Anda di halaman 1dari 77

PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 OLEH BALAI BESAR
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT PERSPEKTIF
SIYASAH DUSTURIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :
Muhammad Taufik Lazuardi
1183030057

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023 M/1444 H
ABSTRAKS

Muhammad Taufik Lazuardi, 1183030057, 2023. Pelaksanaan


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Barat Perspektif Siyasah Dusturiyah.
Latar belakang dilakukan penelitian ini dikarenakan tinggginya angka
perdagangan satwa yang dilindungi di Kota Bandung. Sedangkan perdagangan
satwa dilindungi sudah dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1990 dengan aturan
turunan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi.
Tujuan dilakukan penelitian ini ialah: Pertama, untuk mengetahui
pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung. Kedua, untuk mengetahui
faktor penghambat dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung. Ketiga,
untuk mengetahui tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan dan faktor
penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung.
Teori yang digunakan penelitian ini ialah: Pertama, teori sistem hukum
dan Kedua, teori siyasah dusturiyah dengan berdasarkan prinsip Maqashid
Syari’ah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode analisis deskriptif dan pendekatan penelitian yuridis empiris. Sumber data
penelitian ini terdiri dari sumber data primer, sekunder, dan tersier. Teknik
pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini ialah: Pertama, pelaksanaan pasal 68 Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2018 masih belum optimal dikarenakan masih
ditemukannya pekerja anak di Kota Bandung. Kedua upaya penanggulangan
pekerja anak di Kota Bandung dimotori oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) melalui program-program diantaranya: Disnaker dengan program
prioritas Child Labour Monitoring & Remediation in Indonesia-Project; Dinsos
dengan program prioritas Skema Padat Karya dan Rehabilitasi Sosial; dan DP3A
dengan program prioritas Kelurahan Layak Anak dan Sosialisasi Ngabring
Kasakola (Ngabaso). Ketiga, tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan
dan upaya penanggulangan pekerja anak pada prinsipnya sudah memenuhi asas-
asas Siyasah Dusturiyah yang meliputi 3 hal: maslahah daruriyyah (kemaslahatan
primer), maslahah hajiyyah (kemaslahatan sekunder) dan maslahah tahsiniyyah
(kemaslahatan tersier) dengan fokus pendekatan kepada norma dasar yang bersifat
dharuri yaitu memelihara keturunan atau Hifz An-Nasl untuk mencapai mashlahat.

I
Kata Kunci: Pekerja Anak, Perlindungan Hukum, Upaya Penanggulangan,
Siyasah Dusturiyah, Kota Bandung.

II
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Taufik Lazuardi
Tempat, Tanggal Lahir : Kuala Simpang, 12 Juni 2000
NIM : 1183030057
Jurusan : Hukum Tata Negara
Judul Skripsi : Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat
Perspektif Siyasah Dusturiyah
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya tanpa
bantuan pihak lain kecuali Dosen Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan oleh orang lain kecuali secara tertulis telah dicantumkan dalam
daftar pustaka sebagai acuan dengan menyebutkan nama pengarang.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, demikian surat pernyataan ini
saya buat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 5 Juli 2023

Muhammad Taufik Lazuardi


1183030057

III
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Perspektif Siyasah
Dusturiyah

Muhammad Taufik Lazuardi


NIM. 1183030057

Disetujui,
Pada Tanggal . . . . . . . . . . . . . . . 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Enceng Arif Faizal, M.Ag. Lutfi Fahrul Rizal, S.Sy., M.H.
NIP. 197212301999031002 NIP. 199008102019031015

Mengetahui,

Ketua Jurusan Hukum Tata Negara

Ridwan Eko Prasetyo, S.H.I., M.H


NIP. 198011162007101001

IV
PEDOMAN PENGGUNAAN

Skripsi/Tesis/Disertasi ini tidak dipublikasikan, tersedia di perpustakaan di


lingkungan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan
pengutipan harus menyebutkan sumbernya sesuai dengan kebiasaan ilmiah.
Dokumen ini merupakan hak milik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

V
KATA PENGANTAR

‫ِبْســــــــــــــــــِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Peneliti panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Zat Maha Kuasa dan
Maha Berkehendak yang telah memberikan kesanggupan dalam menyelesaikan
penelitian ini sesuai yang prosedur akademik. Shalawat dan sejahtera peneliti
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para
sahabat, pejuang sejati peradaban dunia dalam menuntaskan sifat-sifat jahiliyah.
Semoga kita semua ditempatkan bersama-sama mereka di hari akhir kelak.
Besar harapan peneliti agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
terkait pemberdayaan sumber daya alam di Kota Bandung bagi pihak yang rindu
literasi. Dalam perjalanan menyelesaikan penelitian, tidak sedikit support yang
diterima peneliti dari berbagai pihak, baik secara moril dan materil terkhusus dari
Pak Rafe’i dan Bu Fauziana, selaku orang tua peneliti yang terus mengingatkan,
mengarahkan dan menguatkan peneliti . Tidak lupa, pada kesempatan ini peneliti
juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Mahmud, M. Si. selaku Rektor UIN Bandung Sunan Gunung
Djati Bandung;
2. Prof. Dr. Fauzan Ali Rasyid, M. Si. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
3. Dr. H. Chaerul Shaleh, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara UIN
Sunan Gunung Djati Bandung;
4. Dr. Enceng Arif Faizal, M.Ag., selaku dosen pembimbing I;
5. Lutfi Fahrul Rizal, S.Sy., M.H., selaku dosen pembimbing II;
6. Seluruh Staf Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan Jurusan Hukum Tata Negara
UIN Sunan Gunung Djati Bandung;
7. Segenap keluarga Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat
khususnya .................. yang telah memberikan arahan, data, dan informasi
selama penelitian berlangsung;

VI
8. Sohib-sohib Kontrakan Flamboyan, selaku pejuang militan yang
berpengalaman dalam kehidupan;
9. Teman-teman Jurusan Hukum Tata Negara kelas B dan temen angkatan 18;
10. Teman-teman Keluarga Besar Mahasiswa Sumatera Utara (Kabamsu), selaku
teman seperjuangan diperantauan;
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu.

Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan


kepada peneliti, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Terlepas
dari semua itu, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka peneliti menerima segala bentuk saran dan kritikan dalam kemajuan
penelitian selanjutnya.

Bandung, 5 Juli 2023

Muhammad Taufik Lazuardi


1183030057

VII
DAFTAR ISI

ABSTRAKS.......................................................................................................................I
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................III
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI..........................................................................IV
PEDOMAN PENGGUNAAN.........................................................................................V
KATA PENGANTAR.....................................................................................................VI
DAFTAR ISI.................................................................................................................VIII
DAFTAR TABEL...........................................................................................................IX
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................X
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................XI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................................7
E. Kerangka Pemikiran............................................................................................7
F. Penelitian Terdahulu............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................13
METODELOGI PENELITIAN....................................................................................13
A. Jenis dan Metode Penelitian..............................................................................13
B. Pendekatan Penelitian........................................................................................14
C. Jenis dan Sumber Data......................................................................................14
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................16
E. Teknik Analisi Data...........................................................................................18
F. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................18
BAB IV............................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................20

VIII
BAB V.............................................................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
LAMPIRAN...................................................................................................................23
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................24

IX
DAFTAR TABEL

X
DAFTAR GAMBAR

XI
DAFTAR LAMPIRAN

XII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang diberikan sumber daya alam melimpah dari
Tuhan yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana, sebab sumber daya alam
memiliki keterbatasan dalam penggunaannya. Sumber daya alam adalah segala
sesuatu yang bersumber dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia baik bagi generasi manusia saat ini maupun generasi
masa depan. Sumber daya alam berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua
yaitu,sumber daya alam hayati atau biotik dan sumber daya alam non hayati atau
abiotic. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri
dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya hewani (satwa) yang
bersama dengan unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem. Sedangkan sumberdaya alam non hayati atau abiotik adalah sumber
daya alam yang berasal dari benda-benda mati, seperti tanah, air, udara, sinar
matahari dan hasil tambang.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas terestrial
tertinggi kedua di dunia. Bahkan, jika digabungkan dengan keanekaragaman
hayati di laut, Indonesia menjadi yang pertama. Bahkan, jika dibandingkan dunia,
Indonesia memiliki 17 persen total spesies dunia yang terdiri dari 35-40 ribu
spesies tumbuhan (11-15 persen), 707 spesies mamalia (12 persen), 350 spesies
amphibi dan reptil (15 persen), 1.602 spesies burung (17 persen), 2.184 spesies
ikan air tawar (37 persen), dan kekayaan laut meliputi setidaknya 2.500 spesies
molusca, 2.000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 spesies mamalia laut
dan lebih dari 2.500 spesies ikan.1
Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki
daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Menurut International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), saat ini jumlah

1
Dari web IndonesiaBaik.id, diakses pada 9 Juni 2022 dari berita:
https://indonesiabaik.id/infografis/hewan-endemik-indonesia#:~:text=Beberapa%20contoh
%20jenis%20hewan%20endemik,Burung%20Cenderawasih%20dan%20Tarsius%20Kerdil.

1
2

jenis satwa liar di Indonesia yang terancam punah adalah 184 jenis mamalia, 119
jenis burung. 32 jenis reptile, 32 jenis ampibi. Jumlah total spesies satwa
Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis berjumlah 69 spesies.
Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam apabila tidak ada tindakan
untuk menyelamatkannya.2
Kejahatan atas satwa liar di Indonesia mengalami peningkatan yang
seiring dengan meningkatnya tren global permintaan atas satwa liar. Perdagangan
secara ilegal satwa liar yang dilindungi di Indonesia salah satu pemicu, sehingga
semakin marak adalah lemahnya penegakan dan perlindungan satwa tersebut.
Perdagangan satwa yang dilindungi undang-undang terjadi dengan terbuka di
sejumlah tempat. Satwa-satwa langka yang dilindungi sangat mudah dan terjual di
berbagai pasar- pasar hewan.
Salah satu faktor yang juga mempengaruhi perdagangan satwa ini adalah
latar belakang pengetahuan masyarakat tentang satwa dan juga karena nilai
ekonomi sehingga masyarakat tetap memperdagangkan satwa, sehingga sampai
sekarang ini masih banyak satwa yang di perdagangkan secara ilegal. Dengan cara
yang seperti ini, jelas-jelas merugikan negara dan juga melanggar peraturan yang
telah diatur pemerintah. Satwa yang diperdagangkan secara ilegal, merupakan
tindak pidana kejahatan kepada satwa dan pada negara, yang melanggar Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1990 yaitu tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.3
Meskipun telah ada aturan yang melarang melakukan perdagangan satwa
yang dilindungi tetap saja masih banyak yang menghiraukan larangan ini dan
tetap melakukan perdagangan satwa yang dilindungi yang dapat menyebabkan
kepunahan terhadap satwa tersebut. Penegakan hukum, dalam berbagai bentuk
bertujuan agar peraturan perundangan di bidang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya dapat ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat dan kepada
pelanggarnya diberikan sanksi yang tegas agar memberikan efek jera sehingga
2
Dari web PROFAUNA, diakses pada 9 Juni 2022 dari berita
https://www.profauna.net/id/fakta-satwa-liar-di-indonesia
3
Andika M. P. Mangapu, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perdagangan Satwa
Secara Ilegal Menurut Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990, (Jakarta, Lex Privatum Vol. V/No.
7, 2017), h., 92
3

dapat meminimalkan bahkan sampai meniadakan lagi kejadian pelanggaran


hukum dan pada akhirnya dapat mendukung upaya konservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1990.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), saat ini di Indonesia tercatat perdagangan satwa yang dilindungi
mengalami dinamika dari tahun 2015 sampai tahun 2022. Menurut Rasio, selama
tahun 2015-2022 telah dilakukan 454 operasi penegakan hukum peredaran ilegal
tanaman dan satwa liar di Indonesia. Sebanyak 239.793 satwa liar telah
diamankan dan 16.040 bagian tubuh satwa diamankan. Sekalipun demikian,
perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar masih tetap marak karena adanya
peningkatan permintaan. Tantangan lain adalah adanya celah dalam tata kelola
dan pengawasan.4

Gambar 1.1 Grafik Perburuan Satwa Dilindungi


Dari Tahun 2015-2022 di Indonesia
Sumber: Databoks 2022

Upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan


erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu: (1) Menjamin
4
Dari web Kompas.id, diakses pada 10 Juni 2022 dari berita:
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/10/28/perdagangan-satwa-liar-meningkat-
selama-pandemi
4

terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi


kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia; (2) Menjamin
terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya
sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber
daya alam hayati bagi kesejahteraan; serta (3) Mengendalikan cara-cara
pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya. 5
Agar upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat
berjalan pada arah yang benar, mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan
efisien, serta pencapaian multi manfaat sumber daya alam hayati, maka diperlukan
pedoman dan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan
kehutanan bidang KSDAE di seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Dalam melaksanakan tugasnya Balai Besar KSDA Jawa Barat dibantu
oleh Polisi Kehutanan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Polisi Kehutanan diatur dalam Pasal 1 ayat 2
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Kehutanan dan Pasal 1 ayat 2
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.75/Menhut-II/2014 tentang Polisi Kehutanan.
Polisi Kehutanan atau biasa disebut Polhut merupakan garda terdepan dalam
menjaga keamanan kawasan kerja, khususnya dari ancaman manusia. Tugas
pokok dan fungsi Polhut adalah melaksanakan perlindungan dan pengamanan
hutan, kawasan hutan, hasil hutan serta tumbuhan dan satwa liar yang
dilaksanakan dalam 3 bentuk yaitu meliputi Pre-emtif, Preventif, Represif. Jika
dijabarkan pre-emtif atau menangkal timbulnya niat jahat, yaitu dengan
sosialisasi/penyuluhan, pembinaan serta pendampingan terhadap masyarakat
untuk penguatan peran masyrakat sekitar kawasan dan kolaborasi berbagai pihak.
Preventif atau mencegah potensi timbulnya kejahatan hutan, yaitu dengan
melakukan patroli rutin, penjagaan, identifikasi kerawanan,gangguan dan
ancaman untuk deteksi dini. Lalu represif atau penanggulangan dengan

5
Departemen Kehutanan, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Konservasi Sumber daya Alam, (Surabaya, BKSDA Jawa timur 1, 2006), h., 21
5

penindakan, penangkapan untuk menimbulkan efek jera dan penegakan hukum


yang bersifat non-yustisi.
Dalam pandangan Islam, hewan memiliki hak-hak yang harus dihormati,
sehingga seseorang tidak boleh berbuat zalim dan semena-mena terhadapnya. Kita
juga mesti memperlakukan binatang dengan baik jika ingin memeliharanya,
dengan memenuhi segala kebutuhannya, memberikan makan dan minum, dan
ketika ingin menyembelih, tidak menyiksanya.
Pada Hakekatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi
binatang dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-qur’an, Allah SWT
menekankan bahwa telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang
mencakup segala sesuatu di dunia ini, hal ini tertuang dalam QS Al-Jasiyah ayat
13 yang berbunyi:

‫َٰذ‬
‫َو َس َّخ َر َلُك م َّم ا ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو َم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َج ِم يًعا ِّم ْنُهۚ ِإَّن ِفى ِلَك َل َء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم‬
‫َيَتَفَّك ُر وَن‬

“Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala
apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhny di dalam yang
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir”.6

Ayat ini sama sekali tidak menunjukan bahwa manusia memiliki


kekuasaan mutlak (carte blance) untuk berbuat sekendak hatinya dan tidak pula
memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak
keseimbangan ekologisnya. Begitu pula ayat ini tidak mendukung manusia untuk
menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun untuk menjadikan
binatang sebagai objek eksperimen yang sembarangan. Ayat ini mengingatkan
umat manusia bahwa Sang Pencipta telah menjadikan semua yang ada di alam ini
(termasuk satwa) sebagai amanah yang harus mereka jaga.

6
Tim Pustaka Maghfirah dan Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2006), h., 499
6

Maka berdasarkan latar belakang yang dikemukakan membuat peneliti


tertarik, terkait bagaimana kebijakan dan strategi Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Jawa Barat untuk mengurangi atau mencegah adanya perdagangan
satwa dilindungi dimana hal ini akan peneliti utarakan lebih dalam, dalam bentuk
karya ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Oleh Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Jawa Barat Perspektif Siyasah Dusturiyah”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?
2. Apa faktor penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?
3. Bagaimana Tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan dan faktor
penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018
oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota
Bandung.
7

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan dan
faktor penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat mendatangkan lebih banyak manfaat
di masa mendatang. Berbagai manfaat itu dikerucutkan menjadi lebih spesifik dari
segi teoritis maupun praktis yang dapat teraktualisasikan sebagai berikut:
1. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya terkait
masalah perdagangan satwa yang dilindungi. Hasil penelitian ini dapat
dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap
berikutnya;
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
membantu, dan memberikan masukan kepada semua pihak yang
membutuhkan pengetahuan terkait langsung dengan penelitian ini.

E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini lebih difokuskan kepada penanggulangan kasus perdagangan
jual beli satwa liar yang dilindungi. Sebagai pijakan dan dasar dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang dapat dihubungkan dengan
masalah dalam penelitian ini, diantaranya:
Pertama, Teori Sistem Hukum (Lawrence Meir Friedmen). Berdasarkan
Teori Sistem Hukum (Lawrence Meir Friedmen) mengemukakan bahwa
efektifitas dan keberhasilan penegakan hukum dapat dilihat pada tiga unsur yaitu
8

struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum. Kesatuan atas tiga unsur ini
membentuk pola yang menunjukan tentang bagaimana hukum dijalankan menurut
ketentuan- ketentuan formalnya dalam setiap norma dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam sistem kultur hukum tersebut. Setiap Undang-Undang
ataupun Peraturan Pemerintah haruslah dijalankan oleh organ yang benar dengan
didukung Oleh budaya hukumnya yang efektif. Sistem hukum menurut Lawrence
Friedman itu ditafsirkan secara mendetail oleh Achmad Ali dengan mengibaratkan
struktur hukum seperti mesin, substansi hukum seperti apa yang dihasilkan oleh
mesin, dan budaya hukum masyarakat seperti siapa saja yang memutuskan untuk
menghidupkan atau mematikan mesin itu serta memutuskan bagaimana mesin itu
digunakan.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial
tidak lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk
menjamin tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat ke arah yang
lebih baik, maka bukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah
atau peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum
tersebut ke dalam praktek hukum atau jaminan akan adanya penegakan hukum
(law enforcement) yang baik.7
Kedua, Teori Siyasah Dusturiyah. Siyasah menurut Abdul Wahab Khalaf
didefinisikan sebagai perundang-undangan yang diletakan untuk memelihara
ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan, dari pengertian tersebut,
pada prinsipnya berkaitan dengan mengatur dan mengurus manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara dengan membimbing mereka pada kemaslahatan
dan menjauhkan diri dari kemafsadatan.8 Dusturiyah adalah prinsip-prinsip pokok
bagian pemerintahan negara manapun seperti terbukti dalam perundang-
undangannya, peraturan-peraturannya, dan adat-adatnya. Sedangkan menurut
Abul A’la al-Maududi, dusturiyah adalah suatu dokumen yang memuat prinsip-
prinsip yang pokok yang menjadi landasan pengaturan suatu negara.

7
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence). (Jakarta, Kencana, 2009), h., 204.
8
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Siyasah Pengantar Ilmu Politik Islam, (Bandung, Pustaka
Setia, 2008), h., 24-26.
9

Permasalahan di dalam siyasah dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin di


satu pihak dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan-kelembagaan yang ada
di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, di dalam siyasah dusturiyah biasanya
dibatasi hanya membahas pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh
hal ikhwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan
merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya.9

F. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu digunakan peneliti untuk menjadi satu acuan
peneliti dalam memperkaya teori. Berikut merupakan hasil penelitian terdahulu
yang masih memiliki hubungan dengan judul penelitian peneliti sebagai berikut:

Skripsi Ryan Meinardy dengan judul Skripsi ini menggambarkan bahwa


“Upaya Pemerintah Dalam masih maraknya terjadi perdagangan
Menangani Perbuaruan Dan satwa liar yang di Lindungi, hal
Perdagangan Satwa Liar yang tersebut terjadi karena pengetahuan
Dilindungi Undang-Undang (Aspek masyarakat terhadap Undang-Undang
Hukum Konservasi Satwa di serta ketidakmauan masyarakat untuk
Indonesia)”.10 mentaati peraturan yang ada,
menyebabkan Perdagangan ini terus
terjadi. Dengan demikian, dalam
penilitian ini peneliti berfokus pada
upaya apa yang dapat dilakukan oleh
Pemerintah untuk mengatasi masalah
ini, dan dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Upaya atau
penegakan hukum dilakukan
Pemerintah dengan dibentuknya Polisi

9
H.A. Dajajuli, Fiqh Siyasah Implementasi kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syari’ah. (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2003), h., 47.
10
Ryan Meinardy. Upaya Pemerintah dalam menangani perburuan dan perdagangan
satwa liar yang dilindung Undang-Undang: Aspek Hukum Konservasi Satwa di Indonesia.
(Yogyakarta, Universitas Gajah Mada Skripsi, 2015)
10

Hutan dan menindak tegas pelaku


perburuan dan perdagangan satwa
ilegal.

Yang membedakan penelitian


terdahulu dengan penelitian sekarang
terletak pada fokus kajiannya, dimana
dalam penelitian sekarang
memfokuskan padal Pasal 21 ayat 2
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang konservasi sumber daya alam
dan ekosistem.

Skripsi Muhammad Najib Hamidi Penelitian ini menggambarkan bahwa


dengan judul “Jual Beli Satwa Langka upaya negara untuk memberikan
Dalam Hukum Islam Dan Undang- perlindungan kepada satwa liar yang
Undang No. 5 Tahun 1990 (Tentang dilindungi adalah dengan membuatnya
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dalam bentuk peraturan perundang-
dan Ekosistemnya).”11 undangan, dimana ada in cause
venenum (sanksi pidana) bagi pelaku
yang secara terbukti melakukan
perdagangan. Penelitian ini
membandingkan dari sudut pandang
jinayah dimana dalam hasil
penelitiannya peneliti mengatakan
penjual satwa langka dapat dihukum
penjara 5 tahun dan denda 100 juta
sebagaimana dalam Pasal 21 ayat 2

11
Muhammad Najib Hamidi, Jual Beli Satwa Langka Dalam Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990: Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,
(Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga,Skripsi. 2017)
11

dan menurut hukum pidana islam


bahwa dasarnya jual-beli
diperbolehkan dan legal menurut
syara’, Namun dalam konteks jual-beli
satwa langka hukum jual-belinya
tidaklah berlaku.

Yang menjadi pembeda dari penelitian


terdahulu dengan penelitian sekarang
adalah pada variabel penelitian, jika
dalam penelitian terdahulu terfokus
pada jinayah atau hukum pidana
islam, maka dalam penelitian ini
berfokus pada kebijakan pemerintah
khususnya Balai Besar KSDAE dalam
melaksanakan pasal tersebut, sehingga
terdapat strategi Balai Besar KSDAE
dalam menangani hal tersebut.

Wiratno dalam judul “Sepuluh Cara Penelitian ini menggambarkan tentang


Baru Kelola Kawasan Konservasi di bagaimana cara baru yang dapat
Indonesia: Membangun “Organusasi dilakukan terhadap perlindungan
Pembelajar”. satwa liar yang dilindungi. Tujuan
dibuatnya hal tersebut agar
pengelolaan kawasan konservasi dapat
memberikan manfaat jangka pendek
sekaligus menjamin nilai-nilai
kemanfaatan jangka panjang.
12

Yang menjadi pembeda dengan


penelitian sekarang adalah subjek
penelitiannya, dimana dalam
penelitian ini subjeknya adalah
kebijakan Balai Besar KSDAE (Jawa
Barat) terdahap maraknya jual beli
satwa liar yang dilindungi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Satwa Dilindungi
1. Pengertian Satwa Dilindungi
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya mempunyai kedudukan
dan peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup, sehingga perlu dikelola
dan dimanfaatkan secara lestari, serasi, dan seimbang bagi kesejahteraan
masyarakat baik pada saat ini maupun pada masa mendatang. Teori
lingkungan hidup yang berpusat pada kehidupan yang dikatakan oleh Albert
Schweitzer menyatakan, penghargaan yang harus dilakukan manusia tidak
hanya pada diri sendiri saja, tetapi juga kepada semua bentuk kehidupan.12
Sementara itu, Paul Taylor menyatakan bahwa manusia merupakan
salah satu bagian dari elemen komunitas makhluk hidup lain sehingga
derajatnya sama dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Manusia
bukan anggota komunitas yang dipandang sebagai segala-galanya, sebab ia
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Manusia yang merupakan makhluk yang memiliki akal dan pikiran,
sudah seharusnya menjaga lingkungan hidup serta sumber daya alam hewani
maupun hayati. Teori peternalisme mengandung arti bahwa Negara
memainkan peran sebagai bapak atau orang tua dalam membimbing perilaku
anak-anaknya. Secara kiasan negara dipandang sebagai bapak atau orang tua,
sedangkan warga negara diartikan sebagai anak-anak. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik anak-anaknya, sebab jika
anak-anaknya tidak dibimbing, maka perilakunya hanya menurutinya
kesukaannya. Kesukaannya itu mungkin tidak selalu bernilai positif bahkan
dapat bernilai negatif yang pada akhirnya merusak dirinya sendiri.
Dengan demikian diperlukan kehadiran berbagai peraturan perundang-
undangan lingkungan yang dimaksudkan untuk memcegah perbuatan-
perbuatan yang tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga masyarakat secara

12
Rachmad K Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), h., 102
14

keseluruhan. pemerintah perlu menetapkan sebuah kawasan sebagai hutan


lindung atau hutan konservasi, taman nasional yang tidak membolehkan
adanya kegiatan penebangan kayu terutama di zona inti. Pemerintah juga
mengundangkan undang-undang tentang perlindungan satwa karena satwa
mempunyai nilai ekologis.
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hayati (satwa)
yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan
membentuk ekosistem. Ekosistem sumberdaya alam hayati adalah hubungan
timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang
saling mempengaruhi. Sumber daya alam hayati secara luas menyangkut
kepentingan masyarakat secara keseluruhan, sehingga upaya konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, klasifikasi satwa
terbagi menjadi dua jenis, yaitu satwa yang dilindungi dan satwa yang tidak
dilindungi. Jenis satwa yang dilindungi digolongkan dalam satwa dalam
bahaya kepunahan dan satwa yang populasinya jarang, atau dapat dikatakan
sebagai satwa langka, karena populasinya yang memiliki jumlah kecil dan
perlu dilindungi. Pengertian lainnya adalah binatang langka yang
keberadaanya hampir punah atau yang keberadaanya sulit untuk ditemui.
Menurut Johar Iskandar bahwa satwa yang dilindungi adalah jenis
satwa yang karena populasinya sudah sangat kecil serta mempunyai tingkat
perkembangan yang sangat lambat, baik karena pengaruh habitat maupun
ekosistemnya. Salah satu usaha untuk melindungi satwa dan ancaman
kepunahan punah adalah menetapkan jenis- jenis satwa tertentu sebagai
binatang yang dilindungi.13 Ada beberapa kriteria yang menentukan suatu
satwa dianggap punag yaitu:

13
Johar Iskandar, Keanekaan Hayati Jenis Binatang, Mamfaat Ekologi Bagi Manusia,
Keragaman Hayati dan Hubungannya dengan Kehidupan Manusia, (Yogyakarta, Graha Ilmu,
2015), h., 5
15

a. Apabila suatu satwa tidak ditemukan satu ekorpun hidup didunia, atau
tidak ada keraguan lagi bahwa individu terakhir telah mati, maka suatu
jenis satwa dikatakan telah punah. Contohnya harimau bali;
b. Jika satwa tersebut tidak ditemukan lagi di alam namun dapat ditemui
di tempat pemeliharaan manusia atau di pusat penangkaran, atau hidup
di alam sebagai hasil pelepasan kembali di luar daerah sebaran aslinya,
maka satwa tersebut dikategorikan punah di alam. Contohnya burung
jala bali;
c. Beberapa ahli biologi mengatakan bahwa suatu spesies disebut punah
secara ekologi jika spesies tersebut mempunyai jumlah yang sangat
kecil sehingga efeknya pada spesies lain di dalam suatu komunitas dan
dapat diabaikan. Contohnya harimau sumatra.

Sedangkan satwa langka menurut Hukum Internasional adalah hewan


yang termasuk ke dalam daftar merah IUCN (International Union for the
Conversation of Nature and Natural Resource) Red list of Threatned Species.
Data tersebut memuat daftar hewan yang masuk ke dalam hewan terancam
punah, daftar hewan ini juga menjadi acuan berbagai pihak dalam
pengambilan kebijakan terkait konservasi alam. Pengelompokan besarnya
peluang suatu jenis spesies berdasarkan ancaman kepunahan menurut IUCN
(International Union for Conservation of Natural Resources) adalah:14
a. Kritis, yaitu populasi tersebut menghadapi resiko kepunahan sangat
tinggi di alam dan memiliki peluang untuk punah lebih dari 50% (lima
puluh persen) dalam kurun waktu 10 tahun;
b. Genting, yaitu populasi tersebut tidak termasuk kategori kritis dan
menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam dalam waktu
dekat dan memiliki peluang untuk punah lebih dari 20% (dua puluh
persen) dalam kurun waktu 20 tahun;
c. Rentan, yaitu populasi tersebut tidak termasuk kategori kritis atau
genting tetapi menghadapi resiko kepunahan tinggi di alam dan
14
Niken Wuri Handayani, Jenis-jenis Hidupan Liar yang Khas di Kalimantan Barat,
disampaikan melalui Prosiding Lokakarya dan Pelatihan Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal
Hidupan Liar Pontianak, tanggal 4-5 Desember 2006.
16

memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% (sepuluh persen) dalam
kurun waktu 100 tahun.

2. Hak-Hak Satwa Dilindungi


Hak-hak satwa dikenal sebagai sebuah ide yang berpandangan bahwa
hak dasar satwa harus dipandang sederajat sebagaimana hak-hak dasar
manusia. Ada berbagai macam pendekatan filosofis yang digunakan dalam
memandang hak-hak satwa tersebut. Peter Singer berpendapat bahwa
pandangan utilitarian juga harus diaplikasikan pada satwa. Hal ini dikarenakan
semua makhluk yang dapat merasakan penderitaan seharusnya memiliki
pertimbangan yang sama. Sementara diskriminasi spesies yang hanya
dikarenakan spesies tersebut dianggap lebih rendah dari pada spesies lainnya,
sama seperti halnya dengan diskriminasi warna kulit. Peter Singer berpendapat
bahwa satwa harus memiliki hak, yang didasarkan atas kemampuan mereka
untuk merasakan sakit. Dalam pandangan ini, Peter Singer tidak secara khusus
menjelaskan bahwa satwa tidak seharusnya dijadikan bahan makanan, Sejauh
satwa tersebut dikembangbiakkan dan dibunuh dengan cara yang tidak akan
menyakitinya.15
Hak asasi kolektif pada binatang dan tumbuhan,sebagai spesies yang
berbeda dengan spesies manusia.khususnya hak setiap spesies secara kolektif
untuk tumbuh,hidup dan berkembang secara alamiah tanpa intervensi manusia
termasuk tanpa intervensi teknologi yang lebih bersifat antroposentris demi
kepentingan ekonomis manusia. Setiap spesies mempunyai hak untuk hidup
dan berkembang secara alamiah dan secara bebas sama seperti spesies
manusia mengklaim haknya untuk hidup secara alamiah di alam.untuk itu,
setiap spesies berhak atas habitat alamianya untuk tidak dirusak oleh manusia.
Kemudian dalam rangka menghormati hak-hak satwa sebagai sesama
Mahluk hidup dan berusaha meningkatkan kesejahteraan hewan terdapat suatu
konsep yang disebut Farm Animal Welfare Council (FAWC) Metode tersebut

15
A.Sonny Keraf, Etika lingkungan Hidup, PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2010,
hlm.60
17

dikenal dengan nama The Five Freedom (Lima Kebebasan Hewan). The Five
Freedom adalah metode sederhana untuk mengevaluasi dan menganalisa
kesejahteraan hewan termasuk langkah yang tepat untuk meningkatkan
kualitas hidup hewan.The Five Freedom diterapkan untuk meningkatkan
kualitas hidup bagi semua hewan langkah, ini berguna untuk menjamin satwa
langkah dan hewan yang dipeliharatidak akan mengalami penyiksaan. Adapun
isi dari Five Freedom ialah sebagai berikut:16
a. Freedom from Hunger and Thrist – Kebebasan dari Kelaparan dan
Kehausan: memberikan makanan dan minuman yang cukup untuk
menjamin kesehatan hewan;
b. Freedom from Disconfort – Kebebasan dari Ketidaksenangan:
memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan dan yang
menyenangkan;
c. Freedom from Pain, Injury and Disease – Kebebasan dari Kesakitan,
Luka-luka dan Penyakit: mencegah kemungkinan jatuh sakit atau
menderita luka-luka sebanyak mungkin, dan jika satwa masih jatuh
sakit atau menderita luka-luka, menjamin bahwan hewan tersebut
dapat diperiksa oleh dokter hewan dan diobati;
d. Freedom from Behave Normally – Kebebasan untuk Bertindak dengan
Biasa, sebagai seekor binatang: memberikan lingkungan yang luas,
yang memungkinkan hewan melakukan gerakan alami dan bergaul
dengan hewan lain yang berjenis sama;
e. Freedom from Fear and Distress – Kebebasan dari Ketakutan dan
Stres: menjamin kondisi dan perlakuan hewan yang baik agar
menghindari hewan dari ancaman kebosanan, stres, ketakutan dan
kesusahan.

3. Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi

16
Nur Huda, Peran Animals Asia dalam Penganggulangan Penyiksaan Hewan di Cina,
Jurnal, Hukum Internasional, Volume 1, No. 3, 2013, hlm. 5
18

Penetapan tumbuhan dan satwa yang dilindungi telah ditetapkan dalam


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi. Penetapan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
faktual populasi dan peredaran jenis tumbuhan, serta adanya jenis tumbuhan
telah masuk dalam target produksi Rencana Kerja Tahunan dalam
pemanfaatan hutan pada Izin Usaha Pemanfaatan. Diantaranya sebagai
berikut:

No Nama Ilmiah Nama Indonesia

SATWA

1. MAMALIA

Balaenopteridae

1. Balaenoptera acutorostrata paus tombak

2. Balaenoptera bonaerensis paus minke antartika

3. Balaenoptera borealis paus sei

4. Balaenoptera edeni paus edeni

5. Balaenoptera musculus paus biru

6. Balaenoptera omurai paus omura

7. Megaptera novaeangliae paus bongkok

Bovidae

8. Bos javanicus banteng

9. Bubalus depressicornis anoa dataran rendah

10. Bubalus quarlesi anoa gunung


19

11. Capricornis sumatraensis kambing hutan sumatera

Canidae

12. Cuon alpinus anjing ajag

Cercopithecidae

13. Macaca maura monyet darre

14. Macaca nigra monyet yaki

15. Macaca ochreata monyet digo

16. Macaca pagensis beruk mentawai

17. Macaca tonkeana monyet boti

18. Nasalis larvatus bekantan

19. Presbytis comata lutung surili

20. Presbytis frontata lutung jirangan

21. Presbytis melalophos lutung simpai

22. Presbytis natunae kekah

23. Presbytis potenziani lutung joja

24. Presbytis rubicunda lutung merah

25. Presbytis thomasi lutung kedih

26. Simias concolor lutung simakobu

27. Trachypithecus auratus lutung budeng

Bucerotidae

240. Anorrhinus galeritus enggang klihingan


20

241. Anthracoceros albirostris kangkareng perut-putih

242. Anthracoceros malayanus kangkareng hitam

243. Berenicornis comatus enggang jambul

244. Buceros bicornis enggang papan

245. Buceros rhinoceros enggang cula

246. Rhabdotorrhinus corrugatus julang jambul-hitam

247. Rhabdotorrhinus exarhatus kangkareng sulawesi

248. Rhinoplax vigil rangkong gading

249. Rhyticeros cassidix julang sulawesi

250. Rhyticeros everetti julang sumba

251. Rhyticeros plicatus julang irian

252. Rhyticeros undulatus julang emas

Burhinidae

253. Burhinus grallarius wili-wili semak

254. Esacus magnirostris wili-wili besar

Cacatuidae

255. Cacatua alba kakatua putih

256. Cacatua galerita kakatua koki

257. Cacatua goffiniana kakatua tanimbar

258. Cacatua moluccensis kakatua maluku


21

259. Cacatua sanguiena kakatua rawa

260. Cacatua sulphurea kakatua jambul-kuning

261. Probosciger aterrimus kakatua raja

Capitonidae

262. Calorhamphus fuliginosus takur ampis-kalimantan

263. Caloramphus hayii takur ampis-sumatera

264. Psilopogon armillaris takur tohtor

265. Psilopogon chrysopogon takur gedang

266. Psilopogon corvinus takur bututut

267. Psilopogon eximius takur leher-hitam

268. Psilopogon henricii takur topi-merah

269. Psilopogon javensis takur tulung-tumpuk

270. Psilopogon lineatus takur bultok

271. Psilopogon monticola takur gunung

272. Psilopogon mystacophanos takur warna-warni

273. Psilopogon oorti takur bukit

274. Psilopogon pulcherrimus takur tengkuk-emas

275. Psilopogon pyrolophus takur api

276. Psilopogon rafflesii takur tutut

Caprimulgidae
22

277. Caprimulgus concretus cabak kolong

278. Eurostopodus diabolicus taktarau iblis

Casuariidae

279. Casuarius bennetti kasuari kerdil

280. Casuarius casuarius kasuari gelambir-ganda

281. Casuarius unappendiculatus kasuari gelambir-tunggal

Charadriidae

282. Charadrius alexandrinus cerek tilil

283. Charadrius javanicus cerek jawa

B. Perlindungan Hukum Terhadap Satwa Dilindungi


Pemerintahan baru memberi perhatian tentang lingkungan hidup
dengan terarah sejak konferensi Stockholm 1972.17 Undang-undang Nomor 4
Tahun 1982 merupakan salah satu peraturan perundang-undangan pertama
yang mengatur upaya lingkungan hidup, yang merupakan undang-undang
induk atau undang-undang paying (dikenal dengan istilah Kader Wet atau
Umbrella act) dibidang lingkungan hidup. Meskipun undang-undang ini tidak
mengatur secara spesifik terhadap perlindungan satwa, undang-undang ini
memiliki pokok bahasan lebih luas dan tidak memuat pasal-pasal yang secara
langsung menunjukan perlindungan terhadap potensi secara spesifik terhadap
perlindungan satwa, undang-undang ini memiliki pokok bahasan lebih luas
dan memuat pasal- pasal yang secara langsung menunjukan perlindungan
terhadap satwa secara spesifik. Meskipun Bab II Undang-undang ini mengatur

17
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), h., 30
23

azas, tujuan dan sasaran dari pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia


dimana makhluk hidup termasuk hewan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.78 Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup.18
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 ini di revisi dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 dimana dalam Pasal 4 merumuskan sasaran
pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah sumber daya secara bijaksana.
Perlindungan potensi satwa di Indonesia termasuk salah satu sasaran upaya
pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990
merupakan undangundang yang tercipta dari Lingkungan Hidup.
Pasal 2 hingga Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 memuat
ketentuan-ketentuan pokok pada bidang konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya yang melibatkan 3 (tiga) kegiatan yaitu, perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.19 Upaya tersebut diharapkan dapat membantu
pemerintah dan masyarakat memenuhi tanggung jawabnya dan kewajiban-
kewajibannya. Untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya
alam hayati keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Pemanfaatan jenis satwa liar dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan;
b. Penangkaran;
c. Perburuan;
d. Perdagangan;
e. Peragaan;

18
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
19
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
24

f. Pertukaran;
g. Budidaya tanaman obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk kesenangan.

Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 32 disebutkan, bahwa yang


dimaksud dengan zona pemanfaatan adalah bagian dari Kawasan Taman
Nasional yang dijadikan pusat rekreaksi dan kunjungan wisata, dan yang
dimaksud dengan zona lain adalah zona diluar kedua zona tersebut karena
fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba,
zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan sebagainya.

C. Tinjauan Siyasah Dusturiyah


1. Pengertian Siyasah Dusturiyah
Siyasah dusturiyah merupakan bagian kajian fiqh siyasah yang
didalamnya membahas mengenai prinsip-prinsip pokok yang menjadi
landasan bagi pemerintahan dalam sebuah negara yang perundang-undangan,
peraturanperaturannya, dan adat-istiadat masuk di dalamnya.
Secara etimologi, istilah siyasah berasal dari kata sasa yang bermakna
mengatur, mengurus dan memerintah atau pemerintahan, politik dan
pembuatan kebijaksanaan. Maka dari itu, dapat dipahami bahwa tujuan dari
siyasah adalah untuk mengatur, mengurus dan membuat kebijaksanaan atas
segala sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai sesuatu.20
Secara terminologi, dustur mengandung arti kumpulan kaidah yang
mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara sesama dari anggota
masyarakat dalam sebuah negara, baik yang tertulis (konstitusi) maupun yang
tidak tertulis (konvensi). Menurut Abdul Wahab Khallaf, prinsip-prinsip yang
diletakkan Islam dalam perumusan undang-undang dasar ini adalah jaminan
atas hak-hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan persamaan
kedudukan semua orang di mata hukum, tanpa membeda-beda stratifikasi
sosial, kekayaan, pendidikan dan agama.

20
Muhammad Ramadhan, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam dalam Fiqh
Siyasah, (Pekalongan, Nasya Expanding Management, 2019), h., 6
25

Menurut Muhammad Iqbal bahwa kata dusturi berarti juga konstitusi,


sebuah kata yang berasal dari bahasa persia yang artinya seseorang yang
memiliki otoritas dibidang politik maupun agama. Setelah mengalami
perkembangan bahasa tersebut mengalami penyerapan dalam bahasa arab
berkembang maknanya berarti asas, dasar atau pembinaan. Menurut istilah
dusturi berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan hubungan kerja
sama antara masyarakat dan negara baik yang tidak tertulis (konvensi)
maupun tertulis (konstitusi). Siyasah dusturiyah membahas konsep negara
hukum dalam siyasah dan hubungan simbiosis antara pemerintah dan warga
negara serta hak-hak yang wajib dilindungi.21

2. Konsep Siyasah Dusturiyah


Pembahasan siyasah dusturiyah ada empat konsep yang dibahas di
dalamnya yaitu:22
a. Konstitusi, disebut juga dengan dusturi, pada awal mulanya konstitusi
berupa pola hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang
ditentukan oleh adat istiadat. Namun selanjutnya melahirkan
pemikiran untuk menciptakan undang-undang sebagai konstitusi
tertulis sebagai pedoman dalam hubungan antara masyarakat dan
pemerintah;
b. Legislasi, atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah
altasyri’iyah, yaitu kekuasaan pemerintah Islam dalam membuat dan
menetapkan hukum (proses perumusan undang-undang);
c. Ummah diambil dari kata amma-yaummu yang diartikan sebagai
menuju, menumpu, dan meneladani. Menurut Ali Syariati makna
ummah terdiri dari tiga kata yaitu gerakan, tujuan dan ketetapan
kesadaran. Dengan demikian kata ummah berarti “jalan yang jelas”,
yaitu “sekelompok manusia yang bermaksud menuju jalan”;

21
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta,
Prenamedia Group, 2014), h., 25
22
Muhammad Ramadhan, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam dalam Fiqh
Siyasah, (Pekalongan, Nasya Expanding Management, 2019), h., 198
26

d. Syura dan Demokrasi, kata “syura” berasal dari sya-wa-ra yang secara
etimologis berarti mengeluarkan madu dari sarang lebah. Definisi
syura yang diberikan oleh pakar fiqh kontemporer di antaranya adalah
proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk
mencapai solusi yang mendekati kebenaran.23

Selain kesamaan terdapat juga perbedaan komparasi antara keduanya.


Karena mengingat makna syura ialah meminta pendapat (thalab ar-ra’yi),
sehingga ia merupakan sebuah mekanisme pengambilan pendapat dalam Islam
dan merupakan bagian dari proses sistem pemerintahan Islam (Nizham as-
Siyasah al-Islamiyah). Sedangkan demokrasi adalah suatu pandangan hidup
dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan sistem
pemerintahan, sehingga bukan sekedar proses pengambilan pendapat. 24
Menurut Al-Hasjimy konsep syura memang dapat ditafsirkan sebagai
demokrasi, tetapi konsep syura’ disini belum tentu identik dengan demokrasi.
Suatu bentuk pemerintahan republik yang demokratis memang dapat dianggap
telah meneladani para sahabat khulafa’ ar- rasyidin, namun teladan yang
dimaksud mengandung banyak variasi dalam penerapannya. Meskipun ada
persamaan antara syura dan demokrasi sebagaimana yang dinyatakan oleh
sebagian kalangan. Namun, terdapat perbedaan yang sangat substansial antara
keduanya.
Sebagian pemikir politik Islam ada yang beranggapan bahwa Negara
Islam itu merupakan negara teokrasi, sedangkan yang lainnya menganggap
Negara Islam sebagai demokrasi dan antinegara diktator. Penekanan mengenai
nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam berlaku untuk semua sistem dan bentuk
negara, karena yang berarti antara negara yang memberlakukan hukum positif
di Indonesia dan siyasah dusturiyah adalah perjuangan yang berada pada titik
yang sama. dan sejalan yaitu maqasid asy-syari’ah meliputi: hifdz al-din, hifdz
al-nafs, hifdz al-nasl, hifdz al-aql, hifdz al-amal.25
23
Ibid, h., 214
24
Ibid, h., 219
25
Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani Lubis, Ilmu Hukum dalam Simpul Siyasah
Dusturiyah: Refleksi atas Teori dan Praktek Hukum Tata Negara di Indonesia (Yogyakarta:
27

3. Konsep Mashlahah
Menurut Al-Ghazali, Al-maslahah ialah memelihara tujuan-tujuan
syara’. Al-maslahah dalam pengertian syar’i ialah meraih manfaat dan
menolak kemudaratan dalam rangka memelihara. tujuan syara’. Konsep
maslahah sebagai maksud dari pensyariatan (maqâshid al-syarî’ah) dan
mashlahah sebagai metode istinbat hukum menempati tempat utama dalam
pembahasan ushul fiqh dan hukum Islam, sehingga sejak Islam awal sampai
zaman kontemporer, banyak pemikir Islam yang mencurahkan pemikirannya
tentang konsep ini.
Kemaslahatan yang menjadi perhatian Islam tersebut, menurut al-
Ghazali mencakup lima hal lima unsur pokok manusia yang disebut al-
kulliyat al khams, yaitu: perlindungan terhadap agama (al-din), jiwa (al-nafs),
akal (al-'aql), keturunan (al-nasl), dan terakhir harta (al-mal). Sementara
menurut al-Syatibi harus memenuhi empat aspek: Pertama, didasarkan pada
teks (nash) dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta maqasid al-
shari'ah (al-musts wa al-ahkam bi maqasidiha); Kedua, mengkompromikan
antara pesan-pesan yang bersifat universal dan umum dengan dalil-dalil yang
bersifat parsial (al-jam'u bayn alkulliyat al 'amah wa al-adillah al-khasah);
Ketiga, berpedoman pada prinsip menarik maslahah dan menolak mafsadah
(jalb al-masalih wa dar'u al-mafasid); Keempat, mempertimbangkan hal-hal
yang mungkin terjadi dalam jangka panjang (itibar al-ma alat).
Upaya mewujudkan pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut, ulama
membaginya kepada tiga kategori sistematis yaitu:26

a. Maslahah daruriyyah (kemaslahatan primer);


Maslahat ini yang berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia
di dunia dan di akhirat atau dengan kata lain kebutuhan primer. Para ahli
Ushul Fiqh membagi kebutuhan mendasar yang menyangkut eksistensi
manusia menjadi lima pokok yaitu: a) Hifz Ad-Din (memelihara agama); b)
Semesta Aksara, 2019), h., 187
26
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka
Cendikiawan Muda, 2018), h., 11.
28

Hifz An-Nafs (memelihara jiwa); c) Hifz Al-Aql (memelihara akal); d) Hifz


An-Nasl (memelihara keturunan); dan e)Hifz Al-Mal (memelihara harta).
Apabila kemaslahatan ini hilang, maka kehidupan manusia akan hancur
karenanya, dan tidak akan selamat baik di dunia maupun di akhirat.

b. Maslahah hajiyyah (kemaslahatan sekunder);


Maslahat ini yang dibutuhkan dalam menyempurnakan
kemaslahatan pokok atau mendasar sebelumnya yang berbentuk keringanan
untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan dasar manusia. Dengan
kata lain mashlahah hajiyyah merupakan kebutuhan sekunder dimana suatu
hal yang dibutuhkan bagi manusia penting namun tidak mencapai tingkat
dharury. Seandainya kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam kehidupan
manusia, tidak akan meniadakan atau merusak kehidupan itu sendiri,
namun keberadaannya dibutuhkan untuk memberi kemudahan dalam
kehidupannya. Contohnya seperti membangun sekolah untuk meningkatkan
kualitas akal, walaupun jika tidak sekalipun juga tidak masalah sebab
keilmuan dapat diambil dari lingkungan terdekat.

c. Maslahah tahsiniyyah (kemaslahatan tersier).


Maslahat ini sifatnya sebagai pelengkap berupa keleluasan yang
dapat melengkapi keemaslahatan sebelumnya Dengan kata lain adalah
sesuatu kebutuhan hidup yang sifatnya komplementer dan lebih
menyempurnakan kesejahteraan hidup manusia Jika maslahat tahsiniyyah
ini tidak terpenuhi, maka kemaslahatan hidup manusia akan terasa kurang
indah dan kurang nikmat, walaupun tidak sampai menimbulkan
kemelaratan dan kebinasaan hidup. Keberadaannya dikehendaki untuk
kemuliaan akhlak dan kebaikan tata tertib pergaulan.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam penelitian ini.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
kondisi objek yang alamiah dengan menjadikan peneliti sebagai instrumen
kunci dan hasil penelitian yang dihasilkan lebih menekankan makna daripada
generalisasi.27 Kriteria data yang digunakan dalam jenis penelitian kualitatif
merupakan data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya dengan
menyingkap motif yang ada dibaliknya.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data tidak dipengaruhi oleh teori,
tetapi dipandu oleh fakta-fakta lapangan yang ditemukan selama penelitian
berlangsung baik di dinas terkait maupun di lokasi penelitian. Lalu, hasil
analisis data di lapangan disajikan berdasarkan fakta-fakta temuan yang
dikonstruksikan menjadi hipotesis sesuai pedoman.28 Jenis penelitian ini
peneliti ambil dengan tujuan agar dapat memunculkan temuan baru dalam
pengembangan masalah dengan bersinggungan langsung dengan realitas yang
terjadi secara natural tanpa mengubah kondisi objek penelitian saat peneliti
masuk maupun saat berada dalam objek.

2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
dengan menguraikan data secara naratif setelah pengumpulan data. 29 Metode
deskriptif itu sendiri adalah metode penelitian dengan menggambarkan
berbagai macam gejala dan fakta yang ada dalam kehidupan sosial secara
lebih mendalam.30 Sedangkan metode analisis deskriptif ialah gambaran
berupa narasi maupun statistik yang digunakan untuk menganalisis data
27
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 234
28
Ibid, h., 235
29
Bagong, Suyatno, Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta, Prenadamedia Group, 2013), h., 166
14

dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya


tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.31
Dalam penelitian ini, peneliti mengelola data yang telah didapatkan
dalam bentuk narasi sistematis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Peneliti
menggunakan metode ini agar dapat merincikan secara sistematis dan
mendetail tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan yuridis
empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai
pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 32 Pendekatan ini
dilakukan dengan mempelajari latar belakang suatu keadaan dan interaksi sosial
baik secara individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti berinteraksi langsung ke dinas terkait dan ke
lapangan dalam rangka mengamati dan mendapatkan informasi melalui beberapa
pertanyaan terhadap fenomena yang sedang diteliti tanpa mengubah keadaan
menjadi terbarukan. Peneliti menggunakan pendekatan ini agar dapat
mendapatkan temuan baru dengan bersinggungan langsung dengan objek
penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis data yang yang disajikan akan berbentuk
deskripsi dan narasi atau non-numerik. Peneliti akan mencari teori dalam
menjelaskan perihal data yang ditemukan, dan teori ini memiliki fungsi untuk
memperkuat peneliti sebagai instrumen kunci sehingga peneliti memiliki
kemampuan dalam menggali informasi secara lengkap dan mendalam.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta,
2009), h., 35
31
Ibid, h., 21
32
Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004) hlm 134.
15

Sedangkan sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer,
sekunder, dan tersier yang bersifat perposif, yaitu sumber data yang dianggap
menjadi representasif dalam memenuhi tujuan penelitian. 33 Diantaranya sebagai
berikut:
1. Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data yang memberikan data kepada
peneliti secara langsung dan merupakan sumber data inti. 34 Sumber data
primer dalam penelitian ini sekaligus data utama ada beberapa data yaitu:
a. Narasumber dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait
perlindungan lingkungan dan ekosistem yaitu pihak Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat;
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

2. Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah sumber data yang memberikan data
kepada peneliti secara tidak langsung seperti pendapat ahli dalam bidang
tertentu maupun dokumen.35 Sumber data sekunder dalam penelitian ini
didapatkan dari studi kepustakaan yang berasal dari buku, jurnal, hasil karya
ilmiah dan literatur hukum lainnya yang memberikan penjelasan terhadap data
primer mengenai pekerja anak.

3. Data Tersier

33
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 216
34
Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori Edisi 1 Cetakan ke 2,
(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h., 15
35
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 216
16

Data hukum tersier adalah data hukum yang memberikan tambahan


literatur atas data primer dan sekunder. Data tersier dalam penelitian ini adalah
kamus dan ensiklopedia hukum Islam.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data peneliti akan memasuki situasi sosial tertentu
sebagai objek penelitian dengan beberapa teknik antara lain:
1. Observasi
Observasi yang dimaksud peneliti ialah teknik observasi pasif. Dalam
hal ini peneliti memposisikan diri menjadi orang luar dengan tidak ikut
berpartisipasi dalam kegiatan.36 Peneliti pengumpulan data dengan datang ke
tempat kegiatan untuk meminta kelengkapan data, dengan kata lain datang
langsung ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.
Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
melaksanakan observasi antara lain:
a. Langkah pertama dalam penelitian ini, yaitu mengisi formulir
pelayanan akademik berupa permohonan surat izin penelitian dan
surat izin observasi/wawancara kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung untuk
perizinan kepada lembaga atau instansi yang terlibat langsung dalam
penelitian ini;
b. Langkah kedua, setelah mendapatkan surat izin penelitian dan surat
izin observasi/wawancara selanjutnya peneliti mengirimkan surat
tersebut kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat;
c. Langkah ketiga, menunggu konfirmasi izin penelitian dan izin
observasi dari lembaga atau instansi yang terlibat langsung dalam
penelitian ini,
d. Langkah keempat, menyusun pedoman instrumen penelitian sebagai
pedoman dalam penelitian,
36
Ibid, h., 285
17

e. Dan langkah terakhir yaitu setelah mendapatkan izin observasi maka


penelitian langsung mengumpulkan data di tempat yang terkait.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Wawancara juga merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.37
Dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam
penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada narasumber yang terkait di
bidang yang akan diteliti yaitu Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam.

3. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara
menelusuri dan mempelajari buku, jurnal, penelitian terdahulu, disertasi, tesis,
artikel, kaidah siyasah, dan referensi yang terkait dengan bahasan untuk
menambah kekayaan literatur penelitian.
Berdasarkan karakteristiknya maka penelitian kepustakaan tergolong
dalam metode penelitian kualitatif. Sedangkan dari segi alat atau instrument
penelitian, penelitian kualitatif yang menggunakan wawancara dan observasi,

37
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 288-289
18

berubah menjadi analisis teks dan wacana pada metode penelitian


kepustakaan.38

E. Teknik Analisi Data


Teknik analisis data adalah proses melakukan analisis terhadap data
dengan menyusun secara sistematis data yang sudah diperoleh lalu
mengorganisasikan data ke dalam kategori yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam teorisasi model deduktif seperti penelitian ini, teori akan dijadikan sebagai
alat dalam menjawab penelitian, dan membantu peneliti menggunakan teori-teori
yang digunakan dalam penelitian sebagai bahan atau instrumen dalam melihat
permasalahan penelitian. Menggunakan teorisasi deduktif biasanya akan
disimpulkan dengan bahasan mengenai teori tersebut akan menerima, mendukung
atau memperkuat, meragukan dan mengkritik, serta merevisi atau membantah
hingga menolak teori.
Dalam menganilisis data, peneliti menggunakan beberapa tahapan yang
dilakukan diantaranya:
a. Pengumpulan data data awal atau data sekunder untuk menentukan fokus
penelitian,
b. Pengumpulan data pokok atau data primer melalui wawancara, observasi
lapangan, dokumentasi dan studi kepustakaan,
c. Melakukan reduksi data dengan mensortir dan mengklarifikasi data yang
diperlukan untuk penelitian,
d. Penarikan kesimpulan.

F. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana
penelitian akan dilakukan. Tempat yang diambil peneliti dalam
melakukan penelitian di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa

38
Amir Hamzah, Metode Penelitian dan Pengembangan-Research Development Uji
Produk Kuantitatif dan Kualitatif Proses dan Hasil, (Malang, Literasi Nusantara, 2019), h., 31
19

Barat tepatnya Jl. Gedebage Selatan No.117, Rancabolang, Kec.


Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian sebagaimana telah ditentukan di
atas akan dilaksanakan pada tahun 2022-2023 dengan rincian
sebagaimana berikut:

Tabel 1.1 Rencana Judul Penelitian


Sumber: Wildani Huda 2022
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa barat
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat disingkat
BBKSDA atau Balai Besai KSDA merupakan unit pelaksana teknis setingkat
eselon II di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem dalam naungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia.
Visi, Misi, dan Tujuan Balai Besai KSDA Jawa Barat sesuai dengan
Kementrian LHK dan Presiden serta Wakil Presiden Republik Indonesia.
Visi Presiden-Wakil Presiden adalah "Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong".
Langkah yang yang ditempuh untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam
sembilan Misi Pembangunan Nasional yaitu:
a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing;
c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya;
g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga;
h. Pengelolaan pembangunan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan
i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

Kedua pilar ini harus didukung oleh tata kelola pembangunan


lingkungan hidup dan kehutanan yang baik pada seluruh lingkup tugas, fungsi
dan kewenangan Kementrian LHK, dari tingkat pusat hingga tingkat
tapak/lapangan. Visi dan Misi tersebut kemudian diselaraskan untuk menjadi
visi dan misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan Visi
21

Kementrian LHK yaitu "Terwujudnya Keberlanjutan Sumber Daya Hutan dan


Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan Masyarakat dalam mendukung
"Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong".
Pada pernyataan Visi Kementrian LHK di atas, terdapat dua kata
kunci, yaitu keberlanjutan dan kesejahteraan. Makna dari pernyataan Visi
Kementrian LHK tersebut yakni:

a. Keberlanjutan berarti pembangunan yang dilaksanakan oleh


Kementrian LHK harus dapat menjaga kelestarian sumber daya hutan,
kualitas lingkungan hidup, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat
serta meningkatkan pembangunan yang inklusif disertai dengan
pelaksanaan tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas dan
taraf hidup masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya; dan
b. Kesejahteraan berarti tercapainya perbaikan kualitas dan taraf hidup
masyarakat Indonesia.

Rumusan Misi Presiden dan Wakil Presiden yang terkait dengan


Kementrian LHK adalah Misi ke-4 yaitu: "Mencapai Lingkungan Hidup yang
Berkelanjutan". Untuk itu, rumusan Misi Kementrian LHK yaitu:

a. Mewujudkan Sumber Daya Hutan yang Lestari dan Lingkungan Hidup


yang Berkualitas;
b. Mewujudkan Manfaat Hutan yang Berkeadilan dan Berkelanjutan;
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Kementrian LHK yang Inovatif
dan Berdaya Saing; dan
d. Mewujudkan Tata Kelola Pembangunan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang Baik.

Tujuan pembangunan Kementrian LHK adalah sebagai berikut:


a. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mengatasi perubahan
iklim;
b. Meningkatkan kontribusi sumber daya hutan beserta ekosistemnya
untuk perekonomian nasional;
22

c. Mengoptimalkan pengelolaan dan distribusi manfaat hutan yang


berkeadilan dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat; dan
d. Meningkatkan tata kelola pembangunan lingkungan hidup dan
kehutanan yang baik.

2. Gambaran Umum Penelitian dalam Bentuk Matriks


Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
Judul P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat
Perspektif Siyasah Dusturiyah.

1. Masih adanya beberapa permasalahan terkait


meningkatnya tren permintaan atas satwa liar;
2. Anggaran Balai Besar Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Barat mengalami penurunan
dikarenakan masa pemulihan pasca covid-19;

Permasalahan 3. Masih kurangnya sarana dan prasarana


pendukung dalam Penyelenggaraan konservasi
satwa dan tumbuhan yang dilindungi; dan
4. Masih kurangnya kesadaran dan sumber daya
manusia yang menguasai informasi teknologi
dalam mencegah adanya perdagangan satwa
dilindungi.
Variabel Variabel pertama menggunakan Teori Donald S.
Van Meter dan Carl E. Van Horn, meliputi:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan;


2. Sumber Daya;
3. Komunikasi Antarorganisasi dan Penguatan
Aktivitas;
4. Karakteristik Agen Pelaksana;
23

5. Disposisi/Sikap Pelaksana; dan


6. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik.

Variabel kedua menggunakan tiga kaidah


maslahah, meliputi:

1. Maslahah daruriyyat (kemaslahatan primer);


2. Maslahah hajiyyat (kemaslahatan sekunder); dan
3. Maslahah tahsiniyyat (kemaslahatan tersier).
1. Fasilitas Penunjang (Supporting Facilities);
2. Barang dan Jasa Pelengkap (Complimentary
Indikator Products/Services);
3. Layanan Eksplisit (Explicit Services); dan
4. Manfaat Tersirat (Implicit Services).
Sumber Data Sumber Data Primer:

1) Yoga Sutisna (Polisi kehutanan pertama Balai


Besar Konservasi Sumber Daya Alam)
Sumber Data Sekunder:
a) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi;
b) Laporan Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat
Tahun 2022;
c) Laporan Kinerja Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik
Tahun 2022;
d) Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan
Konservasi Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem;
e) Statistik Direktorat Jenderal Konservasi Sumber
24

Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2022


f) Rencana Kerja Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2023;
g) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
h) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan;
i) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
j) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention
on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora;
k) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1987 tentang Pengesahan Amandemen
1979 atas Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora,
1973;
l) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 92
Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkugan
Hidup dan Kehutanan; dan
m) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No.P.22/MENLHK/SETJEN/Kum.
1/5/2019 tentang Lembaga Konservasi.
Metodologi 1. Metode Penelitian yang digunakan yaitu
Penelitian Deskriptif Analitis;
2. Pendekatan yang digunakan yaitu Yuridis
Empiris;
3. Jenis Penelitian yang digunakan Kualitatif;
25

4. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan


berupa:
a. Wawancara,
b. Observasi,
c. Studi Kepustakaan.
5. Teknik Analisis Data yang digunakan berupa:
a. Reduksi Data,
b. Penyajian Data,
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018
Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi di Kota
Bandung

Penyelenggaraan upaya konservasi tumbuhan dan satwa yang terancam


punah menjadi tanggung jawab dan dilindungi oleh Pemerintah selaku
pengelola Negara, yang dalam hal ini dibantu oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) dan diwakili oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa barat sebagai unit
pelaksana teknis. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkugan
Hidup dan Kehutanan. Dalam menyelenggarakan upaya konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Balai Besar KSDA Jawa Barat
antara lain menjalankan mandat pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, serta beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh
26

Pemerintah Republik Indonesia dan berkaitan dengan konservasi


keanekaragaman hayati.
Bapak Yoga Sutisna selaku Polisi kehutanan Pertama di Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat yang penulis wawancara
menjelaskan bahwa Balai Besar KSDA Jawa Barat adalah unit pelaksana
teknis dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
dan kementrian lingkungan hidup dan kehutanan yang didalamnya salah satu
tugas dan fungsinya itu bagaimana melestarikan tumbuhan dan satwa yang
dilindungi di Negara kita yang sudah diamanatkan dari aturan yang berlaku.39
Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam menjalankan tugasnya sebagai
unit pelaksana teknis dari Ditjen KSDAE akan menjadi bagian yang
mendukung upaya pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan Ditjen KSDAE dan KLHK melalui pelaksanan Program dan
Kegiatan dalam mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan sesuai
dengan Rumusan tujuan pembangunan KLHK yang diselaraskan juga dengan
tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs).
Dengan berpedoman pada rumusan tujuan dan memperhatikan keterkaitan
dengan pernyataan Visi dan Misi Presiden serta dua pilar Kementrian LHK,
maka rumusan sasaran strategis KLHK tersebut dibagi menjadi 4 (empat)
sasaran strategis, yaitu:40

a. Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan yang berkualitas serta tanggap


terhadap perubahan iklim.
b. Tercapainya optimalisasi manfaat ekonomi sumberdaya hutan dan
lingkungan sesuai dengan Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan.
c. Terjaganya keberadaan, fungsi dan distribusi hutan yang berkeadilan
dan berkelanjutan.
d. Terselenggaranya tata kelola dan inovasi pembangunan lingkungan
hidup dan kehutanan yang baik serta kompetensi SDM LHK yang

39
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB
40
Laporan Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2022 hlm. 11
27

berdaya saing.
Kawasan hutan dan konservasi perairan di Indonesia, berdasarkan
fungsi pokoknya terdiri atas kawasan hutan konservasi, kawasan hutan
lindung, dan kawasan hutan produksi. Adapun kawasan konservasi sendiri,
berdasarkan fungsinya secara lebih detail terdiri atas kawasan cagar alam,
suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya,
serta taman buru. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat tidak
hanya sebatas menangani pengelolaan kawasan konservasi, melainkan juga
sebagai otoritas pengelolaan keanekaragaman hayati dengan ruang lingkup
keseluruhan wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten sebagaimana
diamanatkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora, serta Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora, 1973.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Balai Besar
KSDA Jawa Barat yang bertugas untuk menyelenggarakan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, diamanatkan untuk melaksanakan perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik untuk
mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya dalam mendukung Tujuan Pembangunan KLHK yaitu
Meningkatkan kontribusi sumber daya hutan beserta ekosistemnya untuk
perekonomian nasional, sehingga sasaran yang ingin dicapai adalah kekayaan
keanekaragaman hayati dapat berfungsi dalam mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia berasaskan keserasian dan
keseimbangan.
Kementrian LHK mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Pasal 1 Menetapkan jenis
28

tumbuhan dan satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Adapun arah kebijakan dan strategi yang dijalankan Balai Besar
KSDA Jawa Barat Tahun 2020-2024 sejalan dengan kebijakan dan strategi
KLHK yang meliputi:

a. Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan yang berkualitas serta tanggap


terhadap perubahan iklim yang mencakup pencegahan pencemaran dan
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, penanggulangan
pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
pemulihan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan hidup, mitigasi dan adaptasi serta ketahanan terhadap
perubahan iklim, peningkatan kualitas lingkungan hidup secara
menyeluruh di setiap sektor pembangunan dan di daerah, penurunan laju
deforestasi dan pemulihan DAS dan perlindungan sumber daya air dan
ekosistemnya;
b. Tercapainya optimalisasi manfaat ekonomi sumberdaya hutan dan
lingkungan sesuai dengan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan yang mencakup peningkatan daya saing produk kehutanan
dan perkuatan sirkular ekonomi untuk mendukung perekonomian
nasional, dan peningkatan pengelolaan hutan konservasi dan upaya
konservasi keanekaragaman hayati;
c. Tercapainya keberadaan, fungsi dan distribusi manfaat hutan yang
berkeadilan dan berkelanjutan, yang mencakup pemantapan kawasan
hutan untuk menjaga keberadaan, fungsi dan distribusi manfaat hutan
yang berkelanjutan dan berkeadilan, dan peningkatan akses kelola hutan
dan penguatan ekonomi masyarakat di sekitar hutan;
d. Terselenggaranya tata kelola dan inovasi pembangunan lingkungan
hidup dan kehutanan yang baik serta kompetensi SDM LHK yang
berdaya saing, yang mencakup penguatan tata kelola pembangunan
LHK serta peningkatan produktivitas dan daya saing ASN KLHK dan
non-aparatur LHK.
29

Program, Balai Besar KSDA Jawa Barat lebih ke arah preventif


berupa himbauan kemasyarakat, lalu sosialiasi terkait aturan-aturan yang
berlaku, bagaimana cara pencegannya, bagaimana melestarikannya, lalu ada
yang berkaitan dengan bisnis namun harus sesuai dengan kaidah hukum dan
aturan yang berlaku. BKSDA dibawahnya ada beberapa bidang wilayah dan
terkait pencegahan dan pelestarian ada disana baik itu ada dalam kawasan
maupun luar kawasan. Dan ada kawasan khusus yang dijaga kelestariannya
seperti konservasi.41
Ditjen KSDAE memiliki paradigma baru dalam mengelola kawasan
konservasi yang tertuang dalam Sepuluh cara meningkatkan kelola kawasan
konservasi antara lain, yaitu: (1) masyarakat sebagai subyek pengelolaan, (2)
penghormatan pada HAM, (3) kerja sama lintas eselon I KLHK, (4) kerja
sama lintas kementerian, (5) penghormatan nilai budaya dan adat, (6)
kepemimpinan multi level, (7) pengambilan keputusan berbasis sains, (8)
pengelolaan berbasis resort (lapangan), (9) pemberian penghargaan dan
pendampingan, dan (10) membangun "organisasi pembelajar".
Berangkat dari paradigma baru Ditjen KSDAE tersebut, Balai Besar
KSDA Jawa Barat mempunyai sasaran antara lain:42

a. Meningkatnya ruang perlindungan keanekaragaman hayati;


b. Meningkatnya nilai ekspor pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar;
c. Meningkatnya pengelolaan jasa lingkungan kawasan konservasi dan
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar secara lestari;
d. Meningkatnya ruang usaha bagi masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi;
e. Meningkatnya efektivitas pengelolaan hutan konservasi.

Ditjen KSDAE mengalami perubahan program yang semula dari 1


(satu) Program yaitu Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dengan 6
(enam) kegiatan, sekarang menjadi 3 (tiga) Program yaitu:

a. Dukungan Manajemen dengan Kegiatan Dukungan Manajemen dan


Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen KSDA.
b. Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dengan Kegiatan:
41
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB
42
Laporan Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2022 hlm. 13
30

1) Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam


2) Pengelolaan Kawasan Konservaat
3) Konservasi Spesies dan Genetik
4) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
c. Kualitas Lingkungan Hidup dengan Kegiatan Pembinaan Konservasi
Ekosistem Esensial.
Adapun indikator kinerja untuk masing-masing Kegiatan adalah
sebagai berikut:

a. Kegiatan Pemolaan dan Informasi


1) Luas kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan
nilai keanekaragaman tinggi secara partisipatif (Juta Hektar);
2) Jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan pemantapan
(prakondisi) status dan fungsi (Unit KK); dan
3) Jumlah mekanisme balai kliring keanekaragaman hayati
(Mekanisme)
b. Kegiatan Pengelolaan Kawasan Konservasi
1) Jumlah desa di kawasan konservasi yang mendapatkan
pendampingan dalam rangka pemberdayaan masyarakat (Desa);
2) Luas pemberian akses pemanfaatan tradisional kepada masyarakat di
kawasan konservasi melalui kemitraan konservasi (Ribu Hektar);
3) Luas opened area di kawasan konservasi yang ditangani (Ribu
Hektar); dan
4) Jumlah unit Kawasan Konservasi yang ditingkatkan efektivitas
pengelolaannya (unit KK).
c. Kegiatan Konservasi dan Genetik
1) Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif (Juta Hektar);
2) Jumlah entitas pemanfaatan keanekaragaman spesies dan genetik
TSL (Entitas);
3) Jumlah entitas perlindungan dan pengawetan keanekaragaman
spesies dan genetik TSL (Entitas);
31

4) Jumlah sistem pendanaan konservasi keanekaragaman hayati


(Sistem); dan
5) Jumlah Pusat Konservasi yang dibangun (Unit).
d. Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
1) Jumlah destinasi wisata alam prioritas (Destinasi);
2) Jumlah Entitas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Non Wisata Alam
(Entitas);
3) Jumlah Destinasi Wisata Alam Science, Academic, Voluntary,
Education (Destinasi); dan
4) Jumlah destinasi wisata alam bahari (Destinasi).
e. Pembinaan Konservasi Ekosistem Esensial
1) Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif di luar kawasan
konservasi (Juta Hektar); dan
2) Jumlah kawasan ekosistem esensial yang ditingkatkan efektivitas
pengelolaannya (Unit KEE).
f. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Ditjen KSDAE
1) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi (SAKIP) Direktorat Jenderal
KSDA dan Ekosistem minimal 80,00 (Poin);
2) Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan; dan
3) Level Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Sebagaimana telah disebutkan diatas, setelah adanya redesign


program dan kegiatan pada Ditjen KSDAE, maka Balai Besar KSDA Jawa
Barat bertanggung jawab terhadap pencapaian target kinerja pada 6 (enam)
kegiatan lingkup Ditjen KSDAE. Hal tersebut merupakan manifestasi dari
mandat, tugas, dan fungsi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai Unit
Pelaksana Teknis yang menyelenggarakan kegiatan konservasi secara eksitu
maupun insitu.
Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No.P.22/MENLHK/SETJEN/Kum.1/5/2019 tentang Lembaga Konservasi
32

bahwa berdasarkan fungsinya lembaga konservasi dibedakan menjadi


lembaga konservasi untuk kepentingan umum dan lembaga konservasi untuk
kepentingan khusus. Lembaga Konservasi untuk kepentingan umum adalah
lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di
luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga
non-pemerintah yang dalam peruntukan dan pengelolaannya mempunyai
fungsi utama dan fungsi lain untuk kepentingan umum. Sedangkan Lembaga
Konservasi Untuk Kepentingan Khusus adalah lembaga yang bergerak di
bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ),
baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah yang
dalam peruntukan dan pengelolaannya difokuskan pada fungsi penyelamatan
atau rehabilitasi satwa.
Ditjen KSDAE telah menetapkan target kinerja dan indikator kinerja
kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati tahun 2021-2024 secara
nasional. Sebagai unit pelaksana teknis Ditjen KSDAE, Balai Besar KSDA
Jawa Barat dituntut untuk mendukung pencapaian target kinerja kegiatan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati yang telah ditetapkan tersebut dengan
melihat skala prioritas serta sumber daya yang dimiliki. Tabel dibawah
memperlihatkan target kinerja dan indikator kinerja kegiatan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati pada Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2020 -
2024.

Tabel 4.1 Target Kinerja dan Indikator Kinerja Kegiatan pada


BBKSDA

No INDIKATOR TARGET KINERJA


KINERJA
KEGIATAN 2020 2021 2022 2023 2024

1. Nilai SAKIP Direktorat


Jenderal KSDAE 80 78 78,5 79 79,5 80
poin

2. Luas kawasan hutan 24.656 39.742 48.213 57.866 63.894


33

yang diinventarisasi dan


diverifikasi dengan nilai
keanekaragaman hayati
tinggi secara partisipatif
di dalam kawasan
konservasi (Ha)

3. Jumlah simpul data


Keanekaragaman
Hayati yang 1 1 1 1 1
dikembangkan
(Dokumen)

4. Luas opened area di


kawasan konservasi 342 1.485 2.628 3.770 4.912
yang ditangani (Ha)

5. Jumlah Desa di sekitar


kawasan konservasi
yang mendapatkan
kemitraan konservasi
pada blok/zona 19 36 52 72 102
tradisional atau
Peningkatan Usaha
Ekonomi Produktif
(Desa)

6. Jumlah Kawasan
Konservasi yang
ditingkatkan Efektivitas 1 5 11 17 23
Pengelolaannya (Unit
KK)

7. Luas kawasan hutan yag


diinventarisasi dan
diverifikasi dengan nilai 332.56 332.59
329.566 332.581 332.611
keanekaragaman hayati 6 6
tinggi secara partisipatif
(Ha)

8.  Jumlah entitas
2 38 80 136 204
pemanfaatan
34

keanekaragaman
spesies dan genetik
TSL
 Jumlah entitas
perlindungan dan
pengawetan
keanekaragaman
spesies dan genetik
TSL (Unit)
9. Jumlah Destinasi
Wisata Alam Science,
1 1 1 1 1
Academic, Voluntary,
Education (Destinasi)

10. Luas Kawasan yang


diinventarisasi dan
diverifikasi dengan nilai
255.17 255.17
kehati tinggi secara 255.170 255.170 255.170
0 0
partisipatif di luar
Kawasan Konservasi
(Ha)

11. Jumlah Kawasan


Ekosistem Esensial
yang ditingkatkan
1 2 3 4 5
Efektivitas
Pengelolaannya (Unit
KEE)

Rekapitulasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pemanfaatan


jenis tumbuhan dan satwa liar persatuan kerja tahun 2022 Balai Besar KSDA
Jawa Barat itu sebanyak Rp. 1.382.850.709. Dengan jumlah unit penangkar
tumbuhan dan satwa liar yang bertambah setiap tahunnya pada tahun 2019
ada 190 unit, tahun 2020 ada 158 unit, tahun 2021 ada 159, dan tahun 2022
ada 284 unit. 43
Peredaran jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan oleh satuan kerja
Balai Besar KSDA Jawa Barat, dibawah pengawasan dan koordinasi
43
Statistik Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2022,
hlm. 157.
35

Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik


(KKHSG) dalam pelaksanaannya. Dukungan anggaran per Unit Pelaksana
Teknis untuk mendukung capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang
dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2022
tersebut untuk Balai Besar KSDA Jawa Barat dengan pagu sebesar Rp.
212.450.000.44
Kegiatan dukungan manajemen dan tugas teknis Balai Besar KSDA
Jawa Barat yang dianggarkan oleh Ditjen KSDAE adalah sebagai berikut:45

a. Jumlah desa di kawasan konservasi yang mendapatkan pendampingan


dalam rangka pemberdayaan masyarakat ada 21 Desa dengan anggaran
sebesar Rp. 2.114.000.000.
b. Luas pemberian akses pemanfaatan tradisional kepada masyarakat di
kawasan konservasi melalui kemitraan konservasi yakni 500 Hektar
dengan anggaran sebesar Rp. 300.000.000.
c. Jumlah Kader Konservasi yang dibina melalui upaya Bina Cinta Alam,
Kader Bina Cinta Alam yang dilibatkan dalam Pengelolaan Kawasan
Konservasi yakni 5 orang 4 dengan anggaran sebesar Rp 3.000.000.
d. Unit kemitraan konservasi yang ditingkatkan kualitas usahanya ada 21
Kelompok dengan anggaran sebesar Rp. 300.000.000.
e. Luas penanganan konflik tenurial di kawasan konservasi yakni 100
Hektar dengan anggaran sebesar Rp. 80.000.000.
f. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan perlindungan penanganan
ada 48 Unit Kelompok Kerja dengan anggaran sebesar Rp.
1.300.000.000.
g. Jumlah kawasan konservasi yang dinilai efektivitas pengelolaannya ada
23 Unit Kelompok Kerja dengan anggaran sebesar Rp. 66.000.000.

44
Laporan Kinerja Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik
Tahun 2022, hlm. 49.
45
Rencana Kerja Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun
2023, hlm. 56.
36

h. Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai


keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif yakni 209 Hektar
dengan anggaran sebesar Rp. 907.100.000.
i. Jumlah entitas pemanfaatan keanekaragaman spesies dan genetik TSL
ada 40 Entitas dengan anggaran sebesar Rp. 213.800.000.
j. Jumlah Destinasi Wisata Alam ada 1 Destinasi dengan anggaran sebesar
Rp. 800.000.000.
k. Luas ekosistem yang dipulihkan ada 1 Unit KEE 200.000.000
l. Jumlah entitas perlindungan dan pengawetan keanekaragaman spesies
dan genetik TSL ada 12 Entitas dengan anggaran sebesar Rp.
116.968.000.
m. Jumlah penyelamatan satwa liar ada 10 Kejadian dengan anggaran
sebesar Rp. 547.532.000.

Kebijakan dan program yang dikeluarkan oleh Ditjen KSDAE dan


dilaksanakan melalui Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan sebuah sikap
yang strategis dalam upaya konservasi tumbuhan dan satwa yang dilindungi
dan melaksanakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa adanya kesungguhan komitmen
Pemerintah khususnya dalam hal ini diwakili Balai Besar KSDA Jawa Barat.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang dilindungi di Kota Bandung

Kebijakan pelaksanaan upaya konservasi tumbuhan dan satwa yang


dilindungi yang telah dilaksanakan dan diuraikan pada pembahasan diatas
tentunya tidak terlepas dari kekurangan. Melalui observasi yang dilakukan,
terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan Peraturan
37

Menteri LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang Jenis


Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi.

Masa pandemi Covid-19 sampai tahun 2022 kemarin masih terasa sehingga
Balai Besar KSDA Jawa Barat memberlakukan beberapa kebijakan terkait
kegiatan di luar kantor dan kehadiran pegawai sebagai upaya untuk memutus
rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan kerja.

Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat berdasarkan penilaian IKK yang
merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pencapaian pencapaian sasaran
kegiatan. Refocusing Anggaran Tahun Anggaran 2022 Pelaksanaan kegiatan pada
tahun 2022 didukung dengan anggaran sebagaimana dialokasikan dalam DIPA
tahun 2022. Anggaran pada DIPA untuk mendukung capaian IKK tahun 2022
tersebut dengan pagu sebesar Rp. 212.450.000. IKK tahun 2022 tersebut
merupakan salah satu strategi pelaksanaan program Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem yang wajib disukseskan. Pemulihan ekosistem bertujuan
untuk mengembalikan ekosistem kembali ke tingkat/ kondisi aslinya, atau kepada
kondisi masa depan tertentu (Desired Future Condition/ DFC) sesuai dengan
tujuan pengelolaan kawasan hingga mencapai Sustainable Development Goal.

Pemulihan ekosistem di kawasan konservasi juga merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari target rehabilitasi nasional yang telah ditentukan oleh
KLHK, maka perlu penyelarasan dan sinergi dengan para pihak terkait kebijakan,
target-target lokasi rehabilitasi/pemulihan ekosistem, pemetaan terhadap
ketersediaan sumberdaya anggaran yang dapat digunakan serta tindak lanjut
mekanisme implementasinya. Sehingga diharapkan akan ada kebijakan yang
selaras antar parapihak terkait implentasi kegiatan pemulihan ekosistem di
kawasan konservasi di tingkat tapak.

Secara umum penyebab menurunnya jumlah satwa langka di Indonesia


terdapat 4 faktor. Pertama, Kerusakan Habitat yang disebabkan karena aktivitas
manusia. Kedua, penangkapan dan perburuan. Ketiga, perburuan liar dan
perdagangan satwa liar. Keempat, perubahan iklim di Indonesia.

Mekanisme upaya perlindungan hukum Balai Besar KSDA Jawa Barat


bekerja sama dengan aparat penegak hukum lainnya dengan pihak kepolisian baik
itu reserse kriminal khusus, berkolaborasi terkait penegakan hukum perdagangan
satwa ilegal, dan juga sebaliknya Balai Besar KSDA Jawa Barat juga suka di ajak
Aparat Penegak Hukum (APH) lainnya untuk berkolaborasi baik itu dalam proses
pelaksanaanya, atau naik ke proses persidangan dilibatkan sebagai saksi atau saksi
ahli. Kemitraan secara khusus MoU yaitu dengan pusat Kementrian LHK dan
aparat penegak hukum yang lain, untuk ditingkat bawah bagaimana penerapannya
38

di stake holder yang ada di kita dengan Polda Jabar khususnya reserse kriminal
khusus.46
Pelaksanaan pemulihan ekosistem diprioritaskan pada kawasan dengan
status clear and clean, namun kebijakan tersebut menghadapi berbagai tantangan
dalam penerapannya. Terdapat beberapa UPT yang melaksanakan pemulihan di
kawasan yang memiliki konflik tenurial.

Standar biaya dan kegiatan pemulihan ekosistem masih belum


relevan/sesuai dengan biaya pelaksanaan kegiatan di lapangan. Standar biaya dan
kegiatan masih memerlukan penyesuaian dan penyempurnaan agar lebih
implementatif.

Perdagangan Ilegal Satwa Liar umumnya pelaku atau barang bukti


ditemukan pada pusat transportasi publik, baik di udara melalui bandara, di laut
melalui pelabuhan, dan di darat melalui terminal-terminal bis antar kota. Hal ini
menjadi perhatian bagi semua aparat penegak hukum, dalam hal ini Balai Besar
KSDA Jawa Barat bekerja sama dengan pihak Kepolisian, Aparat Bea Cukai,
maupun APH lainnya untuk mengamankan dan memberantas perdagangan satwa
liar tersebut.

Perdagangan satwa ilegal masih marak terjadi, meskipun aturan sudah


ditetapkan dan penerapannyapun sudah berkolaborasi dengan beberapa pihak baik
dengan tingkat pusat melalui sosialiasasi antar lembaga, kementrian maupun
ditingat UPT. Terkaitnya maraknya perdagangan ilegal tidak hanya menjadi
kewajiban Balai Besar KSDA Jawa Barat akan tetapi tanggung jawab semua baik
itu masyarakat, dan semua instrumen yang ada di Jawa Barat. SDM yang terbatas,
juga ruang gerak yang luas ini dengan cakupan wilayah Provinsi Jawa Barat dan
Banten, maka pintu-pintu masuknya itu banyak. Sedangkan kita terbatas untuk
menjangkau pos-pos dimana masuknya peredaran satwa ilegal atau tempat-tempat
yang dicurigai adanya kegiatan ilegal tersebut. Lalu dari segi anggaran saling
berkaitan, maka dari itu Balai Besar KSDA Jawa Barat mencoba untuk
mengintensifkan itu sosialisasi kemasyarakat, kemudian mengaktifkan call center
atau bidang-bidang setempat yang bisa menjangkau aduan dari masyarakat.47
Keterbatasan anggaran pada DIPA Balai Besar KSDA Jawa Barat perlu
disikapi dengan startegi-strategi pencapaian target dengan mengoptimalkan
sumber pendanaan yang tersedia, baik melalui kerjasama, kemitraan, dan
sebagainya.

46
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
47
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
39

Ketersidaan sarana dan prasarana di Balai Besar KSDA Jawa Barat selama
ini defend pemberian dari Negara, berupa anggaran, kendaraan. Namun yang
belum ada di Balai Besar KSDA Jawa Barat ini yaitu tempat transit satwa ketika
ada penyerahan, dan sitaan masih belum memadai. Walaupun tempat transit
belum tersedia tetapi Balai Besar KSDA Jawa Barat bermitra dengan lembaga
konservasi umum dan khusus yang dibawah kita, kita selalu meminta bantuan
teman-teman dalam proses evakuasi satwa berkaitan dengan barang bukti dari
penindakan pelanggaran dan mereka yang membantu Balai Besar KSDA Jawa
Barat.48
kegiatan Rehabilitasi DAS oleh pemegang IPPKH/PKH masih terkendala
oleh proses pengajuan persetujuan Kerjasama/PKS pada Ditjen KSDAE.
Persetujuan kerjasama membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
berimplikasi terkendalanya pelaksanaan pemulihan ekosistem yang telah
dipersiapkan di tingkat tapak. Hal ini perlu diatasi dengan penyusunan edaran
Ditjen KSDAE terkait percepatan pelaksanaan pemenuhan kewajiban IPPKH di
dalam kawasan konservasi.

Selain daripada itu terkadang ada oknum dalam Aparat Penegak Hukum
yang membawa satwa secara ilegal dan itu yang susah walaupun Balai Besar
KSDA Jawa Barat sudah menjalin kerjasama dengan mereka, lalu dengan
masyarakat lebih kearah menyadarkan dan mensosialisikan mereka agar tahu
tentang kelestarian lingkungan dan satwa yang dilindungi tidak boleh diperjual
belikan.49
Sebagai penutup bahasan kedua ini penulis mengutip pesan penting yang
disampaikan oleh Bapak Wiratno selaku Direktur Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) bahwa mengurus hutan itu sebenarnya
bukan saja mengurus pepohonan atau habitat satwa liar. Tetapi pada dasarnya
langsung dengan manusia atau masyarakatnya yang tentu akan lebih rumit
daripada sekedar tentang pepohonan.50

48
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
49
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
50
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 2.
40

1. Tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang dilindungi
Siyasah dusturiyah memuat prinsip-prinsip pokok bagian pemerintahan
negara yang menjadi landasan pengaturan suatu negara dari segi persesuaian
dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia
serta memenuhi kebutuhannya.

Peraturan Menteri LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018


tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi hadir sebagai bentuk
perhatian Pemerintah dalam mengatur tumbuhan dan satwa yang terancam punah
dan diselenggarakan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat.

Pada konsep hukum Islam manusia mempunyai kedudukan yang sama di


hadapan hukum. Keadilan hukum bertujuan untuk melihat bahwa hak dan
kewajiban dapat terpenuhi. Allah SWT, memiliki otoritas yang mutlak dalam
pembuatan hukum, tetapi penguasa dan rakyat hanya diberikan hak untuk
menyelesaikan urusan-urusan publik berdasarkan wahyu yang telah ditunkan, dan
sisanya diputuskan oleh manusia melalui proses ijtihad, yang didasarkan pada
prinsip musyawarah. Pemenuhan terhadap hak dan tanggung jawab hukum itu
adalah tujuan keadilan hukum itu sendiri, yaitu untuk mencapai kesetaraan hukum
dan keadilan.

Sehingga, dalam peneltian ini penulis menghubungkan dengan siyasah


dusturiyah sesuai dengan prinsip maslahah mursalah. Menurut Al-Ghazali, Al-
maslahah adalah memelihara tujuan-tujuan syara’. Al-maslahah dalam pengertian
syar’i adalah meraih manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangka
memelihara tujuan syara’.51 Konsep maslahah sebagai maksud dari pensyariatan
(maqâshid al-syarî’ah) dan mashlahah sebagai metode istimbat hukum
menempati tempat utama dalam pembahasan ushul fiqh dan hukum Islam,
sehingga sejak Islam awal sampai zaman kontemporer, banyak pemikir Islam
yang mencurahkan pemikirannya tentang konsep ini.52

Kemaslahatan yang menjadi perhatian Islam tersebut, menurut al-Ghazali


mencakup lima hal lima unsur pokok manusia yang disebut al-kulliyat al khams,

51
A. Halil Thahir, Ijtihad Maqasidi: Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas
Maslahah (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), hlm. 32.
52
Muhammad Roy Purwanto, Reformulasi Konsep Maslahah sebagai Dasar dalam
Ijtihad Istishlah (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2017), hlm. 11.
41

yaitu: perlindungan terhadap agama (al-din), jiwa (al-nafs), akal (al-'aql),


keturunan (al-nast), dan terakhir harta (al-mal).53

Sementara menurut al-Syatibi harus memenuhi empat aspek: Pertama,


didasarkan pada teks (nash) dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta
maqasid al-shari'ah (al-musts wa al-ahkam bi maqasidiha); Kedua,
mengkompromikan antara pesan-pesan yang bersifat universal dan umum dengan
dalil-dalil yang bersifat parsial (al-jam'u bayn al-kulliyat al 'amah wa al-adillah
al-khasah); Ketiga, berpedoman pada prinsip menarik maslahah dan menolak
mafsadah (jalb al-masalih wa dar'u al-mafasid); Keempat, mempertimbangkan
hal-hal yang mungkin terjadi dalam jangka panjang (itibar al-ma alat).

Upaya mewujudkan pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut, ulama


membaginya kepada tiga kategori dan tingkat kekuatan, yaitu: maslahah
daruriyyat (kemaslahatan primer), maslahah hajiyyat (kemaslahatan sekunder)
dan maslahah tahsiniyyat (kemaslahatan tersier). Pengelompokan ini di dasarkan
pada tingkat kebutuhan dan skala prioritasnya. Urutan peringkat ini akan terlihat
kepentingannya, manakala kemaslahatan yang ada pada masing-masing peringkat
satu sama lain bertentangan. Dalam hal ini peringkat daruriyyat menempati urutan
pertama, disusul oleh hajiyyat, kemudian disusul oleh tahsiniyyat. Namun di sisi
lain dapat dilihat bahwa peringkat ketiga melengkapi peringkat kedua, dan
peringkat kedua melengkapi peringkat pertama. Adapun penjabarannya yaitu
sebagai berikut:

a. Maslahah Daruriyyat
Maslahah al-daruriyyat ialah kemaslahatan memelihara kelima
unsur pokok yang keberadaannya bersifat mutlak dan tidak bisa diabaikan.
Tercapainya pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut akan melahirkan
keseimbangan dalam kehidupan keagamaan dan keduniaan. Jika
kemasalahatan ini tidak ada, maka akan timbul kekacauan dalam hidup
keagamaan dan keduniaan manusia. Jika agama tidak ada dan manusia
dibiarkan begitu saja, maka akan muncul masalah keluarga, dan manusia
hidup dengan berbagai problematika.
Maka dari itu Kementrian LHK membuat Peraturan Menteri LHK
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan
dan Satwa yang dilindungi agar bisa dijadikan perhatian lebih dan
kedepannya ruang perlindungan keanekaragaman hayati ditingkatkan
dengan upaya Bina Cinta Alam, Kader Bina Cinta Alam untuk
mengintensifkan itu sosialisasi kemasyarakat, kemudian mengaktifkan call

53
A. Halil Thahir, Ijtihad Maqasidi: Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas
Maslahah (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), hlm. 1.
42

center dalam rangka mengamankan dan memberantas perdagangan satwa


liar serta penanganan konflik tenurial di kawasan konservasi.
b. Maslahah Hajiyyat
Tingkatan al-maslahah yang kedua adalah al-maslahah hajiyyat
(kemaslahatan sekunder), yaitu sesuatu yang diperlukan seseorang untuk
memudahkannya menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan dalam
rangka memelihara lima unsur pokok diatas
Balai Besar KSDA Jawa Barat berusaha menambah unit penangkar
tumbuhan dan satwa liar setiap tahunnya, lalu melakukan pendampingan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pengelolaan jasa lingkungan
kawasan konservasi dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar secara
lestari, pemberian akses pemanfaatan tradisional kepada masyarakat di
kawasan konservasi melalui kemitraan konservasi sebagai ruang usaha bagi
masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi dan fokus pada kawasan yang
diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi
secara partisipatif.
c. Maslahah Tahsiniyyat
Tingkatan ketiga ialah al-maslahah tahsiniyyat (kemaslahatan
tersier) yaitu, memelihara kelima unsur pokok dengan cara meraih dan
menetapkan hal-hal yang pantas dan layak dari kebiasaan-kebiasaan hidup
yang baik, serta menghindarkan sesuatu yang dipandang sebaliknya oleh
akal yang sehat.
Balai Besar KSDA Jawa Barat melakukan pemanfaatan
keanekaragaman spesies dan genetik TSL dengan kemitraan konservasi
yang ditingkatkan kualitas usahanya melalui destinasi wisata alam,
meningkatkan nilai ekspor pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, dan selalu
berusaha dalam pemulihan ekosistem yang bertujuan untuk mengembalikan
ekosistem kembali ke tingkat/ kondisi aslinya, atau kepada kondisi masa
depan tertentu (Desired Future Condition/ DFC) sesuai dengan tujuan
pengelolaan kawasan hingga mencapai Sustainable Development Goal.
Pada Hakikatnya dalam Islam mengajarkan pada umatnya untuk
menyayangi binatang dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-qur’an, Allah
SWT menekankan bahwa telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang
mencakup segala sesuatu di dunia ini, hal ini tertuang dalam QS Al-Jasiyah ayat
13 yang berbunyi:

‫َو َس َّخ َر َلُك م َّم ا ِفى ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو َم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َجِم يًعا ِّم ْنُهۚ ِإَّن ِفى َٰذ ِلَك َل َء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬

Artinya: “Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di
langit dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia;
43

sesungguhnya di dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang


yang berfikir”.54
Analogi Kontruksi “Cakar Ayam” Tiang pancang dianalogikan dengan
berbagai program Kementerian LHK, yang berjangkar di tingkat tapak, termasuk
di desa-desa penyangga kawasan konservasi. Ketidakpastian sosial, ekonomi,
budaya, dan dinamika di tingkat grassroot seperti tanah berawa dan lembek
berpasir, diantisipasi dengan membangun network dan kerjasama kelompok tani
dan gabungan kelompok tani, yang berakar pada kekuatan trust lintas simpul
network seperti plat beton yang ditopang oleh tiang pancang di dalam tanah
penyangganya, berupa spirit dipadunya tradisional knowledge, local wisdom,
dengan modern science yang dikawal oleh local champion yang dilembagakan
oleh desa dan dihormati oleh seluruh perangkat desa dan masyarakatnya.55

Kesadaran pada konsep penyelenggaraan upaya konservasi tumbuhan dan


satwa yang dilindungi akan membantu meningkatkan tingkat capaian kinerja Balai
Besar KSDA Jawa Barat melalui Perjanjian Kinerja, terwujudlah komitmen
penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas
kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber
daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang
dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome)
yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan
demikian, target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang
dihasilkan dari kegiatan tahun- tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Sebagai penutup bahasan skripsi ini penulis mengutip pesan yang


disampaikan oleh Bapak Wiratno selaku Direktur Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) bahwa Konservasi Alam bukan hanya
sekedar pekerjaan. Ia adalah jalan hidup yang dipilihkan Tuhan kepada kita. Maka
bersyukurlah dengan cara bekerja ikhlas, bekerja keras, dan bekerja cerdas dalam
menjalaninya.56

54
Tim Pustaka Maghfirah dan Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2006), h., 499
55
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 58.
56
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 32.
44
45

BAB V
KESIMPULAN
46

DAFTAR PUSTAKA
47

LAMPIRAN
48

RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai