeli, maupun pasar jasa ritel, dimana


R

pemasok menjadi pembeli dan peritel menjadi penjual


es

jasa tersebut adalah pasar geografis dengan wilayah


M

ng

nasional.
on
gu

Hal. 219 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 219
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10.2. Pasar Geografis Downstream

R
a. Mengacu kembali pada penelitian Jorge Rodrigues (2006)

si
maka pendefinisian pasar geografis dari sisi downstream

ne
ng
adalah sampai sejauh mana konsumen memiliki kemauan
untuk melakukan substitusi terhadap peritel yang akan
dikunjungi dengan dasar biaya transportasi dan kemudahan

do
gu konsumen beralih dari satu tempat ke temp at lain. Oleh
karena itu pasar geografis dari suatu gerai akan dibatasi oleh

In
A
sejauh mana konsumen bersedia untuk berpindah ke gerai
lain jika terjadi kenaikan harga pada barang-barang yang
ah

dijual di gerai tersebut. Pada wilayah itulah maka pasar

lik
geografis suatu outlet didefinisikan;
b. Salah satu acuan mengenai pasar geografis ini adalah
am

ub
regulasi yang mengatur mengenai radius keberadaan suatu
pasar dengan pasar lainnya, yaitu mengacu pada Pasal 10
ep
Peraturan Daerah Gubernur DKI Jakarta No 2 Tahun 2002
k

tentang Perpasaran Swasta di DKI Jakarta. Peraturan ini


ah

memproyeksikan bahwa wilayah persaingan yang terjadi dari


R

si
satu outlet supermarket dan hypermaket adalah dalam radius

ne
ng

2 km sampai dengan 2,5 km dari outlet tersebut;


c. Selain itu, The Smeru Research Institute dalam penelitiannya

do
gu

di tahun 2008 menggunakan radius 5 km dalam mengukur


dampak suatu pasar ke pasar lainnya. Oengan kata lain The
In
A

Smeru Research Institute memproyeksikan bahwa pasar


geografis dari suatu outlet adalah dalam radius 5 km dari
ah

lik

outlet tersebut. Radius 5 km digunakan oleh The Smeru


Research Institute berdasarkan hasil studi-studi yang
m

ub

dilakukan di luar negeri;


d. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Termohon Kasasi
ka

menerapkan program "Ada yang Lebih Murah Kami Ganti


ep

10x lipat" yang mana dalam salah satu persyaratannya


ah

adalah perbandingan selisih hanya bisa dilakukan untuk gerai


R

es

modern (Griya/Yogya, Giant Superindo, Hero dan Hypermart)


M

ng

on
gu

Hal. 220 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 220
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang berjarak maksimum 2 km dari Termohon Kasasi tempat

R
konsumen mengklaim dan tidak berlaku untuk pembelian di

si
pasar tradisional atau toko kecil. Berdasarkan program yang

ne
ng
diberlakukan oleh Termohon Kasasi a quo maka pasar
geografis setiap outlet yang dimiliki oleh Termohon Kasasi
adalah dalam radius 2 km;

do
gu e. Selanjutnya yang paling menentukan dalam mendefinisikan
suatu pasar geografis adalah konsumen itu sendiri. Terkait

In
A
dengan hal ini maka Satria Lintas Nusa melakukan survey
terhadap konsumen mengenai pengorbanan yang dilakukan
ah

oleh konsumen untuk mencapai suatu gerai dalam ukuran

lik
jarak dan waktu. Untuk konsumen di wilayah DKI Jakarta,
hasil survey menunjukkan jarak dan waktu tempuh konsumen
am

ub
ke suatu outlet sebagai berikut :
ep
Tabel 10
k

Jarak Tempuh Konsumen ke suatu outlet


ah

Wilayah DKI Jakarta


R

si
JARAK PERSENTASE KUMULATIF
< 1 km 24% 24%

ne
1-2 km 23% 47%
ng

2-3 km 15% 62%


3-4 km 9% 71%
> 5 km 22% 100%

do
gu

Tabel 11
Waktu Tempuh Konsumen ke suatu outlet
In
A

Wilayah DKI Jakarta


WAKTU PERSENTASE KUMULATIF
ah

< 10 mnt 24.3% 24.3%


lik

10-20 mnt 35.0% 76.3%


20-30 mnt 17.4% 76.8%
30-40 mnt 8.4% 85.2%
m

ub

40-50 mnt 3.3% 88.6%


50-60 mnt 4.3% 92.9%
> 60 mnt 7.1% 100%
ka

ep

f. Kemudian berdasarkan tabel tersebut dilakukan tabulasi


ah

silang dengan hasil sebagai berikut:


R

Tabel 12
es

Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 30


M

ng

menit Wilayah DKI Jakarta


on
gu

Hal. 221 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 221
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
JARAK JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 1 km 210 30.3% 30.3%

si
1-2 km 203 29.3% 59.7%
2-3 km 123 17.8% 77.5%
3-4 km 65 9.4% 86.8%

ne
ng
4-5 km 43 6.2% 93.1%
> 5 km 48 6.9% 100%

do
gu Tabel 13
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 3 km

In
Wilayah DKI Jakarta
A
WAKTU JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 10 mnt 210 38% 38%
ah

lik
10-20 mnt 244 44% 82%
20-30 mnt 82 15% 97%
30-40 mnt 14 3% 99%
40-50 mnt 3 1% 100%
am

ub
50-60 mnt 1 0% 100%
> 60 mnt ep 0 0% 100%
k

g. Sedangkan untuk konsumen yang berada di luar wilayah DKI


Jakarta, maka hasil survey terhadap pengorbanan yang
ah

R
dilakukan konsumen dalam mencapai suatu outlet dalam

si
ukuran jarak dan waktu adalah sebagai berikut :

ne
ng

Tabel 14
Jarak Tempuh Konsumen ke suatu outlet
Luar Wilayah DKI Jakarta

do
gu

JARAK PERSENTASE KUMULATIF


< 1 km 13% 13%
1-2 km 30% 43%
In
2-3 km 18% 60%
A

3-4 km 6% 66%
4-5 km 8% 74%
> 5 km 25% 99%
ah

lik

Tabel 15
m

Waktu Tempuh Konsumen ke suatu outlet


ub

Wilayah DKI Jakarta


ka

WAKTU PERSENTASE KUMULATIF


ep

< 10 mnt 17.2% 17.2%


10-20 mnt 37.6% 54.8%
20-30 mnt 23.2% 78.0%
ah

30-40 mnt 8.8% 86.8%


R

40-50 mnt 2.4% 89.2%


es

50-60 mnt 3.6% 92.8%


M

> 60 mnt 5.6% 98.4%


ng

on
gu

Hal. 222 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 222
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
h. Kemudian berdasarkan tabel tersebut dilakukan tabulasi

R
silang dengan hasil sebagai berikut :

si
Tabel 16

ne
ng
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 3 km
Wilayah Luar DKI Jakarta
JARAK JUMLAH RESPONDEN % CUMM

do
gu < 1 km
1-2 km
32
70
16.4%
35.9%
16.4%
52.3%
2-3 km 42 21.5% 73.8%

In
3-4 km 14 7.2% 81.0%
A
4-5 km 11 5.6% 86.7%
> 5 km 62 13.3% 100%
ah

lik
Tabel 17
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 30
am

ub
menit Wilayah Luar DKI Jakarta
WAKTU JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 10 mnt 43 28.5% 28%
ep
10-20 mnt 73 48.3% 77%
k

20-30 mnt 28 18.5% 95%


ah

30-40 mnt 4 2.6% 98%


40-50 mnt 1 0.7% 99%
R

si
50-60 mnt 1 0.7% 99%
> 60 mnt 0 0.0% 99%

ne
ng

Tabel 18
Tabulasi waktu tempuh dengan jarak < 4 km

do
gu

Wilayah Luar DKI Jakarta


WAKTU JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 10 mnt 43 26% 26%
In
A

10-20 mnt 79 48% 73%


20-30 mnt 36 22% 95%
30-40 mnt 5 3% 98%
ah

lik

40-50 mnt 1 1% 99%


50-60 mnt 1 1% 99%
> 60 mnt 0 0% 99%
m

ub

i. Dengan menggunakan data-data tersebut, Satria Lintas Nusa


ka

ep

sampai pada kesimpulan sebagai berikut :


• Untuk wilayah DKI Jakarta pasar relevan geografis dapat
ah

berupa:
es

a) Radius 4 km dengan waktu tempuh 30 menit; atau


M

ng

b) Radius 5 km dengan waktu tempuh 30 menit; atau


on
gu

Hal. 223 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 223
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c) Radius 5 km dengan waktu tempuh 40 menit.

R
• Untuk wilayah luar DKI Jakarta pasar relevan

si
geografis

ne
ng
dapat berupa:
a) Radius 5 km dengan waktu tempuh 30 menit; atau
b) Radius 6 km dengan waktu tempuh 30 menit.

do
gu j. Dengan mempertimbangkan beberapa data sebelumnya
terkait dengan pasar geografis, Pemohon Kasasi menilai

In
A
bahwa pasar geografis yang tepat untuk pasar geografis
downstream adalah 4 km untuk wilayah DKI Jakarta dan
ah

5 km untuk wilayah di luar DKI Jakarta.

lik
Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas terkait dengan pasar
geografis upstream dan pasar geografis downstream maka
am

ub
dapat disimpulkan bahwa pasar geografis dalam perkara ini
adalah sebagai berikut:
ep
i. Pasar Geografis Upstream: di wilayah nasional;
k

ii. Pasar Geografis Downstream:


ah

• Radius 4 km untuk wilayah DKI Jakarta; dan


R

si
• Radius 5 km untuk wilayah di luar DKI Jakarta.
11. Oleh karena itu, berdasarkan

ne
ng

uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya Yang Terhormat Majelis


Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk membatalkan Putusan

do
gu

Pengadilan Negeri.
Bahwa untuk memperkuat dalil-dalil dari Pemohon Kasasi di atas, dapat
In
dilihat juga dalam penelitian persaingan usaha di sektor ritel yang telah
A

dilakukan oleh Competition Commission-UK, yakni sebagai berikut:


"The definition of the market for grocery retailing provides a framework
ah

lik

within which we can assess how competition works. We identified three


major product markets for the supply of groceries by grocery retailers in the
m

ub

UK that provide the framework for our analysis:


(a) for larger grocery stores, other larger grocery stores (ie stores larger
ka

than 1, 000 to 2, 000 sq metres) are in the same product market;


ep

(b) for mid-sized grocery stores, other mid-sized and larger grocery stores
ah

are in the same product market (ie all stores larger than 280 sq
R

metres); and
es

(c) for convenience stores, all grocery stores (ie convenience stores, mid-
M

ng

sized and larger grocery stores) are in the same product market".
on
gu

Hal. 224 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 224
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pada intinya penelitian a quo berisi ten tang peritel dengan format kecil

R
akan memandang ritel format yang lebih besar sebagai pesaing Dalam

si
pasar bersangkutan. Narnun peritel format besar tidak akan memandang

ne
ng
ritel format kecil sebagai pesaing atau tidak berada Dalam pasar
bersangkutan yang sama. Perkara Dalam pemeriksaan ini terkait kasus
yang berkaitan dengan hypermarket, maka dengan jelas titik acuan

do
gu analisis pasar bersangkutan harus diarnbil dari hypermarket dan bukan
minimarket.

In
A
Dengan demikian pasar bersangkutan Dalam perkara ini dengan jelas dan
benar untuk tidak memasukkan minimarket ke Dalam pasar bersangkutan.
ah

Bahwa berdasarkan dalil-dalil Pemohon Kasasi sebagaimana telah

lik
diuraikan pada butir B.1. - B.5. bagian Pokok-pokok Memori Kasasi di atas
serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Competition Commission-UK,
am

ub
maka sudah sepatutnya Putusan Pengadilan Negeri untuk dibatalkan
karena Pengadilan Negeri telah salah dalam menerapkan ketentuan
ep
Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Pasar bersangkutan yang tepat
k

dan benar Dalam perkara a quo, adalah sebagai berikut:


ah

i. Pasar Bersangkutan Upstream:


R

si
• pasar pasokan barang di hypermarket dan supermarket untuk
wilayah nasional; dan

ne
ng

• pasar jasa ritel di hypermarket dan supermarket untuk wilayah


nasional.

do
gu

ii. Pasar Bersangkutan Downstream:


• hypermarket dan supermarket Dalam radius 4 km untuk wilayah
In
DKI Jakarta; dan
A

• hypermarket dan supermarket Dalam radius 5 km untuk wilayah di


luar DKI Jakarta.
ah

lik

C. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA


SALAH DALAM MENERAPKAN PASAL 17 AYAT (2) UU NO.5 TAHUN
m

ub

1999
C.1. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena dalam
ka

Pertimbangan Hukumnya Terdapat Pertentangan antara Satu


ep

dengan Lainnya
ah

1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena terdapat


R

pertentangan pertimbangan hukum antara satu dengan lainnya,


es

sebagaimana tertuang dalam pertimbangan hukum Putusan


M

ng

Pengadilan Negeri pada halaman 314 sampai dengan halaman 315;


on
gu

Hal. 225 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 225
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia

R
No. 03 Tahun 1974 tanggal 25 November 1974, yang mengatakan

si
sebagai berikut:

ne
ng
"Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan, bahkan
apabila alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat dimengerti
ataupun bertentangan satu sama lain, maka hal demikian dapat

do
gu dipandang sebagai suatu kelalaian dalam acara (vormverzuim) yang
dapat mengakibatkan batalnya putusan Pengadilan bersangkutan

In
A
dalam pemeriksaan di tingkat kasasi.”
Bahwa sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
ah

Indonesia No. 03 Tahun 1974 tanggal 25 November 1974 di atas,

lik
maka Putusan Pengadilan Negeri dimana pertimbangan hukumnya
terdapat pertentangan satu dengan lainnya patut dibatalkan, dengan
am

ub
uraian sebagai berikut:
3. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999, yang
ep
berbunyi sebagai berikut:
k

"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan


ah

penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan


R

si
ataujasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

ne
ng

substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke

do
gu

dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang


sama; atau
In
A

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha


menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
ah

lik

pasar satu jenis barang atau jasa tertentu".


4. Bahwa Pasal 17 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 a quo merupakan
m

ub

syarat atau kriteria yang harus dipenuhi terlebih dahulu sehingga


suatu pelaku usaha dapat dikatakan menguasai produksi dan atau
ka

pemasaran dari suatu barang dan atau jasa. Syarat yang ditentukan
ep

dalam Pasal 17 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 bukan merupakan


ah

syarat yang bersifat kumulatif, namun jelas bersifat alternatif, yaitu


R

apabila salah satu syarat sebagaimana tercantum dalam Pasal 17


es

Ayat (2) UU No.5 Tahun 1999 terpenuhi, maka pelaku usaha tersebut
M

ng

dapat dikatakan telah menguasai produksi dan atau pemasaran dari


on
gu

Hal. 226 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 226
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
suatu barang dan atau j asa;

R
5. Hal tersebut juga ditegaskan dalam bagian Tentang Pertimbangan

si
Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 314 paragraf 1, yang

ne
ng
dapat kami kutip sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa dari penulisan syarat-syarat (kriteria) yang
diatur dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1999

do
gu dimana setiap syarat (kriteria) selalu digunakan kata sumbang
atau hal tersebut mengandung pengertian bila salah satu syarat

In
A
(kriteria) terpenuhi maka pelaku usaha dipandang telah melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran (menguasai
ah

pasar)".

lik
menunjukan bahwa Pengadilan Negeri telah memahami bahwa
Dalam pemenuhan ketentuan Pasal 17 Ayat (2) bersifat alternatif,
am

ub
yang artinya terpenuhi salah satunya saja, in cassu ketentuan Pasal
17 Ayat (2) Huruf a atau Pasal 17 Ayat (2) Huruf b atau Pasal 17 Ayat
ep
(2) Huruf c, terpenuhi, maka pelaku usaha dipandang telah
k

melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran


ah

(menguasai pasar).
R

si
Namun menjadi sangat kontradiktif, ketika paragraf berikutnya, yaitu
paragraf 2 pada halaman yang sama, 314, terjadi pertentangan yang

ne
ng

dapat kami kutip sebagai berikut: "Menimbang, bahwa berdasarkan


ketiga syarat (kriteria) tersebut di atas Termohon Keberatan tidak

do
gu

mempertimbangkan kriteria yang pertama dan kriteria yang kedua


dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1999, demikian
pula dalam penjelasannya tidak menanggapi argumentasi-
In
A

argumentasi Pemohon Keberatan sepanjang argumentasi mengenai


syarat (kriteria) yang pertama yaitu kriteria barang dan atau jasa
ah

lik

yang
bersangkutan belum ada substitusinya dan kriteria (syarat) yang
m

ub

kedua yaitu mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk


ke dalam persaingan usaha atas barang dan jasa yang sama".
ka

6. Putusan Pengadilan Negeri dalam pertimbangannya sebagaimana


ep

diuraikan pada butir 5 di atas terdapat kontradiksi atau pertentangan


ah

antara satu dengan lainnya. Dalam pertimbangannya pada paragraf 1


R

es

halaman 314, Putusan Pengadilan Negeri mengakui bahwa syarat


M

ng

yang tercantum dalam Pasal 17 Ayat (2) UU No.5 Tahun 1999


on
gu

Hal. 227 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 227
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
merupakan syarat yang bersifat alternatif. Sedangkan apabila dilihat

R
dalam pertimbangan hukum selanjutnya pada paragraf 2 halaman

si
314, Putusan Pengadilan Negeri mengatakan bahwa Pemohon

ne
ng
Kasasi tidak mempertimbangkan kriteria pertama dan kedua
sebagaimana tercantum dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU
No. 5 Tahun 1999;

do
gu 7. Dalam hal ini, Pemohon Kasasi tidak mempertimbangkan kriteria
sebagaimana tercantum dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU

In
A
No. 5 Tahun 1999, karena unsur dalam kedua pasal a quo tidak
terpenuhi. Oleh karena itu, Pemohon Kasasi menggunakan
ah

parameter pada Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No.5 Tahun 1999.

lik
8. Pemohon Kasasi telah membuktikan bahwa Termohon Kasasi
merupakan satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
am

ub
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu yang memenuhi persyaratan Pasal 17
ep
Ayat (2) Huruf c UU No.5 Tahun 1999, sebagaimana tertuang dalam
k

butir 6.3.6. bagian Tentang Hukum Putusan KPPU halaman 264-265,


ah

yang dapat kami kutip sebagai berikut:


R

si
6.3.6. Penguasaan Pasar;
6.3.6.1. Pelaku usaha dianggap menguasai pasar sesuai

ne
ng

dengan ketentuan Pasal 17 Ayat (2) UU No 5 Tahun


1999 apabila (a) barang dan atau jasa yang

do
gu

bersangkutan belum ada subsitusinya; atau (b)


mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk
ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa
In
A

yang sama; atau (c) suatu pelaku usaha atau satu


kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
ah

lik

pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu ;


6.3.6.2. Bahwa berdasarkan data LHPL dan pertimbangan
m

ub

Majelis Komisi pada bagian Pangsa Pasar Terlapor,


Majelis Komisi menilai bahwa Terlapor memiliki
ka

pangsa pasar lebih dari 50% (limapuluh persen), yaitu


ep

sebesar 57,99% (limapuluh tujuh koma sembilanpuluh


ah

sembilan persen) pada pasar bersangkutan


R

upstream ;
es

6.3.6.3.Dengan demikian unsur ini terpenuhi;


M

ng

9. Sesuai dengan pernyataan Judex Facti dalam Putusan Pengadilan


on
gu

Hal. 228 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 228
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negeri halaman 314 paragraf 1, yang dapat kami kutip sebagai

R
berikut:

si
"Menimbang, bahwa dari penulisan syarat-syarat (kriteria) yang

ne
ng
diatur dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1999
dimana setiap syarat (kriteria) selalu digunakan kata sumbang
atau hal tersebut mengandung pengertian bila salah satu syarat

do
gu (kriteria) terpenuhi maka pelaku usaha dipandang telah melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran (menguasai

In
A
pasar)".
maka telah tepat Putusan KPPU yang tidak mempertimbangkan Pasal
ah

17 Ayat (2) Huruf a dan b UU No.5 Tahun 1999 karena walaupun -

lik
quad non- ketentuan Huruf a dan b tidak terpenuhi, namun ketentuan
Pasal 17 Ayat (2) Huruf c terpenuhi.
am

ub
10. Namun sebaliknya Pengadilan Negeri tetap mempertimbangkan
kriteria pada Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU No. 5 Tahun 1999 -
ep
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena Pemohon Kasasi telah
k

membuktikan bahwa Termohon Kasasi memenuhi ketentuan Pasal 17


ah

Ayat (2) butir c UU No. 5 Tahun 1999 dan hanya mengutip


R

si
argumentasi dari Termohon Kasasi dan tidak memberikan
pertimbangan hukum lebih lanjut terkait dengan kenapa Pemohon

ne
ng

Kasasi tidak mempertimbangkan kriteria pada Pasal 17 Ayat (2) Huruf


a dan b UU No. 5 Tahun 1999 a quo. Sebagaimana pertimbangan

do
gu

hukum Putusan Pengadilan Negeri a quo terdapat pad a butir Ad.a.


dan Ad. b. halaman 314 sampai dengan halaman 315, yang dapat
kami kutip sebagai berikut:
In
A

"Ad.a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada


substitusinya
ah

lik

Menimbang, bahwa mengenai syarat (kriteria} yang


pertama bahwa barang yang belum ada substitusinya
m

ub

Majelis sependapat dengan argumentasi dari Pemohon


Keberatan yang menyatakan bahwa Pemohon Keberatan
ka

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


ep

pemasaran/ penjualan berbagai jenis barang secara eceran


ah

(usaha retail modern). Barang-barang yang dijual oleh


R

Pemohon Keberatan merupakan barang yang terdapat


es

banyak substitusi atau bahkan sama dengan barang yang


M

ng

dijual oleh peritel modern lainnya baik yang berbentuk mini


on
gu

Hal. 229 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 229
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
market, supermarket, hypermarket, departement store,

R
groser dan toko modern specialis seperti electronic city. Hal

si
ini dapat dibuktikan berdasarkan tabel pada halaman 38-

ne
ng
39 keberatan pemohon, yang pada intinya menunjukkan
bahwa terdapat kesamaan barang yang dijual oleh
Pemohon Keberatan sebagai hypermarket dengan barang-

do
gu barang yang dijual oleh Peri tel modern lainnya baik yang
berbentuk mini market, supermarket, departement store,

In
A
qrosir, maupun toko specialis modern karena barang yang
dijual oleh Pemohon Keberatan bukan barang eksklusif,
ah

melainkan barang yang sama, sejenis atau terdapat

lik
substitusi dengan barang yang dijual oleh peritel modern
lainnya. Disamping itu dilihat dari segi jenis usahanya juga
am

ub
terdapat banyak substitusi karena peritel modern di
Indonesia jumlahnya sangat banyak dengan berbagai
ep
formal baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional.”
k

"Ad.b Mengakibatkan Pelaku Usaha Lain Tidak Dapat


ah

Masuk Ke Dalam Persaingan Usaha Atas Barang/Jasa


R

si
Yang Sama
Menimbang, bahwa mengenai kriteria kedua yakni

ne
ng

mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke


dalam persaingan usaha atas barang/jasa yang sama.

do
gu

Majelis juga sependapat dengan argumentasi Pemohon


Keberatan karena tidak terdapat cukup bukti bahwa
Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
In
A

menghambat atau menghalangi pihak manapun yang ingin


melakukan kegiatan usaha yang sama, kegiatan usaha
ah

lik

Pemohon Keberatan tidak mengakibatkan pelaku usaha lain


tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha ritel modern
m

ub

dan untuk menjual barang-barang yang sama, para pelaku


usaha lain sepenuhnya mempunyai kebebasan untuk masuk
ka

ke dalam pasar ritel modern yang sama atau melakukan


ep

kegiatan usaha yang sama.


ah

Terdapat banyak pemain dalam sektor ritel modern, baik


R

pada format minimarket, supermarket, department store,


es

hypermarket, qrosir, termasuk toko modern specialis. Selain


M

ng

itu terdapat pertumbuhan yang stabil pada masing-masing


on
gu

Hal. 230 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 230
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peritel modern tersebut. Masing-masing peritel modern

R
tersebut secara terus-menerus melakukan ekspansi dari

si
waktu ke waktu dari satu wilayah ke wilayah lainnya.”

ne
ng
11. Oleh karena itu , berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.

do
gu C.2. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999

In
A
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri
patut dibatalkan karena salah atau
ah

keliru dalam menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No.5 Tahun

lik
1999, sebagaimana tertuang dalam butir Ad.a. bagian Tentang
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 314, yang
am

ub
dapat kami kutip sebagai berikut:
ep
Ad.a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada
k

substitusinya
ah

Menimbanq, bahwa mengenai syarat (kriteria) yang


R

si
pertama bahwa barang yang belum ada substitusinya
Majelis sependapat dengan argume ntasi dari Pemohon

ne
ng

Keberatan yang menyatakan bahwa Pemohon Keberatan


merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran/

do
gu

penjualan berbagai jenis barang secara eceran (usaha retail


modern). Barang-barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan
merupakan barang yang terdapat banyak substitusi atau
In
A

bahkan sama dengan barang yang dijual oleh peritel modern


lainnya baik: yang berbentuk mini market, supermarket,
ah

lik

hypermarket, departement store, groser dan toko modern


specialis seperti electronic city. Hal ini dapat dibuktikan
m

ub

berdasarkan tabel pada halaman 38-39 keberatan pemohon,


yang pada intinya menunjukkan bahwa terdapat kesamaan
ka

barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan sebagai


ep

hypermarket dengan barang-barang yang dijual oleh Peritel


ah

modern lainnya baik yang berbentuk mini market, supermarket,


R

departement store, grosir, maupun toko specialis modern


es

karena barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan bukan


M

ng

barang eksklusif, melainkan barang yang sama, sejenis atau


on
gu

Hal. 231 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 231
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terdapat substitusi dengan barang yang dijual oleh peritel

R
modern lainnya. Disamping itu dilihat dari segi jenis usahanya

si
juga terdapat banyak substitusi karena peritel modern di

ne
ng
Indonesia jumlahnya sangat banyak dengan berbagai
formal baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional.”
2. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2)

do
gu Huruf a UU No.5 Tahun 1999,
berbunyi sebagai berikut:

In
A
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
ah

atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:

lik
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan
belum ada
am

ub
substitusinya; atau
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi
ep
tidak sependapat dengan
k

pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir Ad.a., Pengadilan


ah

Negeri dalam pertimbangan hukumnya mengutip dari argumentasi-


R

si
argumentasi Termohon Kasasi. Selain itu, Pengadilan Negeri juga
mendasarkannya pada Tabel 1. Jenis Barang yang Sama di Ritel

ne
ng

Modern halarnan 38-39 Memori Keberatan Pemohon Keberatan.


Dalam tabel a quo dapat dilihat sebenarnya barang yang dijual antara

do
gu

hypermarket (gerai Termohon Kasasi) dan supermarket dengan


minimarket, department store dan taka spesialis modern memliki jenis
In
A

barang/produk yang berbeda-beda. Hal tersebut membuktikan bahwa


ah

lik

sebenarnya hypermarket dan supermarket bukan merupakan


substitusi dari minimarket, department store dan taka spesialis,
m

ub

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya oleh Pemohon Kasasi


Dalam butir B Pokok-pokok Memori Kasasi di atas;
ka

4. Sebagai contoh, barang-barang yang


ep

dijual di taka spesialis modern


ah

seperti Electronic City (menjual produk elektronik), dan minimarket


R

seperti Indomaret, tidak dapat dibandingkan dengan Termohon


es

Kasasi, Giant atau Hypermart, karena memiliki variasi barang yang


M

ng

jelas berbeda. Konsumen tidak akan bisa menemui produk kebutuhan


on
gu

Hal. 232 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 232
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
rumah tangga di Electronic City serta konsumen juga tidak dapat

R
menemui produk segar (sayur, buah dan daging) di indomaret;

si
5. Bahwa berdasarkan uraian di atas,

ne
ng
dapat dilihat bahwa sebenarnya
masih terdapat substitusi dalam pasar bersangkutan namun hanya
sebatas antara hypermarket dan supermarket dan tidak meliputi

do
gu minimarket, department store dan toko spesialis modern. Sehingga
kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 Ayat (2)

In
A
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 tidak terpenuhi. Oleh karena itu,
Pemohon Kasasi dalam perkara a quo tidak menggunakan kriteria
ah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No. 5

lik
Tahun 1999;
6. Dengan demikian, sudah sepatutnya
am

ub
Yang Terhormat Majelis Hakim
Agung Kasasi (Judex Juris) untuk membatalkan Putusan
ep
Pengadilan Negeri karena salah dalam menerapkan ketentuan
k

Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No.5 Tahun 1999.


ah

C.3. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam


R

si
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah

ne
ng

atau keliru dalam menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No.5


Tahun 1999, sebagaimana tertuang dalam butir Ad.b. bagian Tentang

do
gu

Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 314-315,


yang dapat kami kutip sebagai berikut:
"Ad.b Mengakibatkan Pelaku Usaha Lain Tidak Dapat
In
A

Masuk Ke Dalam Persaingan Usaha Atas Barang/ Jasa


Yang Sama
ah

lik

Menimbang, bahwa mengenai kriteria kedua yakni


mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
m

ub

dalam persaingan usaha atas barang/jasa yang sama.


Majelis juga sependapat dengan argumentasi Pemohon
ka

Keberatan karena tidak terdapat cukup bukti bahwa


ep

Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan


ah

usahanya menghambat atau menghalangi pihak manapun


R

yang ingin melakukan kegiatan usaha yang sama, kegiatan


es

usaha Pemohon Keberatan tidak: mengakibatkan pelaku


M

ng

usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha


on
gu

Hal. 233 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 233
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ritel modern dan untuk menjual barang-barang yang sama,

R
para pelaku usaha lain sepenuhnya mempunyai kebebasan

si
untuk masuk ke dalam pasar ritel modern yang sama atau

ne
ng
melakukan kegiatan usaha yang sama. Terdapat banyak
pemain. dalam sektor riteI modern, baik pada format
minimarket, supermarket, department store, hypermarket,

do
gu qrosir, termasuk toko modern specialis. Selain itu terdapat
pertumbuhan yang stabil pada masing-masing peritel modern

In
A
tersebut. Masing-masing peritel modern tersebut secara
terus-menerus melakukan ekspansi dari waktu ke waktu dari
ah

satu wilayah ke wilayah lainnya.

lik
2. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999,
yang berbunyi sebagai berikut:
am

ub
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
ep
jasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:
k

b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam


ah

persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau ".
R

si
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir Ad.b. Karena tingginya

ne
ng

hambatan masuk (entry bariers) dalam ritel modern disebabkan


beberapa hal antara lain tingginya modal investasi yang diperlukan

do
gu

dan terbatasnya lahan yang dapat digunakan sebagai lokasi outlet;


4. Sesungguhnya hambatan masuk dalam pasar ritel modern adalah
tinggi, hal ini dikarenakan modal investasi yang tinggi dan terbatasnya
In
A

lahan yang digunakan sebagai lokasi outlet. Perkembangan jumlah


ah

lik

pelaku usaha dapat menjadi petunjuk tinggi atau rendahnya


hambatan masuk untuk memasuki industri ritel modern. Semakin
m

ub

tinggi hambatan masuk menunjukkan sulitnya pelaku usaha baru


untuk masuk ke dalam pasar. Sulitnya pelaku usaha baru masuk
ka

akan menghilangkan tekanan kompetisi yang diterima oleh pelaku


ep

usaha lama. Keadaan a quo akan memberikan kesempatan yang


ah

lebih besar kepada pelaku usaha lama untuk mengeksploitasi market


R

power ;
es

5. Bahwa dalam pasar bersangkutan jumlah pelaku usaha diukur dari


M

ng

adanya peningkatan jumlah pelaku usaha di pasar dan bukan dari


on
gu

Hal. 234 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 234
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peningkatan jumlah output yang diproduksi. Pertumbuhan jumlah

R
output yang diproduksi menjadi indikator adanya perkembangan

si
industri, namun adanya perkembangan industri a quo tidak serta

ne
ng
merta dapat diartikan bahwa tingkat hambatan masuk rendah, karena
suatu industri dapat saja tumbuh dan pada saat bersamaan tingkat
hambatan masuk tetap tinggi. Tumbuhnya industri a quo akibat

do
gu adanya pertumbuhan permintaan yang tetap disuplai oleh pelaku
usaha yang ada. Sehingga industri a quo mengalami pertumbuhan

In
A
namun hanya dinikmati oleh pelaku usaha lama saja;
6. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang mengatakan bahwa
ah

"terdapat banyak pemairi dalam sektor ritel modern baik: pada format

lik
minimarket, supermarket, department store, hypermarket, qrosir,
termasuk toko modern specialis ... , dan, masing-masing peritel
am

ub
tersebut secara terus-menerus malakukan ekspansi dari waktu ke
waktu dari satu wilayah ke wilayah lainnya ... ". Hal tersebut tidak
ep
menggambarkan keadaan hambatan masuk yang rendah, namun
k

lebih menggambarkan perkembangan industri akibat adanya


ah

pertumbuhan permintaan yang tetap disuplai oleh pelaku usaha yang


R

si
ada. Walaupun adanya hambatan masuk yang tinggi dalam industri
ritel modern, namun hambatan masuk a quo tidak disebabkan oleh

ne
ng

Termohon Kasasi tetapi lebih bersifat alamiah;


7. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ketentuan Pasal 17 Ayat (2)

do
gu

Huruf b UU No. 5 Tahun 1999 tidak terpenuhi karena Termohon


Kasasi tidak mengakibatkan pelaku usaha lain untuk tidak dapat
masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau j asa yang sama.
In
A

Namun hambatan masuk a quo lebih bersifat alamiah. Oleh karena


ah

lik

itu, Pemohon Kasasi tidak menggunakan kriteria sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No.5 Tahun 1999;
m

ub

8. Dengan demikian, sudah sepatutnya Yang Terhormat Majelis Hakim


Agung Kasasi (Judex Juris) untuk membatalkan Putusan
ka

Pengadilan Negeri karena salah dalam menerapkan ketentuan


ep

Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No.5 Tahun 1999.


ah

C.4. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam


R

Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999


es

1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri


M

ng

patut dibatalkan karena salah atau


on
gu

Hal. 235 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 235
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
keliru dalam menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun

R
1999, sebagaimana tertuang dalam butir Ad.c. bagian Tentang

si
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 315;

ne
ng
2. Bahwa pemenuhan unsur Pasal 17
Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999
sangatlah penting sebelum suatu pelaku usaha dikatakan mempunyai

do
gu posisi monopoli. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 17 Ayat (2) UU
No.5 Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai berikut:

In
A
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
ah

atau jasa sebaqaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:

lik
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
am

ub
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak: dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;
ep
atau
k

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha


ah

menguasai lebih. dari 50% (lima puluh persen) pangsa


R

si
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu".
3. Dalam Pasal 17 Ayat (2) UU No.5

ne
ng

Tahun 1999 a quo terdapat syarat-


syaraty kriteria agar suatu pelaku usaha dapat dikatakan mempunyai

do
gu

posisi monopoli, namun syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 17

Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 tidak bersifat kumulatif, yaitu harus
In
A

tepenuhi seluruh syaratnya, namun lebih bersifat alternatif, yaitu


apabila salah satu syarat terpenuhi maka pelaku usaha dapat
ah

lik

dikatakan mempunyai posisi monopoli dan tidak perlu


mempertimbangkan kriteria lainnya. Dalam perkara ini, Pemohon
m

ub

Kasasi menggunakan syarat ketiga yaitu ketentuan Pasal 17 Ayat (2)


Huruf c UU No.5 Tahun 1999 untuk menentukan apakah Termohon
ka

Kasasi memiliki posisi monopoli atau tidak, karena kedua kriteria


ep

lainnya tidak terpenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat


ah

(2) Huruf a dan b UU No.5 Tahun 1999, dan telah dijelaskan pada
R

butir C.2. dan C.3. di atas;


es

4. Dalam menilai Pasal 17 Ayat (2) Huruf


M

ng

c, Pengadilan Negeri,
on
gu

Hal. 236 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 236
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagaimana tercantum dalam butir Ad.c. bagian Tentang

R
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 315-320,

si
merujuk pada istilah pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud

ne
ng
dalam ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Dalam
mempertimbangkan pasar bersangkutan, Pengadilan Negeri
membaginya menjadi 2 (dua) caku pan , yaitu pasar produk dan pasar

do
gu
geografis. Dimana pertimbangan terkait dengan pasar produk,

In
A
Pengadilan Negeri menggunakan 3 (tiga) parameter, sebagaimana
tercantum dalam butir Ad.1.-Ad.3. bagian Tentang Pertimbangan
ah

Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317-318. Sedangkan

lik
pertimbangan terkait dengan pasar geografis tercantum dalam butir 2
bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri
am

ub
halaman 318-319;
5. Bahwa pertimbangan hukum
ep
Pengadilan Negeri terkait dengan pasar
k

produk telah dibahas oleh Pemohon Kasasi dalam butir B.1.-B.4.


ah

Pokok-pokok Memori Kasasi. Serta pertimbangan hukum Pengadilan


R

si
Negeri terkait dengan pasar geografis telah dibahas oleh Pemohon
Kasasi dalam butir B.5. Pokok-pokok Memori Kasasi. Berdasarkan

ne
ng

dalil-dalil yang telah diuraikan Pemohon Kasasi terkait dengan pasar


bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 10 UU

do
gu

No.5 Tahun 1999, maka sudah sepatutnya Putusan Pengadilan


Negeri dibatalkan karena Pengadilan Negeri salah dalam menerapkan
Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999;
In
A

6. Oleh karena itu, Pengadilan Negeri


juga salah dalam menerapkan
ah

lik

ketentuan Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 tahun 1999, karena


sebelumnya Pengadilan Negeri salah atau keliru dalam menentukan
m

ub

pasar bersangkutan, sebagaimana tercantum dalam paragraf 4


bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri
ka

halaman 319, yang dapat kami kutip sebagai berikut:


ep

"Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di


ah

atas. Maka pasar yang bersangkutan dalam perkara ini adalah


R

Ritel modern diseluruh wilayah Indonesia yang berbentuk : berbagai


es

format antara lain Hypermarket, supermarket, departement store,


M

ng

minimarket, grosir maupun toko specialis modern. Sehingga pangsa


on
gu

Hal. 237 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 237
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pasar pemohon berdasarkan kajian AC. Nielsen jumlah pangsa pasar

R
pemohon keberatan dalam sektor ritel modern sebesar 17% (pada

si
tahun 2008) (Setelah Akuisisi Ha Retailindo). (Bukti P. 3/ C.160),

ne
ng
berdasarkan kajian MARS Indonesia pangsa pasar pemohon
keberatan dalam sektor ritel modern sebesar 5,8% (tahun 2008)
(Bukti P.4). Sedangkan berdasarkan data Euromonitor yang terdapat

do
gu dalam putusan Termohon keberatan pangsa pasar Pemohon
Keberatan sebesar 19,63% tahun 2008)".

In
A
7. Untuk selanjutnya, Pemohon Kasasi akan menguraikan pangsa pasar
ah

dari Termohon Kasasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal

lik
17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999 a quo. Pertimbangan
am

ub
Pemohon Kasasi tentang pangsa pasar Termohon Kasasi
sebelumnya telah diuraikan dalam butir II. Analisa Market Power
ep
bagian Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 69 - 114,
k

namun pada intinya akan Pemohon Kasasi uraikan sebagai berikut:


ah

7. 1. Pangsa Pasar Downstream


R

si
a. Dalam menghitung pangsa pasar Termohon Kasasi di pasar
bersangku tan downstream, Pemohon Kasasi hanya

ne
ng

menghitung 7 (tujuh) pelaku usaha berkategori supermarket


dan hypermarket sesuai dengan definisi pasar bersangkutan

do
gu

sebagaimana telah dinyatakan di atas, yaitu:


i. PT Carrefour Indonesia (dengan brand ritel Carrefour);
ii. PT Hero Supermarket (dengan brand rite! Hero
In
A

Supermarket, Giant Hypermarket dan Supermarket);


iii. PT Matahari Putra Prima, Tbk. (dengan brand ritel
ah

lik

Hypermart, Foodmart, dan Matahari Supermarket);


iv. PT Ramayana Lestari Sentosa (dengan brand ritel
m

ub

Ramayana);
v. PT Alfa Retailindo, Tbk (dengan brand ritel Alfa
ka

Supermarket dan Alfa Gudang Rabat);


ep

vi. PT Akur Pratama (dengan brand ritel Toserba Yogya dan


ah

Griya);
R

vii. PT Lion Superindo (dengan brand ritel Lion Superindo).


es

b. Bahwa atas dasar penentuan pasar geografis di atas, dalam


M

ng

menghitung pangsa pasar Termohon Kasasi, Pemohon


on
gu

Hal. 238 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 238
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kasasi menghitung 15 (limabelas) wilayah pasar geografis,

R
karena hanya di wilayah itu saja yang terjadi perubahan

si
struktur pasar setelah Termohon Kasasi mengakuisisi PT Alfa

ne
ng
Retailindo, Tbk. Sehingga apa yang dilakukan oleh Pemohon
Kasasi adalah sudah relevan dan beralasan hukum, 15 (lima

do
gu belas) wilayah itu adalah sebagai berikut:
c. Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, dibagi menjadi 7 (tujuh)

In
A
wilayah pada jangkauan pasar geografis sejauh 4 km dari
outlet Alfa Retailindo, ketujuh wilayah tersebut disekitar:
ah

1. Carrefour ex Alfa Sunter

lik
2. Carrefour Express Lodan
3. Carrefour Express Menteng
am

ub
4. Carrefour Express Tendean
5. Carrefour Express Meruya Ilir
ep
6. Carrefour Express Kebayoran
k

7. Carrefour Pasar Minggu


ah

d. Wilayah di luar Jakarta


R

si
1. Carrefour Ex Alfa Dukuh Kampung
Surabaya

ne
ng

2. Carrefour Ex Alfa Ahmad Yani


Surabaya

do
gu

3. Carrefour Ex Alfa Malang


4. Carrefour Ex Alfa Maguwoharjo
Yogyakarta
In
A

5. Carrefour Ex Alfa Soekarno Hatta


Bandung
ah

lik

6. Carrefour Ex Alfa Pengayoman,


Makassar
m

ub

7. Carrefour Ex Alfa Tamalanrea,


Makassar
ka

8. Carrefour Ex Alfa Karebosi dan MTC


ep

Karebosi, Makassar
ah

e. Bahwa dengan menggunakan perhitungan data selling


R

space, pangsa lahan, dan data penjualan Termohon Kasasi


es

dengan pesaingnya di 15 (lima belas) wilayah tersebut,


M

ng

terdapat bukti pada 7 (tujuh) wilayah adanya pangsa pasar


on
gu

Hal. 239 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 239
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Termohon Kasasi melebihi 50%, yaitu:

R
1. Carrefour di wilayah Sunter, DKI Jakarta sebesar 62,04%

si
(enampuluh dua koma nol empat persen);

ne
ng
2. Carrefour di wilayah Lodan, DKI Jakarta sebesar 67,02%
(enampuluh tujuh koma nol dua persen);
3. Carrefour di wilayah Kebayoran, DKI Jakarta sebesar

do
gu 64,57% (enampuluh empat koma limapuluh tujuh persen);
4. Carrefour di wilayah Tendean, DKI Jakarta sebesar

In
A
59,53% (limapuluh sembilan koma limapuluh tiga persen);
5. Carrefour di wilayah Meruya, DKI Jakarta sebesar
ah

61,46% (enampuluh satu koma empatpuluh enam

lik
persen);
6. Carrefour di wilayah Dukuh Kupang, Surabaya sebesar
am

ub
45,66% (empat puluh lima koma enam puluh enam
persen);
ep
7. Carrefour di wilayah Maguwoharjo, Yogyakarta sebesar
k

82,75% (delapanpuluh dua koma tujuh puluh lima


ah

persen).
R

si
f. Bahwa analisa tersebut dilakukan dengan hanya
memperhitungkan supermarket dan hypermarket yang

ne
ng

memiliki jaringan nasional, dan mengecualikan hypermarket


dan supermarket yang hanya mempunyai jaringan lokal;

do
gu

g. Dengan demikian telah jelas bahwa perhitungan dan analisa


pangsa pasar downstream yang dilakukan Pemohon Kasasi
adalah tepat dan benar, karena jelas Termohon Kasasi
In
A

memiliki pangsa pasar di atas 50%.


7.2. Pangsa Pasar Upstream
ah

lik

a. Bahwa sebagaimana penentuan pasar geografis di atas


maka perhitungan pangsa pasar Termohon Kasasi dihitung
m

ub

berdasarkan nilai pendapatan dari trading terms Termohon


Kasasi dan pelaku usaha supermarket dan hypermaket
ka

lainnya;
ep

b. Hal ini dikarenakan pelaku usaha ritel dapat dikatakan


ah

menjual produk jasa hypermarket dan supermarket ketika


R

distribusi yang dilakukan ke seluruh wilayah nasional, dan


es

melakukan promosi di media nasional ataupun lokal. Selain


M

ng

itu dikarenakan pada pasar bersangkutan upstream,


on
gu

Hal. 240 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 240
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pemasok memiliki motivasi untuk memasok ke peritel yang

R
memiliki jaringan nasional agar produk dapat tersebar secara

si
nasional. Sehingga peritel dengan jangkauan lokal tidak

ne
ng
dapat secara serta merta dimasukkan sebagai perhitungan
karena sama sekali tidak relevan;
c. Berdasarkan analisa pasar yang Termohon Keberatan

do
gu lakukan terhadap data nilai penjualan hypermarket dan
supermarket, dilihat berdasarkan pendapatan trading terms,

In
A
diperoleh data sebagai berikut:
DATA PENDAPATAN TRADING TERMS
ah

HYPERMARKET DAN SUPERMARKET DIINDONESIA

lik
TAHUN 2005 - 2008 (DALAM RUPIAH)
am

ub
NAMA 2005 2006 2007 2008
PERITEL
MATAHARI 221,666,960,164 378,222,467,887 413,694,613,678 455,599,378,43
ep
CARREFOUR 319,740,000,000 386,623,000,000 906,045,000,000 1,422,042,000,098
k

INDONESIA
ah

RAMAYANA 161,961,600,000 170,322,600,000 186,255,500,000 211,154,200,000


HERO 155,658,000,000 310,345,000,000 320,951,000,000 319,431,000,000
R

si
ALFA 90,605,177,529 102,861,918,068 93,780,485,254
RETAILINDO
YOGYA 3,030,758,757 3,458,768,801 4,596,0046,518 7,006,204,081

ne
ng

LION 31,360,273,328 30,174,081,490 31,610,312,121 37,109,598,513


SUPERINDO
TOTAL 984,022,769,778 1,682,007,836,246 1,956,932,957,571 2,452,342,381,135

do
gu

Sumber: Data Laporan Pendapatan Trading Terms masing-masing


perusahaan
Keterangan:
In
A

Untuk nilai pendapatan trading term Ramayana diperoleh dari: 10/100 x nilai
penjualan.
ah

lik

Angka 10% tersebut diperoleh dari rata-rata pendapatan trading terms yang
diperoleh Carrefour.
d. Berdasarkan rumus di atas diperoleh tabel pangsa pasar
m

ub

upstream sebagai berikut:


Market Share Upstream Hypermarket dan Supermarket
ka

di Indonesia Tahun 2005·2008


ep

NAMA PERITEL 2005 2006 2007 2008


ah

MATAHARI 22.53% 22.49% 21.14% 18.58%


CARREFOUR 32.49% 40.82% 46.30% 57.99%
R

INDONESIA
es

RAMAYANA 16.46% 10.13% 9.52% 8.61%


M

HERO 15.82% 18.45% 16.40% 13.03%


ng

ALFA RETAILINDO 9.21% 6.12% 4.79% -


on
gu

Hal. 241 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 241
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
YOGYA 0.31% 0.21% 0.23% 0.29%
LION SUPERINDO 3.19% 1.79% 1.62% 1.51%

si
TOTAL 100% 100% 100% 100%
Sumber: Data diolah
e. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa Termohon

ne
ng
Kasasi terbukti memiliki market power dan memiliki
pangsa pasar upstream sebesar 57,99% (limapuluh tujuh

do
gu 8.
koma sembilan puluh sembilan persen).
Selain itu, Nielsen, Euromonitor dan Mars dalam penelitiannya tidak

In
mendefenisikan pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam
A
Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Sehingga perhitungan
pangsa pasar yang dilakukan oleh ketiga lembaga a quo tidak dapat
ah

lik
digunakan untuk menghitung pangsa pasar Termohon Kasasi dalam
perkara a quo maupun mengukur eksistensi kekuatan pasar
am

ub
Termohon Kasasi secara akurat;
9. Nielsen dan Euromonitor dalam menilai kriteria dari ritel modern
hanya berdasarkan teknik penjualan yang menggunakan sistem price
ep
k

tag (label harga) dan self service (pelayanan sendiri) (vide bukti
ah

C108).
R

si
Kedua kriteria a quo hanya menggambarkan karakter dari ritel
modern. Karakter dan atau fungsi hanya salah satu unsur dan bukan

ne
ng

satu-satunya unsur yang dipertimbangkan. Dalam menilai pasar


bersangkutan juga harus mempertimbangkan sisi permintaan maupun

do
gu

penawaran. Dengan demikian penyusunan kriteria yang dibuat oleh


Nielsen dan Euromonitor yang didasarkan atas kriteria a quo belum
In
A

dapat dipergunakan sebagai dasar penentuan posisi Termohon


Kasasi dalam pasar bersangkutan.
ah

lik

10. Nielsen dalam melakukan surveynya hanya menghitung nilai


penjualan terhadap barang tertentu saja, yaitu:
m

a. Food (hanya 22 produk), tidak termasuk produk segar (seperti


ub

sayur, buah dan daging);


ka

b. Personal Care (hanya 15 produk);


ep

c. Household/kebutuhan rumah tangga (hanya 8 produk);


d. Pharrnaceutical Zobat-obatan (hanya 9 produk). (vide bukti
ah

C108).
es

Survey a quo tidak memperhitungkan produk lain yang dijual misal


M

ng

elektronik, produk makanan segar, pakaian dan sejumlah besar


on
gu

Hal. 242 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 242
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
produk lainnya yang lazim dijual. Dengan demikian perhitungan

R
pangsa pasar yang dilakukan Nielsen tidak dapat menggambarkan

si
secara akurat nilai kekuatan pasar sesungguhnya yang dimiliki

ne
ng
Termohon Kasasi di pasar.
11. Selanjutnya metode yang digunakan Mars dalam menghitung pangsa
pasar didasarkan pada asumsi jumlah kunjungan bukan nilai nyata

do
gu penjualan, sebagaimana tercantum dalam hasil riset Mars bukti C187,

In
A
yang dapat kami kutip sebagai berikut:
"Sebagai dasar perhitungan, akan diasumsikan bahwa kunjungan >
ah

1 kali seminggu adalah dua kali seminggu, sehingga dalam

lik
sebulan konsumen tersebut berkunjung sebanyak 8 kali .... "
12. Dalam ketentuan Pasal 1 Angka 13 UU No.5 Tahun 1999, yang
am

ub
berbunyi sebagai berikut:
"Pangsa pasar adalah persentase nilai jual at au beli barang atau
ep
jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar
k

bersangkutan dalam tahun kalender tertentu. "


ah

13. Berdasarkan Pasal 1 Angka 13 UU No. 5 Tahun 1999 a quo,


R

si
perhitungan yang dilakukan Mars tidak dapat dijadikan dasar sebagai
perhitungan pangsa pasar. Karena angka-angka yang dipublikasikan

ne
ng

oleh Mars didasarkan pada asumsi jumlah kunjungan dan bukan


didasarkan pada nilai nyata penjualan sehingga seharusnya angka-

do
gu

angka yang dipublikasikan oleh Mars dinyatakan sebagai "pangsa


kunjungan" dan bukan pangsa pasar;
14. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah sepatutnya
In
A

Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk


membatalkan Putusan Pengadilan Negeri karena salah dalam
ah

lik

menerapkan ketentuan Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun


1999.
m

ub

D. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA


SALAH DALAM MENERAPKAN PASAL 17 AYAT (1) UU NO.5 TAHUN
ka

1999
ep

1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah atau


ah

keliru dalam menerapkan ketentuan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun


R

1999. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 17 Ayat (1) UU No.5


es

Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai berikut :


M

ng

"(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas


on
gu

Hal. 243 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 243
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang

R
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

si
persaingan usaha tidak: sehat".

ne
ng
2. Dalam paragraf 2 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 320, yang dapat kami kutip sebagi berikut:
"Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

do
gu hukum di atas menurut hemat Majelis Pemohon Keberatan tidak:
dapat dikwalifikasikan melakukan penguasaan atas produksi

In
A
dan/atau pemasaran barang dan/jasa sebagaimana dimaksud di
dalam pasal 17 Ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999, dst ... "
ah

3. Dalam pertimbangan hukumnya a quo, Pengadilan Negeri tidak

lik
mempertimbangkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999 lebih
lanjut karena Pengadilan Negeri melihat bahwa Termohon Kasasi tidak
am

ub
dapat dikualifikasikan melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/jasa. Pada intinya Pemohon Kasasi tidak
ep
sependapat dengan pertimbangan hukum Pengadilan Negeri a
k

quo, karena menurut hemat Pemohon Kasasi bahwa Termohon Kasasi


ah

telah mempunyai pangsa pasar diatas 50% (lima puluh persen),


R

si
sebagaimana telah diuraikan dalam butir C.4. Pokok-pokok Memori
Kasasi. Dikarenakan unsur Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No.5 Tahun

ne
ng

1999 telah terpenuhi maka sudah seharusnya Pengadilan Negeri


mempertimbangkan ketentuan Pasal 17 Ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999;

do
gu

4. Pemohon Kasasi dalam Putusan KPPU telah menjelaskan pelanggaran


yang dilakukan Termohon Kasasi terhadap ketentuan Pasal 17 Ayat (1)
UU No.5 Tahun 1999, dalam menerapkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5
In
A

Tahun 1999 Pemohon Kasasi menilai beberapa unsur penting yaitu,


pertama, pelaku usaha; kedua, menguasai pasar; ketiqa, pelaku usaha
ah

lik

tersebut menerapkan sebuah kebijakan (praktek) usaha (conduct); dan,


keempat, kebijakan (praktek) usaha tersebut menimbulkan atau dapat
m

ub

menimbulkan dampak negatif terhadap. persaingan berupa praktek


monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Penilaian keempat un
ka

sur a quo tertuang dalam butir 6.3.5.-6.3.8. bagian Tentang Hukum


ep

Putusan KPPU halaman 264 - 269, yang dapat kami kutip sebagai
ah

berikut:
R

6.3.5 Pelaku Usaha;


es

6.3.5.1. Bahwa Terlapor adalah badan hukum yang didirikan dan


M

ng

berkedudukan di Indonesia serta melakukan kegiatan


on
gu

Hal. 244 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 244
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
usaha di bidang perekonomian sebagaimana telah

R
diterangkan dalam bagian Identitas Terlapor;

si
6.3.5.2. Dengan demikian unsur ini terpenuhi;

ne
ng
6.3.6 Penguasaan Pasar;
6.3.6.1 Pelaku usaha dianggap menguasai pasar sesuai dengan
ketentuan Pasal 17 Ayat (2) UU No 5 Tahun 1999

do
gu apabila (a) barang dan ataujasa yang bersangkutan
belum ada subsitusinya; atau (b) mengakibatkan pelaku

In
A
usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama; atau (c) suatu
ah

pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha

lik
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu;
am

ub
6.3.6.2 Bahwa berdasarkan data LHPL dan pertimbangan
Majelis Komisi pada bagian Pangsa Pasar Terlapor,
ep
Majelis Komisi menilai bahwa Terlapor memiliki pangsa
k

pasar lebih dari 50% (limapuluh persen), yaitu sebesar


ah

57,99% (limapuluh tujuh koma sembilan puluh sembilan


R

si
persen) pada pasar bersangkutan upstream;
6.3.6.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;

ne
ng

6.3.7 Perilaku;
6.3.7.1 Bahwa Terlapor telah melakukan akuisisi terhadap Alfa

do
gu

pada bulan Januari 2008;


6.3.7.2 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
6.3.8 Dampak;
In
A

6.3.8.1 Bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa pada pokoknya


menyatakan akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor
ah

lik

mengakibatkan dampak anti persaingan baik yang


bersumber dari perilaku Terlapor sendiri (unilateral
m

ub

conduct) maupun yang diikuti oleh pelaku usaha


pesaingnya (coordinated conduct);
ka

6.3.8.2 Hal tersebut terjadi karena market power Terlapor yang


ep

semakin meningkat pasca akuisisi Alfa dan tingginya


ah

entry barrier terhadap pasar bersangkutan upstream;


R

6.3.8.3 Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor


es

menyatakan pada pokoknya terdapat persaingan yang


M

ng

sehat dalam industri ritel, Terlapor membantu inovasi


on
gu

Hal. 245 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 245
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pemasok, dan tidak terdapat entry barrier;

R
6.3.8.4 Majelis Komisi menilai dalil-dalil yang diajukan oleh

si
Terlapor untuk menunjukkan persaingan yang sehat

ne
ng
didasarkan pada pendefinisian pasar bersangkutan
yang salah;
6.3.8.5 Analisis terhadap tingkat persaingan seharusnya diukur

do
gu pada pasar bersangkutan yaitu pasar bersangkutan
downstream berupa hypermarket dan supermarket

In
A
dalam radius 4 km (empat kilometer) untuk wilayah DKI
Jakarta dan 5 km (lima kilometer) untuk wilayah di luar
ah

DKI Jakarta, serta pasar bersangkutan upstream berupa

lik
jasa riteI hypermarket dan supermarket di seluruh
wilayah Indonesia;
am

ub
6.3.8.6 Definisi pasar bersangkutan yang tidak tepat
sebagaimana yang diajukan oleh Terlapor
ep
menyebabkan Majelis Komisi tidak dapat menerima
k

pertimbangan-pertimbangan Terlapor yang didasarkan


ah

pada definisi pasar bersangkutan yang tidak tepat;


R

si
6.3.8.7 Majelis Komisi berpendapat bahwa terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

ne
ng

dianalisis dari kondisi persaingan yang terjadi akibat


dari tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam

do
gu

melakukan penguasaan atas produksi dan atau


pemasaran barang dan atau jasa;
6.3.8.8 Perkembangan jumlah pelaku usaha dapat menjadi
In
A

petunjuk tinggi atau rendahnya entry barrier untuk


memasuki industri riteI hypermarket dan supermarket.
ah

lik

Semakin tinggi entry barrier menunjukan sulitnya pelaku


usaha baru untuk masuk ke dalam pasar. Sulitnya
m

ub

pelaku usaha baru masuk akan menghilangkan tekanan


kompetisi yang diterima oleh pelaku usaha lama
ka

incumbent). Kondisi tersebut akan memberikan


ep

kesempatan yang lebih besar kepada incumbent


ah

untuk mengeksploitasi market power. Eksploitasi market


R

power tersebut akan berdampak lebih buruk pada


es

persaingan di pasar dengan tingkat entry barrier yang


M

ng

tinggi;
on
gu

Hal. 246 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 246
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6.3.8.9 Majelis Komisi berpendapat bahwa dalam pasar

R
bersangkutan jumlah pelaku usaha diukur dari

si
adanya peningkatan jumlah pelaku usaha di pasar

ne
ng
dan bukan dari peningkatan jumlah output yang
diproduksi. Pertumbuhan jumlah output yang diproduksi
menjadi indikator adanya perkembangan industri,

do
gu namun adanya perkembangan industri tersebut tidak
serta merta dapat diartikan bahwa tingkat entry barrier

In
A
rendah, karena suatu industri dapat saja tumbuh
dan pada saat bersamaan tingkat entry barrier tetap
ah

tinggi. Tumbuhnya industri tersebut akibat adanya

lik
pertumbuhan permintaan yang tetap disuplai oleh
pelaku usaha yang ada. Sehingga industri tersebut
am

ub
mengalami pertumbuhan namun hanya dinikmati oleh
pelaku usaha incumbent saja;
ep
6.3.8.10 Selain itu, kondisi persaingan juga dapat diukur dari
k

tingkat konsentrasi dan kecenderungan yang


ah

ditunjukkannya. Tingkat konsentrasi yang tinggi


R

si
dan cenderung meningkat menunjukkan bahwa
kondisi industri pasar bersangkutan didominasi

ne
ng

oleh beberapa pelaku usaha tertentu. Majelis Komisi


menilai bahwa pengukuran tersebut cukup dapat

do
gu

ditunjukan oleh Indikator nilai HHI dan CR4


sebagai teknik pengukuran yang lazim digunakan
dalam analisis persaingan usaha;
In
A

6.3.8.11 Majelis Komisi menilai bahwa Tim Pemeriksa telah


tepat menunjukan bahwa kondisi pasar bersangkutan
ah

lik

upstream sangat terkonsentrasi dengan


kecenderungan yang terus meningkat, dimana
m

ub

Terlapor menjadi pelaku usaha dominan di


dalamnya. Namun demikian, Majelis Komisi
ka

melakukan perhitungan ulang terhadap data HHI dan


ep

CR4 yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa dan


ah

mengkoreksi data dari Tim Pemeriksa tersebut


R

menjadi sebagai berikut:


es
M

ng

on
gu

Hal. 247 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 247
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
3779,16
gu 98%

96%
3581,29

2950,09 96,70%
4000

3500

94% 2615,02 3000

In
A
92% 92,91% 2084,38 93,36% 2500
91,89%
90% 2000
ah

lik
88% 1500

86% 87,30% 1000


am

ub
84% 500

82% 0
2004 2005 2006CR4 2007HHI 2008
ep
k
ah

si
6.3.8.12 Berdasarkan qrafik tersebut terlihat bahwa sebelum

ne
ng

akuisisi pada tahun 2007 tingkat HHI industri


mencapai Angka 2950,09 (dua ribu sembilan ratus

do
gu

limapuluh koma nol sembilan dengan nilai CR4 yang


mencapai 93,36% (sembilanpuluh tiga koma tigapuluh
enam persen) yang menandakan konsentrasi yang
In
A

sangat tinggi dari suatu industri. Setelah akuisisi, yaitu


pada tahun 2008, tingkat konsentrasi industri semakin
ah

lik

tinggi lagi hingga mencapai Angka HHI 3779,16 (tiga


ribu tujuh ratus tujuhpuluh sembilan koma enam
m

ub

belas)dan CR4 menjadi 96,70% (sembilan puluh


enam koma tujuhpuluh persen);
ka

6.3.8.13 Adanya kekuatan pasar yang dimiliki oleh pelaku


ep

usaha serta kondisi struktur industri yang kurang


ah

mendukung terciptanya persaingan sehat belum dapat


R

dijadikari alasan untuk menyatakan pelaku usaha


es

yang memiliki kekuatan pasar tersebut melakukan


M

ng

pelanggaran terhadap hukum persaingan. Kekuatan


on
gu

Hal. 248 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 248
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pasar yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut

R
dinyatakan melanggar hukum persaingan usaha,

si
apabila kekuatan pasar tersebut secara unilateral

ne
ng
digunakan untuk menqeksploitasi surplus konsumen
dan/atau mencegah pelaku usaha pesaing untuk
masuk ke pasar atau bersainq secara efekiif ;

do
gu 6.3.8.14 LHPL telah menunjukkan beberapa perilaku unilateral
dari Terlapor sebagai upaya untuk menqekploitasi

In
A
surplus dari para pemasoknya, antara lain :
a. Menerapkan besaran trading terms Carrefour
ah

kepada para pemasok Alfa;

lik
b. Memperhitungkan jenis trading terms
additional conditional rebate baik kepada pemasok
am

ub
Terlapor dan Alfa berdasarkan total penjualan
Carrefour dan Alfa;
ep
c. Memaksakan pemasok Terlapor untuk juga
k

memasok Alfa (tying in);


ah

6.3.8.15 Majelis Komisi sependapat dengan LHPL yang


R

si
menunjukkan bahwa entry barrier pada pasar
bersangkutan termasuk tinggi sebaqaimana

ne
ng

ditunjukkari dalam jumlah pelaku usaha pada


pasar tersebut yang tidak: bertambah di pasar

do
gu

meskipun. terjadi pergantian kepemilikan dan


pertumbuhan gerai;
6.3.816 Hilangnya persaingan. efektif dapat pula terjadi
In
A

apabila pelaku usaha melakukan tindakan. paralel


meskipun tanpa melakukan kesepakatan. Dalam
ah

lik

kondisi tersebut konsumen tidak: dapat


menghindari penyalahgunaaan kekuatan pasar
m

ub

oleh pelaku usaha sehingga dalam jangka pendek


mengakibatkan konsumen kehilangan pilihan;
ka

6.3.8.17 Tindakan paralel pelaku usaha yang terjadi pada


ep

kondisi tingkat konsentrasi yang cenderung


ah

meningkat serta adanya entry barrier menjadikan


R

kondisi merugikan konsumen tersebut berpotensi


es

tetap terjadi dalam jangka panjang ;


M

ng

6.3.8.18 Majelis Komisi menilai bahwa Tim Pemeriksa telah


on
gu

Hal. 249 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 249
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menunjukkan adanya tindakan paralel pada pasar

R
bersangkutan berdasarkan keterangan-keterangan

si
yang diperoleh. dari Pemasok (vide B2, BS, B9, B12)

ne
ng
dengan entry barrier yang tinggi serta tingkat
konsentrasi yang cenderung meningkat;
6.3.8.19 Dengan demikian. Majelis Komisi sependapat

do
gu dengan dengan keseluruhan dalil-dalil Tim Pemeriksa
dalam LHPL mengenai dampak perilaku Terlapor

In
A
pasca akuisisi Alfa;
6.3.8.20 Oleh karena itu Majelis Komisi berpendapat
ah

bahwa terdapat dampak negatif pada

lik
persaingan sebagai akibat akuisisi yang
dilakukan oleh Terlapor terhadap Alfa;
am

ub
6.3.8.21 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
5. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah sepatutnya
ep
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
k

membatalkan Putusan Pengadilan Negeri karena salah dalam


ah

menerapkan ketentuan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999.


R

si
E. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA
SALAH DALAM MENERAPKAN PASAL 25 AYAT (1) HURUF A UU NO.5

ne
ng

TAHUN 1999
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah atau

do
gu

keliru dalam menerapkan ketentuan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.

5 Tahun 1999. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 25 Ayat (1)


In
A

Huruf a UU No.5 Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
"(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik:
ah

lik

secara langsung maupun tidak langsung untuk:


a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk
m

ub

mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh


barang dan atau jasa yang persaingan, baik: dari segi harga
ka

maupun kualitas".
ep

2. Dalam menentukan apakah Termohon Kasasi memiliki posisi dominan


ah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5


R

Tahun 1999 a quo, maka perlu dilihat beberapa kriteria sebagaimana


es

dimaksud dalam ketentuan Pasal 25 Ayat (2) UU No.5 Tahun 1999,


M

ng

yang dapat kami kutip sebagai berikut:


on
gu

Hal. 250 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 250
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud

R
Ayat (1) apabila:

si
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha

ne
ng
menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu; atau
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha

do
gu menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu".

In
A
3. Mengenai kriteria bahwa apakah Termohon Kasasi memiliki posisi
dominan, Pengadilan Negeri mengacu pada pertimbangan hukumnya
ah

pada Pasal 17 UU No.5 Tahun 1999, sebagaimana tertuang dalam

lik
paragraf 3 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan
Negeri halaman 321, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
am

ub
"Menimbang, bahwa mengenai kriteria pelaku usaha memiliki
posisi dominan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 25 Ayat 2
ep
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 tersebut di atas bila dikaitkan
k

fakta-fakta hukum dalam mempertimbangkan posisi dominan


ah

dalam pasal 17 Ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 dalam perkara ini


R

si
pemohon keberatan sama sekali tidak: memiliki posisi dominan
karena pangsa pasar pemohon keberatan masih jauh di bawah

ne
ng

50% (lima puluh persen), dst. .. "


4. Sebelum mengacu pada Pasal17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999, ada

do
gu

kriteria yang harus dipenuhi terlebih dahulu sehingga Termohon


Kasasi dapat dikatakan memiliki posisi monopoli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999. Pengadilan
In
A

Negeri dalam pertimbangan hukumnya, sebagaimana tertuang dalam


butir 1 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan
ah

lik

Negeri halaman 313 - 320, mengatakan bahwa Termohon Kasasi tidak


memiliki posisi monopoli karena pangsa pasar Termohon Kasasi
m

ub

dibawah 50% (lima puluh persen) adalah tidak tepat dan salah.
Karena berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta serta dalil-dalil dari
ka

Pemohon Kasasi, sebagaimana telah diuraikan dalam butir C.4


ep

Pokok-pokok Memori Kasasi, bahwa Termohon Kasasi telah terbukti


ah

memiliki pangsa pasar diatas 50% (lima puluh persen) sebagaimana


R

dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999,


es

sehingga dapat dikatakan memiliki posisi monopoli dan dapat


M

ng

diterapkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999;


on
gu

Hal. 251 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 251
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Apabila dikaitkan dengan dalil-dalil Pemohon Kasasi dalam butir C.4.

R
Pokok-pokok Memori Kasasi, maka kriteria yang ditetapkan dalam

si
Pasal 25 Ayat (2) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 telah terpenuhi.

ne
ng
Dengan demikian,. pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang
menyatakan bahwa unsur posisi dominan tidak terpenuhi dan
menyatakan Termohon Kasasi tidak terbukti melanggar Pasal 25 Ayat

do
gu (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999 adalah tidak tepat dan salah. Oleh
karena itu, Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah

In
A
dalam menerapkan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999;
6. Pemohon Kasasi dalam Putusan KPPU telah menjelaskan pelanggaran
ah

yang dilakukan Termohon Kasasi terhadap ketentuan Pasal 25 Ayat (1)

lik
Huruf a UU No.5 Tahun 1999, dalam menerapkan Pasal 25 Ayat (1)
am

ub
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 Pemohon Kasasi menilai beberapa
unsur pertama, pelaku usaha; kedua, posisi dominan; ketiga, adanya
ep
syarat-syarat perdagangan; keempat, adanya konsumen; dan, kelima,
k

dampak dari syarat-syarat perdagangan tersebut mencegah atau


ah

mengahalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang


R

si
bersaing. Penilaian kelima unsur a quo tertuang dalam butir 6.4.5.-
6.4.9. bagian Tentang Hukum Putusan KPPU halaman 270- 275, yang

ne
ng

dapat kami kutip sebagai berikut:


6.4.5 Pelaku Usaha;

do
gu

6.4.5.1 Bahwa Terlapor adalah badan hukum yang didirikan


dan berkedudukan di Indonesia serta melakukan
kegiatan usaha di bidang perekonomian sebagaimana
In
A

telah diterangkan dalam bagian Identitas Terlapor;


6.4.5.2 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
ah

lik

6.4.6 Posisi Dominan;


6.4.6.1 Posisi dominan sesuai dengan ketentuan Pasal 25
m

ub

Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 adalah apabila (a)


satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
ka

usaha menguasai 50% (limapuluh persen) atau


ep

lebih pangsa pasar satu jenis barang dan atau jasa


ah

tertentu; atau (b) dua atau tiga pelaku usaha atau


R

kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh


es

lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang


M

ng

dan atau jasa tertentu;


on
gu

Hal. 252 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 252
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6.4.6.2 Bahwa berdasarkan data LHPL dan pertimbangan

R
Majelis Komisi pada bagian Pangsa Pasar Terlapor,

si
Majelis Komisi menilai bahwa Terlapor memiliki pangsa

ne
ng
pasar lebih dari 50% (limapuluh persen), yaitu sebesar
57,99% (limapuluh tujuh koma sembilan puluh sembilan
persen) pada pasar jasa hypermarket dan supermarket

do
gu di seluruh wilayah Indonesia;
6.4.6.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;

In
A
6.4.7 Syarat Perdagangan;
6.4.7.1 Pengertian syarat-syarat perdagangan adalah butir
ah

perjanjian yang oleh para pihak dijadikan sebagai

lik
ukuran bahwa perjanjian dimaksud dapat dilaksanakan,
atau tidak dapat dilaksanakan ;
am

ub
6.4.7.2 Terlapor setiap tahunnya membuat syarat perdagangan
(trading terms) dalam suatu perjanjian nasional dengan
ep
para pemasok yang memuat syarat dan ketentuan bagi
k

Terlapor dan pemasoknya dalam rangka melakukan


ah

pasokan barang kepada Terlapor;(vide C148, C149,


R

si
C194) ;
6.4.7.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;

ne
ng

6.4.8 Konsumen;
6.4.8.1. Sesuai dengan Pasal 1 Angka 15 UU No. 5 Tahun 1999,

do
gu

konsumen adalah "setiap pemakai dan atau pengguna


barang dan atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri
maupun untuk kepentingan pihak lain";
In
A

6.4.8.2. Mengacu pada penjelasan mengenai definisi pasar


bersangkutan upstream dalam LHPL dan pendapat
ah

lik

Majelis Komisi pada bagian sebelumnya, pemasok


merupakan pemakai dari jasa ritel yang disediakan oleh
m

ub

hypermarket dan supermarket pada gerai-gerai dan


sistem yang dimiliki oleh hypermarket dan supermarket
ka

untuk kepentingan pemasok tersebut;


ep

6.4.8.3. Dengan demikian unsur ini terpenuhi;


ah

6.4.9 Dampak Syarat Perdagangan;


R

6.4.9.1. LHPL pada pokoknya menyatakan penerapan trading


es

terms oleh menyebabkan dampak negatif persaingan;


M

ng

6.4.9.2. Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor pada


on
gu

Hal. 253 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 253
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pokoknya menyatakan:

R
a. Ketentuan trading terms antara Terlapor dan

si
para pemasoknya sama sekali tidak: melanggar

ne
ng
ketentuan hukum yang berlaku dan LHPL juga
sama sekali tidak menyebutkan bahwa trading
terms Terlapor melanggar hukum dan ketentuan

do
gu perundang-undangan yang berlaku;
b. Adanya proses neqosiasi menunjukkan tidak

In
A
adanya paksaan atau tekanan dari Terlapor
(maupun dari Alfa) kepada pemasok serta juga
ah

menunjukkan bahwa posisi negosiasi baik Terlapor

lik
ataupun pemasok adalah sama;
c. Trading terms salah satu peritel lain nilainya lebih.
am

ub
besar dibandingkan dengan nilai trading terms
Terlapor untuk pemasok barang yang sama,
ep
sehingga membuktikan trading terms Terlapor bukan
k

yang tertinggi dibandingkan dengan peritel modern


ah

lainnya;
R

si
d. Terlapor keberatan terhadap fenomena coordinated
conduct dimana Terlapor merupakan leader dalam

ne
ng

penentuan jenis dan jumlah trading terms;


e. Penerapan standar trading terms yang sama

do
gu

terhadap pemasok Terlapor dan pemasok Alfa


adalah tidak melanggar ketentuan hukum yang
berlaku;
In
A

6.4.9.3. Atas pendapat atau pembelaan Terlapor tersebut,


Majelis Komisi berpendapat sebaqai berikut :
ah

lik

a. Sesuai dengan LHPL dan keterangan pemeriniah,


terlihat bahwa trading terms merupakan perilaku
m

ub

bisnis antara peritel dan pemasok, namun terdapat


kecenderungan bahwa trading terms yang selama ini
ka

diberlakukan. tidak hanya berhubungan langsung


ep

dengan penjualan produk dari pemasok, dan


ah

cenderung naik: dari tahun ke tahun tanpa justifikasi


R

yang jelas; (vide B2)


es

b. Bahwa dalam kenyataannya, Terlapor belum


M

ng

sepenuhnya meniaati peraturan yang ada, dimana


on
gu

Hal. 254 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 254
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
format trading terms dan besaran yang diberlakukan.

R
tidak sesuai dengan aturan yang ada sehingga tidak:

si
disepakatinya trading terms untuk perjanjian

ne
ng
kerjasama tahun ini antara Terlapor dan pemasok
(vide B12). Hal ini diperkuat dengan adanya syarat
additional conditional rebate pada trading terms

do
gu Terlapor yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada sehingga

In
A
menunjukkan trading terms Terlapor melanggar
hukum dan peraturan perundangan yang berlaku;
ah

c. Dalam proses negosiasi antara pemasok dan

lik
Terlapor, seringkali pemasok dalam posisi yang
lemah (vide B2), dimana biasanya Terlapor ingin
am

ub
melakukan negosiasi secara lisan dan menekan
pemasok dengan cara menetapkan harga secara
ep
sepihak bahkan pemasok mendapat ancaman untuk
k

mengangkut barang pasokannya apabila tidak:


ah

menyetujui tawaran Terlapor. Hal ini diperkuat


R

si
dengan adanya pemaksaan jual rugi yang diperkuat
dengan survey LPEM UI (vide C188) tentang

ne
ng

interaksi pemasok dengan Terlapor;


d. Selain itu Terlapor menggunakan posisi tawarnya

do
gu

untuk menekan pemasok yang berdampak pada


lessening competition di pasar bersangkutan. Hal ini
sesuai dengan pengakuan Terlapor, bahwa Terlapor
In
A

melakukan pengecekan harga di lapangan/


competitor check (vide B20) sehingga dapat
ah

lik

diketahui kisaran harga barang pemasok di tempat


lain;
m

ub

e. Dengan strategi competitor check tersebut, Terlapor


akari memperoleh gambaran harga pemasok di
ka

tempat pesaing sehingga mempengaruhi besaran


ep

trading terms Terlapor kepada pemasok. Dengan


ah

kondisi adanya parallel conduct yang dilakukan


R

Terlapor dengan pesaingnya, menyebabkan besaran


es

trading terms antar peritel menjadi terbatas,


M

ng

sehingga mengurangi dinamisnya besaran trading


on
gu

Hal. 255 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 255
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terms yang seharusnya dapat menjadi pilihan bagi

R
pemasok;

si
f. Hal ini juga diperkuat dengan jenis trading

ne
ng
terms yang dilakukari pesaing dari Terlapor ang
cenderung meniru trading terms Terlapor (vide B12),
sehingga besaran trading terms yang diterima

do
gu pemasok pada pasar pesaing juga ikut naik dan
menghalangi pemasok untuk mendapatkan pilihan

In
A
trading terms yang bersaing;
g. Dampak dari perilaku ini menyebabkan pemasok
ah

tidak mendapatkan ruang yang fleksibel dalam

lik
mendapatkan trading terms yang lebih kecil.
Akibatnya insentif bagi pemasok dalam melakukan
am

ub
inovasi produk-produk baru akan berkurang karena
keuntungan yang seharusnya bisa dinikmatinya
ep
akan diserap habis oleh Terlapor dan peritel modern;
k

h. Bukti trading terms yang disampaikan Terlapor


ah

yang menunjukkan trading terms Terlapor bukan


R

si
trading terms tertinggi di antara pelaku usaha pada
pasar bersangkutan. Upstream tidak dapat diterima,

ne
ng

karena trading terms tersebut tidak mencerminkan


trading terms untuk; pemasok lain, baik yang

do
gu

menjual barang yang sama rnaupun. berbeda;


i. Hasil pemeriksaan dari Tim Pemeriksa terhadap
berbagai pihak; menunjukkari fakta bahwa pada
In
A

pasar bersangkutan. upstream terjadi fenomena


coordinated conduct atau tindakan paralel dalam
ah

lik

pengenaan trading terms kepada pemasok. Dimana


Terlapor menjadi leader dalam perilaku tersebut
m

ub

sebagaimana terlihat pada keterangan-keterangan


yang terdapat pada LHPL;
ka

j. Di samping hal tersebut, faktor tingginya frekuensi


ep

perpindahan personel dari Terlapor ke perusahaari


ah

pesaing juga memfasilitasi adanya kesamaan


R

perilaku sehingga bentuk trading terms apapun yang


es

dilakukan terlapor juga dilakukan oleh pesaing


M

ng

Terlapor;
on
gu

Hal. 256 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 256
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
k. Majelis Komisi menilai bahwa (penerapan standar

R
trading terms yang sama antara pemasok Terlapor

si
dengan pemasok Alfa bukanlah hal yang melanggar

ne
ng
hukum, akan tetapi melalui proses negosiasi hanya
dengan satu buyer yang sama untuk dua transaksi
yang berbeda, menyebabkan adanya perilaku tying,

do
gu dimana pemasok dapat dipaksa untuk menerima
besaran trading terms Terlapor maupun trading

In
A
terms Alfa, sebagaimana dijelaskan dalam LHPL.
Hal ini diperkuat dengan adanya klausul additional
ah

conditional rebate dan keberatan daripemasok; (vide

lik
B12)
6.4.9.4. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka Majelis
am

ub
Komisi menyimpulkan bahwa dampak syarat
perdagangan (trading terms) yang diterapkan oleh
ep
Terlapor terhadap pemasok menimbulkan persaingan
k

yang tidak sehat dan menghambat konsumen


ah

memperoleh barang dan jasa yang bersaing;


R

si
6.4.9.5. Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
7. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah sepatutnya

ne
ng

Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk


membatalkan Putusan Pengadilan Negeri karena salah dalam

do
gu

menerapkan ketentuan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun


1999.
Bahwa berdasarkan analisa dan uraian tersebut di atas telah jelas bahwa
In
A

Putusan Pengadilan Negeri telah salah dalam menerapkan hukum yang


berlaku, sehingga sangat beralasan hukum bagi Yang Terhormat Majelis Hakim
ah

lik

Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia yang memeriksa perkara a quo


untuk membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
m

ub

No. 1598/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. tanggal 17 Februari 2010.


Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut Mahkamah
ka

Agung berpendapat :
ep

mengenai alasan-alasan ad. A sampai dengan E :


ah

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, Judex Facti tidak


R

salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut :


es

o bahwa barang-barang yang dijual Termohon Kasasi/Pemohon


M

ng

Keberatan (PT. Carrefour Indonesia) merupakan barang-barang yang


on
gu

Hal. 257 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 257
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terdapat banyak substitusi; atau bahkan sama dengan barang-barang yang

R
dijual oleh peritel modern lainya baik yang berbentuk Mini Market,

si
Supermarket, Hypermarket, Depstore, grosir termasuk Toko Modern Special,

ne
ng
baik tingkat nasional maupun tingkat lokal ;
o bahwa tidak telah terbukti Termohon Kasasi/Pemohon Keberatan
(PT. Carrefour Indonesia) menghambat atau menghalangi pihak manapun

do
gu yang ingin melakukan kegiatan usaha yang sama dan atau pelaku usaha
lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha ritel modern untuk

In
A
menjual barang yang sama ;
o bahwa dari (bukti P3/C.160) dan (bukti P4) telah ternyata
ah

lik
pangsa pasar Termohon Kasasi/Pemohon Keberatan (PT. Carrefour
Indonesia) terhadap jenis barang dalam sektor Ritel Modern jauh di bawah
50% berdasarkan hasil kajian Tahun 2007 sebesar 19,63% dan dalam tahun
am

ub
2008 sebesar 17% ;
o bahwa berdasarkan bukti tersebut di atas dalam hubungan kajian
ep
AC Nielson, pangsa pasar PT. Carrefour Indonesia sebelum akuisisi Alfa
k

Retailindo sebesar 14,5 % dan sesudah akuisisi Alfa Retailindo menjadi 17%
ah

dan pula kajian Mars Indonesia serta data dari Euromonitor menunjukkan
R

si
pangsa pasar PT. Carrefour Indonesia jauh di bawah 50%, dengan demikian
pelaku usaha tersebut tidak memiliki posisi dominan ;

ne
ng

o bahwa dari pertimbangan di atas, maka unsur-unsur Pasal 17 ayat


(1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun 1999 tidak terpenuhi ;

do
gu

Menimbang, bahwa terlepas dari pertimbangan tersebut di atas, menurut


pendapat Mahkamah Agung pertimbangan putusan Pemohon Kasasi harus
In
diperbaiki sepanjang mengenai pertimbangan terhadap diktum ke 3 amar
A

putusan Pemohon Kasasi/KPPU dengan pertimbangan sebagai berikut :


Bahwa pembatalan terhadap diktum Nomor 3 Amar putusan KPPU
ah

lik

didasarkan pada alasan bahwa Termohon Kasasi (PT. Carrefour Indonesia),


sesuai dengan pertimbangan Pemohon Kasasi/KPPU dalam putusannya,
m

ub

terbukti tidak melanggar Pasal 28 UU No.5 Tahun 1999 sehingga adalah tidak
berdasar apabila Termohon Kasasi diperintahkan untuk melepaskan seluruh
ka

kepemilikannya di PT Alfa Retailindo Tbk. Selain itu, ketentuan Pasal 17 dan 25


ep

UU No. 5 Tahun 1999 tidak mengatur mengenai transaksi akuisisi seperti dalam
ah

perkara a quo karena hal tersebut diatur secara khusus yaitu dalam ketentuan
R

Pasal 28 dan 29 UU No. 5 Tahun 1999.


es
M

ng

on
gu

Hal. 258 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 258
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa atas pertimbangan tersebut di atas, Hakim Agung

R
yaitu : Prof. Rehngena Purba, SH.,MS. menyatakan berbeda pendapat

si
(dissenting opinion) dengan alasan sebagai berikut :

ne
ng
Bahwa alasan-alasan Pemohon Kasasi/Pemohon keberatan dapat
dibenarkan, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahwa Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah salah dalam

do
gu menilai dan mempertimbangkan fakta hukum/fakta di persidangan serta
salah dalam penerapan hukum, di mana berdasarkan fakta hukum terbukti

In
A
bahwa :
11) berdasarkan hasil penelitian Pemohon Kasasi diperoleh data bahwa
ah

sebelum melakukan akuisisi, Carrefour merupakan pelaku usaha

lik
dengan jumlah pangsa pasar (market share) pada pasar upstream
sebesar 46,03%. Proses akuisisi, pada pasar downstream pangsa
am

ub
pasar (market share) Carrefour meningkat menjadi 57,99% ;
22)bahwa Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sama sekali tidak
ep
mempertimbangkan hasil penelitian KPPU tersebut, sedangkan
k

menurut UU tentang KPPU, Pengadilan/Hakim harus memperhatikan


ah

secara cermat dan teliti kajian dari KPPU ;


R

si
33)bahwa Termohon Kasasi yang terbukti memiliki pangsa pasar di atas
50% sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (2) huruf c UU No. 5 Tahun

ne
ng

1999, memiliki posisi monopoli dan karenanya Pasal 17 ayat (1) UU


No.5 Tahun 1999 telah terpenuhi, dan ketentuan tentang posisi

do
gu

dominan seperti dirumuskan dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a UU No. 5


Tahun 1999 juga telah terpenuhi ;
2. bahwa Judex Facti hanya mempertimbangkan argumentasi/dalil-dalil
In
A

Termohon Kasasi ; dan tidak mempertimbangkan argumen/pendapat/temuan


dari Pemohon Kasasi ;
ah

lik

3. bahwa dalam putusan KPPU No.02/KPPU-L/2009 ditetapkan bahwa


Carrefour mempunyai market power dibandingkan dengan Giant, Hypermart,
m

ub

Clubstore dengan gerai terbanyak sehingga menimbulkan ketergantungan


bagi pemasok agar produknya dapat dijual di Carrefour. Perbuatan berkaitan
ka

dengan trading terms “minus margin”. Putusan telah berkekuatan hukum


ep

tetap (BHT).
ah

4. Bahwa putusan KPPU dalam menilai dan mempertimbangkan unsur-unsur


R

pelaku usaha, posisi dominan, syarat-syarat perdagangan, adanya


es

konsumen dan dampak persyaratan perdagangan telah terpenuhi, di mana


M

ng

Termohon Kasasi telah memenuhi kriteria ketentuan Pasal 25 ayat (1) ;


on
gu

Hal. 259 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 259
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karenanya pertimbangan Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

R
adalah salah dalam penerapan hukum pembuktian ;

si
5. Bahwa selebihnya P.III conform dengan alasan kasasi dari Pemohon Kasasi

ne
ng
(halaman 158 huruf i s/d k dan 6.4. 9.4 memori kasasi) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi : KOMISI

do
gu PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU) tersebut
harus ditolak ;

In
A
Menimbang, oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
ah

tingkat kasasi ini ;

lik
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
am

ub
1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta
ep
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
k
ah

MENGADILI:
R

si
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU)

ne
ng

tersebut ;
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam

do
gu

tingkat kasasi ini sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;


Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis tanggal 21 Oktober 2010 oleh Prof. Rehngena Purba,
In
A

SH.,MS. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, H. Muhammad Taufik, SH.,MH. dan Syamsul Ma’arif,
ah

lik

SH.,LL.M.,Ph.D, Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan


dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis
m

ub

dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut dan Retno Kusrini,


SH.,MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;
ka

ep

Hakim-Hakim Anggota Ketua


ttd/. H. Muhammad Taufik, SH.,MH. ttd/. Prof. Rehngena Purba, SH.,MS.
ah

ttd/. Syamsul Ma’arif, SH.,LL.M.,Ph.D


R

Panitera Pengganti
es

ttd/. Retno Kusrini, SH.,MH.


M

Biaya-biaya :
ng

on
gu

Hal. 260 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 260
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. M e t e r a i …………. Rp. 6.000,-

si
2. R e d a k s i ………… Rp. 5.000,-
3. Administrasi Kasasi …. Rp. 489.000,- +
Jumlah = Rp. 500.000,-

ne
ng
Untuk Salinan
Mahkamah Agung RI

do
gu a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus

In
A
ah

lik
RAHMI MULYATI, SH. MH.
NIP. 040 049 629
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 261 dari 255 hal. Put. No.502 K/Pdt.Sus/2010


d
In
A

Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h

Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik

Halaman 261

Anda mungkin juga menyukai