Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Viku Paoki
11161120000007
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jilpakan karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Viku Paoki
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
NIM : 1116112000007
Mengetahui, Mengetahui,
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh
Viku Paoki
11161120000007
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18
Januari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekretaris,
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 18 Januari 2021
Skripsi ini membahas tentang upaya Lingkar Ganja Nusantara (LGN) sebagai
kelompok kepentingan dalam perubahan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. Tujuan skripsi ini ialah untuk mendeskripsikan upaya LGN dalam
perubahan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan hambatan yang dialami
LGN dalam memperjuangkan kepentingannya. Dalam UU tersebut secara tegas
melarang penggunaan ganja untuk pelayanan medis. Namun pada tataran global,
ganja justru dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan. Menimbang manfaat medis
dari tanaman ganja menjadikan banyak negara melakukan reformasi kebijakan
narkotikanya. Menariknya, usaha untuk melegalisasi ganja juga hadir di
Indonesia. Gerakan tersebut dimulai oleh kelompok bernama Lingkar Ganja
Nusantara (LGN). LGN berupaya mendesak pemerintah untuk melakukan
perubahan terkait status hukum tanaman ganja di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara mengumpulkan
data dari empat narasumber yang kompeten di masing-masing bidangnya. Selain
itu data penelitian ini juga diperoleh dari sumber-sumber sekunder seperti jurnal,
artikel ilmiah dan berita. Dalam menganalisis masalah, penulis menggunakan teori
kelompok kepentingan Gabriel G. Almond untuk melihat saluran artikulasi yang
LGN gunakan dalam upaya mengubah UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Sedangkan untuk hambatan yang LGN alami menggunakan kerangka kerja sistem
politik David Easton.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa upaya LGN dalam perubahan UU
No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika belum dapat dikatakan berhasil sehingga
status hukum tanaman ganja masih tetap sama. Kegagalan tersebut lantaran LGN
mengalami serangkaian hambatan di antaranya kebijakan War on Drugs,
Indonesia menolak rekomendasi ganja dari WHO, tidak adanya perwakilan baik
di pemerintahan maupun parlemen dan ketidakpastian pelaksanaan riset ganja.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini izinkan penulis
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor
2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
jajarannya.
3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas
vi
4. Suryani, M.Si. selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu
5. Anna Sabhana Azmy, M.Pol selaku dosen penasehat akademik yang telah
perkuliahan.
6. Dr. Haniah Hanafie, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
7. Dr. Agus Nugraha, M.A dan Khoirun Nisa, MA.Pol selaku dosen penguji
skripsi yang telah memberi kritik dan saran agar skripsi ini dapat
8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Ilmu Politik atas ilmu yang telah
diberikan.
dengan baik.
10. Kedua orang tua penulis, Bapak Sujarno dan Ibu karsih atas do’a yang
selalu dipanjatkan kepada Allah SWT, dukungan, kerja keras dan motivasi
sebagian kecil dari perwujudan rasa cinta dan kasih sayang dari seorang
vii
anak. Tidak lupa juga untuk seluruh keluarga besar penulis.
11. Teman-teman Bahari, Afif, Aldi, Neni, Zahrota, Kia, Maragi, Burhan,
Dito, Ramadhan, Galvino, Dimas. Terima kasih atas catatan indah yang
telah sama-sama kita buat selama masa perkuliahan. Semoga kita menjadi
12. Teman-teman Ilmu Politik A 2016, Akbar, Atul, Ica, Rudi dan lainnya
yang tidak dapat penulis sebut atas semua pengalaman selama proses
belajar di kelas.
13. Senior-senior, Reno, Reni, Daffa, Azizah, dan Edi atas ilmu dan
14. Senior terbaik, Nabillah Aisyah Rumi. Terima kasih atas do’a dan
15. Teman-teman Banzai, Ivo, Yoga, Rizky dan Mahesa. Terima kasih atas
Bagas, Alpin dan lainnya yang telah memastikan kebugaran raga penulis
17. Haikal dan Reza selaku sahabat penulis sedari SD. Terima kasih atas
18. Seluruh teman-teman Taman Sari yang tidak dapat penulis sebut satu per
satu.
Pandji, Arif, Ocha, Maura, Zahra, Nabilla, Wati, Indah, Lala, Nurul, Milla,
viii
Irma dan Rani. Terima kasih atas dukungan serta hubungan yang terjalin
Berkat dukungan dari mereka semua maka penelitian ini dapat selesai dengan
baik. Dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
kebaikan dan dukungan yang mereka beri. Meskipun demikian, penulis sadar jika
skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga perlu mendapat kritik, saran dan
Wassalamualaikum wr.wb
Viku Paoki
ix
DAFTAR ISI
x
A. Profil Lingkar Ganja Nusantara (LGN) ........................................................ 33
A.1 Sejarah LGN ............................................................................................. 33
A.2 Struktur Organisasi LGN ......................................................................... 34
A.3 Visi, Misi dan Program Kerja LGN ......................................................... 36
B. Rekam Jejak Penggunaan Ganja di Indonesia .............................................. 38
C. Regulasi Narkotika di Indonesia ................................................................... 40
C.1. Pra Kemerdekaan..................................................................................... 40
C.2 Pasca Kemerdekaan .................................................................................. 41
C.3. Pasca Reformasi ...................................................................................... 42
BAB IV UPAYA LGN SEBAGAI KELOMPOK KEPENTINGAN DALAM
PERUBAHAN UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA .......... 44
A. LGN Sebagai Kelompok Kepentingan ......................................................... 44
B. Upaya Penyaluran Kepentingan LGN .......................................................... 45
B.1. Demonstrasi ......................................................................................... 477
B.1.1 Pembentukan Opini Publik Lewat Demonstrasi Global Marijuana
March.......................................................................................................... 47
B.2 Lobi ......................................................................................................... 52
B.2.1 Lobi Kepada BNN dan Kemenkes .................................................... 52
B.3. Institusi Formal ...................................................................................... 57
B.3.1. Mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi .................. 58
C. Hambatan LGN Dalam Upaya Perubahan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. .......................................................................................................... 65
C.1. Kampanye War on Drugs ...................................................................... 66
C.2. Indonesia Menolak Rekomendasi Ganja Medis WHO .......................... 72
C.3. LGN Tidak Memiliki Wakil di Pemerintah Maupun Parlemen ........... 777
C.4. Ketidakpastian Pelaksanaan Riset Ganja ............................................. 822
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................................. 877
B. Saran ........................................................................................................... 888
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 889
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SINGKATAN
CBC : Cannabichromes
CBD : Cannabidiol
CBG : Cannabigerol
MK : Mahkamah Konstitusi
xiii
Polri : Polisi Republik Indonesia
PP : Peraturan Pemerintah
THC : Tetrahydrocannabinol
UU : Undang-Undang
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan dilarangnya berbagai kegiatan mulai dari menanam hingga konsumsi dari
ganja, golongan 1 juga meliputi opium, kokain, heroin, amfetamin dan lain-lain.
ketentuan tersebut tertuang pada Pasal 111 ayat 1 UU Narkotika No 35 Tahun 2009
New York, Amerika Serikat. Konvensi tersebut dihadiri oleh negara yang
tergabung dalam World Health Organization (WHO) dan sebagian besar negara
tersebut tunduk pada konvensi tersebut, termasuk di dalamnya Indonesia yang baru
1
UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
2
Tim LGN, Sekarang Aku, Besok Kamu!, (Tangerang Selatan: Lingkar Ganja Nusantara, 2014),
hlm 29.
1
Meski sudah diregulasi dengan ketat, ganja tetap menjadi barang yang dicari-
memenjarakan 37.923 kasus kepemilikan ganja hingga tahun 2012. Sehingga jika
kepemilikan ganja.3
Di Indonesia, ganja menjadi jenis narkotika favorit karena efek yang dihasilkan
cenderung ringan dan harganya relatif murah. Tercatat pada tahun 2017 pengguna
ganja berada pada peringkat pertama, dengan rasio 65,9% dari keseluruhan
Menurut penelitian Dania Putri dan Tom Blickman, dengan merujuk UU No.
memiliki efek adiksi yang tinggi sehingga tidak ada toleransi bagi penggunaannya.
Hal tersebut dikenal dengan istilah zero tolerance. Sebagai contoh efek adiksi dari
ganja sama dengan opium dan kokain. Oleh sebab itu, Indonesia secara tegas
Terkait status hukum tanaman ganja, lembaga kesehatan dunia WHO memiliki
pandangan yang berseberangan dengan Indonesia. Pada 4-7 Juni 2018 WHO
3
Tim LGN, Sekarang Aku, Besok Kamu, hlm 21.
4
BNN, “Indonesia: Narkoba dalam Angka tahun 2017”, Jurnal Data Puslitdarin, (2018), hlm
32.
Dania Putri dan Tom Blickman, “Ganja di Indonesia: Pola Konsumsi, Produksi dan
5
2
menggelar sebuah pertemuan untuk meninjau ulang manfaat dan serangkaian
lima bulan berikutnya. Penelitian tahap akhir pada kandungan ganja yang meliputi
resin, THC dan CBD yang membuahkan hasil yang positif. Lembaga narkotika dari
D’Ambrosio Medical Group (Amerika), asosiasi ganja medis di Jepang serta Drug
Policy Platform dari Brasil, mereka mendesak supaya ganja segera dihapuskan dari
Secara garis besar, ganja dapat dimanfaatkan untuk medis dan industri.
silam. Setelah diuji secara ilmiah, ternyata terdapat sebuah kandungan yang mampu
Namun dari sekian banyaknya senyawa aktif, cannabinoids yang dominan pada
penyakit lain.8
6
Leafly, “UN Drugs Committee Finds Cannabis an Effective Relatively Safe Drug” artikel
diakses pada 4 Februari 2020 dari https://www.leafly.com/news/politics/un-drug-committee-finds-
cannabis-an-effective-relatively-safe-drug
7
LGN, “WHO Benahi Regulasi Ganja”, artikel diakses pada 16 Oktober 2019 dari
http://www.lgn.or.id/who-benahi-regulasi-ganja/
8
Enik Isnaini, “Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang- Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika”, Jurnal Independent Vol 5 No. 2 (2017), hlm 50.
3
Selain memiliki manfaat medis, menurut M. Taufan tanaman ganja juga
memiliki potensi di bidang industri. Hemp adalah sebutan ganja yang digunakan
kegiatan industri seperti pembuatan tekstil, kertas, makanan, plastik dan bahan
bangunan. Ganja jenis ini dikenal memiliki kelenturan, kuat dan ketahanan untuk
waktu lama. Hemp juga merupakan tanaman yang dapat dengan mudah tumbuh dan
Dalam buku Hikayat Pohon Ganja (2011), sejarah mencatat bahwa kertas, kain
tekstil, dan tali tambang tertua dibuat dari serat ganja. Bagian dari ganja yang
memiliki serat paling baik terletak pada kulit batangnya. Terhitung sejak tahun 5
SM hingga pertengahan 1800-an serat ganja selalu menjadi pilihan utama untuk
dijadikan layar kapal dan jaring penangkap ikan karena telah teruji ketahanannya
Minyak esensial dalam tanaman ganja juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam produk kecantikan seperti aroma untuk kosmetik, sabun, shampo, parfum
dan lain-lain. Selain produk kecantikan, tidak banyak yang tahu bahwa ganja juga
dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Hempcrete adalah sebutan untuk serat
ganja di dunia konstruksi sebagai ganti beton. Beton yang terbuat dari serat ganja 7
kali lebih kuat ketimbang beton pada umumnya dan memiliki bobot yang lebih
ringan. Kelebihan yang tidak dimiliki beton biasa ialah hempcrete memiliki
9
M. Taufan Perdana Putra, “Kebijakan Pendayagunaan Hemp (Ganja Industri) untuk Kepentingan
Industri Di Indonesia”, Jurnal Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya Malang (2017), hlm 10.
10
Tim LGN, Hikayat Pohon Ganja: 12.000 Tahun Menyuburkan Peradaban Manusia, (Tangerang
Selatan: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm 263-264.
11
Tim LGN, Hikayat Pohon Ganja: 12.000 Tahun Menyuburkan Peradaban Manusia, hlm 266.
4
Dilansir dari grandviewresearch.com, ditinjau dari sisi ekonomi legalisasi
ganja telah meningkatkan permintaan pasar terhadap ganja. Ganja medis menjadi
target pasar terbesar dengan rasio 70.3% di tahun 2018. Terhitung selama tahun
Amerika Serikat yang nilainya ditaksir mencapai 600 juta-2 miliar dolar AS atau
ganja berbentuk produk CBD ternyata melebihi dana alokasi kesehatan Indonesia
Dengan menimbang manfaat medis dan ekonomi, perlahan namun pasti, usaha
merupakan negara yang secara spesifik telah membagi narkotika ke dalam dua
jenis; soft drugs dan hard drugs. Pembagian tersebut dibedakan berdasarkan efek
yang ditimbulkan pada tubuh. Soft drugs adalah narkotika yang tidak berbahaya
bagi tubuh seperti ganja, sedangkan hard drugs sebaliknya. Setelah adanya regulasi
tersebut, ganja pun dapat dikonsumsi di coffee shop yang telah mendapat izin
pemerintah.13
seperti medis, industri dan rekreasi. Mantan Presiden Jose Mujica menyebut bahwa
negara dinilai tidak mampu mengatasi peredaran narkoba di pasar gelap. Oleh sebab
12
LGN, “Perkembangan Ganja Secara Umum di Dunia”, artikel diakses pada 16 Oktober 2019
dari http://www.lgn.or.id/perkembangan-ganja-secara-umum-di-dunia/
13
Tweede Kamer dan Vergaderjaar, “Drugs policy in the Netherlands: Continuity and Change”,
Drug Library 24077, nrs. 2-3 (1995), hlm 31-33.
5
itu, meregulasi tanaman ini dengan cara melegalkannya jauh lebih tepat dari pada
Untuk kawasan Asia Tenggara, Thailand adalah negara pertama yang berhasil
Kumparan.com, legalisasi tanaman ini sudah dimulai sejak tahun 2017 dan baru
pada akhir tahun 2019 ganja beserta ekstraknya secara resmi dikeluarkan dari daftar
narkotika. Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya pada awal tahun 2020
ternyata hadir pula di Indonesia. Gerakan untuk memanfaatkan tanaman ini diusung
oleh Lingkar Ganja Nusantara (LGN). Gerakan ini menuai banyak tanggapan dari
masyarakat dan media massa. LGN, sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang
keyakinan bahwa tanaman ganja memiliki manfaat yang sangat potensial dan dapat
UU Narkotika No. 35 Tahun 2009 terkait status dari tanaman ganja. LGN
menyadari bahwa UU Narkotika yang sampai hari ini kita jadikan acuan dalam
14
Pebrianto Nainggolan, “Kepentingan Pemerintah Uruguay Melegalisasi Ganja Pada Masa
Pemerintahan Jose Alberto Mujica Cordano Tahun 2010-2015,” JOM FISIP Volume 2 No.2
(Oktober 2015), hlm 1.
15
Kumparan, “Klinik Pengobatan Berbasis Ganja Dibuka di Thailand”, artikel diakes pada 26
Januari 2020 dari https://kumparan.com/kumparannews/klinik-pengobatan-berbasis-ganja-dibuka-
di-thailand-1sadztK3bb4
6
Bagi LGN, sampai hari ini tidak ada orang yang memiliki kompetensi dan lebih
mendasar, tidak adanya keinginan untuk mengelola tanaman ganja. Organisasi ini
sebelumnya mungkin jarang diketahui publik. Oleh sebab itu LGN berkomitmen
Dari pemaparan di atas, penting untuk diteliti tentang bagaimana LGN ini
ekonomi pada tanaman ganja, LGN menilai bahwa UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika sebaiknya perlu untuk ditinjau ulang mengingat besarnya manfaat yang
dihasilkan dari tanaman tersebut. Dari segi medis ganja dapat menjadi alternatif
obat yang mampu mengobati berbagai penyakit. Dari segi ekonomi olahan berupa
produk siap pakai yang dapat memenuhi konsumsi rumah tangga publik dan di
waktu yang bersamaan dapat pula menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia.
yang instan dan membutuhkan waktu yang panjang, terlebih dalam masyarakat
masih terdapat polarisasi persepsi tentang tanaman ganja. Oleh sebab itu LGN
berupaya mengubah UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika agar kelak ganja
Dari pernyataan masalah di atas penulis pun tertarik untuk menulis judul
penelitian “UPAYA LINGKAR GANJA NUSANTARA (LGN) SEBAGAI
KELOMPOK KEPENTINGAN DALAM MEMPERJUANGKAN
PERUBAHAN UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA”
7
B. Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tujuan dan manfaat penelitian yang hendak
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
kepentingan.
8
b. Manfaat Praktis penelitian ini sebagai acuan atau referensi kepada para
ganja.
tanaman ganja.
D. Tinjauan Pustaka
Dengan membawa narasi legalisasi ganja medis yang dinilai melawan arus
utama, membuat tidak sedikit peneliti menjadikan LGN sebagai subjek penelitian.
Dalam pencarian tinjauan pustaka sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis
menemukan beberapa hasil penelitian tentang LGN maupun tanaman ganja dengan
Media Digital (Studi Critical Discourse Analysis dalam website lgn.or.id pada
kasus Fidelis Ari) yang ditulis Aria Mahatamtama ini secara garis besar berfokus
pada platform daring lgn.or.id yang merupakan website resmi milik Lingkar Ganja
9
2009 Tentang Narkotika yang dinilai abai terhadap nilai-nilai kemanusiaan pada
yang ditulis oleh Fajriah Intan Purnama ini secara garis besar berupaya untuk
terjadi. Paradigma yang menyebut ganja berbahaya dan lekat dengan lebel kriminal
membuat gerakan ini dianggap unik karena menantang nilai dan konstruksi berpikir
yang telah ada dengan menggunakan pendekatan teori kontradiksi dan subkultur.
diferensiasi pandangan antara kubu yang pro dan kontra dalam memandang aspek
ekonomi, sosial dan kesehatan dari tanaman ganja. Subkultur tersebut juga berusaha
Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Tahun
2011- 2016” yang ditulis oleh Khalid Syaifullah. Penelitian ini menjelaskan tentang
teori diskursus Michel Foucault. Penelitian ini berfokus pada proses kontestasi yang
16
Aria Mahatamtama, “Diskursus Legalisasi Ganja Medis Pada Media Digital: Studi Critical
Discourse Analysis dalam Website lgn.or.id pada kasus Fidelis Ari”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2019).
17
Fajriah Intan Purnama, “Subkultur Legalisasi Ganja: Studi Tentang Lingkar Ganja Nusantara
dalam Memperjuangkan Legalisasi Ganja Di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta, 2015).
10
melibatkan BNN dan LGN dalam rentang tahun 2011 hingga 2016 terkait
penggunaan ganja.
Pada penelitian tersebut, LGN berusaha melakukan kontra narasi terhadap isu
ganja yang selama ini didengungkan pemerintah dengan memublikasi buku hasil
riset dengan judul “Hikayat Pohon Ganja: 12000 Tahun Menyuburkan Peradaban
Dunia”. LGN memiliki pandangan bahwa ganja memiliki banyak manfaat yang
tersebut selaras dengan riset-riset tanaman yang telah banyak dipublikasi secara
internasional.18
Cordano Tahun 2010-2015” yang ditulis oleh Pebrianto Nainggolan. Penelitian ini
negara pertama yang melegalkan budidaya, distribusi, dan konsumsi ganja di dunia.
Regulasi ini semula pertama kali dicetuskan oleh Jose Alberto Mujica Cordano dan
pada prosesnya disetujui oleh Parlemen dan Senat. Penelitian ini menitikberatkan
peran pemerintah Uruguay dalam legalisasi ganja untuk kepentingan politik dan
gelap ganja, mengontrol sistem pasar serta pola konsumsi terhadap ganja. Hal
18
Khalid Syaifullah, “Kontestasi Ganja: Diskursus Legitimasi Ganja Badan Narkotika Nasional
(BNN) dan Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Tahun 2011-2016”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
11
tersebut dilakukan untuk merebut pasar ganja yang selama ini dikuasai mafia. Dari
segi ekonomi, negara pun mendapatkan laba dari penjualan ganja dan mengurangi
Merujuk pada penelitian yang telah dipaparkan di atas menjadikan LGN dan
tanaman ganja sebagai topik yang menjadi pembahasan seperti dari sudut
ini berfokus pada upaya LGN dalam perubahan UU No 35 Tahun 2009 yang terdiri
dari upaya penyaluran kepentingan dan hambatan yang LGN alami dalam
legalitas formal. Oleh sebab itu penulis ingin meneliti lebih lanjut upaya LGN
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebab metode ini berupaya untuk
menggunakan cara deskriptif lewat kata-kata, serta bahasa pada kondisi alamiah
19
Pebrianto Nainggolan, “Kepentingan Pemerintah Uruguay Melegalisasi Ganja Pada Masa
Pemerintahan Jose Alberto Mujica Cordano Tahun 2010-2015,” JOM FISIP Volume 2 No.2
(Oktober 2015), hlm 1.
12
dengan mengacu pada fakta-fakta yang ada sebelum akhirnya dapat ditarik menjadi
sebuah kesimpulan.20
Selain itu, penelitian kualitatif juga melihat latar belakang ilmiah, sumber data
langsung. Oleh karena itu penelitian kualitatif berfokus pada pencarian informasi
setelah itu baru berpindah pada hasil penelitian. Satu hal penting yang perlu digaris
Dalam usaha memperoleh informasi, maka adapun cara yang dilakukan ialah:
a. Dokumentasi
jurnal, skripsi, tesis, disertasi, media massa, internet dan dokumen lainnya
b. Wawancara
mengenai kejadian dan peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu atau
20
Lexy J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), hlm 6.
21
M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2016), hlm 44-45.
22
Lexy J Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 186.
23
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), hlm 53.
13
Pada penelitian ini penulis memilih Dhira Narayana (Ketua Lingkar Ganja
Criminal Justice Reform), dan Alvin Andrew Dias (Kepala Seksi Konsultasi
menganalisisnya secara deskriptif yakni diuraikan dalam bentuk tulisan hasil dari
ucapan, teks dan perilaku kelompok yang diamati dengan teori kelompok
kepentingan dan teori sistem politik. Penelitian deskriptif ditujukan untuk melihat
lebih jauh terkait peristiwa tertentu dengan cara mendeskripsikan jumlah variabel
yang berkaitan terhadap masalah yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam
tidak ada maksud untuk membuat atau mengembangkan teori yang ada.24 Data yang
sudah penulis kumpulkan dari wawancara, buku, artikel ilmiah dan sumber lainnya
24
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005),
hlm 20.
14
F. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika
penulisan. Pada bab ini juga dijelaskan manfaat legalisasi ganja di berbagai bidang.
Bab kedua, berisi tentang landasan teoritis dan kerangka berpikir yang
kepentingan.
Bab ketiga, berisi tentang profil organisasi LGN, rekam jejak penggunaan
tanaman ganja di Indonesia dan regulasi yang mengaturnya dari berbagai periode
waktu.
Bab kelima, merupakan penutup dari penelitian ini, terdiri atas kesimpulan
dari penelitian yang sudah diulas pada bab sebelumnya serta saran untuk
15
BAB II
KERANGKA TEORI
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan pada Bab
I bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengubah UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Oleh sebab itu di bab ini
penulis akan mencoba menguraikan landasan teoretis dan kerangka berpikir sebagai
unit analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian. Teori tersebut ialah sistem
politik dari David Easton dan kelompok kepentingan dari Gabriel A. Almond.
A. Strategi Politik
terlebih dulu definisi dari masing-masing kata. Strategi dalam pengertian bahasa
maupun damai dengan memaksimalkan sumber daya yang ada; mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan rencana dan persiapan yang cermat.25 Menurut Peter
25
Aditya Bagus Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Media, t.t.),
hlm 566.
16
dalam politik yang menghendaki adanya kepemimpinan untuk mengatur kelompok-
Berbeda dengan strategi, politik memiliki makna yang jauh lebih luas. Kata
politik merupakan bahasa Yunani Kuno (polis) yang dapat diartikan sebagai negara
misal dalam bahasa Indonesia politik diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
sekumpulan cara dalam usaha mendapat tujuan hidup yang lebih baik.28
Dari dua definisi tersebut, menurut Peter Schroder strategi politik ialah strategi
untuk mencapai serangkaian tujuan politik di antaranya ialah penetapan aturan baru,
program pemerintahan. Tak hanya berlaku bagi pemerintah saja, strategi politik
Seluruh NGO baik yang fokus dalam isu buruh, hak asasi manusia maupun
hendak dicapai. Tanpa adanya strategi, kelompok akan sulit untuk memperjuangkan
kepentingannya.29
sekumpulan cara atau upaya yang LGN gunakan untuk mengubah UU No. 35
26
Peter Schröder, Strategi Politik, (Indonesia: Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit,
2010), hlm 21-22.
27
Aditya Bagus Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hlm 475.
28
Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm
13.
29
Peter Schröder, Strategi Politik, hlm 26-27.
17
Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dalam usahanya, LGN tentunya akan banyak
terlibat dalam berbagai kegiatan politik, hal tersebutlah yang akan penulis jabarkan
politik. Konsep tersebut kita kenal dengan istilah pendekatan sistem politik. Bagi
sistem dan peran partai politik. Oleh sebab itu, unit-unit tersebut dapat lebih mudah
Sistem politik merupakan sebuah konsep yang berangkat dari kata sistem dan
politik. Sistem merupakan kumpulan objek yang berbeda dan saling memengaruhi
yang lainnya supaya tujuan tersebut dapat tercapai. Untuk memastikan sistem
politik dapat bekerja maka penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dulu unsur-
unsur pembentuknya, yakni: (a) Terdapat sekumpulan objek, (b) adanya interaksi
30
Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008), hlm
1-2.
18
dan relasi antar objek, (c) terdapat sesuatu yang mengikat untuk menjadi kesatuan,
manusia pada dasarnya merupakan sebuah politik karena adanya interaksi individu
dengan individu lainnya. Hal tersebut adalah watak alami dan sudah melekat pada
yang tersedia dan di saat yang bersamaan memengaruhi orang lain agar
Maka dari pemahaman tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa satu-
satunya cara untuk meningkatkan kemampuan individu dan menggapai tujuan yang
dikehendaki adalah dengan terlibat dalam interaksi politik lewat sebuah kerangka
Jika konsep sistem dan politik disatukan maka lahir pemahaman bahwa sistem
politik adalah keseluruhan baik lembaga atau komponen yang berfungsi dalam
bidang politik yang aktivitasnya berkaitan dengan penentuan kebijakan umum dan
Setelah sudah dijelaskan mengenai konsep umum tentang sistem politik, bagi
Easton sistem politik juga sedikitnya terdiri dari beberapa unsur yang
melingkupinya, yakni:32
31
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm8- 9.
32
Yaya Maulana Aziz dan Syarief Hidayat, Dinamika Sistem Politik Indonesia, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2016), hlm 4.
19
1. Sistem politik adalah usaha menerapkan nilai lewat serangkaian kebijakan
yang dibuat
untuk aktif dalam sistem politik. Dalam sistem politik, sistem ini menerima tuntutan
putusan yang mampu mengatasi suatu permasalahan. Namun, untuk mencapai hal
tersebut, tuntutan dan dukungan yang diterima sistem politik terlebih dulu
dikonversi (proses) dalam sistem dan menjadi sebuah keputusan atau kebijakan
umpan balik (feedback) yang merupakan respon atau tanggapan terhadap output.33
33
SP Varma, Teori Politik Modern, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm 278.
20
Sumber gambar: (Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, 2016: 21)34
Teori sistem politik Easton juga memiliki ciri salah satunya unit-unit dan
batasan masalah. Pada kerangka kerjanya, sistem politik terdiri dari sekumpulan
unit yang saling bertautan dan saling terikat untuk memutar roda sistem politik.
Unit tersebut memiliki batasan wilayah kerja sebagai contohnya dibatasi oleh
kawasan teritori, hukum, dan lainnya. Singkatnya kita perlu menegaskan bahwa
sistem politik tidaklah sama dengan beragam sistem sosial yang ada. Kita juga perlu
untuk mengetahui unit-unit tersebut bekerja dalam batas atau cakupan wilayah yang
sistem-sistem lain. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengkaji unit-unit politik
dua bagian yakni intra sosial dan ekstra sosial. Lingkungan intra sosial merupakan
bagian dari lingkungan sosial dan fisik yang posisinya berada di luar batas-batas
sistem namun tetap berada dalam kesatuan suatu masyarakat. Adapun yang
dimaksud bagian dari lingkungan intra sosial di antaranya sistem ekologi, biologi,
psikologi dan sosial. Sedangkan ekstra sosial berada di luar masyarakat tetapi
34
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik, hlm 21.
35
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik,
hlm 21.
21
memiliki konsekuensi yang penting terhadap dinamika sistem politik. Bagi Easton,
lingkungan ekstra sosial dapat dipahami sebagai sistem politik, ekologi, dan sosial
bawahnya.36
antara sistem politik dan lingkungannya terdapat pada konteks input dan output.
Bagi Easton, sistem politik bermuara pada keputusan atau kebijakan otoritatif yang
politik dapat berjalan dengan baik. Dukungan dibagi menjadi dua, pertama,
dukungan dengan bentuk sumber pendanaan dan sumber daya politik. Kedua,
dukungan biasa atau kerelaan terhadap regulasi atau hukum yang ada.
Biasanya input dalam sistem politik dibawa oleh elit politik maupun
lingkungan internasional. Aktor input yang dibawa elit politik meliputi menteri,
raja, presiden, legislatif, atau kelompok tertentu. Sedangkan input yang datang dari
terhadap sistem politik kemudian diarahkan kepada tiga target. (a) Komunitas
36
Ronal H. Chilcote, Teori Perbandingan Politik Penelusuran Paradigma, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), hlm 201-202.
37
Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, hlm 8.
38
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik,
hlm 167.
22
politik merupakan anggota dari sistem dengan kerja politik yang sudah ditetapkan,
(b) rezim, ialah kesatuan dari nilai dan struktur politik, atau (c) otoritas politik
mungkin pada satu atau dua atau semua jenis komponen sistem politik ini.39
tergantung pada kebijakan apa yang hendak dicapai. Selain itu, pada posisi input
juga kelompok memberi semacam energi sehingga peran yang harus dikerjakan
1. Komunikasi politik
2. Sosialisasi politik
3. Rekrutmen politik
Untuk output, adalah hasil atau produk dari sistem politik yang telah melewati
mengaktifkan mesin sistem politik. Dengan cara tersebut maka sistem dapat
output yang berbeda dengan input yang didapatnya dari lingkungan. Sehingga
39
SP Varma, Teori Politik Modern, hlm 279.
40
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik,, hlm 26.
41
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik,
hlm 21.
23
dalam menjalankan pekerjaannya sistem politik harus mengerjakan beragam
pekerjaan namun dalam batasan waktu terbatas. Oleh sebab itu anggota dalam
sistem politik tidak ada yang mengerjakan kegiatan yang sama dan di waktu yang
bersamaan.
Integrasi dalam sistem. Dalam sebuah sistem apabila beberapa unit sedang
mengerjakan tugasnya masing-masing pada waktu yang sama artinya sebuah sistem
dalamnya agar dapat bekerja sama semaksimal mungkin agar dapat menciptakan
C. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan atau yang sering juga disebut interest group ialah
mereka berfungsi merumuskan dan menanggapi tuntutan atau aspirasi yang masuk
Kelompok kepentingan lahir karena kesamaan agenda yang ingin dicapai dan dari
42
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 8.
24
kesamaan tujuan dan kepentingan. Mereka kemudian bekerja sama agar kebijakan
ada. Tugasnya seolah mirip dengan partai politik, hanya saja batas pembedaan
kelompok kepentingan dengan partai politik terletak pada tujuannya yang hanya
jabatan publik sementara partai politik berusaha menguasai jabatan publik sebanyak
mungkin.44
terletak pada isu yang coba dikembangkan. Selain hal tersebut, perlu dicermati juga
daya yang dimiliki dari anggotanya seperti logistik dan finansial, besaran anggota,
pemahaman politik, serta reputasi yang baik di masyarakat maupun pada pembuat
keputusan.45
43
Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm 195-196.
44
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2011), hlm 65-66.
45
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2016), hlm 14.
25
juga sebagai alternatif dari partai politik sebab seringkali aspirasi atau keluhan
konstituen acap kali hilang begitu saja pasca pemilihan umum dilangsungkan.46
struktur, pola gerakan, sumber daya serta basis dukungan. Perbedaan tersebutlah
pekerjaan adalah yang paling kuat sebab kebijakan yang lahir sangat memengaruhi
Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powel dalam Haniah Hanafie dan Ana
antaranya:48
1. Kelompok Anomik
46
Mohammad Maiwan, “Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan dan Kedudukannya
dalam Sistem Politik”, Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, Volume 15 No. 2 (April 2016), hlm 85-87.
47
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 66.
48
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik, hlm 8-9.
26
kepentingan kelompok sudah terpenuhi. Adapun contoh dari kelompok ini
rapi dan kegiatan yang dimiliki tidaklah rutin dijalankan. Sebab kelompok
individu yang memiliki posisi yang kuat seperti kepala keluarga, pemimpin
antara lain yakni Ikatan Jember di Jakarta, Ikatan Warga Madura, dan
sejenisnya.
3. Kelompok Assosiasional
27
ini memiliki mekanisme yang teratur dalam merumuskan kepentingan dan
tuntutan. Dari keempat jenis kelompok yang ada, kelompok inilah yang
4. Kelompok Institusional
formal dan resmi serta memiliki peran sosial dan politik yang dijalankan
selain kepentingan utama kelompok. Adapun contoh dari kelompok ini ialah
diwakili.
memengaruhi para pembuat keputusan. Apabila cara ini gagal dilakukan maka
usaha yang selama ini dilakukan akan menjadi sia-sia. Maka dari itu yang terpenting
membangun komunikasi dengan para pembuat keputusan publik. Untuk itu perlu
seperti:49
1. Demonstrasi
49
Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, hlm 200-202.
28
Demonstrasi yang dalam implementasinya merujuk tindakan seperti
kelompok lain juga menggunakan cara ini sebab cara konvensional dirasa
mengalami kebuntuan.
2. Hubungan Pribadi
Hubungan ini bisa berupa melalui relasi keluarga, almamater, atau yang
sifatnya kedaerahan. Cara ini kerap digunakan oleh kelompok jenis non
tetapi dapat pula digunakan oleh kelompok kepentingan lainnya. Bila relasi
yang terjalin begitu erat dan dalam situasi yang ramah tamah dan interaksi
3. Perwakilan Langsung
kepentingan yang ingin dicapai karena apabila mereka memiliki wakil, maka
4. Media Massa
menyampaikan agendanya. Umumnya lewat tv, radio, surat kabar dan media
sosial supaya tidak hanya para perumus kebijakan saja yang mengetahui
29
C.4. Sifat dari Kelompok Kepentingan
antaranya:50
1. Independen
2. Netral
3. Kritis
4. Mandiri
kesejahteraan bersama. Adapun konsep yang dianut adalah dari, oleh dan
untuk masyarakat.
yang dikutip oleh Mohammad Maiwan, pertama, mereka menciptakan sebuah isu
di masyarakat lalu kemudian dibeli oleh partai politik. Cara ini dapat digunakan
pada sistem politik yang demokratis dan terbuka di mana kepercayaan publik partai
50
A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm 88.
30
politik tinggi. Selain itu mekanisme checks and balances haruslah juga berjalan
dengan maksimal. Jika sudah demikian maka kelompok kepentingan akan mudah
pemerintah. Menurut Maiwan cara ini digunakan bila sistem politik yang ada
cenderung tertutup dan partai politik yang ada tidak dapat memaksimalkan
dengan kepada para pembuat kebijakan terkait atau lobbying atas kepentingan yang
media massa dengan maksud dapat menarik sentimen maupun perhatian publik. Hal
berdasarkan isu yang telah menjadi opini publik. Meski pun demikian, cara ini tidak
Ketiga, grass-roots pressure atau tekanan akar rumput. Cara ini ditempuh dengan
31
diperjuangkan. Kegiatan tersebut dapat berupa rapat akbar, pawai massal,
dalam tiga cara: (1) dengan mengajukan gugatan langsung atas nama kelompok itu
sendiri, (2) dengan mendanai gugatan yang diajukan oleh individu, dan (3) dengan
mengajukan dokumen pendamping sebagai amicus curiae atau secara harfiah yakni
51
Mohammad Maiwan, “Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan dan Kedudukannya
dalam Sistem Politik”, hlm 82-84.
52
Theodore J. Lowi dkk, American Government Core Ninth Editons, (New York: W.W Norton
dan Company, 2005), hlm 549.
32
BAB III
PROFIL LGN DAN GAMBARAN UMUM GANJA DI INDONESIA
kelompok kepentingan dan sistem politik sebagai unit analisisnya, maka bab ini
kerjanya. Selain itu bab ini juga menjelaskan gambaran umum ganja di Indonesia,
baik dari segi penggunaan dan regulasi yang mengaturnya dari masa pra
memiliki ide untuk membentuk grup dengan nama “Dukung Legalisasi Ganja
(DLG)” di jejaring sosial Facebook. Lambat laun pada tahun 2009 pendukung DLG
sudah mencapai angka 11.000 orang. Di tahun yang sama juga untuk pertama
kalinya DLG melakukan pertemuan secara langsung. Dari pertemuan itulah, cikal
Selang setahun kemudian tepatnya di bulan Mei 2010, DLG turut andil dalam
acara tahunan Global Marijuana March (GMM) yang secara serentak dilaksanakan
di seluruh dunia. Adapun kegiatan yang dilakukan DLG dalam aksi tersebut adalah
33
objektif di kawasan Bundaran HI, Jakarta. Massa aksi pada saat itu dihadiri sekitar
30 orang.
Pasca GMM 2010, setiap minggunya anggota DLG mulai rutin berkumpul untuk
organisasi untuk mewadahi gerakan legalisasi ganja. Nama organisasi tersebut ialah
nama untuk grup di facebook. Setahun kemudian pada bulan April 2011 LGN
secara resmi memiliki kantor yang berlokasi di Pulau Situ Gintung 3, Ciputat,
Tangerang Selatan.53
53
LGN, “Sejarah Lahirnya LGN”, artikel diakses pada 25 Juni 2020, dari http://www.lgn.or.id/sejarah-
lahirnya-lgn /.
34
Adapun tugas dan peranan masing-masing bagian ialah sebagai berikut:54
● Musyawarah Nusantara
dari tiap daerah di Indonesia seperti Medan, Bali, Yogyakarta, Aceh dan
● Ketua
Bertugas menjalankan visi dan misi serta agenda perjuangan yang kemudian
● Organisasi
Merupakan divisi di bawah koordinasi ketua LGN yang bertugas dalam hal
operasional organisasi.
● Riset
● Relawan
54
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), 30 Juli 2020
35
A.3 Visi, Misi dan Program Kerja LGN
Visi:
Pancasila.
Misi:
55
LGN, “Visi Misi LGN”, artikel diakses pada 25 Juni 2020, dari http://www.lgn.or.id/visi-misi-
lgn/.
56
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), 30 Juli 2020
36
a. Riset
Riset merupakan program kerja LGN yang didasarkan untuk mencari tahu
ilmiah dari luar negeri yang kemudian menjadi buku. Dalam program riset
ini, LGN telah menerbitkan tiga buku yang semuanya menjadikan ganja
sebagai isu utama. Adapun judul buku tersebut ialah Hikayat Pohon Ganja
b. Edukasi
mancanegara. Selain media daring, LGN juga kerap hadir dalam aktivitas-
c. Advokasi
37
B. Rekam Jejak Penggunaan Ganja di Indonesia
Ganja atau dengan nama ilmiah Cannabis Sativa merupakan tanaman yang
dapat dengan mudah dijumpai di daerah beriklim tropis hingga sedang. Ganja
memiliki pohon yang rimbun dan tumbuh layaknya tanaman liar pada umumnya.57
Ganja tersusun dari ratusan senyawa tetapi terdapat lima senyawa yang dominan di
Universitas Syah Kuala, Professor Musri Musman dari kelima senyawa tersebut
bermanfaat untuk medis. Namun dalam batas tertentu THC juga dapat memiliki
manfaat medis.58
Menurut Robert Cribb dan Audrey Kahin dalam Kamus Sejarah Indonesia,
ganja merupakan tanaman asli yang berasal dari di wilayah Laut Kaspia tetapi pada
abad ke-10 dilaporkan bahwa ganja berasal dari Jawa.59 Pada abad ke-14 Ganja
didatangkan ke Nusantara oleh kelompok dagang dan pelaut dari wilayah Gujarat,
India ke daerah Aceh. Tak hanya di Aceh, ganja juga dibawa hingga ke wilayah
timur nusantara seperti Maluku. Status ganja saat itu merupakan rempah yang selain
dimanfaatkan untuk keperluan pangan, juga digunakan sebagai alat transaksi tukar
57
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2003), hlm 48.
58
Tirto, “Opium Bisa Diregulasi Untuk Medis, Mengapa Ganja Tidak?”, artikel diakses pada 22
September 2020 dari https://tirto.id/opium-bisa-diregulasi-untuk-medis-mengapa-ganja-tidak-f3uZ
59
Robert Cribb dan Audrey Kahin, Kamus Sejarah Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu,
2012), hlm 141.
60
BBC News Indonesia, “Sejarah dan budaya ganja di Nusantara: Ritual, pengobatan, dan bumbu
rempah makanan”, artikel diakses pada 24 Juni 2020 dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
51441909
38
Merujuk pada pendekatan historis, ganja di Nusantara pada umumnya
bukunya yang berjudul Herbarium Amboinense yang terbit pada 1741, seorang ahli
gonore atau yang lebih dikenal dengan kencing nanah. Selain akarnya, bagian daun
tanaman ganja juga dimanfaatkan dengan cara diseduh bersamaan dengan tanaman
pala dalam bentuk teh untuk meredakan asma, nyeri dada dan gangguan empedu.61
masyarakat Aceh tentunya sudah lebih dulu memanfaatkan tanaman ganja untuk
untuk memasak sebab benih ganja dapat meningkatkan cita rasa makanan dan
pewarna alami dalam sajian gulai kambing serta mie Aceh. Dari segi medis,
masyarakat Aceh menemukan khasiat pengobatan dari tanaman ganja pada kitab
Tajul Muluk. Kitab tersebut merupakan buku pedoman berbahasa Melayu yang
julukan Bak Lakoe (suami tanaman). Ganja diibaratkan sebagai sosok laki-laki yang
memiliki tanggung jawab untuk melindungi tanaman lain dari serangan hama.
Selain itu, tanaman ganja juga dipercaya mampu menyuburkan tanah pertanian dan
61
G. E Rumphius, “Herbarium Ambonise”, dalam Dania Putri dan Tom Blickman, “Ganja di
Indonesia: Pola Konsumsi, Produksi dan Kebijakan”, Drug Policy Briefing No.44 (Januari 2015),
hlm 3.
62
Dania Putri dan Tom Blickman, “Ganja di Indonesia: Pola Konsumsi, Produksi dan
Kebijakan”, hlm 4.
39
membuat tanaman di sekitarnya menjadi lebih produktif. Hal tersebut disebabkan
lantaran ganja mampu menyalurkan hydrogen dengan baik ke dalam tanah lewat
Namun sayangnya pada era Orde Baru, di bawah Rezim Soeharto, ladang-
ladang ganja yang semula dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup, terpaksa dikuasai
oleh kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). GAM melihat ada potensi
ekonomi dalam tanaman ganja yang kemudian dijual ke dalam atau luar negeri
untuk dana logistik mereka. Dari penjualan tersebut GAM mampu memenuhi
bersembunyi di hutan.64
Verdovende Middelen Ordonnantie (Staatsblad No. 278 jo No. 536). Di tahun 1927,
dunia internasional mulai berusaha mengatur pengendalian obat bius. Hal tersebut
digunakan untuk keperluan medis dan riset ilmiah atas izin otorisasi pemerintah.
dekrit ini juga dengan tegas melarang aktivitas yang berkaitan dengan tanaman
63
LGN, “Lakoe Kupi Cerita Rakyat Aceh Tentang Ganja” artikel diakses pada 25 Juni 2020,
dari http://www.lgn.or.id/lakoe-kupi-cerita-rakyat-aceh-tentang-ganja-sebagai-suami-pohon-kopi/.
64
Abdul Khalik, Dunia Dalam Ganja; Dari Aceh Hingga Bob Marley. (Yogyakarta: Pinus Book
Publisher, 2017), hlm 194.
40
ganja. Pemberian denda atau hukuman penjara menjadi ancaman jika terbukti
melanggar hukum. Pada dekrit tersebut adapun status tanaman ganja ialah:
Narcotic and Drugs di New York, Amerika Serikat. Secara prinsip, konvensi
narkotika, mengatur tata kelola penggunaan hanya pada tataran medis dan ilmu
narkotika.66
Dalam United Nation Single Convention on Narcotic and Drugs, diatur juga
pada pelaku penyalahguna narkotika bagi seluruh negara yang hadir dan
narkotika yang diawasi ketat oleh internasional kepada institusi bernama Dewan
65
Dania Putri dan Tom Blickman, “Ganja di Indonesia: Pola Konsumsi, Produksi dan
Kebijakan”, Drug Policy Briefing No.44 (Januari 2015), hlm 10.
66
Siswanto, Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009),
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), hlm 5.
41
Board). Pada Konvensi ini juga belum diatur dengan rinci regulasi tentang
bersamaan hal tersebut juga berdampak bagi Indonesia. Atas dasar itulah Presiden
narkotika.68
narkotika menurun. Dalam situasi tersebut, Pemerintah bersama DPR sepakat untuk
Dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi saat itu, pemerintah membentuk
Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Pada UU ini diatur
tentang ketentuan seperti dasar, asas, dan tujuan regulasi mengenai narkotika di
67
V.L. Sinta Herindrasti, “Drug-free ASEAN 2025: Tantangan Indonesia dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba”, Jurnal Hubungan Internasional Vol. 7, NO. 1 ( April - September 2018): hlm
27.
68
Abdul Khalik, Dunia Dalam Ganja; Dari Aceh Hingga Bob Marley, hlm 191-192.
69
BNN, “ Profil BNN”, artikel diakses pada 10 Mei 2020, dari https://bnn.go.id/profil/
42
Indonesia. UU ini diselenggarakan dengan asas keadilan, pengayoman, ketertiban
adalah bahwa UU No. 35 Tahun 2009 memiliki cara pandang yang lebih humanis
mekanisme dekriminalisasi dalam bentuk rehabilitasi medis dan sosial. Namun baik
pengedar, bandar dan kurir harus menerima hukuman seberat-beratnya dalam hal
ini kurungan seumur hidup atau hukuman mati. Dengan demikian dapat ditarik
memilah, aktor yang terlibat dalam aktivitas narkotika, kelompok pemakai dapat
70
Siswanto, Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009), hlm
5.
71
V.L. Sinta Herindrasti, “Drug-free ASEAN 2025: Tantangan Indonesia dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba”, hlm 28.
43
BAB IV
UPAYA LGN SEBAGAI KELOMPOK KEPENTINGAN DALAM
PERUBAHAN UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
Bab ini adalah analisis tentang “Upaya Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dalam
dan terbesar yang mengangkat isu pemanfaatan tanaman ganja, LGN tentunya
sebab itu, pada bab ini penulis akan menganalisis LGN sebagai kelompok
kepentingan, sarana penyaluran kepentingan LGN dan hambatan yang LGN hadapi
Ana Sabhana Azmy menyebut bahwa terdapat empat jenis kelompok kepentingan
yakni (1) kelompok anomik yang dicirikan terbentuk secara tidak terencana dan
tidak terorganisir sebab kelompok ini tidak memiliki baik nilai maupun norma yang
kelompok yang terbentuk dari ikatan sosial tertentu seperti etnis, keluarga, kelas
dan kedaerahan. Kelompok ini sifatnya non formal dan lebih menekankan
44
dengan organisasi formal dan memiliki semacam prosedur untuk tertentu untuk
merumuskan kepentingannya.72
Almond menyebut bahwa kelompok assosiasional dicirikan memiliki visi serta misi
yang jelas, basis organisasi atau jaringan yang luas dan mewakili kepentingan
LGN dijabat oleh seorang ketua; saya sendiri. Saya juga dibantu sama dua
bidang yaitu ada bagian organisasi sama riset. Nah kemudian secara organisasi
saya bertanggung jawab kepada Musyawarah Nusantara yang terdiri dari
perwakilan cabang di seluruh Indonesia. Selain itu LGN juga dapat dukungan
dari relawan yang aktif ngasih saran, masukan dan bantuan finansial.74
hubungan dengan para pembuat kebijakan baik formal maupun informal. Dalam
memberi informasi tetapi juga berusaha meyakinkan para pembuat kebijakan untuk
relevan. Oleh sebab itu, kelompok kepentingan mencari saluran yang tepat agar
72
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2016), hlm 11-13.
73
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 69.
74
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
45
kepentingan yang mereka bawa mendapat atensi dan saluran-saluran yang dipilih
kepentingan assosiasional. Pada kasus ini penulis menilai bahwa LGN sebagai
memanfaatkan ganja organisasi ini dibentuk. LGN merupakan sebuah wadah untuk
Sasaran LGN itu ingin mengubah status hukum tanaman ganja pada UU No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika. Soalnya ganja masuk golongan 1 yang artinya
ngga bisa dipakai untuk medis. Sedangkan kita yakin kalo ganja punya potensi
medis. Untuk meruntuhkan klaim bahwa ganja tidak memiliki manfaat medis,
kita minta Pemerintah untuk melakukan riset sebagai rujukan ilmiah dalam
melihat kandungan tanaman ganja.76
dapat disalurkan dengan baik yakni demonstrasi dan media massa, lobi serta
75
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 70.
76
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
46
B.1. Demonstrasi
kepentingannya. Umumnya cara ini digunakan oleh kelompok jenis anomik, namun
dalam beberapa kesempatan cara ini juga kerap digunakan oleh jenis kelompok lain
March
Menurut Puji, media memiliki peran yang penting bagi kelompok kepentingan
bersamaan melalui siaran tv, radio, media cetak dan dunia maya tetapi juga mampu
dikenal sebagai agenda setting. Agenda setting berfungsi untuk menajamkan suatu
isu sehingga apa yang ditekankan dan dilihat penting oleh media menjadi sesuatu
yang penting pula bagi khalayak. Perannya begitu sentral sebab mampu
bahwa ada sesuatu yang tidak beres sehingga mereka menginginkan adanya
77
Haniah Hanafie dan Ana Sabhana Azmy, Kekuatan Kekuatan Politik, hlm 11.
78
Puji Rianto, “Opini Publik, Agenda Setting, dan Kebijakan Publik, Jurnal Komunikasi, Vol. 5
No.1, (Oktober 2010), hlm 33.
47
tindakan oleh pembuat kebijakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang
mereka hendaki. Mengacu pada diagram Samodra Wibawa, perjalanan suatu isu
Kebijakan Publik”
Diagram di atas menunjukan bahwa lahirnya suatu kebijakan tidak lepas dari
menjadi isu publik kemudian menjadi sebuah opini publik karena telah berkembang
Benjamin menyatakan salah satu cara yang cukup sering digunakan kelompok
kepentingan adalah memilih untuk turun ke jalan karena minimnya kontak atau
relasi dan pengalaman untuk menggunakan strategi politik formal lainnya. Aksi,
demonstrasi massa, dan pawai di tengah kota oleh kelompok kepentingan dapat
masyarakat luas.80
79
Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
hlm 59-60.
80
Benjamin Ginsberg dkk, We The People: An Introduction To American Politics Sixth Edition,
(New York: W.W Norton dan Company, 2007), hlm 412
48
Dalam strateginya menuntut perubahan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
memperingati hari ganja sedunia yang jatuh tiap tanggal 20 April yang serentak
dilaksanakan di seluruh dunia. Aksi tersebut digelar pada hari Sabtu pertama bulan
Mei.81
Menurut Dhira, LGN pertama kali menggelar aksi GMM pada tahun 2010.
Aksi perdana tersebut dihadiri tidak sampai 30 orang sehingga tidak menarik minat
media untuk menyorot isu legalisasi ganja untuk medis. Selang dua tahun
81
Tribunnews.com, “LGN Minta Pemerintah Kontrol Peredaran Ganja”, artikel diakses pada 12
September 2020 dari https://www.tribunnews.com/nasional/2012/05/05/lgn-minta-pemerintah-kontrol-
peredaran-ganja.
49
kemudian, pada tahun 2012 aksi serupa kembali dilangsungkan dengan konsep
yang lebih terencana dan jumlah massa yang lebih besar bahkan tak sedikit peserta
aksi datang dari luar kota. Adapun teknis aksi GMM dikemukakan oleh Ketua LGN
Tujuan dari aksi GMM ialah bahwa LGN ingin menyampaikan adanya sebuah
mengambil solusi yang tepat. Dalam aksinya, selain menuntut perubahan terhadap
UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, LGN juga memberi edukasi dan
pemahaman baru tentang ganja. Adapun tujuan dari edukasi tersebut menurut Dhira
Perlahan namun pasti, dalam beberapa aksi lanjutan yang rutin digelar tiap
peserta aksi yang semakin banyak dan liputan dari berbagai media. Tentunya hal
82
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
83
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
50
tersebut menjadi penting mengingat dengan diliputnya aksi tersebut menjadikan isu
yang sedang mereka perjuangkan sampai pada publik. Aksi tersebut kembali digelar
di tahun-tahun berikutnya dengan jumlah peserta dan titik aksi yang tidak hanya
berfokus di Jakarta saja namun serentak digelar di beberapa daerah. LGN tetap
kebijakan atas isu tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan lewat media menjadi
harapan bagi kelompok kepentingan dalam hal ini LGN untuk dapat dengan sigap
tataran masyarakat.85 Dari aksi GMM yang LGN lakukan tiap tahunnya dapat
dijelaskan bagaimana agenda setting bekerja. Sorotan media yang mengangkat isu
pemanfaatan ganja medis membuat publik menjadi paham bahwa terdapat sebuah
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa LGN telah melaksanakan salah
sorotan media yang berperan menaikan isu legalisasi ganja untuk medis. Baik pihak
84
Ngopibareng, “LGN Gelar Aksi Global Marijuana di Surabaya”, artikel diakses pada 21
September 2020 dari https://www.ngopibareng.id/timeline/hari-ganja-sedunia-digelar-di-surabaya-
4471089
85
Mohammad Maiwan, “Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan dan Kedudukannya
Dalam Sistem Politik”, hlm 75.
51
Pemerintah maupun masyarakat umum akhirnya mengetahui bahwa terdapat
sebuah masalah dalam UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan isu yang
perlu diperdebatkan dalam ruang publik terkait manfaat tanaman ganja untuk
pelayanan kesehatan.
B.2 Lobi
Lobi sebagai sarana penyaluran digunakan pula oleh LGN dalam penyaluran
kepentingan mereka. Adapun sasaran lobi mereka adalah BNN dan Kemenkes.
pembuat kebijakan.86
Dalam usahanya, LGN melakukan beberapa kali lobi kepada para pejabat
publik dalam hal ini instansi yang mereka tuju adalah BNN dan Kemenkes. Pada
praktiknya, BNN merupakan instansi pertama yang LGN lobi. Pertemuan tersebut
86
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 73.
52
Gambar IV.3. LGN melobi BNN
Dalam pertemuannya LGN mendesak BNN untuk meneliti tanaman ganja yang
saat ini masih tertunda dan menghentikan kriminalisasi bagi pengguna ganja. Selain
Ganja statusnya ilegal di Indonesia hal itu jadi berdampak dengan beredarnya
ganja di pasar gelap. LGN menyarankan ganja diregulasi dan diatur oleh negara
supaya pasar gelap bisa hilang dengan sendirinya. LGN juga banyak
menjumpai pengguna ganja yang dikirim ke penjara dan ngga sedikit diperas
oleh oknum aparat.87
1. Perihal hukuman bagi pengguna narkotika, terlebih dulu sudah diatur lebih
lanjut di Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 (PP Wajib Lapor) yang
87
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
88
LGN, “LGN Temui BNN Bahas Legalisasi Ganja”, artikel diakses pada 6 September 2020,
dari http://www.lgn.or.id/lgn-temui-bnn-bahas-legalisasi-ganja /
53
menyatakan bahwa baik korban penyalahguna maupun pecandu mendapat
rehabilitasi.
Narcotic and Drugs tahun 1961 yang menyatakan ganja tidak dapat
4. Jika LGN ingin melakukan perubahan status ganja pada UU No. 35 Tahun
dan DPR.
Usai melobi BNN, LGN pun melakukan lobi terhadap Kemenkes pada tahun
2014. Dalam pertemuannya LGN menghadirkan seorang akademisi asal Aceh yang
memiliki kompetensi perihal tanaman ganja yakni Prof Musri Musman. Adapun
89
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
54
1. Akan ada pertemuan lanjutan untuk membahas roadmap terkait manfaat
2. Pertemuan tersebut harus diisi oleh para pakar dari berbagai macam latar
belakang akademik,
Selang setahun kemudian pada tahun 2015, Kemenkes menerbitkan surat izin
riset kepada LGN perihal riset ganja. Namun yang menjadi catatan adalah izin
tersebut dapat digunakan apabila LGN telah mempunyai lembaga riset berbadan
hukum yakni Yayasan Sativa Nusantara. Yayasan Sativa Nusantara bertugas untuk
berikut:91
1. Penelitian ganja harus mengacu pada aturan yang sudah ada khususnya UU
di Indonesia
90
Change.org, “ Bu Nafsiah Mboi Mulailah Riset Ganja Untuk Manfaat Medis, artikel diakses
pada 3 Oktober 2020 dari https://www.change.org/p/bu-nafsiah-mboi-mulailah-riset-ganja-untuk-
manfaat-medis-ganjamedis/u/10283931
91
Surat Izin Riset Ganja oleh Kementerian Kesehatan Nomor: LB.02.01/III.3/885/2015.
55
4. Dari tahapan pembuatan proposal, pelaksanaan hingga publikasi penelitian
Tujuan utama lobi adalah membuat para pemangku kebijakan yakin dengan apa
Menurut Ardianto dkk, lobi lekat dengan aktivitas yang melibatkan para politisi
sensitif. Lobi dapat dikatakan berhasil jika diawali dengan perencanaan yang
dan gambaran tentang arena politik. Dalam proses komunikasi politik, lobi yang
efektif sebaiknya dilangsungkan secara tatap muka. Kedua hal tersebut dikhususkan
92
Benjamin Ginsberg dkk, We The People: An Introduction To American Politics Sixth Edition,
(New York: W.W Norton dan Company), hlm 412-413.
56
untuk membentuk suasana yang lebih personal dan dekat supaya tujuan
Dalam praktiknya, bahwa Lobi yang dilakukan oleh LGN menyasar para
pembuat kebijakan yang dalam konteks penelitian ini terdiri dari BNN dan
instansi seperti BNN dan Kemenkes. Dari dual lobi tersebut LGN mendapat hasil
positif ketika melobi Kemenkes karena salah satu agenda mereka yakni melakukan
riset dikabulkan oleh Kemenkes. Lain dengan Kemenkes, LGN mendapat hambatan
melobi BNN karena terbentur sikap keras BNN terhadap upaya legalisasi ganja
Selain itu, dalam upaya lobi ini LGN belum dapat dikatakan sepenuhnya berhasil
sebab tidak adanya komunikasi intens antara LGN dengan DPR selaku instansi
yang berwenang mengubah UU lantaran legalisasi ganja medis adalah isu yang
sensitif terlebih sampai hari ini Indonesia belum melakukan penelitian terkait
yang berlaku, lobi yang telah LGN lakukan berhasil mendorong Pemerintah
dalam hal ini Mahkamah Konstitusi yang berwenang melakukan Judicial Review
93
Ardianto dkk, “Praktik Lobi Dan Negosiasi Oleh Legislator Sebagai Bentuk Komunikasi
Politik”, Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi, (Vol. 12, No. 1, Maret 2020): hlm
26.
57
atas UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Menurut Almond, institusi formal
merupakan salah satu saluran yang kelompok kepentingan gunakan. Saluran ini
biasanya berupa partai politik, badan legislatif, birokrasi dan kabinet. 94 Namun
belakangan jalur litigasi atau pengadilan menjadi saluran yang sering kelompok
Adapun langkah yang cukup sering diambil adalah dengan uji materi atau Judicial
Review.95
Mahkamah Konstitusi ialah lembaga yang memiliki kuasa untuk menguji peraturan
setingkat undang-undang. Hasil dari Putusan MK bersifat final sehingga tidak ada
94
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 71.
95
Benjamin Ginsberg dkk, We The People: An Introduction To American Politics Sixth Edition,
hlm 411.
96
M. Laica Marzuki, “Judicial Review Di Mahkamah Konstitusi”, Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol. 1 No. 3 – (November 2004), hlm 1-2.
58
Dalam Pasal 51 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
formil dan materil. Uji formil merupakan pengujian pada undang-undang yang
dinilai dalam proses penyusunannya tidak sesuai dengan konstitusi. Sedangkan uji
2009 Tentang Narkotika dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Menurut Dhira,
wawancaranya:
untuk Kesehatan adalah ingin mengembalikan kembali marwah hak atas kesehatan
yang telah dijamin oleh konstitusi bahwa setiap orang berhak memperoleh
97
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
98
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
59
narkotika golongan 1 yang tidak bisa dimanfaatkan untuk pelayanan
kesehatan.99
Meskipun demikian, ganja yang juga masuk ke dalam golongan 1 dewasa ini
lain misalnya Thailand. Pemerintah Thailand menyebut bahwa produk dari olahan
minyak ganja mampu untuk mengobati beberapa penyakit seperti pasien yang
Pasal 8 UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai Pasal yang akan diuji di
MK. Pasal tersebut melarang narkotika golongan 1 untuk kesehatan agar kemudian
bahwa UU Narkotika tidak sejalan dengan visi Indonesia yang tertuang dalam
Setiap orang berhak mendapat hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.102
99
Wawancara dengan Ma'ruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
(LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
100
CNN Indonesia, “Thailand Distribusikan Ganja Medis Untuk Pertama Kali”, artikel diakses
pada 16 Agustus 2020. dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190802111518-255-
417659/thailand-distribusikan-ganja-medis-untuk-pertama-kali.
101
Wawancara dengan Ma'ruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum
Masyarakat (LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
102
Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
60
Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM) Ma'ruf
Bajamal menyatakan jika UUD 1945 telah menempatkan bahwa hak atas pelayanan
kesehatan adalah hak konstitusional. Oleh sebab itu, hak atas kesehatan begitu
tinggi posisinya dan tidak boleh bertentangan dengan produk hukum lainnya.
Dalam hal ini kan ganja masuk ke dalam golongan 1 UU No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika. Pelarangan penggunaan narkotika golongan 1 tidak
sejalan dengan hak atas pelayanan kesehatan sebagaimana yang telah
dijamin oleh konstitusi. Oleh sebab itu kita dorong pemerintah untuk
meninjau ulang golongan 1 ini.103
itu sendiri. UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika memiliki beberapa tujuan
yang tertuang dalam Pasal 4 salah satunya ialah menjamin ketersediaan narkotika
narkotika untuk kesehatan sehingga dapat dilihat bahwa antar Pasal dalam UU
103
Wawancara dengan Ma'ruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
(LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
104
Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
61
Informasi terbaru menyebutkan bahwa tahapan pengajuan Judicial Review
sudah memasuki finalisasi dokumen dan menyiapkan para pemohon yang akan
adalah Ibu yang memiliki anak dengan kondisi cerebral palsy105. Cerebral palsy
adalah kondisi yang terjadi pada tubuh manusia akibat tidak berfungsinya bagian
otak dengan gejala berupa kelainan gerakan, otot, ataupun postur yang. Kondisi
kejang.106
ganja dan memberi hasil positif dari yang semula hanya dapat duduk di kursi roda
hingga kemudian dalam beberapa bulan dapat merangkak. Mengingat ekstra ganja
tersebut hanya ada dan dapat digunakan di Australia, maka beliau kesulitan
mendapat ekstra ganja untuk terapi anaknya karena terganjal UU Narkotika yang
undang terbukti inkonstitusional maka putusan tersebut akan memberi label negatif
bagi legislatif dan eksekutif akibat rendahnya kualitas dari produk hukum yang
telah mereka sahkan.108 Selain itu Reza Maulana menyebut bahwa produk undang-
undang yang sifatnya tidak konstitusional akan memberi efek dilanggarnya hak
105
Wawancara dengan Erasmus Napitupulu, Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice
Reform (ICJR), Tangerang Selatan 15 Juli 2020.
106
Halodoc, “Cerebral Palsy”, artikel diakses pada 17 Agustus 2020 dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/cerebral-palsy
107
Wawancara dengan Erasmus Napitupulu, Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice
Reform (ICJR) Tangerang Selatan 15 Juli 2020.
108
Muhammad Reza Maulana, “Upaya Menciptakan Produk Hukum Berkualitas Konstitusi
Melalui Model Preventif Review”, Jurnal Konstitusi Volume 15, No. 2, (Juni 2018), hlm 779.
62
konstitusional atas baik individu, komunitas masyarakat adat, dan lembaga-
lembaga negara akibat disahkannya undang-undang itu. Oleh sebab itu Mahkamah
legalisasi ganja medis yang coba mereka bawa. Hal tersebut tentunya
melawan arus utama, LGN sadar bahwa perlu terlebih dulu melakukan
dengan tajuk Global Marijuana March merupakan salah satu medium tidak
publik.
tepat. Kedua institusi tersebut merupakan bagian dari lembaga negara yang
109
Muhammad Reza Maulana, “Upaya Menciptakan Produk Hukum Berkualitas Konstitusi
Melalui Model Preventif Review”, hlm 782.
63
hasil yang memuaskan ketika melobi BNN karena terbentuk sikap atas
undang narkotika itu sendiri. Judicial Review ditempuh sebagai salah satu
upaya mengembalikan marwah hak atas kesehatan yang telah dijamin oleh
konstitusi.
nyatanya LGN belum dapat mengubah status hukum tanaman ganja dalam UU No.
lobi tidak memberi pengaruh yang signifikan. Namun LGN masih memiliki peluang
pada jalur Judicial Review yang saat ini sedang memasuki proses persidangan di
64
C. Hambatan LGN Dalam Upaya Perubahan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika.
dan interaksi dari unit-unit politik dengan masing-masing fungsi yang berorientasi
untuk menciptakan keputusan publik. Dalam input, tuntutan dan dukungan dapat
muncul dari pihak internal maupun eksternal. Tuntutan dan dukungan yang masuk
Pada sistem politik input yang telah masuk sebagai tuntutan kemudian dapat
hal ini dukungan dapat dimaknai sebagai pernyataan terbuka dan tegas terhadap
lembaga-lembaga otoritatif yang kita kenal sebagai trias politica yakni legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Tidak hanya itu, kelompok kepentingan lain seperti
birokrasi, partai politik dan media juga memiliki pengaruh yang kuat.110
lingkungan intra sosial dan ekstra sosial dapat juga memengaruhi tuntutan dan
dukungan karena sifat sistem politik yang terbuka sehingga struktur dalam proses
110
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm 15-16.
111
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, hlm 19.
65
C.1. Kampanye War on Drugs
Dalam sistem politik, Easton menyebut bahwa otoritas bersifat tunggal yakni
hanya kepada otoritas negara. Mekanisme output baik itu tindakan maupun
eksklusif. Selain itu sistem politik bagi Easton juga bersifat siklis layaknya
organisme yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lewat asupan input, proses, dan
output berupa umpan balik yang ditujukan kembali ke input untuk direspon. Dari
fenomena tersebut unit-unit dalam sistem politik terus berputar selama sistem
kepentingan, strategi maupun cara yang telah coba ditempuh akan menjadi
maksimal apabila mendapat dukungan dari pihak pembuat kebijakan itu sendiri.
Pada kerangka kerja sistem politik, apabila suatu kebijakan (output) dinilai tidak
sejalan dengan keinginan kelompok maka hal tersebut perlu dilakukan evaluasi.113
Dalam hal ini, Pemerintah diminta untuk objektif dan responsif merespon tuntutan
yang masuk dari LGN sehingga dapat menciptakan kebijakan (output) yang lebih
War on Drugs ialah sebuah kebijakan yang pertama kali dicetuskan oleh
Presiden Amerika Serikat Nixon pada bulan Juni 1971. Nixon secara resmi
112
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, hlm 10.
113
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, hlm 28.
66
adalah "musuh publik nomor satu". Peningkatan penggunaan narkotika pada tahun
kejahatan narkoba.114
Sejalan dengan Amerika Serikat, selang empat dekade setelah deklarasi War on
Drugs, pada tahun 2016 Presiden Joko Widodo menyatakan perang terhadap
Indonesia (Polri), Kapolda, Polsek dan Polres untuk menangkap pengedar narkoba
Menurut Kepala Seksi Konsultasi Hukum BNN-RI Alvin Andrew Dias, BNN
selaku lembaga negara yang memiliki tugas dan wewenang terkait kebijakan
narkotika mengaplikasikannya menjadi tiga strategi yakni tindakan tegas bagi para
pengedar dan bandar narkotika, serta pencucian uang yang harus ditelusuri,
114
History, “War on Drugs”, artikel diakses pada 19 Agustus 2020, dari
https://www.history.com/topics/crime/the-war-on-drugs
115
Setkab, “President Jokowi Declares War on Drugs”, artikel diakses pada 19 Agustus 2020
dari https://setkab.go.id/en/president-jokowi-declares-war-on-drugs/
67
komoditi yang punya nilai jual tapi di waktu bersamaan juga punya dampak
negatif bagi para penggunannya.116
Masyarakat (LBHM) Afif Qayim menyatakan bahwa seruan War on Drugs yang
digaungkan oleh Presiden Jokowi ditafsirkan dengan liar oleh aparat penegak
hukum sebab menjadikan individu yang terkait dengan narkotika diberi stigma
sebagai seorang kriminal dan perusak bangsa. Lebih rincinya, dalam “ Diskusi
Tentang Pemenjaraan Pengguna Ganja Medis” yang digagas oleh Voi.id Afif menyatakan
bahwa:
Ma'ruf Bajamal, War on Drugs dapat juga dikatakan sebagai cara yang sudah usang,
bahwa seolah hanya dengan berperang melawan narkotika merupakan sebuah solusi
atau jalan keluar dari peredaran gelap yang selama ini terjadi. Namun jika dicermati
perang melawan narkotika bukan sebuah solusi.118 Sebagai contoh negara Uruguay
pernah dalam posisi serupa dan mengubah arah kebijakan ganja. Semula Uruguay
116
Wawancara dengan Alvin Andrew Dias, Kepala Seksi Konsultasi Hukum Badan Narkotika
Nasional (BNN), Jakarta Timur pada 6 Agustus 2020.
117
Muhammad Afif Qoyim, “Diskusi Tentang Pemenjaraan Pengguna Ganja Medis” oleh
Voi.id, pada 18 Juni 2020.
118
Wawancara dengan Ma'ruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
(LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
68
menggunakan pendekatan keamanan dan mengerahkan aparat penegak hukum
namun hasilnya pasar gelap masih saja berkembang. Oleh sebab itu Uruguay
bertanggung jawab atas label negatif pada seluruh narkotika termasuk ganja.
dijelaskan bahwa narkotika perlu diregulasi karena memiliki resiko yang berbahaya
jika digunakan dengan tidak tepat namun di saat bersamaan narkotika merupakan
semestinya negara harus melakukan kontrol terhadap narkotika bukan dengan justru
melakukan pelarangan terhadapnya. Perlu digaris bawahi bahwa kontrol tidak sama
119
Pebrianto Nainggolan, “Kepentingan Pemerintah Uruguay Melegalisasi Ganja Pada Masa
Pemerintahan Jose Alberto Mujica Cordano Tahun 2010-2015,” JOM FISIP Volume 2 No.2
(Oktober 2015), hlm 4.
120
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
121
United Nation Single Convention on Narcotic and Drugs 1961
69
Gambar IV.4. Drugs Policy Spectrum
Sumber gambar: Global Commissions on Drug Policy, Regulation: The Responsible Control of
Drugs
membuat drugs policy spectrum untuk mengukur sejauh mana dampak regulasi
narkotika dengan efek kesehatan dan sosial yang terjadi di masyarakat. Sumbu Y
mewakili dampak sosial dan kesehatan dari narkotika sedangkan untuk sumbu X
adalah beberapa contoh pola kebijakan narkotika. Pada spektrum tersebut terdapat
beberapa jenis regulasi narkotika mulai dari paling ketat hingga paling longgar di
antaranya:122
122
John Marks dalam Global Commissions on Drug Policy, Regulation: The Responsible
Control of Drugs, (T.tp.: T.pn., 2018), hlm 18.
70
1. Prohibition: pelarangan sepenuhnya, dalam kurva tersebut apabila negara
pasar gelap sehingga menimbulkan dampak buruk bagi sosial dan kesehatan
masyarakat.
2. Unrestrict regulated market: merupakan pasar legal yang bebas dan dalam
prohibition atau pelarangan total terhadap narkotika dan tidak membuka akses pada
menjadikan para pengguna yang membutuhkan tanaman ganja seperti kasus yang
kemudian ditanam dan diekstrak menjadi minyak.123 Namun hal tersebut memiliki
yang berlaku maka ia akan mendapat sanksi hukum. Dengan demikian jika kita
akan tetap membawa dampak sosial dan kesehatan yang sama bagi penggunanya.
123
CNN Indonesia, Kisah Fidelis Antara Cinta, Ganja dan Ancaman Pidana, diakses pada 3
Oktober 2020 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170731142646-12-231457/kisah-
fidelis-antara-cinta-ganja-dan-ancaman-penjara
71
bentuk kebijakan tersebut menurut John Marks ialah dekriminalisasi, harm
reduction dan menyediakan akses narkotika yang aman.124 Dari pemaparan di atas
citra yang negatif di masyarakat akibat kampanye War on Drugs. Penulis menilai
mengapa sulit bagi LGN untuk mengubah kebijakan tanaman ganja karena label
negatif yang sudah disematkan padanya akibat narasi War on Drugs. Dalam UU
No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika ganja diatur sebagai zat yang tidak dapat
dua bagian yakni intra sosial dan ekstra sosial. Lingkungan intra sosial merupakan
bagian dari lingkungan sosial dan fisik yang secara posisi berada di luar batas-batas
sistem politik namun tetap dalam satu masyarakat yang sama. Adapun yang
dimaksud bagian dari lingkungan intra sosial di antaranya sistem ekologi, biologi,
psikologi dan sosial. Lingkungan ekstra sosial adalah kebalikan dari lingkungan
intra sosial yang letaknya di luar sistem politik. Lingkungan ekstra sosial terdiri dari
WHO.125
124
John Mark dalam Global Commissions on Drug Policy, Regulation: The Responsible Control
of Drugs, 2018, hlm 12.
125
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, hlm 18.
72
Anjuran legalisasi ganja untuk medis pertama kali disampaikan oleh WHO
pada tahun 2019. WHO menyebut bahwa ganja dapat digunakan untuk pelayanan
medis, tetapi dengan regulasi dan kontrol yang ketat.126 Pada tahun 2020 WHO
selaku lembaga kesehatan dunia meninjau ulang pemanfaatan ganja untuk medis
Jadi WHO bikin satu forum yang membahas masih relevan atau tidaknya
pelarangan ganja buat medis. Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah
negara di dunia termasuk Indonesia, WHO ingin menyampaikan
rekomendasi terkait regulasi baru tanaman ganja. Bentuk regulasi baru
tersebut ialah menghapus tanaman ganja dari golongan IV United Nation
Single Convention on Narcotic and Drugs 1961.127
Dalam United Nation Single Convention on Narcotic and Drugs 1961, WHO
disalahgunakan.
126
Kumparan, “Polri Hingga BNN Tetap Tolak Legalisasi Ganja Meski Untuk Kepentingan
Medis”, Artikel Diakses Pada 26 Agustus 2020, Dari Https://Kumparan.Com/Kumparannews/Polri-
Hingga-Bnn-Tetap-Tolak-Legalisasi-Ganja-Meski-Untuk-Kepentingan-Medis-1tgq0p5jnp7/Full
127
Wawancara Dengan Erasmus Napitupulu, Direktur Eksekutif Institute For Criminal Justice
Reform (ICJR), Tangerang Selatan 15 Juli 2020.
128
United Nation Single Convention Narcotic Drugs 1961.
73
Dengan demikian rekomendasi penghapusan ganja dari golongan IV United
Nation Single Convention on Narcotic and Drugs membuka peluang bagi ganja
pengamat narkotika menyebut terdapat dua bentuk regulasi yang dapat Indonesia
lakukan terkait pengaturan tanaman ganja yakni pertama adalah menurunkan ganja
baik ke golongan II atau pun golongan III narkotika sebab jika masih berada di
undangan yang spesifik tentang pengaturan tanaman ganja seperti yang telah
dilakukan Filipina. Dalam peraturan tersebut, diatur mulai dari tahap penanaman,
Committee Narcotics and Drugs (CND). Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh
129
DW.Com, “Pengamat: Soal Legalisasi Ganja Medis, Indonesia Bisa Contoh Thailand”,
Artikel Diakses Pada 28 Agusutus 2020, Dari Https://Www.Dw.Com/Id/Pengamat-Soal-Legalisasi-
Ganja-Medis-Indonesia-Bisa-Contoh-Thailand/A-50736561
74
merekomendasikan penghapusan ekstrak dan turunan ganja dari Golongan IV
Konvensi 1961.130
Adapun terdapat tiga alasan rekomendasi tersebut ditolak oleh Indonesia yakni:
1. Pertama, bahwa jenis tanaman ganja Indonesia tidak sama dengan di luar
menjadi legal.131
Selain tiga alasan utama di atas, dalam wawancara dengan Kepala Seksi
130
Unodc, “Who Scheduling Recommendations on Cannabis and Cannabis Related Subtance”,
artikel diakses pada 30 Agustus 2020,
https://www.unodc.org/unodc/en/commissions/CND/Mandate_Functions/current-scheduling-
recommendations.html
131
Tempo, “Bareskrim Polri Tolak Rekomendasi WHO Soal Legalisasi Ganja”, artikel diakses
pada 29 Agusutus 2020, dari https://nasional.tempo.co/read/1358419/bareskrim-polri-tolak-
rekomendasi-who-soal-legalisasi-ganja
132
Wawancara dengan Alvin Andrew Dias, Kepala Seksi Konsultasi Hukum Badan Narkotika
Nasional (BNN), Jakarta Timur pada 6 Agustus 2020.
75
Dengan ditolaknya rekomendasi WHO terkait legalisasi ganja untuk medis,
LGN bersama Koalisi Masyarakat Sipil untuk Advokasi Narkotika untuk Kesehatan
tersebut dinilai mengada-ngada dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Sebab,
dalam kurun waktu sejak Indonesia meratifikasi United Nation Single Convention
on Narcotic and Drugs 1961 tidak pernah ada riset ilmiah terhadap tanaman
ganja.133
Dalam kerangka sistem politik pengaruh lingkungan baik intra sosial maupun
ekstra sosial mampu memengaruhi tuntutan dan dukungan dalam input. Menurut
Sahya, tuntutan dan dukungan yang masuk akan bermuara pada output berupa
otoritas.134 Mengacu pada kasus LGN, tuntutan dan dukungan yang mereka
ulang regulasi ganja yang selama ini telah disahkan menjadi hukum positif
tanaman ganja untuk dihapus dari Schedule IV Single Convention on Narcotic and
Drugs 1961. Dengan dihapusnya dari Schedule IV maka secara tegas WHO
133
LBH Masyarakat, “Rilis Pers: Koalisi Masyarakat Sipil Meminta Dasar Pemerintah
Menolak Rekomendasi WHO terkait Ganja Medis untuk Dibuka ke Publik”, diakses pada 30
Agustus 2020, dari https://lbhmasyarakat.org/wp-content/uploads/2020/07/080720_Rilis-Pers-
Koalisi_Meminta-Dasar-Pemerintah-Menolak-Rekomendasi-WHO-terkait-Ganja-Medis_LBHM-
2.pdf.
134
Sahya Anggara, Sistem Politik Indonesia, hlm 19.
76
sekaligus mematahkan konstruksi berpikir Indonesia yang selama ini meyakini
menolak rekomendasi yang WHO ajukan. Penjelasan di atas dapat kita pahami
bahwa LGN bersama dengan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Advokasi Narkotika
mengambil sikap atas rekomendasi legalisasi ganja medis oleh WHO. Menurut
dilaksanakan. Oleh karena itu sikap tersebut tentu merugikan LGN dan menjadi
hambatan serius dalam usaha mengubah status tanaman ganja pada UU No. 35
diharapkan memiliki wakil yang menduduki posisi strategis dalam sistem politik
tergabung dalam struktur pembuat kebijakan.136 Pada kondisi tertentu partai politik
135
Mas‟ oed dan MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 66.
136
Mas‟ oed dan MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, hlm 72.
77
benturan ideologi, kepentingan jangka pendek dan minat terhadap isu yang
wawancaranya:
Kita sadar kalo isu legalisasi ganja medis itu hal yang sangat sensitif. Pola
pikir pemerintah dan masyarakat umum masih menganggap ganja
berbahaya dan ngga ada manfaatnya. Untuk itu perlu adanya penyadaran
publik lebih dulu. Kalo pun dipaksakan sekarang partai politik juga akan
mikir-mikir untuk mengambil isu yang mau kita bawa. Kaya kasusnya Pak
Rafli kemaren yang udah usulin ganja buat diekpor tapi pernyataannya
ditarik lagi.138
beberapa isu yang berkaitan dengan pemanfaatan tanaman ganja dan disuarakan
oleh Anggota DPR dan Menteri Pertanian. Pada awal tahun 2020 publik sempat
Kande. Dalam rapat kerja sama dengan Kementerian Perdagangan, Rafli Kande
137
Mohammad Maiwan, “Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan dan Kedudukannya
Dalam Sistem Politik”, hlm 75.
138
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020
78
memberi usul tentang upaya pemanfaatan ganja. Menurutnya ganja memiliki
potensi ekonomi yang besar bila dimanfaatkan terlebih Aceh merupakan provinsi
Hal tersebut tentunya menjadi semacam harapan bagi LGN yang selama ini
telah banyak bicara tentang pemanfaatan ganja dan tuntutan perubahan UU No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika. Namun tak lama berselang secara resmi usulan
yang disampaikan Rafli Kande dicabut. Beliau mendapat teguran keras oleh
partainya karena dinilai usulan tersebut bertentangan dengan prinsip partai. Usulan
tersebut dinilai menimbulkan kesan negatif bagi PKS karena selama ini PKS
Selain Rafli Kande dari Fraksi-PKS, suara tentang ganja juga sempat
Pandjaitan. Berbeda dengan Rafli Kande yang secara terbuka mengusulkan ganja
untuk diekspor, Hinca Pandjaitan mendesak Menkes Terawan Agus Putranto untuk
atau tidaknya tanaman ganja. Selain itu Ia juga menyebut bahwa Revisi Undang-
diprioritaskan oleh DPR RI di tahun 2020 bersama dengan 50 rancangan lainnya. Komisi
139
CNN Indonesia, “Politikus PKS Usulkan Pemerintah Jokowi Ekspor Ganja”, artikel diakses pada 15
September 2020, dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200130192611-92-470271/politikus-pks-
usulkan-pemerintahan-jokowi-ekspor-ganja
140
Detik, “Politikus PKS Tarik Ucapan Usai Usul Ekspor Ganja Tuai Kritikan”, artikel diakses
pada 15 September 2020, dari https://news.detik.com/berita/d-4881384/politikus-pks-tarik-ucapan-
usai-usul-ekspor-ganja-tuai-kritikan/2
79
III DPR hanya perlu menunggu surat dari Presiden perihal pembahasan lebih lanjut soal
Revisi UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dibenarkan oleh Kepala Seksi
Hukum BNN-RI Alvin Andrew Dias, ia mengatakan ada beberapa aturan yang akan
Saat ini benar revisi UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sudah
masuk ke prolegnas. Dari revisi UU itu nanti ada juga penambahan
narkotika jenis baru yaitu kratom yang rencananya akan masuk ke golongan
1 karena efeknya lebih kuat dari ganja. Terkait status ganja sendiri tetap
tidak ada perubahan dan tetap berada di golongan 1 UU No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.142
Selain suara dari DPR, pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian
(Kementan) juga sempat bicara tentang manfaat dari tanaman ganja. Pada akhir
bulan Agustus 2020, ganja dimasukan ke dalam daftar komoditi binaan tanaman
obat oleh Kementan. Daftar tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Pertanian
memiliki khasiat medis seperti yang sudah lama LGN sampaikan ke publik.143
Pertanian Republik Indonesia Nomor 104 yang memuat ganja sebagai tanaman
binaan resmi dicabut. Keputusan itu diambil karena dinilai tidak selaras dengan
141
Voi.id, Hinca: “Revisi UU Narkotika Masuk Prolegnas Prioritas Tahun 2020”, artikel diakses
pada 21 September 2020 dari https://voi.id/berita/7484/hinca-revisi-uu-narkotika-masuk-prolegnas-
prioritas-tahun-2020
142
Wawancara dengan Alvin Andrew Dias, Kepala Seksi Konsultasi Hukum Badan Narkotika
Nasional (BNN), Jakarta Timur pada 6 Agustus 2020.
143
Kompas, “Kementan Jelaskan Aturan Budidaya Ganja Jadi tanaman Obat, artikel diakses
pada 16 September 2020, dari https://money.kompas.com/read/2020/08/30/111233426/kementan-
jelaskan-aturan-budidaya-ganja-jadi-tanaman-obat?page=all
80
peraturan perundang undangan yang statusnya lebih tinggi yakni UU No. 35 Tahun
menyampaikan isunya untuk kemudian “dibeli” oleh partai politik. Sebagai mana
kepentingan.145 Namun dalam kasus ini sebagaimana yang sudah disampaikan oleh
Dhira bahwa legalisasi ganja medis merupakan isu yang sangat sensitif. Mendengar
ganja saja persepsi awam akan mengacu pada barang yang dapat menyebabkan
dampak buruk bagi kesehatan akibat kampanye War on Drugs yang digaungkan
pemerintah. Partai politik pun akan berpikir ulang untuk mengangkat isu tersebut
Dari pemaparan di atas menunjukan bahwa sulit bagi LGN untuk mengubah UU
144
Detik, “Kementan Tetapkan Ganja Tanaman Obat, BNN: Bertentangan Dengan UU”, artikel
diakses pada 16 September 2020, dari https://news.detik.com/berita/d-5151460/kementan-tetapkan-
ganja-tanaman-obat-bnn-bertentangan-dengan-uu
145
Mohammad Maiwan, “Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan dan
Kedudukannya Dalam Sistem Politik”, hlm 82.
81
C.4. Ketidakpastian Pelaksanaan Riset Ganja
Pada 2017 Fidelis seorang pegawai negeri sipil asal Kalimantan Barat ditangkap
polisi karena kedapatan merawat istrinya yang sakit dengan ganja. Selama
menggunakan ekstrak ganja, istri fidelis merasakan banyak dampak positif seperti
kelumpuhan, nafsu makan yang meningkat dan dapat tidur dengan nyenyak. Namun
sang istri meninggal tak lama ketika Fidelis resmi ditahan kepolisian.146
sekali lagi ganja masih menjadi perdebatan terkait manfaatnya untuk pelayanan
Terkait riset ganja, Anggota Komisi III DPR-RI, Hinca Pandjaitan dalam
“Diskusi Tentang Pemenjaraan Pengguna Ganja Medis” yang digagas oleh Voi.id
menyatakan bahwa:
146
BBC, “PNS Tanam Ganja Untuk Istri, Saatnya Ganja Demi Kesehatan?”, artikel diakses
pada 16 September 2020, dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39472307
147
Voi.id, “Hinca: Revisi UU Narkotika Masuk Prolegnas Prioritas Tahun 2020”, artikel diakses
pada 21 September 2020 dari https://voi.id/berita/7484/hinca-revisi-uu-narkotika-masuk-prolegnas-
prioritas-tahun-2020
82
Riset ganja yang pernah diajukan LGN nyatanya berhenti di tengah jalan. Pada
tahun 2017 Menteri Kesehatan saat itu Nila F Moeloek menyebut ganja memiliki
memiliki efek positif, tetapi pemerintah enggan melakukan riset ganja karena
besaran biaya yang harus dikeluarkan. Ia menyebut lebih banyak penelitian yang
lebih bermanfaat ketimbang tanaman ganja sehingga ganja bukan menjadi prioritas
penelitian. Selain itu, riset ganja juga terkendala akibat Balitbang Kemenkes belum
Yayasan Sativa Nusantara bentukan LGN, sedangkan surat perintah riset telah
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa sejak Indonesia pertama kali
meratifikasi United Nation Single Convention on Narcotic and Drugs 1961 hingga
pembentukan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak pernah ada riset
Momentum riset sebenarnya ada pada saat kasusnya Fidelis tapi sayangnya
pemerintah tidak mengambil inisiatif untuk riset. Pemerintah dan BNN tetap
sama keyakinannya bahwa narkotika golongan 1 dalam hal ini ganja tidak
dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan. Pemerintah malah
melakukan kriminalisasi dengan menghukum Fidelis ke penjara dan selama
dipenjara istrinya ngga mendapat terapi ganja seperti biasanya. 149
148
Litbang Kemendagri, “Alasan Kemenkes Tolak Penelitian Ganja Sebagai Obat”, artikel
diakses pada 18 September 2020, dari https://litbang.kemendagri.go.id/website/alasan-kemenkes-
tolak-penelitian-ganja-sebagai-obat/
149
Wawancara dengan Erasmus Napitupulu, Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice
Reform (ICJR), Tangerang Selatan 15 Juli 2020.
83
Ma'ruf menyebut faktor lain yang menyebabkan sulitnya melakukan riset ganja
yakni paradigma pemerintah terhadap ganja itu sendiri. Meskipun secara regulasi
dibolehkan riset terhadap ganja tetapi sangat terbatas sekali yang bisa melakukan
dan hanya pihak-pihak tertentu yang mana memang dibolehkan. Berikut rincian
Iya jadi karena adanya kebijakan War on Drugs juga membuat Pemerintah
seolah menilai bahwa pihak-pihak ingin melakukan riset dianggap pro
terhadap peredaran gelap narkotika itu sendiri dan dikhawatirkan akan
menjadi semacam bumerang bagi pihak pemerintah. Padahal riset bertujuan
buat membuktikan ada atau tidaknya manfaat dari tanaman ganja. Supaya
ini ngga terus jadi polemik.150
Selain alasan di atas, menurut Dhira riset ganja terkendala karena perlu
riset ganja perlu banyak instansi yang harus dilibatkan seperti Kemenkes, BNN,
dengan Dhira:
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa riset ganja begitu sulit
dilaksanakan. Bagi LGN, regulasi atau peraturan yang baik haruslah berbasiskan
riset. Riset ganja merupakan kunci bagi mereka untuk membuktikan klaim manfaat
150
Wawancara dengan Ma'ruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum
Masyarakat (LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
151
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Tangerang
Selatan 30 Juli 2020.
84
ganja dan apabila riset tersebut menunjukan hasil yang positif perubahan status
hukum pada tanaman ganja dalam UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
politik David Easton terdapat cukup banyak faktor penghambat yang LGN hadapi
1. War on Drugs, merupakan kendala terbesar karena dari kampanye ini baik
ganja sebagai sesuatu yang jahat dan harus dimusnahkan karena dinilai
tersebut lantaran isu legalisasi ganja medis merupakan isu yang sangat
sensitif sehingga partai politik enggan mengangkat isu ganja medis karena
khawatir akan mengganggu citra partai. Selain itu, LGN juga mengalami
85
ganja untuk medis bertentangan dengan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika.
dilakukan karena salah satunya tidak ada political will dari pemerintah
lantara menyebut tanaman ganja bukan salah satu prioritas penelitian dan
membutuhkan dana yang besar. Selain itu, kampanye War on Drugs juga
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
demonstrasi, lobi, dan institusi formal berupa Judicial Review. Namun dua
saluran yakni demonstrasi dan lobi belum dapat mengubah status hukum
demikian LGN masih memiliki peluang pada jalur litigasi yang sedang
juga menemukan beberapa hambatan yang LGN alami yakni kampanye War
langkah LGN dalam mengubah status hukum tanaman ganja dalam UU No.
87
B. Saran
saran kepada pihak-pihak yang kelak akan melaksanakan penelitian lebih lanjut, di
antaranya:
1. Akademis
ganja.
2. Praktis
ganja.
berlaku.
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aziz, Yaya Maulana dan Syarief Hidayat. Dinamika Sistem Politik Indonesia.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2016.
Budiardjo, Miriam. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2013 .
Cribb, Robert dan Audrey Kahin. Kamus Sejarah Indonesia. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2012.
Hanafie, Haniah dan Ana Sabhana Azmy. Kekuatan Kekuatan Politik. Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2016.
Khalik, Abdul. Dunia Dalam Ganja; Dari Aceh Hingga Bob Marley. Yogyakarta:
Pinus Book Publisher, 2017.
LGN, Tim. Sekarang Aku, Besok Kamu! Tangerang Selatan: Lingkar Ganja
Nusantara, 2014.
89
Mamik. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015.
Winarno, Budi. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Jakarta: Buku Kita, 2008.
Jurnal Ilmiah
Ardianto dkk. "Praktik Lobi Dan Negosiasi Oleh Legislator Sebagai Bentuk
Komunikasi Politik." Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi
Informasi, Vol. 12, No. 1, Maret 2020.
BNN. "Indonesia: Narkoba dalam Angka tahun 2017." Jurnal Data Puslitdarin,
2018.
90
Isnaini, Enik. "Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika." Jurnal Independent Vol
5 No. 2, 2017.
Putri, Dania dan Tom Blickman. "Ganja di Indonesia: Pola Konsumsi, Produksi dan
Kebijakan." Drug Policy Briefing No.44 , Januari 2015.
Rianto, Puji. "Opini Publik, Agenda Setting, dan Kebijakan Publik." Jurnal
Komunikasi, Vol. 5 No.1 , Oktober 2010.
91
Global Commissions on Drug Policy, Regulation: The Responsible Control of
Drugs, 2018.
Rilis Pers Koalisi Masyarakat Sipil Meminta Dasar Pemerintah Menolak
Rekomendasi WHO terkait Ganja Medis untuk Dibuka ke Publik.
Karya Ilmiah
Skripsi Fajriah Intan Purnama, "Subkultur Legalisasi Ganja: Studi Tentang Lingkar
Ganja Nusantara dalam Memperjuangkan Legalisasi Ganja Di Indonesia."
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, 2015.
Artikel Online
BBC News Indonesia, “Sejarah dan budaya ganja di Nusantara: Ritual, pengobatan,
dan bumbu rempah makanan”, dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51441909 artikel diakses pada
24 Juni 2020.
BBC, “PNS Tanam Ganja Untuk Istri, Saatnya Ganja Demi Kesehatan?”, dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39472307 artikel diakses pada
16 September 2020.
92
BNN.go.id, “Profil BNN”, dari https://bnn.go.id/profil/ artikel diakses pada 10 Mei
2020.
CNN Indonesia, “Politikus PKS Usulkan Pemerintah Jokowi Ekspor Ganja”, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200130192611-92-
470271/politikus-pks-usulkan-pemerintahan-jokowi-ekspor-ganja artikel
diakses pada 15 September 2020.
CNN Indonesia, “Thailand Distribusikan Ganja Medis Untuk Pertama Kali”,. dari
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190802111518-255-
417659/thailand-distribusikan-ganja-medis-untuk-pertama-kali artikel
diakses pada 16 Agustus 2020.
Detik.com, “Politikus PKS Tarik Ucapan Usai Usul Ekspor Ganja Tuai Kritikan”,
dari https://news.detik.com/berita/d-4881384/politikus-pks-tarik-ucapan-
usai-usul-ekspor-ganja-tuai-kritikan/2 artikel diakses pada 15 September
2020.
Kompas, “Kementan Jelaskan Aturan Budidaya Ganja Jadi tanaman Obat, dari
https://money.kompas.com/read/2020/08/30/111233426/kementan-
jelaskan-aturan-budidaya-ganja-jadi-tanaman-obat?page=all artikel
diakses pada 16 September 2020.
Kumparan, “Polri hingga BNN Tetap Tolak Legalisasi Ganja Meski untuk
Kepentingan Medis”, dari https://kumparan.com/kumparannews/polri-
hingga-bnn-tetap-tolak-legalisasi-ganja-meski-untuk-kepentingan-medis-
1tgq0p5jNp7/full artikel diakses pada 26 Agustus 2020.
93
Kumparan, Klinik Pengobatan Berbasis Ganja Dibuka di Thailand dari
https://kumparan.com/kumparannews/klinik-pengobatan-berbasis-ganja-
dibuka-di-thailand-1sadztK3bb4 artikel diakes pada 26 Januari 2020.
Leafly, “UN Drugs Committee Finds Cannabis an Effective Relatively Safe Drug”
dari https://www.leafly.com/news/politics/un-drug-committee-finds-
cannabis-an-effective-relatively-safe-drug diakes pada 4 Februari 2020.
94
Setkab, “President Jokowi Declares War on Drugs”, dari
https://setkab.go.id/en/president-jokowi-declares-war-on-drugs/ artikel
diakses pada 19 Agustus 2020.
Tempo, “Bareskrim Polri Tolak Rekomendasi WHO Soal Legalisasi Ganja”, dari
https://nasional.tempo.co/read/1358419/bareskrim-polri-tolak-
rekomendasi-who-soal-legalisasi-ganja artikel diakses pada 29 Agustus
2020.
Tirto, “Opium Bisa Diregulasi Untuk Medis, Mengapa Ganja Tidak?”, dari
https://tirto.id/opium-bisa-diregulasi-untuk-medis-mengapa-ganja-tidak-
f3uZ artikel diakses pada 22 September 2020.
Voi.id, Hinca: “Revisi UU Narkotika Masuk Prolegnas Prioritas Tahun 2020”, dari
https://voi.id/berita/7484/hinca-revisi-uu-narkotika-masuk-prolegnas-
prioritas-tahun-2020 artikel diakses pada 21 September 2020.
Wawancara
Wawancara dengan Alvin Andrew Dias, Kepala Seksi Konsultasi Hukum Badan
Narkotika Nasional (BNN), Jakarta Timur pada 6 Agustus 2020.
Wawancara dengan Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN),
Tangerang Selatan, 30 Juli 2020.
Wawancara dengan Erasmus Napitupulu, Direktur Eksekutif Institute for Criminal
Justice Reform (ICJR), Tangerang Selatan 15 Juli 2020.
Wawancara dengan Maaruf Bajamal, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum
Masyarakat (LBHM), Tangerang Selatan 4 Agustus 2020.
Video
95