Anda di halaman 1dari 143

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP

KEBERFUNGSIAN SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA


DI REHABILITASI PSIKOSOSIAL
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
JAKARTA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Sosial (S.Sos)

Oleh:
Nabella Martha Anisa
11170541000011

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


KEBERFUNGSIAN SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA
DI REHABILITASI PSIKOSOSIAL
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Sosial (S.Sos)

Oleh:
Nabella Martha Anisa
NIM: 11170541000011

Pembimbing

Dra. Rochimah Imawati, M.Psi.


NIP: 196612032014112001

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nabella Martha Anisa
NIM : 11170541000011
Program Studi : Kesejahteraan Sosial

Dengan ini, saya menyatakan skripsi yang berjudul Pengaruh


Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Pasien
Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur adalah benar karya saya sendiri,
tidak melakukan plagiat dalam proses penyusunannya. Adapun
kutipan yang saya tulis pada penyusunan skripsi ini, telah
dicantumkan sumber kutipannya. Saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku, jika skripsi saya terbukti melakukan
plagiat terhadap karya orang lain.

Jakarta, 05 November 2021

Nabella Martha Anisa

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP KEBERFUNGSIAN SOSIAL PASIEN
SKIZOFRENIA DI REHABILITASI PSIKOSOSIAL RUMAH
SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR disusun
oleh Nabella Martha Anisa, NIM 11170541000011 telah diujikan dalam
sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 25 November 2021. Skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat gelar Sarjana Sosial (SI) pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 25 November 2021

Sidang Munaqosah
Ketua Penguji Sekretaris Penguji

m. -:::::1..hivah. M.A.
NIP: 197307fo52007012018

,-Ak-1
arima M.Kesos Abdul Azis, M.Psi.
IP: 198606232020122006 NIDN: 0331129201

Pembimbing

�L
z--

Dra. Rocbiroab Tmawati, M.Psi.


NIP: 196612032014112001

ii
Abstrak

Nabella Martha Anisa 11170541000011


Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial
Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur,
Dosen Pembimbing Dra. Rochimah Imawati, M.Psi.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor untuk


meningkatkan keberfungsian sosial pasien skizofrenia, karena
dengan adanya dukungan keluarga yang diberikan, pasien
skizofrenia tidak merasa sendirian, merasa diperhatikan, serta
dilibatkan dalam interaksi sosial. Manfaat penelitian ini, supaya
lebih memahami sikap maupun perilaku serta dukungan yang
harus ditunjukkan dalam merawat pasien skizofrenia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang
dihasilkan dari dukungan keluarga yang diterima pasien
skizofrenia terhadap keberfungsian sosial pasien. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu angket dan observasi,
dengan instrumen penelitian berupa skala dukungan keluarga
dan skala keberfungsian sosial. Adapun jumlah populasi
yang dijadikan sampel yaitu 50 responden dengan pengambilan
sampel menggunakan sampel jenuh (non probability sampling),
dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif antara dukungan keluarga terhadap
keberfungsian sosial. Hal ini, ditunjukkan dengan hasil uji t yaitu
nilai thitung 0.2672 lebih besar dari ttabel (0.2672 > 0.2011) yang
mengartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pasien
skizofrenia, dimana H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan
tingkatan keeratan hubungan menunjukkan nilai sebesar 0.360
yang diperoleh hubungan yang cukup kuat antara variabel X
(Dukungan Keluarga) dengan variabel Y (Keberfungsian Sosial).
Orang tua pasien skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial RSJIK
banyak memberikan dukungan penilaian serta pasien
menunjukkan peningkatan untuk memenuhi atau merespon
kebutuhan dasar.

Kata kunci:
Keberfungsian Sosial, Dukungan Keluarga, Skizofrenia
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan nikmat
sehat, kelancaran, dan kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Dukungan
Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia di
Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman
kegelapan sampai ke zaman terang benderang seperti sekarang ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S1) pada program studi
Kesejahteraan Sosial. Penulis menyadari, bahwa dalam
penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik
yang ada di universitas selama penulis menjalani awal perkuliahan
hingga akhir penyusunan skripsi ini, maupun pihak diluar masa
perkuliahan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A,
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW.,
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.,
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Cecep

iv
Castrawijaya, M.A., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Alumni dan Kerjasama
3. Ahmad Zaky, M.Si., Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial, Hj. Nunung Khoiriyah, M.A., Sekertaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial FDIK - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Rochimah Imawati, M.Psi., Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran,
memberikan motivasi, memberikan arahan dan masukan, serta
selalu meluangkan waktu untuk membimbing supaya
penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan baik
5. Drs. Helmi Rustandi, M.Ag., Dosen Pembimbing Akademik
Prodi Kesejahteraan Sosial
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
terkhusus Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial
7. Seluruh Staff Direksi Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur dan tim profesi yang terlibat di Rehabilitasi Psikososial,
terutama Bapak Rinaldy, S.Sos., Pekerja Sosial Medis yang
dengan kebaikan hatinya menerima penulis untuk melakukan
penelitian, membimbing, memberikan arahan, dan masukan.
Atas bantuan beliau, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik
8. Para orang tua pasien skizofrenia dan rehabilitasi di
Rehabilitasi Psikososial yang telah bersedia menjadi responden
penelitian skripsi
9. Kedua orang tua, yang penulis sayangi dan cintai, Bapak Harri
Ramadhan dan Ibu Heni Kusmawati, yang telah memberikan
dukungan moril dan materil, yang selalu memberikan semangat
dan motivasi supaya penyusunan skripsi dapat
v
berjalan dengan lancar dan mudah, selalu memberikan
perhatian, dan juga doa yang selalu dipanjatkannya agar skripsi
dapat terselesaikan dengan baik
10. Kedua Adik tercinta, Erlangga Aditya Putra dan Muhammad
Zidane Al Ubadillah. Walaupun kadang kala, mereka selalu
membuat kehebohan di rumah dengan tingkah jailnya masing-
masing yang membuat penulis merasa terganggu, karena
keberisikan yang mereka ciptakan. Tetapi, mereka jugalah
yang selalu memberikan semangat kepada penulis,
memberikan perhatian, serta mendengarkan keluh kesah. Saat
penulis terlalu terpaku mengerjakan skripsi hingga rasa lelah
menyelimuti, merekalah yang selalu menghibur dengan
caranya. Ada satu kalimat dari Adik saya yang selalu membuat
semangat dalam menyusun skripsi “Kalau cape istirahat dulu,
nanti dilanjut lagi” terlihat sederhana, tetapi syarat akan makna
11. Teman-teman terbaik saya sewaktu duduk di bangku sekolah,
Aisyah Nur Rahmah, Ayu Lestari, Dyah Agustine, Farhah
Aulia, Hary Andriawan, Salsabila Faizah, Windriyani. Terima
kasih, telah membantu tugas perkuliahan, sewaktu saya
membutuhkan bantuan hingga akhirnya saya dapat
melewatinya dan bisa sampai pada tahap menyelesaikan
skripsi. Saya harap, semoga kita tetap menjaga tali silaturahmi
serta sukses dengan impian kita masing-masing dan terkhusus
untuk teman terbaik saya, Zamzam Suci Iqlimah, yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi, mendengarkan keluh kesah, tempat
berbagi kehaluan yang tidak ada ujungnya, tempat berbagi

vi
impian serta harapan yang selalu kami bicarakan setiap
bertemu, semoga segera terwujud dengan izin dan ridho Allah
SWT, aamiinnn. Saya harap, semoga kami tetap menjaga
silaturahmi dan tetap meluangkan waktu bertemu
12. Teman-teman seperjuangan grup Sayap Kiri (barisan duduk
sebelah kiri), terutama Ajeng Nurcitra yang sangat baik
terhadap saya, dengan memberikan bantuan mencari data
penelitian, selalu menyemangati disaat saya mengalami
kesulitan dalam menyusun skripsi, berbagi kehaluan disaat
skripsi kami tidak berjalan dengan baik, kehaluan yang kami
bicarkan memunculkan kembali semangat untuk mengerjakan
skripsi, mengingat impian yang harus terlealisasi. Semoga
harapan menjadi kenyatan tentunya dengan ridho Allah SWT.
Ahda Fitriyani, sosok manusia setia dari awal PBAK hingga
saat ini, yang sangat baik, selalu menyemangati ketika dilanda
rasa malas dan bosan, menghibur saya dengan tingkah
konyolnya, yang selalu menanyakan progres penyusunan
skripsi, serta semua hal yang pernah kami lalui. Selain itu,
Agustina Larasati, Mela Ganevi, Nadzma Nabila, Nungky
Ariani, Oke Juliane, Riri Febrianti, dan Zahara Adnani yang
menjadi teman sekaligus sahabat penulis dari awal mula
perkuliahan sampai akhir masa perkuliahan. Bersyukur sekali,
dipertemukan dengan mereka, karena membuat masa
perkuliahan menjadi berwarna. Bersama dengan mereka pula
dapat belajar proses pendewasaan, berbagi keluh dan kesah,
tertawa bersama, berbagi bekal makanan, saling
menyemangati, dan semua hal yang pernah kami lalui

vii
bersama serta semua kebaikan mereka yang tidak akan pernah
habis bila diceritakan pada secarik kertas
13. Yoga Fernandes, Sendy Septian Aziz, Baydhowi Abdul Majid,
Fernando Hisyam, serta Addinu Faqih. Terima kasih telah
memberikan kecerian selama masa pekuliahan dengan
berbagai macam cerita, berbagi keluh dan kesah saat akan
melaksanakan ujian hingga pusing “berjamaah”, makan
bersama di kelas kosong selepas jam mata kuliah pertama usai,
dan semua hal menyenangkan yang pernah dilalui. Saya harap,
pertemanan ini tidak akan berakhir dan tetap terjalin walaupun
nantinya kami akan sibuk dengan urusan masing- masing
14. Seluruh teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2017
yang telah menjadi bagian cerita selama masa perkuliahan
15. Kepada Vincent dan Desta yang selalu memberikan tawa
disetiap kehadirannya, disaat penulis mulai tidak semangat
dalam mengerjakan skripsi. Mereka hadir melalui platform
digital maupun televisi, yang kemunculanya sangat ditunggu-
tunggu oleh penulis. Karena, dengan kehadiran mereka yang
membawa kelucuan disetiap perilaku maupun tutur katanya,
penulis mendapati semangtnya kembali
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah memberikan doa dan motivasi sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan.

viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis mengaharapkan saran
maupun masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Demikianlah penyusunan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 05 November 2021

Nabella Martha Anisa

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 11
C. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 12
D. Tujuan Penelitian.................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 12
F. Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 15


A. Keberfungsian Sosial ............................................................. 15
1. Pengertian Keberfungsian Sosial..................................... 15
2. Faktor yang Memengaruhi Keberfungsian Sosial ........... 20
3. Faktor yang Memengaruhi Ketidakberfungsian Sosial ... 21
4. Aspek-aspek Keberfungsian Sosial ................................. 23
5. Segitiga Keberfungsian Sosial......................................... 26
6. Klasifikasi Keberfungsian Sosial..................................... 28
B. Dukungan Keluarga ............................................................... 29
1. Pengertian Keluarga ........................................................ 29
2. Tipe Keluarga .................................................................. 30
3. Fungsi Keluarga............................................................... 31
4. Pengertian Dukungan Keluarga ....................................... 33
5. Pengertian Dukungan Sosial............................................ 34
6. Aspek-aspek Dukungan Keluarga ................................... 36
7. Sumber Dukungan Sosial................................................. 38
8. Manfaat Dukungan Sosial ............................................... 39
C. Skizofrenia ............................................................................. 40
1. Pengertian Skizofrenia...................................................... 40
2. Gejala Skizofrenia ........................................................... 41

x
3. Jenis-jenis Skizofrenia ..................................................... 45
4. Faktor Penyebab Munculnya Skizofrenia........................ 48
D. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur ................... 48
E. Rehabilitasi Psikososial .......................................................... 50
1. Program Rehabilitasi Psikososial..................................... 52
2. Tujuan Rehabilitasi Psikososial ....................................... 53
F. Kerangka Teoritik.................................................................. 54
G. Hipotesis Penelitian ............................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................... 58


A. Pendekatan dan Desain Penelitian ......................................... 58
B. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 59
D. Sumber Data .......................................................................... 61
E. Variabel Penelitian ................................................................ 62
F. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian ................... 63
G. Instrumen Peneltian ................................................................ 65
H. Metode Pengumpulan Data.................................................... 67
1. Angket atau Kuesioner .................................................... 67
2. Observasi ......................................................................... 68
I. Teknik Pengolahan Data........................................................ 69
J. Uji Instrumen .......................................................................... 71
1. Uji Validitas ..................................................................... 71
2. Uji Reliabilitas ................................................................. 72
K. Teknik Analisis Data ............................................................. 74
1. Uji Normalitas Data ......................................................... 74
2. Uji Linearitas ................................................................... 75
3. Uji Heterokedastisitas........................................................ 76
4. Koefisien Korelasi ........................................................... 77
5. Koefisien Determinasi ..................................................... 78
6. Regresi Linear Sederhana................................................. 78
7. Uji t .................................................................................. 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............. 80


A. Hasil Penelitian ...................................................................... 80
1. Deskripsi Data Responden................................................ 80
2. Uji Instrumen .................................................................... 82
3. Deskripsi Variabel X dan Y ............................................. 90
4. Analisis Data .................................................................... 99
5. Uji Hipotesis ................................................................... 107

xi
B. Pembahasan .......................................................................... 108

BAB V PENUTUP .................................................................... 112


A. Kesimpulan ........................................................................... 112
B. Saran ..................................................................................... 113

DAFTAR ................................................................. 114


LAMPIRAN .............................................................................. 118

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skala Likert .................................................................... 66


Tabel 2 Blue Print Skala Dukungan Keluarga (sebelum uji
validitas) ...................................................................................... 66
Tabel 3 Blue Print Skala Keberfungsian Sosial (sebelum uji
validitas) ...................................................................................... 67
Tabel 4 Lembar kerja koding ...................................................... 70
Tabel 5 Tingkatan Reliabilitas berdasarkan nilai Cronbach Alpha
................................................................................................. 73
Tabel 6 Koefisien Korelasi .......................................................... 77
Tabel 7 Responden berdasarkan jenis kelamin ............................ 80
Tabel 8 Responden berdasarkan usia ........................................... 80
Tabel 9 Responden berdasarkan jenis pekerjaan yang pernah
dilakukan ..................................................................................... 81
Tabel 10 Hasil Uji Validitas Variabel X (Dukungan Keluarga) 83
Tabel 11 Uji Validitas Variabel Y (Keberfungsian Sosial).......... 85
Tabel 12 Uji Validitas Varibel X (Dukungan Keluarga) ............. 87
Tabel 13 Uji Validitas Variabel Y (Keberfungsian Sosial).......... 88
Tabel 14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Dukungan Keluarga)
....................................................................................................... 89
Tabel 15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Keberfungsian Sosial)
....................................................................................................... 90
Tabel 16 Variabel X (Dukungan Keluarga) ................................. 90
Tabel 17 Aspek Dukungan Keluarga........................................... 93
Tabel 18 Variabel Y (Keberfungsian Sosial) ............................... 94
Tabel 19 Aspek Keberfungsian Sosial......................................... 97
Tabel 20 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof-smirnov .................. 99
Tabel 21 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
montecarlo.Sig ........................................................................... 100
Tabel 22 Hasil Uji Linearitas ..................................................... 101
Tabel 23 Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................ 102
Tabel 24 Hasil Uji Koefisien korelasi ........................................ 103
Tabel 25 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................. 105
Tabel 26 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana............................ 106
Tabel 27 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ........................................... 107

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Segitiga keberfungsian sosial .................................... 27


Gambar 2 Histogram data normal................................................ 75

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan, dimana seseorang dapat
mengelola emosionalnya dengan baik, sehat secara psikologis,
menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat disekitarnya,
mampu mengatasi masalah yang muncul, serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain.1 Kesehatan jiwa
dipengaruhi oleh berbagai macam komponen2, diantaranya di
dalam diri individu terdapat nilai dan tujuan hidup, yang artinya
individu tersebut dapat bekerja secara mandiri dan kooperatif,
individu berusaha untuk mengoptimalkan potensi diri dengan
berusaha sebaik mungkin untuk melewati berbagai macam
rintangan yang akan dihadapi di kemudian hari dengan tetap
berpikiran positif, individu diharapkan mengetahui kelebihan serta
kekurangannya, dan individu dapat bangkit dari kegagalan. Selain
itu juga, komponen kesehatan jiwa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu faktor individu, meliputi sistem biologis, mempunyai
keselarasan hidup, kemampuan bertahan hidup, menemukan arti

1
Videbeck, Sheila L. 2008. Psychiatric Mental Hralth Nursing, (4th Ed).
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, h. 4
2
Ibid, h. 4

1
2

kehidupan, kebahagiaan atau memiliki kemampuan


mengendalikan emosi dengan baik, spiritualitas dan memiliki
konsep diri yang positif. Faktor interpersonal, meliputi
kemampuan berkomunikasi dengan baik, mempunyai rasa empati,
dan keakraban. Faktor sosial dan budaya, meliputi dapat
berinteraksi dengan masyarakat, mempunyai pekerjaan, serta
mendukung keberagamaan individu.3
Menurut kesehatan jiwa, seorang individu dikatakan sakit jika
Ia mengalami kendala dalam menjalankan keberfungsian
sosialnya, sehingga orang itu kurang mampu bertingkah normal di
lingkungan tempat tinggalnya, di sekolah maupun di kampus, di
tempat kerja, serta di lingkungan sosialnya.4 Seseorang yang
mengalami ketidakberfungsian sosial secara normal di dalam
kehidupan sehari-hari menandakan orang tersebut mengalami
gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan ditandai dengan
munculnya stressor psikososial.
Stressor psikososial merupakan kondisi yang diakibatkan
karena tekanan yang dialami oleh individu yang bersangkutan.
Sehingga, individu tersebut harus melakukan adaptasi untuk
mengatasi stressor (tekanan) yang timbul.5 Namun, tidak semua
orang dapat beradaptasi dengan baik dan mampu mengatasinya,
ketidakmampuan tersebut akan berdampak pada kesehatan jiwa
seseorang yang dapat menimbulkan gangguan kejiwaan dari yang
ringan hingga berat. Contoh gangguan jiwa ringan, yaitu depresi,
cemas, murung

3
Ibid, h.4
4
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 5
5
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 30-31
3

(tetapi tidak mengalami halusinasi dan delusi) serta contoh


gangguan jiwa berat, yaitu menurunnya kemampuan berpikir
kognitif, afektif, psikomotorik, serta yang paling terberat
menyebabkan ketidakmampuan untuk membedakan imajinasi
dengan realitas (kenyataan).
Salah satu jenis gangguan jiwa yang dialami penduduk di
Indonesia yaitu Skizofrenia. Skizofrenia berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu schistos (terbelah) dan
phren (otak) yang artinya, skizofrenia berarti otak yang terbelah
atau kepribadian terbelah.6 Skizofrenia merupakan penyakit,
dimana penderitanya mengalami gangguan pada proses berpikir
dan gangguan emosional, yang dapat mempengaruhi perilakunya.7
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
III) menjelaskan, skizofrenia adalah suatu penyakit dengan
berbagai macam penyebab yang dapat mengakibatkan pengaruh
genetik, fisik, sosial, dan budaya.8 Sementara itu, Yusuf
menjelaskan bahwa skizofrenia ditandai dengan gejala gangguan
jiwa berat seperti halusinasi, waham (tidak memilik dasar dalam
realitas), perilaku yang tidak terduga, serta pembicaraan yang tidak
terarah.9 Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
skizofrenia merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi otak

6
Yudhantara, Surya dan Ratri Istiqomah. 2018. Sinopsis Skizofrenia untuk
Mahasiswa Kedokkteran. Malang: UB Press, h.2
7
Videbeck, Sheila L. 2008. Psychiatric Mental Hralth Nursing (4th Ed).
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, h. 268
8
Hadiati, T. (2019). Hubungan Antar Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kualitas
Hidup Penderita Skizofrenia. JNH (Journal of Nutrition and Health), Vol.7
No. 2, e-ISSN: 2622-8483, 12-18
9
Yusuf, AH dkk. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media, h. 11
4

sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial serta dapat


menimbulkan gejala, salah satunya waham dan halusinasi.
Diagnosis skizofrenia terjadi pada saat remaja akhir dan dewasa
awal. Saat memasuki usia 15 sampai 25 tahun terjadi pada pria dan
25 sampai 35 tahun terjadi pada wanita.10
Skizofrenia atau gangguan kejiwaan menjadi salah satau dari
ke empat masalah kesehatan, selain penurunan fungsi organ tubuh,
kanker, serta kesehatan yang terdapat di negara maju, modern, dan
industri.11 Di Indonesia sendiri, penderita gangguan jiwa
skizofrenia masih belum sepenuhnya mendapatkan perawatan
dengan baik. Hal ini, disebabkan karena enam provinsi di
Indonesia diantaranya Gorontalo, Kalimantan Barat, Kepulauan
Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, serta Papua Barat belum
memilik fasilitas Rumah Sakit Jiwa yang memadai.12
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) jumlah
kasus yang terkena gangguan jiwa berat skizofrenia meningkat dari
presentase 1,7% di tahun 2013 menjadi 7% di tahun 2018.13 Hal
tersebut dapat terlihat dari meningkatnya jumlah kasus gangguan
kejiwaan disetiap rumah tangga. Terdapat peningkatan jumlah
menjadi 7 permil rumah tangga, artinya per 1000 rumah tangga

10
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (Renata
Komalasari, Terjemahan). Jakarta: EGC, h. 348
11
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 4
12
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Riskesdas 2018, h. 4
13
Yusuf, AH dkk. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media, h. 17
5

terdapat 7 rumah tangga dengan Orang Dengan Gangguan


Kejiwaan (ODGJ), sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450
ribu ODGJ berat.14
Dahulu, masyarakat beranggapan bahwa penderita skizofrenia
disebabkan karena kerasukan setan akibat tingakah laku individu
tersebut tidak sesuai dengan norma agama dan sosial.15 Anggapan
tersebut, lantas masih dipercaya hingga saat ini, bahwa skizofrenia
merupakan gangguan atau “penyakit” yang disebabkan oleh hal
yang berada diluar nalar manusia dan pengidapnya dianggap
sebagai “orang gila”. Minimnya pengetahuan dari masyarakat
sekitar menjadikan penderita skizofrenia mendapat pandangan
(stigma) yang negatif. Masyarakat menganggap penderita
skizofrenia merupakan aib bagi keluarga, sehingga penderitanya
tidak diperbolehkan untuk keluar rumah bahkan beberapa daerah
di Indonesia memperlakukan penderita dengan cara dipasung.16
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) pemasungan
yang dilakukan kepada penderita skizofrenia di daerah pedesaan
pada tahun 2013 mendapat presentase sebesar 18,2% sedangkan di
perkotaan sebesar 10,7% dan di tahun 2018 pemasungan di
pedesaan turun menjadi 17,7% dan di perkotaan 10,7%.17

14
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (Infodatin). 2019, h.4
15
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (Renata
Komalasari, Terjemahan). Jakarta: EGC, h. 351
16
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h.5
17
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (Infodatain). 2019, h. 4
6

Pasien skizofrenia menarik untuk diteliti, karena masih


terdapat permasalahan yang dialami oleh pasien, baik yang sedang
melakukan perawatan di rawat inap maupun yang sedang
melakukan perawatan dengan rawat jalan di Rehabilitasi
Psikososial begitupun dengan orang tua pasien, masih ada yang
belum sepenuhnya memberikan dukungan. Pasien skizofrenia
dapat kembali ke rumah tergantung keparahan penyakit yang
diderita dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.18
Sekembalinya pasien ke rumah, mendatangkan permasalahan baru,
yaitu pasien dilarang keluar rumah dan tingkah laku pasien diawasi
dengan sikap curiga, sedangkan ketika berada di lingkungan
masyarakat, pasien cenderung diam dan mau berbicara apabila
diajak berbicara.19 Permasalahan lainnya, tidak jarang pasien
mendapat perlakuan diskriminasi dari masyarakat sekitar.
Diskriminasi maupun stigma dari masyarakat memberi dampak
terhadap perilaku yang ditunjukkan pasien, meskipun pasien
merupakan anggota masyarakat tetapi ketika pasien tersebut di
diagnosis mengidap gangguan jiwa, hal tersebut dianggap sebagai
beban karena pasien skizofrenia tidak lagi produktif akibat
penurunan fungsi sosialnya, karena ketidakmampuan untuk
menjalankan peran sosialnya di lingkungan sekitar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa disriminasi yang dialami oleh
pasien skizofrenia dapat menghambat keberfungsian sosialnya.

18
Ambari, Prinda Kartika Mayang. 2010. “Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca
Perawatan di Rumah Sakit. Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro:
Semarang
19
Maghfiroh, L., & Khamida, K. (2015). Peran Keluarga dalam Peningkatan
Kemampuan Interaksi Sosial Bermasyarakat Klien Skizofrenia Pasca
Perawatan di Rumah Sakit. Journal of Health Sciences, 8(1), 106-113
7

Keberfungsian sosial didefinisikan sebagai kemampuan


seseorang dalam melaksanakan peran sosialnya di masyarakat
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.20 Hal senada juga
diungkapkan oleh Achlis, keberfungsian sosial merupakan
kemampuan individu dalam menjalankan peran sosialnya dengan
menciptakan nilai diri yang positif yang dapat bermanfaat untuk
masyarakat.21 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa seseorang berhasil dalam menjalankan keberfungsian
sosialnya jika dapat melaksanakan peran sosialnya di masyarakat
dengan kontribusi yang positif.
Keberfungsian sosial yang dialami oleh pasien skizofrenia
tidak berjalan dengan baik, hal ini menjadikan pasien memiliki
keterbatasan dalam menjalankan aktivitasnya, seperti merawat diri,
bersosialisasi, bekerja, sekolah, dll. Ketidakberfungsian sosial
pasien juga ditunjukkan pada masa pengobatan dengan rawat jalan
di Rehabilitasi Psikososial. Pasien mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan yang diberikan, seperti berlarian untuk
menghindari kegiatan, tidak menjalankan perintah sesuai dengan
yang ditugaskan, serta asik mengobrol dengan temannya.
Disamping itu, salah satu faktor yang menyebabkan
ketidakberfungsian sosial pasien skizofrenia ditunjukkan dengan

20
Huraerah, Abu. (2013). Strategi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. ISSN 1693-2358
21
Achlis. 2011. Praktek Pekerjaan Sosial 1. Bandung: Kopma, h. 34
8

ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat yang telah diberikan.


Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender (yang selanjutnya akan ditulis RSJIK) dalam penelitian
yang dilakukan oleh (Putri, 2016), berdasarkan data dari tahun
2014 - bulan Agustus 2015 terdapat penderita yang mengalami
kekambuhan, karena ketidakpatuhan dalam menjalani
pengobatan.22 Kepatuhan pasien dalam meminum obat dan
pengobatan secara berkala, menjadi faktor penting untuk
mengembalikan keberfungsian sosial pasien. Dikarenakan, jika
pasien tidak rutin minum obat dapat menimbulkan kekambuhan
yang menyebabkan munculnya kembali halusinasi, delusi, serta
waham yang mana hal ini dapat memperlambat proses kembalinya
keberfungsian sosial pasien.
Ketidakberfungsian sosial yang dialami oleh pasien skizofrenia
tidak serta merta menjadikan mereka sebagai manusia yang paling
tidak berguna, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan
Allah yang lain. Manusia memiliki akal, manusia memiliki hati
nurani dan perasaan, serta manusia dapat berinovasi dalam
menciptakan penemuan baru. Sebagaimana yang telah Allah
firmankan dalam QS At-Tin ayat 4 23:

ِْ ‫لََق ْد خلَ ْقنَا‬


ٓ‫اْلنْ َسا َن ِ ْفٓ اَ ْح َس ِن تَ ْق ِوْمي‬ َ

22
Putri, Fuziyah Kartika. 2016. “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Ketidakpatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Pada RS Islam
Jiwa Klender. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah
Jakarta: Jakarta
23
Quran Kemenag. 2021. Diakses pada 10 April 2021 pukul 21.00 dari
https://quran.kemenag.go.id/sura/95
9

Artinya:
“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Serta dijelaskan juga di dalam QS Al-Isra ayat 7024:

ِ ‫ولََق ْد َكَّرمنَا ب ِن اٰدم و ََح ْلنٰهم ِف الْ رب والْبح ِر ورزقْ نٰهم رمن الطَّيرٰب‬
‫ت‬ َ ْ ُ ََ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ
ِ ‫ض ْلنٰهم ع ٰلى َكثِ مْي رِّمَّن خلَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضْي ًل‬ َ ْ ْ َ ْ ُ َّ َ‫َوف‬

Artinya:
“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.

Berdasarkan terjemahan surat At-Tin ayat 4 dan surat Al-Isra


ayat 70, bahwa setiap manusia memiliki kelebihannya masing-
masing termasuk pasien skizofrenia, walaupun mengalami
ketidakberfungsian sosial tetapi mereka juga memiliki kelebihan.
Contohnya, pasien RSJIK memiliki kelebihan dalam melukis serta
membuat kerajinan tangan.

Faktor lain yang menyebabkan ketidakberfungsian sosial


pasien skizofrenia, yaitu kurangnya dukungan dari pihak keluarga.
Pasien yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dalam
menjalankan perawatan dengan rawat jalan akan lebih sering
menyendiri, karena beranggapan bahwa tidak ada yang
memperdulikannya.

24
Quran Kemenag. 2021. Diakses pada 10 April 2021 pukul 21.00 dari
https://quran.kemenag.go.id/sura/17/70
10

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan antar


keluarga, sahabat, rekan kerja, dan kekasih yang dapat mencegah
seseorang dari pengaruh stress yang buruk25. Keluarga merupakan
orang terdekat pasien yang menjadi support system utama, karena
pengaruhnya sangat besar dalam membantu memulihkan
kesehatan pasien. Keluarga juga merupakan sumber daya yang
penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dikarenakan,
dengan adanya keluarga, pasien mendapat perawatan kesehatan
yang terbaik, mendapat kasih sayang, serta mendapat fasilitas
untuk kebutuhan spiritual dan mental pasien.26 Adanya dukungan
keluarga akan memberikan kekuatan dan menciptakan suasana
saling memiliki.
Berdasarkan informasi yang ada di RSJIK sebagian pasien
skizofrenia yang berada di Rehabilitasi Psikososial masih kurang
mendapat dukungan keluarga. Hal senada juga ditunjukkan saat
dilakukan pengamatan (observasi), ketika sedang berlangsunnya
proses assessment yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Medis
(PSM), dimana orangtua pasien kurang memahami bentuk
dukungan keluarga yang dibutuhkan oleh pasien untuk
meningkatan fungsi sosialnya, sehingga membuat pasien
skizofrenia sulit untuk berinteraksi dengan sesama temanya. Hal
yang sama juga dialami pasien ketika setibanya di rumah, pasien
kurang diperhatikan oleh pihak keluarga dengan tidak
mengajaknya berinteraksi, tidak merutinkan jadwal minum obat,

25
PH, L., Hermanto, H., & Pratama, N. (2018). Dukungan Keluarga
dengan Perawatan Diri pada Pasein Gangguan Jiwa di Poli Jiwa.
Jurnal KesehatanManarang, 4(1), 11-17.
26
Ibid, 11-17
11

tidak mengantar pasien ke Rehabilitasi Psikososial RSJIK, serta


orangtua yang tidak peduli dengan perawatan pasien. Kurangnya
dukungan keluarga inilah yang menjadi faktor penurunan fungsi
sosial pasien skizofrenia dalam mengembalikan keberfungsian
sosialnya di masyarakat. Akibat dari kurangnya dukungan
keluarga, pasien merasa malu untuk berinteraksi dengan orang
lain, tidak pandai mengurus diri.
Jika melihat informasi pasien RSJIK, pengaruh dukungan
keluarga untuk mengembalikan keberfungsian sosial pasien sangat
penting dilakukan. Karena, jika pihak keluarga memberikan
pengaruh yang baik dalam dukungan keluarga, pasien skizofrenia
akan merasa lebih aman dan nyaman serta menjadi percaya diri
ketika harus berinteraksi kepada masyarakat sekitar. Manfaat dari
dukungan keluarga ini dapat membuat pasien skizofrenia lebih
percaya diri ketika berhadapan dengan masyarakat sekitar dan
mendorong untuk berinterkasi. Tanpa pengaruh dukungan
keluarga yang baik, pasien akan mengalami kesulitan untuk
mencapai keberfungsian sosialnya. Penelitian ini dilakukan utnuk
mengetahui Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial Rumah Sakit Jiwa IslamKlender Jakarta Timur.

B. Identifikasi Masalah
1. Stigma masyarakat terhadap pasien skizofrenia
2. Pemasungan pasien skizofrenia
3. Diskriminasi yang masih dilakukan oleh masyarakat
terhadap pasien skizofrenia
4. Pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian
sosial pasien skizofrenia
12

C. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi
pada pengaruh dukungan keluarga terhadap keberfungsian
sosial pasien skizofrenia
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian
Sosial Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Paikososial
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan uji teoritik Pengaruh
Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Pasien
Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana
akademik keilmuan Kesejahteraan Sosial, khususnya
mengenai pengaruh variabel dukungan keluarga terhadap
keberfungsian sosial pada pasien rehabilitasi skizofrenia.
2. Manfaat Praktis
a. Secara khusus, menjadi informasi bagi keluarga pasien
bahwa dukungan keluarga menjadi faktor berpengaruh
13

bagi penderita skizofrenia dalam proses keberfungsian


sosial. Dukungan tersebut meliputi: kasih sayang,
memahami kondisi pasien, mengajak berinteraksi,
melakukan aktivitas bersama, dll.
b. Secara umum, menjadi informasi bahwa jika ada
anggota masyarakat yang mengalami gangguan
psikologis tersebut maka perlu mendapat dukungan dan
perhatian, diterima dengan baik, tidak dikucilkan, serta
dilibatkan dalam kegiatan masyarakat tersebut.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu


Berikut ini merupakan penelitian yang menjadi bahan rujukan:
1. Judul jurnal: Sefrina, F. (2016). Hubungan Dukungan
Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Rawat Jalan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan
(University of Muhammadiyah Malang). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara dukungan keluarga
dengan keberfungsian sosial pasien skizofrenia.
Perbedaannya terletak pada pembahasan kesimpulan dari
masing-masing aspek yang terdapat pada teori yang
digunakan sebagai variabel X dan variabel Y
2. Judul Jurnal: Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020).
Dukungan Keluarga Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
Pasien Skizofrenia. Penelitian ini menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien skizofrenia.
14

Persamaan berdasarkan jurnal ini, terletak pada variabel


bebas yaitu dukungan keluarga dan perbedaannya terletak
pada variabel terikat.
3. Judul skripsi: Samudra, Arris Dita. 2018. “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri
Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun”. Keperawatan: Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun. Pada penelitian ini, hubungan yang dihasilkan dari
dukungan keluarga dengan kemandirian pasien skizofrenia
dikategorikan baik dengan adanya hubungan dan
signifikan. Persamaan berdasarkan skripsi ini untuk
mengetahui hubungan yang dihasilkan. Perbedaannya,
yaitu menjabarkan aspek dukungan keluarga yang paling
sering digunakan orangtua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keberfungsian Sosial
1. Pengertian Keberfungsian Sosial
Keberfungsian sosial merupakan suatu kemampuan
seseorang dalam melaksanakan peran sosialnya di
masyarakat yang didasari oleh nilai-nilai masyarakat. Nilai
digambarkan sebagai perilaku yang diyakini individu
dalam membuat keputusan maupun tindakan dalam
menentukan sebuah pilihan.27 Nilai juga berfungsi sebagai
pedoman untuk berperilaku dalam lingkungan masyarakat,
sedangkan peran merupakan seperangkat tingkah laku yang
harus dilakukan seseorang, kelompok, atau masyarakat
pada posisi tertentu.28
Disamping itu, keberfungsian sosial mengarahkan pada
tindakan yang dilakukan individu atau suatu kelompok
untuk menjalankan tugas dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Sebagimana yang diungkapkan oleh Baker,
Doubois, dan Milley bahwa keberfungsian sosial sangat
erat kaitannya dengan pemenuhan tanggung jawab yang
dilakukan seseorang terhadap masyarakat umum,

27
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5). Jakarta: EGC, h. 326
28
Ibid, h. 298

15
16

lingkungan terdekat, dan dirinya sendiri.29 Tanggung jawab


tersebut meliputi, individu berusaha semaksimal mungkin
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, membantu
memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga yang menjadi
tanggungannya, dan bersikap positif dalam menyesuaikan
diri di lingkungan masyarakat.
Menurut Skidmore, Thackeray, dan Farley social
functioning to be important reason of social work and
intervention become seen, becase the enhancement of
socialfunctioning30, Keberfungsian sosial merupakan
keberhasilan seseorang dalam menjalani peran sosialnya di
lingkungan masyarkat, seperti lingkungan pendidikan,
keagamaan, keluarga, politik, pelayanan sosial, dll31.
Menurut Suharto, dkk keberfungsian sosial ditunjukkan
melalui kemampuan seseorang, seperti diri sendiri,
keluarga, kelompok atau masyarakat, dan juga sistem sosial

29
Dobouis dan Miley. 1992. Social Work, an Empowering Profession.
Massachusetts: Allyn and Bacon, h. 14
30
Farley, O dkk. 1991. Introduction to Social Work. New Jersey: Prentice Hall
International Inc, h. 19
31
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarkat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama, h. 28
17

seperti lembaga dan jaringan sosial dalam memenuhi atau


merespon kebutuhan dasar, menjalankan peran sosial, dan
menghadapi tekanan.32 Fungsi sosial merupakan suatu
konsep yang berkaitan dengan profesi pekerjaan sosial
yang berfokus pada manusia dan lingkungannya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Morales dan Sheafor,
Social function is a useful idea, due to human beings and
the forces of the surroundings. It indicates that someone
brings to a scenario a set of behaviors, desires, and
idealswhich are the result of his or her precise reviews from
birth, but he additionally acknowledges that something is
introduced into the scenario ought to relate to the world in
which the character is handling it. In transactions among
that person and components of that individual's global,
thebest of life may be more suitable or damaged.33
Pengertian keberfungsian sosial juga diungkapkan oleh
Siporin, bahwa social functioning refers back to the
individuals or collectivities (families, institutions,
communities, and so on) behave with the intention to carry
out their life assignment and meet their needs34. Fungsi
sosial mengacu pada cara individu melaksanakan tugas
hidup mereka dan bagaimana individu tersebut
memenuhinya.

32
Ibid, h. 28
33
Fahrudin, Adi. 2018. Perspektif Biopsikososial untuk Assesmen
Keberfungsian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, h. 18
34
Ibid, h. 17
18

Menurut Karls&Wandrei; Longres, seseorang dikatakan


memiliki fungsi sosial yang positif apabila individu mampu
menangani tugasnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
dalam menjalankan peran sosialnya di masyarakat dan
memiliki kemampuan untuk mengatasi tuntutan yang ada
di lingkungannya. Dengan fungsi sosial yang positif,
individu dapat dengan mudah beradaptasi dan mampu
mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga mampu
memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain.35
Menurut Faul, keberfungsian sosial didefinisikan sebagai
social functioning pertains to the behavioral styles of the
man or woman in the distinct roles and machine that the
character bureaucracy part of his environment. The man or
woman reacts with congruence among the 4 dimensions of
his inner global situations in his environment. The man or
woman reports himself and his international awesome
ranges that relate to achievement, satisfactions, and
expectation on the only hand to frustrations, pressure, and
helplessness on the other hand. Optimum social functioning
assumes that the effective forces might be stronger than the
regressive forces. The social functioning of the man or
woman usually

35
Ibid, h. 11
19

takes region in a particular time body this is incorporated


with the developmental section wherein the man or woman
is functioning.36 Definisi tersebut menunjukkan enam
indikator keberfungsian sosial, yaitu:
a. Indikator positif :
1) Pencapaian. Individu yang dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, seperti mendapatkan tempat
tinggal, memperoleh makan, serta dapat
menjalankan peran sosialnya di masyarakat
merupakan pencapaian keberfungsian sosial
seorang individu
2) Kepuasaan. Individu yang telah menjalankan peran
sosialnya dengan baik di lingkungan masyarakat,
memiliki tanggung jawab terhadap orang lain dan
telah memperoleh kepuasan diri atas tugas-tugas
yang telah dijalankan
3) Pengharapan. Dengan adanya keberfungsian sosial
yang positif, setiap individu berharap dapat
bermanfaat dan dapat berkontribusi di lingkungan
masyarakat.
b. Indikator negatif :
1) Stress. Hal ini disebabkan, karena seorang individu
yang tidak dapat menyeimbangkan tuntutan
lingkungan dan kemampuan mengatasi masalah

36
Ibid, h. 12
20

2) Kekecewaan. Hal ini dapat terjadi, jika seorang


individu tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan juga akibat dari kelemahan
keberfungsian sosial internalnya, seperti tidak dapat
mengatasi masalahnya.
3) Ketidakberdayaan. Individu yang memiliki
kekurangan sumber-sumber internal, seperti
kurangnya dukungan keluarga maupun kurangnya
rasa semangat dalam diri individu, menjadikan
seseorang tersebut memiliki harapan yang semu,
tidak memiliki motivasi untuk menjalani hidup, dan
juga tidak terpenuhinya kebutuhan psikis. Hal
tersebut dapat menjadikan individu memiliki
ketidakberdayaan dalam dirinya.
Dengan demikian, keberfungsian sosial merupakan suatu
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya sesuai dengan peran sosialnya serta mampu
berkontribusi positif untuk lingkungan masyarakat.

2. Faktor yang Memengaruhi Keberfungsian Sosial.


a. Individu dapat menjalankan peranannya dengan baik.
Peran adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang
harus dilakukan seseorang di dalam lingkungan
masyarakat. Dalam hal ini, individu diharapkan mampu
menjalankan peranannya untuk diwujudkan secara
nyata. Seperti peran sosial sebagai ayah, sebagi suami,
sebagai anggota masyarakat, dan sebagai pegawi.
21

Setiap individu dapat menjalankan dua atau lebih peran


di lingkungannya.
b. Individu memiliki tanggung jawab terhadap orang lain.
Individu mampu berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat, orang lain dapat mempercayainya, dan
berupaya membuat orang lain dan dirinya sendiri
berada di dalam keadaan yang baik
Individu memperoleh kepuasaan diri dalam
penampilan, pekerjaan, serta pelaksanaan tanggung
jawabnya. Individu memperoleh hasil atas pencapaian
yang telah dilakukannya. Disamping itu juga, merasa
puas atas kerjasama tim di dalam pekerjaannya.
c. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Meskipun manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, tetapi
manusia juga dapat melakukan kemandirian yang
dilakukan sendiri untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Seperti menjaga kebersihan tempat tinggal
maupun menjaga kebersihan tubuh, pemenuhan
kebutuhan makan, dll.37

3. Faktor yang Memengaruhi Ketidakberfungsian Sosial


a. Kurangnya sumber-sumber internal.
Kurangnya sumber-sumber internal mengakibatkan
tidak adanya gambaran impian yang akan diwujudkan,
kebutuhan fisik dan psikis tidak terpenuhi, serta

37
Fahrudin, Adi. 2018. Perspektif Biopsikososial untuk Assesmen
Keberfungsian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, h. 13
22

memiliki ketidakberdayaan. Sumber-sumber internal


tersebut berasal dari tidak adanya dukungan keluarga
berupa dorongan semangat dan motivasi serta tidak
adanya dorongan semangat dalam diri individu
b. Pengaruh lingkungan yang negatif
Perkembangan kemajuan teknologi membuat
ketidakseimbangan antara individu ketika
menerimanya. Keterbatasan individu dalam menerima
kemajuan teknologi, mengakibatkan individu tersebut
merasa sulit dalam memilih dan memilah dampak
negatif yang dapat ditimbulkan
c. Faktor personal dan lingkungan
Gabungan dari faktor tersebut mengakibatkan dampak
bagi keberfungsian sosial seseorang. Hal ini,
dikarenakan faktor personal (gangguan kesehatan,
individu mengalami rasa kedukaan yang berat, serta
frustasi) dapat membuat seseorang menjadi
menyendiri, tidak ingin berinteraksi, serta menarik diri
dari lingkungan.38
Individu yang mengalami ketidakberfungsian sosial
berada di dalam keadaan yang kurang normal atau
ketidakmampuan untuk melaksanakan peran sosial.39
Sebab, seseorang berada dalam keadaan normal jika

38
Ibid, h. 14
39
Raharjo, Santoso dkk. 2015. Pengantar Pekerja Sosial. Bandung; Unad Press,
h. 100
23

mampu menjalankan peran sosialnya dan dapat


berkontribusi di lingkungan masyarakat. Disamping
menjalankan peran sosialnya, manusia memerlukan
pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis. Sebagaima
yang diungkapkan oleh Maslow dalam Lfe, bahwa
terdapat lima tingkatan kebutuhan hidup manusia yaitu
kebutuhan psikologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk
dihargai, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi diri40
untuk meningkatakan keberfungsian sosial seseoarang
dapat ditunjukkan dengan mengurangi stress dan
menurunkan ketidakberfungsian yang ada pada dirinya.

4. Aspek-aspek Keberfungsian Sosial


Aspek-aspek keberfungsian sosial, menurut Suharto41 yaitu:
a. Memenuhi atau merespon kebutuhan dasarnya.
Kebutuhan dasar setiap individu adalah segala sesuatu
yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
mempertahankan hidupnya. Dimulai dari kebutuhan
yang harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu kebutuhan
fisiologis dasar, seperti sandang dan papan. Kebutuhan
untuk mendapatkan keamanan. Kebutuhan akan kasih
sayang dan rasa memiliki, dalam hal ini manusia akan
terlibat dalam

40
Fahrudin, Adi. 2018. Perspektif Biopsikososial untuk Assesmen
Keberfungsian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, h. 14
41
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarkat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:
PT Refika Aditama, 28
24

persahabatan, kekeluargaan, dan hubungan sosial.


Kebutuhan akan kasih sayang menjadi penting bagi
manusia supaya individu tersebut merasa dicintai dan
terhindar dari depresi atau kesepian. Kebutuhan akan
penghargaan, individu yang telah melakukan kontribusi
positif di masyarakat, cenderung menginginkan
pengakuan untuk memenuhi egonya. Kebutuhan
aktualisasi diri, berkaitan dengan mengasah
kemampuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dengan cara mengembakan potensi yang ada pada
dirinya
b. Melaksanakan peran sosial sesuai dengan status dan
tugas-tugasnya.
Peran adalah gambaran tindakan yang ditunjukkan
seseorang terkait dengan posisi sosialnya. Peran adalah
tindakan yang diperlihatkan seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat untuk menggambarkan
posisinya pada sistem sosial.42 Setiap individu dapat
menempati dua kedudukan dalam menjalankan
peranannya, seperti seorang suami yang menempatkan
dirinya tidak hanya sebagai ayah, tetapi juga sebagai
karyawan dan sebagai kepala rumah tangga.
Ralph Linton mengemukakan bahwa, peran atau posisi
merupakan aspek dinamis (status). Peranan individu
dihasilkan dari keseimbangan antara hak dan kewajiban

42
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5). Jakarta: EGC, h. 298
25

yang telah dijalankan sesuai dengan statusnya. Dengan


demikian peran dan status tidak dapat terpisahkan,
karena saling berkaitan satu sama lain.43 Tidak ada
status tanpa peran atau sebaliknya tidak ada peran tanpa
status. Peran adalah tingkah laku yang mengatur
seseorang sesuai dengan aturan yang terdapat di
masyarakat. Misalnya, individu menerapkan aturan
yang telah ditetapkan, memperhatikan lingkungan
sekitar, bekerjasama dengan orang lain, dan
bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan.
c. Menghadapi tekanan dan goncangan (masalah
psikososial serta krisis ekonomi)
Individu sering dihadapkan pada tekanan dan
goncangan, baik yang bersumber dari dalam diri
maupun dari luar. Salah satu tekanan yang paling sering
ditampilkan oleh individu, yaitu stress. Stress adalah
respons atau tanggapan dalam diri individu, ketika
individu tersebut mendapat ancaman ataupun tekanan
dari orang disekitarnya yang dapat mengakibatkan
perubahan emosional.44 Stress dapat terjadi karena
adanya ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi
keadaan diluar batas kemampuannya. Misalnya,
hubungan keluarga yang tidak baik dan banyak

43
Linton, Ralph. 1936. The Study of Man An Introduction: new York: D.
Appleton Century Company Inc, h, 114
44
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan). Jakarta:
EGC, h. 429
26

menimbulkan masalah.45 Oleh sebab itu, di dalam


menghadapi masalah-masalah berupa tekanan dan
goncangan diperlukan sikap untuk mengatasi masalah
yang terjadi, kemampuan dalam mencari alternatif lain
untuk mengatasi masalah, sikap menerima pendapat
orang lain, kerjasama dalam memecahkan masalah, dan
sikap keterbukaan terhadap orang lain.

5. Segitiga Keberfungsian Sosial


Keberfungsian sosial merupakan hasil dari aktivitas
individu dalam melakukan interaksi dengan sekelilingnya.
Keberfungsian sosial berkembang apabila individu-
individu merasa puas akan peran dalam kehidupannya,
merasa puas akan dirinya sendiri (perasaan menghargai diri
sendiri) serta puas akan hubungannya dengan orang lain.46
Ketiga hal tersebut digambarkan dengan segitiga
keberfungsian sosial yang mana ketiganya merupakan satu
komponen yang saling terkait satu sama lain.

45
Ibid, h. 429
46
Skidmore, Rex A dkk. 1991. Introduction to Social Work. New Jersey:
Prentice Hall International Inc, h. 19
27

Kepuasan akan peran- Hubungan Positif


peran kehidupannya dengan Orang lain
(Satisfaction with roles (Positives
in life) relationships with
Segitiga others)
keberfungsian
sosial

Kepuasan terhadap dirinya sendiri


(Feelings of Self Worth)

Gambar 1 ( Segitiga keberfungsian sosial)

a. Kepuasan terhadap dirinya sendiri


Individu merasa puasa terhadap dirinya, jika individu
dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki, menghargai diri sendiri atas pencapain yang
diterima, serta dapat menerima kegagalan
b. Kepuasan akan peran-peran kehidupannya
Individu dapat menjalankan peran di lingkungan
masyarakat dengan cara berkontribusi melakukan hal-
hal positif
c. Hubungan Positif dengan Orang lain
Dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan
sekitar, dianjurkan untuk menjaga hubungan yang
positif. Hal ini, dapat meningkatkan keberfungsian
sosial karena adanya interaksi yang diciptakan.
28

6. Klasifikasi Keberfungsian Sosial


Terdapat 3 klasifikasi keberfungsian sosial, diantaranya47 :
a. Keberfungsian sosial adaptif
Keberfungsian sosial adaptif menunjukkan
kemampuan sistem sosial dalam menggunakan sumber
personal, interpersonal, dan institusional ketika
dihadapkan pada permasalahan, isu, dan kebutuhan.
Suatu sistem dikatakan adaptif, jika mampu memahami
permasalahan serta dapat mengatasinya
b. Keberfungsian sosial rentan atau populasi yang
beresiko (at risk populations)
Terjadi karena ketidakmampuan masyarakat dalam
mengatasi dampak yang kurang menguntungkan akibat
keadaan individu maupun lingkungan yang tidak
mendukung serta mempunyai dampak yang tidak baik
terhadap keberfungsian sosial mereka. Seperti
pengangguran, penyalahgunaan napza, serta bencana
c. Keberfungsian sosial tidak adaptif (maladaptive social
functioning)
Berkurangnya kemampuan sistem sosial dalam
beradaptasi, sehingga tidak mampu menjalankan
fungsinya dan tidak memiliki inisiatif untuk mengatasi
perubahan. Seperti konflik dalam keluarga.

47
Dobouis dan Miley. 1992. Social Work, An Empowering Profession.
Massachusetts: Allyn and Bacon, h. 14-16
29

B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Duvall, Keluarga adalah sekelompok orang
berdasarkan hubungan pernikahan, hubungan darah, dan
adopsi, yang berusaha menjalin sebuah ikatan sesuai
dengan peran sosial mereka sebagai pasangan, orangtua,
anak-anak, serta saudara laki-laki dan perempuan.48
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati Keluarga
merupakan lingkup terkecil yang terdiri dari beberapa
individu yang memiliki jalinan keakraban dan saling
membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama.49
Menurut Bailon dan Maglaya, keluarga merupakan unit
terkecil yang tinggal bersama, karena adanya hubungan
persaudaraan, pernikahan, dan adopsi. Mereka saling
berhubungan, memiliki peran masing-masing, dan
memelihara budaya.50
Menurut Burgess, dkk Keluarga adalah sekelompok
individu yang diikat melalui perkawinan, hubungan darah,
dan ikatan adopsi. Biasanya para anggota keluarga tinggal
bersama dalam satu rumah tangga atau jika mereka tidak
tinggal satu atap mereka masih menganggap rumah tangga

48
Duval, Evelyn Ruth Mills. 1977. Marriage and Family Development (5th
Edition). New York: JB Lippincott Company, h. 5
49
Yusuf, A dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika, h. 11
50
Andarmryo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep, Teori, Proses,
dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 3
30

sebagai rumah mereka dan juga keluarga sebagai tempat


untuk berbagi cerita dan saling membantu.51
Menurut Raisner, Keluarga adalah suatu kelompok yang di
dalamnya terdapat dua orang atau lebih yang terdiri dari
ayah, ibu, saudara perempuan, saudara laki-laki, dan nenek
yang memiliki hubungan keakraban.52
Menurut Friedman, Keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan ikatan emosional,
mempunyai aturan, serta setiap individu merupakan bagian
dari anggota keluarga yang memilki peran masing-
masing.53

2. Tipe Keluarga
a. Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti). Keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak
2) The Dynd Family (Keluarga tanpa anak). Keluarga
yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal
bersama tanpa anak
3) The Childless Family. Keluarga tanpa anak,
dikarenakan pasangan tersebut lebih fokus pada
pekerjaan
4) Keluarga Adopsi. Keluarga yang mengambil
tanggung jawab setara dengan keluarga kandung

51
Ibid, h. 3
52
Ibid, h. 3
53
Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung: PT
Refika Aditama, h. 10
31

5) The Extended Family. Keluarga besar dari tiga


generasi yang hidup bersama, terdiri dari keluarga
inti bersama paman, bibi, tante, kakek, nenek,
keponakan, dll
6) Keluarga orang tua tunggal. Keluarga yang terdiri
dari satu orang tua tunggal dengan anak.
b. Non tradisional54
1) The Unmaried Teenage Mother. Keluarga yang
terdiri dari orang tua (Ibu) dengn anak tanpa
hubungan pernikahan
2) The Step Parent Family. Keluarga dengan orang
tua tiri
3) Commune Family. Keluarga dengan anak yang
tidak ada hubungan saudara.

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman sebagai berikut55:
a. Fungsi afektif.
Pemenuhan fungsi afektif terkait dengan menciptakan
dan memelihara sistem keluarga yang saling asuh.
Bahwa keluarga berfungsi sebagai tempat singgahnya
kenyamanan, dukungan, cinta, dan penerimaan.56 Dalam

54
Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung:
PTRefika Aditama, h. 11-13
55
Gusti, Salvari. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans Info
Media, h. 23
56
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan). Jakarta: EGC,
h. 352
32

fungsi afektif tersebut muncul fungsi emosional yang


menciptakan sifat emosional yang memuaskan dan sifat
memahami antar anggota keluarga.57 Melalui fungsi
afektif yang diberikan orangtua, anak dapat mencontoh
dan mempraktikan, sehingga antar anggota keluarga
mendapat timbal balik berupa kasih sayang dan sifat
saling asuh antar satu dengan yang lainnya.58 Tidak
hanya itu, fungsi afektif juga berfungsi untuk
mengembakan kemampuan individu untuk saling
berhubungan akrab dan dekat dengan orang lain, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui keunikan satu sama
lain59
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga menjadi tempat untuk meningkatkan
komunikasi, interaksi, dan pembelajaran sebelum
individu berada dan berperan di lingkungan
masyarakat. Dengan adanya ikatan keluarga yang
terjalin baik, solid, kompak, serta saling rangkul dapat
menciptakan keharmonisan keluarga. Selain itu,
keluarga diharapkan menunjukkan perbuatan yang baik
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, karena hal
ini akan membentuk kepribadian individu60
c. Fungsi reproduksi
Menghasilkan keturunan yang bertujuan unuk
menyiapkan generasi selanjutnya61

57
Ibid, h. 352
58
Ibid, h. 352
59
Ibid, h. 366
60
Ibid, h. 372
61
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori& Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan).
Jakarta: EGC, h. 86
33

d. Fungsi ekonomi
Terjalinnya hubungan keluarga yang harmonis
diperlukan pembagian tugas untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi yang baik, yaitu Ayah sebagai
pencari nafkah, Ibu sebagai orang yang mengatur
keuangan dengan tujuan supaya terpenuhinya
kebutuhan sesuai dengan porsinya, dan anak bertugas
untuk menyisihkan uang62
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
Keluarga sebagai tempat untuk memberikan perawatan
maupun pemeliharaan dengan pemberian kebutuhan,
seperti menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
serta perawatan kesehatan.63 Fungsi perawatan
kesehatan juga bertujuan untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga supaya tetap
memiliki produktivitas tinggi.64

4. Pengertian Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk dukungan
yang menghasilkan hubungan positif antar individu dengan
keluarga, yang ditunjukkan dengan pemberian kasih
sayang, kepedulian satu sama lain, serta saling membantu
mengatasi masalah. Selain itu, memberikan dukungan
dapat meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga.65

62
Ibid, h. 86
63
Ibid, h. 396
64
Ibid, h. 396
65
Hasmilasari dan Fira F. Dukungan Keluarga dalam Mencegah Kekambuhan
Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh. Nusrsing Journal. ISSN:
2087-2879
34

Dukungan keluarga merupakan salah satu dukungan sosial


yang ada di masyarakat yang melibatkan hubungan diantara
keluarga dengan lingkungan sosialnya.

5. Pengertian Dukungan Sosial


Menurut Sarafino, Dukungan sosial sebagai suatu
kenyamanan, perhatian, dan bantuan dari orang lain.
Dukungan sosial yang diberikan dapat berasal dari
pasangan, keluarga, teman, atau kelompok organisasi.
Individu yang menerima dukungan sosial merasa dicintai,
dihargai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial.66
Cohen dan Syme, mendefinisikan dukungan sosial sebagai
ikatan diantara individu yang saling percaya, menghormati,
dan saling membantu. Dengan adanya dukungan sosial
yang diberikan akan membuat individu terbantu dalam
mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.67
Menurut Gottlieb, Dukungan sosial didefinisikan sebagai
informasi yang disampaikan melalui lisan, tulisan, maupun
gambar, ataupun pemberian bantuan maupun tindakan
yang dilakukan oleh orang disekitarnya yang memberikan
manfaat emosional bagi individu yang menerimanya.68

66
Sarafino, Edward P dan Timothy W.Smith. 2017. Health Psychologi (9th
Edition). USA: Lightning Source Inc, h. 83-84
67
Cohen dan Syme. 1985. Social Support and Health. Orlando, Florida:
Academic Press Inc, h. 10
68
Gottlieb, Benjamin H. 1983. Social Support Strategies. USA: Sage
Publications Inc, h. 28
35

Menurut Sarason & Pierce, Dukungan sosial merupakan


kenyamanan seseorang secara fisik, dengan disediakannya
tempat untuk berbagi cerita maupun kenyamana secara
psikologis, karena merasa nyaman ketika lingkungan
sosialnya memberikan kepuasan (memberikan nasihat,
solusi, serta membantu mencari jalan keluar).69
Menurut Morgan, Carder & Neal, Dukungan sosial yang
diberikan oleh anggota keluarga dan orang lain dapat
membantu individu ketika mengalami tekanan (stres). Hal
ini, dikarenakan anggota keluarga atau pihak di luar
keluarga merupakan sumber kenyamanan ketika individu
merasa tertekan.
Seorang individu yang menerima dukungan sosial dari
pihak keluarga maupun orang lain di luar pihak keluarga
dapat membantu menghalau penyakit serta memungkinkan
untuk sembuh dari penyakitnya lebih cepat. Ketika
seseorang mengalami tekanan (stress), solusi terbaik untuk
mengurangi tekanan yaitu berbicara kepada seseorang yang
tepat dan memiliki hubungan kedekatan. Dengan orang
yang tepat, individu yang mengalami tekanan dapat
menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi,
sehingga dapat mengurangi perasaan-perasaan negatif dan
juga dapat mengurangi timbulnya masalah-masalah
kesehatan lainnya.

69
Baron, Robert A dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial, edisi kesepuluh
(Ratna Djuwita, Terjemahan). Jakarta: Erlangga, h. 244
36

6. Aspek-aspek Dukungan Keluarga.


Friedman mengungkapkan terdapat empat asepk dukungan
keluarga, yaitu70 :
a. Dukungan Emosional
Merupakan aspek dukungan yang diberikan kepada
keluarga berupa perhatian, kasih sayang, dan empati.
Dukungan emosional merupakan sebuah fungsi afektif
yang harus diterapkan kepada seluruh anggota
keluarga. Fungsi afektif memiliki hubungan dengan
fungsi internal keluarga dalam memberikan
perlindungan dan perkembangan psikososial bagi
anggota keluarga.71 Keluarga sebagai sumber utama
dari cinta, kasih sayang, serta pengasuhan. Melalui
sumber utama tersebut, anggota keluarga memiliki
hubungan sosial yang positif serta memperoleh
kehangatan, dukungan, dan penerimaan. Menurut
Loveland Cherry, mengekspresikan kasih sayang di
tengah-tengah anggota keluarga dapat menciptakan
suasana emosional yang secara positif dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.72

70
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan). Jakarta: EGC,
h.444-446
71
Sefrina, F. (2016). Hubungan dukungan keluarga dan keberfungsian sosial
pada pasien skizofrenia rawat jalan (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
72
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
& Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan). Jakarta: EGC,
h. 351
37

b. Dukungan Informasi
Merupakan aspek dukungan keluarga yang bertujuan
untuk memberikan penjelasan mengenai hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, dengan harapan
keluarga dapat mengetahui segala informasi terkait
dengan permasalahan kesehatan yang diderita oleh
anggota keluarga. Dukungan informasi tersebut dapat
berupa memberikan nasihat, pemberian saran, sugesti,
dan petunjuk. Dukungan informasi dapat memberikan
manfaat untuk anggota keluarga yang mengalami
permasalahan, yaitu dapat membantu mencari jalan
keluar dari masalah maupun tekanan yang disebabkan
pengaruh lingkungan yang tidak baik. Manfaat yang
diperoleh dari dukungan ini juga sangat berarti bagi
penderita skizofrenia, sebagai upaya untuk
meminimalisir kekambuhan penyakitnya. Dukungan
yang diberikan bagi penderita skizofrenia, seperti
memberikan pengertian serta pemahaman mengenai
penyakit yang dideritanya, jika penderita sudah
memahami penyakitnya anggota keluarga memberikan
saran bagaimana cara mengatasi kekambuhan, serta
diingatkan untuk rutin mengkonsumsi obat-obatan
yang dianjurkan oleh dokter. Selain itu, anggota
keluarga juga dapat memberikan petunjuk kepada
penderita skizofrenia cara untuk membersihkan rumah,
menjaga kebersihan diri, dan juga cara berinteraksi
c. Dukungan Instrumental
38

Merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga


berupa bantuan dalam bentuk dana, memberikan
pinjaman, serta bantuan tenaga. Manfaat dari dukungan
ini, yaitu dapat membantu anggota keluarga yang
sedang mengalami permasalahan ekonomi dengan
memberikan pinjaman ataupun memberikan sejumlah
dana untuk pengobatan serta memberikan pertolongan
kepada anggota keluarga yang sedang mengalami
tekanan
d. Dukungan Penilaian
Keluarga sebagai tempat untuk menengahi dan
menangani permasalahan, seperti memberikan support,
penghargaan, serta kepedulian.

7. Sumber Dukungan Sosial


Goldberger mengungkapkan bahwa dukungan sosial
keluarga berasal dari orang tua, saudara kandung, teman,
anak, pasangan, rekan kerja, dan tetangga73.
Thoits dan Broophy menyatakan hal yang sama, bahwa
dukungan sosial keluarga berasal dari individu yang
memiliki hubungan kekerabatan, seperti keluarga, saudara

73
Apollo. (2007). Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan Perasaan Malu
pada Remaja. Widya Warta, 261
39

kandung, pasangan, teman dekat, rekan kerja, teman dan


guru di sekolah, dan tetangga.74
Menurut Rodin dan Solovey, dukungan sosial berasal dari
pernikahan dan keluarga.75
Taylor mengatakan bahwa dukungan sosial dapat datang
dari keluarga, teman, pasangan, komunitas dan kontak
sosial, rekan kerja, dan komunitas agama.76
Goetlieb mengelompokkan dua macam sumber dukungan
sosial, pertama hubungan dengan individu yang telah
tersertifikasi, diperoleh dari orang-orang yang ahli di
bidangnya, seperti psikolog, konselor, pengacara, psikiater,
dan dokter dan kedua diperoleh dari hubungan non-
sertifikasi yang bersumber dari orang-orang terdekat,
seperti keluarga, teman, pasangan, dan kerabat.77

8. Manfaat Dukungan Sosial


Dukungan sosial yang diterima individu dari orang-orang
disekitarnya dapat memberikan manfaat. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Thots bahwa, dukungan yang berasal dari
orang-orang terdekat seperti keluarga dapat meingkatkan

74
Ibid, 43
75
Smet, Bert. 1994. Psikologi Kesehatan (Kunta R, Terjemahan). Jakarta: PT
Grasindo, h. 134
76
Hilmi, M.Sholih. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya
Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa SMKN 11 Malang. Jurnal Psikologi,
555
77
Maslihah, Sri. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial
Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa
SMPIT Assya Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip,
Vol. 10 No.2, 107
40

kepercayaan diri dan keyakinan. Hal ini, karena keluarga


mempunyai kedekatan emosional. Sedangkan menurut
Gottlieb, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan
dapat berpengaruh terhadap kesehatan maupun
kesejahteraan bagi setiap individu. Menurut Sarafino,
pemberian dukungan sosial akan membuat individu merasa
tenang dan dihargai. Perasaan tenang dan dihargai tersebut
membuat individu merasa nyaman ketika berada di
lingkungannya.

C. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari Bahasa Yunani, yaitu schizo
(perpecahan) dan phren (jiwa). Istilah tersebut menjelaskan
terpecahnya pikiran individu akibat gangguan ini. Definisi
skizofrenia terus berubah seiring dengan ditemukannya
banyak gejala klinis yang berbeda.78
Benedict Morel adalah seorang psikiater yang
menggambarkan gangguan jiwa sebagai demence precoc,
hal ini terlihat pada usia remaja yang mulai muncul
kemunduran. Kemudian dari Morel diadopsi oleh
Kraepelin sebagai dementia precox. Dementia precox
digambarkan memiliki kemunduran jangka panjang dalam
bentuk waham dan halusinasi.79 Dari istilah tersebut

78
Yudhantara, Surya dan Ratri Istiqomah. 2018. Sinopsis Skizofrenia untuk
Mahasiswa Kedokteran. Malang: UB Press, h.2
79
Ibid, h. 3-4
41

muncul istilah skizofrenia yang diperkenalkan oleh Eugene


Blueler yang menggambarkan skizofrenia merupakan suatu
gangguan jiwa yang menyebabkan terpecahnya pikiran,
emosi, dan perilaku penderita. Melalui Eugene Blueler lah,
istilah skizofrenia digunakan hingga saat ini.80
Diungkapkan oleh Carson & Butcher bahwa skizofrenia
adalah gangguan yang mempengaruhi pikiran, ditandai
dengan tidak dapat membedakan kenyatan dengan
khayalan, seringkali menunjukkan adanya perilaku
menarik diri dari interaksi sosial, serta perubahan dalam hal
persepsi, pikiran, dan kognisi.81
Menurut Videbeck, skizofrenia adalah penyakit, dimana
penderitanya mengalami gangguan pada proses berpikir
dan gangguan emosional, yang dapat mempengaruhi
perilakunya.82
Menurut Susan Nolen Hoeksema, skizofrenia adalah
penyakit yang penderitanya mengalami gangguan berupa
secara terbalik, tidak mampu membedakan antara fantasi
dan realita, dan tidak mampu menjaga diri.

2. Gejala Skizofrenia
Seseorang dikatakan memiliki skizofrenia jika perjalanan
penyakitnya telah berlangsung lebih dari enam bulan.

80
Ibid, h. 5
81
Carson, Robert C dan James N. Butcher.1992. Abnormal Psychology and
Modern Life (9th Edition). USA: Harper Collins Publisher Inc, h. 428
82
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata
Komalasari, Terjemahan). Jakarta: EGC, h. 348
42

Sebelumnya, ditandai dengan gejala awal yang disebut fase


prodromal dengan munculnya gejala yang tidak biasa
seperti pikiran irasional, perasaan tidak wajar, perilaku
aneh, dan penarikan diri. Gejala ini seringkali tidak disadari
oleh keluarga dan baru enam bulan kemudian muncul
gangguan jiwa. Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Gejala positif
1) Delusi. Merupakan ide atau pendapat yang diyakini
oleh seseorang akan suatu kebenaran, yang
kemungkinan besar pasti tidak ada. Orang yang
mengalami delusi sangat bersemangat dalam
mencari bukti untuk mendukung keyakinan
mereka, mencoba yang terbaik untuk meyakinkan
orang lain, dan mengambil tindakan berdasarkan
keinginan mereka.83
Terdapat empat tipe delusi, sebagai berikut84 :
a) Delusi penyiksaan, adalah keyakinan bahwa
individu tersebut atau orang yang dicintainya
telah dianiaya dan menjadi korban konspirasi
b) Delusi grandiose, adalah keyakinan bahwa ia
memiliki kehebatan, cerdas, dan percaya
dirinya terkenal

83
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005 pengantar Psikololgi Abnormal, Edisi revisi.
Bandung: PT Refika Aditama, h. 138
84
Ibid, h. 139
43

c) Delusi rujukan, percaya bahwa apa yang terjadi


ditujukan padanya. Misalnya, percaya bahwa
penyiar berita melaporkan dirinya
d) Delusi diawasi, berkhayal jika sedang diawasi
dan percaya bahwa dia sedang dikendalikan
oleh kekuatan dari luar yang telah
mengendalikan tubuhnya85
2) Halusinasi. Gejala dimana seseorang melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan mendengar
bisikan dimana tidak ada sumber suara dari bisikan
tersebut86. Jenis halusinasi87 :
a) Halusinasi pendengaran, mendengar suara atau
bisikan. Misalnya, penderita mendengar
perintah untuk melakukan tindakan yang
seringkali dapat membahayakan diri sendiri
atau orang lain.
b) Halusinasi penglihatan dapat melihat bayangan
yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, melihat
monster yang menakutkan.
c) Halusinasi penciuman berupa mencium bau
yang tidak benar-benar ada. Baunya bisa berupa
kotoran atau bau busuk

85
Ardani, Tristiadi Ardi. 2011. Psikologi Abnormal. Bandung: CV Lubuk
Agung, h. 135
86
Ibid, h. 136
87
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005 pengantar Psikololgi Abnormal, Edisi revisi.
Bandung: PT Refika Aditama, h. 140
44

d) Halusinasi taktil berupa merasa seperti terkena


arus listrik yang menjalar ke seluruh tubuh atau
hewan yang merayap di kulit.
e) Halusinasi pengecapan merasakan makanan
yang berada di mulut memiliki rasa yang aneh
atau merasa makanan seperti rasa logam.
f) Halusinasi kenestetik meliputi penderita
merasakan fungsi tubuh yang biasanya tidak
dapat dideteksi.
g) Halusinasi kinestetik penderita merasa
tubuhnya melayang di tanah.
3) Kekacauan alam pikiran dan pembicaraan
Orang dengan skizofrenia mengalami gejala
disorganisasi atau kemunduran dalam berpikir dan
berbicara. Tidak jarang ketika pasien diajak bicara,
tutur kata yang diucapkan meloncat dari satu topik
ke topik lain yang tidak ada hubungannya.
4) Disorganisasi perilaku atau tingkah laku katatonik.
Disorganisasi perilaku dalam skizofrenia sering
menyebabkan atau membuat orang takut dan
menghindar. Penderita skizofrenia dapat
menunjukkan amukan tanpa dapat diprediksi,
berteriak, berpakaian semaunya, dan jorok.
b. Gejala negatif
1) Affective flattening. Merupakan bentuk penurunan
emosi yang sangat mencolok, hal ini terlihat dari
respon yang ditampilkan tidak menampilkan reaksi
45

emosional. Orang dengan skizofrenia tidak peduli


dengan apa yang terjadi di lingkungan mereka
2) Alogia. Alogia atau sedikit berbicara merupakan
suatu bentuk pengurangan atau penurunan
berbicara. Penderita sangat sedikit berbicara
dengan orang lain, bila ditanya jawabannya hanya
sedikit atau seperlunya saja dan cenderung pendiam
dan sulit diajak bicara.
3) Avolition. Avolition adalah Ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, sebagian besar
penderita memilih untuk mengisolasi diri dari
lingkungan, pasif, dan apatis.88
4) Anhedonia. Ketidakmampuan untuk merasa
bahagia, sikap acuh tak acuh dengan aktivitas
sehari-hari, tidak suka makan dan ketidakpedulian
terhadap lingkungan.89

3. Jenis-jenis Skizofrenia
Kraepelin mengelompokkan beberapa jenis skizofrenia,
diantaranya sebagai berikut :
a. Skizofrenia paranoid
Penderita skizofrenia paranoid ditandai dengan gejala
berupa waham (keyakinan pasien bahwa ada orang lain
yang berencana mencelakai dirinya dengan memata-

88
Wiramihardja, Op.Cit, h. 136-137
89
Pieter, Herri Zan dan Dr. Namora Lumanggo Lubis. 2010. Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h.
115
46

matai dan mengikuti), halusinasi (persepsi yang tidak


terjadi dalam kenyataan), waham, gangguan proses
berpikir, gangguan emosional dan kemauan, dan
gangguan afektif90
b. Skizofrenia hebefrenik.
Skizofrenia jenis hebefrenik sering muncul pada usia
remaja atau antara usia 15-25 tahun. Gejalanya sangat
jelas terlihat, yaitu gangguan proses berpikir,
kepribadian ganda, dan gangguan kemauan. Penderita
skizofrenia hebefrenik mengalami gangguan
psikomotor, seperti menampilkan perilaku kekanak-
kanakan, mengalami delusi dan halusinasi, penderita
sulit untuk mandi, dan tidak dapat makan atau
berpakaian sendiri91
c. Skizofrenia katatonik
Jenis ini ditandai dengan adanya penarikan diri atau
mengasingkan dirinya dari lingkungan, sehingga
penderita tidak lagi mengenal dunianya. Penderita
mengalami stupor katatonik, dimana gejala yang
terlihat yaitu mutise, kadang-kadang terlihat menutup
mata, tidak menunjukkan ekspresi, penderita tidak
terlihat bergerak sama sekali untuk waktu yang lama
beberapa hari bahkan sampai beberapa bulan, bila
posisinya diubah, penderita akan melawan, menolak

90
Kusuma, Widjaja. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher, h. 721
91
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005 pengantar Psikololgi Abnormal, Edisi revisi.
Bandung: PT Refika Aditama, h. 146
47

makanan, penderita menahan air ludahnya sehingga


terkumpul di dalam mulut dan menetes keluar,
menahan air seni dan menahan untuk tidak BAB (buang
air besar). Secara tiba-tiba, penderita keluar dari
keadaan stupor katatonik lalu memulai untuk berbicara
dan bergerak92
d. Skizofrenia simplex.
Pertama kali muncul pada masa pubertas. Gejala utama
yang ditampilkan berupa kemunduran kemauan dan
kedangkalan emosi. Gangguan proses berpikir sulit
untuk ditemukan, jarang sekali terdapat waham dan
halusinasi. Pada mulanya, penderita menarik diri dari
lingkungan dan tidak lagi memperhatikan keluarganya,
hingga akhirnya mundur dari segala aktivitas yang dulu
dilakukan93
e. Skizofrenia residual
Merupakan jenis skizofrenia dengan keadaan kronis
dan lebih sering memunculkan gejala negatif yang
terdiri dari penurunan aktivitas, kelambatan
psikomotor, pasif, dan tidak inisiatif, penurunan
berbicara, ekspresi non-verbal yang menurun, serta

92
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd Edition).
Surabaya: Airlangga University Press, h. 269
93
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd Edition).
Surabaya: Airlangga University Press, h. 271
48

tidak dapat melakukan perawatan diri dan


terganggunya fungsi sosial.94

4. Faktor Penyebab Munculnya Skizofrenia


a. Faktor Genetik
Pada masyarakt umum, resiko terjadinya skizofrenia
sebesar 1%, orang tua 5%, saudara kandung 8%, 12%
terjadi pada anak yang memiliki salah satu dari orang
tua yang menderita skizofrenia, 4% terjadi pada anak
yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia, pada
kembar monozigot 47%, dan kembar dizigotik
sebanyak 12%.
b. Faktor Psikologis
1) Gangguan pikiran
2) Gangguan keyakinan
3) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan
sosial.95

D. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur


Berawal dari Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta (yang
selanjutnya akan ditulis RSIJ) kemudian mendirikan RSIJ di Jalan
Cempaka Putih 1/1, Jakarta Pusat pada 23 Juni 1971. Sejak RSIJ
mulai berkembang pesat, direncakan pembuatan pelayanan
kesehatan diseluruh wilayah DKI Jakarta. Untuk mewujudkan

94
Pieter, Herri Zan dan Dr. Namora Lumanggo Lubis. 2010. Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 116
95
Yusuf, A dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika, h. 20
49

rencana tersebut, pada tahun 1986 tanggal 12 Desember (10


Rabiulawal 1407 H) didirikanlah cabang RSIJ di wilayah Jakarta
Timur dengan nama RSIJ Klender yang diresmikan oleh Gubernur
DKI Jakarta pada saat itu Bapak R.Soeprapto. Pembangunan RSIJ
di wilayah Kelender bertujuan untuk menambah Rumah Sakit di
wilayah tersebut, dikarenakan wilayah Jakarta Timur belum
memiliki banyak Rumah Sakit. Untuk membangun RSIJ maka
dilakukanlah kerjasama antara Yayasan RSIJ dengan Perum
Perumnas Regional IV dan Bazis Dki dalam rangka pembangunan
Rumah Bersalin Ibu dan Anak di Perumnas Klender yang
diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak
R.Soeprapto pada 23 Juni tahun 1987.
Namun pembangunan Rumah Bersalin Ibu dan Anak tidak
memiliki prospek yang cukup baik dan sejalan dengan hal tersebut
RSIJ Cempaka Putih memiliki kendala dalam menangani pasien
dengan gangguan jiwa. Maka atas usul dr. H.Moehamad Muadz
Dirdijowito, SpKJ. yang kemudian menyampaikan usul tersebut
kepada direktur RSIJ Cempaka Putih dr. H.Sugiat., SKM. maka
Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak dialh fungsikan menjadi
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender (yang selanjutnya akan ditulis
RSJIK) merupakan salah satu wujud dari kepedulian
Muhammadiyah terhadap kesehatan masyarakat yang diwujudkan
oleh Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat pimpinan
pusat Muhammadiyah melalui badan pelaksana harian RSIJ
Cempaka Putih, RSIJ Pondok Kopi, Rumah Sakit Jakarta
Sukapura, dan RSJIK. RSJIK merupakan rumah sakit yang berada
50

dibawah badan pelaksana harian RSIJ yang telah berdiri sejak 23


Juni tahun 1987 yang kemudian berganti nama menjadi Rumah
Sakit Jiwa pada tahun 1989 mendapatkan izin dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia No.YM.02.04.3.5.4029 pada tahun
1993 dan telah dipernjang hingga saat ini dengan keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No.16397/2010, yaitu
pemberian izin operasional perpanjangan ke-II.
Pada awalnya, RSJIK merupakan rumah sakit yang merawat
pasien-pasien dengan gangguan jiwa yang dikirim dari RSIJ
Cempaka Putih dan RSIJ Pondok Kopi. Seiring berjalannya waktu,
pada tahun 1997 Yayasan RSIJ menyatakan kemandirian RSJIK
tahun 1997 dan SK Yayasan RSIJ No.0.39.B/ SK-YRSIJ/ IV.F/
1.b/ 1997. Tahun 2003 RSJIK membuka kerjasama langsung
dengan PT. Askes Indonesia, PT Jamsostek, PT.Indocement dan
Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang sebelumnya dilakukan oleh
RSIJ Cempaka Putih.
RSJIK itu sendiri beralamat di Jalan Bunga Rampai X
Perumnas Klender, Kelurahan Jaya Kecamatan Duren Sawit,
Jakarta Timur dengan luas bangunan 1.192.62 m/persegi, yang
dilengkapi dengan fasilitas rawat inap, rawat jalan psikiatri, dan
rehabilitasi psikososial.96

E. Rehabilitasi Psikososial
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender (yang selanjutnya akan ditulis
RSJIK) merupakan sebuah rumah sakit yang menangangi pasien

96
Rumah Sakit JIwa Islam Klender, diakses pada 5 Mei 2021 pukul 13.00 dari
https://www.rsjiwaislam.com/ dan sumber data RSJIK
51

dengan latar belakang gangguan kejiwaan, seperti bipolar dan


skizofrenia. Namun, sebagian besar pasien yang mendapat
perawatan di RSJIK merupakan pasien penderitan gangguan
kejiwaan (skizofrenia) baik gangguan kejiwaan berat maupun
gangguan kejiwaan ringan. RSJIK menyediakan beberapa
perawatan untuk menangani pasien gangguan jiwa, diantaranya
rawat inap dan rawat jalan dengan rehabilitasi psikososial sebagai
tempat untuk membantu pasien mengembalikan fungsi sosialnya.
Untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa berat
ditempatkan di rawat inap, dimaksudkan supaya perawatan yang
dilakukan lebih intensif dan pasien lebih mudah diawasi oleh
petugas. Pasien yang ditempatkan di rawat inap RSJIK merupakan
pasien yang masih suka memberontak, melempar barang-barang
yang berada disekelilingnya, tidak bisa mengendalikan emosi,
serta tingkat halusinasi maupun delusi cukup sering terjadi.
Sedangkan pasien yang mengalami gangguan jiwa ringan dapat
ditempatkan di rawat jalan yang selanjutnya akan ditempatkan di
rehabilitasi psikososial.
Pasien yang melakukan rawat jalan, perawatan pengobatnnya
dapat dilakukan di rumah dengan keluarga dekat pasien, dalam hal
ini orangtua yang memantau segala macam kegiatan pasien selama
berada di rumah. Rawat jalan yang dilakukan pasien dimaksdukan
supaya keluarga ikut andil dalam membantu pasien
mengembalikan fungsi sosialnya, tetapi dengan dikembalikannya
pasien kepada keluarga banyak pasien yang harus kembali lagi
menjalani perawatan di rumah sakit, hal ini dikarenakan keluarga
tidak memfasilitasi kebutuhan pasien serta tidak mengetahui
52

perawatan yang harus dilakukan kepada pasien. Oleh karena itu,


disamping menjalani rawat jalan harus diimbangi dengan
rehabilitasi psikososial dengan maksud untuk memulihkan
kesehatan mental pasien dan peningkatan keterampilan hidup
pasien gangguan jiwa dengan tujuan pasien mulai terbiasa untuk
bersikap secara mandiri.
Rehabilitasi psikososial merupakan segala tindakan fisik,
penyesuaian psikososial, dan sebagai tempat berlatih untuk
mengasah keterampilan dengan melakukan penyesuaian diri.
Selain itu, dengan adanya rehabilitasi psikososial pasien dapat
meningkatkan hubungan perseorangan dan sosial yang
memuaskan, sehingga dapat terciptanya kontribusi positif di
lingkungan masyarakat. Dengan adanya rehabilitasi psikososial,
keluarga pasien menjadi lebih cekatan dalam merawat pasien
karena keluarga mendapat penyuluhan mengenai penyakit
skizofrenia dan bagaimana cara keluarga untuk melakukan
perawatan terbaik di rumah.97
1. Program Rehabilitasi Psikososial
Adapun program rehabilitasi yang berada di RSJIK,
diantaranya98:
a. Program rehabilitasi psikososial.
Pasien rawat jalan dan rawat inap diperuntukan untuk
mengikuti kegiatan yang terdapat di rehabilitasi
psikososial sesuai dengan fasilitas yang tersedia.

97
Sumber data RSJIK
98
Sumber data RSJIK
53

Program ini bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang


mengcover biaya rehabilitasi sesuai perjanjian diantara
kedua belah pihak
b. Program Daycare
Program ini diperuntukan bagi pasien rawat jalan dan
pasien rehabilitant yang sudah selesai melakukan
kegiatan rehabilitasi dengan melakukan terapi di
lingkungan rumah sakit. Program ini sebagai persiapan
sebelum memulai pekerjaan sebelumnya
c. Program Home Visit (melakukan kunjungan). Program
ini dilakukan supaya petugas mengetahui kebutuhan
pasien dengan tujuan untuk mengevaluasi dan tindak
lanjut serta memonitor perkembangan pasien dalam
pemenuhuan kebutuhan pasien maupun keluarga.
program ini membantu pasien mengatasi masalah dan
memberikan motivasi perawatan diri.

2. Tujuan Rehabilitasi Psikososial


a. Mengembalikan kemampuan individu dan
meningkatkan fungsi sosial individu
b. Memelihara kemampuan yang telah dimiliki pasien
c. Membantu pasien untuk mengembangkan keterampilan
yang belum ada pada diri pasien
d. Meningkatkan kepatuhan berobat melalui edukasi
rehabilitant mengenai penyakit dan pengobatan
termasuk efek samping obat
54

e. Mengembalikan fungsi keterampilan sosial, sehingga


pasien dapat berinteraksi dengam baik serta lebih
percaya diri
f. Meningkatkan keterampilan yang produktif dan
bermanfaat, sehingga memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan99.

F. Kerangka Teoritik
Skizofrenia merupakan gangguan pikiran yang ditandai dengan
munculnya pemikiran secara berlebihan, yang mana pasien
skizofrenia tidak dapat membedakan hidup di dalam realita
(kenyataan) atau dalam alam pikirannya sendiri. Penyakit ini
bersifat kronis dan menyebabkan penurunan fungsi sosial pasien
skizofrenia. Penyakit yang termasuk kelompok psikosis ini
mempunyai karakteristik gejala positif dan gejala negatif. Gejala
positif pada individu dengan skizofrenia, diantaranya delusi atau
waham, halusinasi, gaduh dan gelisah, perasaan curiga berlebih
serta menyimpan rasa permusuhan.
Sedangkan gejala negatif dapat berlangsung beberapa tahun
sebelum pasien mengalami gejala awal, yang mana gejala awal
yang dialami yaitu cenderung mengasingkan diri dari orang lain,
mudah marah dan depresi, perubahan pola tidur, kurang
konsentrasi dan motivasi. Gejala negatif yang muncul pada pasien
skizofrenia, diantaranya menunjukkan ekspresi wajah yang datar,
menjauh dari lingkungan sosial, sulit diajak berbicara, pasif dan

99
Sumber data RSJIK
55

apatis serta tidak memiliki minat dan dorongan. Seringkali


hubungan pasien dengan keluarga menjadi tidak harmonis akibat
gejala negatif yang ditunjukkan.
Akibat dari gejala negatif tersebut pasien skizofrenia kurang
memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya, sehingga
dapat menghambat proses penyembuhan pasien dalam hal
meningkatkan keberfungsian sosialnya pada diri sendiri maupun di
masyarakat. Jika ketidakharmonisan antara pasien dengan
keluarganya berlangsung cukup lama, maka hal tersebut membuat
pasien tidak mendapatkan dukungan dari pihak keluarga. Dengan
tidak adanya dukungan keluarga yang diberikan berupa dukungan
emosional, informasi, instrumental, serta penilaian dapat membuat
pasien lebih mudah mengalami kekambuhan, seperti pasien
kembali mengalami delusi maupun halusinasi, berdiam diri, tidak
mau minum obat, menarik diri dari lingkungan, dll. Keluarga,
sebagai orang yang paling dekat dengan pasien terutama orangtua,
diharapkan mampu memberikan dukungannya kepada pasien
skizofrenia. Dengan adanya dukungan keluarga yang diberikan,
pasien merasa diperhatikan, pasien merasa diterima di lingkungan
keluarga, pasien merasa tidak sendiri karena ada keluarga yang
mendampingi serta pasien dapat dengan mudah mencurahkan
keluh kesahnya. Selain itu juga, dengan adanya dukungan keluarga
yang diberikan pasien skziofrenia dapat dengan mudah untuk
meningkatkan keberfungsian sosialnya kembali di masyarakat.
Peningkatan keberfungsian sosial yang ada pada diri individu
pasien dapat terlihat ketika pasien berada di lingkungan
masyarakat sekitar, di rumah maupun di rehabilitasi psikososial.
56

Peningkatan fungsi sosial tersebut diperilhatkan dimana pasien


mulai bersosialisasi, membuka pembicaraan, dapat melakukan
aktivitas keseharian seperti (mandi, menyapu, membersihakan
rumah), pasien mulai dapat berkomunikasi dengan baik.
Dengan adanya dukungan keluarga yang diberikan, pasien
skizofrenia dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya.
Keluarga menjadi hal yang paling penting dan utama dalam
kembalinya keberfungsian sosial pasien, dikarenkan keluarga
merupakan orang yang paling dekat dengan pasien. Jika dukungan
keluarga yang diberikan semakin tinggi maka tingkat
keberfungsian sosial pasien juga semakin tinggi. Selain itu juga,
dukungan keluarga yang diciptkan dalam memberikan motivasi
maupun dorongan semangat kepada pasien, pasien menjadi lebih
aman, nyaman, serta selalu semangat dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada pada rehabilitasi psikososial.

Dukungan Keberfungsian
Keluarga Sosial

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah
yang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih
lengkap dan menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rehabilitasi Psikososial
RSJIK. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:
57

Ho: Tidak Ada Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap


Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial RSJIK
H1: Ada Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial RSJIK
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
merupakan suatu penelitian yang disusun secara teratur,
terstruktur, dan terencana dengan jelas ketika persiapan disusun
sejak awal.100 Penelitian kuantitatif berlandaskan filsafat
postivifisme bertujuan untuk menguji hipotesis dari populasi atau
sampel yang akan diteliti, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, dan analisis data bersfat statistik.101
Penelitian kuantitatif menekankan pada fenomena-fenomena
objektif, diluar dari kondisi diri pribadi seseorang (antara peneliti
dengan yang diteliti dibuat berjarak, namun objektif).
Sedangkan desain penelitian merupakan gambaran umum
perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan tujuan
untuk mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin terjadi
selama proses penelitian dilakukan,102 desain penelitian sebagai
pedoman atau penuntun peneliti sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei,
yaitu informasi yang didapatkan diperoleh dari sejumlah sampel

100
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar: Literasi
Media Publishing, h. 19
101
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
bandung: Alfabeta Cv, h. 8
102
Sandu, Op.Cit, h.42

58
59

melalui pernyataan maupun pertanyaan menggunakan kuesioner


sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data.

B. Ruang Lingkup Penelitian


1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu orang tua pasien
skizofrenia yang salah satu anggota keluarganya menderita
skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial, Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur, sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah Pengaruh Dukungan Keluarga.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rehabilitasi Psikososial, Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender yang berlokasi di Jl. Bunga
Rampai X No.8, RT8/RW6, Malaka Jaya, Kec. Duren
Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13460. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai September 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah suatu generalisasi yang
meliputi subjek dan objek dengan ciri-ciri tertentu yang
telah diidentifikasi oleh peneliti sebagai bahan yang akan
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Bukan
sekedar jumlah, tetapi subjek atau objek yang terdapat
60

dalam populasi mencakup semua karakteristik yang


dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.103
Hal senada juga diungkapkan oleh Sandu, bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek atau objek yang tidak hanya
mementingkan jumlah, tetapi juga memiliki ciri-ciri yang
telah ditentukan oleh peneliti yang dapat memberikan
informasi.104 Adapun populasi dari penelitian ini, yaitu
orang tua pasien skizofrenia yang salah satu anggota
keluarganya menderita skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi atau sebagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut tata cara tertentu,
sehingga terwakili (representatif) populasi tersebut.105
Adapun penentuan pengambilan sampel pada penelitian
ini, menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh.
Menurut Arikunto, sampling jenuh adalah teknik
pengambilan sampel jika semua populasi akan dijadikan
sampel, jika populasi kurang dari 100 orang maka sampel
diambil seluruhnya, tetapi jika populasi lebih besar dari 100
orang maka dapat diambil sekitar 10-15% atau 20-25%

103
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
bandung: Alfabeta Cv, h. 80
104
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar: Literasi
Media Publishing, h. 55
105
Sugiyono, Op.Cit, h. 81
61

dari total populasi.106 Sampel ini dikenal dengan istilah


jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sedangkan menurut Sugiyono, sampling jenuh adalah
teknik pengambilan sampel yang dilakukandengan
menggunakan semua anggota populasi, jika populasinya
relatif kecil, kurang dari 30 orang atau peneliti yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil.107. Dengan demikian, teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu non probability sampling dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh, yaitu
seluruh populasi dari orang tua pasien skizofrenia yang
salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia di
Rehabilitasi Psikososial berjumlah 50 orang dijadikan
sebagai sampel.

D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti. Dengan kata lain, data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber pertama yang dilakukan
melalui observasi maupun penyebaran kuesioner.108

106
Arikunto, Suharsimmi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta, h. 104
107
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
bandung: Alfabeta Cv, h. 85
108
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penlitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 209
62

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh ketika peneliti


melakukan oberservasi dan juga penyebaran kuesioner di
Rehabilitasi Psikososial, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai
sumber yang telah ada yang bertujuan untuk mendukung
data penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, data
sekunder juga merupakan data pelengkap yang digunakan
untuk menunjang data primer, supaya data primer yang
diperoleh tidak diragukan.109
Data sekunder penelitian diperoleh dari riset kepustakaan,
seperti melalui buku, laporan, jurnal, rekam medis yang
terdapat di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, hasil home
visit dll.

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dapat dikategorikan menjadi empat
kategori. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.110
1. Variabel Bebas
Menurut Sandu, variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat,111 dimana variabel bebas yang
ada pada penelitian ini yaitu dukungan keluarga.

109
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar: Literasi
Media Publishing, h. 58
110
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 48
111
Sandu, Op.Cit, h. 46
63

2. Variabel Terikat
Menurut Sandu, variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Maka variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keberfungsian sosial pasien skizofrenia di
Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam Klender,
Jakarta Timur.

F. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian


1. Definisi Konseptual
Yaitu mendeskripsikan variabel sedangkan definisi
operasional, yaitu menetapkan indikator dari variabel-
variabel tersebut. Definisi konseptual dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk dukungan
yang menghasilkan hubungan positif antar individu
dengan keluarga yang ditunjukkan dengan pemberian
kasih sayang, kepedulian satu sama lain, serta saling
membantu mengatasi masalah. Selain itu, memberikan
dukungan dapat meningkatkan kesehatan setiap
anggota keluarga.
b. Keberfungsian Sosial

keberfungsian sosial ditunjukkan melalui kemampuan


seseorang, seperti diri sendiri, keluarga, kelompok
atau masyarakat, dan juga sistem sosial seperti
lembaga dan jaringan sosial dalam memenuhi atau
merespon kebutuhan dasar, menjalankan peran sosial,
dan menghadapai goncangan dan tekanan.
64

2. Definisi Operasional
a. Dukungan Keluarga.
Pada variabel dukungan keluarga terdapat empat aspek,
diantaranya: dukungan emosional, dukungan
informasi, dukungan instrumental, dan dukungan
penilaian. Masing-masing aspek tersebut, terdapat
indikator di dalamnya, yang diukur menggunakan skala
dukungan keluarga (Friedman, 2010) yaitu:
1) Dukungan emosional: perhatian, kasih sayang,
empati, dan motivasi
2) Dukungan informasi: saran, nasihat, maupun
pengarahan
3) Dukungan instrumental: bantuan pendanaan,
fasilitas, sarana, dan prasarana
4) Dukungan penilaian: memberikan penghargaan
b. Keberfungsian Sosial
Pada variabel keberfungsian sosial terdapat tiga aspek,
diantaranya: memenuhi atau merespons kebutuhan
dasar, menjalankan peran sosial dengan status dan
tugas-tugasnya, serta menghadapai tekanan dan stress.
65

Masing-masing aspek tersebut, memiliki indikator yang


diukur menggunakan skala keberfungsian sosial
(Suharto, 2014) diantaranya:
1) Memenuhi atau merespons kebutuhan dasar:
kemampuan melaksanakan ibadah, kemampuan
mengurus diri, kemampuan membersihkan ruangan
2) Menjalankan peran sosial dengan status dan tugas-
tugasnya: berinteraksi, bertanggung jawab,
berkegiatan
3) Menghadapai tekanan dan stress: mampu
mengatasi masalah, menerima pendapat.

G. Instrumen Peneltian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh seorang
peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.112
Dalam suatu penelitian, untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
menggunakan skala likert. Dengan skala likert, variabel yang
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian
disusun menjadi instrumen penelitian berupa pernyataan ataupun
pertanyaan dari positif hingga negatif berupa sangat setuju sampai
sangat tidak setuju.113. Pada penelitian ini, terdapat skala dukungan
keluarga dan skala keberfungsian sosial. Sedangkan dibawah ini
merupakan skala likert yang digunakan pada penelitian ini:

112
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, h. 98
113
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
bandung: Alfabeta Cv, h. 93
66

Tabel 1 Skala Likert

Pernyataan Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak 1 4
Setuju (STS)

Tabel 2 Blue Print Skala Dukungan Keluarga


(sebelum uji validitas)

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Total

1 Dukungan 1.Perhatian
4, 11, 18,
Emosional 2.Kasih sayang 1, 7, 14,
25, 26, 30, 13
3.Empati 21, 28, 32
31
4.Motivasi
2 Dukungan 1. Saran, nasihat,
Informasi maupun
pengarahan 2, 8, 15,
5, 12, 19 8
2. Membagikan 22, 27
informasi terkait
skizofrenia
3 Dukungan 1. Bantuan
Instrumental pendanaan 3, 9, 16,
2. Fasilitas, sarana, 6, 13, 20 8
23, 29
dan prasarana
4 Dukungan Memberikan
Penilaian penghargaan atas
10, 24 17 3
usaha yang
dilakukan

Jumlah 32
67

Tabel 3 Blue Print Skala Keberfungsian Sosial


(sebelum uji validitas)

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Total

1 Memenuhi 1. Kemampuan
atau dalam
merespons melaksanakan
kebutuhan ibadah
1, 7, 13, 19, 4, 10, 16, 21,
dasar 2. Kemampuan 14
24, 28, 32 26, 27, 30
mengurus diri
3. Kemampuan
membersihkan
ruangan
2 Merapikan 1. Berinteraksi
peran sosial 2. Bertanggung
dengan status jawab 2, 8, 14, 20, 5, 11, 17, 22,
11
dan tugas- 3. Berkegiatan 25, 29 31
tugasnya
3 Menghadapi 1. Mampu
tekanan mengatasi
(shocks and masalah 3, 9, 15 6, 12, 18, 23 7
stress) 2. Menerima
pendapat

Jumlah 32

H. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan yang penting
dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang diberikan dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Angket atau Kuesioner
Menurut Agung, angket merupakan suatu teknik
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
68

langsung melakukan tanya jawab dengan responden).114


Pertanyaan yang terdapat pada angket telah disusun secara
sistematis. Angket tersebut harus dijawab atau direspon
oleh responden sesuai dengan yang mereka rasakan
ataupun sesuai dengan persepsi mereka. Angket terdiri dari
dua bentuk, yakni angket dengan pertanyaan tertutup
dengan daftar pertanyaan yang telah ditentukan oleh
peneliti dan bentuk angket kedua, yaitu angket terbuka
dimana peneliti tidak menyediakan pilihan jawaban pada
daftar pertanyaan, sehingga responden diberi kesempatan
untuk menjawab secara bebas. Dengan menggunakan
angket, peneliti tidak harus bertemu langsung dengan
responden untuk mendapatkan informasi, tetapi cukup
dengan mengajukan pertanyaan tertulis kepada
responden.115
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data, peneliti
menggunakan angket tertutup dengan daftar pertanyaan
dan alternatif jawaban telah ditentukan. Sehingga,
responden mengisi daftar pertanyaan dengan memberikan
tanda berupa checklist () pada kolom yang telah
disediakan berdasarkan tingkatan tertentu.
2. Observasi
Observasi berupa pengamatan setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Pengamatan yang dilakukan hanya

114
Kurniawan, Agung Widhi dan Zarah Puspitaningtyas. 2016. Yogyakarta:
Pandiva Buku, h. 82
115
Syahrum dan Salim. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media, 136
69

dengan melihat tingah laku, sikap, dll dengan tidak


mengajukan pertanyaan-pertanyaan.116
Dalam penelitian ini, untuk melakukan pengumpulan data,
peneliti juga menggunakan observasi terhadap pasien
skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial, Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender dengan melihat perilaku, sikap, serta
interaksi yang dilakukan oleh pasien terhadap
lingkungannya.

I. Teknik Pengolahan Data


Menurut Nasehudin dan Gozali, terdapat enam tahapan dalam
proses pengolahan data diantaranya117:
1. Editing
Data yang telah terkumpul, kemudian diteliti dan diperiksa
untuk memastikan apakah data tersebut layak atau tidak
dijadikan sebagai bahan analisis. Dikarenakan, ketika data
akan diolah, terkadang data tersebut tidak sesuai dengan
harapan peneliti. Untuk lebih memudahkan dalam proses
pengolahan data, sebaiknya dilakukan pemberian kode
untuk menandakan data tersebut dapat diolah lebih lanjut
atau tidak

116
Soehartono, Irwan. 2004. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, h. 69
117
Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang Gozali. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung: CV Pustaka Setia, h. 135
70

2. Klasifikasi
Klasifikasi data adalah mengelompokkan data yang berasal
dari jawaban pertanyaan tertutup
3. Mengkode Data
Mengkode data adalah memberikan skor atau nilai pada
setiap item jawaban pertanyaan pada kolom yang telah
disediakan
4. Penyusunan Buku Kode
Penyusunan buku kode (coding book) dilakukan setelah
jawaban dari responden diberi kode. Pemberian kode pada
setiap item jawaban pertanyaan bertujuan untuk
memudahkan dalam pengolahan data. Langkah selanjutnya
yaitu memasukan data tersebut ke dalam lembar kerja
koding, seperti contoh tabel di bawah ini:

Tabel 4 Lembar kerja koding


IP 1 2 3 4 … 32

R

1
2

3
4
……..

50

Keterangan:
IP: Item Pertanyaan
R: Responden
71

5. Menghitung Frekuensi
Setelah memasukan data ke dalam lembar jawaban koding,
langkah selanjutnya adalah mengitung frekuensi dari setiap
item jawaban pertanyaan
6. Tabulasi
Tabulasi merupakan tahapan terakhir dalam proses
pengolahan data yang bertujuan untuk memasukan data ke
dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan dipahami.

J. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas data merupakan ukuran yang menunjukkan suatu
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.118
Dikatakan valid jika digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.119
Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi skor
item pertanyaan dengan total skor variabel menggunakan
rumus korelasi product moment, untuk membandingkan
nilai rhitung dengan rtable120. Adapun rumus korelasi product
moment, yaitu121 :
r= N (∑ XY) – (∑ X ∑ Y)
118
Barlian, Eri. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Padang:
Sukabina Press, h. 77
119
Suwartno. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi
Offiset, h. 99
120
Nurcahyo, B., & Riskayanto, R. (2018). Analisis Dampak Penciptaan Brand
Image Dan Aktifitas Word of Mouth (Wom) Pada Penguatan Keputusan
Pembelian Produk Fashion. Jurnal Nusantara Aplikasi Manajemen
Bisnis, 3(1), 14-29.
121
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, h. 127
72

√[𝑁∑𝑋2 − (∑𝑋2)][𝑁∑𝑌2 − (∑𝑌)2]


Keterangan :
r : Koefisien korelasi
X : skor variabel (jawaban responden) Y
: skor total variabel untuk responden N :
banyaknya variabel dalam penelitian

Dasar pengambilan keputusan, sebagai berikut122 :


Membandingkan nilai rhitung dengan rtabel
a. Jika rhitung positif serta rhitung > rtabel, maka variabel
tersebut valid
b. Jika rhitung tidak positif serta rhitung < rtabel, maka
variabel tersebut tidak valid

Dengan melihat nilai signifikansi (Sig.)123 :


a. Jika nilai signifikansi > 0,05 = valid
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 = kurang valid

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
alat ukur tersebut dapat dipercaya. Dengan maksud, jika
dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih masih
tetap konsisten atau tidak berubah.124 Untuk menguji
reliabilitas data dapat menggunakan Cronbach alpha, split
half, guttman, parallel, dan strict parallel. Alternatif
jawaban lebih dari tiga pilihan dapat menggunakan

122
Yuandari, Esti dan R.Topan Aditya Rahman. 2017. Metodologi Penelitian
dan Statistika. Bogor: In Media, h. 52
123
Rusman, Tedi. 2015. Statistika Penelitian: Aplikasinya dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 40
124
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 130
73

Cronbach alpha sedangkan alternatif jawaban yang hanya


terdiri dari dua pilihan dapat menggunakan split half atau
yang lainnya.125
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus
Cronbach alpha atas dasar pengambilan keputusan jika
nilai Cronbach alpha > 0,60 maka angket dinyatakan
reliabel dan jika nilai Cronbach alpha < 0,60 tidak
reliabel.126 Rumus Cronbach alpha dituliskan sebagai
sebagai berikut127:
2
rii = ( 𝑘 ) (1 − ∑ 𝜎 )
𝑘−1 𝜎1

Keterangan:
rii : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan


∑σ2 : jumlah butir pertanyaan
σ12 : varians total
Tabel 5 Tingkatan Reliabilitas
berdasarkan nilai Cronbach Alpha128
Nilai Cronbach alpha Keterangan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi / Sangat
reliabel
0,600 – 0,799 Tinggi / Reliabel
0,400 – 0,599 Cukup / Cukup
Reliabel
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah / Kurang
reliabel

125
Tedi, Op.Cit, h. 40
126
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
h. 193
127
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, h. 165
128
Rusman, Tedi. 2015. Statistika Penelitian: Aplikasinya dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 42
74

K. Teknik Analisis Data


1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan suatu prosedur yang dilakukan
untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
normal atau tidak.129 Distribusi normal diartikan sebagai
distribusi yang memiliki karakteristik berbentuk lonceng
jika dibentuk menjadi histogram.130 Data dengan distribusi
normal juga menjadi syarat untuk melakukan uji analisis
statistik parametrik sedangkan data yang tidak berdistribusi
normal atau tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
menggunakan uji analisis statistik non-parametrik.131
Ada beberapa cara dalam melakukan uji normalitas data,
yaitu dengan Lilliefors, kolmogorof-smirnov, chi square,
dan lain-lain.132 Pada penlitian ini, peneliti menggunakan
uji normalitas dengan kolmogorof-smirnov yang diolah
menggunakan SPSS versi 22 for windows.
Dasar pengambilan keputusan, yaitu133 :
a. Jika nilai Sig. atau signifikansi > 0,05 maka dapat
dikatakan data tersebut berdistribusi normal
b. Jika nilai Sig. atau signifikansi < 0,05 maka dapat
dikatakan data tersebut tidak berdistribusi normal.

129
Yuandari, Esti dan R.Topan Aditya Rahman. 2017. Metodologi Penelitian
dan Statistika. Bogor: In Media, h. 29
130
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia, h. 63
131
Widiana, Wayan dan Putu Lia Muliani. 2020. Uji Prasyarat Analisis. Jawa
Timur: Klik Media, h. 1-2
132
Nuryadi, dkk. 2017. Dasar-dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku
Media, h. 80
133
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia, h. 71
75


Gambar 2 Histogram data normal

Jika dalam pengujian data, menghasilkan data tidak


berdistribusi normal dengan asymp.Sig sebagai acuan,
dapat juga menggunakan monte carlo,Sig. sebagai acuan
untuk melihat data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Hal ini, diungkapkan oleh Cyrus dan Nitin bahwa selain
melihat pada asymp.Sig dapat menggunakan monte
carlo,Sig.134

2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat
linear atau tidak.135 Linear diartikan sebagai hubungan
seperti garis lurus. Uji linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat terletak pada garis lurus atau tidak.
Pada uji linearitas, peneliti menggunakan SPSS versi 22

134
Mehta, Cyrus R dan Nitin R Patel. 2010. IBM SPSS Exact. Massachusetts:
SPSS Inc, h. 25-30
135
Yuandari, Esti dan R.Topan Aditya Rahman. 2017. Metodologi Penelitian
dan Statistika. Bogor: In Media, h. 44
76

sebagai alat untuk mengolah data dengan melihat


signifikansi sebagai bahan acuan pengambilan keputusan.
Dasar pengambilan keputusan136 :
a. Jika nilai Sig. deviation from liniearity > 0.05 maka
terdapat hubungan yang linier antara kedua variabel
b. Jika nilai Sig. deviation from liniearity < 0.05 maka
tidak terdapat hubungan yang linier antara kedua
variabel.

3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan suatu uji untuk
memenuhi analisis regresi. Penggunaan uji
heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah
dalam suatu analisis regresi terdapat bias atau tidak. Suatu
penelitian, dapat dikatakan tidak terjadi gejala
heterokedastisitas jika tidak terdapat pola tertentu dan tidak
menyebar di atas ataupun di bawah angka nol sumbu y137.
Terdapat beberapa cara pengujian heterokedastisitas, yaitu
dengan menggunakan scatterplot, glejser, spearman, serta
uji park. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
pengujian glejser dengan bantuan software SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 22.
Pengambilan keputusan pada uji heterokedastisitas dengan
melihat nilai Sig. yaitu138 :

136
Widiana, Wayan dan Putu Lia Muliani. 2020. Uji Prasyarat Analisis. Jawa
Timur: Klik Media, h. 63
137
Ibid, h. 65-66
138
Ibid, h. 81
77

a. Jika nilai Sig. antara variabel bebas dengan variabel


terikat > 0,05 maka tidak terdapat gejala
heterokedastisitas
b. Jika nilai Sig. antara variabel bebas dengan variabel
terikat < 0,05 maka terdapat gejala heterokedastisitas.

4. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ditunjukkan untuk melihat tinggi
rendahnya hubungan dua variabel, antara variabel bebas
dan variabel terikat.139 Dasar pengambilan keputusan
dengan melihat nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 H0 ditolak,
> 0,05 H0 diterima.140 Berikut ini merupakan tabel
koefisien korelasi (r) yang digunakan untuk mengukur
seberapa kuat hubungan diantara kedua variabel.141
Tabel 6 Koefisien Korelasi
r Kekuatan Hubungan
0 Tidak ada korelasi
0,00 – 0,24 Sangat lemah
0,25 – 0,49 Cukup kuat
0,50 – 0,74 Kuat
0,75 – 0,99 Sangat kuat
1 Sempurna

139
Susetyo, Budi. 2017. Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi
Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS. Office Excel, bandung: PT Refik
Aditama, h. 115
140
Arifim, Johar. 2017. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, h. 138
141
Yuandari, Esti dan R. Topan Aditya Rahman. 2017. Metodologi Penelitian
dan Statistika. Bogor: In Media, h. 138
78

5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin kecil
angka tersebut semakin lemah hubungan diantara kedua
variabel dan sebaliknya.142 Adapun rumus koefisien
determinasi, sebagai berikut:

KD = (r)2 X 100%
Keterangan :
KD: Koefisien determinasi
r2 : koefisien korelasi

6. Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi merupakan analisis yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jika di dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel
bebas dan satu variabel terikat, disebut sebagai persamaan
regresi sederhana, sedangkan jika lebih dari satu variabel bebas
disebut regresi berganda.143 Adapun rumus regresi liear
sederhana, yaitu144:

Y=a+bX
Keterangan: Y: Variabel terikat
X: Variabel bebas
a : konstanta
b : konstanta

142
Johar, Op.Cit, h. 150
143
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, h. 174-179
144
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, h. 64
79

7. Uji t
Digunakan untuk menguji besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan
keputusan, sebagai berikut145:
Dengan melihat nilai signifikansi (Sig.)
a. Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 H0 ditolak
b. Jika probabilitas (Sig.) > 0,05 H0 diterima
Dengan melihat nilai thitung terhadap ttabel
a. thitung < ttabel variabel X tidak berpengaruh terhadap
variabel Y
b. thitung > ttabel variabel X berpengaruh terhadap
variabel Y

145
Arifim, Johar. 2017. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, h. 152
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
50 orang dari semua populasi yang ada di Rehabilitasi
Psikososial, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
a. Responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 7 Responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %


1 Laki-laki 26 52.0
2 Perempuan 24 48.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel diatas, jumlah sampel yang terdapat


di Rehabilitasi Psikososial sebanyak 50 responden.
Mayoritas responden berdasarkan jenis kelamin
ditempati laki-laki sebagai urutan teratas, berjumlah 26
orang. Lalu diposisi kedua ditempati responden
berjenis kelamin perempuan berjumlah 24 orang.
b. Responden berdasarkan usia
Tabel 8 Responden berdasarkan usia
No Usia Jumlah %
1 15 – 20 8 16.0
2 21 – 25 13 26.0

3 26 – 30 16 32.0

80
81

4 27 – 35 4 8.0

5 36 – 40 8 16.0

6 41 – 45 - -

7 46 – 50 1 2.0
Total 50 100%

Berdasarkan deskripsi tabel di atas, memberikan


gambaran bahwa mayoritas responden yang berada di
Rehabilitasi Psikososial, Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender berusia 26 sampai dengan 30 tahun, kemudian
disusul responden dengan usia 21–25 tahun, lalu
responden berusia 15 – 20 dan 36 – 40 tahun, kemudian
responden dengan usia 27–35 tahun dan diurutan
terakhir ditempati responden yang berusia 46–50 tahun.
c. Responden berdasarkan pekerjaan yang pernah
dilakukan
Tabel 9 Responden berdasarkan jenis
pekerjaan yang pernah dilakukan

No Jenis Jumlah %
Pekerjaan
1 Belum pernah 28 56.0
Bekerja
2 Karyawan 7 14.0
3 Wiraswasta 7 14.0
4 Mahasiswa 5 10.0
5 Pelajar 3 6.0
Total 50 100%
82

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa mayoritas


responden yang berada di Rehabilitasi Psikososial
sebanyak 28 orang, belum pernah bekerja ataupun tidak
pernah bekerja sebelumnya. Sedangkan diurutan kedua
dan ketiga, responden pernah bekerja sebagai karyawan
dan wiraswasta.

2. Uji Instrumen
Pada pengujian instrumen yang dilkukan, peneliti
menggunakan penyebaran angket atau kuesioner secara
online menggunakan google form dan juga penyebaran
angket secara offline dengan mendatangi Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender, bagian Rehabilitasi Psikososial. Pengisian
angket menggunakan google form melalui link dengan
menyebarluaskan link tersebut melalui grup whatsapp
orangtua pasien skizofrenia dengan bantuan Pak Rinaldy
selaku Pekerja Sosial Medis. Penyebaran angket melalui
google form mendapat tanggapan sebanyak 32 orang dan
penyebaran angket offline diisi oleh 18 orang. Jumlah
keseluruhan penyebaran angket melalui google form dan
offline diperoleh 50 responden dengan 57 butir pernyataan
(28 pernyataan variabel X dan 29 pernyataan variabel Y)
dinyatakan valid.
a. Uji Validitas
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan software
SPSS versi 22 for windows untuk menguji validitas. Uji
validitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kevalidan
83

suatu instrumen. Uji validitas berdasarkan rhitung > rtabel,


penelitian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar
5% dengan jumlah sampel 50 responden sehingga
diperoleh rtabel sebesar 0,279.
Tabel 10 Hasil Uji Validitas Variabel X
(Dukungan Keluarga)

Pernyataan
rhitung rtabel Keterangan
Variabel X
1 0,513 0,279 Valid

2 0,641 0,279 Valid


3 0,565 0,279 Valid

4 0,342 0,279 Valid

5 0,561 0,279 Valid


6 0,495 0,279 Valid
7 0,619 0,279 Valid
8 0,632 0,279 Valid
9 0,387 0,279 Valid
10 0,482 0,279 Valid
11 0,381 0,279 Valid
12 0,397 0,279 Valid
13 0,194 0,279 Tidak Valid
14 0,353 0,279 Valid
15 0,529 0,279 Valid
16 0,489 0,279 Valid
17 0,237 0,279 Tidak Valid
84

18 0,645 0,279 Valid


19 0,573 0,279 Valid
20 0,569 0,279 Valid
21 0,555 0,279 Valid
22 0,593 0,279 Valid
23 0,668 0,279 Valid
24 0,675 0,279 Valid
25 0,297 0,279 Valid
26 0,104 0,279 Tidak Valid
27 0,539 0,279 Valid
28 0,457 0,279 Valid
29 0,478 0,279 Valid
30 0,259 0,279 Tidak Valid
31 0,314 0,279 Valid
32 0,529 0,279 Valid

Setelah dilakukan perhitungan terhadap 32 item


pernyataan pada variabel X yaitu Dukungan Keluarga,
terdapat empat item pernyataan tidak valid, diantaranya
item pernyataan nomor 13, 17, 26, dan 30. Sehingga
empat item pernyataan yang tidak valid tersebut tidak
digunakan pada penelitian ini. Sedangkan 28 item
pernyataan yang dinyatakan valid tetap digunakan pada
penelitian ini.
85

Tabel 11 Uji Validitas Variabel Y


(Keberfungsian Sosial)
Pernyataan Rhitung Rtabel Keterangan
Variabel Y
1 0,698 0,279 Valid
2 0,614 0,279 Valid
3 0,609 0,279 Valid

4 0,385 0,279 Valid

5 0,417 0,279 Valid


6 0,588 0,279 Valid

7 0,185 0,279 Tidak Valid


8 0,572 0,279 Valid
9 0,576 0,279 Valid
10 0,554 0,279 Valid
11 0,751 0,279 Valid
12 0,682 0,279 Valid
13 0,421 0,279 Valid
14 0,726 0,279 Valid
15 0,652 0,279 Valid
16 0,514 0,279 Valid
17 0,604 0,279 Valid
18 0,469 0,279 Valid
19 0,715 0,279 Valid
20 0,397 0,279 Valid
21 0,364 0,279 Valid
22 0,226 0,279 Tidak Valid
86

23 0,609 0,279 Valid


24 0,517 0,279 Valid
25 0,577 0,279 Valid
26 0,685 0,279 Valid
27 0,307 0,279 Valid
28 0,671 0,279 Valid
29 0,411 0,279 Valid
30 0,707 0,279 Valid
31 -0,016 0,279 Tidak Valid
32 0,661 0,279 Valid

Setelah dilakukan perhitungan terhadap 32 item


pernyataan pada variabel Y yaitu Keberfungsian Sosial,
terdapat tiga item pernyataan yang tidak valid,
diantaranya terletak pada item pernyataan nomor 7, 22,
dan 31. Sehingga tiga item pernyataan yang tidak valid
tersebut tidak digunakan pada penelitian ini. Sedangkan
29 item pernyataan yang dinyatakan valid tetap
digunakan pada penelitian ini.
Item pernyataan yang tidak valid pada variabel X dan
Y, yaitu Dukungan Keluarga dan Keberfungisan Sosial
yang telah dikeluarkan, menyisahkan 28 item
pernyataan pada variabel X dan menyisahkan 29 item
pernyataan pada variabel Y. Item pernyataan valid dari
masing-masing variabel, diuji kembali dengan
menggunakan software SPSS versi 22 for windows
87

untuk mengetahui apakah item pernyataan yang tersisa


tetap valid atau tidak.
Tabel 12 Uji Validitas Variabel X
(Dukungan Keluarga)
Pernyataan
rhitung rtabel Keterangan
Variabel X
1 0,553 0,279 Valid
2 0,672 0,279 Valid
3 0,551 0,279 Valid
4 0,351 0,279 Valid
5 0,555 0,279 Valid
6 0,455 0,279 Valid
7 0,649 0,279 Valid
8 0,676 0,279 Valid
9 0,444 0,279 Valid
10 0,546 0,279 Valid
11 0,347 0,279 Valid
12 0,408 0,279 Valid
13 0,412 0,279 Valid
14 0,570 0,279 Valid
15 0,511 0,279 Valid
16 0,616 0,279 Valid
17 0,577 0,279 Valid
18 0,587 0,279 Valid
19 0,580 0,279 Valid
20 0,593 0,279 Valid
21 0,678 0,279 Valid
22 0,712 0,279 Valid
23 0,302 0,279 Valid
24 0,536 0,279 Valid
25 0,427 0,279 Valid
26 0,466 0,279 Valid
27 0,310 0,279 Valid
28 0,602 0,279 Valid
88

Setelah dilakukan pengujian validitas kembali, 28 item


pernyataan dinyatakan valid sehingga dapat digunakan
untuk pengolahan data.
Tabel 13 Uji Validitas Variabel Y
(Keberfungsian Sosial)

Pernyataan
rhitung rtabel Keterangan
Variabel Y
1 0,713 0,279 Valid
2 0,623 0,279 Valid
3 0,608 0,279 Valid
4 0,402 0,279 Valid
5 0,418 0,279 Valid
6 0,584 0,279 Valid
7 0,587 0,279 Valid
8 0,583 0,279 Valid
9 0,563 0,279 Valid
10 0,760 0,279 Valid
11 0,681 0,279 Valid
12 0,419 0,279 Valid
13 0,733 0,279 Valid
14 0,654 0,279 Valid
15 0,511 0,279 Valid
16 0,623 0,279 Valid
17 0,449 0,279 Valid
18 0,746 0,279 Valid
19 0,405 0,279 Valid
20 0,358 0,279 Valid
21 0,595 0,279 Valid
22 0,514 0,279 Valid
23 0,568 0,279 Valid
24 0,687 0,279 Valid
25 0,280 0,279 Valid
26 0,673 0,279 Valid
27 0,424 0,279 Valid
89

28 0,700 0,279 Valid


29 0,669 0,279 Valid

Setelah dilakukan pengujian validitas kembali, 29 item


pernyataan dinyatakan valid sehingga dapat digunakan
untuk pengolahan data.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih.
Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach alpha > 0,05. Pada penelitian ini, dalam
menguji reliabilitas, peneliti menggunakan SPSS versi
22 for windows.
Tabel 14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
(Dukungan Keluarga)

Pada tabel diatas, diperoleh nilai cronbach alpha


sebesar 0,895. Hal ini menyatakan bahwa nilai
cronbach alpha yang dihasilkan pada variabel X
tersebut reliabel dan berdasarkan tabel 5 nilai cronbach
alpha pada variabel X sangat reliabel.
90

Tabel 15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel


(Keberfungsian Sosial)

Pada tabel diatas, diperoleh nilai cronbach alpha


sebesar 0,926. Hal ini menyatakan bahwa nilai
cronbach alpha yang dihasilkan pada variabel Y
tersebut reliabel dan berdasarkan tabel 5 nilai cronbach
alpha pada variabel Y sangat reliabel.

3. Deskripsi Variabel X dan Y


a. Deskripsi Variabel X
Tabel 16 Variabel X (Dukungan Keluarga)
Jawaban
No Pernyataan Skor Rank
SS S TS STS
Saya memahami hal yang
1 21 29 0 0 171 3
terjadi pada anak saya
Saya menyarankan anak
2 saya untuk tidak 26 24 0 0 176 1
menyendiri
Saya menyediakan
3 anggaran khusus untuk 14 32 4 0 160 16
pengobatan anak saya
Saya tidak peduli, ketika
4 muncul gejala kekambuhan 1 3 24 22 167 8
pada anak saya
Saya tidak perlu
5 mengingatkan anak saya 0 5 25 20 165 9
untuk minum obat
91

Saya tidak menyisihkan


dana untuk pengobatan
6 2 5 25 18 159 17
anak saya, karena terpakai
untuk kebutuhan lainnya
Saya menjadi pendengar
7 20 28 2 0 168 6
yang baik
Saya bersama-sama dengan
anak saya membaca
8 14 29 5 2 155 20
informasi terkait penyakit
skizofrenia
Saya mendaftar asuransi
9 15 24 9 2 152 24
kesehatan untuk anak saya
Saya memberikan pujian
10 19 30 1 0 168 6
ketika dia berolahraga
Saya merasa kesal jika
11 gejala kekambuhan pada 7 13 24 6 129 28
anak saya muncul
Saya sering lupa jadwal
12 1 3 38 8 153 22
kontrol ke dokternya
Saya memberikan
perawatan dengan terapi
13 9 26 13 2 142 26
(mindfulness) berupa
meditasi
Saya mengingatkan anak
14 saya waktunya untuk 21 28 1 0 170 4
minum obat
Saya menemani anak saya
15 16 30 4 0 162 15
check-up/kontrol
saya tidak mempunyai
16 waktu luang untuk anak 0 5 32 13 158 18
saya
Saya membiarkan anak
17 2 2 33 13 157 19
saya menyendiri
Ketika anak saya kontrol,
18 2 18 23 7 135 27
saya tidak jarang menemani
Saya memberikan perhatian
19 kepada anak saya, ketika 20 29 1 0 169 5
mengalami gangguan mood
92

Saya menyarankan anak


20 26 23 1 0 175 2
saya untuk berdzikir
Saya sediakan waktu
21 dengan anak untuk pergi 20 25 4 1 164 14
jalan-jalan/refreshing
Saya memberikan dorongan
22 untuk tetap melakukan 17 31 2 0 165 9
hobinya
Saya tidak
23 memperbolehkan anak saya 4 6 30 10 146 25
untuk keluar rumah
Saya menyarankan anak
24 saya untuk melakukan 20 26 3 1 165 9
hobinya
Saya terbuka dengan anak
saya, sehingga ia merasa
25 20 25 5 0 165 9
nyaman untuk bercerita
banyak hal dengan saya
Saya dan anak sering
26 12 30 7 1 153 22
menonton tv bersama
Saya malu dengan kondisi
27 penyakit yang dialami anak 1 0 32 17 165 9
saya
Saya memeluk anak saya,
28 ketika sedang merasa 15 25 9 1 154 21
gelisah

Berdasarkan deskripsi pada tabel variabel X (dukungan


keluarga), menunjukkan bagaimana cara orangtua
maupun anggota keluarga dalam memberikan
dukungan kepada pasien skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender untuk
membantu pasien dalam mengembalikan
keberfungsian sosialnya. Berdasarkan tabel diatas,
setelah dilakukan pengurutan sesuai dengan jumlah
skor terbanyak pada variabel X (dukungan keluarga)
93

menunjukkan bahwa, orangtua selaku pihak terdekat


pasien memberikan dukungan berupa menyarankan
pasien skizofrenia untuk tidak menyendiri, baik itu
ketika berada di rumah maupun ketika berada di
Rehabilitasi Psikososial. Disarankannya pasien untuk
tidak menyendiri, dikarenakan jika pasien mulai
menyendiri dan mulai berlaku apatasi terhadap
lingkungan di sekitarnya, dikhawatirkan pasien
tersebut mengalami kekambuhan, seperti halusinasi
dan delusi. Oleh karena itu, ketika berada di rumah
sebisa mungkin orangtua mengajak pasien mengobrol
maupun melakukan aktivitas bersama.
Pada variabel X (dukungan keluarga) terdapat aspek-
aspek yang terdapat di dalamnya, yaitu dukungan
emosional, dukungan informasi, dukungan
instrumental, dan dukungan penilaian. Berikut ini
merupakan tabel aspek-aspek dari dukungan keluarga
Tabel 17 Aspek Dukungan Keluarga

Total Rata-
Variabel Aspek Item Skor
Skor rata
1 171
7 168
13 142
19 169
25 165
Dukungan
28 154 1734 157.64
Emosional
4 167
11 129
16 158
Dukungan
Keluarga 23 146
27 165
Dukungan 2 176 1316 164.50
94

Informasi 8 155
14 170
20 175
24 165
5 165
12 153
17 157
3 160
9 152
15 162
Dukungan
21 175 1096 156.57
Instrumental
26 153
6 159
18 135
Dukungan
10 168 333 166.50
penilaian

Berdasarkan perhitungan rata-rata dari jumlah


keseluruhan aspek dukungan keluarga, didapat rata-rata
yang paling besar jumlahnya yaitu pada aspek
dukungan penilaian, yang mana pasien skizofrenia
yang berada di Rehabilitasi Psikososial banyak
mendapatkan dukungan penilaian dari orangtua. Seperti
orangtua memberikan penghargaan, berupa pujian
ketika pasien skizofrenia menyelesaikan pekerjaan
maupun kegiatannya dengan baik
b. Deskripsi Variabel Y
Tabel 18 Variabel Y (Keberfungsian Sosial)
Jawaban
No Pernyataan Skor Rank
SS S TS STS
Anak saya dapat
menjalankan ibadah 15 25 9 1 154 3
1 shalat dengan baik
95

Anak saya
menyempatkan
9 27 13 1 144 12
2 untuk berkunjung
ke rumah temannya
Anak saya mampu
mengatasi 8 27 12 3 140 17
3 amarahnya
Anak saya lalai
dalam menjalankan 3 10 32 5 139 18
4 ibadah shalat
Anak saya
mengurung diri di 0 7 33 10 153 4
5 kamar
Anak saya tidak
dapat diajak 2 11 31 6 141 15
6 berdiskusi
Anak saya
menekuni
8 22 17 3 135 21
pekerjaan atau karir
7 sebelumnya
Anak saya
mendengarkan
11 30 8 1 151 6
saran dari orang
8 lain
Anak saya tidak
pandai mengurus 2 12 27 9 143 13
9 diri
Anak saya tidak
menyelesaikan
6 14 25 5 129 26
pekerjaannya
10 dengan baik
Anak saya tidak
mau menerima 4 13 28 5 134 22
11 usulan
Anak saya mandi
14 20 13 3 145 11
12 tanpa disuruh
Anak saya dapat
menyelesaikan
10 24 13 3 141 15
tugas dari
13 tempatnya bekerja
Anak saya dapat
7 23 14 6 131 24
14 mengatasi masalah
96

yang terjadi dengan


temannya
Anak saya ceroboh
dengan barang- 6 14 25 5 129 26
15 barang pribadinya
Anak saya jarang
berkumpul dengan 3 12 29 6 138 19
16 keluarga
Anak saya mudah
marah dengan cara 3 4 32 11 151 6
17 mengamuk
Anak saya rajin
14 27 7 2 153 4
18 menggosok gigi
Anak saya
mengikuti kegiatan
olahraga di 13 22 13 2 146 9
Rehabilitasi
19 Psikososial
Anak saya jarang
4 2 33 11 151 6
20 mandi
Anak saya mudah
9 10 26 5 127 28
21 tersinggung
Anak saya makan
18 23 9 0 159 1
22 dengan teratur
Anak saya
mengikuti kerja
7 15 24 4 125 29
bakti di lingkungan
23 rumah
Anak saya tidak
pernah
5 11 33 1 130 25
membersihkan
24 ruangan
Anak saya jarang
1 4 33 12 156 2
25 makan
Anak saya
membersihkan 11 19 16 4 137 20
26 kamarnya sendiri
Anak saya dapat
menggunakan
transportasi umum 12 22 12 4 142 14
menuju Rehabilitasi
27 Psikososial
97

Anak saya sering


6 11 26 7 134 22
28 begadang
Anak saya mampu
merapikan barang-
11 27 9 3 146 9
barang yang
29 berantakan

Berdasarkan deskripsi pada tabel variabel Y


(keberfungsian sosial), bahwa setelah dilakukannya
pengurutan terhadap item-item pernyataan variabel Y
(keberfungsian sosial), menggambarkan pasien
skizofrenia yang berada di Rehabilitasi Psikososial,
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender menunjukkan
peningkatan dalam mengembalikkan keberfungsian
sosialnya. Hal ini, karena pasien skizofrenia makan
dengan teratur yang mana dengan keteraturannya
tersebut, secara tidak langsung pasien mengingat
dengan sendirnya, kapan waktunya pasien tersebut
untuk makan.
Pada variabel Y (Keberfungsian Sosial) terdapat aspek-
aspek yang terdapat di dalamnya, yaitu memenuhi atau
merespon kebutuhan dasar, menjalankan peran dengan
status dan tugas-tugasnya, dan menghadapi tekanan.
Berikut ini merupakan tabel dari aspek-aspek
keberfungsian sosial
Tabel 19 Aspek Keberfungsian Sosial
Total Rata-
Variabel Aspek Item Skor
skor rata
1 154
Memenuhi
12 145 1876 144.31
atau merspon
18 153
98

kebutuhan 22 159
dasar 26 137
29 146
4 139
9 143
15 129
Keberfungsian 20 151
Sosial 24 130
25 156
28 134
2 144
7 135
Menjalankan 13 141
peran dengan 19 146
status dan 23 125 1253 139.22
tugas- 27 142
tugasnya 5 153
10 129
16 138
3 140
8 151
14 131
Menghadapi 6 141
975 139.29
tekanan
11 134
17 151
21 127

Berdasarkan perhitungan rata-rata dari jumlah


keseluruhan aspek keberfungsian sosial, di dapat rata-
rata yang paling besar jumlahnya, yaitu terletak pada
aspek memenuhi atau merespon kebutuhan dasar. Hal
ini, menandakan bahwa pasien skizofrenia yang berada
di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,
99

seperti pasien mulai menyadari kebersihan dirinya, yaitu


mandi tanpa harus disuruh, mandi dengan teratur, rajin
berganti pakaian, dapat membersihkan ruangan, dapat
merawat diri sendiri, makan dengan teratur, serta
mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan teratur.

4. Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu syarat sebelum
melakukan analisis regresi linear sederhana. Dikatakan
demikian, karena data yang digunakan harus
berdistribusi normal. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan kolmogorof-smirnov yang diolah
menggunakan SPSS versi 22 for windows.
Tabel 20 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof-smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 12.11087697
Most Extreme Absolute .136
Differences Positive .085
Negative -.136
Test Statistic .136
Asymp. Sig. (2-tailed) .021c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Pada tabel hasil uji normalitas diatas, menunjukkan


nilai signifikansi sebesar 0,021 yang menandakan
100

bahwa nilai tersebut kurang dari 0,05 (0,021 < 0,05) dan
dapat dikatakan data tersebut tidak berdistribusi
normal. Terdapat cara lain, selain melihat pada
asymp.Sig untuk menentukan data tersebut
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
menggunakan monte carlo,Sig. Mengacu pada Cyrus
dan Nitin, bahwa selain menggunakan asymp.Sig
sebagai acuan untuk menentukan data berdistribusi
normal atau tidak, dapat juga menggunakan monte
carlo,Sig. dengan mengubah kotak dialog menjadi
monte carlo. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
monte carlo.Sig.
Tabel 21 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandar
dized
Residual
N 50
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 12.11087
697
Most Absolute .136
Extreme Positive .085
Differences Negative -.136
Test Statistic .136
Asymp. Sig. (2-tailed) .021c
Monte Carlo Sig. .285d
Sig. (2- 99% Confidence Lower
tailed) Interval Bound .273
Upper
.296
Bound
101

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed
2000000.

Dari tabel diatas, menunjukkan nilai signifikansi


sebesar 0,285 yang artinya nilai tersebut lebih besar
dari 0,05 (0,285 > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan,
data tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan syarat kedua sebelum
melakukan analisis regresi linear sederhana. Uji
linearitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
terletak pada garis lurus atau tidak. Berikut merupakan
hasil uji linearitas:
Tabel 22 Hasil Uji Linearitas
ANOVA Tabel
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Keberfungsian Between (Combined) 4630.6 159.67
Groups 80 29 9 .881 .630
Sosial *
Dukungan Linearity 1068.6 1068.6 5.89
Keluarga 86 1 86 6 .025
Deviation
3561.9 127.21
from 28 .702 .809
Linearity 94 4
Within Groups 3625.0 181.25
00 20 0
Total 8255.6
49
80
102

Berdasarkan nilai signifikansi (Sig.) pada tabel diatas,


diperoleh nilai deviation from linearity adalah 0,809
lebih besar dari 0,05 (0,809 > 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel
X (Dukungan Keluarga) dengan variabel Y
(Keberfungsian Sosial).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan cara ketiga dalam
memenuhi analisis regresi. Pengujian
heterokedastisitas menggunakan uji glejser dengan
bantuan SPSS versi 22 for windows. Dasar
pengambilan keputusannya berdasarkan nilai
signifikansi.
Tabel 23 Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.749 9.130 .739 .463
Dukungan
.037 .102 .052 .364 .718
Keluarga
a. Dependent Variable: RES_ABS

Berdasarkan nilai signifikansi pada tabel diatas


diperoleh nilai 0,718 lebih besar dari 0,05 (0,718 >
0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heterokedastisitas pada data tersebut.
103

d. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan hubungan antar variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y). Koefisien korelasi dapat
dinyatakan dengan (r). Jenis hubungan antar variabel X
dan Y dapat bersifat positif dan negatif. Dibawah ini
merupakan hasil pengujian koefisien korelasi dengan
bantuan software SPSS versi 22 for windows.
Tabel 24 Hasil Uji Koefisien korelasi

Correlations
Dukungan Keberfungsia
Keluarga n Sosial
Dukungan Keluarga Pearson
1 .360*
Correlation
Sig. (2-tailed) .010
N 50 50
Keberfungsian Pearson
.360* 1
Sosial Correlation
Sig. (2-tailed) .010
N 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dasar pengambilan keputusan untuk uji koefisien


korelasi sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka dapat
dinyatakan kedua variabel tersebut berkorelasi
Jika nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka dapat
dinyatakan kedua variabel tersebut tidak
berkorelasi
104

Atau
1) Jika nilai rhitung < rtabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak = tidak berhubungan. Mengartikan bahwa
tidak ada pengaruh antara dukungan keluarga
dengan tingkat keberfungsian sosial pasien
skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur
2) Jika nilai rhitung > rtabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima = berhubungan. Mengartikan bahwa
terdapat pengaruh antara dukungan keluarga
dengan tingkat keberfungsian sosial pasien
skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung kedua
variabel adalah 0.360 serta nilai rtabel dengan jumlah
sampel sebanyak 50 responden dengan taraf
signifikansi 5%, menghasilkan nilai 0.279. Maka hal
tersebut dapat dinyatakan H0 ditolak dan H1 diterima
yang menandakan bahwa terdapat pengaruh antara
dukungan keluarga dengan tingkat keberfungsian sosial
pasien skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur. Dapat
diartikan juga kedua variabel X dan Y memiliki
hubungan.
Jenis hubungan antara variabel X dan Y pada tabel
diatas adalah positif, karena memperoleh nilai
correlation sebesar 0.360, yang berarti semakin tinggi
105

dukungan keluarga maka semakin tinggi pula tingkat


keberfungsian sosial pasien skizofrenia dan sebaliknya.
Tingkat koefisien korelasi 0,360. Mengacu pada tabel
6, mengenai tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
diperoleh hubungan yang cukup kuat antara variabel X
(Dukungan Keluarga) dengan variabel Y
(Keberfungsian Sosial), yaitu berada diurutan ketiga
(0,25 – 0,49 menandakan hubungan cukup kuat)
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dibawah ini
merupakan hasil uji koefisien determinasi dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 22 for
windows.
Tabel 25 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .360a .129 .111 12.236
a. Predictors: (Constant), Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel diatas nilai koefisien determinasi (R
Square/r2) sebesar 0,129. Nilai koefisien determinasi
tersebut akan diubah kedalam bentuk persen dengan
rumus sebagai berikut:
KD = (r)2 x 100%
= 0,129 x 100%
= 12,9%
106

Maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga


berpengaruh sebesar 12,9% terhadap keberfungsian
sosial pasien skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial,
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender. Sisanya sebesar
87,1% dipengaruh oleh variabel lain atau faktor lain
diluar penelitian ini.
f. Regresi Linear Sederhana
Regresi linear sederhana bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel dukungan keluarga
terhadap variabel keberfungsian sosial. Berdasarkan
pengujian dengan SPSS versi 22, diperoleh hasil regresi
linear sederhana pada tabel dibawah ini:
Tabel 26 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 37.508 16.773 2.236 .030
Dukungan
.499 .187 .360 2.672 .010
Keluarga
a. Dependent Variable: Keberfungsian Sosial

Pada tabel diatas menggambarkan persamaan regresi


sederhana, yaitu:
Y = a +bX. Berdarsarkan olah data diatas, di
dapatkan persamaan regresi sederhana Y = 37.508
+0,499X. Dengan penjelasan, sebagai berikut:
Y: keberfungsian sosial
107

a: konstanta bernilai positif yaitu 37,508, yang


berarti jika variabel X (dukungan keluarga)
diangggap sama dengan nol, maka variabel Y
(keberfungsian sosial) sebesar 37.508
b: angka koefisien regresi sebesar 0.499, yang
berarti jika variabel X (dukungan keluarga)
mengalami penambahan 1%, maka akan
meningkatkan variabel Y (keberfungsian sosial)
sebesar 0,499.

5. Uji Hipotesis
Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial
variabel independen (dukungan keluarga) mempengaruhi
variabel dependen (keberfungsian sosial) secara signifikan
atau tidak. Hasil output dari SPSS versi 22 tertera pada
tabel dibawah ini:
Tabel 27 Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 37.508 16.773 2.236 .030
Dukungan
.499 .187 .360 2.672 .010
Keluarga
a. Dependent Variable: Keberfungsian Sosial
108

Hipotesis:
H0 : variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen
H1 : variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen
Pada tabel diatas, nilai thitung diperoleh dari pengaruh
dukungan keluarga sebesar 2.672. Sedangkan untuk nilai
ttabel, diperoleh dengan tingkat kepercayaan 95% atau 0.05,
dengan menghitung derajat kebebasan (df) = N-2 = 50 – 2
= 48, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2.011. Maka dapat
disimpulkan nilai thitung lebih besar dari ttabel (0.2672 >
0.2011). Dasar pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, dari
hasil uji signifikansi (0.010 < 0.05) dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan keberfungsian sosial pasien skizofrenia
b. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, dari
hasil uji signifikansi (jika nilai Sig. > 0.05) tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
keberfungsian sosial pasien skizofrenia.

B. Pembahasan
Peneliti menjelaskan dengan menggunakan bahasa dan
pemahamannya bahwa dukungan yang diberikan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial utamanya bersumber dari
keluarga, karena keluarga merupakan orang terdekat yang
senantiasa bersedia memberikan bantuan ketika individu
109

membutuhkannya. Dengan adanya dukungan keluarga yang


diberikan, individu tersebut merasakan kehangatan yang
diciptakan ditengah-tengah keluarga, merasa diperhatikan,
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, mendapat kasih sayang,
merasa aman dan nyaman, serta komunikasi dapat berjalan dengan
baik. Dukungan keluarga yang diperoleh pasien skizofrenia di
Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta
Timur dapat meningkatkan keberfungsian sosial pasien, hal ini
berdasarkan hasil yang diterima dari jawaban responden melalui
item pernyataan pada angket dan juga google form. Jawaban
tersebut menunjukkan bahwa pasien skizofrenia mendapat
dukungan dari pihak keluarga, dapat dikatakan demikian karena
orang tua pasien telah memberikan dukungan emosional,
dukungan informasi, dukungan instrumental, serta dukungan
penilaian yang rata-rata hasilnya menunjukkan orang tua pasien
skizofrenia telah memahami kondisi pasien. Dari keempat
dukungan tersebut, orang tua pasien lebih banyak menggunakan
dukungan penilaian dengan rata-rata 166,50 yang mana dukungan
penilaian digunakan untuk memberikan penghargaan berupa
pujian ketika pasien skizofrenia telah menyelesaikan kegiatan
ataupun pekerjaannya. Penggunaan dukungan penilaian,
dimaksudkan supaya pasien skizofrenia lebih dihargai. Selain itu,
dukungan keluarga yang tercipta antara orangtua dengan pasien
skziofrenia terlihat dari hasil pengamatan (observasi) di
Rehabilitasi Psikososial, yaitu orangtua pasien selalu mengajak
penderita skziofrenia untuk berkomunikasi serta sesekali bermain
handphone bersama, walaupun terkadang terdapat sebagian
orangtua yang sulit untuk membuka obrolan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sederhana, seperti bagaimana kegiatan hari
ini di Rehabilitasi Psikososial, kegiatan apa saja yang sudah
110

dilakukan, serta pertanyaan-pertanyaan lainnya, tetapi hal


tersebut lantas tidak menjadikan orangtua lainnya melakukan
hal yang sama. Berdasarkan pengamatan (observasi),
orangtua pasien skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial
memberikan perhatian dengan mengantar penderita
skizofrenia untuk check-up, mengambil obat bersama,
menjemput penderita skizofrenia selepas berkegiatan di
Rehabilitasi Psikososial, serta berkonsultasi dengan Pekerja
Sosial Medis.
Dengan adanya dukungan keluarga yang diberikan,
keberfungsian sosial pasien meningkat. Hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan pasien dalam memenuhi ataupun merespon
kebutuhan dasarnya dengan rata-rata 144,31, yaitu pasien
dapat merawat dirinya dengan menjaga kebersihan tubuhnya,
mengingat jadwal makan, dapat melaksanakan ibadah dengan
baik dan teratur, dll. Peningkatan keberfungsian sosial ini,
karena orang tua memberikan perhatian, sering melakukan
komunikasi dengan pasien, melakukan kegiatan bersama,
memahami kondisi pasien.
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dukungan keluarga dapat
meningkatkan keberfungsian sosial pasien skizofrenia, karena
terdapat pengaruh diantara keduanya. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya hubungan diantara kedua variabel tersebut, yaitu variabel
dukungan keluarga dengan variabel kebergungsian sosial. Hasil
uji koefisien korelasi dua variabel tersebut, diperoleh rhitung 0,360
lebih besar dari rtabel dengan taraf signifikansi yang menghasilkan
0,279 (0,360 > 0,279), yang mana hubungan diantara kedua
variabel tersebut terdapat hubungan yang cukup kuat. Mengacu
pada tabel 6, 0,360 berada diurutan ketiga (0,25 – 0,49),
semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi
pula tingkat keberfungsian sosial pasien skizofrenia dan
sebaliknya.
111

Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima menandakan bahwa


terdapat pengaruh yang positif antara dukungan keluarga dengan
tingkat keberfungsian sosial pasien skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis serta
pembahasan yang telah diuraikan pada skripsi yang berjudul
“Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial
Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Data yang telah diolah, yaitu variabel dukungan keluarga
(X) dengan variabel keberfungsian sosial (Y) menunjukkan
kedua varibel tersebut bernilai positif. Hal ini, dibuktikan
dengan nilai korelasi sebesar 0,360 yang artinya semakin
tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi pula tingkat
keberfungsian sosial pasien skizofrenia begitupun
sebaliknya
2. Pada koefisien korelasi nilai signifikansi kurang dari 0.05
(0.010 < 0.05), yang membuktikan bahwa tingkat korelasi
dan kekuatan hubungan diperoleh hubungan yang cukup
kuat antara variabel X (Dukungan Keluarga) dengan
variabel Y (Keberfungsian Sosial).
3. Diperoleh nilai thitung sebesar 0,2672 lebih besar dari nilai
ttabel yang mengartikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian
sosial pasien skizofrenia, H0 ditolak dan H1 diterima

112
113

4. Dari keempat aspek dukungan keluarga pada variabel X,


orang tua pasien skizofrenia lebih banyak memberikan
dukungan berupa dukungan penilaian
5. Dari ketiga aspek keberfungsian sosial, pasien skizofrenia
memiliki peningkatan pada aspek memenuhi atau
merespon kebutuhan dasar.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian yang telah dilakukan,
peneliti menyampaikan beberapa saran, sebagai berikut:
1. Kepada Pekerja Sosial Medis, di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur ketika menangani pasien dengan
melakukan tahapan assessment, untuk menghimbau
orangtua pasien supaya menerapkan dukungan penilaian,
berupa pujian maupun penghargaan supaya pasien merasa
dilibatkan dalam interaksi sosial serta dengan adanya
penghargaan yang diberikan, pasien merasa usaha yang
telah dilakukannya dihargai.
2. Kepada orangtua pasien, supaya tetap semangat dalam
merawat pasien serta lebih meningkatkan dukungan
emosional, berupa perhatian maupun kasih sayang. Hal ini,
dapat memicu pasien menjadi terbuka hingga lambat laun
keberfungsian sosialnya membaik karena sering
berkomunikasi
3. Kepada peneliti selanjutnya, untuk lebih lanjut meneliti
mengenai pengaruh faktor kebefungsian sosial dalam
meningkatkan kemandirian pasien skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Achlis. 2011. Praktek Pekerjaan Sosial 1. Bandung: Kopma
Andarmryo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep, Teori,
Proses, dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ardani, Tristiadi Ardi. 2011. Psikologi Abnormal. Bandung: CV Lubuk
Agung
Arifim, Johar. 2017. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Barlian, Eri. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Padang:
Sukabina Press
Baron, Robert A dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial, edisi
kesepuluh (Ratna Djuwita, Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Carson, Robert C dan James N. Butcher. 1992. Abnormal Psychology
and Modern Life (9th Edition). USA: Harper Collins Publisher Inc
Cohen dan Syme. 1985. Social Support and Health. Orlando, Florida:
Academic Press Inc
Dobouis dan Miley. 1992. Social Work, an Empowering Profession.
Massachusetts: Allyand Bacon
Duval, Evelyn Ruth Mills. 1977. Marriage and Family Development
(5th Edition). New York: JB Lippincott Company
Fahrudin, Adi. 2018. Perspektif Biopsikososial untuk Assesmen
Keberfungsian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Farley, O dkk. 1991. Introduction to Social Work. New Jersey: Prentice
Hall International Inc
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori & Praktik (Ed 5) (Prof. Achir Yani S. Hamid dkk, Terjemahan).
Jakarta: EGC
Gusti, Salvari. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans
Info Media
Gottlieb, Benjamin H. 1983. Social Support Strategies. USA: Sage
Publications Inc
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Riskesdas 2018
Kusuma, Widjaja. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher
Kurniawan, Agung Widhi dan Zarah Puspitaningtyas. 2016. Yogyakarta:
Pandiva Buku

114
115

Linton, Ralph. 1936. The Study of Man an Introduction: New York: D.


Appleton Century Company Inc
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd Edition).
Surabaya: Airlangga University Press
Mehta, Cyrus R dan Nitin R Patel. 2010. IBM SPSS Exact.
Massachusetts: SPSS Inc
Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung:
PT Refika Aditama
Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang Gozali. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung: CV Pustaka Setia
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana
Nuryadi, dkk. 2017. Dasar-dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta:
Sibuku Media
Pieter, Herri Zan dan Dr. Namora Lumanggo Lubis. 2010. Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Raharjo, Santoso dkk. 2015. Pengantar Pekerja Sosial. Bandung; Unad
Press
Rusman, Tedi. 2015. Statistika Penelitian: Aplikasinya dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sarafino, Edward P dan Timothy W.Smith. 2017. Health Psychologi
(9th Edition). USA: Lightning Source Inc
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penlitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar:
Literasi Media Publishing
Skidmore, Rex A dkk. 1991. Introduction to Social Work. New Jersey:
Prentice Hall International Inc
Smet, Bert. 1994. Psikologi Kesehatan (Kunta R, Terjemahan). Jakarta:
PT Grasindo
Soehartono, Irwan. 2004. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta CV
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarkat Memberdayakan Rakyat
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Baru
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia
116

Susetyo, Budi. 2017. Statistika untuk Analisis Data Penelitian


Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS. Office Excel.
Bandung: PT Refik Aditama
Suwartno. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV
Andi Offiset
Syahrum dan Salim. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata
Komalasari, Terjemahan). Jakarta: EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Psychiatric Mental Health Nursing, (4th Ed).
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins
Widiana, Wayan dan Putu Lia Muliani. 2020. Uji Prasyarat Analisis.
Jawa Timur: Klik Media
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005 pengantar Psikololgi Abnormal, Edisi
revisi. Bandung: PT Refika Aditama
Yudhantara, Surya dan Ratri Istiqomah. 2018. Sinopsis Skizofrenia untuk
Mahasiswa Kedokkteran. Malang: UB Press
Yuandari, Esti dan R.Topan Aditya Rahman. 2017. Metodologi
Penelitian dan Statistika. Bogor: In Media
Yusuf, A dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Yusuf, AH dkk. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik dalam
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media

JURNAL
Apollo. (2007). Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan Perasaan
Malu pada Remaja. Widya Warta, 261
Hadiati, T. (2019). Hubungan Antar Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Kualitas Hidup Penderita Skizofrenia. JNH (Journal of Nutrition and
Health), Vol.7 No. 2, e-ISSN: 2622-8483
Hasmilasari dan Fira F. Dukungan Keluarga dalam Mencegah
Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh.
Nusrsing Journal. ISSN: 2087-2879
Hilmi, M.Sholih. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya
Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa SMKN 11 Malang. Jurnal
Psikologi, 555
Huraerah, Abu. (2013). Strategi Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. ISSN 1693-2358
Maghfiroh, L., & Khamida, K. (2015). Peran Keluarga dalam
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Bermasyarakat Klien
skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Journal of Health
Sciences, 8(1)
Maslihah, Sri. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial
Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik
117

Siswa SMPIT Assya Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal


Psikologi Undip, Vol. 10 No.2, 107
Nurcahyo, B., & Riskayanto, R. (2018). Analisis Dampak Penciptaan
Brand Image Dan Aktifitas Word of Mouth (Wom) Pada Penguatan
Keputusan Pembelian Produk Fashion. Jurnal Nusantara Aplikasi
Manajemen Bisnis, 3(1), 14-29
Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2010). Dukungan Keluarga
Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia
PH, L., Hermanto, H., & Pratama, N. (2018). Dukungan Keluarga dengan
Perawatan Diri pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli Jiwa. Jurnal
Kesehatan Manarang, 4(1)
Sefrina, F. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dan Keberfungsian
Sosial pada Pasien Skizofrenia Rawat Jalan. Jurnal Psikologi Terapan
(University of Muhammdiyah Malang).

SKRIPSI
Ambari, Prinda Kartika Mayang. 2010. “Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca
Perawatan di Rumah Sakit”. Fakultas Psikologi. Universitas
Diponegoro: Semarang
Putri, Fauziyah Kartika. 2016. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Ketidakpatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa di RS Islam
Jiwa Klender”. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Muhamadiyah
Jakarta: Jakarta
Samudra, Arris Dita. 2018. “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kemandirian Perawatan Diri Pasien Skizofrenia di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun”. Keperawatan: Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun

WEBSITE
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (Infodatin). 2019, diakses pada
4 Mei 2021 pukul 10.00 dari
file:///C:/Users/Nabella/Downloads/Documents/InfoDatin-Kesehatan-
Jiwa.pdf
Rumah Sakit JIwa Islam Klender, diakses pada 5 Mei 2021 dari
https://www.rsjiwaislam.com/ pukul 21.00 dan sumber data RSJIK
Quran Kemenag. 2021. Diakses pada 10 April 2021 dari
https://quran.kemenag.go.id/sura/95 pukul 21.00
Quran Kemenag. 2021. Diakses pada 10 April 2021 dari
https://quran.kemenag.go.id/sura/17/70 pukul 21.00
LAMPIRAN

118
119
120
121
122
ANGKET
Nama (Inisial) :
Usia anggota keluarga yang menjalani perawatan di Rehabilitasi
Psikososial :
Jenis kelamin anggota keluarga yang menjalani perawatan di
Rehabilitasi Psikososial : Laki-laki atau Perempuan (lingkari
jawaban yang mewakili)
Pekerjaan yang pernah dilakukan anggota keluarga yang menjalani
perawatan di Rehabilitasi Psikososial :

Petunjuk pengisian
Isilah kuesioner dengan memberikan tanda () pada setiap
pernyataan di kolom yang telah tersedia
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

ANGKET DUKUNGAN KELUARGA


No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya memahami hal yang terjadi pada anak
saya
2 Saya menyarankan anak saya untuk tidak
menyendiri
3 Saya menyediakan anggaran khusus untuk
pengobatan anak saya
4 Saya tidak peduli, ketika muncul gejala
kekambuhan pada anak saya
5 Saya tidak perlu mengingatkan anak saya untuk
minum obat
6 Saya tidak menyisihkan dana untuk pengobatan
anak saya, karena terpakai untuk kebutuhan
lainnya
123

7 Saya menjadi pendengar yang baik


8 Saya bersama-sama dengan anak saya
membaca informasi terkait penyakit skizofrenia
9 Saya mendaftar asuransi kesehatan untuk anak
saya
10 Saya memberikan pujian ketika dia berolahraga
11 Saya merasa kesal jika gejala kekambuhan
pada anak saya muncul
12 Saya sering lupa jadwal kontrol ke dokternya
13 Saya tidak memenuhi kebutuhan dasar anak
saya, seperti jarang menyiapkan makan
14 Saya memberikan perawatan dengan terapi
(mindfulness) berupa meditasi
15 Saya mengingatkan anak saya waktunya untuk
minum obat
16 Saya menemani anak saya check-up/kontrol
17 Saya tidak memperhatikan kegiatan yang anak
saya lakukan
18 saya tidak mempunyai waktu luang untuk anak
saya
19 Saya membiarkan anak saya menyendiri
20 Ketika anak saya kontrol, saya tidak jarang
menemani
21 Saya memberikan perhatian kepada anak saya,
ketika mengalami gangguan mood
22 Saya menyarankan anak saya untuk berdzikir
23 Saya sediakan waktu dengan anak untuk pergi
jalan-jalan/refreshing
24 Saya memberikan dorongan untuk tetap
melakukan hobinya
25 Saya tidak memperbolehkan anak saya untuk
keluar rumah
26 Saya mudah emosi, sehingga anak saya
menjadi takut untuk bercerita
27 Saya menyarankan anak saya untuk melakukan
hobinya
28 Saya terbuka dengan anak saya, sehingga ia
merasa nyaman untuk bercerita banyak hal
dengan saya
124

29 Saya dan anak sering menonton tv bersama


30 Saya membentak anak saya, ketika melakukan
kesalahan
31 Saya malu dengan kondisi penyakit yang
dialami anak saya
32 Saya memeluk anak saya, ketika sedang merasa
gelisah

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Anak saya dapat menjalankan ibadah shalat
dengan baik
2 Anak saya menyempatkan untuk berkunjung ke
rumah temannya
3 Anak saya mampu mengatasi amarahnya
4 Anak saya lalai dalam menjalankan ibadah
shalat
5 Anak saya mengurung diri di kamar
6 Anak saya tidak dapat diajak berdiskusi
7 Anak saya mengganti pakaiannya
8 Anak saya menekuni pekerjaan atau karir
sebelumnya
9 Anak saya mendengarkan saran dari orang lain
10 Anak saya tidak pandai mengurus diri
11 Anak saya tidak menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik
12 Anak saya tidak mau menerima usulan
13 Anak saya mandi tanpa disuruh
14 Anak saya dapat menyelesaikan tugas dari
tempatnya bekerja
15 Anak saya dapat mengatasi masalah yang
terjadi dengan temannya
16 Anak saya ceroboh dengan barang-barang
pribadinya
17 Anak saya jarang berkumpul dengan keluarga
18 Anak saya mudah marah dengan cara
mengamuk
125

19 Anak saya rajin menggosok gigi


20 Anak saya mengikuti kegiatan olahraga di
Rehabilitasi Psikososial
21 Anak saya jarang mandi
22 Anak saya sulit diajak berbicara, jika bertemu
dengan orang baru
23 Anak saya mudah tersinggung
24 Anak saya makan dengan teratur
25 Anak saya mengikuti kerja bakti di lingkungan
rumah
26 Anak saya tidak pernah membersihkan ruangan
27 Anak saya jarang makan
28 Anak saya membersihkan kamarnya sendiri
29 Anak saya dapat menggunakan transportasi
umum menuju Rehabilitasi Psikososial
30 Anak saya sering begadang
31 Anak saya hanya menonton televisi
32 Anak saya mampu merapikan barang-barang
yang berantakan

Angket menggunakan google form


126

Uji Validitas Dukungan Keluarga


R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 T
1 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 99
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 92
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96
4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 111
5 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 116
6 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 97
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96
8 3 3 4 4 3 3 3 1 1 3 3 1 4 1 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 1 4 3 3 3 4 4 1 89
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96
10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 2 3 3 115
11 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 110
12 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 104
13 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 114
14 3 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 121
15 3 4 3 4 2 4 3 1 3 4 4 4 3 1 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 2 103
16 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 85
17 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 90
18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 99
19 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 108
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 95
21 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 97
22 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 102
23 3 3 3 3 3 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 100
24 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 3 1 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 3 4 98
25 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122
26 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 111
27 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 4 4 4 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 83
28 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 112
29 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 98
30 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 4 4 2 3 1 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 100
31 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 125
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 3 109
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 1 4 4 3 3 3 3 109
34 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 93
35 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 108
36 4 4 2 3 3 1 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 1 4 2 4 1 3 2 99
37 3 3 2 2 4 2 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 89
38 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2 4 2 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 93
39 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 100
40 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 100
41 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 103
42 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 1 4 4 111
43 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 103
44 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 92
45 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 1 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 2 2 3 4 4 108
46 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 4 4 3 2 2 4 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 91
47 3 3 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 4 3 3 3 2 3 2 91
48 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 92
49 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 107
50 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 3 4 3 3 4 1 3 4 2 99
rhitung 0.513 0.641 0.565 0.342 0.5610.495 0.619 0.632 0.387 0.482 0.381 0.397 0.194 0.353 0.529 0.489 0.237 0.645 0.573 0.569 0.555 0.593 0.668 0.675 0.297 0.104 0.539 0.4570.478 0.259 0.314 0.529
rtabel 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.2790.279 0.279 0.279 0.279
Ket V V V V V V V V V V V V TV V V V V V V V V V V V V TV V V V TV V V

Warna merah menunjukkan item pernyataan tidak valid


127

Uji Validitas Keberfungsian Sosial


R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 T
1 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 4 1 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 105
2 2 3 1 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 72
3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 95
4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 1 4 2 1 3 2 2 3 3 3 78
5 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 1 4 114
6 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 106
7 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 113
8 3 2 3 4 4 4 1 1 3 3 2 2 2 1 1 4 2 4 2 1 2 4 3 4 4 2 4 1 1 4 4 1 83
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 94
10 4 3 1 4 4 3 1 4 4 4 3 3 1 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 101
11 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 103
12 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 77
13 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 101
14 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 111
15 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 1 2 3 2 1 3 2 4 4 2 4 3 89
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 94
17 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 89
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 94
19 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 109
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 98
21 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 4 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 96
22 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 2 4 4 2 3 2 3 4 3 3 2 2 4 2 3 4 4 4 3 2 3 101
23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 92
24 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 1 1 3 3 62
25 4 4 2 1 3 3 4 2 4 2 2 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 97
26 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 81
27 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 3 3 3 1 4 2 1 4 3 2 1 1 2 68
28 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 4 4 3 1 3 3 4 4 3 1 1 4 3 3 3 4 4 3 3 4 97
29 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 104
30 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 2 3 1 3 2 2 2 4 3 2 3 3 4 3 1 2 3 2 4 1 3 3 88
31 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 87
32 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 1 4 99
33 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 4 2 4 3 2 2 93
34 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 83
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 4 4 1 4 1 4 4 3 1 1 2 2 1 3 2 3 1 1 2 78
36 2 4 4 3 3 1 4 2 4 1 1 1 2 2 4 1 1 3 2 4 1 3 3 2 2 1 1 2 4 1 1 2 72
37 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 4 4 2 3 1 1 3 3 3 89
38 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2 1 3 1 4 1 4 4 4 1 2 1 1 4 1 1 3 4 1 69
39 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 72
40 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 100
41 2 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 86
42 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 78
43 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 99
44 2 3 2 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 77
45 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 2 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 110
46 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 90
47 4 2 2 1 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 81
48 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 85
49 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 103
50 1 2 2 2 3 2 3 2 2 4 1 2 4 2 1 1 1 1 1 1 4 3 1 3 1 2 4 1 3 1 4 1 66
rhitung 0.698 0.614 0.609 0.385 0.417 0.588 0.1850.572 0.576 0.554 0.751 0.682 0.421 0.726 0.652 0.514 0.604 0.469 0.715 0.397 0.364 0.226 0.609 0.517 0.577 0.685 0.307 0.671 0.411 0.707 -0,16 0.661

rtabel 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.2790.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279 0.279
Ket V V V V V V TV V V V V V V V V V V V V V V TV V V V V V V V V TV V

Warna merah muda menunjukkan item pernyataan tidak valid

Anda mungkin juga menyukai