Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1

Disusun Oleh :

Silvi Rezliani Surya E.0102.20.041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TK.1
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang
tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada obat
untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit
tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita HIV (ODHA). HIV dan AIDS di
Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu kasus
infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria dan wanita, diikuti
lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun yang sama, lebih dari
7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang. Data terakhir Kemenkes
RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga Maret 2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000
laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari 650 kasus AIDS di Indonesia.

Tipe HIV terbagi menjadi 2 tipe utama , yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing tipe
terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-
1, 90% di antaranya adalah HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang
sebagian kecil individu, terutama di Afrika Barat.
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010)
2. ETIOLOGI
Menurut PPNI 2017
Spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, benda asing dalam jalan nafas, adanya jalan
nafas buatan, sekresi yang tertahan, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologi,
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler, dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, proses peningkatan penyakit (mis. Infeksi ) peningkatan laju
metabolisme, aktifitas berlebihan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
tirah baring, kelemahan, imobilitas, asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan ,
ketidakseimbangan mengabsorbsi nutrient, factor psikologis ( mis. Stress )
Menurut (Phangkawira, dkk., 2009)
Penyebab terjadinya AIDS berasal dari infeksi virus HIV. Virus ini dahulu disebut virus
limfotrofik sel T manusia tipe III (Human T Lympotrophic Virus III / HTLV III) atau virus
limfadenopati, adalah suatu retrovirus manusia dari famili lentivirus (Price & Wilson, 2006).
Terdapat dua tipe virus HIV yang sudah teridentifikasi berdasarkan susunan genom dan
hubungan filogeniknya, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang keduanya memiliki penyebaran
epidemiologis yang berbeda. Virus HIV-1 merupakan tipe yang paling umum dan virulen
menginfeksi manusia dimana sebanyak 90% kejadian infeksi HIV yang terjadi di dunia
berasal dari HIV-1
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut PPNI 2017
Dipsnea, ortopnea, batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi
kering, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah,
dispnea, pusing, penglihatan kabur, takikardia, diaforesis, nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun, suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, kejang, takipnea, kulit terasa hangat, mengeluh lelah, dipsnea saat atau setelah
aktifitas, merasa tidak nyaman setelah beraktifitas, merasa lemah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat, tekanan darah berubah lebih dari kondisi istirahat,
cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentan ideal, bising usus hiperaktif, membrane mukosa cepat,
sariawan, diare.
Gejala dan Tanda-Tanda HIV AIDS
Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan
tanda-tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat. Infeksi
HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase pertama: infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini,
penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
1. Sariawan
2. Sakit kepala
3. Kelelahan
4. Radang tenggorokan
5. Hilang nafsu makan
6. Nyeri otot
7. Ruam
8. Pembengkakan kelenjar getah bening
9. Berkeringat
Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan tubuh
sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan
lebih.

Fase kedua: fase laten HIV


Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan
dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang berkembang biak dan
menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi. Pada fase ini, tanda-tanda
HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain.
Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih
parah pun mulai muncul.
Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan
kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di
bawah normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun
drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
1. Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
2. Pneumonia
3. Toksoplasmosis
4. Meningitis
5. Tuberkulosis (TB)
6. Kanker, seperti limfoma dan sarkoma Kaposi

4. PENATALAKSANAAN
Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di lakukan adalah
pencegahan Human Immunodeficiency Vinus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan:
Penatalaksanaan Medis :
a. melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
b. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
c. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status HIV nya.
d. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik jarum tato, dan sebagainya.
e. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin. Jika terinfeksi HIV, maka
pengendaliannya yaitu:
Penatalaksaan non medis
a. Terapi Infeksi Oportunistik
Terapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi nasokomial,
sepsis atau opurtunistik. Melakukan pengendalian invelest yang aman untuk pencegahan
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujul FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya 3 Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4> 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baris
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-
obat ini adalah :
d. Didanosine
e. Ribavirin
f. Diedoxycytidine
g. Recombinant CD 4 dapat larut
h. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

5. KLASIFIKASI
 Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kelompok virus RNA:
 Famili: Retroviridae
 Sub famili: Lentivirinae
 Genus: Lentivirus
 Spesies: Human Immunodeficiency Virus 1 (HIV-1) Human

Immunodeficiency Virus 2 (HIV-2) HIV menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari
familinya. Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Kedua tipe dibedakan berdasarkan susunan genom dan hubungan filogenetik (evolusioner)
dengan lentivirus primata lainnya. Klasifikasi HIV/AIDS menurut CDC (Centers for Disease
Control) dibagi atas empat tahap

1. Infeksi HIV akut

Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan. muncul setelah 2-4 minggu
terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit, nyeri telan, badan lesu,
dan limfadenopati. Pada tahap ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan karena keluhan menyerupai
banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar masih negative

2. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis


Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif. tetapi gejala asimtomatis. Pada
orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa tidak mengalami keluhan apapun
selama sepuluh tahun atau lebih. Berbeda dengan anak- anak, fase ini lebih cepat dilalui
3. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL)

Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain limfonodi
inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan
utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran
menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan
4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan berkembang
menjadi AIDS, Progresivitas infeksi HIV bergantung pada karakteristik virus dan hospes.

6. PATWAYS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :


a. Western blot
b. P24 antigen test
c. Kultur HIV

Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :


a. Hematokrit
b. LED
c. Rasio CD4 / CD Limposit
d. Serum mikroglobulin B2
e. Hemoglobin

8. KOMPLIKASI

1. TUBERCULOSIS (TB)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi paling sering menyerang paru. Pada orang
sehat, kuman TB dapat saja berada di dalam tubuh namun tidak menyebabkan
penyakit. Namun, berbeda pada penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki
sistem kekebalan tubuh rendah. Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB,
mereka berisiko sepuluh kali untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita
HIV/AIDS yang memiliki sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Terlebih lagi,
terlepas dari jumlah sel CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti sudah pada
tahap HIV/AIDS. Di dunia, TB merupakan penyebab utama kematian penderita HIV.
2. MAC (Mycobacterium Avium Complex)
MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman MAC sering
berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman MAC
pada tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, MAC tidak akan
memberikan masalah. MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika
HIV/AIDS sudah mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi dapat menjadi serius
seperti infeksi darah atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.
3. Pneumocystis Pneumonia
Adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan dan akumulasi cairan di paru-
paru. Penyebab PCP adalah infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui
udara. Jamur ini sangat umum dan biasanya orang akan berhasil melawan infeksi ini
pada usia 3 atau 4 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan
infeksi ini. Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit
serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan
jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.

4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang
memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10 orang memiliki
virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun. Pada penderita HIV/AIDS, CMV
dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika jumlah CD4 di bawah 100. Penderita
dapat terinfeksi CMV melalui mata, hidung, atau mulut setelah kontak dengan air liur,
sperma, cairan vagina, darah, urine, dan air susu ibu penderita. Penderita dapat
mengalami infeksi mata serius yang disebut retinitis dan berujung pada kebutaan.

5. Infeksi oportunistik lainnya


Adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti
pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi ini tidak menimbulkan masalah pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Biasanya infeksi oportunistik baru
menyerang penderita HIV ketika sudah menjadi HIV/AIDS atau sel CD4 di bawah
200. Hampir semua penyakit infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik, seperti
candidiasis, Cryptococcus neoformans, Herpes simplex, Toxoplasmosis, dan lainnya.
Pada wanita, lebih sering terjadi infeksi bakteri pneumonia dan herpes dan dapat
menimbulkan kanker pada sistem reproduksi.
6. Lipodistrofi
Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam membuat,
menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga setengah penderita
HIV mengalami lipodistrofi. Angka kejadian makin meningkat akibat penggunaan obat
HIV, yaitu ART (antiretroviral therapy). Lipodistrofi pada penderita HIV lebih
mungkin terjadi pada penderita HIV yang parah dan sudah lama. Pada pria, lebih
sering terjadi kehilangan lemak (lipoartrofi) terutama pada tangan dan kaki, wajah, dan
bokong. Pada wanita, lebih sering terjadi penumpukan lemak (lipohipertofi) khususnya
pada perut, dada, serta belakang leher dan bahu. Penderita juga dapat mengalami
pertumbuhan lemak (tumor jinak) seperti lipoma.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama
Keluhan utama : Klien mengatakan demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan),
diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%,
c. Data Riwayat Kesehatan
1.) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien HIV AIDS saat masuk rumah sakit adalah: pasien mengeluhkan
nyeri dada dan demam, pasien mengalami mual, dan diare serta penurunan berat badan
secara drastis.
2.) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat
penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
3.) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit seks
menular atau HIV AIDS seperti yang klien alami sekarang.

III. PEMERIKSAAK FISIK PERSYSTEM


1. Keadaan umum : Pasien tampak cemas
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis
3. Aktivitas / istirahat.
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise, Perubahan pola tidur Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa
otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan
4. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi) Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya
volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler.
5. Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesía, lesi cacat dan menurunnya Mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah Kehilangan
kontrol diri dan depresi
Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri Perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, dan kontak mata kurang Gagal menepati janji atau banyak janji
untuk periksa dengan gejala yang sama
6. Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram
abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda: Feses dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah,
warna dan karakteristik urin 5. Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam
kemampuan mengenali makanan / mual/muntah Disfagia, nyeri retrostenal saat
menelan Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan /
massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan
perubahan warna Kesehatan gigi/gusi yang buruk.

7. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau
perawatan diri, aktivitas perawatan diri
8. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman
atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan
konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan
otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas, kesemutan pada
ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor /
respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak
realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan
ataksia Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik Vocalis: hemi paresis;
kejang Hemoragi retina dan eksudat
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala
(keterlibatan ssp) Nyeri dada pleuritis
Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang Gerak otot melindungi bagian yang
sakit
10. Pernapasan
Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai
parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk
spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada
Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas
adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
11. Seksualitas
Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang
tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten Menggunakan pil pencegah
kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan
dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau
resiko terhadap hamil
IV. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Dipsnea, Transfusi darah yang Bersihan Jalan Nafas
ortopnea terpapar virus HIV Tidak Efektif
DO : Batuk tidak
efektif, sputum Virus beredar dalam
berlebih, mengi, darah atau jaringan
wheezing dan/atau mukosa
ronkhi kering,
gelisah, sianosis,
Masuk kedalam sel
bunyi napas
target mereplikasi
menurun, frekuensi
diri
napas berubah, pola
napas berubah,
Infeksi pada system
pernafatan

Peradangan saluran
pernafasan dan
jaringan paru

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

2 DS : Dispnea, pusing, Imunitas tubuh Gangguan Pertukaran


penglihatan kabur menurun Gas
DO : Takikardia,
sianosis diaphoresis, Tubuh rentan
gelisah, nafas cuping terhadap infeksi
hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit
Infeksi pada system
abnormal, kesadaran
pernafasan
menurun

Kerusakan alveoli

Gangguan pertukaran
O2 dan Co2

Gangguan pertukaran
gas

3 DS : - Pasien terunfeksi Hipertermi


DO : Suhu tubuh HIV
diatas nilai normal,
kulit merah, kejang, Virus beredar dalam
takikardi, takipnea, darah atau jaringan
kulit terasa hangat mukosa

Imunitas tubuh
menurun

Tubuh rentan
terhadap infeksi

Suhu T
Hipertermia

4 DS : Mengeluh lelah, Pasien terkena infeksi Intoleransi Aktifitas


dipsnea saat atau
setelah aktifitas, Sel yang terinfeksi
merasa tidak nyaman mengalami
setelah beraktifitas, apoptosis/mati
merasa lemah,
DO : Frekuensi
Mengantuk,lesu
jantung meningkat
>20% dari kondisi
istirahat, sianosis Intoleransi aktifitas

5 DS : Cepat kenyang Pasien terinfeksi HIV Defisit Nutrisi


setelah makan,
kram/nyeri abdomen, Masuk kedalam sel
nafsu makan target & mereplikasi
menurun. diri
DO : Berat badan
menurun minimal
Imunitas tubuh
10% dibawah rentan
menurun
ideal, bising usus
hiperaktif, membrane
mukosa cepat, Infeksi pada system
sariawan, diare pencernaan

Infeksi jamur

Peradangan mulut
Sulit menelan

Defisit Nutrisi

V. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, benda
asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, proses infeksi, respon
alergi, efek agen farmakologi d.d Dipsnea, ortopnea, batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah.
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane
alveolus-kapiler d.d dipsnea, pusing, penglihatan kabur, takikardia, sianosis, diaphoresis, gelisah,
nafas cuping hidung, pola nafas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
3. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas,proses penyakit (mis. Infeksi)
peningkatan laju metabolisme, aktifitas berlebihan d.d suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, takikardi takipnea, kulit terasa hangat.
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
kelemahan, imobilitas d.d mengeluh lelah, dipsnea saat atau setelah aktifitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktifitas, merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat, tekanan darah berubah lebih dari kondisi istirahat, sianosis.
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan ,
ketidakseimbangan mengabsorbsi nutrient, factor psikologis ( mis. Stress ) d.d cepat kenyang
setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentan ideal, bising usus hiperaktif, membrane mukosa cepat, sariawan, diare.
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama
nafas tidak tindakan Manajemen jalan nafas
efektif b.d keperawatan Observasi
Spasme jalan selama 1 x 24 jam
1. Monitor pola nafas Observasi
nafas, maka Bersihan
( frekuensi, 1. Agar mengetahui
hipersekresi jalan Jalan Nafas
kedalaman, usaha tingkat pernafasan
nafas, benda meningkat dengan
nafas) normal pada
asing dalam jalan kriteria hasil :
nafas, adanya 1. Produksi 2. Monitor bunyi pasien
jalan nafas nafas tambahan 2. Untuk melakukan
sputum
buatan, sekresi (mis. Gurgling auskultasi adanya
menurun
yang tertahan, 2. Mengi mengi, wheezing, mengi, wheezing,
proses infeksi, ronkhi kering ) dan ronki kering
menurun
respon alergi, 3. Monitor sputum 3. Agar mengetahui
3. Wheezing ( jumlah, warna,
efek agen kadar konsistensi
farmakologi menurun aroma ) sputum
dd 4. Dipsnea Terapeutik Terapeutik
DS: Dipsnea, menurun 1. Pertahankan 1. Untuk
ortopnea 5. Ortopnea kepatenan jalan memudahkan
DO : batuk tidak menurun nafas dengan jalannya nafas
efektif, sputum menurun head – tilt dan ketika ada
berlebih, mengi, 6. Sianosis chin-lift ( jaw benda asing
wheezing menurun thrust jika yang masuk
dan/atau ronkhi 7. Gelisah curiga trauma 2. Untuk
kering, gelisah, membaik servikal ) menetralisir
sianosis, bunyi 2. Memberikan tenggokan
8. Frekuensi
napas menurun, minum hangat lebih hangat
nafas
frekuensi napas 3. Berikan 3. Untuk
membaik
berubah, pola oksigen jika mempertahank
napas berubah. 9. Pola nafas
membaik perlu an kadar
Edukasi oksigen dalam
1. Anjurkan tubuh
asupan cairan Edukasi
2000 ml/hari , 1. Agar tidak
jika tidak terjadinya
kontraindikasi dehidrasi
2. Ajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
brondilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama


pertukaran gas tindakan Pemantauan Respirasi
b.d keperawatan Observasi Observasi
ketidakseimbang selama 1 x 24 jam
1. Monitor 1. Agar
an ventilasi- maka Gangguan
frekuensi, mengetahui
perfusi, pertukaran gas
irama, tingkat
perubahan meningkat dengan
kedalaman dan kedalaman
membrane kriteria hasil :
upaya napas napas pasien
alveolus-kapiler 1. Tingkat
d.d kesadaran 2. Monitor pola 2. Untuk
DS : Dipsnea, meningkat nafas ( seperti pemantauan
pusing, 2. Dipsnea bradipnea, agar tidak
penglihatan menurun takipnea, terjadinya
kabur 3. Diaforesis hiperventilasi, nafas yang
DO :Takikardia, menurun kusmaul, abnormal
sianosis, cheyne-stokes, 3. Untuk
4. Gelidah
diaphoresis, biot, ataksik) mengetahui
menurun
gelisah, nafas 3. Monitor jumlah kadar
5. Nafas
cuping hidung, saturasi O2 yang
cuping
pola nafas oksigen masuk melalui
hidung
abnormal, warna Terapeutik oksigen
menurun
kulit abnormal, 1. Atur interval Terapeutik
6. Penglihata
kesadaran pemantauan 1. Untuk
n kabur
menurun respirasi sesuai mengetahui
menurun
kondisi pasien pernafasan
2. Dokumentasika pada pasien
n hasil 2. Untuk
pemantauan mencatat hasil
Edukasi pengkajian
1. Jelaskan tujuan yang sudah
dan prosedur dilakukan
pemantauan Edukasi
2. Informasikan 1. Agar pasien
hasil mampu
pemantauan, memahami
jika perlu prosedur yang
dilakukan oleh
perawat
2. Agar status
kesehatan
pasuen tetap
terpantau
3 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Intervensi utama
dehidrasi, tindakan Manajemen
terpapar keperawatan Hipertermia
lingkungan selama 1 x 24 jam Observasi
panas,proses maka Hipertermia
1. Identifikasi
penyakit (mis. meningkat dengan
penyebab Observasi
Infeksi) kriteria hasil :
hipertermia ( mis.
peningkatan laju 1. Kulit merah 1. Untuk
Dehidrasi, terpapar
metabolisme, menurun mengetahui
lingkungan panas,
aktifitas 2. Kejang apa penyebab
penggunaan
berlebihan menurun terjadinya
incubator )
hipertermia
d.d 3. Takikardi 2. Monitor suhu 2. Untuk
DS : - menurun tubuh mengetahui
DO: Suhu tubuh 4. Takipnea 3. Monitor Kadar suhu tubuh
diatas nilai menurun elektrolit dibatas normal
normal, kulit 5. Bradikardi pada pasien
merah, takikardi menurun 3. Untuk menjaga
takipnea, kulit 6. Suhu tubuh keseimbangan
terasa hangat membaik Ph dalam
darah
Terapeutik
1. Sediakan Terapeutik
lingkungan yang
1. Agar pasien
dingin
merasa
2. Basahi dan kipasi nyaman
permukaan tubuh dengan
3. Berikan cairan oral lingkungan
4. Ganti linen setiap 2. Untuk
hari atau lebih membantu
sering jika kompres pada
mengalami pasien
hyperhidrosis 3. Agar kuman
( keringat pada linen
berlebihan ) tidak
menyebar
melalui
Edukasi keringat
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasikan 1. Agar pasien
pemberian cairan mendapat
dan elektrolit istirahat yang
intravena, jika cukup
perlu. 2. Untuk
memantisipasi
terjadinya
kekurangan
cairan
4. Intoleransi Setelah dilakukan Intervensi Utama
aktifitas b.d tindakan Manajemen energi
ketidakseimbang keperawatan Observasi Observasi
an antara suplai selama 1 x 24 jam
1. Identifikasi 1. Untuk
dan kebutuhan maka Intoleransi
gangguan mengobservasi
oksigen, tirah aktifitas
fungsi tubuh terjadinya
baring, meningkat dengan yang kelelahan
kelemahan, kriteria hasil : mengakibatkan 2. Agar mendapat
imobilitas 1. Frekuensi kelelahan data yang
d.d nadi 2. Monitor akurat
DS : Mengeluh meningkat keletihan fisik 3. Untuk
lelah, dipsnea 2. Dispsnea dan emosional mengatur pola
saat atau setelah saat 3. Monitor pola istirahat pasien
aktifitas, merasa aktivitas dan jam tidur 4. Agar perawat
tidak nyaman menurun 4. Monitor lokasi mengetahui
setelah 3. Sianosis dan area mana
beraktifitas, menurun ketidaknyaman yang membuat
merasa lemah. 4. Frekuensi an selama pasien tidak
DO : Frekuensi nafas melakukan nyaman
jantung membaik aktifitas
meningkat >20% Terapeutik Terapeutik
dari kondisi
1. Sediakan 1. Agar sinar
istirahat, tekanan
lingkungan matahari
darah berubah
nyaman dan masuk
lebih dari kondisi
rendah kedalam
istirahat, sianosis.
stimulus ( mis. ruangan
Cahaya, suara, sehingga
kunjungan ) memberikan
2. Lakukan kehangatan
latihan rentang suasana pagi
gerak pasif 2. Untuk
dan/atau aktif mencegah
3. Berikan tidak
aktifitas terjadinya
distraksi yang ulkus
menyenangkan 3. Agar pasien
Edukasi tidak terlalu
1. Anjurkan tirah merasakan rasa
baring sakitnya
2. Anjurkan Edukasi
melakukan 1. Untuk
aktifitas secara mencukupi
bertahap pola istirahat
3. Anjurkan pasien
menghubungi 2. Agar pasien
perawat jika mampu
tanda dan mengidentifika
gejala si aktifitas
kelelahan tidak selanjutnya
berkurang 3. Agar dapat
dibantu oleh
pasien
5. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Intervensi Utama
ketidakmampuan tindakan Manajemen Nutrisi
menelan keperawatan Observasi Observasi
makanan, selama 1 x 24 jam
1. Indentifikasi 1. Untuk
ketidakmampuan maka Defisit
status nutrisi mengetahui
mencerna nutrisi meningkat
2. Identifikasi status gizi
makanan , dengan kriteria
makanan yang pasien
ketidakseimbang hasil :
an mengabsorbsi disukai 2. Agar
1. Porsi
nutrient, factor 3. Monitor asupan mengetahui
makanan
psikologis ( mis. makanan tingkat
yang
Stress ) 4. Monitor berat makanan
dihabiskan
badan kesukaan
d.d meningkat
pasien
DS : Cepat 2. Pengetahu Terapeutik
3. Untuk
kenyang setelah an tentang 1. Lakukan oral
memonitor
makan, pilihan hygiene
asupan nutrisi
kram/nyeri makana sebelum
yang masuk
abdomen, nafsu yang sehat makan, jika
makan menurun. perlu Terapeutik
3. Nyeri
DO : Berat badan abdomen 2. Sajikan 1. Agar pasien
menurun minimal menurun makanan merasa
10% dibawah secara menarik nyaman
4. Diare
rentan ideal, menurun dan suhu yang 2. Agar terlihat
bising usus sesuai menarik
5. Nafsu
hiperaktif, makan 3. Berikan 3. Untuk
membrane membaik suplemen menambah
mukosa cepat, makanan jika nafsu makan
6. Indeks
sariawan, diare. perlu pasien
masa
tubuh Edukasi Edukasi
membaik 1. Anjurkan 1. Untuk
posisi duduk memudahkan
ketika
membantu
pasien makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
duduk, jika 1. Mengkaji
mampu mobilitas fisik
pasien
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?q=Definisi+HIV+menurut+Price+%26+Wilson,
+2006%3B+Smeltzer+%26+Bare,+2010&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
https://studylibid.com/doc/4316926/lp-hiv-
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/penatalaksanaan
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2255/
http://lib.unnes.ac.id/33627/1/1511413074_Optimized.pdf
https://www.scribd.com/presentation/430358885/Askep-Depresi-Postpartum

Anda mungkin juga menyukai