Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH AKTIVITAS PENGAJIAN TERHADAP

ASPEK-ASPEK PSIKORELIGIUS REMAJA


DI DUSUN JAMBUKULON DESA MANGGIS
MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2011

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
WURI HANDAYANI
NIM 11107081

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011
ii
PENGARUH AKTIVITAS PENGAJIAN TERHADAP
ASPEK-ASPEK PSIKORELIGIUS REMAJA
DI DUSUN JAMBUKULON DESA MANGGIS
MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2011

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
WURI HANDAYANI
NIM 11107081

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011

iii
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiga.ac.id

Drs. Djuz’an, M.Hum


Dosen STAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Saudara Wuri Handayani
Kepada Yth,
Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : WURI HANDAYANI
NIM : 11107081
Jurusan : Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : PENGARUH AKTIVITAS PENGAJIAN TERHADAP
ASPEK-ASPEK PSIKORELIGIUS REMAJA DI
DUSUN JAMBUKULON DESA MANGGIS
MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
2011.

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Salatiga, 13 Juli 2011


Pembimbing,

Dra. Nur Hasanah, M.Pd

iv
v
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga
http://www.salatiga.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wuri Handayani

NIM : 11107081

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 20 Juli 2011

Yang Menyatakan

vi
MOTTO

Orang yang kuat bukan berarti orang yang kuat secara fisik,

tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu

mengendalikan hawa nafsu.

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Allah SWT yang selalu memberi pertolongan setiap ku merasa kesulitan.

2. Ayah bundaku tercinta, Khoeron dan Warsiti yang senantiasa mencurahkan

kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya.

3. Adikku tercinta M. Abdul Rohman yang selalu memberikan motivasi dan

semangat.

4. My bee “Ozziex” yang selalu memberi warna di setiap hari-hariku.

5. Teman-teman kostku Ganesha, mbak yuli, mbak indah, mbak atin, mbak ana

yang selalu membantuku.

6. Teman-teman kost Az-Zahro dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga,

Makasih telah membesarkan dan mengajariku tentang kebersamaan, senyum,

dan moment moment indah selama aku di salatiga.

7. My twince “yahya” and My best friend “syarif, rhina, widayanti, nafi’ah,

wafiq “n” mbak ida I miss u all, dan teman-teman move_it yang selalu ada

saat suka maupun duka.

8. Teman-teman PAI angkatan 2007 khususnya PAI-C. I love u all….

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aktivitas

Pengajian Terhadap Aspek-Aspek Psikoreligius Remaja Di Dusun Jambukulon Desa

Manggis Mojosongo Boyolali Tahun 2011” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku ketua jurusan tarbiyah.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku ketua program studi PAI.

4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.

6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu

proses penyusunan skripsi ini.

ix
7. Ibu Tatik Anggraini, selaku Kepala Desa Manggis, Mojosongo yang telah

memberikan ijin dalam penelitian ini. Serta tokoh masyarakat dan remaja yang

telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Ayahku Khoeron dan Ibuku Warsiti serta keluarga besar Mbah Ahmad Dahlan

(Alm) dan Mbah Iman Harjo (Alm), yang selalu kasih sayang, doa dan dukungan

dalam Studiku.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 26 Juli 2011

Penulis

x
ABSTRAK

Handayani, Wuri, 2011. Pengaruh Aktivitas Pengajian Terhadap Aspek - Aspek


Psikoreligius Remaja Di Dusun Jambukulon, Desa Manggis,
Mojosongo, Boyolali. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs Juz’an, M.Hum.
Kata kunci : aktivitas pengajian dan aspek psikoreligius remaja
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat aktivitas pengajian
terhadap aspek-aspek psikoreligius remaja di Dusun Jambukulon Desa Manggis
Mojosongo Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini
adalah: 1. Bagaimana aktivitas pengajian di kalangan remaja Dusun Jambu kulon,
Boyolali, Tahun 2011. 2. Adakah aspek psikoreligius dari dampak aktivitas pengajian
bagi remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011. 3. Adakah pengaruh aspek-
aspek psikoreligius remaja dalam aktivitas pengajian terhadap perilaku sehari-hari
remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik angket,
metode dokumentasi, dan metode observasi, dan metode observasi. Subyek penelitian
ini adalah seluruh remaja yang mengikuti aktivitas pengajian di Dusun Jambukulon
Desa Manggis Mojosongo Boyolali, sebanyak 30 remaja.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat aktivitas pengajian remaja
di Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali tergolong tinggi sebanyak
46,7% (Sebanyak 14 remaja). Sedangkan aspek – aspek psikoreligius remaja sebagian
besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu 53,3% (Sebanyak 16 remaja).
Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar
0,663, pada taraf signifikan antara aktivitas pengajian dan aspek psikoreligius di
Dusun jambukulon Desa Manggis Mojosongo Boyolali.

xi
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ........................................................................................... ii

JUDUL .................................................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v

DEKLARASI ....................................................................................................... vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 5

E. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5

F. Definisi Operasional ......................................................................... 6

G. Metode Penelitian ............................................................................. 9

xii
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas Pengajian ............................................................................ 15

1. Pengertian Aktifitas Pengajian .................................................... 15

2. Dasar Pengajian .......................................................................... 16

3. Tujuan Pengajian ........................................................................ 18

4. Peranan Pengajian ....................................................................... 19

5. Materi Yang Menjadi Kajian ....................................................... 21

6. Metode Yang Digunakan dalam Pengajian .................................. 21

B. Aspek–Aspek Psikoreligius .............................................................. 23

1. Pengertian Psikoreligius .............................................................. 23

2. Pengertian Remaja ...................................................................... 24

3. Konflik Pada Remaja .................................................................. 26

4. Psikoreligius Remaja .................................................................. 29

C. Pengaruh Aktivitas Pengajian terhadap Aspek Psikoreligius Remaja . 30

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo ..... 34

1. Keadaan Geografis Dusun jambukulon ....................................... 34

2. Monografis Dusun Jambukulon Desa Manggis ........................... 35

B. Gambaran Umum Pengajian di Dusun Jambukulon ........................... 37

C. Penyajian Data .................................................................................. 40

1. Data Responden .......................................................................... 40

xiii
2. Data Hasil Jawaban Angket ........................................................ 41

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Deskriptif ............................................................................ 45

1. Analisis Data Aktivitas Pengajian ............................................... 45

2. Analisis Data Aspek Psikoreligius .............................................. 49

B. Analisis Uji Hipotesis ....................................................................... 54

C. Pembahasan ...................................................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 58

B. Saran ............................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 2 Data Struktur Organisasi Dusun Jambukulon Desa Manggis

Tabel 3 Data Susunan Kepanitiaan Pengajian

Tabel 4 Data Penceramah dan Materi dalam Kegiatan Pengajian Remaja

Tabel 5 Data Nama Responden Remaja Yang Mengikuti Pengajian

Tabel 6 Data Jawaban Angket Variabel Aktivitas Pengajian

Tabel 7 Data Jawaban Angket Variabel Aspek-aspek Psikoreligius

Tabel 8 Data Nilai dan Nominasi Tingkat Aktivitas Pengajian Remaja

Tabel 9 Data Frekuensi Tingkat Aktivitas Pengajian Remaja

Tabel 10 Data Nilai dan Nominasi Tingkat aspek Psikoreligius Remaja

Tabel 11 Data Frekuensi Tingkat Aspek Psikoreligius Remaja

Tabel 12 Data Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara Aktivitas Pengajian

terhadap Aspek Psikoreligius

Tabel 13 Nilai Product Moment N = 30

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan lahir maupun batin.

Akan tetapi kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga

dibutuhkan oleh manusia lainnya. Manusia selalu membutuhkan pegangan

hidup yang disebut agama, karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada

suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka

berlindung dan memohon pertolongan, sehingga keseimbangan manusia

dilandasi kepercayaan beragama.

Hidup tidak selamanya berjalan lurus, adakalanya goncangan-

goncangan hadir dalam langkah kehidupan manusia. Goncangan-goncangan

tersebut bisa jadi diakibatkan oleh musibah, kegagalan, dan sebagainya.

Kondisi tersebut biasanya dihadapi dengan berbagai perasaan seperti sedih,

tegang, resah, takut, marah, kecewa, atau sebaliknya cobaan tersebut dihadapi

dengan hati yang lapang (Sururin, 1994). Kestabilan hidup seseorang dalam

beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang bukanlah kestabilan yang

statis, melainkan perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran,

pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada.

Disini kepribadian sangat menentukan, apabila kepribadiannya utuh

dan jiwanya sehat, ia akan menghadapi semua masalah tersebut dengan

tenang. Kepribadian yang di dalamnya terkandung unsur-unsur keimanan yang

1
teguh, berbagai masalah yang menimpa dirinya dihadapi dengan hati yang

tenang. Namun orang yang jiwanya goncang dan jauh dari agama boleh jadi ia

akan marah tanpa sasaran yang jelas, atau memarahi orang lain sebagai

sasaran kemarahan.

Remaja adalah cikal bakal calon pemimpin negara, membentuk

psikologi yang benar pada remaja telah diatur di dalam islam sebagai agama

yang satu-satunya agama yang haq. Masa remaja adalah masa peralihan, yang

ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa (Zakiyah Daradjat,

1970:69). Dalam Al-Qur’an dijelaskan tahapan yang dilalui manusia. Allah

SWT berfirman dalam QS. Al-Insyiqoq ayat 19:

    


Artinya: “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam

kehidupan)”

Yang dimaksud dengan tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani

sampai dilahirkan, Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai

dewasa atau dari hidup menjadi mati Kemudian dibangkitkan kembali.

Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada

dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa

kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang

dan berdiri sendiri (Zakiyah Daradjat, 1970:72). Ide-ide agama, dasar-dasar

keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh

seseorang pada masa kecilnya sehingga apa yang diterimanya dari masa kecil

itu menjadi keyakinan yang dipegang melalui pengalaman-pangalaman yang

dirasakannya (Zakiyah Daradjat, 1970:73).

2
Masalah kenakalan remaja yang berkembang dewasa ini di Indonesia

umumnya dan di Dusun Jambukulon khususnya mengalami kecenderungan

meningkat pada tindakan kejahatan (kriminalitas) yang meresahkan

masyarakat. Kriminalitas remaja masa kini mendorong para penanggungjawab

sosial (aparat kepolisian), pendidikan (guru atau pendidik), kerohanian

(mubaligh atau alim ulama) serta penanggungjawab hukum (hakim, jaksa)

untuk turut serta memecahkan masalah kejahatan remaja yang istilahnya sudah

dihaluskan menjadi kenakalan remaja itu.

Kenakalan remaja adalah sebuah gejala (fenomena) sosial yang

muncul dan berkembang di antaranya akibat dari suatu kondisi sosial yang

kurang kondusif bagi perkembangan remaja, begitu pula yang terjadi pada

remaja di Dusun Jambukulon yang dipengaruhi oleh remaja yang datang dari

perantauan atau kota besar yang terkenal dengan perilaku barat sehingga

membawa dampak negatif bagi remaja di Dusun jambukulon. Oleh karena itu

dapat dikatakan secara umum bahwa segala tindakan negatif para remaja yang

tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat adalah bentuk

kenakalan remaja.

Dari berbagai persoalan diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian yang berjudul “PENGARUH AKTIVITAS PENGAJIAN

TERHADAP ASPEK-ASPEK PSIKORELIGIUS REMAJA DI DUSUN

JAMBUKULON, MOJOSONGO, BOYOLALI TAHUN 2011”.

B. Rumusan Masalah

3
Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-

pokok masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana aktivitas pengajian dikalangan remaja Dusun Jambu kulon,

Boyolali, Tahun 2011?

2. Adakah aspek psikoreligius dari dampak aktivitas pengajian bagi remaja

Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011?

3. Adakah pengaruh aspek-aspek psikoreligius remaja dalam aktivitas

pengajian terhadap perilaku sehari-hari remaja Dusun Jambu kulon,

Boyolali, Tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian

Melihat permasalahan di atas yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas pengajian dikalangan remaja Dusun Jambu

kulon, Boyolali, Tahun 2011.

2. Untuk mengetahui aspek psikoreligius dari dampak aktivitas pengajian

bagi remaja Dusun Jambu kulon, Boyolali, Tahun 2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh aspek-aspek psikoreligius remaja dalam

aktivitas pengajian terhadap perilaku sehari-hari remaja Dusun Jambu

kulon, Boyolali, Tahun 2011.

D. Hipotesis Penelitian

4
Hipotesis adalah “Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 1997:67). Kemudian Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi

Research mengenai hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar,

atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan

diterima apabila fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1981:63)

Hipotesis ini akan diterima jika benar, dan akan ditolak jika salah.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis, yaitu:

Hipotesis Kerja (Ha)

1. “Ada pengaruh antara aktivitas pengajian dengan aspek-aspek

psikoreligius remaja di dusun Jambukulon, Mojosongo, Boyolali tahun

2011.

2. “Tidak ada pengaruh antara aktivitas pengajian dengan aspek-aspek

psikoreligius remaja di dusun Jambukulon, Mojosongo, Boyolali tahun

2011.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu:

Manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep-

konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan ilmu.

5
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para

peneliti di bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja, diharapkan dapat meningkatkan rasa keimanan dan

keistiqomahan serta perilaku akhlakul karimah dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Bagi orang tua, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan

pembentukan akhlak anak-anak mereka menjadi lebih baik khususnya

remaja.

c. Bagi jajaran dinas kelurahan terkait, hasil penelitian dapat

dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang kesejahteraan

masyarakat, terutama berhubungan dengan pembinaan moral

masyarakat di desa tersebut.

d. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan yang dapat dijadikan

bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang pendidik.

e. Bagi masyarakat setempat sebagai subjek penelitian, hasil penelitian

ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam

meningkatkan bimbingan agama.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda,

maka penulis menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang berkaitan dengan

judul di atas:

6
1. Aktivitas Pengajian

a. Aktivitas

Aktivitas merupakan suatu perbuatan. Yakni tingkah laku

berwujud, mungkin merupakan perbuatan reflektoris atau perbuatan

yang nyata didasari oleh adanya aspek kehendak atau motif (Singgih

Gunarso, 1948:12).

b. Pengajian

Pengajian berasal dari kata kaji, dengan imbuhan peng-an yang

sama artinya dengan Pengajaran (agama islam): menanamkan norma

agama melalui jalan dakwah (http://www.artikata.com/arti-367063-

pengajian.php)

Adapun indikator dari aktivitas pengajian adalah:

1) Dzikir, tahlil dan sholawat Nabi

2) Pembacaan ayat suci Al qur’an

3) Mauidhoh hasanah

2. Aspek - aspek Psikoreligius

a. Aspek - aspek

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aspek adalah segi

pandang terhadap suatu hal, peristiwa yang ditinjau dari segala.

Pandangan terhadap bagaimana terjadinya suatu peristiwa dari

permulaan sampai akhirnya (Poewadarminta, 2007:72).

7
b. Psikoreligius

Psiko berasal dari bahasa inggris psycho yang bersumber dari

bahasa Greek (yunani) yaitu psych yang artinya “ jiwa”. Menurut

Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, al-Din, religi

(relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang

atau hukum. Dalam pengertian di indonesia religius adalah agama,

dalam hal ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,

utang, balasan, kebiasaan. Kata religi (latin) atau relegere berarti

mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat.

(Jalaluddin, 1996:12).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan psikoreligius adalah

gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran,

perasaan dan kehendak yang bersifat abstrak dan menyangkut masalah

yang berhubungan dengan kehidupan bathin (Jalaluddin, 1996:7), hal

tersebut dapat mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia dan

menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang diwahyukan

Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Adapun indikator aspek-aspek psikoreligius adalah:

1. Mengendalikan diri terhadap nafsu dan dorongan-dorongan jahat

yang ada dalam diri manusia.

2. Mengembangkan dan meningkatkan serta mengarahkan diri

terhadap hal-hal yang lebih baik dan diridhaiNya.

3. Masa depan yang cerah.

8
G. Metode Penelitian

Yang dimaksud metode adalah teknik yang digunakan dalam

penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa

dan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.

Penelitian ini, menggunakan pendekatan lapangan (Field

Research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara

langsung di lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai

studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga

menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit

sosial tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuantitatif. Kuantitatif dipilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi

pengaruh aktivitas pengajian terhadap aspek-aspek psikoreligius remaja di

dusun Jambu kulon Mojosongo tahun 2011.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian Dusun Jambukulon, Mojosongo, Kabupaten

Boyolali, pada tahun 2010.

b. Waktu penelitian pada tanggal 18 juni sampai tanggal 17 juli 2011.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi
Populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian” (Arikunto,

1997:108). Populasi ini mencakup seluruh remaja di dusun

Jambukulon, Mojosongo, Boyolali, Tahun 2011.

9
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah bagian dari

populasi yang merupakan wakil dari populasi yang diselidiki

(Arikunto, 1997:117), pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah

30 remaja dusun Jambukulon, Mojosongo, Boyolali.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan

populasi yang melibatkan seluruh remaja dusun Jambukulon,

Mojosongo, Boyolali tahun 2011.

4. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data baik tentang aktivitas pengajian

maupun aspek–aspek psikoreligius remaja, maka penulis menggunakan

teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang

hendak dicapai, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Angket

Teknik angket yakni suatu metode melalui pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

(Arikunto, 1997:229). Teknik ini digunakan untuk mengukur variabel

aktivitas pengajian dan variabel aspek-aspek psikoreligius.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

1998:236). Bahan-bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian

ini foto-foto pada saat berlangsungnya aktivitas pengajian, dan

10
berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas pengajian di dusun

Jambukulon, Mojosongo, Boyolali.

c. Metode Observasi

Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,

1989:136). Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati semua hal

yang berkaitan dengan aktivitas pengajian yang meliputi peserta atau

jamaah pengajian, susunan acara pengajian dan ulama atau kiai yang

memberikan mau’idhoh hasanah.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen

penelitian, yaitu:

a. Angket, intrument ini diberikan kepada remaja yang digunakan sebagai

alat untuk mengetahui tingkat aktivitas pengajian dan aspek-aspek

psikoreligius remaja di dusun Jambukulon, Mojosongo, Boyolali.

b. Dokumen, instrument ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui

keadaan secara riil kegiatan pengajian tersebut.

c. Observasi, instrument ini digunakan untuk melengkapi data-data

tentang aktivitas pengajian dan aspek-aspek psikoreligius remaja di

dusun Jambukulon, Mojosongo, Boyolali.

6. Teknik Analisa Data

Pada analisa data ini penulis menggunakan teknik statistik, untuk

mencari ada tidaknya pengaruh aktivitas pengajian terhadap aspek-aspek

11
psikoreligius dengan menggunakan statistik dengan rumus prosentase dan

rumus product moment sebagai berikut :

Rumus persentase, yakni:

F
P x100%
N

Keterangan:

P : Frekuensi / persentase

F : jawaban responden

N : Jumlah responden

Kemudian rumus product moment:

N  XY   X  Y 
rxy 
N  X    X  N  Y    Y  
2 2 2 2

Keterangan:

Rxy : Koefisien korelasi antara variabel

N : Jumlah sampel

X : Variabel pengaruh (aktifitas pengajian)

Y : Variabel terpengaruh (psikoreligius remaja)

XY : Pengaruh antara variabel x dan y

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan

12
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori yang menjadi landasan teoritik yang

berkaitan dengan variabel penelitian yaitu pengertian aktivitas

pengajian, dasar pengajian, tujuan pengajian, peranan pengajian,

materi yang diajarkan, metode yang digunakan dalam pengajian,

pengertian aspek-aspek psikoreligius, pengertian remaja, konflik

pada remaja, psikoreligius remaja, pengaruh aktivitas pengajian

terhadap aspek-aspek psikoreligius.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Berisi tentang gambaran umum dusun Jambukulon yang terdiri

dari: keadaan Geografis Desa Manggis dan Monografis Dusun

Jambukulon, gambaran umum aktivitas pengajian, data pengurus

pengajian, data responden, daftar hasil jawaban angket.

BAB IV ANALISIS DATA

Berisi tentang analisa data deskriptif, pengujian hipotesis dan

pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

13
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktifitas Pengajian

1. Pengertian Aktivitas Pengajian

Untuk memperoleh batasan dari pengertian aktivitas pengajian,

terlebih dahulu dikemukakan pengertian aktivitas. Dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia Aktivitas, kesibukan, kegiatan (Poerwadarminto,

2006:20). Aktivitas merupakan suatu perbuatan. Yakni tingkah laku

berwujud, mungkin merupakan perbuatan reflektoris atau perbuatan yang

nyata didasari oleh adanya aspek kehendak atau motif (Singgih Gunarso,

1948:12).

Pengertian dari pengajian, pengajian berasal dari kata kaji yang

artinya pelajaran (agama dsb); penyelidikan (tentang

sesuatu);(Poerwadarminta, 2006:508). Mendapat awalan peng- dan

akhiran –an menjadi pengajian yang berarti ajaran; pengajaran (agama

islam), menanamkan norma agama melalui - dan dakwah; pembacaan

alquran (Poerwadarminta, 2006:508).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa aktivitas pengajian adalah kegiatan atau kesibukan tentang

pengajaran agama islam, yang mana pengajaran tersebut berupa acara

tabligh atau juga pembacaan al Qur’an.

14
Dengan demikian aktivitas pengajian adalah perbuatan mencari

ilmu melalui berbagai media, seperti ceramah-ceramah agama yang

diadakan dirumah-rumah, masjid, perpustakaan dan sebagainya itulah

pengajian (Abdurrahman, 1996:73). Adapun sumber ajaran utamanya

adalah Al Qur’an dan Al Hadist, dimana kegiatan itu akan dapat berupa

perbuatan yang dapat dikatakan ibadah atau beribadah yang akan dinilai

berdasarkan apa-apa yang telah dijanjikan Allah yang berupa pahala atau

surga.

2. Dasar Pengajian

Pengajian merupakan sarana penyampaian ilmu dari seorang ulama

(guru) kepada jamaah, sehingga dapat dikatakan sebagai upaya dakwah.

Dalam hal dakwah ini terdapat dasar-dasar yang bersumber pada Alqur’an

dan hadits atau sunnah, diantaranya sebagai berikut:

a. QS. Ali Imron: 104

  


  


 
  
  
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung” (QS. Ali Imron : 104).

15
b. QS. An Nahl: 125

  


 

 
 
    
    
  
 

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125).

c. Hadits Nabi

Artinya: Dari anas ra berkata, bersabda Rasulullah SAW “Apabila

kalian berjalan melalui taman-taman surga, maka berhentilah disitu;

beliau bertanya, apakah taman surga itu? Rasulullah menjawab:

16
tempat mengajar ilmu”. HR Akhmad dan Turmudzi (Hujjah NU,

2008:65).

Jika secara biologis manusia membutuhkan makanan, pakaian

dan papan sebagai kebutuhan pokok. Maka secara psikologis manusia

membutuhkan siraman rohani secara kontinyu, kebutuhan tersebut

dapat terpenuhi melalui ceramah-ceramah agama, tahlil, pembacaan

ayat suci al qur’an, pengajian rutin sebagai penyejuk hati dan

penentram jiwa agar diperoleh ketenangan jiwa (Serial Khutbah

Jum’ah, 1994:159).

3. Tujuan Pengajian

Dalam pengajian dilaksanakan sebuah sistem pengajaran atau

penyampaian ilmu berasaskan ajaran islam. Pengajian ini lebih banyak

didominasi oleh unsur - unsur keislaman, sehingga bisa dikatakan bahwa

yang menjadi tujuan dari pengajian yakni membentuk kepribadian

seseorang yang menjadi insan kamil yang berpola takwa (Depag RI,

1982:28).

Adapun tujuan diadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian

mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan realitas orang yang

memaknai atau mengartikannya. Tuty Alawiyah merumuskan tujuan

pengajian dilihat dari segi fungsinya, adalah sebagai berikut:

a. Sebagai tempat belajar, maka tujuan pengajian adalah menambah ilmu

dan keyakinan agama islam yang akan mendorong pengalaman ajaran

agama

17
b. Sebagai kontak sosial, maka pengajian mempunyai tujuan sebagai

tempat silaturahmi

c. Sebagai sarana mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah

meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga serta

lingkungan jama’ahnya (Alawiyah, 1997:78).

M. Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa pengajian

yang diadakan oleh masyarakat pesantren yang ada di pelosok pedesaan

maupun perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal yang

ghoib

b. Semangat dan nilai ibadah yang menghayati seluruh kegiatan hidup

manusia di dunia

c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamah dapat

dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan

kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan

bersama

d. Segala kegiatan atau aktivitas sehingga menjadi kasatuan yang padat

dan selaras.

4. Peranan Pengajian

Dalam islam, tujuan hidup umat manusia tidak sebatas untuk

mencapai kebahagiaan kehidupan dunia semata, namun juga pencapaian

kebahagiaan akhirat. Islam merupakan pencerah yang membawa

keseimbangan dalam kehidupan dunia dan akhirat, yakni dalam hal ini

18
adalah “Hablu min Allah” dan “Hablu min An-Naas” (Nashir, 1999:44).

Islam memberi penghargaan bagi orang-orang yang mau belajar dan

mengajarkan Al Quran seperti tertuang dalam hadist Nabi SAW sebagai

berikut:

Artinya: Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah

orang yang mempelajari Alqur’an dan mengamalkannya”. Membenarkan

apa yang diucapkan HR. Usman bin affan ra (Kitab Durrotun Nasikhin,

1994:182).

Dilihat dari segi tujuan, pengajian termasuk sarana dakwah

islamiyah yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan

melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat

untuk kelancaran pelaksanaan pengajian sesuai dengan tuntutan

pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia

sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang

peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran islam di Indonesia. Di

samping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap

patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan

Indonesia, lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan

nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga

pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk langgar, surau, dan mushola

(Zuhairini, dkk., 1997:19).

19
Pengajian bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk

organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya

non formal . karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademik

kurikulum, lama waktu belajar, tidak ada kenaikan kelas, ijazah dan

sebagainya sebagaimana lembaga pendidikan formal yaitu sekolah (Huda,

1987:13). Pengajian juga merupakan bentuk lembaga non formal yang

fleksibel dan merupakan lembaga pendidikan yang amat besar peranannya

dalam menyebarkan risalah islam, serta merupakan lembaga pendidikan

yang berorientasi pada konsep dan pandangan pendidikan secara Islam.

5. Materi Yang Menjadi Kajian

Materi dakwah merupakan faktor yang cukup penting dalam

menentukan berhasil atau tidaknya palaksanaan pengajian. Materi yang

tidak pas dengan kondisi masyarakat adakalanya kurang diminati oleh

jamaah, sehingga akan melahirkan rasa enggan untuk mengikuti pengajian.

Materi yang dipelajari dalam pengajian mencakup pembacaan Al

Qur’an dan Tajwidnya serta tafsirnya, Fiqh serta apa saja yang dibutuhkan

para jamaah misalnya masalah penanggulangan kenakalan remaja,

undang-undang perkawinan, dan lain-lain.

Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di

pengajian melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks

permasalahan yang sedang aktual dan butuh penanganan yang tepat di

masyarakat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan

20
kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar

pengajian tidak terkesan kolot dan terbelakang. Pengajian adalah salah

satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan

umat, maka selain pelaksanaan secara teratur dan periodik juga harus

mampu membawa jamaahnya ke arah yang lebih baik.

6. Metode Yang Digunakan dalam Pengajian

Metode sebagai salah satu faktor yang perlu dipikirkan dan

diupayakan secara cermat dan teliti. Metode yang tidak jelas atau tidak pas

dalam penyampaiannya akan berimbas pada para jamaah, sehingga disini

perlu dilakukan langkah-langkah kreatif terkait dengan penerapan metode.

Metode yang dapat diterapkan dalam pengajian antara lain yaitu:

a. Dengan Hikmah

Metode hikmah ini merupakan metode dakwah dari seorang dai

sebagai refleksi dari kemampuanya dalam melaksanakan dakwah

dengan jitu karena pengetahuanya yang tuntas lagi tepat tentang liku-

liku dakwah.

b. Dengan mauidzah khasanah atau nasehat yang baik

Metode ini diterapkan dengan pemberian nasehat dengan

mengungkapkan sebab akibat atau baik buruknya suatu perbuatan

dilakukan, baik itu melalui penuturan kisah-kisah keadaan umat pada

masa lalu, melalui pemberian peringatan atau kabar gembira

(ancaman/janji), melalui pelukisan, gambaran surga atau neraka,

21
melalui pengungkapan perumpamaan-perumpamaan (Masyur Amin,

1997:70).

c. Dengan dialog yang baik

Metode ini dilaksanakan dengan cara berdialog atau bertukar

pikiran karena adanya kontradiksi keyakinan dengan dakwah, baik

perbedaan pemikiran dengan dakwah atau karena arah dakwah yang

berlawanan dengan akidah atau keyakinan mereka (Muh. Husain,

1997:49).

Jadi metode ini dilaksanakan dalam rangka menjernihkan

permasalahan dengan cara pertukaran argument sebagai pemecahan

masalah tentunya dilandasi dengan dasar-dasar tertentu.

B. Psikoreligius Remaja

1. Pengertian Psikoreligius

Psiko berasal dari bahasa inggris psycho yang bersumber dari

bahasa Greek (yunani) yaitu psych yang artinya “ jiwa”. Harun Nasution

merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, al-Din, religi (relegere,

religare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum.

Dalam pengertian di indonesia religius adalah agama, dalam ini

mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,

kebiasaan. Kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan

membaca kemudian religare berarti mengikat (Jalaluddin, 1996:12).

22
Bertitik tolak dari pengertian tersebut menurut Harun Nasution,

intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang

harus dipegang dan dipatuhi manusia (Jalaluddin, 1996:12). Menurut

Robert H. Thouless agama adalah keyakinan, dalam kaitannya dengan

psikoreligius ia mendevinisikan agama sebagai sikap (cara penyesuaian

diri) terhadap dunia yang mencangkup acuan yang menunjukkan

lingkungan yang lebih luas daripada lingkungan dunia fisik yang terikat

ruang dan waktu “the spatio temporal physical world” (Jalaluddin,

1996:14). Dalam hal ini adanya pengaruh keyakinan agama terhadap sikap

dan tingkah laku serta keadaan hidup (Zakiah Daradjat, 1970:2).

Secara operasional, psikoreligius dapat didefinisikan sebagai:

“Tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan

terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan

perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui

pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris”. Psikoreligius

adalah psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaan,

yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama

(religious experience). Kesadaran agama: hadir dalam pikiran dan dapat

dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama: perasaan yang hadir dalam

keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir.

Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1) Gejala-gejala psikis manusia yang

berkaitan dengan tingkah laku keagamaan; dan (2) Proses hubungan antara

psikis manusia dan tingkah laku keagamaannya (Jalaluddin, 1996:17).

23
2. Pengertian Remaja

Konsep remaja tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang

berlaku. Contoh data: hukum perdata dewasa (1) usia ≥ 21 tahun (atau

kurang tapi sudah menikah), (2) usia < 21 tahun (dan belum menikah)

masih butuh wali untuk melakukan tindakan hukum perdata. Misalnya:

mendirikan perusahaan atau perjanjian yang disyahkan oleh pejabat. Masa

remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-

kanak menuju dewasa atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Zakiyah

Daradjat, 1970:69).

Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam.

Di dalam al-Qur’an ada kata Al-Fityatun yang artinya orang muda.

Firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 13 :

   


  
 
 

Artinya : Kami ceritakan padamu (Muhammad) dengan sebenarnya.

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

24
Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk”.(QS. Al

Kahfi: 13)

Terhadap pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak

kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat an-Nur ayat 59 :

  


 
 
  
  
  
   
  
Artinya : “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka

hendaklah mereka meminta izin seperti orang sebelum mereka meminta

izin, demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya dan Allah maha

mengetahui lagi maha bijaksana”.(QS. An Nur: 59)

Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata fityatun yang artinya

muda dan kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi al-Hulama. Kata

baligh dalam istilah hukum islam digunakan untuk penentuan umur awal

kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari atau

dengan kata lain terhadap mereka yang telah aqil baligh, berlakulah

seluruh ketentuan hukum Islam (Zakiyah Daradjat, 1995:11). Tampaknya

masa remaja yang mengantarai masa kanak-kanak dengan dewasa tidak

terdapat dalam Islam, akan tetapi dalam Islam seorang manusia bila telah

aqil baligh maka ia telah bertangung jawab atas setiap perbuatanya.

25
Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan adalah tahap

umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh

pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh

remaja, luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap

sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja (Zakiyah Daradjat,

1995:8). Masa remaja adalah masa kegoncangan jiwa, masa berada dalam

peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-

kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan

berdiri sendiri (Zakiyah Daradjat, 1970:72). Perkembangan mental remaja

ke arah berpikir logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangan dan

kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan

Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini (Zakiyah Daradjat,

1970:74).

3. Konflik Pada Remaja

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa

remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai

masa remaja mencakup masa; Juventus (adolescantium), pubertas dan

nubilitas (Jalaluddin, 1996:72). Ini terlihat pada masa remaja yang

memiliki sifat Intelectual comprehension yaitu sifat lebih memerlukan

intelek dan adanya proses kreatif yang lebih kompleks dari pada respons

bersyarat saja, pikiran dan logika berperan dalam setiap proses keimanan,

jiwa mula-mula percaya, timbul kebimbangan, kemudian proses berfikir

26
timbul kepercayaan yang baru atau insight baru sebagai sintesa dari

kepercayaan yang ada dan kebimbangan.

Umur remaja adalah umur peralihan dari anak-anak menjelang

dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan

kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa,

problemnya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakukan orang

dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik dinegara

yang maju, maupun yang masih berkembang. Di antara problem remaja

yang sering rasakan antara lain adalah:

a. Masalah hari depan

Setiap remaja memikirkan masa depannya. Ia ingin mendapat

kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari

depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk di

bangku universitas atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak

jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan kecemasan

akan hari depan itu, misalnya: hari depan suram, buat apa belajar, toh

sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat

bekerja dan sebagainya. Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti

itu telah menimbulkan berbagai problema lain yang mungkin

menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat

belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan timbul

bahkan terkadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh

hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalahgunaan narkotika.

27
Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan tidak

jarang terjadi goncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan.

b. Masalah hubungan dengan orang tua

Ini pun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari

dahulu sampai sekarang, sering kali terjadi pertentangan pendapat

antara orang tua dan anakanaknya yang telah remaja atau dewasa.

Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja

mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gondrong, pakaian kurang

sopan, laga-lagu dan sikap terhadap orang tua kurang hormat.

c. Masalah moral dan agama

Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-

kota besar barang kali pengaruh hubungan dengan budaya asing

semakin meningkat melaui film, bacaan, gambar-gambar dan

hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan

berbagai sikap dan kelakuan. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan

kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan

tempat. Keadaan dan nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan

kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan

yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama,

karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak

dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan (Zakiyah Daradjat,

1970:126-127).

28
4. Psikoreligius Remaja

Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran

agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide

pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan

berkembang dan bertambah subur apabila anak atau remaja dalam

menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-kritikan dalam hal

agama sehingga apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi

keyakinan yang dipeganginya melalui pengalaman-pengalaman yang

dirasakannya (Zakiyah Daradjat, 1970:73).

Menurut W. Starbuck perkembangan agama pada remaja ditandai

oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya.

Perkembangan itu antara lain:

a. Pertumbuhan pikiran dan mental

b. Perkembangan perasaan

c. Pertimbangan sosial

d. Perkembangan moral

e. Sikap dan minat (Jalaluddin, 1996:72-74)

Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara yang

tidak memberi kesempatan atau berpikir logis dan mengkritik pendapat-

pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan

dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan

pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah

dan kurang aman apabila agama atau keyakinannya berlainan dari agama

29
atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya

menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai agama dalam hidupnya

sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama. Setelah

perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau

menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka

pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah,

dari mau menerima tanpa pengertian menjadi menerima dengan

penganalisaan (Zakiyah Daradjat, 1970:74).

Dapat kita ringkaskan psikoreligius pada remaja adalah hubungan

antara dia, Tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa dan

pengalaman masa lalu dan yang sedang dialami oleh remaja itu. Atau

dengan kata lain hasil dari interaksi antara dia dan lingkungannya. Sedang

gambaran tentang Tuhan dan sifat-sifatNya, dipengaruhi oleh kondisi

perasaan dan sifat remaja itu sendiri (Zakiyah Daradjat, 1978:75).

Psikoreligius pada remaja adalah tanggung jawab bersama, antara remaja

itu sendiri, orang tua, lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dan seperti

ayat di atas tadi maka hendaknya pembentukan psikologi mestinya sudah

dibina dari masa balita.

C. Pengaruh Aktivitas Pengajian Terhadap Aspek - Aspek Psikoreligius

Remaja.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu dan

masyarakat, dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun

30
pihak terdidik. Kesadaran itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan dan

kematangan berfikir. Jalan menuju kematangan itu dapat dilalui berbagai cara,

antara lain melalui proses pendidikan formal, informal dan non-formal.

Apalagi pengaruh pendidikan agama yang memiliki peran yang sangat besar

dalam pembentukan perilaku manusia. Dengan pendidikan agama yang kuat,

maka akan terbentuk generasi yang mampu bertahan dalam perubahan zaman

yang kian dinamis. Pendidikan agama inilah yang harus ditanamkan kepada

para remaja agar tidak terpengaruh oleh pergaulan di lingkungan yang dapat

menjerumuskannya dalam perilaku kenakalan remaja.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, mereka sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk

memahami diri sendiri yang penuh dengan sikap egoistis dan rasa

keingintahuan yang amat tinggi. Keingintahuan yang tinggi menyebabkan para

remaja tidak hanya diberikan siraman rohani saja yang berisi ajaran-ajaran

agama yang wajib dijalankan, akan tetapi melalui kegiatan pengajian ini

mereka mampu mentelaah serta mempelajari Islam sebagai pedoman

hidupnya.

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia

mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup,

Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida’wahkan

dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya.

Sarana yang dapat dilakukan dalam mentranspormasikan nilai-nilai agama

31
tersebut antara lain melalui aktivitas pengajian yang berfungsi memberikan

pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut.

Usaha orang dewasa dalam membina generasi muda sering dilakukan

di luar pendidikan formal yang secara otomatis telah mendukung berbagai

teori yang didapat dari pendidikan formal, salah satunya adalah

penyelenggaraan pengajian remaja. Adapun tujuan utamanya adalah lahirnya

generasi yang dinamis serta bermental agamis, Keberadaan pengajian sebagai

salah satu cara pendidikan non-formal yang merupakan salah satu alternatif

untuk menangkal pengaruh negatif terhadap keagamaan. Di samping itu

pengajian sebagai tempat pendidikan agama berlangsung, yang merupakan

sarana efektif untuk membina dan mengembangkan ajaran agama Islam dalam

upaya membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Berbagai aktivitas pengajian yang telah dilakukan merupakan proses

pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga

para remaja mampu merefleksikan tatanan normatif yang mereka pelajari

dalam realitas kehidupan sehari-hari. Pengajian adalah wadah pembentuk jiwa

dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam

seluruh gerak aktivitas kehidupan umat islam Indonesia, maka sudah

selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami mendapat perhatian dan

dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki

keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya

menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju. Tampaknya

antusias remaja islam di lingkungan Dusun Jambukulon Desa Manggis

32
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu ekspresi dari usaha masyarakat

dalam mewadahi generasi Islam, sehingga perkembangannya terarah dengan

baik. Hal ini menjadikan para orang tua, ulama setempat untuk turut

berpartisipasi dalam kegiatan pengajian tersebut.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali.

Sebelum penulis membahas laporan hasil penelitian ini, maka terlebih

dahulu akan kami sajikan beberapa data fakta penting hasil observasi di Dusun

Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun

2011.

1. Keadaan Geografis Dusun jambukulon

Dusun Jambukulon merupakan salah satu Dusun yang terletak di

Desa Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali, Jarak dari

Kelurahan 1 Km, jarak dengan Kecamatan 4 Km dan jarak dengan

Kabupaten 8 Km. Desa Manggis mempunyai luas wilayah 282.4295 ha,

dengan ketinggian dari permukaan laut 140 mdpt (Sumber: Dokumen Tata

Usaha Pemerintah Dusun Jambukulon Desa Manggis).

33
a. Batas Wilayah Dusun Jambukulon

1) Sebelah Barat : Dusun Tegal dan Jetis Tegal

2) Sebelah Utara : Dusun Kiringan

3) Sebelah Timur : Dusun Jambuwetan dan Jati

4) Sebelah Selatan : Dusun Jantung

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Dusun Jambukulon 22.500 ha yang terdiri atas:

 Pemukiman : 9.800 ha

 Persawahan : 7.400 ha

 Perkebunan : 5.300 ha

2. Monografis Dusun Jambukulon Desa Manggis

Jumlah penduduk Dusun Jambukulon 331 Jiwa, terbagi dalam 98

Kepala Keluarga yang terbagi dalam 2 (dua) RT dan 1 (satu) RW

(Sumber: Dokumen Tata Usaha Pemerintah Dusun Jambukulon Desa

Manggis).

a. Mata Pencaharian

Mata pencaharian warga masyarakat Dusun Jambukulon Desa

Manggis kebanyakan adalah petani. Berdasarkan data dari Dusun

Jambukulon Desa Manggis diperoleh perincian mata pencaharian

penduduk sebagai berikut:

Tabel I

34
Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 97 orang

2. Pengusaha 25 orang
3. Pengrajin 15 orang
4. Buruh 61 orang
5. Pedagang 50 orang
6. Pensiunan (TNI/ Polri/ PNS) 3 orang
(Sumber data : Tata usaha Pemerintah Dusun Jambukulon Desa Manggis)

b. Kondisi Agama

Kondisi keagamaan penduduk Dusun Jambukulon Desa

Manggis tergolong ke dalam perkampungan muslim, karena

berdasarkan data dari tata pemerintahan Dusun Jambukulon dan dari

hasil penelitian di lapangan, bahwa penduduk Dusun Jambukulon

100% memeluk agama Islam.

c. Keadaan Sosial

1) Adat Istiadat

Penduduk Dusun Jambukulon masih menjunjung adat

istiadat, misalnya adat istiadat gotong royong yang masih berjalan

dengan baik, nyadran serta selamatan pada hari-hari besar islam

juga masih berlaku. Peringatan hari besar keagamaaan seperti

Maulid Nabi SAW, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an serta

pengumpulan dan pembagian zakat. Selain peringatan hari besar

keagamaan, kegiatan keagamaan lain juga berjalan dengan baik di

Dusun Jambukulon, seperti setiap malam Jum’at ada kegiatan

35
Yasinan khusus bapak-bapak dan setiap malam senin dan kamis

Yasinan ibu-ibu yang sudah berjalan dengan baik, bahkan di

masing-masing RT mempunyai jadwal yang sudah berjalan dengan

baik pula.

2) Struktur Organisasi Dusun Jambukulon

Dusun Jambukulon dipimpin oleh seorang kepala dusun

dibantu oleh aparatnya dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Tabel II

Struktur Organisasi Dusun Jambukulon Desa Manggis

Kades
Tatik Anggraini

Kadus
Slamet Riyadi

RT 03 RT 04
Muh. Jaelani Hadi Suprapto

Masyarakat Karang Taruna

B. Gambaran Umum Pengajian di Dusun Jambukulon

Pengajian di Dusun Jambukulon Desa Manggis memiliki berbagai

kegiatan keagamaan. Diantaranya yasinan bapak-bapak setiap malam selasa,

jum’at dan minggu; yasinan ibu-ibu setiap malam senin dan malam kamis;

mujahadahan setiap malam sabtu serta pengajian-pengajian yang dilaksanakan

pada hari-hari besar agama islam. Diadakannya pengajian rutin yang

dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang didasari oleh keprihatinan para

36
tokoh masyarakat yang melihat keagamaan dan sosial masyarakat khususnya

para remaja memang memerlukan penguatan, penyegaran dan pembimbing.

Pengajian ini memiliki susunan organisasi resmi atau formal, yang

dikelola oleh beberapa orang yang dijadikan kunci-kunci dalam pelaksanaan

kegiatan pengajian. ini bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III

Susunan Kepanitiaan Pengajian

Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo

No. Nama Jabatan

1. Rohmat Wibowo Ketua

2. Zaeni S,Pdi Sekretaris

3. Mujiono Bendahara

4. Khoeron Seksi Pembantu Umum

5. Slamet Seksi Pembantu Umum

6. Budi Santoso Seksi Pembantu Umum

7. Thoha Abdul Ghoni Seksi Pembantu Umum

8. Sabar Seksi Pembantu Umum

Pengajian yang diikuti para remaja di Dusun Jambukulon merupakan

tempat atau ajang menimba ilmu pengetahuan tentang agama bagi para remaja

yang ada di Dusun Jambukulon. Pengajian yang ada di Dusun Jambukulon

37
selain diikuti para remaja juga diikuti oleh bapak-bapak, ibu rumah tangga dan

anak-anak.

Pada awal diadakan pengajian remaja di Dusun Jambukulon banyak

dari kalangan remaja yang mengikutinya, akan tetapi seiring berjalannya

waktu jumlah jama’ah remaja semakin berkurang malah jumlah jamaah ibu-

ibu dan bapak-bapak yang bertambah. Itu dikarenakan materi yang dibahas

dalam pengajian yang tidak sesuai dengan kalangan remaja, dan mungkin juga

metode dalam penyajian materi oleh para kiai atau ulama tidak berkesan untuk

para remaja sehingga pengajian yang pada mulanya untuk remaja berubah

untuk para orang tua yang sudah berumah tangga maupun yang sudah lanjut

usia.

Hal ini bisa dilihat dari hasil pengamatan penulis dan wawancara

langsung penulis kepada penceramah dan masyarakat yang mengikuti kegiatan

pengajian. Materi yang disampaikan antara lain sebagai berikut:

Tabel IV

Data Penceramah dan Materi dalam Kegiatan Pengajian Remaja

Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo

No. Nama Penceramah Isi Tausyiah


1. Kh. Ahmadi Adab bertetangga
2. Drs. Masrukhan Cara mendidik anak yang baik
3. Kh. Dimyati Adab berumah tangga
4. Pak Khoiri Pergaulan remaja
5. Ibu Munjiyah Menjadi istri yang sholehah

38
Pengajian di Dusun Jambukulon diadakan atau dilaksanakan setiap 1

bulan sekali atau bertepatan dengan malam minggu pon, yang dimulai sekitar

pukul 19.30 atau ba’da isya’ dan diakhiri pukul 22.00. adapun susunan acara

pengajian yang dilaksanakan di Dusun Jambukulon diantaranya sebagai

berikut:

1. Pembukaan

2. Sholawatan dan Tahlil

3. Pembacaan ayat suci Al Qur’an

4. Sambutan dari ketua panitia dan tokoh masyarakat setempat

5. Istirahat

6. Inti atau tausyiah dan do’a

7. Penutup

C. Penyajian Data

1. Data Responden

Responden yang diambil adalah remaja yang mengikuti kegiatan

pengajian yang berjumlah 30 orang. Data nama-nama responden dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel V

Daftar Nama Responden Remaja Yang Mengikuti Pengajian

Di Dusun Jambukulon, Desa Manggis, Kecamatan Mojosongo

No. Nama Responden Umur Jenis Kelamin


1. Fauzi 21 L

39
2. Udin 20 L
3. Anang 17 L
4. Rohman 15 L
5. Puput 16 P
6. Agung 12 L
7. Aziz 13 L
8. David 13 L
9. Sabar 22 L
10. Lukman 11 L
11. Sirly 13 P
12. Ambar 20 P
13. Anita 16 P
14. Nana 16 P
15. Sisri 16 P
16. Rio 14 L
17. Purwanti 14 P
18. Eliza 18 P
19. Ratih 15 P
20. Rini 14 P
21. Soleh 14 L
22. Putri 12 P
23. Nisa’ 13 P
24. Ivan 15 L
25. Yusuf 16 L
26. Mahmud 17 L
27. Fajar 16 L
28. Masykur 16 L
29. Syaefudin 15 L

40
30. Jihan 13 P

2. Daftar Hasil Jawaban Angket

Dalam pengumpulan data tentang korelasi aktivitas pengajian dan

aspek psikoreligius remaja, penulis mendistribusikan angket kepada

remaja yang mengikuti pengajian yang berjumlah 30 orang remaja baik

laki-laki maupun perempuan. Penulis memberikan pertanyaan sebanyak 20

pertanyaan, yang terdiri dari 10 pertanyaan mengenai aktivitas pengajian

dan 10 pertanyaan mengenai aspek-aspek psikoreligius.

Setiap pertanyaan terdiri dari 3 alternatif jawaban a, b, dan c,

dengan skor yang berbeda, penulis membuat skor sebagai berikut:

a. Jawaban a dengan skor 3

b. Jawaban b dengan skor 2

c. Jawaban c dengan skor 1

Adapun hasil jawaban dari angket yang diisi responden tentang

aktivitas pengajian adalah sebagai berikut:

Tabel VI

Data Jawaban Angket Variabel Aktivitas Pengajian

Di Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo

No Nama Responden Jawaban Skor Jumlah


A B C 3 2 1
1. Fauzi 8 - 2 24 - 2 26

2. Udin 4 3 3 16 6 3 25

3. Anang 3 3 4 9 6 4 19

41
4. Rohman 4 3 3 16 6 3 25

5. Puput 7 - 3 21 - 3 24

6. Agung 8 - 2 24 - 2 26

7. Aziz 6 - 4 18 - 4 22

8. David 6 - 4 18 - 4 22

9. Sabar - 9 1 - 18 1 19

10. Lukman 7 2 1 21 4 1 26

11. Sirly 7 1 2 21 2 2 24

12. Ambar 7 - 3 21 - 3 24

13. Anita 5 1 4 15 2 4 21

14. Nana 5 1 4 15 2 4 21

15. Sisri 4 1 5 12 2 5 19

16. Rio 6 - 4 18 - 4 22

17. Purwanti 5 1 4 15 2 4 21

18. Eliza 7 - 3 21 - 3 24

19. Ratih 6 1 3 18 2 3 23

20. Rini 4 1 5 12 2 5 19

21. Soleh 4 3 3 12 6 3 21

22. Putri 5 2 3 15 4 3 22

23. Nisa’ 7 2 1 21 4 1 26

24. Ivan 6 1 3 18 2 3 23

25. Yusuf 7 1 2 21 2 2 25

26. Mahmud 3 2 5 9 4 5 18

27. Fajar 3 1 6 9 2 6 17

28. Masykur 1 3 6 3 6 6 15

29. Syaifudin 2 2 6 6 4 6 16

30. Jihan 7 2 1 21 4 1 26

42
Adapun hasil jawaban dari angket untuk variabel aspek-aspek

psikoreligius adalah sebagai berikut:

Tabel VII
Data Jawaban Angket Variabel Aspek-aspek Psikoreligius Remaja
Di Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo
No Nama Responden Jawaban Skor Jumlah
A B C 3 2 1
1. Fauzi 8 1 1 24 2 1 27

2. Udin - 8 2 - 16 2 18

3. Anang - 5 5 - 10 5 15

4. Rohman 4 3 3 12 6 3 21

5. Puput 6 3 1 18 6 1 25

6. Agung 7 3 - 21 6 - 27

7. Aziz 5 4 1 15 8 1 24

8. David 5 1 4 15 2 4 21

9. Sabar - 10 - - 20 - 20

10. Lukman 8 2 - 24 4 - 28

11. Sirly 8 2 - 24 4 - 28

12. Ambar 7 3 - 21 6 - 27

13. Anita 6 3 1 18 6 1 25

14. Nana 7 3 - 21 6 - 27

15. Sisri 6 3 1 18 6 1 25

16. Rio 5 3 2 15 6 2 23

17. Purwanti 6 3 1 18 6 1 25

18. Eliza 7 3 - 21 6 - 27

19. Ratih 5 - 5 15 - 5 20

20. Rini 5 4 1 15 8 1 27

21. Soleh 2 7 1 6 14 1 21

43
22. Putri 2 8 - 6 16 - 22

23. Nisa’ 9 1 - 27 2 - 29

24. Ivan 9 1 - 27 2 - 29

25. Yusuf 9 1 - 27 2 - 29

26. Mahmud 1 8 1 3 16 1 20

27. Fajar - 6 4 - 12 4 16

28. Masykur - 3 7 - 6 7 13

29. Syaefudin - 4 6 - 8 6 14

30. Jihan 5 5 - 15 10 - 25

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul

sehingga diketahui ada atau tidaknya korelasi antara aktivitas pengajian terhadap

aspek psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo

Boyolali tahun 2011. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tujuan penelitian

dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun tahapan-tahapan

analisis akan diuraikan sebagai berikut:

A. Analisis Deskriptif

Pada analisis pendahuluan ini penulis bermaksud mencari jawaban dari

tujuan yang pertama, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:

a. Memberikan penilaian berjenjang pada tiap-tiap responden

b. Mencari lebar interval

44
c. Menentukan klasifikasi pada variabel pertama

d. Menentukan prosentase frekuensi dan interpretasi

1. Analisis Data Aktivitas Pengajian

Mengawali analisis pendahuluan, penulis akan menyajikan analisis

data untuk mengetahui kategori aktivitas pengajian pada remaja Dusun

Jambukulon Desa Manggis Mojosongo.

Untuk angket aktivitas pengajian, dengan jumlah pertanyaan 10

item maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh

responden adalah 26, sedangkan hasil nilai terendah adalah 15 Rentangan

data ini adalah 26 – 15 = 11, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas,

jadi 11 : 3 = 3,67, meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas

ditetapkan 4).

Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk

tingkat aktivitas pengajian dapat diketahui lebar interval sebagai berikut:

a. Kategori Tinggi : 23 - 26 dengan nominasi A

b. Kategori Sedang : 19 - 22 dengan nominasi B

c. Kategori Rendah : 15 - 18 dengan nominasi C

Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi

responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat

aktivitas pengajian pada remaja Dusun Jambukulon Manggis Mojosongo.

Tabel VIII
Data Nilai dan Nominasi Tingkat Aktivitas Pengajian Remaja
Dusun Jambukulon Desa Manggis

45
No. Responden Nilai Kategori
1. 26 Tinggi
2. 25 Tinggi
3. 19 Sedang
4. 25 Tinggi
5. 24 Tinggi
6. 26 Tinggi
7. 22 Sedang
8. 22 Sedang
9. 19 Sedang
10. 26 Tinggi
11. 24 Tinggi
12. 24 Tinggi
13. 21 Sedang
14. 21 Sedang
15. 19 Sedang
16. 22 Sedang
17. 21 Sedang
18. 24 Tinggi
19. 23 Tinggi
20. 19 Sedang
21. 21 Sedang
22. 22 Sedang
23. 26 Tinggi
24. 23 Tinggi
25. 25 Tinggi
26. 18 Rendah
27. 17 Rendah

46
28. 15 Rendah
29. 16 Rendah
30. 26 Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat aktivitas

pengajian pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo

adalah, kategori tinggi (A) ada 14 orang, kategori sedang (B) ada 12 orang

dan kategori rendah (C) ada 4 orang.

Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan

rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai

berikut:

F
P x100%
N

Keterangan:

P : Frekuensi / persentase

F : Jawaban responden

N : Jumlah responden

1. Aktivitas pengajian yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 14

orang :

F
P x100%
N

14
P x100%
30

P = 46,7%

47
2. Aktivitas pengajian yang berada pada kategori sedang, sebanyak 12

orang:

F
P x100%
N

12
P x100%
30

P = 40%

3. Aktivitas pengajian yang berada pada kategori rendah, sebanyak 4

orang :

F
P x100%
N

4
P x100%
30

P = 13,3%

Oleh karena itu hasil kuantitatif persentase variabel tingkat

aktivitas pengajian pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis

Mojosongo tertera dalam tabel berikut:

Tabel IX

Frekuensi Tingkat Aktivitas Pengajian Remaja

Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo

No. Kategori Interval Frekuensi Prosentase


1. Tinggi 23 – 26 14 46,7%
2. Sedang 19 – 22 12 40%
3 Rendah 15 – 18 4 13,3%
Jumlah 30 100%

48
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat

aktivitas pengajian pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis

Kecamatan Mojosongo berada dalam kategori tinggi yaitu 46,7%, kategori

sedang yaitu 40%, dan kategori rendah 13,3%.

2. Analisis Data Kemampuan Aspek Psikoreligius

Dalam hal analisis kedua, penulis akan menyajikan analisis data

untuk mengetahui kategori aspek psikoreligius pada remaja Dusun

Jambukulon Desa Manggis Mojosongo.

Untuk angket aspek psikoreligius, dengan jumlah pertanyaan 10

item maka diperoleh hasil nilai tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh

responden adalah 29, sedangkan hasil nilai terendah adalah 13, Rentangan

data ini adalah 29 – 13= 16, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas.

Jadi, 16 : 3= 5,34 meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas

ditetapkan 5)

Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk

tingkat aspek psikoreligius dapat diketahui lebar interval sebagai berikut:

a. Kategori Tinggi : 25 - 29 dengan nominasi A

b. Kategori Sedang : 19 - 24 dengan nominasi B

c. Kategori Rendah : 13 - 18 dengan nominasi C

Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi

responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat

aspek psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Manggis Mojosongo.

Tabel X

49
Data Nilai dan Nominasi Tingkat aspek psikoreligius Remaja
Dusun Jambukulon Desa Manggis

No. Responden Nilai Kategori


1. 27 Tinggi
2. 18 Rendah
3. 15 Rendah
4. 24 Sedang
5. 25 Tinggi
6. 27 Tinggi
7. 24 Sedang
8. 21 Sedang
9. 20 Sedang
10. 28 Tinggi
11. 28 Tinggi
12. 27 Tinggi
13. 25 Tinggi
14. 27 Tinggi
15. 25 Tinggi
16. 23 Sedang
17. 25 Tinggi
18. 27 Tinggi
19. 20 Sedang
20. 27 Tinggi
21. 21 Sedang
22. 22 Sedang
23. 29 Tinggi
24. 29 Tinggi
25. 29 Tinggi

50
26. 20 Sedang
27. 16 Rendah
28. 13 Rendah
29. 14 Rendah
30. 25 Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat aspek

psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo

adalah, kategori tinggi (A) ada 16 orang, kategori sedang (B) ada 9 orang

dan kategori rendah (C) ada 5 orang.

Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan

rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus persentase sebagai

berikut:

F
P x100%
N

Keterangan:

P : Frekuensi / persentase

F : Jawaban responden

N : Jumlah responden

1. Aspek psikoreligius yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 16

orang :

F
P x100%
N

16
P x100%
30

P = 53,3%

51
2. Aspek psikoreligius yang berada pada kategori sedang, sebanyak 9

orang :

F
P x100%
N

9
P x100%
30

P = 30%

3. Aspek psikoreligius yang berada pada kategori rendah, sebanyak 5

orang :

F
P x100%
N

5
P x100%
30

P = 16,7%

Oleh karena itu hasil kuantitatif persentase variabel tingkat aspek

psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo

tertera dalam tabel berikut:

Tabel XI

Frekuensi Tingkat Aspek Psikoreligius Remaja

Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan Mojosongo

No. Kategori Interval Frekuensi Persentase


1. Tinggi 25 – 29 16 53,3%
2. Sedang 19 – 24 9 30%
3 Rendah 13 – 18 5 16,7%
Jumlah 30 100%

52
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat aspek

psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan

Mojosongo berada dalam kategori tinggi yaitu 53,3%, kategori sedang

yaitu 30%, dan kategori rendah 16,7%.

B. Analisis Uji Hipotesis

Untuk menghitung korelasi antara aktivitas pengajian terhadap aspek

psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis Kecamatan

Mojosongo, Boyolali dapat terurai sebagai berikut:

Tabel XII
Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara Aktivitas Pengajian
terhadap Aspek Psikoreligius Remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis
Kecamatan Mojosongo
No. Responden X Y X² Y² XY
1. 26 27 676 729 702
2. 25 18 625 324 450
3. 19 15 361 361 285
4. 25 24 625 576 600
5. 24 25 576 625 600
6. 26 27 676 729 702
7. 22 24 484 576 528
8. 22 21 484 441 462
9. 19 20 361 400 380
10. 26 28 676 784 728
11. 24 28 576 784 672
12. 24 27 576 729 648

53
13. 21 25 441 625 525
14. 21 27 441 729 567
15. 19 25 361 625 475
16. 22 23 484 529 506
17. 21 25 441 625 525
18. 24 27 576 729 648
19. 23 20 529 400 460
20. 19 27 361 729 513
21. 21 21 441 441 441
22. 22 22 484 484 484
23. 26 29 676 841 754
24. 23 29 529 841 667
25. 25 29 625 841 725
26. 18 20 324 400 360
27. 17 16 289 256 272
28. 15 13 225 169 195
29. 16 14 256 196 224
30. 26 25 676 625 650
661 701 14.855 17.095 15.748

Dari tabel di atas maka diketahui:

= 661

= 701

= 14.855

= 17.095

= 15.748

54
Sehingga perhitungan product moment dari korelasi antara aktivitas

pengajian terhadap aspek psikoreligius adalah:

N  XY   X  Y 
rxy 
N  X    X  N Y   Y  
2 2 2 2

30 x15.748  661701
rxy 
30 x14.855  661 30x17.095  701 
2 2

rxy 
30 x15.748  661x701
30 x14.855  436.92130 x17.095  491.401

472.440  463.361
rxy 
445.650  436.921512.850  491.401

9.079
rxy 
8.729 x 21.449

9.079
rxy 
187.228.321

9.079
rxy 
13.683,14

rxy  0,663

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, hasil r hitung adalah 0,663

berada di atas tabel product moment pada taraf signifikansi 1% = 0,463

dengan N = 30, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ada korelasi

antara variabel x dan y yang sangat signifikan, berarti Ho ditolak dan Ha

diterima.

55
Berdasarkan koefisien korelasi product moment dalam tabel, dapat

diketahui bahwa r hitung = 0,663. Perincian lebih lengkap sebagaimana dalam

tabel berikut ini:

Tabel XIII
Nilai Product Moment N = 30

N Taraf Signifikansi
5% 1%
30 0,361 0,463

Dengan demikian dapat diketahui bahwa taraf signifikansi 1% dengan

perbandingan sebagai berikut:

rt = 0,463

ro = 0,663

Hal ini diartikan bahwa ro > rt 1%

Mencermati hasil di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara aktivitas pengajian terhadap

aspek psikoreligius remaja.

56
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Merujuk hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada bab-bab

sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat aktivitas pengajian pada remaja Dusun Jambukulon Desa Manggis

Mojosongo, Boyolali berada pada tingkat tinggi yaitu 14 remaja (46,7%)

dari 30 responden berdasarkan analisis data.

2. Tingkat aspek psikoreligius pada remaja Dusun Jambukulon Desa

Manggis Mojosongo, Boyolali berada pada tingkat tinggi yaitu 16 remaja

(53,3%) dari 30 responden berdasarkan analisis data.

3. Ada pengaruh aktivitas pengajian terhadap aspek psikoreligius remaja

Dusun Jambukulon Desa Manggis Mojosongo, Boyolali. Hal ini diperoleh

dari hasil perhitungan product moment yakni 0,663 lebih besar dari r tabel

57
product moment pada taraf signifikansi 1% 0,463 dengan N = 30. Dengan

demikian ro > rt yang diperoleh dari hasil 0,663 > 0.463 dengan N = 30.

Dengan demikian, hipotesa yang penulis ajukan dapat diterima bahwa

ada pengaruh aktivitas pengajian terhadap aspek psikoreligius remaja Dusun

Jambukulon Desa Manggis Mojosongo, Boyolali tahun 2011, yang mana

diperoleh dari perhitungan product moment yaitu 0,663 yang berada di atas

tabel product moment pada taraf signifikansi 1% = 0,463 dengan N = 30.

B. Saran–saran

Setelah penulis mengadakan penelitian di lokasi penelitian tersebut,

maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Remaja

Diharapkan dengan adanya aktivitas pengajian di Dusun

Jambukulon tersebut dapat membentengi dan mengatur remaja tentang

bagaimana cara bergaul dan memilih teman yang baik serta berakhlak

islami.

2. Orang Tua dan Tokoh Masyarakat

Orang tua sebagai orang yang mempunyai kewajiban penuh

terhadap anak dalam hal pendidikan harus menanamkan akhlak terpuji

sejak anak masih dalam kandungan sehingga pada masa remaja mereka

bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak

terjerumus dalam hal-hal yang negatif.

58
DAFTAR PUSTAKA

1. Alqur’an al-Karim

2. Abdurrahman Al Baghdadi, 1996, Sistem Pendidikan Dimasa Khalifah Islam,

Jatim : Al Izzah

3. Alawiyah, Tuty, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim,

Bandung : Mizan

4. Arikunto, Suharsimi, 1999, Prosedur Penelitian, Jakarta : P.T Rineka Cipta

5. Chirzin, Habib, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta : LP3ES

6. Daradjat, Zakyiah, 1970, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang

7. Daradjat Zakiyah, 1995, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta : CV.

Ruhama, Cet. II

8. Departemen Agama RI, 1982, Ilmu Pendidikan Islam, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama

9. Gunarso, 1981, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta : Gunung Mulia

10. Hadi, Sutrisno, 1981, Metodologi Research 1, Yogyakarta : Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM

11. Haedar, Nashir, 1999, Agama Dan Krisis Kemanusiaan Modern, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

12. Huda, Nurul, 1987, Pedoman Majelis Ta’lim, Jakarta, Koordinasi Dakwah

Islam (KODI)

13. Husain Fatilullah, 1997, Metodologi Dakwah Dalam Al Qur’an, Jakarta :

Penerbit Lentera

14. http://www.artikata.com/arti-367063-pengajian.php
15. Jalaluddin, 2004, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada

16. Masyur, HM, Amin, 1997, Dakwah Islam Dan Peran Moral, Yogyakarta : Al

Amin Press

17. Serial Khutbah Jum’at, Edisi 159, Robiul Awal 1415 H, September 1994

18. Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Raja Grafindo

19. Poewadarminta, WJS, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai

Pustaka, Cet IV

20. Zuhairi, dkk, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai