Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas Viii SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal
Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas Viii SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal
SKRIPSI
oleh
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
11iipi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
1511409011
ii
PENGESAHAN
pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal” ini telah
Ketua Sekretaris
Penguji utama
Penguji I Penguji II
iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto
PERUNTUKAN:
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, serta
antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
02 Slawi”.
Semarang.
2. Drs. Sutaryono, M.Pd. selaku ketua panitia sidang skripsi Fakultas Ilmu
3. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
4. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A. selaku penguji utama skripsi yang telah
peneliti.
6. Semua dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran
v
7. Seluruh warga sekolah SMP Negeri 02 Slawi yang telah banyak membantu
dua kata yang selalu ingin aku ucapkan ” Maaf dan Terima Kasih”.
10. Teman-teman Psikologi 2009 (khusunya Riris, Yusri, Risandi, Anis, Wulan)
terima kasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh
11. Teman-teman ”Cherry Kost” Mbak Esti, Mbak Anna, Mbak Wulan, Fina,
Pangga, Fela, Ika, Fatimah terima kasih untuk suka duka dan kebersamaan
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
Semoga kebaikan dan keikhlasan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan
Semarang, 22 Agustus2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja yaitu adanya masa
transisi yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Masa ini sering disebut
sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yaitu masa yang penuh dengan
gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah yang menimbulkan
kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau yang biasa disebut
dengan istilah kenakalan remaja. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan
wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-
kanak maupun remaja. Untuk itu dibutuhkan keyakinan dan pengamalan yang
kuat terhadap ajaran-ajaran agama guna mengurangi perilaku-perilaku kenakalan
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh
religusitas terhadap kenakalan remaja; dan 2) seberapa besar sumbangan efektif
religiusitas terhadap kenakalan remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dengan sampel
berjumlah 70 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling atau sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono 2010: 124). Data penelitian diambil
menggunakan angket kenakalan remaja dan skala religiusitas. Angket kenakalan
remaja terdiri dari 42 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara
0,103 – 0,860 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Skala religiusitas terdiri
dari 31 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara -0,169 - 0,792 dan
koefisien reliabilitas sebesar 0,889. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi satu prediktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara
religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi.
Nilai koefisien korelasi sebesar -0,771 dengan signifikansi sebesar 0,000 dimana
p<0,05. Hal ini berarti semakin tinggi religusitas maka semakin rendah perilaku
kenakalan remaja, sehingga hipotesis kerja yang diajukan diterima. Hasil uji
regresi diperoleh R-Square 0,594 yang berarti religiusitas berpengaruh terhadap
kenakalan remaja sebesar 59,4% dan sisanya sebesar 40,6% dipengaruhi oleh
variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulannya ada
pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ..................................................................................................ii
PENGESAHAN .................................................................................................iii
viii
2.1 Remaja ................................................................................................... 14
2.3 Religiusitas............................................................................................. 35
ix
3.3.2 Definisi Operasional Variabel................................................................. 54
x
4.3.1 Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02
Slawi ...................................................................................................... 78
4.3.2 Gambaran Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ..... 88
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kenakalan Remaja yang dilakukan Siswa Kelas VIII SMP Negri 02 Slawi
3.8 Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa Setelah
3.10 Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiuistas Setelah Uji Coba ................. 69
xii
4.8 Gambaran Memakai Seragam Tidak Lengkap ........................................ 84
4.12 Rangkuman Deskriptif Kenakalan Remaja pada SiSWA Kelas VIII SMP
Slawi ...................................................................................................... 94
4.25 Hasil Uji Korelasi Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa
xiii
4.27 Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan
Remaja ................................................................................................... 99
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP
4.2 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02
Slawi ................................................................................................... 90
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan
transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa
ini sebagai masa topan badai (“Strum and Drang)” yaitu sebagai periode yang
pemberontakan dengan otoritas orang dewasa (Yusuf 2009: 185), dengan ciri-ciri
sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan
orang-orang yang dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya (Mulyono
1993: 16).
norma agama dan norma yang dianut masyarakat atau dalam istilah psikologi
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
1
2
yang menyimpang.
(Santrock: 2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan
dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari
perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Perbutaan tersebut dapat
berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah,
jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun
3
wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-
September 2012).
orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8% (sekitar 5 juta orang) pada tahun 2011.
Yang berikutnya adalah seks bebas. Contoh kenakalan remaja dalam pergaulan
seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS . Ketiga adalah tawuran antar
Berita terbaru datang dari tawuran antara siswa Sekolah Menengah Atas
Bentuk lain dari kenakalan yang dilakukan remaja yaitu banyaknya remaja
yag kerap menyimpan gambar/video porno di telepon seluler mereka. Seperti yang
porno di telepon seluler yang dimilikinya. Fakta ini terungkap dalam survei yang
putri pernah melihat gambar dan menonton film porno di telepon seluler milik
14 Februari 2013).
dan game online di Jalan Solontongan dan Jalan Buabatu pada hari kamis
(06/09/12). Rincian pelajar bolos terjaring razia itu masing-masing tiga pelajar
dari SMK N 4 Bandung, dua pelajar dari SMA N 22 Bandung, satu pelajar dari
Sebanyak 41 pelajar terdiri atas seorang siswi dan 40 siswa ditangkap saat mereka
nongkrong di Alun-alun Satya Negara dan tempat rekreasi yang lain. Tim
gabungan juga menemukan botol minuman keras (miras) dan rokok saat pelajar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru
Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 02 Slawi pada bulan Januari 2013,
memakai seragam tidak lengkap atau tidak sesuai, mengompas dan tidak
mengerjakan tugas.
Kebanyakan siswa berasal dari keluarga broken home ( tidak utuh) dan biasanya
siswa tinggal bukan dengan orang tuanya melainkan dengan nenek ataupun
dibanding dengan siswa perempuan. Bukan hanya itu saja, kenakalan yang
dilakukan juga disebabkan karena lemahnya tingkat pemahaman agama dalam diri
siswa tersebut, sehingga dalam berperilaku siswa kerap kali tidak dapat
satu upaya untuk mengurangi tingkat kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan
oleh sebagian siswa dengan diterapkannya suatu program yaitu program yang
Baca Tulis Alquran (BTA) bagi siswa-siswi yang belum lancar dalam membaca
Alquran. Alasan diterapkannya program ini yaitu karena mayoritas siswa SMP
yang beragama non muslim dilakukan di rumah mereka masing-masing dan guru
Santrock (2003: 524) salah satu penyebab kenakalan pada remaja yaitu kegagalan
remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan mereka telah
mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku
yang tidak dapat diterima. Namun remaja yang melakukan kenakalan tidak
mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mereka sudah
laku mereka.
emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridh (2008: 9) yang berjudul “Hubungan
penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara
atas pilihan, interest, dan motivasi atau kemauannya sendiri. Misalnya kenakalan
remaja disebabkan karena kurangnya iman dalam diri remaja itu sendiri.
tingkat kenakalannya tinggi artinya dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya dan sebaliknya semakin tinggi religiusitas maka semakin
rendah tingkat kenakalan pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya karena ia memandang agama sebagai tujuan utama
perilakunya sehari-hari (Andisty & Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat
karena fitrah iman yang ada pada setiap individu tidak bisa berkembang dengan
sempurna atau imannya berkembang tetapi tidak bisa berfungsi dengan baik,
perasaannya.
Pada masa remaja, mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih
Pendapat ini diperkuat oleh Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita 2008:
agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka
9
gagal diselesaikan, maka para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri.
persimpangan jalan. Dalam situasi yang semacam ini, maka peluang munculnya
memilih. Bila tingkat rasa bersalah dan berdosa yang lebih dominan, biasanya
perilaku menyimpang akan semkain besar. Tindakan ini akan mendorong mereka
terbiasa dengan pekerjaan tercela itu. Seperti yang diungkapkan oleh Jalaluddin
(2002: 75) bahwa tingkat religiusitas pada remaja akan berpegaruh terhadap
remaja akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya
perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini berarti remaja
kehidupannya, maka kondisi seperti ini akan menjadi salah satu pemicu
mengkaji pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII
1. Apakah ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas
remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal?
3. Bagaimana gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02
terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi,
Kabupaten Tegal.
3. Untuk mengetahui gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP
4. Untuk mengetahui gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
b. Bagi sekolah
c. Bagi siswa
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase)
remaja. Menurut Desmita (2008: 189) istilah remaja berasal dari bahasa latin
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan
usia 12 tahun sampai 21 tahun. Dengan pembagian 2-15 tahun: masa remaja awal,
15–18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir.
berikut:
Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan
remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
14
15
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap
Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa
kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa
remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi
selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan
bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajr
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
c. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah,
apa yang dianggap pada masa kanak-kanak penting setelah hampir dewasa
tersebut.
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu:
b. Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi
Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok masih
tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan
dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya
dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau apakah dia orang dewasa?
Apakah nanti akan menjadi seorang suami atau ayah? Apakah mampu percaya diri
17
sekalipun latar belakng ras, agama atau kebangsaanya membuat beberapa orang
yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang
bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
popular juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan
bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak
realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari awal
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
18
beragama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-
kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran
agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada
religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin
menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi
agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai
sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-
yang terjadi dalam diri. Dalam mengatasi kegalauan batin ini para remaja
cenderung untuk bergabung dalam kelompok teman sebaya untuk berbagi rasa
remaja juga sudah menyenangi nilai-nilai etika dan estetika. Namun demikian
dalam kenyataannya apa yang dialami oleh remaja selalu berbeda dengan apa
yang mereka inginkan. Nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi
intelektual yang dialami para remaja. Dalam situasi bingung dan konflik batin
menyebabkan remaja sulit untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam situasi
yang demikian itu, maka peluang munculnya perilaku menyimpang terbuka lebar
b. Perkembangan perasaan
etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa
Menurut Jones (dalam Hurlock 1980: 222) perubahan minat religius selama
masa remaja lebih radikal daripada perubahan dalam minat akan pekerjaan.
Adanya perubahan minat akan agama pada remaja tidak mencerminkan kurangnya
dan ekonomi.
20
c. Perkembangan moral
Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha
untuk mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat pada para remaja juga
mencakupi:
pribadi.
masyarakat.
sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan
Jika menyangkut sebyek atau pelakunya, maka menjadi juvenile delinquency yang
Kausar (2012: 487) mengatakan bahwa kata “Juvenil” merujuk pada anak
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan
mengacu pada suatu rentang yang sangat luas, dari tingkah laku yang tidak dapat
melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama.
(pidana khusus). Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti
sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya, akan tetapi tidak
tergolong detik pidana umum maupun pidana khusus. Ada pula perbuatan anak
remaja yang bersifat anti susila, yakni durhaka kepada kedua orang tua, sesaudara
misalnya remaja muslim enggan berpuasa, padahal sudah tamyis bahkan sudah
2008 : 12).
pelanggaran yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan
masyarakat yang dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri
1. Faktor internal :
2. Faktor eksternal :
dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah dan masyarakat.
dalam domain efektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru.
dan masyarakat.
a. Identitas
pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Ia percaya
bahwa perubahan biologis berupa pubertas menjadi awal dari perubahan yang
terjadi bersamaan dengan harapan sosial yang dimiliki keluarga, teman sebaya,
terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja yaitu terbentuknya
gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.
remaja dalam memenuhi bentuk integrasi yang kedua, yang melibatkan berbagai
aspek-aspek peran identitas. Bagi Erickson, kenakalan adalah suatu upaya untuk
b. Kontrol diri
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak
gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain
selama proses pertumbuhan. Kontrol diri yang rendah dalam merespon perbedaan
25
merespon suatu kejadian dan menolak kejadian tersebut sebagai sesuatu yang
terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Feldman & Weinberger pada tahun 1994
c. Proses Keluarga
Orang tua yang memiliki remaja pelaku kenakalan biasanya tidak terlatih
untuk bersikap tidak mendukung tingkah laku anti sosial daripada orang tua yang
pengawasan orang tua terhadap keberadaan remaja adalah faktor keluarga yang
Walaupun kini kenakalan remaja tidak lagi terbatas hanya sebagai kelas
masalah sosial yang lebih rendah dibandingkan dimasa sebelumnya, beberapa ciri
kenakalan (Jenkins & Bell dalam Santrock 2003: 525). Norma yang berlaku
diantara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial yang lebih rendah adalah
26
antisosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas
Status dalam kelompok teman sebaya dapat ditentukan dari seberapa sering
seorang remaja melakukan tindakan anti sosial dan tetap tidak dipenjara. Karena
remaja yang dari kelas sosial yang lebih rendah memiliki kesempatan yang lebih
mereka mungkin saja merasa bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dan
“maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi anak-anak dari kelas sosial
yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan
melakukan kenakalan.
(Chesney-Lind 1989; Figueira & McDonough 1992 dalam Santrock 2003: 525).
remaja disebabkan karena fitrah iman yang ada pada individu tidak bisa
berfungsi dengan baik. Sebab iman yang berkembang dengan sempurna tantu
27
mampu berfungsi sebagai pemberi arah, pendorong dan sekaligus pengendali bagi
fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang pada akhirnya akan melahirkan
lain tidak mengikuti acara kebaktian, tidak mengikuti acara missa, tidak
1. Faktor internal meliputi identitas, kontrol diri, proses keluarga, fitrah iman
2. Faktor eksternal meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua keluarga
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1989: 19) beberapa ciri-ciri pokok dari
atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang
3. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja dan dapat dilakukan
nilai atau norma dan dilakukan oleh seorang remaja maupun dilakukan bersama-
jenis, yaitu :
seks bebas.
sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang tua dan guru, mencontek,
keluyuran setelah pulang sekolah dan pada malam hari tanpa tujuan yang
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan anti sosial yang tidak diatur oleh undang-
menipu diri, berpakaian tidak pantas, memiliki dan membawa benda yang
yang tidak sopan dan tidak senonoh, kabur dari rumah, keluyuran atau pergi
sampai larut malam, dan bergaul dengan teman yang dapat menimbulkan
pengaruh negatif.
penipuan dan pemalsuan, memiliki dan membawa senjata tajam yang dapat
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
1. Kenakalan ringan/biasa, dimana kenakalan ini bersifat amoral dan anti sosial,
keluarga. Kenakalan ini tidak diatur oleh undang-undang dan tidak dapat
suka berkelahi, membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan KBM,
berpakaian tidak sopan, berkata tidak sopan dan senonoh, dan meninggalkan
rumah tanpa izin orang tua dimana kenakalan ini merupakan kenakalan yang
melawan status.
2. Kenakalan sedang, yaitu jenis kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan
tua tanpa izin yang dapat menimbulkan korban fisik dan materi pada orang
lain.
lain.
kenakalan ringan, yaitu perilaku pelanggaran tata tertib sekolah siswa SMP Negeri
02 Slawi, Kabupaten Tegal yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi dimana
dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada para
pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susial kepad anak-anak
masyarakat luar.
15. Tindakan hukuman bagi anak remaja delinkuen antara lain berupa:
bisa mengugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan
mandiri.
4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib, berdisiplin.
untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan hidup
di tengah masyarakat.
pembangunan.
Jurnal buku sanksi merupakan buku yang digunakan oleh guru bimbingan
dilakukan oleh siswa-siswi SMP N 02 Slawi. Buku ini berisi sekumpulan catatan-
siswa SMP N 02 Slawi. Buku ini terbagi menjadi dua, yaitu buku catatan
sekolah dan buku catatan kasus yang digunakan untuk mencatat beberapa kasus
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswa di SMP tersebut. Hal ini disebabkan
bimbingan dan konseling sendiri sistem poin sudah pernah diterapkan, namun
sekolah karena mereka merasa terbebani dengan adanya penerapan poin tersebut
kasus lainnya yaitu maksimal tiga kali berturut-turut dalam satu minggu. Apabila
siswa telah melakukan pelanggaran dua kali dalam satu minggu, maka guru
35
pelanggaran. Pembinaan ini dilakukan pada saat jam istirahat berlangsung dengan
Sekolah. Namun apabila tindakan ini belum juga berhasil, pihak sekolah
2.3 Religiusitas
religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-Dien (Arab). Menurut Drikarya (dalam
Widiyanta 2005: 80) kata Religi berasal dari bahasa latin religio yang akar
orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam
sekitarnya.
Maha Esa berdimensi vertikal dan horizontal yang mampu memberi dorongan
36
terhadap jiwa manusia yang berakal agar berpedoman menurut peraturan Tuhan
Menurut Glock & Strak (dalam Ancok & Suroso 1995: 76) mendefinisikan
agama merupakan sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem
Religiusitas dan agama memang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
sedangkan religiusitas lebih menunjuk pada aspek yang ada di lubuk hati manusia.
Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama.
Agama dan religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya
masyarakat.
perilaku ritual (beribadah) tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong
oleh kekuatan supranatural, bukan hanya aktivitas yang tampak dan dapat dilihat
tetapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi pada hati seseorang. Karena itu
37
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi dan dimensi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa agama adalah sistem yang berdimensi banyak.
seseorang yang mendorongnya bertingkah laku (baik tingkah laku yang tampak
maupun tak tampak), bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama
yang dianutnya.
perilakunya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi
1. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (aqidah) yang kuat. Aqidah ini
Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha dan qadhar).
Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau percaya terhadap
hal-hal yang dinaggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah san
sebagainya.
38
jam yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan sholat, banyak
berhubungan dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang
adzan dan alunan ayat-ayat suci Al-Quran) dan perasaan syukur atas nikmat
merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorangpun
melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang
dan aman karena merasa dilindungi oleh Dzat yang maha perkasa lagi
Bijaksana.
2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang
mengontrol. Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan
berucap.
karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi
pemeluknya.
4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan
dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga
ketentuan Allah.
religiusitas yaitu memiliki keyakinan yang kuat akan adanya Allah sehingga ia
merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan
Allah dan sesuatu yang dilarang Allah serta merasa segala tingkah lakunya ada
merupakan takdir Allah. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi
Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso 1995: 77-78) membagi dimensi
atau aspek religiusitas menjadi lima, kelima aspek atau dimensi tersebut yaitu :
1. Dimensi keyakinan
dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang
lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering
pemeluk melaksanakan.
2) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada
perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan
3. Dimensi pengalaman
bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai
komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esesnsi ketuhanan, yaitu dengan tuhan,
keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu
perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu
bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam
agama.
dikemukakan oleh Glock & Stark, Ancok & Suroso (1995: 80) membagi dimensi
tersebut yaitu :
puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di
dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman dimensi ini
norma islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran
diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam,
Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan
Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat atau berdoa, perasaan tergetar
religiusitas terdiri dari dua aspek, yaitu: 1) aspek intrinsik; menggunakan agama
dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam suatu esensi ketuhanan yaitu
pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari fungsi penting untuk
mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis. Pencarian makna juga telah
4. Keyakinan (beliefs)
disebut keimanan. Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan diamalkan
dasar dan ciri khas ekspresi kesadaran bawah sadar seseorang yang mengimani
5. Pengampunan (forgiveness)
bertujuan unttuk memberi maaf bagi orang yang melakukan kesalahan dan
berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.
Menurut Fetzer (1999 dalam Purnama 2011: 44) private religious practices
mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk
stress guna mengatasi kecemasan, kegelisahan dan stress. Hal ini dilakukan
pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan
untuk agama dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan
beranggapan bahwa agama sebagai suatu peninggalan masa lampau, sesuatu yang
bersifat kuno. Ditegaskan ide tentang agama memang sudah lama ada, namun
agama yang sejati selalu baru untuk setiap manusia yang bernafas. Dalam
pandangan psikologi sufi, menurut Wilcox, spiritual history terbangun dalam dua
47) melukiskan cara yang indah dalam menjalin komitmen agama. Menurutnya
agama ibarat pakaian. Hal ini dikarenakan, pertama, untuk menjaga kesehatan.
Mereka yang tinggal di daerah dingin sangat sadar akan fungsi kesehatan. Kedua,
untuk menjaga aurat. Salah satu aspek yang membedakan manusia dengan
binatang adalah manusia mengenal konsep aurat lalu mengenakan pakaian. Ketiga
orang yang berpakaian selalu mempertimbangkan aspek estetika atau seni agar
indah dipandang. Inilah tiga fungsi utama pakaian yang bisa dianalogikan dengan
agama.
48
jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan
menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agama yang
dianutnya. Contoh dari religious preference bagi umat islam adalah menjalankan
jihad. Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan dan biasanya digunakan
dalam al-quran sebagai kata kerja: kaum Muslim didorong untuk berjuang dengan
dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi yaitu keyakinan, praktek agama,
religiusitas yang ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock &
Stark (dalam Ancok dan Suroso 1995: 78) bahwasanya pengetahuan dan
keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu
perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu
49
bersandar pada keyakinan. Lebih jauh seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa
pengetahuan yang amat sedikit. Selain itu religiusitas dapat diekspresikan dengan
berbagai cara yang berbeda. Individu yang dapat terbilang religius pada suatu
aspek, bisa saja tidak terbilang religius pada aspek yang lain. Maka, religiusitas
lingkungan.
Menurut Hurlock (1980: 207) salah satu ciri dari masa remaja yaitu masa
remaja dianggap sebagai periode peralihan atau masa transisi. Dalam hal ini
peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi
emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa ini sebagai masa topan badai
(“strum and drang)” yeng mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak
akibat pertentangan nilai-nilai (Sarwono 2010: 29). Masa transisi inilah yang
50
jika remaja memiliki religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya tinggi artinya
dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan
pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang
(Andisty dan Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat dipahami karena agama
perintah agama.
Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak
menuju kedewasaan, maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam
agama.
keyakinan pada Tuhan dan pada kelakuan keberagamaannya, yang mungkin bisa
51
kuat atau lemah, giat atau menurun. Bahkan mengalami keraguan yang ditandai
oleh adanya konflik yang terdapat dalam dirinya atau dalam lingkungan
religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin
begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau
ateis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang
mereka sendiri.
Akan tetapi, tidak semua remaja memiliki emosi yang kurang stabil karena
berperilaku. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin (2002: 75) bahwa tingkat
religiusitas pada diri remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Jadi remaja
yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi mereka akan menunjukkan perilaku
ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki tingkat
religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh
Dimensi
Keyakinan
2.6 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif
antara religiusitas dengan kenakalan remaja”. Hal ini berarti semakin tinggi
kenakalan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
yang diolah dengan metode statistika (Azwar 2011: 5). Data-data numerikal yang
menemukan keterangan atau informasi mengenai apa yang ingin diketahui dalam
penelitian ini, kemudian hasil dari data numerikal tersebut dianalis dengan
yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X), yaitu Religiusitas dengan
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang
maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti
Arikunto (2006: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Selanjutnya Azwar (2011: 59) juga menyatakan bahwa
53
54
variabel adalah konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek
Azwar (2011: 62) variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain atau dapat dikatakan bahwa variabel bebas adalah
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 209: 39). Menurut Azwar
(2011: 62) variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk
diamati (Azwar 2011: 74). Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari
1. Religiusitas
dan siswi kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi tahun ajaran 2012/2013 yang
mendorong mereka untuk bertingkah laku (baik yang tampak maupun tak tampak)
yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya tidak hanya
agama yang dianutnya. Religiusitas dalam penelitian ini tergambar dari derajat
dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark serta dimensi
ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock & Stark (dalam
Ancok dan Suroso 1995: 78) menurutnya keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat
memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang
amat sedikit.
digunakan untuk membuat item skala religiusitas. Semakin tinggi skor skala
rendah skor skala religiusitas maka semakin rendah pula religiusitas yang
ditunjukkan.
2. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh siswa-
siswi kelas VIII SMP N 02 Slawi yang melanggar aturan-aturan dan tata tertib
sekolah yang dicatat dalam Jurnal Buku Sanksi sehingga dapat merugikan dirinya
sendiri yang tergambar dari derajat skor angket kenakalan remaja. Perilaku
2. Membolos
7. Mengompas/memalak
Semakin tinggi skor angket perilaku kenakalan remaja maka semakin tinggi
pula perilaku kenakalan remaja, semakin rendah skor angket perilaku kenakalan
remaja maka semakin rendah pula perilaku kenakalan remaja yang dilakukan.
Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat
dalam suatu penelitian. Di dalam pengaruh hubungan variabel ini kita akan
melihat satu variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini
sebagai variabel bebas. Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat sebagai
berikut:
3.4.1 Populasi
terdiri atas; objek/ subjek yang mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak
58
terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik –
karakteristik individu.
Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi sebagai siswa yang memiliki perilaku
kenakalan remaja dengan cara melanggar tata tertib sekolah yang berjumlah 70
siswa dari 327 siswa. Peneliti memperoleh data dengan melihat jurnal buku sanksi
siswa kelas VIII Periode 2012/2013. Data ini diambil pada bulan Januari-Mei
2013.
Tabel 3.1 Kenakalan Remaja yang dilakukan siswa kelas VIII SMP N 02
Pendapat ini diperkuat oleh Josselson (1980 dalam Desmita 2008: 212),
perkembangan identitas pada usia 12-14 tahun dengan karakteristik bahwa mereka
berbeda secara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuat
59
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2009: 81) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian atau
wakil polupasi yang diteliti (Arikunto 2006: 131). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh
yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel
Melihat jumlah populasi yang sedikit, maka sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu sebanyak 70
siswa.
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang akan diteliti. Data merupakan faktor penting karena
dengan adanya data dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui hasil dari
penelitian yang telah dilakukan dan dapat ditarik kesimpulan dengan mudah.
3.5.1 Angket
pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui (Arikunto 2006: 151). Angket yang
60
digunakan dalam penelitian ini yaitu angket kenakalan remaja yang akan
digunakan untuk mengukur variabel perilaku kenakalan remaja siswa kelas VIII
SMP N 02 Slawi. Angket kenakalan remaja terdari dari 8 indikator, yaitu sebagai
berikut :
2. Membolos
7. Mengompas/memalak
frekuensi perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP N 02 Slawi.
Berikut adalah rancangan item angket kenakalan remaja yang akan disusun :
pilihan jawaban terhadap item yang berupa pertanyaan dengan kriteria jawaban
(a) dengan skor 0; (b) dengan skor 1; (c) dengan skor 2; dan (d) dengan skor 3.
setiap kode jawaban sama. Berikut adalah kriteria skoring perilaku kenakalan
remaja.
Menurut Azwar (2010: 3-4), karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi
yaitu :
Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-
yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Ancok & Suroso 1994: 77-78) yang
terbagi menjadi lima. Dimana kelima dimensi tersebut menurut Ancok dan Suroso
(1995: 80) memiliki kesesuaian dengan Islam. Kelima aspek atau dimensi tersebut
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju
tiga alasan. Pertama, ketegori netral itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan
Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable) ini tentu saja tak
diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban yang ditengah itu
arah setuju ataukah ke arah tidak-setuju. Ketiga maksud kategorisasi jawaban SS-
kearah setuju atau kearah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan
64
Alternatif Jawaban
Dimensi Keyakinan dan Dimensi praktik agama Favourable Unfavourable
dimensi pengalaman dan dimensi pengamalan
STS : Sangat Tidak Setuju TP : Tidak Pernah 1 4
TS : Tidak Setuju KD : Kadang-Kadang 2 3
S : Setuju SR : Sering 3 2
SS : Sangat Setuju S : Selalu 4 1
siswa dan skala psikologi untuk mengukur religiusitas pada siswa. Penelitian ini
menggunakan skala dan angket dengan jumlah total 96 item. Akan tetapi, dalam
angket awal diujicobakan pada kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang
kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam
beberapa kata dan kalimat dalam skala religiusitas yang sulit dipahami oleh
subjek, seperti :
subjek. Kemudian skala dan angket disusun dalam bentuk booklet dan
ini dilakuka uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu kepada
Analisis validitas data uji coba skala religiusitas dan angket kenakalan
remaja pada siswa menggunakan teknik uji coba Product Moment dari Pearson,
Hasil uji coba yang menggunakan SPSS Versi 17.0 For Windows adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 48 aitem terdapat 6 item
yang tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih
besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p<0,01
maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat pada nomor 7,
sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem
yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada angket kenakalan
remaja yang baru terdapat 42 aitem pertanyaan. Hasil uji coba dapat dilihat dalam
Tabel 3.8 Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa
2. Skala Religiusitas
yang terdiri dari 48 aitem terdapat 31 aitem yang valid dan 17 aitem yang
tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih
besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari
p<0,01 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat
aitem yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala
yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada hasil uji coba dalam
Tabel 3.10 Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiusitas Setelah Uji Coba
Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
Favorable Unfavorable
2 Pengalaman 1. merasa
dekat/akrab
dengan Allah
2. merasa doa-
doanya sering
terkabul
3. merasa tentram 1 ,8, 12*,14 *4, 6, 10*, 12
dan bahagia ,18, 22 16*, 20,
kerena 24
menuhankan
Allah
4. pasrah diri
secara positif
5. perasaan
bersyukur
kepada Allah
6. perasaan
mendapat
peringatan atau
pertolongan dari
Allah
3 Praktek 1. Melakukan
agama sholat
(syariah) 2. Melakukan
puasa
3. Melakukan zakat 25, 29, 33, 36, 27*, 31, 35, 12
4. Membaca Al- 40, 44 38, 42, 45
Quran
5. Melakukan zikir.
6. membaca doa
4 Pengamalan 1. suka menolong
(akhlak) 2. berlaku jujur
3. menjaga amanat
orang lain
4. menjaga
lingkungan 28*, 30, 32, 37, 26, 34*, 39, 12
hidup 43, 46* 41*, 47, 48
5. berderma
6. mematuhi
norma-norma
islam dalam
perilaku seksual
7. memaafkan
Jumlah 24 24 48
Tanda (*) : nomor aitem yang tidak valid
Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
Favorable Unfavorable
3.6.2 Validitas
instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
teoritik yang ingin diukur. Validitas konstruk mempersoalakan sejauh mana skor-
2005: 42)
product moment, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dan skor total aitem.
3.6.3 Reliabilitas
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto 2006: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat
Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil
berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2011: 42) pendekatan
atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji tingkat reliabilitas dalam penelitian ini
reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak untuk digunakan dalam penelitian.
Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 2 Juni 2013 diberikan kepada
28 siswa, yaitu siswa SMP Negeri 41 Semarang. Pemilihan subjek uji coba ini
uji coba ini menggunakan instrumen penelitian dengan jumlah total 96 aitem.
Instrumen tersebut diisi dan dikembalikan saat itu juga, kemudian diolah untuk
mengetahui aitem yang valid. Instrumen awal diujicobakan pada kelompok subjek
penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat dalam
Teknik análisis data pada penelitian ini dimulai dengan análisis deskriptif
Keterangan:
M = Mean
Ϭ = Standar Deviasi
X = Skor
análisis regresi satu prediktor dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows.
penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Y = X + K
Keterangan:
K = bilangan konstan
BAB 4
tersebut kerap melakukan tindak kenakalan yang berupa pelanggaran terhadap tata
pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada tahun 1982 yang berada di bawah
pimpinan Bapak Budiono, S.Pd. Sekolah ini memiliki bangunan seluas 10.043 M2
tenaga pendidik/ guru yang berjumlah 44 orang dengan jumlah PNS = 42 dan
75
76
GTT = 2 , staff tata usaha yang berjumlah 18 orang dengan jumlah PNS = 8, PTT
Perijinan ini dilakukan terhadap pihak-pihak terkait yang nantinya terlibat dalam
penelitian. Peneliti melakukan perijinan kepada pihak sekolah terkait yang akan
menjadi tempat penelitian. Pertama peneliti meminta surat ijin penelitian dari
perijinan. Surat ijin masuk ke SMP Negeri 02 Slawi pada hari Sabtu tanggal 15
Juni 2013 dan langsung mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian 2 hari
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
yang melakukan tindak kenakalan maupun melanggar aturan tata tertib sekolah
yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi yang berjumlah 70 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan secara total sampling atau sampel jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Melihat jumlah populasi
77
yang sedikit maka sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah keseluruhan
Juni 2013 sampai dengan 20 Juni 2013. Pengumpulan data menggunakan skala
alternatif jawaban yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok jawaban
Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS) serta
alternatif jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (S) dan
Selalu (S). Sedangkan angket kenakalan remaja memiliki empat alternatif jawaban
alasan karena setiap aspek masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-ietm
yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan anlisis hasil penelitian
item dan angket kenakalan remaja berjumlah 42 item dengan jumlah total item
yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala
religiusitas dan rentang skor nol sampai tiga pada angket kenakalan remaja yang
kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik.
Teoritik), dan Standard Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah aitem, dan
rumusan masalah pada bab 1, permasalahan yang ingin diungkap adalah pengaruh
religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02
Slawi.
4.3.1 Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02
Slawi.
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau secara umum
gambaran kenakalan remaja siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi yang ditinjau
4.3.1.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 02 Slawi
maupun masyarakat yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain
yang ada di sekitarnya. Berikut ini statistik deskriptif kenakalan remaja dengan
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 70
aitem sebanyak 42 butir, skor tertinggi 3 dan skor terendah 0 pada masing-masing
Jumlah aitem : 42
: (126 + 0 ): 2 = 63
80
: (126 – 0) : 6) = 21
Sesuai dengan kriteria kenakalan remaja diatas, maka siswa yang memiliki
berarti memiliki kenakalan remaja yang sedang dan skor X < 42 berarti memiliki
kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam
sebanyak 9 siswa (12,86%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 31 siswa
pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria rendah, yaitu
sebesar 44,29%. Gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri
50
40
Persentase (100%)
Tinggi
30
42.85% 44.29% Sedang
20
Rendah
10 12.86%
0
Tinggi Sedang Rendah
4.3.1.2 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian
besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator terlambat masuk sekolah
yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang
Membolos
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator membolos yang tergolong rendah. Hal
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak masuk tanpa keterangan yang
kriteria sedang dan sisanya sebesar 40% masuk dalam kriteria rendah.
Merokok
sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator merokok yang tergolong rendah. Hal
84
berjumlah 34,29%, sedangkan 10% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator memakai seragam tidak lengkap yang
kriteria sedang dan sisanya sebesar 22,86% masuk dalam kriteria rendah
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak mengerjakan tugas yang tergolong
tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria
tinggi berjumlah 40%, sedangkan 38,57% tergolong dalam kriteria sedang dan
Mengompas/Memalak
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria
tinggi berjumlah 22,86%, sedangkan 28,57% tergolong dalam kriteria sedang dan
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kenakalan dilihat dari indikator berkata tidak sopan yang tergolong
rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria
tinggi berjumlah 20%, sedangkan 32,86% tergolong dalam kriteria sedang dan
VIII di SMP Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat
Kriteria
Indikator Kenakalan Remaja
Tinggi Sedang Rendah
Terlambat Masuk Sekolah 34,29% 25,71% 40%
Membolos 31,43% 24,28% 44,29%
Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan 34,29% 25,71% 40%
Merokok 34,29% 10% 55,71%
Memakai Seragam Tidak Lengkap 45,71% 31,43% 22,86%
Tidak Mengerjakan Tugas 40% 38,57% 21,43%
Mengompas/Memalak 22,86% 28,57% 48,57%
Berkata Tidak Sopan 20% 32,86% 47,14%
87
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah
indikator. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi
jumlah skor aitem pada tiap indikator dengan jumlah subjek. Adapun
perbandingan mean empirik tiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance
Valid N (listwise) 70
nilai mean empirik terbesar adalah indikator tidak mengerjakan tugas dengan
88
mean empirik sebesar 10,03 yang berarti indikator tidak mengerjakan tugas
remaja.
4.3.2 Gambaran Religiusitas pada Siswa kelas VIII Di SMP Negeri 02 Slawi
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau
merupakan gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
4.3.2.1 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02
Slawi
Religiuistas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun
tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya. Berikut ini statistik deskriptif religiusitas dengan bantuan SPSS
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 70
89
mean teoretis 77,5 dan standar deviasi () 15,5. Berikut perhitungannya :
Jumlah aitem : 31
Skor tertinggi :4
Skor terendah :1
Rentang minimum : 31 x 1 = 31
Sesuai dengan kriteria religiusitas diatas, maka siswa yang memiliki skor
religiusitas yang sedang dan skor X < 62 berarti memiliki religiusitas yang
rendah.
90
religiusitas pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria
tinggi sebanyak 33 siswa (47 %), berada dalam kriteria sedang sebanyak 37 siswa
VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 52,86%.
Gambaran religiusitas pada siswa SMP N 02 Slawi dapat dilihat pada gambar
berikut :
60
50
Persentase (100%)
40 Tinggi
30 52.86% Sedang
47.14%
Rendah
20
10
0%
0
Tinggi Sedang Rendah
Slawi
keyakinan siswa dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
keyakinan pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak
40 siswa (57,14%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 29 siswa (41,43%) dan
atas menunjukkan bahwa keyakinan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
Agama
92
agamanya. Guna melihat gambaran praktek agama pada siswa kelas VIII SMP
dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
praktek agama pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi
(64,29%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya,
uraian di atas menunjukkan bahwa praktek agama pada siswa kelas VIII di SMP
pengamalan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi digunakan 8 aitem
pengamalan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria
siswa (61,43%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah.
VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 61,43%.
religius. Guna melihat gambaran pengalaman pada siswa kelas VIII SMP Negeri
pengalaman pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi
94
(12,86%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya,
uraian di atas menunjukkan bahwa pengalaman pada siswa kelas VIII SMP negeri
Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara
Kriteria
Aspek Religiusitas
Tinggi Sedang Rendah
Keyakinan 57,14% 41,43% 1,43%
Praktek Agama 35,71% 64,29% 0%
Pengamalan 38,57% 61,43% 0%
Pengalaman 87,14% 12,85% 0%
kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kategori tinggi sampai dengan
sedang.
nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor aitem pada tiap
Tabel 4.22
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance
Valid N (listwise) 70
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai
nilai mean empirik terbesar adalah aspek praktek agama dengan mean empirik
sebesar 31,10 yang berarti aspek praktek agama mempunyai pengaruh terbesar
memulai analisis data adalah memperhatikan data yang akan diolah dengan
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Tujuan uji normalitas adalah untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
96
atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam
N 70 70
a
Normal Parameters Mean 91.84 54.33
Menentukan normal atau tidaknya sebaran data berdasarkan acuan jika p >
0,05 maka sebaran data dinyatakan normal dan jika p<0,05 maka sebaran data
koefisien K-S-Z sebesar 1.029 dengan nilai signifikansi 0,241 (p>0,05). Hasil
Sedangkan uji normalitas pada angket kenakalan remaja diperoleh koefisien K-S-
normal.
97
Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan
Y membentuk garis linier atau tidak. Untuk menguji linieritas tersebut, digunakan
SPSS Versi 17.0 For Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier
atau tidaknya sebaran adalah jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan linier, dan jika
p<0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linier. Hasil uji coba linieritas disajikan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh religiusitas
terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
koefisien korelasi product moment dari Pearson kemudian dilanjutkan dengan uji
N 70 70
**
Kenakalan Remaja Pearson Correlation -.771 1
N 70 70
< 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan
negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 02 Slawi” diterima. Nilai koefisisen korelasi negatif, hal ini menunjukkan
bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif. Kenaikan suatu variabel
suatu variabel akan menyebabkan kenaikan suatu variabel lain. Artinya, tingginya
nilai religiusitas selalu diikuti dengan rendahnya kenakalan remaja pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Begitu pula sebaliknya, rendahnya nilai
religiusitas selalu diikuti dengan tingginya kenakalan remaja pada siswa kelas
kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat dilihat
Tabel 4.26
Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 39755.601 1 39755.601 99.404 .000
Residual 27195.842 68 399.939
Total 66951.443 69
a. Predictors: (Constant), Religiusitas
b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
taraf signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05
remaja. Hal ini menunjukkan ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Untuk mengetahui besarnya
pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.27
kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh
religiusitas. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap
dalam penelitian ini, seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri
dan proses keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang
bawah ini:
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
regresi:
Y = 287.929 – 2.543 X
X : variabel religiusitas
101
religiusitas (X) dianggap nol, maka nilai variabel kenakalan remaja (Y)
sebesar 287.929
Selain itu pada tabel coeffiisient terlihat bahwa pada kolom significance
adalah 0,000 (p<0,05), maka hipotesis alternative (Ha) yang diajukan diterima
atau koefisien regresi signifikan, hal ini berarti tingkat religiusitas benar-benar
4.5 Pembahasan
4.5.1.1 Analisa Deskripsi Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
02 Slawi
yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan hukum dan
dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang
ringan biasa yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar
keluarga. Kenakalan sedang yaitu kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan
masayarakat dan kenakalan berat yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan
kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah namun
lebih dominan berada pada kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar siswa masuk pada kriteria tinggi yaitu sebesar 31 siswa dan sebesar 30 siswa
masuk kriteria rendah serta sisanya 9 siswa masuk pada kriteria sedang. Adapun
yang apabila diletakkan ke dalam ukuran mean hipotetik, maka hasilnya berada
pada kriteria sedang yaitu pada rentang 42 ≤ X < 84, namun lebih cenderung ke
arah rendah. Artinya bahwa sebagian besar siswa yaitu sebesar 44,29% siswa
mampu menaati segala aturan-aturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh
pihak sekolah.
Indikator yang pertama yaitu terlambat masuk sekolah pada siswa berada
pada kriteria rendah yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu
tepat waktu.
Indikator yang kedua yaitu membolos. Membolos pada siswa juga berada
pada kriteria rendah yaitu sebesar 44,29%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
siwa mampu mengikuti pelajaran dengan baik sampai selesai. Mereka merasa
nyaman dan senang dengan cara mengajar guru mereka, sehingga hal inilah yang
selesai.
Indikator yang ketiga yaitu tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Tidak
jauh berbeda dengan kedua kenakalan remaja yang sudah dibahas, pada indikator
ini mayoritas siswa memiliki perilaku tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang
cukup baik. Artinya mereka selalu memberikan keterangan kepada pihak sekolah
ketika mereka tidak masuk sekolah. Hal ini dibuktikan dari persentase tidak
masuk sekolah tanpa keterangan yang berada pada kategori rendah yaitu sebesar
40%.
lingkungan sekolah pada siswa berada pada kriteria rendah yaitu dengan
persentase 55,71% . Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menjaga dirinya
104
dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya dengan cara menaati
segala aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah salah satunya
dengan tidak merokok ketika mereka berada di lingkungan sekolah. Selain itu
mereka juga cukup menyadari akan bahaya rokok bagi kesehatan mereka.
siswa berada pada kriteria tinggi. Hal ini dibuktikan dari persentase yang
Berdasarkan pengamatan peneliti hal ini juga bisa disebabkan karena seringnya
berpakaian yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti memakai seragam
dengan ukuran yang cukup ketat dan memakai rok di atas lutut.
analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang keenam berada pada kriteria
tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kerap tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan analisa aitem yang
mayoritas siswa tidak mengerjakan tugas dikarenakan mereka lupa akan tugas
tersebut.
analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang ketujuh berada pada kriteria
105
rendah yaitu dengan persentase 48,57%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
rendah yaitu sebesar 47,14%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berbicara siswa
indikator tidak mengerjakan tugas memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti
siswa yang tidak mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja menjadi
tinggi dan siswa yang mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja
menjadi rendah.
kriteria rendah. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan karena salah satu
hasil yang menunjukkan bahwa semua siswa perempuan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini menjawab “tidak pernah” sebesar 31,42% untuk semua aitem-
aitem pada indikator merokok. Hal ini membuktikan bahwa kenakalan remaja
dilihat dari indikator merokok menyumbang pengaruh yang cukup besar terhadap
hasil penelitian sehingga menyebabkan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII
penelitian dikarenakan ada beberapa siswa yang bersikap faking good, mereka
dari siswa tersebut, mayoritas siswa beranggapan bahwa hasil penelitian tersebut
dalam menjawab instrumen penelitian tidak sesuai dengan keadaan yang ada
dalam diri mereka sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil penelitian.
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menaati segala peraturan-
4.5.1.2 Analisa Deskripsi Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP negeri 02 Slawi
Religiusitas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun
tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama
skala religiusitas, semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi
religiusitas pada subjek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total yang
diperoleh, maka semakin rendah religiusitas yang ada pada diri subjek.
Slawi berada dalam kriteria sedang sebesar 33 siswa dan 37 siswa berada pada
kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa religiusitas pada siswa kelas VIII SMP
mean empiris religiusitas diperoleh nilai 91,84 yang apabila diletakkan ke dalam
ukuran mean teoritik, maka hasilnya juga berada pada kriteria sedang yaitu antara
rentang 62≤ X< 93. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam
hasil analisis deskripsi dimensi keyakinan pada subjek berada pada kriteria tinggi
yaitu sebesar 57,14%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek meyakini dan
mempercayai hal-hal yang sifatnya fundamental dan dogma dalam agama. Sebisa
alam akhirat yang bersifat abadi. Begitu juga ketika mereka dihadapkan pada
Dimensi yang kedua yaitu dimensi praktek agama. Dimensi praktek agama
hasil analisis deskripsi dimensi praktek agama pada subjek berada pada kriteria
sedang yaitu sebesar 64,29%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup mampu
lain. Berdasarkan hasil analisis deskripsi dimensi pengamalan pada subjek berada
pada kriteria sedang yaitu sebesar 61,43%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
pada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-
penelitian dimensi pengalaman pada subjek berada pada kriteria tinggi yaitu
doa-doa yang mereka panjatkan dikabulkan oleh Allah. Sebagian dari mereka juga
dimensi praktek agama memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti siswa yang
melakukan praktek agama akan membuat tingkat religiusitas menjadi tinggi dan
ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Hasil korelasi antara religiusitas dengan
hubungan antara kedua variabel tidak linier atau tidak searah, jadi jika variabel X
tinggi maka variabel Y rendah yang dalam hal ini jika variabel religiusitas tinggi
maka variabel kenakalan remaja rendah atau jika variabel religiusitas rendah maka
antara variabel religiusitas dan kenakalan remaja (R) sebesar 59,4% kenakalan
remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh religiusitas.
Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap dalam
penelitian ini seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses
keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang
remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri Slawi memiliki korelasi negatif. Siswa
yang memiliki religiusitas yang tinggi akan memiliki kenakalan remaja yang
Hasil tersebut sejalan dengan teori yang mendukung dalam penelitian ini
Sejalan dengan teori tersebut, Daradjat (dalam Setya 2009: 43) berpendapat
bahwa tingkah laku menyimpang dapat terjadi karena tingkat religiusitas yang ada
dalam diri individu rendah. Senada dengan pendapat Darajdat, Jalaluddin (2002:
82) mengatakan bahwa nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi
kekosongan batin pada diri remaja terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan
harapan. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja sulit untuk
hasil penelitian yang berjudul “Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa
perilaku seks bebas. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah
111
Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
remaja. Jadi semakin tinggi religiusitas seorang remaja maka semakin rendah
perilaku agresifnya dan begitu pula sebaliknya atau dapat dikatakan bahwa
perilaku agresif pada remaja akan semakin meningkat dengan sangat signifikan
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko (2007) yang berjudul
mendukung temuan penelitian ini, bahwa tingginya religiusitas yang ada dalam
dan mengerti dirinya sendiri, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan
yang ada pada dirinya. Dengan ini individu mampu mengembangkan fitrah yang
112
bukan hanya sebagai kewajiban melainkan juga sebagai kebutuhan inidividu yang
tidak dapat terabaikan dan harus dipenuhi. Namun pada individu yang memiliki
religiusitas rendah, mereka tidak mampu mengembangkan fitrah yang ada pada
dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Sutoyo (2009: 99-100) yang menyatakan
bahwa individu yang melakukan kenakalan remaja disebabkan karena fitrah iman
yang ada pada diri individu tidak bisa berkembang dengan sempurna, dan atau
imannya berkembang tetapi tidak berfungsi dengan baik. Sebab iman yang
pendorong dan sekaligus pengendali bagi fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang
keagamaan sesuai ajaran agama, adanya pengalaman rohani yang diyakini akan
agama yang dianutnya. Dengan semua sikap tersebut, tentunya remaja dapat
nilai yang berkaitan dengan peradaban manusia secara utuh. Didalamnya terkemas
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara berimbang. Pada aspek kognitif
aspek afektif diharapkan nilai-nilai agama dapat memperteguh sikap dan perilaku
dengan baik sehingga dapat saja perilakunya tidak sesuai dengan ajaran
religiusitas yang tinggi, maka mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup
yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki religiusitas rendah, mereka
akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini
kenakalan remaja disebabkan karena rendahnya tingkat religiusitas yang ada pada
diri remaja tersebut. Remaja yang kerap melakukan tindak kenakalan disebabkan
kurangnya keyakinan yang kuat pada diri mereka akan keberadan Tuhan sehingga
114
perilaku yang dimunculkan tidak pernah disesuaikan dengan ajaran agama yang
dianutnya.
untuk mengatasi ruang lingkup penelitian agar tidak meluas dan menjadi lebih
penelitian.
4. Skala religiusitas yang disusun oleh peneliti masih kurang lengkap karena
PENUTUP
5.1 Simpulan
kesimpulan, yaitu:
sebesar 59,4%. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum
terungkap dalam penelitian ini. Faktor lain tersebut antara lain faktor internal
yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses keluarga serta faktor eksternal
yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua, kurangnya pendidikan,
3. Kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada
kriteria rendah yaitu sebesar 31 siswa. Namun ada pula beberapa siswa yang
masuk pada kriteria tinggi yaitu 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada
yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dan ada beberapa siswa yang tidak
oleh pihak sekolah. Kriteria tertinggi untuk kenakalan remaja terdapat pada
115
116
4. Religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam
5.2 Saran
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi atau
2. Bagi Guru
kepada siswa yang sering mengalami masalah pelanggaran tata tertib sekolah.
3. Bagi Siswa
ajaran agamanya.
kesan ingin dinilai baik oleh orang lain serta lebih memperhatikan kalimat
b. Melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih beragam dari segi umur
atau tingkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena pada penelitian
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori Suroso. 1995. Psikologi Islam Solusi Islam
Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andisti, Miftah A. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas
pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 2. Hlm. 170-176
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir Untuk Istrumen Angket, Tes Dan Skala Nilai
Dengan BASICA. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
118
119
Sarwono, Sarlito. W. 2010. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Setya, Rizky Aditya Chandra. 2009. Perilaku Seksual Buruh Pabrik Yang Tinggal
di Tempat Kos ditinjau dari Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan. Universitas
Katolik Soegijapranata.
Sujoko. 2010. Hubungan antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua
dan Interaksi Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. Tesis Universitas
Setia Budi Surakarta.
Sutoyo, Anwar. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami Teori & Praktik.
Semarang: CV. Widya Karya Semarang.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda
Karya.
LAMPIRAN
122
Lampiran 1:
Instrumen Penelitian
123
No:
SKALA PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
124
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala
ini.
Skala ini terdiri dari tiga bagian yaitu skala I dan skala II serta angket. Cara
menjawabnya akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya
mengharapkan agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila
telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada
pernyataan yang terlewati untuk dijawab.
Dalam mengisi skala dan angket ini, tidak ada jawaban yang benar dan
salah, karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya
mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan demikian
sudilah kiranya anda memberikan jawaban sendiri, jujur, dan tanpa
mendiskusikannya dengan orang lain
Kesediaan anda untuk mengisi skala dan angket ini merupakan bantuan
yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan
banyak terima kasih.
Hormat Saya,
IDENTITAS DIRI
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya,
maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif
jawaban yang menurut anda sesuai.
No Pernyataan SS S TS STS
1 Dengan melaksanakan semua kewajiban yang
oleh agama
28 Setiap hari saya menyempatkan diri untuk
membaca Alquran
29 Saya lebih memilih untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan terlebih dahulu meskipun sudah
tiba waktu sholat
30 Saya masih merasa kecewa pada orang-orang
yang telah menyakiti hati saya
31 Apabila di suatu tempat tidak ada tempat
sampah, saya terpaksa membuang sampah
sembarangan
129
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya,
maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif
jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban
No Pernyataan SL SR KD TP
1 Saya mengerjakan sholat jika ada yang
mengingatkan
130
No Pernyataan SL SR KD TP
13 Ketika waktu sholat tiba, saya segera
melaksanakannya
14 Pada saat ujian, saya mencontek jawaban dari
teman agar mendapatkan hasil yang maksimal
15 Saya melakukan sholat lima waktu dengan khusuk
16 Ketika ada orang yang membutuhkan bantuan, saya
bersedia membantunya dengan ikhlas
17 Pada saat puasa, saya makan dan minum secara
sembunyi-sembunyi
18 Saya menyampaikan dengan baik semua pesan atau
amanat dari orang lain
19 Setelah melaksanakan sholat, saya menyempatkan
diri untuk berdzikir
20 Pada saat bermain bersama teman-teman, saya lupa
mengerjakan sholat
21 Seberat apapaun pekerjaan yang saya lakukan, saya
tetap menjalankan puasa seharian penuh
22 Saya tidak berani mengambil hak orang lain karena
Allah selalu mengawasi saya
23 Saya membaca Alquran jika disuruh oleh orang tua
saya
24 Saya memarahi pengemis yang datang ke rumah
saya
25 Saya membayar zakat fitrah di bulan ramadhan
tepat waktu
26 Saya mengerjakan sholat jika ada yang
mengingatkan
27 Ketika sedang berduaan dengan lawan jenis, saya
131
Berikut ini terdapat 42 pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur dan
sebenar-benarnya, sesuai dengan kondisi anda. Berikan pilihan anda dengan
memberi tanda silang (x) pada huruf pilihan anda.
1. Pertanyaan-pertanyaan pada halaman berikut menyangkut keadaan diri
anda selama bersekolah terhitung dari 3 bulan terakhir.
2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jawablah sesuai dengan
pendapat dan keadaan anda diri anda sendiri.
3. Cara menjawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai
menurut anda dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu alternatif
jawaban yang tersedia, contohnya:
“Pernahkah Anda tidak memakai topi saat mengikuti upacara bendera ?”.
a. Tidak pernah c. 3-5 kali
Bila anda tidak pernah melakukan hal tersebut maka berilah tan silang
pada huruf (a).
Bila anda melakukan hal tersebut maka berilah tanda silang pada
huruf (b), (c), atau (d) sesuai dengan frekwensi yang disebutkan.
4. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai
pelajaran anda serta dijamin kerahasiaannya.
5. Bila ada petunjuk ataupun kalimat yang kurang dipahami didalam angket
ini dapat anda tanyakan langsung pada peneliti
6. Teliti kembali pekerjaan anda, jangan sampai ada nomor yang terlewati.
7. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama anda.
Good Luck,,,
133
LAMPIRAN 2:
Tabulasi Data Skor Penelitian
140
Subjek No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 2 2 4 1 2 3 3 4 2 2 3 2 3 91
2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 4 4 3 1 2 4 3 4 96
3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 4 3 3 1 2 3 2 1 76
4 4 2 2 3 2 3 1 3 3 4 2 2 4 4 2 2 4 2 3 3 3 1 3 4 3 3 1 2 3 3 4 85
5 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 78
6 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 108
7 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 1 1 2 2 2 89
8 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 1 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 2 1 2 1 3 2 86
9 3 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 76
10 3 3 3 2 3 4 4 4 1 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 1 3 3 3 3 4 3 1 2 4 3 2 85
11 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 1 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 4 3 2 3 104
12 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 1 3 4 2 4 2 2 3 2 80
13 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 1 2 3 2 3 103
14 4 3 1 3 4 4 1 2 3 4 4 3 4 2 2 3 3 2 2 3 1 3 3 4 4 2 1 2 3 3 2 85
15 3 4 1 2 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 1 2 4 2 1 4 1 1 4 4 1 4 1 1 4 2 2 81
16 4 3 1 4 3 3 3 1 3 4 4 3 4 2 3 2 1 2 2 1 1 4 3 4 4 2 2 1 3 1 2 80
17 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 88
18 3 4 1 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 1 2 3 3 4 3 2 2 3 3 85
19 4 1 2 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 4 1 1 4 4 2 2 3 3 2 1 85
20 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 114
21 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 1 3 4 4 3 1 3 3 3 3 101
141
22 4 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 1 3 4 3 1 1 2 4 4 2 84
23 4 3 3 3 4 4 1 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 103
24 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 2 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 105
25 3 3 1 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 1 85
26 4 3 2 3 4 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 2 4 2 1 2 2 2 3 4 2 3 4 4 85
27 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 4 1 1 4 4 1 4 2 3 4 3 96
28 4 3 1 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 2 3 2 4 3 4 1 2 3 2 3 4 2 2 2 1 85
29 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 93
30 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 4 3 2 3 4 1 2 4 4 3 1 2 1 2 1 92
31 4 3 2 2 4 3 2 3 4 2 2 4 4 2 4 2 3 3 2 3 4 4 3 4 4 2 2 2 2 2 1 88
32 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 2 3 3 3 1 3 4 4 3 1 2 4 3 2 96
33 4 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 83
34 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 3 2 3 2 4 1 2 2 3 1 4 4 4 1 1 3 2 92
35 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 1 4 3 1 4 2 2 3 3 96
36 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 3 1 1 92
37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 2 1 3 4 2 2 1 3 2 3 4 84
38 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 2 3 1 3 105
39 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 4 1 4 4 2 4 1 2 91
40 3 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 1 2 4 3 1 4 2 3 3 2 3 1 2 76
41 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 2 2 3 2 1 3 4 4 3 1 2 3 2 3 95
42 3 3 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 4 2 4 2 2 1 1 88
43 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2 3 2 1 2 4 2 3 1 1 3 3 1 76
44 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 1 2 1 3 3 2 97
45 4 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 83
46 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 2 4 4 4 1 2 3 4 3 4 4 4 2 1 3 4 3 99
142
47 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 2 1 2 3 1 1 4 4 3 1 2 4 2 3 93
48 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 2 4 3 2 4 4 4 2 1 4 3 4 1 3 3 2 1 97
49 4 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 1 4 4 2 1 2 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 3 95
50 4 4 2 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 1 3 4 4 3 4 2 3 4 4 101
51 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 105
52 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 1 4 4 1 4 100
53 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 1 4 4 1 4 96
54 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 4 4 4 2 1 2 1 83
55 4 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 1 3 1 4 1 4 4 3 2 1 1 1 90
56 4 3 2 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 1 3 3 4 1 3 4 3 3 2 1 1 4 87
57 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 106
58 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 1 84
59 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 4 4 3 4 106
60 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 1 2 4 4 1 4 4 1 4 2 4 3 3 97
61 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 4 4 3 4 2 3 1 3 95
62 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 2 4 2 4 2 1 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 2 94
63 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 4 2 4 3 3 3 2 2 1 2 85
64 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 1 4 1 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 105
65 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 111
66 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 1 3 4 3 4 4 3 4 2 3 1 2 95
67 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 101
68 3 2 2 3 4 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 3 4 4 2 2 3 3 1 2 77
69 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2 4 3 3 1 2 100
70 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 1 3 81
143
No Item
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1
2 0 0 1 1 1 0 0 3 2 1 2 0 0 2 0 1 0 0 3 2 1 0 1 0 1 0 2 0 0 3 0 1 0 0 0
3 0 3 3 3 2 0 2 0 2 3 3 3 0 3 0 3 3 0 3 3 2 3 3 0 3 0 3 3 3 2 0 3 0 3 3
4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 0 1 3 0 1 3 2 2 3 1 3 1 3 0 3 2 2 1 3 0 3 3 1 3 1 3
5 3 3 0 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 1 3 2 1 2 2
6 1 1 1 0 0 2 0 1 0 2 2 0 0 2 1 0 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 0 1 1 0 2 0 0 0
7 2 3 2 3 2 3 2 0 3 1 3 2 3 3 0 3 2 0 3 3 0 3 3 0 3 2 3 0 3 3 2 3 0 2 3
8 2 2 2 0 2 3 0 1 2 2 2 3 3 2 3 3 0 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 3 0 3 3
9 3 3 3 2 3 0 3 1 3 1 2 1 0 3 1 2 1 3 3 3 0 1 3 0 3 0 3 3 2 3 3 1 0 3 3
10 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 0 3 1 2 3 1 3 2 1 0 1 3 3 1 1 3 1 3 2 1 0
11 2 2 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 1 0 2 1 3 0 1 0 1 2 0 2 0 0 2
12 2 3 2 0 3 0 3 2 2 3 3 3 0 3 2 3 0 0 3 3 2 3 3 3 3 0 3 0 3 1 1 3 3 0 3
13 0 2 2 0 2 2 0 1 0 1 2 0 0 2 2 1 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 0 1 1 0 2 2 1 1
14 3 3 2 0 2 3 1 3 1 1 3 2 0 3 0 2 2 3 0 1 0 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 0 3 3
15 3 3 3 1 2 3 1 3 2 3 3 1 3 3 2 3 0 3 3 3 3 1 3 0 3 1 0 2 2 3 2 0 1 0 0
16 3 2 1 3 3 2 0 3 3 0 2 3 0 3 3 3 1 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 3 1 3 3 3 2
17 1 1 1 0 0 2 1 0 0 0 2 2 1 0 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0 1 1 0 1 1 2 1
18 2 3 3 0 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 3 1 0 0 2 1 1 2 1 2 3 2
19 3 3 3 0 3 0 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 1 3 0 2 3 0 3 3 1 2 3 0 3 3 2 3 0 3
20 0 3 1 2 2 3 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 0 1 2 1 1 1 2 3 0 1 0 0 2 3 3 0 2 3
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
144
22 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 1 3 0 1 3 3 3 3 3 3 3 0
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 1
24 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
25 3 2 1 1 3 2 0 2 2 1 3 3 1 3 1 3 0 3 3 2 3 2 1 3 3 1 2 3 1 3 0 3 2 3 1
26 0 3 3 2 2 3 1 2 1 2 3 2 1 3 0 3 1 0 3 2 3 2 3 2 3 0 2 1 2 3 3 3 0 2 3
27 0 2 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0
28 1 2 1 2 3 1 0 2 3 2 3 0 3 3 0 3 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 2 3 2 2 1 2
29 1 2 2 0 3 3 0 2 2 2 3 0 1 2 1 1 0 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 0 3 0 3 2
30 2 1 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 0 0 2 1 2 0 0 0 0 0 1 2 0 0 1 2 1 2 0 1 1 0 0
31 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 0 3 2 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 0
32 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 2
33 3 3 1 3 1 2 1 3 1 2 1 3 3 3 2 1 3 2 3 0 1 0 3 2 0 3 3 0 2 3 2 2 3 3 2
34 3 2 3 0 3 3 0 2 0 3 3 0 3 3 1 2 3 1 2 3 3 1 3 0 3 0 3 3 2 1 2 3 1 2 3
35 2 0 0 2 0 0 1 3 0 1 0 3 1 0 2 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 2 2 1 1 0 0 3 0 2
36 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
37 1 3 2 3 2 0 3 0 2 3 3 3 0 3 1 2 2 3 1 2 0 2 3 3 3 3 3 3 1 2 1 3 0 3 3
38 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
39 1 3 3 0 0 0 0 1 0 0 3 0 1 1 1 3 0 0 1 1 1 1 3 0 1 1 0 0 1 0 1 3 0 1 3
40 3 2 3 3 2 3 2 1 2 0 0 3 2 3 0 3 2 3 2 1 2 3 1 3 2 3 1 3 2 2 2 2 0 3 3
41 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 1 0 2 2 1 1 0 0 1 1 1 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 1
42 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 1 3 0 1 3 3 3 3 3 3 3 0
43 3 2 3 0 3 3 2 1 3 1 3 2 3 0 3 2 3 3 1 3 3 2 3 1 0 2 3 3 1 0 3 0 1 3 2
44 0 1 1 0 1 1 2 0 1 1 2 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 2 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1
45 3 2 2 3 1 3 1 0 3 1 3 3 2 0 1 3 2 3 1 2 3 1 2 1 2 3 3 0 0 2 3 2 3 3 2
46 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 0 0 0
145
47 2 0 2 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 1 0 2 0 1 0 0 1 0 1 0
48 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
49 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 2
50 1 1 0 0 0 1 0 2 0 0 1 0 3 1 0 0 2 0 0 0 1 0 2 0 3 0 2 2 0 0 0 1 0 0 0
51 3 3 3 1 0 2 2 1 0 1 2 3 2 3 2 0 3 2 1 0 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 0 3 3 2 3
52 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 2 1 2 1 2 1 0 1 0 0 1 2 2
53 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 2 0 0 2 0 1 0 3 0
54 3 3 2 3 0 3 3 3 0 3 3 2 0 3 2 0 2 3 3 0 2 0 3 3 3 3 3 0 2 3 0 3 3 0 3
55 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
56 3 2 3 3 0 3 0 3 0 3 3 0 3 3 3 0 2 3 3 0 3 2 3 2 3 2 2 0 3 3 0 3 1 2 3
57 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
58 3 3 3 3 0 2 3 3 0 3 3 2 3 0 3 0 3 3 0 0 3 2 0 3 2 3 2 3 1 3 0 0 3 2 3
59 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
60 0 2 1 1 0 2 2 3 0 1 1 0 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 2 1 2 0 1 2 0 2 0 1 0 3 0
61 3 3 2 1 0 3 1 1 0 1 3 1 1 3 3 0 0 2 2 0 1 2 3 2 3 1 3 0 2 1 0 2 1 1 1
62 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1
63 3 3 3 3 0 2 3 3 0 0 3 0 3 3 3 0 3 1 3 0 3 0 3 0 3 3 1 3 0 3 0 3 2 3 2
64 1 1 0 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 0 0 0 1 0 1 O 0 0 0 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 2 1
65 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
66 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 O 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
67 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 3 3 2 1 0 3 3 2 0 3 3 2 2 3 2 0 3 3 3 0 3 0 2 3 3 3 2 3 2 1 0 3 0 1 3
69 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1
70 3 1 1 1 0 3 3 3 0 1 3 2 3 2 1 0 3 3 3 0 3 3 2 3 3 1 3 0 3 2 0 1 3 2 3
146
No Item
Subjek Total
36 37 38 39 40 41 42
1 2 1 2 1 1 1 1 57
2 3 0 2 1 2 0 3 39
3 3 0 3 2 3 0 3 84
4 3 0 3 0 3 2 3 85
5 1 0 3 3 2 2 3 86
6 2 0 0 0 0 0 1 35
7 3 2 3 0 3 0 3 87
8 3 0 3 3 2 0 1 87
9 3 3 1 3 3 3 0 85
10 3 0 3 2 3 0 2 85
11 2 0 1 1 1 0 0 35
12 2 3 3 0 3 2 3 87
13 2 1 2 0 2 0 1 48
14 2 0 3 3 3 0 3 84
15 3 1 0 2 0 1 1 77
16 3 1 0 3 1 3 2 87
17 2 1 1 1 1 0 1 45
18 2 2 3 3 2 3 3 87
19 2 0 3 3 3 2 2 87
20 3 1 2 0 2 0 2 66
21 1 0 0 0 1 0 0 11
147
22 0 2 3 3 0 1 2 93
23 1 0 0 0 1 0 0 15
24 1 0 0 0 0 0 0 9
25 3 1 2 3 1 1 3 84
26 3 1 3 3 2 1 3 85
27 0 0 0 0 1 0 0 19
28 3 1 3 2 3 2 0 85
29 2 0 1 0 2 0 1 60
30 1 2 0 0 0 2 0 32
31 3 0 2 3 0 1 3 86
32 1 0 0 0 1 0 2 19
33 1 2 3 3 2 3 3 87
34 3 3 3 0 3 3 3 88
35 2 2 0 0 3 0 2 39
36 1 0 1 0 0 0 0 32
37 3 0 3 0 3 0 3 84
38 0 0 0 0 1 0 0 17
39 2 1 3 2 3 2 0 48
40 2 1 2 0 3 2 3 85
41 0 1 1 1 1 0 0 29
42 0 2 3 3 0 1 2 93
43 3 3 2 2 1 3 3 88
44 2 1 0 0 1 1 1 31
45 3 0 3 2 3 3 3 86
46 0 0 0 0 0 0 0 12
148
47 0 1 0 0 1 0 1 22
48 0 0 0 0 1 0 0 17
49 0 0 0 0 2 0 1 17
50 0 0 0 0 0 0 0 23
51 3 2 0 3 2 3 3 75
52 0 1 0 1 1 1 1 29
53 1 0 0 1 0 1 0 22
54 1 3 0 3 0 3 3 85
55 2 0 0 1 1 0 1 17
56 2 3 0 1 2 1 3 84
57 0 0 0 0 0 0 0 10
58 3 0 0 3 3 3 3 85
59 1 0 0 0 0 0 0 16
60 1 3 0 0 2 0 2 41
61 2 0 0 2 1 0 3 61
62 1 1 0 1 0 2 1 13
63 3 2 0 3 3 3 3 85
64 0 0 0 1 0 0 0 19
65 1 0 0 0 0 0 0 9
66 1 1 0 0 1 0 1 21
67 1 1 0 2 0 0 0 8
68 2 3 0 1 3 2 3 84
69 1 0 0 0 0 0 0 25
70 3 3 0 2 3 3 3 85
149
LAMPIRAN 3:
Statistik Deskriptif
150
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 70
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance
Valid N (listwise) 70
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 70
151
Descriptive Statistics
praktek
70 18 24 42 31.10 4.505 20.294
agama
Valid N
70
(listwise)
152
LAMPIRAN 4:
Uji Validitas
153
Correlations
Total
N 28
N 28
N 28
N 28
N 28
**
VAR00006 Pearson Correlation .525
N 28
*
VAR00007 Pearson Correlation .379
N 28
**
VAR00008 Pearson Correlation .510
N 28
N 28
N 28
*
VAR00011 Pearson Correlation .424
N 28
N 28
N 28
**
VAR00014 Pearson Correlation .536
N 28
*
VAR00015 Pearson Correlation .455
N 28
N 28
N 28
**
VAR00018 Pearson Correlation .582
N 28
N 28
*
VAR00020 Pearson Correlation .433
N 28
155
N 28
*
VAR00022 Pearson Correlation .432
N 28
*
VAR00023 Pearson Correlation .417
N 28
*
VAR00024 Pearson Correlation .447
N 28
**
VAR00025 Pearson Correlation .528
N 28
**
VAR00026 Pearson Correlation .637
N 28
N 28
N 28
**
VAR00029 Pearson Correlation .792
N 28
**
VAR00030 Pearson Correlation .485
N 28
*
VAR00031 Pearson Correlation .463
N 28
*
VAR00032 Pearson Correlation .379
N 28
**
VAR00033 Pearson Correlation .543
N 28
N 28
**
VAR00035 Pearson Correlation .515
N 28
*
VAR00036 Pearson Correlation .407
N 28
*
VAR00037 Pearson Correlation .392
N 28
**
VAR00038 Pearson Correlation .601
N 28
*
VAR00039 Pearson Correlation .428
N 28
*
VAR00040 Pearson Correlation .407
N 28
N 28
*
VAR00042 Pearson Correlation .423
157
N 28
*
VAR00043 Pearson Correlation .409
N 28
**
VAR00044 Pearson Correlation .570
N 28
**
VAR00045 Pearson Correlation .517
N 28
N 28
*
VAR00047 Pearson Correlation .404
N 28
*
VAR00048 Pearson Correlation .464
N 28
Sig. (2-tailed)
N 28
Correlations
total
**
VAR00001 Pearson Correlation .543
N 28
**
VAR00002 Pearson Correlation .743
N 28
**
VAR00003 Pearson Correlation .731
N 28
**
VAR00004 Pearson Correlation .645
N 28
**
VAR00005 Pearson Correlation .567
N 28
**
VAR00006 Pearson Correlation .545
N 28
N 28
**
VAR00008 Pearson Correlation .543
N 28
**
VAR00009 Pearson Correlation .695
N 28
**
VAR00010 Pearson Correlation .673
159
N 28
**
VAR00011 Pearson Correlation .605
N 28
**
VAR00012 Pearson Correlation .587
N 28
**
VAR00013 Pearson Correlation .717
N 28
**
VAR00014 Pearson Correlation .702
N 28
**
VAR00015 Pearson Correlation .691
N 28
**
VAR00016 Pearson Correlation .743
N 28
**
VAR00017 Pearson Correlation .666
N 28
**
VAR00018 Pearson Correlation .717
N 28
**
VAR00019 Pearson Correlation .708
N 28
**
VAR00020 Pearson Correlation .497
N 28
160
**
VAR00021 Pearson Correlation .826
N 28
**
VAR00022 Pearson Correlation .567
N 28
**
VAR00023 Pearson Correlation .703
N 28
**
VAR00024 Pearson Correlation .669
N 28
N 28
**
VAR00026 Pearson Correlation .649
N 28
**
VAR00027 Pearson Correlation .634
N 28
*
VAR00028 Pearson Correlation .464
N 28
*
VAR00029 Pearson Correlation .470
N 28
N 28
**
VAR00031 Pearson Correlation .773
N 28
**
VAR00032 Pearson Correlation .860
N 28
**
VAR00033 Pearson Correlation .680
N 28
**
VAR00034 Pearson Correlation .668
N 28
N 28
**
VAR00036 Pearson Correlation .737
N 28
**
VAR00037 Pearson Correlation .619
N 28
N 28
**
VAR00039 Pearson Correlation .767
N 28
**
VAR00040 Pearson Correlation .512
N 28
*
VAR00041 Pearson Correlation .382
N 28
**
VAR00042 Pearson Correlation .492
162
N 28
**
VAR00043 Pearson Correlation .703
N 28
N 28
**
VAR00045 Pearson Correlation .745
N 28
**
VAR00046 Pearson Correlation .492
N 28
**
VAR00047 Pearson Correlation .488
N 28
**
VAR00048 Pearson Correlation .769
N 28
Sig. (2-tailed)
N 28
LAMPIRAN 5:
Uji Reliabilitas
164
N %
Total 28 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.889 31
N %
Total 28 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.964 42
165
LAMPIRAN 6:
Hasil Uji Asumsi
166
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 70 70
a
Normal Parameters Mean 91.84 54.33
LAMPIRAN 7:
Uji Hipotesis
168
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 39755.601 1 39755.601 99.404 .000
Residual 27195.842 68 399.939
Total 66951.443 69
a. Predictors: (Constant), Religiusitas
b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
b
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .771 .594 .588 19.99847 .594 99.404 1 68 .000
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
LAMPIRAN 8:
Dokumentasi Penelitian
170
LAMPIRAN 9
SURAT – SURAT PENELITIAN
172
173