Anda di halaman 1dari 14

`

GEOLOGI DAN PETROGENESA BATUAN BEKU DIORIT


DAERAH BERO DAN SEKITARNYA
KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI
JAWA TENGAH

Ari Sandra Kurniadi1), Mustafa Luthfi2), dan Denny Sukamto Kadarisman3)

Abstrak
Lokasi pemetaan berada di daerah Bero dan sekitarnya Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah, yang berada pada koordinat 110° 50' 17.4840"-110° 50' 17.3959"BT dan 7° 48'
37.2355" - 7° 52' 25.1843" LS. Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari Satuan Geomorfologi
Perbukitan Lipat Patahan dan Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi. Pola aliran sungai yang berkembang
adalah Rektangular. Stadia erosi sungai berada pada tahap muda dan dewasa. Jentera geomorfik secara
umum adalah dewasa. Tatanan batuan dari yang tertua hingga termuda di daerah penelitian adalah
Satuan Breksi sisipan Batupasir (Formasi Nglanggran) berumur Miosen Awal - Tengah (N5 - N9)
menjemari dengan satuan batupasir tufan selang-seling breksi (Formasi Semilir), berumur Miosen Awal
- Tengah (N6 - N9) diendapkan pada lingkungan laut dalam. Diatasnya secara tidak selaras diendapakan
satuan batugamping sisipan batulempung gampingan (Formasi Wonosari) berumur Miosen Tengah
(N12 - N13) diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Intrusi diorit berumur Pliosen merupakan batuan
termuda yang ada di daerah penelitian. Struktur geologi yang berkembang adalah kekar, lipatan dan
patahan (sesar). Adapun kekar yang berkembang adalah kekar tarik (Extension Fracture) dan kekar
gerus (Shear fracture). Terdapat lipatan yaitu Antiklin Bero, Antiklin Mlopoharjo, dan Sinklin
Gumiwang Lor. Sedangkan struktur patahan (sesar) yang berkembang adalah Sesar Naik Keloran, Sesar
Mendatar Gunungan, Sesar Mendatar Pulutan, dan sesar Mendatar Gumiwang Lor. Keseluruhan
struktur yang ada di daerah penelitian terjadi dalam satu perioda tektonik atau dapat dikatakan tektonik
menerus yaitu pada kala Miosen Tengah hingga Plistosen dengan arah gaya utama N 205ºE relatif
berarah Utara - Selatan. Berdasarkan hasil analisa petrografi dan analisa geokimia terhadap 5 contoh
batuan beku diorit, maka batuan diorit yang di analisis tergolong ke dalam batuan intermediet sesuai
dengan analisa kandungan silika pada batuan. Maka batuan beku diorit digolongkan ke dalam batuan
Intermediet (menengah). Jenis magmanya adalah jenis magma Calk Alkali dan lingkungan tektonik
batuan beku daerah penelitian lebih mendekati Jalur Orogenesa Busur Kepulauan,

Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi

I. PENDAHULUAN II. KONDISI GEOLOGI


2.1. Geomorfologi
Daerah penelitian termasuk ke dalam Peta
Berdasarkan genetika pembentukan bentang
Geologi Regional lembar Surakarta - Giritronto
alamnya, serta merujuk pada struktur, proses
dengan skala 1 : 100.000 (Surono, Toha, dan
dan stadia (tahapan) geomorfiknya, pembagian
Sudarno, 1992) dan Peta Rupabumi Indonesia
satuan geomorfologi berdasarkan morfogenesa
terbitan Bakosurtanal lembar Manyaran dengan
hasil pengamatan di lapangan mengacu pada
skala 1 : 25.000. Daerah penelitian dapat dicapai
konsep dasar W. M. Davis (Pinciples of
dengan menggunakan Bus, kendaraan roda
Geomorphology) maka geomorfologi daerah
empat atau roda dua dari Bogor menuju
penelitian dibagi menjadi 2 (dua) satuan
Kabupaten Wonogiri dengan waktu tempuh ±12
geomorfologi, yaitu:
jam 42 menit. Kemudian di beberapa tempat
hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki. 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
Secara geografis daerah penelitian terletak pada Patahan.
110º50’17.174840” - 110º50’17.3959” BT dan 2. Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi.
7º48’37.2355” - 7º52’25.1843” LS. Luas daerah
penelitian kurang lebih 8 km x 8 km atau 64 km².

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 1


`

2.1.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan bentuk morfologi sudah mengalami


Lipat Patahan perubahan bentuk aslinya.
Secara genetik satuan ini dikontrol oleh struktur
yang berupa perlipatan dan patahan, dengan T B
bentuk bukit dan lembah yang memanjang
berarah barat laut – tenggara. Satuan ini
menempati 94% dari luas daerah penelitian.
Berada pada ketinggian 200 – 800 mdpl. Satuan
ini ditempati oleh satuan breki sisipan batupasir,
satuan batupasir tufan selang-seling breksi, dan
satuan batugamping sisipan batulempung
gampingan. Proses - proses geologi yang
teramati berupa pelapukan, erosi, dan Foto 3 Morfologi Bukit Intrusi. Foto diambil pada
sedimentasi. daerah daerah Kepatihan

BL TG 2.1.3. Pola Aliran Sungai


Secara umum pola aliran sungai daerah
penelitian yaitu pola aliran rektangular. Pola
aliran rektangular terbentuk dari pertemuan
antara anak sungai dan induk sungai
membentuk sudut siku - siku atau hampir
siku - siku. Umumnya berkembang pada
batuan yang resisitensi terhadap erosinya
Foto 1 Morfologi perbukitan memanjang yang
mendekati seragam, namun dikontrol oleh
memperlihatkan perbukitan lipatan. Foto diambil kekar dan sesar. Kekar pada umunya kurang
arah barat laut- tenggara dari daerah Pulutan Kulon. resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan
T berkembang melalui kekar - kekar
B
membentuk suatu pola pengaliran dengan
saluran salurannya lurus - lurus mengikuti
sistem kekar.
2.2. Stratigrafi
Hasil dari studi Peta Geologi lembar Surakarta -
Giritronto dengan skala 1 : 100.000 oleh Surono,
Toha, dan Sudarno (1992), maka urut - urut
stratigrafi pada daerah penelitian yaitu sebagai
Foto 2 Morfologi Triangular Faset yang
berikut:
memperlihatkan perbukitan patahan. Foto diambil
arah barat - timur dari daerah Pulutan Wetan. Tabel 1 Kolom stratigrafi regional

2.1.2. Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi


Satuan geomorfologi bukit intrusi terbentuk
oleh terobosan batuan beku diorit. Satuan
geomorfologi bukit intrusi menempati luas ±
4% dari total luas keseluruhan daerah
penelitian. Morfometri satuan ini berada
pada ketinggian mencapai 200 - 300 mdpl.
Karakteristik permukaan morfologi ini
tergolong pada bentuk stadia tua dimana
Sumber : Surono 1992

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 2


`

Berdasarkan ciri litologi, data lapangan, dan


kesamaan fisik pada daerah penelitian dijumpai
satuan breksi sisipan batupasir yang merupakan
ciri dari Formasi Nglanggran, satuan batupassir
tufan selang-seling breksi yang merupakan ciri
dari Formasi Semilir, satuan batugamping
sisipan batulempung gampingan yang
merupakan ciri dari Formasi Wonosari, serta
satuan intrusi diorit yang merupakan ciri dari
Diorit
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan Foto 4 Foto singkapan breksi bagian bawah pada
ciri-ciri batuan yang tersingkap di lapangan dan Kali Keloran (KR4)
kesebandingannya terhadap stratigrafi regional,
maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi
empat satuan batuan, yaitu dengan urutan dari
yang paling tua ke muda sebagai berikut:

1. Satuan breksi sisipan batupasir


2. Satuan batupasir tufan selang - seling
breksi
3. Satuan batugamping sisipan
batulempung gampingan
4. Satuan intrusi diorite.
Foto 5 Foto singkapan batupasir bagian atas pada
Tabel 2 Kolom stratigrafi daerah penelitian Kali Pakis (KP11)

Satuan breksi sisipan batupasir ini tidak


dijumpai fosil foraminifera, maka penentuan
umur batuan mengacu pada keadaan dilapangan
dimana satuan breksi sisipan batupasir ini
menjemari dengan satuan batupasir sisipan
breksi serta umur data regional menurut Surono,
dkk (1992) yaitu berumur N5 - N9. Berdasarkan
acuan tersebut diatas maka umur dari satuan
breksi sisipan batupasir yaitu N5 - N9 (Miosen
Awal).
2.2.1. Satuan Breksi Sisipan Batupasir Penentuan lingkungan pengendapan
Penamaan stuan batuan ini di dasarkan atas melihat dari ciri - ciri litologi sedimen yang ada,
hadirnya breksi sebagai penyusun utama bahwa Satuan breksi sisipan batupasir yang
serta batupasir sebagai sisipan. Satuan terdapat di daerah penelitian merupakan breksi
batuan ini menempati luas ± 33% dari luas yang tersusun oleh fragmen yang tidak beraturan
dan mengambang yang merupakan ciri dari
daerah penelitian. Tersebar di bagian tengah
aliran rombakan klasifikasi fasies turbidit
daerah penelitian. Satuan breksi sisipan (Walker, 1978). Mekanisme Turbidit dan
batupasir mempunyai ketebalan ± 1.200 struktur sedimen arus turbidit merupakan salah
meter yang di ukur pada penampang satu mekanisme dalam aliran gravity sedimen
geologi. (pergerakan sedimen oleh gravitasi) yang mana
Breksi dengan fragmen monomik berupa batuan material sedimen terangkut atau
beku andesit hadir mendominasi satuan batuan tertransportasikan. Longsoran - longsoran
ini. Pada bagian bawah dan bagian tengah satuan material sedimen dari tumpukan sedimen yang
ini dicirikan oleh breksi masif dengan fragmen lerengnya sudah tidak stabil dan karena suatu
berukuran 5 - 50 cm dan di beberapa tempat gaya/sentakan (gempa bumi, badai)
terdapat batupasir. Bagian atas dicirikan oleh menyebabkan sedimen - sedimen tersebut
breksi dengan ketebalan 10 - 30 cm. meluncur. Sedimen - sedimen membentuk

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 3


`

kumpulan fasies dari turbidit klastik sampai lipatan, dengan kemiringan berkisar antara 7° -
debris flow. Sedimen longsoran membentuk 38°. Satuan batulempung gampingan sisipan
model kipas bawah laut (Walker, 1978). Satuan batupasir tufaan mempunyai ketebalan ± 1.000
breksi sisipan batupasir ini disebandingkan meter yang di ukur pada penampang geologi.
dengan model Fasies Walker (1978) termasuk
Pada satuan ini tersingkap batupasir tufan serta
kedalam model Fasies Aliran Rombakan.
breksi polimik dengan fragmen berupa batuan
beku andesit, batuan beku dasit, serta batuan
sedimen batupasir. Pada bagian bawah satuan ini
dicirikan oleh breksi dan batupasir tufan dengan
tebal lapisan diatas 10 m dengan sisipan
batulanau. Bagian tengah dicirikan oleh
batupasir tufan selang seling breksi dengan
ketebalan breksi 5 cm - 15 cm, dan batupasir
tufan 5 cm - 20 cm. Sedangkan pada bagian atas
dicirikan oleh batupasir tufan dengan ketebalan
Gambar 1 Singkapan breksi pada Kali Kloran 2 cm - 5 cm. Dan di beberapa tempat terdapat
(KR4) yang di sebandingkan dengan model fasies
lapisan breksi dan batulanau.
turbidit (Walker, 1978)

Jadi diperkirakan lingkungan pengendapan dari


satuan breksi sisipan batupasir dengan melihat
ciri - ciri sedimen yang ada, serta
menyebandingkan dengan model Walker
(1978), maka pengendapan satuan breksi sisipan
batupasir di endapkan pada bagian Kipas Atas
atau Upper Fan

Hubungan stratigrafi satuan breksi sisipan


batupasir merupakan satuan batuan yang tertua
Foto 6 Foto bagian bawah singkapan batupas tufan
pada daerah penelitian. Sedangkan hubungan pada daerah Mlopoharjo (MH3)
stratigrafi dengan satuan yang ada di atasnya
yaitu satuan batupasir tufan selang-seling breksi
adalah menjemari. Hal ini didasarkan oleh
berubahnya fasies pada jurus perlapisan batuan.
Satuan breksi sisipan batupasir dengan breksi
monomik dapat disebandingkan dengan formasi
Nglanggran. Hal ini didasari oleh ciri litologi
dari Formasi Nglanggran yang terdiri dari breksi
dan aglomerat serta umur dan lingkungan
pengendapannya. (Surono, 1992), dengan
demikian penulis menyatakan satuan ini sebagai Foto 7 Foto bagian bawah singkapan beksi pada Kali
Formasi Nglanggran. Mlopoharjo (MH9)
2.2.2. Satuan Batupasir Tufan Selang-seling
Breksi
Penamaan satuan ini didasarkan atas dominasi
perselingan antara batupasir tufan dan breksi
dan dibeberapa tempat terdapat batulanau
sebagai sisipan. Satuan ini tersebar di bagian
tengah dan bagian utara daerah penelitian.
Tersingkap di Kali Cinde, Kali Posong, Kali
Buyuk, dan Kali Duren Sewu. Kedudukan
perlapisan berkisar N270° E - N322°E dan
N90°E - N122°E menunjukan adanya perubahan Foto 8 Foto bagian atas singkapan batulanau pada
lokasi pengamatan Pulutan Kulon (PK9)
kemiringan yang membentuk adanya struktur

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 4


`

Untuk menentukan umur batuan ini didasarkan (1978), maka pengendapannya terletak pada
pada kehadiran foraminifera planktonik yang kipas bagian tengah atau Mid Fan.
terkandung dalam conto batuan yang diambil
Hubungan stratigrafi satuan batupasir
pada lokasi pengamatan PW 9 (bagian bawah)
tufan selang-seling breksi dengan satuan yang
yaitu pada serta lokasi pengamatan PK 9 (bagian
dibawahnya yaitu satuan breksi sisipan batupasir
atas). Berdasarkan kehadiran fosil indeks
adalah menjemari, didasari oleh berubahnya
Globigerida staiforthi pada bagian bawah yang
fasies pada jurus perlapisan batuan, sedangkan
berumur N6-N7 serta munculnya Globorotalia
hubungan satuan ini dengan satuan diatasnya
tribolus pada N6 dan punahnya Globigerinoides
yaitu satuan batugamping sisipan batulempung
dimiturus pada N9 (bagian atas), maka kisaran
gampingan adalah tidak selaras. Berdasarkan
umur satuan yang didapat adalah N6-N9 atau
ciri litologi dari Formasi Semilir yang terdiri
pada Kala Miosen Awal – Miosen Tengah.
dari tuf, breksi dasitan, batupasir tufan, serta
Penentuan lingkungan pengendapan dalam umur dan lingkungan pengendapan, satuan
mekanisme turbidit dan struktur sedimen arus batupasir tufan selang-seling breksi di daerah
turbidit yang sudah dijelaskan pada satuan yang penelitian dapat disebandingkan dengan
lebih tua melihat dari ciri - ciri litologi sedimen Formasi Semilir (Surono, dkk 1998), dengan
yang ada, bahwa pada bagian bawah demikian penulis menyatakan satuan ini sebagai
terendapkan batupasir tufan berwarna abu - abu Formasi Semilir.
terang, besar butir pasir halus - kasar, bentuk
butir membundar sampai membundar tanggung, 2.2.3. Satuan Batugamping Sisipan
terpilah buruk, kemas terbuka, sementasi silika, Batulempung Gampingan
komposisi mineral terdiri dari kuarsa, feldspar, Penamaan satuan batuan ini di dasarkan atas
plagioklas.Satuan batupasir tufan dan pada dominasi batugamping sebagai penyusun utama
bagian atas terendapkan batupasir warna coklat serta batulempung gampingan sebagai sisipan.
terang, ukuran butir pasir halus, kemas tertutup, Satuan batuan ini menempati luas ± 9% dari
porositas baik, sementasi silika, di sebandingan daerah penelitian. Kedudukan perlapisan
dengan model fasies Walker (1978), satuan berkisar antara N70°E - N120°E dengan
batuan ini masuk ke dalam fasies batupasir kemiringan berkisar antara 8° - 19°. Satuan
krikil. Berdasarkan hal tersebut maka dapat batugamping sisipan batulempung gampingan
diambil kesimpulan bahwa Satuan Batuan ini mempunyai ketebalan ± 150 meter yang di ukur
merupakan batuan sedimen yang terendapkan pada penampang geologi.
dengan mekanisme arus turbidit pada suatu Secara umum satuan batuan ini memiliki kondisi
sistem pengendapan kipas bawah laut. singkapan segar yang di susun oleh litologi batu-
gamping berlapis dan masif serta batulempung
gampingan sebagai sisipan.
Penentuan umur berdasarkan keberadaan fosil
planktonik menurut Blow (1969), yang
terkandung dalam satuan batugamping sisipan
batulempung gampingan yang diambil pada
sampel batulempung, maka umur satuan batuan
ini berada pada N12 - N13 berdasarkan
kehadiran fosil indeks Globorotalia Fohsi yaitu
berada pada Miosen Awal - Miosen Tengah.
(Zonasi Blow, 1969). Berdasarkan klasifikasi
lingkungan pengendapan menurut Phleger
(1962), analisis fosil foraminifera bentos
Gambar 2 Singkapan batupasir tufan menghalus
keatas yang di sebandingkan dengan model fasies
menghasilkan lingkungan pengendapan Neritik
turbidit (Walker, 1978) Tengah Neritik Luar (50 – 150 meter).

Jadi diperkirakan lingkungan pengendapan dari Hubungan Satuan Batugamping sisipan tuf
Satuan Batupasir tufan selang - seling breksi ini dengan satuan batuan di bawahnya yaitu satuan
dengan melihat dari ciri - ciri sedimen yang ada, batupasir tufan selang - seling breksi di daerah
serta menyebandingkan dengan model Walker penelitian adalah tidak selaras. Hal ini

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 5


`

di sebabkan oleh adanya rumpang waktu dan


lingkungan pengendapan yang berbeda.
Berdasarkan ciri litologi dari Formasi Wonosari
yang terdiri dari batugamping berlapis,
batugamping terumbu, napal, dan umur serta
lingkungan pengendapan, satuan batugamping
sisipan batulempung gampingan di daerah
penelitian dapat disebandingkan dengan
Formasi Wonosari (Surono, dkk 1998), dengan
demikian penulis menyatakan satuan ini sebagai
Formasi Wonosari.
Foto 11 Foto singkapan intrusi diorit. Foto diambil
dari kali ketanden (KBR 8)

2.2.5. Kesebandingan Stratigrafi Daerah


Penelitian dengan Peneliti Terdahulu
Berdasarkan dari pengelompokkan satuan
batuan maka dapat dibuat kesebandingan kolom
stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti
terdahulu atau sebelumnya.
Foto 9 Foto singkapan batugamping pada lokasi
pengamatan PK7

Gambar 3 Kolom kesebandingan stratigrafi regional


menurut (Surono, dkk 1992)
Foto 10 Foto singkapan batulempung gampingan
pada lokasi pengamatan PK2
2.3. Struktur Geologi
2.2.4. Satuan Intrusi Diorit
Penamaan satuan ini di dasarkan atas hadirnya Data-data yang diperoleh dari pengamatan dan
batuan beku diorit pada daerah penelitian. pengukuran langsung di lapangan adalah jurus
Satuan batuan ini menempati luas ± 4% dari dan kemiringan lapisan batuan, bidang sesar
daerah penelitian. Satuan intrusi diorit mikro, bidang sesar, dan kelurusan topografi.
tersingkap baik berupa kekar kolom. Dari data tersebut, maka struktur yang ada di
daerah penelitian adalah:
Berdasarkan hukum dasar geologi yaitu cross
cutting relationship atau hukum potong 2.3.1. Struktur Lipatan
memotong, satuan intrusi diorit berumur paling Struktur lipatan yang berkembang di daerah
muda. Kemudian mengacu pada peneliti penelitian ada dua jenis, yaitu antiklin dan
terdahulu Mahfi,1984 dalam Surono,1992 sinklin. Antiklin merupakan lipatan yang
bahwa umur dari satuan diorit yaitu pada Kala terbuka ke arah bawah sedangkan sinklin
Pliosen. Berdasarkan data diatas maka dapat merupakan lipatan yang terbuka ke arah atas.
disimpilkan bahwa umur satuan intrusi diorit Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur
berumur Pliosen. struktur geologi di daerah penelitian, di daerah
penelitian terdapat tiga lipatan, yaitu:

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 6


`

a. Antiklin Bero adanya zona hancuran serta lapisan tegak pada


Penamaan Antiklin Bero dikarenakan melewati batupasir yang dijumpai pada lokasi
Desa Bero yang berarah baratlaut – tenggara pengamatan KP8, dengan kedudukan batuan N
dengan panjang sumbu diperkirakan ± 8 km. 315° E/ 77°.
kedudukan jurus bagian utara adalah N 2700 - b. Sesar Mendatar Gunungan
3150 E dan kemiringannya 29° -38°. sedangkan
pada bagian selatan jurusnya berkisar antara N Penamaan struktur ini karena melewati Desa
900 E - N 950 E dengan kemiringan 18° - 47° . Gunungan, berada pada bagian barat daerah
Pada penampang geologi, antiklin ini penelitian. Memajang dengan arah hamper
merupakan antiklin simetris.. Lipatan antiklin utara - selatan. Sesar mendatar ini memotong
ini melibatkan Satuan Breksi sisipan Batupasir. pola lipatan dan sesar naik yang ada di
sekitarnya dengan arah Baratlaut - Tenggara.
b. Antiklin Mlopoharjo Indikasi yang ditemukan ditandai dengan
Penamaan Antiklin Mlopoharjo dikarenakan bidang sesar dengan ditemukannya kedudukan
melewati daerah Mlopoharjo. Antiklin ini acak pada strike atau jurus dari pada batuan
berarah barat laut – tenggara dengan panjang yang ada disekitarnya serta kelurusan sungai.
sumbu diperkirakan ± 7,3 km. Kemiringan
sayap bagian utara antara 12° - 44° dengan jurus c. Sesar Mendatar Pulutan
berkisar N2840E - N3220E dan kemiringan Penamaan struktur ini karena melewati Desa
sayap bagian selatan antara 7° - 25° dengan Pulutan, berada pada bagian tengah daerah
jurus berkisar N810E - N1070E. Pada penelitian. Memajang dengan arah hampir
penampang geologi, antiklin ini merupakan utara - selatan. Sesar mendatar ini memotong
antiklin asimetris. Satuan batuan yang dilalui pola lipatan dan sesar naik yang ada di
oleh struktur lipatan ini adalah satuan batupasir sekitarnya dengan arah Baratlaut - Tenggara.
tufan selang - seling breksi. Indikasi yang ditemukan ditandai dengan
bidang sesar dengan kedudukan N 192° E / 82°
c. Sinklin Gumiwang Lor serta gores garis dengan kedudukan 20°, N
Sinklin ini dijumpai di bagian tengah daerah 208° E pitch 16°. Serta ditemukan
penelitian dengan arah baratlaut - tenggara. ditemukannya kedudukan acak pada strike atau
Sinklin ini melewati Desa Gumiwang Lor jurus dari pada batuan yang ada disekitarnya.
dengan panjang sumbu ± 8,5 km, Kemiringan
sayap bagian utara antara 9° - 21° dengan jurus d. Sesaar Mendatar Gumiwang Lor
berkisar N1060E - N1220E dan kemiringan
sayap bagian selatan antara 12° - 44° dengan Penamaan struktur ini karena melewati Desa
jurus berkisar N2840E - N3220E. Pada Gumiwang Lor, berada pada bagian timur
penampang geologi, sinklin ini merupakan daerah penelitian. Memajang dengan arah
antiklin asimetris. Satuan batuan yang dilalui hampir utara - selatan. Sesar mendatar ini
oleh struktur lipatan ini adalah satuan batupasir memotong pola lipatan dan sesar naik yang ada
tufan selang - seling breksi. di sekitarnya dengan arah Baratlaut - Tenggara.
Indikasi yang ditemukan ditandai dengan
2.3.2 Struktur Patahan / Sesar bidang sesar dengan kedudukan N200°E / 68°
Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur serta gores garis dengan kedudukan 37°, N 221°
struktur geologi di daerah penelitian, di daerah E pitch 20°.
penelitian terdapat tiga jenis sesar, yaitu:
a. Sesar Naik Keloran
Penamaan struktur ini karena melewati Desa
Keloran, berada dibagian utara daerah
penelitian, diperkirakan memanjang sejauh ±
5,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah
Baratlaut - Tenggara bersesuaian dengan pola -
pola lipatan yang ada. Sesar ini melibatkan
satuan breksi sisipan batupasir dan satuan
batupasir tufan selang - seling breksi. Indikasi Foto 12 Foto lapisan tegak pada singkapan
sesar yang ditemukan dilapangan adalah batupasir

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 7


`

Foto 13 Foto zona hancuran pada pengamatan KP8

Gambar 5 Pola struktur daerah penelitian


Untuk menentukan arah gaya utama nya
Foto 14 Foto gores garis sebagai indikasi sesar menggunakan arah jurus sumbu lipatan, maka
Analisa Gaya Utama dihasilkan arah gaya utama yang tegak lurus
dengan arah sumbu lipatan yaitu sebesar N 205
Dalam melakukan analisis struktur geologi, °E atau relatif utara - selatan, umur dari struktur
penulis menggunakan model menurut Moody geologi ini diperkirakan berumur Miosen
dan Hill (1956) untuk mengetahui hubungan Tengah - Pliosen.
antara tegasan utama dengan jenis struktur
geologi yang dihasilkan. 2.4. Sejarah Geologi
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada
kala Miosen Tengah (N5) dengan
diendapkannya breksi sisipan batupasir yang
termasuk kedalam Formasi Nglanggran. Satuan
ini diendapkan pada lingkungan laut dalam
tepatnya pada kipas bawah laut bagian atas
Upper Fan, hasil endapan aliran rombakan
(debris flow).

Secara bersamaan pada N6 - N9 diendapkan


pula satuan batupasir tufan selang - seling
breksi yang termasuk ke dalam Formasi
Semilir. Satuan ini terbentuk dengan
mekanisme pengendapan turbidit pada
lingkungan laut dalam tepatnya pada kipas
bawah laut bagian tengah Smooth to Chanelled
on Suprafan Lobes on Mid Fan.
Gambar 4 Konsep pola urutan pembentukan
struktur geologi (Moody and Hill 1956). Selanjutnya terjadi pengangkatan yang
dilanjutkan dengan terendapkannya
batugamping sisipan batulempung gampingan
Berdasarkan data dan pengamatan dilapangan yang termasuk kedalam Formasi Wonosari
serta dipadukan dengan konsep pembentukan yang berumur N12 - N13 dan diendapkan pada
struktur Moody and Hill (1954) maka daerah Zona Neritik Tengah - Neritik Luar kedalaman
penelitian mempunyai arah umum N 205 ° E. 50 - 150 meter.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 8


`

Pada kala Miosen Akhir - Pliosen terjadi Dari hasil 5 contoh sayatan tipis batuan beku
aktivitas tektonik yang mengakibatkan proses andesit di bawah mikroskop polarisasi
deformasi pada batuan yang diendapkan pada memperlihatkan warna colorles sampai
daerah penelitian serta terbentuknya perlipatan kecoklatan memperlihatkan holokristalin,
dan pensesaran yang cukup intensif serta ukuran butir sedang-kasar, bentuk subhedral-
aktifitas vulkanik yang menghasilkan intrusi anhedral, inequgranular. Disusun oleh fenokris
diorit. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada saat dan masa dasar berupa : feldspar dan piroksen .
itu telah terjadi Orogenesa yang dikenal sebagai
Orogenesa Intra Miosen dan Pliopleistosen 1. Piroksen
(Van Bemmelen, 1949). Hadir ± 10 - 15 %, Warna kuning
kecoklatan ukuran 0,4 - 0,30 mm, bentuk
III. STUDI PETROGENESA BATUAN subhedral - anhedral, jenis klinopiroksen.
BEKU DIORIT

2.5.1. Dasar Teori

Petrogenesa adalah suatu ilmu yang


mempelajari proses pembentukan suatu batuan
tertentu, dari asal-usul atau sumber, proses-
proses yang menyebabkan batuan terbentuk dan
daerah pembekuannya dapat diketahui.
Petrogenesa batuan beku menyangkut segala
hal yang berkaitan dengan pembentukan batuan
beku, seperti mekanisme pembekuan magma,
lama pembekuannya, tempat pemebekuannya
dan sifat asal magma. Foto 15 Kenampakan mineral piroksen dalam
sayatan tipis batuan.
Fokus dari studi petrogenesa daerah penelitian
adalah batuan beku diorit, dimana batuan beku 2. Plagioklas
diorit di daerah penelitian termasuk ke dalam Hadir ± 50 - 75 %, Warna colorless ukuran
Batuan Terobosan Diorit menurut Mahfi (1984) 0.13 - 5,5 mm, bentuk subhedral -
dalam Surono,1992, pada peta geologi lembar anhedral, jenis kembaran kalsrbad - albit,
Surakarta dan Girintirto. hadir sebagai fenokris dan masa dasar.
Sesuai hasil pengamatan petrografi maka
An 42 - Ab 58, jenis plagioklasnya yaitu
andesin.

Foto 16 Kenampakan mineral plagioklas dalam


sayatan tipis batuan
Gambar 6 Bagan alir pembahasan studi
petrogenesa (Mahfi 1984) 3. Orthoklas
Hadir ± 5 - 10 %, warna putih bening,
2.5.2. Analisa ukuran sedang, bentuk subhedral, hadir
sebagai masa dasar.
2.5.2.1. Petrografi

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 9


`

Sesuai dengan ukuran butir dan warna


pada mineral ini, dapat diperkirakan
terbentuk pada temperatur pembekuan
berkisar 900 ° - 850 °C. terbentuk pada
fase pegmatik.
3. Orthoklas : Mineral ini terbentuk setelah
piroksen - biotit terbentuk, kristalisasi
berjalan dengan sempurna, ruangan yang
Foto 17 Kenampakan mineral orthoklas dalam tersedia masih luas, di perkirakan
sayatan tipis batuan terbentuk pada temperatur pembekuan
700º C - 600º C terbentuk pada fase
4. Kuarsa pegmatik.
Hadir 5 -10 %, warna putih, ukuran
4. Kuarsa : mineral ini terbentuk setelah
sedang, bentuk anhedral, hadir sebagai
mineral horbland terbentuk, kristalisasi
masa dasar. berjalan dengan sempurnah sehingga
mineral kursa terbentuk pada kisaran
antara temperature 600 ºC - 400 ºC dan
merupakan fase hidrotermal.
Dari hasil pengamatan sayatan tipis, batuan
beku pada daerah penelitian memiliki ciri
fanerik, bentuk mineral subhedral - anhedral,
inequgranular, tekstur kusus porfiritik. Dari
studi mineralogi yang di kemukakan di atas
Foto 18 Kenampakan mineral kuarsa dalam bahwa batuan beku daerah penelitian di cirikan
sayatan tipis batuan oleh mineral yang khas, yaitu plagioklas yang
terdapat dalam jumlah melimpah
(berkomposisi andesin), piroksen sebagai
mineral mafik, orthoklas sebagai alkali feldspar
2.5.2.2. Paragenesa
serta hadir mineral kuarsa.
Paragenesa merupakan suatu cabang ilmu
geologi yang memberi penjelasan mengenai 2.5.2.3. Geokimia
tempat atau lingkungan dimana suatu mineral Untuk mengetahui informasi lebih jauh
itu terbentuk. mengenai batuan beku andesit, maka di
1. Piroksen: Dalam proses kristalisasi ini, lakukan analisa geokimia terhadap 5 contoh
kedudukan mineral olivin sudah di sample batuan yang diambil pada beberapa
gantikan oleh mineral piroksen, titik pada singkapan intrusi dan
kenampakan ini terbentuk karena di menghasilkan geokima unsur utam batuan
pengaruhi oleh kondisi tekanan dan seperti di Tabel 1.3.
temperatur magma yang sudah menurun
sehingga kenampakan mineral yang Tabel 3 Hasil analisa geokimia di daerah
muncul hanya berupa mineral piroksen. penelitian
Kenampakan ini dapat dilihat oleh ketidak
munculan mineral olivin pada sayatan
tipis ini. Mineral piroksen diperkirakan
terbentuk pada temperatur 1100 ° - 900 °
C. terbentu pada fase ortomagmatik
2. Plagioklas : Mineral ini terbentuk secara
continuous, dimana proses
pembentukannya mulai dari temperatur
magma yang tinggi sampai rendah masih
tetap terbentuk. Faktor yang dapat
membedakan adalah ukuran mineralnya.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 10


`

2.5.2.3.1. Penentuan Tingkat Kandungan magma pembentukan batuan beku andesit pada
Silika daerah penelitian bersifat Andesitik.
2.5.2.3.3. Penentuan Indeks Jenis Magma
Tabel 4 Klasifikasi batuan beku berdasarkan
presentasi kandungan silika SiO2, (Williams, 1956) 1. Kuno (1966) : Penentuan jenis magma
asal menurut Kuno (1966) di dasarkan
pada perbandingan antara Oksida Alkali
Total (K2O + Na2O) dengan Silika
(SiO2).

Gambar 7 Seri magma dari batuan beku diorit


daerah penelitian menurut (Kuno 1966)
Kandungan silika rata-rata 52,2%, maka batuan
beku andesit daerah penelitian bersifat 2. Miyashiro (1974) : Penentuan jenis
Intermediate (menegah). magma asal menurut Miyashiro (1974), di
dasarkan pada perbandingan antara
2.5.2.3.2. Penentuan Indeks Pembekuan
Oksida Alkali Total (K2O + Na2O)
Magma
dengan Silika (SiO2). Dari hasil anlisa
Untuk mengetahui indeks pembekuan magma kimia tsb terhadap 5 conto batuan beku
dapat di lakukan perhitungan secara matematis diorit di daerah penelitian didapatkan hasil
sebagai berikut: sebagai berikut:

Hutchison, (1973) memberikan batas-batas


indeks pembekuan magma sebagai berikut:

 Nilai IP 0 - 9, magma bersifat andesitik –


dasitik.

 Nilai IP 10 - 19, magma bersifat andesitik.

 Nilai IP 20 - 29, magma bersifst andesitik


- basaltik. Gambar 8 Seri magma dari batuan beku diorit
daerah penelitian menurut (Miyashiro 1974)
 Nilai IP 30 - 40, magma bersifat basaltik.
Pada diagram di atas memnunjukan bahwa dari
S1 = (100 . 3,6) / (3,6 + 3,22 + 6,18 + 4,46 + 0,82) = 19,69 ketiga conto batuan termasuk kedalam seri
S2 = (100 . 2,1) / (2,1 + 3,45 + 7,93 + 3,03 + 0,63) = 12,25 magma Calk - Alkali.

S3 = (100 . 2,97) / (2,97 + 3,5 + 8,12 + 2,04 + 0,36) = 17,48 3. Pecerillo dan Taylor (1976) : Penentuan
jenis magma asal menurut Pecerillo dan
S4 = (100 . 2,4) / (2,4 + 3,1 + 6,55 + 3,28 + 0,73)= 14,94
Taylor (1981), di dasarkan pada
S5 = (100 . 2,47) / (2,47 + 3,0 + 7,89 + 2,82 + 0,52) = 14,79 perbandingan antara K2O dengan SiO2

Dari perhitungan tersebut, memperlihatkan


nilai indeks pembekuan berkisar 12 - 19, maka

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 11


`

Beberapa peneliti lain seperti Miyashiro


(1974), serta Jakes and White (1972)
memberikan kriteria tertentu untuk
memebedakan kedua lingkungan tersebut.
Tabel 5 Perbandingan kandungan unsur-unsur
oksida pada tepi benua dan busur kepulauan
(Miyashiro, 1974)

Gambar 9 Seri magma dari batuan beku diorit


daerah penelitian Pecerillo dan (Taylor 1981)
Tabel 6 Perbandingan kandungan unsur-unsur
2.5.3. Evolusi dan Temperatur Magma oksida pada tepi benua dan busur kepulauan (Jakes
Evolusi magma yang terjadi pada batuan beku and White, 1972)
diorit di daerah penelitian dicirikan oleh
ketidak hadiran mineral olivin baik dari hasil
petrografi maupun normative. Proses evolusi
kristalisasi magma di mulai dari pembentukan
mineral piroksen terbentuk dengan jenis
piroksen yang terbentuk adalah klinopiroksen Berdasarkan kriteria yang kemukakan oleh
karena kandungan Fe > Mg, dan terbentuk pada
Miyashiro (1974) dan Jakes and White (1972),
fase Orthomagmatik (1200 °C - 800 °C).
secara umum lingkungan tektonik batuan beku
Pada temperatur antara 400 ºC - 600 ºC (fase daerah penelitian lebih mendekati Jalur
pneumatolitik), terbentuk mineral plagioklas, Orogenesa Busur Kepulauan.
terbentuk setelah mineral biotit. Hadirnya
IV. KESIMPULAN
zonasi progresif pada plagioklas menandakan
telah terjadi diferensiasi yang di tandai oleh Berdasarkan hasil bahasan yang telah diuraikan
penyelimutan plagioklas yang lebih asam pada bab - bab sebelumnya, maka geologi
kepada yang lebih basa, dimana secara kimia di daerah Bero dan sekitarnya, Kecamatan
tandai menurunnya kadar Al2O3 dan CaO.
Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
Di lain pihak dengan menurunnya unsur - unsur Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut :
seperti FeO, Na2O, dan Al2O3 tidak di ikuti di
ikuti oleh K2O dan CaO dimana 1. Berdasarkan cara terjadinya
memperlihatkan kecenderungan terjadinya (morfogenesa) geomorfologi daerah
suatu peningkatan terhadap suatu peningkatan penelitian terdiri dari perbukitan patahan
terhadap unsur SiO2, sehingga pada akhirnya dan bukit intrusi. Pola aliran sungai yang
akan memungkinkan mineral plagioklas lebih berkembang adalah rektangular. Stadium
asam, terbentuknya k - feldspar dan kuarsa. erosi sungai secara umum berada pada
tahapan muda - dewasa dengan jentera
2.5.4. Lingkungan Tektonik geomorfik pada tahapan dewasa.
Dari pembahasan sebelumnya telah di ketahui 2. Tatanan batuan yang tersingkap di daerah
bahwa batuan beku diorit termasuk kedalam penelitian dapat di kelompokan menjadi 4
seri magma kalk - alkali. Girod (1978, dalam (empat) satuan lithostratigrafi, mulai dari
Hanang Samudra, 1988 ) membagi dua yang tertua hingga termuda adalah :
lingkungan tektonik untuk kalk alkli : a) Satuan breksi sisipan batupasir
Formasi Nglanggran berumur Kala
1. Busur Kepulauan (Island Arc) Miosen Awal - Tengah (N5 - N9) di
endapkan pada lingkungan laut dalam.
2. Tepi Benua (Continental Margin)
b) Satuan batupasir tufan selang – seling
breksi Formasi Semilir berumur Kala

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 12


`

Miosen Awal - Tengah (N6 - N9) di Sumber Daya Mineral,


endapkan pada lingkungan laut dalam. Departemen Pertambangan dan
c) Satuan batugamping sisipan Energi, Bandung.
batulempung gampingan Formasi Thornbury, W.D., 1969. Principles of
Wonosari berumur kala Miosen Akhir Geomorphology, John Willey &
(N12 - N13) di endapkan pada Sons, New York.
lingkungan laut dangkal. Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology
d) Satuan intrusi diorite berumur Kala of Indonesia, Vol. IA: General
Pliosen. Geology of Indonesia and
3. Struktur geologi yang berkembang berupa Adjacent Archipelagoes, The
lipatan dan patahan. Struktur lipatan berupa Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
antiklin dan sinklin. Struktur sesar di Netherlands.
kontrol oleh gaya tegasan utama dari arah Williams, H., Turner, F.J., dan Gilbert,
utara - selatan yang mengahasilkan sesar C.M., 1954, Petrography, an
naik dan sesar mendatar mengiri dengan Introduction to The Study of
arah barat laut - tenggara. Orogenesa di Rock in Thin Sections, W.H.
daerah penelitian terjadi pada Intra Miosen Freeman and Company, New
dengan arah gaya utama N205°E atau York.
hampir relatif utara - selatan. Walker, R.G and Mutti, E., 1978,
4. Batuan beku diorit pada daerah penelitian Turbidites and Deep Water
berasal dari magma asal berupa magma Sediment, Turbidit Facies and
intermedier (SiO2 51 - 62 % berat) dengan Facies Association, Lectures note
afinitas magma Calk - Alkali. Magma ini Series, Pacific on Section
terbentuk pada setting tektonik yang S.E.P.M.
berdada di zona subduksi (penunjaman), Walker, R.G., 1992, Facies Model, 2nd
tepatnya di busur kepulauan. edition, Geological as of Canada
Publishing Bussiness and
DAFTAR PUSTAKA Economic Services Ltd, Toronto,
Ontario, p. 141-245.
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969.
Range Chart, Late Miosen to PENULIS:
Recent Planktonic Foraminifera
Biostratigraphy, Proceeding of
The First. 1. Ari Sandra Kurniadi, S.T. Alumni (2017)
Dunham, R.J., 1962. Classification of Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Carbonat Rock According to Teknik - Universitas Pakuan.
Depositional Texture, Houston, 2. Ir. Mustafa Luthfi, M.T. Staf Dosen
Texas, USA. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Koesoemadinata, R.P. 1985. Prinsip Teknik - Universitas Pakuan.
Prinsip Sedimentasi, Jurusan
3. Ir. Denny Soekamto Kadarisman, M.T. Staf
Geologi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung. Dosen Program Studi Teknik Geologi,
Luthfi, M., 2010. Prinsip-prinsip Fakultas Teknik - Universitas Pakuan.
Sedimentologi, Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan, Bogor.
Noor, D., 2014. Geomorfologi CV Budi
Utama Sleman Yogyakarta.
Phleger, F.B., 1951. Ecology of
Foraminifera, Nortwest Gulf of
Mexico, GSA Memoir 46.
Surono, 1992. Geologi lembar Surakarta
- Giritronto, Pusat penelitian dan
pengembangan geologi,
Direktorat Jenderal Geologi dan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 13


`

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 14

Anda mungkin juga menyukai