Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.

2, 2017

Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap Perempuan


(Sejarah dan Perkembangannya)

Patriarchal Culture and Violence Against Women


(History and Development)

Israpil
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Jl.A.P.Pettarani No.72 Makassar. Telp:0411-452952
Email: apillitbang@yahoo.com

Info
Abstract
Artikel
Masyarakat Indonesia secara kultural memang sangat kental dengan adat patriarki.
Patriarki adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, terutama dalam
Diterima ilmu Antropologi. Konsep patriarki dan kekerasan terhadap perempuan menjadi
6 pembahasan utama dalam makalah ini. Budaya patriarki secara turun temurun
Juni membentuk perbedaan perilaku, status dan otoritas antara laki-laki dan perempuan,
2017 distribusi kekuasaan laki-laki memiliki keunggulan dibanding dengan perempuan
dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan
patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi
Revisi I pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik. Laki-
2 laki memonopoli seluruh peran. Hubungan yang timpang itu seringkali
Agustus memunculkan konflik di dalam masyarakat, terutama konflik dalam rumah tangga
2017 yang berujung pada tindak kekerasan terhadap perempuan.
Kata Kunci: Patriarki, kekerasan, perempuan

Revisi II Indonesian society is culturally very thick with patriarchal customs. Patriarchy is
25 a concept used in the social sciences, especially in the science of Anthropology.
September The concept of patriarchy and violence against women becomes the main
2017 discussion in this paper. The hereditary patriarchal culture shapes the differences
in behavior, status and authority between men and women, the distribution of male
power has advantages over women in one or more aspects, such as the
Disetujui determination of lineages (exclusive patrilineal offspring and carry last name), the
18 right son's sons, personal autonomy in social relations, participation in public and
Oktober political status. Men monopolize all roles. The lame relationship often creates
2017 conflicts within the community, especially the domestic conflicts that lead to
violence against women.
Keywords: Patriarchy, violence, women

141
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

PENDAHULUAN berdasarkan garis bapak, memakai


Konsepsi persepsi patriarki nama bapak, warisan harta bapak dan
pada prinsipnya didasari oleh ketua adat atau bentuk-bentuk yang
pandangan paternalis yang mendominasi eksistensi bapak.
memberikan asumsi bahwa dalam Implementasi dari patriarki
sistem sosial, keberadaan bapak atau dalam sistem sosial sangat berperan
laki-laki menjadi suatu fenomena penting menjadikan laki-laki atau
yang menentukan terwujudnya bapak sebagai pendamping bagi
struktur fungsionalisme dalam perempuan. Pandangan ini yang
keluarga. Konsep paternalis melahirkan adanya persepsi gender
merupakan signifikansi simbol bahwa laki-laki dan perempuan
bahwa laki-laki adalah simbol sistem memiliki sifat yang berbeda,
kepemimpinan yang berdasarkan sehingga laki-laki memiliki dominasi
hubungan antara ibu dan anak- untuk mendapatkan penghargaan,
anaknya dalam membentuk sebuah penghormatan dan menjaga
dinamika kehidupan sosial yang utuh kewibaannya. Perempuan harus
(Goode, 2007: 18). mampu melakukan pembagian tugas
Penerapan persepsi patriarki yang bersifat urusan rumah tangga
dalam esensinya pada sistem sosial dan senantiasa menjaga
dan tatanan sosial menempatkan pengungkapan kasih sayang dalam
peran dari aktor-aktor sosial sangat menjaga kondisi emosional dan
diperhatikan. Sastryani (2007: 65) psikis dari laki-laki untuk selalu
menyatakan bahwa persepsi patriarki eksis dengan kemampuan
merupakan sistem dari patriarkinya.
pengelompokan sosial yang sangat Prinsipsinya, persepsi patriarki
mementingkan garis turunan bapak di kalangan masyarakat yang
atau dengan kata lain esensi laki-laki menganut sistem sosial selalu
menjadi pertimbangan utama untuk menjadikan laki-laki sebagai hal
ditempatkan sebagai obyek pelaku yang berperan penting di dalam
dari sistem sosial. mengangkat harkat perempuan. Nilai
Kehidupan keseharian sering patriarki tersebut esensi dengan
mewarnai implementasi sistem sosial kuadrat bahwa perempuan
yang menjadikan patriarki sebagai ditakdirkan untuk mendampingi laki-
sebuah prasyarat di dalam laki dalam menjaga eksistensi,
menciptakan tatanan sistem sosial ketokohan, penghargaan,
yang terkonstruksikan. Berry (1992: kewibawaan, pelaksanaan tugasnya,
124) menyatakan masyarakat yang dan pengungkapan kasih sayang
menganut sistem sosial selalu dalam rangka menciptakan tatanan
menjadikan patriarki sebagai tolok sosial yang lebih harmonis dan
ukur dalam melihat hubungan- berimbang (Spradley, 2007: 34).
hubungan yang terjalin dalam Berdasarkan prinsip tersebut
struktur dan fungsi sosial. Semua secara Sosiologi dipandang bahwa
yang melekat dalam diri individu persepsi patriarki pada prinsipnya
masyarakat selalu mengedepankan memiliki keterkaitan dengan
nilai patriarki seperti selalu eksistensi gender. Mulia (2014a: 43)
mengutamakan kondisi hukum mengatakan bahwa perempuan dan

142
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

laki-laki adalah setara, dalam PEMBAHASAN


melakukan upaya-upaya transformasi Pengertian Patriarki
dan humanisasi, dimulai dari diri Patriarki adalah sebuah sistem
sendiri, keluarga dan masyarakat sosial yang menempatkan laki-laki
demi terwujudnya masyarakat yang sebagai sosok otoritas utama yang
berkeadaban. sentral dalam organisasi sosial.
Perempuan dapat menekuni Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada
aktivitasnya di ruang publik dengan perempuan dalam segala aspek
baik, kerja domestik di rumah kehidupan sosial, budaya dan
tangga, hendaknya dibagi secara ekonomi. (Pinem, 2009:42).
sukarela bersama laki-laki. Ayah dan Ayah memiliki otoritas
ibu membuat kesepakatan bersama terhadap ibu, anak-anak dan harta
tentang pengelolaan tugas-tugas di benda. Secara tersirat sistem ini
rumah tangga; anak-anak laki-laki melembagakan pemerintahan dan
dan perempuan mendapatkan tugas hak istimewa laki-laki dan menuntut
yang proporsional sehingga beban di subordinasi perempuan. Bahkan
rumah tangga dapat dipikul bersama. dinilai sebagai penyebab dari
Dengan begitu, mitos segregasi kerja penindasan terhadap perempuan.
yang selama ini dianut di (Walkins, 2007: 120)
masyarakat, yaitu bahwa tugas Patriarki adalah konsep yang
perempuan semata-mata mengurus digunakan dalam ilmu-ilmu sosial,
rumah tangga dan laki-laki hanya terutama dalam Antropologi dan
mencari nafkah di luar rumah, dapat studi referensi feministas ke
dieliminasi secara bertahap. (Mulia, distribusi kekuasaan antara laki-laki
2014a:47). dan perempuan di mana laki-laki
Keseimbangan proporsi memiliki keunggulan dalam satu atau
tersebut dilihat bahwa kodrat lebih aspek, seperti penentuan garis
perempuan merupakan pengabdian keturunan (keturunan patrilineal
kepada laki-laki. Ini berarti, kaum eksklusif dan membawa nama
perempuan dan laki-laki tidak dapat belakang), hak-hak anak sulung,
disamakan dalam pengembangan otonomi pribadi dalam hubungan
sifat dan karakter, yang dapat sosial, partisipasi dalam status publik
dipersamakan hanya bertalian secara dan politik atau agama atau atribusi
struktural dan fungsional dalam dari berbagai pekerjaan laki-laki dan
sistem sosial suatu masyarakat. perempuan ditentukan oleh
Memahami secara gender, laki- pembagian kerja secara seksual.
laki ditakdirkan telah memiliki sifat Pengertian lainnya
dominan yang kuat, keras, butuh mengemukakan patriarki adalah
penghargaan, penghormatan dan sistem sosial hubungan gender yang
kewibawaan, berani, lugas dan di dalamnya terdapat ketidaksetaraan
memiliki komitmen yang tinggi. gender. Laki-laki bermonopoli akan
Perempuan memiliki sifat dominan seluruh peran. (Manurun, dkk. 2002:
lemah, senang dipuji, mempersolek 131). Relasi gender adalah relasi
diri, telaten, senang dengan sosial antara laki-laki dengan
keindahan, suka menyayangi dan perempuan dan melekat dalam
mencintai. beragam institusi sosial dan struktur

143
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

sosial. Konsep patriarki Terdapat beragam difinisi


menggabungkan konsep hubungan- patriarki. Beberapa difinisi awal
hubungan gender, dan kemudian cenderung memfokuskan diri kepada
berkembang menjadi dua pandangan. peran laki-laki dewasa sebagai
Pertama, meliputi ketidakadilan kepala rumah tangga (lihat kinship,
yang sering terjadi dalam relasi family and marriage), meliputi fokus
gender. Kedua, menarik perhatian kepada generasi dan satu lembaga
kepada keterhubungan antara sosial yang spesifik. Definisi yang
beberapa aspek hubungan-hubungan paling akhir saat ini tampak lebih
gender yang berbeda yang kemudian leluasa, di mana lembaga-lembaga
membentuk sistem sosial. sosial dipandang berkontribusi dalam
Dalam berbagai aspek membentuk patriarki, dan keluarga
kehidupan sosial terdapat menjadi salah satunya.
ketidakadilan gender, di mana Konsep patriarki mengungkap
perempuan sering tidak diuntungkan adanya keterhubungan beragam
jika dibanding dengan laki-laki. aspek yang berbeda dalam
Contohnya, dalam pekerjaan, ketidakadilan gender. Ada sebab
terdapat kesenjangan gender dalam yang saling berkaitan antara
upah, di mana perempuan rata-rata di ketidakadilan gender dalam
bayar lebih rendah dari laki-laki. representasi politik dihubungkan
Perempuan mengerjakan pekerjaan dengan ketidakadilan dalam tempat
domestik yang tidak proporsional, kerja. Ketika ketidakadilan gender
seperti pekerjaan rumah tangga dan dalam kekuasaan politik menurun,
mengurus anak. Perempuan lebih jika perempuan meningkatkan
terlihat miskin dari pada laki-laki, representasinya di parlemen dan
terutama dalam usia tua. Laki-laki kabinet, muncul kecendrungan
mengambil porsi yang berlebih meningkatnya jumlah peraturan yang
dalam kekuasaan politik, misalnya mendukung perempuan dalam
menjadi anggota parlemen. pekerjaan, yang oleh karenanya
Perempuan memiliki pengalaman mampu mempersempit jurang
kekerasan dari laki-laki, seperti pemberian upah secara gender.
kekerasan dalam rumah tangga dan Aspek yang lain, dimensi atau ranah
kekerasan seksual. Laki-laki terlihat patriarki dihubungkan.
memiliki pengaruh untuk Keterhubungan ini berarti menjadi
membentuk kultur dan standar moral, bukti adanya sistem ketidakadilan
misalnya sebagai editor koran dan gender, bukan semata sekumpulan
pemuka agama. Tentu saja ada keterpisahan dan peristiwa-peristiwa
perkecualian individual dari kalimat- yang tidak berkait satu dengan yang
kalimat tersebut, jika yang lain.
dimaksudkan adalah rata-rata Pernyataan yang menunjuk
peristiwa ketidakadilan gender, adanya sistem sosial di dalam konsep
bukan apa yang dialami setiap laki- patriarki menjadi penting bagi
laki atau perempuan. Pola analisis Sosiologis mengenai
ketidakadilan gender tersebut ketidakadilan gender yang kemudian
berulang terus-menerus di dalam dapat melahirkan penjelasan yang
struktur sosial. lebih mendalam dan kuat terhadap

144
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

aspek-aspek yang beragam dalam karenanya, dibutuhkan analisis yang


hubungan gender. Hal itu terpisah terhaap dimensi tersebut.
memungkinkan untuk membangun Arah modernisasi patriarki tidaklah
hubungan antara tingkat analisis seragam atau universal, melainkan
yang beragam, struktur sosial dengan sangat bergantung kepada arah
fenomena pada tingkat individual. modernisasi itu sendiri di mana
Contohnya, perempuan membuat perubahan-perubahan awal dan
keputusan, namun tidak pada situasi sejumlah hubungan-hubungan sosial
saat pengambilan keputusan itu yang lain memengaruhi arah
dilakukan: perempuan “memilih” perubahan tersebut.
pekerjaan paruh waktu dengan Konsep patriarki terkadang
bayaran yang rendah karena hanya mengundang kontroversi. Hal itu
itulah pekerjaan yang cocok dengan sering terjadi karena munculnya
waktu sekolah anak yang membuat kesalahpahaman. Terutama, konsep
pengasuhan anak semakin tidak patriarki sering diasumsikan bahwa
berkualitas. Penjelasan mengenai analisis yang menggunakan konsep
“pilihan” perempuan tersebut akan patriarki mestilah universalis dan
semakin menguat jika dimasukkan esensialis, menurunkan perbedaan
unsur institusi sosial dan struktur sosial antara laki-laki dengan
sosial dalam analisis. perempuan pada sisi perbedaan
Beragam bentuk patriarki biologis semata, dan mengabaikan
waktu dan tempat berbeda. Salah perbedaan pola hubungan gender
satu dimensi ragam tersebut pada waktu dan tempat yang
mencakup patriarki domestic. Pada berbeda. Misalnya saja konsep
umumnya, perempuan cenderung kebebasan dan kemandirian bagi
tersisih dari pekerjaan-pekerjaan perempuan yang diproklamirkan oleh
dengan upah tinggi karena jenis Islam sering disalahpahami.
pekerjaan yang dapat diambil Kebebasan itu seringkali
perempuan sudah ditentukan oleh diidentikkan dengan kebebasan
laki-laki. (Bhasin, 1996:6) Dimensi bergaul dengan lawan jenis dan
ini bervariasi bergantung seberapa eksploitasi tubuh untuk kepentingan
jauh perempuan dikendalikan dalam seksual. Aikbatnya banyak muncul di
ruang domestik dan sejauh mana permukaan adalah perempuan-
pula perempuan hadir dalam perempuan yang mempertontonkan
lembaga-lembaga publik, seperti keindahan tubuhnya untuk
pekerjaan, universitas dan parlemen. kepentingan komersial dan menjadi
Dimensi kedua adalah tingkat objek kapitalisme. (Mulia,
ketidakadilan gender, contohnya 2014a:45).
seberapa besar jurang pemberian Sebagai konsekuensinya,
upah secara gender. Modernitas terdapat perkembangan istilah dalam
menjadi saksi bagi kecendrungan patriarki untuk menangkap konsep
adanya transformasi bentuk patriarki sistem sosial ketidaksetaraan gender.
dari bentuk domestik ke publik. Hal itu termasuk, misalnya, istilah
Transformasi ini hanya sebagian “rezim gender”. Penggunaan istilah
berhubungan dengan perubahan gender yang lebih dari penggunaan
dalam tingkat ketidakadilan, yang istilah patriarki telah menghapus

145
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

keraguan mengenai karakter sosial lebih sedikit di sektor publik


dari sistem sosial, lebih dari sekedar dibandingkan laki-laki.
dasar biologis sistem sosial itu Patriarki adalah istilah yang
sendiri. Selanjutnya, istilah “rezim” dipakai untuk menggambarkan
lebih halus konotasinya daripada sistem sosial di mana kaum laki-laki
sistem, yang menandai pentingnya sebagai suatu kelompok
interaksi sejumlah hubungan- mengendalikan kekuasaan atas kaum
hubungan sosial lainnya seperti, perempuan.
kelas dan etnisitas, dalam Islam bukan agama patriarki.
membentuk hubungan-hubungan Semua manusia adalah setara dan
gender. Dalam praktiknya, kedua berasal dari sumber yang satu yaitu
istilah tersebut saling bertukar secara Allah swt, yang membedakan di
efektif, memaknai hal yang sama, antara manusia hanyalah prestasi dan
yaitu sistem sosial ketiaksetaraan kualitas takwa. Sebagaimana yang
hubungan-hubungan gender. tercantum dalam Alquran surat al-
Penambahan konsep patriarki Dzariyat 51: 56 yang artinya: Dan
ke dalam perbendaharaan kata aku tidak menciptakan jin dan
Sosiologi memfasilitasi analisis manusia melainkan supaya mereka
hubungan-hubungan gender pada mengabdi kepada-Ku. (Mulia,
tingkat struktur dan sistem sosial, 2014b: 32).
berkembang melebihi konsepsi Islam tidak mengajarkan
gender yang ditentukan oleh biologi bahwa kedudukan perempuan berada
atau psikologi. di bawah seorang laki-laki. Islam
mengajarkan bahwa seorang
Budaya Patriarki perempuan ketika menikah maka
Budaya patriarki merupakan tanggung jawab atas dirinya berada
budaya dimana laki-laki mempunyai di diri laki-laki yang menjadi
kedudukan lebih tinggi dari suaminya. Islam memberikan
perempuan. Dalam budaya ini, ada penghormatan yang besar terhadap
perbedaan yang jelas mengenai tugas perempuan, karena sebaik-baiknya
dan peranan perempuan dan laki-laki laki-laki muslim adalah yang berbuat
dalam kehidupan bermasyarakat, baik kepada istrinya. Islam
khususnya dalam keluarga. Budaya memberikan kehormatan yang tinggi
patriarki secara turun temurun bagi para muslimah. Tidak ada
membentuk perbedaan perilaku, kewajiban bagi mereka untuk
status dan otoritas antara laki-laki mencari nafkah. Bukannya
dan perempuan di masyarakat yang menggambarkan perempuan sebagai
kemudian menjadi hirarki gender. orang yang lemah dan tukang
Laki-laki sebagai pemimpin membebani laki-laki, tapi ini adalah
atau kepala keluarga memiliki penghormatan Islam kepada
otoritas yang meliputi kontrol perempuan sehubungan dengan tugas
terhadap sumber daya ekonomi, dan mereka yang amat vital di dalam
suatu pembagian kerja secara seksual rumah keluarganya.
dalam keluarga. hal ini menyebabkan Islam memberikan kewajiban
perempuan memiliki akses yang dan hak yang sama bagi laki-laki
maupun perempuan, namun laki-laki

146
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

diberikan satu tingkat lebih tinggi dalang citra buruk, menjadi corong
dibanding perempuan bukan untuk menguatnya aksi kriminalitas.
merendahkan tapi dalam sebuah Perempuan sering menjadi
rumah tangga laki-laki menjadi imam ancaman dan sasaran dalam dunia
yang memiliki tanggung jawab serta kriminal. Terlebih dengan tabiat
tugas yang tidak mudah dalam hawa nafsu laki-laki yang lebih besar
menjaga istri dan anak-anaknya dibanding perempuan, memicu untuk
kelak. berbuat keji. Kemolekan perempuan
telah meracuni pikiran dan niat yang
Budaya Patriarki Picu Kekerasan buruk. Inilah bentuk keroposnya
Terhadap Perempuan akhlak. Ada kalanya keimanan
seseorang turun dan naik. Inilah yang
Kriminalitas seakan tak mau harusnya menjadi tantangan laki-laki
hengkang di negeri ini. Bagaimana untuk mengendalikan syahwat,
tidak, persoalan ekonomi, sosial tentunya juga didukung oleh
maupun budaya di masyarakat telah lingkungan perempuan yang
mendorong adanya kejahatan, baik memiliki akhlak yang baik pula,
itu kejahatan pencurian, tidak mengumbar keindahan tubuh.
penganiayaan, tindak asusila, Refleksi akan lahirnya Hari
pemerkosaan hingga kasus Kartini belum mampu menjadi
pembunuhan. Dari tindak kriminal cahaya dalam memperjuangkan
yang ada, tak sedikit perempuan emansipasi perempuan. Hari Kartini
menjadi korban kekerasan atas aksi hanya dianggap isapan formalitas
kejahatan, khususnya pemerkosaan semata, bukan menjadi wajah
dan tindak asusila. Budaya patriarki refleksi untuk memperjuangkan hak
terus membelenggu, mengakibatkan yang sama. Terbukti dengan masih
laki-laki memandang rendah bergulirnya tindakan yang
perempuan dan berbuat semena- menyudutkan perempuan, yakni
mena. perlakuan buruk terhadapnya. Hal ini
Misalnya saja kasus Priya sudah membudaya di masyarakat
Puspita Restanti (16) pada tahun yang harus dituntaskan, mengingat
2013 silam, salah satu siswi SMK di setiap manusia memiliki hak yang
Sleman yang telah menyita perhatian sama serta wajib menghormati atas
publik. Aksi kebiadaban yang kepribadian. Dalam Islam pun,
dilakukan oleh ayah dan anak, juga perempuan dimuliakan. Tidak ada
keterlibatan oknum aparat kepolisian sekat di antara laki-laki, terkecuali
mencederai moral bangsa. Tindakan jika mereka melakukan perbuatan
pemerkosaan dan pembunuhan keji. Hal ini mengindikasikan bahwa
dilakukan hanya untuk mencari pola dan budaya masyarakat yang
kesenangan sesaat, dinilai patut dibenahi, bukan karena
melecehkan harkat dan martabat perempuannya.
perempuan. Belum luput dari itu, Budaya patriarki semacam ini,
lagi, kasus serupa (asusila) dilakukan haruslah menjadi cerminan untuk
oleh seorang nelayan menyetubuhi terus memperjuangkan hak
anak tirinya dari umur 12 tahun. perempuan. Menghilangkan sebuah
Rentannya posisi perempuan sebagai budaya tidaklah mudah, akan tetapi

147
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

untuk menguranginya masih bisa ekonomi, subordinasi anggapan tidak


menjadi harapan. Mensubtitusikan penting dalam keputusan politik,
budaya yang lebih baik, mencitrakan pembentukan stereotipe atau melalui
perempuan sebagai sosok yang pelabelan negatif, kekerasan, beban
mulia, serta memperbaiki akhlak kerja yang panjang dan lebih banyak
pribadi manusia bisa menjadi serta sosialisasi ideologi peran
langkah kecil yang nyata untuk gender (Fakih, 1999:12-13).
menumpas paradigma patriarki. Bila Sementara itu peran-peran sub
hal ini dilakukan, maka tingkat ordinasi paling umum diperankan
kriminalitas dengan korban oleh perempuan dalam hubungan
perempuan akan ikut menurun juga. kekuasaan: perempuan berperan
sebagai korektor (fixer), ia ingin
Dampak Patriarki Terhadap hubungan itu stabil, harmonis dan
Konflik Yang Terjadi Di Indonesia menyenangkan; perempuan sebagai
Menurut Bhasin menjelaskan penyenang (pleaser), ia mencoba
bahwa kata patriarki secara harafiah memenuhi harapan laki-laki;
berarti kekuasaan bapak atau perempuan sebagai suhada (martyr):
“patriakh (patriarch)”. Pada awalnya ia ingin pasangannya hidup senang
patriarki digunakan untuk menyebut sekalipun mengorbankan dirinya.
suatu jenis “keluarga yang dikuasai Ketidakadilan gender yang ada
oleh kaum laki-laki”, yaitu rumah dalam suatu rumah tangga akan
tangga besar patriarch yang dikuasai menghasilkan konflik diantara suami
oleh laki-laki (Bhasin, 1996, p.1). istri yang jika dibiarkan terus
Secara detail, patriarki merujuk pada berlanjut akan mengakibatkan
sebuah bentuk organisasi rumah perceraian. Hubungan perkawinan
tangga dimana laki-laki antar suami dan istri merupakan
mendominasi anggota keluarga yang ikatan sentral persatuan keluarga di
lain dan mengontrol produksi dalam masyarakat, apabila ikatan ini
ekonomi rumah tangga. Patriarki pecah, keluarga juga akan pecah
dipandang sebagai ideologi (Ihromi, 1999:167).
bagaimana laki-laki mendominasi. Dalam kehidupan rumah
Masyarakat yang patriarkis adalah tangga, laki-laki ditempatkan secara
masyarakat yang dimana laki-laki budaya sebagai kepala rumah tangga
memiliki kekuatan dan kontrol. sedangkan istri sebagai ibu rumah
Perempuan biasanya dieksploitasi, tangga dimana posisinya selalu
dirugikan dan mempunyai status berada di bawah dominasi laki-laki.
yang lebih rendah. Perempuan dipandang lebih utama
Kultur patriarki mempengaruhi untuk berkiprah di sektor domestik,
pola pikir masyarakat. Perbedaan membersihkan rumah, memasak,
gender telah melahirkan berbagai mencuci, dan mengasuh anak. Jika ia
ketidakadilan, baik bagi kaum laki- bekerja di sektor publik, disamping
laki dan terutama terhadap kaum harus memilih pekerjaan yang sesuai
perempuan. Ketidakadilan gender dengan kodratnya, dia tetap sebagai
termanifestasikan dalam pelbagai pembantu suami dalam memenuhi
bentuk ketidakadilan yaitu kebutuhan nafkah keluarga.
marginalisasi atau proses pemiskinan

148
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

Konflik di dalam masyarakat turun ke bumi dan berinteraksi dalam


Indonesia dapat diawali dari konflik kehidupan umat manusia, disengaja
rumah tangga, hal ini terjadi karena atau tidak, di sana sini telah terjadi
rumah tangga merupakan komunitas distorsi.
terkecil yang memiliki pemahaman Realitas sosial berkata lain,
patriarki. Secara keseluruhan dengan adanya budaya patriarki ini
(kecuali Minangkabau), masyarakat membuat banyaknya tindak
Indonesia menganut patriarki kekerasan terhadap perempuan.
sehingga pemikiran laki-laki lebih Perempuan sering menjadi ancaman
dominan dalam masyarakat pun dan sasaran dalam dunia kriminal.
semakin kuat. Terlebih dengan tabiat hawa nafsu
Selain itu, sebagian besar laki-laki yang lebih besar dibanding
konflik yang terjadi dikarenakan perempuan, memicu untuk berbuat
maskulinitas kebijakan yang diambil keji. Kemolekan perempuan telah
oleh pemerintah. Hanya sedikit yang meracuni pikiran dan niat yang
mempertimbangkan ke- buruk. Inilah bentuk keroposnya
femininitasan. Masyarakat Indonesia akhlak, celah-celah keimanan goyah
secara kultural memang sangat kental dan menjadi peluang untuk mengajak
dengan adat patriarki. Hampir semua ke perbuatan tercelah. Memang, ada
konflik yang terjadi karena adanya kalanya keimanan seseorang turun
kebijakan penyelesaian dengan dan naik. Inilah yang harusnya
kekerasan. Bahkan, ketika Presiden menjadi tantangan laki-laki untuk
Indonesia perempuan yakni mengendalikan syahwat, tentunya
Megawati Soekarnoputri pun juga didukung oleh lingkungan
menggunakan kebijakan Daerah perempuan yang memiliki akhlak
Operasi Militer (DOM) bagi Gerakan yang baik pula, tidak mengumbar
Aceh Merdeka (GAM) yang keindahan tubuh.
menggunakan kekuatan militer yang
sangat membuat traumatis bagi Ucapan Terima Kasih
masyarakat Aceh. Tulisan ini adalah hasil dari
tugas dan diskusi-diskusi
PENUTUP kebudayaan pada mata kuliah
Budaya patriarki adalah di Sosiologi Keluarga pada Program
mana laki-laki menjadi kepala Pascasarjana Universitas Negeri
keluarga sekaligus dia pencari nafkah Makassar. Untuk itu penulis
untuk keluarganya, dan di menghatur banyak terima kasih
lingkungan keluarga isteri hanya kepada rekan-rekan mahasiswa
sebatas bekerja di domestik di rumah terutama kepada Ibu dosen
tangga saja, walaupun sekarang pengampuh mata kuliah ini yaitu DR.
perempuan mulai memperjuangkan Hj. Musdalia Mustajar. Penulis juga
hak-haknya sebagai perempuan. Hal menghatur banyak terima kasih
ini sejalan dengan agama Islam, kepada tim Redaksi Jurnal Pusaka
bahwa perempuan itu sangat di yang telah bersedia
muliakan tanpa ada sekat di antara mempublikasikan tulisan ini.
mereka. Sayangnya, nilai-nilai Islam
yang begitu ideal dan luhur, ketika

149
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017

DAFTAR PUSTAKA Spradley. 2007. Gender &


Pembangunan. Yogyakarta:
Berry. 1992. Psikology at Work. Pustaka Belajar.
England: Oxford.
Walkins, Alice Susantro (dkk). 2007.
Bhasin, Kamla. 1996. Mengugat Feminisme Untuk Pemula.
Patriarki, Pengantar Tentang Yogyakarta: Resist Book.
Persoalan Dominasi Terhadap
Kaum Perempuan www.jurnalperempuan.org. diakses
(Terjemahan). Yogyakarta: pada tanggal 28 Agustus 2017.
Yayasan Bentang Budaya.
Fakih, Mansur. 1999. Analisis
Gender & Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Goode, W.J. 2007.Sosiologi
Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Ihromi. 1999. Bunga Rampai
Sosiologi Keluarga. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Manurung, Ria. 2002. Kekerasan
Terhadap Perempuan pada
Masyarakat Multi Etnik.
Yogyakarta: Pusat Studi
Kependidikan dan Kebijakan
UGM Ford Foundation.
Mulia, Musda. 2014. Indahnya
Islam: Menyuarakan
Kesetaraan & Keadilan
Gender. Yogyakarta: Nauvan
Pustaka.

____________. 2014. Kemuliaan


Perempuan dalam Islam.
Jakarta: Megawati Institute.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan
Reproduksi dan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Media.
Sastryani. 2007. Glosarium, Seks,
dan Gender. Yogyakarta:
Carasuati Books.

150

Anda mungkin juga menyukai