1. Apabila seseorang bertemu dan berinteraksi dengan orang lain memiliki budaya
berbeda, dapat mengalami peristiwa yang disebut dengn gagar budaya atau culture
shock. Apa ciri-ciri seseorang mengalami culture shock? Uraikan dengan disertai contoh
orang yang mengalami culture shock! (25)
2. Puncak komunikasi antar budaya ketika dua atau lebih budaya bertemu adalah menjadi
manusia antar budaya. Apa ciri-ciri seseorang menjadi manusia antar budaya? Sebutkan
dan jelaskan disertai contoh! (25)
3. Menurut Soekartawi (1988) dalam penyampaian informasi ke petani oleh PPL agar dapat
dilakukan dengan mudah maka dalam penyampaian informasi PPL harus melakukan
komunikasi dalam 4 ciri. Sebutkan dan Jelaskan ke-4 ciri tersebut disertai contoh! (25)
4. Dalam penyuluhan partisipatif PPL dan petani memiliki peran dan fungsi yang berbeda
namun saling melengkapi. Apa fungsi dan peran PPL? Jelaskan disertai dengan contoh
fungsi dan peran tersebut! (25)
4. Fungsi dan peran PPL dalam penyuluhan partisipatif sebagai “fasilitator” (pelayan dan pelancar
aktivitas belajar atas dasar pengalaman peserta sendiri). Secara rinci, tugas PPL sebagai
berikut:
a. Menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat.
b. Mengajarkan ketrampilan yang lebih baik.
c. Memberikan saran-saran rekomendasi bagi usaha tani yang lebih menguntungkan.
d. Membantu menjelaskan sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian
yang diperlukan para petani.
e. Mengembangkan swakarya dan swasembada para petani agar taraf kehidupannya lebih
meningkat.
Contoh :
Seperti yang dilakukan oleh PPL kepada Petani di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten
Banyuasin terkait program FEATI. PPL ikut serta dalam semua kegiatan mulai dari tahap
persiapan , pelaksanaan sampai tahap penilaian dalam program FEATI . Kegiatan rutin yang
dilakukan oleh FMA seperti rembug tani hampir setiap bulannya selalu dihadiri oleh PPL. PPL
membantu petani dalam memfasilitasi petani dan memandu Pattisipatory Rural Appraisal
(PRA) sampai dalam pembuatan proposal FMA. Selain itu, PPL juga melaksanakan perannya
dalam membantu kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh swadaya, memonitor
pelaksanaan kegiatan penyuluhan oleh penyuluh swadaya. Peran lainnya seperti mengadakan
pertemuan dan koordinasi FMA dilakukan setiap bulan dan dihadiri oleh semua pengelola unit
FMA. Juga sering dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
petani terhadap komoditas dalam FMA, diharapkan petani dapat memahami materi yang
disampaikan sehingga petani dapat memberikan informasi yang disampaikan penyuluh kepada
petani lainnya. Secara berkala (3 bulan) PPL melakukan penilaian terhadap kemajuan dan
kinerja unit pengelola FMA, terlihat dari laporan kinerja penilaian unit pengelola FMA yang
dibuat oleh PPL dan dilaporkan kepada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan
Banyuasin III.
Partisipasi petani dalam Tahapan FMA adalah keikutsertaan dan peran atau andil petani
dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan pemantauan atau evaluasi, yaitu sosialisasi konsepsi
FMA, pembentukan unit pengelola FMA dan pengurusnya, pemilihan penyuluh swadaya,
pelaksanaan PRA, penyusunan rencana kegiatan kelompok (RDK/RDKK), penyusunan
program penyuluhan desa, penetapan prioritas kegiatan FMA, penyusunan proposal, penilaian
kelayakan dan rekomendasi proposal FMA, pemantauan/penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan FMA, evaluasi dampak FMA terhadap peningkatan produktivitas, dan evaluasi
dampak FMA terhadap peningkatan pendapatan.