Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HUKUM PERDATA BARAT

Dosen pengampu :

Dwi Sartika Paramyta S.Psi, S.H, M.Kn

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Fadly Ramadani (1870001049)

Theresia napitupulu (1870001076)

helly Indra Jayani Sarumaha (1970001045)

Reza Shah Palepa (1970001065)

Hasian Ali Berto Simatupang (1870001048)


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM GRAHA KIRANA

T.A 2021/2022
1. Cari perbedaan antara anak yg disahkan dengan anak yg diakui

 Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah dan
hasil perbuatan suami istri di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.
Namun di sisi lain, meskipun perkawinan belum tercatat, namun anak yang
lahir dari perkawinan yang sah secara agama tetap dianggap sebagai anak
yang sah secara agama karena dilahirkan dari akad nikah yang sah.
Sedangkan anak luar kawin memiliki setidaknya dua pengertian. Pertama,
anak yang dibenihkan dan dilahirkan di luar perkawinan yang sah. Kedua,
anak yang dibenihkan di luar perkawinan tapi dilahirkan setelah orang tuanya
melakukan perkawinan, namun tidak diakui oleh ayah dan/atau ibunya.
Anak sah, anak yang lahir dari perkawinan yang sah meskipun perkawinan
belum tercatat, namun mereka telah menikah secara sah dalam agama.
anak yang diakui, Pasal 43 ayat 1 UU Perkawinan, tertulis bahwa anak yang
dilahirkan di luar perkawinan dan dilahirkan dari hasil perzinaan lalu disahkan
melalui perkawinan yang menyusul setelah melakukan perbuatan tersebut.

2. Cari akibat perbedaan terhadap hak warisan anak yang disahkan dan anak yang diakui
tersebut terhadap sifat mewarisi
Dalam hukum kewarisan anak angkat tidak termasuk ahli waris, karena secara
biologis tidak ada hubungan kekeluargaan antara anak angkat dengan orangtua
angkatnya kecuali anak angkat itu diambil dari keluarga orangtua angkatnya.
Karena bukan ahli waris, maka anak angkat tidak mendapatkan bagian sebagai
ahli waris dari warisan orangtua angkatnya. Walaupun tidak mendapat warisan
dari orangtua angkatnya akan tetapi anak angkat mendapat wasiat wajibat
untuk mendapatkan harta warisan orangtua angkatnya. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh KHI dalam pasal 209 ayat (a) :”Terhadap anak angkat yang
tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari
harta warisan orangtua angkatnya”.
Kalaulah pengangkatan anak itu dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka tidak akan menimbulkan sengketa kewarisan. Sebab sudah jelas
kedudukan anak angkat tidak sebagai ahli waris dari orangtua angkatnya, anak
angkat dapat menerima warisan orangtua angkatnya dengan jalan wasiat
wajibat. Tetapi faktanya ada sengketa kewarisan antara anak angkat dengan
ahli waris orangtua angkat sebagaimana kasus dibawah ini.
Seorang pewaris tidak mempunyai anak dan kedua orangtuanya sudah
meninggal dunia tetapi mempunyai seorang anak angkat dan meninggalkan
beberapa orang ahli waris yang terdiri dari saudara-saudara kandung pewaris.
Para saudara kandung pewaris ini menggugat anak angkat pewaris di
Pengadilan Agama terhadap warisan pewaris, karena warisan pewaris dikuasai
oleh anak angkat tanpa mau berbagi dengan para saudara pewaris. Menurut
para saudara pewaris karena pewaris sudah tidak punya orang tua dan tidak
mempunyai anak kandung, maka mereka sebagai saudara-saudara pewarislah
yang menjadi ahli waris pewaris sedang anak angkat tidak mendapat warisan
tetapi hanya mendapat wasiat wajibat.
Dalam pemeriksaan di persidangan anak angkat pewaris membantah gugatan
saudara-saudara pewaris bahwa ia bukan anak angkat pewaris tetapi ia adalah
anak kandung pewaris dan oleh karena pewaris mempunyai anak kandung
maka saudara-saudara pewaris terhalang (terhijab) untuk mendapat warisan
pewaris. Maka sudah sesuai dengan ketentuan hukum kalau ia menguasai
harta warisan pewaris. Para saudara-saudara pewaris dan anak angkat pewaris
bersikukuh pada pendiriannya masing-masing.

3. Mekanisme pengakuan & pengesahan anak berdasarkan UU NO. 24/2013 tentang


perubahan atas UU NO. 23/2006 tentang administrasi kependudukan serta Perpres
NO. 96/2018 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan catatan sipil
 Pelayanan Pendaftaran Penduduk terdiri atas:
a. pencatatan biodata Penduduk;
b. penerbitan KK;
c. penerbitan KTP-el;
d. penerbitan KIA;
e. penerbitan surat keterangan kependudukan; dan
f. pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.

Anda mungkin juga menyukai