Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN KOSMETIK


“SHAMPO”

OLEH :

KELOMPOK IV
STIFA A 2020

ASISTEN :

LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi untuk
meningkatkan penampilan secara visual baik untuk pria maupun wanita.
Karena itu, rambut harus selalu dijaga kebersihan dan kesehatannya.
Seperti bagian tubuh yang lain, rambut juga memiliki masalahnya sendiri.
Salah satu masalah rambut yang dapat mengganggu penampilan dan
keindahan rambut adalah ketombe (Jessie, 2014).
Masalah yang masih merupakan penyebab kerpercayaan diri
seseorang berkurang dalam beraktivitas ialah rambut berketombe.
Ketombe merupakan suatu keadaan abnomal pada kulit kepala yang
dikarakterisasi dengan terjadinya pengelupasan lapisan tanduk secara
berlebihan dari kulit kepala membentuk sisik-sisik yang halus. Gejala
umumnya ialah timbulnya sisik-sisik putih pada kulit kepala, gatal dan bisa
juga disertai kerontokan rambut. Berbagai kondisi memudahkan
seseorang untuk terkena ketombe, antara lain faktor genetik,
pertumbuhan kulit yang cepat, keaktifan kelenjar sebasea, stres,
kelelahan, kelainan neurologi dan penderita HIV/AIDS (Yulian, 2018).
Ketombe, yang memiliki nama ilmiah Pityriasis capitis, adalah
hasil pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala. Proses ini
merupakan proses yang alami, bila terjadi dalam jumlah kecil. Namun
proses ini dapat terjadi secara berlebihan dan diikuti dengan kemerahan
dan iritasi sehingga menghasilkan ketombe. Hal ini dapat terjadi sala
satunya disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur Malassezia furfur adalah
jamur yang ditemukan diseluruh permukaan tubuh sebagai anggota dari
flora normal kulit pada lebih dari 90% orang dewasa. M. furfur merupakan
jamur oportunis yang bila mengalami pertumbuhan secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketombe. Salah satu cara mengobati
ketombe adalah dengan cara menurunkan jumlah M. furfur dengan
menggunakan senyawa yang memiliki aktivitas anti jamur (Jessie, 2014).
Shampo adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksut
mencuci rambut sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi
bersih dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah di atur dan berkilau.
Serta merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit dan kotoran lain dari rambut
(Yulian, 2018).
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara
pembuatan shampo anti ketombe.
I.2.2 Tujan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu dapat membuat shampo anti
ketombe dan dapat mengetahui penambahan bahan yang tepat untuk
pembuatan shampo anti ketombe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Struktur Kulit

Gambar 1.1 Struktur Kulit


(Siti Sopiah, 2016).

Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh manusia.


Kulit terdiri dari tiga lapisan yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda
yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan
jaringan bawah kulit (subcutic) (Siti Sopiah, 2016).
II.1.2 Struktur Rambut

Gambar 1.2 Struktur Rambut


(Siti Sopiah, 2016).

Rambut yang tumbuh dari akar terdapat dalam dua area, yaitu
bagian yang berada di dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit.
Struktur rambut terdiri dari beberapa bagian diantaranya ujung rambut,
batang rambut dan akar rambut (Siti Sopiah, 2016).
II.1.3 Susunan Batang Rambut

Gambar 1.3 Susunan Batang Rambut


(Siti Sopiah, 2016).
Susunan batang rambut terdiri dari tiga lapisan utama, susunan
dari yang terluar ke dalam adalah selaput rambut (cuticle), kulit rambut
(cortex) dan sumsum rambut (medulla) (Siti Sopiah, 2016).
a. Selaput Rambut (Cuticle)
Selaput Rambut (Cuticle) adalah lapisan terluar dari dinding batang
rambut
yang berfungsi sebagai perisai rambut. Lapisan ini tersusun sel – sel
tanduk yang atas pipih, bening bagaikan genteng atau sirap rumah.
Kutikula berfungsi untuk melindungi bagian dalam rambut karena memiliki
protein sebagai pelindung dari berbagai kerusakan. Kutikula rambut yang
sehat akan nampak terlihat sisik-sisik yang berbaring datar tanpa
kerusakan atau robek sedikitpun. Berbeda halnya dengan kutikula rambut
yang mengalami kerusakan. Kutikula akan tampak robek dibeberapa
bagian imbrikasi terbuka (Setneg, 2013).
b. Kulit rambut (cortex)
Kulit rambut (cortex) adalah lapisan tengah batang rambut yang terletak
antara lapisan kutikula dan medulla. Korteks terdiri dari sel-sel tanduk
yang
membentuk kumparan panjang, sejajar dengan batang rambut (Setneg,
2013).
c. Sumsum rambut (Medulla)
Sumsum rambut (medulla) adalah lapisan paling dalam dari rambut,
terdapat di bagian tengah dan biasa disebut inti rambut. Fungsi utama
medulla adalah penghasil sel, untuk menumbuhkan rambut, pigmentasi
rambut dan penghasil protein keratin (Setneg, 2013).
1. Jenis Rambut
Jenis rambut manusia ada 3 macam antara lain rambut normal, rambut
kering dan rambut berminya. Setiap jenis rambut tersebut memiliki ciri-ciri
tersendiri, yaitu (Muller, 2019) :
a. Rambut Normal, ciri-cirinya :
1) Rambut bercahaya segar dan sehat
2) Pertumbuhan rambut baik
3) Sedikit sekali terdapat kelainan
4) Kutikula rambut bagus
5) Rambut tidak mudah patah
b. Rambut Berminyak, ciri-cirinya :
1) Rambut terlihat berminyak
2) Diameter rambut tebal
3) Rambut cepat kotor dan terasa lengket
4) Rambut tidak mudah patah
c. Rambut Kering, ciri-cirinya :
1) Rambut terlihat kusam dan kemerah - merahan
2) Rambut tidak bercahaya
3) Rambut mudah patah
4) Elastisitas kurang baik
5) Tekstur rambut kasar
6) Ujung rambut sering terbelah
2. Kelainan Kulit Kepala Dan Rambut
Berikut beberapa kelainan yang terdapat pada kulit kepala dan rambut
(Muller, 2019) :
a. Ketombe (dandruff), ada dua macam ketombe yaitu ketombe kering
(seborrhea sicca) dan ketombe basah (seborrhea aleosa).
b. Kutu Kepala (Pediculosis Capitis)
c. Uban (Canities) adalah rambut yang menjadi putih atau abu-abu.
d. Kebotakan (Alopecia) biasanya disebabkan karena kerontokan
rambut. Alopecia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
faktor keturunan, penuaan, penyakit, obat-obatan atau gaya hidup
tertentu. Terdapat beberapa macam Alopecia antara lain Alopecia
Congenita, Alopecia Cicatrisata, Alopecia Areata, Alopecia Totalis dan
Alopecia Universalis
e. Telogen Efluvium adalah kerontokan rambut yang berhubungan
dengan pertumbuhan rambut, umumnya berlangsung 2-4 bulan.
f. Hypertrichosis merupakan kondisi pertumbuhan rambut yang
berlebihan, baik di seluruh bagian tubuh maupun di area tubuh
tertentu.
g. Tinea Capitis, kelainan ini biasa disebut juga dengan ring worm
(kadas) pada kulit kepala.
h. Piedra, adalah infeksi jamur pada rambut yang menyerang masuk
sampai ke kutikula rambut.
II.2 Sejarah Kosmetik
Menurut berbagai sumber, sejarah asal mula kosmetika sudah
dikenal sejak jaman Mesir Kuno pada sekitar 5000 SM. Sedangkan
peradaban Mesir Kuno diperkirakan pada sekitar 4000-3500 SM, telah
menggunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain, mis calnya tanah liat, lumpur,
arang, air, embun, pasir, sinar matahari, batubara bahkan api. Hal ini
diketahui dengan ditemukannya perangkat alat untuk merias diri dan
bahan-bahan yang mengandung lemak hewani, minyak nabati, rempah-
rempah dan bahan-bahan aromatik, yang dihubungkan dengan soal-soal
keagamaan. Bukti lain misalnya 200 tahun yang lalu, Cleopatra
menggunakan susu sebagai rendaman saat mandi. Dia begitu senang
karena mendapat manfaat dari laktosa susu untuk kemulusan kulitnya.
Sejak saat itu susu digunakan bahan kosmetik dan obat (Ida Prihantina,
2013)
Kosmetik sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani
“kosmetikos“ yang berarti ketrampilan menghias, mengatur, namun pada
perkembanganya istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kalangan dan
profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik menjadi begitu luas
dan tidak jelas. Istilah kosmetologi telah dipakai sejak tahun 1940 di
Inggris, Perancis, Jerman. Istilah ini tidak sama bagi tiap profesi yang
menggunakanya. Pada tahun 1970 oleh Jellinek, kosmetologi diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum Fisika,
Biologi, maupun Mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaan (aplikasi) kosmetik (Ida Prihantina, 2013).
II.2.1 Pengertian Kosmetik
Kosmetika merupakan komoditi yang mempunyai kesan kurang
berbahaya di banding dengan obat sehingga pembuatanya, pemasaran
atau pengawasannya mempunyai tata cara yang lebih mudah
dibandingkan dengan obat (Anita, 2012).
Menurut Federal Food And Cosmetik Act ( 1958 ) sesuai dengan
definisi dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No.220/Men.Kes/Per/IX/76, tanggal 6 September 1976, tentang Undang-
undang Kosmetika dan Alat Kesehatan, definisi kosmetika sebagai
berikut: kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dalam
pemakaiannya dengan cara di gosokan, dilekatkan, ditaburkan, dipercikan
atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan
atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa, melindungi
supaya dalam keadaan baik dan bukan termasuk golongan obat, serta zat
tersebut tidak mengganggu faal kulit atau kesehatan tubuh secara
keseluruhan (Ida Prihantina, 2013).
Kosmetik modern adalah kosmetika yang diproduksi secara
pabrik (laboratorium), dimana bahan-bahan yang dipergunakan telah
dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut
agar tahan lama dan tidak cepat kadaluarsa (I Gusti, 2015).
Kosmetika Tradisional adalah kosmetika alamiah yang dapat
dibuat sendiri, langsung dari bahan-bahan yang berasal dari alam (segar
maupun yang sudah dikeringkan) dan diolah secara tradisional. Oleh
kebanyakan masyarakat kosmetika tradisional dipercaya lebih alami dan
memberikan efek yang lebih sehat (Emma, 2013)
1. Perbedaan Kosmetik Dengan Obat
Kosmetik Tidak mengganggu atau mempengaruhi struktur dan
faal kulit (mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan).
Sedangkan obat dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh, mengobati
atau menyembuhkan suatu penyakit (Ida Prihantina, 2013).
2. Fungsi Kosmetik
Kosmetika berfungsi untuk mencegah dan menanggulangi
problema kulit dan rambut manusia, baik yang disebabkan oleh gangguan
yang datang dari luar maupun proses penuaan kulit dan rambut itu sendiri
(Ida Prihantina, 2013).
3. Tujuan Penggunaan Kosmetik
Berikut merupakan beberapa tujuan dari penggunaan kosmetik
yaitu (Ida Prihantina, 2013) :
a. Untuk kebersihan pribadi;
b. Mencegah dan menanggulangi problema kulit dan rambut;
c. Meningkatkan daya tarik melalui makeup;
d. Meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang;
e. Melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi
dan faktor lingkungan yang lain; dan
f. Mencegah penuaan.
II.2.2 Sediaan Kosmetik
1. Krim (Cream)
Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai (Retno, 2017).
Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang
mengandung air tidak kurang dari 60% dengan konsistensi lebih lunak dari
salep, dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Rachmi, 2012)
2. Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari sedikitnya satu
cairan tidak saling campur yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk droplet atau partikel. Emulsi adalah campuran yang tidak stabil
secara termodinamika terdiri dari dua cairan yang tidak saling campur dan
adanya zat pengemulsi untuk menyatukannya (Retno, 2017).
Emulgator adalah zat/bahan yang memungkinkan tercampurnya
lemak/minyak dengan air menjadi campuran yang homogen, yang
memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan
(minyak dan air)/ (surfactant), sehingga dicapai face yang stabil (Retno,
2017).
Ada dua macam emulsi yakni: Emulsi w/o (water oil) artinya
jumlah minyak lebih banyak daripada air, contoh; mentega. Emulsi o/w (oil
water) artinya jumlah air lebih banyak daripada minyak, contoh; santan
kelapa. Contoh beberapa emulgator ialah; lanolin, lilin lebah, alkohol atau
aster, asam-asam lemak seperti sentil alkohol, gliseril monostearat,
trietanolamena (Retno, 2017).
3. Bubuk (Powder)
Kosmetika yang berbentuk bedak (serbuk) dapat dipakai pada
seluruh anggota tubuh, terutama muka, badan, dan anggota gerak
(tangan dan kaki) (Sylvia, 2016).
4. Stik (Stick)
Stik adalah kosmetika berbentuk tongkat kecil yang dalam
pembuatanya dibuat dengan bahan yang dapat mencair pada suhu
badan, merupakan sediaan yang serupa dengan salep, tetapi
konsistensinya lebih padat dan mempunyai titik lebur yang tinggi. Sediaan
ini biasanya tidak mengandung air (Sylvia, 2016).
5. Salep
Salep merupakan bentuk kosmetika setengah padat yang mudah
dioleskan pada kulit dan biasanya digunakan obat luar, yang jika
dioleskan pada kulit, akan melunak dan meninggalkan lapisan film pada
kulit. Wujud salep banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Bahan
dasar salep merupakan campuran dari vaseline, cera, parafin, dan lain-
lain. serta bahan berkhasiat yang diinginkan (Sylvia, 2016).
6. Pasta
Pasta adalah campuran salep yang kental dan kaku,
konsistensinya lebih padat daripada salep, tetapi lembek dan biasanya
mengandung bahan padat lebih dari 50%, sebagai pengikat digunakan
gom. Sediaan kosmetik yang berbentuk pasta biasanya dikemas pada
wadah yang tertutup rapat atau dalam tube (Ida Prihantina, 2013).
7. Aerosol
Aerosol merupakan larutan suatu zat berbentuk cair yang
dimasukkan dalam tabung dan berada dalam keadaan tekanan tinggi
karena ditambah gas tertentu. Pengeluaran Aerosol dibantu dengan
tekanan gas (Freon, diflouroethane, ditrichlorflouromethan) dan
pemakaiannya dengan cara disemprotkan. Contoh: Hair spray Selain sifat
Aerosol yang mudah terbakar dan untuk menghindari polusi udara, , kini
bentuk Aerosol banyak dihindari dan diganti dengan bentuk non Aerosol
(Ida Prihantina, 2013).
8. Larutan (Solutio / Mixtura)
Larutan adalah sediaan berupa larutan, yang masingmasing
dibedakan dalam jumlah zat yang dilarutkan. Perbedaan Solutio dan
Mixtura (Ida Prihantina, 2013).:
a. Solutio adalah larutan homogen yang terdiri dari satu macam zat yang
dilarutkan dalam zat pelarutnya.
b. Mixtura adalah larutan yang terdiri dari dua macam atau lebih zat yang
dilarutkan dalam zat pelarutnya.
9. Suspensi
Suspensi adalah sediaan kosmetika berupa larutan dimana
bahan padatnya tidak larut dalam pelarutnya. Agar bahan padat dapat
terbagi rata dalam pelarutnya, dibutuhkan bahan pensuspensi atau
suspensi agent, antara lain: Gummi Arabicum, Tylose (Methyl Sellulose),
CMC (Carboxy Methyl Cellulose)
10. Mucilago
Mucilago adalah sediaan kosmetik berupa cairan kental yang
dibuat dari gom alam atau sintetis dengan campuran air.dan bahan
pengawet dengan kadar satu per seribu. Contoh: Setting Lotio (Ida
Prihantina, 2013).
11. Sabun
Sabun adalah sediaan garam-garam alkali yang merupakan
persenyawaan hasil reaksi kimia antara asam lemak dengan basa. Sabun
merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan sabun.
Salah
satunya adalah penggolongan berdasarkan bentuk fisik
dan fungsi (Ida Prihantina, 2013) :
a. Sabun batang
Terbuat dari lemak netral yang padat dan dikeraskan melalui
proses hidrogenasi. Jenis alkali yang digunakan adalah natrium hidroksida
dan sukar larut dalam air. Kebanyakan orang mulai meninggalkan sabun
batang karena alasan kurang higienis dan berisiko menjadi tempat
perpindahan bakteri, namun sabun batang dipercaya irit dan memiliki
wangi yang lebih tahan lama. Terbukti, sebesar 43% dari 100 orang yang
disurvei masih menggunakan sabun batang hingga kini. contoh : sabun
cuci, sabun mandi, dan lain-lain.
b. Sabun cair
Sabun jenis ini dibuat dari minyak kelapa jernih dan penggunaan
alkali yang berbeda yaitu kalium hidroksida. Bentuknya cair dan tidak
mengental pada suhu kamar. Sabun cair lebih digemari karena praktis dan
mudah penyimpanannya, terutama bagi orang yang suka bepergian.
c. Shower gel
Sabun dengan kandungan emulsi berupa cocamide DEA,
lauramide DEA, linoleamide DEA, dan oleamide DEA ini berfungsi sebagai
substansi pengental untuk mendapatkan tekstur gel. Sabun jenis ini
memang belum terlalu populer dan biasanya lebih sering digunakan oleh
wanita yang hobi berendam karena menghasilkan busa yang cenderung
lebih banyak.
d. Sabun antiseptik
Mengandung bahan aktif antibacterial, seperti triclosan,
triclocarban / trichlorocarbamide, yang berguna untuk membantu
membunuh bakteri dan mikroba, namun tidak efektif untuk menonaktifkan
virus.
12. . Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ida
Prihantina, 2013).
I.3 Sampo
Sampo secara sederhana merupakan produk perawatan rambut
yang dirancang untuk membersihkan kulit kepala beserta rambut. Sampo
digunakan terutama untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran dan
polutan lingkungan, sebum, keringat, dan residu berminyak lainnya
termasuk produk perawatan rambut yang sebelumnya digunakan seperti
hair oil, lotion, ataupun hair spray. Mudah untuk membuat sampo yang
akan menghilangkan semua sebum dan kotoran dari rambut dan kulit
kepala, namun hal ini akan menyebabkan rambut menjadi sulit diatur,
kering, dan tidak menarik. Sampo sekarang juga seharusnya memiliki
fungsi untuk mengkondisikan dan mempercantik rambut serta dapat
menenangkan kulit kepala yang teriritasi dalam kondisi seperti dermatitis
seboroik. Tindakan yang seimbang antara membersihkan kulit kepala
dengan baik dan mempercantik rambut dicapai dengan mencampur
berbagai bahan dalam proporsi yang tepat pada sediaan sampo
(Mahataranti, 2012).
Sampo yang baik dan dapat digunakan harus memiliki syarat-
syarat antara lain :
a. Sampo yang baik dapat membersihkan dan menghilangkan sebum
berlebihan dan segala kotoran pada rambut dan kulit kepala.
b. Sampo yang baik memiliki sifat detergensi yang baik namun tidak
berlebihan agar kulit kepala tidak kering.
c. Sampo yang baik dapat menghasilkan busa yang berlebih, cepat,
lembut, dan mudah dihilangkan saat dibilas dengan air.
d. Sampo yang baik harus tetap stabil; tidak terpengaruh oleh wadahnya,
viskositas dan pH harus tetap konstan, dapat mempertahankan bau
parfum yang ditambahkan pada sampo.
e. Sampo yang baik dapat membuat rambut menjadi lembut, harum,
berkilau, dan mudah diatur.
f. Sampo yang baik tidak menimbulkan efek samping seperti iritasi pada
kulit dan mata.
1. Bahan Aktif Sampo
Penting untuk disadari bahwa satu-satunya bahan yang penting
untuk pembersihan dan pengelolaan rambut adalah deterjen sintetis atau
surfaktan dan kondisioner, sementara sisanya membantu stabilitas,
kemampuan presentasi, dan daya jual produk. Berikut bahan aktif untuk
sampo yaitu (Rohman, 2012) :
a. Surfaktan (detergents)
Sampo biasanya mengandung deterjen sintetis atau surfaktan
sebagai pembersih utama. Surfaktan bersifat ampifilik, yang berarti
molekul deterjen mengandung situs lipofilik (menarik minyak) dan
hidrofilik (menarik air). Situs lipofilik membantu untuk mengikat sebum
dan kotoran berminyak sementara ujung hidrofilik berikatan dengan
air yang memungkinkan dalam menghilangkan sebum saat mencuci
rambut dan kulit kepala dengan air.
b. Kondisioner (conditioners)
Beberapa orang ingin keramas setiap hari sebagai ritual kebersihan.
Walaupun tujuan utama sampo adalah untuk membersihkan rambut
dan kulit kepala, apabila dilakukan secara berlebihan akan
menimbulkan efek yang kurang baik. Kulit kepala dan rambut yang
memiliki kandungan sebum sedikit apabila sering dibersihkan akan
menyebabkan rambut menjadi kering, kusam, dan sulit diatur.
Sehingga, untuk alasan tersebut, Procter dan Gamble
memperkenalkan sampo-kondisioner “2 in 1” pada tahun 1987
menggunakan tetesan silikon tersuspensi dalam campuran surfaktan;
yang melayani fungsi ganda pembersihan dan pengkondisian rambut.
Jenis sampo tersebut baik digunakan untuk orang-orang yang ingin
keramas setiap hari, serta rambut yang kering dan rusak akibat styling
dengan alat pemanas maupun bahan kimiawi. Kondisioner berfungsi
membuat rambut lebih berkilau, mudah diatur, dan memberikan sifat
antistatik pada rambut. Zat yang umum digunakan antara lain: protein
sutra dan hewani terhidrolisis, dimethicone, simethicone,
polyvinylpyrrolidone, dan propylene glycol. Substansi yang berasal
dari protein dalam kondisioner dapat memperbaiki sementara ujung
rambut bercabang, yang dikenal sebagai trichoptilosis.
c. Pembentuk busa (foam builders)
Salah satu pertimbangan konsumen dalam memilih sampo adalah
kemampuan berbusanya, semakin banyak busa yang dihasilkan maka
semakin baik sampo tersebut dalam membersihkan rambut. Namun
hal tersebut kurang dibenarkan. Kemampuan membentuk busa tidak
menggambarkan kemampuan membersihkan. Pembentuk busa
adalah bahan surfaktan yang masing-masing berbeda daya pembuat
busanya, sehingga fungsi busa sendiri adalah untuk membantu
menyebarkan deterjen atau surfaktan di atas rambut dan kulit
kepala.mPembentuk busa perlu diberi penguat yang menstabilkan
busa agar lebih lama terjadi, misalnya dengan menambahkan
alkanolamid.
d. Pengental (thickeners) dan pengeruh (opacifiers)
Bahan-bahan ini tidak menggambarkan daya bersih dan konsentrasi
bahan aktif dalam sampo tetapi digunakan untuk mengubah sifat fisik
dan visual sampo untuk daya tarik konsumen. Pengental (thickeners)
seperti sodium chloride dan PEG-150 distearate berfungsi untuk
meningkatkan viskositas sampo, sedangkan pengeruh (opacifiers)
digunakan agar tampilan sampo berkilau.
e. Agen pengasing (sequestering agents)
Agen pengasing merupakan bahan yang penting sebagai salah satu
formulasi sampo walaupun tidak ikut serta dalam pembersihan rambut
dan kulit kepala. Agen pengasing berfungsi membentuk kelat ion
magnesium dan kalsium untuk mencegah pembentukan sabun yang
tidak larut, yang dikenal sebagai “sampah”. Tanpa bahan ini, sampo
akan meninggalkan “sampah” pada rambut dan kulit kepala, yang
menyebabkan rambut menjadi kusam serta menimbulkan gatal dan
beberapa gejala dermatitis seboroik. Untuk alasan ini, pasien harus
didorong untuk menggunakan sampo dan bukan sabun batangan saat
membersihkan rambut.
f. Pengatur pH (pH adjusters)
Cara lain untuk meminimalkan kerusakan rambut yang mungkin
dihasilkan dari penggunaan sampo adalah untuk mencegah batang
rambut dari alkalisasi (reaksi basa). Kebanyakan deterjen memiliki pH
basa yang dapat menyebabkan pembengkakan batang rambut.
Pembengkakan ini mengendurkan kutikula pelindung yang
menyebabkan kerusakan pada batang rambut. Pembengkakan
batang
rambut dapat dicegah dengan menyeimbangkan pH sampo dengan
penambahan zat asam seperti asam glikolat.
g. Pengawet (preservatives)
Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah penguraian sampo agar
sampo tahan lebih lama serta mencegah sampo dari kontaminasi
kuman dan bakteri. Pengawet yang biasa digunakan antara lain:
natrium benzoate, parabens, 1,3-dimetilol-5,5-dimetil (DMDM),
hidantoin, tetrasodium EDTA, atau Quaternium.
h. Bahan tambahan (specialty additives)
Baru-baru ini, bahan-bahan yang menarik sedang ditambahkan ke
dalam formulasi sampo seperti wewangian, tabir surya, vitamin dan
pro-vitamin, sampai tumbuhan seperti minyak pohon teh.
Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk membedakan
satu sampo dari yang lain dalam hal klaim pemasaran.
2. Bahan Aktif Sampo Anti Ketombe
Obat-obatan yang tersedia saat ini untuk penanganan ketombe
tersedia dalam berbagai varian sampo yang mengandung bahan-bahan
aktif anti ketombe seperti (Natura Kos, 2019) :
a. Agen keratinolitik
Patogenesis ketombe melibatkan hiperproliferasi keratinosit yang
menyebabkan deregulasi keratinosit. Korneosit-korneosit mengumpul
dan bermanifestasi sebagai serpihan kulit kepala berwarna putih
keabuan. Pada dasarnya, agen keratinolitik seperti asam salisilat dan
sulfur merenggangkan adhesi antar korneosit dan memungkinnya
untuk dibersihkan.
1) Asam salisilat
Asam salisilat adalah agen keratinolitik asam hidroksil beta yang
berguna dalam menghilangkan hiperkeratosit di kulit kepala dengan
mengurangi adhesi sel-ke-sel antara korneosit.
2) Sulfur
Unsur non-logam ini memiliki aktivitas keratinolitik dan antimikroba.
Efek keratolitik dimediasi oleh reaksi antara sulfur dan asam amino
sistein dalam keratinosit, sedangkan efek antimikroba bergantung
pada konversi sulfur menjadi asam pentationik oleh flora normal atau
keratinosit.
3) Zinc Pyrithione (ZPT)
ZPT bekerja dengan meregulasi keratinisasi epitel atau produksi
sebum atau keduanya.3 Beberapa penelitian menunjukkan adanya
penurunan yang signifikan dari jumlah yeast setelah penggunaan
ZPT, sehingga ZPT juga bekerja sebagai antijamur dan antibakteri.
4) Tar
Tar biasanya digunakan dalam pengobatan psoriasis dan efektif pula
untuk penanganan ketombe. Tar bekerja melalui efek antiproliferatif
yang memperlambat sel produksi kulit, dan efek antiinflamasi.
5) Steroid
Kortikosteroid bekerja melalui efek antiinflamasi dan antiproliferatif.
b. Agen antimikrobial
1) Selenium sulfida
Selenium sulfida mengendalikan ketombe melalui sifat antimikroba
yang dimiliki. Namun zat ini juga memiliki sifat antiproliferatif,
antiseboroik, dan efek sitostatik pada sel-sel epitel epidermal dan
folikuler.
2) Imidazole
Antijamur imidazole topikal seperti ketokonazole bekerja dengan
memblokir biosintesis ergosterol, turunan sterol utama dari membrane
sel jamur. Perubahan permeabilitas membran yang disebabkan oleh
penipisan ergosterol tidak sesuai dengan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup jamur. Ketokonazole digunakan secara luas
sebagai agen antimikotik yang aktif melawan Candida sp. dan M.
furfur.
3) Hidroksipiridon
Berbeda dengan imidazole, hidroksipiridon tidak mempengaruhi
biosintesis sterol. Zat ini mengganggu tranpor aktif prekursor
makromolekul esensial, integritas membrane sel, dan proses
pernapasan sel. Ciclopirox secara luas digunakan sebagai agen ini.
4) Bahan alami
Beberapa bahan alami herbal diklaim memiliki aktivitas antiketombe.
Namun, bahan-bahan tersebut digunakan dalam kombinasi dengan
bahan sintetis. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa penggunaan
sampo berbasis herbal tidak kalah efektif dengan sampo berbasis
bahan kimia dalam mengendalikan ketombe baik secara in vitro
maupun in vivo
I.4 Rancangan Formula
Tiap 170 ml sediaan mengandung
Zink Pyrithione 1%
Sodium Lurtyl Sulfate 1%
Coconidropyl Betaine 10%
HPMC 1,5%
Propilenglikol 10%
EDTA 0,5%
DMDM 0,5%
Papermint Oil q.s
Aquadest ad 100%
I.5 Uraian Bahan
1. Zink Pyrithione ()
Nama Resmi : ZINK PYRITHIONE
Nama Lain : Zink pyrithione, Zoph
RM/BM : C10H8N2O2S2Zn
Pemerian : Serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol
pH :7
Titik Lebur : 240ºC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Na Lauril Sulfat ( Rps 18 th : 1307, FI III : 713)


Nama Resmi : Sodium lauryl sulfate
Nama Lain : Natrium lauril sulfat
BM / RM : 288.38 / C12 H25 NaO 4
Pemerian : Kristal putih atau kuning muda, memiliki bau
yang khas, bungkahan hablur putih
Kelarutan : 1 g dalam 10 ml air, membentuk suatu Suatu
larutan yang sangat muda larut dalam air,
membentuk larutan berkabut, larut dalam
etanol (95%) P
Inkompabilitas : Bereaksi dengan bahan aktif, permukaan
kationik dengan kehilangan aktivitas, dengan
konsentrasi yang terlalu rendah
Menyebabkan pengendapan. Na lauril sulfat
Bersifat kompatibel dengan larutan asam, ion
natrium dan mg.
Kegunaan : Sebagai pembersih (Detergent sintetik
anionik )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya Kosentrasi : 7-13 %
3. Coconidropyl Betaine
4. HPMC
5. Propilenglikol
6. Na EDTA
Nama Resmi : Disodium adetat
Nama Lain : Na- EDTA
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau kuning; bau
mirip amoniak
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,
sedikit larut dalam etanol (95%) p
Kestabilan : Garam adetat lebih satbil dari pada asam
Bebas
Kegunaan : Chelating agent
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat pada
tempat yang sejuk dan kering
7. DMDM hydantoin (Rowe, 2009)
Nama Resmi : DIMETHYLOLDIMETHIL HYDANTION
Nama Lain : DMDM Hydantoin,1,3-Bis(hydroxymethyl)
-5,5 dimethylimidazolidineN -2,4-dione,
Dmdmh, Glydant, Dimethyloldimethyl
hydantoin.
RM/BM : C2N12N2O4
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak brasa, sedikit
berbau aldehid
Kelarutan : Sangat larut dalam air
Kestabilan : Stabil dalam udara
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
8. Aquadest ( FI III : 96)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Air suling
BM / RM : 18,02/ C8 H8 03
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
Dan tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut Penyimpanan : Dalam
wadah
tertutup rapat
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas ukur,
gelas beaker, lumpang dan alu, sudip, dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquadest,
asam salisilat, DMDM hydantoin, NaCMC, paper mint, propilenglikol,
sodium lauryl sulfate, dan tetrasodium EDTA.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikalibrasi botol 70 ml
3. Dikembangkan NaCMC menggunakan air panas ke dalam lumpang
dan alu sambil di homogenkan
4. Dilarutkan tertrasodium EDTA menggunakan aquadest ke dalam
capor
5. Dilarutkan sodium lauryl sulfate menggunakan aquadest ke dalam
capor
6. Dicampurkan propilenglikol dan DMDM hydantoin ke dalam capor
7. Dilarutkan asam salisilat menggunakan etanol
8. Dimasukkan semua campuran ke dalam NaCMC kecuali sodium lauryl
sulfate di pisahkan terlebih dahulu
9. Ditambahkan paper mint
10. Ditambahkan sodium lauryl sulfate
11. Ditambahkan aquadest sampai 100%
12. Dilakukan uji evaluasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai