Chika Susanti
NIM: 11151120000007
(Studi Kasus Fenomena Calon Tunggal dalam Pemilihan Langsung Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Lebak Tahun 2018)
Oleh:
Chika Susanti
NIM: 11151120000007
Dosen Pembimbing,
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Chika Susanti
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
(Studi Kasus Fenomena Calon Tunggal dalam Pemilihan Langsung Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Lebak Tahun 2018)
Mengetahui, Mengetahui,
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
CALON TUNGGAL DAN ORANG KUAT LOKAL (Studi Kasus Fenomena
Calon Tunggal dalam Pemilihan Langsung Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Lebak 2018)
Oleh:
Chika Susanti
11151120000007
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 April
2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua Sekretaris
iii
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang calon tunggal dan orang kuat lokal dengan studi
kasus fenomena calon tunggal dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Lebak Tahun 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kemunculan calon tunggal di pilkada Kabupaten Lebak tahun 2018.
Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana pengaruh orang kuat lokal dalam
memainkan perannya sehingga menyebabkan kemunculan calon tunggal.
Kemunculan calon tunggal ini tidak bisa dilepaskan dari dominasi dinasti
Mulyadi Jayabaya. Mulyadi Jayabaya mampu menguasai politik formal maupun
informal melalui jaringan politik lokal dan nasional, dan penguasaan aset sumber daya
ekonomi di Lebak. Maka dari itu, inilah yang membuat seluruh partai politik yang ada
di Lebak masuk dalam koalisi gemuk yang mendukung pasangan petahana Iti
Octaviani Jayabaya, yang notabene putri Mulyadi Jayabaya dan wakilnya Ade
Sumardi. Dan mengantarkan pasangan Iti dan Ade pada kemenangan pilkada Lebak
tahun 2018.
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, Rasul yang telah membawa umatnya dari kegelapan pada masa
(Studi Kasus Fenomena Calon Tunggal dalam Pemilihan Langsung Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Lebak Tahun 2018)” disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
terlaksanakan apabila tidak ada bantuan dari beberapa pihak terkait, melalui
kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor UIN
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Ali Munhanif, MA., Ph. D. beserta seluruh staff dan jajarannya.
v
3. Dr. Iding Rosyidin, M,Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik, dan Suryani,
5. Para dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Agus Nugraha, M.Si, Dr. Haniah Hanafie M.Si, Dr. Idris
Thaha, M.Si, Chaider S. Bamualim, Gefarina Djohan, MA, Ana Sabhana Azmy,
M.I.P, serta seluruh dosen di Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
Yani, Dedi Jubaedi, H. Yogi, Dani Setiawan, Agus Sumantri, KH. Bahru, Junaedi
Ibnu Jarta, dan H. Akhmad Jajuli yang telah bersedia meluangkan waktu dan
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Sakmad dan Ibu Enok atas do’a yang selalu Bapak
dan Ibu panjatkan kepada Allah SWT, atas segala usaha serta kerja keras Bapak
dan Ibu lakukan, atas pelajaran-pelajaran yang selalu Bapak dan Ibu ajarkan
kepada penulis. Skripsi ini hanyalah sebagian kecil dari perwujudan rasa cinta,
sayang, dan pembuktian bahwa anakmu selalu berusaha menjadi manusia yang
8. Aa dan Teteh yang telah membantu do’a dan meteril sehingga penulis bisa
vi
9. Teman-teman Ilmu Politik angkatan 2015, kelas A dan kelas B.
10. Teman-teman Ilmu Politik seperjuangan, Fauziah, Nida, Wida, dan Alissa. Terima
canda tawa dan semangat kalian, semoga kita sukses di setiap jalan yang kita
tempuh.
11. Teman-teman PMII 2015. Adnan, Firjie, Ade, Luthfi, Nahdah, Azizah, Sarah,
Daffa, Adel, Muchin, Alrahman, Kai, Rixza, Raden, Rizki. Terimakasih atas doa,
12. Sahabat/i PMII KOMFISIP, Masayu Fitria, Siska Andrianika, Reni Riantikawati,
segala pengalaman berorganisasi paling berharga yang telah kita rajut bersama
13. Sahabat Terbaik (Nyimpang Atuh), Ayu, Cici, Wini, Yedi, Resma, Memey, Ervita,
Risna, terimakasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan yang dapat
14. Teman-teman Imala yang telah memberikan pelajaran dan semangat selama
15. KKN Marvel 107 yang sampai saat ini masih berteman dengan baik, Dayu, Shella,
16. Terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
vii
Penulis berharap segala bentuk dukungan dan semangat yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, namun penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis juga terbuka akan kritik dan saran yang bersifat membangun guna melengkapi
segala kekurangan dan keterbatasan dalan penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi setiap pembacanya serta bagi
Chika Susanti
viii
DAFTAR ISI
ix
D. Dinamika Politik Pilkada Kabupaten Lebak ................................................ 55
BAB IV CALON TUNGGAL DAN ORANG KUAT LOKAL DALAM
PEMILIHAN LANGSUNG BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN
LEBAK TAHUN 2018 .............................................................................................. 62
A. Proses Rekrutmen Calon Bupati dan Wakil Bupati oleh Partai ................... 65
B. Kegagalan Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Alternatif dan Gerakan
Baju Koko ............................................................................................................... 72
C. Keterlibatan Mulyadi Jayabaya sebagai Orang Kuat Lokal ......................... 77
D. Fenomena Dinasti di Kabupaten Lebak ....................................................... 85
E. Indikator Penyebab Munculnya Calon Tunggal di Pilkada Lebak ............... 95
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 97
A. Kesimpulan ................................................................................................... 97
B. Saran ............................................................................................................. 99
B.1. Saran Akademis ........................................................................................... 99
B.2. Saran Praktis ................................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 100
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.A.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 di Kabupaten
Lebak .................................................................................................................... 41
Tabel III.A.2 Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak 2008-2018 ................. 43
Tabel IV.1 Rekapitulasi Suara Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2018 ................ 57
Tabel IV.A.2 Proses Rekrutmen Bupati dan Wakil Bupati Oleh Partai Politik di Lebak
.. ............................................................................................................................. 60
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SINGKATAN
MK Mahkamah Konstitusi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
sejak tahun 2005, yang didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dengan berlandaskan Pasal 18 ayat (4) yang menjelaskan bahwa gubernur,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Setelah Pilkada dilaksanakan secara
langsung pada tahun 2005, kemudian di tahun 2015 Pilkada mulai diberlakukan secara
bupati dan walikota yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015.1 Pilkada serempak disesuaikan dengan masa jabatan yang sudah selesai kepala
presiden dan legislatif tahun 2019 maka Pilkada serempak telah diputuskan tiga
yang diikuti 269 daerah terdiri atas 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten. Sedangkan
1
Sofa Marwah dan Wahyu Handoko, “Perempuan dan Pilkada Langsung”, Jurnal Studi Gender
dan Anak, Vol. 3, No.1 Tahun 2008, hlm. 4.
2
Bawaslu, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16 Kabupaten/ Kota,
(Jakarta: Bawaslu: 2018), hlm. 5.
1
pemilihan kepala daerah berlangsung pada Juni 2018 dengan melibatkan 171 daerah
kosong adalah sebuah analogi yang biasa dipakai untuk menggambarkan munculnya
pasangan calon (paslon) tunggal, karena dalam pemilihan kepala daerah yang hanya
diikuti satu paslon dan pemilih tidak diberi pilihan lain kecuali setuju atau tidak setuju
terhadap calon tunggal tersebut untuk terpilih. Kotak kosong yang dimaksud ini bukan
kotak suara tidak ada pemilihnya tetapi yang dilawan nanti kotak kosong tanpa paslon.
Dengan adanya kotak kosong dalam Pilkada serempak ini dipandang sebagai sebuah
Munculnya kotak kosong pada Pilkada serempak ini telah melunturkan kompetisi
Pada gelombang pertama Pilkada serempak tahun 2015, terdapat 3 dari 269
daerah yang melaksanakan Pilkada dengan pasangan calon tunggal melawan kotak
Tasikmalaya (Jawa Barat), dan Kabupaten Timor Tengah Utara (Nusa Tenggara
Timur). Kemudian pada Pilkada serempak gelombang kedua tahun 2017, ada 9 dari
3
Dokumen Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dalam
http://otda.kemendagri.go.id/ diakses pada 28 Oktober 2018 pukul. 23.12.
4
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 45-49.
2
101 daerah yang melaksanakan Pilkada yang diikuti pasangan calon tunggal. Adapun
9 daerah dengan calon tunggal tersebut adalah Kabupaten Buton (Sulawesi Tenggara),
Kabupaten Tambrauw (Papua Barat), Kota Sorong (Papua Barat), Kota Jayapura
(Papua), Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara), Kabupaten Tulang Bawang Barat
Selanjutnya Pilkada gelombang ketiga tahun 2018, terdapat 16 dari 171 daerah
pasangan calon tunggal melawan kotak kosong. Adapun 16 daerah tersebut yaitu
daerah yang menyelenggarakan Pilkada dengan calon tunggal. Pada tahun 2015 hanya
3 daerah, kemudian tahun 2017 bertambah menjadi 9 daerah, dan tahun 2018
5
Dokumen Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dalam
http://otda.kemendagri.go.id/ diakses pada 28 Oktober 2018 pukul. 23.12.
6
Dokumen Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dalam
http://otda.kemendagri.go.id/ diakses pada 28 Oktober 2018 pukul. 23.12.
3
Pertama, kemungkinan calon tunggal yang muncul di beberapa daerah menjadi
indikasi kuatnya elektabilitas personal calon. Pada umumnya mereka berasal dari
kalangan petahana, di mana para calon petahana sudah memiliki investasi sosial politik
selama periode pertama. Dengan adanya investasi dan elektabilitas calon petahana ini
membuat partai politik yang ada di daerah tersebut cenderung hanya ingin berkoalisi
dalam mengusung kadernya. Apabila partai tidak bisa mengusung kadernya di daerah
sempurna karena tidak dapat memunculkan sosok figur yang dapat dicalonkan oleh
partai tersebut.
dan finansial calon. Di mana kuatnya jaringan lokal dan finansial yang telah dimiliki
oleh pasangan calon di beberapa daerah dapat menjadikan paslon tersebut dengan
Keempat, syarat pencalonan yang semakin berat. Syarat pencalonan bagi partai
politik 20 persen dari jumlah kursi di DPRD. Sedangkan bagi calon perseorangan
syarat pencalonan yaitu 10 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah
banyak pasangan calon yang gagal untuk mencalonkan diri. Sedangkan bagi partai
7
Kompas, “Syarat Berat, Banyak Calon Kepala Daerah Dari Jalur Perseorangan Gugur”, artikel
ini diakses dari https://nasional.kompas.com. pada 29 November 2019 pukul. 19.22.
4
politik dengan beratnya syarat pencalonan menjadikan partai berlomba-lomba
membentuk koalisi besar agar mencapai syarat pencalonan yang telah ditentukan.
Kabupaten Lebak merupakan salah satu daerah dari 16 daerah pada Pilkada
serempak tahun 2018 yang mengalami fenomena calon tunggal. Pemilihan Bupati di
Kabupaten Lebak pada 27 Juni tahun 2018 ada fenomena yang menarik untuk diamati
yakni, calon tunggal dengan lawan kotak kosong. Pasangan calon tunggal ini adalah
Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi yang berasal dari Partai Demokrat dan PDI
Perjuangan. Iti Octaviani Jayabaya merupakan anak dari Bupati Lebak sebelumnya,
yakni Mulyadi Jayabaya. Di mana Mulyadi Jayabaya telah menjadi Bupati Lebak
selama 10 tahun.
tidak dapat dilepaskan dari peran Mulyadi Jayabaya sebagai orang kuat lokal yang
merupakan salah satu orang terkaya di Lebak dengan jumlah kekayaan 66 miliar. 8
Kekayaan yang dimiliki Mulyadi Jayabaya tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan
perusahaan yang dimilikinya. Salah satu perusahaan yang dimiliki Mulyadi Jayabaya,
yakni JB Group. Sosok Mulyadi Jayabaya menjadi orang kuat lokal yang memiliki
kekayaan yang dimiliki Mulyadi Jayabaya dapat menjadikan modal untuk membangun
8
Banten Day, “Memiliki Kekayaan Rp. 66 Miliar, ini Rahasia Sukses JB”, artikel ini diakses
dari dari https://bantenday.co.id pada 29 November 2019 pukul. 19.44.
5
dinasti politik dan juga dimanfaatkan untuk jabatan politiknya.9 Selain itu, keluarga
jaringan lokal dan finansial calon. Kuatnya jaringan lokal yang dimiliki oleh pasangan
calon Iti Octaviani Jayabaya yang tidak dapat dilepaskan dari nama besar Mulyadi
Jayabaya menjadikan pasangan calon Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi
menjadi calon tunggal di Pilkada Lebak 2018. Mulyadi Jayabaya pada Pilkada Lebak
2018 menjadi aktor kuat di balik terjadinya Pilkada calon tunggal di Lebak. Mulyadi
menyatukan dukungan terhadap pasangan Iti dan Ade. Di balik dukungan semua partai
politik ke paslon petahana tersebut, disinyalir ada sesuatu di balik kesepakatan itu.
Salah satunya adalah kebutuhan elit partai politik Lebak atas finansial untuk mengikuti
kontestasi pemilu tahun 2019. Kemunculan calon tunggal merupakan hasil kerjasama
(KPU) Kabupaten Lebak, paslon tunggal ini unggul di semua kecamatan. Pasangan
tunggal Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi memperoleh 453.938 suara
9
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
10
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 63.
6
sedangkan kotak kosong memperoleh 135.879 suara. Berdasarkan perolehan suara
tersebut, pasangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi dinyatakan menang pada
Pilkada 2018 di Kabupaten Lebak. 11 Kemenangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade
Sumardi merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan semakin kuatnya dinasti
selama dua periode, kemudian dilanjutkan oleh anaknya yakni Iti Octaviani Jayabaya.
Dinasti politik yang terjadi di Kabupaten Lebak ini tidak dapat dilepaskan dari
kemunculan kelompok elit lokal dengan kapasitas sumber daya material yang besar,
dan dari berbagai pengaruh ekonomi politik yang mereka miliki. Kapasitas material
diri menjadi bupati Lebak periode 2018 sampai 2024 yakni Cecep Sumarno dan Didin
Saprudin. Pasangan calon ini gagal karena salah satu persyaratan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) yang harus dikumpulkan tidak terpenuhi. Pasangan ini hanya
memiliki KTP sah sebanyak 43.445 buah, sedangkan syarat yang ditentukan KPU
11
KPU Kabupaten Lebak, “KPU Lebak Gelar Rapat Pleno Secara Terbuka”, artikel ini diakses
dari https://kpu-lebakkab.go.id. pada 28 Oktober 2018 pukul. 23.45.
12
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
7
36/Kpts/KPU.Kab/015.43641/Xl/2017, tentang Penetapan Bakal Pasangan Calon,
Pilkada Lebak tahun 2018 merupakan indikasi dari syarat pencalonan perseorangan
yang terlalu berat. Dalam Undang-Undang Pilkada Nomor 10 Tahun 2016 menyatakan
batas jumlah minimal dukungan bagi calon perseorangan yang maju dalam Pilkada
berkisar antara 6,5 persen hingga 10 persen dari jumlah pemilih yang tercantum pada
alternatif pilihan masyarakat dari jalur perseorangan. Menurut Titi Angraeni Direktur
ditempatkan sebagai fasilitas untuk akomodasi artikulasi politik warga yang tidak
Selain pasangan Cecep Sumardi dan Didin Saprudin, ada pasangan H. Jazuli
dan Sopyan yang berniat mencalonkan diri untuk menjadi pasangan calon Bupati
Lebak. Namun, langkah mereka terhenti ketika mengajukan diri untuk dicalonkan dari
PKS, Hanura, dan Nasdem. Karena tidak ada respons lisan maupun tulisan dari PKS,
Hanura, dan Nasdem. Pasangan calon H. Jazuli dan Sopyan gagal mencalonkan
13
Kabar Banten, “Pilkada Lebak 2018: Cecep dan Didin Kurang 122.2674 Dukungan”, artikel
ini diakses dari dari www.kabar-banten.com pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul. 22.30.
14
Republika, “KPU: Banyak Calon Independen Gugur di Pilkada 2018”, artikel ini diakses dari
dari www.republika.co.id pada 29 November 2019 pukul. 23.09.
15
Kompas, “Syarat Calon Perseorangan Terlalu Berat, UU Pilkada Seharusnya Direvisi”,
artikel ini diakses dari dari https://nasional.kompas.com pada 29 November 2019 pukul. 23.21.
8
sebagai pasangan calon Bupati Lebak periode 2018-2024.16 Kegagalan pasangan calon
ini merupakan salah satu indikasi kegagalan partai politik yang ada di Lebak dalam
melakukan kaderisasinya. Akibatnya, partai politik tidak memiliki kader yang layak
Proses kaderisasi merupakan peran penting bagi partai politik, menurut Miriam
Budiarjo (2008: 408),17 proses kaderisasi partai tidak dapat dilepaskan dalam tubuh
partai politik. Partai politik dapat menciptakan kader-kader terbaik dan berkualitas di
dalam strukturnya. Ketika partai politik sudah menciptakan kader yang berkualitas
maka partai politik dapat menentukan pemimpin ke dalam bursa pemilihan umum
nasional maupun daerah. Selain itu, rekrutmen partai dapat menjaga kualitas dan
politik yang ada di Kabupaten Lebak memiliki kader-kader yang bisa dicalonkan
untuk menjadi calon Bupati. Namun, pada kenyataannya partai politik di Kabupaten
Lebak tidak mengusung calonnya sendiri untuk melawan calon petahana, justru partai
16
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 50.
17
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 408.
18
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm. 408.
9
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana
pengaruh orang kuat lokal melakukan praktik politik borong partai yang membuat
tertutupnya kandidat lain untuk maju sebagai calon bupati. Lewat jaringan yang
dimiliki oleh Mulyadi Jayabaya menjadi aktor kuat dalam mengonsolidasi para elit
partai untuk mendukung Iti dan Ade. Dengan munculnya calon tunggal ini, maka
pasangan Iti dan Ade dengan mudahnya memenangkan Pilkada Kabupaten Lebak.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Mengapa terjadi calon tunggal pada Pilkada Kabupaten Lebak tahun 2018?
Kabupaten Lebak dan kekuatan apa saja yang dimiliki orang kuat lokal sehingga
berhasil mengonsolidasi para elit partai untuk mendukung paslon Iti dan Ade yang
menyebabkan Pilkada Kabupaten Lebak terjadi calon tunggal. Selain itu, penelitian ini
juga bertujuan melihat bagaimana kemenangan calon tunggal pada Pilkada Lebak
10
Sedangkan manfaat penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian, di antaranya:
1. Manfaat Akademis
tambahan dan informasi bagi peneliti yang tertarik pada isu politik lokal.
tunggal dalam Pilkada serempak, dan pengaruh orang kuat lokal dalam
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini pada dasarnya memiliki dua kelebihan, baik bagi penulis
Pilkada Lebak tahun 2018 bisa terjadi fenomena calon tunggal, partai
petahana.
D. Tinjauan Pustaka
dengan literatur yang sudah ada. Di antara banyak pustaka yang menjadi instrumen
perbandingan penulis dalam menulis skripsi dengan judul “Calon Tunggal dan Orang
11
Kuat Lokal (Studi Kasus Fenomena Calon Tunggal dalam Pemilihan Langsung Bupati
Pilkada yang harus segera diperbaiki. Penelitian ini lebih berfokus kepada upaya
perbaikan kaderisasi di tubuh partai agar tidak tersumbatnya kader yang dapat
dicalonkan dalam Pilkada. Selain itu, penelitian ini juga menekankan untuk perbaikan
pada Pilkada tahun 2015 menunjukkan kegagalan kaderisasi partai politik. Selain itu,
para pengurus partai politik lebih banyak mengajukan para bakal calon kepala
daerahnya atas dasar hitung-hitungan untung rugi finansial dan kalah menang politik,
daripada mementingkan keberanian untuk maju pantang mundur, menang atau kalah
yang terpenting sudah bertarung. Hasil penelitian ini juga melihat dari segi aspek
tentang Pilkada supaya memberikan koridor hukum apabila terjadi fenomena calon
tunggal.
19
Aryojati Ardipandanto, “Calon Tunggal dalam Pilkada Serentak 2015”, (Jurnal
Pemerintahan dalam Negeri, Vol. VII Nomor 15, 2015), hlm. 17-20.
12
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wafia Silvia Dhesinta dengan judul
“Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Konsep Demokrasi (Analisis
Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2015)” yang diterbitkan
di Jurnal Cita Hukum.20 Penelitian ini bertujuan menjelaskan fenomena calon tunggal
kadernya. Penelitian ini lebih berfokus melihat fenomena calon tunggal dari segi partai
Kabupaten Blitar, yakni Pilkada pada tahun 2015 yang menghasilkan satu pasang
calon melawan kotak kosong. Hal ini disebabkan karena ketidakmauan partai dalam
mengusung kadernya sebagai calon dalam Pilkada. Dalam proses pemilihan kepala
daerah terdapat masalah yang ada di masyarakat karena kurangnya sosialisasi dari
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Danny Widodo Uji Prakoso dengan
judul “Analisis Rekrutmen dan Kaderisasi Partai Politik Pada Fenomena Calon
20
Wafia Silvia Dhesinta, “Calon Tunggal Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Konsep
Demokrasi (Analisis Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2015)”, (Jurnal Cita
Hukum, Vol. 4 No. 1 2016), hlm. 87-102.
13
Tunggal Petahana Studi Kasus: Pilkada Kabupaten Pati 2017” yang diterbitkan di
apa saja yang terjadi di internal partai politik khususnya terkait penerapan fungsi
kaderisasi dan rekrutmen politik serta proses pencalonan di semua partai sehingga
hanya muncul satu paslon saja. Penelitian ini lebih berfokus terhadap kaderisasi dan
rekrutmen partai politik yang tersumbat sehingga memicu tidak adanya kader yang
dapat dicalonkan.
Hasil penelitian Danny Widodo Uji Prakoso ditemukan bahwa fenomena calon
tunggal yang terjadi di Kabupaten Pati figur Haryanto yang maju kembali sebagai
calon bupati. Haryanto merupakan seorang petahana yang sangat kuat dan memiliki
pengusaha yang dianggap kuat secara ekonomi. Akibatnya, partai politik di Kabupaten
Pati merasa tidak ada kader-kader mereka yang mampu menyaingi pasangan
Haryanto-Arifin yang kuat baik secara politik maupun ekonomi. Munculnya satu
memenangkan kotak kosong dengan harapan adanya Pilkada ulang di tahun 2018
sehingga potensi tokoh-tokoh lain dapat muncul. Seharusnya ketika partai politik
sudah melakukan proses kaderisasi maka akan menghasilkan figur yang berkualitas
secara politik. Namun, di Kabupaten Pati semua partai seakan tidak melakukan fungsi-
21
Danny Widodo Uji Prakoso, “Analisis Rekrutmen dan Kaderisasi Partai Politik Pada
Fenomena Calon Tunggal Petahana Studi Kasus: Pilkada Kabupaten Pati 2017”, (Jurnal Politik dan
Pemerintahan, Vol.2 No.1 2017), hlm. 1-19.
14
fungsinya dengan optimal karena partai sendiri tidak percaya dengan potensi kader
dan kekuatan mesin partainya sendiri. Pilkada yang hanya diikuti oleh satu pasang
calon yang harus melawan kotak kosong menjadi sebuah kontestasi demokrasi yang
tidak ideal.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Lili Romli dengan judul “Pilkada
Langsung, Calon Tunggal, dan Masa Depan Demokrasi Lokal” yang diterbitkan di
calon tunggal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni pragmatisme partai politik,
kegagalan kaderisasi, persyaratan sebagai calon yang semakin berat, dan mahar politik
yang semakin mahal. Penelitian ini lebih berfokus untuk melihat faktor penyebab
Penelitian tidak hanya mengkaji satu daerah saja tetapi semua daerah yang mengalami
calon tunggal.
calon tunggal sebagai akibat dua pihak yang saling berkepentingan yaitu petahana dan
partai politik. Kedua, partai politik gagal melakukan kaderisasi, dan telah terjadi krisis
beratnya persyaratan untuk menjadi kandidat, baik melalui jalur partai maupun jalur
perseorangan. Keempat, pragmatisme partai politik, partai politik melalui jalan pintas
22
Lili Romli, “Pilkada Langsung, Calon Tunggal, dan Masa Depan Demokrasi Lokal”, (Jurnal
Penelitian Politik, Volume 15 No. 2 Desember 2018), hlm. 143-160.
15
tidak mau mengusung calon lain karena takut kalah. Kelima, terlalu besarnya nilai
mahar yang diminta oleh pengurus partai politik kepada para kandidat yang berniat
maju dalam Pilkada. Selain itu, calon tunggal di beberapa daerah mengindikasikan
desentralisasi dan otonomi daerah mengalami stagnasi, kondisi ini pada akhirnya dapat
baik dalam hal penguasaan politik, kekuasaan eksekutif, dan yudikatif lokal.
yang diterbitkan dalam bentuk buku ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya Pilkada paslon tunggal yang terjadi di 16 daerah pada Pilkada
2018. Selain itu, untuk mengetahui peran masyarakat sipil dan kinerja pengawas
terhadap permohonan peninjauan kembali aturan Pilkada 2015, maka praktik Pilkada
23
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 6.
16
juga melihat analisis dinamika partisipasi masyarakat dalam Pilkada calon tunggal dan
regulasi yang dilakukan pemantau Pilkada, dan bagaimana dinamika pemantauan dan
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Ratu Vidya Nur’aini dengan judul
Mulyadi Jayabaya terbentuk dengan proses kondolidasi dan ekspansi kekuasaan yang
hubungan dengan jawara, jejaring keluarga dan kemampuan Mulyadi Jayabaya dalam
Lebak menciptakan dominasi kekuasaan dengan kecilnya ruang persaingan politik dan
ekonomi.
Penelitian penulis ini akan mengisi hal-hal yang belum terjawab pada literatur
sebelumnya yakni mengenai fenomena calon tunggal ditinjau dari orang kuat lokal
24
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
17
yang menyebabkan Pilkada 2018 di Kabupaten Lebak mengalami calon tunggal.
Penelitian sebelumnya lebih melihat fenomena calon tunggal dari partai politik dan
fenomena calon tunggal dari proses pencalonan partai politik serta melihat peran orang
Dengan kemenangan calon tunggal pada Pilkada Kabupaten Lebak 2018 ini
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam buku karya Muri
Yusuf (2014: 329), penelitian kualitatif adalah suatu strategi penyelidikan (inquiry)
yang menekankan pencarian makna maupun deskripsi suatu fenomena yang terjadi
secara alami dan holistik yang disajikan secara naratif.25 Penelitian ini disajikan dalam
bentuk deskriptif, penyajian data yang dihasilkan sebagai hasil dari penelitian
bersumber dari data yang dikumpulkan melalui buku, jurnal, dokumen, dan berita yang
25
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Pramedia Group, 2014), hlm. 329.
18
2. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
terkait seperti, seluruh elit partai yang ada di Kabupaten Lebak untuk
b) Dokumentasi
menyajikan data berupa hasil riset dari Badan Pusat Statistik (BPS)
26
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 372.
27
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 391.
19
Kabupaten Lebak dan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten Lebak.
Fossey (2002: 728), analisis data kualitatif merupakan proses menelaah dan
mengambarkan atau menerangkan fenomena atau situasi sosial yang sedang diteliti.28
partai politik, teori elit: dinasti politik, orang kuat lokal, dan teori patron klien. Hal ini
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini secara garis besar memaparkan pernyataan
masalah, pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan
Bab II berisi tinjauan teori yang menjelaskan dan menjabarkan mengenai teori
yang dipakai dalam penulisan penelitian ini, yakni teori partai politik, teori elit: dinasti
politik, orang kuat lokal serta teori patron klien. Bagaimana teori ini dapat menjawab
28
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 400.
20
rumusan masalah yang tertulis di dalam pendahuluan, dan relevansi dari teori ini
Bab III berisi mengenai gambaran umum Kabupaten Lebak dan profil Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak serta dinamika politik Pilkada Bupati Kabupaten
Bab IV merupakan inti dari penulisan penelitian yang berjudul Calon Tunggal
dan Orang Kuat Lokal (Studi Kasus Fenomena Calon Tunggal dalam Pemilihan
Langsung Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak Tahun 2018). Dalam bab ini
penelitian.
Bab V Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
penelitian. Kesimpulan dan saran ini diperoleh dari hasil-hasil temuan yang didapat
21
BAB II
KERANGKA TEORI
Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai landasan teoritis melalui
kerangka teori yang di dalamnya menjelaskan teori yang dipakai untuk menjelaskan
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu mengapa terjadi calon tunggal pada
Pilkada Kabupaten Lebak tahun 2018 dan bagaimana pengaruh orang kuat lokal dalam
menggunakan teori partai politik, teori elit; dinasti politik, dan orang kuat lokal, dan
Partai politik merupakan wadah bagi warga negara dalam berpartisipasi atau
ikut andil dalam bagian proses pengelolaan kegiatan suatu negara. Partai politik hadir
sebagai wadah bagi warga negara untuk menyatukan berbagai gagasan, ide dan tujuan
bersama sampai tersalurkan dengan baik. Partai tidak hadir dengan sendirinya,
kehadirannya karena ada sejarah yang cukup panjang yang melatarbelakangi hadirnya
partai politik. Partai menjadi bagian dari negara modern yang merupakan organisasi
Labolo, (2015: 11), mengatakan bahwa partai politik merupakan bagian dari wadah
1
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm.
397.
22
aktivis politik yang terlibat menguasai pemerintahan dan merebut suara dari dukungan
masyarakat dengan lawan golongan lainnya yang berbeda pandangan.2 Partai politik
merupakan jembatan bagi ideologi dan kekuatan sosial untuk terhubung dengan
kaitannya dengan kriteria dan peran ideologi partai tersebut. Tipologi partai politik
menurut Austin Ranney, sebagaimana dikutip dari Ikhsan Darmawan (2015: 128),3
terbagi menjadi dua. Pertama, missionary parties, yakni partai politik bertipe seperti
jabatan dalam sebuah pemilihan umum. Untuk partai seperti ini, perubahan ideologi
sangat tidak dipentingkan. Kedua, broker parties, yakni partai politik ini kebalikan
dari missionary parties. Broker parties lebih mengedepankan memenangkan kursi atau
jabatan dalam pemilihan umum daripada mengejar kursi pengikut atau orang yang
percaya terhadap ideologi partai politik. Bagi partai politik bertipe ini, ideologi dapat
Selain tipologi partai politik, partai juga memiliki fungsinya karena partai
memiliki tanggung jawab konstitusional, moral, dan etika untuk membawa kondisi,
dan situasi masyarakat menjadi lebih baik dan menjadi jembatan penghubung antara
2
Muhadam Labolo dan Tegus Ilham, S.Stp, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia (Teori, Praktik dan Isu Strategi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm.11.
3
Ikhsan Darmawan, Mengenal ilmu Politik, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015), hlm.
128.
23
pemerintah dan masyarakat.4 Menurut Miriam Budiarjo (2008: 405)5 partai politik
memiliki empat fungsi yakni, sarana komunikasi politik, sebagai sarana sosialisasi
Salah satu fungsi partai politik yakni sarana rekrutmen politik. Menurut
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan latihan.6
Sistem rekrutmen ini sangat penting bagi partai untuk mendapatkan sumber daya
manusia dengan baik. Dengan adanya rekrutmen ini dapat diseleksi kandidat yang
Selain menggunakan teori partai politik penelitian ini memakai prespektif teori
elit, dinasti politik dan orang kuat lokal. Teori elit dalam hal ini mengenai elit yang
berkuasa di tingkat lokal yakni, di Kabupaten Lebak. Elit ini akan membentuk apa
yang disebut dengan dinasti politik yang pada umumnya mereka menjadi orang kuat
4
Muhadam Labolo dan Tegus Ilham, S.Stp, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia (Teori, Praktik dan Isu Strategi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm.16.
5
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm. 405.
6
Muhadam Labolo dan Tegus Ilham, S.Stp, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia (Teori, Praktik dan Isu Strategi), hlm.17.
24
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori elit yang dikemukakan oleh
Lipset dan Solari sebagaimana dikutip dari Haryanto (2017: 2), yang menjelaskan elit
yang terpenting, seperti berada dalam posisi tertinggi di ekonomi, pemerintah, aparat
kemiliteran, politik, agama, dan pekerjaan lainnya. Perbedaan yang tidak dapat
dihindarkan dalam kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya merupakan
tersebut pada waktunya akan bergabung dalam suatu kelompok yang lebih dikenal
bahwa terdapat dua bentuk distribusi kekuasaan di dalam masyarakat, yakni kelas
penguasa dan kelas dikuasai. Kelas penguasa jumlahnya sedikit, namun mampu
penguasaan kelas penguasa cenderung berada dalam keluarga tertentu melalui tradisi
moral atau warisan. Sebaliknya, kelas dikuasai memiliki jumlah yang banyak. Namun
lebih di arahkan dan dikendalikan oleh kelas penguasa baik dengan cara yang legal,
7
Haryanto, Elite, Massa, dam Kekuasaan: Suatu Bahasa Pengantar, (Yogyakarta: PolGov,
2017), hlm. 3
8
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Grasindo, 2015), hlm. 75.
25
Kelompok kelas ini akan mengalami perubahan sewaktu-waktu. Posisi yang
mereka miliki tidak bersifat langgeng karena akan diganti dengan kelompok lainnya.
(2017: 3), menyatakan bahwa dalam tubuh elit terdapat kecenderungan untuk
mengalami apa yang disebut pembusukan (decay). Oleh karena itu, diperlukan proses
yang lebih dikenal dengan istilah sirkulasi elit atau perputaran elit agar pembusukan
baik dan teratur, maka stabilitas masyarakat akan lebih terjamin. Sebaliknya, apabila
sirkulasi elit tidak terjadi maka membuka peluang munculnya kondisi potensial untuk
individu yang bergabung dalam kelompok massa tidak jarang melakukan berbagai
upaya agar dapat masuk ke dalam jaringan elit, kelompok ini disebut dengan counter
elite yakni mereka yang berada di lapisan atas dari massa, karena yang bersangkutan
merupakan kelompok yang bisa berupaya menembus masuk ke dalam jaringan elit.10
9
Haryanto, Elite, Massa, dam Kekuasaan: Suatu Bahasa Pengantar, hlm. 20.
10
Haryanto, Elite, Massa, dam Kekuasaan: Suatu Bahasa Pengantar, hlm. 22.
26
B.1. Dinasti Politik
Salah satu manifestasi teori elit terwujud dalam bentuk dinasti politik, menurut
Lendong sebagaimana dikutip dari Gun Gun Heryanto (2019: 212), dinasti politik
Dinasti politik merupakan contoh dari kekuasaan elit di mana satu atau
politik menjadi bukti reproduksi kekuatan politik keluarga yang disebabkan oleh
yang memiliki kekayaan, bakat, popularitas atau penampilan yang berkolerasi dengan
dibangun baik dari segi penerimaan publik maupun pembangunan rezim. Salah satu
11
Gun Gun Heryanto, M. Si, Literasi Politik; Dinamika Konsolidasi Demokrasi Indonesia
Pascareformasi, (Yogyakarta: Ircisod, 2019), hlm. 212.
12
Pablo Querubin, “Political Reform and Elite Persistence: Term Limits and Political Dynasties
in the Philippines”, (Harvard Academy for International and Area Studies, 2011), diakses pada 12
Desember 2019, https://leitner.yale.edu, hlm. 2.
27
Menurut prespektif neopatrimonalisme dinasti politik merupakan ekses negatif dari
keluarganya. Hal itulah yang kemudian memicu kalangan kerabat menjadi elit sebagai
kata kunci pemahaman dinasti dalam perspektif ini. Dinasti politik sebagai elit tunggal
diartikan hanya satu kelompok elit yang menguasai jalannya politik dan pemerintahan.
Dinasti politik dalam tipologi elit ini bentuknya prismatik, dinasti politik bertindak
sebagai elit memerintah (governing elite) yang memiliki hubungan patronase dengan
penting dalam pemerintahan dan masyarakat oleh orang-orang terdekat. Hal ini
jumlah elit tunggal ini sebenarnya lebih sedikit sehingga cara itu dilakukan untuk
mengefektifkan kekuasaan.13
Dinasti politik merupakan suatu fenomena yang tidak dapat terelakkan. Hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dari kemunculan orang kuat lokal dengan kapasitas
sumber daya material yang dimiliki serta berbagai pengaruh yang mereka miliki dalam
13
Wasisto Raharjo Djati, “Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti Politik
di Aras Lokal”, (Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18 No. 2, 2013), hlm. 205.
28
segelintir orang kuat lokal menjadi salah satu penyebab yang sangat kuat bagi
kemunculan dinasti politik, walaupun tidak menutup kemungkinan faktor lain juga
turut mempengaruhi. Dinasti politik memberikan pengaruh yang tidak baik pada
pembangunan sosial, politik dan ekonomi. Karena peluang politik dan ekonomi warga
negara menjadi terbatas, akan dimonopoli oleh keluarga tertentu yang memiliki modal
ekonomi besar dan dekat dengan pemegang kekuasaan. Dinasti politik juga akan
Politik dinasti pada dasarnya terbentuk akibat adanya tokoh kuat lokal yang
berkuasa penuh di daerah. Berkuasanya orang kuat lokal ini adalah hasil
perselingkuhan tak suci antara “politisi”, “birokrat lokal” dan “pengusaha”. Bahkan
tak jarang mereka sendiri membangun bisnis kroninya. Menurut Joel Migdal (1988:
41)15, orang kuat lokal merupakan pemimpin non-formal negara seperti tuan tanah,
tengkulak, kepala suku, bos, pengusaha, pemimpin perang, petani kaya, dan pemimpin
klan, yang membangun organisasi sosialnya yang berbentuk jejaring dalam rangka
Para orang kuat lokal melakukan berbagai kegiatan seperti pemberian kredit,
14
Leo Agustin, “Dinasti Politik Pasca-Otonomi Daerah Orde Baru: Pengalaman Banten”,
Prisma Vol, 29, No.3, Juli 2010.
15
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 230.
29
tindakan lainnya. Mereka juga menerapkan hadiah, hukuman dan simbol sebagai
bentuk kontrol sosial terhadap masyarakat. Orang kuat lokal beroperasi pasca-kolonial
dari Benua Asia dan Afrika yang masih lemah melakukan kontrol sosial atas
Dalam sebuah arena politik lokal, orang kuat lokal bersama birokrat di tingkat
lokal yang menjalankan kebijakan pemerintah dan politisi lokal yang terdiri dari partai
politik dan pemimpin formal di tingkat lokal, membentuk segitiga akomodasi yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Mereka membangun apa yang disebut Joel
Migdal (1988: 238-258), sebagai jaringan pertukaran sosial ekonomi dan politik.
Orang kuat lokal melakukan tawar menawar dengan birokrat dan politisi yang
menghasilkan kompromi dan kompetisi. Orang kuat lokal menawarkan stabilitas lokal
yang ditukar dengan jaminan tidak mengganggu kekuasaan mereka yang telah
mempengaruhi keputusan penting mengenai alokasi sumber daya dan aplikasi aturan-
aturan kebijakan negara dengan cara menempatkan anggota keluarga mereka pada
sejumlah jabatan penting demi menjamin alokasi sumber daya berjalan sesuai dengan
16
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 230.
17
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 230.
30
Apabila terjadi kompromi maka orang kuat lokal akan bekerjasama
diperoleh, para politisi memberikan banyak keuntungan kepada orang kuat lokal. Para
politisi juga akan meyakinkan birokrat di tingkat lokal agar jangan mengusik
Penyebab munculnya orang kuat lokal menurut John Sidel (1988: 53-57).
Pertama, sifat dasar negara dan sifat dasar masyarakat yang menyebabkan orang kuat
lokal tumbuh dan berkembang. Kedua, kebangkitan orang kuat lokal dari dalam
negara dan dari dalam masyarakat. Ketiga, struktur negara yang menciptakan kondisi
bangkit, bertahan dan berhasilnya orang kuat lokal. Keempat, budaya politik dan
tuntunan penduduk lokal yang partikular menyebabkan munculnya orang kuat lokal.
Kelima, persediaan (supply) dari orang kuat lokal tidak selalu mencerminkan
permintaan (demand) dari masyarakat. Keenam, orang kuat lokal tidak menghambat
18
Melvin Perjuangan Hutabarat, “Fenomena Orang Kuat Lokal di Indonesia Era
Desesntralisasi Studi Kasus Tantang Dinamika Kekuasaan Zulkifli Nurdin di Jambi”, (Tesis Ilmu
Politik, Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), hlm. 18.
19
Eka Suaib dan La Husen Zuada, “Fenomena ‘Bosisme Lokal’ di Era Desentralisasi: Studi
Hegemoni Politik Nur Alam di Sulawesi Tenggara” (Jurnal Penelitian Politik, Vol 12 No. 2, 2015), hlm.
54.
31
Keberhasilan orang kuat lokal dalam mencapai distribusi dan pengakuan
kontrol sosial menurut Migadal (1988: 9), disebabkan kondisi-kondisi berikut ini:20
lokal.
2. Proses akulturasi mitos bertahan hidup yang ada dalam diri orang kuat lokal
birokrat-birokrat pemerintah.
Dinasti politik dan orang kuat lokal dalam rangka melestarikan dominasinya di
tingkat lokal biasanya akan membentuk sebuah hubungan patron klien. Menurut
James C. Scott (1983: 92), patron klien merupakan hubungan timbal balik di antara
dua peran yang dapat diartikan sebagai sebuah kasus khusus yang melibatkan
20
Yosef Kristoforus Taekab, “Calon Tunggal dan Orang Kuat Lokal dalam Pilkada Serentak
(Studi Tentang Sumber-Sumber Kekuatan Calon Tunggal dalam Pilkada Serentak di Kabupaten Timor
Tengah Utara Tahun 2015)” (Jurnal Ilmu Politik, Universitas Airlangga).
32
pertemanan secara luas. Di mana individu yang satu memiliki status sosial ekonomi
individu yang lain yang memiliki status yang lebih rendah (klien), sedangkan klien
Hubungan antara patron dan klien adalah hubungan yang tidak seimbang dan
perasaan hutang budi klien kepada patron dan kemudian membalas jasa patron. Selain
kepercayaan, dan kasih sayang dalam hubungan di antara mereka.22 Terdapat tiga ciri
patron;
21
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 231
22
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 231
23
Kausar AS, Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah dalam Bayang-Bayang Budaya
Patron-Klien, (Bandung: Alumni, 2009), hlm. 17.
33
2. Ada sifat tatap muka (face to face character). Walaupun hubungan ini
3. Ikatan ini bersifat luwes dan meluas (diffuse flexibility). Sifat meluas
terlihat tidak hanya pada hubungan kerja saja, melainkan juga pada
persahabatan di masa lalu. Selain itu, juga terlihat pada jenis pertukaran
yang tidak hanya uang atau barang, tetapi juga bantuan tenaga dan
dukungan kekuatan.
Hubungan patron klien bersifat individual antara dua individu dengan patron
dan klien terjadi interaksi yang bersifat timbal balik dengan mempertukarkan sumber
daya (exchange of resource) yang dimiliki oleh setiap pihak. Patron memiliki sumber
daya yang berupa kekuasaan, kedudukan atau jabatan, perlindungan, perhatian dan
rasa sayang, dan tidak jarang pula sumber daya yang berupa materil (harta kekayaan,
tanah garapan, dan uang). Sementara itu, klien memiliki sumber daya berupa tenaga,
dukungan dan loyalitas.24 Faktor yang menyebabkan seseorang menjadi patron dalam
kelompok patron klien yaitu ketergantungan para klien secara materil kepada patron.
24
Kausar AS, Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah dalam Bayang-Bayang Budaya
Patron-Klien, hlm. 7-8.
34
penghasilannya kepada patron. Para klien dan keluarganya memperoleh pekerjaan dan
Patron klien akan membentuk sebuah hubungan dengan bentuk bola gugus,
seperti apa yang dijelaskan Maswadi Rauf (2001: 99), bentuk hubungan patron klien
bisa berbentuk bola gugus (patron client cluster) yakni bentuk hubungan seorang
patron dengan beberapa klien. Bisa juga berbentuk pola piramida (patron client
pyramid) yakni hubungan dari beberapa gugus patron klien yang dipimpin seorang
patron sebagai patron yang tertinggi. Dalam pola ini, seorang klien dari patron
masyarakat. Barang publik dan pelayanan masyarakat yang dimaksud ini sebagai
barang yang dapat dikonsumsi oleh semua anggota masyarakat di suatu daerah atau
negara tertentu. Namun, sistem klientelisme individu atau suatu lembaga bisa saja
pengaruh orang lain yang mengontrol distribusi barang dan jasa tersebut. Untuk
25
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 231.
26
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 231.
35
memahami lebih jauh hubungan patron klien Roniger (1990: 3-4), menjelaskan
masyarakat,
orang yang tidak termasuk dalam jaringan ini atau hanya tersangkut
dua tipe sumber (resources) dan jasa yang berbeda, seperti instrumental
27
Kausar AS, Sistem Birokrasi Pemerintahan di Daerah dalam Bayang-Bayang Budaya
Patron-Klien, hlm. 20-30.
36
jangka panjang dan lepas dari imbalan tertentu, penghargaan dan
jangka panjang,
di daerah. Karena dapat menciptakan sistem feodal yang bersifat patron klien dan
hubungan ini yakni intergrasi vertikal kekuasaan menjadi sangat terbatas aksesnya.
Masyarakat kerap terpaksa untuk masuk ke pilihan politik yang terbatas karena akses
dikendalikan oleh sedikit elit yang membentuk sistem protektif oleh keluarga, kerabat,
dan teman dekat. Dampak selanjutnya, dinasti politik juga kerap menjadi penjaga setia
para politisi dipandang sebagai orang yang segani yang disetujui negara yang
28
Gun Gun Heryanto, M. Si, Media Komunikasi Politik: Relasi Kuasa Media di Panggung
Politik, (Yogyakarta: Ircisod, 2018), hlm. 362.
37
menyediakan barang dan jasa untuk para pemilih dan massa.29 Keluarga dinasti akan
timbul dari keluarga lain. Lebih lanjut, hubungan patron klien dapat dipertahankan
melalui generasi, karena pengakuan nama. Misalnya, jika ayah diganti oleh anaknya,
atau istri dalam pemilihan berikutnya untuk pemilu, ada harapan dari klien bahwa
anggota keluarga yang baru duduk akan menyediakan barang yang sama di politisasi
hubungan patron klien di mana seorang petahana mengantarkan barang publik hanya
ketika pemilihan yang dijadwalkan akan tiba. Keluarga dinasti akan menggunakan
sumber daya yang di alokasikan untuk ekonomi dan infrastruktur untuk membeli suara
(barang pribadi) untuk menumpuk kekayaan. Hubungan ini antara dinasti (patron) dan
diprediksi. Keluarga politik akan mengembangkan hubungan dengan klien yang setia
dalam siklus pemilu. Klien akan menerima barang yang di politisasi yang mencakup
pekerjaan yang ditargetkan dan barang subsidi seperti uang, tanah, perumahan umum,
pendidikan, dan tunjangan asuransi sosial. Jadi, ada kebutuhan bagi pelanggan untuk
29
Rollin F. Tusalem dan Jeffrey J. Pe-Agguirre, “The Effect of Political Dynasties on Effective
Democratic Governance: Evidence From the Philippines”, (Jurnal Asian Politic dan Policy, Vol. 5 No.
3, 2013), hlm. 4.
30
Rollin F. Tusalem dan Jeffrey J. Pe-Agguirre, “The Effect of Political Dynasties on Effective
Democratic Governance: Evidence From the Philippines”, (Jurnal Asian Politic dan Policy, Vol. 5 No.
3, 2013), hlm. 8.
38
setiap siklus pemilihan. Begitu selama mekanisme pertukaran dan pemantauan ini
31
Rollin F. Tusalem dan Jeffrey J. Pe-Agguirre, “The Effect of Political Dynasties on Effective
Democratic Governance: Evidence From the Philippines”, (Jurnal Asian Politic dan Policy, Vol. 5 No.
3, 2013), hlm. 8.
39
BAB III
Banten. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 2 Desember 1828, jauh sebelum
kabupaten ini memiliki luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km². Wilayah Lebak
Lebak terdiri dari 28 kecamatan, yang memiliki 340 desa dan 5 kelurahan.1
tinggi dan rendah. Bagian utara Lebak merupakan dataran rendah, sedangkan bagian
selatan merupakan dataran tinggi dengan puncak Gunung Halimun di ujung tenggara
yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Selain
itu, Kabupaten Lebak dilalui oleh sungai yang terpanjang di Banten yakni Sungai
1
Kabupaten Lebak, “Profil Kabupaten Lebak”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-kabupaten-lebak/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 14.40.
40
Ciujung yang mengalir ke arah utara. Kabupaten Lebak juga dilintasi oleh jalur kereta
2
BPS Kabupaten Lebak, Kabupaten Lebak dalam Angka, (Lebak, Cv. Karya Amanah Art,
2018), hal. 9-10.
3
BPS Kabupaten Lebak, Kabupaten Lebak dalam Angka 2018, hal. iii
41
Berdasarkan hasil sensus kependudukan Kabupaten Lebak pada tahun 2017,
penduduk laki-laki sebanyak 659.796 jiwa, dan penduduk perempuan sebanyak 628.
796 jiwa. Persebaran penduduk di Kabupaten Lebak dari tiap kecamatan tidak merata
merupakan kecamatan yang memiliki tingkat penduduknya yang paling padat dengan
21.312 jiwa. Berikut ini data jumlah penduduk di setiap kecamatan yang berada di
42
Tabel III.A.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 di
Kabupaten Lebak4
4
BPS Kabupaten Lebak, Kabupaten Lebak dalam Angka 2018, hal. 41.
43
A.1. Sosial Politik
Lebak juga dikenal sebagai tempat bermukim suku Baduy. Di Kabupaten Lebak juga
Kecamatan Kalang Anyar.6 Kasepuhan dan suku Baduy menjadi keunikan tersendiri
di Kabupaten Lebak. Suku Baduy setiap tahunnya melakukan kegiatan adat tahunan
yang sering disebut Seba Baduy. Selain Baduy, Kesepuhan Cisungsang juga selalu
mengadakan agenda adat tahunan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang
mereka dapatkan acara tahunan ini sering disebut “seren tahun Cisungsang”.
Sejak pertama kali berdiri tahun 1828, Kabupaten Lebak sudah dipimpin oleh
26 bupati. Namun, sejak diterapkan pemilihan langsung bupati dan wakil bupati
dimulai tahun 2008 hingga 2018, baru ada dua bupati yang terpilih secara langsung
oleh masyarakat Kabupaten Lebak. Dua bupati tersebut adalah Mulyadi Jayabaya dan
Iti Octaviani Jayabaya yang tidak lain merupakan ayah dan anak yang menjadi bupati.
5
Menurut KBBI, kasepuhan merupakan golongan yang terdiri atas orang-orang lanjut usia
yang sangat dihormati oleh warga desa yang berfungsi sebagai penasihat kepala desa, diakses dari
https://kbbi.kata.web.id pada tanggal 6 Januari 2020 pukul. 12.00.
6
Kabupaten Lebak, “Profil Kabupaten Lebak”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-kabupaten-lebak/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul 14.40.
44
periode. Begitu pula dengan Iti Octaviani Jayabaya, semenjak kemenangannya di
Pilkada tahun 2018 Iti memimpin Kabupaten Lebak menjadi dua periode. Berikut
H. Mulyadi Jayabaya, SE
2003-2008
H. Odih Chudori Padma
H. Mulyadi Jayabaya, SE
2008-2013
Ir. H.Amir Hamzah M.Si
Odih Chudori Padma. Pasangan ini terpilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Lebak pada tahun 2003. Sejak tahun 2008, Kabupaten Lebak
7
Channel Banten, Ini Nama-nama Bupati Lebak dari Pertama Hingga Sekarang, artikel ini
diakses dari https://www.chanelbanten.com/ pada tanggal 4 Agustus 2019 pukul. 11.30.
45
Mulyadi Jayabaya berpasangan dengan Amir Hamzah, pasangan ini terpilih menjadi
bupati dan wakil bupati melalui pemilihan secara langsung oleh masyarakat Lebak.8
Pada tahun 2013, Lebak melaksanakan Pilkada untuk kedua kalinya. Pilkada
ini dilaksanakan dua kali putaran karena ada masalah. Untuk mengisi kekosongan
jabatan maka ditunjuklah Asmuji HW sebagai Pelaksana Tugas (Plt). Setelah itu, pada
Pilkada ini terpilih pasangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi. Pasangan ini
terpilih kembali di Pilkada 2018 untuk menjadi bupati dan wakil bupati.
Lebak adalah PDI Perjuangan dengan perolehan suara 120.301 suara, lalu disusul
Golkar dengan perolehan 86.826 suara, Demokrat dengan perolehan 68.263 suara,
PKS dengan perolehan 58.904 suara, PKB dengan perolehan 58.904 suara, dan
Gerindra dengan perolehan 56.968 suara. PDI Perjuangan dan Demokrat memang
mendominasi politik di Kabupaten Lebak. Hal ini terlihat dengan terpilihnya Iti
Octaviani Jayabaya sebagai bupati dan Ade Sumardi menjadi wakil bupati. Pada
Pemilu Legislatif 2014, jumlah kursi di DPRD Kabupaten Lebak berjumlah 50 kursi.
kursi, PKS 5 kursi, Gerindra 5 kursi, PKB 5 kursi, dan PPP 5 kursi. 9
8
Channel Banten, Ini Nama-nama Bupati Lebak dari Pertama Hingga Sekarang, artikel ini
diakses dari https://www.chanelbanten.com/ pada tanggal 4 Agustus 2019 pukul. 11.30.
9
Antara News, PDI Perjuangan Raih 10 Kursi DPRD Lebak, artikel ini diakses
http://antaranews.com/ pada 4 Agustus 2019 pukul. 12.30.
46
B. Profil Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak
Hj. Iti Octaviani Jayabaya, SE, MM lahir pada 4 Oktober 1978 di Kampung
Kopi Desa Prabu Gantungan Kecamatan Cileles. Iti merupakan anak pertama dari
Mulyadi Jayabaya. Agama yang dianut Iti adalah Islam. Iti menghabiskan masa
kecilnya di Kampung Kopi dengan kakeknya, yakni orang tua dari Mulyadi
Jayabaya.10
Kecamatan Cileles dan lulus pada tahun 1990. Kemudian ia melanjutkan sekolah di
Iti pindah sekolah ke SMPN 4 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 1993. Setelah lulus
karena sering sakit di pesantren, Iti lalu dipindahkan ke Madrasah Aliyah Washilatul
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Setelah lulus Strata 1 tersebut, Iti menempuh
pendidikan Strata 2 nya di Universitas Trisakti dan lulus pada tahun 2005.11
10
Kabupaten Lebak, “Profil Bupati dan Wakil Bupati”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-bupati-wakil-bupati/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul. 21.16.
11
Kabupaten Lebak, “Profil Bupati dan Wakil Bupati”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-bupati-wakil-bupati/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul. 21.16.
47
Awal kiprahnya di politik dimulai pada tahun 2006, dengan menjabat sebagai
ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Lebak. Menarik untuk dilihat, kemunculan Iti
di PDI Perjuangan. Hal ini merupakan salah satu strategi dalam memperkenalkan Iti
ke masyarakat untuk menjadi penerus Mulyadi Jayabaya. Karena pada saat Iti
menjabat sebagai Ketua DPC Demokrat Kabupaten Lebak, Partai Demokrat sedang
sebagai Presiden Republik Indonesia saat itu. Dengan masuknya Iti sebagai Ketua
DPC Partai Demokrat Lebak, Mulyadi Jayabaya menjadi orang yang berkuasa secara
formal maupun informal (godfather) dikalangan para elit partai. Ini menunjukkan
indikasi Mulyadi Jayabaya sebagai figur orang kuat lokal yang menguasai beberapa
Pada saat yang sama Partai Demokrat juga berkepentingan menaikan suara
karena Iti sebagai putri orang kuat Mulyadi, Iti potensial menjadi lumbung suara.
Dengan demikian, Partai Demokrat bisa dengan mudah menaikan suara. Terbukti
dengan pencalonan Iti sebagai anggota DPR-RI Dapil Banten I tahun 2009. Suara
yang diperoleh Iti pada pemilihan legislatif 2009 yakni 100.644 suara,12 dan menang
yang kemudian ia ditempatkan di Badan Anggaran. Kemudian, pada tahun 2013 awal
12
Kompas, “Miing dan Suami Atut Lolos ke Senayan”, artikel ini diakses dari
https://travel.kompas.com/ pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 20.20.
48
ditunjuk untuk melanjutkan jejak ayahnya karena ia merupakan anak pertama dari
Mulyadi Jayabaya. Selain itu, Iti juga sudah memiliki jiwa kepemimpinan yang
dimilikinya sejak di bangku kuliah. Dengan modal itulah, Iti mencalonkan sebagai
H. Ade Sumardi, SE, M.Si lahir pada tanggal 27 Juli 1972 di Lebak. Ayah
dari tiga anak ini menempuh pendidikan di SDN Citorek 3, kemudian ia melanjutkan
lulus pada tahun 1998. Setelah lulus Strata 1 Ade melanjutkan sekolah Strata 2 di STIE
Awal kiprahnya di politik dimulai pada tahun 1998, Ade ditunjuk sebagai
koordinator wilayah III PDI Perjuangan Kabupaten Lebak. Setelah itu, pada tahun
2000 sampai dengan 2005 Ade menjabat sebagai bendahara DPC PDI Perjuangan
Kabupaten Lebak. Selanjutnya, di tahun 2005 Ade menjadi ketua DPC PDI
Perjuangan Kabupaten Lebak. Pada Pemilihan Legislatif 2009 Ade mencalonkan diri
13
Kabupaten Lebak, “Profil Bupati dan Wakil Bupati”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-bupati-wakil-bupati/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul. 21.16.
49
menjadi anggota DPRD Kabupaten Lebak, yang kemudian menghantarkannya
sebagai ketua DPRD Kabupaten Lebak periode 2009 sampai dengan 2013.14
Pada tahun 2013, Ade Sumardi maju di Pilkada Kabupaten Lebak, sebagai
Wakil Bupati Iti Octaviani Jayabaya. Berdasarkan observasi yang telah penulis
lakukan, pencalonan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi pada Pilkada Lebak
tahun 2013 tidak dapat dilepaskan dari peran ayahnya Iti, yakni Mulyadi Jayabaya.
Mulyadi Jayabaya menunjuk Ade menjadi wakil, karena Ade merupakan Ketua DPC
PDI Perjuangan Kabupaten Lebak pada saat itu. Selain itu, elektabilitas Ade yang
cukup tinggi dari hasil survei PDI Perjuangan dan pertimbangan dari hasil diskusi
tokoh dari berbagai kalangan bahwa Ade yang cocok menjadi wakil Iti di Pilkada
lahir di Lebak, 22 Maret 1957. JB merupakan anak dari salah satu orang terpandang
di Lebak yaitu, H. Datu Mulyadi Jayabaya. 16 Istri Mulyadi Jayabaya bernama Nila
Jayabaya yang merupakan ibu dari Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya, Muhammad
Nabil Jayabaya, dan Muhammad Azzari Jayabaya. Sebelum menikah dengan Nila
Jayabaya, JB telah menikahi dua kali. Istri pertama merupakan ibu dari Iti Octaviani
14
Kabupaten Lebak, “Profil Bupati dan Wakil Bupati”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-bupati-wakil-bupati/ pada tanggal 3 Agustus 2019 pukul. 21.16.
15
Anonim, Wawancara Informal, Lebak, 4 Januari 2020.
16
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
50
Jayabaya dan istri kedua merupakan ibu dari Diana Jayabaya. Selain itu, menurut
penuturan salah satu narasumber yang tidak bisa disebutkan namanya, JB memiliki
Mulyadi Jayabaya memulai usahanya sebagai penjual ikan asin, dengan kerja
kerasnya dan usaha pantang menyerah, Mulyadi Jayabaya berhasil sedikit demi sedikit
didirikan JB yaitu, PT Cipadang Jayabaya Putra Utama, selanjutnya pada tahun 1995
JB mendirikan PT Giri Jaya Putra, lalu ditahun 2008 mendirikan CV Bintang Wifar,
dan di tahun 2014 mendirikan Mulya Kuarsa Anugrah dan PT Mulya Gemilang Beton.
Selain itu, PT Karya Putri Pertama dan PT Jayabaya Batu persada telah berhasil
pemerintah dalam pembangunan di Lebak. Maka tak aneh jika Mulyadi Jayabaya
Cileles di Kecamatan Cileles. Selanjutnya pada tahun 1975 JB masuk menjadi anggota
Partai Golkar yang kemudian di partai ini JB sempat menjadi wakil ketua DPD II
Golkar Kabupaten Lebak. Hingga akhirnya pada saat reformasi berjalan, Mulyadi
17
Anonim, Wawancara Informal, Lebak, 4 Januari 2020.
18
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
51
Jayabaya beralih menjadi anggota PDI Perjuangan dan sempat menjadi ketua DPC
Lebak tahun 2001. Dalam jabatan organisasi lainnya, Mulyadi Jayabaya sempat
menjabat menjadi ketua GAPENSI yang kemudian berlanjut sebagai Ketua KADIN
dalam organisasi bisnis dan menjadi ketua KADIN dimana dinilai menguntungkan.
Mulyadi Jayabaya yang memiliki kapasitas modal materi yang besar mampu
membentuk dinasti politiknya. Jabatan politik yang dimiliki berimbas pada terus
daerah dan organisasi bisnis. Hal itu sejalan, jika kita melihat peserta-peserta pemilu
tersisihkan. Mulyadi Jayabaya termasuk orang yang memiliki modal besar. Contoh
saja pada pemilihan Bupati 2003 yang sebenarnya masih memakai mekanisme
pemilihan tidak langsung. Mulyadi Jayabaya sukses menjadi calon peserta, sedangkan
lawannya yang tidak memiliki latar belakang pemilik modal yang besar, digugurkan.
19
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
52
Hal tersebut sempat menjadi permasalahan dalam pemilihan Bupati Lebak yang
dilansir sarat politik uang, terlebih pasangan Mulyadi Jayabaya menjadi sorotan
karena dugaan ijazah palsu dan calon wakil yang mendampingi Jayabaya dinilai cacat
hukum.20
Bukan menjadi rahasia, jika penggunaan modal yang semakin besar sangat
terlihat pada pemilihan umum langsung baik legislatif ataupun eksekutif yang berlaku
secara nasional. Politik uang pun semakin terlihat ketika diadakannya pemilihan
periode jabatannya yang kedua, karena pasangan calon lainnya mengundurkan diri.21
JB tidak melepaskan jabatannya begitu saja. Terbukti di Pilkada tahun 2014 Iti
Octaviani Jayabaya maju dalam Pilkada tersebut. Bukan tanpa alasan ditunjuknya Iti
menjadi penerus sang ayah karena Iti merupakan anak pertama dari JB. Selain itu, Iti
juga sudah memiliki jiwa kepemimpinan sejak beliau duduk dibangku perkuliahan
dengan masuk dalam organisasi kemahasiswaan HMI. Namun itu saja tidak cukup, Iti
20
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
21
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
53
juga sudah memiliki popularitas dengan dirinya menjabat sebagai anggota DPR-RI
tahun 2009-2014. Maka tak aneh jika Iti di tunjuk ayahnya untuk meneruskan
jejaknya.
Pada kasus pemilihan Bupati 2014 yang menghasilkan terpilihnya Iti Octavia
berkeyakinan bahwa dari dua calon pesaing Iti, hanya satu pasangan calon yang benar-
benar murni ingin menjadi bupati/wakil bupati Lebak, yakni pasangan calon yang
berasal dari partai Golkar. Sementara pasangan calon nomor urut 1 yang maju tanpa
didukung oleh partai politik, diyakini masyarakat hanya merupakan bayaran dari Iti
dan keluarga untuk memecah suara. Hal tersebut dikarenakan, calon dari pasangan
calon lainnya merupakan warga asli Baduy yang menempuh pendidikan serta
bertempat tinggal di daerah Rangkasbitung, dan didukung oleh dinasti Ratu Atut.
Adanya keyakinan masyarakat bahwa pesaing calon nomor urut 1 adalah hanya
pemanis dan bayaran saja, terlihat dari ketidaksungguhan pasangan calon nomor urut
1 untuk menggaet suara masyarakat. Hanya mencalonkan, namun tidak berbuat apa-
apa. Begitu pun pada saat debat yang terkesan menjawab dengan asal-asalan dan tidak
niat.22
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
22
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
54
D. Dinamika Politik Pilkada Kabupaten Lebak
Pada tahun 2003 Kabupaten Lebak melaksanakan pemilihan bupati dan wakil
bupati. Namun, pada pemilihan ini masih dipilih langsung oleh DPRD. Pada saat itu,
proses pemilihan bupati dan wakil bupati diikuti oleh dua pasangan calon yakni
pasangan Ya’as Mulyadi dengan Maman Saeful Rahman dan pasangan Mulyadi
Jayabaya dengan Odih Chudori Padma. Mulyadi Jayabaya dan Odih Chudori Padma
akhirnya memenangkan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak periode
2003-2008, dengan meraih 22 suara yang unggul satu suara dari pasangan Ya’as
Beberapa elemen mempertanyakan ijazah SMA Mulyadi Jayabaya. Soal ijazah palsu
sebenarnya sudah mencuat sebelum pemilihan berlangsung, tetapi banyak pihak yang
akhirnya menilai isu ijazah tersebut merupakan salah satu manuver untuk
24
menggagalkan kemenangan Mulyadi Jayabaya. Setelah ditelusuri, menurut
Kapolwil Banten Komisaris Besar Abdurachman dalam suratnya kepada Ketua DPRD
Lebak ijazah atas nama Mulyadi Jayabaya yang dikeluarkan Dinas Pendidikan dan
23
Tempo, “Polwil Banten Periksa Pembuat Ijazah Palsu Bupati”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada tanggal 7 Januari pukul. 15.56.
24
Tempo, “Polwil Banten Periksa Pembuat Ijazah Palsu Bupati”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada tanggal 7 Januari pukul. 15.56.
25
Tempo, “Mendagri Didesak Lantik Bupati Lebak”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada tanggal 7 Januari pukul. 16.11.
55
Pada saat itu, Kabupaten Lebak mengalami kekosongan jabatan bupati dan
wakil bupati. Beberapa ormas melakukan aksi di depan gedung Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), aksi ini dilakukan untuk segera melantik Mulyadi Jayabaya dan
Odih Chudori Padma. Setelah menunggu selama dua bulan, akhirnya Mulyadi dan
Odih dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lebak oleh Gubernur Banten Djoko
Munandar pada 5 November 2003. Namun, Proses hukum mengenai ijazah Mulyadi
Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan
langsung kepala daerah. 27 Pada tahun 2008 pertama kalinya Kabupaten Lebak
melaksanakan Pilkada. Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Mulyadi
Jayabaya dan Amir Hamzah yang diusung oleh PDI Perjuangan, Golkar, Demokrat,
PKS, PKB, PAN, PBB, dan PBR. Adapun pasangan Mardini dan Wijaya Ganda
Sungkawa diusung oleh PPP, PBB, PNI Marhaen dan Partai Pelopor. Selanjutnya,
sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Lebak dengan perolehan suara sebanyak
360.420 suara atau 64,3 persen, sedangkan pasangan Mardini dan Wijaya Ganda
Sungkawa dengan perolehan suara 172.326 suara atau 30,7 persen, dan pasangan
26
Tempo, “Mendagri Didesak Lantik Bupati Lebak”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada tanggal 7 Januari pukul. 16.11.
27
Detik, “Dulu Pilkada, Lalu Pemilukada, kini Pilgub”, artikel ini diakses dari
https://news.detik.com/ pada 19 Agustus 2019 pukul. 16.03.
56
Muhammad Ya’as Mulyadi dan Muhammad Sudirman meraih suara 27.851 suara atau
5 persen.28
pasal 58 huruf o yang berisi, kepala daerah belum pernah menjabat sebagai kepala
daerah atau wakil kepala daerah selama dua kali masa jabatan dalam jabatan yang
sama.29 Maka dari itu, Mulyadi Jayabaya tidak mencalonkan kembali menjadi bupati
pada Pilkada Lebak tahun 2013. Sebab, ia telah menjabat sebagai Bupati di Kabupaten
Lebak selama dua periode. Kemudian Mulyadi Jayabaya menunjuk putrinya Iti untuk
Pada Pilkada Lebak tahun 2013, diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Amir
Hamzah dan Kasmin yang didukung oleh Partai Golkar. Sedangkan, pasangan Iti
Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi didukung oleh Partai Demokrat, PDI
Perjuangan, Hanura, Gerindra, PPP, PKS, PPNU, dan PPD. Selanjutnya, pasangan
Pepep Faisaludin dan Aang Rasidi yang menggunakan jalur perseorangan.30 Ketika
Pilkada putaran pertama pasangan Iti dan Ade memperoleh suara sebanyak 407.156
suara atau 62,37 persen. Sedangkan, pasangan Amir Hamzah dan Kasmin
28
Rifqi Zabadi Asshegaf, “Demokrasi Otonomi Daerah dan Perilaku Politik Jawara (Studi
Tentang Peran Jawara dalam Pemenangan H. Mulyadi Jayabaya dan H. Amir Hamzah pada Pilkada
Kabupaten Lebak Tahun 2018)” (Skripsi Program Studi Ilmu Politik, Ciputat, 2013).
29
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
diakses dari www.dpr.go.id pada 7 Januari 2020 pukul. 19.32.
30
Tempo, “Tiga Pasangan Calon Berebut Kursi Bupati Lebak”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada 19 Agustus 2019 pukul 19.30.
57
memperoleh suara sebanyak 226.440 suara atau 34,69 persen. Selanjutnya, pasangan
Pepep Faisaludin dan Aang Rasidi memperoleh suara 19.163 atau 2,94 persen.31
bupati dan wakil bupati harus diulang. Mahkamah Konstitusi sesuai dengan
seluruh tempat pemungutan suara (TPS). Putusan ini berdasarkan fakta hukum yang
diajukan pemohon yakni Amir Hamzah dan Kasmin terkait pelanggaran dan
kecurangan yang dilakukan pasangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi.
Pasangan ini digugat karena adanya fakta pengerahan birokrasi untuk memilih
pasangan Iti dan Ade yang diduga atas instruksi dari ayahnya Mulyadi Jayabaya yang
Pada kasus Pilkada ini, dinasti Ratu Atut Chosiyah ikut terlibat di dalamnya.
Dinasti Atut merupakan dinasti yang menguasai pemerintahan Provinsi Banten. Pada
Maret 2013, Atut bertemu dengan Amir dan Kasmin untuk menyampaikan bahwa
pasangan tersebut diusung Partai Golkar untuk maju di Pilkada Lebak 2013. Dana
kampanye Amir dan Kasmin ditanggung oleh Tubagus Chaeri Wardana (Wawan)
yang merupakan adik dari Atut. 33 Kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil
Mochtar untuk memenangkan gugatan Amir dan Kasmin. Kasus ini melibatkan Atut,
31
Berita Satu, “14 November, Pemungutan Suara Ulang Pilkada Lebak”, artikel ini diakses dari
https://www.beritasatu.com/ pada 19 Agustus 2019 pukul. 20.00.
32
Berita Satu, “Pasangan Amir-Kasmin Gugat Hasil Pilkada Lebak ke MK”, artikel ini diakses
dari https://www.beritasatu.com/ pada tanggal 7 Januari 2020 pukul 20.12.
33
Kompas, “Suap Akil Mochtar, Mantan Kandidat Pilkada Lebak Dituntut Lima dan Empat
Tahun Penjara”, artikel ini diakses dari https://nasional.kompas.com/ pada 7 Januari 2020 pukul 21.09.
58
Wawan, Amir dan Kasmin, yang menyebabkan mereka ditahan karena kasus suap
Pilkada Lebak tahun 2013.34 Dengan adanya kasus ini, Dinasti Atut yang berusaha
Dalam putaran kedua Pilkada pada tanggal 14 November 2013, pasangan Iti
dan Ade memenangkan Pilkada ulang ini dengan peroleh suara 398.892 suara.
Sedangkan, pasangan Amir Hamzah dan Kasmin memperoleh suara 170.340 suara.
Selanjutnya, pasangan Pepep Faisaludin dan Aang Rasidi memperoleh 19.617 suara.
terdapat pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif. Maka dari itu, pasangan
Iti dan Ade terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Lebak tahun 2014
Pada Pilkada ketiga Kabupaten Lebak tahun 2018, ada fenomena yang
sebelumnya belum pernah terjadi di Kabupaten Lebak, yakni Pilkada yang diikuti oleh
satu pasang calon atau calon tunggal. Pasangan calon tunggal ini, yakni Iti Octaviani
Jayabaya dan Ade Sumardi yang merupakan petahana dan masih belum ada lawannya
dalam Pilkada kali ini. Namun, sebelum munculnya calon tunggal ini ada beberapa
34
Kompas, “Suap Akil Mochtar, Mantan Kandidat Pilkada Lebak Dituntut Lima dan Empat
Tahun Penjara”, artikel ini diakses dari https://nasional.kompas.com/ pada 7 Januari 2020 pukul 21.09.
35
Hukum Online, “MK Kukuhkan Pemenang Pemiluka Lebak”,artikel ini diakses
https://www.hukumonline.com/ pada 19 Agustus 2019 pukul 21.30.
59
Ada calon yang mendaftarkan diri untuk menjadi calon bupati dan wakil bupati
yakni Cecep Sumarno dan Didin Saprudin. Calon pasangan ini gagal karena salah satu
persyaratan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang harus dikumpulkan tidak terpenuhi.
Pasangan ini hanya memiliki KTP sah sebanyak 43.445 buah. Sedangkan syarat yang
ditentukan oleh KPU Lebak sebanyak 71.111 buah. Berdasarkan Surat Keputusan
Selain itu, ada pasangan Jazuli dan Sopyan yang berniat mencalonkan diri
untuk menjadi calon bupati Lebak. 37 Namun, langkah mereka terhenti ketika
mengajukan diri untuk dicalonkan dari partai PKS, Hanura, dan Nasdem. Setelah
pengajuan diri tersebut tidak ada respon lisan maupun tulisan dari partai tersebut.
Sehingga mereka tidak ada waktu untuk mengajukan diri secara independen yang pada
akhirnya pasangan Jazuli dan Sopyan gagal mencalonkan diri menjadi pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak. Kegagalan ini, merupakan indikasi dari
semua kecamatan. Pasangan tunggal Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi
36
Kabar Banten, “Pilkada Lebak 2018: Cecep-Didin Kurang 122.674 Dukungan”, artikel ini
diakses dari https://www.kabar-banten.com pada 7 Januari 2020 pukul. 21.30.
37
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 50
60
memperoleh suara 453.938 sedangkan kotak kosong memperoleh suara 135.879.
Berdasarkan perolehan yang didapatkan pasangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade
Sumardi memenangkan Pilkada Lebak tahun 2018. 38 Dari kemenangan Iti Octaviani
Jayabaya dan Ade Sumardi yang unggul di semua wilayah di Lebak merupakan
38
KPU Kabupaten Lebak, “Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2018”, artikel ini
diakses dari https://kpu-lebakkab.go.id/ pada 7 januari 2020 pukul. 23.45.
61
BAB IV
Pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak 2018 ada fenomena menarik
yang sebelumnya tidak pernah terjadi di Lebak, yakni fenomena Pilkada dengan calon
sering diidentikkan dengan sebutan “kotak kosong”. Fenomena kotak kosong ini
calon tunggal ini, masyarakat diberi pilihan untuk memilih paslon atau kotak kosong.
kemunculan calon tunggal. Calon tunggal ini merupakan pasangan petahana Iti
Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi melawan “kotak kosong”. Pasangan calon
tunggal ini berhasil memenangkan pertarungan di Pilkada Lebak 2018. Pasangan Iti
dan Ade memperoleh suara 453.938 suara atau 76,96 persen, sedangkan kotak kosong
meraih suara 135.879 suara atau 23,04 persen.1 Berikut merupakan perolehan suara
1
Data dari KPU, diakses dari https://infopemilu.kpu.go.id pada tanggal 20 Januari 2020 pukul.
19.15.
62
Tabel IV.1. Rekapitulasi Suara Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2018
Perolehan Suara
Iti Octaviani
Kecamatan
Jayabaya dan Ade Kotak Kosong
Sumardi
Banjarsari 21.352 4.964
Bayah 15.654 6.585
Bojongmanik 9.197 1.513
Cibadak 18.951 8.000
Cibeber 31.814 3.614
Cigemblong 9.135 1.839
Cihara 11.144 3.343
Cijaku 10.837 2.859
Cikulur 17.306 2.921
Cileles 19.143 2.361
Cilograng 11.735 5.718
Cimarga 21.929 6.824
Cipanas 18.772 3.409
Cirinten 10.400 1.978
Curug Bitung 14.522 1.710
Gunung Kencana 14.891 2.502
Kalanganyar 9.203 4.546
Lebakgedong 10.567 653
Leuwidamar 16.648 4.628
Maja 16.299 6.006
Malingping 15.906 12.549
Muncang 12.997 3.560
Panggarangan 14.361 5.183
Rangkasbitung 34.773 19.360
Sajira 17.279 4.642
Sobang 17.104 1.163
Wanasalam 15.868 7.238
Warunggunung 15.512 5.898
Total 453.938 135.879
Sumber: KPUD Kabupaten Lebak
63
Tabel di atas menunjukkan pasangan Iti dan Ade unggul di seluruh kecamatan
di Lebak. Kemenangan Iti dan Ade tidak terlepas dari koalisi yang dibentuknya
dengan nama “koalisi kita”. Koalisi ini didukung oleh 10 partai yang ada di Lebak di
antaranya Demokrat, PDI Perjuangan, PKB, PKS, PAN, Golkar, Gerindra, PPP,
Hanura, dan Nasdem. Koalisi besar ini merupakan koalisi yang cukup kuat dalam
memenangkan pasangan Iti dan Ade. Indikasi pembentukan Koalisi Kita ini tidak
dapat dilepaskan dari peran Mulyadi Jayabaya sebagai orang kuat lokal yang
merupakan ayah dari Iti dalam mengonsolidasikan para elit partai di tingkat lokal
maupun pusat.
Penelitian ini berfokus pada fenomena calon tunggal dan peran orang kuat lokal
pada Pilkada Kabupaten Lebak tahun 2018 sehingga menyebabkan terjadinya calon
tunggal pada Pilkada tersebut. Penyebab partai politik tidak dapat mengusung
kemunculan calon tunggal pada Pilkada Lebak 2018. Dengan kemunculan peran orang
kuat lokal dalam Pilkada ini, pada dasarnya akan memunculkan kuatnya dinasti di
Lebak. Sebab orang kuat lokal merupakan orang yang disegani di semua kalangan di
Lebak. Pada akhirnya, penelitian ini akan lebih berfokus kepada fenomena
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partai politik, teori elit; dinasti
64
politik, orang kuat lokal, dan teori patron klien yang akan dikaitkan dengan hasil
Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana rekrutmen politik,
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan latihan.2
Sistem rekrutmen ini sangat penting bagi partai untuk mendapatkan sumber daya
manusia dengan baik. Dengan adanya rekrutmen ini dapat diseleksi kandidat yang
Pada Pilkada Lebak tahun 2018 penerapan kaderisasi dan rekrutmen politik
yang seharusnya dilakukan oleh partai politik seakan tidak berjalan dengan baik
dengan kemunculan calon tunggal di Pilkada Lebak tersebut. Namun, sebagian partai
politik yang ada di Lebak berpendapat bahwa sebenarnya mereka telah menjalankan
fungsi kaderisasi dan rekrutmen politik secara baik dan sesuai aturan. Akan tetapi,
kualitas kader yang partai politik miliki masih belum layak untuk bersaing di Pilkada
Lebak tahun 2018. Alasan semacam ini seringkali dipakai partai politik manapun
2
Muhadam Labolo dan Tegus Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia
(Teori, Praktik dan Isu Strategi), hlm.17.
65
untuk menutupi ketidakmampuan partai politik dalam menyodorkan kadernya di
Pilkada.
menentukan calon untuk bertarung di Pilkada. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana
proses penentuan calon yang dilaksanakan oleh partai politik, sehingga akhirnya
Tabel IV.A.2. Proses Rekrutmen Bupati dan Wakil Bupati oleh Partai
Politik di Lebak
Penentuan Alasan
Calon Figur Dukungan terhadap Iti-Ade
Partai Pendaftaran
Internal
DPD DPP
Lemah
Gerindra Terbuka √ √ Melakukan penjajakan dengan
beberapa partai seperti PKS,
Nasdem, dan PKB untuk
membentuk koalisi tetapi gagal.
Hingga akhirnya bergabung
dengan “koalisi kita”3
PPP Terbuka √ √ Memutuskan untuk bergabung
dengan “koalisi kita”.4
PKS Terbuka √ Menawarkan kader PKS, yakni
× Sanuju Pentamarta untuk
dicalonkan dan berusaha
membentuk koalisi dengan
Nasdem. Namun tidak dilanjutkan
hingga akhirnya PKS bergabung
dengan “koalisi kita”.5
PKB Tidak √ √ Langsung bergabung dengan
Membuka “koalisi kita” dengan alasan belum
Pendaftaran siap mencalonkan kader dan
finansial untuk Pilkada.6
3
Wawancara dengan H. Oong Syahroni, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Lebak, Lebak
24 Juni 2019.
4
Wawancara dengan H. Maman Ketua DPC PPP Lebak, Lebak, 17 Juli 2019.
5
Wawancara dengan Lily Sugianto Sekretaris DPD PKS Lebak, Lebak 24 Juni 2019.
6
Wawancara dengan Ahmad Yani Sekretaris DPC PKB Lebak, Lebak 9 Juli 2019.
66
Penentuan Alasan
Calon Figur Dukungan terhadap Iti-Ade
Partai Pendaftaran
Internal
DPD DPP
Lemah
Nasdem Terbuka √ Melakukan penjajakan dengan
× PKS dan Gerindra untuk
membentuk koalisi, tetapi tidak
dilanjutkan. Atas keputusan DPD
yang mengeluarkan dukungan
terhadap Iti-Ade akhirnya
bergabung dengan “koalisi kita”7
Golkar Tertutup √ √ Menentukan keputusan untuk
bergabung dengan “koalisi kita”
sudah ditentukan 1 tahun sebelum
Pilkada.8
Demokrat Terbuka √ Memutuskan untuk mencalonkan
× kembali Iti sebagai bupati atas
pertimbangan hasil survei
elektabilitas sebesar 70 persen
yang dilakukan Partai Demokrat. 9
PAN Terbuka √ √ Menerima lamaran dari Cecep
Sumarno dan menawarkan
berkoalisi ke PKS dan Gerindra.
Karena tidak ada respon, akhirnya
gagal mengusung dan memutuskan
bergabung dengan “koalisi kita”.10
Hanura Terbuka √ Mencalonkan kadernya, yakni
× Ahmad Jazuli, dan berusaha
membentuk koalisi dengan
Nasdem dan PKS. Karena tidak
ada respons lisan maupun tulisan
gagal untuk mencalonkan. Dan
atas rekomendasi DPD dan DPP
bergabung dengan “koalisi kita”.11
PDI Terbuka √ √ Melakukan penjaringan secara ekternal
Perjuangan dan internal partai dan keluarlah nama
Ade Sumardi untuk dicalonkan.
Setelah muncul nama Ade, PDI
Perjuangan menjalin koalisi dengan
Demokrat untuk menyandingkan
pasangan Iti-Ade dan membentuk
“koalisi kita”.12
7
Wawancara dengan Dedi Jubaedi Ketua DPC Nasdem Lebak, Lebak 24 Juni 2019.
8
Wawancara dengan H. Yogi Sekretaris DPC Golkar Kabupaten Lebak, Lebak 17 Juli 2019.
9
Wawancara dengan Dani Setiawan Sekretaris DPC Demokrat Lebak, Lebak 9 Agustus 2019.
10
Wawancara dengan Agus Sumantri Ketua DPD PAN Lebak, Lebak 1 Agustus 2019.
11
Wawancara dengan Kyai H. Didin Bahrudin Ketua DPC Hanura Lebak, Lebak 17 Juli 2019.
12
Wawancara dengan Junaedi Ibnu Jarta Ketua DPC PDI Perjuangan Lebak, Lebak 17
September 2019.
67
Berdasarkan hasil wawancara yang telah terangkum dalam tabel di atas, partai
pragmatisme seperti uang dan kekuasaan sebagai dasar pembentukan koalisi. Seperti
halnya yang terjadi pada Pilkada Lebak tahun 2018, semua partai politik di Kabupaten
kita”. Koalisi ini dibentuk untuk mendukung pasangan calon petahana Iti Octaviani
Jayabaya dan Ade Sumardi. Koalisi gemuk ini diikuti oleh 10 partai di antaranya Partai
Demokrat, PDI Perjuangan, PPP, PKS, PKB, Gerindra, Golkar, Nasdem, Hanura, dan
PAN.
oleh Partai Nasdem, PKS, dan Gerindra yang berusaha menjalin koalisi. PKS saat itu
komunikasi politik ini tidak berjalan dengan baik. Partai Gerindra telah melakukan
hitung-hitungan politik akan kalah jika ikut dalam koalisi PKS. Akhirnya atas
rekomendasi dari DPD Gerindra Banten, Partai Gerindra Lebak memutuskan untuk
Lain halnya dengan Partai Nasdem, pada saat itu DPC Nasdem Lebak tidak
bisa berbuat banyak hal karena DPP Nasdem Banten menginstruksikan untuk merapat
pada koalisi yang ada. Pada saat itu, situasi politik di Lebak tidak memungkinkan
untuk mengusung calon dari Partai Nasdem karena semua partai yang ada di Lebak
telah merapat pada koalisi Iti-Ade. Kemudian PKS tidak bisa mengusung kadernya
sebab komunikasi yang dilakukan ke Partai Gerindra dan Partai Nasdem tersebut tidak
68
membuahkan hasil. Karena syarat dari UU Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 40
menyatakan partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan
calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan suara paling sedikit 20 persen dari
jumlah kursi DPRD atau 25 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam
aturan tersebut, PKS pada saat itu hanya memiliki 6 kursi dari syarat 10 kursi di DPRD
Lebak. Maka dari itu, PKS tidak bisa mencalonkan kadernya dan akhirnya memilih
Dengan kemunculan koalisi gemuk ini, partai politik yang ada di Kabupaten
Lebak dikategorikan dengan broker parties, yakni partai politik lebih mengedepankan
memenangkan kursi atau jabatan dalam pemilihan umum daripada mengejar kursi
pengikut atau orang yang percaya terhadap ideologi partai politik. 14 Penulis melihat
dengan kemunculan calon tunggal dan koalisi gemuk ini partai politik yang ada di
karena khawatir kalah, maka partai politik mencari aman dengan bergabung ke
“koalisi kita”.
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tentang “Peruban Kedua atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-
Undang”, diakses pada tanggal 9 September 2019,
https://mkri.id/public/content/jdih/UU_Nomor_10_Tahun_2016.pdf.
14
Ikhsan Darmawan, Mengenal ilmu Politik, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015),
hlm.128
69
Pada konteks calon tunggal di Pilkada Lebak 2018, partai politik pendukung
calon seringkali bukan berdasarkan kesamaan ideologi tetapi lebih didasarkan pada
mengedepankan tujuan partai politik yang sebenarnya, yaitu koalisi berbasis ideologi
(policy seeking). Karena dari sisi idealitas politik, kekuasaan merupakan alat untuk
mencapai tujuan ideologi partai politik. Kesamaan ideologi ini kemudian akan
petarung. Partai politik seharusnya memainkan peran sebagai wadah yang memiliki
ide yang siap dikontestasikan oleh kader-kadernya pada saat Pilkada berlangsung.
Namun, jika partai secara berbondong-bondong mendukung hanya pada salah satu
kader yang dimilikinya. Terlebih lagi pragmatisme partai politik ini semakin menguat
karena masifnya politik transaksional yang terjadi, seperti adanya biaya mahar politik
yang harus dikeluarkan oleh kandidat agar partai mau mengusung mereka. Pada saat
15
Bawaslu, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16 Kabupaten/ Kota,
hlm. 17.
70
wawancara salah satu narasumber penulis, Lily Sugianto, Sekretaris DPD PKS Lebak,
mengatakan:
Partai politik lain juga mikir. Yang pertama tidak ada sosok yang bisa
dicalonkan, yang kedua juga Pilkada ini penuh dengan pendanaan yang cukup
luar biasa. Mungkin bisa jadi ga mau ribet juga, lebih baik berkoalisi daripada
berkompetisi.16
Pilkada Lebak dianggap sebagai Pilkada dengan ongkos politik yang tinggi
memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Karakteristik pemilih pedesaan
sangat mudah dipengaruhi dengan politik uang (money politics). Menurut Akmad
Jajuli yang merupakan bakal calon bupati alternatif Lebak 2018 mengemukakan partai
politik lebih melihat bakal calon dari segi finansialnya daripada kemampuannya. Pada
saat itu, setiap calon bakal bupati dan wakil bupati alternatif harus menganggarkan
Dengan besarnya anggaran Pilkada ini menjadikan partai politik segan dalam
2018 bukan semata-mata karena tidak adanya figur yang bisa dicalonkan. Akan tetapi,
karena besarnya dana Pilkada. Maka dari itu partai politik lebih memilih untuk
berkoalisi. Ada indikasi pembentukan koalisi besar ini tidak dapat dilepaskan dari
kontrak politik yang dilakukan oleh para elit partai dengan sang pemegang kuasa di
Lebak. Pada saat itu, Pilkada Lebak 2018 dilaksanakan kurang dari setahun sebelum
16
Wawancara dengan Lily Sugianto Sekretaris DPD PKS Lebak, Lebak 24 Juni 2019.
17
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
71
pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2019. Partai politik
ada indikasi mencari amunisi dan logistik untuk kebutuhan pilpres dan pileg di tahun
2019. Maka dari itu, para elit partai politik menjadikan Pilkada untuk arena mencari
B. Kegagalan Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Alternatif dan Gerakan
Baju Koko
Sebelum munculnya calon tunggal pada Pilkada Lebak tahun 2018, ada bakal
calon yang berniat mencalonkan diri sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Lebak
tahun 2018. Bakal pasangan calon itu ada dua pasangan calon: pertama pasangan
Akhmad Jajuli dan Sopyan, kedua pasangan Cecep Sumarno dan Didin Saprudin.
Namun, kedua bakal calon bupati alternatif tersebut gagal di tengah perjalanan proses
pencalonan.
semata-mata karena ada keterpanggilan batin sebagai putra daerah. Beliau bercita-cita
yang adil dan makmur. Sementara menurut Sopyan, mengatakan bahwa Kabupaten
berpartisipasi dalam kontestasi kepala daerah akan memiliki peluang besar untuk
memajukan daerahnya.18
18
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm.58-59
72
Dengan berbekal motivasi tersebut, bakal pasangan calon ini mendaftarkan diri
kebeberapa partai di antaranya Partai Hanura, Nasdem dan PKS. Akhmad Jajuli
merupakan pegawai swasta. Proses pendaftaran itu pun tidak mendapatkan hasil
karena pada saat itu ketiga partai di atas tidak memberi jawaban lisan maupun tulisan
alternatif Akhmad Jajuli dan Sopyan menempuh jalur independen. Namun, saat itu
menurut penuturan Akhmad Jajuli persyaratan KTP tidak dilihat secara baik oleh KPU
Lebak. Hingga akhirnya Akhmad Jajuli dan Sopyan menggugat Ke Bawaslu. Ketika
Saat itu, KPU Lebak memutarbalikkan fakta dengan menduga Akhmad Jajuli dan
Sopyan tidak memberikan persyaratan KTP kepada KPU Lebak. Menurut Akhmad
Jajuli saat itu KPU Lebak tidak netral hingga akhirnya pihaknya memutuskan untuk
tidak melanjutkan persidangan. Dengan itu, pasangan Akhmad Jajuli dan Sopyan
gagal menjadi pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Lebak tahun 2018. 20
Sedangkan pasangan bakal calon alternatif Cecep Sumarno dan Didin Saprudin
ini gagal karena syarat pencalonan berupa BA.7-KWK perseorangan, dan BA.8-KWK
perseorangan tidak ada. Maka, pada tanggal 10 Januari 2018 KPU Lebak menolak
19
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
20
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
73
pendaftaran pasangan calon ini. 21 Pada saat itu, sempat terjadi ketegangan antara
pasangan calon dengan ketua KPU Lebak Ahmad Saprudin. Atas kejadian ini pihak
Pemilu Umum (DKPP), termasuk melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan
oleh KPU. Cecep Sumarno mengatakan KPU terkesan dari awal sudah mengondisikan
untuk calon tunggal di Pilkada Lebak, sehingga apapun rekomendasi dari Panwaslu
Dengan kegagalan kedua pasangan bakal calon ini, kemunculan calon tunggal
pada Pilkada Lebak 2018 seakan-akan sudah diatur sedemikian rupa agar muncul
hanya satu calon. Dengan adanya beberapa orang yang hendak mencalonkan tetapi
kemungkinan besar kegagalan kedua pasangan bakal calon ini tidak terlepas dari peran
pihak petahana yang bisa saja sudah ada kedekatan dengan KPU untuk menggagalkan
pencalonan mereka. Hal yang sama juga disampaikan oleh Akhmad Jajuli:
Saya menduga ada pihak dari incumbent yang “bermain” untuk meloloskan
lawan kotak kosong (calon tunggal). Pihak ini menurut saya tidak bisa
dilepaskan dari peran JB [Jayabaya]. Dengan adanya orang kuat ini parpol
diam dan para calon yang berniat mencalonkan diri dijegal.23
21
Bawaslu RI, Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/Kota, hlm. 57
22
IndoPos, “Lagi, Pasangan Cecep Sumarno dan Didin Syafrudin Ditolak KPU Lebak”, artikel
ini diakses pada 12 Oktober 2019, https://indopos.co.id/read/2018/01/10/123275/lagi-paslon-cecep-
sumarno-dan-didin-syafrudin-ditolak-kpu-lebak/
23
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
74
Berdasarkan pernyataan di atas, calon tunggal pada Pilkada Lebak bukan
semata-mata tidak adanya figur yang dapat dicalonkan, akan tetapi kuatnya calon
petahana yang memiliki finansial dan jejaring yang kuat inilah yang merupakan alasan
Dengan adanya kemunculan kedua pasangan bakal calon bupati dan wakil
bupati alternatif ini merupakan salah satu upaya apa yang disebut dengan counter elite,
yakni mereka yang berada di lapisan atas dari massa, karena yang bersangkutan
merupakan kelompok yang potensial menghadapi dan menggantikan posisi elit yang
tengah berkuasa. 24 Akan tetapi, counter elite yang dilakukan oleh kedua pasangan
bakal calon alternatif itu mengalami kegagalan karena sirkulasi elit yang ada di
Kabupaten Lebak tidak berjalan dengan baik. Sirkulasi elit ini tidak berjalan dengan
baik karena pemegang kuasa yang ada di Lebak hanya dipegang oleh satu dinasti,
yakni Dinasti Mulyadi Jayabaya. Dengan kemunculan calon tunggal inilah menjadi
Selain upaya counter elite yang dilakukan kedua bakal calon alternatif itu,
Barisan Juang Kolom Kosong atau Baju Koko. Tujuan dibentuknya gerakan ini untuk
mengajak masyarakat untuk tidak golput dan menggunakan hak pilihnya dengan
mendukung kotak kosong. Gerakan ini melakukan sosialisasi kepada warga yang
belum paham apa hakikat pilihan terhadap kotak kosong. Dengan begitu, setelah
24
Haryanto, Elite, Massa, dam Kekuasaan: Suatu Bahasa Pengantar, hlm. 22.
75
paham mengenai gerakan ini warga kemudian memilih kotak kosong dibandingkan
Gerakan baju koko ini di pimpin oleh Akhmad Hakiki Hakim. Gerakan ini
Teja Kelana, wilayah Lebak Tengah oleh Solihin GP, dan Lebak Selatan oleh Andri
Firdaus dan Zaenal Mutaqin. Selain itu, gerakan baju koko ini memiliki 28 koordinator
Lebak, Panwaslu Lebak, dan Polres Lebak, kedatangan gerakan ini untuk melakukan
audiensi dengan ketiga lembaga tersebut. Selain audiensi, gerakan ini juga melakukan
teknis pergerakan baju koko dalam rangka penggunaan hak pilih kolom kosong dalam
Karang Nawing, Desa Pagelaran, Kecamatan Malingping. Deklarasi ini dihadiri oleh
seluruh perwakilan koordinator wilayah baju koko se Kabupaten Lebak. gerakan ini
telah didaftarkan sebagai pemantau Pilkada ke KPU Kabupaten Lebak, karena syarat
lemabaga pemantauan tidak harus lembaga berbadan hukum. Selain itu gerakan baju
25
Detik, “Hakiki Nilai Gerakan Kotak Kosong Bukan Kampanye Golput”, artikel ini diakses
pada tanggal 1 Mei 2020, http://m.detik.com.
26
Detik, “Hakiki Nilai Gerakan Kotak Kosong Bukan Kampanye Golput”, artikel ini diakses
pada tanggal 1 Mei 2020, http://m.detik.com.
27
Detik, “Hakiki Nilai Gerakan Kotak Kosong Bukan Kampanye Golput”, artikel ini diakses
pada tanggal 1 Mei 2020, http://m.detik.com.
76
koko juga sudah berkoordinasi dengan Jaringan Rakyat Untuk Pemilu dan Demokrasi
Kabupaten Lebak, bahkan gerakan ini melakukan gebyar di wilayah empat titik
perkotaan, selatan, utara dan Lebak tengah. Selain itu gerakan ini juga menempatkan
seribu orang relawan untuk ditugaskan di seribu TPS di Kabupaten Lebak dengan
jumlah TPS sebanyak 1989 TPS.29 Gerakan ini telah berhasil mendapatkan suara dari
masyarakat sebesar 135.879 suara atau 23,04 persen. 30 Dengan hasil tersebut
lamanya. Namanya begitu terkenal di Kabupaten Lebak, hingga dijuluki sebagai bapak
28
Liputan Banten, Posko Relawan ‘Kolom Kosong’ Resmi Terbentuk, artikel ini diakses pada
7 Mei 2020, www.liputanbanten.co.id
29
Liputan Banten, Posko Relawan ‘Kolom Kosong’ Resmi Terbentuk, artikel ini diakses pada
7 Mei 2020, www.liputanbanten.co.id .
30
Data dari KPU, diakses dari https://infopemilu.kpu.go.id pada tanggal 20 Januari 2020
pukul. 19.15.
77
dirinya masuk kedalam Partai Golkar. Setelah itu, Mulyadi Jayabaya memutuskan
untuk keluar dari Partai Golkar dan masuk ke PDI Perjuangan.31 Dari sinilah karir
politik Mulyadi Jayabaya dimulai dengan mencalonkan diri sebagai Bupati Lebak
dengan wakilnya Odih Hudori Padma pada tahun 2003-2008. Lewat PDI Perjuangan
Mulyadi Jayabaya berhasil memenangkan Pilkada Lebak. Pada saat itu pemilihan
bupati dan wakilnya dipilih melalui DPRD Kabupaten Lebak. Pada Pilkada 2008
Mulyadi Jayabaya maju kembali di pemilihan langsung bupati dan wakil bupati Lebak
bersama wakilnya Amir Hamzah dan memenangkan Pilkada pada saat itu.
Jayabaya untuk meneruskan jejaknya sebagai Bupati Lebak. Pada Pilkada 2013 Iti
Octaviani Jayabaya mencalonkan diri sebagai bupati dari Partai Demokrat sedangkan
wakilnya Ade Sumardi dari PDI Perjuangannya. Dari Pilkada ini mengantarkan Iti
Di Pilkada 2018 Iti Octaviani Jayabaya kembali maju sebagai calon bupati dan
wakilnya masih tetap Ade Sumardi. Pilkada Lebak kali ini berbeda dengan Pilkada
serentak yang dilaksanakan berbarengan dengan daerah lainnya. Ada fenomena yang
31
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
78
menarik pada Pilkada ini, yaitu Pilkada dengan calon tunggal. Kemunculan calon
tunggal di Lebak menarik perhatian karena tidak bisa di lepaskan dari kuatnya dinasti
Figur Mulyadi Jayabaya ini merupakan kunci politik dari sang anak, yakni Iti
Mulyadi Jayabaya sebagai bupati dua periode ini semakin memantapkan posisinya
sebagai “raja lokal” yang mengantongi unsur kekuasaan formal dan informal
sekaligus. Maka tidak aneh jika akhirnya Mulyadi Jayabaya begitu leluasa untuk
beberapa anggota keluarganya, yakni Iti Octaviani Jayabaya, Sumantri Jayabaya (adik
ditempatkan di Partai Demokrat.32 Selain itu, salah satu anak dari Mulyadi Jayabaya
ada di PPP, yakni Muhammad Nabil Jayabaya sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi
dan Keanggotaan Partai PPP.33 Dengan adanya hal itu, munculnya kekuasaan tunggal
32
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
33
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
79
Dalam teori orang kuat lokal, seperti apa yang dijelaskan Joel Migdal (Joel S.
Migdal, 1988: 41)34, orang kuat lokal merupakan pemimpin non-formal negara seperti
tuan tanah, tengkulak, kepala suku, bos, pengusaha, pemimpin perang, petani kaya,
dan pemimpin klan, yang membangun organisasi sosialnya yang berbentuk jejaring
Dari pemaparan teori mengenai orang kuat tersebut, Mulyadi Jayabaya bisa
dikategorikan sebagai orang kuat lokal di Lebak. Sebagai salah satu pengusaha terkaya
di Lebak yang mampu menjalankan kontrol sosial untuk menguasai jabatan strategis
dengan menempatkan anaknya sebagai penerusnya. Selain itu, dengan relasi yang
mengondisikan politik di Lebak. Seperti halnya yang terjadi di Pilkada calon tunggal
disegani oleh semua kalangan. Peran yang dilakukan Jayabaya ini berupa intervensi
terhadap partai politik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 35
Seperti yang terjadi di PAN yang awalnya melakukan komunikasi politik dengan
Gerindra dan PKS untuk menandingi petahana. Langkah mereka terhenti ketika
melihat situasi politik yang akan membuat mereka kalah dalam mencalonkan figur.
34
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 230.
35
Wawancara dengan Ahmad Yani Sekretaris DPC PKB Lebak, Lebak 9 Juli 2019
80
Karena PAN menilai kuatnya sosok Mulyadi Jayabaya dalam pencalonan Iti pun tidak
dapat dilepaskan karena sang petahana memiliki suara yang masih unggul di
Kabupaten Lebak. Sampai akhirnya, Ketua DPC PAN Lebak dipanggil ke rumah
Mulyadi Jayabaya untuk ditanyakan mengenai arah koalisi partai karena pada saat itu
posisi PAN masih belum menentukan pilihan. Setelah adanya pertemuan dengan
Mulyadi dan atas rekomendasi DPP PAN menentukan pilihan untuk berkoalisi dengan
Koalisi Kita.36 Selain itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Lebak juga memaparkan bentuk
cara, salah satunya melalui intervensi terhadap KPU sehingga syarat administrasi yang
dilakukan oleh bakal calon bupati dan wakil bupati alternatif gagal dalam
dukungan JB. Pihaknya telah memberikan persyaratan ke KPU tetapi pihak KPU
36
Wawancara dengan Agus Sumantri Ketua DPD PAN Lebak, Lebak 1 Agustus 2019
37
Wawancara dengan Junaedi Ibnu Jarta Ketua DPC PDI Perjuangan Lebak, Lebak 17
September 2019
38
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22
Januari 2020.
81
Ya dia bisa minta mengondisikan. Contohnya bagaimana mungkin data saya
ditolak sementera data-data saya dilihatpun tidak. Tapi pas sidang di Bawaslu
Lebak eh pihak KPU Lebak kenapa berkas dukungan tidak diserahkan?. Kan
terlihat betul permainannya agar mengarah ke calon tunggal.39
dewan itu semata-mata untuk mendapat dukungan terhadap koalisi Iti-Ade. Mulyadi
Jayabaya juga sering memberi perhatian terhadap partai-partai yang ada di Lebak
dengan memberikan uang atau proyek. Menurut Akhmad Jajuli, koalisi besar yang
dibentuk ini diduga adanya jual beli kursi di DPRD untuk mendukung pasangan Iti-
Ade. Ada indikasi satu kursi yang ada di DPRD Lebak dihargakan senilai 300 juta
perkursi. Dengan adanya indikasi inilah yang membuat seluruh partai berbondong-
Dalam hal ini Mulyadi Jayabaya dan para elit partai yang ada di Lebak
melakukan apa yang disebut oleh Joel Migdal (1988: 238-258) sebagai jaringan
pertukaran sosial ekonomi dan politik. Dalam hal ini, Mulyadi Jayabaya melakukan
tawar menawar dengan partai politik dengan memberikan imbalan agar mereka
Dalam studi terkait calon tunggal dalam Pilkada, Cornelis Lay, Hanif dan
Ridwan menunjukkan bahwa setidaknya terdapat dua jalur munculnya calon tunggal.
39
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22
Januari 2020.
40
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
82
Pertama, jalur ringan (soft way), yakni memaksimalkan berbagai macam sumber
eksploitasi ialah sumber daya kapital, pengaruh di dalam birokrasi, dan popularitas.
Jalur ini bisanya dimanfaatkan oleh petahana yang memiliki keterpilihan kembali yang
tinggi, serta sumber daya keuangan yang memadai. Kedua, jalur keras (hard way),
dibatalkan oleh KPU seperti keabsahan ijazah, dukungan partai dan sebagainya.41
Sesuai dengan pernyataan Cornelis Ley, Hanif dan Ridwan yang menunjukkan
ada dua jalur dalam munculnya calon tunggal, penulis melihat dalam kasus calon
tunggal di Lebak ini terdapat dua jalur sekaligus yang menjadi faktor. Pertama melalui
jalur ringan, yakni sebagai seorang petahana pasangan Iti dan Ade memiliki
popularitas yang cukup untuk memenangkan Pilkada dan dari segi finansial pasangan
ini juga cukup dalam menopang biaya Pilkada. Selain itu, peran sang ayah Mulyadi
Jayabaya juga menjadi faktor kuat dalam mengondisikan politik di Lebak agar terjadi
Pilkada dengan calon tunggal. Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris DPC
41
The Indonesian Institute, Kajian Kebijakan Pilkada 2018, (Jakarta: The Indonesian Institute,
Center for Public Policy Research (TII), 2018), hal. 7, diakses pada tanggal 6 Oktober 2019,
https://www.theindonesianinstitute.com/wp-content/uploads/2018/07/Kajian-Kebijakan-Pilkada-
2018.pdf
83
Sebenarnya ini kita kembali ke tokoh dulu, tokoh Kabupaten Lebak karena
bagaimana pun juga ibu Iti merupakan anaknya dari tokoh mantan Bupati JB
[Jayabaya] ga bisa terlepas dari ranah itu. Kenapa kemarin hanya ada calon
satu? karena mungkin sosok ibu Iti ini masih diunggulkan di Kabupaten
Lebak.42
Kedua, jalur keras (hard way) dalam hal ini kemunculan calon tunggal di
Kabupaten Lebak tidak bisa dilepaskan dengan kuatnya orang kuat lokal, yakni
Mulyadi Jayabaya yang secara tidak langsung menjadi salah satu figur yang
mengakomodir munculnya calon tunggal. Kegagalan dua bakal calon alternatif, yakni
pasangan Akhmad Jajuli dan Sopyan, lalu pasangan Cecep Sumarno dan Didin
lawan politiknya melalui kelemahan lawan. Kelemahannya saat itu ada pada syarat
administrasi KPU. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa KPU Lebak dinilai
masih berpihak terhadap petahana, sehingga kegagalan bakal calon ini merupakan
Kegagalan pasangan calon ini merupakan salah satu faktor yang kuat
berhasil mengonsolidasi seluruh partai politik di Lebak, agar bergabung dengan koalisi
mendapatkan kesempatan untuk dicalonkan oleh partai hingga akhirnya gagal dalam
pencalonan seperti yang dialami oleh pasangan Ahmad Jazuli dan Sopyan.
42
Wawancara dengan Dani Setiawan Sekretaris DPC Demokrat Lebak, Lebak 9 Agustus 2019
84
D. Fenomena Dinasti di Kabupaten Lebak
anti korupsi. Tetapi, terdapat anomali dari desentralisasi tersebut dengan semakin
kuatnya relasi oligarki lokal. Banyak elit lokal yang semakin naik jenjang, kekuatan
elit lokal tersebut meneruskan patronase dan oligarki kekuasaan, tetapi bedanya hal ini
dilakukan melalui kontestasi demokrasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya
dinasti kekuasaan di berbagai daerah. Meskipun di era sentralisasi orde baru dinasti
juga muncul, pada era pasca orde baru desentralisasi makin membuka peluang
hal ini daerah diberikan kebebasan untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang
umum kepala daerah ini memunculkan para elit lokal yang dapat menimbulkan ‘raja-
43
Kompasiana, ”Dilema Pemilihan Umum Kepala Daerah Sebagai Instrumen Penguatan
Desentralisasi dan Otonomi Daerah”, artikel ini diakses https://www.kompasiana.com pada 14 Maret
2020, pukul. 14.48.
85
dominasi kekuatan oligarki. Masyarakat lokal hanya diberi peran sebagai penonton
saja. Munculnya kepala daerah yang berasal dari kelompok elit lokal kerap dinilai
diperhitungkan.44
Pada setiap kontestasi Pilkada ada saja pasangan calon yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan petahana. Begitu pula pada Pilkada Lebak 2018, pada
Pilkada ini pasangan calon yang maju merupakan seorang petahana yang merupakan
pasangan Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi. Iti merupakan anak dari mantan
Bupati Lebak sebelumnya yaitu Mulyadi Jayabaya. Menariknya pada Pilkada Lebak
2018 hanya diikuti oleh satu pasangan calon atau melawan calon tunggal.
Kemunculan calon tunggal pada Pilkada Lebak 2018, selain sosok Iti yang
memang mempunyai kemampuan, akan tetapi tidak bisa dilepaskan juga dari kekuatan
partai politik yang ada segan dalam memunculkan tokoh yang ada. Kekuatan material
yang dimiliki Jayabaya pun menjadi faktor bagaimana Lebak masih belum bisa
melahirkan figur yang bisa melawan klan dari keluarga Jayabaya. Sehingga,
munculnya calon tunggal ini tidak bisa dilepaskan dari dinasti kuat yang dipegang oleh
44
Kumparan, “Pilkada dan Demokrasi ala Dinasti”, artikel ini diakses https://kumparan.com/
pada 14 Maret 2020, pukul 14.53.
45
Wawancara dengan Bapak H. Oong Syahroni, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Lebak,
Lebak 24 Juni 2019
86
klan Mulyadi Jayabaya. Dan kemenangan dalam Pilkada Lebak 2018 dalam melawan
kotak kosong menjadi bukti kuat dalam melestarikan Dinasti Mulyadi Jayabaya.
Dinasti politik merupakan contoh dari kekuasaan elit di mana satu atau
politik menjadi bukti reproduksi kekuatan politik keluarga yang disebabkan oleh
yang memiliki kekayaan, bakat, popularitas atau penampilan yang berkolerasi dengan
Terlepas dari dominasi Dinasti Mulyadi Jayabaya dalam politik dan ekonomi
Lebak, Mulyadi Jayabaya merupakan figur yang memiliki kontribusi besar dalam
pembangunan Lebak. Selain itu, Mulyadi Jayabaya merupakan salah satu orang
terkaya di Kabupaten Lebak dengan jumlah kekayaan yang tercatat mencapai Rp. 66
Miliar,47 kekayaan tersebut tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan perusahaan yang
46
Pablo Querubin, “Political Reform and Elite Persistence: Term Limits and Political Dynasties
in the Philippines”, (Harvard Academy for International and Area Studies, 2011), diakses pada 12
Desember 2019, https://leitner.yale.edu, hlm. 2.
47
Banten Day, “Memiliki Kekayaan Rp. 66 Miliar, ini Rahasia Sukses JB”, artikel ini diakses
dari dari https://bantenday.co.id pada 29 November 2019 pukul. 19.44.
87
dipilih untuk menduduki jabatan-jabatan pemerintahan atau strategis lainnya di
terhitung sejak Mulyadi Jayabaya menjadi Bupati selama dua periode, dari situlah
Mulyadi Jayabaya:
Ratu Vidya Nur’aini, “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti Politik
48
Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003- 2017)”, (Skripsi Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta, 2018).
88
No. Nama dan Hubungan
Jabatan
Keluarga
2. Iti Octaviani Jayabaya (Anak • Direktur eksekutif KADIN Lebak
Mulyadi Jayabaya) 2003-2005
• Wakil Ketua Bidang Perdagangan
Koperasi dan Pembinaan UKM
KADIN Lebak 2006-2010
• Anggota DPR RI 2009-2014
• Bupati Lebak 2014-2024
• Anggota partai Demokrat dan
menjadi ketua DPC Partai
Demokrat Lebak sejak 2006-2017
• Ketua DPD Demokrat Banten
2017-sekarang
3. Mochamad Hasbi Asyidiki • Anggota DPR RI 2014-2019
Jayabaya (anak Mulyadi mewakili dapil Banten 1 (Lebak
Jayabaya) dan Pandeglang)
• Pengusaha sekaligus Direktur PT
Giri Jaya Putra (rekan pemda Lebak
dalam membangun infrastruktur)
• Anggota Partai PDIP
4. Diana Jayabaya (anak • Anggota DPRD Provinsi Banten
Mulyadi Jayabaya) 2014-2019
• Anggota partai PDIP
5. Vivi Sumantri Jayabaya • Anggota DPR RI 2014-2019, wakil
(Keponakan Mulyadi dapil Banten 1 (Lebak dan
Jayabaya) Pandeglang)
• Anggota Partai Demokrat
6. Sumantri Jayabaya (adik • Ketua Kadin Lebak periode 2016-
Mulyadi Jayabaya) 2021 (namun berakhir ditahun
2017, karena meninggal dunia)
• Ketua Gabungan Pelaksana
Kontruksi Nasional Indonesia
(Gapensi) Kabupaten Lebak 2010-
2015, 2016-2021)
• Anggota Partai Demokrat
89
No. Nama dan Hubungan
Jabatan
Keluarga
7. Emuy Mulyanah (adik • Anggota DPRD Lebak 2009-2014
Mulyadi Jayabaya) • Anggota DPRD Lebak (Ketua
Komisi III) 2014-2019
• Anggota Partai PDIP
8. Agus R Wisas (adik ipar • Anggota DPRD Banten 2009-2014
Mulyadi Jayabaya) • Wakil Ketua 1 KADIN Banten
periode 2015-2020
• Anggota Partai PDIP
9. Mohammad Azzari Jayabaya • Ketua Komite Tetap Riset dan
(anak Mulyadi Jayabaya) Pengembangan Ekonomi Kreatif
KADIN Banten periode 2015-2020
10. Muhammad Nabil Jayabaya • Ketua Gabungan Pengusaha
(anak Mulyadi Jayabya) Indonesia (Gapensi)
• Wakil Ketua Bidang Orgasisasi dan
Keanggotaan Partai PPP
Sumber: Skripsi Ratu Vidya Nur’aini
Dari tabel di atas jejaring Dinasti Mulyadi Jayabaya sangat kuat dengan
bisnis yang ada di Lebak. Selain itu, skema yang dibentuk dari dinasti politik Mulyadi
Jayabaya yang bernaung di beberapa partai yang berbeda, yakni PDI Perjuangan,
Demokrat, dan PPP. Penempatan anaknya di beberapa partai ini merupakan hal untuk
memperluas kekuasaan Dinasti Mulyadi Jayabaya. Selain itu, Mulyadi sebagai orang
Kabupaten Lebak.
Dinasti dapat berjalan dengan kuat apabila memiliki “bahan bakar” yang kuat.
Bahan bakar ini mencakup dua dimensi penting, yaitu dimensi ekonomi dan dimensi
politik. Kedua dimensi ini saling berhubungan untuk menjalankan dinasti politik. Aset
90
material menjadi salah satu bahan bakar untuk menjalankan dinasti, aset material itu
dapat langgeng apabila ditopang oleh kekuasaan politik yang dimiliki. Aset material
Mulya Kuarsa Anugrah (sand mining dan supplier), PT Karya Putri Pratama
(transportation dan logistics), PT Jayabaya Batu Persada (andesite rock mining, dan
supplier), PT Giri Jaya Putra (contractor dan trading), dan CV Bintang Wifar
perusahaan di bawah naungan JB Group, yakni PT Giri Jaya Putra yang direkturnya
Muhammad Hasbi Asyidiki putra dari Mulyadi Jayabaya. PT Giri Jaya Putra tercatat
sudah memenangi proyek pemerintah Lebak pada tahun 2012-2017. Total nilai proyek
tersebut sebesar 55,2 Miliar dengan rata-rata kontrak 2,6 Miliar. Salah satu proyek
tahun 2017 dengan nilai kontrak 15,04 Miliar, sumber pendanaan proyek tersebut dari
49
Rekam Jejak, “Mochamad Hasbi Assyidiki Jayabaya”, artikel ini diakses dari
https://www.rekamjejak.net/, pada 5 Oktober 2019.
50
Rekam Jejak, “Mochamad Hasbi Assyidiki Jayabaya”, artikel ini diakses dari
https://www.rekamjejak.net/, pada 5 Oktober 2019.
91
Hubungan Mulyadi Jayabaya dengan multi-stakeholder yang ada di Lebak
sudah terjalin sejak dirinya menjadi bupati. Hubungan baik yang terjalin antara
Mulyadi Jayabaya dan para jawara di Lebak bisa terlihat pada Pilkada Lebak 2008.
Pada saat itu, peran jawara sangat menentukan kemenangan Mulyadi Jayabaya dan
Amir Hamzah di Pilkada 2008. Jawara pada saat itu berperan sebagai tim sukses.
Jawara memiliki pengaruh sangat besar dalam masyarakat Lebak karena memiliki
kedudukan yang berpengaruh terutama dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Dengan hubungan inilah pasangan Mulyadi Jayabaya dan Amir Hamzah bisa dengan
memiliki hubungan baik dengan para elit partai yang ada di Lebak. Mulyadi sering
memanggil para elit partai politik yang ada di Lebak ke kediamannya untuk menjalin
komunikasi politik. Selain itu, Mulyadi juga sering memberikan perhatiannya terhadap
partai yang ada di Lebak dengan memberikan proyek-proyek yang bisa diambil oleh
anggota partai. Hubungan ini menjadi bekal Mulyadi Jayabaya untuk melancarkan
strategi politiknya.52
Mulyadi tidak hanya menjalin hubungan baik dengan para elit dan jawara saja,
tapi ia juga memberikan perhatian kepada masyarakat. Perhatian ini bisa dilihat
51
Rifqi Zabadi Asshegaf, “Demokrasi Otonomi Daerah dan Perilaku Politik Jawara (Studi
Tentang Peran Jawara Dalam Pemenangan Mulyadi Jayabaya dan Amir Hamzah), (Skripsi Jurusan Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ciputat, 2013).
52
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli Bakal Calon Bupati di Pilkada Lebak 2018, 22 Januari
2020.
92
dengan pemberian hewan kurban di setiap Idul Adha. Keluarga Mulyadi bisa
memberikan hewan kurban di seluruh kecamatan yang ada di Lebak. Pada tahun 2019,
seluruh kecamatan yang ada di Lebak. 53 Dengan memberikan hewan kurban ini
Dalam teori patron klien, seperti yang dijelaskan oleh James C. Scott (1983:
92),54 patron klien merupakan hubungan timbal balik di antara dua peran yang dapat
diartikan sebagai sebuah kasus khusus yang melibatkan pertemanan secara luas. Di
mana individu yang satu memiliki status sosial ekonomi yang tinggi (patron) yang
status yang lebih rendah (klien), sedangkan klien mempunyai kewajiban membalas
Mulyadi Jayabaya dengan jawara, para elit partai dan masyarat ini merupakan bentuk
patron klien. Hubungan patron klien yang dilakukan Mulyadi untuk melancarkan
53
Banten Day, “Idul Adha Keluarga Besar JB Salurkan 400 Hewan Kurban, Amal Jayabaya:
Ini Sebagai Bentuk Syukur”, artikel ini diakses dari https://bantenday.co.id/, pada tanggal 3 Februari
2018 pukul. 12.31.
54
Saepudin dan Joni Firmansyah, “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas Politik
di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten” (Jurnal Bawaslu RI, Vol. 3 No.2, 2017), hlm. 231.
93
Menurut Kitschelt dan Wilkinson (2007), dinasti politik dapat mempromosikan
hubungan patron klien di mana seorang petahana mengantarkan barang publik hanya
ketika pemilihan yang dijadwalkan akan tiba. Keluarga dinasti akan menggunakan
sumber daya yang dialokasikan untuk ekonomi dan infrastruktur untuk membeli suara
(barang pribadi) untuk menumpuk kekayaan. Hubungan ini antara dinasti (patron) dan
diprediksi. Keluarga politik akan mengembangkan hubungan dengan klien yang setia
dalam siklus pemilu. Klien akan menerima barang yang dipolitisasi yang mencakup
pekerjaan yang ditargetkan dan barang subsidi seperti uang, tanah, perumahan umum,
pendidikan, dan tunjangan asuransi sosial. Jadi, ada kebutuhan bagi pelanggan untuk
setiap siklus pemilihan. Begitu selama mekanisme pertukaran dan pemantauan ini
Dengan hubungan patron klien yang dibangun oleh Mulyadi Jayabaya dengan
jawara, para elit partai dan masyarakat merupakan bentuk untuk menghantarkan
anaknya sebagai seorang petahana dengan mudahnya maju di Pilkada Lebak. Modal
finansial serta sosial yang dimiliki oleh keluarga Mulyadi menghantarkan Iti Octaviani
55
Rollin F. Tusalem dan Jeffrey J. Pe-Agguirre, “The Effect of Political Dynasties on Effective
Democratic Governance: Evidence From the Philippines”, (jurnal Asian Politic dan Policy, Vol. 5 No.
3, 2013), hlm. 8.
94
E. Indikator Penyebab Munculnya Calon Tunggal di Pilkada Lebak
pertama kali tanpa lawan yang terjadi di Kabupaten Lebak. Kemunculan calon tunggal
ini menghantarkan pasangan petahana Iti Octaviani Jayabaya dan Ade Sumardi pada
kemenangan. Pasangan ini hampir unggul di semua kecamatan yang ada di Kabupaten
Lebak. Akan tetapi, kemenangan ini tidak dapat dilepaskan dari peran dari Mulyadi
Dinasti Mulyadi Jayabaya, seperti yang telah dipaparkan di atas kekuatan yang
dimiliki oleh sang orang kuat Lebak ini menyebabkan tidak adanya lawan dalam
politik yang ada di Lebak sekalipun kaderisasinya berjalan tetapi tidak maksimal
terbukti dengan tidak bisanya partai politik dalam memunculkan kader terbaik
Selain itu, kegagalan bakal calon alternatif yang mendaftarkan diri ke KPU
seakan telah dipersiapkan untuk gagal dalam administrasi sehingga kegagalan ini
menjadikan Pilkada Lebak seperti sudah dikondisikan agar muncul calon tunggal.
Dengan hal ini penulis akan memaparkan tabel berisi kejadian-kejadian sebagai
95
Tabel IV.E.4. Tabel Indikator Penyebab Munculnya Calon Tunggal
Penyebab
Lima Kerangka Munculnya Calon
Indikator Tunggal
Konseptual
Ya Tidak
• Koalisi besar “koalisi kita” √
Teori partai
politik • Tidak adanya kader potensial
×
• Kegagalan bakal calon
alternatif √
Teori elit
• Kesepakatan para elit partai
di Lebak dengan petahana √
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini merupakan hasil akhir dan kesimpulan penelitian fenomena calon
tunggal dan orang kuat lokal pada Pilkada Kabupaten Lebak tahun 2018. Penelitian
ini melihat faktor penyebab munculnya calon tunggal di Pilkada Kabupaten Lebak,
dalam penelitian ini faktor penyebabnya tidak hanya dilihat dari segi partai politik saja.
Namun, faktor penyebabnya dilihat dari segi keunikan yang dimiliki Lebak, yakni
dinasti yang dipegang oleh keluarga Mulyadi Jayabaya yang merupakan ayah dari Iti
politik yang ada di Lebak dalam proses kaderisasi di partai politik, sehingga
Tetapi, partai politik di Lebak tidak mengakui akan hal ini. Partai politik lebih memilih
berkoalisi daripada berkompetisi karena tidak mau mengambil resiko kalah dalam
bertarung di Pilkada Lebak 2018. Selain itu, anggaran Pilkada yang terlalu besar juga
menjadi alasan yang kuat untuk tidak memunculkan kader untuk disiapkan di Pilkada.
Pembentukan koalisi gemuk ini melahirkan calon tunggal yang tidak dapat terlepas
dari kesepakatan politik yang terjadi antara partai politik dan orang kuat lokal. Dengan
adanya kontrak politik berupa pembelian kursi di DPRD Lebak dengan imbalan
97
bergabung dengan koalisi yang ada partai politik di Lebak ini mengindikasikan partai
politik membutuhkan amunisi dan logistik untuk kebutuhan pilpres dan pileg 2019.
Kedua, kemunculan calon tunggal tidak dapat dilepaskan dari peran orang kuat
lokal yakni Mulyadi Jayabaya yang telah berhasil mengonsolidasikan para elit partai
di tingkat lokal maupun nasional untuk mendukung pasangan Iti dan Ade. Selain itu,
Mulyadi juga telah berhasil menggagalkan para bakal calon bupati dan wakil bupati
Lebak yang akan mencalonkan diri dengan cara mencari kelemahan lawan. Kegagalan
para bakal calon tersebut ada indikasi campur tangan Mulyadi dalam memainkan
perannya di KPUD Lebak. Mulyadi Jayabaya pun ikut turun tangan dalam
memenangkan sang anak dengan cara menjalin komunikasi politik dengan para
jawara, tokoh ulama, tokoh adat, dan tokoh intelektual agar sama-sama bisa
lemahnya pengkaderan partai politik yang ada di Lebak karena terlalu kuatnya Dinasti
calon tunggal itu adanya politik informal, yakni dinasti yang ada di Kabupaten Lebak.
Dinasti yang telah dibangun oleh Mulyadi Jayabaya ini yang mendominasi urusan
beberapa partai politik untuk menjalankan urusan politik dalam menguasai Lebak.
Akibatnya partai politik yang ada di Lebak dengan mudahnya bisa bergabung dengan
koalisi gemuk tadi ini tidak terlepas dari intervensi Mulyadi Jayabaya yang memiliki
98
B. Saran
1. Untuk akademisi maupun peneliti calon tunggal dan orang kuat lokal, agar
dapat melakukan komparasi penelitian ini dengan daerah lain yang muncul
2. Kepada pengkaji calon tunggal pada Pilkada serentak, agar melakukan riset
akibat Pilkada serentak atau karena fenomena yang unik pada daerah
tersebut.
tidak terjadi lagi di Pilkada selanjutnya. Figur yang layak untuk dicalonkan
ke depannya harus lebih berani dalam melawan kuatnya dinasti yang ada di
Lebak.
99
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bawaslu RI. Fenomena Calon Tunggal Studi Kasus pada Pilkada 2018 di 16
Kabupaten/ Kota. Jakarta: Bawaslu, 2018.
BPS Kabupaten Lebak. Kabupaten Lebak dalam Angka. Lebak: Cv. Karya Amanah
Art, 2018.
Darmawan, Ikhsan. Mengenal ilmu Politik. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015.
Labolo, Muhadam, dan Tegus Ilham. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia (Teori, Praktik dan Isu Strategi). Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2015.
Jurnal
Dhesinta, Wafia Silvia. “Calon Tunggal Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Konsep Demokrasi (Analisis Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Blitar Tahun 2015).” Jurnal Cita Hukum (Vol. 4 No. 1 2016): 87-102.
100
Djati, Wasisto Raharjo. “Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti
Politik di Aras Lokal.” Jurnal Sosiologi Masyarakat (Vol. 18 No. 2, 2013): 203-
231.
Marwah, Sofa, dan Wahyu Handoko. “Perempuan dan Pilkada Langsung.” Jurnal
Studi Gender dan Anak (Vol. 3, No.1 Tahun 2008): 1-8.
Prakoso, Danny Widodo Uji. “Analisis Rekrutmen dan Kaderisasi Partai Politik Pada
Fenomena Calon Tunggal Petahana Studi Kasus: Pilkada Kabupaten Pati 2017.”
Jurnal Politik dan Pemerintahan (Vol.2 No.1 2017): 1-19.
Querubin, Pablo. “Political Reform and Elite Persistence: Term Limits and Political
Dynasties in the Philippines.” Harvard Academy for International and Area
Studies, (2011): 1-32.
Romli, Lili. “Pilkada Langsung, Calon Tunggal, dan Masa Depan Demokrasi Lokal.”
Jurnal Penelitian Politik (Volume 15 No. 2 Desember 2018): 143-160.
Saepudin, dan Joni Firmansyah. “Jawara dan Pemilu: Peran Jawara Sebagai Identitas
Politik di dalam Pemilihan Kepala Daerah Banten.” Jurnal Bawaslu RI (Vol. 3
No.2, 2017): 227-239.
Suaib, Eka, dan La Husen Zuada. “Fenomena ‘Bosisme Lokal’ di Era Desentralisasi:
Studi Hegemoni Politik Nur Alam di Sulawesi Tenggara.” Jurnal Penelitian
Politik (Vol 12 No. 2, 2015): 51-69.
Asshegaf, Rifqi Zabadi. “Demokrasi Otonomi Daerah dan Perilaku Politik Jawara
(Studi Tentang Peran Jawara dalam Pemenangan H. Mulyadi Jayabaya dan H.
Amir Hamzah pada Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2018).” Skripsi Program
Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarifhidayatullah
Jakarta, Ciputat, 2013.
101
Vidya Nur’aini, Ratu. “Lahirnya Dinasti Politik Studi Kasus: Terbentuknya Dinasti
Politik Mulyadi Jayabaya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Periode 2003-
2017).” Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
Dokumen Elektronik
Antara News, PDI Perjuangan Raih 10 Kursi DPRD Lebak, artikel ini diakses
http://antaranews.com/ pada 4 Agustus 2019 pukul. 12.30.
Banten Day, “Memiliki Kekayaan Rp. 66 Miliar, ini Rahasia Sukses JB”, artikel ini
diakses dari dari https://bantenday.co.id pada 29 November 2019 pukul. 19.44.
Berita Satu, “14 November, Pemungutan Suara Ulang Pilkada Lebak”, artikel ini
diakses dari https://www.beritasatu.com/ pada 19 Agustus 2019 pukul. 20.00.
Berita Satu, “Pasangan Amir-Kasmin Gugat Hasil Pilkada Lebak ke MK”, artikel ini
diakses dari https://www.beritasatu.com/ pada tanggal 7 Januari 2020 pukul
20.12.
Channel Banten, Ini Nama-nama Bupati Lebak dari Pertama Hingga Sekarang, artikel
ini diakses dari https://www.chanelbanten.com/ pada tanggal 4 Agustus 2019
pukul. 11.30.
Data dari KPU, diakses dari https://infopemilu.kpu.go.id pada tanggal 20 Januari 2020
pukul. 19.15.
Detik, “Dulu Pilkada, Lalu Pemilukada, kini Pilgub”, artikel ini diakses dari
https://news.detik.com/ pada 19 Agustus 2019 pukul. 16.03.
IndoPos, “Lagi, Pasangan Cecep Sumarno dan Didin Syafrudin Ditolak KPU Lebak”,
artikel ini diakses pada 12 Oktober 2019,
https://indopos.co.id/read/2018/01/10/123275/lagi-paslon-cecep-sumarno-dan-
didin-syafrudin-ditolak-kpu-lebak/
Kabar Banten, “Pilkada Lebak 2018: Cecep dan Didin Kurang 122.2674 Dukungan”,
artikel ini diakses dari dari www.kabar-banten.com pada tanggal 28 Oktober
2018 pukul. 22.30.
102
Kabar Banten, “Pilkada Lebak 2018: Cecep-Didin Kurang 122.674 Dukungan”, artikel
ini diakses dari https://www.kabar-banten.com pada 7 Januari 2020 pukul. 21.30.
Kabupaten Lebak, “Profil Bupati dan Wakil Bupati”, artikel diakses dari
https://lebakkab.go.id/profil-bupati-wakil-bupati/ pada tanggal 3 Agustus 2019
pukul. 21.16.
Kompas, “Miing dan Suami Atut Lolos ke Senayan”, artikel ini diakses dari
https://travel.kompas.com/ pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 20.20.
Kompas, “Suap Akil Mochtar, Mantan Kandidat Pilkada Lebak Dituntut Lima dan
Empat Tahun Penjara”, artikel ini diakses dari https://nasional.kompas.com/ pada
7 Januari 2020 pukul 21.09.
Kompas, “Syarat Berat, Banyak Calon Kepala Daerah Dari Jalur Perseorangan Gugur”,
artikel ini diakses dari https://nasional.kompas.com. pada 29 November 2019
pukul. 19.22.
KPU Kabupaten Lebak, “KPU Lebak Gelar Rapat Pleno Secara Terbuka”, artikel ini
diakses dari https://kpu-lebakkab.go.id. pada 28 Oktober 2018 pukul. 23.45
Menurut KBBI, kasepuhan merupakan golongan yang terdiri atas orang-orang lanjut
usia yang sangat dihormati oleh warga desa yang berfungsi sebagai penasihat
kepala desa, diakses dari https://kbbi.kata.web.id pada tanggal 6 Januari 2020
pukul. 12.00.
Rekam Jejak, “Mochamad Hasbi Assyidiki Jayabaya”, artikel ini diakses dari
https://www.rekamjejak.net/, pada 5 Oktober 2019.
103
Republika, “KPU: Banyak Calon Independen Gugur di Pilkada 2018”, artikel ini
diakses dari dari www.republika.co.id pada 29 November 2019 pukul. 23.09.
Tempo, “Polwil Banten Periksa Pembuat Ijazah Palsu Bupati”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada tanggal 7 Januari pukul. 15.56.
Tempo, “Tiga Pasangan Calon Berebut Kursi Bupati Lebak”, artikel ini diakses dari
https://nasional.tempo.co/ pada 19 Agustus 2019 pukul 19.30.
The Indonesian Institute, Kajian Kebijakan Pilkada 2018, (Jakarta: The Indonesian
Institute, Center for Public Policy Research (TII), 2018), hal. 7, diakses pada
tanggal 6 Oktober 2019, https://www.theindonesianinstitute.com/wp-
content/uploads/2018/07/Kajian-Kebijakan-Pilkada-2018.pdf
Wawancara
Wawancara dengan Agus Sumantri (Ketua DPD PAN Lebak) di Kantor DPD PAN
Lebak pada 1 Agustus 2019.
Wawancara dengan Ahmad Yani (Sekretaris DPC PKB Lebak) di Kantor DPC PKB
Lebak pada 9 Juli 2019.
Wawancara dengan Dani Setiawan (Sekretaris DPC Demokrat Lebak) di Kantor DPC
Demokrat Lebak pada 9 Agustus 2019.
Wawancara dengan Dedi Jubaedi (Ketua DPC Nasdem Lebak) di Kantor DPC Nasdem
Lebak pada 24 Juni 2019.
Wawancara dengan H. Akhmad Jajuli (Bakal Calon Alternatif Bupati di Pilkada Lebak
2018) di Kantor DPD Hanura Banten 22 Januari 2020.
Wawancara dengan H. Maman (Ketua DPC PPP Lebak) di Kantor DPC PPP Lebak
pada 17 Juli 2019.
Wawancara dengan H. Oong Syahroni (Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Lebak)
di Kantor DPC Gerindra Lebak pada 24 Juni 2019.
Wawancara dengan H. Yogi (Sekretaris DPC Golkar Kabupaten Lebak di Kantor DPC
Golkar Lebak pada 17 Juli 2019.
Wawancara dengan Junaedi Ibnu Jarta (Ketua DPC PDI Perjuangan Lebak) di Kantor
DPRD Lebak pada 17 September 2019.
104
Wawancara dengan Kyai H. Didin Bahrudin (Ketua DPC Hanura Lebak) di Kantor
DPC Hanura Lebak pada 17 Juli 2019.
Wawancara dengan Lily Sugianto (Sekretaris DPD PKS Lebak) di Kantor DPD PKS
Lebak pada 24 Juni 2019.
Undang-undang
105