Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Akbar Junius Saputra
11161120000006
Oleh:
Akbar Junius Saputra
11161120000006
Dosen Pembimbing,
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
NIM : 11161120000006
Mengetahui, Menyetujui,
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Rendahnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Desa Bojong Indah,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor Pada Pilpres 2019
Oleh
Akbar Junius Saputra
11161120000006
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
06 Juli 2020 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.sos) pada program studi Ilmu politik.
Ketua, Sekretaris,
Penguji I Penguji II
v
ABSTRAKSI
vi
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa untuk penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan sampai zaman yang terang
Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor Pada Pilpres 2019”
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Penulis sangat menyadari penyusunan skripsi ini belum lah sempurna dan
masih banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulis menyadari betul penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
vii
2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf dan
jajaranya
3. Dr. Iding Rasyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik
ini.
8. Orang tua tercinta Bapak Rasmun dan Ibu Yanti, serta Adik tersayang
9. Paman dan Bibi tercinta, Bapak Rasiwan dan mama Sainah atas kasih
viii
10. Kakek dan Nenek tercinta, Kakek Sanmarta, nenek lebuh, alm. Kakek
11. Bibi tercinta, Bibi Inah dan Bibi Ratinah, terima kasih atas dukungan
12. Sahabat terbaik Terancam Punah, Odih, Wali, Enggis, Rene, Farhan,
Ganda, Pegah Ali, Asri, Deri, Gandi, Pikar, Udung, Nana, Fikri,
Amun, Syarif, Reja, Fahri, Dana, Hideng, Bang Candra, tetap solid.
14. Kelurga besar KKN Tanduk Rusa, Ican, Alfi, Dimsoi, Divani, Monik,
15. Kelurga besar HMI, Klara, Anisa, Rexy, Fahri, Adib, Ocid, Rama
16. Keluarga besar Ilmu Politik A 2016, Viku, Burhan, Afif, Ramadhan,
17. Senior terbaik HMI, Bang Fajar, Bang Rudi, Bang Indra, Bang Sultan,
18. Untuk teman juang, Yustika Alawiyah. Perjuangan masih panjang, yuk
semangat.
20. Untuk teman baik, Wahid Abdullah dan Samudra, terimkasih sudah
banyak membantu.
ix
21. Untuk keluarga Pancong Mumun, Riscil, Herman, David, Ejong, Muji
22. Untuk keluarga SD, Badeh, Firda, Sitkom, Fahri, Aryo, Debot .
23. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu. Terimakasih
Tanpa adanya mereka, penulis tidak yakin penelitian ini dapat selesai
dengan baik. Penulis berterima kasih dengan sepenuh hati, semoga Allah SWT
penuh atas segala kekurangann dalam penelitian ini, kritik dan saran yang
x
DAFTAR ISI
xi
BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL DESA BOJONG INDAH......... 27
A. Profil Desa Bojong Indah ....................................................................... 27
B. Kondisi Geografis dan Demografi Desa Bojong Indah ................. 28
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, dan Sosial Desa Bojong Indah ..... 32
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
bangsa ini adalah bangsa yang demokratis. Kehadiran pemilu menjadi bukti
bahwa negara telah memberi ruang kebebasan bagi rakyat dalam menentukan
sosok pemimpin sesuai kehendak pilihanya. Hal ini berarti, secara tidak langsung
barang pasti menuntut adanya partisipasi politik aktif dari masyarakat. Sebaliknya,
bicara mengenai pemilu, golput atau perilaku tidak memilih sejatinya telah
menjadi musuh besar bagi demokrasi itu sendiri .1Namun tidak bisa dipungkiri
bahwa kemunculan golput adalah hal yang sulit untuk dihindari. Kemunculan
golput di Indonesia memiliki rentang sejarah yang cukup panjang. Jika dicermati
secara saksama, sudah sejak tahun 1955 hingga 2019 Indonesia sudah
pemilu.2
Jika berkaca pada sejarah, fenomena golput pertama kali muncul pada awal
tahun 1970-an, kala itu kehadiran golput dinilai sebagai bentuk reaksi masyarakat
1
Ali Novel, Peradaban Komunikasi Politik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999),65- 120.
2
Putra Fadillah, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2004), 70- 106.
1
terhadap segala kecurangan yang dilakukan oleh pemerintah, tepatnya pada saat
menjelang pemilu tahun 1971, bisa dibilang fenomena golput yang terjadi sebagai
dibalik munculnya fenomena golput adalah para aktivis angkatan 66 seperti, Arief
Buyung Nasution.3Pada masa itu fenomena golput lahir di Balai Budaya Jakarta,
yang ditandai dengan munculnya sebuah pernyataan bahwa, kelompok ini tidak
akan memilih salah satu tanda gambar peserta pemilu.4 Tidak hanya itu, dalam
terhadap Golkar. Sebab, bagi mereka tindakan- tindakan di atas tidak sejalan
bahkan dianggap sebagai tindakan yang mencederai nilai- nilai demokrasi itu
sendiri.5 Uniknya, kehadiran golput kala itu seperti layaknya partai politik, yang
masyarakat dapat berfikir kritis dan kreatif terhadap kondisi politik. Yang
3
Priambudi Sulistiyanto, Politik Golput di Indonesia Kasus Peristiwa Yogya
(Yogyakarta: Lekhat, 1994), 9.
4
Anonim, Golongan Putih dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 6 (Jakarta:
PT. Delta Pamungkas, 2004), 197.
5
Arbi Sanit, Golput: Aneka Pandangan dan Fenomena Politik(Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan, 1992), 19-20.
2
tidak memilih juga merupakan hak setiap warga negara.6 Mereka juga melakukan
menempelkan tanda gambar golput yang berupa segi lima hitam di atas kertas
dengan warna dasar putih dan tulisan golput di bawahnya. Seiring berjalanya
waktu, golput menjadi fenomena yang tak pernah absen dalam setiap pelaksanaan
pemilu.
sering dikenal dengan sebutan golput atau golongan putih. Arti dari kata golput itu
sendiri adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu karena berbagai faktor
individu atau kelompok dalam menggunakan hak suaranya secara baik, atau
dengan sengaja menusuk tepat dibagian putih kertas suara dengan tujuan agar
golput bisa berbentuk orang yang tidak menghadiri TPS. Kedua, orang atau
kelompok orang yang menghadiri TPS, namun, sesampainya disana orang yang
disengaja atau karena ketidaktahuan politik. Ketiga, golput bisa pula berbentuk
orang yang menggunakan hak pilihnya dengan jalan menusuk bagian putih dari
6
Sulistiyanto, Politik Golput di Indonesia, 3.
7
Muhammad Asfar, President Golput (Surabaya: Jawa Pos Press, 2004), 3– 5.
3
kartu suara. Keempat, orang yang tidak hadir di tempat pemungutan suara
dikarenakan mereka memang tidak terdaftar sehingga tidak memiliki hak suara,
David Moon (1992) yang dikutip oleh Sri Yuniarti dalam jurnalnya,
memilih (non voting) disebabkan karena kepribadian yang tidak toleran, otoriter,
karakter diri yang apatis, anomi dan alienasi, dengan penjelasan sebagai berikut.
8
Abdurahman Wahid dan Halim HD, Mengapa Kami Memilih Golput (Jakarta:
Sagon Press, 2009), 40-60.
4
Secara teoritis, seseorang yang memiliki karakter diri yang apatis ditandai
dengan tiada minatnya terhadap persoalan- persoalan politik. Hal ini bisa
bisa juga karena anggapan bahwa aktivitas politik yang ada tidak menyebabkan
perasaan puas atau hasil yang secara langsug dapat dirasakan oleh pemilih.
Karakter diri yang selanjutnya adalah anomi. Seseorang yang memiliki karakter
ini ditandai dengan adanya anggapan bahwa sesuatu dianggap tidak berguna
pengaruh apapun. Alienasi, karakter sesorang seperti ini ditandai dengan perasaan
kererasingan secara aktif. Seseorang merasa dirinya tidak banyak terlibat dalam
urusan politik.
politik. menurut teori yang dikemukaan oleh Tingsten bahwa, adanya keterkaitan
ketidakaktifan bisa saja diartikan sebagai ekspresi atas kepercayaan yang rendah
terhadap sistem politik yang ada. Disisi lain ketidakaktifan bisa juga diartikan
sebagai suatu pertanda bahwa masyarakat cukup puas dengan sistem politik yang
5
ada. Mereka baru aktif hanya bila benar- benar kecewa dengan keadaan sistem
pelaksaan pemilu 2019 sekalipun. Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU),
terkait data perkembangan golput yang terjadi sejak pemilu 2004, terutama dalam
pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden adalah sebagai berikut, tingkat
golput pada pilpres 2004 sebesar 23,30%, pada pilpres 2009 tingkat golput sebesar
27,45 %,dan pada pemilu 2014 tingkat golput mencapai 30,42%, sedangkan pada
Memang jika kita melihat statistik tingkat golput dalam skala nasional, ada
sedikit penurunan tingkat golput pada pemilu 2019 dibandingkan dengan pemilu-
pilpres 2019 merupakan paling rendah sejak pemilu 2014 silam.10Namun, satu hal
yang harus peneliti tekankan disini, ada sebuah fenomena menarik jika dilihat
bagaimana berjalanya pilpres 2019 di tingkat akar rumput, atau dalam skala yang
jauh lebih rendah, misalnya tingkat kecamatan atau desa. Sebagai contoh, di Desa
9
Sri Yuniarti, “Golput di Indonesia,” Jurnal Penelitian Politik, vol.6, No. 1
2009).
10
Anonim, Jumlah Golput di Pilpres 2019 Paling Rendah Sejak 2004,
http:www.goggle.com/amp/s/www.bbc.com/Indonesia/amp/Indonesia-48130161, 2 Mei
2019.Di akses pada 10 Januari 2020.
6
Tabel I.A.1 Jumlah Presentase Golput Tiap-Tiap Desa di Kecamatan
Parung
Sumber: Data diperoleh dari arsip hasil rekapitulasi pemilu 2019 PPK Kecamatan Parung.
Berdasarkan data yang penulis peroleh, tingkat golput atau perilaku tidak
memilih masyarakat di desa Bojong Indah, kecamatan Parung dalam pilpres 2019
masih cukup tinggi, dalam penyelenggaraan pemilu 2019 lalu, Desa Bojong
Indah, kecamatan Parung dengan jumlah keseluruhan data pemilih sekitar 11.631
suara, setelah dilakukan rekapitulasi suara di balai desa pasca pemilu 2019,
masyarakat desa Bojong Indah yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 8.975
suara, ini artinya ada sekitar 2.656 orang yang tidak menggunakan hak pilih
7
pada pilpres 2019 (Golput),tingginya tingkat golput mencapai presentase sebesar
23 %.
Kondisi yang serupa pun terjadi pada rekapitulasi pemilihan badan anggota
legislatif, baik DPR RI maupun pemilihan DPRD provinsi dan kabupaten pada
Tabel I.A.2. Data Rekapitulasi Suara DPR- RI Desa Bojong Indah pada
Pemilu 2019
masih terlihat rendah, jika fenomena ini dibiarkan, dikhawatirkan akan menjadi
politik secara universal di tanah air ini. Satu hal yang harus diketahui bahwa,
sejatinya satu suara dalam pemilu adalah satu hal yang sangat berharga, karena
satu suara akan turut menentukan bagaimana nasib bangsa ini ke depan
(onemenonevote).
8
Melihat gambaran di atas maka peneliti tertarik dan terpanggil untuk lebih
jauh lagi meneliti tingginya tingkat golput di desa Bojong Indah dengan judul
B. Pertanyaan Penelitian
pada fenomena rendahnya tingkat partisipasi politik masyaraka desa Bojong Indah
pada temilihan presiden wakil presiden dalam pemilu 2019. Untuk itu, penulis
pilpres 2019 ?
9
C.2. Manfaat Penelitian
macam, yaitu :
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat praktis
Strata 1 (S1) Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
D. Tinjauan Pustaka
sebelumnya, sehingga judul yang diajukan semakin menarik untuk dipahami dan
dapat ditelaah lebih jauh, serta sebagai ikhtiar untuk perbandingan dalam
referensi.
10
Terdapat beberapa referensi penulis yang sesuai dan relevan dengan
judul skripsinya “Faktor Penyebab Tingginya Golput pada Pilpres Tahun 2014 di
mana keefektifan dari Implementasi fatwa MUI tentang haramnya golput yang
meliputi lima desa yaitu Desa Rimo, Desa Tanjung Betik, Desa Labuhan Kera,
Desa Sianjo-Anjo, dan Desa Penjahitan. Subjek dari penelitian di atas adalah
dan Wakil Presiden tahun 2014 di Kecamatan Gunung Meriah kabupaten Aceh
Singkil.
56% responden yang tidak menggunakan hak suaranya atau memilih untuk golput,
sedangkan responden yang mengetahui manfaat dari pemilu Presiden dan Wakil
Data di atas berarti cukup membuktikan bahwa fatwa MUI tentang haramnya
11
golput tersebut kurang berpengaruh untuk meningkatkan partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Gunung Meriah pada pilpres tahun 2014. Selain itu,
oleh beberapa faktor: Pertama, adanya agenda lain yang berbenturan di hari “H”
lahirnya sikap pesimis masyarakat terkait siapapun yang akan terpilih menjadi
atau dampak dari pemilu yang dirasakan dari KIP/KPU, berbeda dengan PILEG
buat adalah terkait faktor penyebabrendahnya tingkat partisipasi politik. Selain itu,
Kedua, adalah penelitian dari Bismar Arianro pada Jurnal Ilmu Politik dan
Dediwansah Solin, “Faktor Penyebab Tingginya Golput Pada Pilpres Tahun 2014
11
di Masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Terkait Fatwa MUI
Tentang Golput”.(Skripsi: S1 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), 62- 88.
12
yang terjadi, menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor penyebab golput, Pertama
karena faktor internal yang disebabkan oleh kesalahan teknis seperti halnya jatuh
karena faktor eksternal, yang salah satu penyebabnya karena faktor administratif
sehingga ia tidak terdaftar sebagai pemilih, bisa pula karena kurangnya sosialisasi
pemilu.12
Berbeda dengan penelitian yang penulis buat diantaranya terkait teori yang
digunakan, penulis tidak hanya menggunakan teori partisipasi politik dan konsep
desa, tetapi juga menggunakan teori lainya seperti teori budaya politik dan
perilaku pemilih yang dalam judul penelitian di atas tidak digunakan untuk
vol.2 (1), Juni 2009 dengan judul “Analisis Kritis Terhadap Fenomena Golput
berkembang di era reformasi, dari data penelitian di atas, dalam catatan Jaringan
Pemilu kepala daerah tingkat provinsi yang berlangsung sejak 2005 hingga 2008,
setidaknya ada 13 pemilu gubernur yang justru dimenangi golongan putih alias
golput. Hal ini berarti, jumlah golput lebih besar dari pada dukungan suara untuk
12
Bismar Arianro, “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih dalam Pemilu”,
Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan (Vol. 1, No.1, Januari 2011), 51-60.
13
gubernur. Selain itu penelitan di atas berusaha melihat terkait akar permasalahan
lebih mengutamakan persoalan piring nasi. Atau dalam hal ini berarti tingkat
juga dapat disebabkab oleh berbagai faktor lain, seperti kegagalan peran negara,
demokrasi tanpa subtansi, serta pemilu yang tidak bermanfaat langsung kepada
digunakan penulis lebih sempit dan lebih terfokus, karna hanya meneliti faktor
penyebab rendahnya tingkat partisipasi politik yang terjadi di Desa Bojong Indah,
penelitian golput di atas yang membahasa tingginya tingkat golput pada tingkat
nasional.
Keempat, penelitian dari Lidya Wati Evelina & Mia Angeline dalam Jurnal
Humaniora, dengan judul “Upaya Mengatasi Golput pada Pemilu 2014”, salah
satu fokus dari penelitian ini adalah, tentang bagaimana upaya yang dilakukan
KPU untuk meminimalisir golput yang terjadi pada pemilu 2014, banyak cara
14
mensosialisasikan pemilu 2014 kepada masyarakat, KPU melakukan perekrutan
masyarakat yang berasal dari lima segmen pemilih strategis yaitu pemilih pemula,
pinggiran, dengan tujuan agar tersosialisasimya pemilu 2004 dengan baik. Selain
itu, upaya lain KPU adalah dengan cara menyelenggarakan lomba desain maskot
dan jingle untuk pemilu yang akan digunakan dalam media sosialisasi, tujuanya
agar masyarakat tertarik dan merasa terpanggil dalam gelaran pemilu 2004. Upaya
berikutnya dari KPU adalah merekrut agen sosialisasi yang bertugas membantu
Bersamaan dengan itu, para agen sosialisasi tersebut lah yang akan menjelaskan
kepada masyarakat tentang pentingnya pemilu dan hak pilih serta tata cara pemilih
sehingga kesadaran akan penting menggunakan hak pilih pada masyarakat akan
terbentuk. KPU juga mengadakan event bersama agen sosialisasi untuk menarik
minat masyarakat terhadap pemilu. Lalu upaya terakhir adalah meluncurkan iklan
adalah terkait fokus penelitian, penelitian di atas lebih berfokus mengenai upaya-
upaya yang coba dilakukan untuk meminimalisir tingginya tingkat golput yang
terjadi, sedangkan penelitian yang penulis buat lebih berfokus pada faktor yang
14
Lidya Wati Evelina &MiaAngeline, “Upaya Mengatasi Golput pada Pemilu
2014”. Jurnal Humaniora (Vol.6, No.1, 2005), 97- 105.
15
E. Metode Penelitian
gambaran secara menyeluruh tentang hal-hal yang sedang diteliti. Ciri khusus dari
permasalahan yang ingin dan sedang diteliti. Jenis penelitian kualitatif bisa
bersumber dari buku-buku, artikel, jurnal atau sumber pustaka lainya, dengan
penelitiannya.15
Data primer data yang diperoleh secara langsung lewat sumber utama dari
Data sekunder dalam penelitian ini berperan pendukung dan pelengka. Data
sekunder bisa diperoleh dari buku, skripsi, tesis, koran atau data elektronik lainya
15
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalitik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003),
5.
16
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), 12- 13.
16
E.3. Teknik Pengumpulan Data
dengan teori yang didasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan peneliti. Analisis
E.3.a Wawancara
ada sebelumnya, entah dalam bentuk karya buku, jurnal skripsi, tesis dan yang
tertentu terhadap fenomena politik yang terjadi. Secara sederhana analisa data
deskriptif dapat kita pahami sebagai sebuah penelitian yang dapat mengeksplorasi
17
Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 104.
17
dan mengklasifikasikan suatu fenomena sosial, dengan cara mendeskripsikan
F. Sistematika Penulisan
dalam lima bab. Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memahami terkait apa
yang dibahas dalam setiap bab, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
masalah dan pertanyaan masalah yang menjadi titik fokus penelitian, disertai
Bab II Landasan Teori, pada bab ini penulis mengkaji lebih dalam terkait
landasan teori yang penulis gunakan untuk menganalisis fenomena yang dijadikan
sebagai objek penelitian dalam skripsi ini, serta sebagai acuan penulis dalam
sebelumnya. Dalam hal ini, teori yang penulis jadikan sebagai acuan untuk
tujuan- tujuan di atas adalah teoribudayaa politik, teori perilaku pemilih dan teori
partisipasi politik.
18
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosia l (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), 14.
18
Bab III Profil, pada bab ini, penulis menjabarkan hal- hal terkait tentang
profil Desa Bojong Indah. Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor sebagai tempat
selanjutnya.
19
BAB II
A. Budaya Politik
budaya atas dasar norma yang mengatur sikap dan pola pemikiran psikologi
kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik. Setiap negara atau bahkan daerah
pasti memiliki budaya politik yang berbeda- beda. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh banyak faktor, mulai dari kondisi, situasi dan pendidikan masyarakat,
Teori budaya politik dalam penelitian ini yaitu untuk melihat sejauh mana
Almond dan Sidney Verba menyebutkan bahwa orientasi politik yang berbeda
19
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 10.
20Rivai, Memahami Budaya Politik ,Kumparan.com.
http://222.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/abdul-rivai-ras/memahami-budaya-
politik. 15 desember 2018. Diakses pada 14 Juni 2020.
20
A.1 Budaya Politik Parokial
seseorang yang berpegang kepada aturan yang telah dibuat oleh lingkungan
politik parokial bersikap afektif, sebab jenis budaya ini mengedepankan perasaan
dan normatif yang berpegang pada norma, bukan atas dasar kognitif yang
didasarkan atas faktual dan empiris. Oleh karenanya masyarakat dengan budaya
politik parokial ditandai dengan ruang lingkup yang sempit dan mereka tidak
Budaya politik kaula atau subyek ditandai oleh orientasi politik yang tinggi
hanya berlaku untuk aspekinput, sedangkan aspek output masih rendah. Misalnya
seorang warga yang aktif mencari informasi mengenai politik, namun tidak mau
21
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, 29.
22
Miriam Budiarjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), 35.
23
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, 21.
21
B.3 Budaya Politik Partisipan
input dan output dalam sistem politik. Oleh karenanya jenis budaya politik
sistem politik. Salah satu bentuk perhatian besar tersebut sering kali disalurkan
B. Perilaku Politik
aktivitas yang berhubungan langsung dengan proses politik.25 Menurut teori dari
Saiful Mujani, terdapat tiga model perilaku politik yang dapat mempengaruhi
partisipasi politik seseorang. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang baik, akan
mereka yang memilikit tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. Berikutnya,
24
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, 21.
25
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 130.
22
model CVM (CivicVoluntary Model). Model ini menjelaskan bahwa partisipasi
melainkan karena aktif mendapatkan sebuah informasi dalam jejaring sosial serta
aktif mencari dan mengetahui informasi mengenai pemilu dalam jejaring sosial
politik, yaitu partisipasi politik seseorang yang dipengaruhi oleh kesamaan suku,
yang baik dan bijak, sering kali mempengaruhi pilihan politik masyarakat. 27
26
Saiful Mujani, R, William Liddle, Kuskridho, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca- Orde Baru
(Bandung: Mizan Publika, 2008), 6.
27
Saiful Mujani, R, William Liddle, Kuskridho, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca- Orde Baru,
22.
23
B.3 Pilihan Rasional
Model pilihan rasional ini melihat hasil pemilu sebagai barang publik
memilih maupun yang tidak memilih dalam pemilu, sejatinya akan akan sama-
sama memiliki pemimpin atau partai politik pemenang yang sama. Dikondisi
demikian, tidak seorang pun yang akan mendapat lebih banyak atau lebih sedikit
harus lelah mengorbankan waktu dan tenaga untuk mengikuti pemilu, jika orang
yang tidak ikut memilih mampu mendapatkan hasil yang sama dengan orang yang
ongkos yang minimal. Sehingga, jika seseorang ingin mendapatkan hasil yang
sama dalam pemilu, terlepas dari dirinya ikut atau tidak, maka seharusnya orang
tersebut tidak ikut pemilu. Sebab jika mampu mendapatkan barang tandap ongkos
(waktu dan tenaga) mengapa harus mengeluarkan ongkos. Oleh karenanya dalam
perpektif ekonomi- politik, seseorang tidak ikut pemilu, karena dengan tidak ikut
politik rasional dengan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana perspektif
28
Saiful Mujani, R, William Liddle, Kuskridho, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca- Orde Baru,
29.
24
ini mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat Desa Bojong Indah,
C. Partisipasi Politik
orang yang turut serta secara aktif dalam kehidupan politik, baik dengan jalan
negara yang menganut paham demokrasi, Partisipasi politik menjadi hal yang
penting. Karena pada dasarnya, setiap keputusan politik yang dibuat maupun
kehidupan warga negara, oleh karenanya warga ngara berhak ikut mempengaruhi
pertama, partisipasi aktif. Partisipasi aktif ditandai dengan sikap masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan, perhatian, serta, minat yang tinggi terhadap kegiatan
politik. Seperti halnya mengajukan usul dalam proses kebijakan umum dan
mengajukan kritik terhadap sesuatu yang dianggap tidak adil. Kedua, partisipasi
pasif. Partisipasi pasif ditandai dengan seseorang yang memiliki tingkat kesadaran
yang rendah tetapi memiliki perhatian dan kepercayaan kepada pemerintah yang
tinggi dalam kegiatan politik. Ketiga, partisipasi apatis. Jenis partisipasi ini
ditandai dengan seseorang yang memiliki tingkat kesadaran dan perhatian serta
29
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politki, 180.
25
kepercayaan yang rendah kepada pemerintah dalam sistem politik. kelompok ini
gladiator) yaitu golongan masyarakat yang sangat aktif dalam dunia politik.
minimal, namun tidak seaktif kategori sebelumnya, kegiatanya hanya berupa ikut
memberikan suara dalam pemilu. Ketiga, apatis (apathetics) yaitu mereka yang
tidak aktif sama sekali, bahkan tidak mengunakan hak pilihnya dalam politik, hal
tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor 31. Berbeda dengan konsep
30
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 182.
31
Miriam Budiarjo, Dasar- dasar Ilmu Politik, 372.
32
Budiardjo, Dasar- DasarIlmuPolitik,372.
26
Tabel II.A.2.1 Tipologi Partisipasi Politik Milbart dan Goel
Pemain
Penonton
Apatis
27
BAB III
desa. Desa Bojong Indah sendiri muncul akibat pemekaran dari Desa Bojong
Kabuaten Bogor, Jawa Barat. Awalnya hal tersebut dikarenakan Desa Bojong
Sempu dinilai memiliki wilayah yang luas, selain itu kedua desa ini letaknya
terbelah oleh jalan raya kabupaten. Oleh karena itu, timbulah wacana untuk
pemekaran desa menjadi dua desa, yaitu Desa Bojong Sempu itu sendiri dan
lahirnya desa baru, yang dinamai sebagai Desa Bojong Indah. Selain itu, wacana
terkait pemekaran kedua desa ini juga didasarkan atas hasil musyawarah
desa pertama kalinya pada taun 1980-an hingga sampai saat sekarang ini. Hingga
hari ini, antara Desa Bojong Sempu dan Desa Bojong Indah tersebut dibatasi oleh
jalan raya kabupaten, dimana sebelah selatan adalah letak Desa Bojong Sempu,
sedangkan sebelah utara adalah letak Desa Bojong Indah.Berikut adalah kepala
Desa Bojong Indah yang pernah menjabat dari awal diadakannya pemilihan
kepada desa pada tahun 1980-an hingga tahun 2019 adalah sebagai berikut:
28
41
H. Berdasarkan data yang didapat dari kantor Desa Bojong Indah, desa ini
memiliki curah hujan rata- rata mencapai 33,00 mm. Rata- rata suhu harian
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-
desa tetangga, yaitu sebagai berikut. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Desa Ciseeng. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bojong Sempu. Sebelah
Jarak tempuh Desa Desa Bojong Indah keibu kota kecamatan sekitar 0,50
Km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit dengan menggunakan
Km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam dengan kendaraan
bermotor. Lalu, jarak tempuh ke ibu kota provinsi sejauh 146 Km, yang dapat
33
Dokumen Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, Diperoleh dari
SekertarisDesa,Bapak Munandar.
29
ditempuh dengan waktu sekita 5 jam.34Bicara tentang kondisi demografi desa
Sumber: Data Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
34
Dokumen Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, Diperoleh dari
SekertarisDesa,Bapak Munandar
30
Tabel III.B.2Data PengelompokanUsia Masyarakat Desa Bojong Indah
Usia Jumlah
2 orang -
Sumber: Data Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
31
Tabel III.B.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama/ Kepercayaan
Agama Jumlah
Hindu 6 orang
Budha 6 orang
Katolik 5 orang
Protestan 45 orang
Sumber: Data Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
32
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan dan Sosial Desa Bojong Indah
guna mendukung tercapainya tujuan di atas maka perlu juga didukung oleh
sumber daya manusia melalui peningkatan APK dan APM pada sektor
33
Tabel III.C.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian
Pekerjaan Jumlah
Petani 31
Buruh tani 18
Peternak 2
Nelayan -
Montir 2
Perawat swasta 4
TNI 6
POLRI 2
Guru swasta 64
Seniman 2
Pedagang keliling 39
Karwayanperusahan 974
swasta
Sumber: Data Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
34
Bicara tentang tingkat pendidikan di Desa Bojong Indah. Kondisi
pendidikan di Desa Bojong Indah belum cukup baik. Masih ada beberapa
kendala, jika dilihat dari data yag ada, dari keseluruhan jumlah 5.722 peserta
didik, 2396 diantaranya hanya tamat di tingkat sekolah dasar. Selain itu, kondisi
pendidikan di Desa Bojong Indah hanya di dukung oleh sarana dan prasarana
tingkat SMP 1 gedung pendidikan TK, dan 2 gedung lembaga pendidikan agama.
35
Tabel III.C.2 Tingkat Pendidikan Desa Bojong Indah
Tamat D2 22 26
Tamat S1 94 52
Tamat S2 5 1
Sumber: Data Kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis,
suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis pula. Dalam konteks
politik lokal Desa Bojong Indah tentunya hal ini tergambar dalam mekanisme
36
pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pileg, pilpres, pemilkada,
dan pilgub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum, dengan
memenuhi syarat telah memiliki hak untuk menentukan pilihan dalam sebuah
pemilihan umum.
jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Artinya, ada
banyak kriteria kenapa para calon layak untuk dipilih, mereka dipilih karena
kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Oleh
karena itu, warga Desa Bojong Indah selalu melaksanakan pilkades. Setelah
pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan
Bojong Indah sejatinya mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini
terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias.
lesu, hal ini dilihat dari tingginya tingkat golput masyarakat Desa Bojong Indah
baik dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, anggota DPR, anggota DPD,
37
2019 lalu dan pemilu- pemilu sebelumnya. Munculya golput tersebut bukanlah
tanpa faktor dan alasan, Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih
35
Sumber: Data kantor Desa Bojong Indah, Parung 2019, diperoleh dari
Sekertaris Desa, Bapak Munandar.
.
38
BAB IV
masalah politik serta pergantian pemimpin. Dalam sebuah negara yang menganut
paham demokrasi, pemilu menjadi salah satu pilar utama atas proses akumulasi
demokrasi itu sendiri. Setidaknya ada dua alasan mengapa pemilu menjadi
variabel penting untuk suatu negara. Pertama, karena pemilu merupakan suatu
sebuah legitimasi kekuasaan calon pemimpin atau partai politik tertentu tidak
diperoleh melalui cara- cara kekerasan, namun hal itu didapat dari suara mayoritas
rakyat melalui proses pemilu yang adil. Kedua, demokrasi telah memberi ruang
Indonesia menjadi salah satu negara yang rutin melaksanakan pemilu setiap
lima tahun sekali. Pada 17 April 2019 lalu, untuk pertama kalinya pemilihan
umum atau pemilu diadakan secara serentak disemua daerah, tak terkecuali di
39
Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Bogor, Jawa Barat. Perjalanan pemilu
2019 berjalan dengan tensi yang sangat panas. Terutama persaingan antara paslon
satu dan paslon dua dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Salah satu
penyebaran isu- isu yang bernuansa suku, agama dan ras (SARA). Strategi di atas
dianggap sangat efektif untuk meraih simpati para pemilih. Tensi panas ini
Barat. Atmosfer panas pemilu 2019 juga sangat dirasakan di desa ini. Seperti yang
disampaikan oleh bapak Ubay, selaku anggota KPPS Desa Bojong Indah pada
Pemilu 2019 suasana politiknya sangat terasa. Sangat banyak para calon dari
masing- masing partai politik berdatangan ke desa ini untuk berkampanye.
Strateginya kampanye yang digunakan pun sangat bermacam- macam.
Atribut politik, dari mulai baliho, spanduk, stiker, kaos, gelas dan sovenir
lain sangat banyak. Euforia pemilu juga sangat terasa. Antara pendukung
yang satu dengan yang lain sangat terasa persainganya, bahkan tak jarang
terjadi gesekan, tapi tidak sampai berujung konflik, artinya gesekan politik
yang terjadi hanya sekitar pemilu saja, selebihnya normal kembali.37
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang terjadi sepanjang pemilu 2019 lalu.
36
Anonim, Tahun Politik dan Tensi Panas 2019, Cnn Indonesia,
http:/m.cnnindonesia.com./nasional/2018/1221135450-32-355501/tahun-politik0dan-
tensi-panas-2019/, diakses pada15 Juni 2019.
37
Wawancara dengan Bapak Ubay, anggota KPPS Desa Bojong Indah pada
Pemilu 2019, diParung pada 10 Maret 2020, Pukul 16:00 WIB.
40
Membuat Jawa Barat menjadi provinsi yang terancam sebagai daerah yang rawan
akan terjadinya konflik horizontal akibat jalanya persaingan yang serat akan
penggunaan kampanye hitam, saling lempar isu- isu yang bernuansa SARA serta
berita hoax yang marak disebarkan lewat media massa sepanjang pemilu 2019
berlangsung.
Namun kesadaran bersama yang dimiliki warga desa Bojong Indah dalam
mengelola potensi konflik politik yang ada, membuat tensi panas yang terjadi
sepanjang pemilu mudah diredam.. Setelah proses pemilu selesai maka situasi
desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi pemilu
terus- menerus terjebak dalan sekat- sekat pilihan politiknya. Suasana desa
ditandai dengan kehidupan yang saling tolong- menolong maupun gotong royong
seperti sedia kala. Namun sayangnya, tensi politik yang panas dan meriah di desa
Bojong Indah, tidak dibarengi dengan tingkat partisipasi politik warga yang
tinggi. Masifnya kampanye yang dilakukan oleh para peserta politik dengan
memobilisasi masyarakat desa Bojong Indah untuk memberikan suaranya. Hal ini
ditandai dengan masih cukup tingginya tingkat golput yang tejadi pada pemilu
2019 lalu, data PPK Kecamatan parung menyebutkan, setidaknya ada dua ribu
warga yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilu 2019 lalu.
41
B. Deskripsi Tentang Partisipasi Masyarakat Desa Bojong Indah Pada
Pilpres 2019
sebagai kegiatan yang dilakukan baik oleh sesorang maupun kelompok orang
untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Seperti memilih pemimpin
salah satu ruang dan media bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam sebuah
proses politik. Baik dalam kegiatan memberikan suara atau hak pilih atau bisa
juga ikut serta dalam pencalonan yang ada. Di negara demokrasi sepeti halnya
partisipasi politik yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda demokrasi
Seperti halnya yang terjadi pada pilpres 2019 di Desa Bojong Indah
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Jika berkaca pada hasil rekapitulasi suara
pilpres 2019, masih cukup banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak
pilihnya. Ada sekitar 2565 orang yang tidak menggunakan hak pilihnya,
38
Meriam Budiarjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, 367.
39
Meriam Budiarjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, 369.
42
partisipasi Masyarakat Bojong Indah pada pilpres 2019 lewat berbagai aktifitas
politik yang dilakukan warga menjelang dan selama bergulirnya pemilu 2019.
Indah. Pada sesi wawacara, Artika selaku masyarakat Desa Bojong Indah
menyatakan bahwa:
Saya pribadi tidak termasuk orang yang aktif dalam kehidupan politik.
Saya tidak ikut parpol, tidak pernah ikut rapat kebijakan, tidak berdemo.
Saya hanya ikut mencoblos saat pemilu.. Tidak sampai ikut timsesdan
tidak melibatkan diri dalam kepanitian pemilu, tidak terlalu
antusias,biasasaja,karena banyak kesibukan pribadi.40
Mendengar pernyataan di atas, jika dilihat dari kaca mata teori yang
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu partisipasi aktif, pasif dan apatis. 41 secara umum
pola partisipasi warga desa bojong indah cenderung bersifat pasif, hal ini ditandai
oleh sikap warga yang menujukan mereka hanya aktif secara minimal dalam
pemilihan umum, tanpa melibatkan diri secara intens dalam sistem politik. hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Kegiatan ekonomi menjadi salah satu penyebab
mereka sangat bergantung pada intensitas mereka bekerja. Tidak berjualan maka
tidak ada penghasilan, oleh karenanya masalah piring nasi jauh lebih penting dari
pada permasalahan politik Bahkan tidak sedikit warga yang memilih pergi
40
Wawancara dengan Artika, Warga Desa Bojong Indah, di Parung pada 11
Maret Pukul 19:20 WIB.
41
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politi, 182.
43
ketempat berjualan dibandingkan untuk datang ke tempat pungutan suara (TPS).
Selain itu, minimnya tingkat pendidikan juga membuat warga memiliki pikiran
yang sempit terhadap dunia politik, sehingga minat dan perhatiannya terhadap
44
C. Hasil Pilpres 2019 dan Rendahnya Tingkat Partisipasi Politik
45
Tabel IV.C.2 Perolehan Suara Calon Presiden Dan Wakil Presiden Desa
Bojong Indah
Sumber: Data diperoleh dari arsip hasil rekapitulasi pemilu 2019 PPK Kecamatan
Parung
Data di atas adalah hasil rekapitulasi suara pemilihan calon Presiden dan
Wakil presiden pada pemilu 2019 di Kecamatan Parung, yang meliputi sembilan
desa. Bisa dilihat bahwa dari 9 desa yang ada, tingkat golput atau perilaku tidak
2019 masih cukup tinggi, bahkan menjadi yang tertinggi presentasenya. Dengan
rincian jumlah keseluruhan data pemilih sekitar 11.631 suara, setelah dilakukan
rekapitulasi suara di balai desa pasca pemilu 2019, masyarakat desa Bojong Indah
yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 8.975 suara, ini artinya ada sekitar
46
2.656 orang yang tidak menggunakan hak pilih pada pilpres 2019
Bapak Masud, selaku anggota PPS desa Bojong Indah pada pemilu 2019
Memang golput menjadi permasalahan di desa ini. Jika dilihat dari trek
record pemilu- pemilu sebelumnya, angka golput selalu tinggi. Banyaknya
golput atau pemilih yang tidak hadir didominasi karena masih tingginya
ketidakpedulian warga terhadap proses pemilu, hal ini disebabkan karena
adanya anggapan bahwa pilpres atau pemilu secara umum dirasa tidak
memberikan kontribusi atau pengaruh langsung kepada warga. 43
Desa Bojong Indah terhadap jalanya Pilpres 2019 dengan menggunakan sudut
pandang teori budaya politik Gabriel Almond dan Sidney Verba, maka secara
umum budaya politik warga desa masih bersifat parokial. Budaya politik parokial
ditandai dengan ruang lingkup yang sempit dan mereka tidak mengharapkan
apapun dari suatu sistem politik. kondisi seperti itu tejadi di desa ini, bagi
masyarakat desa siapapun pemenang dalam pemilu, tidak akan berpengaruh atau
berhubungan dengan kehidupan mereka. Urusan mencari uang, mencari kerja dan
mencari makan tetap lah menjadi urusan warga sepenuhnya, mereka merasa tidak
ada dampak yang mereka rasakan dari kemenangan para peserta politik. dari
kebijakan politik yang lahir dampaknya tak pernah secara langsung mereka
rasakan, bahkan mereka tak tahu sama sekali kebijakan apa saja yang telah dibuat
42
Arsip Hasil Rekapitulasi Suara Pilpres Pemilu 2019 PPK Kecamatan Parung
43
Wawancara dengan Bapak Masud, Anggota PPS Desa Bojong Indah pada
Pemilu 2019, di Parung pada 10 Maret Pukul 20:00 WIB.
47
dari suatu sistem politik. selain itu, tanda lain dari masyarakat yang memiliki
44
budaya politik parokial adalah partisipasi politik nya yang rendah. Seperti yang
terjadi di desa ini, Desa Bojong Indah menjadi desa pertama dari sembilan desa
dibandingkan dengan delapan desa lainya. Meski angka golput tidak mencapai
menjadi sebuah tolak ukur kuat atau lemahnya demokrasi itu sendiri. Sebaliknya,
tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap kurang baik bagi
universal di tanah air ini. Satu hal yang harus diketahui bahwa, sejatinya satu
suara dalam pemilu adalah satu hal yang sangat berharga, karena satu suara akan
44
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, 29.
45
Budiarjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, 369
48
D. Analisa Terhadap Tingginya Tingkat Golput Terkait Pelaksanaan
lima tahunan sekali, menjadi salah satu tolak ukur bahwa negara ini adalah negara
mejadi hal yang penting. Sebaliknya, di negara demokrasi golput atau perilaku
tidak memilih sejatinya menjadi musuh besar bagi demokrasi itu sendiri.46Golput
atau golongan putih adalah sebutan yang sering kali dialamatkan kepada orang
yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu dengan berbagai alaan
yang menyertainya.
sajarah yang cukup panjang. Fenomena golput pertama kali muncul pada awal
di 2019. Artinya bahwa, golput tidak pernah absen dalam setiap pelaksanaan
pemilu di Indonesia, hanya saja mungkin presentase dan faktor penyebabnya saja
yang berbeda.
yang tergolong dalam dapil 6 Kabupaten Bogor pun tak luput dari fenomena
golput. Dari data hasil rekapitulasi suara PPK kecamatan parung menyatakan
bahwa, jumlah keseluruhan data pemilih sekitar 11.631 suara, setelah dilakukan
rekapitulasi suara di balai desa pasca pemilu 2019, masyarakat desa Bojong Indah
46
Novel, Peradaban Komunikasi Politik , 65- 120.
49
yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 8.975 suara, ini artinya ada sekitar
2.656 orang yang tidak menggunakan hak pilih pada pilpres 2019
47
(Golput),tingginya tingkat golput mencapai presentase sebesar 23 %. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis faktor apa penyebab munculnya
golput di desa ini.Dalam sesi wawancara, bapak Masud selaku anggota PPS desa
Memang golput menjadi permasalahan di desa ini. Jika dilihat dari trek
record pemilu- pemilu sebelumnya, angka golput selalu tinggi. Banyaknya
golput atau pemilih yang tidak hadir didominasi karena masih tingginya
ketidakpedulian warga terhadap proses pemilu, hal ini disebabkan karena
adanya anggapan bahwa pilpres atau pemilu secara umum dirasa tidak
memberikan kontribusi atau pengaruh langsung kepada warga, “baik Jokowi
atau Prabowo presidenya, tetap saja mereka tidak kenal kita tidak akan
ngaruh, begitu ujar warga” berbeda dengan pelaksanaan pilkades yang
tinggi antusiasnya karena berdampak langsung dengan warga dan calonnya
dekat dengan warga. Pemikiran seperti ini mungkin karena dampak dari
rendahnya tingkat pendidikan, karena fasilitas pendidikan di desa masih
belum maksimal. Masalah ekonomi juga umumnya jadi penyebab orang
golput, banyak yang tidak mencoblos karena memilih untuk bekerja atau
berdagang, karena rata- rata wiraswasta. Sebagian ada juga karena kurang
persyaratan sehingga, lalu karena tidak diurus oleh yang bersangkutan
akhirnya tidak bisa mencoblos
Melihat kondisi di atas, terlilhat bahwa teori perilaku politik model pilihan
Desa Bojong Indah pada Pilpres 2019. Teori milik Saiful Mujani, R, William
Liddle, dan Kuskridho ini menjelaskan bahwa, hasil pemilu dinilai layaknya
,pemenang pemilu atau kebijakan apapun yang lahir dari peserta pemenang
pemilu, maka tidak ada seorang pun yang akan mendapat lebih banyak maupun
47
Arsip Hasil Rekapitulasi Suara Pilpres Pemilu 2019 PPK Kecamatan Parung
50
lebih sedikit dampaknya, berapapun sumbangsihnya dalam pembentukan barang
publik tersebut. Artinya baik seseorang yang ikut memilih maupun tidak memilih
dalam pemilu akan sama- sama memiliki pemimpin politik atau partai politik
pemenang, atau mereka akan menikmati barang publik yang sama. Oleh
maksimal dengan ongkos yang minimal, jika mampu mendapatkan barang tanpa
ongkos (tenaga dan waktu) kenapa harus mengeluarkan ongkos. Mengapa harus
lelah mengikuti pemilu, jika orang yang mengeluarkan tenaga dan waktu akan
Seperti halnya yang terjadi di Desa Bojong Indah, tuntutan kerja dan
ekonomi menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi rendahnya tingkat
partisipasi politik masyarakat pada pilpres 2019 lalu. Tingkat ekonomi Desa
Bojong Indah berada pada tahap perkembangan. Mayoritas warga desa bekerja
sebagai petani, buruh tani dan pedagang. Sehingga penghasilan warga sangat
bergantung pada intensitas mereka bekerja, tidak berjualan maka tidak ada
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan sepiring nasi dianggap jauh lebih
sebagian warga masih banyak yang memilih pergi ke tempat kerja , dibandingkan
51
diorientasikan untuk mecari uang, dibandingkan untuk mengurusi urusan- urusan
politik.
Jika dilihat dari penyebab rendahnya partisipasi politik Desa Bojong Indah
pada Pilpres 2019. Faktor rendahnya tingkat pendidikan, alasan ekonomi dan
lahirnya golput disetiap pelaksanaan pemilu. Tentunya hal ini perlu menjadi
partisipasi politik tentunya harus ditingkatkan lagi. Jika hal- hal di atas dibiarkan
sendiri. Sebab salah satu tolak ukur demokrasi yang baik berasal dari tingginya
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada saat pemilu. Warga enggan melibatkan dirinya secara intens kedalam
kehidupan politik. Seperti asumsi yang bekembang bahwa warga menilai masih
banyak aktivitas lain yang jauh lebih penting untuk dikerjakan dibandikan harus
mengurusi urusan- urusan politik. Data rekapitulasi suara pemilu dai PPK
tetap yang berjumlah sekitar 11.631 suara, setelah dilakukan rekapitulasi suara di
balai desa pasca pemilu 2019, masyarakat Desa Bojong Indah yang menggunakan
hak pilihnya berjumlah 8.975 suara, ini artinya ada sekitar 2.656 orang yang tidak
menggunakan hak pilih pada pilpres 201, tingginya tingkat golput mencapai
Kecamatan Parung.
53
2. Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Desa
Mayoritas warga desa bekerja sebagai petani dan pedagang. Hal ini membuat
Tidak bekerja maka tidak ada penghasilan bagi mereka. Tuntutan pekerjaan dan
pemenuhan kebutuhan lah yang membuat masalah sepiring nasi jauh lebih penting
terhadap politik. Bagi warga siapapun presidennya atau pemenang pemilu, maka
uang, kerja dan pemenuhan kebutuhan akan menjadi tanggun jawab dan beban
berkorban waktu untuk bekerja dari pada ikut pemilu. Kedua, faktor rendahnya
desa dan kecamatan setempat untuk membentuk kepanitiaan pemilu, hal ini
adalah faktor administrasi, hal ini disebabkan karena masih banyak warga desa
Bojong Indah yang berstatus pendatang atau perantau di desa ini, sehingga
54
kehilangan hak pilihnya karena tak memenuhi syarat. Meskipun tingginya
presentasi golput masyarakat Bojong Indah tiak melebihi hingga 50%, jika
fenomena ini dibiarkan maka, dikhawatirkan akan menjadi benih- benih kurang
produktif bangi perkembangan demokrasi negeri ini. Satu hal yang perlu diingat
bahwa, sejatinya satu suara dalam pemilu adalah hal yang berharga, satu suara
B. Saran
muncul diakibatkan oleh penyebab yang sama dan terus berulang setiap tahunnya.
KPU, pemerintah dan partai politik dalam hal ini harus dapat bekerja sama untuk
mencari solusi terhadap permasalahan yang ada. Program kerja seperti sosialisasi
pendidikan dan kesadaran politik yang rendah. Selain itu, pemerintah dan partai
politik sudah seharusnya menunjukkan contoh yang baik bagi rakyatnya. Karena
jika praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme masih sering terjadi, maka tingkat
akan berujung pada lahirnya sikap apatisme politik masyarakat. Kerjasama dari
yang sama terus terjadi secara berulang- ulang maka akan semakin meningkatnya
55
Meskipun dalam penelitian ini, tingkat golput yang terjadi di desa Bojong Indah,
usaha untuk meredam tumbuhnya golput haruslah terus dilakukan. Sebab dalam
sebuah negara demokrasi, satu suara adalah hal yang sangat berarti. Satu suara
akan ikut menentukan bagaimana nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan
(oneman,onevote).
56
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aksara, 1984.
2004.
1997.
57
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalitik Kualitatif. Bandung:
Tarsito, 2003.
Rosdakarya, 1999.
2005.
58
Solin, Dediwansah. “Faktor Penyebab Tingginya Golput Pada
2017.
Parung
59
Rivai. “Memahami Budaya Politik”. Kumparan.com.
http://222.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/abdul -
rivai-eras/memahami-budaya-politik. 14 Juni 2020.
Wawancara
WIB.
60