Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TANYA JAWAB KELOMPOK 7 KELAS 2A PGSD

“Estetika Romantik”

Dosen Pengampu : Dr. Yulianti Fitriani, S.Pd., M.Sn.

Moderator : Hanifah Zahran Robani (2007018)

Notulen : Alfianti Dwi Hafsari (2006286)

Waktu Pelaksanaan : Rabu, 03 November 2021

Anggota Kelompok 7 :

1. Refi Muftia Rini (2004813)


2. Shofia Dwi Aryani (2005575)
3. Siti Farkhanah (2007080)
4. Siti Sofiatul Laila (2001644)
5. Veronika Chandra Kirana (2001031)
Hasil Diskusi

1. Nama Penanya: Fina Nurfitriani (2001327)

Pertanyaan: Dalam ppt terdapat perbedaan antara apollonian dan dionysian, lalu apa penjelasan
dari perbedaannya dan apakah ada contoh dari seni apollonian dan dionysian tersebut?

Nama Penjawab: Siti Sofiatul Laila (2001644)

Jawaban:

Apollonian dan Dionysian

Apollonian. Nietzsche membandingkan para pengikut Apollo dengan mimpi. Ketika bermimpi,
kita mengekspresikan khayalan, tetapi itu juga sekaligus merupakan suatu cara untuk melupakan
dunia dan bukannya menghadapi realitas dunia ini. Seri Apollonian dicontohkan melalui lukisan
dan pahatan. Seperti halnya ketika kita membangkitkan khayalan dalam mimpi, kita juga
melakukan hal serupa di dalam lukisan. Namun, lukisan-lukisan itu hanyalah merupakan
representasi dari dunia ini. Lukisan-lukisan itu adalah fantasi yang membuat kita melupakan
dunia yang didiami manusia, setidaknya untuk sesaat. Unsur Apollonian diperlukan untuk
menciptakan ilusi dan fantasi yang mengalihkan perhatian bangsa Yunani dari kengerian hidup
sehari-hari. Nietzsche berpendapat bahwa jika bangsa Yunani diduga sebahagia dan seceria
sebagaimana digambarkan, maka tidak akan perlu lagi ada seni Apollonian. Sekalipun demikian,
banyak bukti tentang tragedi Yunani yang menunjukkan bahwa mereka sangat menderita.

Contoh seni seperti: musik klasik, karya Homer, penyair yang menuliskan Iliad dan Odyssey

Dionysian.  Nietzsche membandingkan seni Dionysian dengan keadaan mabuk. Tentunya yang
dia maksud bukan mabuk minuman keras, melainkan lebih semacam ekstase yang bisa
disebabkan oleh bermacam-macam hal di luar alkohol, misalnya, menari, atau berbagai kegiatan
keagamaan. Seperti halnya Apollonian, Dionysian merupakan sebuah mekanisme untuk lari dari
kenyataan, tapi mabuk tidaklah sama dengan fantasi. Fantasi dalam Mimpi merupakan
pengalaman pribadi dan individual, dan di situlah manusia bisa mengelakkan diri dari dunia ini.
Namun demikian, mabuknya Dionysian bukanlah melupakan dunia, tetapi melupakan diri sendiri
(itself) dan mengalami penyatuan komunal yang lebih mistis sifatnya. Seni Dionysian lebih dekat
dengan musik dan puisi. Unsur Dionysian merupkan paduan suara tragis yang ada di dalam
tragedi. Paduan suara itu akan menyampaikan cerita melalui lagu. Paduan suara ini berfungsi
sebagai pengganti artistik ritus penyembahan Dionysian yang memberi kesempatan kepada
penonton untuk mengidentifikasikan dengan nyanyiannyanyian itu, tokoh-tokoh yang menari dan
karenanya berpartisipasi dalam tragedi mereka sendiri, membiarkan penonton merasakan suatu
rasa kesatuan dengan sesama penonton, dengan paduan suara, maupun dengan drama tragedi,
demikian pula halnya dengan perasaan mereka sendiri menjadi dewa. Contoh: musik rock, karya
tragedi Sophocles dan Aeschylus.

Tambahan Shofia Dwi Aryani (2005575)

Apollo adalah otak: dewa matahari, akal, dan mimpi. Musik kepala. Musik untuk bermeditasi
atau melayang. Apollonian melibatkan keheningan dan pemikiran Contoh karya: musik klasik
dan jazz. Bach, Beethoven, Ravel, Debussy, Coltrane, Miles Davis. Juga musik latin tropis oleh
Tito Puente, Tito Rodriguez, Celia Cruz, dan lain-lain.

Dionysian melibatkan gerakan, menari, trans individu dan kolektif dan ekstasi. Karnaval Daisy
Listrik, Kaskade, musik elektronik, lagu Coldplay, rave, mosh pit adalah penerbangan kolektif ke
ekstasi, di mana orang dengan senang hati meninggalkan indra normal mereka dan tenggelam
dalam musik. Ekstasi, bagaimanapun juga, berarti "keluar dari tubuh". Itu bisa dan memang
menjadi liar. Itulah inti dari pengalaman Dionysian. Karya-karya sufi selanjutnya dari John
Coltrane adalah kombinasi dari keduanya—karya-karya seperti A Love Supreme dan Ascension

Tambahan Meri Andini (2002819)

Apollonian dan Dionysian adalah dua mentalitas yang selalu bertentangan, diambil dari tragedi
Yunani kuno. Keduanya sering saling mempengaruhi, meski disatukan dalam satu bentuk yakni
seni. Dionysian berasal dari nama dewa teater, dewa anggur, dewa mabuk sekaligus dewa pesta,
Dionysius. Dia menjadi sebuah simbol ketika seseorang mabuk mistikal dan mencapai ekstase.
Hal yang mendobrak arus hidup yang monoton, serta mengacaukan semua susunan norma yang
sudah mapan. Seni dianggap tidak akan berkembang, apabila tidak ada konflik,serta tidak ada
dialektika. Karena seni tidak berkembang, maka kebudayaan ikut mandeg. Di situ peran penting
dionysian.
Sedangkan apollonian berasal dari nama dewa matahari dan ilmu pengetahuan, Apollo. Dia
adalah simbol keteraturan, kedisiplinan, rasional, berdasarkan rencana yang matang. Sangat baik
mungkin, tapi tidak ada gairah di sana. Semuanya akan teratur, mengalir tanpa ada arus balik.
Bisa dikatakan, dionysian adalah unsur-unsur yang bebas, dan apollonian adalah keteraturan.
Dalam hidup, kita dipaksa untuk mengikuti keteraturan, tapi dari dalam diri muncul perlawanan.
Contoh alat musik : Aliran apollonian itu menggunakan alat musik lyra (harpa kecil) Aliran
dionysian menggunakan alat musik aulos

2. Nama Penanya: Meri Andini (2002819)

Pertanyaan: Mengutip pada slide ke-5 point ke-7 bahwa "Seniman jenius tidak lagi mengikuti
aturan tradisi, tetapi membuat aturan sendiri, trobosan, serta komponen-komponen baru" Nah,
apa bukti nyata dari pernyataan tersebut.

Nama Penjawab: Refi Muftia Rini (2004813)

Jawaban:

Bahwasanya seni romantisme menekankan pada emosi sebagai kebebasan ekspresi dari seniman
dalam menciptakan suatu karya seni seniman dituntut memiliki kreatifitas agar karya yang
dilahirkan berkualitas. Serta dapat mewujudkan karya seni yang belum pernah ada atau karya
seni yang sudah ada namun dimodifikasi dengan kreasi dan inovasi baru. Sehingga Proses
berfikir kreatif seniman merupakan proses melahirkan ide-ide baru dalam karya seninya. Maka
dari itu seniman tidak lagi hanya mengikuti aturan tradisi saja dalam menciptakan karya seni
namun seniman bisa membuat trobosan sendiri dalam membuat suatu karya seni sesuai dengan
Nalurinya. Naluri itu merupakan dorongan dari dalam diri seniman itu untuk melalukan sesuatu
yang melahirkan kreasi-kreasi baru. Contohnya seperti

● Seniman Affandi Koesoema adalah seorang pelukis berbakat yang pernah ada di
Indonesia dan dunia. Ia dikenal sebagai seorang maestro dalam seni lukis dengan gaya
lukisannya yang berbau abstrak dan romantisme dengan aliran ekspresionisme. Ia
terkenal dengan teknik lukisnya yang khas yaitu dengan menumpahkan cat langsung dari
tube ke kanvas lalu menyapukan sebagian cat menggunakan jari – jarinya, untuk bermain
dan mengolah warna sebagai media pengekspresian diri. Dan ia tidak mau membaca teori
– teori mengenai teknik melukis karena lebih senang mempelajarinya dengan praktek
langsung. Namun dengan itu dia bisa menjadi seniman yang hebat, sekitar 2000 karya
lukisannya yang sudah dipamerkan di berbagai bagian dunia seperti London, Amsterdam,
Roma India, benua Australia dan Amerika.

● Lalu kemudian Ada juga baru – baru ini seniman asal Colorado bernama Michael
Papadakis telah memberi arti baru dalam seni yang jauh dari aturan tradisi dan cara
biasanya. Dimana biasanya pelukis membutuhkan kuas, cat air, kanvas, dan sebagainya
untuk lukisannya. Namun pria ini menggunakan sinar matahari untuk melukis setelah
menggunakannya untuk melukis dengan memanfaatkan sinar matahari dan kaca
pembesar. Seniman muda itu membuang semua alat lukisnya dan mulai bereksperimen
dengan sinar matahari. Papadakis memfokuskan titik kecil yang didapatkan dari kaca
pembesar yang dihadapkan ke sinar matahari kemudian dia menggerakkan titik tersebut
untuk menghasilkan gambar. Sehingga Dia bisa membuat gambar pemandangan alam,
potret binatang, dan lain-lain.

Dan masih banyak lagi contoh nyata lainnya. Kurang lebihnya seperti itu meri.

3. Nama Penanya: Refa Tiwi Alia Fatin (2004884)

Pertanyaan: Dalam slide 5 terdapat semboyan l'art pour I'art. Dapatkah penyaji menjelaskan
makna/ sebab adanya istilah tersebut dan seperti apakah contohnya?

Nama Penjawab: Shofia Dwi Aryani (2005575)

Jawaban:

I' Art Pour I' Art adalah 'seni demi seni itu sendiri'. Teori yang pertama kali muncul di Perancis
yang mengisyaratkan bahwa seni (sastra) itu jangan dipergunakan untuk mempertahankan atau
menentang nilai-nilai susila, sosial, dan lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan
seni. Teori ini ditokohi oleh Flaubert dan Th Gantier.

L’art pour l’art  (seni untuk seni) adalah slogan Prancis yang muncul sekitar abad ke-19. Frasa
itu menegaskan bahwa nilai intrinsik seni, dan satu-satunya seni yang sebenarnya, dipisahkan
dan tidak mempunyai tujuan seperti nilai-nilai moral hingga fungsi didaktik (pendidikan,
pengajaran). Karya-karya yang mendukung soal ini kadang-kadang digambarkan sebagai
“autotelis” (dari istilah Yunani: autoteles) yang berarti lengkap dalam dirinya sendiri.

Slogan ini juga diangkat untuk menentang di antaranya kelompok seniman “beraliran” sosialis
marxis yang menuntut nilai seni untuk melayani moral atau bertujuan mendidik masyarakat yang
mengarah pada adanya politisasi seni. Contoh karyanya lukisannya Whistler’s Mother (1871)
dianggap sebagai salah satu lukisan Amerika paling terkemuka

Tambahan Meri Andini (2002819)

L’art pour l’art (seni untuk seni) adalah slogan Prancis yang muncul sekitar abad ke-19. Frasa itu
menegaskan bahwa nilai intrinsik seni, dan satu-satunya seni yang sebenarnya, dipisahkan dan
tidak mempunyai tujuan seperti nilai-nilai moral hingga fungsi didaktik (pendidikan,
pengajaran). Karya-karya yang mendukung soal ini kadang-kadang digambarkan sebagai
“autotelis” (dari istilah Yunani: autoteles) yang berarti lengkap dalam dirinya sendiri.

Penggunaan frasa “L’art pour l’art” ini dipopulerkan oleh Théophile Gautier (1811–1872),
seorang penyair, dramawan, novelis, jurnalis, dan kritikus seni dan sastra Prancis. Dia
meletakkan frasa tersebut dalam kata pengantar untuk bukunya pada 1835, Mademoiselle de
Maupin. Meski, ada informasi lain yang menyebutkan, Gautier bukanlah yang pertama
memunculkan frasa itu karena frasa itu juga ditemui dalam karya Victor Cousin (filsuf Perancis,
hidup 1792–1867), Benjamin Constant (penulis dan politis Swiss-Perancism hidup 1767–1830),
dan Edgar Allan Poe (penulis dan kritikus sastra Amerika, hidup 1809–1849).

4. Nama Penanya: Anisa Agustiana (2000382)


Pertanyaan: Pada abad estetika romantik, seni digunakan sebagai embodiment dari emosi.
Maksud dan contoh dari seni sebagai embodiment emosi seperti apa?

Nama Penjawab: Shofia Dwi Aryani (2005575)

Jawaban:

Seni digunakan sebagai embodiment dari emosi. Embodiment disini artinya adalah perwujudan.
Jadi seni digunakan sebagai perwujudan dari emosi jadi, karya seni merupakan symbol emosi
sang seniman, sang seniman dalam mengekspresikan emosinya tidak secara langsung melainkan
melalui simbol-simbol yang ia ciptakan dan ia masukan ke dalam karyanya.

5. Nama Penanya: Dhiya Shofie Agustin (2001789)

Pertanyaan: Apakah hasil karya ketika era Romantika bertentangan dengan nilai-nilai
kehidupan khususnya kehidupan sosial saat dizamannya?

Nama Penjawab: VERONIKA CHANDRA KIRANA (2001031)


Jawaban:
Apakah hasil karya ketika era Romantika bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan khususnya
kehidupan sosial saat dizamannya? Kemudian hasil karya apa saja yang memang sampai saat ini
masih sangat dikagumi? Serta siapakah seniman yang paling berpengaruh saat era romantika ini?
A. Apakah hasil karya ketika era Romantika bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan
khususnya kehidupan sosial saat dizamannya?
Menurut saya tidak karena hasil karya seni pada era romantik ini hanya mememberikan
penekanan emosi yang kuat dari segi estetika dan menyertakan emosi dari pengaruh alam. Selain
itu juga mengangkat seni rakyat, alam dan kebiasaan, serta aktivitas manusia. Seperti terpesona
oleh suasa alam, awan,langit, lingkungan alaminya, kejadian nyata seperti menggambarkan
reruntuhan gereja biara dan kecelakaan kapal Prancis kontemporer, lalu terinspirasi oleh medan
yang kasar dan liar atau menangkap keindahan di suatu negara dan hasil salah satu hasil karya
dapat membantu menginspirasi gerakan untuk melestarikan bagian paling indah dari hutan
belantara negara dan untuk menciptakan sistem taman Nasional.
B. Kemudian hasil karyanya itu seperti karya-Karya Raden Saleh diataranya yaitu:
● Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)
● Perburuan Banteng (1855)
● Die Lowenjagd / Perburuan Singa (1839)
● Abbey in an Oak Forest, by Caspar David Friedrich, (1810)
● The Charging Chasseur, by Theodore Gericault (1812) dan masih banyak lainnya.

C. Seniman yang paling berpengaruh pada Era Romantik yaitu :


1. Caspar DavidFriedrich
Caspar David Friedrich (5 September 1774 -7Mei 1840) adalah seorang pelukis lansekapJerman
Romantis abad ke-19, Ia terkenal karenabentang alam alegoris pertengahan periodeyang
biasanya menampilkan tokoh-tokohkontemplatif siluet terhadap langit malam,kabut pagi, pohon
tandus atau reruntuhanGotik atau megalitik.
2. Jean-Louis André Théodore Géricault (26 September 1791 -26 Januari 1824)
SeorangpelukisdanlitografPrancis yangberpengaruh, lukisannya yang paling terkenal adalah
Rakit Medusa. Meskipun dia mati muda, diaadalah salah satu peloporgerakan Romantis.

Tambahan Shofia Dwi Aryani (2005575)


Hasil karya pada era romantika tidak bertentangan dengan nilai nilai kehidupan khususnya
kehidupan sosial saat zamannya. Karena hasil karya era romantika sangat menggambarkan
sebagai perwujudan. jadi, karya seni merupakan symbol emosi sang seniman, sang seniman
dalam mengekspresikan emosinya tidak secara langsung melainkan melalui simbol-simbol yang
ia ciptakan dan ia masukan ke dalam karyanya.

hasil karya apa saja yang memang sampai saat ini masih sangat dikagumi?
Karya-karya terbesar Nietzsche adalah The Birth of Tragedy; Human, All Too Human; Thus
Spoke Zarathustra; The Will to Power. Thus Spake Zarathustra
Isi yang paling terkenal: “God is Dead”
Dimana menggambarkan pemikiran saintifik manusia sangat mendominasi saat itu, sehingga
tidak ada ruang lagi untuk spiritual manusia. Namun, pendapatnya ini sering disalahgunakan
ataupun disalah tanggap oleh beberapa pihak tanpa mengetahui maksud yang sebenarnya.
Arthur Schopenhaue, Lukisan The Second of May 1808, karya Francisco de Goya, tahun 1814
Menurut Schopenhauer, karya seperti inilah yang dimaksud dengan seni. Dimana didalamnya
terdapat perpaduan antara sejarah, imajinasi, dan kemampuan teknis dari seniman.
Dengan seni, kita dapat memahami apa yang mendorong tidakan-tindakan kita/ motif tindakan
kita. Namun, bukan hanya seni dalam bentuk visual, seni yang dimaksud oleh Schopenhauer juga
termasuk seni musik, dan sastra.

siapakah seniman yang paling berpengaruh saat era romantika ini?


Arthur Scopenhauer dan Fredrich Nietzsche lah pemikir yang pemikirannya paling menonjol di
zaman ini, Scopenhauer yang terkenal dengan filsafat kehendak sebagai dasar segala sesuatu
sedangkan Nietzsche membedakan dua macam sikap kesenian yaitu seni Apollonian (emosi yang
tenang dan teratur) dan seni Dyonisian (emosi yang meluap-luap) yang diambil dari nama dewa
Yunani Apollo dewa kesuburan dan Dionysos yaitu dewa anggur.

6. Nama Penanya: Dwi Wulan Safitri (2000183)

Pertanyaan: Pada slide ke-10 dijelaskan bahwa, seni sebagai sarana untuk melawan kebenaran,
tetapi kebenaran yang sama, jika dinobatkan sebagai ‘absolut dan universal’ akan menjadikannya
sebagai ‘kebenaran’ dalam versi lain. Maksud dari kalimat kebenaran absolut itu sendiri menurut
penyaji apa?

Nama Penjawab: Refi Muftia Rini (2004813)

Jawaban:

Untuk dapat mengerti apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut/kebenaran
universal, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apakah kebenaran itu. Kebenaran
didefinisikan dalam kamus sebagai “kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan
yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.” Saat
sekarang ini sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada
hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, yang lain berargumentasi bahwa pasti ada realita yang
absolut atau kebenaran absolut.

Absolut disini mampu diartikan menjadi mutlak,

Kebenaran absolut / mutlak itu sendiri adalah pandangan yang percaya bahwa benar-benar ada
realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu
suatu tindakan agar dapat dikatakan benar atau salah dengan membandingkannya dengan
standar-standar yang mutlak itu.

Jadi kebenaran absolut itu dapat diartikan sebagai kebenaran mutlak.

(Contohnya Dapatkah kita bayangkan apakah ada kehidupan dimuka bumi ini kalau matahari
tidak mempunyai sinar, kebenaran bahwa matahari mempunyai sinar yang tidak dapat dirubah
oleh manusia, Namun, manusia pasti memahami bahwa pasti ada yang menciptakan matahari
dan memberi sinar,realita ini merupakan kebenaran yang diyakini. Tidak akan ada hukum-
hukum sains, hukum-hukum fisika, segala sesuatu tidak akan ada artinya, dan tidak ada ukuran
apapun, dan tidak ada yang benar dan salah. Jika kebenaran absolut itu tidak ada namun
syukurlah kebenaran yang absolut itu ada, dapat ditemukan dan dipahami, yang penting apakah
kita sudah memahami bahwa kebenaran absolut itu ada dan kekal.)

7. Nama Penanya: Sulistyaningsih (2000905)

Pertanyaan: Dalam ppt slide 4, pada konteks zaman romantik, poin 3. yaitu Kegagalan revolusi
Prancis dan kejatuhannya dalam kekaisaran Napoleon. yang saya tanyakan, apa yang menjadi
penyebab kegagalan revolusi Prancis dan kejatuhannya dalam kekaisaran Napoleon?
Terimakasih

Nama Penjawab : Siti Farkhanah (2008070)

Jawaban : Pada 1802, Napoleon mengamandemen konstitusi yang membuat dirinya disahkan
sebagai konsul seumur hidup. Dua tahun berselang, pada 1804, ia menobatkan diri menjadi
Kaisar Perancis dalam upacara di Katedral Notre Dame, Paris, yang dihadiri pula oleh Paus.
David Thompson dalam Europe Since Napoleon (1957) menulis: “Ia memerintah Perancis
karena ia merasa populer dan sukses sebagai jenderal, karena pasukannya loyal kepadanya,
karena ia merasa telah mencurahkan segenap hidup, bakat, dan energinya untuk menang serta
menjaganya.” Meski begitu, status kaisar yang disematkan pada Napoleon membuatnya jadi
diktator. Thompson menjelaskan, Perancis di bawah pemerintahan Napoleon masa itu berubah
jadi negara polisi (police state) yang berkuasa dengan kekuatan militer serta tangan besi—
sesuatu yang amat bertolak belakang dengan semangat Revolusi Perancis. Sejumlah indikasinya,
terang Breunig dalam The Age of Revolution and Reaction, antara lain membungkam kebebasan
berpendapat, menangkapi orang-orang yang kelewat frontal, menggencarkan sensor, sampai
memberedel media (beberapa saat usai Napoleon naik takhta, jumlah koran di Paris yang semula
73 menyusut drastis ke 13). Yang tak kalah mengerikan, pemerintah Napoleon juga membentuk
kesatuan pengawasan oleh polisi di bawah pimpinan Joseph Fouce yang dikenal brutal. Tugas
kesatuan ini adalah mengawasi orang-orang sipil yang terlihat mencurigakan serta berbahaya
bagi keamanan negara, musuh politik Napoleon, dan tak ragu memenjarakan sekitar 2.500 warga
tanpa proses pengadilan. Bagaimanapun juga, masa pemerintahan Napoleon perlahan runtuh
akibat egonya sendiri untuk menguasai daratan Eropa di bawah komandonya. Zakia Sultana
dalam “Napoleon Bonaparte: His Successes and Failures” (2017) yang terbit di European Journal
of Multidisciplinary Studies menyebutkan bahwa periode 1808 sampai 1815 adalah fase
kejatuhan Napoleon. Penyebabnya banyak. Di antaranya kebijakan sistem kontinental yang
dirancang guna mengalahkan Inggris malah berbalik jadi bumerang yang menjatuhkan Napoleon
sendiri. Kebijakan ini dibuat Napoleon untuk melemahkan Inggris, yang dikenal sebagai seteru
abadi Perancis, dalam segi ekonomi dengan memboikot maupun memblokade produk buatan
mereka. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Kebijakan ini ditentang banyak pihak sebab
mengakibatkan inflasi, pengangguran, kelaparan, hingga penurunan volume perdagangan
internasional. Pada masa itu, barang-barang Inggris dikenal murah, tapi tak murahan. Terlebih,
Napoleon juga menarik pajak yang tinggi untuk membiayai kebijakan tersebut.

Tambahan Siti Sofiatul Laila (2001644)

Sebab-sebab Revolusi Perancis mencakup hal-hal di bawah ini:

● Kemarahan terhadap absolutisme kerajaan.


● Kemarahan terhadap sistem seigneurialisme di kalangan kaum petani, para buruh, dan—
sampai batas tertentu—kaum borjuis.
● Wujudnya gagasan-gagasan Pencerahan
● Utang nasional yang tak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem pajak
yang tak seimbang.
● Situasi ekonomi yang buruk, beberapa disebabkan oleh keterlibatan Perancis dan bantuan
terhadap Revolusi Amerika.
● Kelangkaan makanan di bulan-bulan menjelang revolusi.
● Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan
publik oleh kelas profesional yang ambisius.
● Kebencian terhadap intoleransi agama.
● Kegagalan Louis XVI sbg menangani gejala-gejala ini secara efektif.

8. Nama Penanya: Bella Belinda (2006182)

Pertanyaan: Menurut penyaji adakah kekurangan dan kelebihan dari masing-masing paradigma
diantara Perbedaan antara paradigma Apollonian dan Dionysian. Jika ada tolong sebutkan dan
jelaskan

Nama Penjawab: Siti Sofiatul Laila (2001644)

Jawaban:

Secara garis besar tidak ada yang menjelaskan secara spesifik tentang kelebihan dan kekurangan
paradigma seni apollonian dan Dionysian, keduanya merupakan suatu paradigma yang saling
melengkapi, seperti dikutip dalam buku The Birth of Tragedy, Nietzsche menyebutkan bahwa
ada dua prinsip dasar yang saling melengkapi, yaitu Apollonian dan Dionysian. Orang-orang
Yunani kuno tidak menganggap kedua dewa itu saling berlawanan, melainkan saling
melengkapi. Kedua dewa itu merupakan simbol “dua sisi dari keping koin yang sama”, yang ada
di alam, juga di dalam kepribadian manusia. Di dalam mitologi Yunani dinarasikan bahwa
Apollo dan Dionysus adalah putra Zeus.
Dalam mitologi Yunani, Dewa Apollo disebut juga sebagai Dewa Cinta, Dewa Keindahan. Ia
menjadi gambaran ketenangan, keteraturan, cinta dan keindahan. Prinsip Apollonian, secara
estetis, menunjukkan keindahan yang lembut di mana dunia dipandang dari intelektualitasnya,
bukan hawa nafsu yang tak terarah. Dewa Apollo merepresentasikan gambaran Yunani klasik
tentang keindahan sejati, yaitu Dewa yang menciptakan harmoni dan keindahan, kekuatan yang
mampu membentuk karakter manusia tidak lebih dari sekadar karya seni. Konsep Apollonian
didasarkan pada semacam prinsip individualitas, yang digunakan untuk mewakili individu dan
membuat setiap manusia menjadi berbeda dari yang lain. Hal begini merupakan semacam
perayaan bagi kreativitas manusia melalui akal dan pemikiran logis.

Sebaliknya, Dewa Dionysus (Dionisos) disebut juga sebagai Dewa Mabuk. Ia menjadi gambaran
emosi dan kehendak yang meluap-luap, kejantanan dan agresivitas. Dewa Dionysus, oleh
Nietzsche, digambarkan sebagai Dewa yang akan merusak segala bentuk dan tatanan. Karakter
Dionysian inilah yang menurut Nietzsche dirasakan oleh manusia ketika menikmati musik atau
karya seni lainnya: situasi bebas yang tertinggi (ultimate). Prinsip Dionisian inilah yang oleh
Kant disebut sebagai prinsip sublime (yang tertinggi), luar biasa dan keberlimpahan. Konsep
Dionysian didasarkan pada prinsip kekacauan, yang mendorong manusia kembali kepada
kekuatan emosi dan naluri dasariahnya. Alih-alih menjadi individu, hambatan individualitas
dipecah oleh konsep Dionysian dan manusia menenggelamkan dirinya ke dalam keesaan.

9. Nama Penanya: Rizi Suci Litundzira (2000135)

Pertanyaan: Dalam PPT dikatakan “Seniman tidak lagi terinspirasi oleh Tuhan, melainkan
dirinya sendirilah yang didewakan ke tingkat tertinggi“ bisakan penyaji jelaskan maksud dari
salah satu ciri-ciri estetika pada masa romantik tersebut?

Nama Penjawab: VERONIKA CHANDRA KIRANA (2001031)

Jawaban:

Maksud dari pernyataan tersebut menurut saya seperti yang sudah dijelaskan di ppt bahwa era
estetika romantik termasuk dalam era abad pertengahan dimana Seni romantisme menekanakan
pada emosi sebagai kebebasan ekspresi dari seniman, sehingga inspirasi yang didapat dari
kebebasan ekspresi dari seniman tersebut bukan terinspirasi dari Tuhan. Seperti menurut Arthur
Schopenhauer berpandangan bahwa manusia itu bukan hanya mahluk berakal saja, namun
melainkan mahluk yang berkehendak. Dan menurut Friedrich Nietzche Seni merupakan bagian
yang paling penting daripada agama, pengetahuan, manusia. Dan seniman biasanya
mendapatkan inspirasi dari apa yang dia lihat seperti alam atau aktivitas manusia.

10. Nama Penanya : Sekarsari Nurdini (2001606)

Pertanyaan : Mengapa pada konteks estetika romantik kembali lagi ke pendekatan yang
bercorak rohaniah seperti abad petengahan, apa yang mendasari hal tersebut?

Penjawab : Siti Farkhanah (2008070)

Pertanyaan ini amat masuk akal untuk diajukan sebab para pemikir Abad Pertengahan sendiri
umumnya tidak berbicara secara khusus tentang seni. Mereka lebih sibuk dengan perdebatan
tentang ketuhanan. Kalaupun segelintir dari mereka bicara tentang karya seni dan keindahan,
lazimnya pembicaraan itu hanya menghadirkan keindahan karya seni sebagai analogi atau
perumpamaan dari keindahan Sang Pencipta.Kubu pertama disebut Pendekatan Standar,
mencakup kelompok sarjana seperti Erwin Panofsky, Wladyslaw Tatarkiewicz dan Umberto
Eco. Mereka mengakui bahwa para pemikir Abad Pertengahan tidak melahirkan teori yang
secara tersurat dapat diidentifikasi sebagai teori estetika. Adapun demikian, mereka juga
meyakini bahwa apabila direkonstruksi secara telaten, sesungguhnya termuat argumen estetika di
balik teks-teks Abad Pertengahan itu. Berkebalikan dengan itu, kubu kedua yang disebut
Pendekatan Revisionis menolak dakuan tersebut. Menurut para sarjana seperti Paul Oskar
Kristeller, Andreas Speer, Jan Aertsen dan Olivier Boulnois, para pemikir Abad Pertengahan
hanya berbicara tentang keindahan spiritual dan tidak tentang keindahan karya seni.

Anda mungkin juga menyukai