Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA.2020/2021


Program Studi : Agribisnis / Agroteknologi / Ilmu Tanah
Hari/Tanggal : Senin / 12 Juli 2021
Waktu : sampai dengan pukul 14.40 WIB
Semester/ SKS : II / IV / VI / 2
Kelas : PAB-A / PAB-B/ PAT-A / PAT-B/ PAT-C / PAT-D / PAT-E /
PAT-F / PIT-G/ PIT-H
Matakuliah : Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Dosen : Daru Retnowati, MSi
Teguh Kismantoroadji, Dr.
Eko Murdiyanto, Dr.
Sifat Ujian : TAKE HOME EXAM

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jelas!


Jangan lupa berdo’a terlebih dahulu, agar diberi kemudahan untuk mengerjakan atas
kekuatan sendiri.

1. Apabila seseorang bertemu dan berinteraksi dengan orang lain memiliki budaya
berbeda, dapat mengalami peristiwa yang disebut dengn gagar budaya atau culture
shock. Apa ciri-ciri seseorang mengalami culture shock? Uraikan dengan disertai contoh
orang yang mengalami culture shock! (25)

2. Puncak komunikasi antar budaya ketika dua atau lebih budaya bertemu adalah menjadi
manusia antar budaya. Apa ciri-ciri seseorang menjadi manusia antar budaya? Sebutkan
dan jelaskan disertai contoh! (25)

3. Menurut Soekartawi (1988) dalam penyampaian informasi ke petani oleh PPL agar dapat
dilakukan dengan mudah maka dalam penyampaian informasi PPL harus melakukan
komunikasi dalam 4 ciri. Sebutkan dan Jelaskan ke-4 ciri tersebut disertai contoh! (25)

4. Dalam penyuluhan partisipatif PPL dan petani memiliki peran dan fungsi yang berbeda
namun saling melengkapi. Apa fungsi dan peran PPL? Jelaskan disertai dengan contoh
fungsi dan peran tersebut! (25)

========= Selamat Mengerjakan, semoga sukses =========

Keterangan : Jawaban UAS dikirim dengan nama file: NIM_NAMA_KLAS_KPP


Klas PAB-E/PAB-F/PAB-G/ PIT-H/PIT-I ke masing-masing WAG
Klas PAT-A / PAT-B/ PAT-C / PAT-D ke spada dan WAG
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA.2020/2021
FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Nama : Alma Dayini Selgi


NIM : 135200057
Program Studi : Agribisnis / Ilmu Tanah / Agroteknologi
Kelas :F
Mata Kuliah : Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Dosen : Eko Murdiyanto, Dr. SP., M.SI
Tanggal Ujian : Senin / 12 Juli 2021 TTD :

1. Ciri-ciri seseorang mengalami culture shock antara lain :


a. Buang air kecil
b. Tidur berlebihan
c. Takut kontak fisik dengan orang lain
d. Takut tatapan mata
e. Marah karena hal sepele
f. Cemas hingga frustasi
g. Kaget akan perbedaan budaya
h. Merasa tidak bisa mengikuti budaya yang berbeda
i. Selalu memikirkan perbedaan budaya tersebut
j. Menganggap aneh suatu budaya yang berbeda dengan budaya asalnya.
k. Berujung pada keinginan yang memuncak untuk pulang ke kampung halaman.
Contoh :
 Seperti yang ada pada film “Balik Jakarta” ketika Gϋnther yang berasal dari Jerman sedang
berada di Jakarta untuk mencari rumah lamanya dan bertemu dengan seorang tukang ojek
yang menawari jasanya, yaitu Togar. Saat Togar menunjukkan motor ojeknya dan
memberikan helm kepada Gϋnther, timbul sikap berbeda dari Gϋnther dalam menerima
sebuah budaya baru yang umumnya lumrah terjadi di pangkalan ojek Jakarta. Ia terkejut
dan merasa tidak yakin harus menaiki ojek untuk pertama kalinya dengan helm yang kotor
sehingga timbul rasa cemas hingga frustasi dalam dirinya. Kemudian saat di perjalanan
menaiki motor, Togar menanyakan nama kepada Gϋnther. Dikarenakan adanya perbedaan
bahasa, membuat Gϋnther merasa kesal hanya karena hal sepele yaitu kesalahan Togar
dalam menyebutkan namanya. Selain itu, dalam perjalanan Gϋnther menunjukkan ekspresi
seperti terkejut dengan jalanan yang macet, dan ramai.
 Orang hindu di Bali memuja adanya sapi dan terdapat larangan untuk mengonsumsi daging
sapi, sedangkan orang Jawa terbiasa memakan daging sapi, terutama saat Idul Adha. Ketika
orang Bali berada di Jawa ketika Idul Adha, orang hindu Bali yang fanatik dan
mempercayai kebudayaannya akan tidak suka dengan hal tersebut.
2. Ciri-ciri manusia antar budaya, antara lain :
a. Ia mampu menghormati semua budaya.
b. Memahami apa yang orang-orang dari budaya lain pikirkan, rasakan, dan percaya.
c. Menghargai adanya perbedaan-perbedaan budaya.
Contoh :
 Seperti pada Film “Balik Jakarta” yang menceritakan interaksi antara dua budaya berbeda
yang dibawa oleh Togar dan Gϋnther. Togar berasal dari Siantar, Sumatra Utara membawa
budaya Batak yang masih kental, sedangkan Gunter berasal dari Jerman, yang sebelumnya
pernah tinggal di Jakarta. Gϋnther kembali ke Jakarta karena ingin mencari rumah lamanya.
Dalam perjalanan untuk mencari alamat, Gϋnther bertemu dengan Togar dan akhirnya ia
diantarkan oleh Togar. Keduanya saling menceritakan dan menunjukkan kebudayaannya,
meski awalnya mereka berdua sempat mengalami shock culture, namun akhirnya mereka
mampu menghargai dan memahami budaya lain. Hal ini dibuktikan dengan kuatnya
budaya yang dibawa oleh Togar mengenai makna cicak baginya yang merupakan simbol
suku Batak untuk bertahan hidup. Ibunya selalu mengatakan kepadanya bahwa sebagai
suku Batak, Togar harus mampu beradaptasi dengan berbagai kehidupan dan harus bisa
bertahan dalam berbagai masalah hidup, sehingga Togar menjadi seperti cicak yang mampu
bertahan dan survive dimana pun dia saat ini tinggal. Meskipun Togar sempat merasa aneh
kepada Gϋnther ketika mendengar Gϋnther salah menyebutkan nama salah satu daerah di
Jakarta yaitu ‘Kebayoran’ menjadi ‘KebabJoran’. Namun, akhirnya Togar mampu
menyesuaikan diri dan menghargai keberadaan Gϋnther dengan cara berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris sehingga mereka dapat saling mengerti antar satu dengan
yang lain dan mampu menerima dan memaklumi kesalahan Gϋnther. Sedangkan budaya
Gunter dengan pengucapan dan sikapnya yang berbeda dengan orang Indonesia, pada
awalnya ia merasa cemas dan frustasi akan berbagai kebudayaan yang baru pernah ia temui
dan saksikan, namun akhirnya ia mampu beradaptasi dan mulai memahami perbedaan
budaya yang ada sehinga tidak menimbulkan perselisihan antarkeduanya. Disamping itu,
Gϋnther juga berbaur dengan warga di sekitar saat ia dan Togar memesan makanan. Ia pun
ikut menonton pertandingan sepakbola. Gϋnther bersikap ramah kepada orang yang
mengajaknya mengobrol tentang sepakbola. Dengan demikian, Togar dan Gunter
dikategorikan menjadi manusia antarbudaya karena keduanya mampu menghormati,
menghargai, dan memahami budaya lain dengan baik, dengan tidak menghilangkan
identitas aslinya tetapi dapat berperilaku dengan cara-cara yang dapat diterima oleh budaya
orang lain dan budayanya sendiri. Sehingga menghindarkan mereka dari adanya konflik dan
kesalahpahaman antar budaya.
 Dina yang berasal dari Yogyakarta menganggap wajar dan tidak merasa aneh ketika
mendengar Rani berbicara dengan logat Sumatra yang masih kental.
3. Penyampaian informasi oleh PPL kepada petani agar dapat dilakukan dengan mudah maka
dalam penyampaian informasi harus:
a. Sederhana dan tidak berbelit-belit
b. Mudah dipraktekkan petani lain
c. Mudah dan bahannya tersedia di lokasi setempat
d. Tidak mengandung risiko yang tinggi
Contoh :
Penyuluhan yag dilakukan oleh Bapak Mustaring kepada para petani di salah satu desa di
Sulawesi.
a. Sederhana dan tidak berbelit-belit
Bapak Mustaring memberi ilmu dan informasi secara sederhana mengenai pemeliharaan
padi yang penjelasannya sesuai dengan keadaan di lapangan, langsung pada masalah yang
terjadi, misalnya pada saat beliau menunjukkan padi yang sudah tidak berisi (bulir hampa)
dan layu sebelum berkembang yang diakibatkan oleh hama penggerek batang sehingga ada
gambaran secara langsung dan nyata terkait penjelasan Bapak Mustaring serta tidak
menggunakan alat yang membingungkan. Selain itu, penyampaian materi penyuluhan yang
dilakukan oleh Bapak Mustaring menggunakan bahasa daerah setempat sehingga mudah
dipahami dan tidak menggunakan istilah-istilah asing yang tidak diketahui oleh para petani.
b. Mudah dipraktekkan petani lain
Dalam melalukan penyuluhan, Bapak Mustaring mengajak para petani untuk terjun
langsung ke sawah, mengamati apa yang terjadi pada tanaman padi dan memberikan contoh
langsung yang ada di lapangan terkait pemeliharaan padi tanpa adanya alat-alat khusus,
seperti memberi tahu waktu terbaik untuk melakukan penyemprotan pupuk dan
pengurangan air irigasi. Sehingga mudah untuk dipraktekkan oleh para petani.
c. Mudah dan bahannya tersedia di lokasi setempat
Bapak Mustaring memberikan solusi atas permasalahan terkait pemeliharaan padi dengan
merubah sistemnya saja tanpa memerlukan bahan-bahan tambahan ataupun yang baru.
Beliau hanya memperbaiki cara atau langkah-langkah yang telah dilakukan oleh petani
sehingga bahan-bahan tersebut telah dimiliki dan biasa digunakan oleh petani. Contohnya,
pupuk cair dan air irigasi.
d. Tidak mengandung risiko yang tinggi
Materi penyuluhan yang diberikan oleh Bapak Mustaring yaitu dengan cara manual yang
mana hanya menggunakan tangan tanpa adanya penggunaan teknologi yang rumit sehingga
tidak mengancam resiko keselamatan kerja para petani. Selain itu, materi penyuluhan
terkait penggunaan sistem tanam jajar legowo yang diberikan oleh Bapak Mustaring tidak
menimbulkan kerugian atau mengancam pertumbuhan tanaman. Hal ini justru memberikan
ruang untuk para petani agar dapat leluasa berjalan di sawah, mengamati lalu
mempratekkan secara langsung tanpa merusak dan mengganggu pertumbuhan tanaman
padi. Ajakan Bapak Mustaring kepada para petani untuk melepas alas kaki terlebih dahulu
sebelum memasuki sawah pun membuat kegiatan penyuluhan yang dilakukan tidak
membahayakan para petani.

4. Fungsi dan peran PPL dalam penyuluhan partisipatif sebagai “fasilitator” (pelayan dan pelancar
aktivitas belajar atas dasar pengalaman peserta sendiri). Secara rinci, tugas PPL sebagai
berikut:
a. Menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat.
b. Mengajarkan ketrampilan yang lebih baik.
c. Memberikan saran-saran rekomendasi bagi usaha tani yang lebih menguntungkan.
d. Membantu menjelaskan sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian
yang diperlukan para petani.
e. Mengembangkan swakarya dan swasembada para petani agar taraf kehidupannya lebih
meningkat.
Contoh :
Seperti yang dilakukan oleh PPL kepada Petani di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten
Banyuasin terkait program FEATI. PPL ikut serta dalam semua kegiatan mulai dari tahap
persiapan , pelaksanaan sampai tahap penilaian dalam program FEATI . Kegiatan rutin yang
dilakukan oleh FMA seperti rembug tani hampir setiap bulannya selalu dihadiri oleh PPL. PPL
membantu petani dalam memfasilitasi petani dan memandu Pattisipatory Rural Appraisal
(PRA) sampai dalam pembuatan proposal FMA. Selain itu, PPL juga melaksanakan perannya
dalam membantu kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh swadaya, memonitor
pelaksanaan kegiatan penyuluhan oleh penyuluh swadaya. Peran lainnya seperti mengadakan
pertemuan dan koordinasi FMA dilakukan setiap bulan dan dihadiri oleh semua pengelola unit
FMA. Juga sering dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
petani terhadap komoditas dalam FMA, diharapkan petani dapat memahami materi yang
disampaikan sehingga petani dapat memberikan informasi yang disampaikan penyuluh kepada
petani lainnya. Secara berkala (3 bulan) PPL melakukan penilaian terhadap kemajuan dan
kinerja unit pengelola FMA, terlihat dari laporan kinerja penilaian unit pengelola FMA yang
dibuat oleh PPL dan dilaporkan kepada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan
Banyuasin III.
Partisipasi petani dalam Tahapan FMA adalah keikutsertaan dan peran atau andil petani
dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan pemantauan atau evaluasi, yaitu sosialisasi konsepsi
FMA, pembentukan unit pengelola FMA dan pengurusnya, pemilihan penyuluh swadaya,
pelaksanaan PRA, penyusunan rencana kegiatan kelompok (RDK/RDKK), penyusunan
program penyuluhan desa, penetapan prioritas kegiatan FMA, penyusunan proposal, penilaian
kelayakan dan rekomendasi proposal FMA, pemantauan/penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan FMA, evaluasi dampak FMA terhadap peningkatan produktivitas, dan evaluasi
dampak FMA terhadap peningkatan pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai