SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Taufik Lazuardi
1183030057
I
Kata Kunci: Pekerja Anak, Perlindungan Hukum, Upaya Penanggulangan,
Siyasah Dusturiyah, Kota Bandung.
II
LEMBAR PERNYATAAN
III
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Disetujui,
Pada Tanggal . . . . . . . . . . . . . . . 2023
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Enceng Arif Faizal, M.Ag. Lutfi Fahrul Rizal, S.Sy., M.H.
NIP. 197212301999031002 NIP. 199008102019031015
Mengetahui,
IV
PEDOMAN PENGGUNAAN
V
KATA PENGANTAR
VI
8. Sohib-sohib Kontrakan Flamboyan, selaku pejuang militan yang
berpengalaman dalam kehidupan;
9. Teman-teman Jurusan Hukum Tata Negara kelas B dan temen angkatan 18;
10. Teman-teman Keluarga Besar Mahasiswa Sumatera Utara (Kabamsu), selaku
teman seperjuangan diperantauan;
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu.
VII
DAFTAR ISI
ABSTRAKS.......................................................................................................................I
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................III
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI..........................................................................IV
PEDOMAN PENGGUNAAN.........................................................................................V
KATA PENGANTAR.....................................................................................................VI
DAFTAR ISI.................................................................................................................VIII
DAFTAR TABEL...........................................................................................................IX
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................X
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................XI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................................7
E. Kerangka Pemikiran............................................................................................7
F. Penelitian Terdahulu............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................13
METODELOGI PENELITIAN....................................................................................13
A. Jenis dan Metode Penelitian..............................................................................13
B. Pendekatan Penelitian........................................................................................14
C. Jenis dan Sumber Data......................................................................................14
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................16
E. Teknik Analisi Data...........................................................................................18
F. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................18
BAB IV............................................................................................................................20
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................20
VIII
BAB V.............................................................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
LAMPIRAN...................................................................................................................23
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................24
IX
DAFTAR TABEL
X
DAFTAR GAMBAR
XI
DAFTAR LAMPIRAN
XII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang diberikan sumber daya alam melimpah dari
Tuhan yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana, sebab sumber daya alam
memiliki keterbatasan dalam penggunaannya. Sumber daya alam adalah segala
sesuatu yang bersumber dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia baik bagi generasi manusia saat ini maupun generasi
masa depan. Sumber daya alam berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua
yaitu,sumber daya alam hayati atau biotik dan sumber daya alam non hayati atau
abiotic. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri
dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya hewani (satwa) yang
bersama dengan unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem. Sedangkan sumberdaya alam non hayati atau abiotik adalah sumber
daya alam yang berasal dari benda-benda mati, seperti tanah, air, udara, sinar
matahari dan hasil tambang.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas terestrial
tertinggi kedua di dunia. Bahkan, jika digabungkan dengan keanekaragaman
hayati di laut, Indonesia menjadi yang pertama. Bahkan, jika dibandingkan dunia,
Indonesia memiliki 17 persen total spesies dunia yang terdiri dari 35-40 ribu
spesies tumbuhan (11-15 persen), 707 spesies mamalia (12 persen), 350 spesies
amphibi dan reptil (15 persen), 1.602 spesies burung (17 persen), 2.184 spesies
ikan air tawar (37 persen), dan kekayaan laut meliputi setidaknya 2.500 spesies
molusca, 2.000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 spesies mamalia laut
dan lebih dari 2.500 spesies ikan.1
Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki
daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Menurut International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), saat ini jumlah
1
Dari web IndonesiaBaik.id, diakses pada 9 Juni 2022 dari berita:
https://indonesiabaik.id/infografis/hewan-endemik-indonesia#:~:text=Beberapa%20contoh
%20jenis%20hewan%20endemik,Burung%20Cenderawasih%20dan%20Tarsius%20Kerdil.
1
2
jenis satwa liar di Indonesia yang terancam punah adalah 184 jenis mamalia, 119
jenis burung. 32 jenis reptile, 32 jenis ampibi. Jumlah total spesies satwa
Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis berjumlah 69 spesies.
Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam apabila tidak ada tindakan
untuk menyelamatkannya.2
Kejahatan atas satwa liar di Indonesia mengalami peningkatan yang
seiring dengan meningkatnya tren global permintaan atas satwa liar. Perdagangan
secara ilegal satwa liar yang dilindungi di Indonesia salah satu pemicu, sehingga
semakin marak adalah lemahnya penegakan dan perlindungan satwa tersebut.
Perdagangan satwa yang dilindungi undang-undang terjadi dengan terbuka di
sejumlah tempat. Satwa-satwa langka yang dilindungi sangat mudah dan terjual di
berbagai pasar- pasar hewan.
Salah satu faktor yang juga mempengaruhi perdagangan satwa ini adalah
latar belakang pengetahuan masyarakat tentang satwa dan juga karena nilai
ekonomi sehingga masyarakat tetap memperdagangkan satwa, sehingga sampai
sekarang ini masih banyak satwa yang di perdagangkan secara ilegal. Dengan cara
yang seperti ini, jelas-jelas merugikan negara dan juga melanggar peraturan yang
telah diatur pemerintah. Satwa yang diperdagangkan secara ilegal, merupakan
tindak pidana kejahatan kepada satwa dan pada negara, yang melanggar Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1990 yaitu tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.3
Meskipun telah ada aturan yang melarang melakukan perdagangan satwa
yang dilindungi tetap saja masih banyak yang menghiraukan larangan ini dan
tetap melakukan perdagangan satwa yang dilindungi yang dapat menyebabkan
kepunahan terhadap satwa tersebut. Penegakan hukum, dalam berbagai bentuk
bertujuan agar peraturan perundangan di bidang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya dapat ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat dan kepada
pelanggarnya diberikan sanksi yang tegas agar memberikan efek jera sehingga
2
Dari web PROFAUNA, diakses pada 9 Juni 2022 dari berita
https://www.profauna.net/id/fakta-satwa-liar-di-indonesia
3
Andika M. P. Mangapu, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perdagangan Satwa
Secara Ilegal Menurut Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990, (Jakarta, Lex Privatum Vol. V/No.
7, 2017), h., 92
3
5
Departemen Kehutanan, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Konservasi Sumber daya Alam, (Surabaya, BKSDA Jawa timur 1, 2006), h., 21
5
َٰذ
َو َس َّخ َر َلُك م َّم ا ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو َم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َج ِم يًعا ِّم ْنُهۚ ِإَّن ِفى ِلَك َل َء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم
َيَتَفَّك ُر وَن
“Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala
apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhny di dalam yang
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir”.6
6
Tim Pustaka Maghfirah dan Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2006), h., 499
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?
2. Apa faktor penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?
3. Bagaimana Tinjauan Siyasah Dusturiyah terhadap pelaksanaan dan faktor
penghambat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018
oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat di Kota
Bandung.
7
D. Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat mendatangkan lebih banyak manfaat
di masa mendatang. Berbagai manfaat itu dikerucutkan menjadi lebih spesifik dari
segi teoritis maupun praktis yang dapat teraktualisasikan sebagai berikut:
1. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya terkait
masalah perdagangan satwa yang dilindungi. Hasil penelitian ini dapat
dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap
berikutnya;
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
membantu, dan memberikan masukan kepada semua pihak yang
membutuhkan pengetahuan terkait langsung dengan penelitian ini.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini lebih difokuskan kepada penanggulangan kasus perdagangan
jual beli satwa liar yang dilindungi. Sebagai pijakan dan dasar dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang dapat dihubungkan dengan
masalah dalam penelitian ini, diantaranya:
Pertama, Teori Sistem Hukum (Lawrence Meir Friedmen). Berdasarkan
Teori Sistem Hukum (Lawrence Meir Friedmen) mengemukakan bahwa
efektifitas dan keberhasilan penegakan hukum dapat dilihat pada tiga unsur yaitu
8
struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum. Kesatuan atas tiga unsur ini
membentuk pola yang menunjukan tentang bagaimana hukum dijalankan menurut
ketentuan- ketentuan formalnya dalam setiap norma dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam sistem kultur hukum tersebut. Setiap Undang-Undang
ataupun Peraturan Pemerintah haruslah dijalankan oleh organ yang benar dengan
didukung Oleh budaya hukumnya yang efektif. Sistem hukum menurut Lawrence
Friedman itu ditafsirkan secara mendetail oleh Achmad Ali dengan mengibaratkan
struktur hukum seperti mesin, substansi hukum seperti apa yang dihasilkan oleh
mesin, dan budaya hukum masyarakat seperti siapa saja yang memutuskan untuk
menghidupkan atau mematikan mesin itu serta memutuskan bagaimana mesin itu
digunakan.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial
tidak lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk
menjamin tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat ke arah yang
lebih baik, maka bukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah
atau peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum
tersebut ke dalam praktek hukum atau jaminan akan adanya penegakan hukum
(law enforcement) yang baik.7
Kedua, Teori Siyasah Dusturiyah. Siyasah menurut Abdul Wahab Khalaf
didefinisikan sebagai perundang-undangan yang diletakan untuk memelihara
ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan, dari pengertian tersebut,
pada prinsipnya berkaitan dengan mengatur dan mengurus manusia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara dengan membimbing mereka pada kemaslahatan
dan menjauhkan diri dari kemafsadatan.8 Dusturiyah adalah prinsip-prinsip pokok
bagian pemerintahan negara manapun seperti terbukti dalam perundang-
undangannya, peraturan-peraturannya, dan adat-adatnya. Sedangkan menurut
Abul A’la al-Maududi, dusturiyah adalah suatu dokumen yang memuat prinsip-
prinsip yang pokok yang menjadi landasan pengaturan suatu negara.
7
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence). (Jakarta, Kencana, 2009), h., 204.
8
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Siyasah Pengantar Ilmu Politik Islam, (Bandung, Pustaka
Setia, 2008), h., 24-26.
9
F. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu digunakan peneliti untuk menjadi satu acuan
peneliti dalam memperkaya teori. Berikut merupakan hasil penelitian terdahulu
yang masih memiliki hubungan dengan judul penelitian peneliti sebagai berikut:
9
H.A. Dajajuli, Fiqh Siyasah Implementasi kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syari’ah. (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2003), h., 47.
10
Ryan Meinardy. Upaya Pemerintah dalam menangani perburuan dan perdagangan
satwa liar yang dilindung Undang-Undang: Aspek Hukum Konservasi Satwa di Indonesia.
(Yogyakarta, Universitas Gajah Mada Skripsi, 2015)
10
11
Muhammad Najib Hamidi, Jual Beli Satwa Langka Dalam Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990: Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,
(Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga,Skripsi. 2017)
11
12
Rachmad K Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), h., 102
14
13
Johar Iskandar, Keanekaan Hayati Jenis Binatang, Mamfaat Ekologi Bagi Manusia,
Keragaman Hayati dan Hubungannya dengan Kehidupan Manusia, (Yogyakarta, Graha Ilmu,
2015), h., 5
15
a. Apabila suatu satwa tidak ditemukan satu ekorpun hidup didunia, atau
tidak ada keraguan lagi bahwa individu terakhir telah mati, maka suatu
jenis satwa dikatakan telah punah. Contohnya harimau bali;
b. Jika satwa tersebut tidak ditemukan lagi di alam namun dapat ditemui
di tempat pemeliharaan manusia atau di pusat penangkaran, atau hidup
di alam sebagai hasil pelepasan kembali di luar daerah sebaran aslinya,
maka satwa tersebut dikategorikan punah di alam. Contohnya burung
jala bali;
c. Beberapa ahli biologi mengatakan bahwa suatu spesies disebut punah
secara ekologi jika spesies tersebut mempunyai jumlah yang sangat
kecil sehingga efeknya pada spesies lain di dalam suatu komunitas dan
dapat diabaikan. Contohnya harimau sumatra.
memiliki peluang untuk punah lebih dari 10% (sepuluh persen) dalam
kurun waktu 100 tahun.
15
A.Sonny Keraf, Etika lingkungan Hidup, PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2010,
hlm.60
17
dikenal dengan nama The Five Freedom (Lima Kebebasan Hewan). The Five
Freedom adalah metode sederhana untuk mengevaluasi dan menganalisa
kesejahteraan hewan termasuk langkah yang tepat untuk meningkatkan
kualitas hidup hewan.The Five Freedom diterapkan untuk meningkatkan
kualitas hidup bagi semua hewan langkah, ini berguna untuk menjamin satwa
langkah dan hewan yang dipeliharatidak akan mengalami penyiksaan. Adapun
isi dari Five Freedom ialah sebagai berikut:16
a. Freedom from Hunger and Thrist – Kebebasan dari Kelaparan dan
Kehausan: memberikan makanan dan minuman yang cukup untuk
menjamin kesehatan hewan;
b. Freedom from Disconfort – Kebebasan dari Ketidaksenangan:
memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan dan yang
menyenangkan;
c. Freedom from Pain, Injury and Disease – Kebebasan dari Kesakitan,
Luka-luka dan Penyakit: mencegah kemungkinan jatuh sakit atau
menderita luka-luka sebanyak mungkin, dan jika satwa masih jatuh
sakit atau menderita luka-luka, menjamin bahwan hewan tersebut
dapat diperiksa oleh dokter hewan dan diobati;
d. Freedom from Behave Normally – Kebebasan untuk Bertindak dengan
Biasa, sebagai seekor binatang: memberikan lingkungan yang luas,
yang memungkinkan hewan melakukan gerakan alami dan bergaul
dengan hewan lain yang berjenis sama;
e. Freedom from Fear and Distress – Kebebasan dari Ketakutan dan
Stres: menjamin kondisi dan perlakuan hewan yang baik agar
menghindari hewan dari ancaman kebosanan, stres, ketakutan dan
kesusahan.
16
Nur Huda, Peran Animals Asia dalam Penganggulangan Penyiksaan Hewan di Cina,
Jurnal, Hukum Internasional, Volume 1, No. 3, 2013, hlm. 5
18
SATWA
1. MAMALIA
Balaenopteridae
Bovidae
Canidae
Cercopithecidae
Bucerotidae
Burhinidae
Cacatuidae
Capitonidae
Caprimulgidae
22
Casuariidae
Charadriidae
17
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), h., 30
23
18
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
19
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
24
f. Pertukaran;
g. Budidaya tanaman obat-obatan;
h. Pemeliharaan untuk kesenangan.
20
Muhammad Ramadhan, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam dalam Fiqh
Siyasah, (Pekalongan, Nasya Expanding Management, 2019), h., 6
25
21
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta,
Prenamedia Group, 2014), h., 25
22
Muhammad Ramadhan, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam dalam Fiqh
Siyasah, (Pekalongan, Nasya Expanding Management, 2019), h., 198
26
d. Syura dan Demokrasi, kata “syura” berasal dari sya-wa-ra yang secara
etimologis berarti mengeluarkan madu dari sarang lebah. Definisi
syura yang diberikan oleh pakar fiqh kontemporer di antaranya adalah
proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk
mencapai solusi yang mendekati kebenaran.23
3. Konsep Mashlahah
Menurut Al-Ghazali, Al-maslahah ialah memelihara tujuan-tujuan
syara’. Al-maslahah dalam pengertian syar’i ialah meraih manfaat dan
menolak kemudaratan dalam rangka memelihara. tujuan syara’. Konsep
maslahah sebagai maksud dari pensyariatan (maqâshid al-syarî’ah) dan
mashlahah sebagai metode istinbat hukum menempati tempat utama dalam
pembahasan ushul fiqh dan hukum Islam, sehingga sejak Islam awal sampai
zaman kontemporer, banyak pemikir Islam yang mencurahkan pemikirannya
tentang konsep ini.
Kemaslahatan yang menjadi perhatian Islam tersebut, menurut al-
Ghazali mencakup lima hal lima unsur pokok manusia yang disebut al-
kulliyat al khams, yaitu: perlindungan terhadap agama (al-din), jiwa (al-nafs),
akal (al-'aql), keturunan (al-nasl), dan terakhir harta (al-mal). Sementara
menurut al-Syatibi harus memenuhi empat aspek: Pertama, didasarkan pada
teks (nash) dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta maqasid al-
shari'ah (al-musts wa al-ahkam bi maqasidiha); Kedua, mengkompromikan
antara pesan-pesan yang bersifat universal dan umum dengan dalil-dalil yang
bersifat parsial (al-jam'u bayn alkulliyat al 'amah wa al-adillah al-khasah);
Ketiga, berpedoman pada prinsip menarik maslahah dan menolak mafsadah
(jalb al-masalih wa dar'u al-mafasid); Keempat, mempertimbangkan hal-hal
yang mungkin terjadi dalam jangka panjang (itibar al-ma alat).
Upaya mewujudkan pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut, ulama
membaginya kepada tiga kategori sistematis yaitu:26
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
dengan menguraikan data secara naratif setelah pengumpulan data. 29 Metode
deskriptif itu sendiri adalah metode penelitian dengan menggambarkan
berbagai macam gejala dan fakta yang ada dalam kehidupan sosial secara
lebih mendalam.30 Sedangkan metode analisis deskriptif ialah gambaran
berupa narasi maupun statistik yang digunakan untuk menganalisis data
27
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 234
28
Ibid, h., 235
29
Bagong, Suyatno, Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta, Prenadamedia Group, 2013), h., 166
14
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan yuridis
empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai
pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada
setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 32 Pendekatan ini
dilakukan dengan mempelajari latar belakang suatu keadaan dan interaksi sosial
baik secara individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti berinteraksi langsung ke dinas terkait dan ke
lapangan dalam rangka mengamati dan mendapatkan informasi melalui beberapa
pertanyaan terhadap fenomena yang sedang diteliti tanpa mengubah keadaan
menjadi terbarukan. Peneliti menggunakan pendekatan ini agar dapat
mendapatkan temuan baru dengan bersinggungan langsung dengan objek
penelitian.
Sedangkan sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer,
sekunder, dan tersier yang bersifat perposif, yaitu sumber data yang dianggap
menjadi representasif dalam memenuhi tujuan penelitian. 33 Diantaranya sebagai
berikut:
1. Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data yang memberikan data kepada
peneliti secara langsung dan merupakan sumber data inti. 34 Sumber data
primer dalam penelitian ini sekaligus data utama ada beberapa data yaitu:
a. Narasumber dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait
perlindungan lingkungan dan ekosistem yaitu pihak Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat;
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah sumber data yang memberikan data
kepada peneliti secara tidak langsung seperti pendapat ahli dalam bidang
tertentu maupun dokumen.35 Sumber data sekunder dalam penelitian ini
didapatkan dari studi kepustakaan yang berasal dari buku, jurnal, hasil karya
ilmiah dan literatur hukum lainnya yang memberikan penjelasan terhadap data
primer mengenai pekerja anak.
3. Data Tersier
33
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 216
34
Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori Edisi 1 Cetakan ke 2,
(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h., 15
35
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 216
16
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Wawancara juga merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.37
Dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam
penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada narasumber yang terkait di
bidang yang akan diteliti yaitu Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam.
3. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara
menelusuri dan mempelajari buku, jurnal, penelitian terdahulu, disertasi, tesis,
artikel, kaidah siyasah, dan referensi yang terkait dengan bahasan untuk
menambah kekayaan literatur penelitian.
Berdasarkan karakteristiknya maka penelitian kepustakaan tergolong
dalam metode penelitian kualitatif. Sedangkan dari segi alat atau instrument
penelitian, penelitian kualitatif yang menggunakan wawancara dan observasi,
37
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2015), h., 288-289
18
38
Amir Hamzah, Metode Penelitian dan Pengembangan-Research Development Uji
Produk Kuantitatif dan Kualitatif Proses dan Hasil, (Malang, Literasi Nusantara, 2019), h., 31
19
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian sebagaimana telah ditentukan di
atas akan dilaksanakan pada tahun 2022-2023 dengan rincian
sebagaimana berikut:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa barat
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat disingkat
BBKSDA atau Balai Besai KSDA merupakan unit pelaksana teknis setingkat
eselon II di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem dalam naungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia.
Visi, Misi, dan Tujuan Balai Besai KSDA Jawa Barat sesuai dengan
Kementrian LHK dan Presiden serta Wakil Presiden Republik Indonesia.
Visi Presiden-Wakil Presiden adalah "Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong".
Langkah yang yang ditempuh untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam
sembilan Misi Pembangunan Nasional yaitu:
a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing;
c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan;
d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya;
g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga;
h. Pengelolaan pembangunan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan
i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
39
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB
40
Laporan Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2022 hlm. 11
27
berdaya saing.
Kawasan hutan dan konservasi perairan di Indonesia, berdasarkan
fungsi pokoknya terdiri atas kawasan hutan konservasi, kawasan hutan
lindung, dan kawasan hutan produksi. Adapun kawasan konservasi sendiri,
berdasarkan fungsinya secara lebih detail terdiri atas kawasan cagar alam,
suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya,
serta taman buru. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat tidak
hanya sebatas menangani pengelolaan kawasan konservasi, melainkan juga
sebagai otoritas pengelolaan keanekaragaman hayati dengan ruang lingkup
keseluruhan wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten sebagaimana
diamanatkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora, serta Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora, 1973.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Balai Besar
KSDA Jawa Barat yang bertugas untuk menyelenggarakan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, diamanatkan untuk melaksanakan perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik untuk
mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya dalam mendukung Tujuan Pembangunan KLHK yaitu
Meningkatkan kontribusi sumber daya hutan beserta ekosistemnya untuk
perekonomian nasional, sehingga sasaran yang ingin dicapai adalah kekayaan
keanekaragaman hayati dapat berfungsi dalam mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia berasaskan keserasian dan
keseimbangan.
Kementrian LHK mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Pasal 1 Menetapkan jenis
28
6. Jumlah Kawasan
Konservasi yang
ditingkatkan Efektivitas 1 5 11 17 23
Pengelolaannya (Unit
KK)
8. Jumlah entitas
2 38 80 136 204
pemanfaatan
34
keanekaragaman
spesies dan genetik
TSL
Jumlah entitas
perlindungan dan
pengawetan
keanekaragaman
spesies dan genetik
TSL (Unit)
9. Jumlah Destinasi
Wisata Alam Science,
1 1 1 1 1
Academic, Voluntary,
Education (Destinasi)
44
Laporan Kinerja Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik
Tahun 2022, hlm. 49.
45
Rencana Kerja Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun
2023, hlm. 56.
36
Masa pandemi Covid-19 sampai tahun 2022 kemarin masih terasa sehingga
Balai Besar KSDA Jawa Barat memberlakukan beberapa kebijakan terkait
kegiatan di luar kantor dan kehadiran pegawai sebagai upaya untuk memutus
rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan kerja.
Kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat berdasarkan penilaian IKK yang
merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pencapaian pencapaian sasaran
kegiatan. Refocusing Anggaran Tahun Anggaran 2022 Pelaksanaan kegiatan pada
tahun 2022 didukung dengan anggaran sebagaimana dialokasikan dalam DIPA
tahun 2022. Anggaran pada DIPA untuk mendukung capaian IKK tahun 2022
tersebut dengan pagu sebesar Rp. 212.450.000. IKK tahun 2022 tersebut
merupakan salah satu strategi pelaksanaan program Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem yang wajib disukseskan. Pemulihan ekosistem bertujuan
untuk mengembalikan ekosistem kembali ke tingkat/ kondisi aslinya, atau kepada
kondisi masa depan tertentu (Desired Future Condition/ DFC) sesuai dengan
tujuan pengelolaan kawasan hingga mencapai Sustainable Development Goal.
di stake holder yang ada di kita dengan Polda Jabar khususnya reserse kriminal
khusus.46
Pelaksanaan pemulihan ekosistem diprioritaskan pada kawasan dengan
status clear and clean, namun kebijakan tersebut menghadapi berbagai tantangan
dalam penerapannya. Terdapat beberapa UPT yang melaksanakan pemulihan di
kawasan yang memiliki konflik tenurial.
46
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
47
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
39
Ketersidaan sarana dan prasarana di Balai Besar KSDA Jawa Barat selama
ini defend pemberian dari Negara, berupa anggaran, kendaraan. Namun yang
belum ada di Balai Besar KSDA Jawa Barat ini yaitu tempat transit satwa ketika
ada penyerahan, dan sitaan masih belum memadai. Walaupun tempat transit
belum tersedia tetapi Balai Besar KSDA Jawa Barat bermitra dengan lembaga
konservasi umum dan khusus yang dibawah kita, kita selalu meminta bantuan
teman-teman dalam proses evakuasi satwa berkaitan dengan barang bukti dari
penindakan pelanggaran dan mereka yang membantu Balai Besar KSDA Jawa
Barat.48
kegiatan Rehabilitasi DAS oleh pemegang IPPKH/PKH masih terkendala
oleh proses pengajuan persetujuan Kerjasama/PKS pada Ditjen KSDAE.
Persetujuan kerjasama membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
berimplikasi terkendalanya pelaksanaan pemulihan ekosistem yang telah
dipersiapkan di tingkat tapak. Hal ini perlu diatasi dengan penyusunan edaran
Ditjen KSDAE terkait percepatan pelaksanaan pemenuhan kewajiban IPPKH di
dalam kawasan konservasi.
Selain daripada itu terkadang ada oknum dalam Aparat Penegak Hukum
yang membawa satwa secara ilegal dan itu yang susah walaupun Balai Besar
KSDA Jawa Barat sudah menjalin kerjasama dengan mereka, lalu dengan
masyarakat lebih kearah menyadarkan dan mensosialisikan mereka agar tahu
tentang kelestarian lingkungan dan satwa yang dilindungi tidak boleh diperjual
belikan.49
Sebagai penutup bahasan kedua ini penulis mengutip pesan penting yang
disampaikan oleh Bapak Wiratno selaku Direktur Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) bahwa mengurus hutan itu sebenarnya
bukan saja mengurus pepohonan atau habitat satwa liar. Tetapi pada dasarnya
langsung dengan manusia atau masyarakatnya yang tentu akan lebih rumit
daripada sekedar tentang pepohonan.50
48
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
49
Hasil Wawancara dengan Bapak Yoga Sutisna Polisi kehutanan pertama Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam, 12 Oktober 2023. Pukul 09.30 WIB.
50
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 2.
40
51
A. Halil Thahir, Ijtihad Maqasidi: Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas
Maslahah (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), hlm. 32.
52
Muhammad Roy Purwanto, Reformulasi Konsep Maslahah sebagai Dasar dalam
Ijtihad Istishlah (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2017), hlm. 11.
41
a. Maslahah Daruriyyat
Maslahah al-daruriyyat ialah kemaslahatan memelihara kelima
unsur pokok yang keberadaannya bersifat mutlak dan tidak bisa diabaikan.
Tercapainya pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut akan melahirkan
keseimbangan dalam kehidupan keagamaan dan keduniaan. Jika
kemasalahatan ini tidak ada, maka akan timbul kekacauan dalam hidup
keagamaan dan keduniaan manusia. Jika agama tidak ada dan manusia
dibiarkan begitu saja, maka akan muncul masalah keluarga, dan manusia
hidup dengan berbagai problematika.
Maka dari itu Kementrian LHK membuat Peraturan Menteri LHK
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan
dan Satwa yang dilindungi agar bisa dijadikan perhatian lebih dan
kedepannya ruang perlindungan keanekaragaman hayati ditingkatkan
dengan upaya Bina Cinta Alam, Kader Bina Cinta Alam untuk
mengintensifkan itu sosialisasi kemasyarakat, kemudian mengaktifkan call
53
A. Halil Thahir, Ijtihad Maqasidi: Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas
Maslahah (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), hlm. 1.
42
َو َس َّخ َر َلُك م َّم ا ِفى ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو َم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َجِم يًعا ِّم ْنُهۚ ِإَّن ِفى َٰذ ِلَك َل َء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن
Artinya: “Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di
langit dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia;
43
54
Tim Pustaka Maghfirah dan Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2006), h., 499
55
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 58.
56
Pedoman Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hlm. 32.
44
45
BAB V
KESIMPULAN
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
48
RIWAYAT HIDUP