Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENDAHULUAN

FARMAKOGNOSI
“UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROSKOPIK”

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH :

NAMA : DELI

NIM : 17.012.AF

KELAS : REGULER A

KELOMPOK : I (SATU)

INSTRUKTUR : RAYMOND ARIEF N, S.Si.,M.Si

AKADEMI FARMASI YAMASI


MAKASSAR
2018/2019
LIDAH BUAYA
(Aloe vera)

TAXONOMI

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Superorder : Lilianae
Order : Asparagales
Family : Xanthorrhoeaceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera (L)

Literatur : (ITIS.GOV)
DESKRIPSI
Daun tunggal, tebal, ujung runcing, warna hijau, bau sedikit asam
dan tidak enak, khas, rasa pahit, berisi semacam lender atau getah sangat
pahit berwarna kuning kehijauan. Bentuk daun cekung atau agak rata
dibagian atas, menggembung dibagian bawah, pada daun muda sering
terdapat banyak bintik berwarna terang, dengan tepi keseluruhannya
pucat atau hanya dasarnya yang pucat, dengan duri berwarna gelap.
Panjang daun 30-80 cm, 4-11 cm (Farmakope Herbal Indonesia Edisi
Pertama Hal.88).
Batang rebah, panjang 2-3 cm, bercabang di pangkal, membentuk
tunas-tunas di setiap buku. Daun lanset tebal dan mengkilap, panjang 40-
50 cm, lebar 6-7 cm pada bagian dasar daun. Permukaan daun bagian
atas konkaf, abu-abu hijau terkadang ujung kemerahan. Tepi daun
berwarna merah jambu pucat dan 2 mm gigi-gigi yang berwarna pucat.
Bunga infloresense lurus ke atas dapat mencapai 60-90 cm. susunan
malai, terminal dengan cabang-cabang tandan, silindris dan meruncing
makin ke atas. Raceme terminal sampai tinggi 40cm, dan bagian bawah
lebih pendek. Braktea putih dan bunga berwarna kuning, oranye atau
merah 3 cm panjangnya. Benang sari 6 tangkai putih, pendek, sama
panjang dengan perhiasan atau lebih sedikit panjang, kepala sari terkait
dengan tangkai dibagian pangkal. Buah halus, 3 ruang terbagi 3 bilik. Biji
banyak dan berwarna hitam (Acuan Sediaan Herbal Volume Keempat
Edisi Pertama Hal. 21).
Daun agak runcing membentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi
atau berduri kecil, permukaan berbintik-bintik, panjang 15-36 cm, lebar 2-
6cm, bunga bertangkai yang panjangnya 60-90 cm, bunga berwarna
kuning kemerahan (jingga). Batang berukuran pendek, tidak kelihatan
karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam
tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya
menjadikan anakan. Lidah buaya yang bertangkai panjang juga muncul
dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Daun berbentuk pita
dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging teba tidak
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak
mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lender (gel)
sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan
ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas
dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50-75 cm, dengan berat 0,5-1
kg, daun melingkar rapat disekeliling batang bersaf-saf. Bunga berwarna
kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul keluar dari ketiak
daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk
tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Bunga biasanya muncul
bila ditanam di pegunungan. Akar berupa serabut yang pendek dan
berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar 50-100 cm (Kitab 226
Tanaman Berkhasiat Obat Hal.532).
MORFOLOGI
1. DAUN

 SUSUNAN DAUN

Susunan daun tidak lengkap karena daun hanya terdiri atas


helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung
melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian
susunannya dinamakan daun duduk (sessilis). Daun yang hanya
terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang
demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan
melingkari batang atau memeluk batang, oleh sebab itu juga
dinamakan: daun memeluk batang (amplexicaulis). Bagian
samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali
bangunnya membulat dan disebut telinga daun.

 SIFAT-SIFAT DAUN

1. BENTUK/BANGUN DAUN (circumscriptio)

Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3-5 : 1,


atau 13 : 3 cm.

2. UJUNG DAUN (apexfolii)

Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan


satu bagian yang runcing keras.
3. PANGKAL DAUN (basisfolli)

Rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bangun


segi tiga, delta, tombak.

4. SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN (nervatio atau venatio)

Pada Alaovera tidak memiliki tulang daun

5. TEPI DAUN (margofolii)

Bergerigi (serratus), jika sinus dan angulus sama lancipnya.

 DAUN MAJEMUK

Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun


saja.Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium
simplex) .

 TATA LETAK DAUN PADA BATANG (Phyllotaxis atau Dispositio


Foliorum)

Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun


tersebar, kadang-kadang kelihatan daun-daun yang duduknya
rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek,
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi,
dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya.
Daun-daun yang mempunyai susunan demikian disebut suatu:
roset (rosula).

Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua


daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset itu amat dekat dengan
akar.

BATANG(Caulis)
 BENTUK BATANG

Bulat (teres)

 SIFAT PERMUKAAN BATANG

Licin (leavis)

 KEADAAN PERMUKAAN BATANG

Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit


yang mati).

 ARAH TUMBUH BATANG

Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang


seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke
atas.

AKAR(Radix)
 SISTEM PERAKARAN

Sistem akar serabut, yaitu jika akar lembaga dalam


perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh
sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya
keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal
dari calon akar yang aseli dinamakan akar liar, bentuknya seperti
serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix
adventicia).

 JENIS AKAR

Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti


tambang.

BUNGA (Flos)
 KARAKTERISTIK BUNGA

Bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral


(acyclis)

 LETAK BUNGA

Tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora)

 JENIS BUNGA MAJEMUK

Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa,


inflorescentia botryoides atau inflorescentia centritetala), yaitu
bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan
cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan
mempunyai susunan "aceropetal" (semakin mudah semakin dekat
dengan ujung ibu tangkai), dengan bunga-bunga pada bunga
majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah ke atas. Jika ujung
ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampaknya seakan-akan
bunga majemuk ini tidak terbatas, lagi pula jika dilihat dari atas,
nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir
mekarnya ialah bunga yang menutup ibu tangkainya. Karena yang
mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat itulah maka bunga
majemuk yang bersifat demikian ini dinamakan: inflorescentia
centripetala.

Literatur:

1. Tjitrosoepomo, Gembong.2009.Morfologi Tumbuhan.


Yogyakarta: Gadjah Mada university press.
2. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes.2010.Suplemen I
Farmakope Herbal Indonesia.Jakarta.Kemenkes RI
SPESIMEN/FRAGMEN SPESIFIK
KETERANGAN:

Me = Mesophyll cells
Vb = Vascular bundles
Hy = Hydrenchyma
St = Stomata
sStCh = substomata chamber
Ep = Epidermis
Cu = Cuticle
Oc = Stomatal complex

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2008. Acuan Sediaan Herbal Volume keempat Edisi
Pertama : Jakarta.
Herbie,Tandi 2015. Kitab 226 Tanaman Berkhasiat Obat. Octopus
Publishing House : Yogyakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2009.Farmakope Herbal Indonesia
Edisi Pertama : Jakarta.
[ITIS] Integrated Taxonomy Information System 2010. Aloe vera
Scahrd[terhubungberkala]https://itis.gov/servlet/singleRpt/singleRpt
?search_topic=TSN&search_value=42394 [28 oktober 2018]

Anda mungkin juga menyukai