Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TIRZA ERINA

KELAS : IR A
NIM : 106221031

Indonesia Menolak Miras


Keputusan Lembaga Sosial Ataukah Pemerintah?

Indonesia dengan berbagai warna latar belakang masyarakat yang berbeda termasuk
didalamnya budaya, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Dilansir oleh
worldpopulationreview.com pada tahun 2021 jumlah umat Islam di Indonesia mencapai
angka 231.000.000 jiwa. Begitu besar umat beragama muslim mendominasi wilayah
Indonesia. Bayangkan saja 86,7 persen dari total populasi Indonesia, masyarakat nya
memeluk agama Islam, dengan segala aturan keagamaan yang mengikat setiap individu yang
beragama Islam.
Tentu saja secara tidak langsung kondisi sosial di Indonesia terikat dengan nilai-nilai
keagamaan Islam yang erat hubungannya dengan cara berperilaku dan bersikap. Terlebih jika
berbicara mengenai minuman beralkohol yang akrab kita sapa ‘miras’ atau minuman keras
dengan jenis yang beragam. Dilansir ada beberapa jenis minuman beralkohol yaitu tequilla,
bir, wine, brandy, wisky, vodka, dan terakhir absinth dengan kadar alkohol tertinggi.
Minuman beralkohol dinilai berbahaya karena tidak hanya berdampak buruk bagi tubuh,
namun juga dapat menggangu psikis atau kesehatan mental seseorang, jika sudah kecanduan
dalam mengonsumsi alkohol, yang kemudian dianggap sebagai ancaman bagi Indonesia,
terutama masyarakat beragama Islam.
Perpres Nomor 74 tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol adalah
minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH). Etanol tersebut diproses dari
bahan-bahan alami yang mengandung karbohidrat dan kemudian di fermentasi dan destilasi
sehingga proses inilah yang membuat tubuh merasakan ‘mabuk’ yang kemudian
memengaruhi kinerja kerja otak, terlebih lagi dampak dari alkohol ini paling memengaruhi
bagian sistem otak yang mengatur ingatan dan reaksi emosi seseorang. Sehingga minuman ini
dianggap sebagai threat bagi masyarakat Indonesia, terlebih generasi muda yang sangat
rentan terpengaruh.
Lantas mengapa pelarangan penjualan miras ataupun investasi miras sempat
dilegalkan di Indonesia? Dikatakan bahwa minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari
kearifan lokal untuk beberapa wilayah di Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Papua, dan Bali yang sudah tidak diherankan lagi karena banyaknya wisatawan asing
yang datang berkunjung sehingga secara tidak langsung mengalami akulturasi antara budaya
asing dan budaya di Bali. Kemudian, karena hal ini menjadi kearifan lokal di beberapa
wilayah Indonesia, usaha yang bergerak di sektor minuman beralkohol membawa dampak
yang bagus bagi perekonomian masyarakat setempat. Namun Perpres Nomor 10 Tahun 2021
yang sudah dibuat sedemekian rupa tetap harus dihapuskan demi menjaga nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia menimbang masyarakat mayoritas di Indonesia memeluk agama Islam
dengan aturan-aturan keagamaan yang ketat, dan lembaga-lembaga sosial di dalamnya yang
menyuarakan pendapat umat agama Islam di Indonesia dengan tegas menentang adanya
pelegalan usaha minuman beralkohol di Indonesia.
Lembaga-lembaga sosial memiliki suara yang cukup lantang dalam mengkritisi
program kerja pemerintahan di Indonesia. Karena dalam lembaga sosial tersebut menampung
aspirasi-aspirasi masyarakat yang setuju maupun tidak setuju dengan segala sistem
pemerintahan di Indonesia. Tentu saja lembaga sosial ini terbentuk dengan tujuan baik di
dalamnnya, tanpa ada tindakan radikal ataupun semacamnya, sehingga dalam proses
peresmian lembaga sosial tentu saja dinilai dari berbagai aspek. Lembaga sosial cukup
memegang peranan sangat penting bagi berlangsungnya proses pemerintahan di Indonesia.
Untuk di era sekarang lembaga sosial yang cukup menonjol adalah lembaga sosial
yang bergerak dalam perlindungan hak asasi manusia, terutama hak asasi bagi perempuan-
perempuan Indonesia. Seperti yang kita ketahui RUU PKS sangat gencar diperbincangkan di
platform manapun di Indonesia agar segera diresmikan guna mewujdukan lingkungan bebas
kekerasan seksual bagi masyarakat Indonesia. Proses pengesahan RUU PKS ini butuh waktu
yang cukup lama dikarenakan masih adanya bias ataupun perpektif dari berbagai pihak yang
membuat RUU PKS ini masih menjadi pertimbangan untuk diresmikan. Peranan lembaga
sosial disini sangatlah penting karena menjadi wadah yang menaungi aspirasi-aspirasi
masyarakat . Lembaga sosial menjadi perantara , penengah bagi masyarakat dengan
pemerintah. Karena adanya Lembaga sosial ini, RUU PKS kembali dipelajari lagi oleh
pemerintah agar dapat menjadi undang-undang yang sah di Indonesia dan dapat bekerja
dengan maksimal sesuai denga isi yang terkandung di dalam undang-undang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai