Anda di halaman 1dari 27

Critical Book Report (CBR)

PROFESI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Dr. H. Sarmadan Nur Siregar. M.Pd.

Disusun oleh:

Rizka Ramadani Sam

NIM: 0307181033

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis limpahkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan kesempatan menyelesaikan tugas
CBR ini dan salawat kepada junjungan Baginda Besar Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa manusia dari kegelapan ke alam yang yang penuh ilmu
pengetahuan seperti saat ini. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada dosen
pengampu materi Profesi Pendidikan, Bapak Dr. H. Sarmadan Nur Siregar. M.Pd.
yang telah memberikan penulis kesempatan mengasah kemampuan dan
menguasai materi pembelajaran dengan tugas seperti Critical Book Review ini.

Dengan adanya tugas ini, penulis berharap akan semakin mampu menguasai
materi pembelajaran dan dapat membudayakan membaca pada diri sendiri, serta
semakin kritis dalam menanggapi materi-materi dalam buku ataupun dalam
sumber bacaan lainnya. Begitu juga dengan para pembaca, semoga tugas ini
bermanfaat dalam referensi bacaan mengenai profesi kependidikan dan referensi
Critical Book Review.

Medan, 14 Juni 2019

Penulis
BAB I

IDENTITAS BUKU

1. Buku utama

Judul :

Percikan Pemikiran Pendidikan Dari Filsafat Hingga


Praktik Pendidikan

No. ISBN : 978-602-8208-58-1

Pengarang : Dr. Al Rasyidin, M.Ag

Penerbit : Cita Pustaka Media Perintis

Tahun Terbit : Bandung, 2009

Edisi : Cetakan Pertama

Jumlah Halaman : V + 230 Halaman

2. Buku pembanding

Judul : Profesi Kependidikan

No. ISBN : 978-602-7938-05-2

Pengarang : Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd

Penerbit : Unimed Press

Tahun Terbit : Januari 2017

Edisi : Cetakan Ketujuh

Tebal buku : 353 halaman

Jumlah bab : 6 bab


Ringkasan Buku Utama
BAB I

MEMBINCANGKAN KEMBALI FILSAFAT PENDIDIKAN KITA

1. Falsafah Pendidikan Islam.

Implikasi Esensi Manusia Terhadap Pendidikan Islam Implikasi itu adalah


penerapan, maka penerapan konsep manusia terhadap pendidikan islam adalah,
bagaimana konsep manusia diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya salah satu esensi manusia
diciptakan adalah untuk menjadi khalifah. Maka dari itu manusia memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan adab serta nilai nilai atau sikap mental terpuji
untuk mendukung tugas kekhalifahannya di dunia ini.

2. Rekontruksi Filsafat Pendidikan Islam.

Sebuah Pengantar Untuk Wacana Filsafat Pendidikan Islam Tanpa


pendidikan, manusia tidak akan dapat hidup. Dan di zaman sekarang ini, tuntutan
masyarakat lebih besar di bidang pendidikan. Maka sebagai calon pendidik, yang
belajar di Fakultas Tarbiyah, maka peran Filsafat Pendidikan Islam sangatlah
besar. Filsafat pendidikan Islam yang bertujuan untuk menciptakan konsep
pendidikan Islam, baik guru, peserta didik, kurikulum dan lain sebagainya
haruslah di terapkan agar tidak keluar dari ruang lingkup Al Quran dan Hadis
serta Ijtihad para ulama muslim .

3. Rekontruksi Bangunan Keilmuan Perguruan Tinggi Agama Islam.

Persfektif Pendidikan Islami Dalam menghadapi perkembangan zaman


sekarang ini, maka mind set orang orang bahwa PTAI hanya berurusan dengan
ilmu agama saja harus segera dihilangkan. Kendala kendala yang terjadi bisa
disebabkan dengan dikotomi antara ilmu agama- umum, begitu juga dnegan ilmu
religius- non religius. Maka dari itu hendaknya merumuskan kembali suatu
panndangan dunia Islam berdasarkan Al Quran dan Hadis agar menjadi landasan
bagi aktifitas pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB II
PENDIDIKAN, KEPRIBADIAN, DAN MORAL AKADEMIK

1. Pendidikan Dan Pengembangan Kepribadian

Saat ini, salah satu yang kita prihatinkan adalah, pendidikan kita pada saat
sekarang ini telah gagal mendidik anak menjadi manusia yang berkepribadian
sehat. Maka dari itu, dalam rangka mempersiapkan anak didik menjadi manusia
manusia yang memiliki kepribadian sehat, maka pendidikan sebenarnya
mengemban tugas untuk membantu mereka mengembangkan diri dan
kepribadiannya. Selain menciptakan anak yang cerdas dalam kognitifnya, maka
pendidikan juga harus mampu menjadikan anak tersebut menjadi anak yang
memiliki pribadi yang baik. Karena sesungguhnya dalam Islam kita sama sama
sudah mengetahui bahwa Rasulullah di utus ke muka bumi ini, untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Maka dari itu, pendidikan selain mentrasnfser
ilmu pengetahuan, juga harus menjadikan manusia yang berkepribadian sehat.

2. Kepribadian Muslim : Persfektif Pendidikan Islami

Semua manusia pasti memiliki karakter dasar dalam dirinya masing


masing, dan semuanya itu sama. Karakter dasar atau natur al- ruh adalah suci dan
cenderung pada dimensi spiritualitas, sebab ia memang berasal dari alam suci
yang maha tinggi. Di dalam hadis juga ada dijelaskan bahwasannya setiap bayi
yang lahir ke dunia ini adalah suci, yakni dalam keadaan fitrah, maka terganntung
orang tuanya yang membawanya menuju agama yang di kehendaki. Maka dari
itu, kepribadian muslim yang sudah di awali dengan prinsip kebaikan dan
kesucian ini, maka harus dipertahankan bahkan ditingkatkan bagi manusia
tersebut dengan proses pendidikan. Namun, jika ada yang sudah melenceng atau
keluar dari korridor yang tidak sesuai dengan konsep Islam, maka pendidikan
memiliki peran penting bagi manusia tersebut.
3. Penegakan Moral Akademik : Upaya Mengembangkan Budaya Akademik
Ilmiyah

Salah satu tugas yang harus diemban bagi lembaga pendidikan, khususnya
di perguruan tinggi adalah membentuk karakter dan watak bangsa agar tumbuh
kembang menjadi bangsa yang beradab, sesuai dengan nilai nilai religiusitas,
budaya bangsa, dan ilmu pengetahuan. Untuk itu, di perguruan tinggi harus
dibangun dan ditata norma normma, prinsip, standar dan aturan aturan yang baik
dan benar tentang bagaimana idealnya seluruh civitas akademia merasa, berfikir,
berperilaku, dan bekerja. Dan salah satu cara yang bisa dilakukan adalah berkaca
pada pribadi rasulullah saw yang sempurna akhlaknya, baik budi pekertinya, dan
tauladan bagi kita semua.

BAB III

GAGASAN TENTANG PENDIDIKAN NILAI

1. Mendidikkan Nilai : Mata Rantai Terputus Pendidikan Kita

Sekarang ini, nilai nilai di dalam pendidikan sudah mulai berkurang. Kita
bisa melihat dari out put yang dihasilkan dari suatu lembaga pendidikan. Maka
dari itu, jika kita ingin membangun manusia dan masa depan yang lebih baik
melalui pendidikan, maka harus dilakukan melalui aktifitas mendidik. Kita harus
membekali diri peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, sekaliguus nilai
nilai. Baik nilai moral, niali agama, dan lain sebagainya. Karena orientasi
pembelajaran yang terfokus kepada ranah kognitif harus kita hapuskan, dan kita
ganti menjadi dnegan pembelajaran yang berorienntasi pada perkembanagn secara
utuh, dan seimbang ptensi jasmani, akal, dirinya, dan hati peserta didik, sehingga
nilai bisa dijadikan sesuatu yang penting bagi peserta didik.

2. Pendidikan Nilai : Menegakkan Kembali Pendidikan Akhlaq

Salah satu askep kehidupan manusia yang mengalami degradasi pada saat
ini adalah hilangnya akhlaq manusia khususnya di lingkungan pendidikan. Pada
saat ini kita melihat bahwasannya guru juga ada sebahagian yang mencontohkan
akhlaq yang tidak baik kepada peserta didik, padahal seharusnya pendidik menjadi
tauladan bagi peserta didik terutama dalam bidang akhlaq.

Maka solusi yang ditawarkan adalah begaimana kita bercermin pada


praktik pendidikan rasulullah saw. Pada prinsipnya penenaman akhlaq
merupakann aktivitas pokok dari pendidikan yang dilaksanakan rasulullah. Dalam
proses itu, Rasulullah saw senantiasa mengawalinya dengan pensucian jiwa, akal,
dan jism(tadzkiyatun an nafs), baru kemudian berlanjut kepada mendidik ke
dalam diri manusia nilai nilai agama Islam yang diisertai dengan keteladanan
(uswatun hasanah).

3. Pendekatan Dan Strategi Pendidikan Nilai

Pada dasarnya banyak strategi yang bisa digunakan para pendidik untuk
mendidikkan nilai kepada peseta didiknya. Umumnya, pemilihan strategi
pembelajaran selalu didasarakan pada pertimbangan yang berkaitan dengan :
tujuan pembelajaran, ukuran kelompok/kelas, kebutuhan dan karakteristik peserta
didik, kemampuan peserta didik, dan sarana dan fasilitas yang tersedia.

BAB IV

GURU, INSTUSI, DAN PRAKTIK PENDIDIKAN

1. Memaknai Kembali Eksistensi Dan Tugas Guru

Guru bisa kita simpulkan sebagai mansusia yang megantarkan kita untuk
menjadi seseorang, sebagai apapun kita saat ini, itu tidaklah lepas dar peran guru.
Di dalam persfektif Islam guru disebut sebagai muallim, murabbi, dan muaddib.
Sebagai muallim, guru adalah seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
hidup dengan ilmu pengetahuan, sedangkan sebagai murabbi, guru meneladani
sifat rabb, dan muaddib adalah guru yang mengajarkan adab kepada peserta didik.
Oleh karena itu, maka katiga komponen ini harus dipadukan agar menjadikan
peserta didik yang kuat intelektual dan akhlaknya.
2. Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Peranan Orang Tua Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat.


Namun meskipun begitu, tegaknya bangunan suatu masyarakat dan bangsa sangat
bergantung pada keberadaan keluarga. Jika dalam suatu masyarakat atau bangsa
setiap keluarganya kuat, terdidik, terampil dan soleh, maka masyarakat itu akan
kokoh, maju dan sejahtera karenanya. Dalam Islam, sebuah keluarga yang ideal
bukanlah keluarga yang hanya diikat oleh oleh hubungan keturunan saja. Sebab,
hubungan darah atau keturunan tidak dapat menjamin eksistensii dan konntiniutas
bangunan sebuah keluarga. Al Quran telah menyempaikan beberapa kisah tentang
ini, seperti kisah keluarga Nabi Nuh a.s dengan anak dan istrinya, keluarga Nabi
Ibrahim a.s dengan orang tuanya, dan masih banyak lagi kisah yang lain. Maka
dari itu ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pendidikan keluarga.
Pertama,menanamkan aqidah atau keimanan dalam diri anak. Kedua, membentuk
dan membina keribadian anak sesuai dengan akhlaq al karimah. Ketiga, melatih
dan membiasakan anak melaksanakan ibadah. Dan yang keempat adalah
memelihara dan menjauhkan anak dari azab, siksa dan penderitaan.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Implementasi Dalam Kegiatan


Pembelajaran

Saat ini, kita bisa melihat rendahnya kualitas output yang dikeluarkan dari
suatu lembaga pendidikan. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
kualitas output yang dihasilkan pendidikan kita adalah kurikulum pendidikan.
Maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerapkan kurikulum KBK.
Karena KBK merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas tugas dengan standar
performansi tertentu, sehinngga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, baik
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan lain lain.

4. Pendidikan Islam Dalam Konteks Otonomi Daerah

Pemberlakuan otonomi daerah pada ddasarnya telah memberikn


kesempatan pada umat Islam untuk mengurusi segala sesuatu yang erkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan Islam. Namun selama ini, secara umum
pendidikan Islam selalu dihadapkan dengan tiga persoalan pokok yang sangat
krusial yakni yang menyangkut manajemen, pembiayaan, dan mutu ataupun
kualitas. Maka dari itu, kita harus munculkan sendiri inisiatif, evaluasi sendiri,
kembangkan sendiri dan pada akhirnya kita sendiri yang menikmati hasilnya.

BAB V

ISU ISU KRUSIAL DAN PERAN PENDIDIKAN DALAM


MENYIASATI PERUBAHAN GLOBAL

1. Isu Isu Krusial Dalam Pendidikan Nasional : Belajar Memetakan Masalah

Di dalam pendidikan nasional, ada banyak masalah yang terjadi. Maka


dari itu akan sedikit dipaparkan mengenai isu isu yang terjadi di pendidikan
Nasional. 1. Kekerasan dan kemiskinan 2. Keragaman dan potensi perpecahan 3.
Kegagalan dalam menciptakan moralitas anak bangsa 4. Kuantitas versus kualitas
5. Masalah pengangguran terdidik Itulah beberapa isu isu krusial, dengan in,
,maka pendidikan nasional memili peran penting untuk mengentaskan isu isu ini
agar bisa menyelesaikan permasalahan yan terjadi di penddikan Nasional.

2. Globalisasi Dan Pendidikan : Pendekatan Dan Peran Pendidikan Dalam


Menyiasati Perubahan Globalisasi

Dengan adanya globalisasi sekarang ini, kita bisa menikmati dampak


positif dan banyak sekali dampak negatifnya. Globalisasi membawa nilai nilai
baru yang berbeda dengan era sebelumnya. Pendidikan memiliki peran yang
sangat besar di era globalisasi ini. Oleh karena itu agar pendidikan bisa berjalan
dengan baik dan menghasilkan tujuan yang diinginkan, maka itu sangat
bergantung pada manusia yang berkecimpung di dalam pendidikan itu sendiri.
mereka haruslah bisa memahami, menjalankan dan membentengi pendidikan dari
virus globalisasi. Ini jelas sekali dijelaskan Allah swt di dalam Al Quran,
bahwasannya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka
merubahnya sendiri.
Ringkasan Buku Pembanding

Bab I Hakekat Profesi Kependidikan

Dalam pembahasan bab I, materi yang dibahas adalah mengenai Konsep


Dasar Profesi Kependidikan berupa pengantarnya, pengertian profesional, ciri-ciri
profesi, dan guru sebagai jabatan profesional.

Dalam pengantar disebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan bagi manusia


merupakan titik awal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga
manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Jika dulunya manusia
dapat memenuhi kebutuhannya cukup dengan bertani, namun untuk sekarang cara
pemenuhan kebutuhan sudah sangat kompleks. Ratusan, bahkan ribuan jenis
pekerjaan telah tercipta. Namun, dari banyaknya jenis pekerjaan tersebut, ahli
menyederhankannya ke dalam golongan:

1. Pekerja kasar/manual laborer


2. Petani/farmer
3. Pekerja jasa/service
4. Manejer/managerial
5. Profesional.

Ahli juga membagi penggolongannya:

1. Unskilled laborer
2. Semi skilled laborer
3. Skilled laborer
4. Semi professional
5. Professional.

Dari banyaknya ragam pekerjaan, ternyata hanya sedikit yang termasuk ke


dalam profesional seperti guru, konselor sekolah, dan kepala sekolah termasuk
didalamnya. Guru tetaplah dibutuhkan dari waktu ke waktu. Guru dalam mendidik
juga melalui proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif lama untuk
membuktikan ia memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, kecakapan di
bidang pendidikan yang dapat dibuktikan dengan ijazah, sertifikat kependidikan
dan keguruan yang dikeluarkan oleh lembaga tenaga kependidikan yang teruji
kebenarannya. NKRI mengakui guru sebagai profesi yang dinyatakan pada UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Oemar Hamalik, menyatakan guru profesional
harus memiliki:

1. Keahian sebagai guru


2. Keahlian yang baik dan terintegrasi
3. Mental yang sehat
4. Berbadan sehat
5. Pengalaman dan pengetahuan luas
6. Berjiwa pancasila
7. Seorang warga negara yang baik.

Pengertian Profesional: secara etimologis profesi berasal dari bahasa


Inggris “profession” yang berakar dari bahasa latin “profeus” artinya “mengakui”
atau “mampu atau ahli dalam satu pekerjaan”. Kompetensi bagi profesi guru di
Indonesia, yang ditetapkan dalam UU No.14 Tahun 2005 meliputi:

1. Kompetensi Pedagogik

Adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan


pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya.

2. Kompetensi Kepribadian

Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional

Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang


mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.

4. Kompetensi Sosial

Adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif


dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan warga
sekitar.

Kepala sekolah adalah tugas tambahan guru yang diberi tugas mengelola
bidang-bidang tugas manajemen pendidikan. Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 38 sejumlah kriteria
menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi:

a) Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK


b) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK
d) Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan

Bab II Profesionalisasi Jabatan Guru

Untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki tekad dan komitmen


mengikuti seluruh perjalanan pembentukan kepribadian guru yang profesional
yang diawali dari adanya keinginan atau niat yang tulus dari hati. Sehingga dia
mencari, mencari dan terus mencari hingga menemukan berbagai strategi, model,
pendekatan, metode, teknik, dan kiat untuk membekali diri sebagai guru
profesional. Lulusan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang
sudah dinyatakan berhasil menyandang gelar atau predikat “tenaga pendidik
profesional” tidak serta merta langsung menjadi guru di sekolah (lembaga
pendidikan). Lulusan ini harus menjalani berbagai uji kompetensi untuk
membuktikan diri bahwa memang ia layak menjadi guru yang profesional.
Berdasarkan hasil uji kompetensi tersebut, lulusan LPTK melaksanakan tugas
pelayananan berdasarkan kompetensi yang telah melekat pada dirinya
(kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial).

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhannya dalam bekerja. UU tentang sistem pendidikan
mensyaratkan guru harus berkualifikasi minimal S1 (sarjana). Kinerja guru yang
tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik
maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran
di kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan baik. Unsur-unsur yang perlu
diadakan dalam proses penilaian kinerja guru menurut Siswanto adalah kesetiaan,
prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan
kepemimpinan.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan dengan


melakukan pengembangan kompetensi guru, terdiri dari dua kategori:

1) Belum memiliki kualifikasi S-1 atau D- IV


2) Sudah memiliki kualifikasi S-1 atau D- IV

Pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki


sertifikat pendidik meliputi berbagai aktivitas seperti diklat, pemagangan,
pubikasi imiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif,
presentase pada forum ilmiah, publikasi buku teks, pelajaran yang lolos penilaian
oleh BSNP, publikasi pengayaan, publikasi buku pedoman guru, dan lain-lain.

Bab III Peran Organisasi dan Penyikapan Profesi Kependidikan

A. Organisasi Profesi Keguruan

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang


memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahian
tertentu. Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya serta berfungsi sebagai pengendali
keseluruhan profesi baik secara sendiri, maupun secara bersama-sama dengan
pihak lain yang relevan.

Guru mempunyai organisasi profesi yang bernama Persatuan Guru


Republik Indonesia (PGRI) yang lahir pada tanggal 25 November 1945. Insan-
insan pendidikan (Tenaga Kependidikan dan Murid) dilindungi secara hukum,
mempunyai hak-hak disamping kewajiban-kewajibannya. PGRI telah
mengeluarkan kode etik guru yang terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Kode Etik
Guru Indonesia dan 2) Kode Etik Jabatan Guru.

B. Sikap Profesional Kependidikan

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39


ayat (2); menyebutkan “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi”. Sebagai pendidik harus mempunyai komitmen untuk dapat
menyikapi berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan fungsinya sebagai
pendidik.

Seorang guru harus mampu menunjukkan citra dan reputasinya sebagai


pengajar serta dapat menjadi panutan atau pemberi contoh teladan pada
masyarakat, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya. Dengan begitu, salah satu butir yang mengatur hubungan guru dengan
pemerintah berbunyi: “Guru harus memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan
program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Tentang Guru dan ketentuan
perundang-undangan lainnya”. Pola tingkah laku guru yang profesional harus
bersikap komitmen yang utuh terhadap (1) Peraturan perundang-undangan (2)
Organisasi profesi (3) Teman sejawat (4) Peserta didik (5) Profesi guru (6)
Pimpinan (7) Pekerjaan.
Bab IV Peranan Guru Dalam Manajemen Pendidikan

A. Hakekat Manajemen Pendidikan

Manajemen berasal dari kata “managio” yaitu pengurusan atau


“managiare” atau melatih dalam mengatur langkah-langkah. Manajemen sering
diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Karena itu manajemen merupakan suatu
sistem tingkah laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus
menerus dilandasi tindakan yang rasional. Manajemen adalah suatu proses
pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan suatu organisasi/lembaga. Bila dikaitkan dengan pendidikan, konsep
manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pemanfaatan sumber
daya yang tersedia di bidang pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikan. Konsep lain yang tidak dapat dipisahkan dengan manajemen
adalah administrasi dan kepemimpinan. Manajemen, administrasi, dan
kepemimpinan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam
menjalankan aktivitas suatu organisasi.

Fungsi manajemen pendidikan:

1. Perencanan (planning)

Perencanaan pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan


segala aktivitas dan sumberdaya yang akan dilaksanakan dan digunakan dimasa
akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Tanpa perencanaan, pelaksanaan
suatu aktivitas akan mengalami hambatan-hambatan bahkan kegagaan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap perencanaan:

a) Perumusan tujuan
b) Perumusan kebijaksanaan
c) Perumusan prosedur
d) Perencanaan skala kemajuan
e) Perencanaan yang bersifat menyeluruh
2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses memiih orang-orang serta


mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin
pencapaian tujuan.

3. Penyusunan pegawai (staffing)

Sumber daya yang akan menduduki posisi tertentu dalam struktur


organisasi diharapkan cakap dan sanggup atau sesuai dengan prinsip “the right
man in the right place”.

4. Pengarahan (directing)
5. Koordinasi (coordinating)

Manajer membawa orang-orangnya kedalam suasana kerjasama yang


harmonis dan menghindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat.

6. Pencatatan dan pelaporan (recording and reporting)

Pertanggung jawaban semua proses atau kegiatan yang telah direncanakan


dan dilaksanakan dalam organisasi

7. Pengawasan (controling)

Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai rencana


yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan.

Bidang Tugas Manajemen Pendidikan

a. Pengelolaan bidang kurikulum

Rancangan program pendidikan disusun dengan menyesuaikannya pada


perkembangan peserta didik, kemajuan masyarakat serta tuntutan masyarakat
terhadap kualitas lulusan lembaga pendidikan. Pengelolaan kurikulum dibicarakan
dalam manajemen pendidikan yang berkaitan dengan bagaimana
mengorganisasikan sumber-sumber sekolah yang dapat diberdayakan dalam
merealisasikan isi kurikulum oleh guru.

1) Perencanaan dan pengembangan kurikulum,


2) Pengorganisasian kurikulum,
3) Penentuan prosedur dan skala kemajuan yang dapat diperoleh dalam
waktu tertentu,
4) Penentuan strategi, pendekatan dan metode yang akan diterapkan dalam
memonitoring pelaksanaan kurikulum.
1. Pelaksanaan proses belajar-mengajar
a) Pengaturan ruang belajar
b) Evaluasi proses dan hasil belajar
c) Evaluasi program pengajaran
2. Pengelolaan perserta didik
a) Meneliti pertumbuhan/perkembangan peduduk
b) Penerimaan peserta didik
c) Penetapan daya tampung
d) Penetapan syarat-syarat peserta didik
e) Pembentukan panitia/petugas penerima peserta didik
f) Pembinaan peserta didik
3. Pengelolaan personalia pendidikan

Pengelolaan personalia pendidikan dapat diartikan sebagai proses


sekaligus sebagai seni untuk memilih dan mendayagunakan sumberdaya manusia
sejak penerimaan hingga pemberhentiaannya. Kegiatan manajemen dalam
mengelola personalia pendidikan diantaranya:

a) Pengadaan personalia
b) Pengangkatan personalia
c) Pembinaan dan pengembangan personalia
d) Hak dan kewajiban personalia
4. Pengelolaan perengkapan pendidikan

Perlengkapan pendidikan adalah semua benda bergerak maupun tidak


bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan sistem pendidikan
baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pengelolan keuangan pendidikan

Pengelolaan keuangan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan dan


penyusunan anggaran biaya, penggunaan anggaran, penyimpanan, pencatatan dan
pelaporan, dan pertanggung jawaban keuangan yang dimaksudkan untuk
mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan sehingga pengurusannya dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Pengelolaan layanan khusus

Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung


berhubungan dengan proses belajar-mengajar di kelas, tetapi secara khusus
diberikan kepada peserta didik oleh lembaga pendidikan agar mereka lebih
optimal dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Jenis-jenisnya seperti:

a) Pusat sumber belajar (PSB)


b) Pengelolaan perpustakaan
c) Usaha kesehatan sekolah
d) Kafetaria/warung/kantin sekolah
7. Pengelolaan ketatausahaan (kantor)

Kantor sekolah atau ketatausahaan sekolah/lembaga pendidikan akan


berjalan dengan baik jika dilengkapi dengan seorang atau lebih personalia
tatausaha yang bertanggung jawab langsung kepada manajer sekolah.

8. Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat

Agar hubungan sekolah dengan masyarakat tercapai, pengembangan


hubungan sekolah dengan masyarakat harus didasarkan pada prinsip-prinsip
seperti berikut.
a) Prinsip otoritas
b) Prinsip kesederhanaan
c) Prinsip sensivitas
d) Prinsip kejujuran
e) Prinsip ketetapan
B. Hubungan Kemitraan dengan Stakeholders Pendidikan

Stakeholders pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi


pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga
pendidikan. Kalau lembaga pendidikan itu berupa sekolah maka stakeholdernya
adalah Birokrasi Pendidikan (Dinas Pendidikan), Pengawas, Kepala Sekolah,
Guru-guru, Orangtua, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, Masyarakat, Dunia
Usaha dan Dunia Industri.

Bab V Hakekat Supervisi Pendidikan

Secara umum supervisi berarti upaya pemberian bantuan kepada guru agar
dapat membantu peserta didik belajar untuk menjadi lebih baik. Seorang
supervisor adalah seseorang yang memiliki kelebihan-kelebihan (super) dibidang
keguruan, dimana kelebihan tersebut dapat membuatnya membantu guru
memperbaiki situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik. Supervisi sebagai
aktivitas dirancang untuk memperbaiki pengajaran pada semua jenjang
persekolahan, berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik,
supervisi juga bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar dengan baik.

Tujuan supervisi pendidikan antara lain:

1. Membantu guru-gurudalam mengembangkan proses belajar-mengajar,


lebih memahami mutu, pertumbuhan dan peranan sekolah untuk mencapai
tujuannya
2. Membantu guru-guru menterjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar
mengajar
3. Membantu guru melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman
belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan metode
mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar
murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
membina masyarakat
4. Membantu guru-guru mengembangkan profesional guru dan staff sekolah

Supervisi mempunyai fungsi penilaian (evaluation) dengan jaan penelitian


(research) dan merupakan usaha perbaikin (improvement). Fungsi dan spesifikasi
supervisi pengajaran adalah memberikan pelayanan supervisi pengajaran kepada
guru untuk menumbuhkan proses belajar mengajar yang berkualitas baik,
menyenangkan, inovatif dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas staff
mengajar.

Prinsip supervisi pendidikan antara lain: ilmiah yang berarti sistematis


dilaksanakan secara tersusun, kontiniu, teratur, objektif, demokratis, kooperatif,
menggunakan alat, konstruktif dan kreatif.

Untuk memperoeh pengajaran yang baik, perlu ada sistem yang efektif.
Suoervisi dengan berbagai pendekatan dan teknik muncul dengan penekanan pada
usaha membantu guru memperbaiki penampilan menhajar mereka.

a. Pendekatan Non-direktive
b. Pendekatan Direktive
c. Pendekatan Collaborative

Burton mencatat bahwa seorang supervisor mempunyai tugas:

a) Meningkatkan aktifitas pembelajaran


b) Meningkatkan pelayanan guru
c) Menseleksi dan mengorganisir materi-materi pembelajaran
d) Melakukan pengetesan dan pengukuran
e) Menentukan peringkat guru

Teknik supervisi pendidikan:

1. Teknik yang bersifat kelompok antara lain pertemuan orientasi, rapat guru
latih, studi kelompok antar guru latih, diskusi sebagai proses kelompok,
tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium,
demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca
langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum,
perjalanan sekolah (field trips)
2. Teknik yang bersifat individu antara lain perkunjungan kelas, observasi
kelas, percakapan pribadi, inter-vitasi, dan menilai diri sendiri.

Supervisi klinis merupakan model sepervisi yang difokuskan pada


peningkatan mengajar melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan,
pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan yang rasional.
Sepervisi klinis berusaha untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Bab VI Bimbingan Konseling dan Peran Guru

A. Pengertian Konseling

Konseling merupakan suatu proses pertemuan langsung antar konselor


dengan konseli (face to face relationship) yang bermasalah, dimana pembimbing
membantu konseling dalam mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku.
Tujuan konseling di sekolah agar siswa mendapat pelayanan konseling secara
optimal sesuai dengan bakat, kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki. Fungsi
konseling: pemahaman, pencegahan, penyaluran, penyesuaian, perbaikan,
pengembangan, penyembuhan, penyaluran, adaptasi, penyesuaian, perbaikan,
fasilitasi, dan pemeliharaan.

Landasan Layanan Bimbingan Konseling

1. Landasan Filosofis
- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya
- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan
kehidupannya sendiri
2. Landasan Psikologis
- Motif dan motivasi
- Pembawaan dan lingkungan
- Perkembangan individu
- Belajar
- Kepribadian
3. Landasan Sosial-Budaya
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
5. Landasan Religius
6. Landasan Yuridis-Formal

Orientasi Layanan Konseling

a) Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri


b) Pengenalan lingkungan
c) Pengambilan keputusan
d) Pengarahan diri
e) Perwujudan diri

Prinsip Pokok Konseling terdiri atas

1) Prinsip umum konseling


2) Prinsip khusus yang berhubungan dengan individu (klien)
3) Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu konselor
4) Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan
administrasi konseling

Azas-azas Pokok Konseling

a. Azas kerahasiaan
b. Azas kesukarelaan
c. Azas kekinian
d. Azas kemandirian

Peranan Guru Dalam Pengembangan Program BK di Sekolah

1. Pengidentifikasian masalah siswa


2. Pengalihtanganan siswa bermasalah
3. Pengembangan suasana kondusif
4. Pemantauan pelaksanaan pelayanan konseling
BAB II

ANALISIS

Kemutakhiran dan Kekhasan Buku

Kedua buku ini tentunya memiliki kekhasan tersendiri. Pada buku utama
sangat lah terperinci pembahasannya sehingga dapat dikatakan mutakhir,
sedangkan pada buku pembanding juga memiliki hal yang sama buku tersebut
dikatakan mutakhir karna sesuai dengan judul buku dengan pembahasannya.
Kekhasan buku kedua ini terletak pada masing-masing buku, karna setiap buku
tentulah memiliki ciri khas yang berbeda.

Kelebihan buku:

1. Kelebihan Buku Utama

Buku ini memiliki judul yang sesuai dengan objek kajian yang dibahas
pada setiap babnya. Buku ini juga sesuai sampul buku denngan judul buku yang
dipaparkan. Buku yang terdiri dari lima bab ini sangat sistematis dan mudah
dipahami, karna tidak terlalu banyak kata-kata yang sulit untuk dipahami. Setiap
sub bahasan menjelaskan tentang pendidikan, lain halnya dengan buku
pembanding Profesi Kependidikan yang hanya memaparkan tentang pendidik
nya , sedangkan pedidikan hanya sedikit dijabarkan.

2. Kelebihan Buku Pembanding

Buku ini memuat sangat banyak materi dan penjelasan yang dibahas sesuai
dengan judulnya “Profesi Kependidikan”. Isinya sangat jelas, karena dipaparkan
dengan meluas dan dihubungkan dengan kejadian sehari-hari. Dimulai dari
konsep dasar, buku ini menerangkan dengan sangat jelas pengertian dan
bagaimana profesi itu dianggap yang sebenarnya. Seperti keseharian kita, supir
dianggap profesi. Dengan memahami penjelasan buku ini, kita akan mengetahui
bahwa profesi belum tentu dapat dilakukan semua orang, sedangkan pekerjaan,
mungkin semua orang dapat melakukannya termasuk menyetir layaknya supir.
Memuat pembahasan yang telah teruji dari ahli-ahi yang bersangkutan
maupun dengan undang-undang yang mengaturnya. Contohnya: dalam
pembahasan mengenai guru sebagai tenaga pendidik di hubungkan dengan UU
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Memuat beberapa pengayaan soal untuk mengembangkan pengetahuan


pembaca tentang materi yang telah dibahas.

Kelemahan:

1. Kelemahan Buku Utama

Buku utama ini hanya memiiliki sub bahasan yang sikit yaitu hanya lima
bab saja, sehingga para pembaca yang membaca buku ini kurang terkesan menarik
karna kurangnya pendalaman kajian pada buku ini, sementara buku ini
bertemakan filsafat pendidikan.

2. Kelemahan Buku Pembanding

Penjelasan dalam buku beberapa kali ada kalimat-kalimat yang bertele-


tele. Sehingga pembaca akan merasa bosan dan akan melewatkannya ke
pembahasan selanjutnya. Dalam buku Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, pengertian
tentang pendidikan hanya dipaparkan secara sekilas saa sehingga kurang terkesan
akan kesinambungan judul buku dengan isi.

Rekomendaasi

Untuk kedua buku ini saya menyarankan agar masing-masing sub bahasan
saling terkait antara satu dengan yang lainnya, kemudian dalam hal bab nya
haruslah memiiliki bab yang lumayan banyak agar pembaca merasa puas dengan
isi buku tersebut dan tentunya cantumkan hal-hal yang islami.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan:

Dari kedua buku, baik yang buku utama dan buku pembanding sama-sama
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Ada pembahasan buku yang
tidak lengkap dalam buku utama, namun dalam buku pembanding sangat jelas
pemaparannya. Maka dari itu, selayaknya kita saling mengaitkan kedua buku
tersebut dalam pemahaman kita tentang profesi kependidikan

Saran:

Tidaklah ada sebuah buku yang sangat sempurna isi dan materi
pembahasannya sesuai dengan yang kita maksudkan. Maka dari itu, bagi pembaca
yang ingin lebih mendalami mengenai profesi pendidikan, sebaiknya mencari dan
membaca banyak sumber buku sehingga keingin tahuan kita yang tidak ada di
buku tertentu, mungkin ada di sumber buku lainnya. Seperti kedua buku ini.
Sama-sama membahas tentang pendidikan, namun isi dan pembahasannya
berbeda-beda, adapula yang sama. Namun, hal tersebut menjadi penambah
masukan-masukan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai