Anda di halaman 1dari 12

PHARMACY, Vol.09 No.

03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

PENGARUH PENAMBAHAN SODIUM LAURIL SULFAT (SLS) SEBAGAI SURFAKTAN


TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI DISOLUSI TABLET KETOPROFEN

Adithya Wahyu Pratama, Agus Siswanto, Suparman

Fakuktas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Jl. Raya Dukuhwaluh, Purwokerto 53182 PO. Box 202
Email: a_deet@yahoo.com

ABSTRAK

Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) adalah turunan asam propionat dengan


khasiat analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi yang cukup baik namun mempunyai
kelarutan yang praktis tidak larut dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kecepatan disolusi dan pengaruhnya terhadap sifat fisik tablet Ketoprofen menggunakan
Sodium lauril sulfat sebagai surfaktan. Sodium lauril sulfat merupakan surfaktan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pembasahan dan laju disolusi. Penelitian ini
dilakukan dengan membuat empat formula tablet Ketoprofen dengan konsentrasi
Sodium lauril sulfat yang berbeda (0%, 0,5%, 1%, dan 1,5%) sebagai bahan pembasah.
Sebagai kontrol digunakan Ketoprofen tanpa penambahan Sodium lauril sulfat. Tablet
dibuat dengan metode granulasi basah. Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisik
(keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet) dan uji disolusi.
Uji disolusi dilakukan dengan metode dayung dengan medium disolusi dapar fosfat pH
7,2 dengan kecepatan putar 100 rpm pada suhu 37±0,5ºC selama 60 menit dan
parameter uji disolusi yang dipakai adalah Dissolution Efficiency atau DE30 (%). Data
yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan Analisa Varian
(ANOVA) satu jalan dan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada data yang memiliki
perbedaan bermakna dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa penambahan sodium lauril sulfat tidak berpengaruh terhadap uji kekerasan
tablet, uji kerapuhan dan uji keseragaman bobot tablet tapi berpengaruh terhadap uji
waktu hancur yaitu semakin banyak sodium lauril sulfat yang ditambahkan semakin
cepat pula waktu hancurnya, dan laju disolusi tablet semakin besar pula. Persentase
ketoprofen terlarut pada menit ke-30 formula I, II, III, dan IV berturut-turut adalah
14,64% ; 29,66% ; 32,06% ; 35,81%.

Kata kunci: sodium lauril sulfat, tablet, ketoprofen, disolusi.

ABSTRACT

Ketoprofen (acid 2-(3-benzoilfenil) propanoat) was derivated of propionat acid which


has analgesic, antipyretic, and anti-inflammatory with poor solubillity in water. This
research allowed to increase the dissolution rate of ketoprofen tablets and effect on the
physical characteristic by adding sodium lauril sulfat as surfactant. Sodium lauryl sulfat is
a surfactant that can be used to improve wetting and dissolution rate. This study was
done with make four formula of ketoprofen tablets by different concentration of sodium
lauryl sulfat (0%, 0,5%, 1%, and 1,5%) as a wetting agent. Ketoprofen without sodium
lauryl sulfat was used as control. The tablets were made by wet granulation method.

11
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

Tablet produced were tested for the physical characterisation (uniformity of weight, and
hardness, friability, and disintegration time tablet) and dissolution test. The dissolution
test were done by using pedal method with dissolution buffer of phosphate buffer pH 7,2
with spinning rate of 100 rpm in the temperature 37±0,5ºC for 60 minutes. The
parameter used in this research is Dissolution Efficiency or DE30 (%). Data gained then
analyzed statistically by using one way Analysis of Variance (ANOVA) and LSD (Least
Significant Difference). The result showed the data have signifficant differences at the
confidence of 95% The result of this study indicate that the addition of sodium lauryl
sulfate had not effects on hardness, fragility and weight uniformity of tablets, but it has
effect on the disintegration time. By adding more sodium lauryl sulfat, the disintegration
time and the dissolution rate were greater. The percentage of ketoprofen dissolved after
30th minute, for formula I, II, III and IV respectively were 14,64% ; 29,66% ; 32,06% ;
35,81%.

Key words: sodium lauryl sulfate, tablet, ketoprofen, dissolution

12
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

Pendahuluan tanpa penambahan surfaktan. Pada


Kelarutan ketoprofen yang kecil penelitian tersebut sistem dispersi padat
dalam air yaitu 1:100000 (USP, 2005), ketoprofen-PEG 4000-sodium lauril
menyebabkan absorbsinya berlangsung sulfat memiliki laju disolusi yang lebih
lambat dan akibatnya efek yang baik daripada sistem dispersi padat
ditimbulkan akan lambat. Bahan-bahan ketoprofen-PEG 4000.
sukar larut air mengakibatkan Penambahan surfaktan pada
pembasahan menjadi buruk oleh formulasi tablet merupakan salah satu
partikel-partikel karena adanya tegangan cara untuk meningkatkan kelarutan zat
antar muka antar fase air, fase uap dan aktif yang tidak larut dalam air.
fase padat. Pembasahan menjadi buruk Penambahan surfaktan sangat berguna
karena adanya kantung-kantung udara dalam mengurangi tegangan antar muka,
yang sangat kecil yang berada pada zat menurunkan sudut kotak, dan
padat sehingga sulit terbasahi oleh membantu memindahkan fase udara
media air, maka obat akan sulit pada permukaan dan menggantikannya
terdisolusi (Lachman dkk., 1994). dengan suatu fase cair dan akan terjadi
Ada beberapa cara yang dapat pembasahan sehingga meningkatkan
digunakan untuk meningkatkan disolusi (Martin, 1993). Salah satu
kelarutan suatu bahan obat. Cara surfaktan yang dapat digunakan adalah
tersebut yaitu pembentukan kompleks, sodium lauril sulfat.
penambahan kosolven, penambahan Metode Penelitian
surfaktan, manipulasi keadaan padat, Bahan
dan pembentukan prodrug (Yalkowsky, Bahan-bahan yang digunakan
1981). Namun pada pembentukan dalam penelitian ini adalah ketoprofen
komplek juga memungkinkan untuk (Kalbe Farma), gelatin (Brataco
terjadinya penghambatan larutan chemical), laktosa (Brataco chemical),
(Voight, 1995). sodium lauril sulfat, mg stearate (kualitas
Pada penelitian sebelumnya farmasi), avicel pH 101, kalium
yang dilakukan oleh Fikri (2006), dihidrogen phospat (Merck).
kelarutan ketoprofen di perbaiki dengan Alat
metode dispersi padat dengan Alat-alat yang digunakan pada
penambahan PEG 4000 dan dengan atau penelitan ini yaitu, neraca analitik

13
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

(Shimadzu), spektrofotometer UV, alat baik. Selanjutnya diayak dengan no


uji disolusi tipe dayung (LID-6D ayakan 12 mesh lalu dilanjutkan
dissolution tester), pengayak, mesin pengeringan selama 17 jam pada suhu
pencetak tablet, alat uji waktu hancur, 40oC (Voight, 1995). Granul yang telah
alat uji kerapuhan (Erweka Tipe kering kemudian ditimbang kembali lalu
TAR/TADR), alat uji kekerasan dan alat- diayak lagi dengan ayakan no 14 mesh
alat gelas. agar diperoleh massa granul kering,
Cara Kerja tambahkan avicel 2,55 gr sebagai
Tabel 1. Rancangan formulasi tablet penghancur ekstragranuler dan bahan
ketoprofen
Formula pelicin (Mg stearat) kemudian aduk
Bahan
F1 F2 F3 F4 sampai homogen. Selanjutnya campuran
Ketoprofen 200 200 200 200
Avicel 15% 45 45 45 45 granul ditablet dengan mesin tablet
Gelatin qs qs qs Qs
dengan ukuran punch no 8. Kemudian
Laktosa 52 50,5 49 47,5
Mg stearat 3 3 3 3 tablet yang diperoleh diuji sifat fisik dan
Sodium lauril
0 1,5 3 4,5 diuji disolusinya.
sulfat
Hasil dan Pembahasan
Catatan:
a. Bobot setiap tablet 300 mg Pembuatan Tablet
b. Konsenterasi SLS adalah 0%, 0,5%, 1%,
1,5% Tablet ketoprofen dibuat dengan
c. Gelatin yang ditambahkan tiap formula menggunakan metode granulasi basah,
sebanyak 13 ml
hal tersebut disebabkan karena
Pembuatan Tablet
ketoprofen memliki kemampuan
Ketoprofen dicampur dengan
mengalir yang rendah. Pada dasarnya
sodium lauril sulfat yang sudah
tiap tablet yang dibuat harus memiliki
dilarutkan dalam alkohol 25% sebanyak
dua karakteristik yaitu kemampuan
1 ml sampai zat aktif terbasahi.
untuk mengalir dan dapat dicetak, kedua
Kemudian tambahkan bahan pengisi
sifat ini diperlukan bagi mesin cetak
(laktosa), dan avicel 6,75 gr sebagai
(Lachman, 1994). Inti dari metode
bahan penghancur kemudian diaduk
granulasi basah adanya penambahan air
sampai homogen. Ditambahkan
atau cairan dalam proses granulasinya
musilago gelatin sebanyak 13 ml
(Suliman, 2007). Keuntungan granulasi
selanjutnya pembuatan massa granul
basah adalah pada homogenitas
sampai diperoleh massa granul yang
campuran, sehingga dapat juga

14
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

digunakan untuk obat dengan dosis yang obat dalam tablet bila tablet itu
rendah (Sulaiman, 2007). semuanya atau hampir semuanya hanya
Pada pembuatan tablet terdiri dari zat aktif (90 sampai 95%)
ketoprofen ini ditambahkan sodium atau apabila keseragaman distribusi obat
lauril sulfat sebagai surfaktan untuk atau zat aktif dalam granul benar-benar
memperbaiki disolusi dari ketoprofen. sempurna (Lachman dkk., 1994).
Konsentrasi sodium lauril sulfat yang
Hasil Uji Kekerasan Tablet
ditambahkan tiap formula berbeda,
Tujuan dari uji kekerasan tablet
formula I 0% ; formula II 0,5% ; formula
adalah untuk mengetahui kekuatan
III 1% ; formula IV 1,5%.
tablet agar dapat bertahan terhadap
Hasil Uji Keseragaman Bobot berbagai guncangan mekanik pada saat
Menurut Farmakope Indonesia pembuatan, pengepakan dan
jilid III untuk tablet yang bobotnya 151 pengapalan (Lachman dkk., 1994).
mg sampai 300 mg penyimpangan bobot Berdasarkan data yang
rata-ratanya tidak boleh ada satu tablet dihasilkan menunjukan semua formula
pun yang menyimpang lebih dari 7,5% tablet ketoprofen memenuhi
(Depkes RI, 1979). persyaratan kekerasan tablet yaitu 4-8
Dari hasil uji keseragaman bobot kg (Sulaiman, 2007), karena tidak ada
tablet ketoprofen,tidak ada satu tablet satu formula pun yang melebihi atau
pun yang bobotnya menyimpang dari kurang dari 4-8 kg.
7,5%, ini menunjukan tablet ketoprofen
Hasil Uji Kerapuhan Tablet
yang dibuat memenuhi persyaratan
Uji kerapuhan merupakan
keseragaman bobot tablet yang
parameter yang menggambarkan
tercantum pada Farmakope Indonesia
kekuatan permukaan tablet dalam
jilid III.
melawan berbagai perlakuan yang
Ini berarti tablet ketoprofen
menyebabkan abrasi pada permukaan
yang dibuat memiliki keseragaman
tablet. Kerapuhan yang tinggi akan
kandungan obat dalam tablet tersebut,
menyebabkan sebagian massa tablet
karena uji keseragaman bobot dapat
hilang dan mempengaruhi kadar zat aktif
menjadi metode yang memuaskan untuk
yang masih terdapat dalam tablet
menentukan keseragaman kandungan
(Sulaiman, 2007).

15
PHARMACY,, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

Tablet dianggap baik jika 10


memiliki kerapuhan tidak lebih dari 1% 8
(Sulaiman, 2007). Batas kerapuhan 6
4
tablet yang masih diterima kurang dari
2
0,8%, kerapuhan di atas 0,8%
0
menunjukan tablet yang rapuh dan 0 0.5 1 1.5
dianggap kurang kuat (Voight, 1995).
Gambar 1. Kurva hubungan waktu hancur
Berdasarkan tabel 4, kerapuhan
tablet ketoprofen dengan
rata-rata
rata dari formula I, II, III dan IV konsentrasi sodium lauril
sulfat.
adalah 0,41 ; 0,48 ; 0,41 ; 0,36, hasil ini
memenuhi
emenuhi persyaratan berdasarkan Dari hasil yang didapat dilihat
kedua pustaka tersebut. bahwa waktu hancur tablet ketoprofen

Hasil Uji Waktu Hancur Tablet dari formula I sampai IV mengalami

Waktu hancur adalah waktu penurunan, ini berarti penambahan

yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet sodium lauril sulfat pada formulasi tablet

dalam media yang sesuai. Pada sediaan ketoprofen berpengaruh terhadap waktu

tablet agar dapat melepaskan zat aktif hancur tablet karena semakin banyak

maka tablet harus mengalami degradasi sodium lauril sulfat yang digunakan

terlebih dahulu. Uji waktu hancur hanya semakin cepat waktu hancurnya.

didasarkan pada kenyataan bahwa tablet Berdasarkan hasil tersebut perlu

itu pecah menjadi partikel-partikel


partikel kecil dilakukan uji statistika menggunakan

(granul) sehingga daerah permukaan metode anava satu jalan untuk

pelarut menjadi lebih luas dalam cairan mengetahui apakah ada perbedaan yang

tubuh. Persyaratan waktu hancur untuk signifikan dari setiap formula. Dari data

tablet yang tidak bersalut adalah tidak lama waktu hancur dan konsentrasi

lebih dari 15 menit (Lachman dkk., sodium lauril sulfat didapatkan F hitung

1994). (643,861) > F tabel


tabe (4,07 ; 7,59).
berdasarkan hasil tersebut yang
dilanjutkan dengan pengujian Beda Nilai
Terkecil (BNT), menunjukan bahwa
semua formula berbeda secara nyata
dengan formula lainnya pada taraf

16
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

kepercyaan 95% dan 99%. Dari hasil tablet ketoprofen pada


tersebut dapat disimpulkan bahwa spektrofotometer ultraviolet dalam
penambahan sodium lauril sulfat sebagai medium dapar fosfat pH 7,2 didapatkan
surfaktan berpengaruh terhadap waktu hasil absorbansi maksimum sebesar
hancur dari tablet ketoprofen, dimana 260,40 nm. Dalam suatu penetapan
semakin banyak sodium lauril sulfat yang kadar atau pengujian mengenai panjang
ditambahkan maka semakin cepat waktu gelombang serapan maksimum
hancur tablet tersebut. mempunyai implikasi bahwa maksimum
Uji Disolusi Tablet tersebut tepat atau dalam batas 2 nm
Panjang Gelombang Maksimum dari panjang gelombang yang telah
Hasil pengukuran (scanning) ditentukan (Depkes RI, 1995)
panjang gelombang maksimum (λ maks)

Gambar 2. Panjang gelombang maksimum tablet ketoprofen.

17
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

Penetapan Kurva Baku Dari penetapan kurva baku di


Pada penelitian ini dilakukan peroleh nilai koefisien korelasi sebesar
penetapan kurva baku karena akan 0.97243 dengan nilai intersep (a) sebesar
digunakan untuk menghitung kadar 0,04982 slope (b) sebesar 0,48010
ketoprofen yang terlarut dalam medium sehingga diperoleh persamaan garis
dapar fosfat pH 7,2 pada uji disolusi. regresi linear Y= 0,48010 x + 0,04982.
Penetapan kurva baku diperoleh dari
Parameter adanya hubungan
pembuatan seri konsentrasi yang
linear digunakan koefisisen korelasi r
berbeda dari larutan standar ketoprofen
pada analisis regresi linear y= bx + a.
dan pembacaan absorbansinya dilakukan
Hubungan linear yang ideal dicapai jika
pada panjang gelombang maksimum
r= +1 atau -1 bergantung pada arah
yang telah diperoleh sebelumnya
garis. Nilai a menunjukan kepekaan
sehingga akan diperoleh persamaan
analisis terutama instrumen yang
kurva baku.
digunakan (Harmita, 2004).
Tabel. 2. Kurva Baku Ketoprofen
Nilai r 0,90 < r < 0,95 dinyatakan
No Konsentrasi Absorbansi
(mg%) kurvanya tidak nyata, nilai r 0,95 < r <
1 0,4 0,227 0,99 kurva dikatakan baik, dan untuk
2 0,6 0,314
3 0,8 0,482 nilai r > 0,99 dinyatakan sebagai kurva
4 1,0 0,556
5 1,2 0,601
yang sempurna (Christian, 1994).
6 1,4 0,712 Berdasarkan data yang diperoleh nilai

Persamaan kurva baku: koefisien korelasi hitung (r hitung)


y = 0,48010 x + 0,04982
sebesar 0,97243, sehingga dapat
r = 0,97243
Keterangan: dinyatakan kurva yang diperoleh
y = absorbansi
x = kadar ketoprofen dikatakan baik.
r = koefisien regresi
Uji Disolusi
Profil Disolusi

18
PHARMACY,, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

60
50
40
f1
30
f2
20
10 f3
0 f4
0 0.5 1 1.5

Gambar 3. Kurva hubungan antara waktu dengan prosentase kadar obat terlarut.

formula I 0%, formula II 0,5%, formula III


Berdasarkan Gambar 3, dapat di 1%, dan formula IV 1,5%.
lihat bahwa penambahan sodium lauril
C30
sulfat meningkatkan disolusi tablet
Menurut US Pharmacopeia 32
ketoprofen. Semakin tinggi konsenterasi
(2009), jumlah ketoprofen yang
sodium lauril sulfat yang ditambahkan,
dilepaskan dalam waktu 30 menit tidak
semakin tinggi pula prosentase
kurang dari 80% (C30), C30 bertujuan
ketoprofen terdisolusinya. Dengan
untuk mengetahui presentase kadar
konsentrasi sodium lauril sulfat pada
obat terlarut pada menit ke-30.
ke

Tabel 3. Presentase ketoprofen terlarut pada menit 30 (C30)


R C 30 (%)

FI FII FIII FIV


1 14,52 29,73 32,10 35,55
2 14,80 29,37 32,34 35,83
3 14,58 29,89 31,74 36,05
Rerata 14,64 29,66 32,06 35,81
SD 0,184 0,293 0,315 0,258

Berdasarkan Tabel 3, presentase prosentase ketoprofen terlarut pada


kelarutan tablet ketoprofen pada menit menit ke-30
30 dengan konsentrasi sodium
ke-30
30 dari formula I sampai formula IV lauril
auril sulfat 1,5% adalah hanya 35,81%,
tidak ada yang memenuhi persyaratan ini berarti konsentrasi sodium lauril
yang tercantum pada USP 32, karena sulfat yang ditambahkan pada formulasi

19
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

tablet ketoprofen ini belum mampu persamaan regresi linier antara


meningkatkan disolusi tablet ketoprofen konsentrasi sodium lauril sulfat (x)
secara signifikan. dengan prosentase ketoprofen
Selanjutnya dilakukan uji terdisolusi (y)
statistik terhadap data prosentase Tabel 4. Regresi linier antara konsentrasi SLS
dengan prosentase obat terlarut
disolusi tablet menit ke 30 untuk tiap –
tiap formula yang ditambahkan. Uji Konsentrasi SLS (X) Prosentase obat
terlarut pada C30
statistika ini perlu dilakukan untuk (Y)
0% 14,641
mengetahui ada tidaknya perbedaan 0,5% 29,668
signifikan dari tiap formula dengan 1% 32,063
1,5% 35,814
penambahan sodium lauril sulfat yang
berbeda tiap – tiap formula. Hasil uji Dari Tabel 4, didapatkan

statistik menunjukan F hitung (4,181) > F persamaan regresi linier sebagai berikut:

tabel (4,07), atinya ada perbedaan yang Y = 13,1828x + 18,1599


r = 0,916
signifikan dari tiap - tiap formula.
Dari persamaan tersebut dapat kita
Berdasarkan hasil tersebut kemudian
gunakan untuk mencari berapa
dilanjutkan dengan pengujian Least
konsentrasi sodium lauril sulfat yang
Significant Difference (LSD) yang
digunakan agar memenuhi persyaratan
menunjukan semua formula berbeda
yang tercantum pada USP 32 yaitu
secara nyata pada taraf kepercayaan
prosentase obat terlarut pada menit ke-
95%. Hal ini menunjukan bahwa
30 tidak kurang dari 80%. Sehingga di
penambahan sodium lauril sulfat sebagai
dapatkan hasil konsentrasi sodium lauril
surfaktan mempengaruhi disolusi tablet
sulfat yang dibutuhkan untuk
ketoprofen, yaitu semakin besar
melarutkan ketoprofen sebesar 80%
konsentrasi sodium lauril sulfat yang
adalah 4,69%.
ditambahkan semakin besar pula
Kesimpulan
prosentase kadar zat aktif yang terlarut.
Berdasarkan penelitian ini dapat
Konsentrasi Sodium Lauril Sulfat Agar disimpulkan bahwa:
c30 Mencapai 80%
1. Penambahan sodium lauril sulfat
Dari kurva hubungan antara
(SLS) sebagai surfaktan dalam
prosentase obat terlarut dengan
formulasi tablet ketoprofen dengan
konsentrasi sodium lauril sulfat dibuat

20
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

variasi konsentrasi (SLS) 0%, 0.5%, Sebagai Bahan Pengikat dalam


Tablet Ketoprofen Secara
1%, 1.5% dapat meningkatkan
Granulasi Basah. Majalah Ilmu
kelarutan ketoprofen. Kefarmasian, Jakarta.
2. Dari penelitian ini tidak didapatkan
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L.
konsentrasi SLS yang memenuhi 1989. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Ed ke 3, jilid 1.
persyaratan disolusi, karena
Penerjemah: Siti Suyatmi. UI
konsentrasi SLS yang digunakan Press, Jakarta.
paling besar hanya 1,5%.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L.
Daftar Pustaka 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Ed ke 3, jilid 2.
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan
Penerjemah: Siti Suyatmi. UI
Farmasi. ITB, Bandung.
Press, Jakarta.
Ansel, H. 1989. Pengantar bentuk
Lippincott Williams and Wilkins. 2000.
Sediaan Farmasi. Ed ke 4.
Remington, the science and
Penerjemah: Farida. UI press,
practice of pharmacy edisi 20.
Jakarta.
Philadelphia, pp.
Christian, D.G. 1994. Analytical
Martin A., Swarbick, J., Cammarata, A.
Chemistry fifth edition. John
1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar
Willey and Sons, Inc., New York.
farmasi Fisik dalam ilmu
farmasetik. Ed ke 3 jilid 1 dan 2.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia.
Penerjemah: Yoshita. UI Press,
Ed ke 3. Departemen Kesehatan
Jakarta.
Republik Indonesia, Jakarta.
Mulya dan Suherman. 1995. Analisis
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
Instrumental. Airlangga
Ed ke 4. Departemen Kesehatan
University Press, Surabaya.
Republik Indonesia, Jakarta.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan
Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh
Validasi Metode dan Cara
Anna Setiadi Ranti dan Mathilda
Perhitungannya. Departemen
B. Widianto. ITB, Bandung.
Farmasi FMIPA-UI, Jakarta.
Reynolds, F. 1993. Martindale The Extra
Hastari, N. 2008. Pengaruh Penambahan
Pharmacopoeia. Ed 30, buku 2.
Sodium Lauril Sulfat terhadap
Royal pharmaceutical Society of
sifat fisik tablet dan disolusi
Great Britain.
tablet Nifedipin, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah
Shargel L., Yu A.B.C. 1988. Biofarmasetik
Surakarta.
dan Farmakokinetika Terapan.
Edisi ke-2. Fasich, Syamsiah S,
Jufri mahdi, dkk. 2006. Studi
Kemampuan Pati Biji Durian

21
PHARMACY, Vol.09 No. 03 Desember 2012 ISSN 1693-3591

penerjemah, Airlangga Laboratorium Teknologi Farmasi


Universiyy Press., Surabaya. UGM, Yogyakarta.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk USP, 2005. the united states


Penelitian. Alfabeta, Bandung. pharmacopeia.Ed ke-28.
Rockville, US.
Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi
Formulasi Sediaan Tablet.

22

Anda mungkin juga menyukai