Anda di halaman 1dari 39

SISTEM PANAS BUMI

Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan (Nicholson, 1993):
• Keseimbangan reservoir, tipe fluida, dan
temperatur
• Sistem panas bumi dibagi menjadi sistem
dinamis (konvektif) dan sistem statis
(konduktif)
• Pembagian berdasarkan temperatur
• Topografi dapat mempengaruhi struktur dari
sistem panas bumi
Keseimbangan Reservoir
• Merupakan pembagian mendasar/fundamental pada
sistem panas bumi, yaitu berdasarkan sirkulasi fluida
reservoir dan mekanisme transfer panas.
– Sistem dengan keseimbangan dinamis reservoirnya secara
menerus mendapatkan imbuhan air. Air terpanaskan dan
kemudian mengalir keluar dari reservoir, sampai
permukaan atau memasuki zona permeabel di bawah
tanah. Transfer panas melalui sistem konveksi dan sirkulasi
dari fluida.
– Sistem dengan Keseimbangan statis (stagnant/storage
sistem) reservoir hanya mendapatkan imbuhan air sangat
sedikit atau tidak ada sama sekali, transfer panas hanya
melalui cara konduksi.
Tipe dan Karakteristik Sistem Panas Bumi

• Lapangan panas bumi diklasifikasi


berdasarkan:
– Dominasi cair (liquid dominated) atau dominasi
uap (vapour dominated)
– Temperatur tinggi atau rendah
– Batuan dasar (host rock) sedimenter atau volkanik
– dll
1. Sistem hidrotermal Konvektif
2. Sistem panas bumi Geopressured
3. Sistem panas bumi Sedimentary
4. Sistem panas bumi Hot dry rock
5. Sistem panas bumi Radiogenic
(a) TIPE SISTEM
PANAS BUMI

(b)

(d)

(c)

Batuan
Radioaktif

(e)

Tipe Sistem Geothermal (John W. Lund, 2007)


a. Sistem hidrotermal Konvektif c. Sistem panas bumi Sedimentary e. Sistem panas bumi Radiogenic
b. Sistem panas bumi Geopressured d. Sistem panas bumi Hot dry rock
Dari semua energi tersebut di atas, energi dari sistim
hidrotermal yang paling banyak dimanfaatkan karena
pada sistim hidrotermal, pori-pori batuan mengandung
air atau uap, atau keduanya, dan reservoir umumnya
letaknya tidak terlalu dalam sehingga masih ekonomis
untuk diusahakan
• Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis
kandungan fluida utamanya, sistim hidrotermal
dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa dan
sistim dua fasa.
– Pada sistim satu fasa, sistim umumnya berisi air yang
mempunyai temperatur 90 – 180 0C dan tidak terjadi
pendidihan bahkan selama eksploitasi. Contoh dari sistim
ini adalah lapangan panasbumi di Tianjin (Cina) dan
Waiwera (Selandia Baru).
– Ada dua jenis sistim dua fasa, yaitu:
1. Sistim dominasi uap atau vapour dominated system
2. Sistim dominasi air atau water dominated system
• Sistim dominasi uap (vapour
dominated system):
yaitu sistim panasbumi
dimana sumur-sumurnya
memproduksikan uap kering
atau uap basah karena rongga-
rongga batuan reservoirnya
sebagian besar berisi uap
panas.
Dalam sistim dominasi uap,
diperkirakan uap mengisi
rongga-rongga, saluran
terbuka atau rekahan-rekahan,
sedangkan air mengisi pori-
pori batuan.
• Lapangan Kamojang dan Darajat termasuk kedalam
kategori sistim dominasi uap, karena sumur-sumur
umumnya menghasilkan uap kering. Di Lapangan
Kamojang diperkirakan 35% dari batuan reservoirnya
berisi air (Saturasi air = 35%), sedangkan rongga-
rongga lainnya berisi uap.
• Demikian juga di Lapangan Darajat, diperkirakan 33%
dari batuan reservoirnya berisi air. Dalam sistim
dominasi uap tekanan dan temperatur umumnya
relatif tetap terhadap kedalaman.
• Sistim dominasi air
(water dominated
system)
yaitu sistim panasbumi
dimana sumur-sumurnya
menghasilkan fluida dua
fasa berupa campuran
uap air. Dalam sistim
dominasi air, diperkirakan
air mengisi rongga-
rongga, saluran terbuka
atau rekahan-rekahan.
Penampang skematik sistem panas bumi hidrotermal vulkanik pada medan terjal
(Lawless at all. 1995)

• Umumnya mempunyai temperatur tinggi ( T reservoir > 225°C )


• Potensi energi panas bumi besar (> 100 MW)
• Contoh: Gunung Salak, Wayang windu, Kamojang, Darajat, Ulumbu, dll.)
Sistem Panas Bumi
1) Distribusi yang sangat terbatas pada cekungan sedimen
2) Kemungkinan reservoir berada di bawah lapangan minyak dan gas
bumi
3) Air panas bisa dihasilkan dari bekas sumur minyak dan gas bumi yang
telah habis Contoh: di Pedada dan Duri, Riau, suhu air formasi
mencapai 100 – 150oC yang terdeteksi dari pengeboran migas.
4) Belum ada proyek komersial sampai saat ini
5) Harga listrik saat ini tidak menarik karena potensi dan temperatur kecil.
1. Terdapat dalam cekungan
sedimen
2. Tidak dibutuhkan rekahan-
rekahan tetapi dibutuhkan
sumur bor dalam
3. Saat ini belum cukup
komersial, tetapi kemungkinan
akan layak dimanfaatkan jika
kapasitas alir dan suhu
reservoir cukup tinggi.
4. Lapisan sedimen yang kedap
menjebak cairan dengan
tekanan tinggi.
5. Kedalaman sekitar 3 – 4 km,
dengan suhu berkisar antara
90 °C sampai 200 °C.
Konsep Batuan Panas Kering (HDR)
didasarkan pada asumsi
keterdapatan panas pada batuan
dasar (basement) kristalin, yang
hampir kering dan kedap air, akibat
tekanan dari batuan penudung.
1. Penampung air
dingin
2. Rumah Pompa
3. Heat exchanger
4. Ruang Turbin
5. Sumur Produksi
6. Sumur Injeksi
7. Pemanfaatan
listrik/non listrik
8. Lapisan sedimen
berpori
9. Sumur observasi
10.Batuan dasar
(bedrock) kristalin
Enhanced/Engineered Geothermal System (EGS)

(USA) (UK) (France)

Soultz-sous- Habanero Landau


Desert Peak (USA)
Forets (France) (Australia) (Germany)
Kedalaman 1000 m 4400 m 3000 m 1000 m
Temperatur 170 °C 250 °C 160 °C 209 °C
Flow 70 – 80 l/dtk 38 l/dtk 78 – 80 l/dtk 100 l/dtk
Potensi 1,5 (max 2,1) MWe 1 (max 3,5) MWe 2,5 MWe 1,7 (max 4,5) MWe
• Hasil peluruhan dari isotop radiogenik, uranium (U), torium (Th)
dan potasium (K), di dalam menghasilkan sumber panas.
• Umumnya terjadi di batuan plutonik (granit)
Temperatur Reservoir
Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein
(1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga,
yaitu:
1. Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim
yang reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur
lebih kecil dari 1250C.
2. Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim
yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara
1250C dan 2250C.
3. Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur di atas 2250C.

Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur


reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C.
Pembagian berdasarkan entalpi fluida
• Sistim panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan
entalpi fluida yaitu sistim entalpi rendah, sedang, dan tinggi.
• Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada
kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalpi, akan
tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi
adalah fungsi dari temperatur.
Klasifikasi sistem panas bumi
berdasarkan temperatur
Sistem Dinamis (Konvektif)
• Temperatur tinggi:
– Dijumpai pada daerah dengan tataan geologi
mempunyai gradien termal beberapa kali rata-rata
dari kerak bumi (30oC/km), serta pada zona dimana
temperatur batuannya beberapa ratus derajat Celcius
pada kedalaman hanya beberapa kilometer.
– Lokasi lapangan panas bumi dikontrol oleh tektonik,
umumnya dijumpai pada block faulting, graben,
pemekaran (rifting), dan struktur ambrukan Kaldera
– Kedalaman reservoir 1-3 km
– Secara tektonik terdapat di daerah penunjaman,
pemekaran, dan jalur orogenik
Sistem Statis (Konduktif)
• Sistem statik dijumpai pada batuan sedimen pada cekungan
pengendapan yang dalam. Fluida berasal dari air yang terjebak pada
skuen endapan yang tebal. Temperatur pada reservoir 70-150°C
dengan kedalaman 2-4km, dan merupakan temperatur rendah.
Contoh: Eropa Timur, Rusia, dan Australia.
• Termasuk dalam kategori ini yaitu sistem geopressurised (contoh di
Teluk Mexico, USA). Kedalaman 3-7 km, terdapat batuan sedimen
permeabel, berada di antara batuan impermeable, dengan
konduktifitas rendah (contoh batuanserpih). Kondisi terperangkap
tersebut, sehingga pada kondisi ini, proses kompaksi tidak dapat
menekan panas dan fluida untuk keluar. Fluida pada pori tertahan
oleh lapisan batuan di atasnya. Tekanan fluida sesuai dengan
tekanan litostattik. Pada sistem ini potensial mengandung metan.
Struktur gunung api
Komplek Gunung Api Ijen
pH air kawah 0,8
Temperatur tinggi Lingkungan Volkanik
• Umumnya pada lingkungan volkanik dengan komposisi magma
riolitik-andesitik)
• Mata air panas atau mata air mendidih dicirikan dengan air klorida
dengan total dissolved solid (TDS) 3000-5000 mg/kg.
• Sinter silika terendapkan di sekitar zona pendidihan atau dekat
pendidihan mata air panas.
• Pada sayap volkanik dengan relief tinggi, fluida klorida dari
kedalaman jarang mencapai permukaan, apabila mencapai
permukaan umumnya beberapa kilometer pada sayap dan pada
eleveasi lebih rendah.
• Fumarol sangat umum dijumpai, serta beberapa mata air dekat
dengan upflow berupa asam sulfat dan/atau air bikarbonat.
• Pada lapangan lingkungan volkanik, percampuran dan kondisi
hidrologinya komplek.
Temperatur Tinggi di Lingkungan
Bukan Volkanik
• Temperatur tinggi pada lingkungan bukan
volkanik jarang dijumpai
• Terbentuk pada daerah tektonik aktif, tetapi
bukan daerah aktifitas volkanik
• Contoh tipe ini yaitu Larderello di Itali dan
Kizildere di Turki.
• Larderello menghasilkan uap, dimana mata air
Kizildere dulunya sebelum produksi
mengeluarkan air bikarbonat
Batuan Dasar (Host rock)
• Batuan mengandung reservoir geotermal (host
rock) bereaksi dengan fluida geotermal. Reaksi
batuan-fluida menentukan komposisi dari air
geotermal dan gas. Pengetahuan tentang host
rock penting untuk untuk menentukan
geotermometer dan memperkirakan potensi
scaling.
• Apabila data tentang geeologi sangat minim,
dapat diperkirakan batuan di bawah permukaan
dari komposisi kimia air.
Sumber Panas
Sumber panas pada sistem panas bumi tergantung tataan
geologi dan tektonik setempat.
• Jika sumber panas berasal dari magma, dikenal dengan tipe
volkanogenik/volkanik. Umumnya mempunyai temperatur
tinggi.
• Sumber panas tidak selalu berasal dari magma, dapat juga
berasal dari aktifitas tektonik. Sebagai contoh yaitu panas
dapat berasal dari batuan dasar panas yang terangkat secara
tektonik, atau air dapat terpanaskan oleh sirkulasi air bawah
permukaan pada perlipatan zona permeabel atau akibat
patahan. Sistem ini dikenal dengan non-volcanogenic/non-
volkanik (Nichloson, 1993)
Sistem Liquid-dominated
• Beberapa sistem mempunyai stuktur pola aliran ke arah
lateral akibat tingginya gradien hidrolik, dikontrol oleh
tingginya relief, dengan horison permeabilitas tinggi dekat
permukaan.
• Pendinginan akibat proses konduksi dan percampuran dengan
air tanah tercermin pada kandungan kimia dari manifestasi
panas bumi.
• Pada relief rendah kurang dari 250 m, seperti pada volkanik
silikaan (Taupo Volcanic Zone, New Zealand), aliran lateral
dekat permukaan dapat meluas sampai beberapa kilometer.
• Sebaran pada daerah dengan relief tinggi (>1000m), pada
gunungapi andesitik, aliran bisa mencapai sejauh 10-50 km.
Relief Rendah
• Sistem ini dicirikan oleh mata air dan kolam air
klorida. Fluida geotermal dari zona yang
dalam dapat mencapai permukaan, terutama
dekat dengan area upflow akibat dari
topografi yang landai.
• Aliran lateral memungkinkan terjadi, hanya
saja tidak luas seperti pada lapangan panas
bumi dengan relief tinggi.
• Zona dua fase atau zona steam dapat dijumpai, hanya saja
tidak setebal pada relief tinggi. Akan tetapi zona uap dapat
meningkat pada kedalaman ketika fluida dieksploitasi,
contoh di Wairakei, New Zealand.
• Oksidasi gas sulfida hidrogen pada uap, bersama dengan
kondensasi atau percampuran uap dengan air tanah,
menghasilkan air asam sulfat. Kondensasi karbon dioksida,
dimana kelarutannya rendah dibandingkan dengan sulfida
hidrogen, menghasilkan air kaya bikarbonat dimana sering
dijumpai pada tepian dari lapangan panas bumi.
• Akibat dari relief rendah pada sistem tersebut, mata air
panas klorida, mata air panas sulfat, mata air panas
bikarbonat, fumarol, dan tanah beruap sering dijumpai
dalam lokasi yang berdekatan. Tipe ini dijumpai di New
Zealand, USA, Afrika Timur, dan Islandia, dan beberapa
dijumpai di lingkungann pemekaran lempeng tektonik.
Relief Tinggi (High-relief)
• Umumnya dijumpai pada busur kepulauan, lingkungan volkanik andesitik,
topografi terjal, fluida klorida yang mencapai permukaan terbatas.
• Aliran lateral bisa mencapai 10 km. Dengan jarak tersebut fluida klorida
akan tercampur dengan air tanah atau tercampur dengan naiknya air
sulfat dan kondensat uap. Air asam tersebut dihasilkan dalam zona dua
fasa, umumnya mempunyai kedalaman beberapa ratus meter, dimana
uap terkondensasi dan/atau tercampur dengan air tanah.
• Fumarol, tanah beruap, dan mata air dengan komposisi air asam sulfat
manifestasi yang umum dijumpai dekat dengan zona upflow.
• Mata air mendapatkan imbuhan dari lapisan kondensat yang menempati
dekat permukaan, di atas aliran aliran air klorida. Air asam tersebut dapat
mengalir ke arah lateral dan muncul pada daerah lebih rendah sebagai
mata air panas, atau mengalir turun ke dalam sistem melalui rekahan
bercampur dengan air klorida yang mengalir ke arah atas.
• Contoh dari sitem ini dijumpai di Indonesia, Taiwan, Japan, dan Filipina.
Sistim panas bumi di Indonesia:
sistim dominasi uap dan sistim dominasi air panas
• Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat
jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya
mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan
dibandingkan dengan fasa airnya.
• Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori-pori batuan
masih menyimpan air.
• Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di
kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya.
• Reservoir sistim dominasi uap di Indonesia mempunyai
temperatur antara 230°C sampai 250°C dengan
kedalaman puncak reservoir yang relatif dangkal 700
sampai 1200 m, jauh lebih dangkal dari reservoir panas
bumi sistim dominasi air
• Dua lapangan yang telah terbukti termasuk
kedalam sistim dominasi uap yaitu: lapangan
Kamojang dan Darajat
– Temperatur reservoir Kamojang antara 230°C
sampai 246°C. Kedalaman puncak reservoir
berkisar antara 800 m sampai 1200 m.
– Temperatur reservoir Darajat antara 230°C sampai
250°C . Kedalaman puncak reservoir berkisar
antara sekitar 700 m sampai 1000 m.
• Di seluruh dunia sistim dominasi air
merupakan sistim panas bumi yang umum
dijumpai, dimana reservoirnya mempunyai
kandungan air yang sangat dominan walaupun
boiling sering terjadi pada bagian atas
reservoir membentuk lapisan penudung uap
yang mempunyai temperatur dan tekanan
tinggi.
• Lapangan-lapangan panas bumi yang sudah atau sedang dikembangkan
dan termasuk kedalam sistim ini terdiri dari lapangan Dieng, G. Salak,
Patuha, Bali, Karaha, Wayang-Windu, Ulubelu, Sibayak dan Sarulla. Survei
eksplorasi panas bumi di daerah lainnya secara keseluruhan
memperlihatkan sistim air panas.
• Temperatur reservoir pada sistim ini sangat bervariasi dan sering
mencapai lebih besar dari 300°C dengan landaian tekanan dikontrol oleh
tekanan hidrostatik. Reservoir umumnya diisi oleh air panas NaCl.
• Pada lapangan-lapangan sistim air panas tersebut di atas, temperatur
reservoir bervariasi dari 200°C sampai maksimum 347°C. Sumur-sumur
produksi yang menembus reservoir air panas pada lapangan-lapangan
tersebut menghasilkan fluida dua fasa sehingga diperlukan separator
untuk memisahkan keduanya.
• Air limbah yang dihasilkan diinjeksikan kembali kedalam reservoir untuk
kepentingan lingkungan dan untuk mempertahankan volume fluida dalam
reservoir.
• Kedalaman puncak reservoir pada lapangan-lapangan tersebut bervariasi
dari 1000 m sampai 1500 m untuk lapangan panas bumi di Sumatera
(Sibayak, Sarulla, Ulubelu) dan berkisar antara 1000 m sampai 2500 m
untuk lapangan panas bumi di Pulau Jawa, Bali dan Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai