Anda di halaman 1dari 13

BAB II

BATUAN BEKU FRAGMENTAL (PYROKLASTIK)

2.1.Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung
api dengan ciri-ciri yang khas. Untuk mempelajari material piroklastik, terlebih
dulu kita harus memahami tentang aktivitas vulkanisne baik proses maupun
produknya. Pemahanan itu secara umum meliputi pemahaman tentang :
1. Erupsi gunung api.
2. Material hasil aktivitas gunung api.

Gambar 2.1. Produk erupsi vulkanik


2.2 Macam Material Hasil Erupsi Vulkanik
Berdasarkan pengertian tersebut maka istilah vulkaniklastik mencakup
bermacam-macam batuan vulkanik, yaitu:
a. Material Piroklastik
Akumulasi material piroklastik atau sering pula disebut sebagai tephra
merupakan hasil banyak proses yang berhubungan dengan erupsi vulkanik
tanpa memandang penyebab erupsi dan asal dari materialnya. Fisher, 1984
menyatakan bahwa fragmen piroklastik merupakan fragmen "seketika" yang
terbentuk secara langsung dari proses erupsi vulkanik. Material piroklastik
saat dierupsikan gunung api memiliki sifat fragmental, dapat berujud cair
maupun padat. Dan setelah menjadi massa padat material tersebut disebut
sebagai batuan piroklastik.
b. Material Hidroklastik
Material ini dihasilkan oleb suatu erupsi hidrovulkanik yakni erupsi
yang terjadi karena kontak air dengan magma.
Berdasarkan cara transportasi sebelum diendapkan, akumulasi material
hidroklastik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Endapan Hidroklastik Jatuhan
Endapan hidroklastik jatuhan adalah endapan yang terjadi dari
akumulasi material hidroklastik yang dilemparkan dari pusat erupsi ke
udara dan kemudian jatuh di tempat pengendapannya. Cara
transportasi material hidroklastik jatuhan dapat dibedakan menjadi 2
yaitu transportasi gerak peluru (trajectory) dan turbulensi awan erupsi.
- Endapan Hidroklastik Aliran.
Endapan ini terjadi dari akumulasi material hidroklastik yang
terlempar dari pusat erupsi, kemudian bergerak sepanjang permukaan
bumi menuju tempat pengendapannya.
c. Material Autoklastik
Material ini di alam dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu
bentuk fragmentasi padat karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya karena
oleh penghancuran lava (Wright, 1963 vide Willard, 1968). Jadi material ini
merupakan gesekan oleh penghancuran lava sebagai hasil dari perkembangan
lanjut dari pembekuan.
d. Material Alloklastik
Material ini sering disebut sebagai breksi vulkanik alloklastik yaitu
breksi yang dibentuk oleh fragmentasi dari beberapa batuan "preexisting"
oleh proses vulkanik bawah permukaan (Wright; 1963 vide Willard; 1968).
Jadi proses breksiasi dari batuan ini terjadi di dalam gunung api baru
kemudian ekstrusion sebagai aliran breksi. Breksiasi ini mungkin dihasilkan
oleh pengembangan gas atau oleh runtuhnya gunung api yang kemudian
terbentuk rongga-rongga dan akhirnya diikuti erupsi. Aliran breksi pada tipe
ini terjadi pada derajat kemiringan dan bergerak dari gunung api dengan
media air menjadi lahar. Proses yang seperti ini mengakibatkan batuan ini
sukar dibedakan dengan breksi laharik. Ciri dari breksi ini adalah
ketebalannya yang besar dan tidak berlapis, material penyusunnya sangat
kasar dan tidak tersortasi. Fragmen mempunyai ukuran beraneka ragam,
heterolitologi. Fragmen pumis, skoria dan batuan afanitik jarang dijumpai.
e. Material Epiklastik.
Material ini merupakan hasil dari pelapukan dan erosi dari batuan
vulkanlk dan umumnya bukan merupakan hasil vulkanisme yang seumur.
Karena endapan epiklastik ini merupakan hasil proses rework dan telah
mengalami transportasi maka pada umumnya fragmen-fragmennya lebih
rounded dan material piroklastik maupun hidroklastik. Fragmen-fragmen
tersebut; dapat terbentuk oleh proses-proses non vulkanik atau proses
epigenik sehingga membentuk modifikasi butiran yang agak membulat.
Material epiklastik di alam sering dijumpai sebagai breksi laharik.
2.3 Tipe Endapan Piroklastik
Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah endapan
volkaniklastik primer yang tersusun oleh partikel (piroklas) terbentuk oleh empsi
yang eksplosif dan terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan, aliran,
surge). Proses erupsi ekplosif yang terlibat dalam pembentukan endapan
piroklastik meliputi tiga tipe utama yaitu : erupsi letusan magmatik, erupsi freatik
dan erupsi freatomagmatik. Ketiga tipe erupsi ini mampu menghasilkan piroklas
yang melimpah yang berkisar dari abu halus (< 1/16 mm) hingga blok dengan
panjang beberapa meter. Termasuk dalam tipe endapan piroklastik meliputi:
1. Piroklastik aliran.
2. Piroklastik jatuhan.
3. Piroklastik surge.
1. Piroklastik Aliran
Piroklastik aliran adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, dekat
permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang
dihasilkan oleh erupsi volkanik (Wright et al 1981, vide Mc Phie et al 1993).
Fisher & Schmincke (1984) menyebutkan bahwa piroklastik aliran adalah
aliran densitas partikel-partikel dan gas dalam keadaan panas yang dihasilkan
oleh aktifitas volkanik. Aliran piroklastik melibatkan semua aliran pekat yang
dihasilkan oleh letusan atau guguran lava baik besar maupun kecil.
2. Piroklastik Jatuhan
Piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan
tersuspensi, yang selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk
endapan piroklastik jatuhan. Endapan merupakan produk dari jatuhan baiistik
dan konveksi turbulen pada erupsi kolom (Lajoie, 1984). Karakteristik dari
endapan dapat yang diamati antara lapisan piroklastik jatuhan dan piroklastik
aliran dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1. Perbedaan piroklastik jatuhan dan piroklastik aliran (Lajoie, 1984)
Piroklastik Jatuhan Piroklastik aliran
Sortasi Sortasi baik (well sorted) Sortasi buruk (poorly sorted)
Ketebalan Teratur dan mengikuti Tidak teratur, menipis pada
lapisan permukaan yang ditutupi tinggian, menebal pada
(mantle bedding) cekungan, menipis secara
lateral terhadap batas saiuran
Gradasi dan Lapisan massif jarang; Lapisan massif. Gradasi
laminasi gradasi normal Jarang, tapi terbalik umum pada endapan
dapat hadir, tidak ada yang terakumulasi dari
struktur traksi yang tegas suspensi laminar (aliran debris
seperti laminasi parallel dan butiran). Gradasi normai
dan laminasi ob!ique, tetapi banyak dijumpai pada endapan
crude strait umum. yang berasal dari suspensi
turbulen dan itu umumnya
ditemukan mendasari atau
menutupi bagian laminasi.

Struktur primer Bomb - surge dan acretionary Acretionary lapilli dihasilkan pada
yang lain lapilli umum dijumpai pada lapisan atas pada beberapa
endapan subaerial atau shallow subaerial nuees ardentes. Jarang
water. Lubang/pipa gas-escape atau tidak ada pada
tidak ada. endapan subagueous.
Sekuen struktur Tidak ada Lubang/pipa gas-escape
primer. (Phmary umum dijumpai Umum, dan
sructure umumnya itu jarang teramati
seguence) pada sedimen transportasi
massa (mass-transported sediments)
yang lain.
3. Piroklastik Surge
Piroklastik surge adalah ground hugging, dilute (rasio partikel gas
rendah), aliran purticulate yang diangkut secara lateral di dalam gas turbulen
(Fisher 1979 vide Mc Phie e/ al 1993). Piroklastik surge dibentuk secara
langsung oleh erupsi freatomagmatik maupun freatik (base surge) dan
asosiasinya dengan piroklastik aliran {ash cloud surge dan ground surge).
Tempat yang dilalui oleh pengendapan lapisan sangat tipis atau laminasi
biasanya disebut sebagai bed set.
4. Piroklastik Jatuhan
Piroklast terlontar ke atmosfir dan jatuh ke bawah
5.Aliran Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif tinggi yang bergerak di dasar/lereng volkan
6.Gelombang Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif rendah yang bergerak menuruni dasar/lereng
volkanik.

2.4 Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi


a. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm – 64mm. Selain dari fragmen
batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral – mineral augti, olivine, plagioklas.
b. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2mm-
1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif.
Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan
pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum
terkonsolidasi,
c. Bom Gunung Api
Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar.
Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat 200kg dengan
hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di gunung api Asama,
Jepang pada tahun 1935.
d. Block Gunung Api
Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi
eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran
lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensional.

Table 2.4 tabel produk piroklastik berdasarkan Fisher (1966)


Gambar III. 2. Karakteristik endapan yang berasal dari erupsi eksplosif
(endapan piroklastik primer) Mc Phie et al, 1983.
2.4 Klasifikasi Batuan Piroklastik
Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para
ahli, tetapi masih terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan
piroklastik.
Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik
sangat sulit, sedangkan saat ini klasifikasi didasarkan pada:
 Asal – usul fragmen
 Ukuran fragmen
 Komposisi fragmen
a. Klasifikasi berdasarkan asal – usul fragmen
Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari
letusan tipe eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972)
membuat klasifikasi sebagai berikut:
- Essential : Fragmen berasal langsung dari pembekuan magma segar
- Accessor : Fragmen berasal dari lava atau piroklastik yang terdapat
pada kerucut volkanik
- Accidental : Fragmen yang berasal dari batuan lain yang tidak
menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme
Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen. Klasifikasi ini dibuat pertama kali
oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) :
- > 2,5 mm : Rudyte
- 2,5 – 0,5 mm : Arenyte
- < 0,5 mm : Lutyte
Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932) dalam
Pettijohn banyak dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak sama antara batuan
sedimen dan piroklastik :
- Breksi volkanik : Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm, bentuk
fragmen meruncing
- Aglomerat : Fragmen berupa bom-bom dengan ukuran > 32 mm
- Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara 4 mm –
32 mm
- Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan ukuran butir
terletak antara 0,25 mm – 4 mm
- Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan ukuran <
0,25 mm

b. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen


Klasifikasi yang telah dibuat digunakan untuk tuf, yaitu
 0,25 –4 mm : tuf kasar
 < 0,25 mm : tuf halus
Menurut Williams, Turner dan Gilbert (1954), tuf dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Vitric Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari gelas
2. Lithic Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan
3. Crystal Tuff : tuf dengan penyusun utama kristal dan pecahan –pecahan kristal

s
c. Klasifikasi menurut Fisher (1966) dan Pettijohn (1975)
Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan prosentase
gelas dengan kristal, yaitu:
1. Vitric Tuff:
Tuf mengandung gelas antara 75% - 100% dan kristal 0% - 25%.
2. Vitric crystal tuff:
Tuf mengandung gelas antara 50% - 75% dan kristal 25% - 50%.
3. Crystal vitric tuff:
Tuf mengandung gelas antara 25% - 50% dan kristal 50% - 75%.
4. Crystal tuff :
Tuf mengandung gelas antara 0% - 25% dan kristal 75% - 100%.

Heinrich (1956) mengatakan bahwa selama pengendapan tuf bisa bercampur


dengan material sedimen yang bermacam-macam. Material sedimen yang paling
banyak dapat dipakai untuk pemberian nama tuf. Misal serpihan atau mengandung
gamping, tuf gampingan dan sebagainya.
Batuan sedimen non volkanik, bisa tercampuri oleh tuf hasil letusan
gunung berapi, sehingga membentuk campuran dua bahan pembentuk batuan
yang mempunyai sumber dan proses pembentukan yang tidak sama. Pettijohn
(1975), adanya tuf di dalam batuan sedimen bisa dipergunakan untuk pemerian
tambahan. Sehingga akan diperoleh penamaan seperti batupasir tufan, serpih tufan
dan lainnya.
Klasifikasi berdasarkan komposisi sangat penting untuk analisa tuf.
Batuan yang berdasarkan ukuran fragmen dengan mudah dan sederhana dapat
dimasukkan ke dalam kelompok tuf ini, ternyata mempunyai komposisi yang
cukup berariasi. Variasi komposisi tersebut dikelompokan lagi.

Vitric Tuff
Menurut Heinrich (1956), penyusun utama terdiri atas gelas. Tuf vitrik
merupakan hasil endapan primer material letusan gunungapi. Komposisi
umumnya bersifat riolitik, meskipun juga dijumpai berkomposisi dasitik, trasitik,
andesitik dan basaltik.
Kepingan gelas umumnya mempunyai bentuk meruncing. Inklusi-inklusi
magnetit banyak dijumpai dalam gelas. Gelas biasanya tidak berwarna, tetapi
apabila berkomposisi basaltik berwarna kuning sampai coklat.
Fragmen-fragmen berupa kristal dan fosil terkadang dijumpai, walaupun
dalam prosentase yang kecil. Mineral-mineral bisa berupa mineral penyusun riolit,
andesit dan lain-lain. Mineral skunder yang hadir antara lain kalsit, opal,
kalsedon, kuarsa, oksida-oksida besi dan lain-lain. Beberapa tuf vitrik yang
mengendap dalam tubuh air tersemen oleh kalsit, Heinrich (1956).
Tuf vitrik umumnya bertekstur vitroclastic, yaitu kepingan-kepingan
gelas terletak dalam matrik yang berupa abu gelas yang sangat halus, Williams,
Turner dan Gilbert (1954).
Macam-macam tuf vitrik:
Tuf palagonit
Penyusun utama gelas basa, dengan warna kuning kehijauan sampai coklat tua.
Tuf palagonit umumnya mengandung kristal-kristal plagioklas, olivin, piroksen
dan bijih besi, lubang-lubang banyak terisi kalsit atau zeolit, Heinrich (1956).
Porselanit atau batu cina
Penyusun berupa abu gelas yang sangat halus, sering disebut tuf lempungan.
Welded tuff atau ignimbrit
Penyusun terdiri atas kepingan-kepingan gelas yang terelaskan, Heinrich (1956).
Tuf pisolit
Penyusun terdiri atas pisolit-pisolit abu gelas yang sangat halus, Williams, Turner
dan Gilbert (1954).
Crystal tuff
Komposisi dominan terdiri atas kristal, sedangkan gelas dijumpai berjumlah
sedikit.
 Tuf kristal riolitik, yaitu kristal kuarsa, sanidin, biotit, hornblende, lain
yang terkadang dijumpai seperti augit. Tuf kristal yang mengandung
tridimit.
 Tuf kristal dasitik, yaitu kristal hornblende, hipersten, andesin, magnetit
dan augit banyak dijumpai pada trasit. Sedangkan pada tuf kristal basaltik,
tersusun atas olivin, augit, magnetit dan labradorit.
Lithic tuff
Penyusun dominan berupa fragmen-fragmen batuan. Gelas dijumpai
dalam jumlah yang relatif sedikit. Fragmen tersebut biasanya berupa fragmen
batuapung, skoria, obsidian, andesit, basalt, granofir, batuan beku hipo-abisik
bertekstur porfiritik atau halus. Kadang terdapat fragmen batuan plutonik,
metamorfik maupun sedimen, Heinrich (1956). Bahan piroklastik yang
dikeluarkan dari ventral volkan, sebelum terendapkan mengalami berbagai proses,
baik cara terangkuntnya dan media transportasi, maupun material yang
terendapkan.
Ignimbrit/endapan aliran pumis (ignimbrites : pumice-flow deposit) IGNIMBRIT
- endapan aliran piroklastik didominasi pumis.

Unwelded ignimbrite - ignimbrit tak terelaskan welded ignimbrite - ignimbrite terelaskan

Gambar III. 1. Kenampakan ignimbrit di lapangan


Praktikum Petrologi Batuan piroklastik 2012
 Identifikasikan dan deskripsi batuan piroklastik yang ada di Laboratorium
Petrologi
 Gunakan daftar klasifikasi batuan piroklastik yang ada untuk membantu
penamaan batuan pyroklastik di Laboratorium. Fisher (1966
 Hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan pyroklastik
o Tentukan komposisi batuan, bedakan antara ukuran fragmen
o Tentukan struktur yang dapat teramati untuk menentukan
petrogenesa
 Selamat praktikum , handout ini harus diprint dan dibawa pada saat
praktikum , jangan lupa dipelajari , dan cari literature dari buku – buku
yang lain atau dari internet juga bisa ya. ( siapa yang bertanya nanti pas
praktikum dapat nilai tambahan , dan kalau bisa menjawab pertanyaan
akan dapat hadiah spesial dari asisten )

Anda mungkin juga menyukai