Anda di halaman 1dari 24

Pengendalian Banjir

dan
IWRM
Tanggapan : Budi Wignyosukarto
Universitas Gadjah Mada
Banjir Kalimantan Selatan
Bencana banjir terparah dalam 25 tahun terakhir

• Climate Change
• Hujan Ekstrem
• Perubahan
Tutupan Lahan
• Penggundulan/
Konversi hutan
ke perkebunan
pertambangan

sumber foto: antaranews.com


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR

Faktor a. Perubahan Iklim Global telah terjadi dan berdampak pada peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian
Global ekstrem, baik berupa kejadian cuaca atau hujan ekstrem, iklim ekstrem, ataupun kejadian anomali iklim global
seperti La Nina dan El Nino (BMKG, 2021).
b. Adanya anomali cuaca yang dibuktikan pada tahun 2020 yang lalu merupakan tahun terpanas kedua di
sepanjang sejarah, setelah tahun 2016 (anomali +0,80 derajat Celcius), mengungguli tahun 2019 (anomali +0,60
derajat Celcius).

a. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Nasional 2019 berada pada predikat cukup baik (60<IKTL<70), dengan 19
Faktor Provinsi berada di bawah IKTL Nasional dimana berada pada kategori kurang baik-waspada. DKI Jakarta,
Regional Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta merupakan propinsi pada kategori waspada (KLHK, 2019).
b. Daya dukung dan daya tampung air untuk Pulau Jawa, Pulau Bali, NTB TELAH MELAMPAUI KAPASITAS yang ada.
Indikator D3T ini merupakan pembatas dalam pemanfaatan sumber daya alam agar tidak merusak lingkungan
dan kelestariannya (KLHK, 2019).

Faktor a. Pembangunan yang kurang terkendali yang ditandai dengan berubahnya kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya. Hal tersebut juga merupakan salah satu akibat dari 112 Kabupaten/Kota di Pesisir Nusantara yang
Lokal saat ini tengah mengalami banjir rob, land subsidence selain dampak dari perubahan iklim.
b. Penanganan sampah, limbah, dan sedimen pada drainase dan badan air, serta operasional pompa dan
infrastruktur pengendali banjir belum terjaga konsistensi dan keprioritasannya.
c. Zona sempadan sungai kini banyak dihuni dan beralih fungsi. Danau, situ, & rawa-rawa pun tak luput dari
penimbunan dan pengeringan. 80% reservoir di DAS Ciliwung-Cisadane kini dalam kondisi dangkal, rusak, atau
telah beralih fungsi.
d. Perilaku masyarakat yang mencerminkan kurang sadar lingkungan.

ekon.go.id Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang


3
Proyeksi Perubahan Iklim Indonesia
2020 - 2030
BAGAIMANA MUSIM HUJAN DI MASA DEPAN?

Baseline 2006-2016: kondisi iklim terkini sebagai titik tolak rencana aksi adaptasi

Jumlah curah hujan pada periode musim hujan tidak banyak berubah (kiri), tetapi jumlah hari hujan lebat meningkat (kanan)  potensi bencana
hidrometeorologi meningkat.
BANJIR BESAR KALIMANTAN TENGAH JANUARI 2021

ANALISIS CURAH HUJAN HARIAN [14 dan 15 JANUARI 2021]

14 JANUARI 2021
15 JANUARI 2021

Hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem terjadi pada tanggal 10 - 15 Januari 2021 di
sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan dengan durasi yang cukup lama. Tanggal 13 Januari
terukur curah hujan ekstreem di Stasiun Meteorologi Banjarmasi sebesar 270 mm
Metoda Rasional
• Q=CIA
𝑅24 24 0,67
• I (mm/jam) = ( )
24 𝑇𝑐
• Tc (jam) = 0,0195 L0,77 S -0,385
• Perubahan Tutupan, peningkatan C
• Intensitas semakin Tinggi
• Hujan periode ulang 100 th menjadi lebih sering
terjadi, probabilitasnya berubah dari 1%, menjadi
5% (R20)
• Debit Limpasan untuk R100 menjadi lebih besar
• Bagaimana mengelola Peningkatan Debit
limpasan di DAS, pembuatan reservoir, retensi
banjir, peningkatan kapasitas dll
REPUBLIK
INDONESIA

MENGGUNAKAN MODEL UNTUK PEMAHAMAN KEJADIAN BANJIR DAN


STRATEGI PENANGANANNYA

• Teknologi komputasi dan


ketersediaan data mengalami
kemajuan signifikan di dekade
terakhir

• Pemodelan komputer dan data – data


spasial sudah memungkinkan untuk
simulasi banjir pada suatu wilayah

• Pemodelan memungkinkan untuk


mensimulasikan berbagai kondisi,
termasuk perubahan tata guna
lahan dan pembangunan
Ketersediaan model banjir dan data di wilayah-wilayah Indonesia masih belum memadai
infrastruktur

Perlu adanya perluasan kapasitas, sehingga informasi dan pengambilan keputusan ke • Pengambilan keputusan ke
depannya telah melalui basis keilmuan
depannya harus didasarkan atas
dasar fakta dan temuan ilmiah
Model seperti ini tidak hanya untuk evaluasi,
tetapi dipakai sebagai dasar pemberian ijin,
10
pendayagunaan lahan dan SDA (Rekomtek) dan
Operasi Manajemen SDA
REPUBLIK
INDONESIA

Proses Ideal dalam Merencanakan Strategi Pengelolaan Risiko Banjir

Pengembangan
Strategi Pengelolaan
Pemahaman Risiko Pendanaan dan
Risiko
Pembiayaan

Pengunaan Model, Kelimuan dan Keahlian


untuk memahami dan menentukan strategi
paling optimal

Integrasi strategi dari pengurangan bahaya,


pengendalian dan peningkatan
kesiapsiagaan

11
• Kenaikan Temperatur
• Peningkatan Intensitas Hujan
Bencana
Climate Change • Durasi hujan lebih lama
• Frekuensi hujan lebih sering

• Peningkatan runoff
Perubahan • Kerentanan struktur tanah
Penutup Lahan Kerentanan
Fisik, Sosial,
Ekonomi,
Lingkungan
Ineffective • Perubahan Tata Ruang tidak
terstruktur
Integrated
• Pengelolaan Banjir tidak efektif
Management

Penyamaan Persepsi Resiko


Upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi
Pengelolaan penyelenggaraan
Sumberdaya Air • Konservasi Sumberdaya Air,
(UU 17/2019) • Pendayagunaan
Sumberdaya Air dan
• Pengendalian Daya Rusak
Air.
Rencana Pengelolaan SDA
• Perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang
diperlukan untuk menyelenggarakan Pengelolaan
SDA
• Asas
• Kemanfaatan umum
• Keterjangkauan
• Keadilan
• Keseimbangan
• Kemandirian
• Kearifan local
• Wawasan lingkungan
• Kelestarian
• Keberlanjutan
• Keterpaduan dan keserasian
• Transparansi dan akuntabilitas
PROYEK TANGGUL TELUK JAKARTA DAN TELUK SEMARANG
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian

15
Integrated WR Management
Population
Industry
Pengendalian daya rusak

Pendayagunaan SDA
Need of
Flood
Water Source

Land Ground
Subsidence Water
• Proses pembangunan dan pengelolaan air,
tanah serta sumber daya terkait yang
terkoordinasi, untuk memaksimalkan
kesejahteraan sosial dan ekonomi secara
adil tanpa mengorbankan keberlanjutan
sistem. (GWP, 2000)
Integrated • Tata kelola air dalam konteks yang lebih
Water besar melalui pembangunan konsensus,
dan menyerukan keterlibatan pemangku
Resources kepentingan di semua tingkatan. (Jonch-
Clausen, 2004)
Management • Air sebagai penentu utama dari karakter
dan kesehatan ekosistem, atau satuan unit
(IWRM) hidrologi.
• Secara demokratis mencapai
keseimbangan antara penggunaan sumber
daya untuk mata pencaharian, dan
konservasi sumber daya untuk generasi
mendatang. (Falkenmark, 2003).
• Kekeringan dan Banjir dua sisi mata uang
yang saling beriteraksi. Air sebagai
penentu utama dari karakter dan
kesehatan ekosistem.
• Pengelolaan Air dan Lahan; kepentingan
Pengendalian kesejahteraan dan keberlanjutan
Banjir dan lingkungan; adil hulu sampai hilir;
keseimbangan pemanfaatan, konservasi
IWRM dan resiko.
• Pengendalian banjir banyak berinteraksi
dengan Pengelolaan Lahan dan Air.
Stakeholdernya semakin luas.
• Konsep IWRM menekankan perlunya
mengintegrasikan pengelolaan sumber daya air
dengan menyelaraskan organisasi sektoral di
sepanjang batas hidrologi. Pendekatan ini terutama
untuk melindungi sumber daya lingkungan, serta
mengentaskan kemiskinan.

Integrasi • Namun, beberapa studi kasus menunjukkan


‘kesulitan integrasi ' dalam pengertian normatif.
Secara khusus, integrasi adalah proses politik

dan (Hofwegen dan Jaspers, 1999; Allan, 2006), dan


perlu analisis strategis tentang bagaimana integrasi
sebenarnya terjadi. Pendekatan semacam itu

proses menengarai adanya karakter politik yang melekat


dan pluralitas para pelaku, lembaga dan tujuan
pengelolaan air (Mollinga et al., 2007), dan hal ini

politis memerlukan analisis realistis dari situasi yang ada.


• Dalam upaya menuju kesepakatan perlu motivasi
yang rasional dalam membuat analisis realistis.
Subyektivitas actor terbentuk dari latar belakang
keyakinan yang berbeda dan tidak pernah
berhadapan dengan masalah.
• Terdapat interaksi kekuasaan yang dinamis. Banyak
aktor yang berusaha mengintegrasikan beragam
aturan dan sumber daya dalam konteks
pengambilan keputusan strategis untuk mengelola
sumber daya air.
• Setiap kebijakan melibatkan mediasi
hubungan sosial kekuasaan di antara
para aktor yang terlibat di dalamnya.
Bagaimana orang bertindak dalam
pengelolaan air dan kebijakan
tergantung pada posisi mereka, minat
Proses Politis mereka dan referensi mereka tentang
situasi di mana mereka bekerja.
Pengelolaan • Sebuah proses mengubah persepsi,
SDA kepentingan dan tujuan menjadi strategi.
Tentu saja, persepsi aktor dipengaruhi
(Mollinga et al., 2007). oleh posisinya sendiri dalam sistem
sosial dan persepsi terhadap
kepentingannya sendiri.
• Dalam masyarakat terdapat jaringan
aktor, aturan, fungsi, dan organisasi yang
kompleks, tumpang tindih, dan
terkadang bersaing.
banyak pelaku dan organisasi yang
terlibat dalam pengambilan
keputusan di berbagai tingkat;

3 Jenis
banyak aturan dan prosedur yang
Kemajemukan berlaku untuk masalah tertentu,
Pengelolaan seperti dalam pluralisme hukum;
dan
SDA
multi-fungsi sistem sumber daya
air dan berbagai nilai berbeda yang
melekat pada fungsi-fungsi ini.
Kesimpulan
• Pengendalian Daya Rusak Air, merupakan satu
kesatuan dengan Konservasi dan Pendayagunaan
SDA dalam proses Pengelolaan SDA Terpadu
• Pengelolaan SDA terpadu membutuhkan kerjasama
stakeholder dengan konsensus untuk keberlanjutan
ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.
• Proses komunikasi untuk mengurangi subyektivitas
perlu dilakukan berdasar analisis realistic terhadap
situasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai