Buddaya Patriarki
Buddaya Patriarki
2, 2017
Israpil
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Jl.A.P.Pettarani No.72 Makassar. Telp:0411-452952
Email: apillitbang@yahoo.com
Info
Abstract
Artikel
Masyarakat Indonesia secara kultural memang sangat kental dengan adat patriarki.
Patriarki adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, terutama dalam
Diterima ilmu Antropologi. Konsep patriarki dan kekerasan terhadap perempuan menjadi
6 pembahasan utama dalam makalah ini. Budaya patriarki secara turun temurun
Juni membentuk perbedaan perilaku, status dan otoritas antara laki-laki dan perempuan,
2017 distribusi kekuasaan laki-laki memiliki keunggulan dibanding dengan perempuan
dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan
patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi
Revisi I pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik. Laki-
2 laki memonopoli seluruh peran. Hubungan yang timpang itu seringkali
Agustus memunculkan konflik di dalam masyarakat, terutama konflik dalam rumah tangga
2017 yang berujung pada tindak kekerasan terhadap perempuan.
Kata Kunci: Patriarki, kekerasan, perempuan
Revisi II Indonesian society is culturally very thick with patriarchal customs. Patriarchy is
25 a concept used in the social sciences, especially in the science of Anthropology.
September The concept of patriarchy and violence against women becomes the main
2017 discussion in this paper. The hereditary patriarchal culture shapes the differences
in behavior, status and authority between men and women, the distribution of male
power has advantages over women in one or more aspects, such as the
Disetujui determination of lineages (exclusive patrilineal offspring and carry last name), the
18 right son's sons, personal autonomy in social relations, participation in public and
Oktober political status. Men monopolize all roles. The lame relationship often creates
2017 conflicts within the community, especially the domestic conflicts that lead to
violence against women.
Keywords: Patriarchy, violence, women
141
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
142
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
143
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
144
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
145
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
146
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
diberikan satu tingkat lebih tinggi dalang citra buruk, menjadi corong
dibanding perempuan bukan untuk menguatnya aksi kriminalitas.
merendahkan tapi dalam sebuah Perempuan sering menjadi
rumah tangga laki-laki menjadi imam ancaman dan sasaran dalam dunia
yang memiliki tanggung jawab serta kriminal. Terlebih dengan tabiat
tugas yang tidak mudah dalam hawa nafsu laki-laki yang lebih besar
menjaga istri dan anak-anaknya dibanding perempuan, memicu untuk
kelak. berbuat keji. Kemolekan perempuan
telah meracuni pikiran dan niat yang
Budaya Patriarki Picu Kekerasan buruk. Inilah bentuk keroposnya
Terhadap Perempuan akhlak. Ada kalanya keimanan
seseorang turun dan naik. Inilah yang
Kriminalitas seakan tak mau harusnya menjadi tantangan laki-laki
hengkang di negeri ini. Bagaimana untuk mengendalikan syahwat,
tidak, persoalan ekonomi, sosial tentunya juga didukung oleh
maupun budaya di masyarakat telah lingkungan perempuan yang
mendorong adanya kejahatan, baik memiliki akhlak yang baik pula,
itu kejahatan pencurian, tidak mengumbar keindahan tubuh.
penganiayaan, tindak asusila, Refleksi akan lahirnya Hari
pemerkosaan hingga kasus Kartini belum mampu menjadi
pembunuhan. Dari tindak kriminal cahaya dalam memperjuangkan
yang ada, tak sedikit perempuan emansipasi perempuan. Hari Kartini
menjadi korban kekerasan atas aksi hanya dianggap isapan formalitas
kejahatan, khususnya pemerkosaan semata, bukan menjadi wajah
dan tindak asusila. Budaya patriarki refleksi untuk memperjuangkan hak
terus membelenggu, mengakibatkan yang sama. Terbukti dengan masih
laki-laki memandang rendah bergulirnya tindakan yang
perempuan dan berbuat semena- menyudutkan perempuan, yakni
mena. perlakuan buruk terhadapnya. Hal ini
Misalnya saja kasus Priya sudah membudaya di masyarakat
Puspita Restanti (16) pada tahun yang harus dituntaskan, mengingat
2013 silam, salah satu siswi SMK di setiap manusia memiliki hak yang
Sleman yang telah menyita perhatian sama serta wajib menghormati atas
publik. Aksi kebiadaban yang kepribadian. Dalam Islam pun,
dilakukan oleh ayah dan anak, juga perempuan dimuliakan. Tidak ada
keterlibatan oknum aparat kepolisian sekat di antara laki-laki, terkecuali
mencederai moral bangsa. Tindakan jika mereka melakukan perbuatan
pemerkosaan dan pembunuhan keji. Hal ini mengindikasikan bahwa
dilakukan hanya untuk mencari pola dan budaya masyarakat yang
kesenangan sesaat, dinilai patut dibenahi, bukan karena
melecehkan harkat dan martabat perempuannya.
perempuan. Belum luput dari itu, Budaya patriarki semacam ini,
lagi, kasus serupa (asusila) dilakukan haruslah menjadi cerminan untuk
oleh seorang nelayan menyetubuhi terus memperjuangkan hak
anak tirinya dari umur 12 tahun. perempuan. Menghilangkan sebuah
Rentannya posisi perempuan sebagai budaya tidaklah mudah, akan tetapi
147
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
148
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
149
Jurnal Pusaka, Vol. 5, No.2, 2017
150