u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
P U T U S A N
si
Nomor : 502 K/Pdt.Sus/2010
ne
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)
do
gu dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara :
In
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU),
A
berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda No.36 Jakarta Pusat, dalam
hal ini memberi kuasa kepada MOHAMMAD REZA, SH. dan
ah
lik
kawan-kawan, para Pegawai Biro Penegakan Hukum dan Biro
Kebijakan Persaingan Sekretariat Komisi Pengawas Persaingan
am
ub
Usaha, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Februari 2010,
sebagai Pemohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan ;
melawan :
ep
k
Lebak Bulus, lantai 3 Jl. Lebak Bulus Raya No. 8 Jakarta 12310,
R
si
yang dalam hal ini memberikan kuasa kepada : IGNATIUS ANDY,
SH. dan kawan-kawan, para Advokat, berkantor di The East
ne
ng
do
Termohon Kasasi dahulu PEMOHON KEBERATAN (dahulu
gu
TERLAPOR) ;
Mahkamah Agung tersebut ;
In
A
lik
ub
berikut :
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 1
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. Menyatakan bahwa PT. Carrefour
R
Indonesia terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 17 ayat (1)
si
dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun 1999;
ne
ng
2. Menyatakan bahwa terlapor, PT.
Carrefour Indonesia tidak terbukti melanggar pasal 20 dan pasal 28 ayat (2)
UU No. 5 Tahun 1999;
do
gu 3. Memerintahkan terlapor, PT. Carrefour
Indonesia untuk melepaskan seluruh kepemiliknnya di PT. Alfa Retailindo,
In
A
Tbk kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT. Carrefour Indonesia
selambat-lambatnya satu tahun setelah putusan ini berkekuatan hukum
ah
tetap;
lik
4. Menghukum terlapor PT. Carrefour
Indonesia membayar denda sebesar Rp.25.000.000.000,00 (Dua puluh lima
am
ub
miliar rupiah) yang harus disetor ke kas Negara, sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen
ep
Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas
k
si
Bahwa Pemohon keberatan secara tegas menolak seluruh hal-hal yang
dinyatakan dalam putusan Termohon keberatan karena Pemohon keberatan
ne
ng
tidak melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
do
gu
tidak sehat (UU Antimonopoli) kecuali hal-hal yang diakui secara tegas oleh
pemohon keberatan baik dalam pembelaan dari Pemohon keberatan tanggal 13
Oktober 2009 maupun dalam keberatan ini.
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 2
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
R
produksi dan / atau pemasaran barang dan / atau jasa yang
si
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
ne
ng
persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang
do
gu dan/jasa sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila :
a. Barang dan / atau jasa yang bersangkutan
In
A
belum ada subtitusinya, atau
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat
ah
lik
jasa yang sama; atau
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
am
ub
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen)
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
ep
3. Berdasarkan ketentuan di atas, unsur-unsur Pasal 17 ayat (1)
k
si
atau pemasaran barang/jasa; dan
b. Mengakibatkan praktek monopoli dan atau
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 3
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
R
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
si
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
ne
ng
Hal di atas sesuai dengan pendapat ahli hukum Prof. Erman
Rajagukguk, S.H.,LL.M.,Ph.D pada halaman 2 yang
menyatakan :
do
gu ”Selain syarat-syarat sebagaimana dirumuskan dalam pasal
17 ayat (1), maka pelaku usaha baru bisa diduga atau dianggap
In
A
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa (memenuhi syarat b pada Pasal 17 ayat
ah
lik
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
am
ub
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;
ep
atau
k
si
satu jenis barang atau jasa tertentu.
(Bukti P-2)
ne
ng
do
gu
lik
ub
sama, atau (c) suatu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 4
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(menguasai pasar) apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
R
berikut :
si
(i) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
ne
ng
substitusinya; atau
(ii) Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
dalam persaingan usaha atas barang/jasa yang sama; atau
do
gu (iii) Menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang
dan atau jasa tertentu
In
A
6. Ketiga syarat yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UU
Antimonopoli di atas dalam perkara ini tidak terbukti dengan
ah
lik
(i) Pemohon Keberatan
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
am
ub
pemasaran / penjualan berbagai jenis barang secara
eceran (usaha ritel modern). Barang-barang yang dijual
ep
oleh Pemohon Keberatan merupakan barang yang terdapat
k
si
minimarket, supermarket, hypermarket, departement store,
grosir dan termasuk toko modern spesialis seperti
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 5
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang yang
R
diatur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a UU Antiomonopoli
si
TIDAK TERBUKTI.
ne
ng
(ii) Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
sama sekali tidak pernah menghambat atau menghalangi
pihak manapun yang ingin melakukan kegiatan usaha yang
do
gu sama. Pemohon Keberatan tidak pernah mengakibatkan
pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
In
A
usaha ritel modern dan untuk menjual barang yang sama.
Para pelaku usaha lain sepenuhnya mempunyai kebebasan
ah
lik
melakukan kegiatan usaha yang sama. Berdasarkan
analisa pada Bagian B.III.2 halaman 72-75 terdapat bukti
am
ub
bahwa tidak ada hambatan masuk pasar (no entry barrier)
dalam sektor ritel modern di Indonesia. Hal ini karena
ep
jumlah peritel modern sangat banyak dan selalu bertambah
k
si
membuka lahan atau gerai baru tanpa hambatan sehingga
setiap tahun jumlah gerainya bertambah banyak. Dengan
ne
ng
do
gu
lik
ub
(iii) Sesuai analisa pada bagian B.I halaman 34-62 bahwa pasar
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 6
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
50% dalam sektor ritel modern. Berdasarkan kajian AC
R
Nielsen jumlah pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam
si
sektor ritel modern hanya sebesar 17% (tahun 2008) (Bukti
ne
ng
P-3/C160), sedangkan berdasarkan kajian MARS Indonesia
pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor ritel
modern bahkan hanya sebesar 5,8% (tahun 2008) (Bukti P-
do
gu 4). Sementara itu, berdasarkan data Euromonitor yang ada
dalam Putusan Termohon Keberatan sendiri, pangsa pasar
In
A
Pemohon Keberatan hanya sebesar 19,63% (tahun 2007).
Pemohon Keberatan telah menjelaskan hal ini pada Bagian
ah
lik
dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar Pemohon
Keberatan masih jauh dari bawah 50%.
am
ub
Dengan demikian, unsur menguasai lebih dari 50% pangsa
pasar yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c UU
ep
Antimonopoli TIDAK TERBUKTI.
k
si
TERBUKTI karena syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 17
ayat (2) UU Antimonopoli TIDAK TERBUKTI. Dengan demikian,
ne
ng
do
gu
lik
ub
monopoli, yaitu :
R
ng
pemasaran;
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 7
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(iii) Menimbulkan persaingan usaha tidak sehat; dan
R
(iv) Merugikan kepentingan umum
si
10. Syarat-syarat dalam Pasal 1 angka 2 UU Antimonopoli di atas
ne
ng
tidak terbukti dengan penjelasan sebagai berikut :
(i) Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Antimonopoli, yang
dimaksud dengan pemusatan kekuatan ekonomi adalah
do
gu ”Penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan
oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
In
A
menentukan harga barang dan atau jasa”.
Berdasarkan ketentuan di atas, Pemohon Keberatan sama
ah
lik
bersangkutan dalam perkara ini, yaitu ritel modern.
Berdasarkan analisa pada bagian B.II halaman 62-69
am
ub
pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor moden
masih jauh di bawah 50%.
ep
Selain itu, Pemohon Keberatan juga tidak mempunyai
k
si
konsumen akhir karena harga barang yang dijual oleh
Pemohon Keberatan sebelumnya sudah ditetapkan oleh
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 8
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam suatu sektor usaha yang sepenuhnya dimonopli oleh
R
Pelaku Usaha tertentu sehingga konsumen tidak
si
mempunyai pilihan lain selain membeli barang dari pelaku
ne
ng
usaha tersebut.
Oleh karena itu, dalam hal ini Pemohon Keberatan hanya
bertindak sebagai penerima harga (price taker) dan bukan
do
gu sebagai penentu harga (price maker) dalam pasar
bersangkutan. Dengan demikian unsur atau syarat terdapat
In
A
”pemusatan kekuatan ekonomi” dalam perkara ini TIDAK
TERBUKTI.
ah
lik
di atas, terbukti bahwa tidak terdapat pemusatan kekuatan
ekonomi oleh Pemohon Keberatan. Dengan demikian,
am
ub
unsur atau syarat ”mengakibatkan dikuasainya produksi
dan atau pemasaran” dalam Pasal 1 angka 2 UU
ep
Antimonopoli secara otomatis tidak terpenuhi. Selain itu,
k
si
modern di Indonesia karena pangsa pasar Pemohon
Keberatan dalam sektor ritel modern masih jauh di bawah
ne
ng
do
gu
tersebut.
(iii) Pemohon Keberatan tidak
ah
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 9
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
lengkap sudah Pemohon Keberatan analisa pada bagian B.
R
IX halaman 111-114.
si
Penerapan standard trading terms yang sama kepada
ne
ng
Pemasok Pemohon Keberatan (hypermarket) dan pemasok
PT. Alfa Retailindo, Tbk. (”Alfa Retailindo”), (supermarket)
tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
do
gu Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
In
A
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
(”Perpres Ritel”) maupun Peraturan Menteri Perdagangan
ah
lik
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
am
ub
(”Permendag Ritel”) sama sekali tidak ada larangan untuk
menerapkan standard trading terms yang sama kepada ritel
ep
modern karegori hypermarket dan supermarket karena
k
si
secara lengkap Pemohon Keberatan analisa pada Bagian
B. V halaman 80-84 dalam Keberatan ini.
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 10
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
barang dengan harga yang kompetitif atau bersaing karena
R
praktek bisnis yang efisien, pola distribusi yang singkat,
si
keunggulan manajemen dan sumber daya serta hal lainnya.
ne
ng
Dalam Putusan Termohon Keberatan tidak ada bukti bahwa
Pemohon Keberatan merugikan konsumen. Selain itu,
Putusan Termohon Keberatan pada butir 6.3.8.16 halaman
do
gu 269 yang menyatakan bahwa ”dalam jangka pendek
mengakibatkan konsumen kehilangan pilihan” merupakan
In
A
pernyataan yang tidak berdasar dan bertentangan dengan
bukti-bukti. Faktanya, dari waktu ke waktu jumlah peritel
ah
lik
justru konsumen semakin mempunyai banyak pilihan, baik
dari segi format ritel maupun barang yang hendak dibeli.
am
ub
Dengan demikian unsur ”merugikan kepentingan umum”
ini TIDAK TERBUKTI.
ep
11. Berdasarkan penjelasan di atas Pemohon Keberatan tidak
k
si
adalah TIDAK TERBUKTI.
A.I.2.2Unsur Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat TIDAK
ne
ng
TERBUKTI
12. Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli menyatakan :
do
gu
lik
ub
sehat, yaitu :
(i) Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 11
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
supermarket, departement store, hypermarket, grosir termasuk
R
toko spesialis modern (hubungan horizontal). Masing-masing
si
dari peritel modern ini bersaing satu sama lain karena berada
ne
ng
dalam pasar bersangkutan yang sama. Namun demikian,
persoalan yang dipermasalahkan dalam Putusan Termohon
Keberatan adalah mengenai hubungan antara Pemohon
do
gu Keberatan dan pemasok (hubungan vertikal). Oleh karena
bersifat vertikal, maka Pemohon Keberatan dan pemasoknya
In
A
bukan merupakan pesaing satu sama lain karena tidak berada
dalam pasar bersangkutan yang sama. Hubungan antara
ah
lik
penjual barang (pemasok) dan pembeli barang (Pemohon
Keberatan). Dengan demikian, Termohon Keberatan salah
am
ub
dalam menerapkan hukum dalam perkara ini. Sebagai
konsekuensinya, unsur ”persaingan antar pelaku usaha” yang
ep
dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli ini tidak
k
terbukti.
ah
si
selalu berlaku jujur dan tidak melawan hukum. Pemohon
Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 12
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(i) Terdapat banyak pemaian dalam sektor ritel modern baik
R
di tingkat nasional maupun lokal;
si
(ii) Tidak ada hambatan terhadap pelaku usaha manapun
ne
ng
untuk masuk ke dalam pasar ritel modern (no entry barrier).
(iii) Terdapat strategi pemasaran barang antar sesama peritel
modern yang kreatif, inovatif dan menguntungkan
do
gu konsumen.
(iv) Konsumen mempunyai banyak pilihan baik dari jenis
In
A
barang yang hendak dibeli maupun jenis format ritel modern
yang dapat dikunjungi;
ah
lik
(vi) Pelaku usaha bertindak sebagai penerima harga (price
taker) mengingat adanya persaingan yang sangat kompetitif
am
ub
dan sehat tersebut.
Hal ini secara lengkap Pemohon Keberatan jelaskan pada
ep
Bagian B.III halaman 69-75 dalam Keberatan ini.
k
si
terbukti.
15. Berdasarkan penjelasan di atas unsur persaingan usaha tidak
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-2)
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 13
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
karena tidak sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Termohon
R
Keberatan menguraikan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan
si
isi Ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam perkara
ne
ng
ini. Selain itu, Termohon Keberatan juga tidak merujuk kepada
Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 6 UU Antimonopoli dalam
mendefinisikan unsur praktek monopoli dan persaingan usaha
do
gu tidak sehat dalam perkara ini. Hal ini mengakibatkan Putusan
Termohon Keberatan menjadi salah karena didasarkan atas
In
A
uraian unsur-unsur yang salah.
18. Selain itu, penerapan atas unsur-unsur Pasal 17 ayat (1) UU
ah
lik
tepat serta tidak konsisten dengan Putusan Termohon
Keberatan sebelumnya. Sebagai contoh, Termohon Keberatan
am
ub
dalam putusannya butir 6.3.7 halaman 265 menyatakan bahwa
salah satu unsur dari Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli adalah
ep
”Perilaku”. Namun demikian, Termohon Keberatan selalu keliru
k
si
Retailindo. Penerapan unsur tersebut adalah salah karena
perilaku yang dimaksud seharusnya merupakan perilaku yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
19. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 14
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
A.II PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN
R
KARENA TERMOHON KEBERATAN SALAH MENERAPKAN
si
PASAL 17 AYAT (1) UU ANTIMONOPOLI
ne
ng
1. Butir 1 Amar Putusan Termohon Keberatan menyatakan :
”Menyatakan bahwa Terlapor, PT. Carrefour Indonesia terbukti
secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) ...”
do
gu Kami mohon Majelis Hakim yang Terhormat membatalkan amar
putusan di atas karena Termohon Keberatan salah dalam
In
A
menerapkan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam perkara
ini.
ah
lik
dalam Perkara ini adalah mengenai hubungan antara Pemohon
Keberatan dengan Pemasok, bukan antara Pemohon Keberatan
am
ub
dengan Konsumen Akhir. Lebih lanjut, pangsa pasar yang
dianalisa secara keliru oleh Termohon Keberatan juga adalah
ep
pasar pasokan dari pemasok kepada peritel atau pasar
k
si
Putusan Termohon Keberatan butir 4.15 halaman 240
menyatakan:
ne
ng
do
gu
lik
ub
tidak sehat.
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 15
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
R
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
si
barang atau jasa tertentu”.
ne
ng
Berdasarkan ketentuan di atas terbukti bahwa hal-hal yang
berkaitan dengan pemasokan atau pasar pasokan diatur dalam
Pasal 18 UU Antimonopoli dan bukan dalam Pasal 17 UU
do
gu Antimonopoli.
4. Namun demikian, termohon keberatan dalam perkara ini secara
In
A
salah menerapkan pasal 17 UU Antimonopoli (mengenai
monopoli) yang menyatakan :
ah
lik
produksi dan / atau pemasaran barang dan / atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
am
ub
dan / atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
ep
penguasaan atas produksi dan / atau pemasaran barang
k
si
subtitusinya; atau
ii. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 16
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Susanti Adi Nugroho, dalam bukunya berjudul ”Hukum
R
Persaingan Usaha di Indonesia” (Mahkamah Agung, 2001)
si
halaman 49 menyatakan :
ne
ng
”Jika dalam hal monopoli, seorang atau satu kelompok usaha
menguasai pangsa pasar yang besar untuk menjual suatu
produk, maka dalam monopsoni, demikian sebaliknya seorang
do
gu atau satu kelompok usaha yang menguasai pangsa pasar yang
besar untuk membeli suatu produk”.
In
A
6. Berdasarkan analisa di atas terbukti bahwa Termohon Keberatan
salah menerapkan hukum dalam perkara ini. Pemohon
ah
lik
(bukan Pasal 17 UU Antimonopoli).
7. Dengan demikian, terbukti bahwa Termohon Keberatan salah
am
ub
dalam menerapkan Pasal 17 ayat (1) UU Antimonopoli dalam
perkara ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim
ep
Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
k
si
Termohon Keberatan butir 3 mengenai pelepasan saham dan
amar Putusan Termohon Keberatan butir 4 mengenai denda
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 17
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
”Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik
R
secara langsung maupun tidak langsung untuk :
si
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan
ne
ng
untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen
memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas”.
do
gu 3. Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat beberapa unsur penting
yang harus dibuktikan apabila Termohon Keberatan hendak
In
A
menyimpulkan pelanggaran terhadap Pasal 25 ayat (1) huruf a
UU Antimonopoli, yaitu:
ah
lik
b. Menetapkan syarat-syarat perdagangan untuk mencegah
dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan
am
ub
atau jasa yang bersaing.
Pembuktian seluruh unsur-unsur di atas bersifat kumulatif
ep
sehingga apabila ada salah satu unsur yang tidak terbukti maka
k
si
Keberatan di dalam proses pemeriksaan di KPPU telah
membuktikan bahwa seluruh unsur di atas tidak terbukti
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 18
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli karena unsur Pasal
R
25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli, yaitu unsur memiliki posisi
si
dominan, dalam perkara ini tidak terbukti berdasarkan alasan-
ne
ng
alasan sebagai berikut ini :
PANGSA PASAR PEMOHON KEBERATAN TIDAK DOMINAN :
SANGAT JAUH DI BAWAH 50%
do
gu 5. Yang dimaksud dengan posisi dominan dalam Pasal 25 ayat (1)
huruf a UU Antimonopoli di atas diatur dalam Pasal 25 ayat (2)
In
A
huruf a UU Antimonopoli yang menyatakan sebagai berikut :
”(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana
ah
lik
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar
am
ub
satu jenis barang atau jasa tertentu”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (2) huruf a UU
ep
Antimonopoli di atas, maka suatu pelaku usaha dikatakan
k
si
lebih atas satu jenis barang atau jasa tertentu.
6. Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi dominan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Keberatan dalam sektor ritel tentu akan menjadi lebih kecil lagi.
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 19
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama
R
sekali tidak memiliki posisi dominan.
si
7. Hasil kajian atau studi dari AC Nielsen dan MARS Indonesia juga
ne
ng
membuktikan bahwa tidak terdapat pemusatan kekuatan
ekonomi atau penguasaan pasar oleh Pemohon Keberatan
karena pangsa pasar Pemohon Keberatan dalam sektor ritel
do
gu modern jumlahnya kecil dan tidak signifikan, sangat jauh di
bawah 50%. Dengan demikian, Pemohon Keberatan terbukti
In
A
sama sekali tidak memiliki posisi dominan di pasar ritel modern
pada saat sebelum dan sesudah akuisisi Alfa Retailindo.
ah
lik
fakta bahwa sebenarnya Termohon Keberatan sama sekali tidak
memiliki posisi dominan. Data pangsa pasar ini bahkan
am
ub
merupakan data hasil olahan dari Termohon Keberatan sendiri
berdasarkan data-data yang di dapat dari Q-Data (Euromonitor).
ep
Hasil data ini jelas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
k
si
mencapai 20%. Pemohon Keberatan akan menguraikan
mengenai hal ini lebih lanjut pada bagian B.II halaman 62-69 dari
ne
ng
keberatan ini.
9. Berdasarkan bukti dan dalil di atas, terbukti bahwa unsur memiliki
do
gu
lik
ub
posisi dominan.
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 20
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
PEMASOK MEMILIKI BANYAK PILIHAN TEMPAT UNTUK
R
MEMASOK DAN PEMASOK TIDAK TERGANTUNG KEPADA
si
PEMOHON KEBERATAN
ne
ng
10. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak memiliki posisi
dominan dapat dilihat dari fakta bahwa pemasok sama sekali
tidak tergantung kepada Pemohon Keberatan dan pemasok
do
gu memiliki banyak sekali pilihan toko modern lain sebagai tempat
memasok, tidak hanya memasok ke Pemohon Keberatan saja.
In
A
11. Sektor ritel di Indonesia merupakan sektor yang sangat terbuka
dan kompetitif. Hal ini dibuktikan antara lain dengan jumlah
ah
lik
baik peritel pendatang / pemain baru maupun peritel lama yang
sampai saat ini masih bertahan dalam peta persaingan. Dengan
am
ub
demikian, terdapat banyak sekali pilihan atau alternatif gerai
(outlet) format ritel. Tingkat persaingan dalam sektor ritel sangat
ep
tinggi. Pesaing Pemohon Keberatan sebagai peritel modern
k
si
lain Hypermart, Giant, Hero, Makro, Indomart, Superindo,
Alfamart, Circle K, Foodmart, Matahari, Ramayana, ACE, Metro,
ne
ng
do
gu
lik
ub
13. Selain itu, pemasok dapat dengan mudah dan bebas untuk
berhenti menjadi pemasok Pemohon Keberatan dan berpindah
ka
menjadi pemasok dari peritel lain. Sama sekali tidak ada sanksi
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 21
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bergantung kepada Pemohon Keberatan ini akan Pemohon
R
Keberatan uraikan lebih lanjut pada bagian B.VII halaman 101-
si
106 dari Keberatan ini.
ne
ng
15. Seluruh hal di atas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
sama sekali tidak memiliki posisi dominan. Karena tidak memiliki
posisi dominan, maka Pemohon Keberatan juga sama sekali
do
gu tidak memiliki market power yang dituduhkan oleh Termohon
Keberatan. Dengan demikian, butir 5.26 halaman 257 dan butir
In
A
5.39 halaman 259-260 Putusan Termohon Keberatan yang pada
intinya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan memiliki market
ah
lik
terbukti tidak melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
Antimonopoli. Oleh karena itu amar Putusan Termohon
am
ub
Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah salah dan patut dibatalkan.
A.III.2.UNSUR MENETAPKAN SYARAT-SYARAT PERDAGANGAN
ep
UNTUK MENGHALANGI KONSUMEN MEMPEROLEH BARANG
k
si
16. Butir 6.4.9.4 halaman 275 Putusan Termohon Keberatan yang
pada pokoknya menyatakan bahwa trading terms yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
Ritel dan Permedag Ritel. Seluruh jenis dan nilai yang diatur
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 22
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
perdagangan antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya telah
R
sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (3) dan (4) Perpres Ritel
si
jo. Pasal 7 ayat (2) Permendag Ritel. Ketentuan trading terms
ne
ng
antara Pemohon Keberapatan dan para pemasoknya sama
sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
18. Trading terms antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya juga
do
gu merupakan hasil kesepakatan bersama melalui proses
negosiasi. Pemohon keberatan dan masing-masing pemasoknya
In
A
melakukan negosiasi atas ketentuan trading terms. Adanya
proses negosiasi ini menunjukkan bahwa tidak adanya paksaan
ah
lik
Mengenai hal ini akan Pemohon Keberatan uraikan lebih lanjut
pada bagian B.VIII halaman 105-111 dari Keberatan ini.
am
ub
19. Bahkan, tim pemeriksa dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
Lanjutan (LHPL) sendiri telah mengakui bahwa traiding terms
ep
antara pemohon keberatan dengan para pemasoknya
k
si
menyatakan sebagai berikut:
”Sedangkan besaran masing-masing jenis trading terms
ne
ng
do
gu
lik
ub
ini.
21. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 23
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
terms yang memberatkan pemasok. Jika Pemohon Keberatan
R
menetapkan trading terms yang memberatkan, pemasok justru
si
tidak akan mengalami peningkatan margin keuntungan. Selain
ne
ng
itu, pemasok dapat dengan bebas dan mudahnya untuk berhenti
menjadi pemasok Pemohon Keberatan dan kemudian memasok
ke peritel modern lainnya jika pemasok merasa trading pemohon
do
gu keberatan memberatkan.
22. Selain itu dalam konteks trading terms ini, Pemohon Keberatan
In
A
sama sekali tidak mengakibatkan terhambatnya insentif bagi
pemasok dalam melakukan inovasi produk-produk baru.
ah
lik
terbukti membantu inovasi produk-produk dari para pemasok.
Mengenai hal ini akan Pemohon Keberatan uraikan lebih lanjut
am
ub
pada bagian B.IX halaman 111-114 dari Keberatan ini.
23. Lebih lanjut, dalam konteks unsur menetapkan syarat-syarat
ep
perdagangan untuk menghalangi konsumen memperoleh barang
k
si
konsumen dari peritel (masyarakat umum), bukan pemasok.
Perlu Majelis Hakim Yang Terhormat catat bahwa dalam
ne
ng
do
gu
lik
ub
24. Berdasarkan seluruh dalil dan bukti di atas, maka terbukti bahwa
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 24
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Dengan demikian, seluruh unsur Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
R
Antimonopoli tidak terbukti. Pemohon Keberatan tidak melanggar
si
Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Antimonopoli. Oleh karena itu,
ne
ng
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1 di atas adalah
SALAH dan patut DIBATALKAN dan maka secara otomatis,
amar Putusan Termohon Keberatan butir 3 dan 4 juga SALAH
do
gu dan juga patut DIBATALKAN.
25. Pemohon Keberatan mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
In
A
untuk membatatkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,
3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
ah
lik
A.IV AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI PELEPASAN SAHAM PATUT
DIBATALKAN
am
ub
A.IV.1 AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI PELEPASAN SAHAM PATUT
DIBATALKAN KARENA TERMOHON KEBERATAN SALAH MENERAPKAN PASAL
ep
47 AYAT (2) UU ANTIMONOPOLI
k
si
melepaskan seluruh kepemilikannya di PT. Alfa Retailindo, Tbk.
kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan PT Carrefour
ne
ng
do
gu
lik
ub
sebagai berikut.
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 25
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
I. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada
R
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini."
si
Jenis sanksi tindakan administratif tersebut diatur dalam Pasal
ne
ng
47 ayat (2) UU Antimonopoli. Termohon Keberatan tidak dapat
menjatuhkan sanksi di luar hal-hal yang sudah ditetapkan dalam
Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli tersebut.
do
gu 5. Pasal 47 ayat (2) UU Antimonopoli menyatakan:
"Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
In
A
dapat berupa :
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
ah
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal
lik
16; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
am
ub
vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
ep
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau
k
si
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau
ne
ng
do
gu
lik
ub
tidak sehat.
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 26
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau
R
peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana
si
dimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan mengenai
ne
ng
pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), diatur dalam Peraturan
Pemerintah."
do
gu 7. Oleh karena itu, Termohon Keberatan hanya dapat
mengeluarkan jenis sanksi pembatalan akuisisi atau pelepasan
In
A
saham apabila terdapat pelanggaran terhadap Pasal 28 UU
Antimonopoli. Dengan kata lain, Termohon Keberatan tidak
ah
lik
pelanggaran terhadap Pasal 28 UU Antimonopoli.
8. Selain itu, Termohon Keberatan tidak dapat merujuk kepada
am
ub
Pasal 47 ayat (2) huruf a, b, c dan d UU Antimonopoli sebagai
dasar dalam mengeluarkan butir 3 amar Putusan yang dikutip di
ep
atas. Hal ini karena jenis sanksi yang diatur dalam ketentuan-
k
si
nyata dilarang dalam UU Antimonopoli seperti menghambat
pelaku usaha lain. Sedangkan akuisisi merupakan kegiatan yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 27
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Termohon Keberatan demi hukum seharusnya tidak
R
mengeluarkan amar Putusan berupa pembatalan akuisisi atau
si
pelepasan saham dalam perkara ini. Namun demikian,
ne
ng
Termohon Keberatan secara keliru telah mengeluarkan amar
Putusan butir 3 di atas. Dengan demikian terbukti bahwa
Termohon Keberatan telah salah menerapkan hukum bahkan
do
gu melanggar Pasal 47 ayat (2) huruf e UU Antimonopoli dalam
perkara ini.
In
A
11. Lebih lanjut, amar Putusan tersebut juga membuktikan bahwa
terdapat pertentangan atau kontradiksi antara amar Putusan
ah
lik
Keberatan butir 2. Hal ini karena di satu sisi Termohon
Keberatan secara tegas menyatakan bahwa Pemohon
am
ub
Keberatan tidak melanggar Pasal 28 ayat (2) UU Antimonopoli,
namun demikian di sisi lain Termohon Keberatan mengeluarkan
ep
amar Putusan yang membatalkan akuisisi.
k
si
baik antara amar Putusan yang satu dengan amar Putusan yang
lain, maupun antara amar Putusan dengan pertimbangan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 28
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
"Dalam putusan Hakim Pertama, tidak boleh mengandung
R
Kontradiksi antara "pertimbangan hukum" dengan "amar
si
putusan nya", setiap amar putusan harus didasarkan pada
ne
ng
pertimbangan hukum yang berkaitan."
Selain itu, Putusan Mahkamah Agung Rl No. 3648 K/Pdt/1994
tanggal 27 Maret 1997 menyatakan:
do
gu "Putusan Judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi)
yang mengandung pertentangan antara pertimbangan hukum
In
A
dengan amar putusannya atau amar putusan yang tidak sesuai
dengan pertimbangan hukumnya, maka putusan yang
ah
lik
pemeriksaan tingkat kasasi."
(M. Ali Budiarto, S.H., Kompilasi Kaidah Hukum Putusan
am
ub
Mahkamah Agung: Hukum Acara Perdata Masa Setengah Abad,
Swara Justitia, Jakarta: 2005, hal. 200 dan 245).
ep
13. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
k
si
menerapkan hukum bahkan melanggar hukum dalam perkara
ini.
ne
ng
do
gu
lik
ub
Antimonopoli.
ep
telah melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a
R
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 29
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
A.lll halaman 18-25 Pemohon Keberatan terbukti tidak
R
melanggar ketentuan-ketentuan tersebut.
si
16. Selain itu, akuisisi Alfa Retailindo yang dilakukan oleh Pemohon
ne
ng
Keberatan sama sekali tidak mengakibatkan Pemohon
Keberatan mempunyai posisi monopoli dan posisi dominan. Hal
ini karena pangsa pasar Alfa Retailindo yang diakuisisi oleh
do
gu Pemohon Keberatan jumlahnya sangat kecil atau tidak
signifikan. Berdasarkan data dari AC Nielsen pangsa pasar Alfa
In
A
Retailindo dalam ritel modern di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 3,6% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2,5%.
ah
Bagan I
lik
Pangsa Pasar Carrefour Di Ritel Modern
am
ub
Pangsa Pasar Carrefour di Ritel Modern
2007 2008
ep
k
20
15
ah
si
10
ne
ng
0
Carrefour ex.Alfa Total
do
gu
(Bukti P-3/C160)
17. Akuisisi tersebut tidak mengakibatkan Pemohon Keberatan
In
mempunyai posisi monopoli dan posisi dominan dalam sektor
A
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 30
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Termohon Keberatan butir 3 mengenai pelepasan saham
R
tersebut.
si
A.IV.3 AMAR PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN MENGENAI
ne
ng
PELEPASAN SAHAM PATUT DIBATALKAN KARENA
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR ASAS KEPASTIAN
HUKUM DAN ASAS PERLAKUKAN YANG SAMA DALAM
do
gu PERKARA INI
19. Asas kepastian hukum dan asas perlakuan yang sama (non-
In
A
diskriminasi) merupakan asas yang wajib dijunjung tinggi semua
pihak, termasuk Termohon Keberatan. Kedua asas tersebut
ah
lik
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ("UU Penanaman
Modal") yang menyatakan:
am
ub
"Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
ep
b. keterbukaan;
k
c. akuntabilitas;
ah
si
Kedua asas tersebut merupakan asas yang sangat penting
terutama dalam menciptakan iklim investasi dan iklim usaha
ne
ng
do
gu
lik
ub
pasar modal."
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 31
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
22. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa akuisisi
R
Pemohon Keberatan terhadap Alfa Retailindo telah dilakukan
si
sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, dalam
ne
ng
rangka menjamin adanya kepastian hukum. Termohon
Keberatan seharusnya tidak mempersoalkan kembali atau tidak
membatalkan akuisisi tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa
do
gu Termohon Keberatan telah melanggar asas kepastian hukum
yaitu melanggar Pasal 3 hurufa UU Penanaman Modal.
In
A
23. Selain itu, Termohon Keberatan dalam perkara ini telah
melanggar asas perlakuan yang sama atau non-diskriminasi
ah
lik
Keberatan telah membatalkan kepemilikan Pemohon Keberatan
terhadap format ritel supermarket (Alfa Retailindo), sedangkan
am
ub
faktanya Termohon Keberatan tidak pernah mempermasalahkan
peritel-peritel modern lain yang mempunyai beberapa format ritel
ep
modern.
k
si
merupakan hal yang wajar dan sebelumnya telah dimiliki oleh
beberapa peritel modern lain. Selain itu, berdasarkan ketentuan
ne
ng
hukum yang berlaku sama sekali tidak ada larangan bagi peritel
modern untuk memiliki beberapa format ritel. Oleh karena itu,
do
gu
lik
ub
26. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 32
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
A.V TINDAKAN AKUISISI PEMOHON KEBERATAN ATAS ALFA RETAILINDO SUDAH DILAKUKAN
si
SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU
ne
ng
menandatangani nota kesepakatan dengan PT Sigmantara
Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd untuk membeli (mengakuisisi)
paling banyak hanya 75% saham di Alfa Retailindo. Pelaksanaan
do
gu akuisisi tersebut didasarkan pada Peraturan Nomor IX.H.1
tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka ("Peraturan
In
A
Bapepam").
2. Butir 4 Peraturan Bapepam menyatakan:
ah
lik
mengakibatkan Pengambilalihan Perusahaan Terbuka wajib
secara teratur menginformasikan kepada Perusahaan yang akan
am
ub
diambilalih, Bapepam, Bursa Efek di mana saham dari
perusahaan yang akan diambilalih tercatat, dan masyarakat
ep
semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan
k
si
dan setiap adanya perubahan baru" (Bukti P-6)
Berdasarkan peraturan di atas, Pemohon Keberatan selaku
ne
ng
do
gu
lik
ub
7/C168).
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 33
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pelaksanaan akuisisi atas Alfa Retailindo oleh Pemohon
R
Keberatan dan pemberitahuan akan dilakukannya penawaran
si
tender. Bapepam sendiri pun telah menyetujui dan tidak
ne
ng
menyatakan keberatan atas akuisisi yang dilakukan oleh
Pemohon Keberatan tersebut. Pemohon Keberatan juga telah
menyerahkan salinan atas surat dan pengumuman tersebut
do
gu kepada Termohon Keberatan (Bukti P- 7/C168).
5. Pengiriman surat pemberitahuan ke Bapepam dan pengumuman
In
A
di surat kabar oleh Pemohon Keberatan serta adanya
persetujuan dari Bapepam menunjukkan bahwa akuisisi yang
ah
lik
merupakan akuisisi yang sah dan sudah sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini juga ditegaskan oleh
am
ub
Bapepam sendiri dalam artikel dari detik.com tanggal 13 April
2009 yang berjudul "Bapepam:
ep
Akuisisi Alfa Oleh Carrefour Sesuai Aturan Pasar Modal:
k
si
pasar modal."
6. Selain itu, tujuan dari Pemohon Keberatan melakukan akuisisi
ne
ng
do
gu
lik
ub
kesepakatan terjadi.
Carrefour merasa tidak ada ruginya mengakuisisi
ah
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 34
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
karena selain mempunyai hypermarket juga
R
supermarket seperti peritel-peritel lain yang sudah
si
terlebih dahulu mempunyai beberapa format ritel.
ne
ng
(Bukti P-8/B20)
7. Beberapa merek peritel-peritel lain yang memiliki beberapa
do
gu format ritel terlihat pada bagan berikut :
In
Bagan 2
A
Beberapa Toko Modern Mempunyai Berbagai Format
ah
lik
BEBERAPA TOKO MODERN
MEMPUNYAI BERBAGAI
FORMAT
am
ub
MATAHARI GROUP YOGYA
Hypermart (Hypermarket) Griya (Supermarket)
Foodmart (Supermarket) Yogya (Departement
ep
k
Store)
Times Link (Book Store)
R
si
RAMAYANA
Ramayana (Department
ne
ng
Store)
Ramayana Supermarket
do
gu
GIANT GROUP
Giant (Hypermarket)
Hero (Supermarket) INDOGROUP
Starmart (Minimarket)
In
A
lik
m
ub
(Bukti P-9/C165)
ka
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 35
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan mengganggu iklim
R
investasi di Indonesia.
si
ne
ng
B. ARGUMENTASI FAKTUAL DAN EKONOMI
do
gu BERSANGKUTAN
1. Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli menyatakan:
In
A
"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
ah
atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
lik
dan barang dan atau jasa tersebut."
Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat dua dimensi dalam
am
ub
menentukan pasar bersangkutan, yaitu pasar produk dan pasar
geografis. Yang dimaksud dengan pasar produk adalah pasar
ep
yang berkaitan dengan barang atau juga yang sama, sejenis
k
si
daerah pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atas
barang tersebut.
ne
ng
2. Pasar produk dalam perkara ini adalah ritel modern atau yang
do
gu
lik
ub
Ritel:
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 36
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(Bukti P-10 dan P-11)
R
Pemohon Keberatan merupakan toko modern yang berbentuk
si
hypermarket. Dengan demikian, secara hukum Pemohon
ne
ng
Keberatan dikelompokkan atau dikategorikan ke dalam toko
modern bersama-sama dengan jenis toko modern lainnya yang
berbentuk minimarket, supermarket, department store, dan grosir
do
gu atau perkulakan.
5. Definisi atau kategori pasar modern di atas juga konsisten dengan
In
A
keterangan dari Departemen Perdagangan yang dalam Risalah
Pertemuan dengan Termohon Keberatan pada tanggal 5 Mei 2009
ah
lik
2. Pertanyaan Apakah yang dimaksud dengan peritel modern dan
siapa saja yang menjadi pelaku usaha di dalamnya?
am
ub
Jawaban Untuk jenis peritel modern, kami membagi dalam 2
format. Pertama, peritel yang menjual kebutuhan
sehari-hari yaitu hypermarket, supermarket,
ep
k
si
6. Selain itu, berdasarkan izin usahanya, masing-masing dari toko
ne
ng
do
gu
berikut:
"Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang
In
A
ub
ep
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 37
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
modern lainnya. Oleh karena itu, secara hukum tidak ada alasan
R
untuk memisahkan masing-masing jenis toko modern tersebut
si
dalam mendefinisikan pasar bersangkutan.
ne
ng
7. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.27 halaman
242 menyatakan bahwa regulasi pemerintah (Permendag Ritel)
tidak dapat membatasi Termohon Keberatan dalam menentukan
do
gu pasar bersangkutan. Pernyataan Termohon Keberatan tersebut
membuktikan bahwa Termohon Keberatan sewenang-wenang.
In
A
Termohon Keberatan seharusnya merujuk kepada peraturan-
peraturan khusus dalam sektor tertentu, yaitu dalam sektor ritel,
ah
lik
konsistensi dan kepastian hukum. Selain itu, hal yang
dipersoalkan oleh Termohon Keberatan sendiri, yaitu mengenai
am
ub
syarat-syarat perdagangan (trading terms), diatur dalam kedua
peraturan tersebut. Olah karena itu, tidak ada alasan apapun bagi
ep
Termohon Keberatan untuk mengabaikan kedua peraturan
k
ini.
R
si
8. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Pemohon
Keberatan merupakan pelaku usaha yang masuk dalam kategori
ne
ng
do
gu
lik
SAMA
9. Parameter lain dalam mendefinisikan pasar bersangkutan adalah
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 38
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dengan Pemohon
R
Keberatan. Hal ini karena barang-barang yang dijual oleh
si
Pemohon Keberatan juga dijual oleh toko-toko modern lainnya,
ne
ng
baik yang berbentuk minimarket, supermarket, department store,
hypermarket lain, dan grosir. Singkatnya, terdapat kesamaan
antara barang yang dijual oleh Pemohon Keberatan dengan peritel
do
gu modern lainnya sehingga secara nyata Pemohon Keberatan
dengan toko-toko modern lainnya berada dalam pasar
In
A
bersangkutan yang sama.
11. Sebagai bukti adanya kesamaan tersebut, berikut ini kami
ah
lik
berbagai format ritel modern termasuk toko modern spesialis;
am
ub
Tabel 1
ep
Jenis Barang Yang Sama di Ritel Modern
k
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 39
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Mini Hyper Cash &
Supermarket Dept. Store Speciality Stores
R
Market market Carry
si
Electronic Solution
Giant Supermarket
Index Furnishing
ACE Hardware
Best Denki
ne
Ramayana
Hypermart
ng
Superindo
Indomaret
Food Mart
Robinson
Carrefour
Matahari
Alfamart
Mitra 10
Centro
Makro
Giant
Hero
Category/ Items
do
gu
Kebutuhan
sehari-hari
In
Minuman Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
A
Produk
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Kebersihan
Produk
ah
lik
Perawatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Tubuh
Makanan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Produk Segar
am
ub
Sayur Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Buah Y Y Y Y Y Y Y Y
Daging Y Y Y Y Y Y Y Y
Lain-lain
ep
Alat Tulis dan
k
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Buku
Alat Kebersihan
ah
Rumah (Sapu, Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
R
si
Ember)
Lampu, Baterai Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Peralatan
Y
ne
ng
Berkebun
Peralatan
Pertukangan,
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Bangunan,
do
gu
Kelistrikan
Olahraga
Y Y Y Y Y Y
Sepeda
Automotive Y
In
A
Furniture Y Y Y
Koper Y Y Y Y Y Y Y Y
Textil
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 40
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Mini Hyper Cash &
Supermarket Dept. Store Speciality Stores
Market market Carry
si
Electronic Solution
Giant Supermarket
Index Furnishing
ACE Hardware
Best Denki
Ramayana
Hypermart
Superindo
Indomaret
Food Mart
Category/ Items
Robinson
Carrefour
Matahari
ne
Alfamart
Mitra 10
ng
Centro
Makro
Giant
Hero
do
gu Pakaian
Handuk, Seprai,
Taplak, Sarung
Y Y Y Y Y
Y
Y
Y
Y
Y Y
Bantal
In
A
Perlengkapan
Y Y Y Y Y Y Y
Bayi
Pakaian Dalam Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Accessories Y Y Y Y
ah
lik
Alas Kaki Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Elektronik
Kulkas, Mesin
Y Y Y Y Y Y
Cuci
am
ub
Strika, Rice
Cooker,
Y Y Y Y Y Y Y
Blender, Coffee
Maker
Camera Digital Y Y Y Y
ep
k
Hi Fi, Audio Y Y Y Y Y Y
TV, LCD, DVD
Y Y Y Y Y Y
ah
Player
Computer dan
R
Y Y Y Y Y Y
si
Aksesorisnya
Handphone Y Y Y Y Y Y
ne
ng
(Bukti P-13)
Berdasarkan tabel di atas, terbukti bahwa hampir semua barang
do
yang dijual di minimarket juga dijual di supermarket, hampir semua
gu
lik
ub
es
M
Tabel 2
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 41
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Keseragaman Produk (Assortment)
R
Hypemarket vs SPM Hypermarket vs MM
si
No Category
Assortment Overlap Assortment Overlap
1 Powder milk 90.0 94.8
ne
ng
2 Biscuit 96.5 89.2
3 Instant noodles 80.7 68.6
do
4
5
gu Cooking oil
Cigarette
93.4
85.7
79.6
77.7
In
6 Detergent 96.2 89.7
A
7 Skincae 94.6 84.5
8 Shampoo 94.7 87.6
ah
lik
9 Toilet soap 94.5 82.3
10 Baby Diapers 98.1 88.2
am
ub
11 Liquid Milk 86.7 68.5
12 Cologne 86.7 81.0
13 Toothpaste 97.8 93.3
ep
k
si
16 Snack 96.2 88.5
17 Chocolate 90.3 76.8
ne
ng
do
20 Syrup 88.2 71.6
gu
lik
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 42
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
35 Battery 86.4 85.2
R
36 Chili Sauce 95.2 89.2
si
37 Cheese 83.6 50.5
ne
ng
38 Stock Soup 94.9 91.3
39 Talcum Powder 95.3 93.2
40 Hair Conditioner 98.3 90.4
do
41
gu House Hold Tissues 95.2 82.5
42 Hair Styling 98.6 96.4
In
A
43 Energy Drink 87.8 91.8
44 Razor Blade 97.0 83.3
ah
lik
46 Gum 100.0 97.6
47 Cough Syrup 100.0 98.4
am
ub
48 Dry Noodles 81.3 58.3
49 Bleaches 100.0 3.3
ep
50 Eye Drops 100.0 100.0
k
si
53 Plaster 95.0 95.0
54 Anti Dhiarreal 100.0 100.0
ne
ng
do
(Bukti P-14 / C 162)
gu
lik
adanya kesamaan barang yang dijual pada ritel modern, antara lain
ka
ng
supermarket, hypermarket)
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 43
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Jawaban Perbedaan dari sisi trading terms, namun dari sisi
R
produk sama. Dari segi volume juga hampir sama
si
(BuktiP-15/B2)
ne
ng
14. Toko modern spesialis (specialty store) seperti Electronic City juga
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dalam perkara ini
karena menjual barang yang sama dengan Pemohon Keberatan.
do
gu Hal ini sesuai dengan keterangan ahli Arindra A. Zainal, Ph.D
pada halaman 3-4 yang menyatakan sebagai berikut:
In
A
"Konsumen dapat mensubstitusikan belanja kebutuhan-
kebutuhannya dari belanja di Carrefour dengan belanja di
ah
lik
ataupun pusat Grosir karena ada kesamaan atas barang-barang
yang dijual di toko-toko tersebut. Hal yang sama juga terkait
am
ub
dengan specialty stores."
(Bukti P-16)
ep
15. Sementara itu, halaman 58 dari dokumen Kajian Penerapan UU
k
si
Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang
disampaikan pada Seminar tanggal 13 Agustus 2009 (selanjutnya
ne
ng
do
gu
lik
ub
(BuktiP-17)
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 44
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
16. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa pasar
R
bersangkutan dalam perkara ini adalah seluruh toko modern
si
termasuk toko spesialis modern karena masing-masing menjual
ne
ng
barang yang sama dengan Pemohon Keberatan. Dengan kata
lain, pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah toko modern
yang meliputi minimarket, supermarket, departement store,
do
gu hypermarket, grosir (perkulakan) dan termasuk toko modern
spesialis seperti Electronic City.
In
A
B.I.1.3 RITEL MODERN MEMPUNYAI KARAKTERISTIK YANG SAMA
17. Termohon Keberatan seharusnya juga mendefinisikan pasar
ah
lik
berdasarkan karakteristiknya masing-masing dari toko modern
(hypermarket, supermarket, department store, grosir, minimarket)
am
ub
tersebut mempunyai karakteristik yang sama.
18. Pasal 1 angka 5 Perpres Ritel Jo. Pasal 1 angka 5 Permendag
ep
Ritel menyatakan:
k
si
Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket
ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan."
ne
ng
do
gu
lik
Keberatan menyatakan;
"Pasar Modern (modern market)
m
ub
hendak dibeli;
ah
(bar kode);
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 45
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
d. kenyamanan toko atau tempat menjual menjadi
R
pertimbangan khusus bagi konsumen dalam memilih di toko
si
mana ia akan berbelanja;
ne
ng
e. semua barang yang dijual dipajang (display);
f. pada umumnya pengelola berbentuk badan usaha
dengan manajemen yang teratur;
do
gu g. pembayaran pada umumnya dapat dilakukan
secara tunai dan kredit."
In
A
20. Berdasarkan penjelasan di atas terdapat kesamaan karakteristik
secara signifikan antara sesama pasar modern (hypermarket,
ah
lik
perbedaan-perbedaan tertentu, seperti luas lahan, tidak
menghilangkan fakta adanya kesamaan-kesamaan fundamental
am
ub
dan signifikan tersebut.
21. Selain itu, semua toko modern mempunyai pola pemasaran
ep
barang yang sama, yaitu membeli barang dari pemasok untuk
k
si
berbagai persyaratan perdagangan (trading terms) sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan kesepakatan di antara kedua
ne
ng
belah pihak.
22. Lebih lanjut, semua toko modern juga mempunyai strategi
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 46
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
secara langsung kepada konsumen akhir. Putusan Termohon
R
Keberatan ini adalah keliru karena perkulakan saat ini sepenuhnya
si
sudah mempunyai karakteristik yang sama dengan format ritel
ne
ng
modern lain, yaitu dapat menjual barang secara eceran secara
langsung kepada konsumen akhir. Hal ini ditegaskan dalam Pasal
1 angka 5 Perpres Ritel Jo. Pasal 1 angka 5 Permendag Ritel
do
gu yang menyatakan bahwa toko modern adalah toko dengan sistem
pelayanan yang mandiri yang menjual barang secara eceran yang
In
A
antara lain grosir yang berbentuk perkulakan. Selain itu, Pemohon
Keberatan juga sudah menyampaikan hal ini kepada Termohon
ah
lik
Keberatan tanggal 13 April 2009 menyatakan:
4. Pertanyaan : Apakah tanggapan Saudara terhadap
am
ub
Laporan Dugaan Pelanggaran tersebut?
Jawaban : ... Selain itu pesaing kami adalah
perkulakan yang saat ini sudah menjual
ep
k
si
Namun demikian, Termohon Keberatan mengabaikan ketentuan
ne
ng
do
gu
fakta.
25. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.34 halaman
In
A
ub
ep
minimarket. Hal ini dapat dilihat pada bagian B.ll halaman 62-69
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 47
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam Keberatan ini. Dengan adanya penghitungan pangsa pasar
R
tersebut, dapat disimpulkan bahwa MARS Indonesia sendiri
si
menempatkan Pemohon Keberatan berada dalam pasar
ne
ng
bersangkutan yang sama dengan minimarket sehingga
memasukkan unsur minimarket dalam menghitung pangsa pasar
Pemohon Keberatan. Dengan demikian, terbukti bahwa definisi
do
gu pasar bersangkutan dalam Putusan Termohon Keberatan adalah
salah.
In
A
B.l.1.4 KONSUMEN BERBELANJA DI SELURUH FORMAT RITEL
MODERN
ah
lik
juga bersaing satu sama lain sehingga berada dalam pasar
bersangkutan yang sama, Hal ini karena faktanya konsumen tidak
am
ub
hanya berbelanja di satu format toko modern saja, melainkan
berbelanja di semua format toko modern. Hal ini sesuai dengan
ep
penelitian AC Nielsen yang terdapat pada bagan di bawah ini:
k
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
(BuktiP- 19)
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 48
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bagan di atas menunjukkan bahwa dari semua konsumen
R
Pemohon Keberatan pada tahun 2008, 51% berbelanja ke
si
Alfamart, 37% berbelanja ke Indomaret, 8% berbelanja ke
ne
ng
Hypermart, 11% berbelanja ke Giant, dan 8% berbelanja di
Ramayana. Sedangkan dari semua konsumen Alfamart pada
tahun 2008, 31% berbelanja ke Pemohon Keberatan, 38%
do
gu berbelanja ke Indomaret, 7% berbelanja ke Ramayana, 6%
berbelanja ke Hypermart, dan 8% berbelanja ke Giant.
In
A
28. Berdasarkan tabel dan keterangan di atas terbukti bahwa
konsumen tidak hanya berbelanja pada satu format ritel modern
ah
lik
Dengan demikian berdasarkan perilaku konsumen yang
berbelanja ke semua format pasar modern maka tiap format
am
ub
merupakan pesaing satu sama lain sehingga berada dalam pasar
bersangkutan yang sama.
ep
29. Termohon Keberatan dalam Putusannya pada butir 4.37 halaman
k
si
mengenai cross shopping antar merek dan bukan antar format.
Pernyataan Termohon Keberatan tersebut adalah salah karena
ne
ng
do
gu
lik
ub
sebagai berikut:
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 49
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
"Selain itu, KPPU juga harus memperhatikan perilaku
R
konsumen dalam mendefinisikan pasar bersangkutan.
si
Berdasarkan Riset dari AC Nielsen, konsumen berbelanja di
ne
ng
semua toko multiformat, yaitu baik di format Hypermarket,
Supermarket, Minimarket, Departmen Store dan grosir. Lebih
jauh, intensitas konsumen berbelanja kepada toko modern
do
gu lainnya seperti minimarket jauh lebih tinggi dibandingkan
berbelanja di Carrefour atau Hypermarket. Masing-masing dari
In
A
format tersebut merupakan pesaing satu sama lain. Oleh
karena itu, KPPU harus memasukkan semua jenis toko
ah
lik
Carrefour. Dengan demikian, pembatasan pasar bersangkutan
yang dilakukan oleh KPPU dalam perkara ini — hanya
am
ub
mendasarkan pada hypermarket dan supermarket saja -
adalah tidak akurat dan tidak valid."
ep
(Bukti P-17)
k
si
dikunjungi oleh konsumen. Untuk alat elektronik, seperti LCD TV,
TV berwarna, AC, perlengkapan audio, dan komputer, pada
ne
ng
do
gu
lik
ub
Keberatan.
33. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perilaku
ka
sama lain. Oleh karena itu, semua toko modern berada dalam
ah
bawah ini.
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 50
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bagan 4
Daftar Peritel Nasional dan Peritel Lokal
si
Peritel Nasional
ne
ng
Hyp Cir
do
gu
ermart
Gia
cle K
Fo
nt odmart
In
A
Her Ma
o tahari
ah
lik
Indo Ra
maret mayana
Sup AC
am
ub
erindo E
Alfa Me
mart tro
ep
k
ah
si
Jakarta Yogyakarta Semarang
ne
ng
do
gu
lik
Bandung Tiara Papaya
m
ub
ep
M
Suzuya Diamond
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 51
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Yaohan
si
Mandiri
Kasimura
ne
ng
Metro
do
gu
34. Namun demikian, bertentangan dengan bukti dan penjelasan di
In
A
atas, Termohon Keberatan TIDAK melibatkan seluruh peritel
modern sebagai pesaing Pemohon Keberatan yang berada dalam
ah
lik
Termohon Keberatan dalam Putusannya butir 4.45 halaman 246
hanya menyertakan pelaku usaha dengan format hypermarket dan
am
ub
supermarket saja.
35. Termohon Keberatan tidak dapat mendefinisikan pasar
ep
bersangkutan hanya berdasarkan kategori hypermarket dan
k
si
jenis format yaitu minimarket, supermarket, department store,
hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan, termasuk
ne
ng
do
gu
lik
adalah SALAH.
Ahli ekonomi dari Universitas Indonesia Arindra A. Zainal, Ph.D
m
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 52
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
hasil penghitungan pangsa pasar perusahaan tersebut cenderung
R
akan lebih besar dibandingkan nilai pangsa pasar sebenarnya."
si
(Bukti P-16)
ne
ng
37. Selanjutnya, Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 9-10
menyatakan:
"Pasar bersangkutan merupakan salah satu elemen penting
do
gu dalam pemeriksaan perkara persaingan usaha, terutama dalam
perkara-perkara yang berkaitan dengan tuduhan adanya praktek
In
A
monopoli dan penyalahgunaan posisi dominan. Hal ini
dikarenakan lembaga persaingan usaha harus terlebih dahulu
ah
lik
monopoli atau posisi dominan. Pendefinisian pasar haruslah
selalu merujuk kepada teori-teori ekonomi, konsep-konsep hukum
am
ub
yang berlaku dan harus sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Oleh
karena itu, bila terdapat kesalahan dalam mendefinisikan pasar
ep
bersangkutan maka secara otomatis pemeriksaan tersebut
k
menjadi tidak valid atau tidak sah dan oleh karena itu lembaga
ah
si
atau membatalkan penyelidikan atau pemeriksaan tersebut."
(Bukti P-16)
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 53
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
itu, Termohon Keberatan menyatakan bahwa minimarket tidak
R
berada dalam pasar bersangkutan yang sama dengan
si
hypermarket. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang
ne
ng
keliru karena didasarkan atas logika yang salah dalam memahami
perilaku konsumen.
40. Adanya kesamaan tingkat cross shopping tidak berarti antara
do
gu hypermarket dan minimarket tidak bersaing. Hal ini karena, sesuai
penelitian AC Nielsen di atas, adanya perilaku konsumen yang
In
A
berbelanja tidak hanya di satu format ritel melainkan di berbagai
format ritel, baik minimarket, supermarket, hypermarket,
ah
lik
konsumen tersebut menunjukkan bahwa konsumen Indonesia
tidak mempunyai loyalitas terhadap format ritel modern tertentu.
am
ub
Dengan demikian, adanya kesamaan tingkat cross shopping
tersebut tidak berarti satu sama lain bukan pesaing, sebaliknya
ep
justru menunjukkan bahwa satu sama lain merupakan pesaing
k
si
bukti bahwa adanya kesamaan tingkat frekuensi kunjungan justru
menunjukkan bahwa masing-masing dari peritel tersebut bersaing
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 54
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
42. Lebih lanjut, perbandingan lainnya secara jelas ditunjukkan
R
dengan bagan di bawah ini
si
Bagan 5
ne
ng
Frekuensi Kunjungan Konsumen Giant ke Ritel Modern Lain
do
gu 120%
100%
100%
76%
80% 69% 65%
In
A
60%
40%
14% 13% 11% 10%
20% 8% 7% 7% 6% 6% 6% 4% 3%
ah
lik
0%
)
AL
RY
NA
O
ET
R
T
T
T
P
O
T
YA
KE
D
A
A
N
U
TO
R
N
CE
AR
A
K
N
AG
IN
A
A
IO
AL F O
E
IA
BU
AR
AR
YA
M
M
R
P
ER
H
O
M
IS
G
N
E
TI
G
ER
O
R
M
M
A
A
am
FA
ub
D
/G
AM
ER
R
EK
A
AR
YP
IN
SU
TR
PE
AN
R
AR OD
C
SU
SU
R
T
A
KE
ER O R
AS
A
FA
Y
/P
AL
B
SU GH
YO
M
T
KE
EI
(N
ep
AR
P
O
M
k
K
ET
TO
W
ah
R
(Bukti P-21)
si
Bagan di atas menunjukkan bahwa terdapat kunjungan konsumen
ne
yang relatif sama tingginya antara ke Giant dengan ke Pemohon
ng
do
gu
lik
Hal yang sama juga kita lihat pada bagan AC Nielsen di atas pada
halaman 46. Pada bagan tersebut terdapat fakta bahwa sebanyak
m
ub
merupakan pesaing.
ah
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 55
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dipahami bahwa konsumen Indonesia berbelanja ke berbagai
R
format dan oleh karena itu satu sama lain merupakan pesaing.
si
43. Selain itu, minimarket tidak mungkin dapat dikatakan sebagai
ne
ng
pelengkap dari hypermarket sebab terdapat kesamaan barang
yang dijual pada minimarket dan hypermarket. Istilah pelengkap
hanya dapat terjadi apabila barang yang dijual pada masing-
do
gu masing tempat tersebut berbeda sehingga keberadaan yang satu
melengkapi yang lainnya. Namun demikian, dalam hal ini
In
A
minimarket justru menjadi substitusi dari hypermarket dan toko
modern lainnya.
ah
lik
atau supermarket untuk membeli alat-alat mandi atau makanan
dan minuman atau konsumen bisa mendapatkan barang tersebut
am
ub
di minimarket yang dekat dengan rumahnya. Dalam hal ini terbukti
keberadaan minimarket menjadi substitusi atas barang-barang
ep
yang ada di hypermarket dan supermarket. Dengan demikian
k
Pemohon Keberatan.
R
si
44. Selain itu, butir 4.43 halaman 245 Putusan Termohon Keberatan
menyatakan bahwa specialty store merupakan pelengkap dari
ne
ng
do
gu
lik
ub
sebagai berikut:
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 56
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sample yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak
R
representatif. Surveyor dalam hal ini hanya mensurvey 150
si
responden dari empat lokasi di Jakarta. Padahal, saya mengerti
ne
ng
bahwa konsumen ritel modern (termasuk Carrefour) berjumlah
jutaan orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Terlebih
menurut survey Mars, perilaku konsumen disetiap daerah
do
gu berbeda sehingga respon konsumen di Jakarta belum tentu
sama dengan respon konsumen daerah lain. Saya juga
In
A
mencatat bahwa surveyor sendiri mengakui bahwa margin of
error-nya 7,41% yang menurut pendapat saya adalah margin of
ah
lik
ii. Survey PT Satria Lintas Nusa :
Jumlah responden memang terlihat cukup besar (1150
am
ub
responden) sementara margin of errornya tidak disebutkan dan
metode penentuan respondennya adalah dengan simple random
ep
saja dengan cara Mall Intercept. Oleh karenanya patut diduga
k
si
mengetahui berapa jarak konsumen dari rumah tinggalnya ke ke
tempat mereka belanja yang diukur dengan jarak kilo meter dan
ne
ng
waktu tempuh.
Sebagaimana kami jelaskan dalam jawaban atas pertanyaan
do
gu
lik
(BuktiP-16)
Sesuai pendapat ahli di atas, Termohon Keberatan seharusnya
m
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 57
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
46. Butir 4.29 halaman 242 dari Putusan Termohon Keberatan
R
menyatakan bahwa terdapat dua indikator dalam menentukan
si
definisi pasar produk, yaitu (i) indikator harga, dan (ii) indikator
ne
ng
karakteristik dan kegunaan produk. Kedua indikator dari Termohon
Keberatan tersebut justru mendukung analisa pasar produk dari
Pemohon Keberatan yaitu pasar produk dalam perkara ini adalah
do
gu ritel modern baik yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hypermarket, grosir dan termasuk toko spesialis
In
A
modern. Hal ini karena terdapat kesamaan baik dari segi harga,
karakteristik maupun kegunaan produk antara barang yang dijual
ah
lik
modern lainnya. Sebagai contoh, harga, karakteristik, serta
kegunaan Indomie yang dijual oleh Pemohon Keberatan adalah
am
ub
sama dengan Indomie yang dijual oleh peritel modern lainnya.
47. Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Termohon
ep
Keberatan SALAH dalam mendefinisikan pasar produk dalam
k
perkara ini. Pasar produk dalam perkara ini adalah ritel modern
ah
si
B.I.2 PASAR GEOGRAFIS
48. Sementara itu, pasar geografis dalam perkara ini adalah di seluruh
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 58
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Indomaret, Alfamart, Ramayana, Makro, Circle K, dan lain-lain)
R
juga terjadi di tingkat nasional. Persaingan tersebut terjadi baik
si
mengenai strategi pemasaran, strategi pengembangan gerai,
ne
ng
promosi kepada konsumen, dan lain-lain. Dengan demikian pasar
geografis dalam perkara ini seharusnya dalam lingkup wilayah
nasional di seluruh Indonesia.
do
gu 51. Namun demikian, Termohon Keberatan dalam Putusannya
melakukan penghitungan pangsa pasar dengan menggunakan
In
A
metode yang salah. Dalam Putusan Termohon Keberatan butir
120 halaman 70-71 Termohon Keberatan memetakan pasar
ah
lik
berdasarkan sebaran gerai outlet Alfa Retailindo, dan membaginya
menjadi 7 wilayah sebagai berikut:
am
ub
(i) Carrefour Express ex Alfa Sunter;
(ii) Carrefour Express Lodan;
ep
(iii) Carrefour Express Menteng;
k
si
(vi) Carrefour Express Kebayoran; dan
(vii) Carrefour Pasar Minggu
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 59
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
53. Perlu dicatat bahwa pihak yang diperiksa adalah Termohon
R
Keberatan yaitu PT Carrefour Indonesia yang mempunyai pasar
si
geografis di wilayah Indonesia, bukan outlet atau gerai Alfa
ne
ng
Retailindo. Sehingga seharusnya Termohon Keberatan
mendasarkan perhitungannya atas outlet Pemohon Keberatan di
pasar geografis Pemohon Keberatan, yaitu seluruh wilayah
do
gu Indonesia. Dengan demikian, untuk menghitung pangsa pasar
yang tepat adalah dengan menggunakan jangkauan atau daerah
In
A
pemasaran dari Pemohon Keberatan serta pelaku usaha lainnya
(semua pelaku usaha di sektor ritel modern) secara nasional,
ah
lik
54. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam keterangan ahlinya
menyatakan bahwa cara menghitung pangsa pasar adalah
am
ub
dengan membandingkan rasio antara nilai penjualan satu
perusahaan tertentu terhadap nilai penjualan pasar keseluruhan di
ep
mana perusahaan tersebut berada.
k
ah
NilaiPenjualanPerusahaan
R
PangsaPasar =
si
TotalPenjualanPasar
ne
ng
do
nasional, bukan hanya nilai penjualan pelaku usaha berdasarkan
gu
NilaipenjualanPemohonKeberandiIndonesia
PangsaPasarPemohonKebera tan =
ah
lik
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 60
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
km untuk luar DKI Jakarta. Definisi pasar geografis ini tidak
R
didasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku dan tidak sesuai
si
dengan fakta-fakta.
ne
ng
57. Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli menyatakan bahwa pasar
bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan
atau daerah pemasaran oleh pelaku usaha. Dengan demikian,
do
gu parameter utama dalam menentukan pasar geografis adalah
berdasarkan daerah pemasaran dari pelaku usaha. Definisi pasar
In
A
geografis dari Termohon Keberatan dalam perkara ini
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
ah
lik
Keberatan yang menggunakan parameter jarak tersebut tidak
berdasar. Arindra A. Zainal, Ph.D dalam keterangan ahlinya pada
am
ub
halaman 6 menyatakan:
"Pandangan KPPU yang membagi pasar geografis Carrefour
ep
kedalam dua pasar yaitu (i) pasar geografis downstream radius 4
k
si
(LHPL hal 65) juga sangat tidak berdasar. Tidak ada satu teori pun
yang membagi suatu pasar berdasarkan jarak yang sangat
ne
ng
do
gu
lik
ub
berikut:
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 61
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bagi konsumen untuk berpindah ke tempat belanja
R
lain?
si
Jawaban Sebenarnya masyarakat kita tidak dapat diukur
berdasarkan jarak saja, tergantung juga dari
ne
ng
keinginan konsumen tersebut karena bisa saja
walaupun jaraknya jauh tetapi konsumen tetap
do
gu (BuktiP-22/B13)
datang ke tempat tersebut.
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, tidak ada dasar hukum bagi
In
A
Termohon Keberatan untuk menggunakan parameter radius 4-5
km dalam menentukan pasar geografis.
ah
lik
60. Termohon Keberatan dalam putusan-putusan sebelumnya (baik
dalam perkara sektor ritel maupun bukan sektor ritel) juga tidak
am
ub
pernah menggunakan parameter jarak tertentu dalam
mendefinisikan pasar geografis. Sebagai contoh, Termohon
Keberatan dalam Putusan No. 03/KPPU-L/2000 tanggal 4 Juli
ep
k
R
parameter jarak dalam perkara tersebut. Lebih lanjut, Termohon
si
Keberatan dalam Putusan No. 02/KPPU-L/2005 tanggal 19
ne
ng
do
gu
ub
ep
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 62
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
62. Adanya inkonsistensi ini juga terlihat pada saat Termohon
R
Keberatan mencari-cari alasan dalam mendefinisikan pasar
si
geografis upstream dan downstream tersebut (quad non). Di satu
ne
ng
sisi Termohon Keberatan menyatakan bahwa definisi pasar
geografis upstream adalah seluruh wilayah Indonesia dengan
alasan karena tidak ada hambatan bagi pemasok untuk
do
gu memasok secara nasional (Putusan Termohon Keberatan
butir4.18 halaman 240). Termohon Keberatan seharusnya
In
A
menerapkan atau menggunakan logika yang sama pada saat
mendefinisikan pasar geografis pada downstream, yaitu tidak ada
ah
lik
modern secara nasional, regional atau di berbagai tempat lainnya
yang jaraknya lebih dari 4-5 km dari tempat tinggal. Namun
am
ub
demikian, Termohon Keberatan secara kontradiktif dan keliru
hanya mendefinisikan pasar geografis downstream dengan
ep
menggunakan radius jarak 4-5 km.
k
si
upstream dan downstream), dalam definisi pasar geografis pada
Putusan Termohon Keberatan terdapat kontradiksi atau
ne
ng
do
gu
perkara ini.
B.I.3 TIDAK ADA PASAR UPSTREAM DAN DOWNSTREAM DALAM
ah
lik
ub
66. Dalam sektor ritel baik secara hukum maupun faktual tidak dikenal
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 63
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
satunya pasar yang dimiliki oleh peritel atau Pemohon Keberatan
R
adalah pasar yang berkaitan dengan penjualan barang kepada
si
konsumen akhir atau pengguna.
ne
ng
67. Hal ini sesuai dengan keterangan ahli ekonomi Arindra A. Zaenal,
Ph.D pada halaman 4-5 Pendapat Ahlinya yang menyatakan:
"Dari literatur ilmu ekonomi , dalam hal ini llmu Organisasi Industri
do
gu (Industrial Organization), pada dasarnya tidak ada pasar upstream
atau downstream, apalagi dalam pasar ritel. Yang dikenal adalah
In
A
upstream firm dan downstrean firm. Hal ini muncul pada saat
terjadi integrasi vertikal diantara perusahaan yang yang
ah
lik
pabrik benang dengan pabrik tekstil. Perusahaan yang memasok
input dalam proses produksi disebut sebagai upstream firm
am
ub
sedangkan perusahaan yang memproduksi outputnya disebut
sebagai downstream firm.
ep
Dengan demikian kami berpendapat bahwa dalam sektor ritel
k
si
karena kedudukan peritel hanya sebagai pihak yang menjual
kembali barang kepada konsumen akhir, bukan sebagai pihak
ne
ng
do
gu
lik
ub
8-9 menyatakan:
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 64
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
menjualkan kembali barang kepada konsumen akhir yang semula
R
diproduksi/dipasok oleh pemasok. Carrefour juga tidak dapat
si
disebut sebagai upstream firm justru pemasoklah yang dapat
ne
ng
dikelompokkan sebagai upstream firm.
Untuk lebih mudahnya, berikut ini kami gambarkan dengan sangat
sederhana proses kegiatan usaha dalam industri ritel:
do
gu PEMASOK
In
A
ah
lik
CARREFOUR
am
ub
ep
k
KONSUMEN
ah
si
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Carrefour tidak
mungkin dapat disebut sebagai upstream firm atau mempunyai
ne
ng
do
gu
lik
ub
tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi yang ada,
ep
(BuktiP-17)
es
70. Selain itu, hal ini juga diperkuat dengan keterangan ahli Dr. Andi
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 65
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dan Downstream Peritel Tidak Tepat" pada harian Bisnis
R
Indonesia tanggal 27 Agustus 2009 yang menyatakan sebagai
si
berikut:
ne
ng
"Lembaga Kajian Persaingan Usaha (LKPU) Ul menilai Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tidak tepat menetapkan
definisi pasar down stream dan upstream terkait konteks
do
gu persaingan usaha di sektor ritel..."
(Bukti P-23)
In
A
71. Termohon Keberatan dalam mendefinisikan pasar
upstream dan downstream ini merujuk kepada pendapat Jorge
ah
lik
Keberatan butir 4.6 halaman 237 dan butir 4.12 halaman 238).
Namun demikian, pendapat Jorge Rodrigues tersebut bukan
am
ub
merupakan pendapat yang berlaku umum di sektor ritel. Selain itu,
pendapat tersebut juga tidak layak untuk dijadikan acuan dalam
ep
perkara ini. Ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D dalam
k
si
tidaklah atau belum merupakan suatu pendapat yang umum
berlaku di pasar ritel.
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-16) ;
72. Berdasarkan dasar hukum, bukti dan keterangan ahli di atas
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 66
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
B.ll PEMOHON KEBERATAN SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI POSISI MONOPOLI DAN TIDAK DOMINAN
R
1. Butir 6.4.6.2 halaman 271 Putusan Termohon Keberatan yang
si
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan memiliki pangsa pasar
ne
ng
lebih dari 50% adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Nilai pangsa
pasar Pemohon Keberatan sangat jauh dari kriteria memiliki posisi
dominan. Terbukti bahwa Pemohon Keberatan sama sekali tidak
do
gu memiliki posisi monopoli dan tidak dominan. Unsur monopoli dan
unsur dominan dalam Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)
In
A
huruf a UU Antimonopoli terbukti tidak terpenuhi. sehingga
Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal
ah
lik
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 adalah salah dan
patut dibatalkan dan Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
am
ub
Antimonopoli.
2. Pemohon Keberatan memohon kepada Majelis Hakim Yang
ep
Terhormat untuk membatalkan Putusan Termohon Keberatan
k
si
Pangsa pasar Pemohon Keberatan sangat jauh dari kriteria posisi
monopoli dan posisi dominan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2)
ne
ng
do
gu
lik
persen) atau lebih atas satu jenis barang atau jasa tertentu.
4. Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli
m
ub
ini:
M
ng
Bagan 1
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 67
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pangsa Pasar Carrefour Di Ritel Modern
si
Pangsa Pasar Carrefour di Ritel Modern
ne
ng
2007 2008
20
Pangsa Pasar (%)
do
gu 15
10
In
A
5
0
ah
lik
Carrefour ex.Alfa Total
(BuktiP-3/C150)
am
ub
5. Hasil kajian AC Nielsen di atas merupakan hasil yang valid dan
dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini juga didukung oleh
ep
pernyataan ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman 11
k
si
berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan mereka telah
memenuhi kaidah ilmiah sehingga hasil temuan/perhituncian AC
ne
ng
do
gu
(Bukti P-16).
6. Selain hasil kajian AC Nielsen di atas, MARS Indonesia juga
In
melakukan studi pangsa pasar ritel yang hasilnya menyatakan
A
lik
5,8%.
Tabel-1. Pangsa pasar masing-masing merek hypermarket
m
ub
ep
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 68
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
Keterangan:
si
* = terdiri dari hypermarket, supermarket, mini market, dan
ne
perkulakan (tidak termasuk format department store)
ng
** = terdiri dari hypermarket, supermarket, mini market, perkulakan
dan pasar tradisional (tidak termasuk format department store)
do
gu Sumber: MARS Indonesia
www.marsindonesia.com
In
(Bukti P-4)
A
7. Ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H-, LL.M-, Ph.D. dalam
Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober 2009 pada halaman 5
ah
lik
menyatakan sebagai berikut:
"Berdasarkan hasil kajian AC Nielsen pangsa pasar Carrefour
am
ub
pada pasar modern sebelum akuisisi sebesar 14,5% sedangkan
pasca akusisi sebesar 17%. Sementara itu, berdasarkan
perhitungan Mars Indonesia pangsa pasar Carrefour pada pasar
ep
k
si
tidak terpenuhi."
(Bukti P- 2)
ne
ng
do
gu
ritel tentu akan menjadi lebih kecil lagi. Terbukti bahwa Pemohon
Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak
ah
lik
dominan.
9. Berdasarkan hasil kajian atau studi dari AC Nielsen dan MARS
m
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 69
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ritel modern pada saat sebelum dan sesudah akuisisi Alfa
R
Retailindo.
si
10. Kami mohon perhatian Majelis Hakim Yang Terhormat kepada
ne
ng
fakta bahwa sebenarnya Termohon Keberatan sendiri telah
mengakui bahwa pangsa pasar Pemohon Keberatan kecil.
Termohon Keberatan memiliki data bahwa pangsa pasar
do
gu Pemohon Keberatan kecil dan Pemohon Keberatan sama sekali
tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan. Seperti yang
In
A
telah Pemohon Keberatan uraikan sebelumnya pada bagian A.I
halaman 5-15 dan bagian A.lll halaman 18-25 di atas, data pangsa
ah
pasar yang dimaksud ini bahkan merupakan data hasil olahan dari
lik
Termohon Keberatan sendiri berdasarkan data-data yang di dapat
dari Q-Data (Euromonitor). Hal ini terlihat pada Tabel 7 halaman 7-
am
ub
8 Putusan Termohon Keberatan sebagai berikut :
ep
k
ah
Tabel 7
R
si
Peringkat Hipermarket, Supermarket, dan Cash and Carry
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 70
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
ep
k
ah
si
- pada tahun 2004, pangsa pasar Pemohon Keberatan hanya
sebesar 14,22%;
ne
ng
do
gu
sebesar 19,63%.
Hal ini merupakan bukti yang kuat bahwa Pemohon Keberatan
ah
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 71
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ditawarkan oleh Carrefour, berdasarkan alasan-alasan tersebut
R
di bawah ini:
si
a. PT. Carrefour Indonesia tidak pernah melarang pemasok untuk
ne
ng
memasok barangnya kepada pelaku usaha lain.
b. Pelaku usaha lain tetap dapat masuk kedalam persain gan
usaha barang atau jasa yang sama.
do
gu c. PT. Carrefour Indonesia tidak pernah menghalang-halangi
pemasok untuk memasok barangnya kepada pelaku usaha
In
A
lain.
d. PT. Carrefour Indonesia men guasai Pangsa pasar jauh dibawah
ah
50%..."
lik
(Bukti P-2)
13. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak memiliki posisi
am
ub
dominan di sektor ritel modern (baik sebelum dan sesudah akuisisi
Alfa Retailindo), adalah adanya fakta bahwa beberapa gerai/toko
ep
Pemohon Keberatan juga tutup, antara lain gerai/toko Pemohon
k
si
Di samping itu, beberapa gerai/toko Pemohon Keberatan yaitu di
ITC Surabaya, Kalimas, Bekasi Square, Kiara Condong Bandung,
ne
ng
do
gu
lik
ub
modern."
ep
hanya ada satu produsen atau penjual (single firm) tanpa pesain g
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 72
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sehingga berimplikasi pada tingginya pangsa pasar yang lebih dari
R
50%."
si
(BuktiP-16)
ne
ng
Berdasarkan 2 pernyataan di atas ini, maka terbukti bahwa
Pemohon Keberatan sama sekali tidak memiliki posisi monopoli
dan tidak dominan. Karena, posisi monopoli hanya dapat terjadi
do
gu apabila hanya ada 1 produsen atau penjual saja di pasar.
Sedangkan terbukti bahwa pesaing Pemohon Keberatan adalah
In
A
seluruh pelaku usaha/peritel modern yang jumlahnya sangat
banyak. Sehingga tidak mungkin Pemohon Keberatan memiliki
ah
lik
15. Seluruh hal di atas membuktikan bahwa Pemohon Keberatan
sama sekali tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan.
am
ub
Karena tidak memiliki posisi monopoli dan tidak dominan, maka
Pemohon Keberatan juga sama sekali tidak memiliki market power
ep
seperti yang dituduhkan oleh Termohon Keberatan. Dengan
k
demikian, butir 5.26 halaman 257 dan butir 5.39 halaman 259-260
ah
si
bahwa Pemohon Keberatan memiliki market power adalah SALAH
dan TIDAK BENAR.
ne
ng
do
gu
lik
ub
terbukti tidak melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 73
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Antimonopoli. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Pemohon
R
Keberatan selalu memperhatikan ketentuan hukum vang berlaku
si
termasuk UU Antimonopoli. Pemohon Keberatan tidak melakukan
ne
ng
praktek monopoli dan/atau melakukan tindakan yang menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat. Bahkan sebaliknya, Pemohon
Keberatan mendukung terjadinya persaingan usaha yang sehat di
do
gu industri ritel nasional khususnya ritel modern di Indonesia. Dan
faktanya pun, terdapat persaingan usaha yang sehat di sektor ritel
In
A
modern di Indonesia. Dengan demikian, sudah sepatutnya Majelis
Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
ah
lik
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli dalam perkara a quo.
Fakta bahwa terdapat persaingan usaha yang sehat di industri ritel
am
ub
modern didukung bukti-bukti sebagai berikut ini:
B.lll.1. PERSAINGAN USAHA Dl SEKTOR RITEL MODERN SANGAT KOMPETITIF
ep
2.Suatu pasar dapat disebut sebagai pasar persaingan yang sehat
k
si
masuk pasar (no entry barrier); (iii) barang yang diperjualbelikan
homogen; (iv) pelaku usaha sebagai penerima harga {price taker);
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 74
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
ep
k
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
ub
yang sama (seperti obat batuk, obat diare, obat tetes mata dan
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 75
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang dipilihnya. Konsumen mudah untuk berpindah dari satu
R
brand (toko) ke brand (toko) lainnya.
si
6. Konsumen mempunyai banyak pilihan mengenai barang yang
ne
ng
ingin dibeli. Selain itu, konsumen juga mempunyai banyak pilihan
mengenai format ritel modern yang hendak dikunjunginya.
Konsumen tidak tergantung hanya kepada 1 (satu) peritel modern
do
gu saja. Konsumen tidak tergantung hanya kepada Pemohon
Keberatan (Carrefour). Kondisi ini sangat menguntungkan
In
A
konsumen.
7. Selain itu, terdapat strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif
ah
lik
Persaingan tersebut terjadi baik pada sesama format ritel maupun
format ritel yang berbeda karena satu sama lain saling bersaing.
am
ub
Mereka gencar melakukan berbagai promosi dan pemasaran baik
secara langsung, melalui media massa atau melalui berbagai
ep
media lainnya (Bukti P-27). Berbagai promosi tersebut sangat
k
si
ke tempat/toko lainnya. Konsumen Indonesia tidak mempunyai
loyalitas terhadap peritel atau format tertentu dalam membeli suatu
ne
ng
do
gu
lik
ub
barrier dan free entry and exit). Selain itu, juga tidak ada hambatan
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 76
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
10. Adanya persaingan usaha yang sehat dan kompetitif di atas
R
sangat jelas terdapat dalam sektor ritel. Oleh karena itu
si
merupakan hal yang keliru apabila Termohon Keberatan
ne
ng
menyatakan bahwa terdapat persaingan usaha yang tidak sehat
dalam perkara ini. Pemohon Keberatan dalam menjalankan
kegiatan usahanya selalu memperhatikan ketentuan hukum yang
do
gu berlaku serta mendukung iklim persaingan usaha yang sehat.
11. Sebagai lembaga pengawas persaingan usaha, hal yang harus
In
A
dilakukan oleh Termohon Keberatan adalah menjaga ikiim
persaingan usaha yang saat ini sangat sehat dan kompetitif
ah
lik
menjaga dan melindungi persaingan itu sendiri, bukan
melindungi/mendukung pesaing atau pihak-pihak tertentu yang
am
ub
belum tentu benardan mempunyai konflik kepentingan dalam
perkara ini.
ep
B.III.2 TIDAK ADA HAMBATAN MASUK (NO ENTRY BARRIER) DALAM SEKTOR RITEL MODERN:
k
12. Butir 6.3.8.2 halaman 265, butir 6.3.8.15, 6.3.8.18 dan 6.3.8.20
R
si
halaman 269 dari Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya
menyatakan bahwa entry barrier pada pasar bersangkutan tinggi
ne
ng
do
gu
lik
dalam sektor ritel. Hal ini dibuktikan antara lain dengan adanya
fakta bahwa banyak peritel baru yang masuk ke dalam sektor ritel
m
ub
ekspansi:
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 77
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mengalokasikan belanja modalnya (capital expenditure/capex}
R
untuk tahun depan senilai Rp. 1 Trilyun untuk membangun 9-
si
10 toko serba ada (department store) dan 10-12 Hypermart
ne
ng
baru (Bukti P-28/C195).
- Selain Matahari Group, Lotte Group juga telah melakukan
ekspansi secara besar-besaran di Indonesia dengan
do
gu mengakuisisi PT Makro Indonesia pada bulan Oktober tahun
2008 lalu. Lotte Group menyatakan bahwa mereka akan
In
A
berinvestasi sebesar Rp. 9 Trilyun dan bahkan menyatakan
target mereka untuk menjadi raja ritel di Indonesia (Bukti P-
ah
28/C195).
lik
Hal di atas membuktikan bahwa tidak ada entry barrier (hambatan
untuk masuk) di sektor ritel. Pemohon Keberatan sama sekali
am
ub
tidak mematikan persaingan dan merugikan pelaku usaha
lain, karena pelaku usaha lain masih dapat masuk dan bersaing
ep
serta para pelaku usaha tersebut secara konsisten dapat
k
si
14. Menurut ahli ekonomi, Arindra A. Zainal, Ph.D, dalam Pendapat
Ahlinya halaman 18-19 mengatakan:
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 78
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Sedangkan hambatan legalitas diantaranya adalah adanya
R
Undang-undang dan Hak khusus serta Hak patent (patent right)
si
atau hak cipta"
ne
ng
(Bukti P-16)
15. Semua hambatan teknis seperti tersebut di atas tidak ada dalam
sektor ritel modern di Indonesia. Banyaknya pelaku usaha dalam
do
gu sektor ritel modern di Indonesia menunjukkan bahwa hambatan
teknis tersebut tidak ada.
In
A
Pemohon Keberatan telah menyampaikan bukti yang
menunjukkan bahwa jumlah pemain dalam sektor ritel modern di
ah
lik
Makro/Lotte, Hero, Ramayana, Matahari, Foodmart, Superindo,
Indomaret, Alfamart, Circle K, ACE, Metro, Starmart, Yomart,
am
ub
Sogo, Diamond, Tip Top, Naga, Ranch Market, Farmer Market,
Yogya, Griya, Yaohan, Hardy's, Sri Ratu, dan masih banyak lagi
ep
lainnya.
k
si
undangan misalnya adanya peraturan yang menyatakan bahwa
suatu sektor tertutup bagi pelaku usaha lain atau adanya
ne
ng
do
gu
lik
Indonesia.
17. Pendapat Arindra A. Zainal, Ph.D sebagai ahli ekonomi tersebut di
m
ub
melakukan
R
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 79
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
b. Pelaku usaha lain tetap dapat masuk kedalam persain gan
R
usaha barang atau jasa yang sama."
si
(Bukti P-2)
ne
ng
18. Dalam konteks tidak adanya entry barrier (hambatan untuk masuk)
ini, Pemohon Keberatan juga secara tegas menolak butir 6.3.8.9
halaman 266 - 267 dan 6.3.8.15 halaman 269 Putusan Termohon
do
gu Keberatan yang pada intinya menyatakan bahwa adanya
perkembangan industri tidak serta merta dapat diartikan bahwa
In
A
tingkat entry barrier rendah, karena suatu industri dapat saja
tumbuh dan pada saat bersamaan tingkat entry barrier tetap tinggi
ah
lik
perubahan kepemilikan dan pertumbuhan gerai. Pernyataan
Pemohon Keberatan ini SALAH. Tidak adanya entry barrier pada
am
ub
pasar bersangkutan yang sama itu justru dibuktikan antara lain
oleh fakta-fakta bahwa:
ep
(i) industri pada pasar tersebut berkembang, dalam hal ini pelaku
k
si
demikian, tidak adanya entry barrier tersebut tidak hanya
dibuktikan dengan fakta masuknya pelaku usaha baru ke dalam
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 80
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
21. Berdasarkan kajian ilmiah, pendapat ahli, fakta dan penjelasan di
R
atas, maka terbukti bahwa terdapat persaingan usaha yang sehat
si
di sektor ritel modern di Indonesia dan Pemohon Keberatan pun
ne
ng
mendukung persaingan usaha yang sehat di indutri ritel modern.
Pemohon Keberatan tidak melakukan tindakan yang menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak melakukan praktek
do
gu monopoli. Sehingga tidak ada pelanggaran UU Antimonopoli oleh
Pemohon Keberatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis
In
A
Hakim Yang Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
Keberatan butir 1, 3 dan 4 dalam perkara ini dan menyatakan
ah
lik
B.IV TERMOHON KEBERATAN SALAH MENGHITUNG NILAI HERFINDAHL-HIRSCHMAN INDEX (HHI) DAN
ub
1. Butir 6.3.8.12 halaman 268 Putusan Termohon Keberatan
menyatakan bahwa terdapat peningkatan Herfindahl-Hirschman
ep
Index (HHI) dan Concentration Ratio (CR4) pasca akuisisi, yaitu
k
si
atas definisi pasar bersangkutan dan penghitungan pangsa pasar
yang salah.
ne
ng
do
gu
∑
N
In
HHI = S i2
A
i =1
Pendapat Ahlinya:
"Concentration ratio atau rasio konsentrasi (CR) digunakan untuk
m
ub
ep
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 81
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bersangkutan yang dikutip dalam menghitung HHI atau CR
R
tersebut. Sementara itu, akurat atau tidaknya penghitungan
si
pangsa pasar sangat ditentukan oleh benar atau tidaknya definisi
ne
ng
pasar bersangkutan. Oleh karena itu, apabila Termohon
Keberatan salah dalam mendefinisikan pasar bersangkutan maka
secara otomatis penghitungan HHI dan CR dalam Putusan
do
gu Termohon Keberatan juga menjadi salah.
4. Penghitungan HHI dan CR dalam Putusan Termohon Keberatan
In
A
adalah salah karena Termohon Keberatan salah dalam
mendefinisikan pasar bersangkutan dan menghitung pangsa pasar
ah
lik
pangsa pasar Pemohon Keberatan berdasarkan hypermarket dan
supermarket saja. Termohon Keberatan bahkan membuat kategori
am
ub
pasar upstream dan pasar downstream yang tidak dikenal dalam
sektor ritel dan tidak dimiliki oleh Pemohon Keberatan.
ep
5. Termohon Keberatan seharusnya menghitung pangsa pasar
k
si
termasuk toko modern spesialis) yang berada dalam wilayah
geografis di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan keterangan
ne
ng
do
gu
lik
ub
Oleh karena itulah hasil hitungan HHI oleh KPPU bias ke atas
atau terlalu besar sehingga Carrefour terlihat sebagai pelaku
ka
(Bukti P-16)
ah
A. Zainal, Ph.D di atas, HHI yang benar dalam perkara ini adalah
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 82
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
penghitungan ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D pada halaman
R
15 sebagai berikut:
si
Tabel 1. Nilai HHI Peritel Modern Tahun 2008
ne
ng
No. Ritel Modern Market Share Market Share
(%) Kuadrat
do
gu 1
2
Carrefour + Alfa
Indomaret
24,0054
13,8862
576,2569
192,8273
In
3 Alfamart 13,1108 171,8919
A
4 Hypermart 9,2189 84,9885
5 Giant 7,4113 54,9272
ah
lik
6 Makro 3,9768 15,8149
7 Hero + Compact Giant 3,8412 14,7550
am
ub
9 Foodmart 3,2049 10,2716
10 Yogya + Griya 3,0549 9,3324
ep
11 Ramayana 2,7910 7,7896
k
si
14 Ceriamart 0,7701 0,5930
15 Circle K 0,6977 0,4868
ne
ng
do
18 Naga 0,4139 0,1714
gu
lik
ub
Total 100,0000
ep
HHI 1177.7158
Sumber: Media Data, AC Nielsen
ah
es
pasar ritel modern tidak terkonsentrasi. Hal ini karena nilai HHI
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 83
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(sebesar 1177,7) menunjukkan terdapat persaingan yang tinggi
R
dalam sektor ritel modern.
si
7. Penghitungan HHI dari ahli ekonomi Arindra A. Zainal, Ph.D di atas
ne
ng
didasarkan atas definisi pasar bersangkutan yang benar yaitu ritel
modern di seluruh Indonesia. Selain itu, perhitungan HHI tersebut
didasarkan atas perhitungan pangsa pasar dari lembaga yang
do
gu kredibel dan menjadi rujukan berbagai pihak terutama dalam
sektor ritel, yaitu AC Nielsen. Termohon Keberatan dalam perkara
In
A
ini dalam beberapa hal juga merujuk kepada AC Nielsen namun
tidak sepenuhnya menggunakan data tersebut secara benar
ah
lik
8. Selain itu, faktanya tidak mungkin pasar ritel modern terkonsentrasi
pada beberapa pelaku usaha saja karena para pemain dalam
am
ub
sektor ritel modern jumlahnya sangat banyak, baik di tingkat lokal
maupun nasional. Hal ini secara jelas digambarkan pada bagan
ep
B.I.1.4 halaman 46-54 dalam Keberatan ini. Dengan demikian
k
si
9. Nilai CR dalam Putusan Termohon Keberatan juga salah karena
didasarkan atas definisi pasar bersangkutan dan perhitungan
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-16)
ep
ng
diabaikan.
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 84
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
10. Sebagai tambahan, HIH maupun CR bukan merupakan bukti
R
adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
si
HHI atau CR hanya petunjuk (yang tidak sempurna) tentang
ne
ng
struktur pasar dalam suatu sektor industri tertentu. Ahli ekonomi
Arindra A. Zainal, Ph.D dalam halaman 18 pendapat ahlinya
menyatakan:
do
gu "Selain itu yang patut diperhatikan adalah perhitungan rasio
konsentrasi melalui CR dan HHI hanya valid untuk menentukan
In
A
struktur pasar dalam industri ritel modern. Sedangkan untuk
melihat apakah sebuah perusahaan melakukan praktek
ah
lik
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 17 UU No. 5
Tahun 1999".
am
ub
(Bukti P-16)
11. Selain itu, tingginya HHI maupun CR tidak serta merta
ep
menunjukkan adanya market power atau adanya entry barrier. Ahli
k
ahlinya menyatakan:
R
si
"Harus dicatat bahwa perhitungan HHI hanya mencakup struktur
industri sehingga hasil perhitungan ini belum cukup untuk
ne
ng
do
gu
lik
ub
(BuktiP-16)
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 85
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
adanya akuisisi, HHI maupun CR sudah mengalami kenaikan
R
secara terus menerus. Pada tahun 2005 nilai HHI sebesar 2084,38
si
dan pada tahun 2006 naik menjadi 2615,02 dan pada tahun 2007
ne
ng
terus naik hingga menjadi 2950,09. Sementara itu, CR pada tahun
2005 sebesar 87,30%, pada tahun 2006 naik menjadi 91,89% dan
pada tahun 2007 terus naik hingga menjadi 93,36%. Dengan
do
gu demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Putusan
Termohon Keberatan sendiri terbukti tidak ada hubungan sebab
In
A
akibat apapun antara kenaikan HHI dan CR pada tahun 2007-
2008 dengan akuisisi Pemohon Keberatan terhadap Alfa
ah
lik
akuisisi, HHI dan CR sudah mengalami kenaikan.
13. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa perhitungan HHI
am
ub
dan CR dalam Putusan Termohon Keberatan adalah salah dan
tidak berdasar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim
ep
Yang Terhormat membatalkan amar putusan butir 1, 3 dan 4
k
si
B.V KESEPAKATAN DAGANG (TRADING TERMS) ANTARA PEMOHON KEBERATAN DAN PEMASOKNYA
ne
ng
do
gu
lik
ub
patut DIBATALKAN.
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 86
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Trading terms antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya
R
telah sesuai dengan Perpres Ritel dan Permendag Ritel. Nilai
si
dan/atau ketentuan trading terms antara Pemohon Keberatan dan
ne
ng
pemasoknya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 avat (3) dan
(4) Perpres Ritel jo. Pasal 7 ayat (2) Permendag Ritel. Ketentuan
trading terms antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya
do
gu sama sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
3. Selain itu, penerapan trading terms yang sama terhadap pemasok
In
A
Carrefour hypermarket dan pemasok Carrefour supermarket (Ex-
Alfa) juga tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang
ah
lik
penerapan standar trading terms vang sama oleh peritel terhadap
setiap jenis format toko ritel modern yang dimilikinya.
am
ub
4. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Perpres Ritel jo. Pasal 1 angka 10
Permendag Ritel, yang dimaksud kesepakatan/syarat
ep
perdagangan (trading terms) adalah syarat-syarat dalam
k
si
produk-produk yang diperdagangkan dalam Toko Modern yang
bersangkutan.
ne
ng
do
gu
lik
wajar.
5. Butir 6.4.9.3.k halaman 275 Putusan Termohon Keberatan
m
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 87
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dan pemasok Alfa Retailindo tidak melanggar ketentuan hukum
R
yang berlaku.
si
6. Bahwa penerapan standar trading terms yang sama terhadap
ne
ng
pemasok Pemohon Keberatan dan pemasok Alfa Retailindo
adalah tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku juga
ditegaskan oleh pernyataan ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk,
do
gu S.H., LL.M, Ph.D. dalam Pendapat Hukumnya tanggal 7 Oktober
2009 pada halaman 13-14 sebagai berikut:
In
A
"Pada prinsipnya trading terms adalah suatu kesepakatan antar
pelaku usaha, maka tergantung pada persetujuan para pihak.
ah
lik
supermarket (Alfa) dapat saja diterapkan suatu trading terms
yang sama.
am
ub
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perdagangan R.I No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tidak melarang
ep
adanya perjanjian perdagangan yang sama.
k
si
berlaku".
(BuktiP-2).
ne
ng
do
gu
lik
Gambar 14
Persentase Responden dengan perjanjian supply barang sama untuk
m
ub
ep
TIDAK, 32%
ah
SAMA, 68%
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 88
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(Bukti P-29/C188)
R
8. Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa bukan hanya
si
Pemohon Keberatan saja yang menerapkan standard trading
ne
ng
terms yang sama untuk setiap format gerai yang dimilikinya,
namun begitupun peritel modern lain yang memiliki berbagai
format gerai yang berbeda-beda. Terbukti bahwa sebagian besar
do
gu pemasok (68%) yang juga memasok pada ritel modern multiformat
lainnya menghadapi standar perjanjian supply barang (trading
In
A
terms ) yang sama untuk setiap format gerai ritel modern dari ritel
modern multiformat lain yang dipasoknya.
ah
9. Selain itu, ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D.
lik
dalam pendapat hukumnya tanggal 7 Oktober 2009 pada halaman
8 menyatakan sebagai berikut:
am
ub
'Tindakan Carrefour untuk menerapkan trading terms yang sama
kepada pemasok yang memasok barangnya ke Carrefour
ep
Hypermarket dan Carrefour Express (Supermarket) tidak
k
si
a. Trading terms yang dimaksud tidak melanggar Pasal 8, Pasal 9,
dan Pasal 10 Peraturan Presiden R.I. No. 112 Tahun 2007
ne
ng
do
gu
lik
(BuktiP-2)
10. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan fakta di atas, terbukti
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 89
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pelanggaran terhadap UU Antimonopoli. Oleh karena itu, Majelis
R
Hakim Yang Terhormat sudah sepatutnya membatalkan amar
si
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dan menyatakan
ne
ng
bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli
dalam perkara ini
B.VI PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA PUTUSAN TERSEBUT
do
gu BERDASARKAN LHPL YANG SALAH
In
A
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 dalam perkara
ini karena amar putusan tersebut didasarkan atas LHPL yang
ah
lik
pemahaman yang salah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
data dan pemahaman yang salah yang digunakan dalam
am
ub
menyusun LHPL:
B.VI.1 LHPL DIBUAT BERDASARKAN SUMBER DATA YANG TIDAK VALID SAMA SEKALI
ep
2. Pemohon Keberatan mohon perhatian Majelis Hakim Yang
k
si
LHPL merupakan data-data yang diambil dari situs Google Maps.
3. Google Maps merupakan situs online yang terbuka. Setiap pihak
ne
ng
do
gu
metodologi ilmiah.
4. Pada butir 4.53 halaman 247 Putusan Termohon Keberatan
ah
lik
ub
tersebut dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan bukan oleh pihak lain".
Berdasarkan butir 4.53 di atas, terbukti bahwa Termohon
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 90
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sendiri lokasi gerai/toko Pemohon Keberatan pada Google Maps
R
oleh Tim Pemeriksa berarti bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL
si
dapat melakukan penandaan itu sesuai dengan kepentingannya
ne
ng
sendiri saja dengan tujuan untuk menyatakan Pemohon Keberatan
bersalah. Hasil analisa yang dihasilkan tidak obyektif dan tidak
akurat
do
gu 5. Dengan demikian, Google Maps bukan merupakan dokumen
resmi yang akurat dan sahih. serta tidak obyektif. Data-data dari
In
A
situs Google Maps ini tidak dapat digunakan dalam suatu
dokumen hukum seperti LHPL yang kemudian digunakan oleh
ah
lik
Keberatan. Data dalam suatu dokumen hukum seharusnya
merupakan data formal, akurat serta dapat dipertanggung
am
ub
jawabkan.
6. Berdasarkan dalil di atas, maka pertimbangan pada butir 4.54
ep
halaman 247 Putusan Termohon Keberatan yang pada intinya
k
si
bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL telah menggunakan dan
mengolah informasi secara akurat dan tepat adalah pernyataan
ne
ng
yang SALAH.
Lagipula, Termohon Keberatan dalam menyatakan hal di atas
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 91
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
akurat, dan dapat dipercaya (Bukti P- 31). Pihak kontributor
R
(penulis Wikipedia), sponsor Wikipedia, administrator Wikipedia,
si
atau pihak manapun yang mempunyai hubungan dengan
ne
ng
Wikipedia tidak dapat mempertanggung jawabkan keakurasian
dan kesahihan isinya dengan cara apapun.
8. Berdasarkan fakta di atas, terbukti bahwa LHPL yang dijadikan
do
gu dasar Putusan Termohon Keberatan itu adalah SALAH dan TIDAK
BENAR karena dibuat berdasarkan sumber data Google Maps dan
In
A
Wikipedia vang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang Terhormat
ah
lik
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini
am
ub
B.V1.2 TIM PEMERIKSA DALAM LHPL MELAKUKAN DUA KALI PENGHITUNGAN ATAS GERAI PEMOHON
KEBERATAN YANG SAMA
si
yang salah. Sebagian besar data dalam LHPL dimanipulasi untuk
mencapai suatu hasil tertentu. Manipulasi data dalam LHPL ini
ne
ng
do
maupun pangsa pasar di beberapa wilayah yang berbeda.
gu
lik
ub
(m2) (%)
1 Carrefour Ambasador 7.131 16,68% Rp 449.587.000.000 43,54%
ah
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 92
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
7 Superindo Mampang 1.283 3,00% Rp 33.497.209.358 3,24%
R
8 Superindo Tebet
Waning Buncit 1.210 2,83% Rp 31.580.994.591 3,06%
si
9 Hero Kemang 1.192 2,79% Rp 29.812.967.044 2,89%
10 Hero Mampang 1.049 2,45% Rp 26.236.411.434 2,54%
11 Ramayana Pasar Tebet 3.000 7,02% Rp 25.909.383.722 2,51%
ne
ng
12 Superindo Pancoran 969 2,27% Rp 25.294.295.982 2,45%
13 Carrefour Express 1.247 2,92% Rp 23.506.000.000 2,28%
14 Hero Plasa Senayan 618 1,45% Rp 15.456.722.847 1,50%
do
15 Ramayana Blok M 1.619 3,79% Rp 13.982.430.749 1,35%
16 Hero Gatsu
17 Hero Blok M Plasa
gu 323
112
0,76%
0,26%
Rp 8.078.513.721
Rp 2.801.218.380
0,78%
0,27%
18 Hero Pasaraya Grande 105 0,25% Rp 2.626.142.231 0,25%
19 Matahari Aston . 75 0,18% Rp 2.294.884.617 0,22%
In
A
20 Carrefour Blok M 7.064 belum beroperasi 0,00%
Total Carrefour dan C. 17.867 41,80% Rp 614.691.000.000 59,53%
TOTAL REGIONAL 42.741 100% Rp 1.032.552.818.073
ah
lik
(Sumber: LHPL halaman
83) .
Carrefour Express Menteng Prada
am
ub
No Nama Retailer Selling pangsa Penjualan Tahun pangsa
Space lahan (%) 2008 pasar (%)
ep
1 Carrefour Ambasador 7.131 25,30% Rp 449.587.000.000 42,70%
k
si
6 Hero HOS Cokroaminoto 833 3,00% Rp 143.969.124.214 4,20%
7 Hero Sarinah Thamrin 1.162 4,10% Rp 39.792.307.523 3,80%
ne
8 Carrefour Express 1.731 6,10% Rp 35.890.000.000 3,40%
ng
do
12 Giant Megaria 578 2,00% Rp 13.655.939.602 1,30%
gu
lik
ub
ini.
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 93
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
3 Ramayana Ps. Kebayoran 5464 13,91% Rp 68.841.232.550 9,63%
4 Hero Pondok Indah Mall 1835 4,67% Rp 45.894.961.850 6,42%
si
5 Ramayana Blok M Mall 5000 12,73% Rp 43.182.306.204 6,04%
6 Carrefour Express 1591 4,05% Rp 42.320.000.000 5,92%
7 Superindo Kelapa Dua 1255 3,20% Rp 32.784.502.776 4,58%
ne
ng
8 Hero Permata Hijau 664 1,69% Rp 16.607.223.253 2,32%
9 Hero Plasa Senayan 618 1,57% Rp 15.456.722.847 2,16%
10 Ramayana Blok M Mall 1619 4,12% Rp 13.982.430.749 1,96%
11 Hero Blok M Plasa 112 0,29% Rp 13.982.430.749 1,96%
do
gu
12 Hero Pasaraya Grande
13 Carrefour Blok M Square
105
7064
Total Carrefour dan C. Express 22613
0,27%
17,98%
57,56%
Rp 2.626.142.231
Rp
Rp 461.827.000.000
0,37%
0,00%
64,57%
TOTAL REGIONAL 39285 100% Rp 715.184.953.209
In
A
(Sumber: LHPL halaman 81)
ah
lik
Carrefour Express Meruya
No Nama Retailer Selling pangsa Penjualan Tahun pangsa
Space (m2) lahan (%) 2008 pasar
am
ub
1 Carrefour Puri Indah 7.411 19,96% Rp 462.678.000.000 33,67%
2 Carrefour Permata Hijau 7.565 20,38% Rp 347.254.000.000 25,27%
3 Hypennart Puri Indah 9.672 26,05% Rp 295.948.320.266 21,53%
4 Hero PIM 1.445 3,89% Rp 45.894.961.850 3,34%
ep
k
si
9 Superindo Intercon 1.189 3,20% Rp 31.032.758.759 2,26%
10 Hero Green Garden 1.067 2,87% Rp 30.913.445.693 2,25%
11 Ramayana Pasar Kopro 3.270 8,81% Rp 28.097.638.616 2,04%
ne
ng
do
gu
lik
ub
Pemeriksa dalam LHPL ini sama sekali tidak obyektif dan akurat.
11. Berdasarkan fakta dan penjelasan di atas, maka dapat
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 94
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
R
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.
si
B.V1.3 DATA PELAKU USAHA RITEL MODERN ADALAH TIDAK BENAR
ne
ng
12. Pernyataan Tim Pemeriksa dalam LHPL pada halaman 111 butir
229 yang menyatakan bahwa:
"Sejak tahun 1998 di mana Carrefour memasuki pasar
do
gu bersangkutan, praktis tidak ada lagi pelaku usaha baru di pasar
ini. adalah TIDAK BENAR. Hal ini dikarenakan:
In
A
13. Data-data yang digunakan oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL yang
terdapat pada Tabel 30 halaman 110 LHPL yang menjadi dasar
ah
lik
konsisten dengan Tabel 5 dan 6 halaman 6-7 LHPL.
am
ub
Tabel 30
Tahun Berdiri Pelaku Usaha Hypermarket dan Supermarket
ep
k
R
PT. Matahari Putra Prima Hypermart, Foodmart 1958
si
PT.Carrefour Indonesia Carrefour 1998
PT. Ramayana Lestari Sentosa Ramayana Supermarket 1978
ne
ng
do
gu
ub
Carrefour
PT 4,167.5 5,736.2 7,140.9 9,099.7 1 1 1 1
ah
Matahari Putra
R
Hero Supermarket
M
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 95
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Lucky Strategies * * * 95.0 4
R
Mutiara
PT Ritelinti
si
PT 500.0 225.0 90.0 4 4 4
Alfa Retailindo PT 1,367.5 n.a n.a n.a 3
ne
ng
Others 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 8,403.3 10,174.4 13,415.3 16,708.2
Sumber :Q-Data (Euromonitor), data diolah 1
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
ep
k
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 96
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
(i) Tabel 6 dan 7 di atas menunjukkan bahwa tidak ada penjualan
ne
ng
selama tahun 2004-2006 dari PT Lucky Strategies, yang
merupakan pelaku usaha ritel modern pada format
hypermarket. Penjualan PT Lucky Strategies baru ada pada
do
gu tahun 2007 sehingga terlihat bahwa PT Lucky Strategies baru
memasuki pasar ritel modern pada tahun 2007. Sedangkan
In
A
pada Tabel 30, PT Lucky Strategies tidak dimasukkan sebagai
pelaku usaha baru di pasar ini. Perbedaan ini secara jelas
ah
lik
melakukan kesalahan.
(ii) Tabel 6 dan 7 juga menunjukkan bahwa masih banyak pelaku
am
ub
usaha ritel modern lainnya seperti PT Macan Yaohan
Indonesia, PT Lucky Strategies, PT Mutiara Ritelinti Wira, PT
ep
Makro Indonesia (sekarang PT. Lotte Shopping Indonesia), PT
k
si
nama para pelaku usaha ini tidak ditemukan pada Tabel 30,
bahkan hanya terdapat 6 (enam) pelaku usaha yang tercatat
ne
ng
do
gu
lik
ub
berikut:
es
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 97
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Hero Group berawal dari sebuah CV bernama CV Hero yang
R
berdiri pada tanggal 5 Oktober 1954 dan bergerak di bidang
si
distribusi makanan dan minuman yang kemudian mulai memasuki
ne
ng
bisnis supermarket pada Agustus 1972. Pada akhir 2001 Dairy
Farm Group meningkatkan kepemilikan sahamnya pada Hero
Group menjadi 37% dari sebelumnya sebanyak 32%, hal ini berarti
do
gu dilakukan setelah Pemohon Keberatan didirikan tahun 1998. Sejak
saat itu, Hero Group terus mengembangkan usahanya dengan
In
A
cara diversifikasi usaha dengan memasuki segmen hypermarket
dengan merek Giant pada tahun 2002, setelah sebelumnya
ah
lik
segmen pharmacy specialty store dengan merek Guardian.
Sampai akhir tahun 2002, Hero Group telah memiliki 81 gerai Hero
am
ub
supermarket, gerai Giant hypermarket, 39 gerai Starmart, dan 65
gerai Guardian. Pada bulan November 2005, kepemilikan saham
ep
Dairy Farm Group pada Hero Group kembali meningkat hingga
k
si
Hero dan Giant supermarket, 26 gerai Giant hypermarket, 182
gerai Guardian, dan 116 gerai Starmart. Suatu peningkatan yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 98
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Selain itu Matahari Group juga melakukan proses perbaikan bisnis
R
supermarketnya dengan mengganti nama menjadi 'Foodmart'
si
pada tahun 2007, kemudian membuka toko kecantikan dan obat-
ne
ng
obatan (health and beauty store/specialty store) dengan merek
Boston, mengembangkan jaringan arena bermain Time Zone-
nya, dan merambah pangsa buku impor dengan merek Times.
do
gu Pada 31 Desember 2008, Matahari Group mengelola antara lain
23 gerai supermarket Foodmart, 43 hypermarket Hypermart, 51
In
A
gerai Boston, 77 pusat hiburan keluarga Time Zone dan toko buku
Times yang keseluruhannya menyebar di lebih dari 50 kota di
ah
lik
pada bulan April 2009 Matahari Group menerbitkan obligasi
(bond) senilai 528 miliar Rupiah dan mengalokasikan belanja
am
ub
modal (capital expenditure) pada tanggal 4 September 2009
sebesar 1 triliun Rupiah untuk membangun 9-10 department store
ep
dan 10-12 Hypermart baru. Semua fakta ini menunjukkan bahwa
k
si
1998. Bahkan, data di bawah ini, bersumber dari PT. Matahari
Putra Prima Tbk. Company Presentation May 2008, menunjukkan
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 99
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(iii) Ramayana Group
R
Ramayana Group berawal dari gerai dengan nama Ramayana
si
Fashion Store yang berdiri pada tahun 1978 yang dikhususkan
ne
ng
menjual garmen dan baju. Tahun 1985 dibuka gerai baru di
Bandung dan cakupan barang-barang yang dijual pun juga
semakin meluas, meliputi sepatu, tas tangan, dan aksesoris. Pada
do
gu tahun 1989 Ramayana Group telah menjadi sebuah jaringan ritel
yang terdiri atas 13 gerai. Ekspansi dan perluasan wilayah bisnis
In
A
juga terus mereka lakukan, dibuktikan dengan dibukanya gerai
pertama di luar Pulau Jawa, yaitu di Ball pada tahun 1997, di
ah
lik
Kalimantan, pada tahun 2000 dan di Ujung Pandang, Sulawesi
pada tahun 2002. Pada tahun 2005 Ramayana Group
am
ub
menerapkan format supermarket yang lebih besar dengan menjual
barang-barang elektronik, dan makanan siap saji di supermarket-
ep
supermarketnya. Sampai dengan tahun 2008, Ramayana Group
k
si
Dengan demikian, terbukti bahwa hadirnya Pemohon Keberatan di
Indonesia sejak tahun 1998 tidak mempengaruhi sama sekali
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 100
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Berdirinya Superindo Group berawal dari ditandatanganinya
R
perjanjian kerjasama antara Delhaize 'Ie lion' Group (Belgia)
si
dengan Salim Group (Indonesia) pada bulan Juni 1997 untuk
ne
ng
mengembangkan jaringan bisnis ritel di Indonesia lewat
perusahaan yang dinamakan PT Lion Super Indo. Pada awal
berdirinya, Superindo Group hanya memiliki gerai yang berjumlah
do
gu 10 gerai supermarket, yaitu 7 di Jakarta, 1 di Bandung, dan 2 di
Surabaya. Pada tahun 1999 jumlah gerainya bertambah menjadi
In
A
14 gerai, tahun berikutnya, yaitu tahun 2000 gerai Superindo
Group bertambah menjadi 16 gerai dan kemudian Superindo
ah
lik
Desember 2008 yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Untuk
tahun 2009 Superindo Group merencanakan untuk menambah 11
am
ub
gerai baru sehingga diharapkan dapat memiliki 74 gerai. Ini
merupakan bukti kuat bahwa berdirinya Pemohon Keberatan pada
ep
tahun 1998 sama sekali tidak mematikan pelaku usaha ritel
k
si
Superindo Group ini.
(Sumber data dari seluruh keterangan di atas dapat diperoleh
ne
ng
do
gu
tersebut)
Hal di atas menunjukkan bahwa pernyataan pada halaman 111
butir 229 LHPL adalah SALAH karena faktanya masih terdapat
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 101
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dengan data terlampir yang menunjukkan pertambahan jumlah
R
gerai dari para pelaku usaha setiap tahunnya (Bukti P- 33).
si
15. Dengan demikian, pernyataan Tim Pemeriksa dalam LHPL yang
ne
ng
menyatakan bahwa sejak tahun 1998 (yaitu sejak Pemohon
Keberatan rnemasuki pasar bersangkutan) tidak ada pelaku usaha
baru lagi yang masuk di pasar ritel modern ini adalah SAMA
do
gu SEKALI TIDAK BENAR. Sehingga LHPL pun tidak dapat
dibenarkan. Putusan Termohon Keberatan yang telah didasarkan
In
A
atas LHPL yang salah dan tidak benar ini adalah Putusan yang
SALAH. Oleh karena itu, Majelis Hakim Yang Terhormat sudah
ah
lik
1, 3 dan 4 serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak
melanggar UU Antimonopoli dalam perkara ini.
am
ub
B.VI.4 LUAS LAHAN YANG BESAR TIDAK SERTA MERTA BERARTI KEUNTUNGAN YANG BESAR ATAU
si
keuntungan atau menunjukkan adanya pangsa pasar yang tinggi.
Terdapat gerai dengan luas lahan yang besar namun penjualan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
(BuktiP-16)
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 102
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
18. Pemahaman bahwa lahan yang besar tidak serta merta berarti
R
keuntungan yang besar atau pangsa pasar yang besar ini juga
si
sebenarnya diakui sendiri oleh Tim Pemeriksa pada butir 207
ne
ng
dalam LHPL
19. Namun demikian, kami mencatat bahwa Tim Pemeriksa dalam
LHPL tidak konsisten dalam menerapkan pemahaman luas lahan
do
gu tidak dapat digunakan sebagai indikator pangsa pasar yang besar.
Tindakan Tim Pemeriksa yang tidak konsisten ini dapat dilihat
In
A
pada butir 123 LHPL yang pada pokoknya justru menyatakan
bahwa luas lahan yang besar mengindikasikan keuntungan yang
ah
lik
20. Termohon Keberatan pada butir 5.30 dan 5.31 halaman 258
Putusannya menyatakan:
am
ub
"5.30 Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor
menyatakan bahwa luas lahan penjualan yang besar
ep
tidak serta merta berarti keuntungan yang besar
k
si
pernyataan Terlapor tersebut."
Berdasarkan butir-butir di atas, terbukti bahwa Termohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
B.V1.5 PEMAHAMAN SERVICE LEVEL DALAM LHPL MERUPAKAN PEMAHAMAN YANG SALAH
22. Keterangan dari salah satu pihak (GABEL) pada pemeriksaan di
ka
service level."
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 103
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
23. Keterangan di atas salah karena seolah-olah menyimpulkan
R
service level adalah penalty akibat pemaksaan. Service level
si
adalah hasil kesepakatan para pihak untuk mengatur mengenai
ne
ng
waktu pengiriman barang dan jumlah barang yang dapat dikirim.
Dalam perjanjian, pemasok memberikan komitmen kepada
Pemohon Keberatan untuk mengirimkan sejumlah barang tepat
do
gu waktu sesuai dengan yang telah disepakati dan jika pemasok tidak
memenuhi hal tersebut, maka pemasok bersedia membayar
In
A
penalty kepada Pemohon Keberatan.
24. Ketentuan yang telah disepakati kedua belah pihak ini
ah
lik
pemasok. Dengan adanya kesepakatan ini, Pemohon Keberatan
mendapat kepastian tersedianya sejumlah barang dalam jumlah
am
ub
tertentu, sehingga dapat dihindari dampak di mana konsumen
tidak mendapatkan suatu barang. Di pihak lain, pemasok juga
ep
mendapatkan keuntungan karena pemasok dapat mengatur
k
si
barang yang akan dikirim, serta berdampak dikeluarkannya biaya-
biaya yang besar yang tidak disertai produktivitas yang maksimal
ne
ng
dan efisien.
25. Dengan demikian, keterangan dalam butir 244 dan 275 LHPL
do
gu
lik
ub
data yang tidak akurat serta tidak obyektif. Sebagian besar data
es
ng
bukan data asli yang sah. Mohon dicatat bahwa pada butir 126
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 104
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dari LHPL, Tim Pemeriksa dalam LHPL telah mengakui sendiri
R
bahwa Tim Pemeriksa dalam LHPL tidak berhasil mendapat
si
seluruh data secara lengkap, maka Tim Pemeriksa dalam LHPL
ne
ng
melakukan proyeksi data. yang metodenya pun patut
dipertanyakan. Dengan dilakukannya proyeksi oleh Tim Pemeriksa
dalam LHPL, maka tentunya hasil yang didapat juga merupakan
do
gu "proyeksi" vang dibuat-buat. tidak dapat dipertanggung jawabkan
dan karenanya tidak benar serta tidak obyektif.
In
A
27. Selain itu, Termohon Keberatan pada butir 5.43 halaman 261 -
262 Putusannya melakukan penghitungan pangsa pasar Pemohon
ah
lik
hasil estimasi, bukan data yang sebenarnya. Hal ini dibuktikan dari
bagian keterangan yang menyatakan sebagai berikut:
am
ub
"Keterangan:
Untuk data Hypermart dan Giant (regional) menggunakan
ep
estimasi penjualan per meter persegi."
k
28. Tim Pemeriksa dalam LHPL juga melakukan proyeksi yang salah
ah
si
keuntungan yang besar. Luas lahan yang luas bukan berarti
keuntungan yang besar juga. Sebagai contohnya gerai Carrefour
ne
ng
do
gu
lik
besar.
29. Berdasarkan penjelasan di atas, terbukti bahwa pernyataan Tim
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 105
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mendasarkan pernyataannya ini hanya atas luas lahan yang luas
R
yang dimiliki Pemohon Keberatan di 9 (sembilan) lokasi seperti
si
disebut di atas serta berdasarkan data proyeksi / estimasi.
ne
ng
B.VII PEMASOK TIDAK BERGANTUNG KEPADA PEMOHON KEBERATAN KARENA PEMASOK
do
gu Keberatan. Pemasok pada kenyataannya memiliki banyak sekali
pilihan toko modern lain sebagai tempat memasok, tidak hanya
In
A
memasok ke Pemohon Keberatan saja.
2. Sektor ritel di Indonesia merupakan sektor usaha vang sangat
ah
lik
peritel modern sangat banyak dan kuat. Hal ini dibuktikan antara
lain dengan jumlah pelaku usaha/peritel yang terlibat di dalamnya
am
ub
sangat banyak, baik peritel pendatang/pemain baru maupun peritel
lama yang sampai saat ini masih bertahan dalam peta persaingan.
ep
Banyak nama-nama besar peritel modern yang merupakan
k
si
Matahari, Ramayana, ACE, Metro, Foodhall, Ranch Market,
Yogya, Griya, Borma, Mitra Adi Perkasa Group, Index, Electronic
ne
ng
do
gu
lik
ub
a. hypermarket (Hypermart),
ep
b. supermarket (Foodmart),
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 106
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
a. hypermarket (Giant),
R
b. supermarket (Hero),
si
c. minimarket (Starmart) dan
ne
ng
d. specialty store/Toko Obat (Guardian).
Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Keberatan mempunyai
banyak pesaing yang signifikan. Pemohon Keberatan sama sekali
do
gu bukan satu-satunya pelaku usaha di industri ritel modern, bahkan
banyak pesaing-pesaing Pemohon Keberatan merupakan peritel
In
A
modern yang lebih besar dan berkembang dibandingkan Pemohon
Keberatan sendiri. Pesaing-pesaing Pemohon Keberatan memiliki
ah
lik
Pemohon Keberatan.
4. Fakta bahwa banyaknya peritel dalam sektor ritel modern ini juga
am
ub
menguntungkan pihak konsumen dan pemasok. Bagi konsumen.
mereka memiliki banyak pilihan tempat untuk berbelanja dengan
ep
harga yang sangat kompetitif antara satu tempat dan tempat
k
si
5. Selain itu, dengan banyaknya peritel modern membuat pemasok
dapat dengan mudah dan bebas untuk berhenti menjadi pemasok
ne
ng
do
gu
lik
ub
Gambar 2
Persentase pemasok yang hanya memasok ke PT Carrefour Indonesia
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 107
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Hanya memasok
si
ke Carrefour,
16.70%
ne
ng
do
gu Memasok juga
ke tempat lain,
83.30%
In
A
(BuktiP-29/C188)
ah
lik
Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa sebagian besar
pemasok Pemohon Keberatan (83,3%) juga memasok barang
am
ub
produknya ke peritel modern lainnya. Dengan demikian terbukti
bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah menghambat pemasok
dan pemasok memiliki kebebasan untuk memasok ke peritel
ep
k
si
Group, Ipung Kurnia, dalam artikel koran "Hero siap hadapi
ne
ng
do
gu
(Bukti P- 34)
8. Karena banyaknya pilihan sebagai tempat untuk memasok produk-
In
A
Gambar 11
m
ub
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 108
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
Tidak
Tetap tumbuh Terpengaruh,
meski kecil, 36%
ne
35%
ng
do
gu Mengalami
Penurunan, 28%
Bangkrut, 1%
In
A
(BuktiP-29/C188)
9. Gambar 11 di atas ini membuktikan bahwa cukup banyak (35%)
ah
lik
pemasok yang menjawab bahwa jika mereka berhenti memasok
ke Pemohon Keberatan, kondisi perusahaan mereka tidak
am
ub
terpengaruh dan 36% berpendapat bahwa usaha mereka akan
tetap tumbuh. Artinya, ada sebesar 71% pemasok yang
menyatakan bahwa pemasok tidak tergantung kepada Pemohon
ep
k
suatu jumlah yang sangat kecil sekali atau sama sekali tidak
R
si
signifikan.
10. Selain itu, berdasarkan laporan keuangan beberapa pemasok yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
ep
es
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 109
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
(Bukti P- 36/B9)
R
12. Lebih lanjut, Ketua Umum AP3MI juga mengakui bahwa pemasok
si
memiliki banyak pilihan format ritel sebagai tempat untuk
ne
ng
memasok, tidak hanya memasok di Pemohon Keberatan saja. Hal
ini dinyatakan pada butir 14 dan 15 halaman 4 BAP dari Ketua
Umum AP3MI sebagai berikut:
do
gu 14 Pertanyaan Apakah seluruh anggota AP3MI mensuplai ke
Carrefour?
Jawaban Rata-rata ya, tapi tidak semua
In
A
15 Pertanyaan Sudah berapa tahun perusahaan Bapak menjadi
supplier Carrefour?
ah
lik
Jawaban Saya sampai saat ini belum menjadi
supplier Carrefour".
(Bukti P- 37/B3)
am
ub
13. Selain itu, Sekjen Asosiasi Pemasok Garmen & Aksesori
Indonesia (APGAI) dalam suratnya No. B/64/APGAI/VI/2009
tanggal 15 Juni 2009 kepada Termohon Keberatan juga telah
ep
k
si
demikian, hal ini membuktikan bahwa pemasok tidak tergantung
kepada Pemohon Keberatan. Pemasok memiliki banyak pilihan
ne
ng
do
berikut:
gu
perusahaan".
(Bukti P- 38/A60)
ah
lik
ub
es
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 110
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sendiri tetap menjadi pemasok atau berhenti meniadi pemasok
R
Pemohon Keberatan dan berpindah meniadi pemasok peritel
si
modern lain selain Pemohon Keberatan. Para pemasok sama
ne
ng
sekali tidak tergantung kepada Pemohon Keberatan.
15. Karena fakta bahwa terdapat banyak peritel di sektor ritel modern
telah terbukti, dengan demikian tidak mungkin Pemohon
do
gu Keberatan melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat ahli
In
A
hukum Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D yang telah
Pemohon Keberatan uraikan pada bagian B.lll halaman 69-75
ah
lik
dapat dianggap telah melakukan praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat karena pada faktanya pelaku usaha
am
ub
lain tetap dapat masuk ke dalam persaingan usaha di sektor ritel
modern.
ep
16. Dengan demikian, terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak
k
sehat dan juga tidak memiliki posisi dominan. Sehingga tidak ada
R
si
pelanggaran Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU
Antimonopoli oleh Pemohon Keberatan. Maka sudah sepatutnya
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 111
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Terhormat membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir
R
1, 3, dan 4 dalam perkara ini.
si
2. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak
ne
ng
pernah menekan pemasok. Trading terms antara Pemohon
Keberatan dengan para pemasoknya sepenuhnya didasarkan atas
hasil negosiasi dan kesepakatan bersama yang menguntungkan
do
gu kedua belah pihak.
3. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh LPEM
In
A
Ul terhadap 500 pemasok Pemohon Keberatan sebagai berikut:
ah
Gambar 6
lik
Persentase pemasok yang melakukan dan tidak melakukan proses
negosiasi dengan PT Carrefour Indonesia
am
ub
ep
k
Tidak, 6.20%
ah
si
ne
ng
Ya, 93.80%
do
gu
(Bukti P-29/C188)
4. Berdasarkan hasil riset di atas terbukti bahwa sebelum
In
menandatangani trading terms, sejumlah besar pemasok bahkan
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 112
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Keberatan menggunakan posisinya untuk menekan pemasok yang
R
berdampak pada lessening competition adalah SALAH dan TIDAK
si
BENAR.
ne
ng
5. Prof. Erman Rajagukguk, S.H.,LL.M., Ph.D. pada halaman 20
Pendapat Hukumnya juga menyatakan sebagai berikut:
"Trading terms Carrefour dan Alfa dapat disimpulkan merupakan
do
gu hasil kesepakatan, melalui negosiasi para pihak, dan tidak
adanya paksaan dari Carrefour maupun PT Alfa Retailindo
In
A
kepada pemasok serta Carrefour tidak menetapkan trading
terms secara sepihak."
ah
(Bukti P-2)
lik
6. Lebih lanjut, Pemohon Keberatan secara tegas juga membantah
dan menolak pertimbangan Termohon Keberatan pada butir
am
ub
6.4.9.3. d dan e halaman 273-274 Putusan Termohon Keberatan
yang pada intinya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan
ep
melakukan strategi competitor check dengan tujuan untuk
k
si
Termohon Keberatan telah salah dalam memahami pengertian
strategi competitor check ini. Strategi ini adalah untuk melakukan
ne
ng
do
gu
bahwa strategi ini sama sekali tidak relevan dan tidak ada
hubungannya dengan pemasok. Lagipula, strategi competitor
check ini merupakan hal yang tidak dilarang dan sama sekali tidak
In
A
lik
ub
bersama:
ep
masing pemasok."
es
8. Selain itu, fakta bahwa tidak ada unsur paksaan dalam trading
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 113
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Ipung Kurnia, dalam artikel koran "Hero siap hadapi kompetitor",
R
Bisnis Indonesia 9 Juli 2009, sebagai berikut:
si
"Terkait dengan trading term yang diterapkan peritel modern
ne
ng
sering diartikan memberatkan pemasok, Ipung tidak sependapat.
Menurut dia, tidak ada unsur pemaksaan dalam koridor bisnis
tersebut, dan pemasok justru diuntungkan karena produk yang
do
gu masuk jaringan ritel akan popular."
(Bukti P- 34)
In
A
9. Lebih lanjut, surat dari Sekjen APGAI No. B/64/APGAI/VI/2009
tanggal 15 Juni 2009 kepada Termohon Keberatan juga
ah
lik
paksaan atau tekanan terhadap para pemasoknya. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan Sekjen APGAI dalam suratnya
am
ub
sebagai berikut:
"Kami telah menghubungi ke enam anggota tersebut dan
ep
menanyakan apakah mereka mengalami masalah dalam
k
si
dengan hal di atas."
(Bukti P- 38/A60)
ne
ng
do
gu
lik
2009?
Jawaban Untuk tahun 2008, secara total sekitar 18%, di
dalamnya ada regular discount, fix rebate. Untuk tahun
m
ub
ep
(Bukti P-37/B3)
ah
11. Dalam konteks trading terms ini, Pemohon Keberatan juga secara
R
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 114
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan pemasoknya
R
cenderung naik dari tahun ke tahun tanpa justifikasi yang jelas.
si
Butir 6.4.9.3.a Putusan Termohon Keberatan ini sama sekali
ne
ng
TIDAK BERDASAR dan MENYESATKAN. Nilai dan ketentuan
trading terms ini merupakan hasil negosiasi dan hasil kesepakatan
bersama antara Pemohon Keberatan dan para pemasoknya. Nilai
do
gu trading terms iuga sesuai dengan ketentuan dalam Perpres Ritel
dan Permendag Ritel. Tidak ada ketentuan dalam Perpres Ritel
In
A
dan Permendag Ritel yang melarang kenaikan trading terms.
Sehingga, ada atau tidak ada kenaikan atau penurunan trading
ah
lik
kesepakatan bersama antara para pihak.
12. Lebih lanjut, pada kenyataannya biaya trading terms peritel
am
ub
modern lain ada yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
trading terms Pemohon Keberatan. Hal ini dapat terlihat dari label
ep
berikut ini:
k
ah
Tabel 3
R
si
Perbandingan Trading Terms Pemohon Keberatan Dengan Peritel Lain
Summary Trading Terms 2006
ne
ng
do
gu
lik
1,000,000
ka
es
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 115
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang sama. Dihitung secara kumulatif, secara khusus dapat dilihat
R
sebagai berikut:
si
- untuk Regular Discount, Fix Rebates dan Promo Fund, nilai
ne
ng
trading terms peritel lain lebih besar dari nilai trading terms
Pemohon Keberatan. Peritel lain berjumlah 9 % sedangkan
Pemohon Keberatan hanya 8.5 %;
do
gu - untuk item Seasonal Support, Remodelling Support, New Store
Support, New Line ticket by product, New Line ticket by product
In
A
by store, Change barcode /SKU dan Supplier code changing,
nilai trading terms peritel lain jauh lebih besar dari nilai trading
ah
lik
51.000.000,- sedangkan Pemohon Keberatan hanya Rp.
15.000.000,-; dan
am
ub
- untuk item Anniversary Discount, nilai trading terms peritel lain
jauh lebih besar dari nilai trading terms Pemohon Keberatan.
ep
Peritel lain berjumlah 7.3% sedangkan Pemohon Keberatan
k
hanya 2%
ah
si
Pemohon Keberatan bukan yang tertinggi dibandingkan dengan
peritel modern lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Pemohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
14. Hal ini juga didukung oleh ahli hukum Prof. Erman Rajagukguk,
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 116
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
"Bila KPPU mendalilkan bahwa penerapan trading terms oleh
R
Carrefour diikuti oleh retail-retail lainnya atau Carrefour menjadi
si
leader (coordinated conduct), hal itu tidaklah benar. Suatu
ne
ng
coordinated conduct haruslah dilakukan dengan sengaja, artinya
harus ada kesepahaman antar yang diikuti dengan yang
menqikuti. Apabila perilaku tersebut dilakukan atas kehendaknya
do
gu masing-masing, maka hal tersebut bukan coordinated conduct
atau parallel. Tindakan paralel dalam pasar yang oligopoli
In
A
merupakan penomena alami dan tidak dapat dihindarkan. Areeda
menyatakan bahwa untuk adanya coordinated conduct diperlukan
ah
lik
dan bukti adanya kolaborasi atau konspirasi antar pelaku usaha
untuk menentukan trading terms, maka tidak ada coordinated
am
ub
antar pelaku usaha, sehinaaa tidak ada bukti bahwa Carrefour
meniadi leader dalam menentukan trading terms."
ep
(Bukti P-2)
k
si
pada intinya menyatakan bahwa perpindahan personel/karyawan
dari Pemohon Keberatan ke peritel pesaing juga memfasilitasi
ne
ng
do
gu
lik
trading terms.
16. Lebih lanjut, Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 117
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mengaiami peningkatan margin keuntungan. Selain itu, pemasok
R
dapat dengan bebas dan mudahnya untuk berhenti menjadi
si
pemasok Pemohon Keberatan dan kemudian memasok ke peritel
ne
ng
modern lainnya jika pemasok merasa trading terms Pemohon
Keberatan memberatkan.
17. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan bukti-bukti di atas,
do
gu terbukti bahwa trading terms antara Pemohon Keberatan dan para
pemasoknya merupakan hasil negosiasi dan kesepakatan
In
A
bersama. Pemohon Keberatan tidak menekan pemasok dan tidak
menentukan trading terms secara sepihak. Pemohon keberatan
ah
lik
Majelis Hakim Yang Terhormat sudah sepatutnya membatalkan
amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 serta
am
ub
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli dalam perkara ini.
ep
B.IX PEMOHON KEBERATAN MEMBANTU INOVASI PRODUK-PRODUK DARI PEMASOK PEMOHON
k
KEBERATAN
ah
si
pada pokoknya menyatakan bahwa Pemohon Keberatan
menghambat insentif pemasok dalam melakukan inovasi produk-
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 118
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
konsumen. Hal ini sesuai pula dengan hasil survey LPEM Ul
R
terhadap 500 pemasok sebagai berikut:
si
ne
ng
Gambar 16
Inovasi yang dilakukan setelah menjadi pemasok Carrefour
do
gu Terhambat,
6.4%
In
A
Sama saja,
30.5%
ah
lik
Terbantu,
63.1%
am
(Bukti P-29/C188)
ub
ep
k
si
menghambat inovasi produk pemasok. Bahkan bagian terbesar
pemasok (63,1%) menvatakan bahwa inovasinva terbantu setelah
ne
ng
do
gu
lik
ub
Antimonopoli.
ep
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 119
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
(Bukti P- 39)
Dari hasil riset AC Nielsen di atas, dapat dilihat bahwa selalu
ep
terjadi pertambahan jenis produk baru dari pemasok dari tahun
k
si
menghambat inovasi pemasok, malahan pemasok terus
melakukan inovasi terhadap produknya dengan menghasilkan
ne
ng
do
gu
lik
ub
lain adalah fakta yang terjadi pada PT Lotus Mas sebagai salah
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 120
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pemohon Keberatan dan sejak saat itu perusahaan ini
R
berkembang secara signifikan serta melakukan inovasi pada
si
produknya, bahkan pemasok ini dapat mengekspor produknya ke
ne
ng
luar negeri. Terbukti pada tahun 2009, PT Lotus Mas telah
memiliki 50 karyawan, menghasilkan 100 ton cairan pembersih
dengan 30 jenis varian. PT Lotus Mas ini merupakan salah satu
do
gu dari sekian banyak contoh bahwa Putusan Termohon Keberatan
tidak benar bahwa pemasok terhambat inovasi produknya.
In
A
Pemohon Keberatan justru turut membantu dalam meningkatkan
inovasi dan pendapatan pemasok terkait dengan produk-
ah
lik
7. Berdasarkan data ilmiah, pendapat ahli dan fakta di atas, terbukti
bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah menghambat inovasi
am
ub
produk dari para pemasoknya. Justru sebaliknya, Pemohon
Keberatan membantu inovasi produk-produk para pemasoknva.
ep
Oleh karena itu, butir 6.4.9.3.g halaman 274 Putusan Termohon
k
si
inovasi produk-produk baru pemasok adalah SALAH dan TIDAK
BENAR. Putusan Termohon Keberatan ini adalah Putusan yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
B.X.I PEMOHON KEBERATAN TIDAK PERNAH MEMAKSA PEMASOK UNTUK MEMASOK KE ALFA
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 121
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
memaksa pemasoknya untuk juga memasok ke Alfa Retailindo
R
adalah SALAH dan TIDAK BENAR. Pemohon Keberatan tidak
si
pernah memaksa pemasoknya untuk juga memasok ke Alfa
ne
ng
Retailindo. Hal itu sepenuhnya merupakan keinginan dan
keputusan dari pemasok sendiri.
3. Pemasok sendiri yang seringkali meminta kepada Pemohon
do
gu Keberatan untuk dapat memasok ke Alfa Retailindo juga karena
bagi pemasok, lebih banyak gerai yang menjual barangnya adalah
In
A
lebih baik. BAP NAMPA tanggal 21 Juli 2009 menyatakan:
25 Pertanyaan Ketika bapak memasok ke Carrefour secara
ah
lik
memasok ke Carrfour ekspress (d/h.alfa)?
Jawaban Tidak. ...
am
ub
(Bukti P- 36/B9)
Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa tidak ada paksaan kepada
ep
k
si
memasok ke Alfa Retailindo dan begitu pula sebaliknya, tidak
ne
ng
do
gu
lik
ub
ep
es
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 122
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
6. Bukti lain bahwa Pemohon Keberatan tidak pernah sengaja
R
merugikan pemasok dapat dibuktikan dengan fakta bahwa
si
Pemohon Keberatan selalu membayar pemasok secara tepat
ne
ng
waktu. Berdasarkan hasil survey terhadap 500 pemasok Pemohon
Keberatan yang dilakukan oleh LPEM Ul, dibuktikan bahwa
pemasok mendapat kepastian pembayaran dari Pemohon
do
gu Keberatan karena Pemohon Keberatan selalu membayar tagihan
pemasok tepat waktu (sesuai jadwal). Hal ini dapat dilihat pada
In
A
jawaban responden yang terdapat pada Gambar 4 berikut ini:
ah
Gambar 4
lik
Persentase jawaban responden mengenai ketepatan Carrefour
dalam membayar
am
Selalu tepat
ub
ep
41%
k
waktu
ah
Lebih banyak
41%
R
si
tepat waktu
Lebih banyak
ne
13%
ng
do
gu
(Bukti P-29/C188)
7. Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa sebesar 41%
ah
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 123
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
memberikan kepastian pembayaran bagi pemasok. Hal ini terbukti
R
dari gambar 5 berikut ini:
si
ne
ng
Gambar 5
Persentase jawaban responden mengenai ketepatan pembayaran yang
dilakukan Carrefour dibandingkan dengan pihak lain
do
gu
Pasar tradisional
In
A
Toko tradisional
Perkulakan
ah
lik
Mini market
Supermarket
Departemen store
am
ub
Hypermarket lain
(Bukti P-29/C188)
ah
si
menjawab bahwa ketepatan pembayaran yang dilakukan oleh
Pemohon Keberatan lebih pasti melebihi 50% dibandingkan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 124
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
11. Selain bukti-bukti di atas, bukti lain bahwa Pemohon Keberatan
R
tidak pernah sengaja merugikan pemasok adalah fakta bahwa
si
Pemohon Keberatan tidak pernah menekan/memaksa
ne
ng
pemasoknya untuk memberikan harga termurah. Nilai harga dan
barang antara Pemohon Keberatan dan pemasok merupakan hasil
dari kesepakatan kedua pihak yang dilakukan dengan itikad baik
do
gu melalui proses negosiasi. Bahwa pemasok melakukan negosiasi
dengan Pemohon Keberatan dibuktikan berdasarkan hasil survey
In
A
yang dilakukan oleh LPEM Ul terhadap pemasok Pemohon
Keberatan di bawah ini:
ah
lik
Gambar 6
Persentase pemasok yang melakukan dan tidak melakukan
am
ub
proses negosiasi dengan PT Carrefour Indonesia
Tidak, 6.2%
ep
k
ah
si
ne
ng
Ya, 93.8%
do
gu
lik
ub
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 125
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
14. Pemohon Keberatan dalam menjalankan kegiatan usahanya
R
sangat membutuhkan pemasok. Pemasok mempunyai banyak
si
pilihan ritel modern lain untuk dipasok selain Pemohon Keberatan
ne
ng
dan jika pemasok berhenti memasok ke Pemohon Keberatan dan
tidak tersedianya barang di Pemohon Keberatan maka konsumen
tidak akan berbelanja di gerai Pemohon Keberatan yang kemudian
do
gu menyebabkan matinya usaha Pemohon Keberatan.
15. Harga jual produk pemasok ke Pemohon Keberatan pun tidak
In
A
lebih rendah daripada harga jual produk pemasok ke pelaku ritel
lainnya. Dari hasil survey LPEM Ul kepada pemasok Pemohon
ah
lik
menjual dengan harga lebih rendah ke Pemohon Keberatan, jika
dibandingkan dengan ritel modern lain (hypermarket, supermarket,
am
ub
minimarket, perkulakan, dan department store) serta pasar
tradisional dan toko tradisional.
ep
k
Tabel 3
ah
si
di Carrefour dibandingkan dengan tempat lainnya
ne
ng
do
lain 23.7% 76.3% 100.0%
gu
Department
store 20.9% 79.1% 100.0%
In
A
lik
ub
(Bukti P-29/C188)
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 126
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Keberatan tidak pernah memaksa pemasok untuk memberikan
R
harga lebih rendah.
si
Jikapun ada pemasok yang menjual harga produknya dengan
ne
ng
harga yang lebih rendah ini karena didasari oleh beberapa alasan
yang positif. Hal ini dibuktikan oleh hasil survey terhadap 500
pemasok yang dilakukan oleh LPEM Ul .
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
ep
k
ah
si
(BuktiP-29/C188)
ne
ng
do
gu
lik
ub
dengan harga yang lebih rendah ini bukan didasari karena adanya
R
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 127
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
18. Dengan demikian, terbukti bahwa tindakan pemasok menjual
R
produknya dengan harga yang lebih rendah ini karena didasari
si
oleh alasan-alasan positif. bukan karena dipaksa oleh Pemohon
ne
ng
Keberatan. Pemohon Keberatan tidak pernah memaksa pemasok
untuk menjual dengan harga yang lebih rendah. Pemohon
Keberatan terbukti sama sekali tidak melakukan tindakan yang
do
gu sengaja merugikan pemasok.
19. Berdasarkan kajian ilmiah, pendapat ahli, fakta dan penjelasan di
In
A
atas, maka terbukti bahwa Pemohon Keberatan tidak merugikan
pemasok. Justru banyak hal positif yang dilakukan oleh Pemohon
ah
lik
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar UU Antimonopoli.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat
am
ub
membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4
serta menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar
ep
UU Antimonopoli dalam perkara ini.
k
si
MELANGGAR ASAS AUDI ET ALTERAM PARTEM
ne
ng
do
gu
lik
ub
yang dimilikinya....”.
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 128
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
3. Pengakuan dari Termohon Keberatan di atas merupakan bukti
R
yang sempurna, sehingga tidak diperlukan lagi alat bukti lainnya
si
mengenai adanya pelanggaran terhadap asas Audi Et Alteram
ne
ng
Partem yang dilakukan oleh Termohon Keberatan.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Prof. Dr. Sudikno
Mertokusumo, SH, dalam bukunya yang berjudul ”Hukum Acara
do
gu Perdata Indonesia” cetakan pertama, edisi keenam, 2002, terbitan
Liberty Yogyakarta, halaman 174 menyatakan :
In
A
”Dalam hal ini pengakuan bukan hanya sekedar merupakan alat
bukti yang sempurna saja tetapi juga merupakan alat bukti yang
ah
bersifat menentukan...”.
lik
4. Asas Audi Et Alteram Partem merupakan asas fundamental yang
harus dipatuhi dalam setiap proses pemeriksaan oleh lembaga
am
ub
ajudikatif seperti KPPU atau Termohon Keberatan. Dalam konteks
pemeriksaan di Pengadilan, asas ini ditegaskan dalam Pasal 5
ep
ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
k
si
bedakan orang”
5. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH di dalam bukunya yang
ne
ng
do
gu
ist keines Mannes Rede, man soll sie horen alle beide”. Hal ini
berarti bahwa Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah
ah
lik
satu pihak sebagai benar, bila pihak lawan tidak didengar atau
tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya”.
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 129
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
No Nama Dokumen Keterangan
1 Pangsa pasar Pemohon Pemohon Keberatan tidak
si
Keberatan dalam pasar ritel mempunyai posisi monopoli dan
nasional (pasar tradisional dan posisi dominan atau tidak
ne
ng
pasar modern) berdasarkan menguasai pasar ritel lebih dari
riset AC Nielsen 50% karena pangsa pasar
do
gu (Bukti P-41 / C159) Pemohon Keberatan pada tahun
2008 hanya sebesar 5,3% dan
In
apabila digabung dengan pangsa
A
pasar Ex Alfa hanya sebesar 6,3%.
Dengan demikian, 93,7% pangsa
ah
lik
pasar ritel nasional tidak dikuasai
oleh Pemohon Keberatan. Bagi
am
ub
pemasok, pangsa pasar di luar
Pemohon Keberatan ini jauh lebih
besar.
ep
k
R
modern (toko modern) dominan atau tidak menguasai
si
(Bukti P-3 / C160) pasar ritel lebih dari 50% karena
ne
ng
do
gu
ub
ep
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 130
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
hypermarket, department store,
R
hypermarket, dan perkulakan.
si
Dengan demikian Pemohon
ne
ng
Keberatan termasuk dalam
kategori toko modern yang berada
dalam pasar bersangkutan yang
do
gu 3 Peritel Modern Lokal
sama dengan toko modern lainnya.
Tiap-tiap kota mempunyai peritel
In
berdasarkan AC Nielsen modern yang populer bagi
A
(Bukti P-42 / C161) konsumen setempat yang saling
bersaing dengan para peritel
ah
lik
modern lainnya.
am
ub
Bahkan beberapa peritel modern
lokal lebih sukses bersaing
dibandingkan peritel nasional. Bagi
ep
k
si
daripada ke Pemohon Keberatan.
4 Keseragaman Produk Menunjukkan bahwa jenis barang
ne
ng
do
gu
ub
ep
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 131
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
tradisional) masing-masing format ritel modern
R
(Bukti P-43/C163) tersebut bersaing satu sama lain.
si
6 Frekuensi Kunjungan Menunjukkan bahwa konsumen
(frequency of visiting) dalam setiap bulan hanya 2 kali ke
ne
ng
(Bukti P-44 / C163) hypermarket sedangkan kunjungan
ke peritel lainnya seperti
do
gu minimarket dan toko tradisional
jauh lebih sering.
7 Perbandingan frekuensi Berdasarkan tabel ini, konsumen
In
A
kunjungan konsumen toko yang berbelanja di Pemohon
modern Keberatan juga mengunjungi toko
ah
lik
(Bukti P-45 / C163) modern toko modern lainnya
seperti Alfarmart (73%), Indomaret
am
ub
(31%), Ramayana (18%) atau
ep Superindo (13%).
k
R
Contohnya : konsumen Indomaret
si
berbelanja juga di toko modern
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 132
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
modern tersebut bersaing satu
R
dengan yang lain.
si
9 Perilaku Konsumen Menunjukkan bahwa berdasarkan
(Bukti P-47 / C163) perilaku konsumen, masing-
ne
ng
masing toko modern merupakan
pesaing karena :
do
gu 1. Konsumen mempunyai
banyak pilihan toko modern.
In
2. Konsumen tidak mempunyai
A
loyalitas yang tinggi terhadap
merek toko modern tertentu.
ah
lik
3. Penawaran layanan pada
konsumen (consumer services)
am
ub
di berbagai toko cenderung
sama.
10 Perbandingan tingkat Menunjukkan bahwa tingkat
ep
k
R
(Bukti P-48 / C164) tingkat keuntungan peritel modern.
si
11 Tabel Perbandingan Total Menunjukkan bahwa penjualan
Penjualan Pemasok Secara Pemasok kepada Pemohon
ne
ng
do
gu
lik
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 133
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Rp. 307.804.260.789,00. Hal ini
R
menunjukkan bahwa pemasok
si
tidak mengalami kerugian.
13 Beberapa Toko Modern Menunjukkan bahwa :
ne
ng
mempunyai berbagai format (i) Usaha ritel multiformat
(Bukti P-9 / C 165) merupakan hal yang wajar di
do
gu (ii)
Indonesia;
Para peritel modern
In
berada dalam pasar yang
A
sama dan satu sama lain
saling bersaing;
ah
lik
(iii) Para peritel modern
bersaing melalui berbagai
am
ub
macam format;
Dengan demikian pembelian Alfa
Retailindo oleh Pemohon
ep
k
yang biasa.
R
14 Trading terms toko modern Menunjukkan bahwa :
si
lainnya (i) Trading terms
ne
ng
do
gu
modern.
(ii) Beberapa peritel modern
In
A
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 134
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pemasoknya.
16 Keterbukaan informasi terkait Menunjukkan bahwa akuisisi Alfa
si
akuisisi Alfa Retailindo telah dilakukan sesuai
(Bukti P-7 / C168) ketentuan hukum yang berlaku.
ne
ng
17 Tanggapan terhadap hasil Menunjukkan bahwa Termohon
Laporan Pemeriksaan Keberatan pada Pemeriksaan
do
gu Pendahuluan (LHPP)
(Bukti P-51 / C169)
Pendahuluan tidak memasukkan,
mempertimbangkan serta
menganalisa seluruh keterangan
In
A
dan dokumen yang disampaikan
oleh Pemohon Keberatan.
ah
lik
Keterangan dan dokumen yang
disampaikan oleh Pemohon
am
ub
Keberatan pada tahap
Pemeriksaan Pendahuluan lebih
lengkap dari hal-hal yang dikutip
ep
k
R
Pendahuluan (LHPP) tersebut
si
yang kemudian menjadi dasar
ne
ng
do
gu
di Indonesia.
ah
lik
ub
mempertimbangkan pasar
bersangkutan dalam perkara ini,
ka
supermarket, minimarket,
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 135
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
konsumen untuk berbelanja, bukan
R
hanya hypermarket saja apalagi
si
hanya Pemohon Keberatan saja.
ne
ng
Produk-produk yang djual di
masing-masing format ritel
umumnya sama. Dengan
do
gu demikian, pasar bersangkutan
dalam perkara ini bukan hanya
In
A
hypermarket dan supermarket
saja.
19 Tanggapan secara tertulis Menunjukkan bahwa Partisipasi
ah
lik
terhadap pernyataan- Indonesia banyak membuat
pernyataan dari Partisipasi pernyataan-pernyataan yang
am
ub
Indonesia di dalam ”Press spektakular, tidak benar, tidak
Release” sesuai fakta dan sama sekali tidak
(Bukti P-52 / C185) berdasarkan data di dalam salinan
ep
k
si
menyesatkan masyarakat umum
dan membentuk opini publik yang
ne
ng
do
gu
ub
memasok ke hypermarket
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 136
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
supermarket, minimarket,
R
perkulakan, toko tradisional
si
dan pasar tradisional.
ne
ng
Artinya, pemasok tidak
tergantung dan tidak harus
memasok hanya ke
do
gu Pemohon Keberatan;
(ii) Pemohon Keberatan
In
A
memberikan tingkat
kepastian pembayaran
ah
lik
baik dibandingkan dengan
peritel lain. Artinya, pemohon
am
ub
keberatan memperhatikan
hak dan kepentingan
ep
pemasok;
k
(trading terms)
R
si
ditandatangani setelah
melalui proses negosiasi
ne
ng
do
gu
lik
ub
perjanjian;
(iv) Harga jual produk
ka
pemasok ke Pemohon
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 137
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
rendah, hal itu dikarenakan
R
volume pembelian Pemohon
si
Keberatan yang lebih besar
ne
ng
dibandingkan volume
pembelian peritel lain dan
karena adanya kepastian
do
gu pembayaran dari Pemohon
Keberatan;
In
A
(v) Secara umum keadaan
pemasok tidak terpengaruh
ah
lik
apabila pemasok berhenti
memasok ke Pemohon
am
ub
Keberatan. Artinya, pemasok
tidak tergantung dan tidak
ep
harus memasok hanya ke
k
Pemohon Keberatan;
ah
si
multiformat menerapkan
standard / draft perjanjian
ne
ng
do
gu
lik
inovasi-inovasi pada
perusahaan masing-masing
m
ub
tahun 2005
es
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 138
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Nasional antara Pemohon pemohon keberatan telah sesuai
R
Keberatan dengan Pemasok dengan peraturan yang berlaku.
si
tahun 2006-2008
ne
ng
(Bukti P-55 / C193)
24 Salinan Contoh Kontrak Menunjukkan bahwa trading terms
Nasional antara Pemohon Pemohon Keberatan telah sesuai
do
gu Keberatan dengan Pemasok
tahun 2009
dengan peraturan yang berlaku.
In
(Bukti P-56 / C194)
A
25 Tanggapan secara tertulis Menunjukkan bahwa Partisipasi
terhadap pernyataan- Indonesia banyak membuat
ah
lik
pernyataan dari Partisipasi pernyataan-pernyataan yang
Indonesia di dalam ”Fact spektakular, tidak benar, tidak
am
ub
Sheet” (Bukti P-28 / C195) sesuai fakta dan sama sekali tidak
berdasarkan data. Pernyataan-
pernyataan ini akan menyesatkan
ep
k
R
dan merugikan pemohon
si
keberatan.
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-18, P-57 dan P-8 / B1, B6 dan B20). Selain itu, termohon
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 139
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Termohon Keberatan. Bahkan 2 dari 6 butir tersebut merupakan
R
butir yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Termohon Keberatan
si
tidak berlaku adil karena seharusnya keterangan Pemohon
ne
ng
Keberatan yang menjadi sumber utama lagi Termohon Keberatan
dalam memeriksa perkara ini.
8. Dalam butir 3.3.12, 3.3.13 dan 3.3.14 halaman 235 Putusan
do
gu Termohon Keberatan, Termohon Keberatan pada intinya
menyatakan bahwa berdasarkan pasal 42 UU Antimonopoli,
In
A
keterangan Terlapor merupakan alat bukti yang berada pada
urutan terakhir sehingga bukan merupakan sumber utama bagi
ah
lik
9. Termohon keberatan SALAH menerapkan Pasal 42 UU
Antimonopoli. Pasal 42 UU Antimonopoli mengatur bahwa
am
ub
keterangan dari Pemohon Keberatan selaku pelaku usaha
merupakan salah satu alat bukti yang sah dalam melakukan
ep
pemeriksaan dalam perkara persaingan usaha, di samping alat
k
si
mengatur adanya urutan alat bukti yang harus diutamakan.
Dengan demikian, kelima alat bukti yang disebutkan dalam Pasal
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 140
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
11. Pemohon Keberatan juga telah berinisiatif berulang kali meminta
R
pertemuan intensif yang khusus antara Termohon Keberatan
si
dengan Pemohon Keberatan, yang bertujuan untuk membahas
ne
ng
lebih dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkara ini supaya
terdapat kejelasan dari masing-masing pihak dalam memahami
perkara ini. Hal ini dilakukan secara lisan sebagaimana yang
do
gu terdapat dalam BAP Pemohon Keberatan tanggal 12 Mei 2009
butir 9 :
In
A
“Kami berharap adanya forum yang bisa kami manfaatkan untuk
berdiskusi dan berdialog untuk memperjelas dimana letak
ah
lik
bagaimana format perubahan perilaku yang diharapkan oleh
KPPU...”.
am
ub
Bukti (P-8 / B20)
Dan secara tertulis melalui surat No. 048AR09 01 tanggal 22 Mei
ep
2009 (Bukti P-58 / C170). Pemohon Keberatan memiliki itikad baik
k
si
mendapat tanggapan dari Termohon Keberatan. Hal ini
menunjukkan bahwa Termohon Keberatan telah berlaku tidak adil
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 141
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sama sekali tidak digunakan oleh Termohon Keberatan dalam
R
memutus perkara a quo. Sebagai catatan, Pemohon Keberatan
si
juga telah menyerahkan dokumen dan informasi dari AC
ne
ng
Nielsen dan MARS Indonesia tentang pangsa pasar, namun
dokumen dan informasi ini juga tidak digunakan oleh Termohon
Keberatan;
do
gu c.Dokumen dan informasi dari pelaku usaha ritel modern lain
seperti PT. Makro Indonesia, PT. Panen Lestari Internusa, PT.
In
A
Gelael Supermarket, PT. Tip Top Supermarket, PT. Akur
Pratama, dan lain-lain, juga tidak diperiksa dan
ah
lik
(Bukti P-60 / A102-A109). Padahal seharusnya dokumen dan
informasi tersebut digunakan oleh Termohon Keberatan dalam
am
ub
rangka menentukan pesaing dan pangsa pasar Pemohon
Keberatan. Karena dokumen dan informasi dari pelaku usaha
ep
ritel modern lain tidak diperiksa, maka Putusan Termohon
k
si
Seluruh hal di atas menunjukkan bahwa Termohon Keberatan
telah bertindak tidak adil karena Termohon Keberatan tidak
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 142
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
4.8, 4.10, dan 4.11 dalam Putusan Termohon Keberatan yang
R
terkait dengan bukti keterangan ahli Kurnia Toha, SH., LL.M,
si
Ph.D., Dr. Andi Fahmi Lubis, dan Dr. Arindra A. Zainal serta hasil
ne
ng
survey LPEM UI adalah tidak berdasar sama sekali.
2. Pertama, pendapat ahli Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D dan Dr. Andi
Fahmi Lubis yang diuraikan dalam forum seminar ilmiah bernilai
do
gu sebagai alat bukti yang sah berdasarkan ketentuan UU
Antimonopoli. Pasal 42 UU Antimonopoli menyatakan :
In
A
”Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi berupa :
d. Keterangan saksi,
ah
e. Keterangan ahli
lik
f. Surat dan atau dokumen
g. Petunjuk
am
ub
h. Keterangan pelaku usaha”.
3. Ketentuan Pasal 42 UU Antimonopoli ini jelas menyatakan bahwa
ep
salah satu alat bukti pemeriksaan adalah keterangan ahli. Tidak
k
si
berasal dari kutipan pendapat ilmiah yang diuraikan dalam forum
seminar ilmiah. Dengan demikian, butir 4.8 halaman 237 Putusan
ne
ng
do
gu
4. Selain itu, koran atau media massa yang mengutip pendapat ahli
dalam forum seminar ilmiah juga merupakan dokumen publik yang
telah secara resmi diajukan oleh Pemohon Keberatan dalam
In
A
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 143
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Indonesia (Bukti P-17). Oleh karena itu, Termohon Keberatan
R
seharusnya memperhatikan dengan seksama pendapat ahli ini.
si
6. Ketiga, pendapat doktor ahli ekonomi Dr. Arindra A Zainal dalam
ne
ng
perkara ini juga merupakan keterangan yang patut untuk
dipertimbangkan oleh Termohon Keberatan karena merupakan
bukti yang kuat dan valid. Dr. Arindra A Zainal merupakan ahli
do
gu ekonomi khususnya di bidang struktur pasar, sehingga ia
merupakan orang yang mempunyai kompetensi untuk memberikan
In
A
pendapat ahli dalam perkara ini.
7. Keempat, butir 5.29 halaman 257 Putusan Termohon Keberatan
ah
lik
didukung oleh alat bukti lainnya ini tidak benar karena dalam
kenyataannya hasil survey LPEM UI ini juga didukung oleh
am
ub
berbagai alat bukti lainnya baik yang diajukan oleh Pemohon
Keberatan atau bukti-bukti yang ada di dalam berkas Termohon
ep
Keberatan.
k
si
menunjukkan bahwa Pemohon Keberatan tidak melakukan
paksaan atau tekanan terhadap pemasok (Bukti P-38 / A60).
ne
ng
Selain itu, terdapat bukti lain yaitu data pertumbuhan jenis produk
dari AC Nielsen (Bukti P-39) dan contoh pemasok Pemohon
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 144
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sepatutnya Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar
R
Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4 dan menyatakan
si
bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli
ne
ng
dalam perkara a quo.
C.III PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
PUTUSAN TERSEBUT DIDASARKAN ATAS KETERANGAN DARI
do
gu PIHAK YANG TIDAK PUNYA KAPASITAS SEBAGAI SAKSI SERTA
PIHAK YANG MEMPUNYAI BENTURAN KEPENTINGAN
In
A
1. Kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat membatalkan amar
Putusan Termohon Keberatan butir 1, 3 dan 4 karena Putusan
ah
lik
tidak mempunyai kapasitas sebagai Saksi dan didasarkan atas
keterangan dari pihak yang mempunyai benturan kepentingan
am
ub
(conflict of interest).
2. Pasal 42 UU Antimonopoli menyatakan :
ep
”Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi berupa :
k
a. Keterangan saksi
ah
b. Keterangan ahli
R
si
c. Surat dan atau dokumen
d. Petunjuk
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 145
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bahwa ”penjelasan dari Pasal 171 HIR/RIB ini adalah bahwa
R
seorang saksi harus memberikan keterangan dari hal-hal yang ia l
si
ihat, dengar dan alami sendiri, dan bukanlah yang ia tahu dari
ne
ng
keterangan orang lain....” (Bukti P-61).
5. Pasal 1 angka 25 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (UU
No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana) menyatakan :
do
gu “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyelidikan, penuntutan, dan peradilan tentang
In
A
suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri”.
ah
lik
pihak yang dapat dikualifikasikan sebagai saksi adalah pihak yang
mendengar, melihat dan mengalami sendiri suatu peristiwa (bukan
am
ub
pihak yang hanya mendengar dari orang lain atau menyampaikan
sesuatu berdasarkan pendapatnya sendiri). Dengan demikian,
ep
pihak yang tidak memenuhi kualifikasi tersebut tidak dapat
k
si
6. Termohon Keberatan dalam mengeluarkan putusannya
mendasarkan pada keterangan-keterangan dari pihak-pihak : (i)
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-36/B9).
Ketua Umum AP3MI dalam butir 15 BAP tanggal 4 Mei 2009
ka
menyatakan :
ep
5 supplier Carrefour?
R
carrefour”
M
(Bukti P-37/B3)
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 146
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
7. Berdasarkan kutipan BAP di atas terbukti bahwa kedua pihak di
R
atas tidak mempunyai kapasitas sebagai saksi sehingga
si
keterangan-keterangan yang disampaikannya tidak mempunyai
ne
ng
nilai kesaksian. Namun demikian, termohon keberatan secara
keliru dan tidak cermat telah menggunakan keterangan-
keterangan dari kedua pihak itu sebagai dasar dalam
do
gu mengeluarkan putusannya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Putusan termohon keberatan telah didasarkan atas
In
A
keterangan dari pihak yang tidak mempunyai kapasitas sebagai
saksi. Keterangan-keterangan yang disampaikan oleh kedua pihak
ah
lik
8. Termohon keberatan juga mendasarkan Putusannya pada
keterangan dari pihak-pihak yang mempunyai benturan
am
ub
kepentingan, yaitu (i) Ketua Gabungan Elektronik (Gabel); (ii)
Koordinator Aliansi Pemasok dan (iii) Direktur Utama Ultra Jaya
ep
(Bukti P-62, P-15, P-63/B11, B2, dan B18). Ketiga pihak tersebut
k
si
sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi
mereka. Oleh karena itu, keterangan atau pendapat yang mereka
ne
ng
do
gu
lik
ub
yang sah dalam perkara ini adalah keterangan dari pelaku usaha,
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 147
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mendukung tuduhan-tuduhan termohon keberatan kepada
R
pemohon keberatan. Termohon keberatan sama sekali tidak
si
mempunyai niat untuk mencari kebenaran yang sesungguh-
ne
ng
sungguhnya dalam perkara ini. Termohon keberatan seharusnya
memeriksa seluruh atau sebagian besar pemasok Pemohon
Keberatan yang jumlahnya sangat banyak. Apabila Termohon
do
gu Keberatan memeriksa atau meminta keterangan dari seluruh
pemasok pemohon Keberatan dalam jumlah yang lebih banyak,
In
A
tentunya termohon keberatan akan memperoleh hasil yang
berbeda atau bertentangan dengan hal-hal yang disampaikan oleh
ah
lik
11. Hal ini terbukti karena berdasarkan survey LPEM Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia terhadap sekitar 500 pemasok
am
ub
Pemohon Keberatan ternyata hal-hal yang disampaikan oleh
pihak-pihak yang dipanggil oleh Termohon Keberatan tersebut
ep
berbeda atau bertentangan dengan keterangan atau pendapat
k
si
keberatan pada butir 5.28 halaman 257 yang menyatakan bahwa
seluruh pemasok akan mempunyai kehendak yang sama dengan
ne
ng
do
gu
12. Selain itu, berdasarkan hasil survey LPEM UI yang valid dan
representatif tersebut justru tuduhan-tuduhan yang disampaikan
oleh Termohon Keberatan kepada Pemohon Keberatan tidak
In
A
terbukti.
13. Lebih jauh, Termohon Keberatan dalam Putusannya juga
ah
lik
ub
(Bukti P-64/B16)
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 148
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Dengan demikian, keterangan-keterangan atau pendapat dari
R
Idqan Fahmi tersebut patut diragukan kebenaran, independensi
si
dan obyektifitasnya dalam perkara ini.
ne
ng
14. Berdasarkan dalil dan analisa di atas terbukti bahwa Putusan
Termohon Keberatan didasarkan atas keterangan atau pendapat
dari pihak-pihak yang tidak mempunyai nilai kesaksian, atau pihak-
do
gu pihak yang mempunyai benturan kepentingan bahkan dari pihak
yang tidak independen dan mempunyai hubungan tertentu dengan
In
A
Termohon Keberatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya Majelis
Hakim yang terhormat membatalkan amar Putusan Termohon
ah
lik
Keberatan tidak melanggar UU Antimonopoli.
C.IV PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
am
ub
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR ASAS PRADUGA TIDAK
BERSALAH DALAM PROSES PERKARA INI.
ep
1. Kami mohon Majelis Hakim Yang Termormat
k
si
(presumption of innocence) dalam pemeriksaan perkara ini.
2. Salah satu asas yang wajib dijunjung tinggi oleh
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 149
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
”Dalam proses pemeriksaan suatu perkara, maka penegak hukum
R
berkewajiban untuk tetap menjunjung tinggi prinsip praduga tidak
si
bersalah. Karena si terlapor dalam perkara Persaingan Usaha
ne
ng
adalah pihak yang belum dinyatakan bersalah, maka seyogyanya
pihak KPPU tidak banyak menyampaikan pernyataan-pernyataan
mengenai perkara yang sedang diperiksa....”.
do
gu (Bukti P-2)
5. Berdasarkan ketentuan dan pendapat ahli di atas,
In
A
Termohon Keberatan wajib menghormati dan memperlakukan
Pemohon Keberatan sebagai pihak yang tidak bersalah sampai
ah
lik
kekuatan hukum yang tetap. Oleh karena itu, Termohon keberatan
tidak boleh mengeluarkan berbagai pernyataan kepada publik
am
ub
terutama mengenai substansi perkara yang dapat menyudutkan
atau merugikan pemohon keberatan.
ep
6. Namun demikian, termohon keberatan dalam
k
si
pemohon keberatan telah melanggar UU Antimonopoli.
Pernyataan tersebut disampaikan bahkan sebelum Termohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-65)
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 150
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
7. Selain itu, selama proses pemeriksaan perkara Termohon
R
Keberatan juga sering mengeluarkan berbagai pernyataan kepada
si
publik yang merugikan dan menyudutkan pemohon keberatan.
ne
ng
Sebagai contoh, termohon keberatan dalam investor daily pada
tanggal 14 April 2009 menyatakan sebagai berikut :
”KPPU menilai, penyamaan persyaratan daging antara carrefour
do
gu dan Alfa Retailindo (Alfa) memberatkan pemasok”.
Selain itu, Ir. Dedie S. Martadisastra, SE., MM pada Koran Tempo
In
A
tanggal 15 Mei 2009 menyatakan :
“Pelanggaran Pasal 17 dan Pasal 25 dipicu oleh akuisisi....”
ah
lik
jelas bertentangan atau melanggar asas praduga tidak bersalah
yang seharusnya dijunjung tinggi oleh termohon keberatan. Hal ini
am
ub
sesuai dengan keterangan ahli Prof. Erman Rajagukguk,
SH.,LL.M.,Ph.D dalam pendapat hukumnya pada halaman 24
ep
yang menyatakan :
k
si
adil, jujur, transparan dan tidak memihak. Berdasarkan prinsip ini
pelaku usaha juga harus diberikan kesempatan untuk membela
ne
ng
do
gu
lik
ub
berikut :
ep
sedang ditangani”.
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 151
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam kode Etik KPPU. Hal ini karena secara langsung maupun
R
tidak langsung pernyataan-pernyataan tersebut akan
si
mempengaruhi Putusan Termohon Keberatan di kemudian hari.
ne
ng
Dalam kasus ini termohon keberatan justru secara sengaja
membentuk opini publik seolah-olah Pemohon Keberatan
melanggar UU Antimonopoli sekalipun proses perkara baru
do
gu dimulai atau sedang berjalan. Namun demikian, anehnya
termohon keberatan menghapuskan ketentuan yang penting
In
A
tersebut dalam kode etik yang baru berdasarkan Keputusan
Termohon Keberatan No. 22/KPPU/KEP/I/2009 tanggal 28 Januari
ah
lik
tidak mempunyai komitmen untuk menghormati atau menegakkan
asas praduga tidak bersalah.
am
ub
10. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H.,MLI pada artikel Investor
Daily berjudul “KPPU Perlu Kelengkapan Kode Etik” tanggal 15-16
ep
Agustus 2009 menyatakan :
k
si
publik mengenai dugaan atau tuduhan lembaga tersebut terhadap
pihak terlapor. Pernyataan-pernyataan tersebut bahkan
ne
ng
do
gu
bersalah”.
(Bukti P-66)
11.Kajian LKPU FH UI, dalam kajiannya yang disampaikan oleh
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 152
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
seharusnya dijunjung tinggi oleh KPPU. Pernyataan-pernyataan
R
atau informasi kepada publik tersebut seharusnya tidak dilakukan
si
karena secara langsung maupun tidak langsung dikhawatirkan
ne
ng
dapat mempengaruhi putusan KPPU di kemudian hari”.
(Bukti P-17).
12. Selain itu, ahli hukum Teddy Anggoro dari LKPU FH UI pada
do
gu harian Bisnis Indonesia tanggal 4 September 2009 menyatakan :
“Hal yang lebih penting lagi adalah pernyataan-pernyataan KPPU
In
A
tersebut cenderung untuk menciptakan opini publik seolah-olah
pelaku usaha tersebut telah benar-benar melanggar UU No. 5
ah
lik
masih berjalan. Padahal belum tentu dugaan pelanggaran yang
dituduhkan oleh KPPU kepada pelaku usaha terbukti”.
am
ub
Organ negara yang memiliki kewenangan yudisial (mengadili)
wajib melarang bagi pemeriksa dan pemutus perkara untuk
ep
berbicara kepada publik mengenai suatu perkara yang belum
k
si
(Bukti P-67).
13. Berdasarkan pendapat para ahli di atas terbukti bahwa Termohon
ne
ng
do
gu
lik
(Bukti P-2)
14. Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat
m
ub
process of law.
ah
ANTIMONOPOLI
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 153
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. Pada tanggal 6 Mei 2009 Termohon Keberatan mengeluarkan
R
surat No. 289/AK/KTP-PP/V/2009 yang pada pokoknya
si
memerintahkan kepada Pemohon Keberatan untuk melakukan
ne
ng
perubahan perilaku.
2. Surat Termohon Keberatan tersebut menyatakan :
”Disampaikan bentuk perubahan perilaku yang diperintahkan oleh
do
gu Tim Pemeriksa, adalah sebagai berikut :
1. Melepaskan seluruh kepemilikan PT. Carrefour
In
A
Indonesia atas saham Alfa Retailindo kepada pihak yang tidak
terafiliasi; dan
ah
lik
PT Carrefour Indonesia sehingga pendapatan dari syarat-
syarat perdagangan (trading terms) maksimal 15 % (lima belas
am
ub
persen) dan transaksi penjualan dari pemasok ke PT Carrefour
Indonesia. Syarat-syarat perdagangan dimaksud adalah
ep
syarat-syarat perdagangan sesuai dengan ketentuan
k
(Bukti P-68/A19)
R
si
Surat perintah perubahan perilaku yang dikeluarkan oleh
Termohon Keberatan pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini
ne
ng
do
gu
perilaku.
3. Tidak ada satupun ketentuan dalam UU Antimonopoli yang
menyatakan bahwa termohon keberatan mempunyai wewenang
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 154
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya
R
kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
si
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
ne
ng
persaingan usaha tidak sehat;
c. Melakukan penyelidikan dan atau
pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan
do
gu atau persiangan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh
In
A
komisi sebagai hasil penelitiannya;
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau
ah
lik
dan persaingan usaha tidak sehat.
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
am
ub
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang
ini;
ep
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi
k
si
g. Meminta bantuan penyidik atau menghadirkan
pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana
ne
ng
do
gu
undang ini;
i. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat,
ah
lik
ub
ng
Undang-undnag ini”.
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 155
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
6. Namun pada kenyataannya termohon keberatan telah
R
mengeluarkan perintah perubahan perilaku kepada pemohon
si
keberatan pada tahap pemeriksaan pendahuluan. Ini berarti
ne
ng
termohon keberatan telah melakukan tindakan di luar
kewenangannya sehingga melanggar ketentuan pasal 36 UU
Antimonopoli ini.
do
gu 7. Disamping itu, perintah perubahan perilaku tersebut bertentangan
dengan peraturan yang dibuat oleh Termohon Keberatan sendiri
In
A
yang secara tegas menyatakan bahwa perubahan perilaku
merupakan hak yang dimiliki oleh Pemohon Keberatan (bukan
ah
lik
Pasal 65 ayat (2) huruf g Peraturan Komisi No. 1 tahun 2006
menyatakan :
am
ub
”(2) dalam setiap tahapan pemeriksaan dan sidang majelis komisi,
terlapor berhak : g, mendapatkan kesempatan merubah perilaku di
ep
pemeriksaan pendahuluan”.
k
si
Pemohon Keberatan (bukan kewajiban).
8. Termohon keberatan juga telah mengakui hak dari pemohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
10. Selain itu, perintah perubahan perilaku ini bersifat prematur dan
melanggar asas praduga tak bersalah. Perintah ini bersifat
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 156
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Keberatan dalam perintah perubahan perilaku tersebut sudah
R
menuduh dan menyimpulkan bahwa Pemohon Keberatan
si
melakukan pelanggaran terhadap Ketentuan UU Antimonopoli
ne
ng
padahal masih dalam proses pemeriksaan dan belum terbukti
Pemohon Keberatan bersalah. Oleh karena itu Perintah Termohon
Keberatan ini tidak sesuai atau bertentangan dengan asas
do
gu praduga tak bersalah.
11. Berdasarkan hal di atas terbukti bahwa Termohon Keberatan
In
A
melanggar Pasal 36 UU Antimonopoli. Oleh karena itu, kami
mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk membatalkan
ah
lik
menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli.
am
ub
C.VI PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
TERMOHON KEBERATAN MELANGGAR PASAL 39 AYAT (1) DAN
ep
PASAL 43 AYAT (1), (2) DAN (3) UU ANTIMONOPOLI TENTANG
k
si
pemeriksaan yang diatur dalam UU Antimonopoli karena jangka
waktu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Termohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 157
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Carrefour telah melanggar Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999
R
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
si
Sehat”.
ne
ng
(Bukti P-69).
4. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (1) UU Antimonopoli di
atas :
do
gu a. Termohon keberatan wajib untuk
melakukan Pemeriksaan Pendahuluan segera setelah
In
A
menerima laporan; dan
b. Pemeriksaan Pendahuluan tersebut
ah
lik
Termohon Keberatan menerima laporan; dan
c. Termohon Keberatan wajib menetapkan
am
ub
perlu atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Lanjutan selambat-
lambatnya 30 hari setelah menerima laporan.
ep
5. Sesuai dengan ketentuan tersebut, Termohon Keberatan
k
si
terhitung sejak 11 September 2008 dan berakhir pada tanggal
10 Oktober 2008.
ne
ng
do
gu
lik
ub
menetapkan
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 158
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
56/KPPU/PEN/V/2009 tanggal 14 Mei 2009. Hal ini menunjukkan
R
bahwa jangka waktu proses penetapan Pemeriksaan Lanjutan
si
yang dilakukan oleh Termohon Keberatan telah melampui jangka
ne
ng
waktu yang seharusnya yaitu selama 216 hari. Dengan demikian,
terbukti bahwa Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 39
ayat (1) UU Antimonopoli.
do
gu 9. Selanjutnya, Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU Antimonopoli
menyatakan :
In
A
(1) Komisi wajib menyelesaikan Pemeriksaan Lanjutan selambat-
lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak dilakukan Pemeriksaan
ah
lik
(2) Bilamana diperlukan, jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang
am
ub
paling lama 30 (tiga puluh) hari”.
10. Pasal 43 ayat (1) UU Antimonopoli di atas mengatur bahwa
ep
Pemeriksaan Lanjutan dharus diselesaikan dalam jangka waktu 60
k
si
2008.
11. Namun demikian, Termohon Keberatan baru melakukan
ne
ng
do
gu
lik
ub
2009.
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 159
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
KPPU No. 185/KKPU/KEP/VIII/2009 tanggal 11 Agustus 2009. Hal
R
ini menunjukkan bahwa Termohon Keberatan telah melampaui
si
jangka waktu pemeriksaan yang diatur dalam UU Antimonopoli
ne
ng
yaitu terlambat selama 263 hari. Dengan demikian, terbukti bahwa
Termohon Keberatan telah melanggar Pasal 43 ayat (2) UU
Antimonopoli.
do
gu 14. Lebih lanjut, Pasal 43 ayat (3) UU Antimonopoli menyatakan
sebagai berikut :
In
A
“(3) Komisi wajib memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi
pelanggaran terhadap Undang-undang ini selambat-lambatnya 30
ah
lik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2).”
15. Berdasarkan Pasal 43 ayat (3) UU Antimonopoli di atas,
am
ub
Termohon Keberatan wajib memutuskan apakah terdapat
pelanggaran terhadap UU Antimonopoli atau tidak dalam jangka
ep
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Pemeriksaan Lanjutan atau
k
si
paling lambat tanggal 7 Februari 2009.
16. Namun, faktanya Termohon Keberatan baru mengeluarkan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 160
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Laporan Diterima
R
10 September 10 September
si
2008 2008
ne
201 hari
ng
Pemeriksaan 30
244 hari Pendahuluan Dimulai hari
31 Maret 2009 11 September
2008
do
gu 43 hari
Pemeriksaan
In
Pendahuluan Berakhir
A
12 Mei 2009 10 Oktober 2008
ah
lik
Pemeriksaan
14 Mei 2009 Lanjutan Dimulai 11 Oktober 2008
am
ub
89 hari 60 hari
Pemeriksaan
10 Agustus 2009 Lanjutan Berakhir 9 Desember 2008
ep
k
ah
si
Perpanjangan Pemeriksaan
11 Agustus 2009 Lanjutan Dimulai 10 Desember
ne
ng
2008
49 hari 30 hari
do
gu
Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan Berakhir
28 September 8 Januari 2009
In
2009
A
39 hari
30 hari
ah
lik
Putusan
6 November 7 Februari 2009
2009
m
ub
18. Dari bukti dan fakta di atas, jelas bahwa proses pemeriksaan
ka
Antimonopoli, yaitu :
R
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 161
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
- Pada penetapan Pemeriksaan Lanjutan, Termohon Keberatan
R
telah melampaui jangka waktu selama 216 hari;
si
- Pada proses Pemeriksaan Lanjutan, Termohon Keberatan telah
ne
ng
melampaui jangka waktu selama 244 hari;
- Pada proses perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Termohon
Keberatan telah melampaui jangka waktu selama 263 hari;
do
gu - Pada proses memutuskan apakah ada pelanggaran terhadap
UU Antimonopoli atau tidak (Putusan), Termohon Keberatan
In
A
telah melampuai jangka waktu selama 271 hari.
19. Apabila Termohon Keberatan mendasarkan proses
ah
lik
didalamnya terdapat tambahan beberapa proses yang
bertentangan dengan UU Antimonopoli yaitu proses penelitian dan
am
ub
klarifikasi laporan, pemberkasan, serta gelar laporan, maka
Termohon Keberatan telah menggunakan dasar hukum yang
ep
salah. Berdasarkan tata urutan hirarki peraturan perundang-
k
si
terdapat pertentangan antara kedua peraturan tersebut maka
berdasarkan asas perundang-undangan “Lex Superior Derogat
ne
ng
do
gu
lik
ub
(Bukti P-70)
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 162
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sejak diterimanya laporan hingga Putusan) pada perkara aquo.
R
Oleh karena itu, kami mohon Majelis Hakim Yang Terhormat untuk
si
membatalkan amar Putusan Termohon Keberatan butir 1,3 dan 4
ne
ng
dan menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
Antimonopoli.
C. VII PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN PATUT DIBATALKAN KARENA
do
gu PUTUSAN TERMOHON KEBERATAN DIKELUARKAN OLEH
MAJELIS KOMISI YANG MEMPUNYAI BENTURAN KEPENTINGAN
In
A
DAN TIDAK ADIL
1. Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2006 menyatakan
ah
bahwa :
lik
”Pasal 53
(1) Pada Sidang pertama Majelis Komisi memberikan kesempatan
am
ub
kepada Terlapor untuk menyampaikan pendapat atau
pembelaannya terkait dengan dugaan pelanggaran yang
ep
dituduhkan;
k
Pasal 54
ah
si
pelanggaran berdasarkan penilaian Hasil Pemeriksaan
Lanjutan dan seluruh surat dan/atau dokumen atau alat bukti
ne
ng
do
gu
lik
ub
mengeluarkan Putusan.
3. Dengan demikian, seluruh atau mayoritas
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 163
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
4. Akan tetapi, dalam perkara ini Termohon
R
Keberatan berlaku tidak adil terhadap Pemohon Keberatan karena
si
menetapkan susunan Majelis Komisi yang hampir semua
ne
ng
anggotanya mempunyai benturan kepentingan dalam perkara ini,
yaitu :
(i) Ir. Dedie S. Martadisastra,
do
gu S.E.,M.M.;
(ii) Prof. Dr. Ir. Tresna P.
In
A
Soemardi, S.E.,M.S.;
(iii) Dr. A.M. Tri Anggraini,
ah
S.H.,M.H; dan
lik
(iv) Benny Pasaribu, Ph.D.
5. Pertama, benturan kepentingan tersebut
am
ub
disebabkan kedudukan Ir. Dedie S. Martadisastra, S.E.,M.M., Prof.
Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S, dan Dr. A.M.Tri Anggraini,
ep
S.H., M.H sebagai Ketua dan anggota Majelis Komisi. Padahal
k
si
mengeluarkan LHPP dan LHPL, seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.
ne
ng
Tabel 4
do
gu
lik
ub
Anggota Ir. H. Tadjuddin Noer Said Prof. Dr. Ir. Tresna P. Prof. Dr. Ir. Tresna P.
Soemardi, S.E.,M.S Soemardi, S.E.,M.S
ka
Anggota Dr. Sukarmi, S.H.,M.H. Dr. A.M. Tri Anggraini, Dr. A.M. Tri Anggraini,
ep
S.H.,M.H S.H.,M.H
Anggota Didik Akhmadi, Erwin Syahril, S.H.
ah
Ak.,M.Com
Anggota Dr. Sukarmi, S.H.,M.H. Prof. Dr. Ir. H. Ahmad
es
M
Ramadhan Siregar,
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 164
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
M.S.
si
Keterangan :
*) Keputusan KPPU No. 91/KPPU/KEP/III/2009 tanggal 31 Maret 2009
ne
ng
(Bukti P-71/A1).
**) Keputusan KPPU No. 119/KPPU/KEP/V/2009 tanggal 14 Mei 2009 (Bukti
do
gu P-72/A24).
***) Keputusan KPPU No. 222/KPPU/KEP/IX/2009 tanggal 28 September 2009
In
(Bukti P-73/A125).
A
6. Berdasarkan tabel di atas terdapat fakta benturan
kepentingan sebagai berikut :
ah
lik
a. Ir. Dedie S. Martadisastra, S.E., M.M yang
sekarang menjadi Ketua Majelis Komisi, sebelumnya adalah
am
ub
Ketua Tim Pemeriksa pada Pemeriksaan Pendahuluan yang
mengeluarkan LHPP dan juga Ketua Tim Pemeriksa pada
Pemeriksaan Lanjutan yang mengeluarkan LHPL yang
ep
k
si
pihak yang paling bertanggung jawab atas LHPP dan LHPL
tersebut sehingga sangat berkepentingan untuk
ne
ng
do
melanggar UU Antimonopoli, walaupun kesimpulan di LHPP
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 165
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang menuduh bahwa Pemohon Keberatan melanggar UU
R
Antimonopoli. Dengan demikian, ia juga merupakan pihak yang
si
mempunyai benturan kepentingan untuk mempertahankan atau
ne
ng
memperkuat LHPL dalam mengeluarkan Putusannya,
walaupun kesimpulan di LHPP dan LHPL tersebut terbukti
salah.
do
gu 7. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan
bahwa ketua dan mayoritas anggota Majelis Komisi (3 dari 5
In
A
anggota Majelis Komisi) dalam perkara ini adalah anggota
Termohon Keberatan yang mempunyai kepentingan atau berpihak
ah
lik
dalam Putusan Termohon Keberatan.
8. Kedua, keadaan benturan kepentingan ketiga
am
ub
komisioner di atas diperburuk dengan penggantian anggota
Majelis Komisi Erwin Syahril. S.H. denan Benny Pasaribu, Ph.D.
ep
Penggantian ini dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa
k
si
press release yang dikeluarkan oleh Termohon Keberatan pada
saat pembacaan Putusan Termohon Keberatan.
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
pemasok”.
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 166
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Selain itu dalam Harian Bisnis Indonesia tanggal 31 Maret 2009
R
dengan judul “KPPU Tangani 260 Kasus”, Benny Pasaribu, Ph.D
si
kembali menyatakan :
ne
ng
“Carrefour selain mengambil keuntungan dari jual beli juga
mendapatkan keuntungan dari menjual space yang cukup besar”.
11. Selain itu, penggantian anggota Majelis Komisi ini
do
gu menunjukkan ketidakadilan Termohon Keberatan terhadap
Pemohon Keberatan karena dengan penggantian anggota Majelis
In
A
pada tanggal 3 November 2009 (yaitu pada tanggal yang sama
dengan tanggal pembacaan Putusan Termohon Keberatan) maka
ah
lik
memahami pembelaan Pemohon Keberatan yang disampaikan di
hadapan Majelis Komisi pada tanggal 13 Oktober 2009.
am
ub
Selanjutnya, jika anggota Majelis Komisi tersebut berniat untuk
mempelajari berkas perkara termasuk pembelaan Pemohon
ep
Keberatan maka sudah tentu merupakan hal yang tidak mungkin
k
si
jumlahnya. Oleh karena itu, anggota Majelis Komisi tersebut sudah
jelas tidak akan menilai Pembelaan Pemohon Keberatan dan tetap
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 167
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dan menyatakan bahwa Pemohon Keberatan tidak melanggar UU
R
Antimonopoli.
si
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas para Pemohon Keberatan
ne
ng
mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar memberikan putusan
sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Keberatan yang
do
gu diajukan oleh Pemohon Keberatan;
2. Membatalkan seluruh Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
In
A
No. 09/KPPU-L/2009 tanggal 3 November 2009 atau menyatakan Putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 09/KPPU-L/2009 tanggal 3
ah
lik
dilaksanakan terhadap Pemohon Keberatan;
MENGADILI SENDIRI :
am
ub
1. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak melanggar Undang-undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
ep
Usaha Tidak Sehat;
k
si
Pengawas Persaingan Usaha atau Termohon Keberatan untuk membayar
seluruh biaya perkara.
ne
ng
do
gu
lik
terbukti melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 ;
m
ub
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 17 Februari
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 168
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 1 Maret 2010 sebagaimana
R
ternyata dari Akta Pernyataan Permohonan Kasasi No. 1598/Pdt.G/2010/PN.
si
JKT.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
ne
ng
permohonan mana diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12
Maret 2010 ;
do
gu bahwa setelah itu oleh Pemohon Keberatan yang pada tanggal tanggal
26 Maret 2010 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Termohon Keberatan
In
A
diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 7 April 2010 ;
ah
lik
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka
am
ub
oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon
ep
Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
k
si
UU No.5 Tahun 1999, yang berbunyi sebagai berikut:
"Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri
ne
ng
do
gu
Republik Indonesia".
2. Bahwa ketentuan Pasal 4 ayat (2)
Peraturan Mahkamah Agung No.3
In
A
lik
ub
Pasal 45 ayat (3) UU No.5 Tahun 1999 jo. Pasal 4 ayat (2) Perma
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 169
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dengan prosedur perkara perdata. Dengan demikian Pemohon Kasasi
R
mengacu pada Pasal 46 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun
si
2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985
ne
ng
ten tang Mahkamah Agung ("UUMA"), yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
"(1) Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara
do
gu tertulis atau lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama
yang telah memutus perkaranya, dalam tenggang waktu 14
In
A
(empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan
yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon".
ah
lik
46 ayat (1) UUMA, maka Pemohon Kasasi diberikan waktu 14 (empat
belas) hari untuk menyampaikan permohonan kasasi sesuai dengan
am
ub
prosedur pendaftaran perkara perdata melalui Panitera Pengadilan
Tingkat Pertama yang telah memutus perkara, sesudah putusan atau
ep
penetapan Pengadilan diberitahukan kepada Pemohon Kasasi. Dalam
k
si
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1598/Pdt.G/
2009 /PN.Jkt.Sel.;
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 170
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
mohon agar Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi dapat
R
menerima permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi;
si
7. Selanjutnya ketentuan Pasal 47 ayat
ne
ng
(1) UUMA, yang berbunyi sebagai berikut:
"(1) Dalam pengajuan permohonan kasasi pemohon wajib
menyampaikan pula memori kasasi yang memuat alasan-
do
gu alasannya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku daftar".
In
A
8. Berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) UUMA, Pemohon Kasasi
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan kasasi dicatat
ah
lik
Memori Kasasi;
9. Dalam hal ini Pemohon Kasasi telah menyatakan permohonan kasasi
am
ub
pada tanggal 1 Maret 2010, se1anjutnya Pemohon Kasasi telah
menyampaikan Memori Kasasi melalui Kepaniteraan Pengadilan
ep
Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12 Maret 2010, dengan demikian
k
ah
si
Kasasi masih dalam tenggang waktu yang diperbolehkan untuk itu
dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena
ne
ng
itu, kami mohon agar Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi
dapat mempertimbangkan alasan-alasan atau dalil-dalil yang
do
gu
berikut:
"(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan
ah
lik
ub
hukum yang
ah
berlaku;
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 171
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bersangkutan".
R
2. Sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUMA a quo,
si
Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan atau penetapan
ne
ng
pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan dengan
alasan-alasan sebagaimana tertuang dalam Pasal 30 ayat (1) UUMA
a quo. Dalam hal ini Pemohon Kasasi sangat tidak sependapat
do
gu dengan pertimbangan serta penerapan hukum yang dilakukan oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (Judex Facti) dalam memberikan
In
A
putusan, dimana menurut Pemohon Kasasi, Putusan Pengadilan
Negeri telah salah atau keliru dalam menerapkan hukum yang berlaku
ah
lik
KPPU, berkas perkara dan penjelasan dari Pemohon Kasasi secara
cermat dan seksama;
am
ub
3. Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemohon Kasasi mengajukan
permohonan kasasi ini dengan alasan yuridis bahwa Putusan
ep
Pengadilan Negeri telah salah dalam menerapkan atau melanggar
k
si
menangani perkara a quo untuk mempertimbangkan dalil-dalil yang
terdapat dalam Memori Penjelasan Keberatan, yang berlaku mutatis
ne
ng
do
gu
lik
ub
Ayat (1) dan (2) serta Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999. Adapun
ep
I. PENDAHULUAN
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 172
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
C. Pangsa Pasar Termohon Kasasi
R
D. Dampak Penguasaan Pasar Termohon Kasasi
si
E. Termohon Kasasi Melanggar UU No.5 Tahun 1999
ne
ng
F. Termohon Kasasi Pernah Melanggar UU No. 5 Tahun 1999 Sebelum
Perkara a quo
III. POKOK-POKOK MEMORI KASASI
do
gu A. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Melanggar
Ketentuan Pasal 5 UU No.4 Tahun 2004 ;
In
A
B. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999 ;
ah
lik
dalam Menentukan Parameter "Jenis Barang yang Dijual oleh Pelaku
Usaha Apabila Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang yang Dijual
am
ub
maka dapat Dipastikan bahwa Para Pelaku Usaha Tersebut Berada
dalam Pasar Bersangkutan yang Sama";
ep
B.2. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah
k
si
yang Sama serta Mempunyai Strategi Marketing yang Hampir Sama
Satu Sama Lain";
ne
ng
do
gu
Tahun 1999;
B.5. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah
ah
lik
ub
Tahun 1999.
C. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
ka
Lainnya;
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 173
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
C.3. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
R
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999;
si
C.4 Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam Menerapkan
ne
ng
Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999.
D. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999
do
gu E. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999 ;
In
A
Sebelum Pemohon Kasasi menguraikan Pokok-pokok Memori Kasasi,
perkenankan kami menyampaikan terlebih dahulu ten tang Uraian Singkat
ah
lik
II. URAIAN SINGKAT PUTUSAN KPPU NO. 09/KPPU-L/2009
A. LATAR BELAKANG PERKARA
am
ub
Bahwa Perkara ini bermula dari laporan masyarakat terkait dugaan
monopoli Termohon Kasasi melalui tindakan akuisisi terhadap PT Alfa
ep
Retailindo, Tbk. ("Alfa") yang dilakukan pada bulan Januari 2008. Setelah
k
si
terhadap Alfa sebagai perkara persaingan dan memulai proses pemeriksaan.
B. DEFINISI PASAR BERSANGKUTAN TERMOHON KASASI
ne
ng
do
gu
lik
yang dapat ditampung, sebaran gerai, kenyamanan dan nilai rekreasi yang
diperoleh pengunjung. Selain berdasarkan perbedaan karakteristik jasa ritel
m
ub
tersebut, juga terdapat perbedaan jumlah dan besaran trading terms antara
minimarket dengan hypermarket dan supermarket.
ka
upstream adalah seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
ah
halangan bagi para pemasok untuk memasok secara nasional, promosi barang
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 174
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
hypermarket dan supermarket dengan radius 4 Km di DKI Jakarta dan 5 Km di
R
luar DKI Jakarta. Dalam survei yang telah dilakukan oleh MARS sebagaimana
si
tersebut dalam LHPL, diperoleh hasil yang konsisten, yaitu pada kolom
ne
ng
perceptual mapping dimana hypermarket dan supermarket berada dalam satu
kuadran yang sama, sedangkan pasar tradisional dan minimarket masing-
masing berada pada kuadran yang berbeda. Bukti lain yang mendukung bahwa
do
gu tidak masuknya minimarket dalam pasar bersangkutan adalah bukti cross-
shopping antar format dari konsumen.
In
A
ah
lik
am
ub
ep
k
si
pasar besar (tempat belanja utarna konsumen) cenderung banyak melakukan
cross shopping ke format yang lebih kecil (tempat belanja tarnbahan)
ne
ng
do
gu
lik
ub
untuk wilayah di luar DKI Jakarta. Pembagian wilayah ini harus dilakukan
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 175
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Kupang Surabaya.
R
Hasil studi Tim Pemeriksa yang melibatkan pihak ketiga menyimpulkan
si
bahwa jangkauan radius pasar geografis Termohon Kasasi adalah sejauh 4 km
ne
ng
untuk wilayah DKI Jakarta dan 5 km di luar wilayah DKI Jakarta yang dihitung
dari temp at dimana Termohon Kasasi memiliki gerai. Perhitungan radius
geografis tersebut dimulai dari titik gerai Carrefour Ex Alfa dengan dasar
do
gu pertimbangan bahwa perilaku anti persaingan yang dituduhkan kepada
Termohon Kasasi adalah akibat dari akuisisi Alfa oleh Termohon Kasasi.
In
A
Analisis kemudian dilakukan pada wilayah yang mengalami peru bahan struktur
pasar yaitu dimana gerai Alfa dan Termohon Kasasi secara bersama-sama
ah
berada dalam radius 4 km (empat kilometer) untuk wilayah DKI Jakarta dan 5
lik
km (lima kilometer) untuk wilayah di luar DKI Jakarta.
C. PANGSA PASAR TERMOHON KASASI
am
ub
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama proses pemeriksaan,
pangsa pasar Termohon Kasasi diketahui meningkat menjadi sebesar
ep
SV9% (2008) pasca akuisisi Alfa yang sebelumnya sebesar 46,30% (2007)
k
si
pasar" dan
"posisi dominan", Secara lengkap pendapatan dari pasar upstream adalah
ne
ng
sebagai berikut:
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 176
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
MARKET SHARE UPSTREAM HYPERMARKET DAN SUPERMARKET
DI INDONESIA TAHUN 2005-2008
si
NAMA PERITEL 2005 2006 2007 2008
MATAHARI 22.53% 22.49% 21.14% 18.58%
ne
ng
CARREFOUR
INDONESIA 32.49% 40.82% 46.30% 57.99%
RAMAYANA 16.46% 10.13% 9.52% 8.61%
do
gu HERO
ALFA
15.82% 18.45% 16.40% 13.03%
In
A
YOGYA 0.31% 0.21% 0.23% 0.29%
LION
SUPERINDO 3.19% 1.79% 1.62% 1.51%
ah
lik
TOTAL 100% 100% 100% 100%
ub
dianggap melakukan penguasaan antara lain apabila memiliki pangsa pasar
lebih dari 50%
ep
Pasal 25 Ayat (2) UU No 5 Tahun 1999 menyatakan pelaku usaha
k
dianggap memiliki posisi dominan antara lain apabila memiliki pangsa pasar
ah
si
D. DAMPAK PENGUASAAN PASAR TERMOHON KASASI
Selanjutnya hasil pemeriksaan menunjukkan, penguasaan pasar dan
ne
ng
do
gu
Selain itu ditemukan juga bukti bahwa pemasok Alfa dipaksa untuk
memasok Termohon Kasasi pasca akuisisi. Pemasok tidak berdaya untuk
ah
lik
ub
Kasasi cukup signifikan sehingga pemasok mau tidak mau mengikuti seluruh
kemauan Termohon Kasasi meskipun potongan trading terms sudah semakin
ka
memberatkan pemasok.
ep
Oleh karena itu, Majelis Komisi menilai telah terdapat bukti yang sah dan
R
meyakinkan bahwa Termohon Kasasi melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan Pasal
es
25 Ayat (1) Huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999. Ketentuan Pasal 17 Ayat (1) dan
M
ng
Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 dapat kami kutip sebagai
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 177
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
berikut:
R
• Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999
si
"(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
ne
ng
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat".
• Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999
do
gu "(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan POSlSl dominan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk:
In
A
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan
tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen
ah
lik
memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi
harga maupun kualitas”.
dan kemudian Majelis Komisi memutus pada tanggal 3 November 2009, yang
am
ub
pada amarnya dapat kami kutip sebagai berikut:
MEMUTUSKAN
ep
1. Menyatakan bahwa PT Carrefour
k
dan meyakinkan melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a
R
si
UU No 5 Tahun 1999;
2. Menyatakan bahwa PT Carrefour
ne
ng
do
gu
3. Memerintahkan PT Carrefour
Indonesia untuk melepaskan seluruh kepemilikannya di PT Alfa Retailindo,
In
Tbk kepada pihak yang tidak
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 178
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Disamping itu, perlu kami sampaikan kepada Yang Terhormat Majelis
R
Hakim Agung Kasasi, bahwa berkaitan dengan perilaku Termohon Kasasi
si
terhadap pemasok, pada tahun 2005, Termohon Kasasi juga pernah diputus
ne
ng
bersalah melalui Putusan KPPU Nomor: 02/KPPU-L/2005 berkaitan dengan
trading terms "minus margin" yang diterapkan terhadap pemasok.
Putusan ini juga telah dikuatkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
do
gu melalui Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
03/Pdt.KPPU/2005/PN.Jkt.Sel tanggal 15 November 2005 serta dikuatkan juga
In
A
oleh Mahkamah Agung melalui Putusan Mahkamah Agung No. 0IK/KPPU/2006
tanggal 18 Januari 2007.
ah
Putusan tersebut saat ini telah berkekuatan hukum tetap dan Termohon
lik
Kasasi yang pada saat itu juga menjadi Terlapor, telah melaksanakan Isi
Putusan Mahkamah Agung a quo dengan melakukan pembayaran denda
am
ub
sejumlah Rp. 1.500.000.000,-.
Berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi Pemohon Kasasi sudah tepat
ep
dan benar untuk menghukum Termohon Kasasi membayar denda sebesar
k
Retailindo, Tbk kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan Termohon Kasasi,
R
si
mengingat perilaku Termohon Kasasi merupakan pengulangan pelanggaran
terhadap UU No.5 Tahun 1999.
ne
ng
do
gu
lik
ub
2004");
2. Bahwa Pasal 5 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004, yang berbunyi sebagai
ka
ep
berikut:
ah
bedakan orang".
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 179
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
asas audi et alteram partem karena tidak memeriksa, meneliti dan
R
mempertimbangkan Putusan KPPU, berkas perkara dan Memori
si
Penjelasan Keberatan dari Pemohon Kasasi seluruhnya;
ne
ng
4. Bahwa Pengadilan Negeri dalam beberapa pertimbangan hukumnya
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
Ad. 1. Jenis Barang Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Apabila
do
gu Terdapat Kesamaan atau Substitusi Barang Yang
Dijual Maka Dapat Dipastikan Bahwa Para Pelaku
In
A
Usaha Tersebut Berada Dalam. Pasar Bersangkutan
Yang Sama
ah
lik
dijual oleh Pemohon juga dijual oleh toko-toko modern (Ritel
modern) lainnya baik yang berbentuk mini market,
am
ub
supermarket, departement store, hypermarket lain dan
grosir. Artinya terdapat kesamaan antara barang yang
ep
dijual oleh Pemohon dengan peritel modern lainnya,
k
si
yang sama. (vide Bukti P. 13 dan Bukti P.14/C.162),
Berdasarkan bukti tersebut (dimana bukti tersebut juga
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 180
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Menimbang, bahwa dalam perkara ini masing-masing toko
R
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket,
si
departement store, grosir dan minimarket). Kelima jenis toko
ne
ng
modern tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu
antara lain mempunyai sistim pelayanan mandiri, menjual
berbagai barang secara eceran, konsumen tidak dapat
do
gu menawar harga barang yang hendak dibeli, terdapat label
harga khusus pada barang yang dijual, dan semua barang
In
A
yang dijual dipajang (display). Disamping itu semua toko
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket,
ah
lik
pemasaran barang yang sama yaitu membeli barang dari
pemasok .untuk selanjutnya dijual kembali secara eceran
am
ub
kepada konsumen akhir atau pengguna. Dalam interaksi
antara peritel dan pemasok dibuat berbagai persyaratan
ep
perdagangan (trading terms) sesuai dengan ketentuan
k
si
Pengadilan Negeri halaman 317).
"Ad. 3. Perspektif Perilaku Konsumen
ne
ng
do
gu
lik
ub
halaman 318).
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 181
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sebesar 5,8% (tahun 2008) (Bukti P. 4.). Sedangkan berdasarkan
R
Euromonitor yang terdapat dalam putusan Termohon keberatan
si
pangsa pasar Pemohon Keberatan sebesar 19,63% (tahun 2008)."
ne
ng
(Paragraf keempat bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 319).
5. Dalam pertimbangan hukumnya, telah jelas bahwa
do
gu Pengadilan Negeri
dalam mengadili perkara keberatan a quo tidak memeriksa, meneliti
In
A
dan mempertimbangkan Putusan KPPU, berkas perkara dan Memori
Penjelasan Keberatan dari Pemohon Kasasi secara keseluruhan
ah
lik
a. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir
Ad.l. di atas menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri hanya
am
ub
memeriksa bukti-bukti dari Termohon Kasasi yaitu P.13-P.15 dan
2 (dua) bukti dari berkas perkara Pemohon Kasasi yaitu B.2 dan
ep
C.162. Padahal dalam butir 1.2.2.2. Putusan KPPU halaman 42-
k
si
selain itu Termohon Kasasi dalam butir B.2.1.2. dan B.2.1.3.
Memori Penjelasan Keberatan halaman 111-119 juga telah
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 182
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
butir B.2. Pokok-pokok Memori Kasasi;
R
c. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir
si
Ad.3. di atas menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri hanya
ne
ng
memeriksa dan mempertimbangkan bukti dari Termohon Kasasi
yaitu P.19 dan P.20 serta 1 (satu) berkas perkara Pemohon
Kasasi yaitu C.181. Padahal dalam butir 31-34 Putusan KPPU
do
gu halaman 50-51, butir 1.1. Putusan KPPU halaman 40-62, butir
B.2.1.4. Memori Penjelasan Keberatan halaman 119-122, serta
In
A
berkas perkara Pemohon Kasasi bukti B 15, B 16, C 111 dan C
114 telah dijelaskan tentang perspektif perilaku konsumen. Namun
ah
lik
penjelasan dari Pemohon Kasasi a quo. Untuk lebih lengkapnya
Pemohon Kasasi jelaskan dalam butir B.3. Pokok-pokok Memori
am
ub
Kasasi;
d. Terkait dengan pertimbangan hukum
ep
Pengadilan Negeri yang
k
si
(1) UU No. 4 Tahun 2004, Pengadilan Negeri seharusnya juga
mempertimbangkan dan memperhatikan kajian dari Pemohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
1999
B.1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri. Patut Dibatalkan karena Salah
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 183
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dibatalkan karena salah
R
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Jenis
si
Barang yang Dijual oleh Pelaku Usaha apabila Terdapat Kesamaan
ne
ng
atau Substitusi Barang yang Dijual maka dapat Dipastikan bahwa
Para Pelaku Usaha Tersebut Berada dalam Pasar Bersangkutan
yang Sama", sebagaimana pertimbangan hukum a quo tertuang
do
gu dalam paragraf 1 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 317, yang dapat kami kutip sebagai
In
A
berikut:
Ad. 1. Jenis Barang Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Apabila
ah
lik
Dijual Maka Dapat Dipastikan Bahwa Para Pelaku
Usaha Tersebut Berada Dalam Pasar Bersangkutan
am
ub
Yang Sama
Menimbang, bahwa secara umum barang-barang yang
ep
dijual oleh Pemohon juga dijual oleh toko-toko modern (Ritel
k
si
grosir. Artinya terdapat kesamaan antara barang yang
dijual oleh Pemohon dengan peritel modern lainnya,
ne
ng
do
gu
lik
ub
modern lainnya."
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 184
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Pengadilan Negeri tidak
R
mempertimbangkan penjelasan dan berkas-berkas perkara dari
si
Pemohon Kasasi secara keseluruhan, Pengadilan Negeri hanya
ne
ng
mempertimbangkan argumentasi atau dalil-dalil Termohon Kasasi;
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi
tidak sependapat dengan
do
gu pertimbangan hukum dari Pengadilan Negeri a quo. Dalam
pertimbangannya Pengadilan Negeri mengatakan bahwa
In
A
hypermarket, supermarket, minimarket, department store, toko
modern spesialis dan grosir berada pada satu pasar bersangkutan
ah
yang sama karena barang yang dijual adalah sama. Hal tersebut
lik
adalah tidak tepat dan salah, karena barang yang dijual di
hypermarket dan supermarket tidak semuanya dijual di minimarket,
am
ub
department store, toko modern specialis maupun grosir. Sebagai
contoh, karni berikan daftar barang yang dijual Termohon Kasasi
ep
(hypermarket) yang tidak dijual di minimarket (Putusan KPPU
k
a. Sayur
R
si
b. Daging
c. Alat Kebersihan Rumah
ne
ng
do
gu
f. Koper
g. Pakaian
h. Perlengkapan Bayi
In
A
lik
k. TV
l. Camera
m
ub
m. Hi Fi
n. Computer
ka
o. Acesoris
ep
p. Handphone
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 185
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Perkara Putusan KPPU halaman 42-43, yang dapat kami kutip
R
sebagai berikut:
si
"1.2.2.2 Bahwa berdasarkan karakter pasar modern yang
ne
ng
diuraikan di atas,pasar modern dapat dikelompokan
menjadi minimarket, supermarket dan hypermarket. Masing-
masing bentuk pasar modern tersebut memiliki ciri-ciri
do
gu sebagai berikut:
4.2.2.2.1 Minimarket, memiliki ciri-ciri
In
A
sebagai berikut:
a. Jenis komoditi
ah
lik
barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-
hari seperti produk makanan dan minuman dalam
am
ub
kemasan yang siap saji;
b. kegiatan penjualan
ep
dilakukan secara eceran dan cara pelayanan
k
si
lain (kereta dorong yang telah disediakan);
c. luas lantai
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 186
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dorong yang telah disediakan);
R
c. harga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara
si
jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat
ne
ng
tertentu yang mudah terlihat oleh konsumen;
d. luas lantai usahanya maksimal 4.000 m2;
e. jumlah item produk yang dijual antara 10.000-18.000 item
do
gu produk (70% barang ritel dan 30% fresh product);
f. memiliki cash register lebih dari tiga mesin (Bukti B7);
In
A
1.2.2.2.3 Hypermarket, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. jenis komoditi barang dagangan yang dijual merupakan
ah
lik
makanan dan minuman dalam kemasan yang siap saji,
kebutuhan sembilan bahan pokok serta fresh product,
am
ub
household product dan electronics ;
b. kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara
ep
pelayanan dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan
k
si
c. arga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara
jelas dan pasti pada kemasan pada suatu tempat tertentu
ne
ng
do
gu
8.000 m2;
e. jumlah item produk yang dijual antara 19.000-40.000 item
produk (70% barang ritel dan 30% fresh product);
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 187
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
head to head dengan Termohon Kasasi ataupun Giant (jenis
R
hypermarket dan supermarket), hal ini dapat dilihat secara kasat
si
mata, dikarenakan luas outlet dan selling space yang jelas berbeda
ne
ng
jauh, serta variasi jenis barang dijual di Termohon Kasasi lebih
beragam dan bervariasi yang tentunya tidak dapat ditemui di outlet
Indomaret atau Circle K;
do
gu 6. Sebagai contoh lainnya adalah barang-
barang yang dijual di toko
In
A
spesialis modern seperti Electronic City (menjual produk elektronik),
dan Depo Bangunan (menjual produk bahan bangunan), tidak dapat
ah
lik
karena memiliki variasi barang yang jelas berbeda. Konsumen tidak
akan bisa menemui produk kebutuhan rumah tangga di Electronic
am
ub
City dan Depo Bangunan, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan
uraian-uraian terkait dengan perbedaan komposisi barang yang dijual
ep
di minimarket, toko spesialis modern, department store dengan
k
si
department store dengan hypermarket dan supermarket tidak dapat
disetarakan;
ne
ng
do
gu
lik
ub
store;
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 188
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pasar tradisional, perkulakan, dan minimarket, ditambah
R
dengan department store dan speciality store tidak
si
termasuk dalam pasar bersangkutan;
ne
ng
8. Fakta lain dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan mengenai
motif/alasan mengunjungi berbagai tempat berbelanja:
Gerai Prosentase Alasan
do
gu Carrefour 55.3% Dekat rumah
Produk lengkap
: 34.9%
: 36.1%
In
Diskon : 13.3%
A
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
ah
lik
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 34.9%
Dekat Tempat Kerja : 7.7%
am
ub
Produk lengkap : 7.7%
"penebalan dilakukan oleh Termohon Keberatan untuk penekanan
Dari data tersebut dapat dilihat Terrnohon Kasasi (perwakilan bentuk
ep
k
si
Sementara
Alfamart (perwakilan bentuk minimarket) memiliki jenis produk yang
ne
ng
do
persentase sebesar 7,7%.
gu
lik
ub
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 189
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Para
R
Pelaku Usaha Hams Mempunyai Karakteristik yang Sama, dan
si
Mempunyai Pola Pemasaran Barang yang Sama serta Mempunyai
ne
ng
Strategi Marketing yang Hampir Sama Satu Sama Lain",
sebagaimana tertuang dalam butir Ad.2. bagian Tentang
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317, yang
do
gu dapat kami kutip sebagai berikut:
"Ad.2. Para Pelaku Usaha Harus Mempunyai Karakteristik Yang
In
A
Sama, Dan Mempunyai Pola Pemasaran Barang Yang
Sama Serta Mempunyai Strategi Marketing Yang Hampir
ah
lik
Menimbang, bahwa dalam perkara ini masing-masing toko
modern/ritel modern (hypermarket, supermarket, departement
am
ub
store, grosir dan minimarket). Kelima jenis toko modern
tersebut mempunyai karakteristik: yang sama yaitu antara lain
ep
mempunyai sistim pelayanan mandiri, menjual berbagai
k
si
barang yang dijual, dan semua barang yang dijual dipajang
(display). Disamping itu semua toko modern/ritel modern
ne
ng
do
gu
lik
pihak."
2. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan
m
ub
yang sama. Hal tersebut sangatlah tidak tepat dan salah, karena
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 190
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sebagaimana tercantum dalam butir 1.2.2.2. bagian Tentang Duduk
R
Perkara Putusan KPPU halarnan 42-43, yang dapat kami kutip
si
sebagai berikut:
ne
ng
"1.2.2.2 Bahwa berdasarkan karakter pasar modern yang
diuraikan di atas.pasar modern dapat dikelompokan
menjadi minimarket, supermarket dan hypermarket.
do
gu masing-masing bentuk pasar modern tersebut memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
In
A
1.2.2.2.1 Minimarket, memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
ah
a. jenis komoditi
lik
atau barang dagangan yang
dijual merupakan barang-barang kebutuhan
am
ub
rumah tangga sehari-hari seperti produk
makanan dan minuman dalam kemasan
ep
yang siap saji;
k
b. kegiatan
ah
si
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri
ne
ng
do
gu
d. harga barang
dagangan yang dijual
ah
lik
ub
f. keberadaan
ep
g. memiliki cash
R
(Bukti B7);
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 191
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ciri-ciri sebagai berikut :
R
a. jenis komoditi
si
atau barang dagangan yang
ne
ng
dijual merupakan barang-barang atau
kebutuhan rumah tangga sehari-hari
termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok;
do
gu b. kegiatan
penjualan dilakukan secara eceran
In
A
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri
ah
lik
keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta
dorong yang telah disediakan);
am
ub
c. harga barang
dagangan yang dijual
ep
dicantumkan secara jelas dan pasti pada
k
si
yang mudah terlihat oleh konsumen;
d. luas lantai
ne
ng
do
gu
f. memiliki cash
register lebih dari tiga mesin
ah
lik
(Bukti B7);
1.2.2.2.3 Hypermarket, memiliki
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 192
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
household product dan electronics;
R
b. kegiatan
si
penjualan dilakukan secara eceran
ne
ng
dan cara pelayanan dilakukan secara
sendiri
oleh konsumen dengan menggunakan
do
gu keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta
dorong yang telah disediakan);
In
A
c. harga barang
dagangan yang dijual
ah
lik
kemasan pada suatu tempat tertentu yang
mudah dilihat oleh konsumen;
am
ub
d. luas lantai
usahanya lebih dari 4.000 m2 dan
ep
maksimal 8.000 m2;
k
e. jumlah item
ah
si
item produk (70% barang ritel dan 30%
fresh product);
ne
ng
f. memiliki cash
register sekurang-kurangnya
do
gu
lik
ub
ep
. hypermarket berbeda
pengelolaannya dengan minimarket?
es
Jawaban: Ya
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 193
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
. usahanya di
hypermarket/supermarket, apakah
si
kesulitan apabila beralih ke
minimarket?
Jawaban: Hal itu tidak dapat dibandingkan
ne
ng
karena hypermarket dan minimarket
berbeda. Apabila pelaku usaha
hypermarket dan supermarket pindah
do
gu ke pangsa pasar yang lebih kecil
seperti minimarket, maka menurut
saya tidak terlalu sulit.
30 Pertanyaan: Apakah pasar supermarket dengan
In
A
. minimarket dapat disetarakan?
Jawaban: Tidak bisa, karena barang yang
dijual oleh supermarket lebih
ah
lik
banyak daripada minimarket.
*(vide B10)
*penebalan dilakukan Termohon untuk penegasan
am
ub
6. Bahwa selain itu keterangan yang diberikan oleh Termohon Kasasi
sendiri justru memperkuat fakta bahwa Termohon Kasasi berada
dalam pasar bersangkutan yang sama dengan peritel modern jenis
ep
k
si
Pertanyaan : Betul atau tidak ada program “Ada
33 yang Lebih Murah Kami Ganti 10x”
sejak kapan program ini diberlakukan?
ne
ng
do
yang dipersyaratkan yaitu misalnya
gu
lik
ub
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 194
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
supermarket, departement store, grosir dan minimarket) mempunyai
R
pola pemasaran barang yang sama yaitu membeli barang dari
si
pemasokuniuk; selanjutnya dijual kembali secara eceran kepada
ne
ng
konsumen akhir atau pengguna. Dalam interaksi antara peritel dan
pemasok dibuat berbagai persyaratan perdagangan (trading terms)
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan kesepakatan para
do
gu pihak. "
8. Dalam pertimbangan hukumnya sebagaimana diuraikan di atas,
In
A
Pengadilan Negeri mengatakan bahwa " ... membeli barang dari
pemasok untuk selanjutnya dijual kembali secara eceran kepada
ah
konsumen akhir atau pengguna ... ". Hal tersebut secara tidak
lik
langsung Pengadilan Negeri mengakui bahwa memang terdapat 2
(dua) pasar pada ritel modern, yaitu:
am
ub
a. Pasar antara pemasok dengan peritel , di mana pemasok
(penjual)
ep
menjual barang pasokannya kepada peritel (pembeli); dan
k
pengguna,
R
si
dimana peritel (penjual) menjual barangy produknya kepada
konsumen akhir atau pengguna (pembeli).
ne
ng
do
gu
lik
ub
additional
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 195
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
R
11. Hal tersebut juga telah dipertimbangkan dalam Putusan KPPU,
si
sebagaimana tertuang dalam butir 6.4.9. bagian Tentang Hukum
ne
ng
Putusan KPPU halaman 271-275, yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
6.4.9. Dampak Syarat Perdagangan;
do
gu 6.4.9.1. LHPL pada pokoknya menyatakan bahwa penerapan
trading terms oleh Terlapor menyebabkan dampak
In
A
negatif terhadap persaingan;
6.4.9.2. Dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor pada
ah
pokoknya menyatakan:
lik
a. Ketentuan trading terms antara Terlapor dan para
pemasoknya sama sekali tidak melanggar ketentuan
am
ub
hukum yang berlaku dan LHPL juga sama sekali
tidak menyebutkan bahwa trading terms Terlapor
ep
melanggar hukum dan ketentuan perundang-undangan
k
yang berlaku ;
ah
si
paksaan atau tekanan dari Terlapor (maupun dari Alfa)
kepada pemasok serta juga menunjukkan bahwa posisi
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 196
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bahwa trading terms yang selama ini diberlakukan tidak
R
hanya berhubungan langsung dengan penjualan produk
si
dari pemasok, dan cenderung naik dari tahun ke tahun
ne
ng
tanpa justifikasi yang jelas; (vide B2);
b. Bahwa dalam kenyataannya, Terlapor belum sepenuhnya
mentaati peraturan yang ada, dimana format trading
do
gu terms dan besaran yang diberlakukan tidak sesuai
dengan aturan yang ada sehingga tidak disepakatinya
In
A
trading terms untuk perjanjian kerjasama tahun ini antara
Terlapor dan pemasok (vide B12). Hal ini diperkuat
ah
lik
trading terms Terlapor yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada sehingga
am
ub
menunjukkan trading terms Terlapor melanggar
hukum dan peraturan perundangan yang berlaku;
ep
c. Dalam proses negosiasi antara pemasok dan Terlapor,
k
si
secara lisan dan menekan pemasok dengan cara
menetapkan harga secara sepihak bahkan pemasok
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 197
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
menyebabkan besaran trading terms antar peritel menjadi
R
terbatas, sehingga mengurangi dinamisnya besaran
si
trading terms yang seharusnya dapat menjadi pilihan bagi
ne
ng
pemasok.;
f. Hal ini juga diperkuat dengan jenis trading terms yang
dilakukan pesaing dari Terlapor yang cenderung meniru
do
gu trading terms Terlapor (vide B12),sehingga besaran
trading terms yang diterima pemasok pada pasar pesaing
In
A
juga ikut naik dan menghalangi pemasok untuk
mendapatkan pilihan trading terms yang bersaing;
ah
lik
mendapatkan ruang yang fleksibel dalam mendapatkan
trading terms yang lebih kecil. Akibatnya insentif bagi
am
ub
pemasok dalam melakukan inovasi produk-produk baru
akan berkurang karena keuntungan yang seharusnya
ep
bisa dinikmatinya akan diserap habis oleh Terlapor dan
k
peritel modern ;
ah
si
menunjukkan trading terms Terlapor bukan trading
terms tertinggi di antara pelaku usaha pada pasar
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 198
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
terms yang sama antara pemasok Terlapor dengan
R
pemasok Alfa bukanlah hal yang melanggar hukum, akan
si
tetapi melalui proses negosiasi hanya dengan satu buyer
ne
ng
yang sama untuk dua transaksi yang berbeda,
menyebabkan adanya perilaku tying, dimana pemasok
dapat dipaksa untuk menerima besaran trading terms
do
gu Terlapor maupun trading terms Alfa, sebagaimana
dijelaskan dalam LHPL. Hal ini diperkuat dengan adanya
In
A
klausul additional conditional rebate dan keberatan dari
pemasok; (vide B12) ;
ah
lik
menyimpulkan bahwa dampak syarat perdagangan (trading
terms) yang diterapkan oleh Terlapor terhadap pemasok
am
ub
menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan menghambat
konsumen memperoleh barang dan jasa yang bersaing;
ep
6.4.9.5. Dengan demikian unsur ini terpenuhi ;
k
si
jual beli antara pemasok dengan peritel (pasar antara pemasok
dengan peritel), yaitu dimana pemasok sebagai penjual dan peritel
ne
ng
sebagai pembeli.
Namun menjadi sebaliknya ketika dibuat berbagai persyaratan
do
gu
lik
ub
(pembeli).
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 199
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
"Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual
R
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan
si
transaksi perdagangan barang dan atau jasa".
ne
ng
14. Apabila dilihat berdasarkan definisi "Pasar" dalam ketentuan Pasal 1
Angka 9 UU No. 5 Tahun 1999, maka terdapat 2 (dua) parameter
dalam menentukan "Pasar", yaitu Pertama, terdapat pembeli dan
do
gu penjual; Kedua, terdapat transaksi perdagangan barang dan atau
jasa. Berdasarkan kedua parameter dan ketentuan Pasal 1 Angka 9
In
A
UU No.5 Tahun 1999 a quo, maka dapat disimpulkan bahwa memang
ah
lik
a. Pasar antara pemasok dengan peritel, dalam Pasar antara
pemasok dengan peritel, terdapat dua jenis transaksi jual beli
am
ub
yaitu:
• Hubungan jual beli antara pemasok dengan peritel, dimana
ep
pemasok (penjual) menjual barang pasokannya kepada peritel
k
(pembeli); dan
ah
si
dimana peritel (penjual) menjual jasa-jasa ritel yang dibuat
dalam bentuk persyaratan perdagangan (trading terms) kepada
ne
ng
pemasok (pembeli).
b. Pasar antara peritel dengan konsumen akhir atau pengguna ,
do
gu
lik
ub
ng
pemasok (pembeli).
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 200
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
b. Pasar Downstream, yaitu pasar yang terdapat transaksi jual beli
R
antara peritel (penjual) dengan konsumen akhir atau pengguna
si
(pembeli).
ne
ng
untuk penjelasan lebih lanjut tentang Pasar Upstream dan Pasar
Downstream, maka Pemohon Kasasi akan uraikan pada butir B.4.
dan B.5. bagian Pokok-pokok Memori Kasasi.
do
gu 16. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
In
A
membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.
B.3. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan Karena Salah
ah
lik
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah
dalam menentukan pasar bersangkutan yakni parameter "Perspektif
am
ub
Perilaku Korisumen", sebagaimana tertuang dalam butir Ad.3. bagian
Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman
ep
318;
k
si
hukum yang mengatakan bahwa dengan tingginya cross shopping
konsumen hypermarket ke minimarket menunjukkan bahwa
ne
ng
do
gu
sebagai berikut:
(31) Selanjutnya Mars melakukan survey tentang cross shopping
ah
lik
ub
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 201
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
(32) Berdasarkan prosentase di atas terlihat kecenderungan bahwa
konsumen pasar besar (tempat belanja utama konsumen)
do
gu cenderung ban yak yang cross shopping ke format yang lebih
kecil (tempat belanja tambahan) dibandingkan ke format yang
lebih besar;
In
A
(33) Tingginya cross shopping konsumen hypermarket ke
minimarket sekali lagi menunjukkan bahwa keberadaan
ah
lik
minimarket merupakan pelengkap dari keberadaan
hypermarket;
am
ub
(34) Sebaliknya, rendahnya cross shopping konsumen supermarket
ke ypermarket mempertegas bahwa bagi konsumen
supermarket, keberadaan hypermarket merupakan subsititusi
ep
k
si
hyperrnarket mengunjungi minimarket dengan tujuan belanja
yang berbeda, yaitu melakukan "belanja utama" / belanja bulanan
ne
ng
do
gu
belanja tambahan ini tentunya dari sisi nilai tidak akan lebih besar
dari belanja utama namun dari sisi frekuensi mungkin akan terlihat
ah
lik
lebih sering;
4. Secara umum format ritel yang lebih kecil akan menjadi tujuan
belanja tambahan bagi konsumen yang melakukan belanja utama di
m
ub
format ritel yang lebih besar. Hal tersebut juga dijelaskan dalam oleh
ka
es
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 202
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sehari-hari rumah tangganya (belanja tarnbahan) di Indomaret
R
(minimarket);
si
6. Fakta lain dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan mengenai
ne
ng
motif/ al as an mengunjungi berbagai tempat berbelanja.
do
gu Carrefour 55.3% Dekat rumah
Produk lengkap
: 34.9%
: 36.1%
In
Diskon : 13.3%
A
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
ah
lik
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 84.6%
Dekat Tempat Kerja : 7.7%
am
ub
Produk lengkap : 7.7%
Indomaret 13.3% Dekat rumah : 85.9%
Dekat Tempat Kerja : 10 %
ep
k
Diskon : 5%
ah
si
mengunjungi Alfarnart dan Indomaret (perwakilan bentuk minimarket)
dengan alasan dekatnya jarak tempuh dengan temp at tinggal,
ne
ng
do
hypermarket) yang menunjukkan persentasi hanya sebesar 34,9%,
gu
lik
ub
format, karena tidak terlihat jelas pada format apa pelaku usaha
ka
beroperasi;
ep
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 203
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Dalam hal ini, Pemohon Kasasi menggunakan 3 (tiga) lembaga
R
survey, yaitu Survey One, MARS dan PT Satria Lintas Nusa, untuk
si
selanjutnya hasil survey dari ketiga lembaga survey a quo akan
ne
ng
Pemohon Kasasi uraikan di bawah ini:
a. Hasil survey dari MARS adalah sebagai berikut:
do
gu Grafik 1
Prespesi Konsumen terhadap Sebuah Pasar
In
A
Persepsi Konsumen Terhadap Sebuah Pasar
Membeli sandal
ah
lik
/sepatu
Membeli pakaian
Hypermarket
Membeli buah-
buahan segar Membeli ikan
am
ub
/daging segar
Supermarket (ayam, sapi, ikan,
udang,…..)
Membeli bahan
Tradisional
Membeli bahan- sembako
bahan toiletries Membeli sayur
(sabun, shampo, mayur
pasta gigi)
Membeli kebutuhan
Membeli makanan
ep
sehari-hari
k
/minuman ringan
Minimarket
Membeli jajanan
anak
ah
si
Sebagaimana terlihat pada pemetaan di atas, keberadaan pasar
ne
ng
do
gu
ub
pesaingnya.
b. Hasil survey dari Survey One adalah sebagai
ka
ep
berikut:
Surevey One telah melakukan survey tentang hypermarket/
ah
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 204
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Grafik 2
R
Hypermarket/minimarket yang dikunjungi 3 bulan terakhir
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
am
ub
Bahwa dalam survey tersebut, dengan pertanyaan hypermarket/
ep
k
si
jawaban konsumen ;
Grafik 3
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
Tabel 5
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 205
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Carrefour 55.3% Dekat rumah : 34.9%
R
Produk lengkap : 36.1%
si
Diskon : 13.3%
ne
ng
Dekat Tempat Kerja : 8.4%
Nyaman : 7.2%
Alfamart 17.3% Dekat rumah : 84.6%
do
gu Dekat Tempat Kerja : 7.7%
Produk lengkap : 7.7%
In
A
Indomaret 13.3% Dekat rumah : 85.9%
Dekat Tempat Kerja : 10 %
ah
Diskon : 5%
lik
Berdasarkan jawaban-jawaban konsumen tersebut maka secara
nyata dapat terlihat bahwa konsumen melakukan frekuensi
am
ub
kunjungan yang relatif sama tingginya baik ke Termohon Kasasi,
Alfarnart, dan Indomaret. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ep
keberadaan minimarket tidak menggantikan keberadaan
k
si
minimarket untuk keperluan insidentil sekalipun sebelumnya telah
berbelanja di hypermarket. Oleh karena itu keberadaan minimarket
ne
ng
do
gu
bersaing.
Sebaliknya, kunjungan yang tinggi ke hypermarket tidak diimbangi
dengan kunjungan yang tinggi ke supermarket. Penjelasan
In
A
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 206
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
berikut:
R
Tabel 6
si
Pola Belanja Konsumen diwilayah DKI Jakarta
ne
ng
JENIS BELANJA PERSENTASE
Bulanan 42.7%
do
gu Dua mingguan
Mingguan
Harian
8.3.%
16.0%
28.3%
Rekreasi 8.2%
In
A
lain-lain 3.1%
lik
Jakarta menunjukkan pala belanja di supermarket sebagai berikut:
Tabel 7
am
ub
Pola Belanja Konsumen diluar wilayah DKI Jakarta
JENIS BELANJA PERSENTASE
Bulanan 34%
ep
Dua mingguan 8%
k
Mingguan 21%
ah
Harian 31%
R
Rekreasi 6%
si
lain-lain 1%
ne
ng
do
masih didominasi untuk melakukan belanja bulanan. Walaupun di
gu
lik
ub
Jakarta)
ep
es
Tabel 9
M
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 207
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
luar Jakarta)
R
Hipermarket 56%
si
Pertimbangan tempat belanja lain
untuk jenis belanja yang sama jika Minimarket 26%
gerai ini tutup Pasar Tradisional 17%
ne
ng
Jawaban konsumen di wilayah DKI Jakarta berbeda dengan
konsumen di luar wilayah DKI Jakarta, di mana untuk konsumen
do
gu di luar wilayah DKI Jakarta menunjukkan hypermarket sebagai
substitusi dari supermarket (56%), sedangkan untuk konsumen di
In
wilayah DKI Jakarta lebih banyak beralih ke minimarket (70%)
A
dibanding dengan yang beralih ke hypermarket (55%). Oleh karena
itu dalam kesimpulannya, Satria Lintas Nusa menyatakan:
ah
lik
" Pasar relevan produk dapat berupa:
a. Hypermarket, supermarket dan minimarket untuk
am
ub
wilayah
DKI Jakarta;
ep
b. Hypermarket dan supermarket untuk wilayah luar DKI
k
ah
Jakarta".
R
si
Meskipun tampak bertentangan dengan hasil-hasil survey
sebelumnya terkait dengan pasar produk, perlu untuk dipahami
ne
ng
do
gu
Oleh karena itu kesimpulan dari survey Satria Lintas Nusa harus
dibaca bersama-sama dengan hasil survey lainnya dan tidak
ah
lik
ub
Kasasi.
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 208
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam Menentukan Pasar Produk dalam Pasar Bersangkutan
R
Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5
si
Tahun 1999
ne
ng
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri sudah sepatutnya dibatalkan
karena Pengadilan Negeri salah atau keliru dalam menentukan pasar
produk dalam pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam
do
gu ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No. 5 Tahun 1999, yang berbunyi
sebagai berikut:
In
A
"Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan
atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan
ah
atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan
lik
atau jasa tersebut".
2. Dalam pengertian pasar bersangkutan a quo terdapat 2 (dua)
am
ub
cakupan pasar, yaitu pasar produk yang dapat dilihat pada kalimat:
“…. atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
ep
dari barang dan atau jasa tersebut", dan pasar geografis yang dapat
k
pemasaran tertentu ... ". Dalam bagian ini Pemohon Kasasi akan
R
si
membahas caku pan pasar produk.
3. Penentuan pasar bersangkutan sangatlah penting sekali Dalam
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 209
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
halarnan 317, yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon Kasasi
R
Dalam butir E.1. Pokok-pokok Memori Kasasi;
si
b. Para pelaku usaha mempunyai karakteristik yang sama dan
ne
ng
mempunyai pola pemasaran barang yang sama, serta mempunyai
strategi marketing yang hampir sama satu sama
lain, sebagaimana diuraikan dalam butir Ad.2. bagian Tentang
do
gu Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 317,
yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon Kasasi dalam butir
In
A
B.2. Pokok-pokok Memori Kasasi;
c. Perspektif perilaku konsumen, sebagaimana diuraikan dalam butir
ah
lik
Negeri halaman 318, yang kemudian telah dibahas oleh Pemohon
Kasasi dalam butir B.3. Pokok-pokok Memori Kasasi;
am
ub
5. Ketiga parameter dalam menentukan pasar produk yang digunakan
oleh Pengadilan Negeri telah dibahas oleh Pemohon Kasasi dalam
ep
butir B.1.-B.3. Pokok-pokok Memori Kasasi. Dengan demikian
k
si
maka pertimbangan hukum Pengadilan Negeri dalam menentukan
pasar produk adalah tidak tepat dan salah;
ne
ng
do
gu
lik
ub
oleh peritel adalah sisi pasar upstream dan sisi pasar downstream
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 210
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
guna membuat terang suatu masalah, sebagaimana tercantum pada
si
bagian Pertimbangan Hukum paragraf ketiga halaman 154 putusan
ne
ng
Pengadilan Negeri No. 05/KPPU/2008/PN.Jkt.Pst. dan telah
dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung
No. 255 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 28 Mei 2009, yang dapat kami kutip
do
gu sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa dalam rangka melaksanakan tugas-tugas
In
A
tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa Komisi dituntut harus
bersikap progresif dan berani melakukan yudisial activism, antara lain
ah
lik
berlaku di negara-negara lain yang telah lebih dahulu
mengimplementasikan hukum persaingan (dalam hal ini di Uni Eropa
am
ub
dan Amerika Serikat) guna membuat terang suatu masalah "
Oleh karena itu, Pemohon Kasasi untuk membuat terang suatu
ep
masalah dalam perkara ini maka Pemohon Kasasi mengacu pada
k
si
menilai pasar produk pada ritel modern membagi menjadi 2 (dual
caku pan , sebagaimana telah diuraikan dalam butir 1.1. bagian
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 211
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
transaksi antara pemasok dengan peritel telah terbentuk
R
suatu pasar upstream dimana didalamnya terdapat 2 (dua)
si
pasar yang tercipta, yaitu:
ne
ng
• pasar pasokan barang, dimana pemasok menjadi penjual
dan peritel menjadi pembeli; dan
• pasar jasa ritel, dimana pemasok menjadi pembeli dan
do
gu peritel menjadi penjual jasa tersebut.
b. Hal ini didukung oleh keterangan ahli Idqan Fahmi, sebagai
In
A
berikut:
11 Pertanyaan Dasar Bapak definisikan ada berapa pasar dalam
ah
bisnis ritel ?
lik
Jawaban Pasar umumnya hanya ada 2, yaitu pasar produk dan
pasar input. Jika objeknya adalah ritel modern, maka
am
ub
dia memiliki pasar terhadap konsumen dan disaat
yang sama juga memiliki pasar terhadap pemasok.
14 Pertanyaan Bagaimana pendapat Bapak mengenai penerapan
ep
trading terms oleh peritel kepada pemasok?
k
si
pemasok. Jika hal ini terjadi, bisa jadi trading terms ini
ne
adalah biaya untuk membeli hal-hal tersebut yang
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 212
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
dalam ketentuan pemerintah. Pada pasar jasa ritel yang
R
mencakup adanya kontrak persyaratan perdagangan hanya
si
terjadi pada toko modern yang meliputi hypermarket,
ne
ng
supermarket dan minimarket. Namun demikian jasa retail
service pada minimarket memiliki karakteristik layanan yang
berbeda dengan jasa ritel yang ditawarkan pada hypermarket
do
gu dan supermarket;
e. Luas selling space dibatasi seluas 200 m2 dan oleh karena
In
A
itu jumlah item yang dapat dijual oleh minimarket pun
terbatas sampai dengan 4000 item. Sedangkan di
ah
lik
yang lebih luas sehingga dapat menyerap produk sampai
dengan 40.000 item. Selain itu ketentuan trading terms di
am
ub
minimarket lebih sedikit dibanding dengan jenis dan besaran
potongan trading terms di hypermarket dan supermarket.
ep
Lebih lagi motivasi konsumen untuk mengunjungi
k
si
untuk mengunjungi minimarket;
f. Oleh karena itu dapat disimpulkan, jasa ritel yang
ne
ng
do
gu
lik
mempunyai
hubungan antara peritel (penjual) yang menjual barang
m
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 213
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bahwa pasar produk dalam perkara ini adalah sebagai berikut:
R
i. pasar produk upstream:
si
• pasar pasokan barang di hypermarket dan supermarket; dan
ne
ng
• pasar jasa ritel hypermarket dan supermarket.
ii. pasar produk downstream: hypermarket dan supermarket;
9. Selain itu, dalam pertimbangan hukumnya, Pengadilan Negeri juga
do
gu mengatakan bahwa Pemohon Kasasi mengabaikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 1 Angka 5 Perpres
In
A
Ritel jo Pasal 1 Angka 5 Permendag Ritel, sebagaimana tertuang
dalam paragraf 2 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
ah
lik
Pengadilan Negeri halaman 319, yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
"Menimbang, bahwa disamping terdapat kesalahan dalam
am
ub
menentukan pasar bersangkutan dalam argumen faktual dan
ekonomi baik yang menyangkut dengan pasar produk maupun
ep
pasar geografis Termohon Keberatan mengabaikan peraturan
k
si
Permendag Ritel: yang memberikan pengertian dan kriteria toko
modern yakni toko modern adalah toko dengan sistim
ne
ng
do
gu
lik
ub
pemasaran tertentu dari pelaku usaha atas barang dan atau jasa
yang
ka
sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut".
ep
ah
ng
Perpres Ritel jo. Pasal 1 Angka 5 Permedag Ritel a quo tidak dapat
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 214
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
membatasi dalam menentukan pasar bersangkutan. Peraturan
R
perundang-undangan a quo hanya mendefinisikan tentang toko
si
modern bukan dalam konteks mendefinisikan pasar bersangkutan
ne
ng
dalam perkara persaingan usaha. Hal tersebut telah dipertimbangkan
dan tertuang dalam butir 4.24 - 4.30 bagian Tentang Hukum Putusan
KPPU halaman 241-242, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
do
gu 4.24. "Tinjauan Hukum;
4.25. Terlapor dalam pendapat atau pembelaannya mendalilkan
In
A
bahwa pasar bersangkutan pada perkara ini sesuai dengan
Pasal 1 Angka 5 Peraturan Menteri Perdagangan No. 531M-
ah
lik
dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis
barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
am
ub
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk Perkulakan ":
ep
4.26. Bahwa Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999 menyatakan
k
si
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku
usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis
ne
ng
do
gu
lik
ub
dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 215
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
digunakan Terlapor sebagai dasar penentuan pasar
R
bersangkutan tidak dapat membatasi Majelis Komisi dalam
si
menentukan pasar bersangkutan. Peraturan Menteri
ne
ng
Perdagangan tersebut hanya mendefinisikan tentang toko
modern bukan dalam konteks mendefinisikan pasar
bersangkutan dalam perkara persaingan usaha;
do
gu 4.29. Selain itu, Komisi juga telah mengeluarkan pedoman lerhadap
pasal pengaturan pasar bersangkutan. Definisi dari pasar
In
A
bersangkutan menurut pedoman tersebut terbagi menjadi dua
hal yaitu pasar produk dan pasar geografis. Dalam definisi
ah
lik
ukuran yaitu pertama, indikator harga dan kedua, indikator
karakteristik dan kegunaan produk. Sedangkan dalam definisi
am
ub
pasar geografis, penetapan pasar bersangkutan ditentukan
oleh ketersediaan produk yang menjadi obyek yang dianalisis.
ep
Beberapa faktor yang menentukan dalam ketersediaan produk
k
si
lintas perdagangan antar kota/wilayah. Tidak ada satupun
penjelasan dalam pedoman pasar bersangkutan tersebut yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
Tahun 1999
ep
ng
Tahun 1999;
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 216
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
2. Bahwa Pemohon Kasasi pada
R
intinya tidak sependapat dengan
si
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri terkait dengan tinjauan pasar
ne
ng
geografis dalam perkara a quo, sebagaimana tertuang dalam butir 2
bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri
do
gu halaman 318-319;
3. Bahwa ketentuan Pasal 1 Angka
In
A
10 UU No. 5 Tahun 1999, yang
berbunyi sebagai berikut:
ah
lik
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha
atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi
am
ub
dan barang dan atau jasa tersebut".
4. Dalam pengertian pasar
ep
bersangkutan a quo, terdapat 2 (dua) cakupan pasar, yaitu pasar
k
produk yang dapat dilihat pada kalimat: " ... atas barang dan atau jasa
ah
yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa
R
si
tersebut", dan pasar geografis yang dapat dilihat pada kalimat:" ...
berkaitari dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu ... ".
ne
ng
do
gu
pasar geografis dalam perkara ini adalah pasar geografis dari pelaku
usaha, dimana kegiatan usaha yang dilakukan oleh Termohon Kasasi
ah
lik
ub
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 217
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
antara lain terjadi karena biaya transportasi yang harus dikeluarkan
R
konsumen tidak signifikan, sehingga tidak mampu mendorong
si
terjadinya perpindahan konsumsi produk tersebut ;
ne
ng
7. Mengacu pada pengertian pasar
geografis pada Angka 6 di atas, maka tidak seharusnya Pengadilan
Negeri menyimpulkan bahwa pasar geografis dalam perkara ini
do
gu adalah seluruh wilayah Indonesia. Sebagai ilustrasi yaitu apabila
Termohon Kasasi meningkatkan harganya di gerai Carrefour Lebak
In
A
Bulus Jakarta maka tidak mungkin konsumen Carrefour Lebak Bulus
Jakarta untuk pindah berbelanja di gerai Carrefour Surabaya, atau
ah
lik
meningkatkan harganya di Gerai Carrefour Surabaya maka tidak
mungkin konsumen Carrefour Surabaya untuk pindah berbelanja di
am
ub
Gerai Carrefour Lebak Bulus Jakarta. Fakta yang terjadi di lapangan
sangatlah bertentangan dengan pertimbangan hukum Pengadilan
ep
Negeri terkait dengan pasar geografis;
k
si
dimana terdapat akuisisi Termohon Kasasi dengan PT Alfa Retailindo,
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
menggunakan istilah pasar yang dihadapi oleh peri tel yaitu pasar
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 218
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
upstream yang didefinisikan sebagai pasar ke pemasok, dan pasar
R
downstream yang didefinisikan sebagai pasar ke konsumen akhir.
si
Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian tersebut, pendekatan yang
ne
ng
dilakukan untuk menjelaskan fenomena ini adalah pendekatan two-
sided market. Dua sisi pasar yang dihadapi oleh peritel adalah sisi
pasar upstream dan sisi pasar downstream Dalam ritel modern
do
gu dimungkinkan terdapat 2 (dua) pasar, sebagaimana telah Pemohon
Kasasi uraikan pada butir B.2. angka 7-9 dan 12-14 Pokok-pokok
In
A
Memori Kasasi;
10. Dalam menentukan pasar
ah
lik
menjadi 2 (dua) cakupan, sebagaimana telah diuraikan pada butir 1.2
bagian Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 62-69, pada
am
ub
intinya sebagai berikut:
10. 1. Pasar Geografis Upstream
ep
a. Dari penelitiannya, Jorge Rodrigues (2006) menjelaskan
k
dari
ah
si
mana pasar geografis adalah sampai sejauh mana (dalam
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
nasional.
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 219
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
10.2. Pasar Geografis Downstream
R
a. Mengacu kembali pada penelitian Jorge Rodrigues (2006)
si
maka pendefinisian pasar geografis dari sisi downstream
ne
ng
adalah sampai sejauh mana konsumen memiliki kemauan
untuk melakukan substitusi terhadap peritel yang akan
dikunjungi dengan dasar biaya transportasi dan kemudahan
do
gu konsumen beralih dari satu tempat ke temp at lain. Oleh
karena itu pasar geografis dari suatu gerai akan dibatasi oleh
In
A
sejauh mana konsumen bersedia untuk berpindah ke gerai
lain jika terjadi kenaikan harga pada barang-barang yang
ah
lik
geografis suatu outlet didefinisikan;
b. Salah satu acuan mengenai pasar geografis ini adalah
am
ub
regulasi yang mengatur mengenai radius keberadaan suatu
pasar dengan pasar lainnya, yaitu mengacu pada Pasal 10
ep
Peraturan Daerah Gubernur DKI Jakarta No 2 Tahun 2002
k
si
satu outlet supermarket dan hypermaket adalah dalam radius
ne
ng
do
gu
lik
ub
es
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 220
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
yang berjarak maksimum 2 km dari Termohon Kasasi tempat
R
konsumen mengklaim dan tidak berlaku untuk pembelian di
si
pasar tradisional atau toko kecil. Berdasarkan program yang
ne
ng
diberlakukan oleh Termohon Kasasi a quo maka pasar
geografis setiap outlet yang dimiliki oleh Termohon Kasasi
adalah dalam radius 2 km;
do
gu e. Selanjutnya yang paling menentukan dalam mendefinisikan
suatu pasar geografis adalah konsumen itu sendiri. Terkait
In
A
dengan hal ini maka Satria Lintas Nusa melakukan survey
terhadap konsumen mengenai pengorbanan yang dilakukan
ah
lik
jarak dan waktu. Untuk konsumen di wilayah DKI Jakarta,
hasil survey menunjukkan jarak dan waktu tempuh konsumen
am
ub
ke suatu outlet sebagai berikut :
ep
Tabel 10
k
si
JARAK PERSENTASE KUMULATIF
< 1 km 24% 24%
ne
1-2 km 23% 47%
ng
do
gu
Tabel 11
Waktu Tempuh Konsumen ke suatu outlet
In
A
ub
ep
Tabel 12
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 221
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
JARAK JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 1 km 210 30.3% 30.3%
si
1-2 km 203 29.3% 59.7%
2-3 km 123 17.8% 77.5%
3-4 km 65 9.4% 86.8%
ne
ng
4-5 km 43 6.2% 93.1%
> 5 km 48 6.9% 100%
do
gu Tabel 13
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 3 km
In
Wilayah DKI Jakarta
A
WAKTU JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 10 mnt 210 38% 38%
ah
lik
10-20 mnt 244 44% 82%
20-30 mnt 82 15% 97%
30-40 mnt 14 3% 99%
40-50 mnt 3 1% 100%
am
ub
50-60 mnt 1 0% 100%
> 60 mnt ep 0 0% 100%
k
R
dilakukan konsumen dalam mencapai suatu outlet dalam
si
ukuran jarak dan waktu adalah sebagai berikut :
ne
ng
Tabel 14
Jarak Tempuh Konsumen ke suatu outlet
Luar Wilayah DKI Jakarta
do
gu
3-4 km 6% 66%
4-5 km 8% 74%
> 5 km 25% 99%
ah
lik
Tabel 15
m
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 222
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
h. Kemudian berdasarkan tabel tersebut dilakukan tabulasi
R
silang dengan hasil sebagai berikut :
si
Tabel 16
ne
ng
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 3 km
Wilayah Luar DKI Jakarta
JARAK JUMLAH RESPONDEN % CUMM
do
gu < 1 km
1-2 km
32
70
16.4%
35.9%
16.4%
52.3%
2-3 km 42 21.5% 73.8%
In
3-4 km 14 7.2% 81.0%
A
4-5 km 11 5.6% 86.7%
> 5 km 62 13.3% 100%
ah
lik
Tabel 17
Tabulasi jarak rumah tinggal dengan waktu tempuh < 30
am
ub
menit Wilayah Luar DKI Jakarta
WAKTU JUMLAH RESPONDEN % CUMM
< 10 mnt 43 28.5% 28%
ep
10-20 mnt 73 48.3% 77%
k
si
50-60 mnt 1 0.7% 99%
> 60 mnt 0 0.0% 99%
ne
ng
Tabel 18
Tabulasi waktu tempuh dengan jarak < 4 km
do
gu
lik
ub
ep
berupa:
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 223
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
c) Radius 5 km dengan waktu tempuh 40 menit.
R
• Untuk wilayah luar DKI Jakarta pasar relevan
si
geografis
ne
ng
dapat berupa:
a) Radius 5 km dengan waktu tempuh 30 menit; atau
b) Radius 6 km dengan waktu tempuh 30 menit.
do
gu j. Dengan mempertimbangkan beberapa data sebelumnya
terkait dengan pasar geografis, Pemohon Kasasi menilai
In
A
bahwa pasar geografis yang tepat untuk pasar geografis
downstream adalah 4 km untuk wilayah DKI Jakarta dan
ah
lik
Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas terkait dengan pasar
geografis upstream dan pasar geografis downstream maka
am
ub
dapat disimpulkan bahwa pasar geografis dalam perkara ini
adalah sebagai berikut:
ep
i. Pasar Geografis Upstream: di wilayah nasional;
k
si
• Radius 5 km untuk wilayah di luar DKI Jakarta.
11. Oleh karena itu, berdasarkan
ne
ng
do
gu
Pengadilan Negeri.
Bahwa untuk memperkuat dalil-dalil dari Pemohon Kasasi di atas, dapat
In
dilihat juga dalam penelitian persaingan usaha di sektor ritel yang telah
A
lik
ub
(b) for mid-sized grocery stores, other mid-sized and larger grocery stores
ah
are in the same product market (ie all stores larger than 280 sq
R
metres); and
es
(c) for convenience stores, all grocery stores (ie convenience stores, mid-
M
ng
sized and larger grocery stores) are in the same product market".
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 224
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pada intinya penelitian a quo berisi ten tang peritel dengan format kecil
R
akan memandang ritel format yang lebih besar sebagai pesaing Dalam
si
pasar bersangkutan. Narnun peritel format besar tidak akan memandang
ne
ng
ritel format kecil sebagai pesaing atau tidak berada Dalam pasar
bersangkutan yang sama. Perkara Dalam pemeriksaan ini terkait kasus
yang berkaitan dengan hypermarket, maka dengan jelas titik acuan
do
gu analisis pasar bersangkutan harus diarnbil dari hypermarket dan bukan
minimarket.
In
A
Dengan demikian pasar bersangkutan Dalam perkara ini dengan jelas dan
benar untuk tidak memasukkan minimarket ke Dalam pasar bersangkutan.
ah
lik
diuraikan pada butir B.1. - B.5. bagian Pokok-pokok Memori Kasasi di atas
serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Competition Commission-UK,
am
ub
maka sudah sepatutnya Putusan Pengadilan Negeri untuk dibatalkan
karena Pengadilan Negeri telah salah dalam menerapkan ketentuan
ep
Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Pasar bersangkutan yang tepat
k
si
• pasar pasokan barang di hypermarket dan supermarket untuk
wilayah nasional; dan
ne
ng
do
gu
lik
ub
1999
C.1. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena dalam
ka
dengan Lainnya
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 225
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
2. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
No. 03 Tahun 1974 tanggal 25 November 1974, yang mengatakan
si
sebagai berikut:
ne
ng
"Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan, bahkan
apabila alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat dimengerti
ataupun bertentangan satu sama lain, maka hal demikian dapat
do
gu dipandang sebagai suatu kelalaian dalam acara (vormverzuim) yang
dapat mengakibatkan batalnya putusan Pengadilan bersangkutan
In
A
dalam pemeriksaan di tingkat kasasi.”
Bahwa sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
ah
lik
maka Putusan Pengadilan Negeri dimana pertimbangan hukumnya
terdapat pertentangan satu dengan lainnya patut dibatalkan, dengan
am
ub
uraian sebagai berikut:
3. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999, yang
ep
berbunyi sebagai berikut:
k
si
ataujasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
ne
ng
substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke
do
gu
lik
ub
pemasaran dari suatu barang dan atau jasa. Syarat yang ditentukan
ep
Ayat (2) UU No.5 Tahun 1999 terpenuhi, maka pelaku usaha tersebut
M
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 226
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
suatu barang dan atau j asa;
R
5. Hal tersebut juga ditegaskan dalam bagian Tentang Pertimbangan
si
Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 314 paragraf 1, yang
ne
ng
dapat kami kutip sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa dari penulisan syarat-syarat (kriteria) yang
diatur dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1999
do
gu dimana setiap syarat (kriteria) selalu digunakan kata sumbang
atau hal tersebut mengandung pengertian bila salah satu syarat
In
A
(kriteria) terpenuhi maka pelaku usaha dipandang telah melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran (menguasai
ah
pasar)".
lik
menunjukan bahwa Pengadilan Negeri telah memahami bahwa
Dalam pemenuhan ketentuan Pasal 17 Ayat (2) bersifat alternatif,
am
ub
yang artinya terpenuhi salah satunya saja, in cassu ketentuan Pasal
17 Ayat (2) Huruf a atau Pasal 17 Ayat (2) Huruf b atau Pasal 17 Ayat
ep
(2) Huruf c, terpenuhi, maka pelaku usaha dipandang telah
k
(menguasai pasar).
R
si
Namun menjadi sangat kontradiktif, ketika paragraf berikutnya, yaitu
paragraf 2 pada halaman yang sama, 314, terjadi pertentangan yang
ne
ng
do
gu
lik
yang
bersangkutan belum ada substitusinya dan kriteria (syarat) yang
m
ub
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 227
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
merupakan syarat yang bersifat alternatif. Sedangkan apabila dilihat
R
dalam pertimbangan hukum selanjutnya pada paragraf 2 halaman
si
314, Putusan Pengadilan Negeri mengatakan bahwa Pemohon
ne
ng
Kasasi tidak mempertimbangkan kriteria pertama dan kedua
sebagaimana tercantum dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU
No. 5 Tahun 1999;
do
gu 7. Dalam hal ini, Pemohon Kasasi tidak mempertimbangkan kriteria
sebagaimana tercantum dalam Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU
In
A
No. 5 Tahun 1999, karena unsur dalam kedua pasal a quo tidak
terpenuhi. Oleh karena itu, Pemohon Kasasi menggunakan
ah
lik
8. Pemohon Kasasi telah membuktikan bahwa Termohon Kasasi
merupakan satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
am
ub
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu yang memenuhi persyaratan Pasal 17
ep
Ayat (2) Huruf c UU No.5 Tahun 1999, sebagaimana tertuang dalam
k
si
6.3.6. Penguasaan Pasar;
6.3.6.1. Pelaku usaha dianggap menguasai pasar sesuai
ne
ng
do
gu
lik
ub
upstream ;
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 228
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Negeri halaman 314 paragraf 1, yang dapat kami kutip sebagai
R
berikut:
si
"Menimbang, bahwa dari penulisan syarat-syarat (kriteria) yang
ne
ng
diatur dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1999
dimana setiap syarat (kriteria) selalu digunakan kata sumbang
atau hal tersebut mengandung pengertian bila salah satu syarat
do
gu (kriteria) terpenuhi maka pelaku usaha dipandang telah melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran (menguasai
In
A
pasar)".
maka telah tepat Putusan KPPU yang tidak mempertimbangkan Pasal
ah
lik
quad non- ketentuan Huruf a dan b tidak terpenuhi, namun ketentuan
Pasal 17 Ayat (2) Huruf c terpenuhi.
am
ub
10. Namun sebaliknya Pengadilan Negeri tetap mempertimbangkan
kriteria pada Pasal 17 Ayat (2) Huruf a dan b UU No. 5 Tahun 1999 -
ep
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena Pemohon Kasasi telah
k
si
argumentasi dari Termohon Kasasi dan tidak memberikan
pertimbangan hukum lebih lanjut terkait dengan kenapa Pemohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 229
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
market, supermarket, hypermarket, departement store,
R
groser dan toko modern specialis seperti electronic city. Hal
si
ini dapat dibuktikan berdasarkan tabel pada halaman 38-
ne
ng
39 keberatan pemohon, yang pada intinya menunjukkan
bahwa terdapat kesamaan barang yang dijual oleh
Pemohon Keberatan sebagai hypermarket dengan barang-
do
gu barang yang dijual oleh Peri tel modern lainnya baik yang
berbentuk mini market, supermarket, departement store,
In
A
qrosir, maupun toko specialis modern karena barang yang
dijual oleh Pemohon Keberatan bukan barang eksklusif,
ah
lik
substitusi dengan barang yang dijual oleh peritel modern
lainnya. Disamping itu dilihat dari segi jenis usahanya juga
am
ub
terdapat banyak substitusi karena peritel modern di
Indonesia jumlahnya sangat banyak dengan berbagai
ep
formal baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional.”
k
si
Yang Sama
Menimbang, bahwa mengenai kriteria kedua yakni
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 230
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
peritel modern tersebut. Masing-masing peritel modern
R
tersebut secara terus-menerus melakukan ekspansi dari
si
waktu ke waktu dari satu wilayah ke wilayah lainnya.”
ne
ng
11. Oleh karena itu , berdasarkan uraian-uraian di atas, sudah sepatutnya
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
membatalkan Putusan Pengadilan Negeri.
do
gu C.2. Putusan Pengadilan Negeri Patut Dibatalkan karena Salah dalam
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999
In
A
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri
patut dibatalkan karena salah atau
ah
lik
1999, sebagaimana tertuang dalam butir Ad.a. bagian Tentang
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 314, yang
am
ub
dapat kami kutip sebagai berikut:
ep
Ad.a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada
k
substitusinya
ah
si
pertama bahwa barang yang belum ada substitusinya
Majelis sependapat dengan argume ntasi dari Pemohon
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 231
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
terdapat substitusi dengan barang yang dijual oleh peritel
R
modern lainnya. Disamping itu dilihat dari segi jenis usahanya
si
juga terdapat banyak substitusi karena peritel modern di
ne
ng
Indonesia jumlahnya sangat banyak dengan berbagai
formal baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional.”
2. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2)
do
gu Huruf a UU No.5 Tahun 1999,
berbunyi sebagai berikut:
In
A
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
ah
lik
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan
belum ada
am
ub
substitusinya; atau
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi
ep
tidak sependapat dengan
k
si
argumentasi Termohon Kasasi. Selain itu, Pengadilan Negeri juga
mendasarkannya pada Tabel 1. Jenis Barang yang Sama di Ritel
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 232
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
rumah tangga di Electronic City serta konsumen juga tidak dapat
R
menemui produk segar (sayur, buah dan daging) di indomaret;
si
5. Bahwa berdasarkan uraian di atas,
ne
ng
dapat dilihat bahwa sebenarnya
masih terdapat substitusi dalam pasar bersangkutan namun hanya
sebatas antara hypermarket dan supermarket dan tidak meliputi
do
gu minimarket, department store dan toko spesialis modern. Sehingga
kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 Ayat (2)
In
A
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 tidak terpenuhi. Oleh karena itu,
Pemohon Kasasi dalam perkara a quo tidak menggunakan kriteria
ah
lik
Tahun 1999;
6. Dengan demikian, sudah sepatutnya
am
ub
Yang Terhormat Majelis Hakim
Agung Kasasi (Judex Juris) untuk membatalkan Putusan
ep
Pengadilan Negeri karena salah dalam menerapkan ketentuan
k
si
Menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 233
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ritel modern dan untuk menjual barang-barang yang sama,
R
para pelaku usaha lain sepenuhnya mempunyai kebebasan
si
untuk masuk ke dalam pasar ritel modern yang sama atau
ne
ng
melakukan kegiatan usaha yang sama. Terdapat banyak
pemain. dalam sektor riteI modern, baik pada format
minimarket, supermarket, department store, hypermarket,
do
gu qrosir, termasuk toko modern specialis. Selain itu terdapat
pertumbuhan yang stabil pada masing-masing peritel modern
In
A
tersebut. Masing-masing peritel modern tersebut secara
terus-menerus melakukan ekspansi dari waktu ke waktu dari
ah
lik
2. Bahwa ketentuan Pasal 17 Ayat (2) Huruf b UU No. 5 Tahun 1999,
yang berbunyi sebagai berikut:
am
ub
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
ep
jasa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) apabila:
k
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau ".
R
si
3. Bahwa pada intinya Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri butir Ad.b. Karena tingginya
ne
ng
do
gu
lik
ub
power ;
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 234
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
peningkatan jumlah output yang diproduksi. Pertumbuhan jumlah
R
output yang diproduksi menjadi indikator adanya perkembangan
si
industri, namun adanya perkembangan industri a quo tidak serta
ne
ng
merta dapat diartikan bahwa tingkat hambatan masuk rendah, karena
suatu industri dapat saja tumbuh dan pada saat bersamaan tingkat
hambatan masuk tetap tinggi. Tumbuhnya industri a quo akibat
do
gu adanya pertumbuhan permintaan yang tetap disuplai oleh pelaku
usaha yang ada. Sehingga industri a quo mengalami pertumbuhan
In
A
namun hanya dinikmati oleh pelaku usaha lama saja;
6. Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang mengatakan bahwa
ah
"terdapat banyak pemairi dalam sektor ritel modern baik: pada format
lik
minimarket, supermarket, department store, hypermarket, qrosir,
termasuk toko modern specialis ... , dan, masing-masing peritel
am
ub
tersebut secara terus-menerus malakukan ekspansi dari waktu ke
waktu dari satu wilayah ke wilayah lainnya ... ". Hal tersebut tidak
ep
menggambarkan keadaan hambatan masuk yang rendah, namun
k
si
ada. Walaupun adanya hambatan masuk yang tinggi dalam industri
ritel modern, namun hambatan masuk a quo tidak disebabkan oleh
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 235
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
keliru dalam menerapkan Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun
R
1999, sebagaimana tertuang dalam butir Ad.c. bagian Tentang
si
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 315;
ne
ng
2. Bahwa pemenuhan unsur Pasal 17
Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999
sangatlah penting sebelum suatu pelaku usaha dikatakan mempunyai
do
gu posisi monopoli. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 17 Ayat (2) UU
No.5 Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
In
A
"(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
ah
lik
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
am
ub
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak: dapat masuk ke
dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;
ep
atau
k
si
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu".
3. Dalam Pasal 17 Ayat (2) UU No.5
ne
ng
do
gu
Ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 tidak bersifat kumulatif, yaitu harus
In
A
lik
ub
(2) Huruf a dan b UU No.5 Tahun 1999, dan telah dijelaskan pada
R
ng
c, Pengadilan Negeri,
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 236
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sebagaimana tercantum dalam butir Ad.c. bagian Tentang
R
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri halaman 315-320,
si
merujuk pada istilah pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud
ne
ng
dalam ketentuan Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Dalam
mempertimbangkan pasar bersangkutan, Pengadilan Negeri
membaginya menjadi 2 (dua) caku pan , yaitu pasar produk dan pasar
do
gu
geografis. Dimana pertimbangan terkait dengan pasar produk,
In
A
Pengadilan Negeri menggunakan 3 (tiga) parameter, sebagaimana
tercantum dalam butir Ad.1.-Ad.3. bagian Tentang Pertimbangan
ah
lik
pertimbangan terkait dengan pasar geografis tercantum dalam butir 2
bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri
am
ub
halaman 318-319;
5. Bahwa pertimbangan hukum
ep
Pengadilan Negeri terkait dengan pasar
k
si
Negeri terkait dengan pasar geografis telah dibahas oleh Pemohon
Kasasi dalam butir B.5. Pokok-pokok Memori Kasasi. Berdasarkan
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 237
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pasar pemohon berdasarkan kajian AC. Nielsen jumlah pangsa pasar
R
pemohon keberatan dalam sektor ritel modern sebesar 17% (pada
si
tahun 2008) (Setelah Akuisisi Ha Retailindo). (Bukti P. 3/ C.160),
ne
ng
berdasarkan kajian MARS Indonesia pangsa pasar pemohon
keberatan dalam sektor ritel modern sebesar 5,8% (tahun 2008)
(Bukti P.4). Sedangkan berdasarkan data Euromonitor yang terdapat
do
gu dalam putusan Termohon keberatan pangsa pasar Pemohon
Keberatan sebesar 19,63% tahun 2008)".
In
A
7. Untuk selanjutnya, Pemohon Kasasi akan menguraikan pangsa pasar
ah
lik
17 Ayat (2) Huruf c UU No. 5 Tahun 1999 a quo. Pertimbangan
am
ub
Pemohon Kasasi tentang pangsa pasar Termohon Kasasi
sebelumnya telah diuraikan dalam butir II. Analisa Market Power
ep
bagian Tentang Duduk Perkara Putusan KPPU halaman 69 - 114,
k
si
a. Dalam menghitung pangsa pasar Termohon Kasasi di pasar
bersangku tan downstream, Pemohon Kasasi hanya
ne
ng
do
gu
lik
ub
Ramayana);
v. PT Alfa Retailindo, Tbk (dengan brand ritel Alfa
ka
Griya);
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 238
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Kasasi menghitung 15 (limabelas) wilayah pasar geografis,
R
karena hanya di wilayah itu saja yang terjadi perubahan
si
struktur pasar setelah Termohon Kasasi mengakuisisi PT Alfa
ne
ng
Retailindo, Tbk. Sehingga apa yang dilakukan oleh Pemohon
Kasasi adalah sudah relevan dan beralasan hukum, 15 (lima
do
gu belas) wilayah itu adalah sebagai berikut:
c. Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, dibagi menjadi 7 (tujuh)
In
A
wilayah pada jangkauan pasar geografis sejauh 4 km dari
outlet Alfa Retailindo, ketujuh wilayah tersebut disekitar:
ah
lik
2. Carrefour Express Lodan
3. Carrefour Express Menteng
am
ub
4. Carrefour Express Tendean
5. Carrefour Express Meruya Ilir
ep
6. Carrefour Express Kebayoran
k
si
1. Carrefour Ex Alfa Dukuh Kampung
Surabaya
ne
ng
do
gu
lik
ub
Karebosi, Makassar
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 239
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Termohon Kasasi melebihi 50%, yaitu:
R
1. Carrefour di wilayah Sunter, DKI Jakarta sebesar 62,04%
si
(enampuluh dua koma nol empat persen);
ne
ng
2. Carrefour di wilayah Lodan, DKI Jakarta sebesar 67,02%
(enampuluh tujuh koma nol dua persen);
3. Carrefour di wilayah Kebayoran, DKI Jakarta sebesar
do
gu 64,57% (enampuluh empat koma limapuluh tujuh persen);
4. Carrefour di wilayah Tendean, DKI Jakarta sebesar
In
A
59,53% (limapuluh sembilan koma limapuluh tiga persen);
5. Carrefour di wilayah Meruya, DKI Jakarta sebesar
ah
lik
persen);
6. Carrefour di wilayah Dukuh Kupang, Surabaya sebesar
am
ub
45,66% (empat puluh lima koma enam puluh enam
persen);
ep
7. Carrefour di wilayah Maguwoharjo, Yogyakarta sebesar
k
persen).
R
si
f. Bahwa analisa tersebut dilakukan dengan hanya
memperhitungkan supermarket dan hypermarket yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
lainnya;
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 240
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pemasok memiliki motivasi untuk memasok ke peritel yang
R
memiliki jaringan nasional agar produk dapat tersebar secara
si
nasional. Sehingga peritel dengan jangkauan lokal tidak
ne
ng
dapat secara serta merta dimasukkan sebagai perhitungan
karena sama sekali tidak relevan;
c. Berdasarkan analisa pasar yang Termohon Keberatan
do
gu lakukan terhadap data nilai penjualan hypermarket dan
supermarket, dilihat berdasarkan pendapatan trading terms,
In
A
diperoleh data sebagai berikut:
DATA PENDAPATAN TRADING TERMS
ah
lik
TAHUN 2005 - 2008 (DALAM RUPIAH)
am
ub
NAMA 2005 2006 2007 2008
PERITEL
MATAHARI 221,666,960,164 378,222,467,887 413,694,613,678 455,599,378,43
ep
CARREFOUR 319,740,000,000 386,623,000,000 906,045,000,000 1,422,042,000,098
k
INDONESIA
ah
si
ALFA 90,605,177,529 102,861,918,068 93,780,485,254
RETAILINDO
YOGYA 3,030,758,757 3,458,768,801 4,596,0046,518 7,006,204,081
ne
ng
do
gu
Untuk nilai pendapatan trading term Ramayana diperoleh dari: 10/100 x nilai
penjualan.
ah
lik
Angka 10% tersebut diperoleh dari rata-rata pendapatan trading terms yang
diperoleh Carrefour.
d. Berdasarkan rumus di atas diperoleh tabel pangsa pasar
m
ub
INDONESIA
es
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 241
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
YOGYA 0.31% 0.21% 0.23% 0.29%
LION SUPERINDO 3.19% 1.79% 1.62% 1.51%
si
TOTAL 100% 100% 100% 100%
Sumber: Data diolah
e. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa Termohon
ne
ng
Kasasi terbukti memiliki market power dan memiliki
pangsa pasar upstream sebesar 57,99% (limapuluh tujuh
do
gu 8.
koma sembilan puluh sembilan persen).
Selain itu, Nielsen, Euromonitor dan Mars dalam penelitiannya tidak
In
mendefenisikan pasar bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam
A
Pasal 1 Angka 10 UU No.5 Tahun 1999. Sehingga perhitungan
pangsa pasar yang dilakukan oleh ketiga lembaga a quo tidak dapat
ah
lik
digunakan untuk menghitung pangsa pasar Termohon Kasasi dalam
perkara a quo maupun mengukur eksistensi kekuatan pasar
am
ub
Termohon Kasasi secara akurat;
9. Nielsen dan Euromonitor dalam menilai kriteria dari ritel modern
hanya berdasarkan teknik penjualan yang menggunakan sistem price
ep
k
tag (label harga) dan self service (pelayanan sendiri) (vide bukti
ah
C108).
R
si
Kedua kriteria a quo hanya menggambarkan karakter dari ritel
modern. Karakter dan atau fungsi hanya salah satu unsur dan bukan
ne
ng
do
gu
lik
C108).
es
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 242
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
produk lainnya yang lazim dijual. Dengan demikian perhitungan
R
pangsa pasar yang dilakukan Nielsen tidak dapat menggambarkan
si
secara akurat nilai kekuatan pasar sesungguhnya yang dimiliki
ne
ng
Termohon Kasasi di pasar.
11. Selanjutnya metode yang digunakan Mars dalam menghitung pangsa
pasar didasarkan pada asumsi jumlah kunjungan bukan nilai nyata
do
gu penjualan, sebagaimana tercantum dalam hasil riset Mars bukti C187,
In
A
yang dapat kami kutip sebagai berikut:
"Sebagai dasar perhitungan, akan diasumsikan bahwa kunjungan >
ah
lik
sebulan konsumen tersebut berkunjung sebanyak 8 kali .... "
12. Dalam ketentuan Pasal 1 Angka 13 UU No.5 Tahun 1999, yang
am
ub
berbunyi sebagai berikut:
"Pangsa pasar adalah persentase nilai jual at au beli barang atau
ep
jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar
k
si
perhitungan yang dilakukan Mars tidak dapat dijadikan dasar sebagai
perhitungan pangsa pasar. Karena angka-angka yang dipublikasikan
ne
ng
do
gu
lik
ub
1999
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 243
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
R
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
si
persaingan usaha tidak: sehat".
ne
ng
2. Dalam paragraf 2 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan
Pengadilan Negeri halaman 320, yang dapat kami kutip sebagi berikut:
"Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
do
gu hukum di atas menurut hemat Majelis Pemohon Keberatan tidak:
dapat dikwalifikasikan melakukan penguasaan atas produksi
In
A
dan/atau pemasaran barang dan/jasa sebagaimana dimaksud di
dalam pasal 17 Ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999, dst ... "
ah
lik
mempertimbangkan Pasal 17 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1999 lebih
lanjut karena Pengadilan Negeri melihat bahwa Termohon Kasasi tidak
am
ub
dapat dikualifikasikan melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/jasa. Pada intinya Pemohon Kasasi tidak
ep
sependapat dengan pertimbangan hukum Pengadilan Negeri a
k
si
sebagaimana telah diuraikan dalam butir C.4. Pokok-pokok Memori
Kasasi. Dikarenakan unsur Pasal 17 Ayat (2) Huruf c UU No.5 Tahun
ne
ng
do
gu
lik
ub
Putusan KPPU halaman 264 - 269, yang dapat kami kutip sebagai
ah
berikut:
R
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 244
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
usaha di bidang perekonomian sebagaimana telah
R
diterangkan dalam bagian Identitas Terlapor;
si
6.3.5.2. Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
ne
ng
6.3.6 Penguasaan Pasar;
6.3.6.1 Pelaku usaha dianggap menguasai pasar sesuai dengan
ketentuan Pasal 17 Ayat (2) UU No 5 Tahun 1999
do
gu apabila (a) barang dan ataujasa yang bersangkutan
belum ada subsitusinya; atau (b) mengakibatkan pelaku
In
A
usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama; atau (c) suatu
ah
lik
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu;
am
ub
6.3.6.2 Bahwa berdasarkan data LHPL dan pertimbangan
Majelis Komisi pada bagian Pangsa Pasar Terlapor,
ep
Majelis Komisi menilai bahwa Terlapor memiliki pangsa
k
si
persen) pada pasar bersangkutan upstream;
6.3.6.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
ne
ng
6.3.7 Perilaku;
6.3.7.1 Bahwa Terlapor telah melakukan akuisisi terhadap Alfa
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 245
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pemasok, dan tidak terdapat entry barrier;
R
6.3.8.4 Majelis Komisi menilai dalil-dalil yang diajukan oleh
si
Terlapor untuk menunjukkan persaingan yang sehat
ne
ng
didasarkan pada pendefinisian pasar bersangkutan
yang salah;
6.3.8.5 Analisis terhadap tingkat persaingan seharusnya diukur
do
gu pada pasar bersangkutan yaitu pasar bersangkutan
downstream berupa hypermarket dan supermarket
In
A
dalam radius 4 km (empat kilometer) untuk wilayah DKI
Jakarta dan 5 km (lima kilometer) untuk wilayah di luar
ah
lik
jasa riteI hypermarket dan supermarket di seluruh
wilayah Indonesia;
am
ub
6.3.8.6 Definisi pasar bersangkutan yang tidak tepat
sebagaimana yang diajukan oleh Terlapor
ep
menyebabkan Majelis Komisi tidak dapat menerima
k
si
6.3.8.7 Majelis Komisi berpendapat bahwa terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
tinggi;
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 246
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
6.3.8.9 Majelis Komisi berpendapat bahwa dalam pasar
R
bersangkutan jumlah pelaku usaha diukur dari
si
adanya peningkatan jumlah pelaku usaha di pasar
ne
ng
dan bukan dari peningkatan jumlah output yang
diproduksi. Pertumbuhan jumlah output yang diproduksi
menjadi indikator adanya perkembangan industri,
do
gu namun adanya perkembangan industri tersebut tidak
serta merta dapat diartikan bahwa tingkat entry barrier
In
A
rendah, karena suatu industri dapat saja tumbuh
dan pada saat bersamaan tingkat entry barrier tetap
ah
lik
pertumbuhan permintaan yang tetap disuplai oleh
pelaku usaha yang ada. Sehingga industri tersebut
am
ub
mengalami pertumbuhan namun hanya dinikmati oleh
pelaku usaha incumbent saja;
ep
6.3.8.10 Selain itu, kondisi persaingan juga dapat diukur dari
k
si
dan cenderung meningkat menunjukkan bahwa
kondisi industri pasar bersangkutan didominasi
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 247
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
ne
ng
do
3779,16
gu 98%
96%
3581,29
2950,09 96,70%
4000
3500
In
A
92% 92,91% 2084,38 93,36% 2500
91,89%
90% 2000
ah
lik
88% 1500
ub
84% 500
82% 0
2004 2005 2006CR4 2007HHI 2008
ep
k
ah
si
6.3.8.12 Berdasarkan qrafik tersebut terlihat bahwa sebelum
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 248
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pasar yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut
R
dinyatakan melanggar hukum persaingan usaha,
si
apabila kekuatan pasar tersebut secara unilateral
ne
ng
digunakan untuk menqeksploitasi surplus konsumen
dan/atau mencegah pelaku usaha pesaing untuk
masuk ke pasar atau bersainq secara efekiif ;
do
gu 6.3.8.14 LHPL telah menunjukkan beberapa perilaku unilateral
dari Terlapor sebagai upaya untuk menqekploitasi
In
A
surplus dari para pemasoknya, antara lain :
a. Menerapkan besaran trading terms Carrefour
ah
lik
b. Memperhitungkan jenis trading terms
additional conditional rebate baik kepada pemasok
am
ub
Terlapor dan Alfa berdasarkan total penjualan
Carrefour dan Alfa;
ep
c. Memaksakan pemasok Terlapor untuk juga
k
si
menunjukkan bahwa entry barrier pada pasar
bersangkutan termasuk tinggi sebaqaimana
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 249
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
menunjukkan adanya tindakan paralel pada pasar
R
bersangkutan berdasarkan keterangan-keterangan
si
yang diperoleh. dari Pemasok (vide B2, BS, B9, B12)
ne
ng
dengan entry barrier yang tinggi serta tingkat
konsentrasi yang cenderung meningkat;
6.3.8.19 Dengan demikian. Majelis Komisi sependapat
do
gu dengan dengan keseluruhan dalil-dalil Tim Pemeriksa
dalam LHPL mengenai dampak perilaku Terlapor
In
A
pasca akuisisi Alfa;
6.3.8.20 Oleh karena itu Majelis Komisi berpendapat
ah
lik
persaingan sebagai akibat akuisisi yang
dilakukan oleh Terlapor terhadap Alfa;
am
ub
6.3.8.21 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
5. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah sepatutnya
ep
Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Kasasi (Judex Juris) untuk
k
si
E. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATUT DIBATALKAN KARENA
SALAH DALAM MENERAPKAN PASAL 25 AYAT (1) HURUF A UU NO.5
ne
ng
TAHUN 1999
1. Bahwa Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah atau
do
gu
Huruf a UU No.5 Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
"(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik:
ah
lik
ub
maupun kualitas".
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 250
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
"(2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud
R
Ayat (1) apabila:
si
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
ne
ng
menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu; atau
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
do
gu menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu".
In
A
3. Mengenai kriteria bahwa apakah Termohon Kasasi memiliki posisi
dominan, Pengadilan Negeri mengacu pada pertimbangan hukumnya
ah
lik
paragraf 3 bagian Tentang Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan
Negeri halaman 321, yang dapat kami kutip sebagai berikut:
am
ub
"Menimbang, bahwa mengenai kriteria pelaku usaha memiliki
posisi dominan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 25 Ayat 2
ep
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 tersebut di atas bila dikaitkan
k
si
pemohon keberatan sama sekali tidak: memiliki posisi dominan
karena pangsa pasar pemohon keberatan masih jauh di bawah
ne
ng
do
gu
lik
ub
dibawah 50% (lima puluh persen) adalah tidak tepat dan salah.
Karena berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta serta dalil-dalil dari
ka
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 251
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
5. Apabila dikaitkan dengan dalil-dalil Pemohon Kasasi dalam butir C.4.
R
Pokok-pokok Memori Kasasi, maka kriteria yang ditetapkan dalam
si
Pasal 25 Ayat (2) Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 telah terpenuhi.
ne
ng
Dengan demikian,. pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang
menyatakan bahwa unsur posisi dominan tidak terpenuhi dan
menyatakan Termohon Kasasi tidak terbukti melanggar Pasal 25 Ayat
do
gu (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999 adalah tidak tepat dan salah. Oleh
karena itu, Putusan Pengadilan Negeri patut dibatalkan karena salah
In
A
dalam menerapkan Pasal 25 Ayat (1) Huruf a UU No.5 Tahun 1999;
6. Pemohon Kasasi dalam Putusan KPPU telah menjelaskan pelanggaran
ah
lik
Huruf a UU No.5 Tahun 1999, dalam menerapkan Pasal 25 Ayat (1)
am
ub
Huruf a UU No. 5 Tahun 1999 Pemohon Kasasi menilai beberapa
unsur pertama, pelaku usaha; kedua, posisi dominan; ketiga, adanya
ep
syarat-syarat perdagangan; keempat, adanya konsumen; dan, kelima,
k
si
bersaing. Penilaian kelima unsur a quo tertuang dalam butir 6.4.5.-
6.4.9. bagian Tentang Hukum Putusan KPPU halaman 270- 275, yang
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 252
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
6.4.6.2 Bahwa berdasarkan data LHPL dan pertimbangan
R
Majelis Komisi pada bagian Pangsa Pasar Terlapor,
si
Majelis Komisi menilai bahwa Terlapor memiliki pangsa
ne
ng
pasar lebih dari 50% (limapuluh persen), yaitu sebesar
57,99% (limapuluh tujuh koma sembilan puluh sembilan
persen) pada pasar jasa hypermarket dan supermarket
do
gu di seluruh wilayah Indonesia;
6.4.6.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
In
A
6.4.7 Syarat Perdagangan;
6.4.7.1 Pengertian syarat-syarat perdagangan adalah butir
ah
lik
ukuran bahwa perjanjian dimaksud dapat dilaksanakan,
atau tidak dapat dilaksanakan ;
am
ub
6.4.7.2 Terlapor setiap tahunnya membuat syarat perdagangan
(trading terms) dalam suatu perjanjian nasional dengan
ep
para pemasok yang memuat syarat dan ketentuan bagi
k
si
C194) ;
6.4.7.3 Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
ne
ng
6.4.8 Konsumen;
6.4.8.1. Sesuai dengan Pasal 1 Angka 15 UU No. 5 Tahun 1999,
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 253
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pokoknya menyatakan:
R
a. Ketentuan trading terms antara Terlapor dan
si
para pemasoknya sama sekali tidak: melanggar
ne
ng
ketentuan hukum yang berlaku dan LHPL juga
sama sekali tidak menyebutkan bahwa trading
terms Terlapor melanggar hukum dan ketentuan
do
gu perundang-undangan yang berlaku;
b. Adanya proses neqosiasi menunjukkan tidak
In
A
adanya paksaan atau tekanan dari Terlapor
(maupun dari Alfa) kepada pemasok serta juga
ah
lik
ataupun pemasok adalah sama;
c. Trading terms salah satu peritel lain nilainya lebih.
am
ub
besar dibandingkan dengan nilai trading terms
Terlapor untuk pemasok barang yang sama,
ep
sehingga membuktikan trading terms Terlapor bukan
k
lainnya;
R
si
d. Terlapor keberatan terhadap fenomena coordinated
conduct dimana Terlapor merupakan leader dalam
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 254
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
format trading terms dan besaran yang diberlakukan.
R
tidak sesuai dengan aturan yang ada sehingga tidak:
si
disepakatinya trading terms untuk perjanjian
ne
ng
kerjasama tahun ini antara Terlapor dan pemasok
(vide B12). Hal ini diperkuat dengan adanya syarat
additional conditional rebate pada trading terms
do
gu Terlapor yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada sehingga
In
A
menunjukkan trading terms Terlapor melanggar
hukum dan peraturan perundangan yang berlaku;
ah
lik
Terlapor, seringkali pemasok dalam posisi yang
lemah (vide B2), dimana biasanya Terlapor ingin
am
ub
melakukan negosiasi secara lisan dan menekan
pemasok dengan cara menetapkan harga secara
ep
sepihak bahkan pemasok mendapat ancaman untuk
k
si
dengan adanya pemaksaan jual rugi yang diperkuat
dengan survey LPEM UI (vide C188) tentang
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 255
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
terms yang seharusnya dapat menjadi pilihan bagi
R
pemasok;
si
f. Hal ini juga diperkuat dengan jenis trading
ne
ng
terms yang dilakukari pesaing dari Terlapor ang
cenderung meniru trading terms Terlapor (vide B12),
sehingga besaran trading terms yang diterima
do
gu pemasok pada pasar pesaing juga ikut naik dan
menghalangi pemasok untuk mendapatkan pilihan
In
A
trading terms yang bersaing;
g. Dampak dari perilaku ini menyebabkan pemasok
ah
lik
mendapatkan trading terms yang lebih kecil.
Akibatnya insentif bagi pemasok dalam melakukan
am
ub
inovasi produk-produk baru akan berkurang karena
keuntungan yang seharusnya bisa dinikmatinya
ep
akan diserap habis oleh Terlapor dan peritel modern;
k
si
trading terms tertinggi di antara pelaku usaha pada
pasar bersangkutan. Upstream tidak dapat diterima,
ne
ng
do
gu
lik
ub
ng
Terlapor;
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 256
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
k. Majelis Komisi menilai bahwa (penerapan standar
R
trading terms yang sama antara pemasok Terlapor
si
dengan pemasok Alfa bukanlah hal yang melanggar
ne
ng
hukum, akan tetapi melalui proses negosiasi hanya
dengan satu buyer yang sama untuk dua transaksi
yang berbeda, menyebabkan adanya perilaku tying,
do
gu dimana pemasok dapat dipaksa untuk menerima
besaran trading terms Terlapor maupun trading
In
A
terms Alfa, sebagaimana dijelaskan dalam LHPL.
Hal ini diperkuat dengan adanya klausul additional
ah
lik
B12)
6.4.9.4. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka Majelis
am
ub
Komisi menyimpulkan bahwa dampak syarat
perdagangan (trading terms) yang diterapkan oleh
ep
Terlapor terhadap pemasok menimbulkan persaingan
k
si
6.4.9.5. Dengan demikian unsur ini terpenuhi;
7. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian diatas, sudah sepatutnya
ne
ng
do
gu
lik
ub
Agung berpendapat :
ep
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 257
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
terdapat banyak substitusi; atau bahkan sama dengan barang-barang yang
R
dijual oleh peritel modern lainya baik yang berbentuk Mini Market,
si
Supermarket, Hypermarket, Depstore, grosir termasuk Toko Modern Special,
ne
ng
baik tingkat nasional maupun tingkat lokal ;
o bahwa tidak telah terbukti Termohon Kasasi/Pemohon Keberatan
(PT. Carrefour Indonesia) menghambat atau menghalangi pihak manapun
do
gu yang ingin melakukan kegiatan usaha yang sama dan atau pelaku usaha
lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha ritel modern untuk
In
A
menjual barang yang sama ;
o bahwa dari (bukti P3/C.160) dan (bukti P4) telah ternyata
ah
lik
pangsa pasar Termohon Kasasi/Pemohon Keberatan (PT. Carrefour
Indonesia) terhadap jenis barang dalam sektor Ritel Modern jauh di bawah
50% berdasarkan hasil kajian Tahun 2007 sebesar 19,63% dan dalam tahun
am
ub
2008 sebesar 17% ;
o bahwa berdasarkan bukti tersebut di atas dalam hubungan kajian
ep
AC Nielson, pangsa pasar PT. Carrefour Indonesia sebelum akuisisi Alfa
k
Retailindo sebesar 14,5 % dan sesudah akuisisi Alfa Retailindo menjadi 17%
ah
dan pula kajian Mars Indonesia serta data dari Euromonitor menunjukkan
R
si
pangsa pasar PT. Carrefour Indonesia jauh di bawah 50%, dengan demikian
pelaku usaha tersebut tidak memiliki posisi dominan ;
ne
ng
do
gu
lik
ub
terbukti tidak melanggar Pasal 28 UU No.5 Tahun 1999 sehingga adalah tidak
berdasar apabila Termohon Kasasi diperintahkan untuk melepaskan seluruh
ka
UU No. 5 Tahun 1999 tidak mengatur mengenai transaksi akuisisi seperti dalam
ah
perkara a quo karena hal tersebut diatur secara khusus yaitu dalam ketentuan
R
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 258
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Menimbang, bahwa atas pertimbangan tersebut di atas, Hakim Agung
R
yaitu : Prof. Rehngena Purba, SH.,MS. menyatakan berbeda pendapat
si
(dissenting opinion) dengan alasan sebagai berikut :
ne
ng
Bahwa alasan-alasan Pemohon Kasasi/Pemohon keberatan dapat
dibenarkan, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahwa Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah salah dalam
do
gu menilai dan mempertimbangkan fakta hukum/fakta di persidangan serta
salah dalam penerapan hukum, di mana berdasarkan fakta hukum terbukti
In
A
bahwa :
11) berdasarkan hasil penelitian Pemohon Kasasi diperoleh data bahwa
ah
lik
dengan jumlah pangsa pasar (market share) pada pasar upstream
sebesar 46,03%. Proses akuisisi, pada pasar downstream pangsa
am
ub
pasar (market share) Carrefour meningkat menjadi 57,99% ;
22)bahwa Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sama sekali tidak
ep
mempertimbangkan hasil penelitian KPPU tersebut, sedangkan
k
si
33)bahwa Termohon Kasasi yang terbukti memiliki pangsa pasar di atas
50% sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (2) huruf c UU No. 5 Tahun
ne
ng
do
gu
lik
ub
tetap (BHT).
ah
ng
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 259
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
karenanya pertimbangan Judex Facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
R
adalah salah dalam penerapan hukum pembuktian ;
si
5. Bahwa selebihnya P.III conform dengan alasan kasasi dari Pemohon Kasasi
ne
ng
(halaman 158 huruf i s/d k dan 6.4. 9.4 memori kasasi) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi : KOMISI
do
gu PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU) tersebut
harus ditolak ;
In
A
Menimbang, oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
ah
lik
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
am
ub
1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta
ep
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
k
ah
MENGADILI:
R
si
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU)
ne
ng
tersebut ;
Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
do
gu
SH.,MS. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, H. Muhammad Taufik, SH.,MH. dan Syamsul Ma’arif,
ah
lik
ub
ep
Panitera Pengganti
es
Biaya-biaya :
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 260
am
u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. M e t e r a i …………. Rp. 6.000,-
si
2. R e d a k s i ………… Rp. 5.000,-
3. Administrasi Kasasi …. Rp. 489.000,- +
Jumlah = Rp. 500.000,-
ne
ng
Untuk Salinan
Mahkamah Agung RI
do
gu a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus
In
A
ah
lik
RAHMI MULYATI, SH. MH.
NIP. 040 049 629
am
ub
ep
k
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
es
M
ng
on
gu
Dokumen ini diunduh dari situs http://putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SK/KMA/VII/2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan (SK 144)
bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
h
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
ik
Halaman 261