Laporan Pendahuluan Hiv Aids
Laporan Pendahuluan Hiv Aids
Disusun Oleh :
1. DEFINISI
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang
tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada obat
untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit
tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita HIV (ODHA). HIV dan AIDS di
Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu kasus
infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria dan wanita, diikuti
lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun yang sama, lebih dari
7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang. Data terakhir Kemenkes
RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga Maret 2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000
laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari 650 kasus AIDS di Indonesia.
Tipe HIV terbagi menjadi 2 tipe utama , yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing tipe
terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-
1, 90% di antaranya adalah HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang
sebagian kecil individu, terutama di Afrika Barat.
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010)
2. ETIOLOGI
Menurut PPNI 2017
Spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, benda asing dalam jalan nafas, adanya jalan
nafas buatan, sekresi yang tertahan, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologi,
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler, dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, proses peningkatan penyakit (mis. Infeksi ) peningkatan laju
metabolisme, aktifitas berlebihan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
tirah baring, kelemahan, imobilitas, asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan ,
ketidakseimbangan mengabsorbsi nutrient, factor psikologis ( mis. Stress )
Menurut (Phangkawira, dkk., 2009)
Penyebab terjadinya AIDS berasal dari infeksi virus HIV. Virus ini dahulu disebut virus
limfotrofik sel T manusia tipe III (Human T Lympotrophic Virus III / HTLV III) atau virus
limfadenopati, adalah suatu retrovirus manusia dari famili lentivirus (Price & Wilson, 2006).
Terdapat dua tipe virus HIV yang sudah teridentifikasi berdasarkan susunan genom dan
hubungan filogeniknya, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang keduanya memiliki penyebaran
epidemiologis yang berbeda. Virus HIV-1 merupakan tipe yang paling umum dan virulen
menginfeksi manusia dimana sebanyak 90% kejadian infeksi HIV yang terjadi di dunia
berasal dari HIV-1
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut PPNI 2017
Dipsnea, ortopnea, batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi
kering, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah,
dispnea, pusing, penglihatan kabur, takikardia, diaforesis, nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun, suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, kejang, takipnea, kulit terasa hangat, mengeluh lelah, dipsnea saat atau setelah
aktifitas, merasa tidak nyaman setelah beraktifitas, merasa lemah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat, tekanan darah berubah lebih dari kondisi istirahat,
cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentan ideal, bising usus hiperaktif, membrane mukosa cepat,
sariawan, diare.
Gejala dan Tanda-Tanda HIV AIDS
Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan
tanda-tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi
HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase pertama: infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini,
penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
1. Sariawan
2. Sakit kepala
3. Kelelahan
4. Radang tenggorokan
5. Hilang nafsu makan
6. Nyeri otot
7. Ruam
8. Pembengkakan kelenjar getah bening
9. Berkeringat
Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan tubuh
sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan
lebih.
4. PENATALAKSANAAN
Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di lakukan adalah
pencegahan Human Immunodeficiency Vinus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan:
Penatalaksanaan Medis :
a. melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
b. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
c. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status HIV nya.
d. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik jarum tato, dan sebagainya.
e. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin. Jika terinfeksi HIV, maka
pengendaliannya yaitu:
Penatalaksaan non medis
a. Terapi Infeksi Oportunistik
Terapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi nasokomial,
sepsis atau opurtunistik. Melakukan pengendalian invelest yang aman untuk pencegahan
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujul FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya 3 Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4> 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baris
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-
obat ini adalah :
d. Didanosine
e. Ribavirin
f. Diedoxycytidine
g. Recombinant CD 4 dapat larut
h. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. KLASIFIKASI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kelompok virus RNA:
Famili: Retroviridae
Sub famili: Lentivirinae
Genus: Lentivirus
Spesies: Human Immunodeficiency Virus 1 (HIV-1) Human
Immunodeficiency Virus 2 (HIV-2) HIV menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari
familinya. Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Kedua tipe dibedakan berdasarkan susunan genom dan hubungan filogenetik (evolusioner)
dengan lentivirus primata lainnya. Klasifikasi HIV/AIDS menurut CDC (Centers for Disease
Control) dibagi atas empat tahap
Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan. muncul setelah 2-4 minggu
terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit, nyeri telan, badan lesu,
dan limfadenopati. Pada tahap ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan karena keluhan menyerupai
banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar masih negative
Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain limfonodi
inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan
utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran
menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan
4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan berkembang
menjadi AIDS, Progresivitas infeksi HIV bergantung pada karakteristik virus dan hospes.
6. PATWAYS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. KOMPLIKASI
1. TUBERCULOSIS (TB)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi paling sering menyerang paru. Pada orang
sehat, kuman TB dapat saja berada di dalam tubuh namun tidak menyebabkan
penyakit. Namun, berbeda pada penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki
sistem kekebalan tubuh rendah. Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB,
mereka berisiko sepuluh kali untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita
HIV/AIDS yang memiliki sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Terlebih lagi,
terlepas dari jumlah sel CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti sudah pada
tahap HIV/AIDS. Di dunia, TB merupakan penyebab utama kematian penderita HIV.
2. MAC (Mycobacterium Avium Complex)
MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman MAC sering
berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman MAC
pada tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, MAC tidak akan
memberikan masalah. MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika
HIV/AIDS sudah mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi dapat menjadi serius
seperti infeksi darah atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.
3. Pneumocystis Pneumonia
Adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan akumulasi cairan di paru-
paru. Penyebab PCP adalah infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui
udara. Jamur ini sangat umum dan biasanya orang akan berhasil melawan infeksi ini
pada usia 3 atau 4 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan
infeksi ini. Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit
serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan
jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.
4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang
memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10 orang memiliki
virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun. Pada penderita HIV/AIDS, CMV
dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika jumlah CD4 di bawah 100. Penderita
dapat terinfeksi CMV melalui mata, hidung, atau mulut setelah kontak dengan air liur,
sperma, cairan vagina, darah, urine, dan air susu ibu penderita. Penderita dapat
mengalami infeksi mata serius yang disebut retinitis dan berujung pada kebutaan.
7. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau
perawatan diri, aktivitas perawatan diri
8. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman
atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan
konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan
otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas, kesemutan pada
ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor /
respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak
realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan
ataksia Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik Vocalis: hemi paresis;
kejang Hemoragi retina dan eksudat
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala
(keterlibatan ssp) Nyeri dada pleuritis
Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang Gerak otot melindungi bagian yang
sakit
10. Pernapasan
Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai
parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk
spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada
Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas
adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
11. Seksualitas
Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang
tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten Menggunakan pil pencegah
kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan
dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau
resiko terhadap hamil
IV. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Dipsnea, Transfusi darah yang Bersihan Jalan Nafas
ortopnea terpapar virus HIV Tidak Efektif
DO : Batuk tidak
efektif, sputum Virus beredar dalam
berlebih, mengi, darah atau jaringan
wheezing dan/atau mukosa
ronkhi kering,
gelisah, sianosis,
Masuk kedalam sel
bunyi napas
target mereplikasi
menurun, frekuensi
diri
napas berubah, pola
napas berubah,
Infeksi pada system
pernafatan
Peradangan saluran
pernafasan dan
jaringan paru
Kerusakan alveoli
Gangguan pertukaran
O2 dan Co2
Gangguan pertukaran
gas
Imunitas tubuh
menurun
Tubuh rentan
terhadap infeksi
Suhu T
Hipertermia
Infeksi jamur
Peradangan mulut
Sulit menelan
Defisit Nutrisi
V. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, benda
asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, proses infeksi, respon
alergi, efek agen farmakologi d.d Dipsnea, ortopnea, batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah.
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane
alveolus-kapiler d.d dipsnea, pusing, penglihatan kabur, takikardia, sianosis, diaphoresis, gelisah,
nafas cuping hidung, pola nafas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
3. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas,proses penyakit (mis. Infeksi)
peningkatan laju metabolisme, aktifitas berlebihan d.d suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, takikardi takipnea, kulit terasa hangat.
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
kelemahan, imobilitas d.d mengeluh lelah, dipsnea saat atau setelah aktifitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktifitas, merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat, tekanan darah berubah lebih dari kondisi istirahat, sianosis.
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan ,
ketidakseimbangan mengabsorbsi nutrient, factor psikologis ( mis. Stress ) d.d cepat kenyang
setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentan ideal, bising usus hiperaktif, membrane mukosa cepat, sariawan, diare.
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama
nafas tidak tindakan Manajemen jalan nafas
efektif b.d keperawatan Observasi
Spasme jalan selama 1 x 24 jam
1. Monitor pola nafas Observasi
nafas, maka Bersihan
( frekuensi, 1. Agar mengetahui
hipersekresi jalan Jalan Nafas
kedalaman, usaha tingkat pernafasan
nafas, benda meningkat dengan
nafas) normal pada
asing dalam jalan kriteria hasil :
nafas, adanya 1. Produksi 2. Monitor bunyi pasien
jalan nafas nafas tambahan 2. Untuk melakukan
sputum
buatan, sekresi (mis. Gurgling auskultasi adanya
menurun
yang tertahan, 2. Mengi mengi, wheezing, mengi, wheezing,
proses infeksi, ronkhi kering ) dan ronki kering
menurun
respon alergi, 3. Monitor sputum 3. Agar mengetahui
3. Wheezing ( jumlah, warna,
efek agen kadar konsistensi
farmakologi menurun aroma ) sputum
dd 4. Dipsnea Terapeutik Terapeutik
DS: Dipsnea, menurun 1. Pertahankan 1. Untuk
ortopnea 5. Ortopnea kepatenan jalan memudahkan
DO : batuk tidak menurun nafas dengan jalannya nafas
efektif, sputum menurun head – tilt dan ketika ada
berlebih, mengi, 6. Sianosis chin-lift ( jaw benda asing
wheezing menurun thrust jika yang masuk
dan/atau ronkhi 7. Gelisah curiga trauma 2. Untuk
kering, gelisah, membaik servikal ) menetralisir
sianosis, bunyi 2. Memberikan tenggokan
8. Frekuensi
napas menurun, minum hangat lebih hangat
nafas
frekuensi napas 3. Berikan 3. Untuk
membaik
berubah, pola oksigen jika mempertahank
napas berubah. 9. Pola nafas
membaik perlu an kadar
Edukasi oksigen dalam
1. Anjurkan tubuh
asupan cairan Edukasi
2000 ml/hari , 1. Agar tidak
jika tidak terjadinya
kontraindikasi dehidrasi
2. Ajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
brondilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu