Anda di halaman 1dari 4

Nama: Sri Mahanur Lakoi

Nim: H1A120431
Kelas: i
Matkul: Hukum Perikatan
“Resume Posting #09 Perjanjian Pra Nikah”

Perjanjian pra nikah atau pre nuptial agreement adalah suatu perjanjian
yang mengikat antara kedua belah pihak yaitu pihak pengantin pria dan
pihak pengantin wanita yang dibuat sebelum pernikahan dan berlakunya
pada saat setelah pernikahan yang mana perjanjian pra nikah ini dibuat
oleh kedua pihak tersebut.
Di Indonesia sendiri perjanjian pra nikah masih menjadi tabu, sebagian
masyarakat umum berpikir bahwa perjanjanjian pra nikah merupakan
persiapan atau alternative jika suatu saat terjadi perceraian di suatu
hubungan rumah tangga. Bahkan ada masyarakat yang berpikir bahwa
hal ini adalah sebuah bagian dari sifat pelit atau matrealistis. Matrealitis
ialah sikap seseorang yang memandang kebahagian atau pencapaian dari
sisi materi semata, arti pelit dalam perjanjian pra nikah ini yaitu
masyarakat berpandang bahwa harta yang dimiliki adalah harta masing-
masing pihak.
Ketentuan perjanjian pra nikah di Indonesia diatur dalam Bab v atau
pasal 29 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan. Di mana, perjanjian tersebut dibuat secara tertulis
pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, perjanjian ini
kemudian disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Di dalam hukum
perdata perjanjian ini disebut dengan perjanjian kawin atau perjanjian
pisah harta. Perjanjian pra nikah ini dibuat sebelum berlangsungnya
suatu perkawinan, tetapi terjadi perubahan pada tahun 2016 yang mana
Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permintaan uji materil
terhadap Undang-undang No. 1 Tahun 1974 atas Pasal 29 ayat (1) yang
mana sebelumnya Undang-undang perkawinan mengatur perjanjian pra
nikah dibuat sebelum atau perkawinan berlangsung menjadi perjanjian
nikah dapat dibuat selama ikatan perkawinan kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tetrtulis. Membuat
pre nuptial agreement ini bukan suatu kewajiban tetapi cuma sekedar
pilihan untuk pasangan-pasangan diluar sana apabila ingin melindungi
harta masing masing dan menjamin keberlangsungan hidup anak
nantinya atau tergantung tingkat urgency dari tiap pasangan.
Perjanjian pra nikah ini memiliki beberapa jenis pemisahan, di
antaranya:
1. Pemisahan harta bawaan
2. Pemisahan harta mutlak
3. Pemisahan untung rugi
4. Pemisahan aktiva dan pasiva
5. Pemisahan terhadap harta bawaan yang diperoleh dari keluarga
masing-masing
Perjanjian pra nikah ini mengandung asas kebebasan berkontrak yang
diatur dalam pasal 1338 KUHPer artinya para pihak bebas membuat
perjanjian, sehingga bukan hanya tentang harta saja yang termuat dalam
perjanjian tersebut melainkan hal-hal lain boleh diperrjanjikan seperti
hak asuh anak, larangan KDRT dll, tetapi dalam kebebasan membuat
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang dan tidak
bertentangan dengan ketertiban umum.
Dalam konteks pemberdayaan perempuan perjanjian pra nikah ini bisa
saja menjadi salah satu alat perlindungan wanita dari segala
kemungkinan kekerasan rumah tangga, seperti yang kita ketahui dalam
hal perjanjian pra nikah ini bukan hanya soal materi saja yang bias
diperjanjikan. Ada beberapa point yang penting dalam perjanjian pra
nikah ini yaitu dalam membuat perjanjian pra nikah ini harus dipertegas
soal poligami, persoalan keuangan, persoalan karir dan persoalan
pendidikan, persoalan-persoalan itulah yang menjadi salah satu pemicu
untuk kekacauan dalam berumah tangga, jadi bias saja persoalan-
persoalan tersebut bisa termuat dalam perjanjian pra nikah ini.
Selain harta dan persoalan-persoalan lain, anak bisa termuat juga dalam
perjanjian pra nikah ini. Bahkan jika ada suatu saat ada persoalan
dirumah tangga harus lah anak yang menjadi prioritas dalam perjanjian
tersebut bukannya harta, jadi anak harus jelas posisinya dalam perjanjian
tersebut bukannya harta. Yang membuat perjanjian pra nikah ini yaitu
notaris.
Salah satu contoh perjanjian pra nikah yang terjadi pada teman ibu chika
yaitu memuat perjanjian:
1. Tidak diperbolehkan adanya perselingkuhan
2. Pihak pria tidak boleh KDRT
3. Tidak boleh mengeluarkan kata kasar
4. Pola asuh anak
5. Mengenai pendidikan
6. Mengenai ganti rugi
Jika salah satu pihak yang melanggar dari perjanjian-perjanjian
tersebut maka dari pihak yang melanggar akan dikenakan denda
sebesar Rp.2.000.000.000
Upaya hukum jika salah satu pihak mengingkari perjanjian tersebut yaitu
kita harus melihat dulu apakah itu wanprestasi apa tidak.

Anda mungkin juga menyukai