Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok 4 :

1. Alya –Al-Adawiyyah (2019820044) 4. Ummu Kaltsum Fathonah


(2019820232)
2. Rayhan Ramadhanty
(2019820034) 5. Nur Aisyah Jamil (2019820226)

3. Tiara Ayu Saroso (2019820048)

A. Strategi Pembelajaran Matematika

Menurut (Supinah dan Wibawa, 2009: 8) Strategi pembelajaran adalah cara yang
sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Ini berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi pelajaran.

Menurut Suparman dalam buku (Supinah dan Wibawa, 2009: 9) ada empat komponen
utama dalam strategi pembelajaran, yaitu: urutan kegiatan pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan waktu adalah sebagai berikut.

1. Urutan Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan ( Kegiatan Awal )

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dari kegiatan pembelajaran yang


sesungguhnya. Fungsi pendahuluan ini akan tercermin dalam ketiga langkah
berikut.

 Deskripsi singkat, yaitu penjelasan singkat (secara global) tentang isi


pelajaran yang berhubungan dengan kompetensi yang diharapkan.

 Relevansi, yaitu kaitan isi pelajaran yang sedang dipelajari dengan


pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau dengan pekerjaan yang
dilakukannya sehari-hari.

 Tujuan, yaitu kemampuan yang akandicapai siswa pada akhir proses


belajarnya.

b. Penyajian (Kegiatan Inti)

Penyajian sering ditafsirkan secara awam sebagai pengarahan karena memang


merupakan kegiatan inti kegiatan pengajaran.Di dalamnya terkandung tiga
komponen pokok berikut.
 Uraian, adalah penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan
prosedur yang akan dipelajari siswa.

 Contoh, adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kehidupan siswa
sebagai wujud dari materi pelajaran yang diuraikan.

 Latihan, adalah kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip,


atau prosedur yang sedang dipelajarinya ke dalam praktek yang relevan
dengan pekerjaan atau kehidupan sehari–hari.

c. Penutup

Penutup adalah subkomponen terakhir dari urutan kegiatan


pembelajaran.Terdiri dari dua langkah, yaitu:

 Tes formatif dan umpan balik, adalah set pertanyaan untuk dijawab atau
seperangkat tugas untuk dilakukan, yang berfungsi untuk mengukur
kemajuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pembelajaran.

 Tindak lanjut, adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil
baik dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya
atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetahuan yang
telah dipelajarinya.

Terdapat berbagai strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan guru di kelas di


antaranya strategi pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran problem based learning,
strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran discovery. Namun perlu disadari
bahwa strategi tersebut tidak ada yang terbaik atau terburuk, karena strategi tersebut
memiliki keunggulan dan kekurangan.

Pada strategi discovery, pengajaran betul-betul menjadi student contered. Peran guru
dalam proses belajar mengajar, lebih banyak sebagai fasilitator belajar siswa sehingga yang
penting diupayakan bagaimana siswa belajar bukannya bagaimana guru mengajar (Sobel,
1991)

2. Metode Pembelajaran
Menurut Suparman dalam buku (Supinah dan Wibawa, 2009: 14) Metode
pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh dan
memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut
ini hanya akan diambil beberapa metode yang dianggap cocok dalam pembelajaran
matematika di SD.
a. Metode Ceramah. Metode ini berbentuk penjelasan guru kepada siswa dan
biasanya diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.

b. Metode demonstrasi. Metode ini mempersyaratkan adanya suatu keahlian


bagi guru untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan
kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Misalnya guru
melakukan pembuktian teori atau penurunan rumus volume atau luas
bangun ruang dengan menggunakan alat seperti penggaris, bujur derajat,
dan lain-lain dalam menggambar atau melukis bangun.

c. Metode Penampilan. Metode ini digunakan pada saat siswa harus


menampilkan suatu keterampilan atau proses yang sama yang telah
dilakukan guru. Misal : menggambar atau melukis dengan menggunakan
alat.

d. Metode Diskusi. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk klasikal atau
kelompok-kelompok kecil dan dapat digunakan antara lain pada kompetensi
yang memerlukan penalaran atau analisis dan adanya lebih dari satu
kemungkinan jawaban, misal pembuktian teorema atau rumus atau
pemecahan masalah.

e. Metode Studi Mandiri. Metode ini berbentuk pelaksanaan tugas membaca


atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode
ini dilakukan dengan cara (1) memberikan daftar bacaan kepada siswa yang
sesuai dengan kebutuhannya, (2) menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai
oleh siswa pada akhir kegiatan studi mendiri, dan (3) mempersiapkan tes
untuk menilai keberhasilan siswa. Pada siswa sd metode ini dapat
dilaksanakan di kelas-kelas tinggi (kelas V atau VI) yaitu pada tahap
terakhir proses belajar, misalnya setelah mempelakari topik tertentu guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali topik yang
dibahas dengan latihan-latihannya yang ada pada beberapa buku yang
ditentukan, kemudia pada pertemuan berikutnya guru memberikan tes untuk
melihat hasil yang dicapai siswa.

f. Metode Bermain Peran. Metode ini berbentuk interaksi dua atau lebih siswa
tentang suatu topik atau situasi. Pada siswa sekolah dasar metode ini cocok
diberikan pada pokok bahasan aritmatika sosial, seperti tukar menukar mata
uang, jual beli dan lain-lain.

g. Metode Computer Assisted Learning (CAL). Metode ini berbentuk suatu seri
kegiatan belajar yang sangat terstruktur dengan menggunakan komputer.
Namun metode ini jarang ataupun tidak banyak digunakan di sekolah-
sekolah dasar pada umumnya. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya
fasilitas pendukung terlaksananya metode ini, seperti keterbatasan jumlah
komputer dan program-programnya.

h. Metode Deduktif. Metode ini dapat digunakan misalnya pada saat guru
menjelaskan tentang rumus-rumus dan penerapannya, seperti rumus
keliling, luas atau volum, atau pada saat guru menjelaskan prosedur
penyelesaian suatu masalah, seperti menentukan sudut terkecil yang
dibentuk oleh jarum jam yang menunjukkan waktu atau pukul tertentu.

i. Metode Induktif atau Discovery atau Socratic. Metode ini dapat digunakan
dalam menemukan rumus-rumus seperti rumus luas, keliling bangun dasar
atau volum bangun ruang dan menemukan hubungan antara panjang, lebar,
keliling dan luas.

j. Metode Ekspositori. Metode ini merupakan cara pembelajaran dengan guru


berbicara pada saat tertentu saja sedangkan siswa tidak hanya terfokus pada
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru dan membuat catatan,
tetapi juga dengan mengerjakan soal-soal latihan dengan mandiri baik
secara individual atau kelompok. Contoh pada pembelajaran matematika di
SD, guru berbicara misalnya pada saat pembelajaran, menjelaskan materi,
memberikan contoh atau pada saat memberikan latihan pada siswa.

k. Metode Tanya Jawab. Metode ini merupakan interaksi antara siswa dan
guru dalam bentuk murni tanya jawab dalam membahas topik atau
permasalahan tertentu.

l. Metode Drill dan Latihan. Metode Drill berbentuk pertanyaan atau soal dari
guru yang harus dijawab siswa dengan cepat, tepat dan benar. Pada
pembelajaran matematika, metode ini digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kecepatan dan ketepatan siswa dalam mengingat serta
mengungkapkan kembali ingatannya (menyebutkan) tentang fakta-fakta
dasar, seperti: penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
bilangan-bilangan dasar dan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar
cepat dan cermat dalam menggunakan algoritma (langkah-langkah atau
prosedur penyelesaian masalah) matematika.

m. Metode Pemberian Tugas. Metode ini berbentuk pemberian tugas oleh guru
yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh
siswa kepada guru atau teman-teman sekelasnya. Pada pembelajaran
matematika, metode ini digunakan antara lain bertujuan agar siswa dapat :
melatih keterampilannya dalam menyelesaikan soal, lebih memahami dan
mendalami suatu kompetensi yang telah dipelajari di sekolah,
menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dan sikap positif terhadap
matematika serta melatih rasa tanggung jawab.

n. Metode Kegiatan Lapangan. Metode ini berbentuk pemberian tugas dari


guru kepada siswa untuk menyelesaikan dengan melakukan kegiatan
lapangan (di luar kelas) dan menggunakan instrumen tertentu. Pada
pembelajaran metematika, metode ini dapat digunakan pada saat siswa
belajar statistik (siswa mengumpulkan data statistik dari lapangan kemudian
mengolah dan menyajikannya dalam suatu diagram atau grafik), pengukuran
(pengukuran tinggi suatu obyek pohon atau gedung) tanpa harus melakukan
pengukuran langsung (misal dengan klinometer), mengukur lebar sungai,
dan lain-lain.

o. Metode Permainan. Metode ini berbentuk kegiatan pembelajaran yang


didasarkan pada prinsip “belajar sambil bermain”. Pada pembelajaran
matematika, permainan yang bernilai matematika dapat meningkatkan
kompetensi siswa dalam menguasai keterampilan tertentu, menemukan dan
memecahkan masalah, serta memahami konsep tertentu, contoh : bermain
bilangan pada bujur sangkar, segitiga dan segilima ajaib, bermain kartu dan
lain-lain.

3. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu media yang memuat pesan-pesan tertentu,
yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu pula.Oleh karena itu media
pembelajaran disebut juga sebagai perantara (medium). Yang termasuk media
pembelajaran antara lain: televisi, film, slide seri, kaset audio, modul CAI (Computer
Assisted Instructional), dan lain-lain. Media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran beraneka ragam. Guru hendaknya dapat memilih salah satu atau
beberapa diantaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) matematika, alat peraga berperan


membantu siswa menguasai pengetahuan tentang konsep matematika yang dipelajari
dalam KBM. Sebagai contoh: kotak kapur, kotak kue sebagai model geometri ruang
berfungsi sebagai alat peraga apabila digunakan untuk mengajarkan konsep bangun
ruang balok. Sarana berperan membantu proses belajar siswa dalam KBM untuk
pembinaan keterampilan maupun untuk pemahaman konsep. Sebagai contoh tabel
perkalian dua bilangan satu angka yang pengisiannya digunakan untuk beradu cepat
di antara siswa merupakan kegiatan untuk membina keterampilan siswa dalam fakta
perkalian dasar.

4. Waktu
Jumlah waktu yang dibutuhkan guru terbatas kepada waktu yang digunakan
guru dalam pertemuan dengan siswa.Sedangkan waktu yang digunakan siswa adalah
jumlah waktu yang digunakan dalam pertemuan dengan guru ditambah dengan waktu
yang digunakan untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan mata pelajaran
di luar pertemuan dengan guru.

Penentuan waktu yang dibutuhkan guru dan siswa pada setiap langkah dalam
urutan kegiatan pembelajaran adalah salah satu pembatasan bagi guru dan siswa
bahwa tujuan pembelajaran (kompetensi) akan dapat dicapai bila mereka dapat
memenuhinya secara baik. Untuk satu tujuan pembelajaran (kompetensi) yang
menghendaki penggunaan sebagian waktu pada latihan misalnya tidak dapat diganti
dengan banyak uraian tetapi sedikit latihan. Walaupun semua komponennya sama,
tetapi apabila penekanan jumlah waktu berbeda, hasilnya dapat berbeda pula.

Menurut Rahman (2018: 8) strategi belajar mengajar matematika memiliki konsep


sebagai berikut:

a. Merangkum spesifikasi dan kualifikasi perubahan sikap peserta didik.

b. Menetapkan pendekatan yang tepat terhadap masalah belajar mengajar


matematika peserta didik, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
matematika.

c. Menetapkan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar matematika.

Strategi sebagai garis besar haluan dalam mencapai sasaran yang ditentukan
menjadi pola-pola umum kegiatan pendidik dan peserta didik dalam proses belajar
mengajar matematika.

B. Pendekatan Pembelajaran Matematika

Menurut Suherman (2001 : 7), Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang
ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi
dengan siswa. Ada dua jenis pendekatan yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan
yang bersifat materi. Pendekatan metodologi berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi
konsep yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara menyajikan
bahan tersebut. Sedangkan pendekatan secara material adalah pendekatan pembelajaran
matematika dimana guru dalam menayajikan konsep matematika melalui konsep
matematika lainnya.

Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Matematika


Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar
mengajar, antara lain (Rahman, 2018):

1. Pendekatan Induktif

Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah


menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh
pengertian.Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula
berupa kasus- kasus nyata yang terjadi dilingkungan.Pembelajaran dengan
pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus
dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-
prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.

Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang diadakan atas akal
yang berhubungan dengan benda-benda dan pikiran yang abstrak.Ini bertentangan
dengan sejarah diperolehnya matematika.Menurut sejarah, matematika ditemukan
sebagai hasil pengamatan dan pengalaman yang pernah dikembangkan dengan
analogi dan coba-coba (trial dan error).

Para ahli pendidikan matematika menyadari bahwa siswa masih suka


menggunakan akalnya dalam belajar, itu berarti menggunakan pendekatan
deduktif.Berdasarkan atas pertimbangan ini, dan alasan lain, maka pada program
pengajaran sekarang banyak menggunakan jenis pendekatan.Tetapi pada umumnya
pendekatan dalam belajar lebih banyak menggunakan pendekatan deduktif dan
induktif.Pendekatan induktif menggunakan penalaran induktif yang bersifat empiris.
Dengan cara ini konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dimengerti murid
melalui benda-benda konkret.

Penalaran induktif yang dilakukan melalui pengalaman dan pengamatan ada


kelemahannya, yakni kesimpulannya tidak menjamin berlaku secara umum.Oleh
karena itu, dalam matematika formal hanya dipakai induksi lengkap atau induksi
matematik, sehingga dengan menggunakan induksi lengkap, maka kesimpulan yang
ditarik dapat berlaku secara umum.

2. Pendekatan Deduktif

Telah dikemukakan bahwa pendekatan deduktif berdasarkan pada penalaran


deduktif. Penalaran deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang
umum menjadi ke hal yang khusus. Dalam penalaran deduktf, tdak menerima
generalisasi dari hasil observasi seperti yang diperoleh dari penalaran induktif.Dasar
penalaran deduktif adalah kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada
pernyataan sebelumnya yang benar. Kalau begitu bagaimana untuk menyatakan
kebenaran yang paling awal?.Untuk mengatasi hal ini dalam penalaran deduktif
memasukkan beberapa pernyataan awal/pangkal sebagai suatu “kesepakatan’, yang
diterima kebenarannya tanpa pembuktian, dan istilah/pengertian pangkal yang kita
sepakati maknanya.

Pengertian pangkal merupakan pengertan yang tidak dapat didefinisikan.Titik,


garis, dan bidang merupakan contoh-contoh pengertian pangkal, sebab titik, garis,
dan bidang dianggap ada tapi tidak dapat dinyatakan dalam kalimat yang
tepat.Pernyataan-pernyataan pangkal yang memuat istilah atau pengertian tersebut
dinamakan aksioma atau postulat Dengan penalaran deduktif dari kumpulan
aksioama yang menggunakan pengertian pangkal tersebut, kita dapat sampai kepada
teorema-teorema yaitu pernyataan-pernyataan yang benar.

3. PendekatanKontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan proses belajar mengajar dengan


pembelajaran bermakna melalui kegiatan- kegiatan yang melibatkan siswa secara
langsung, siswa tidak dilatih untuk menghafal, sekedar mengetahui, atau
memahami,namun siswa dialtih untuk menemukan suatu solusi dari permasalahan
yang diberikan hingga pemahaman konsep siswa terbentuk.

Menurut Ardiyanto di dalam buku Rahman (2018) mengatakan bahwa dalam


pembelajarankontekstual, pendidik dapat menggunakan media hands on activity dan
memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan
berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman,
penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi
dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari.

Masita dalam buku Rahman (2018) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual


melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dengan menghadapkan peserta
didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang
konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi masalah.

4. PendekatanKonstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang menjadi landasan berfikir


dengan membangun sedikit demi sedikit pengetahuan yang didapatkan dan hasil
pengetahuan tersebut diperluas dengan konteks yang terbatas serta tidak secara tiba-
tiba. Kelebihan konstruktivisme adalah peserta didik dapat membimbing
pengetahuannya secara mandiri dan aktif melalui proses belajar yang continue antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana
belajar dibangun dengan membina konsep sendiri melalui kegiatan menghubungkan
perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah ada pada mereka. Kadir
(2013) membuktikan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme telah mendapat
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan dari pada peserta didik yang diajar
menggunakan pendekatan tradisional.

5. Pendekatan Open-Ended

Pendekatan open-ended pendekatan belajar yang menyajikan suatu problem


yang dirancang agar memikiki multi jawaban yang benar, dikenal dengan istilah
problem tak lengkap atau soal tebuka. Tujuan utamanya bukanlah untuk
mendapatkan jawaban tetapi bagaimana cara agar untuk sampai pada jawaban.
Dengan demikian, bukan hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban.

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu
cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban
yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah open-ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara
atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

6. Pendekatan Saintifik

Proses belajar dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima kegiatan, yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan data atau eksperimen, mengolah informasi dan
mengkomunikasikan. Dalam proses mengamati, peserta didik diharapkan dapat
menyaksikan tentang apa yang di sajikan pendidik, melalui video atau alat peraga
yang terkait materi, pendidik juga bisa menampilkan gambar-gambar yang juga
terkait dengan materi.

Selain itu pengamatan juga dapat dilakukan pada saat guru melakukan simulasi.
Setelah itu, peserta didik merumuskan pertanyaan yang nanti akan diperoleh melalui
proses pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh pendidik, selanjutnya
peserta didik mengumpulkan informasi. Informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan yang sudah dibuat, informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber belajar seperti buku, perpustakaan, internet dan lain-lain. Informasi yang
telah didapat diolah dan dipresentasikan bersama teman-teman yang lain untuk saling
berbagi informasi.

7. Pendekatan Realistic
Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika
yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep matematika dengan
pengalaman sehari- hari.Dalam pembelajaran realistik, dunia nyata dijadikan sebagai
sunber pemunculan konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika
dilakukan dengan menghadapkan siswa pada masalah dari kehidupan mereka,
pengalaman mereka, atauapa yang pernah mereka lihat atau dengar, tetapi yang
mereka anggap sebagai kenyataan sehingga siswa segera melibatkan dirinya dalam
kegiatan belajar secara bermakna.

Pendekatan realistik sejalan dengan teori belajar yang lainnya. Ada lima
karakteristik dalam pendekatan realistik, yaitu:

a. Masalah-masalah disajikan berdasarkan konteks dunia nyata atau yang dapat


dibayangkan oleh siswa.

b. Menggunakan pengembangan model-model yang dibuat sendiri oleh peserta


didik yang berguna untuk menjembatani peserta didik dari situasi real ke
situasi abstrak.

c. Siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri sehingga dapat


membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika
formal.

d. Interaksi sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.

e. Membuat jalinan antar topik atau antar pokok disebut “intertwinment”.

Secara umum, pendekatan realistik melatih siswa menemukan kembali konsep-


konsep belajar yang pernah ada atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan
konsep- konsep yang belum pernah di temukan.

Daftar Pustaka

Rahman, Arief Aulia. (2018). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press.

Kadir, A. (2013). Konsep pembelajaran kontekstual di sekolah.Dinamika ilmu, 13(1).

Suherman dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan


Pendidikan Matematika UPI-JICA.
Supinah dan Agus Dwi Wibawa. 2009. Strategi Pembelajaran Matematika SD. Yogyakarta:
PPPPTK Matematika

Sobel, M.A, M. Maletsky. 1991. Teaching Mathematics, A Source Book of Aids, Activity and
Strategies, Second Edditions. Boston: Allian and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai