Anda di halaman 1dari 143

PENGARUH VARIASI MODEL PENGADUK

TERHADAP KUALITAS BIODIESEL DAN


PERFORMA MESIN DIESEL

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

Oleh
Daniel
NIM. 5202416068

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
PENGARUH VARIASI MODEL PENGADUK
TERHADAP KUALITAS BIODIESEL DAN
PERFORMA MESIN DIESEL

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

Oleh
Daniel
NIM. 5202416068

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Daniel
NIM : 5202416068
Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif
Judul : Pengaruh Variasi Model Terhadap Kualitas Biodiesel Dan
Performa Mesin Diesel

Proposal ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke seminar proposal
Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.

Semarang, 11 Juni 2020

Dr. Dwi Widjanarko S.Pd., ST., MT


NIP. 196901061994031003

ii
PENGESAHAN

Skripsi/TA dengan judul Pengaruh Variasi Model Pengaduk Terhadap Kualitas


Biodiesel dan Performa Mesin Diesel telah dipertahankan didepan sidang Panitia
Ujian Skripsi/TA Fakultas Teknik UNNES pada tanggal bulan tahun 2021.

Oleh
Nama : Daniel
NIM : 5202416068
Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif
Panitia:
Ketua Sekretaris

Rusiyanto, S.Pd., M.T. Wahyudi, S.Pd., M.Eng.


NIP. 197403211999031002 NIP. 198003192005011001

Penguji 1 Penguji 2

Drs. Winarno Dwi Rahardjo, M.Pd. Sonika Maulana, S.Pd., M.Eng.


NIP. 195210021981031001 NIP. 198703162019031011

Penguji 3/Pembimbing

Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., S.T., M.T.


NIP. 196901061994031003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNNES

Dr. Nur Qudus, M.T., IPM.


NIP. 196911301994031001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas

Negeri Semarang (UNNES) maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Semarang, Mei 2021


Yang membuat pernyataan,

Daniel
NIM. 5202416068

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : Apapun yang kau yakini, belajarlah berjalan, berlari, dan


juga berhenti. Bakti kami kepada negeri untuk para pencari arti (Sepatu compass).

PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua


saya bapak Yudianto dan ibu Suparti yang telah memberikan doa dan
dukungannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

v
RINGKASAN

Daniel. 2021. Pengaruh Variasi Model Pengaduk Terhadap Kualitas


Biodiesel Dan Performa Mesin Diesel. Pembimbing Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd.,
S.T., M.T. Pendidikan Teknik Otomotif.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh dari variasi model
pengaduk pada kualitas biodiesel, menguji adanya pengaruh penggunaan bahan
bakar biodiesel terhadap performa mesin diesel, serta membandingkan
keefektivitasan dari masing-masing variasi model pengaduk yang ditinjau dari
kualitas biodiesel dan performa mesin diesel. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimental. Alat yang
digunakan untuk membuat biodiesel yaitu neraca digital dan gelas ukur plastic.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Minyak Goreng, KOH,
Alkohol. Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas biodiesel adalah
piknometer, viscometer, dan GCMS. Pengujian performa mesin diesel
menggunakan alat dynamometer dengan media kendaraan mobil Isuzu Panther
Pick Up Turbo tahun 2012.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, variasi model pengaduk dengan
tiga blade berlawanan arah mendapatkan hasil terbaik. Pada pengujian kualitas
biodiesel tiga pengaduk berlawanan arah menghasilkan viskositas 3,76 mm²/s,
densitas 867 kg/m³, dan kadar metil ester sebesar 98,59%. Torsi yang dihasilkan
sebesar 170,3 Nm dan dayanya sebesar 55,18 kW. Torsi yang diahasilkan oleh
sampel biodiesel tiga pengaduk berlawanan arah mengalami peningkatan sebesar
0,0025% dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel B30 Pertamina. Sedangkan
dayanya model tiga pengaduk berlawanan arah memperoleh hasil daya yang
mendekati bahan bakar biodiesel B30 Pertamina dengan selisih 0,0023%.
Penelitian selanjutnya bisa menggunakan variasi model tiga pengaduk
berlawanan arah. Karena, pengaduk tersebut merupakan pengaduk terbaik
sehingga biodiesel yang dihasilkan lebih optimal.

Kata Kunci: biodiesel, kualitas, torsi, daya, pengaduk

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Model Pengaduk Terhadap

Kualitas Biodiesel Dan Performa Mesin Diesel”. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para

sahabatnya.

Penyelesaian proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dan

bantuan berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan

terimakasih serta penghargaan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Dr. Nur Qudus, MT.,

Ketua Jurusan Teknik Mesin Rusiyanto, S.Pd, M.T., Koordinator Program

Studi Pendidikan Teknik Otomotif Wahyudi, S.Pd., M.Eng.

3. Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd, ST., M.T., dosen pembimbing yang telah sabar

mengarahkan dan membimbing penulis hingga proposal skripsi ini selesai.

4. Bapak Yudianto dan Ibu Suparti tersayang, atas kasih sayang, kesabaran,

dukungan, dan doa yang telah diberikan.

5. Teman-teman Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif angkatan 2016,

rekan-rekan seperjuangan Crew PTO Rombel 2, dan KSR PMI Unit

Universitas Negeri Semarang atas dukungan dan bantuannya dalam

penyusunan proposal skripsi.

vii
6. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan proposal skripsi.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dalam perbaikan proposal skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas bantuan dan kebaikannya.

Aamiin.

Semarang, Juni 2021

Daniel

viii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii


PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
RINGKASAN ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 5
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.5 Tujuan ............................................................................................................ 6
1.6 Manfaat .......................................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI..................................... 8
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 10
2.2.1 Transesterifikasi .................................................................................... 10
2.2.2 Jenis-jenis pengaduk ............................................................................. 11
2.2.3 Kecepatan pengaduk ............................................................................. 15
2.2.4 Minyak goreng bahan baku biodiesel ................................................... 17
2.2.5 Katalis KOH ......................................................................................... 18
2.2.6 Methanol ............................................................................................... 18
2.2.7 Kualitas biodiesel.................................................................................. 18
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 21
2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 21

ix
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 23
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian................................................. 23
3.2 Desain Penelitian ......................................................................................... 23
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 24
3.3.1 Alat........................................................................................................ 24
3.3.2 Bahan .................................................................................................... 27
3.4 Parameter Penelitian .................................................................................... 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.5.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 29
3.6 Kalibrasi Instrumen ..................................................................................... 39
3.6.1 Viscometer Ostwald.............................................................................. 39
3.6.2 Piknometer ............................................................................................ 40
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 42
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 42
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 50
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 61
5.2 Simpulan ...................................................................................................... 61
5.3 Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 69

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu mengenai pengaduk ............................................. 17


Tabel 2.2 Sifat kimia KOH (Cahyati dan Pujaningtyas, 2017: 9)......................... 18
Tabel 2.3 Sifat fisika-kimia methanol (Cahyati dan Pujaningtyas, 2017: 10) ..... 18
Tabel 2.4 Syarat mutu biodiesel (Kaddihani, 2019) ............................................. 19
Tabel 3.1 Uji kualitas biodiesel ……………………………………………41
Tabel 3.2 Uji torsi ................................................................................................. 41
Tabel 3.3 Uji daya ................................................................................................. 41
Tabel 4.1 Hasil Uji GCMS ……………………………………………………44
Tabel 4.2 Lembar Hasil Pengujian Karakteristik Biodiesel .................................. 45
Tabel 4.3Data Pengujian Torsi dan Daya Menggunakan Campuran Sampel 20%
Biodiesel................................................................................................................ 47
Tabel 4.4 Data Pengujian Torsi dan Daya Menggunakan Campuran Sampel 10%
Biodiesel................................................................................................................ 49

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaduk jenis propeller (m.indonesian.alibaba.com)...................... 12


Gambar 2.2 Pengaduk jenis turbine (Kiswanto, 2012) ......................................... 13
Gambar 2.3 Pengaduk jenis paddle (Almeganews, 2018) .................................... 13
Gambar 2.4 Pengaduk jenis helical ribbon (Almeganews, 2018) ......................... 14
Gambar 3.1 Desain unit pengolah biodiesel …………........................................24
Gambar 3.2 Unit pengolah biodiesel ..................................................................... 25
Gambar 3.3 Desain model pengaduk .................................................................... 25
Gambar 3.4 Variasi model pengaduk .................................................................... 26
Gambar 3.5 Ukuran pengaduk dengan tabung ...................................................... 26
Gambar 3.6 Diagram alir penelitian ...................................................................... 29
Gambar 3.7 Penuangan minyak goreng ................................................................ 30
Gambar 3.8 Temperatur 60°C ............................................................................... 30
Gambar 3.9 Motor pengaduk 200 rpm .................................................................. 31
Gambar 3.10 Proses pengendapan ........................................................................ 32
Gambar 3.11 Proses pengeringan.......................................................................... 33
Gambar 3.12 Mengikat mobil ............................................................................... 36
Gambar 3.13 Tampilan layar computer dynamometer ......................................... 37
Gambar 3.14 Menu dynamometer......................................................................... 37
Gambar 3.15 Vehicle data kendaraan ................................................................... 38
Gambar 3.16 Proses penuangan sampel ................................................................ 38
Gambar 4.1 Pengaruh Variasi Model Pengaduk Dengan Viskositas ……………51
Gambar 4.2 Pengaruh Variasi Model Pengaduk Dengan Densitas ....................... 53
Gambar 4.3 Pengaruh Variasi Pengaduk Dengan Kadar Metil Ester ................... 54
Gambar 4.4 Hasil Uji Torsi Mesin ........................................................................ 56
Gambar 4.5 Hasil Uji Daya Mesin ........................................................................ 58

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing ...................................................... 69


Lampiran 2. Surat Tugas Pembimbing Dan Penguji Seminar Propososal ............ 70
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian.......................................................................... 71
Lampiran 4. Lembar Hasil Pengujian Densitas..................................................... 72
Lampiran 5. Lembar Hasil Pengujian Viskositas .................................................. 73
Lampiran 6. Lembar Hasil Pengujian GCMS Satu Pengaduk Searah .................. 74
Lampiran 7. Lembar Hasil Pengujian GCMS Dua Pengaduk Searah................... 75
Lampiran 8. Lembar Hasil Pengujian GCMS Dua Pengaduk Berlawanan Arah . 76
Lampiran 9. Lembar Hasil Pengujian GCMS Tiga Pengaduk Searah .................. 77
Lampiran 10. Lembar Hasil Pengujian GCMS Tiga Pengaduk Berlawanan Arah 78
Lampiran 11. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Pertama .... 79
Lampiran 12. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Kedua ...... 80
Lampiran 13. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Ketiga ...... 81
Lampiran 14. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Pertama ............. 82
Lampiran 15. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Kedua ............... 83
Lampiran 16. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Ketiga ............... 84
Lampiran 17. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Pertama ............. 85
Lampiran 18. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Kedua ............... 86
Lampiran 19. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Ketiga ............... 87
Lampiran 20. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Pertama ............ 88
Lampiran 21. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Kedua ............... 89
Lampiran 22. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Ketiga ............... 90
Lampiran 23. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Pertama ............. 91
Lampiran 24. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Kedua ............... 92
Lampiran 25. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Ketiga ............... 93
Lampiran 26. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Pertama ............ 94
Lampiran 27. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Kedua ............... 95
Lampiran 28. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Ketiga ............... 96
Lampiran 29. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Pertama ............. 97

xiii
Lampiran 30. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Kedua ............... 98
Lampiran 31. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Ketiga ............... 99
Lampiran 32. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Pertama ........... 100
Lampiran 33. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Kedua ............. 101
Lampiran 34. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Ketiga ............. 102
Lampiran 35. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Pertama .......... 103
Lampiran 36. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Kedua ............. 104
Lampiran 37. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Ketiga ............. 105
Lampiran 38. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Pertama ........... 106
Lampiran 39. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Kedua ............. 107
Lampiran 40. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Ketiga ............. 108
Lampiran 41. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Pertama .......... 109
Lampiran 42. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Kedua ............. 110
Lampiran 43. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Ketiga ............. 111
Lampiran 44. Hasil Uji Densitas ......................................................................... 112
Lampiran 45. Hasil Uji Viskositas ...................................................................... 112
Lampiran 46. Hasil Uji GCMS Satu Pengaduk Searah....................................... 112
Lampiran 47. Hasil Uji GCMS Dua Pengaduk Searah ....................................... 113
Lampiran 48. Hasil Uji GCMS Dua Pengaduk Berlawanan Arah ...................... 113
Lampiran 49. Hasil Uji GCMS Tiga Pengaduk Searah ...................................... 114
Lampiran 50. Hasil Uji GCMS Tiga Pengaduk Berlawanan Arah ..................... 114
Lampiran 51. Hasil Uji Performa B30 Pertamina ............................................... 115
Lampiran 52. Hasil Uji Performa 1PS 20% ........................................................ 115
Lampiran 53. Hasil Uji Performa 2PS 20% ........................................................ 116
Lampiran 54. Hasil Uji Performa 2PB 20%........................................................ 116
Lampiran 55. Hasil Uji Performa 3PS 20% ........................................................ 117
Lampiran 56. Hasil Uji Performa 3PB 20%........................................................ 117
Lampiran 57. Hasil Uji Performa 1PS 10% ........................................................ 118
Lampiran 58. Hasil Uji Performa 2PS 10% ........................................................ 118
Lampiran 59. Hasil Uji Performa 2PB 10%........................................................ 119
Lampiran 60. Hasil Uji Performa 3PS 10% ........................................................ 119

xiv
Lampiran 61. Hasil Uji Performa 3PB 10%........................................................ 120
Lampiran 62. Foto Dokumentasi Penelitian........................................................ 120

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam sumber energi.

Sumber energi yang diantaranya, minyak bumi, batubara, gas, air, panas bumi,

dan sebagainya. Salahssatu sumbereenergi terpentingbbagi manusiaaialah minyak

bumi. Meningkatnya pembangunan akan berdampak pada meningkatnya

kebutuhan energi. Penggunaan bahan bakar minyak bumi banyak ditemukan

seperti pada alat transportasi, penggerak generator pembangkit listrik, alat

pertanian, dan alat berat. Terlebih lagi pada bidang transportasi yang termasuk

dalam kebutuhan pokok penting. Alat transportasi memudahkan mobilitas

masyarakat sehingga kebutuhan alat transportasi terus bertambah. Meningkatnya

minat masyarakat terhadap alat transportasi berbanding lurus dengan

perekonomian masyarakat yang terus meningkat sehingga jumlah kepemilikan

alat transportasi semakin bertambah. Hal ini tentunya akan berakibat pada

kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat.

Meningkatnya kebutuhan bahan bakar akan menyebabkan menipisnya

jumlah minyak bumi. Olahan minyak bumi menghasilkan banyak produk yang

sering digunakan pada masyarakat umumnya adalah bahan bakar bensin dan

bahan bakar diesel. Karena, disesuaikan dengan prinsip kerja motor bakarnya.

Ada dua jenis motor bakar yaitu motor bensin (pembakaran menggunakan bahan

bakar bensin) dan motor diesel (pembakaran menggunakan bahan bakar solar).

Namun, pada perkembangannya bahan bakar solar dari turunan minyak bumi

1
2

lebih banyak digunakan di masyarakat dan industri. Karena minyak bumi

merupakan sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui dan penggunaan

bahan bakar diesel yang terus meningkat menyebabkan menipisnya sumber energi

minyak bumi, sehingga perlu adanya energi terbarukan. Energi terbarukan

merupakan sumber energi alternatif yang dapat menggeser dominasi penggunaan

energi fosil yang berasal dari gas alam, batu bara, minyak bumi.

Menurut Kusumaningtyas dan Bachtiar (2012: 10) bahan bakar alternatif

yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah fatty acid methyl ester (FAME)

atau bahasa umumnya adalah biodiesel. Biodiesel banyak mengandung kelebihan

karena, turunanndari sumber dayaaalam lokal yang dapatddiperbaharui, mudah

diurai, dan sanggup menekan jumlah polusi udara kendaraan (Pratiwi, et al., 2016:

1). Penggunaan biodiesel mempunyai banyak keuntungan karena dapat mereduksi

karbon monoksida dan karbon dioksida, non-toxic dan biodegradable (Setiawan

dan Susila, 2017: 36). Biodegradable merupakan suatu limbah yang mudah terurai

dan biasanya bersumber dari tumbuh-tumbuhan atau hewan (Puspita, 2017). Jadi,

bisa dipastikan bahwa biodiesel selain mengurangi penggunaan bahan bakar

minyak bumi juga dapat mengurangi pencemaran sehingga biodiesel lebih ramah

lingkungan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tinggi untuk

memproduksi biodiesel karenambahanmbaku yang cukup banyak, namun

masyarakat belum bisa mengoptimalkannya. Biodiesel terdiri dari asam lemak

yang terkandung pada minyak nabati ataupun hewani (Cahyati dan Pujaningtyas,

2017: 2). Minyak goreng sangat potensial sebagai bahan baku pembuatan
3

biodiesel. Karena, merupakan salah satu minyak yang berasal dari tumbuhan.

Kelebihan yang dimiki dari pada minyak hewani diantaranya yaitu lebih mudah

didapatkan dan harga minyak goreng relatif lebih murah. Dengan meningkatnya

produksi dan konsumsi minyak kelapa sawit dengan masing-masing rata-rata

1,06% dan 0,96% per tahun antara 2005 hingga 2020 (Syafa’at, et al., 2006: 23)

menegaskan bahwa minyak goreng sangat berpotensi sebagai bahan pembuatan

biodiesel yang mudah ditemukan di masyarakat. Kelebihan lainnya yaitu miliki

kadar asam lemak bebas yang rendah (Hutami dan Ayu, 2015: 134).

Dengan bahan baku yang melimpah yaitu minyak goreng tetapi cara

pengolahannya kurang optimal maka menghasilkan kualitas biodiesel kurang

maksimal. Upaya-upaya peningkatan kualitas biodiesel terus dilakukan dengan

melakukan penelitian dan percobaan terhadap proses pembuatan biodiesel pada

model pengaduknya. Biodiesel termasuk salah satu jenis bahan bakar nabati

(BBN) yang dibuat dari reaksittransesterifikasi trigliseridaadaneesterifikasi asam-

asam lemakkbebas dengan methanol dan etanol (Pasang, 2008: 1). Katalis

digunakan untuk meningkatkan laju reaksi transesterifikasi (Ramadhas, et al.,

2005: 1791). Mawarni dan Suryanto (2018: 51) menjelaskan bahwa tingkat

homogenitas campuran terhadap reaksi akan mempengaruhi keefektifitasan reaksi

pada saat tumbukan hingga akhirnya mempengaruhi laju reaksi, konstanta reaksi,

energi aktivasi, dan lama reaksi. Jika, mulai dari awal pencampuran tidak

homogen maka pencampuran tidak akan berlangsung baik pada saat

transesterifikasi sehingga mempengaruhi kualitas biodiesel.


4

Proses pembuatan biodiesel sangat dipengaruhi oleh pengaduk. Menurut

Darmanto (2010: 94) keberhasilan proses pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh

putaran pengaduk. Triwibowo, et al., (2017: 20) menjelaskan bahwa cara

pencampuran menggunakan proses pengadukan dalam tangki berpengaduk

bertujuan untuk mereaksikan, memindah massa, dan merubah sifat suatu

campuran dengan cepat dan meningkatkan transfer momentum antara partikel

pada suatu fluida yang diaduk. Campuran yang homogen bisa tercapai secara

cepat dengan proses pengadukan. Pengadukan pada proses transesterifikasi sangat

penting karena mempengaruhi hasil dari kualitas biodiesel. Pada proses

pengadukan akan terbentuk aliran campuran di dalam tangkai, aliran ini memiliki

efek penting yang berguna untuk proses pencampuran. Profil aliran dan derajat

turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas campuran

(Krisunarya, et al., 2017: 9). Aliran ini lah yang dimanfaatkan untuk proses

transesterifikasi pada proses pembuatan biodiesel.

Dengan proses pembuatan biodiesel yang tepat, dapat meningkatkan

kualitas biodiesel yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan pada mesin diesel

untuk memperoleh performa yang baik. Pemilihanntangki, sudu, dan sirip serta

posisinyaapada bagianndalam tangkippencampuran dapat meningkatkanuunjuk

kerjappencampuran bahanntersebut (Suryadhiyanto dan Qiram, 2018: 25).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:


5

1. Di Indonesia, potensi memproduksi biodiesel sangat tinggi karena ketersediaan

bahan baku yang melimpah, namun kurang dioptimalkan oleh masyarakat.

2. Kebutuhan bahan dasar solar selalu meningkat seiring meningkatnya jumlah

kendaraan bermesin diesel, namun sumber bahan bakar fosil tidak dapat

diperbaharui untuk mengimbangi naiknya jumlah mesin diesel.

3. Penggunaan biodiesel banyak keuntungannya, namun penggunaanya di

Indonesia belum maksimal.

4. Kelebihan minyak goreng sebagai bahan baku biodiesel adalah mengandung

asam lemak yang rendah, tetapi penggunaan sebagai bahan baku biodiesel

masih rendah karena diprioritaskan untuk kebutuhan pangan.

5. Jenis atau model pengaduk sudah banyak digunakan pada proses

transesterifikasi campuran antara minyak goreng dengan katalis, namun untuk

model multi bilah searah dan berlawanan untuk meningkatkan kualitas dan

performa mesin diesel belum ada.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah penelitian

ini hanya mengenai jenis atau model pengaduk sudah banyak digunakan pada

proses transesterifikasi campuran antara minyak goreng dengan katalis, namun

untuk model multi bilah searah dan berlawanan untuk meningkatkan kualitas dan

performa mesin diesel belum ada. Optimalisasi proses pembuatan biodiesel

dengan memvariasi model pengaduk untuk menghasilkan kualitas biodiesel yang

sesuai dengan SNI, dan hasil performa yang baik pada mesin diesel. Beberapa

batasan lain penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1. Pengaduk yang dipakai yaitu model satu, dua, dan tiga tingkat pengaduk

dengan arah bilah searah dan berlawanan.

2. Operasional pengadukan dilakukan pada putaran rendah (200 rpm) untuk

melihat pengaruh model dan arah bilah pengaduk terhadap kualitas biodiesel.

3. Kualitas biodiesel yang diteliti hanya mencakup densitas, viskositas, dan kadar

metil ester dari produk biodiesel yang dihasilkan.

4. Performa mesin diesel yang diteliti hanya mencakup torsi dan daya mesin

diesel saja.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas biodiesel ?

2. Bagaimana pengaruh variasi model pengaduk terhadap performa mesin diesel ?

3. Model pengaduk yang mana, yang efektif meningkatkan kualitas biodiesel dan

performa mesin diesel ?

1.5 Tujuan

Adapaun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas biodiesel.

2. Mengetahui pengaruh variasi model pengaduk terhadap performa mesin diesel.

3. Menghasilkan model pengaduk yang efektif meningkatkan kualitas biodiesel

dan performa mesin diesel.

1.6 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah:


7

Manfaat dari penelitian pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas

biodiesel dan performa mesin diesel adalah

1. Menghasilkan model pengaduk yang dapat menghasilkan kualitas biodiesel

yang baik sehingga model pengaduk ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku

industri khususnya pada bidang produksi biodiesel untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas biodieselnya sehingga masyarakat dapat menggunakan

produk yang berkualitas untuk kendaraan bermesin diesel.

2. Performa mesin diesel yang dihasilkan dari bahan bakar biodiesel dengan

proses produksi dari beberapa model pengaduk, dapat dimanfaatkan sebagai

bahan diskusi keterkaitan model pengaduk, kualitas biodiesel, dan performa

mesin diesel. Sehingga, hasil ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi

pembuat biodiesel dan siapa saja yang tertarik dengan biodiesel dan otomotif.

3. Model pengaduk yang paling efektif dapat digunakan oleh siapapun untuk

memproduksi biodiesel untuk mendapatkan nilai konversi yang tinggi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Energi minyak bumi digunakan secara berlebihan akan menyebabkan

krisis energi yang serius terlebih lagi efek dari penggunaan bahan bakar minyak

bumi sangat mempengaruhi kualitas lingkungan. Krisis energi bisa dikurangi

dengan mengadopsi sumber energi alternatif seperti biodiesel sebagai sumber

energi terbarukan yang ramah lingkungan (Hiwot, 2017: 312). Biodiesel

merupakan energi bahan bakar terbarukan sebagai alternatif pengganti bahan

bakar minyak. Biodiesel didapatkan dari senyawa ester yang memiliki kemiripan

dengan sifat fisika dan kimia pada solar (Umam, 2019: 7).

Inzaghi (2019: 7) menjelaskan bahwa biodiesel termasuk produk yang

ramah lingkungan dan dapat diperbaharui (biodegradable). Penggunaan bahan

bakar ini juga dapat mereduksi emisi gas berbahaya bagi lingkungan seperti

karbon monoksida (CO), ozon (O₃), nitrogen oksida (NOₓ) dan hidrokarbon aktif

lainnya. Sehingga biodiesel dapat meningkatkan kualitas udara. Biodiesel adalah

pilihan yang sangat bagus untuk mengatasi krisis energi karena bahan bakunya

tersedia secara bebas dan mudah didapatkan (Che, et al., 2012: 428). Biodiesel

memiliki karakteristik seperti solar, selain itu biodiesel lebih ramah lingkungan

dari pada solar, karena biodiesel terdiri dari campuran monoalkali ester. Biodiesel

terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui seperti minyak tumbuhan atau lemak

hewan.

8
9

Proses pembuatan biodiesel memerlukan reaksi untuk merubah trigliserida

menjadi ester, reaksi itu memerlukan alkohol sehingga trigliserida bereaksi

dengan alkohol dan menjadi ester. Reaksi antara trigliserida dengan alkohol itu

disebut proses transesterifikasi. Transesterifikasi merupakan suatu tahapan

konversi dari trigliseridaaatau minyaknnabati menjadiaalkileester, melaluirreaksi

dengannalkohol, danmmenghasilkan produkssampingggliserol (Dewi, 2016: 39).

Secara kimia, asam lemak metil ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) yang

terbuat dari minyak seperti lemak hewani, limbah dapur, serangga, dan microalga

yang disintesiskan oleh alkohol dan katalis (Yaakob, et al., 2013: 185).

Minyak goreng sebagai bahan produksi memiliki peluang yang besar,

karena minyak ini mengandung trigliserida disamping lemak bebasnya. Proses

pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA). Jika

minyak memiliki nilai FFA <5% maka bisa langsung diproses dengan

transesterifikasi menggunakan katalis basa, namun apabila kandungan FFA >5%

maka proses pengolahannya menggunakan estrans (esterifikasi-transesterifikasi)

menggunakan katalis asam (Freedman, et al., 1984: 1639). Banyak cara yang

digunakan peneliti untuk menurunkan kadar FFA pada minyak seperti penelitian

yang dilakukan oleh Che, et al., (2012: 428), penelitiannya menggunakan minyak

zaitun untuk menghasilkan biodiesel dengan asam sulfat sebagai katalis. Hasilnya

penurunan 50% nilai FFA dalam rasio minyak methanol rendah dan penurunan

80% untuk rasio minyak methanol tinggi.

Nadia (2016: 27) menjelaskan bahwa reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi

antara asam karboksilat dan alkohol sehingga membentuk ester. Turunan asam
10

karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat adalah

senyawa yang mempunyai gugus -CO₂R dengan R dapat berupa alkil maupun aril.

Sedangkan menurut Hadrah, et al., (2018: 17) transesterifikasi adalah proses

transformasi kimia molekul trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati

dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai lurus, dan hampir

sama dengan molekul bahan bakar solar. Proses pembuatan biodiesel dengan

bahan baku minyak goreng ditentukan dari kandungan Free Fatty Acid (FFA).

Tabatabaei, et al., (2019: 242) menerangkan bahwa dalam proses

pembuatan biodiesel, pengaduk (agitator) adalah parameter penting karena

mempengaruhi pelarutan, transfer massa, dan laju reaksi alkoholisi

(transesterifikasi) campuran antara fase alkohol dengan minyak. Oleh karena itu,

pemahaman mendalam tentang dampak transesterifikasi merupakan parameter

penting dalam dalam peningkatan dan desain reaktor. Proses transesterifikasi akan

efektif jika menggunakan model pengaduk yang baik. Ada banyak jenis model

pengaduk Haloho (2018: 8) menerangkan bahwa jenis model pengaduk secara

umum dibagi dalam empat jenis yaitu baling-baling (Propeller), turbin (Turbine),

dayung (Paddle), dan helical ribbon. Dari berbagai jenis model pengaduk

penelitian yang dilakukan oleh Peiter, et al., (2020: 58) menjelaskan bahwa model

pengaduk jenis turbin lebih efektif daripada model pengaduk jenis dayung.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Transesterifikasi

Transesterifikasi biasa disebut dengan proses alkoholis yaitu merupakan

suatu tahapan konversi dari minyak nabati (trigliserida) menjadi ester, melalui
11

proses reaksi dengan alkohol. Dari proses transesterifikasi akan menghasilkan

produk samping berupa gliserol, maka pada akhir proses pembuatan biodiesel

akan ada proses pemisahan metil ester dan gliserol.

Inzaghi (2019: 8) menjelaskan bahwa pembuatan biodiesel menggunakan

proses transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan tingkat viskositas atau

kekentalan minyak sehingga mendekati tingkat viskositas solar. Proses

transesterifikasi biasanya digunakan untuk pembuatan biodiesel dengan bahan

baku yang memiliki kadar free fatty acid (FFA) rendah yaitu kurang dari lima

persen (<5%). Arita, et al., (2020: 4) menerangkan bahwa reaksi terjadi dengan

mereaksikan trigliserida dengan alkohol rantai pendek seperti metanol atau etanol

akan menghasilkan biodiesel dan gliserol.

2.2.2 Jenis-jenis pengaduk

Pengaduk merupakan salah satu komponen penting dalam proses

pencampuran. Proses pengadukan bertujuan untuk mereaksikan, memindahkan

massa, dan merubah sifat suatu campuran dengan cepat. Guna mendapatkan

campuran yang homogen dan efektif, pemilihan pengaduk yang tepat sangatlah

penting. Menurut Haloho (2018: 8), secara umum pengaduk yang sering

digunakan dibedakan menjadi empat jenis yaitu pengaduk baling-baling

(Propeller), pengaduk turbin (Turbine), pengaduk dayung (Paddle), dan pengaduk

helical ribbon.

1. Jenis pengaduk baling-baling (Propeller)

Pengaduk jenis ini biasanya digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi

berkisar antara 400 rpm hingga 1750 rpm dengan arah aliran aksial dan dapat
12

digunakan pada cairan yang memiliki viskositas rendah. Pengadukkjenisbbaling-

baling memiliki beberapaajenisspengaduk yangibiasa digunakaniyaitu: a.) Marine

propeller, b.) Hydrofoilipropeller, c.) Highiflowipropeller.

Gambar 2.1 Pengadukijenis propeller (m.indonesian.alibaba.com)

2. Jenis pengaduk turbin (Turbine)

Pengaduk turbin hampir sama seperti pengaduk dayung hanya saja

pengaduk turbin lebih banyak memiliki daun pengaduk dan berukuran lebih

pendek. Pengaduk jenis ini biasanya digunakan pada kecepatan tinggi untuk

cairan dengan rentang viskositas yang sangat luas. Ada beberapa jenis pengaduk

turbin diantaranya yaitu: a.) Turbine disc flat blade, b.) Turbine pitched blade, c.)

Turbine bar, d.) Turbine shrouded, e.) Turbineehub mountedccurvedbblade, f.)

Turbineedisccmounted curvebblade. Diantara beberapa jenis pengaduk turbin ada

jenis dengan tingkat kemiringan daun sebesar 45°. Dengan tingkat kemiringan

tersebut makaabeberapaaaliran aksialaakan terbentuk sebuahkkombinasi antara

aliranlaksial dan aliranlradial akanlterbentuk (Haloho, 2018: 10).


13

Gambar 2.2 Pengaduk jenis turbine (Kiswanto, 2012)

3. Jenis pengaduk dayung (Paddle)

Pengaduk jenis ini memiliki jumlah sudu minimum dua, vertikal atau

horizontal. Pengaduk jenis paddle menghasilkan jenis aliran radial dan tangensial

yang hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Karenaaaliran radialbbisatterbentuk

maka alirantaksial danvvertikal pada pengaduk ini menjadivkecil mengakibatkan

pengaduk ini menjadi tidak efektif. Pengaduk jenis ini biasanya digunakan pada

kecepatan rendah yaitu antara 20 rpm hingga 200 rpm. Ada beberapa jenis

pengaduk paddle, yaitu: a.) Paddle anchor, b.) Paddle gate, c.) Paddle horse

shoe, d.) Paddle finger, e) Paddle helix, f.) Paddle flat beam-basic, g.) Paddle

double-motion, h.) Paddle glassed steel, i.) Multi paddle.

Gambar 2.3 Pengaduk jenis paddle (Almeganews, 2018)


14

4. Jenis pengaduk helical ribbon

Jenis pengaduk helical ribbon digunakan pada cairan dengan viskositas

yang tinggi dan menggunakan kecepatan rpm yang rendah pada bagian laminar.

Pengaduk ini berbentuk pita yang helical sepertibbaling-baling helikopterrdan

ditempelkankke pusatssumbuppengaduk. Cairannbergerak dari bawah ke atas

pengaduk melalui bagian berliku. Beberapa jenis pengaduk helical ribbon yaitu:

a.) Ribbon impeller, b.) Double ribbon impeller, c.) Helical screw impeller, d.)

Sigma impeller, e.) Z-blades.

Gambar 2.4 Pengaduk jenis helical ribbon (Almeganews, 2018)

Penelitian ini menggunakan variasi pengaduk tipe turbin karena lebih

efektif digunakan dalam proses pencampuran sehingga dapat menghasilkan

campuran yang homogen. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Peiter. Penelitian yang dilakukan oleh Peiter, et al., (2020: 57), bertujuan

untukkmenganalisappengaruh dari prosesppengadukan dan pencampuran pada

produksi biodiesel berbahan dasar kedelai dengan cara membandingkan pengaduk

tipe turbin dan pengaduk tipe dayung. Pengaduk tipe turbin lebih efektif daripada

tipe dayung hal ini dibuktikan dengan penurunan yield 60% rata-rata pada 30

detik.
15

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu tipe

pengaduk yang sesuai dan efektif yaitu jenis pengaduk turbin dengan tingkat

kemiringan bilah 45° akan menyebabkan beberapaaaliran aksialaterbentuk.

Sehingga, sebuahhkombinasi antara aliranaaksial dannradial akannterbentuk.

Pengadukddengan alirannaksial akan menghasilkanppergerakannfluida menjadi

lebih besar. Dengan kombinasi aliran yang dihasilkan maka akan mempermudah

terjadinya campuran homogen, sehingga mengefektifkan proses transeterifikasi.

2.2.3 Kecepatan pengaduk

Kecepatan putaran sangat berpengaruh terhadap proses transesterifikasi.

Miskah, et al., (2017: 60) menjelaskan bahwa proses pengadukan akan

meningkatkan pergerakan antar partikel, dengan meningkatnya gerakan antar

partikel maka tumbukan antar partikel akan semakin sering. Pengadukan

bertujuan untuk mempercepat reaksi antar partikel dengan memanfaatkan

kecepatan pengaduk membuat tumbukan antar partikel bertumbukan. Menurut

Haloho (2018: 12) kecepatan putaran pengaduk dibagi menjadi tiga variasi. Yaitu:

1. Kecepatan rendah

Kecepatannya berkisar 400 rpm. Variasi kecepatan pengaduk ini biasanya

digunakannuntuk minyakkkental, lumpurryang memiliki serattatau pada

cairannyang berbusa. Pengaduk dengan kecepatan rendah menghasilkan gerakan

batch yang sempurna dengan permukaan campuran yang datar sehingga dapat

menjaga temperatur campuran, viskosita dantgravitasi spesifiktyangisama.


16

2. Kecepatan sedang

Kecepatan putaran sedangbberkisar padaakecepatan 1150 rpm. Kecepatan

pengadukan ini biasanya digunakannuntuk produksi larutannsirup kentalddan

minyakkpernis. Karena, menghasilkan riakkan dibagian atasnpada viskositas yang

tidak terlalu tinggi sehingga dapat memperpendek waktumpencampuran.

Mencampurnlarutan dengan tingkat kekentalan yangbberbeda bermaksud untuk

mendinginkaniatauimemanaskan.

3. Kecepatan tinggi

Variasi ini berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Untuk putaran tinggi

biasanya digunakan pada cairan yang mengandung tingkat viskositas seperti air.

Kecepatan ini membuat permukaan menjadi cekung padaaviskositas yangrrendah

dan membutuhkan waktu pencampuran yang lamaaatau perbedaanvviskositas

yang tinggi.

Pemilihan tingkat kecepatan pengadukan berbeda-beda disesuaikan dengan

faktor-faktor yang dipertimbangkan. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih

dan Pardi (2017: 2) menggunakan tingkat kecepatan 600 rpm dengan bahan

campuran Crude Palm Oil (CPO) dan metanol. Sedangkan penelitian Hutami dan

Ayu (2015: 132) dengan bahan minyak kelapa sawit komersial yang dicampur

metanol dan KOH menggunakan kecepatan 300-500 rpm. Prihanto dan Irawan

(2017: 32) menggunakan kecepatan 500 rpm pada campuran minyak goreng bekas

dan larutan metanolik-KOH di dalam magnetic stirrer.


17

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu mengenai pengaduk


Pengaduk Putaran Bahan Katalis Sumber
Magnetic stirred 600-850 Minyak tongkol Ni/Al₂O₃ Supramono,
rpm jagung et al., (2019)
Magnetic stirred 200 rpm Minyak jelantah KOH Mawarni dan
Suryanto
(2018)
Magnetic stirred 250 rpm Minyak jelantah Calcium Eterigho, et
oxide al., (2018)
(CaO)
Tipe turbin dan 150-350 Minyak kedelai Etanol Peiter, et al.,
tipe dayung rpm (2020)
Pitched blade 650 rpm Minyak kelapa Metanol, Suryani, et
turbin dan five sawit heksana, al., (2014)
blade turbin dan H2SO4

2.2.4 Minyak goreng bahan baku biodiesel

Minyak goreng kelapa sawit sangat mudah ditemukan dipasaran. Dengan

melimpahnya minyak kelapa sawit di pasaran membuat jumlah bahan baku

menjadi banyak. Menurut Hutami dan Ayu (2015: 134) pemilihaniminyak goreng

kelapa sawit yang biasa umum ditemui dipasaran, dipilih karena minyak goreng

kelapa sawit ini memilikiikadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yangrrendah

yaitu kurang dari dua persen (<2%). Proses pembuatan biodiesel menggunakan

minyak goreng sangat bergantung pada asamalemak bebasyyang dikandungnya.

Jika minyak mengandung asam lemak bebas melebihissatu persen (>1%) maka

dalam proses hasil pemisahan biodiesel akannsulit. Untuk mengatasi hal itu

penambahannkatalis basa sangat diperlukan. Transesterifikasi menggunakan

katalis untuk proses reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversiyyangddihasilkan

maksimallnamun reaksi berjalanldengan lambat (Hadrah, et al., 2018: 17).


18

2.2.5 Katalis KOH

Katalis KOH (kalium hidroksida) dan NaOH (natrium hidroksida)

merupakan katalis yang paling sering digunakan dalam proses pembuatan

biodiesel. Katalis ini memiliki sifat katalisator yang tinggi. Katalis ini juga mudah

digunakan pada temperatur dan tekanan yang rendah.

Tabel 2.2 Sifat kimia KOH (Cahyati dan Pujaningtyas, 2017: 9)


Rumus molekul KOH
Massa molar 56,1 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Densitas 56,11 𝑔/𝑐𝑚2
Titik lebur 406℃
Titik didih 1320℃
Kelarutan dalam air 1100 𝑔/𝐿 (25℃)

2.2.6 Methanol

Methanol (metil alkohol) berwujud cairan yang mudah menguap dan

berwarna bening. Methanol merupakan salah satu bahan yang digunakan pada

proses pembuatan biodiesel. Methanol digunakan pada proses transesterifikasi.

Tabel 2.3 Sifat fisika-kimia methanol (Cahyati dan Pujaningtyas, 2017: 10)
Rumus molekul CH₃OH
Massa molar 32,04 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Penampilan Tidak berwarna
Densitas 0,7918 𝑔/𝑐𝑚3 , liquid
Titik lebur -97℃, -142,9℉ (176 K)
Titik didih 64,7℃, 148,4℉ (337,8 K)
Kelarutan dalam air Mudah bercampur
Keasaman (𝑝𝐾𝑎 ) ~15,5
Viskositas 0,59 𝑚𝑃𝑎 ∙ 𝑠 at 20℃

2.2.7 Kualitas biodiesel

Biodiesel memilikissifatmmassaajenis, viskositas, titik kabut, dan angka

setannlebih tinggiddari minyakksolar, namunnmemiliki tingkatvvolatilitas dan


19

kalori lebihhrendah dari minyak solar (Wibowo, et al., 2019: 58). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Ali, et al., (2016: 66) terdapat peningkatan massa

jenis, viskositas, dan angka asam seiring penambahan komposisi biodiesel.

Didalam suatu negara pasti memiliki standarisasi mutu yang berbeda-beda dari

negara lain dan banyak faktor yang menentukan standarisasi mutu tersebut.

Indonesia memiliki standarisasi sendiri yang disebut SNI (Standar Nasional

Indonesia) sebagai tolak ukur mutu.

SNIuuntuk biodieselddikeluarkan oleh BSN dengan omor SNI 7182:2015

yang sudah merevisi SNI 04-7182-2006 dan SNI 7182:2012 – Biodiesel. Adapun

syarattmututbiodieselttersebut dapattdilihat padattabel berikut:

Tabel 2.4 Syarat mutu biodiesel (Kaddihani, 2019)


No. Parameter Uji Satuan (min/maks) Persyaratan
1. Massa jenis 40℃ Kg/m³ 850-890
2. Viskositas kinematic pada mm²/s (cSt) 2,3 – 6,0
40℃
3. Angka setan Min 51
4. Titik nyala (mangkok ℃, min 100
tertutup)
5. Titik kabut ℃, min 18
6. Korosi lempeng tembaga (3 Nomor 1
jam pada 50℃
7. Residu karbon %-massa, maks
- Dalam percontoh asli atau 0,05
- Dalam 10% ampas 0,3
distilasi
8. Air dan sedimen %-vol, maks 0,05
9. Temperatur destilasi 90% ℃, maks 360
10. Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02
11. Belerang Mg/kg, maks 100
12. Fosfor Mg/kg, maks 10
13. Angka asam Mg-KOH/g, maks 0,5
14. Gliserol bebas %-massa, maks 0,02
15. Gliserol total %-massa, maks 0,24
16. Kadar ester metil %-massa, min 96,5
17. Angka iodium %-massa (g- 115
20

12/100g), maks
18. Kadar monogliserida %-massa, maks 0,8
19. Kestabilannoksidasi Menit
- Periodeminduksimmetode 360
rancimat atau
- Periodeminduksimmetode 27
petro oksi

1. Analisis viskositas

Syani (2017: 34) menjelaskan bahwa viskositas zat cair sangat

berpengaruh langsung terhadap besarnya penurunan tekanan yang dialami oleh zat

cair tersebut. Zat cair dengan viskositas rendah lebih mudah dialirkan

dibandingkan zar cair dengan viskositas tinggi. Menurut standar Keputusan

Direktorat Jenderal Energi baru, Terbarukan dan Konversi Energi SNI 7182:2015

standar viskositas maksimal kinematic pada 40℃ sebesar 2,3-6,0 cSt. Viskositas

diukur menggunakan alat viskositas Ostwald.

𝜇 = 𝐶 ×𝑡

Keterangan:

𝜇 : viskositas kinematic (mm²/s)

𝐶 : konstanta kalibrasi (mm²/s)

𝑡 : waktu mengalir sampel dari batas atas ke batas bawah (s)

2. Analisis densitas

Prinsippkerja darippenentuan densitasaadalah membandingkannmassa

contohhtanpa udaraapada suhuudan volumeetertentu dengannmassa airrpada suhu

dannvolumeeyangssama (Syani, 2017: 35). Alat yang digunakan untuk mengukur

densitas adalah piknometer.


21

𝑤1
Densitas = × 𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑤2

Keterangan:

𝑤1 : berat sample (g)

𝑤2 : berat aquadest (g)

𝜌𝑎𝑖𝑟 : densitas air (g/mL)

2.3 Kerangka Berpikir

Bahan bakar biodiesel merupakan bahan bakar utama mesin diesel.

Bahan bakar biodiesel memiliki tingkat kualitas karakteristik yang berbeda-beda

berdasarkan bahan dasar, proses pembuatan, dan persentase campuran solar murni

dengan biosolar pada proses pembakaran dalam mesin diesel. Kualitas

karakteristik biodiesel menentukan mudahhtidaknyaabahannbakaratersebut

terbakarppadassaatpproses pembakaran, jikappembakaran yanggdihasilkannbaik

maka torsi dan daya nya akan semakin baik dan sebaliknya, apabila kualitas

karakteristik biodiesel kurang baik atau kurang dari standar maka torsi dan

dayanya juga kurang begitu baik.

Dengan melakukan pengujian performa mesin menggunakan campuran

biodiesel B40 dan B50, kualitas karakteristik biodiesel dapat terlihat pada hasil uji

performanya. Semakin baik kualitas karakteristik biodiesel diharapkan kualitas

mesin juga akan meningkat.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara bersifat praduga terhadap

permasalahan penelitian, hingga terbukti melalui data penelitian yang telah


22

dilaksanakan. Berdasarkan kajian permasalahan diatas, hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh variasi model pengaduk pada proses transesterifikasi

terhadap karakteristik biodiesel.

2. Adanya pengaruh variasi model pengaduk pada transesterifikasi terhadap

performa mesin diesel.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada:

Waktu : Februari-Maret 2021

Tempat : Laboratorium dan Workshop Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Universitas Negeri Semarang

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah eksperimental. Menurut Hadi (1985: 457)

penelitianneksperimentalaadalah penelitiannyang dilakukannuntukkmengetahui

akibattyang ditimbulkanddari suatuuperlakuan yangddiberikan secarassengaja

olehppeneliti. Alsa (2004: 154) berpendapat bahwa penelitian eksperimental

(experimental research) adalahhsuatu tindakannmeneliti pengaruhpperlakuan

terhadappperilakuuyang timbulssebagaiaakibatpperlakuan.

Latipun (2002: 60) mengemukakan pendapatnya bahwappenelitian eksperimental

merupakanppenelitian yangddilaksanakan dengannmelakukan manipulasiivariabel

yanggbetujuannuntuk mengetahuiaakibattmanipulasitterhadappperilakuuindividu.

Metode penelitian eksperimental prinsipnya dapat didefinisikannsebagainmetode

sistematissguna membangunnhubungan yanggmengandung fenomenassebab

akibat (Sukardi, 2005: 109). Metode eksperimental adalah metode penelitian yang

digunakannuntuk mencarippengaruh perlakuanttertentutterhadap sesuatuiyang lain

dalamkkondisi yangtterkendali (Sugiyono, 2011: 72). Berdasarkan definisi yang

dikemukakan beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian

23
24

eksperimental merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

pemberian suatu perlakuan terhadap variabel yang diteliti atau subjek penelitian.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan untuk membuat biodiesel:

1. Unit pengolah biodiesel yang memiliki dua reaktor berkapasitas dua liter dan

tangki pemisah biodiesel-gliserol.

Gambar 3.1 Desain unit pengolah biodiesel


Gambar 3.2 Unit pengolah biodiesel

2. Model pengaduk tipe turbin dengan arah kemiringan yang berbeda. Satu

pengaduk dengan aliran searah, dua pengaduk dengan aliran searah, dua

pengaduk dengan aliran berlawanan arah, tiga pengaduk aliran searah, dan tiga

pengaduk aliran berlawanan arah.

Gambar 3.3 Desain model pengaduk

25
26

Gambar 3.4 Variasi model pengaduk

Gambar 3.5 Ukuran pengaduk dengan tabung


3. Termometer

4. Pemanas

Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas biodiesel:

1. Viscometer Ostwald.

2. Piknometer.

3. GCMS.

Alat yang digunakan uji performa:

1. Dynamometer.
27

Spesifikasi alat dynamometer yang digunakan dalam pengujian:

a.) Type : LPS 3000 Pult

b.) Supply Voltage : 1 x 230 V

c.) Frequency : 50 Hz

d.) Rate Current : 15 A

e.) Fuse : 16 A

f.) Max. Axle Load : 2500 Kg

3.3.2 Bahan

Bahan yanggdigunakan untuk membuat biodiesel:

1. Minyak goreng.

2. Kalium hidroksida (KOH).

3. Methanol.

3.4 Parameter Penelitian

Parameter penelitian pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas

biodiesel dan performa mesin diesel adalah:

Variabel penelitian yang digunakan yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yangnmempengaruhiaatauuyanggmenjadi

sebabbperubahannyaaatauutimbulnya variabel dependent. Penelitian ini memiliki

variabel bebas yaitu variasi model pengaduk. Model satu pengaduk, dua pengaduk

dengan kemiringan bilah searah, dua pengaduk dengan kemiringan bilah

berlawanan arah, tiga pengaduk dengan kemiringan bilah searah, dan tiga

pengaduk dengan kemiringan bilah berlawanan arah.


28

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakanmvariabel yangmdipengaruhi

atauyyangnmenjadi akibat, karenaaadanya variabel bebas. Penelitian ini memiliki

variabel terikat yaitu kualitas biodiesel mengacu pada SNI 7182:2015. Melalui

perhitungan kadar metil ester, uji viskositas, dan uji densitas. Sedangkan untuk

pengujian performa mesin diesel yang diukur adalah torsi dan daya. Variabel

terikat hanya kualitas biodiesel, torsi, dan daya.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat

(dependent) tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Penelitian ini

memiliki variabel kontrol yaitu temperatur pada saat proses transesterifikasi,

diatur pada suhu 30℃ dan 60℃. Dan putaran pengaduk dengan kecepatan 100

rpm sampai dengan 500 rpm.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakanmsebagai upayampembuktian

keberadaanndata yanggdibuat, makaadiperlukanndata-data yanggmendukungnya.

Adapunimetode yangidigunakaniadalah:
29

3.5.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai.

Minyak goreng

Dipanaskan.60°C Katalis

Transesterifikasi

Pengendapan

Pencucian

Pengeringan

Biodiesel Campuran B40 &


B50

Uji karakteristik Uji performa mesin

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.6 Diagram alir penelitian


30

3.5.2 Proses Penelitian

3.5.2.1 Pembuatan Biodiesel

1. Pemanasan dan pencampuran

a. Tuangkan minyak goreng sebanyak 1,5 liter kedalam tabung pemanas.

Gambar 3.7 Penuangan minyak goreng


b. Hidupkan pemanas dan atur pemanas dengan temperatur 60°C.

Gambar 3.8 Temperatur 60°C

c. Larutkan 15gram KOH dengan 250 ml methanol.

d. Setelah suhu minyak mencapai 60°C, tuangkan larutan KOH dan methanol.

2. Pengadukan

a. Pilih variasi model pengaduk dan pasang.


31

b. Setting motor pengaduk sebesar 200 rpm.

Gambar 3.9 Motor pengaduk 200 rpm

c. Nyalakan motor pengaduk setelah KOH dan methanol dituang ke dalam

tabung pemanas.

d. Tunggu selama 60 menit.

3. Pengendapan dan pemisahan

a. Setelah 60 menit, masukkan biodiesel ke dalam tabung penampung.

b. Diamkan biodiesel selama 24 jam hingga gliserol dengan biodiesel benar-

benar terpisah.

c. Pisahkan gliserol dengan biodiesel. Gliserol biasanya berada pada bagian

dasar tabung penampung karena, gliserol memiliki tekstur kental sehingga

mengendap di bagian dasar tabung.


32

Gambar 3.10 Proses pengendapan


4. Pencucian

a. Larutkan cuka dengan air.

b. Campurkan biodiesel dengan larutan cuka, aduk hingga merata.

c. Tunggu hingga biodiesel dan larutan cuka terpisah. Biasanya larutan cuka

berada dibawah dan membentuk busa.

d. Lakukan beberapa kali hingga biodiesel benar-benar bersih.

5. Pengeringan

a. Tuangkan biodiesel yang telah dicuci ke dalam wadah.

b. Panaskan biodiesel hingga suhu 100°C.

c. Aduk dan pastikan biodiesel berwarna kuning bening.


33

Gambar 3.11 Proses pengeringan


3.5.3 Metode Pengujian

Teknikmpengumpulan datamdilakukanmdengan carampercobaan serta

pengujianmbahan yangmhasilnya diharapkanndapat membantuuuntuk menyajikan

data penelitian yangmrelevan. Pengujian yang dilakukanmpada penelitiannini

adalahhuji kualitas biodiesel dan uji performa mesin diesel. Pengujian dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

3.5.3.1 Uji kualitas biodiesel

a. Uji viskositas

1. Uji viskositas menggunakan alat viscometer ostwald.

2. Cuci alat viscometer yang akan digunakan.


34

3. Keringkan alat menggunakan oven pada suhu 100℃.

4. Kemudian isi viscometer menggunakan sampel biodiesel.

5. Lalu, letakkan dalam bak (suhu bak viscometer dinaikkan pada 15 – 100℃

hingga diperoleh kisaran waktu 30 menit).

6. Jika kondisi viscometer telah mencapai kondisi yang diinginkan maka

sesuaikan ketinggian sampel dengan kapiler menggunakan pompa hisap hingga

melebihi sedikit garis batas.

b. Uji densitas

1. Uji densitas menggunakan alat piknometer.

2. Alat piknometer kosong dikeringkan dalam oven.

3. Lalu timbang alat.

4. Setelah itu, isi alat menggunakan aquades dengan suhu 20℃.

5. Simpan alat dalamtwater bath padavsuhu 25℃tselamat30 menit.

6. Kemudian, angkat piknometer dan keringkan.

7. Timbang alat (berat aquades diperoleh dari selisih berat piknometer yang berisi

aquades dan berat piknometer kosong).

8. Selanjutnya, dinginkan sampel biodiesel sampai suhu 20℃.

9. Masukkan sampel biodiesel ke dalam piknometer hingga meluap dan tidak

terbentuk gelembung udara.

10. Setelah itu, keringkan piknometer dan timbang (berat sampel diperoleh

dengan menghitung selisih berat piknometer berisi sampel dan berat

piknometer kosong).
35

3.5.3.2 Uji performa mesin

Pengujian performa mesin diesel menggunakanmalat dynamometer.

Dynamometer adalah alat untukvmengukur percepatanvatau jumlahssuatuttenaga

darissebuah mesinvyangvberputar. Dynamometer juga dapattmengukur torsitpada

mesinntanpa harussmemindahkan mesinntersebut darirrangkaaaslinya, alataini

biasanyatdigunakan padatkendaraan untuktmengukur dayatyang adatpadatputaran

roller dyno seiringvdengan perputaranvbantmobil.

Dynamometer yang digunakan pada penelitian ini memiliki spesifikasi

sebagai berikut:

Merk : MAHA Machinenbau Heldenwang GmbH & Co.

KG

Ser. No/Date of production : 501558 – 001/2012 – 10 – 01

Project : P501558

Type : LPS 3000 Pult

Supply Voltage : 1x230V AC, N.PE

Frequency : 50 HZ

Rated Current : 15 A

Fuse Protection : 16 A

Max. Axle Load : 2500 KG

a. Persiapan pengujian

1. Tune up mesin dan pastikan mesin dalam kondisi baik.

2. Ganti filter bahan bakar agar mendapatkan hasil data pengujian yang valid.

3. Posisikan mobil diatas roller dynamometer.


36

4. Setelah itu, ikat mobil menggunakan Ratchet strap dan pastikan mobil benar-

benar diikat dengan kuat.

Gambar 3.12 Mengikat mobil

5. Nyalakan dynamometer dengan cara memutar switch on.

Setelah dinyalakannmakaasemua fungsinyaaakan aktif. Fungsiatersebut

diantaranyaaadalah liftaup, liftddown, danbblower. Liftaup dannlift down

berfungsinuntukmmengangkatmdanmmenurunkanmrodambelakangmyangmme

ngakibatkanmrodambelakangmdapatmterhubungmlangsungmdenganmroller.

6. Nyalakan komputeryyang telahhterhubung denganndinamometer. Komputer

berfungsissebagai alatuuntuk mengendalikanndinamometer melaluissoftware

LPS 3000.
37

Gambar 3.13 Tampilan layar computer dynamometer

7. Pilih software LPS 3000. LPS 3000 merupakanmsebuah softwareyyang

berfungsiuuntukkmengatur dinamometer. Di dalamnya terdapattbeberapaimenu

yangddigunakanuuntuk melakukanppengujianiperforma. Menuiyang digunakan

dalamppengujianpperforma ialah menuumeasurement. Klik load simulation

pada menu measurement. Lalu pilih constan speedppada sub menu load

simulation kemudiannmengisi parameterrv-target sebesarr90 km/h.

Gambar 3.14 Menu dynamometer


38

8. Isi data spesifikasi kendaraan yang akan diuji.

Gambar 3.15 Vehicle data kendaraan

9. Lakukan running test.

10. Hidupkan blower.

11. Lakukan kalibrasi denganncaraahidupkanamesin, kemudian injakppedal

gasahingga kecepatanttertinggi. Setelah itu klik continue.

b. Pelaksanaan Pengujian

1. Tuang bahan bakar kedalam buret.

Gambar 3.16 Proses penuangan sampel


39

2. Nyalakan mesin dan tunggu hingga bahan bakar benar-benar masuk ke dalam

ruang bakar. Perhatikan buret dan pastikan buret tetap terisi bahan bakar pada

saat proses pengujian.

3. Masuk gigi satu lalu injak pedal gas hingga maksimal, masukkan gigi

selanjutnya injak pedal gas secara penuh, lakukan cara yang sama hingga gigi

berada pada top gear.

4. Lihat tampilan layar komputer pada dynamometer. Perhatikan grafik, hentikan

menginjak pedal gas pada saat garafik terlihat turun.

5. Setelah itu pada layar komputer dynamometer tersaji grafik torsi dan daya

pengujian.

3.6 Kalibrasi Instrumen

Kalibrasi alat digunakan untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang

akurat. Kualitas data dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian yang

berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas mengacu pada

kecocokan alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur sedangkan reliabilitas

mengacu pada konsistensi hasil pengukuran.

3.6.1 Viscometer Ostwald

Cara kerja viscometer ostwald adalah denganncara mengukurrwaktuuyang

dibutuhkanbbagi cairanndalam melewati dua tanda ketikammengalir karena

gravitasimmelaluivviscometer. Untukkmengkalibrasi viscometer ostwaldaadalah

denganaair, yangttelah diketahuittingkattviskositasnya.


40

3.6.2 Piknometer

Piknometer adalah alata yang digunakan untuk menentukan massa jenis

suatu zat padat atau cair. Piknometer biasanya terbuat dari bahan kaca dan bagian

tengah tutupnya memiliki pipa kapiler sehingga gelembung udara dapat keluar

dari alat tersebut. Cara kalibrasi piknometer adalah sebagai berikut:

1. Isi alat menggunakan aquades dengan suhu 20℃.

2. Simpan alat dalam water bath pada suhu 25℃ selama 30 menit.

3. Kemudian, angkat piknometer dan keringkan.

4. Timbang alat (berat aquades diperoleh dari selisih berat piknometer yang berisi

aquades dan berat piknometer kosong).

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas

biodiesel dan performa mesin diesel direncanakan menggunakan teknik analisis

data statistikddeskriptif. Statistik deskriptifaadalahsstatistiktyangtdigunakantuntuk

menganalisis dataadenganccara mendeskripsikanaatau menggambarkanndata yang

telahhterkumpulssebagaimanaaadanya, tanpabbermaksud membuatkkesimpulan

yangbberlakuuuntukuumumaatauugeneralisasi.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

analisis data statistik deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data ini menyajikan

hasil eksperimen atau pengujian ke dalam tabel, kemudian merubahnya ke dalam

bentuk diagram. Selanjutnya data dideskripsikan menggunakan kalimat yang

sederhana disertai angka-angka hasil pengukuran sehingga mudah dipahami.


41

Teknik analisis data statistik deskriptif kuantitatif dibedakan menjadi tiga

yaitu: a.) analisis potret data berupa frekuensi dan presentasi, b.) analisis

kecenderungan tengah (central) data berupa rerata, c.) analisis variasi nilai berupa

kisaran dan simpangan baku atau varian. Data yang diambil dari penelitian ini

adalah nilai uji kualitas biodiesel dan nilai uji performa mesin diesel.

Tabel 3.1 Uji kualitas biodiesel


Uji Kualitas Variasi Model Pengaduk Menurut
No.
Biodiesel 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB SNI
1. Viskositas
2. Densitas
3. Kadar Metil Ester

Tabel 3.2 Uji torsi


Torsi (Nm)
Putaran
Pengujian Rata-rata
Mesin
(RPM) Variasi Model Pengaduk
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB
3000
3500
4000
4500
5000

Tabel 3.3 Uji daya


Daya (Kw)
Putaran
Pengujian Rata-rata
Mesin
(RPM) Variasi Model Pengaduk
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB
3000
3500
4000
4500
5000
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Kualitas Biodiesel

Penelitian ini dilakukukan menggunakan alat pengolah biodiesel dengan

bahan baku minyak goreng merk BIMOLI melalui proses transesterifikasi. Pada

saat melakukan proses pembuatan sampel, minyak goreng yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 liter biodiesel adalah 1,5 liter minyak goreng dan membutuhkan

KOH sebanyak 10 gr yang dilarutkan menggunakan methanol sebanyak 250 ml.

Prosesa.transesterifikasii..dilakukann.denganncaraamemanaskannminyakk.goreng

didalam tabung pemanas pada alat pengolah biodiesel hingga suhu minyak goreng

mencapai 60°C. Pada saat suhu minyak goreng mencapai suhu 60°C, barulah

larutan KOH dengan methanol dituang dalam tabung. Lalu, aduk menggunakan

variasi pengaduk, satu pengaduk searah, dua pengaduk searah, dua pengaduk

berlawanan arah, tiga pengaduk searah, dan tiga pengaduk berlawanan arah

selama 60 menit dengan kecepatan 200 rpm.

Ketika proses transesterifikasi selesai, endapkan biodiesel selama 24 jam.

Pengendapan dilakukan bertujuan untuk memisahkan gliserol dengan biodiesel.

Setelah didapatkan biodiesel tanpa kandungan gliserol, tahap selanjutnya yaitu

penyucian menggunakan larutan cuka. Penyucian bermaksud untuk menetralkan

kandungan basa pada biodiesel. Penyucian biodiesel sendiri juga bertujuan untuk

menghilangkan kandungan gliserol yang tersisa, menghilangkan senyawa kimia

42
43

yang tidak diperlukan, dan menghilangkan kotoran-kotoran yang tidak sengaja

ikut tercampur atau terbentuk dari proses transesterifikasi.

Tahap selanjutnya setelah penyucian adalah tahap pengeringan. Pada tahap

pengeringan ini, biodiesel dipanaskan hingga 100°C hingga kadar air dari sisa

tahap penyucian benar-benar hilang sehingga dihasilkanlah biodiesel murni.

Setelah didapatkan hasil biodiesel murni, kemudian uji kualitasbbiodiesel.

Parameter pengujiannkualitas biodieselyyangddilakukannadalahppengujian kadar

metil ester, pengujianndensitas, dan pengujiannviskositas. Pengujian kadar metil

ester dan uji densitas dilaksanakan di Laboratorim Jurusan Kimia Universitas

Negeri Semarang pada tanggal 13 Februari 2021 sedangkan pengujian viskositas

dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro pada tanggal 22

Februari 2021. Pengujian ini dilakukan untuk menguji lima sampel variasi

pengaduk yaitu satu pengaduk searah, dua pengaduk searah, dua pengaduk

berlawanan arah, tiga pengaduk searah, dan tiga pengaduk berlawanan arah.

Pengujian kualitas biodiesel dilakukannpadaasetiappsampelamenggunakan

alatyyanggberbeda-beda di setiap parameternya, seperti pengujian kadar metil

ester menggunakan alat GCMS untuk mengujisseberapabbesarkkadarametilaester

yang terkandung pada sampelbbiodiesel. Pengujian densitas guna mengetahui

berat jenis sampel biodiesel menggunakan alat piknometer. Sedangkan uji

viskositas yang bertujuan untuk mengetahui nilai kekentalan pada zat cair

menggunakan alat viscometer oswald.


44

Tabel 4.1 Hasil Uji GCMS


No Model Pengaduk % Massa %Komponen lain
1. Satu Pengaduk Searah 99,45 0,54
2. Dua Pengaduk Searah 99,29 0,71
3. Dua Pengaduk Berlawanan 98,8 1,99
Arah
4. Tiga Pengaduk Searah 99,24 0,77
5. Tiga Pengaduk Berlawanan 98,59 1,41
Arah

Tabel 4.1 merupakan hasil dari uji GCMS untuk mengetahui kandungan

yang terdapat di sampel biodiesel pada masing-masing variasi model pengaduk.

Pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa masing-masing variasi model pengaduk

menghasilkan jumlah kandungan kadar metil ester yang berbeda-beda. Satu

pengaduk searah menghasilkan 99,45% senyawa kadar metil ester dan mimiliki

0,54% komponen lain yang bukan metil ester. Dua pengaduk searah menghasilkan

kadar metil ester sebesar 99,29% dan senyawa bukan metil ester sebesar 0,71%.

Dua pengaduk berlawanan arah menghasilkan 98,8% kadar metil ester dan 1,99%

senyawa bukan metil ester. Tiga pengaduk searah menghasilkan 99,24% senyawa

kadar metil ester dan senyawa bukan metil esternya sebesar 0,77%. Tiga

pengaduk berlawanan arah menghasilkan 98,59% senyawa kadar metil ester dan

1,41% senyawa bukan metil ester.

Berdasarkan pengujian karakteristik biodiesel yang telah dilaksanakan

meliputi uji kadar metil ester (GCMS), uji densitas, dan uji viskositas. Maka,

menghasilkanmdataayanggdisajikanadalambbentukktabel. Berikutmadalah tabel

dataahasilppengujiankkarakteristikbbiodiesel.
45

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakteristik Biodiesel


Uji Variasi Model Pengaduk Standar
Menurut
No. Kualitas Bahan Bakar
1PS 2 PS 2PB 3PS 3PB SNI
Biodiesel Solar
Viskositas
1. 4,62 4,45 4,19 4,28 3,76 2,3-6,0 3,59
(mm²/s)
Densitas 815-
2. 867 868 865 866 867 850-890
(kg/m³) 860
Kadar
Metil Ester
3. 99,45 99,29 98,8 99,24 98,59 96,5 -
(%-massa,
min)
PS = Pengaduk Searah, PB = Pengaduk Berlawanan

Dariddataayanggtersaji pada tabel 4.2 dapataterlihatbbahwa setiapssampel

pengujian menghasilkan hasil data yanggberbeda-beda. Pengujian viskositas

terendah pada variasi model tiga pengaduk berlawanan arah sebesar 3,76 mm²/s

dan tertinggi terdapat pada sampel variasi model satu pengaduk searah sebesar

4,62 mm²/s. Sedangkan pada pengujian densitas, hasil terendah terdapat pada

sampel variasi model dua pengaduk berlawanan arah dengan mengasilkan nilai

densitas sebesar 0,865 kg/m³ dan untuk kadar densitas tertinggi ditunjukkan pada

variasi model dua pengaduk searah sebesar 0,868 kg/m³. Pengujian kadar metil

ester terendah pada variasi model dua pengaduk berlawanan arah sebesar 98,8%

dan tertinggi terdapat pada pengujian sampel variasi model satu pengaduk searah

sebesar 99,45%.

Setelah melaksanakan pengujian sampel biodiesel di laboratorium dan

telah mengetahui karakteristik masing-masing sampel biodiesel. Selanjutnya

adalah melaksanakan pengujian performa mesin. Pengujian performa mesin

dilakukan guna mengetahui torsi dan daya yang dihasilkan oleh sampel biodiesel.

Pengujian performa mesin dilaksanakan di Laboratorium TUK Jurusan Teknik


46

Mesin, Gedung E9 lantai 1, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada

tanggal 25 Maret 2021. Pada pengujian tersebut, kami menggunakan biodiesel

B30 Pertamina yang kemudian dicampur menggunakan sampel biodiesel sebesar

10% dan 20% sehingga menghasilkan campuran biodiesel B40 dan B50. Variasi

kecepatan mesin (rpm) yang digunakan untuk pengujian ini yaitu 2000, 2500,

3000, 3500, dan 4000. Pengujian performa mesin dilaksanakan menggunakan

kendaraan jenis Isuzu Panther Pick up Diesel Turbo berkapasitas 2500cc. Alat

yang digunakan pada pengujian ini adalah Dynotest MAHA tipe LPS 3000 PKW.

4.1.2 Performa Mesin Diesel

Pengujian torsi dan daya dilaksanakan menggunakan mesin diesel

kendaraan jenis Isuzu Panther Pick up Turbo berkapasitas 2500 cc dalam keadaan

baik dan normal. Pengambilan data ini diambil dari putaran mesin terendah yaitu

pada 2000 rpm, sedangkanpputaran mesinnpaling tinggiddiambil pada 4000 rpm.

Sebelum melaksanakan pengujian performa, kendaraan melakukan tune up

terlebih dahulu seperti penggantian filter bahan bakar guna data yang dihasilkan

lebih valid. Sampel yang digunakan pada pengujian ini menggunakan campuran

10% dan 20% biodiesel sampel variasi model pengaduk, dikarenakan bahan bakar

solar murni sudah tidak diperjualbelikan lagi secara bebas.

Campuran sampel biodiesel dengan jumlah persentase yang berbeda akan

menghasilkan torsi dan daya yang berbeda juga sebagaimana ditunjukkan pada

dua tabel sebagai berikut:


47

Tabel 4.3Data Pengujian Torsi dan Daya Menggunakan Campuran Sampel 20% Biodiesel

Putaran Torsi (Nm) Daya (kW)


Mesin
(RPM)
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB P 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB P

2000 164,6 164,3 162,9 165,1 164,8 167,8 33,10 33 33,11 33,46 33,23 33,91

2500 154 152,9 150,4 153,4 153,1 155,9 38,70 38,4 38,22 38,88 38,6 39,39

3000 147,2 149 147,5 148,9 148,5 151,6 44,39 44,88 44,97 45,28 44,91 45,97

3500 148,2 148,1 147,2 149,2 150 150,7 52,16 52,09 52,34 52,69 52,9 53,31

4000 135,8 134,3 132,8 133,6 135 137 53,96 53,98 53,98 54,18 54,41 55,41

PS = Pengaduk Searah, PB = Pengaduk Berlawanan, P = Pertamina


48

Tabel 4.3 merupakan data hasil pengujian performa mesin, bahan bakar

biodiesel B30 Pertamina yang dicampuran dengan sampel biodiesel variasi model

pengaduk sebanyak 20%. Pengujian dilakukan dari putaran mesin terendah hingga

tertinggi, sebanyak tiga kali pengujian hingga mendapatkan hasil data yang valid.

Data yang didapatkan kemudian dirata-rata hingga menghasilkan data tunggal

disetiap putaran mesin (Rpm). Dari data diatas menunjukkan torsi maksimal dari

biodiesel Pertamina tanpa campuran sampel sebesar 167,8 Nm yang dicapai pada

putaran mesin 2000 rpm dan daya maksimal sebesar 55,41 kW yang dicapai pada

putaran mesin 4000 rpm.

Satu pengaduk searah menunjukkan torsi maksimal sebesar 164,6 Nm

yang dicapai pada putaran mesin 2000 rpm dan daya maksimal yang dihasilkan

pada putaran mesin 4000 rpm sebesar 53,96 kW. Sampel dua pengaduk searah

pada 2000 rpm menunjukkan torsi puncaknya yaitu 164,3 Nm dan dayanya

sebesar 53,98 kW pada 4000 rpm. Dua pengaduk berlawanan arah menghasilkan

torsi puncak sebesar 162,9 Nm pada putaran mesin 2000 rpm dan daya sebesar

53,98 kW pada 4000 rpm. Model tiga pengaduk searah menunjukkan torsi sebesar

165,1 Nm pada putaran mesin 2000 rpm dan daya maksimalnya sebesar 54,18 kW

pada putaran mesin 4000 rpm. Tiga pengaduk berlawanan arah mencapai torsi

maksimal pada kecepatan 2000 rpm dengan hasil sebesar 164,8 Nm dan pada

4000 rpm tiga pengaduk berlawanan arah memperoleh daya tertinggi yaitu sebesar

54,41kW.
49

Tabel 4.4 Data Pengujian Torsi dan Daya Menggunakan Campuran Sampel 10% Biodiesel

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Mesin
(RPM) 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB P 1PS 2PS 2PB 3PS 3PB P

2000 167,6 167,8 167,6 167,7 170,3 167,8 33,82 33,63 33,63 33,61 34,09 33,91

2500 155,6 154,8 156,1 154,6 157,8 155,9 39,23 38,87 39,16 38,74 39,46 39,39

3000 151,2 150 151,2 149,7 153,3 151,6 45,76 45,19 45,53 45,01 46,01 45,97

3500 150,7 151,3 151,1 148,4 152,7 150.7 53,20 53,18 53,08 52,05 53,46 53,31

4000 135,5 136,5 136,3 136 137,8 137 54,67 55,16 54,72 54,51 55,18 55,41

PS = Pengaduk Searah, PB = Pengaduk Berlawanan, P = Pertamina


50

Tabel 4.4 merupakan data hasil pengujian performa mesin menggunakan

bahan bakar biodiesel B30 Pertamina dengan campuran sampel biodiesel variasi

model pengaduk sebanyak 10%. Pengujian dilakukan dari putaran mesin terendah

hingga tertinggi, sebanyak tiga kali pengujian hingga mendapatkan hasil data yang

valid. Data yang diperoleh kemudian dirata-rata agar mendapatkan hasil data

tunggal disetiap putaran mesin (Rpm).

Dari data diatas menunjukkan bahwa, model satu pengaduk searah

mendapatkan torsi sebesar 167,6 Nm pada putaran 2000 rpm dan daya 54,67 kW

pada putaran 4000 rpm. Dua pengaduk searah menunjukkan torsi tertingginya

yaitu: 167,8 Nm yang dicapai pada 2000 rpm dan daya senilai 55,16 kW yang

dicapai pada 4000 rpm. Sampel model dua pengaduk berlawanan arah

menunjukkan hasil torsi sebesar 167,6 Nm pada putaran mesin 2000 rpm dan daya

maksimal yang diperoleh sebesar 57,72 kW pada 4000 rpm. Tiga pengaduk searah

menunjukkan torsi sebesar 167,7 Nm yang dicapai pada putaran mesin 2000 rpm

dan daya maksimalnya sebesar 54,51 kW yang dicapai pada putaran mesin 4000

rpm. Sampel variasi model pengaduk tiga pengaduk searah mendapatkan torsi

tertinggi yaitu 170,3 Nm pada 2000 rpm dan daya yang didapatkan sebesar 55,18

kW pada 4000 rpm.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil variasi model pengaduk terhadap kualitas biodiesel

Pengujian kualitas biodiesel dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variasi model pengaduk terhadap kualitas biodiesel yang ditinjau dari

karakteristik biodiesel yang dihasilkan dari hasil sampel masing-masing variasi


51

model pengaduk pada proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi atau bisa

juga disebut proses alkoholis yaitu merupakan suatu tahapan konversi dari minyak

nabati (trigliserida) menjadi ester, melalui reaksi dengan alkohol. Proses

transesterifikasi membutuhkan proses pemanasan dan pengadukan. Proses

pengadukan ini lah yang kami teliti menggunakan variasi model pengaduk.

Setelah proses pembuatan biodiesel selesai tahap selanjutnya adalah pengujian

kualitas biodiesel hingga menghasilkan data. Setelah mendapatkan data, kemudian

data itu diolah dalam bentuk grafik sehingga lebih mudah dibaca.

6
5,5
5 4,62
Viskositas (mm²/s)

4,45
4,19 4,28
4,5
3,76
4
Variasi Model
3,5 Pengaduk
3
2,5
2
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB
Model Pengaduk

Gambar 4.1 Pengaruh Variasi Model Pengaduk Dengan Viskositas

Grafik pada gambar 4.1 menjelaskan terkait hubungan hasil biodiesel

variasi model pengaduk dengan viskositas standar. Dapat dilihat pada grafik,

variasi model satu pengaduk searah menghasilkan viskositas tertinggi sebesar 4,62

mm²/s dan terendah pada variasi model tiga pengaduk berlawanan arah sebesar

3,76 mm²/s. Masing-masing variasi model pengaduk memiliki selisih, tetapi


52

selisih terbesar terjadi pada variasi model tiga pengaduk searah dengan variasi

model tiga pengaduk berlawanan arah yaitu sebesar 0,52 mm²/s.

Inzaghi (2019: 8) menjelaskan bahwa pembuatannbiodieselvmenggunakan

prosesvtransesterifikasivbertujuanquntuk menurunkanqtingkatqviskositasqminyak

hinggavmendekati tingkat viskositas solar. Solar memilikiqkadar viskositasqyang

rendah sehinggaqmemilikiqkemampuanqalir yangttinggi. Biodiesel yang memiliki

tingkat viskositas yang rendah mempunyai kemampuan alir yang tinggi dan

kemampuan atomisasi yang diperlukan untuk proses pembakaran yang tinggi.

Semakinntinggi tingkat viskositas pada biodieselvmakassemakin rendah tingkat

alir danvkemampuan teratomisasinya.

Hasil pengujian menunjukkan variasi model pengaduk menghasilkan

tingkat viskositas yang berbeda-beda. Nilai standar SNI untuk Indonesia yang

dikeluarkan oleh BSN dengan nomor SNI 7182:2015 tercantum bahwa syarat

biodiesel harus berada pada nilai viskositas 2,3-6,0 mm²/s. Hasil uji yang

dilakukan pada masing-masing variasi model pengaduk menunjukkan bahwa nilai

viskositas satu pengaduk searah, dua pengaduk searah, dua pengaduk berlawanan

arah, tiga pengaduk searah, dan tiga pengaduk berlawanan arah berada pada

rentangm2,3-6,0mmm²/s. Halainibberartissemuaabiodiesel hasil pengujian variasi

model pengaduk memiliki nilai viskositas yang sesuai pada nilai SNI 7182:2015.
53

895

885
Densitas (kg/m³)

875 868
867 866 867
865
865 Variasi Model
Pengaduk

855

845
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB
Model Pengaduk

Gambar 4.2 Pengaruh Variasi Model Pengaduk Dengan Densitas

Ujimdensitasmmenggunakanmalatmpiknometer. Prinsip alat ini adalah

membandingkannmassaazat dengannvolumenya. Grafik pada gambar 4.2

menjelaskan terkait hubungan hasil biodiesel variasi model pengaduk dengan

densitas standar. Dapat dilihat pada grafik, variasi model pengaduk dengan hasil

densitas tertinggi sebesar 868 kg/m³ yaitu pada variasi model dua pengaduk

searah dan hasil densitas terendah pada variasi model dua pengaduk berlawanan

arah sebesar 865 kg/m³. Masing-masing variasi model pengaduk menghasilkan

data yang berbeda-beda dengan selisih yang sedikit dengan selisih terbesar 1

kg/m³ dan terendah 2 kg/m³.

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa densitas dari masing-masing

variasi model pengaduk menghasilkan nilai yang berbeda-beda. NilaisstandarrSNI

7182:2015atentanggbiodieselamenunjukkan nilaiddensitassberadaapada 850-890

kg/m³. Hasilmpengujian densitas pada variasi model pengaduk, satu pengaduk

searah, dua pengaduk searah, dua pengaduk berlawanan arah, tiga pengaduk
54

searah, dan tiga pengaduk berlawanan arah menghasilkan nilai densitas berada

padaarentang 850-890 kg/m³. Halainiaberartiasemuabbiodiesel hasil pengujian

variasi model pengaduk memiliki nilai densitas yang sesuai dengan SNI

7182:2015.

99,6 99,45
Metil Ester (%-massa,min)

99,4 99,29 99,24


99,2
99
98,8
98,8
98,59
98,6 Variasi Model Pengaduk

98,4
98,2
98
1PS 2PS 2PB 3PS 3PB
Model Pengaduk

Gambar 4.3 Pengaruh Variasi Pengaduk Dengan Kadar Metil Ester

Pengujian kadar metil ester menggunakan alat GCMS. Hasil dari alat

GCMS adalah data yang berisi komponen-komponen yang terkandung pada

biodiesel beserta nilainya. Kadarametil merupakaniperhitunganiuntuk menentukan

persentase senyawa metil ester yang terkandung dalam biodiesel.

Grafik pada gambar 4.3 menjelaskan terkait hubungan hasil biodiesel

variasi model pengaduk dengan kadar metil ester standar. Dapat dilihat pada

grafik, uji kadar metil ester dengan hasil tertinggi yaitu pada variasi model satu

pengaduk searah sebesar 99,45% dan terendah sebesar 98,59% pada variasi model

tiga pengaduk berlawanan arah. Masing-masing variasi model pengaduk


55

menghsilkan data yang berbeda-beda dengan selisih yang signifikan, selisih

tertinggi sebesar 0,65% dan terendah sebesar 0,16%.

Nilai standar kadarmmetilmester untuk biodiesel yanggdiaturadalamaSNI

7182:2015 yaitu minimala96,5%. Hasilapengujiannmenunjukkannbahwaavariasi

model pengaduk, satu pengaduk searah, dua pengaduk searah, dua pengaduk

berlawanan arah, tiga pengaduk searah, dan tiga pengaduk berlawanan arah

memiliki nilai kadar metil ester yang berbeda-beda tetapi sudah memenuhi syarat

karena melebihi nilai kadar metil ester minimum 96,5%. Hal ini berarti semua

biodiesel hasil pengujian variasi model pengaduk memiliki nilaikkadarrmetiliester

yang sesuai dengannSNIi7182:2015.

4.2.2 Hasil variasi model pengaduk terhadap performa mesin diesel

Pengujian performa mesin diesel dilaksanakan untukamengetahuiiseberapa

berpengaruhnya variasi model pengaduk pada proses transesterifikasi dalam

proses pembuatan biodiesel. Pengujian ini dimaksudkan juga untuk mengetahui

mengetahui tingkat keefektifan variasi pengaduk yang diimplementasikan

langsung kendaraan yang ditinjau dari hasil berupa data torsi dan daya. Data yang

diperoleh dari pengujian performa itu kemudian diolah menjadi grafik agar lebih

mudah dipahami. Pengujian performa mesin dilaksanakan menggunakan bahan

bakar biodiesel B30 Pertamina yang kemudian dicampur dengan sampel biodiesel

hasil variasi model pengaduk. Ada dua perbandingan campuran bahan bakar

biodiesel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu campuran 20% dan campuran

10% guna mengetahui tingkat keefektifan variasi pengaduk yang digunakan.


56

175

170 Pertamina

165 1PS 20%


2PS 20%
160
Torsi (Nm)

2PB 20%
155
3PS 20%
150
3PB 20%
145 1PS 10%
140 2PS 10%

135 2PB 10%

130 3PS 10%


2000 2500 3000 3500 4000 3PB 10%
Putaran Mesin (Rpm)

Gambar 4.4 Hasil Uji Torsi Mesin

Grafik pada gambar 4.4 menunjukkan hasil uji daya mesin bahan bakar

biodiesel B30 Pertamina murni dengan biodiesel sampel variasi model pengaduk

campuran 10% dan 20%. Grafik diatas menjelaskan perbandingan daya pada

setiap variasi model pengaduk diberbagai putaran mesin. Data tersebut didapatkan

dari pengujian performa mesin dari putaran mesin 2000 rpm hingga 4000 rpm

yang dilaksanakan sebanyak tiga kali yang kemudian dirata-rata hingga

menghasilkan data tunggal. Data tunggal yang diperoleh kemudian diolah menjadi

grafik agar lebih mudah dipahami. Pengaruh variasi model pengaduk terhadap

kualitas biodiesel.

Dari grafik diatas dapat dilihat pada putaran mesin 2000 rpm, torsi disetiap

sampel variasi model pengaduk dan biodiesel Pertamina mendapatkan hasil

tertinggi dibandingkan dengan putaran mesin lainnya. Putaran mesin dengan torsi

terendah terdapat pada putaran mesin 4000 rpm. Biodiesel Pertamina murni

menghasilkan torsi sebesar 167,8 Nm. Torsi terendah dihasilakan oleh sampel dua
57

pengaduk berlawanan arah dengan campuran sampel 20% yaitu hanya sebesar

162,9 Nm. Sedangkan, torsi tertinggi dihasilkan oleh tiga pengaduk berlawanan

arah dengan campuran sampel 10% yaitu sebesar 170,3 Nm. Jika diperhatikan

secara keseluruhan pada setiap putaran mesin, sampel tiga pengaduk berlawanan

arah dengan campuran sampel 10% menghasilkan torsi tertinggi dibandingkan

variasi model pengaduk lainnya. Sedangkan torsi terendah pada setiap putaran

mesin dihasilkan oleh sampel dua pengaduk berlawanan arah dengan campuran

20%.

Dari data-data yang telah dijelaskan diatas, sampel tiga pengaduk berlawanan

arah 10% menghasilkan torsi sebesar 170,3 Nm melebihi torsi yangqdihasilkan

olehqbahanqbakar biodiesel B30 Pertamina yangqhanya sebesar 167,8 Nm. Torsi

yang dihasilkan oleh sampel tiga pengaduk berlawanan arah 10% memiliki selisih

sebesar 2,5 Nm dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel B30 Pertamina.

Berarti penambahan sampel tiga pengaduk berlawanan arah 10% pada biodiesel

mampu meningkatkan torsi sebesar 0,0025%.


58

60

Pertamina
55
1PS 20%
2PS 20%
50
2PB 20%
Daya (kW)

45 3PS 20%
3PB 20%
40 1PS 10%
2PS 10%
35
2PB 10%

30 3PS 10%
2000 2500 3000 3500 4000 3PB 10%
Putaran Mesin (Rpm)

Gambar 4.5 Hasil Uji Daya Mesin

Grafik pada gambar 4.5 menunjukkan hasil uji daya mesin bahan bakar

biodiesel B30 Pertamina dengan biodiesel sampel variasi model pengaduk dengan

campuran 10% dan 20%. Grafik diatas menjelaskan perbandingan daya pada

setiap variasi model pengaduk diberbagai putaran mesin. Data tersebut didapatkan

dari pengujian performa mesin dari putaran mesin 2000 rpm hingga 4000 rpm

yang dilaksanakan sebanyak tiga kali yang kemudian dirata-rata hingga

menghasilkan data tunggal. Data tunggal yang diperoleh kemudian diolah menjadi

grafik agar lebih mudah dipahami.

Pada gambar 4.5 menjelakan bahwa daya tertinggi diraih pada putaran mesin

4000 rpm di masing-masing sampel variasi model pengaduk. Biodiesel Pertamina

tanpa campuran sampel variasi model pengaduk menghasilkan daya diatas 55 kW

yaitu sebesar 55,41 Nm. Daya terendah dihasilkan oleh sampel satu pengaduk

searah 20% yaitu sebesar 53,96 kW. Sedangkan sampel tertinggi yang mendekati

daya biodiesel Pertamina adalah sampel tiga pengaduk berlawanan arah 10%
59

sebesar 55,18 kW. Jika dilihat secara keseluruhan daya mesin terendah terdapat

pada kecepatan putaran mesin 2000 rpm. Daya yang dihasilkan oleh setiap sampel

variasi model pengaduk tidak ada yang melebihi biodiesel Pertamina. Sampel tiga

pengaduk berlawanan arah 10% menghasilkan daya yang mendekati bahan bakar

biodiesel B30 Pertamina dengan selisih 0,23 kW atau 0,0023% lebih rendah dari

bahan bakar B30 Pertamina.

4.2.3 Hubungan kualitas biodiesel dengan performa mesin diesel

Hubungan antara kualitas biodiesel dengan performa mesin diesel dapat

terlihat pada hasil dari masing-masing sampel variasi model pengaduk. Kualitas

biodiesel yang sangat mempengaruhi performa mesin diesel adalah kadar metil

ester yang terkandung pada sampel biodiesel. Selain kadar metil ester, persentase

campuran sampel biodiesel juga sangat mempengaruhi.

Ditinjau dari kadar metil ester dan presentase campuran sampel biodiesel,

sampel tiga pengaduk berlawanan arah memiliki kadar metil ester paling sedikit

dibandingkan dengan sampel variasi model pengaduk lainnya yaitu hanya sebesar

98,59%. Dengan kadar metil ester tersebut sampel tiga pengaduk berlawanan arah

10% mampu menghasilkan torsi diatas bahan bakar biodiesel B30 Pertamina

sebesar 0,0025%. Biodiesel lebih dipengaruhi oleh kadar metil ester dan

persentase campuran. Karena, kualitas biodiesel mempengaruhi nilai kalornya

sehingga kemampuan pembakaran yang dipengaruhi oleh sampel dan variasi

persentase campuran bahan bakar dihasilkan performa yang berbeda-beda. Hasil

penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariana, et al.,
60

(2017: 44). Dalam penelitiannya, mereka mengemukakan bahwa nilai kalor bahan

bakar solar dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi biodiesel pada campurannya.

Penelitian ini juga sesuaiddengan penelitian yangddilaksanakan oleh Ariwibowo,

et al., (2011: 9). Dalam penelitiannya, mereka menjelaskan bahwa bahan bakar

biodiesel dan biodiesel yang diberi pelakuan oksidasi menghasilakan karakteristik

pembakaran yang lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar solar.


BAB 5

PENUTUP

5.2 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan tentang Pengaruh Variasi Model

Pengaduk Terhadap Kualitas Biodiesel Dan Performa Mesin Diesel dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengujian kualitas biodiesel yang mencakup viskositas, densitas, serta kadar

metil ester sudah sesuai dengan SNI 7182:2015 tentang biodiesel. Tetapi

jika dibandingkan dengan standar bahan bakar solar, nilai viskositas dan

densitas terpaut jauh melebihi stadar bahan bakar solar. Dengan selisih rata-

rata viskositas hasil sampel variasi model pengaduk dengan standar bahan

bakar solar sebesar 0,67 mm²/s. Begitu juga dengan densitasnya, sampel

variasi model pengaduk memiliki karakteristik densitas melebihi standar

bahan bakar solar yaitu dengan selisih rata-rata nya sebesar 6,6 kg/m³.

2. Pengujian performa mesin diesel menghasilkan data yang bervariasi dengan

hasil terbaik dicapai oleh model tiga pengaduk berlawanan arah dengan

persentase campuran biodiesel 10%. Torsi yang dihasilkan oleh sampel tiga

pengaduk berlawanan arah 10% sebesar 170,3 Nm dan daya sebesar 55,18

kW. Hal ini dipengaruhi oleh kadar metil ester dan persentase campuran.

Karena kadar metil ester yang dimiliki oleh sampel tiga pengaduk

berlawanan arah merupakan kandungan terkecil yaitu sebesar 98,59%.

Kandungan ini lah yang mempengaruhi cetane number pada biodiesel,

cetane number tinggi pada umumnya tidak memberikan tenaga yang besar.

61
62

3. Ditinjau dari kualitas biodiesel semua variasi model pengaduk

menghasilkan kualitas standar SNI 7182:2015 tentang biodiesel tetapi tidak

sesuai standar bahan bakar solar karenssa melebihi nilai standarnya. Jika

ditinjau pada performa mesin, tiga pengaduk berlawanan arah memiliki

tingkat keefektifitasan yang tinggi. Karena, dapat mengahsilkan kadar metil

ester yang mendekati standar dan menghasilkan performa yang tinggi.

5.3 Saran

Saran penulisyyanggdiberikan untuk penelitian pengaruh variasi model

pengaduk terhadap kualitas biodiesel dan performa mesin diesel adalahssebagai

berikut:

1. Perhatikan takaran komposisi pada saat pembuatan sampel biodiesel.

Terutama pada perhitungan berat KOH, agar perbandingan katalis di

masing-masing sampel variasi model pengaduk merata. Sehingga

mendapatkan kualitas biodiesel yang baik.

2. Proses membersihkan biodiesel harus diperhatikan. Pastikan gliserol benar-

benar terpisah dari biodiesel. Karena akan berpengaruh pada kualitas

biodiesel.

3. Karena performa mesin diesel sangat dipengaruhi oleh cetane number

alangkah baiknya jika pengujian kualitas biodiesel ditambah dengan uji

cetane number.
63

DAFTAR PUSTAKA

Ali, O. M., R. Mamat, N.R. Abdullah, dan A.A. Abdullah. 2016. Analysis of
Blended Fuel Properties and Engine Performance with Palm Biodiesel-
diesel Blanded Fuel. Journal of Renewable Energy 86(7): 59-67.

Almeganews. 2018. Macam-macam Pengaduk (Agitator) Dalam Proses Mixing.


https://almeganews.wordpress.com/2018/08/26/macam-macam-pengaduk-
agitator-dalam-proses-mixing/. 13 Mei 2020 (13:01).

Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam


Penelitian Psikologi. Edisi Kelima. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ariana, F., G. Elisabeth, dan T.S. Burhanudin. 2017. Karakteristik Kinerja Mesin
Diesel Stasioner dengan Bahan Bakar Campuran Biodiesel dari Biji
Kemiri Sunan. Media Teknika Jurnal Teknologi 12(1): 36-45.

Arita, S., M. Rifqi, T. Nugroho, T.E. Agustina, dan F. Hadiah. 2020. Pembuatan
Biodiesel Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Dengan Variasi Katalis Asam
Sulfat Pada Proses Esterifikasi. Jurnal Teknik Kimia 26(1): 1-11.

Ariwibowo, D., F. Berkah, dan S. Tony. 2011. Performa Mesin Diesel Berbahan
Bakar Biodiesel Teroksidasi. Prosding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi ke-2. Universitas Wahid Hasyim. Semarang. 92-96.

Cahyati, E. D., dan L. Pujaningtyas. 2017. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak


Goreng Bekas Dengan Proses Transesterifikasi Menggunakan Katalis
KOH. https://repository.its.ac.id/id/eprint/44870. 13 Mei 2020 (13:40).

Che, F., I. Sarantopoulos, T. Tsoutsos, dan V. Gekas. 2012. Exploring A


Promising Feedstock for Biodiesel Production in Mediterranean Countries:
A Study On Free Fatty Acid Esterification Of Olive Pomace Oil. Journal
Of Biomass And Bioenergy 36(10): 427-431.
64

Darmanto, S. 2010. Analisa Karakteristik Biodiesel Kapuk Randu Sebagai Bahan


Bakar Mesin Diesel. Jurnal Teknik Energi 6(3): 91-95

Dewi, C, W, A. 2016. Analisis Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jelantah. Jurnal


Agroteknose 7(11): 38-44.

Eterigho, E. J., B.M. Alueshima, dan S.E. Ejejigbe. 2018. Optimization Of


Process Parameters For The Synthesis Of Locally Sourced Alumina-
Supported Eggshell Catalyst. Proccedings Of The World Congress On
Engineering And Computer Science Vol II. WCECS. San Francisco.

Freedman, B., E.H. Pryde, dan T.L. Mounts. 1984. Variabel Affecting The Yield
Of Fatty Esters From Transesterified VegeTabel Oils. JAOCS 61(10):
1638-1643.

Hadi, S. 1985. Metode Research Jilid 4. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Yayasan


Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Hadrah., M. Kasman, dan F.M. Sari. 2018. Analisis Minyak Jelantah Sebagai
Bahan Bakar Biodiesel Dengan Proses Transesterifikasi. Jurnal Daur
Lingkungan 1(1): 16-21.

Haloho, D. 2018. Unjuk Kerja Perancangan Mesin Pengaduk Cairan Kapasitas


40 Liter / Proses. https://repository.uma.ac.id/handle/123456789/10556.
13 Mei 2020 (14:00).

Hiwot, T. 2017. Determination Of Oil And Biodiesel Content, Physicochemical


Properties Of The Oil Extracted From Avocado Seed (Persea Americana)
Grown In Wonago And Dilla (Gedeo Zone), Southern Ethiopia. Journal of
Chemistry International 3(3): 311-319.

https://m.indonesian.alibaba.com/p-detail/316-SS-Lightweight-Four-Blade-
Propeller-60800300315.html?language=indonesian&redirect=1. 13 Mei
2020 (13:40).
65

Hutami, R., dan D.F Ayu. 2015. Pembuatan dan Karakterisasi Metil Ester dari
Minyak Goreng Kelapa Sawit Komersial. Jurnal Agroindustri Halal 1(2):
131-138.

Inzaghi, P. 2019. Rancang Bangun Alat Pretreatment Biodiesel dari Minyak


Jelantah. https://eprints.polsri.ac.id/id/eprint/6636. 13 Mei 2020 (19:20).

Kaddihani,W. 2019. SNI Biodiesel. https://btbrd.bppt.go.id/index.php/services/26-


pojok-biodiesel/94-sni-biodiesel. 20 April 2020 (22:45).

Kiswanto, E. 2012. Macam-macam Jenis Pengaduk (Impeller) Bagian 3.


https://ekokiswantoblog.blogspot.com/2012/07/macam-macam-jenis-
pengaduk-impeller_10.html?m=0. 13 Mei 2020 (13:15).

Krisunarya, A., Agung, Nainggolan, dan F.M. Lasardo. 2017. Simulasi CFD
Karakter Hidrodinamika Fermentor Bioetanol.
https://repository.its.ac.id/id/eprint/43982. 12 April 2020 (09:22).

Kurniasih, E. dan Pardi. 2017. Performa Katalis Basa NaOH dan Zeolite/NaOH
Pada Sintesa Biodiesel Sebagai Sumber Energi Alternatif. Seminar
Nasional Sains Dan Teknologi. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jakarta. 1-7.

Kusumaningtyas, D. R. dan A. Bachtiar. 2012. Sintesis Biodiesel Dari Minyak


Biji Karet Dengan Variasi Suhu Dan Konsentrasi KOH Untuk Tahapan
Transesterifikasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan 1(2): 9-18.

Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Edisi Tiga. Malang: UMM Press.

Mawarni, I. D. dan H. Suryanto. 2018. Pengaruh Suhu Pengaduk Terhadap Yield


Biodiesel Dari Minyak Jelantah. Jurnal SIMETRIS 9(1): 49-54.

Miskah, S., R. Apriani, dan D. Miranda. 2017. Pengaruh Waktu Reaksi Dan
Kecepatan Pengaduk Terhadap Konversi Biodiesel Dari Lemak Ayam
Dengan Proses Transesterifikasi. Jurnal Teknik Kimia 23(1): 57-66.
66

Nadia, N. 2016. Sintesis Mikroalga Chlorella Vulgaris Menjadi Biodiesel


Melalui Proses Esterifikasi Dan Transesterifikasi (Studi Metode Ekstraksi
Lipid Dan Pengaruh Konsentrasi Katalis KOH).
http://eprints.polsri.ac.id/id/eprint/3316. 14 Mei 2020 (09:27).

Pasang, M.P. 2008. Pemanfaatan Ampas Kelapa (Cocos nucifera) Untuk


Pembuatan Biodiesel.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/palma/article/view/8321.
22 April (09:27).

Peiter, S, A., Lins, Meili, Soletti, dan Carvalho. 2020. Stirring and Mixing in
Ethylic Biodiesel Production. Journal Of King Saud University 32(11): 54-
59.

Puspita, P. 2017. Apakah Plastik Biodegradable Ramah Lingkungan.


https://www.google.com/amp/s/bobo.grid.id//amp/08675928/apakah-
plastik-biodegradable-ramah-lingkungan. 13 April 2020 (13:35).

Pratiwi, N., Masriani, dan I. Prihatiningtyas. 2016. Perbandingan Proses


Esterifikasi Dan Esterifikasi -Trans-esterifikasi Dalam Pembuatan
Biodiesel Dari Minyak Jelantah. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” 2016. UPN Veteran Yogyakarta. Yogyakarta. 1-7.

Prihanto, A., dan T.A.B. Irawan. 2017. Pengaruh Temperatur, Konsentrasi


Katalis, Dan Rasio Molar Metanol-Minyak Terhadap Yield Biodiesel Dari
Minyak Goreng Bekas Melalui Proses Netralisasi-Transesterifikasi. Jurnal
METANA 13(1): 30-36.

Ramadhas, A.S., C. Muraleedharan, dan S. Jayaraj. 2005. Performance and


Emission Evaluation of a Engine Fueled With Methyl Esters of Rubber
Seed Oil. Renewable Energy 30(12): 1789-1800.

Setiawan, I., dan I.W Susila. 2017. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) Dengan Proses Transesterifiaksi
Non-Katalis. JTM 5(1): 35-45.
67

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Edisi Revisi.
Cetakan ke-14. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya.


Cetakan Ke-14. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryadhiyanto, U., dan I. Qiram. 2018. Pengaruh Jumlah Dan Kemiringan Sudu
Mixer Poros Vertikal (Vertical Stirred Mixer) Terhadap Unjuk Kerja
Pencampuran. Jurnal Rotor 11(1): 25-29.

Suryani, A., Suprihatin, dan M.R.R. Lubis. 2014. Penggunaan Model Pengaduk
Pitched Blade Turbin Dan Five Blide Turbin Pada Produksi Biodiesel Dari
Residu Minyak Dalam Tanah Pemucat Bekas (SBE) Secara In Situ. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian 24(1): 72-81.

Syafa’at, N., U. Proyogo, Hadi, A. Purwoto, D.K. Sadra, B.D. Frans, dan J.
Situmorang. 2006. Proyeksi Permintaan Dan Penawaran Komoditas Utama
Pertanian 2005-2020. Juranal Pangan 15(1): 21-40.

Syani, F. 2017. Pengolahan Campuran Bagas Tebu Dan Minyak Biji Karet
Menjadi Liquid Fuel Secara Pirolisis Menggunakan Zeolit Sintetik Sebagai
Katalis. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Lampung. Lampung.

Tabatabaei, M., M. Aghbashlo, M. Dehhaghi, M.K.S Panahi, A. Mollahosseini, A.


Hosseini, dan M.M. Soufiyan. 2019. Reactor Technologies for Biodiesel
Production and Procesing: A Review. Progres In Energy and Combustion
Science 74(6): 239-303.

Triwibowo, B., Megawati, D.R. Puspita, dan D.A. Putri. 2017. Simulasi Distribusi
Shear Stress pada Tangki Sistem Pengaduk Berbasis Computation Fluid
Dynamics (CFD). Jurnal Kompetensi Teknik 9(1): 20-28.

Umam, M. N. 2018. Variasi Waktu Reaksi Transestrifikasi Minyak Jarak Dengan


Menggunakan Katalis KOH/Zeolit Dalam Pembuatan Biodiesel.
http://etheses.uin-malang.ac.id/id/print/13383. 13 Mei (20:39).
68

Wibowo, A., Febriansyah, dan H. Suminto. 2019. Pengembangan Standar


Biodiesel B20 Mendukung Implementasi Diversifikasi Energi Nasional.
Jurnal Standarisasi 21(1): 55-66.

Yaakob, Z, Mohammad, M, Alherbawi, M, Alam, Z, dan Sopian, K. 2013.


Overview Of The Production Of Biodiesel From Waste Cooking Oil.
Journal of Renewable And Sustainable Energy Reviews 18(4): 184-193.
69

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing


70

Lampiran 2. Surat Tugas Pembimbing Dan Penguji Seminar Propososal


71

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian


72

Lampiran 4. Lembar Hasil Pengujian Densitas


73

Lampiran 5. Lembar Hasil Pengujian Viskositas


74

Lampiran 6. Lembar Hasil Pengujian GCMS Satu Pengaduk Searah


75

Lampiran 7. Lembar Hasil Pengujian GCMS Dua Pengaduk Searah


76

Lampiran 8. Lembar Hasil Pengujian GCMS Dua Pengaduk Berlawanan Arah


77

Lampiran 9. Lembar Hasil Pengujian GCMS Tiga Pengaduk Searah


78

Lampiran 10. Lembar Hasil Pengujian GCMS Tiga Pengaduk Berlawanan Arah
79

Lampiran 11. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Pertama
80

Lampiran 12. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Kedua
81

Lampiran 13. Lembar Hasil Uji Performa B30 Pertamina Percobaan Ketiga
82

Lampiran 14. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Pertama
83

Lampiran 15. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Kedua
84

Lampiran 16. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 20% Percobaan Ketiga
85

Lampiran 17. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Pertama
86

Lampiran 18. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Kedua
87

Lampiran 19. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 20% Percobaan Ketiga
88

Lampiran 20. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Pertama
89

Lampiran 21. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Kedua
90

Lampiran 22. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 20% Percobaan Ketiga
91

Lampiran 23. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Pertama
92

Lampiran 24. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Kedua
93

Lampiran 25. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 20% Percobaan Ketiga
94

Lampiran 26. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Pertama
95

Lampiran 27. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Kedua
96

Lampiran 28. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 20% Percobaan Ketiga
97

Lampiran 29. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Pertama
98

Lampiran 30. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Kedua
99

Lampiran 31. Lembar Hasil Uji Performa 1PS 10% Percobaan Ketiga
100

Lampiran 32. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Pertama
101

Lampiran 33. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Kedua
102

Lampiran 34. Lembar Hasil Uji Performa 2PS 10% Percobaan Ketiga
103

Lampiran 35. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Pertama
104

Lampiran 36. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Kedua
105

Lampiran 37. Lembar Hasil Uji Performa 2PB 10% Percobaan Ketiga
106

Lampiran 38. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Pertama
107

Lampiran 39. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Kedua
108

Lampiran 40. Lembar Hasil Uji Performa 3PS 10% Percobaan Ketiga
109

Lampiran 41. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Pertama
110

Lampiran 42. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Kedua
111

Lampiran 43. Lembar Hasil Uji Performa 3PB 10% Percobaan Ketiga
112

Lampiran 44. Hasil Uji Densitas

Uji Densitas Rata-


No Nama Sampel
1 2 3 rata
1 1 pengaduk 0,869 0,867 0,867 0,867
2 2 pengaduk searah 0,869 0,868 0,867 0,868
2 pengaduk berlawanan
3 0,866 0,865 0,865 0,865
arah
4 3 pengaduk searah 0,868 0,866 0,865 0,866
3 pengaduk berlawanan
5 0,869 0,867 0,866 0,867
arah

Lampiran 45. Hasil Uji Viskositas

No Nama Sampel Hasil (cp)


1 1 pengaduk 4,6284
2 2 pengaduk searah 4,4587
3 2 pengaduk berlawanan arah 4,1978
4 3 pengaduk searah 4,2887
5 3 pengaduk berlawanan arah 3,7669

Lampiran 46. Hasil Uji GCMS Satu Pengaduk Searah

No. % Massa Komponen


1 0,35 Dodecanoic acid, methyl ester
2 1,24 Tetradecanoic acid, methyl ester
3 34,78 Hexadecanoic acid, methyl ester
4 0,55 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
5 0,04 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
6 46,60 9-Octadecenoic acid, methyl ester
7 13,92 9,12-Octadecenoic acid, methyl ester
8 0,64 9,12,15-Octadecenoic acid, methyl ester
9 0,68 Eicosanoic acid, methyl ester
10 0,36 11-Eicosenoic acid, methyl ester
11 0,13 Docosanoic acid, methyl ester
12 0,17 Hexadecenoic acid Palmatic acid
13 0,16 Tetracosanoic acid, methyl ester
14 0,10 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene
15 0,27 OCTADEC-9-ENOIC ACID
113

Lampiran 47. Hasil Uji GCMS Dua Pengaduk Searah

No. % Massa Komponen


1 0,33 Dodecanoic acid, methyl ester
2 1,39 Tetradecanoic acid, methyl ester
3 34,78 Hexadecanoic acid, methyl ester
4 0,15 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
5 0,38 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
6 46,76 9-Octadecenoic acid, methyl ester
7 13,77 9,12-Octadecenoic acid, methyl ester
8 0,44 9,12,15-Octadeceoic acid, methyl ester
9 0,67 Eicosanoic acid, methyl ester
10 0,34 11-Eicosenoic acid, methyl ester
11 0,12 Docosanoic acid, methyl ester
12 0,23 Hexadecenoic acid Palmatic acid
13 0,16 Tetracosanoic acid, methyl ester
14 0,36 OCTADEC-9-ENOIC ACID
15 0,12 9,12-Octadecadienoic acid

Lampiran 48. Hasil Uji GCMS Dua Pengaduk Berlawanan Arah

No. % Massa Komponen


1 0,35 Dodecanoic acid, methyl ester
2 1,37 Tetradecanoic acid, methyl ester
3 34,58 Hexadecanoic acid, methyl ester
4 0,15 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
5 0,39 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
6 0,06 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
7 0,15 Heptadecanoic acid, methyl ester
8 46,39 9-Octadecenoic acid, methyl ester
9 13,56 9,12-Octadecadienoic acid, methyl ester
10 0,52 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
11 0,08 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
12 0,66 Eicosanoic acid, methyl ester
13 0,34 11-Eicosenoic acid, methyl ester
14 0,32 Hexadecanoic acid, Palmitic acid
15 0,04 Octadecanoic acid, methyl ester
16 0,16 Tetracosanoic acid, methyl ester
17 0,11 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene
18 0,09 Octadecanoic acid, Stearic acid
19 0,51 OCTADEC-9-ENOIC ACID
20 0,15 9,12-Octadecadienoic acid
114

Lampiran 49. Hasil Uji GCMS Tiga Pengaduk Searah

No. % Massa Komponen


1 0,37 Dodecanoic acid, methyl ester
2 1,24 Tetradecanoic acid, methyl ester
3 34,72 Hexadecanoic acid, methyl ester
4 0,51 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
5 0,04 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
6 46,78 9-Octadecenoic acid, methyl ester
7 13,77 9,12-Octadecadienoic acid, methyl ester
8 0,51 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
9 0,10 ETHYL LINOLEOLATE
10 1,02 Eicosanoic acid, methyl ester
11 0,12 Docosanoic acid, methyl ester
12 0,23 Hexadecanoic acid Palmatic acid
13 0,16 Tetracosanoic acid, methyl ester
14 0,09 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene
15 0,35 OCTADEC-9-ENOIC ACID

Lampiran 50. Hasil Uji GCMS Tiga Pengaduk Berlawanan Arah

No. % Massa Komponen


1 0,34 Dodecanoic acid, methyl ester
2 1,33 Tetradecanoic acid, methyl ester
3 34,46 Hexadecanoic acid, methyl ester
4 0,13 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
5 0,34 9-Hexadecenoic acid, methyl ester
6 0,14 Heptadecanoic acid, methyl ester
7 0,05 Cyclopropaneoctanoic acid, methyl ester
8 46,68 9-Octadeceoic acid, methyl ester
9 13,31 9,12-Octadecadienoic acid, methyl ester
10 0,50 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
11 0,09 9,12,15-Octadecatrienoic acid, methyl ester
12 0,63 Eicosanoic acid, methyl ester
13 0,31 11-Eicosenoic acid, methyl ester
14 0,13 Docosanoic acid, methyl ester
15 0,35 Hexadecanoic acid, Palmitic acid
16 0,15 Tetracosanoic acid, methyl ester
17 0,10 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene
18 0,13 Octadecanoic acid, Stearic acid
19 0,66 OCTADEC-9-ENOIC ACID
20 0,17 9,12-Octadecadienoic acid
115

Lampiran 51. Hasil Uji Performa B30 Pertamina

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 170,2 1. 34,50
2000 2. 167,1 167,8 2. 33,76 33,91
3. 166,1 3. 33,48
1. 157,1 1. 39,81
2500 2. 155,6 155,9 2. 39,30 39,39
3. 155,0 3. 39,08
1. 152,6 1. 46,40
3000 2. 151,5 151,6 2. 45,90 45,97
3. 150,8 3. 45,62
1. 151,4 1. 53,71
3500 2. 151,0 150,7 2. 53,37 53,31
3. 149,7 3. 52,86
1. 136,3 1. 55,28
4000 2. 137,6 137,0 2. 55,61 55,41
3. 137,2 3. 55,36

Lampiran 52. Hasil Uji Performa 1PS 20%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 166,6 1. 33,51
2000 2. 164,9 164,6 2. 33,20 33,10
3. 162,4 3. 32,60
1. 154,8 1. 38,90
2500 2. 155,1 154,0 2. 39,04 38,70
3. 152,2 3. 38,18
1. 150,9 1. 45,54
3000 2. 141,4 147,2 2. 42,67 44,39
3. 149,4 3. 44,98
1. 147,7 1. 52,00
3500 2. 148,5 148,2 2. 52,31 52,16
3. 148,6 3. 52,18
1. 137,2 1. 55,20
4000 2. 134,8 135,8 2. 52,25 53,96
3. 135,6 3. 54,44
116

Lampiran 53. Hasil Uji Performa 2PS 20%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 166,1 1. 33,34
2000 2. 163,7 164,3 2. 32,89 33
3. 163,1 3. 32,77
1. 154,1 1. 38,67
2500 2. 152,6 152,9 2. 38,31 38,4
3. 152,2 3. 38,22
1. 150,2 1. 45,24
3000 2. 148,3 149 2. 44,67 44,88
3. 148,5 3. 44,75
1. 148,9 1. 52,32
3500 2. 147,8 148,1 2. 51,96 52,09
3. 147,8 3. 52,00
1. 135,2 1. 54,32
4000 2. 133,4 134,3 2. 53,61 53,98
3. 134,4 3. 54,03

Lampiran 54. Hasil Uji Performa 2PB 20%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 159,4 1. 32,41
2000 2. 164,7 162,9 2. 33,47 33,11
3. 164,6 3. 33,46
1. 147,3 1. 37,41
2500 2. 152,1 150,4 2. 38,65 38,22
3. 152,0 3. 38,62
1. 145,6 1. 44,38
3000 2. 148,6 147,5 2. 45,30 44,97
3. 148,4 3. 45,25
1. 146,1 1. 51,96
3500 2. 147,8 147,2 2. 52,56 52,34
3. 147,7 3. 52,52
1. 131,7 1. 53,53
4000 2. 133,5 132,8 2. 54,26 53,98
3. 133,3 3. 54,17
117

Lampiran 55. Hasil Uji Performa 3PS 20%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 165,6 1. 33,61
2000 2. 165,6 165,1 2. 33,56 33,46
3. 164,1 3. 33,22
1. 153,2 1. 38,88
2500 2. 153,9 153,4 2. 39,00 38,88
3. 153,2 3. 38,78
1. 148,9 1. 45,35
3000 2. 149,1 148,9 2. 45,33 45,28
3. 148,7 3. 45,16
1. 148,9 1. 52,91
3500 2. 148,8 149,2 2. 52,76 52,69
3. 149,9 3. 52,41
1. 133,3 1. 54,12
4000 2. 134,5 133,6 2. 54,53 54,18
3. 133,2 3. 53,91

Lampiran 56. Hasil Uji Performa 3PB 20%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 160,6 1. 32,39
2000 2. 166,9 164,8 2. 33,65 33,23
3. 167,0 3. 33,66
1. 150,0 1. 37,81
2500 2. 154,8 153,1 2. 39,02 38,6
3. 154,6 3. 38,97
1. 144,4 1. 43,66
3000 2. 150,6 148,5 2. 45,56 44,91
3. 150,5 3. 45,51
1. 149,8 1. 52,79
3500 2. 149,9 150 2. 52,89 52,9
3. 150,3 3. 53,02
1. 134,8 1. 54,29
4000 2. 135,5 135 2. 54,64 54,41
3. 134,7 3. 54,30
118

Lampiran 57. Hasil Uji Performa 1PS 10%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 169,0 1. 34,09
2000 2. 167,3 167,6 2. 33,76 33,82
3. 166,7 3. 33,62
1. 156,8 1. 39,53
2500 2. 155,2 155,6 2. 39,15 39,23
3. 154,8 3. 39,02
1. 152,3 1. 46,08
3000 2. 150,6 151,2 2. 45,58 45,76
3. 150,9 3. 45,64
1. 152,6 1. 53,88
3500 2. 150,0 150,7 2. 52,98 53,20
3. 149,5 3. 52,75
1. 137,3 1. 55,40
4000 2. 135,1 135,5 2. 54,54 54,67
3. 134,1 3. 54,09

Lampiran 58. Hasil Uji Performa 2PS 10%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 165,7 1. 33,24
2000 2. 169,4 167,8 2. 34,03 33,63
3. 168,3 3. 33,84
1. 152,1 1. 38,14
2500 2. 157,0 154,8 2. 39,41 38,87
3. 155,5 3. 39,08
1. 146,4 1. 44,04
3000 2. 152,7 150 2. 45,99 45,19
3. 150,9 3. 45,54
1. 150,5 1. 52,83
3500 2. 152,7 151,3 2. 53,67 53,18
3. 150,8 3. 53,06
1. 135,9 1. 55,52
4000 2. 137,9 136,5 2. 55,39 55,16
3. 135,7 3. 54,57
119

Lampiran 59. Hasil Uji Performa 2PB 10%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 168,2 1. 33,84
2000 2. 166,6 167,6 2. 33,39 33,63
3. 168,0 3. 33,67
1. 156,5 1. 39,37
2500 2. 155,9 156,1 2. 39,05 39,16
3. 155,9 3. 39,06
1. 150,6 1. 45,43
3000 2. 151,6 151,2 2. 45,59 45,53
3. 151,6 3. 45,58
1. 151,0 1. 53,14
3500 2. 150,8 151,1 2. 52,91 53,08
3. 151,7 3. 53,21
1. 135,8 1. 54,62
4000 2. 136.0 136,3 2. 54,52 54,72
3. 137,3 3. 55,02

Lampiran 60. Hasil Uji Performa 3PS 10%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 169,5 1. 34,04
2000 2. 168,9 167,7 2. 33,88 33,61
3. 164,8 3. 32,92
1. 156,9 1. 39,40
2500 2. 156,4 154,6 2. 39,21 38,74
3. 150,7 3. 37,63
1. 153,2 1. 46,16
3000 2. 152,1 149,7 2. 45,76 45,01
3. 143,9 3. 43,13
1. 152,5 1. 53,62
3500 2. 150,6 148,4 2. 52,86 52,05
3. 142,2 3. 49,67
1. 137,4 1. 55,21
4000 2. 135,0 136,0 2. 54,13 54,51
3. 135,8 3. 54,20
120

Lampiran 61. Hasil Uji Performa 3PB 10%

Torsi (Nm) Daya (kW)


Putaran
Rata-rata Rata-rata
Mesin (rpm) Pengujian Pengujian
(Nm) (kW)
1. 170,8 1. 34,24
2000 2. 170,5 170,3 2. 34,14 34,09
3. 169,8 3. 33,90
1. 158,6 1. 39,74
2500 2. 157,1 157,8 2. 39,29 39,46
3. 157,7 3. 39,36
1. 153,7 1. 46,23
3000 2. 152,8 153,3 2. 45,86 46,01
3. 153,4 3. 45,95
1. 153,6 1. 53,93
3500 2. 152,0 152,7 2. 53,19 53,46
3. 152,5 3. 53,27
1. 138,3 1. 55,53
4000 2. 137,4 137,8 2. 54,94 55,18
3. 137,9 3. 55,08

Lampiran 62. Foto Dokumentasi Penelitian


1. Proses penuangan minyak goreng ke dalam tabung reaksi
121

2. Setting pemanas hingga 60°C

3. Proses pemasangan bilah pengaduk


122

4. Hidupkan motor pengaduk

5. Biodiesel siap uji


123

6. Spesifikasi dynamometer

7. Proses tune up, penggantian filter bahan bakar


124

8. Memposisikan kendaraan pada dynamometer

9. Memposisikan blower
125

10. Sampel dalam buret

11. Proses setting dan running

Anda mungkin juga menyukai