“KEBOTAKAN (ALOPECIA)”
Disusun oleh:
052191166
FAKULTAS KESEHATAN
UNGARAN
2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut terdapat hampir seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai funsgi,
antara lain fungsi estetika bagi manusia. Rambut adalah mahkota bagi semua orang
karena berfungsi selain untuk memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga
untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sering disebut sebagai mahkota
bagi wanita, sedangkan bagi pria rambut memengaruhi rasa percaya diri. Salah satu
permasalahan yang sering dijumpai dan paling dikhawatirkan setiap orang adalah
kerontokan rambut yang mengakibatkan kebotakan (alopecia) (Sari & Wibowo,
2016).
Kerontokan rambut merupakan keadaan dimana rambut terlepas dari permukaan
kulit, seperti pada daerah kepala dan badan. Kerontokan rambut menyebabkan
hilangnya fungsi biologis rambut sebagai pelindung dari sinar matahari (terutama
rambut kepala) dan dalam penyebarakan produk kelenjer keringat. Selain itum
rambut di bagian keala memiliki fungsi fisiologis yang penting dalam social dan
estetika (Triarini & Hendriani, 2020).
Rambut rontok yang terjadi di United States menimpa 50 juta orang dan 20 juta
diantaranya adalah wanita. Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan menjadi
endogen yaitu akibat penyakit sistemik, hormonal, status gizi, intoksikasi, maupun
kelainan genetik dan eksogen yaitu berupa stimulasi dari lingkungan maupun
kosmetik rambut. Saat ini banyak kosmetik rambut digunakan. Rambut rontok akibat
kosmetik dan penataan rambut banyak dijumpai pada wanita Afrika-Amerika.
Penggunaan bahan pelurus rambut menyebabkan kerontokan/kerusakan rambut pada
95% penggunanya di Amerika dan 53% di Nigeria (Umborowati & Rahmadewi,
2012).
Salah satu kelainan yang menyerang rambut yaitu alopesia. Alopesia merupakan
kondisi hilang atau rontoknya rambut di bagian kepala pada wanita maupun pria.
Walaupun alopesia bukan penyakit yang mengancam jiwa, namun kondisi kebotakan
dapat menyebabkan stress dan traumatis bagi penderitanya (Triarini & Hendriani,
2020). Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar 100.000 dan disebut sebagai
kelainan jika jumlahnya mencapai 50% yang berarti sekitar 50.000 helai rambut.
Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80-120 helai rambut/hari (Sari &
Wibowo, 2016).
Obat sintetik yang termasuk dalam golongan bebas (OTC) seperti minoxidil yang
sering digunakan dan telah terbukti dalam mengatasi alopesia. Namun penggunaan
obat sintetik sering memberikan efek samping, sehingga dalam menangani alopesia
sering dilakukan pengobatan alternatif mengunakan tanaman herbal untuk
menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Tanaman herbal yang digunakan
untuk menangani kebotakan rambut antara lain lidah buaya (Aloe vera), kemiri
(Aleurites moluccana W.), buah apel, bawang, madu dan lainnya (Sari & Wibowo,
2016). Oleh karena itu makalah dibuat untuk mengetahui pengobatan sintetik/alami
yang digunakan untuk mencegah alopesia (kebotakan rambut).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengobatan sintetik/alami yang digunakan untuk mencegah
alopesia (kebotakan rambut) ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah tersebut sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengobatan sintetik/alami yang bertujuan mencegah
alopesia (kebotakan rambut)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Rambut
a. Definisi Rambut
Rambut merupakan bagian penting dari kecantikan. Terutama bagi
seorang wanita sehingga timbul istilah Rambutmu adalah mahkotamu‖.
Rambut yang sehat, lebat dan berkilau dengan pemilihan gaya rambut yang
tepat akan meningkatkan nilai kecantikan seseorang (Wirakusumah, 2007).
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh,
kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir (Soepardiman, 2010).
b. Anatomi Rambut
Menurut letaknya, rambut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang
muncul dipermukaan dan bagian yang tenggelam di bawah kulit. Bagian
rambut yang terlihat dan muncul dipermukaan kulit disebut dengan batang
rambut yang terdiri dari jaringan mati. Sementara itu, bagian rambut yang
tenggelam di bawah kulit di sebut akar rambut (Wirakusumah, 2007).
Anatomi rambut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1 Anatomi Rambut (Martini, 2001)
Kutikula terdiri dari sel-sel keratin yang pipih dan saling bertumpuk. Lapisan
ini keras dan berfungsi melindungi kekeringan dan masuknya senyawa-senyawa
asing dari luar ke dalam rambut.
2. Korteks
Korteks merupakan lapisan yang lebih dalam, terdiri dari serabut polipeptida
yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini sebagian besar terdiri dari pigmen
rambut dan rongga-rongga udara. Struktur korteks menentukan tipe rambut lurus
berombak, atau keriting.
3. Medulla
Medulla disebut juga sumsum rambut. Terdiri dari tiga atau empat lapis sel
kubus, berisi keratohialin, butir-butir lemak dan rongga udara. Rambut velus
tidak memiliki medulla.
4. Akar rambut
Akar rambut atau folikel rambut terletak di dalam lapisan dermis kulit. folikel
rambut dikelilingi oleh pembuluh. Akar rambut terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Umbi rambut adalah bagian yang akan terbawa jika rambut dicabut
b. Papil rambut adalah bagian yang tertinggal didalam kulit meskipun rambut
dicabut sampai ke akar-akarnya, sehingga terjadi pertumbuhan rambut baru
kecuali jika papil rambut itu rusak, misalnya dengan bahan kimia atau arus
listrik.
c. Jenis Rambut
Jenis rambut ini mempunyai kelenjer minyak yang bekerja secara berlebihan
sehingga rambut nampak selalu berminyak.
2. Jenis rambut normal
Jenis rambut ini memiliki kelenjer minyak yang memproduksi minyak secara
cukup. Rambut ini tidak cepat terlihat ktor dan kemps (tidak mengembang
sehingga perawatannya lebih mudah).
3. Jenis rambut kering
Jenis rambut ini terlihat mengembang sekali, kering dan mudah rapuh. Hal ini
disebabkan kandungan minyak pada kelenjer lemaknya sedikit. Jumlah
kandungan minyak disebabkan oleh kelenjer minyaknya yang kurang aktif.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan proses pemijatan pada kulit
kepala.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut
2. Nutrisi
Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama jumlah rambut telogen
masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%.
4. Vaskularisasi
2. Alopesia (Kebotakan)
a. Definisi Alopesia
Istilah alopecia dari kata Yunani alopecia, artinya rubah. Rubah mudah
terserang penyakit tertentu sehingga kehilangan bulu badannya. Kebotakan
dengan ciri-ciri khas tertentu disebut alopecia
3. Patogenesis
Papilla dermis yang berasal dari mesenkim memegang peranan penting pada
folikel rambut dan menentukan tipe rambut yang diproduksi. Hormon androgen
di sirkulasi masuk ke papilla dermis melalui pembuluh darah kapiler,
dimetabolisme menjadi DHT oleh enzim 5 alfa-reduktase tipe II dan akan
berikatan kuat pada reseptor androgen yang banyak terdapat pada folikel rambut
terutama area frontal dan vertex. Setelah androgen berikatan dengan reseptornya,
ekspresi gen berubah sehingga produksi faktor pertumbuhan atau protein matriks
ekstraseluler terganggu. Target indirek meliputi sel keratinosit, melanosit, dan
pembuluh darah. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan fase anagen menjadi
lebih singkat dan fase telogen lebih panjang, sehingga terjadi miniaturisasi folikel
rambut terminal yang seharusnya panjang, tebal, berpigmen menjadi kecil, tipis,
dan kurang berpigmen. Selama proses miniaturisasi, glandula sebasea yang
terpengaruh androgen membesar sehingga kulit kepala menjadi berminyak serta
pasokan darah ke folikel menurun (Stephanie, 2018).
Enzim lain yang mengubah androgen lemah menjadi androgen kuat adalah
3-β hydroxysteroid dehydrogenase (3-β HSD) dan 17-β hydroxysteroid
dehydrogenase (17-β HSD), kadarnya meningkat pada penderita AGA. Ditambah
lagi, faktor sitokin (TGFβ 1, IL -1α, dan TNF α) mencetuskan apoptosis sel
folikel rambut. Enzim lain yang mengubah androgen lemah menjadi androgen
kuat adalah 3-β hydroxysteroid dehydrogenase (3-β HSD) dan 17-β
hydroxysteroid dehydrogenase (17-β HSD), kadarnya meningkat pada penderita
AGA. Ditambah lagi, faktor sitokin (TGFβ 1, IL -1α, dan TNF α) mencetuskan
apoptosis sel folikel rambut (Stephanie, 2018).
4. Klasifikasi
Klasifikasi alopesia androgenik menurut Norwood-Hamilton (Stephanie,
2018).
Manusia memiliki rambut di seluruh tubuhnya, kecuali pada telapak tangan dan
kaki, bibir, kuku dan sebagian genitalia. Pertumbuhan rambut tidaklah kontinyu
melainkan mengikuti suatu siklus antara lain fase tumbuh (anagen), fase transisi
(catagen) dan fase istirahat (telogen). Pertumbuhan rambut tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor herediter, hormonal, nutrisi, metabolism,
vaskularisasi, obat-obatan dan peradangan. Kelainan yang terjadi pada rambut dapat
berupa kerontokan atau kebotakan (alopesia) dan pertumbuhan rambut yang
berlebih. Alopesia memiliki dua tipe berdasarkan morfologinya yaitu alopesia
dengan sikatrik bersifat permanen dan alopesia non sikatrik dapat tumbuh kembali
(Mukti & Salsabila, 2020).
Alopesia non sikatrik yang sering terjadi pada kaum wanita dan pria yaitu
Alopesia Androgenetik (AGA) dan Alopesia Areata (AA). Alopesia Androgenetik
(AGA) merupakan bentuk alopesia dengan pola spesifik, ditandai hilangnya rambut
terminal yang tebal dan berpigmen secara progresif, diganti dengan rambut velus
yang halus dan mengandung sedikit pigmen sebagai respon terhadap hormone
androgen dalam sirkulasi. Alopesia Androgenetik (AGA) banyak terjadi di usia 20
tahun akhir atau awal usia 30 tahun dan lebih banyak terjadi pada laki- laki.
Diagnosis alopesia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Stephanie, 2018).
Alopesia Areata (AA) adalah penyakit yang ditandai dengan kehilangan rambut
dari kulit kepala secara tiba-tiba. Mekanisme terjadi alopesia areata diduga
berhubungan erat dengan reaksi autoimun yang dipacu oleh berbagai macam faktor
antara lain: genetik, epigenetik, fisik, emosional, social serta faktor lingkungan.
Manifestasi klinis dari AA sering disepelekan dan dianggap hanya sebagai masalah
kosmetik biasa, padahal AA mampu menurunkan kepercayaan diri dan akhirnya
menurunkan kualitas hidup penderita. Prinsip utama pengobatan alopesia areata
yakni menghambat atau mengubah proses peradangan yang terjadi di sekitar folikel
rambut (Ardhaninggar & Rahmadewi, 2018).
Pengobatan sendiri (swamedikasi) didefinisikan sebagai pemilihan dan
penggunaan obat oleh seseorang (atau anggota keluarga seseorang) untuk mengobati
kondisi atau gejala yang dikenali atau didiagnosis sendiri. Pemakaian obat disebut
rasional menurut WHO jika pasien mendapatkan obat yang tepat untuk kebutuhan
klinis, dengan dosis yang sesuai kebutuhan dalam jangka waktu yang cukup, juga
dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu ataupun masyarakat. Pengobatan
sendiri dapat menjadi sangat beresiko, khususnya dalam kasus pengobatan sendiri
yang tidak bertanggung jawab (Octavia et al., 2019).
Swamedikasi terdiri dari obat OTC (Over The Counter) yang meliputi obat
bebas atau obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, obat bebas terbatas atau obat
yang dijual bebas tanpa resep dokter tetapi ada peringatan khusus untuk
penggunaannya dan obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter dibawah pengawasan apoteker serta obat-obat herbal/tradisional.
Pengobatan kebotakan rambut (Alopesia) dapat diobati menggunakan minoxidil yang
berfungsi meningkatkan ukuran folikel rambut dan menyebabkan pemanjangan fase
anagen. Efek maksimal dapat terlihat 6 bulan setelah terapi. Keberhasilan
pengobatan minoxidil dengan asam retinoat atau propilen glikol sebesar 66%.
Pemanfaatan bahan alam yang berfungsi untuk memicu pertumbuhan rambut
antara lain seledri, kemiri, lidah buaya, alpukat dan bawang. Kemiri (Aleurites
moluccana W) mengandung asam lemak yang dapat memicu pertumbuhan rambut
selain itu juga menutrisi selama proses siklus pertumbuhan rambut. Pembuatan
minyak kemiri dengan cara kemiri di sangrai, dihaluskan kemudian diperas. Lidah
buaya (Aloe vera) dapat mengurangi kerontokan rambut dan menguatkan akar
rambut, karena mengandung zat-zat yang bermanfaat seperti vitamin A, C, asam
amino, Cu, inositol, enzim, mineral dan lain-lain. Apel digunakan untuk
menumbuhkan rambut karena dalam daging apel mengandung senyawa yang
bernama procyanin B-2 yang memiliki aktivitas sama dengan monoxidil yait
meningkatkan aktivitas pertumbuhan sel folikel rambut dan merangsang perubahan
siklus rambut dari fase telogen menjadi fase anagen dengan cara menurunkan level
protein kinase dalam sitosol dan menghambat translokasi isoenzim ke dalam fraksi
sel-sel epitel rambut.
Bahan alami lain yang dapat digunakan untuk mengatasi kerontokan yang
berakhir kebotakan rambut adalah ekstrak buah alpukat mengandung asam lemak tak
jenuh tunggal (asam oleat) yang berfungsi memperlambat kerontokandan
mempercepat pertumbuhan rambut. Asam oleat merupakan antioksidan untuk
melindungi rambut dari ancaman produk perawatan rambut yang berbahan kimia.
Madu mengandung pinocembrin yang merupakan antioksidan penting untuk
kesehatan rambut, karena mampu meremajakan dan memperbaiki sel-sel rambut
yang rusak, menghasilkan jaringan kulit yang kondusif untuk pertumbuhan rambut
dan memperlancar sirkulasi darah untuk rambut sehingga rambut menjadi kuat dan
tidak kusam.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini yaitu kebotakan atau dikenal dengan nama
alopesia adalah suatu kondisi kelainan pada kulit kepala ketika jumlah rambut yang
rontok lebih banyak dari rambut yang tumbuh. Normalnya rambut manusia bisa
rontok 50-100 helai per hari. Bila rambut rontok melebihi 100 helai per hari maka
dikatakan mengalami alopesia. Tipe alopesia terbagi menjadi dua yaitu alopesia
sikatrik dan alopesia non sikatrik. Dimana yang sering terjadi alopesia sikatrik antara
lain alopesia androgenetik dan alopesia areata. Diagnosis alopesia dapat dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan alopesia
dapat menggunakan obat minoxidil yang termasuk dalam obat OTC (Over The
Conter) dan dapat menggunakan obat dari bahan alam yang diolah secara tradisional
seperti seledri, kemiri, apel, lidah buaya, alpukat dan madu.
DAFTAR PUSTAKA
Hlail, A.T. 2020. Various Types Of Alopecia And Options Of The Treatment. Al-
Kindy College Medical Journal. 16 (2) : 1-6
Kalangi, S.J.R. 2013. Histofiologi Kulit. Jurnal Biomedik. 5 (3) : S12-S20. Martini,
F. 2001. Fundamental Of Anatomy And Physiologi 5th ed. Prentice Hall,
New Jersey
Mukti, B & N.A, Salsabila. 2020. Finasteride Dan Minoxidil Sebagai Obat Pilihan
Alopesia Androgenetik. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 10 (1) : 83-90.
Sari, D & A, Wibowo. 2016. Perawatan Herbal Pada Rambut Rontok. Majority. 5(5)
Umborowati, M.A & Rahmadewi. 2012. Rambut Rontok Akibat Lingkungan Dan
Kosmetik. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Jakarta.
Wendy, S. 2020. MCD Harford Dermatology Associates. Merk Sharp & Dohme
Corporation, USA
Wirakusumah, E.S 2007. Cantik dan Awet Muda Dengan Buah, Sayur dan Herbal.
Penerbit Swadaya, Jakarta.